Upload
alfintiara
View
83
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
deskripsi tentang efek toksik dari obat.
Citation preview
Tujuan pemberian obat
adalah sebagai single terapi atau terapi suatu penyakit , tapi tidak ada obat yang mempunyai efek tunggal.
Dampak berupa efek toksik atau efek samping, baik ada atau tidak efek yang berbahaya
Ada beberapa kategori yang didapatkan dari efek toksik obat : dose independent actions dose dependent effect Interaksi obat idiosincrasy
dose independent actions
reaksi yang timbul biasanya adalah alergi seringkali kejadiannya tidak dapat
diprediksi pemakaian obat pertama sering kali tidak
menimbulkan efek samping, tetapi penggunaan selanjutnya bisa saja terjadi reaksi alergi
riwayat medis seperti asma, alergi kulit/ eksim, hay fever atau urtikaria biasanya mengindikasikan adanya resiko yang besar terjadinya reaksi alergi obat
Alergi obat
bervariasi mulai dari gatal-gatal lokal yang ringan sampai dengan anafilaktik shock
secara umum semakin pendek interval pemberian obat dengan awal munculya tanda klinis alergi, maka reaksinya dianggap semakin serius.
Sebagai panduan umum reaksi yang dimulai setelah setengah jam pemberian obat dianggap bisa mengancam nyawa. Kalau sehari sesudahnya dianggap ringan.
Anafilaksis, adalah respon awal reaksi alergi yang sangat
berbahaya yang dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular yang fatal, bronkospasme ataupun odem pada laring.
Reaksi ini dapat terjadi setelah injeksi ATAU pemberian intra oral penisilin pada pasien ttt.
Treatment pada komplikasi ini bersifat life saving,
pemberian adrenalin IM dan chlorpheniramine IV akan mengurangi odema pada saluran pernafasan, relax bronchiolar smooth muscle dan menaikkan tekanan darah.
Urtikaria
reaksi alergi akut yang terjadi secara menyeluruh pada kulit
ditandai dengan kemerahan yg meluas, gatal dan bengkak,
dapat mengikuti pemberian alergen spesifik penggunaan lotion dingin yang mengandung
calamine dapat mengurangi iritasi, bengkak dan gatal bisa diatasi dengan
pemberian antihistamin (chlorpeniramin) IO, dan tidak boleh diberikan secara langsung pada kulit karena dapat menyebabkan sensitisasi.
Lokal alergi (dermatitis kontakta) dapat disebabkan oleh pemberian obat
berspektrum luas pemakain berulang pada antibiotik seperti
streptomycin dapat menyebabkan dermatitis kontakta, sama juga seperti rasa gatal dan bengkak post injeksi insulin yang berulang sekitar daerah insersi jarum.
Peningkatan sensitisasi bisa disebabkan karena medikasi kulit yang berulang seperti pada penggunaan krim antihistamin, antibiotik atau lokal anastesi.
Begitu reaksi eksema muncul sangat penting untuk menghindari kontak dengan obat yang menyebabkan meskipun lesinya sudah hilang.
Masih dipertanyakan apakah kontak alergi juga menimbulkan efek pada mukosa rongga mulut.
Delay reactions
Reaksi alergi tidak selalu segera terjadi setelah pemberian obat.
Efek toksik dengan dasar imunologi ini bisa terjadi tiba-tiba dalam waktu yang agak lama setelah pemberian obat.
Delay reaksi ini pada pamberian penisilin dapat menyebabkan arthritis dan fever (serum sickness reaction), seperti pada reaksi post pemberian anti tuberculosis isoniazid yang dapat menyebabkan fever.
Respon imun
dari beberapa obat ( seperti obat hipotensi hidralazine) dapat menyebabkan sakit yang akut seperti lupus eritematosus. Efeknya termasuk fever, peningkatan sedimentasi pada eritrosit, arthritis, efusi pada pleura, rashes, jarang kerusakan pada ginjal.
Abat antimalaria dan antireumatik chloroquinon dapat menyebabkan efek toksik pada retina setelah pemberian pertama.
DOSE DEPENDENT EFFECT
Bisa diakibatkan karena efek terapetik yang berlebihan atau bisa juga merupakan efek samping dari obat yang tidak berhubungan dengan aksi terapetiknya.
• Obat yang citotoxic seperti methotrexate, cyclophospamide, dan 6-mercaptopurine sebagai obat antikanker atau immunosupresif yang menekan tumor dan sel imunologi, regenerasi jaringan sel normal mengalami kerusakan.
• Penggunaan obat ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan
1.marrow suppression (anemia, leucopenia, dan trombocitopenia)
2.penghambatan pada aktifitas gonad (sterilitas secara temporary ataupun permanent),
3.efek pada intestine (perdarahan dan diarrhoea) dan
4.Suppression of hair follicle activity (baldness).
Contoh, seperti efek samping yang tidak berhubungan dengan efek terapetik
Pada penggunan obat cardiac glycosides. Digoxin (untuk terpi kelainan jantung atau aritmia pada supraventricular) dapat menyebabkan loss appetite, nausea vomiting dan (dalam jangka waktu yang lama) dapat menyebabkan perubahan mental seperti kebingungan dan excitement jika diberikan dalam dosis besar.
Interaksi obat
Ada beberapa tipe dalam interaksi obat yaitu :
Interaksi di luar tubuh Interaksi chemis di dalam intestin Interaksi farmakologis
Potensiasi Antagonis Induksi enzim Enzyme inhibition
Drug binding to plasma proteins
Interaksi di luar tubuh
Pengguaan obat bronchodilator theophyline dengan wide range dari substansi lain (termasuk beberapa antibiotic dan antihistamin)secara bersamaan menyebabkan precipitation (pengendapan) invitro. Dan hasil pencampuran ini tidak boleh diinjeksi.
Interaksi chemis di dalam intestine
Cotohnya pengikatan calcium or ion Fe dengan tetracyclines jika
diberikan dalam waktu yang bersamaan.
Terjadi gangguan absorpsi kedua2nya.
Potensiasi
Obat cerebral Depresan seperti pada barbiturates, antihistamines atau benzodiazepines mempunyai efek additive jika pemberiannya dilakukan lebih dari satu kali.
Ethyl alcohol mempunyai efek yang sama, dan jika diberikan sebagai tambahan dalam kondisi seperti terhipnotis dapat menyebabkan kondisi yang berbahaya seperti depresi saluran nafas.
Antagonism
Ada obat yang bersifat antagonis satu sama lain, Contoh pada pemberian obat hipertensi guanetidin dicampur dengan amitriptylin
Induksi enzim
Beberapa obat meningkatkan kemampuan induksi enzim dari tubuh untuk memetabolisme obat lain. Proses ini disebut induksi.
Contoh Anti epilepsy phenytoin dan carbamazepine dapat menginduksi metabolisme enzim dari pemberian obat lain.
Konsekuensinya secara langsung maka reaksi dari obat akan menjadi lemah.
Contoh pada pemberian obat yang tidak efektif jika diberikan setelah
induksi agent meliputi
• Antikoagulan Coumarine• Oral contraceptive, Androgens and estrogens• Hydrocortisone and synthetic glucocorticoids• Tryciclic antidepressants• Phenothiazine antipsychotics• Vitamin D3 and folic acid
Penghambatan enzim
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) memblok aktifitas sebagian enzim oxidase, ketika pasien diberikan terapi MAOIsecara normal dapat dihilangkan dengan proses oksidasi tetapi dapat mengalami perpanjangan efek reaksi paling parah pada pemberian pethidine dapat menyebabkan depresi saluran nafas, hipotensi dan koma dan dapat berakibat kematian
Ikatan obat dengan protein plasma
Sebagian Obat biasanya diangkut oleh darah sebagian dalam bentuk bebas sebagian berikatan dengan protein plasma (albumin). Bagian yang tidak terikat tsb dalam bentuk yang aktif, penurunan proporsi pada bagian yang terikat dapat meningkatkan aktifitas obat. Perubahan itu dapat disebabkan karena kompetisi antar obat dalam mengikat protein plasma, contoh pemberian aminodarone dan juga diberikan warfarin
Penyebaran dari reaksi negative obat
Beberapa pasien bisa rentan oleh toksiksitas obat, itu karena ada 2 faktor diantaranya adalah :
Faktor genetic Penyakit bawaan
Faktor genetik bisa merubah efektifitas obat
Contoh pada pemberian anti tuberculosa, suksamethonium yang efek toksiknya bisa berbeda pada setiap indiv.
Faktor bawaan
Penyakit dapat juga merubah respon dari obat dalam banyak cara ,
2 contoh yang penting didapatkan yaitu dari kelainan hati dan ginjal
Liver disorders
Pasien dengan kelainan hati dapat mengalami sakit yang tertunda dari detoksifikasi obat, sensitifitas otak yang abnormal dan gangguan koagulasi.
Morfin dan opiods lain, tricyclic antidepresants dan hipnotics dapat merubah efek obat
Kidney disorders
obat pada prinsipnya diekskresikan oleh ginjal
Pada kelainan ginjal , obat akan diakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan toksisitas
Misal peningkatan konsentrasi penisilin yang menyebabkan kerusakan pada syaraf
Efek pada pembentukan fetus atau (efek teratogenik)
Contoh pemberian thalidomide, retinoin, bisa menyebabkan congenital deformity
Karena itu no drugs so be given pada trimester awal kehamilan kecuali jika diperlukan
Reaksi-reaksi yang merugikan di bidang kedokteran gigi
Ada 4 kategori1. Medikasi untuk perawatan gigi 2. Efek obat sebagai respon perawatan
gigi3. Interaksi antara obat yang diberikan
u/ perwt medis umum dan perwt gigi4. Reaksi RM thd obat
Medikasi untuk perawatan gigi Jarang terjadi dan biasanya akut dan
emergensi pada kasus BM
contoh :1. Anafilakstik shock setelah injeksi penisilin2. Akut porphyria stl injeksi barbiturat spt
metohexitone3. Respiratory depression dan kadang menyb.
kematian selama anastesi, seringkali dengan methohexitone
4. Hypertensi akut dan kadang menyb. kematian dari penggunaan nor adrenalin konsentrasi tinggi (1:20.000) dalam lautan anaestesi.
5. Efek samping ini biasanya terjadi setelah proses pembedahan tetapi jarang parah, sangat penting ditanya riwayat kesehatannya kalau tidak maka kita akan disalahkan, misalnya ada efek stl pemberian aspirin , penisilin dll
Efek obat sebagai respon perawatan gigi
perawatan dental biasanya identik dengan stress, kecemasan dan rasa sakit, pucat, selain itu pemberian obat mempengaruhi resistensi penderita misalnya :
1. sirculatory colapse (shock hipoadrenal akut) pada pemberian kortikosteroid
2. perdarahan pada px dg tx antikoagulan
Interaksi antara obat yang diberikan u/ perwt medis dan perwt gigi
aspirin menghambat antikoagulan amox mempengaruhi absorpsi
kontrasepsi oral
Reaksi RM thd obat
1. timbulnya stomatitis pada pemberian obat
2. patogenesa belum diket dan karakteristik bervariasi bisa dipengaruhi mekanisme imuniologi
reaksi oral pada obat bisa berupa lokal
1 iritasi kemikalaspirin burn karena kontak aspirin pada gingiva yang menyebabkan nekrosis superfisial epitel gingiva
2. supresi flora normal RMrespon antibiotik topikal ex obat kumur tetrasiklin candidasiskortikosteroid topikal menurunkan respon imun lokal kandidasis
reaksi sistemik
depresi sumsum tul. Depresi respon imun Stevens johnson syndr. Lichen planus miscellanous
DEPRESI SUMSUM TUL. Sel darah merah
ada beberapa obat yang bisa nenyb. Anemia misal pada pengobatan phenitoin yang bisa menyb. Defisiensi asam folat anemia Stomatitis aphtosa
terjadi leukopenia , neutropenia, menyb infeksi bakteri pada mulut dan tenggorokan misal kronik gingivitis dan periodontitis
obat obatan yang bisa menyb tsb1. antibakteri : chloramphenicol dan sulfonamid2. analgesik : phenilbutazone dan oxypenbutazone3. antidiabetik (hypoglycaemic) agents and antithyroid agents4. cytotoxic agents
sel darah putih
Platelet
menyb. Purpura akibat klorampenikol ditandai perdarahan dari gingival marginkarena kortikosteoid dalamwaktu lama
depresi respon imun
karena pengunaan kortikosteroid berkepanjangan bisa menyebabkan :
1. Stomatitis yang berhubungan dengan virus herpes simplek.
2. Dan jamur (candida atau keduanyacontoh pada pasien trasplantasi, biasanya digunakan kortikos. dalam waktu yang lama dan dosis tinggi
Stevens-Johnson syndrome
reaksi akut muko cutaneus pada mulut mata dan kulit.
Biasanya pd pemberian sulfonamide (long acting) dan fenobarbiton
px biasanya laki2 muda, dengan efek khas berupa ulcer RM yang
luas pembengkakan pecah2, perdarahan, dan krusta pada bibir disertai rush, inflamasi pada konjutivitis dan okuler, bisa melibatkan membran mukosa lain fatal
lichen planus dan reaksi lichenoid
merupakan penyakit kronis pada peny kulit dan RM yg bisa disb krn obat
karakteristiknya adanya garis putih/ strie memanjang sepanjang mukosa yang meluas, seringkali terbentuk ulcer dan erosi
Obat2an yang capable :
Allopurinol ß blockers (jarang) Captopril (jarang) Chloroquinone dan antimalaria lain Chloropropamide Gold salts Methyldopa NSAID (phenilbutazone dan indomethacin) penicillamine
misscelanous efect
efek Lain2 gingival pigmentasi akibat
cyclosphorin, phenitoin, nifedipine pigmentasi gingiva karena logam hitam karena
merkuri dll Anti kankrer menyb garis abu2 pada
gingiva
resiko terjadinya efek yang tidak diinginkan bisa ditekan dengan cara memperhatikan
hal2 dibawah ini
• jangan memberi obat kecuali jika sangat diperlukan terutama pada kehamilan trimester pertama
• jika obat harus diberikan, tanyakan apakah ada obat lain yang sedang digunakan dan berusaha untuk mengetahui apakah ada reaksi yang merugikan