23
EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKAT Johana E. Prawitasa ri Hadi yono Penga ntar Ernosi merupak.ln aspek pentingdalam kehidupan manusia yang merupakan sumber komedi dan tragedi seper!i yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia menjelang milenium baru . Pada dasarnya dengan adanya emosi hubungan antara manusia akan lebih bemuansa . Ada kala manusia gembira bila memperoleh apa yang diinginkannya . Bila seseorang memberikan perha !ian dan kasih yang hilus manusia akan bahagia. Manusia juga dapa! tertawa bila ada yang lucu. [a juga dapat menerla\vakan dirio)'a sendiri bila ia menyadari kebodohannya . Bersama orang lain ia dapa! berbagi suka dan duka . 1 .1 akan sedih bila apa yang dipullyai hilang at au manusia gagal mencapai yang ditujunya. Takut akan muncul bila ada hal yang mengancam Bib harga diri dan Tn,1rtabatnya tersinggung, manusia akan marah. Kemarahan ini dapat berakibat sangat negatifbahkan sampai pada pembunuhan. Bahkan ada istilah amok / amuk dalam psikopatologi yang k11USUS ada di budaya Mel,1Yu. Keadaan itu ditandai oleh kekerasan fisik yang dengim atau timpa senjata kepada siapa saja yang ada di hadapannya, tanpa pandang bulu apakah itu orang yang dicintainya atau bukan. Orang yang sedang mengamuk akan membabatnya . Setelah itu ia akan pingsan dan ketika bangun dan diberitahu apa yang telah dilakukannya, ia akan menangis menyesali perbuataImya dan meminta ampun pada Allah Yang Maha Kuasa.

EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKAT

Johana E. Prawitasa ri Hadiyono

Penga ntar

Ernosi merupak.ln aspek pentingdalam kehidupan manusia yang

merupakan sumber komedi dan tragedi seper!i yang banyak terjadi di

masyarakat Indonesia menjelang milenium baru . Pada dasarnya dengan

adanya emosi hubungan antara manusia a kan lebih bemuansa . Ada kala

manusia gembira bila memperoleh apa yang diinginkannya . Bila seseorang

memberikan perha !ian dan kasih yang hilus manusia akan bahagia.

Manusia juga dapa! tertawa bila ada yang lucu. [a juga dapat

menerla\vakan dirio)'a sendiri bila ia menyadari kebodohannya . Bersama

orang lain ia dapa! berbagi suka dan duka . 1.1 akan sedih bila apa yang

dipullyai hilang at au manusia gagal mencapai yang ditujunya. Takut akan

muncul bila ada hal yang mengancam jiwan~la . Bib harga diri dan

Tn,1rtabatnya tersinggung, manusia akan marah. Kemarahan ini dapat

berakibat sangat negatifbahkan sampai pada pembunuhan. Bahkan ada

istilah amok / amuk dalam psikopatologi yang k11USUS ada di budaya

Mel,1Yu. Keadaan itu ditandai oleh kekerasan fisik yang dilakuk~n dengim

atau timpa senjata kepada siapa saja yang ada di hadapannya, tanpa

pandang bulu apakah itu orang yang dicintainya atau bukan. Orang yang

sedang mengamuk akan membabatnya . Setelah itu ia akan pingsan dan

ketika bangun dan diberitahu apa yang telah dilakukannya, ia akan

menangis menyesali perbuataImya dan meminta ampun pada Allah Yang

Maha Kuasa.

Page 2: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Ekspresi Emosi

Ada dua cara dalam mengungkapkan emosi. Cara pertama ya itu

ernosi diungkapkan seca ra verbal dengan penuh kesadaran. Untu k eara

ini bahasa yang digunakan harus sarna, termasuk pcngartian akan kata­

kata yang digunakannya . Apabila bahasa yang digunakan sarna tetapi

kata-kata yang digunakan diartikan lain maka komunikasi juga akan

terganggu. Cara kedua yang sangat sering dilakukan orang yakni emosi

tidak dikatakan tetapi diungkapkan secara nonverbal. Amok/ amu k adalah

sa lah satu bentuk pengungkapan emosi seeara nonverbal yang ekstrem

dan sifatnya patologis. IstiJah ini sekarang telah menjadi istilah psikia tri

yang sHatnya universa l.

Emosi marah, sedih, senang, taku t, dan emosi lainnya sering

d iungkapkan melaluiekspresi wajah, gerak tangan, tubuh, ataupun nada

sua ra. Ekspresi nonverbal banyak berhubungan dengan situasi budaya

setempat dan perubahan fisiologis banyak menentukan kcschatan orang.

KaHan erat simasi budaya dan proses fisiologis ini rnembuat emosi sebagai

sa lah sa tu indikator kesehatan individu . Unt uk itu perlu dite lit i

pengungkapan dan pengartian emosi seeara nonverbal. Pengungkapan

dan pengartian yang tepat akan menunjang keschatan dan hubungan

antara manusia sa tu dengan lainnya. Oicapainya dua hal penting dalam

kehidupan manusia akan menunjang kesejahteraan mereka . Hal ini penting

untu k menunjang kerjasama di anlara masyaraka t dengan beda latar

budaya. Hasi l penelitian Keltner, Kring, & Bonanno (1999) telah

menunju kkan pula bahwa seea ra teoritis ekspresi wajah berhubungan

seeara signifikan dengan penyesuaian setelah kematian pasangan, dalam

hubungan jangka panjang, dan dalam konteks gangguan psikologis kronik .

Mereka mengkaji bukti yangmenunjukkan bahwa ungkapanemosi melalui

ekspresi wajah berkaitan dengan hasil proses interpesonal dan sosia).

Mereka mengungkapkan bahwa ekspresi emosi di wajah merupakan tanda

dunia dalam dan mediator dunia sosia!.

Page 3: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Emosi dan komunikasi nonverbal telah diteliti di Indonesia dan

kcbanyakan dilakukan di IUcH Indonesia . Di Indonesia sclain Prawitasari

(1990, 1991,1992, 1993), Prawitasari dan Hasanat (1990), Prawitasa.ri dan

Martani (1993), Prawitasari, MarIani, dan Adiyanti (1994-1997), cmosi juga

telah banyakditeliti oJeh Suprap!i SumarmoMarkam (1992) dari Fakultas

Psikologi UI untuk discrtasinya. Dari UNPAD, Bandung, Wi lis Srisayekti

(1994) juga mcncliti perilaku nonverba l. Kebanyakan pe:nclitian-penelitian

tentang cmosi dan komunikasi nonverba l dilakukan oleh ahli-ahli di luar

negeri )'ang tel"h punya nama di bidang itu,

Dalam disertasinya, Markam (1992) mengemukakan dimensi

pcngalaman emosi dalam kaitannya dengan nama-nama emosi. la

mengkaji seeara deskripti{nama-nama emosi tcrsebutmclalui tcod kognitif.

Nama cmosi negatif adalah sedih, marah, dan takut. Sedangkan bahagia

mcmpunyai nilai positi£. Markam juga mcnemuk..1n pcrbcdaan antara pria

dan wanita dalam menilai pcnga laman emosi. Terharu bagi \\'anita

merupakan pcngalaman yang bernila i Icbih pOSitifdibandingkan dengan

pria. Bagi \\'anita pengalilman emosi ini terkcndalikan, tetapi !idak

terkcndalikan bagi pria. Pengalaman sed ih dan terharu bagi wa nita

merupakan sikap yang lebih optimis dibandingkan dengan pria, Bagi

wanita dalam mengalami ras .. cemas dan panik cendcrung "tid .. k

mclaw .. n". Pda d,11Clm meng"lami cemas dan panik tidak tcrlalu tcrsedot

pcdl"ti"nnyCl tc.-had"p pcngalan1<1n cmosi tcrsebut, tet .. pi wanitil sangat dipengaruhi olch pengalilmilll emosi tcrscbut.

I'rilwitasari (1990, 1991, 1992), PrClwitasari dClIl Mariani (1993)

meneliti pcngartian cmosi melillui ekspresi wajah dari foto-foto sta lis,

SriS<1yekti (1994) meneliti perilaku nonverbal untukdisertasinya,la meneliti

pcril<lku nonverbal dalam komunikasi. Dalam analisisnY<l iil billl)'ilk

mempertimbangkan aspek dinamis perilClkli. la ban}'ak mcmpcrhCltikan

pcrilaku scbaga i bagian integr,"li di d .. lam interaksi sosiai, bcrl"ngsllngnya

perilaku, dan din"mika interaksi anlilr indi"idu. Scbagili contoh ilspek

Page 4: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

komunikatif perilaku nonverbal dalam komunikasi antara dua orang, ia

menggunakan perilaku meminta.

Selain orang Indonesia seperti tersebut sebelumnya, Karl Heider

(1991,1991) dari USA telah meneliti emosi dan perilaku nonverbal orang

Indonesia, terutama orang Minangkabau dan pedlaku nonverba l di film

Indonesia. Dalam bukunya Landsc.1pe5 ofemoHon: Mapping three cllllltres 01

emotion in Indonesia, Heider mengemukakan tentang istilah emosi dalam

bahasa Minang, bahasa Indonesia oleh orang Minangkabau, dan bahasa

Indonesia oleh orang Jawa. Ia membuat peta emosi herdasarka.n kumpulan

nama emosi yangdigunakan oteh ketiga kelompok terscbul. Perlama kali

ia membuat daftar kata - kata Indonesia ya ng digunakan untuk

menggambarkan emosi. Prosedur ini juga dilakukan oleh Pra witasari

(1990) kClika ia mengembangkan a lai un luk mengungkap emosi dasar

manusia. Ia memberikan daftar kala-kata sifat yang diperoleh dad Kamus

Umurn Bahasa Indonesia (Purwodarminto, 1982) kepada penilai unluk

emosi jijik, malu, marah, sed ih, senang, ta kut, dan terkcjut. Dcmikian pula

Heider mulai mengembangkan daftar induk kala-kala cmosi dalam bahasa

Indonesia. Ia menemukan 38 kata yang je)as menunjukkan kala-kata emosi.

Ia mengembangkandaftar induk kala-kata cmosi melalui kamusdan no\'el

yang dilulis oleh orang Minangkabau . Untuk liap kala yang lertera,

responden diminta untuk mengemukakan tentang pad an kala dalam

bahasa Indonesia dan terjemahan yang seimbang dalam bahasa Minang.

Dari 38 daftar kala induk, ia akhimya menemukan 189 kala dalam bahasa

Indonesia dan 197 dalam bahasa Minang. Ada bebcrapa kala ya ng

akhirnya tidak digunakan kare na kurang pas de ngan tujuan

pengelompokan kataemosi . la menyimputkan bahwaemosi sedih, marah,

gembira, dan terkejut mendekati kcsamaan universal, Ictapi cOlosi cinta,

takut, jijik, dan muak Icbih bersifal khusus budaya. Hal ini hampir sarna

dengan pcncmuan Prawilasari dan Martani (1993) yclllg Olenemukan

kesamaall dan kckhususan budaya pada emosi marah, sed ih, senang, dan

takut di masyarakat Jawa, Menado, dan Ujung Pandang.

Page 5: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Ada berbagai fungsi perilaku nonverbal dalam interaksi sosial.

Menurut Patterson (1990) fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah

menyediakan inform asL mengarahkan interaksi, mengu ngkapkan

keintiman, kontrol sosial. Ekspresi wajah misalnya banyak memberikan

informasi tentang keadaan emosi individu. Ekman dan Friesen (1984)

menyebutkan bahwa orang dapat mempelajariemosi melalui tanda-tanda

yang terlthat di wajah . Ekspresi wajah tersebut dapat menunjukkan rasa

gembira, jijik, marah, sedth, takut, dan terkejut. Emosi-cmosi ini dapat

terlihal melalui gerakan-gerakan 0101 di dahi, sekilar mala, hidung, dan

mulul. Senyum, misalnya, dapal dibedakan apakah senyum tersebut betul­

betu! mengungkapkan rasa senang alau menulupi ras.:1 negali£' Senyum

yang menunjukkan rasa senang dapa! lerlihat dari geraka n-gerakan 0101

di sckilar mala di samping bibir yang bergerak ke samping atas. Scnyum

untuk menuhlpi rasa negati( dapal lerlihal dari bibir yang tersenyum tetapt

gerakan otol di sekitar hidwlg, dahi, dan mala menunjukkanemosi laurnya

(E kman, Friesen, d an O'Sullivan, 1988). Penemuan ini diperkuat dengan

penelil ian sel"njutnya oleh Frank, Ekman dan Friesen (1993) }'ang

menunjukkan bahwa senyum gembira betu l-belul berbeda dari senYll m­

senyum I<liMya. Selain itu senyum juga dapal diukur deng"n allalisis

citra digital dan subjck mcmberikan ralulg pada scnylllll yang direkam

dengan "idro(Leonard, Voeller, dan Kulda\l, 1991).

Pengungkapan cmosi send iri juga masih dipertanyakan apakah

sHatn),a universal atau spesifik budaya. Seorang ahli linguistik, Wierzbicka

(1992), ban}"lk meneliti k,'ta-kata untuk ungkapanemosi. la mengatakan

bahwa kebanya kan ahli meneliti emosi secara lintas bud"y;'! dengan

menggunakan bahas.:, Illggris. Hal uli je las akan mengh"silkan biilS. Tidak

semua kata Inggris mampu mcngungkapkan emosi terl'entu yang dialami

oleh orangdari buday,,!ain. Untuk ilu perlu berhati-hatidalam meng.utikan

hClSil penelitian lintas budaya.l'vtungkin kata untuk mengungbpkancmosi

tertcntuda lam bahasa bukan Inggrisak'1 1l lain. 5eperti kilta eksprcsi co/)­

lemptdalam penelitian Ekman dan Heider (1988) "kan sulit untuk diberik,m

Page 6: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

padanannya dalam bahasa Indonesia. Bisa saja kata itu diartikan scbagai

pelecehan, hanya saja apakah itu tepat seperli yang dimaksudkan oleh

kcdua peneliti itu. Kemudian Russell (1991) juga mengemukakan bahwa

orang densan bahasa bukan lnsgris akan membuat kategori cmosi yang

lain dari mercka yang berbaha s.1 Ingsris. la mensatakan bahwa kata cmosi

itu sendiri adalah spesifik budaya. Satu eonloh misalnya tidak ada

Icrjcm;lhan emosi dalam bahasa Indonesia, adanya adalah kata rasa. Ada

scbetum}'a kala untuk mengungkapkan gejolak rasa yaitu renjana. Hanya

5.1ja kalau itu yang digunakan orang Icbih mengcnal sebagai nama lagu

yang diciptakan oleh Guruh Sukamoputro. llmuwan perilaku di Indone­

sia mcnggunakan istilah cmosi karcna bahan acuannya adalah dari bamt.

Eksprcsi wajah terutama untuk memberikan infarmasi tentang

suas;ma emosi individu. Han)'a saja selanjutnya menurut Wicrzbieka

(1995) ckspresi marah, takut, jijik, scdih, ataupun gembira adalah khusus

bahasa dan khusus budaya, dan tidak dapa! menunjukkan kesamaan

mcndllnia dalam area cmosi. la sclanjutnya mengatakan bahwa berbagai

emosi dapat dikcnal dalam istilah skcnario kognitif yang diasosiasikan

dengan scmuanya itu dan baga imana skenario kognitif tcrscbut

diungkapkan dalam istilah konscp manusia univcrsal. Lebih lanjut ia

menunjukkan bahwa penggunClCln kOl"l<;CP primitif dapat digunakan untuk

mcnggali cmosi manusia dari perspektif universal dan bebas bahasa.

Karena se liap bahasa mcmpunyai klasifikasinya scnd iri tentang

pengalaman emosional manusia, kala-kata Inggrisseperti angeratau sad­

ness adalah bllkti adanya bahas.1 InggTis dan bukan alat analitis yang

bebas budaya. Sebaliknya konsep primitif seperti "baik" dan "buruk", atau

"ingin", "mengerti", "mengatakan" dan "berpikir" bukan bukti bahasa

Inggris tetapi mcnjadi milik dunia yaitu alfabeta pikiran manusia. Jadi

ya ng penting adalah ana lisis berdasarkan universal Icksikal untuk

mcmbeb<lskan manusia dari bias terhadap bahasa sendiri dCln meneapai

perspcktif universal, be\)as budaya pada kognisi manusia seeara umum

dan pada emosi manusia khususnya.

Page 7: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Apa yang dikatakan Wierzbicka (1995) tersebul hampir sarna

dengan apa yang diungkapkan oleh Russell dan Salo (1995). Mereka

mengungkapkan bahwa kala-kala Inggris seperti happy, sad, angry, dan

.-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

laksonomi ini lerikat bahasa dan budaya? Artikcl mereka menyebutkan

adanya metode untuk membandingkan kata-kata emosi dalam berbagai

bahasa asli. Terjemahan untuk 14 kata-kala emosi dalam bahasa Inggris

diperolch untuk orang Cina dan Jepang. Mereka menilai tiap scbulan emosi

yang diungkapkan oleh liap satu set ekspresi wajah yang baku. Korelasi

antara prom yang diperoleh untuk tiap dua kata me rupakan indeks

persamaannya. Metode jni menurut mereka peka dalam mengungkapkan

kedua kesamaan dan perbedaan khusus dalam apa yang sebelumnya

dianggap sebagai terjemahan yang seimbang.

Apa yang disebutkan oleh Wicrzbicka (1995), Russell dan Sa to

(1995) ini lebih menyoroti adanya bahasa setempa t dan kelerbatasan

bahasa Inggris da lam mengungkapkan makna emosi dalam bahasa

setempattersebut. Ahli-ahJi ini rnenginga tkan peneliti emosi lainnya untuk

lebih berhati-hali dalam mcngartikan penelitian lintas budaya. Schimmack

(1996) juga mengingalkan hal ini.la menganalisiskembali penelitian lintas

budaya tentang pengena lan emosi mela lui ekspresi wajah. Biasanya

ditemukan bahwa jumlah ernosi dalam stimulus berpenganlh lerhadap

ketepatan skor dan penilai orang kulit putih (Kau kasian) lebih b,li k

daripada penilai yang bukan (non-Kaukasian). lni diterangkan dengan

adanya bias stimulus yang digunakan da lam penelitian-pcnelitian

tersebut. Ia mengingatkan pula bahwa pengenalan emosi sed ih dan takut

menunjukkan keha ti-hatian dan penghindaran peni lai non-Kaukasian

dalam menilai kedua ernosi tersebut. Kehati-hatian ini rnenirnbulkan

ketidakajegan penilai atas kedua ernosi itu. Apa yangdikernukakan oleh

Schirnrnack (1996) tentang ketepatan pcnilai Kaukasian d iband ingkan

dengan non-Kaukasian ten tang ckspl'esi wajah yang diungkapkan oleh

stimulus Kaukasian agak berbeda dengan penelitian Prawitasari (1992) .

Page 8: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Dcngan sHmulusekspresi wajah non-Kaukasian, penilai yang terdiri alas

profesional Amerika dan Indonesia sarna baiknya dalam menilai emosi

yangterungkap. Hanya saja mereka berbeda dalarn menilai inlensitas yang

diperlihatkan. Bagi penilai profesionallndonesia ungkapan marah yang

terlihat dinilai lebih intens daripada profesional Amerika.

Emosi dan Budaya

Dari ungkapan penciitian-penelitian lersebut ter!ihal berbagai

kelemahan yang perlu diperhatikan dalam mengartikan hasil penelitian

lin las budaya. Perlu diperhatikan keterbatasan stimulus yang digunakan

maupWl pengarlian hap budaya terhadap emosi yang terlihal. Khususnya

tentang pengartian cmosi sedih dan takut pcrludipcrhatik.·m mama budaya

setcmpal tentang kedua emosi itu.1imbul pertanyaan mengapa begitu sulit

bagi penilai dari berbagai budaya untuk mengenal itu seperti yang

terWlgkap pada hasil penclitian Prawitasari, Martani, dan Adiyanti (1995).

Dari apa yang diungkapkan dalam diskusi tcrlihat bahwa emosi sedih

dan lakut sangat pribadi, hanya orang-orang terlcntu saja yang balch

melihatnya. Mcrcka mcngWlgkapkan ked.ua emosi ilu di muka orang yang

dipercayai terutama keluarga, schingga ungkapan di muka umum perlll

dikendalikan . Kedlla emosi ini juga dinilai negatif sesuai dengn ajaran

agama yang mereka anut. Mereka harus mengendalikannya dengan baik .

Komunikasi nonverballainnya, seperti gerakan tangan dan tubuh

atau disebut gestur, bcrikut postu r lubuh dapat digunakan untuk

mengarahkan interaksi. menunjukkan keintiman, maupun kontrol sosial.

Geshu misalnya dapal dikategorikan sebagai gestur bebas dari percakapan

dan gestur berhubungan dcngan percakapan (Knapp dan HaIL 1992)

Menurul Ekman, Friesen, dan Bear (1984) gestur bcbas percakapan disebut

emblem . Orang dapat mcnggan tikan gcrakan mengangguk unluk

mengatakan "Ya" atau seperli di Bangladesh dengan menggcrakkan kepala

ke samping alas (pengamatan pribadi, July 1992). Gcstur bcrhubungan

dengan percakapan dapat disebut ilustrator (Ekman, Friesen, dan Bear,

Page 9: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

1984).Gerakan-gerakan tcrsebut tidak akan ada artinya bila lidakdisertai

pcrcakapan. Inj dimaksudkan untuk membantu mencrangkan ataupun

menekankan pcrcakapan. Semua gerakan ini dapat d iguna kan dalam

mengarahkan interaksi antar manusia. Misalnya orang akan

mcnggerakkan tangannya untuk mempersilahkan orang lain ganti bicara.

Salah satu pcnelitian perilaku nonverbal juga telahdilakukan oleh

G\lnalirin dan Prawilasari (1996). Penelitian ini mengulang penelilian

Bemieri, Gillis, dan Davis (1992) ten tang leori penilaian sosi,,1 dengan

bebcrpa modifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek Indo­

nesia mampu menilai keterdekatan individu Amerika yang sedang

berdialog dengan menggunakan isyarat-isyarat nonverbal. Pcrbcdaan latar

budaya tidak menghalangi terwujuhlya pemahaman antara budaya satu

dengan lainnya. Yang menarikdalam penelitian iniadalah adanya isyarat

tentang kesopanan. Dal,lm salah satu video klip ada pasangan yang

mengangk."lp kaki di meja . Bagi orang Indonesia mcngangkat kaki di meja

merupakan perilaku tidak sopan, sedangkan bagi orang Amer ika

mcngangkat kaki lidak menunjukkan sopan tidaknya seseorang. lni hanya

mcrupakan salah satu ca ra untuk mengekspresikan kcbcbasannya tanpa

konotasi kcsopanan . Kesopanandalam gerakan tidakdijumpai di Amcrika.

Bagi orang Amcrika memegang kepala tidak mempunyai makna tidak

menghormali. Sebaliknya bagi orang Indonesia kepala adalah tempat

terhormal jadi tidak boleh dipegang.1idak sopan memegang kepala orang

Indonesia kecuaH orang yang lebih tua !erhadap yang lebih muda, itupun

kalau hubungannya telall akrab. TIdak semharang orang balch memegang

kepala orang lain. Juga cara memanggil berbeda antara orang Amerik.,

dem orang Indonesia. Biasany., orang Amerika mcmanggil dengan telapak

tangan ke alas dan dua jari bi .... sanya jari tclunjuk dan tcngah digerakkan

ke arah diriny". Scdangk"n orang Indonesia .,ka" mcm.lIlggi l deng"n c<J r,'

"ngawe" yaitu tangan d irenlangkrHl dan teI.'pak ilwngarah ke bawah dan

semua jari digcrakkan kc Iclapak tangan. CU.l y.lng berbeda ini jug.,

menimhu lkan rasa tidak en.,k bagi orang Indonesia yang mcng.utikan

Page 10: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

gcrakan dengan kesopanan (pe:nga laman pribadi dengan orang Amerika

yang sesuai dengan penclitian ini). Univcrsalitasdan kekhususan budaya

dalam komunikasi nonverbal ini memang ada dan didukung data dalam

pe:nelitian ini (Gunatirin dan Prawitasari, 1996). Kedekatan merupakan

isyarat universal. kalau dua orang bcrdekatan daJam suatu dialog kedua

bangsa mengartikan sarna yaitu mercka telah akrab. Gerakan sopan dan

tidak sopan merupakan khusus budaya Indonesia yang tidak dikenal d i

Amcrika.

Terdapat pertentangan pendapat tcntang faktor budaya dalam

komunikasi nonverbal di antara para ahli. Hecht, Andersen, dan Ribeau

(1989) menyatakan bahwa komunikasi nonverbal tidak dapa! dipisahkan

dari kebudayaan. Oi lain pihak Ekman dan Friesen (1986), Ekman dan

Heider (1988) menyatakan bahwa ekspresi wajah yang mengungkapkan

rasa jij ik bcrsifat universa l. Mcskipun ekspresi 'waiah yang mcngungkap

cmosi bcrsifat universal tetapi terdapat perbedaan penilaian tentang

intensitas masing-masing ekspresi wajah (Matsumoto dan Ekman, 1989).

Se lain eksp resi wajah, pastur tubuh juga menunjukkan adanya

univers."llitasdan pengaruh kebuday.lan setcmpat. Kudoh dan Matsumoto

(1985) mcnemukan bahwa faktor yang terungkap melalui postur tubuh

antara orang Amcrika dan orang Jcpang sarna tctapi urutannya berbeda.

Sclanju tnya Matsum(ltodan Kudoh (l 987) mengulang pcnelitian tcrsebut

dan mencmukan bah"'a untuk orang Jepang pcnila ian terhadap postur

tubuh Icbih terfokus pada status dan keku<1saan, sedangk.m orang Amerika

lebih terfokus pada rcsponsi"itas anlar pribadi seperti penilaian senang

dan takscnang.

Demikian pula Patterson (1990, 1991) menyatakan bahwa oleh

karena perilaku non\'erbal biasanya bersifat mendua dan mungkin

mempunyai bermacam-mt'lcam arli, orang dari budaya lain mungkin

bervariasi dalam ckspresi dan pcngnrtian fungsinya. Senada denga n

berbagai ahli tersebut, Shaver, Wu, & Schwarts (1992) mengemukakan

bah"'a banyak bukti menunjukkan bahwa beberapa emosi dasar

Page 11: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

mcmpunyai kesamaan di beberapa negara yang berbeda sepcrti Arncrika,

China. !talia, dan Haluk. Mereka menyimpulkan bahwa emosi dasar

mempunyai kesamaan antese<tendengan ciTi abstrak, kesamaan tendensi

tindakan, dan kesamaan fungsi hubungan sosial di negara·negara yang

berbeda lersebut. Emosi dasar tcrscbllt adalah gembira / bahagia, taklll,

marah / benci, dan sedih/deprcsi dengan katcgori subord inasi positif dan

negatif.

Masihdalam kontcks emosi yang bersifat mcndtmia atau spesifik

budaya, Frijda (1992) mengemukakan adanya label-Iabelterlentu untuk

emosi tertentu pula. Orang ccnderung mcmbcrikan label bagi ckspresi cmosi

marah, sedih, takut, mcskipun belum tcnlu orang yang diberikan label

tersebu t betu l-betu l rnengalami ernosi tcrsebut. Emosi lebih rnerupakan

pengalaman internal bukan hnn)'a sckcdar kala yang dilabelkan padanya.

Hal ini dip~rkua t oleh Mayer dkk. (1991) yang mengatakan bahwa

pengalam.m suas.·ma hati lebih luas dibandingkan hallya isi cmosi saja.

Selnin itu Shweder(992) mcngcmukakan pu la bahwa emosi adalah suatu

sistcm pengartian. TIap budaya rnempunyai sistem pengarliannya sendiri

tentang cmosi yang dialami maupun diungkapkan. Hal ilu akan nampak

baik dalam kata-kata ataupun pengalaman somatik. Emosi marah dikaitkan

dengan tubuh yang tegang. Selanju tn ya Mesquita clan Frijda (1992)

mengatakan bahwa kesimpulan ya ng pasti tentang ernosi secara lintas

budaya akan sulit didapat karena tidak di temukan kesatuan mctodologi.

Sclain itu jusa di katakan bahwa masih langka informasi ten tang ernosi

yang sifam)'a mendunia ataupun spcsifik budaya.

I'enelitian ernosi dan komunikasi nonverbal mernang tidak

sescdcrhana scperli yang dipikirkan orang, karena scmuanya itu perlu

ditcliti dari berbagai sudut pandang. Hal ini clapat dilihat dad penelitian

GrossdanJohn (1997) tentang pcngungkapan perasaan. Penelitian mereka

rnenunjukkan bahwa eksprcsivit,l s negatif rneramalkan cksprcsi perilaku

kesedihan bukan ker iangan, dan ekspresidt,ls positif merarna lkan

keriangan bukan kesedihan . Hubungan ini te tap scimbang ke tika

Page 12: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

pengalam.m cmosi subjektiI dan respons fisiologis dikendalikan. Penelitian

mereka in i menunjukkan pentingnya pendckatan multifaset untuk

ekspresivitas emosional dan mempunyai implikasi un tuk mengerti

kepribadaian dan cmosi. Selain penelitian ini, penelitian Lambert, Khan,

Lickel, dan Fricke (1997) mcnunjukkan adanya koreksi dalam stereotipi

sosial. Orang yang mcnunjukk.m kesedihan akan mengoreksi ekspresinya

bila situasi menuntutnya, tidak dcmikian dengan ekspresi posilif. Sekali

lagi terliliat di sini bahwa ckspre5i positif Icbili dapat ditcrima daripada

eksprcsi nega tif baik oleh diri scndiri "Iau dalam inter::lksi 5osia l.

Ekspresi Emosi Bebcrapa KcJompok Etnik

5elain perdebatan apakah eksprcsi emasi mcmpunyai kesamaan

atau perbedaan da lam budaya yang bcrbeda, sering muneul pula

pcrl:lOyai'ln apnknh cmosi yang dieksprcsikan abn menimbulk;U'

perubahan {isiologis. ll."Igi orangJ.l\\,a kcselar.ls."tn merupi'lkan kunei dal"m

kchidupannya (fo,.lagnis-Suscno, 198-1 ), Ap"bila ia ml.?ngalami cmosi

tcrtentu, ia bcrusaha mengembalik,"t n pada suasana emosi nclral

sebelumnya , Sccarn fisiologis, in i ad., manfil.ltnYil , Yang penting buk,m

mcngabaikanemosi yangdi<l lami, tclilpi bag,lim,ma mcnyadari cmosi yang

dia lami, kemlldi ,lIl Illengem\:laliki'ltl padll SlI.1S<lna netral scbelumnya.

Gross & Le\'cnson (1993) mcneliti penckanan cmos i ya ihl pcngcndalikan

ckspresi COlosi sccam s.ld.1T I'adahal cmosi terlentu sedang dialami.

Penelilian mercka menunjukkall \:Iah\\'a pcnckanan Illengmangi perilaku

ckspresif dan menghasilkan :;ta tu s fisiologis ya ng tereaml'm yakni

"kti\'itassomatik mcnurun dan dctak jantung yang juga mcnurun. Tetapi

kcadaan ini diikut i oleh menaiknya kcjapan mata dan akti\'itas s.1Taf

simpatis dalam pcngukuran kardio\'askular dan tanggapan elcktrodennal.

Penckanan tidak mempunyai dampak pada pengalaman cOlosi subjcktH.

Hasil penelitian kedua pencliti ini mcmang masih belum dap.,t

disimpulkan dengan pasti karenct penckanan menimbulkan penurunan

pada detak jantung tetapi mcnaikkan kejapan mata maupun suhu kulit.

Page 13: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Terlihat bahwa tubuh menyesuaikan dengan keadaan emosi individu.

Mungkin ada bcnarnya pedoman orang Jawa yang menekankan

kcselarasan semua hal dalam kehidupannya. Yang penting sekarang

adalah kesadaran individu untuk mengena l emosi ya ng dialami,

mengendalikanekspresinya, dan mengenal perubahan didalam tubuhnya.

Keadaan ini mungkin akan Icbih menyehatkan dibandingkan

mengeksprcs ikannya langsung tanpa mcnyadar in ya ataupun

mengendalikannya. Seperti yang diungkapkan oleh Ortony, Clore, & Collins

(1988) bahwa pcngalaman emosi melayani fungsi pemrosesan informasi

yang sangat penting. Pengalaman cmosi dapat merupakan indikator untuk

melakukan sualu tindakan tertentu. Jadi kesadaran akan pcngalaman

COlosi saat ill.! merupakan situasi yang menyehatkandibandingkan dengan

pengalaman emosi yang tidak disadari tapi menimbulkan peru bahan­

perubahan fisiologis yang kurang menyehatkan . Temyata ada benarnya

aja ran Jawa bahwa manusia pedu waspada terhadap apa yang dialami dan dihadapinya saat ini (Magnis-Suseno, 1984; Mulder, 1984).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Esses & Zanna (1995)

mcnunjukkan bahwa bila sckelompok individu dalam suasmla rasa negatif,

mereka cenderung menilai stereotipi yang dianggap kurang mengenakkan

bagi kelompok etnik tertentu. Kelompok etnik yang lehih ajeg terpenganth

adalah orang asli Indian, orang Pakistan, dan Arab. Penelitian ini

mcnunjukkan bahwa sua sa na rasa dapat berdampak nyata terhadap

pcrsepsi anggota kelompok . Sclain illl suasana rasa juga mcmpengaruhi

pengartian orang pada stereo!ipi ketika mereka menggambarkan kelompok

tertentu secara uluh. Juga ada indikasi bahwa suas.:lna ras.:l mungkin

mempunyai pengaruh lemah tcrhadapstereotipi aklua l yang digunakan.

Penemuan ini berguna untuk mengenal asal dinamika persepsi anlM

keJompok yang penting untuk mengat<lsi prejudis dan diskriminasi. ladi

kalau orang Indonesia cenderung menunjukkan ungkapan \\·ajah positif

ada benamya juga yaitu mengurangi kes,1n negatif bila orang lain sedang

dalam suasana rasa negatif.

Page 14: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Selain ckspresi \'\'ajah positif, mereka juga banyak menunjukkan

gestor pasif atau gerakan Icmah su payCl tidak terkesan of ens if. Misalnya

mereka banyak ngapurallcangyaihl mcmbelenggu tangan kiri ol(>h tangan

kanan di muka perut ketika berdiri atau berpeluk tangan ketika duduk.

Hal ini dilakukan unluk kendall stimulusmenurul istilah perilakuan (Mar­

tin & Pear, 1992). Orang melakukan itu supaya gerak..'1nnya terbatas. Oi

muka orang yang dihormati, entah ilu tamu, orang lebih tua, atau orang

yang berkuasa, orang cendenmg membatasi gerakannya. Mereka

bcranggapan bahwa terlalu banyakgerak kurangsopan. Dari pengamatan

teru tama pada orang Jawa, kendali stimulus ini lebih banyak d ilakukan

dibandingkan orang di1ri luar Jawa (pengamatan pribadi, 1994).

Oi Sumatera Baral, Mimmgkabau sering lebih dikenal sebagai

benluk kebudayaan daripada sebagai bentuk negara atau kcrajaan yang

pern<lh ada dabm sejarah (N<lvis, 198-l). Disebutkan bahwa Tambo adaltlh

sa lah satu warisan kcbudayaan Minangkabau yang penting. Tarnbo ad alah

kisah yang disampaikan secara lisan oleh "tukang kaba" yang diucapkan

oleh juru pidato pada upacara i1daL Ia dibagai dua jenis yaitu t.1Jl1bo,1/,1/J/

yang mengisahkan asal-usul nenek moyang serla bangunnya kerajaan

Minangkabau, dan I.1mbo<1datyang mengisahkan adat atau sistem dan

aturan pemerintahan Min_angkabau pada masa Ialu. Cara mengisahkan

1~1mbo disesuaikan dengan keperluan dan keadaan seningga dianggap

sebagai karya sastra yangmenjadi milik umUln.

Lebih lanjllt disebutkan bahwa orang Minangkabau menamakan

tanah airnya AI,1fll A1inangkabml. Kata alam mengand ung malma yang

mendalam. AI,1m bagi Jllereka bukan hanya sebaga i tempal lah ir dan

temp"t mati, tempat hidllp dan berkembi'lng, melain.kan mempunyai mtlkna

fi losofis seperti ungkapan: Alam terkcmbang jadi guru. Olen karena illl,

ajaran dan pandangan hidup mcreka diungkapkan dalam peP.1t<1h, pelitih,

mamallgall, serta lain-iainnya dengan mengambil ungkapandari bentuk,

sifat, dan kehidupan a lam. Unsur-unsur penting dalam alam seperti,

matahari, bulan, bumi, billtang, siang, malam, pagi, petang, timur, barat,

Page 15: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

utara, selatan, api, air, tanah, dan angm. Semua unsur alam itu mempunyai

peran yang saling bcrhubungan tetapi tidak saling mengikat, masing­

masing hidup dengan eksistensinya dalam suatu harmoni .tetapi dinamis

sesuai dengandialektika alam sehingga muneul kata bakaranobakajadian

(bersebab dan berakibat). Falsafah ini menempa tkan manusia sebagai salah

satu unsur yang statusnya sarna dengan W\Sur lainnya, seperti tanah,

rumah, suku, dan nagari. Seperti unsur alam lainnya, manusia dapat

berfungsi sempuma, sehingga kedudukan manusia satu dan lainnya sarna.

Dikatakan bahwa Tagaksamotinggi duduaksamorandahkata pituah mereka.

Seperli unsur alam lainnya, kemampuan manusia dalam berbuat sesuatu

tidak sarna. Malahari akan bcrsmar dan bulan akan menggantinya di

malam hari . Buah mempunyai bentukdan rasa yang berbeda-beda. Oleh

karena illl pcmbedaan pandangan terhadap manusia ditentukan oleh

prestasinya dalam bcrusaha menjadi mulia, temama, pintar, atau kaya.

Dari uraian Navis (1984) terlihal betapa kayanya adal istiadat Minang

dengan filosofinya tentang manusia yang sarna dengan uJ\Sur alam lainnya.

Ada beberapa ca tatan tentang perubahan kebudayaan

Minangkabau yang ditulis oleh Sairin (1992). Ia menyatakan bahwa orang

Minangkabau menyadari benar bahwa masyarakat dan kebudayaan,

sebagai suatu pengetahuan atau eara memandang dan merasakan, selalu

berubah. Disebutkannya bahwa orang Minangkabau relatif terbuka dan

menganggap pcrubahan scbagai pcristiwa yang wajar terjadi. Selanjutnya ia menyebutkan bahwa terjadi perubahan dalam kekerabatan. Antara lain

hubungan antara mamak dan kemenakan sekarang semakin longgar,

sedangkan hubungan anlara ayah dan anak semakin kuat. Hal ini

disebabkan sebagian ka rena adanya faktor pendidikan yang membuat

keterga ntungan anak terhad ap aya h makin kua t. Anak harus

mcncanlumkan nama ayahnya demikian juga dalam akte kelahiran.

Meskipun demikian kedudukanmamak Ictap diperlukan terutama untuk

kegiatansercmonial. Sclain perubahan fungsi mamak, juga sebulan orang

tua mengalami perubahan. Mis..1.lnya, anak akan memanggil oom dan !ante

Page 16: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

untuk mamakdan eteknya. Nampak di sini bahwa masyarakat Minangkabau

da lam keadaan transisi. Oi sa tu pihak masyarakat belum dapat

meninggalkan nilai-nilai budaya lama, di lain pihaknilai-nilai baru bclum

dihayati sepenuhnya.

Untuk kebudayaan Palembang baru ditemukansuatu tulisan kuno

oleh van Sevenhoven yang ditcrjemahkan olch Purbakawaqa (1971).

Nampa knya van $evenhovcn menu lis berdasarkan pengamatannya

terhadap orang-orang Palemba ng . Oi situ disebutkan tabiat orang

Palembang secara garis besar. Orang hanya men genal dua golongan

penduduk yaitu mereka yang memerintah dan mereka yang diperintah .

Dad sini asal keangkuhan dan ras,) rend"h diri. Inilah ciri pokok labiat

orang-orang I'alembang. Sifat in i berubnh scsuai dengan keadaan yang

dihadapi. Kadang-kadang mereka menjadi angkuh, sewenang-wenang,

kejam atau kndang-kadang menj"di damba, hina, dan nista. Mereka

disebutkan lebm cerdik dan cepat mengerti dibandingkan dengan orang

Jawa. Ketrampilan mereka dalam pckerjaan tangan menonjol baik laki ­

laki dan perempuan. Tetapi mereka tidak mempunyai ahli s<,stra. Tulisnya

lagi bahwa orang Palembang suka mengakhiri cerita dengan sumpah.

'ieriihat bahwa mereka belum mengelli1l Islam dengan mendalam. Mereka

hanya mengenal agama ilu secara lahiriah saja, masih banyak takhayul

yang dipercayainya. Disebutkan pula bahwa orang Palembang sama

dengan orang Jawa dalam hal pengenda lian rasa ffii'lfah. Mereka

beranggapan bahwa marah akan membuat orang tidak tahu apa yang

dikalakan atau diiaku kaJUlya. Di anlara mcreka sendiri kurang dapa\

saling mempercayai sehingga mercka banyak berhati-hati dalam berurusan

dengan sesamanya. Mercka tidak mempunyai permainan yang dapal

dinikmati bersama seperti ",ayang di Jawa, sehinga mercka kurang bcgitu

gcmbira seperli orangJawa.

Apa yang ditulis oleh van Sevenhoven ini telah lama sekali,

nampaknya ditulis di jaman kolonial. Tulisan ini seba iknya dikaji Icbih

Page 17: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

mendalam dengan acuan yang lebih baru. Sayangnya itu belwn ditemukan

sehingga apa yang dikutip tersebut harus diperlakukan ekstra hati-hati .

Penutup

Telah diungkapkan berbagai penelitian baikdi Indonesia maupun

di lua r Indonesia mengenai emosi dan komunikasi nonverbal. Banyak hal

periu d ipertimbangkan antara lain pengartian Hap budaya terhadap kedua

hal itu. Selain budaya yang periu banyak diperhatikan adalah penggunaan

bahasa.

Pengungkapan dan pengartian cmosi melalui komunikasi non­

verba l tidak scsederhana yang dipcrkirakan. Ada banyak fakto r yang

mcmpengaruhinya. Dalam diskusi mis..1Inya, ketika ditanya tentangemosi

mungkin orang menjawab karena pengertiannya yang terbatas . Ada

sebetulnya bahas.l Indonesia untuk emosi yaitu renjana. Kata ini lebih

bera rti sebagai perasaan yang mendalamdan lebih berkaitan dengan rindu

dan kasili. ApabiJa renjana yang ditanyakan kemungkinan beSM orang

tidak mcngenalnya.Orangakan Icbili mcngenal sebagainama lagu. Untuk

tujuan akademik kata renjana juga tampak kurang pas untuk mengganti

kata COlosi . Hal ini dikemukan oleh pembahassaat seminar hasH peneli tian

hibi"lh bcrsi"ling i\wi"l1199i. Lebih lagi pertentangan tentang arli hahi"lsa itu

sendiri banyak diungkapkan oleh Wierzbic ka (1992, 1995) maupun Russell

dan 5a lo (1995). Kal.:l-kata lnggris unluk cmosi banyak menunjukkan

taksonomi statusemosional. Telapi mereka berargumcntasi seberapa j.luh

pengaruh budaya dan bahasa terhadap taksonomi ini. Schimmack (1996)

juga mengingatkan kelerbatasan bahas.l ini dalam penelitian lintas budaya

ten tang pengenalan cmosi melalui ekspresi wajah. Terlihat di sini bctapa

peneliti harus betul-bctu l berhati-hati dalam menggunakan istilah karcna

akan memberikan bias. Faktor bahasa ini perlu diperhatikan untu k

penc litiao-penelitian selanjutnya.

Page 18: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

l·k.l1l<ln, 1'., Frie:;. . .'H, W.V., & 1k:"L.I. 19H-.l. rhe llltefllation.lll.mgu<lge "I hl"';'

ture: Every little mll\'C!11Cnt has.1 meaning its ow n, depending on thto'

culture in which you In;"\ke it. 1~)""dl0Iog)' Ttxlay, 18, 5.

Ekman, P. & Friesen, W.v. 1986. A ncw pan-cultural f;"\cial ex pression of

emotion. l\1otivc1tiOJ1c1nd Emotion, 10,2, 159-168.

Ekman, P., Friesen, W.v., & O'Sullivan, M. 1988.smi lcswhcn ly ing.}ourl1c11

of Persomlity .md Social PSydl0logy 54, 3, 414-420.

Ekman, P. & Heidcr, K.G. 1988. The universali ty of a contempt expression:

a replication. Motiv<1tion;md .Emotion, 12, 3, 303-308.

Esses, V.M. & Z1nna, M.P. 1995. Mood and the expression of ethnic stereo­

types.}oum<1/0f Persomlity and Socl~11 PSyd101ogy,69, 6, 1052-1068.

Frank, M.G., Ekman, P., & Friesen, W.v. 1993. Behavioral markers and l"ec­

ognizabi li ty of the smile of enjoyment .joumal of Person<,/ity and .Soc,:,/ Psychology,64., I ,83-93.

Frijda, N.f-I.1992. Labelling one's emotions. Conferenceon Emotion and Cili­

hlt"e,June l0-14. Eugene, OI~: University of Oregon.

Gross, J.j. & Levenson, R. W. 1993. Emotiona l suppression: physiology,

self-report, and expressive beha vior. }oufllal of Personality and SocJ~11

Psychology, 64., 6, 970-986.

Gross, j.J. & John, O.P. 1997. Reveiling feelings: Facets of emotional

expressivity in self-reports, peer ratings, and behavior./oum<1101 Per­

sonality & Social Psychology, 72, 2, 435-448.

Page 19: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

GlU1atirin, E.Y. & Pr<1witasan, J.E. (1996).Judgementof rapport of Indone­

sian subjects: Replication and modification of Semien, Gillis, and

Davis' research (1992) in supporting social judgement theory (in bah.1sa

Indonesia). Berkal.1 Penelitian PascaSarjana, 9 (2A, Mei,313-328.

Hecht, M.L., Andersen, P.A., & Ribeau, SA. 1989. The cultural dimensions

of nonverbal commtmication. Dalam M.K. Asante & W.8. GudyklU1st

(Eds.)H1l1dbookofintematifXIllhuuiinterr:uJturaJcommunkab"a"I.Newbwy

Park, CA: Sage.

Heider, KG. 1991. Landscapesofemotion: M1pping tlwecuJturesofemotion in

Indonesia. New York Cambridge University Press.

Heider, K.G. 1991. Indonesian cinema: Nation.11 culrureol1 screen. Honolulu:

University of Hawaii Press.

Keltner, D., Kring, AM., Bonanno, A. 1999. Fleeting signs of the course of

life: Facial expression and personal adjustment. Current Directions Jil

Psycholo!JicaIScjen~ 8- 1, 18-22.

Knapp, ML & Hall, J.A. 1992. Nonverbal commumcationin human interaction

(3rd. eel.). New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Kudoh, T. & Matsumoto, D. 1985. Cross-cultural examination of the seman­

tic dimensions of body postures. /oum,?1 of Personality and Socl~11 Psy­

chology, 48, 6, 1440-1446.

Lambert. A.J ., Khan, SK, Lickel, B.A., & Fricke, K 1997. Mood and the

correction of positive versus negative stereotypes.joumalof Personality

and Soci,11 Psychology, 72, 2, 1002-1016

Leonard, CM., Voeller, KKS., & Kuldau,J .M. 1991. When's a smile a smile?

Or how to detect a message by digitizing the signal. PsychologicalSci­

ence, 2, 3, 166-172.

Magnis-Suseno, F. 1984. Etika /.111'<1: Sebuah <walisa f.7lsafati tentewg

kebijaksanaan hldup fawa. Jakarta: Gramedia

Page 20: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Markam, S.s. 1992. Dimensi pengalaman emosi: Kajian deskriptif melalui

nama-emosi berdasarkan teori kOgnitif.Jakarta: Disert<1Si.Jakarta: Pro­

gram Pasea Sa rjana.

Martin, G.& Pear,J .1992. Beha viormodih"c.1tion: W'hat is it.1fld how to do it.

Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Matsumoto, O. & Kudoh, T. 1987. Cultural similarities and differences in

the semantic dimensions of body postures. Joum<11 of Nonverbal HelM I'·

ior, 11,3, 166·179.

Matsumoto, 0 . & Ekman, P. 1989. American-Japanese culturaldifferences

in intensity ratings of facia l expressions of emolion. A1otil'ation and

Emotion, 13,2, 143-157.

Matsumoto, O. & Ekman, P. 1992. American-Japanese cultural differences

in the recognition of universal facial expressions.joum<1}oICross-Cul­

him} Psychology, 23, 72-84.

Mayer, J.D., Salovey, P., Gomberg-Kaufman, 5., & Blainey, K. 1991. A broader

conception of mood experience . Journal 01 PersolMlity and Socia/ Psy­

ch%gy,60, 1, 100-111.

Mesquita, B. & Frijda, N .H. 1992. Cul tural varia tions in emotions: A review.

ConferenceOI1 EmotionandCulhlrt!, June 10-}-1. Eugene, OR.: University

of Oregon.

Mulder, N . 1984 . Kebatinan dml/udup schari-htui or.11lg J<1W<1. Jakarta:

Gramedia.

r.,'[ulder, N . 1992. IndivJdlMI <1I1d society ill j <1I'iI: A cultural analysis.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Navis, A.A. 1984. Al<1m terkembang 1~1di gurtl: AdM d.1Jl kebud(1)'<MI1

MiIlangk.1bau. Jakarta: Gra ffiti Press.

Ortoni, A., Clore, GL, & Colllns, A. 1988. 7becognilil1e stnlchJrt! olemotions.

New York: Cambridge University Press.

Page 21: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Patterson, M.L. 1990. Function of nonverbal behavior in social interaction.

Dalam H.Giles & W.P. Robinson (Eds.) H.1IIdbookofJ.-mguageandsociaJ

psychology. New York: John Wiley & Sons.

Patterson, M.L. 1991.A functiona l approach to nonverbal exchange. Dalam

R5. Feldman & 13. Rime' (Eds.) Fundamentals of nonverbal belmvior. Cam­

bridge: Cambridge University Press.

Poen 'Vadanninta, W.]5. 1982. K<1lnU511mumbahas;llndonesJ~1.Jakarta: Balai

Pustaka.

Prawitas.'lri, J.E. 1990. Ekspresi wajah untuk mengungkap emosi dasar

manusia. Laporan PenelitJ~1J1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

PrawitasMi, J.E. & Hasanat, N.U. 1990. Kepckaan terhadap komunikasi

nonverbal. Laporal1PenelitJ~7I1. Yogya kMta: Fakultas Psikologi UGM.

Pr.lwitas.1fi. J.E. 1991. Reliabilitas al.ll pengungkap emosi dasar manusia

L.1pOr<1J1 PenelitiaJl. Yogyakarta : Fakultas PSikologi UGM.

Pr.lwitasari, J.E. 1992. Perceived emotion: An interpretation of facial ex­

pressions by Amenan and Indonesian professionals. Disajikan dalam

Emobon <1JJd ClIlhlreCollfen..>f1Ce. Eugene: Department of Psychology, Uni­

versity of Oregon.

Pr:1.\\'itasari, J.E. 1993. Keajcg<ln gerilk dilll emosi. L1pomn Penelitian

YogYilkarta: Fakultas PSikologi u crv!.

Prawitasari, J.E. & ~vla rlani, \V. 1993. Kepekaan terhadap komunikasi non­

"erbaldi antara masyarakat yang bcrbeda bud«ya. Lapor.1n PeneJitian.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Prawitasari, J ,E., Martani, W. & Ad iyanti, M.G _ 1995. Konsepemosi o rang

Indonesia: Pengungkapan dat' pengilrtian emosi mclalui komunikilsi

notwerbal di masyarakat yang berbeda latar budaya (Banjarmsin,

Balikpapan, dan Yogyakarta). Laporan Peneliti.m. Yogyaka rta: Fakultas

Psikologi UGM.

Page 22: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Pra\\'ilasMi. J.E., Martani. W. & Adiyanli, t\!I.C . 1(}96 Konsepcmosi orang

Indonesia: Pcngungk.'p,m dan pengnrlian cmosi melalui komunikasi

nonverbal di masyarakal yang bcrbcda lalar budaya (SuOlatera) .

Lapor.1JJ PeneJi/i.ul. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UCM.

Prawitasari, J.E., Mariani, W. & Adiy.,nti, M.G. 1997. Konsep cOlosi orang

Indonesia: Pengungkapan dan pengilrtian emosi melalui komunikasi

nonverbal di masyarak.lt yang berbeda latarbudaya Oilwa Barat,Jawa

Tengah, Jawa Tunur, Bali, Lombok) . Lapomll Pelleli/J~ln. Yogyakarla:

Fakultas PSikologi UGM.

Russell, ) .J\. 1991. Culture and the ca tegorization of emotions. Psydl%gi­

col/Bulle/in, 110,3,426-450.

RusseU,J.A.&Sato, K. 1995. Comparing emotion wordsbetwcen languages.

/olinM/ ofCross-C/I/hlmll~<;ycholog)', 26, 4. 384-391.

sairin. S. 1992. Beberapa cala lan tenlang perubahan kebudayaan

Minangk,1bay. Dalam M. Zed, A. ?v1.iko, & E. Olalra. Pemb.lhan SOSJ~l/ di

MiJlmglvlbay: lmp/iJwlSl·ke/emb.l/F'anda/;un Pemb..1JllJl,mn5l.mMtm /Jam/.

Padang: Pusal Siudi Pembangunan dan Perubahan Sosial Budaya

Universitas Andalas.

Schimmack, C.l. 1996. Varieties of emotions.jollnm/ of Personality and SOci.l/

Psychology, 67, 2, 186-205.

Shaver, P.R., Wu, 5, & Schwarlz, J. 1992. Cross-cullu ral similarities and

differences in emotion and its rcpr<'SCntation: A prototype appro."lch.

D"Jam MS. C1arak (Ed.). Emotion. Newbury Park: s..,ge.

Shwed cr. R.A. 1992. "You're not sick, you' re just in love": Emotion tIS an

interpretive system. Con(crenceon Emotion <1J1d Cu/lure, June 10-14. Eu­

genc, OR.: University of O regon.

Srisayekti, W. 1994. l1ngkah laku nonverbal: Suatu peng"lltM. jum,l/

Psiko/ogl; 2, 48-58.

Page 23: EMOSI DAN EKSPRESINYA DALAM MASYARAKATjohana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/emosi_-ekspresinya_dalam... · .-J!raid menunjukkan taksonomi status cmosional. Tetapi seberapa jauh

Van Sevenhoven, J.L. 1971. (diterjemahkan oleh Purbakawatja) Lukisan

tentang ibukofa Palembang. Jakarta: Balai Pustaka.

Wierzbicka, A. 1992. Human emotions: Universal or culture-specific? Con­

ference on Emotion and CulhlTe, June 10-14. Eugene, OR.: University of

Oregon.

Wierzbicka, A. 1995. Emotion and fadalexpression: A semantic prespective.

Cuiture& Psychology 1,227-258.