92
ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI KHUSUS DI IRAK (1920 1991) Skripsi Dilaksanakan sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh: Ahmad Khoirul Mizan Nim: 1110022000024 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH

OTONOMI KHUSUS DI IRAK (1920 – 1991)

Skripsi

Dilaksanakan sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh:

Ahmad Khoirul Mizan

Nim: 1110022000024

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH

oToNoMr KHUSUS Dr rRAK (1920 - 1991)

Skripsr

Dilaksanakan sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh:

Ahmad Khoirul MizanNim: 1110022000024

Dr. Abdul Chair. M.ANIP: 19541231 198303 1 030

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAII ISLAM ]

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTA

1436 HJ2015 M

Page 3: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEHOTONOMI KHUSUS DI IRAK (1920-1991) telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Iakarta pada 08 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program studiSejarah dan Kebudayaar Islam.

J akarta, 08 Januari 20 1 5

SIDANG MT]NAQASYAH

Nurhasan. M.ANIP: 1969072419970 | 001

ANGGOTA

Penguji II

NIP: 19520903 198603 I 001

PEMBIMBING

Dr. Abdul Chair. M.ANIP: 19541231 198303 1 030

9750417 200501 2 007

Penguji I

NIP: 19611025199443 I 001

Page 4: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1.

2.

-1.

Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah J akafia.

Jika dikemudaian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 J anuari 201 5

Ahmad Khoerul Mizan

Page 5: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 6: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 7: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 8: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 9: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 10: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 11: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora
Page 12: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengkaji masalah yang berkaitan dengan politik dan konflik etnis di

Timur tengah adalah hal yang sudah lama dilakukan orang. Kajian ini dianggap

menarik salah satunya karena Timur tengah merupakan wilayah yang dihuni oleh

beragam etnis, hal ini menjadikan wilayah tersebut begitu rawan akan konflik

etnis. Konflik etnis timbul ketika terjadi penguasaan wilayah dan penindasan oleh

sebuah etnis penguasa terhadap etnis lainnya, biasanya etnis tertindas tersebut

adalah etnis yang lemah persatuannya ataupun berkedudukan sebagi kelompok

minoritas. Hal ini kemudian memunculkan gerakan perjuangan dari etnis yang

tertindas dan minoritas untuk melawan etnis penguasa yang kejam agar eksistensi

kelompok mereka tetap terjaga.

Salah satu negara di Timur Tengah yang memiliki latar belakang etnis

yang beragam adalah Irak. Masalah etnis yang dihadapi Irak adalah mengenai

perjuangan Etnis Kurdi yang menuntut otonomi wilayah Kurdistan di Utara Irak

(melingkup Arbil, Suleymani, Dahuk, dan Kirkuk). Pada awalanya, dibawah

pimpinan seorang ulama bernama Syeikh Mahmud Barzanji mereka berjuang

menuntut realisasi perjanjian Sevres 1920 terkait kemerdekaan bagi seluruh

wilayah Kurdistan.1Namun, dalam perjalannya, ketika kepemimpinan perjuangan

dibawah kendali Mustafa Barzani, Etnis Kurdi di Irak merubah tuntutannya, yakni

agar diberikan status otonomi kepada wilayah Kurdistan yang berlokasi di Irak

1Rebecca Rowell. Iraq. (Minnesota : ABDO Publishing Company), 2011, h. 7.

Page 13: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

2

Utara. Mereka berpikir, sulit pastinya untuk menciptakan sebuah Negara

Kurdistan yang berdaulat, hal ini dikarenakan keberadaan Etnis Kurdi yang

terpencar diempat Negara yakni Turki, Iran, Irak, dan Suriah.2

Gerakan perjuangan Etnis Kurdi di Irak merupakan bentuk protes terhadap

pemerintah yang berkuasa. Etnis Kurdi menganggap Pemerintah Irak baik saat

masih dipegang oleh mandat Inggris maupun sudah menjadi republik selalu

mengabaikan kepentingan Etnis Kurdi, bahkan keberadaan mereka hampir

dihilangkan melalui Genocida Kurdistan ketika Irak dipimpin oleh Saddam

Husein pada tahun 1988.

Dalam sejarahnya, Etnis Kurdi yang terdiri dari berbagai macam suku ini

tak pernah bisa bersatu, mereka terlalu larut dalam pertikaian antar Suku. Satu hal

yang menjadi paradoksial adalah, terbentuknya Negara- negara baru di Timur

tengah pasca runtuhnya Dinasti Ottoman memberikan kontribusi akan timbulnya

jiwa nasionalisme di dalam diri Etnis Kurdi di Irak.3

Pengalaman perjuangan Etnis Kurdi di atas dapat dilihat sebagai salah satu

perjuangan rakyat yang dilakukan dengan cara berperang secara militer. Meskipun

demikian, Etnis Kurdi dalam konteks Perjuangan tidak dapat dikatakan mutlak

berperang secara militer melawan pemerintah Irak sebab, mereka juga

2Kurdi merupakan salah satu etnis terbesar di dunia yang bisa dikatakan tercerai berai

karena, mereka tidak memiliki Negara persatuan. Pasca perjanjian Lausanne 1923, Wilayah

Kurdistan secara umum terbagi didalam territorial empat Negara yakni Turki, Iran, Irak, dan

Suriah 3 MERIP Reports, The Kurds, (Washington DC; Midle East Research and Information

Project), 1996, h. 5.

Page 14: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

3

menjalankan negoisasi melalui perundingan – perundingan dengan pemerintah

Irak sehingga terbentuklah wilayah otonomi Kurdistan di Irak Utara tahun 1991.

Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam mengenai perjuangan Etnis Kurdi di Irak dalam memperoleh Otonomi.

Dengan sumber – sumber tertulis yang penulis dapatkan, penulis menelaah

bahwasanya keberhasilan Etnis Kurdi di Irak merupakan sebuah prestasi luar

biasa yang tidak pernah didapatkan oleh Etnis Kurdi manapun baik yang ada di

Turki, Iran maupun Suriah. dalam kasus Etnis Kurdi di Iran mereka bahkan

dibujuk oleh pemerintah Iran untuk berintegrasi sebagai bagian dari orang Persia

sehingga mengakibatkan tidak ada regulasi khusus tentang otonomi bagi Etnis

Kurdi di Iran.

B. Pembatasan Masalah

Dengan demikian penelitian ini difokuskan khusus pada wilayah Kurdistan

yang ada di Irak dengan bentangan waktu di mulai dari tahun 1920 ketika

disepakatinya perjanjian Sevres, hingga tahun 1991 dimana Etnis Kurdi

mendapatkan otonomi khusus dari pemerintah Irak.

C. Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang diatas kemudian penulis menentukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah munculnya gerakan perjuangan suku Kurdi di Irak?

2. Bagaimana proses perjuangan suku Kurdi memperoleh otonomi di

Kurdistan Irak?

D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Penelitian ini disusun dengan tujuan :

Page 15: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

4

a) Mengetahui sejarah munculnya gerakan perjuangan suku Kurdi di

Irak.

b) Mengetahui proses perjuangan suku Kurdi memperoleh otonomi di

Irak.

Kegunaan Penulisan

A. Manfaat Teoritis, Diharapkan agar dapat mengetahui gambaran yang

benar tentang kondisi di negara Irak khususnya perjuangan suku Kurdi

memperoleh otonomi di Kurdistan Irak.

B. Manfaat Praktis, Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam skripsi yang berjudul ETNIS KURDI: PERJUANGAN

MEMPEROLEH OTONOMI KHUSUS DI IRAK (1918-1991) kajian

pendahuluan yang dijadikan acuan atau pembanding dalam penulisan skripsi ini

yang pertama adalah buku berjudul ‘The Kurds of Iraq: Etnonationalism and

National Identity Iraqi Kurdistan’yang ditulis oleh Mahir A. aziz. Buku terbitan

Tauris & Co Ltd, London tahun 2011 ini, menjelaskan tentang perjuangan Etnis

Kurdi di Irak dalam menegaskan identitas nasional mereka dan juga perpolitikan

Etnis Kurdi itu sendiri. Untuk mempelajari tentang Etnis Kurdi yang ada di Irak

buku ini sangat bagus sekali. Mahir menjelaskan sejarah Etnis Kurdi, perjuangan

bangsa Kurdi, dan dunia perpolitikan Etnis Kurdi di Irak dengan detail.Namun,

kelemahan buku ini ialah, Mahir lebih menonjolkan Etnis Kurdi sebagai etnis

pembrontak di Negara Irak. kata pemberontak ini jelas mengartikan bahwa Etnis

Kurdi sama saja seperti penjahat yang harus di hilangkan dari Negara Irak.

Page 16: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

5

Buku yang kedua adalah ‘Road ThroughKurdistan: The Narative of an

Engineer in Iraq’ yang ditulis oleh Archibald Milne Hamillton. Buku ini pertama

kali diterbitkan oleh Faber and Faber Limited, kota New york tahun 1937.

Kemudian buku ini dicetak lagi pada tahun 1958 dan 2004. Untuk tahun 2004

buku ini di publikasikan oleh David Mcdowall dan diterbitkan oleh Tauris & Co

Ltd, kota London. Hammilton yang seorang Insinyur bekerja kepada Royal Air

Force (RAF) Inggris di Iraq tahun 1932. Ditengah tugasnya membangun Jalan

wilayah Kurdistan dia banyak mencatat tentang kehidupan Etnis Kurdi, dimana

catatan dia kemudian ditulis dalam buku ini. Membaca buku ini kita akan

mengetahui kehidupan sehari hari Etnis Kurdi pada masa lalu. Kekurangan buku

ini ialah Hamilton lebih banyak menjelaskan sisi buruk dari Etnis Kurdi sebagai

etnis yang fanatik akan kesukuan dan senang berkonflik.

Untuk kajian pendahuluan yang ketiga penulis membaca artikel berjudul

‘’The Politics of Iraqi Kurdistan: Towards Federalism or Seccesion yang ditulis

oleh Ala Jabar Mohamad. Artikel ini diterbitkan oleh University of Canberra pada

tahun tahun 2013. Dalam artikelnya, Ala Jabar Mohamad banyak menjelaskan

tentang sejarah politik dan bagaimana proses perjuangan etnis Kurdi dalam

memperoleh otonomi. Namuan, sayangnya proses perjuangan Etnis Kurdi yang

ditulisnya masih kurang begitu mengena, karena dia hanya memperlihatkan

persaingan politik Etnis Kurdi.

Aratikel berikutnya ialah berjudul Land and Rebellion: Kurdish

Separatism in Comparative perspective. Artikel ini ditulis oleh Benjamin Smith

pada tahun 2007 dan diterbitkan oleh Gainesville, Amerika Serikat. Dalam

artikelnya ini Benjamin menulis tentang gerakan separatis di wilayah Kurdistan.

Page 17: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

6

Benjamin menjelaskan bahwa tujuan gerakan ini adalah untuk memperjuangkan

hak-hak Etnis Kurdi untuk memperoleh kemerdekaan. Namun, sayangnya

Benjamin lebih menonjolkan bahwa gerakan yang dilakukan Etnis Kurdi tersebut

adalah sebagai pembrontak dan penjahat.

Adapun untuk skripsi pembanding, dalam pencarian penulis ke

perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustkaan Utama UIN Jakarata

dan Perpustakaan Utama UI Jakarta, penulis tidak menemukan satupun skripsi

mengenai perjuangan Etnis Kurdi di Irak. umumnya Skripsi dikedua

perpusatakaan tersebut, lebih banyak membahas Perjuangan Etnis Kurdi di Turki.

Begitu pun ketika penulis mencari di internet, penulis tidak menemukan hal

terkait mengenai skripsi perjuangn Etnis Kurdi di Irak dalam memperoleh

Otonomi Khusus.

Yang membedakan isi skripsi ini dengan kajian-kajian pendahuluan di atas

adalah bahwa skripsi ini lebih pokok menjelaskan proses perjuangan etnis Kurdi

di Irak dan juga tidak menyebutkan bahwa Etnis Kurdi di Irak adalah pembrontak

yang lebih identik dengan penjahat. Sebaliknya, Mereka murni berjuang untuk

meraih apa yang dicita-citakan.

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis melakukannya dengan

model penelitian kepustakaan (Library Reseach) dan diperkaya melalui

pendekatan historis politik. Dalam usaha mendapatkan data dengan metode ini

penulis melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan antara lain: Perpustakaan

Umum dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, e-

Page 18: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

7

resources milik PNRI, Lontar.ui.ac.id, tulis.uinjkt.ac.id, serta tempat-tempat lain

yang dapat penulis manfaatkan untuk mencari sumber-sumber yang ada kaitannya

dengan pembahasan skripsi ini seperti di perpustakaan digital.

Jenis tulisan yang banyak diambil adalah buku yang banyak mengusung

tema – tema tentang Irak dan Etnis Kurdi, selain itu ada juga beberapa artikel dari

Jurnal dan Koran. Sayangnya, penulis tidak banyak menggali langsung dari Koran

Irak maupun Kurdi, tetapi hal tersebut tidak mengurangi keontetikan data dan

informasi. Justru dari Koran luar Negara Irak dalam hal ini Koran Indonesia,

informasi tersaji lebih objektif karena mereka tidak memiliki keterkaitan akan

konflik Irak dan Etnis Kurdi. Sementara itu, sumber utama yang dirujuj oleh

penulis adalah buku karangan Masoud Barzani. Masoud Barzani merupakan

pemimpin Kurdi dan saksi mata perjuangan Kurdi di Irak, melalui bukunya kita

dapat mentelaah lebih dalam historis Etnis Kurdi dalam perjuangannya

memperoleh otonomi di Irak pada tahun 1991.

Mengkaji tulisan tidak hanya dengan membaca tetapi dibutuhkan cara dan

metodelogi yang nantinya akan bermanfaat untuk menggali ideology tulisan

tersebut. Untuk itu penulisan skripsi ini selain dengan memakai metode deskripsi

– analitis juga menggunakan metodelogi Hermeunetika. Metode deskriptif –

analitis dipakai untuk menggambarkan proses, sebab musabab terjadinya peristiwa

secara kronologis. Sedangkan hermeunetika dipakai untuk menambah khazanah

informasi sejarah. Berbagai informasi yang didapat, dikumpulkan dan

diinterpretasikan faktanya. Hasil interpretasi fakta ini diwujudkan dalam bentuk

penulisan atau lazimnya disebut historiografi.

Page 19: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

8

Metode hermeunetika juga akan menemukan titik urgensinya untuk

melihat serta menafsirkan kata – kata dan fakta – fakta yang ada dari sumber –

sumber tulisan yang didapat penulis untuk kemudian direkontruksi ulang sesuai

dengan maksud dan tujuan penulis.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan terdiri ke dalam lima Bab pembahasan.

Bab Pertama, membahas tentang signifikansi tema yang diangkat, pembatasan dan

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab Kedua, membahas Landasan teori dan kerangka berfikir.

Bab Ketiga, membahas profil Negara Irak dan identitas Etnis Kurdi.

Bab Keempat, membahas perjuangan Etnis Kurdi diIrak dalam memperoleh

Otonomi Khusus (1920 – 1991).

Sedangkan Bab kelima, Merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dari

seluruh isi tulisan.

Page 20: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Perjuangan

Menurut Wojowarsito, perjuangan berasal dari kata „‟juang‟‟ yang berarti

usaha untuk mempertahakankan hidupnya atau menyampaikan maksudnya.

Perjuangan mengandung unsur usaha dan tujuan. Usaha ini dimaksudkan sebagai

cara yang digunakan dalam proses untuk mencari apa yang diinginkannya.

sedangkan tujuan merupakan sasaran akhir setiap usaha yang dilakukan baik oleh

kelompok maupun individu.1

Maurice Duverger menyebutkan berbagai definisi perjuangan dari

berbagai sudut pandang yaitu :

1) Kaum konservatif tradisional menganggap perjuangan adalah usaha untuk

merebut kekuasaan dan menempatkan elite (mereka yang mampu melaksanakan

kekuasaan) melawan massa (mereka yang menolak untuk mengakui superioritas

alami dari elite dan haknya untuk memerintah).

2) Kaum Liberal melihat perjuangan dalam bidang politik sama seperti

perjuangan ekonomi yaitu suatu bentuk struggle for life yang secara mendasar

menempatkan satu spesies melawan yang lain dan individu di dalam spesies

tertentu melawan yang lain.

1 Wojowarsito.Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Bandung : Sinta Darma), 1972, h. 25.

Page 21: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

10

3) Kaum Marxis melihat perjuangan disebabkan oleh perjuangan kelas yaitu

pertentangan antara kelompok sosial yang terjadi dalam masyarakat karena

adanya perbedaan kepentingan.2

Dari pengertian tentang perjuangan di atas, dapat dikatakan bahwa

perjuangan adalah suatu usaha atau ikhtiar yang dilakukan individu maupun

kelompok untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkan.

Max Weber mengkategorikan perjuangan dalam dua wujud atau bentuk,

yaitu perjuangan fisik dan non fisik. Perjuangan fisik adalah suatu perjuangan

yang lebih mengarah pada konfrontasi fisik dalam mencapai suatu tujuan.

Perjuangan fisik dipraktekan dengan Pertempuran, peperangan, penggulingan

kekuasaan (kudeta), dan bentrokan bersenjata. Akibat dari perjuangan ini banyak

menyebabkan kematian, cacat seumur hidup, kerusakan harta benda, kehilangan

keluarga bahkan habisnya populasi penduduk di suatu wilayah. Sarana perjuangan

fisik dapat berupa senjata-senjata tajam, benda-benda tumpul, senjata-senjata api

bahkan senjata mematikan lainnya yang sangat dahsyat yaitu bom atom dan

nuklir.

Sementara itu, Perjuangan non fisik merupakan perjuangan yang lebih

mengarah pada politik diplomasi. Diplomasi berarti tidak melakukan tindakan

politik agresif terhadap musuh. Perjuangan non fisik menggunakan perundingan –

perundingan sebagai alternatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.3

Presiden Republik Indonesia pertama, Sukarno, berpendapat bahwa, besar

kecilnya keberhasilan dan kemauan untuk berjuang dapat dipengaruhi oleh

berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

2 Maurice Duverger. Sosiologi Politik (Jakarta: Rajawali), 1988, h. 171-178.

3Max Weber. Konsep-Konsep Dasar dalam Sosiologi. (Jakarta : Rajawali Pers), 1985, h.

67.

Page 22: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

11

1) Menarik tidaknya tujuan atau cita-cita yang memanggil.

2) Adanya rasa mampu, rasa bisa, rasa sanggup di kalangan massa itu.

3) Adanya tenaga atau kekuatan yang ada di dalam individu maupun kelompok

massa.4

Dari pendapat Sukarno di atas dapat dijabarkan bahwa suatu perjuangan

dipengaruhi olek faktor intern dan faktor ekstern, baik secara individu maupun

kelompok. Faktor intern tersebut merupakan faktor yang berasal dari dalam

individu sehingga motivasi diri untuk melakukan perjuangan. Faktor dari dalam

diri antara lain motivasi pribadi, adanya kemauan, adanya rasa optimis akan

tercapainya tujuan dan rasa mampu untuk melakukannya. Sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu maupun kelompok yang

mendukung perjuangan. Faktor-faktor tersebut dapat berwujud materi dan non

materi. Materi sebagai contohnya adalah keuangan, sarana dan prasarana dalam

perjuangan, sedangkan non materi dapat berwujud dukungan.

2. Etnis

Pengertian Etnis

Menurut Alo Liliweri, etnisitas berhubungan dengan konsep tentang etnis,

antara lain:

1) Etnis berasal dan bahasa Yunani “etnichos”, secara harfiah digunakan untuk

menerangkan keberadaan sekelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam

perkembangannya, istilah etnis mengacu pada kelompok yang diasumsikan

sebagai kelompok yang fanatik dengan ideologinya.

2) Etnisitas yang merujuk pada penggolongan etnis berdasarkan afiliasi

4Sukarno. Ilmu dan Perjuangan.( Jakarta : Inti Idayu Press (dan) Yayasan Pendidikan

Soekarnto), 1984, h. 6.

Page 23: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

12

3) Etnosentrisme merupakan sikap emosional semua kelompok etnis, suku

bangsa, agama, atau golongan yang merasa etnisnya superior daripada etnis

lain

4) Etnografi adalah salah satu bidang antropologi yang mempelajari secara

deskriptif suatu kelompok etnis tertentu.

5) Etnologi mempelajari perbandingan kebudayaan kontemporer dan masa lalu

suatu etnis.5

Menurut Kamus Indonesia Kontemporer, etnis berkenaan dengan

perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat yang didasarkan atas adat- istiadat,

bahasa, kebudayaan atau sejarahnya.6 Sementara itu, Menurut Barth dan Zastrow

yang dikutip Alo Liliweri, etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras,

agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat

pada sistem nilai budayanya.7

Menurut Narroll yang dikutip Fredrik Barth, kelompok etnis dikenal

sebagai populasi yang:

1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan.

2) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan

dalam suatu bentuk budaya.

3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.

4) Menentukan ciri kelompok sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan

dapat dibedakan dan kelompok populasi lain.8

5Alo Liliweri.Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar),

2001, h. 34. 6Peter Salim dan Yenny Salim.Kamus Indonesia Kontemporer Edisi I. ( Jakarta : Balai

Pustaka), 1991, h. l 409. 7 Ibid, h. 35.

8Fredrik Barth. Kelompok Etnik dan Batasannya. (Jakarta : UI Press), 1988, h. 10.

Page 24: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

13

Donald L. Horowitz yang dikutip Larry Diamond dan Marc F. Plattner

mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu kelompok yang sangat eksklusif dan

relatif berskala besar yang didasarkan pada ide tentang kesamaan asal-usul,

kekerabatan, dan secara khusus menunjukkan kadar kekhasan budaya.

Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa atau dalam bahasa Inggris ethnic

group (kelompok etnis) adalah suatu golongan manusia yang terikat kesadaran

dan identitas akan “kesatuan kebudayaan”. Kesadaran dan identitas seringkali

dikuatkan oleh kesatuan bahasa, adat istiadat, wilayah, dan sejarah yang ditandai

oleh persamaan ikatan batin (wefeeling) diantara anggotanya.9

Fredrik Barth mendefinisikan kelompok etnis adalah suatu kelompok yang

terbentuk karena adanya ciri yang ditentukan oleh kelompok itu sendiri, yang

kemudian membentuk pola tersendiri dalam hubungan interaksi antara

sesamanya.10

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa etnis atau

kelompok etnis adalah suatu kelompok yang didasarkan pada kesamaan asal-usul,

adat- istiadat, bahasa, kebudayaan dan wilayah yang ditandai oleh persamaan

ikatan batin diantara anggotanya.

3. Otonomi

Pengertian Otonomi

Pheni Chalid dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah : Masalah,

Pemberdayaan, dan Konflik memberikan pengertian, otonomi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu autos dan nomos. Autos artinya sendiri, sedangkan nomos berarti

9Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia), 1990, h.

264. 10

Fredrik Barth. Kelompok Etnik dan Batasannya. (Jakarta : UI Press), 1988 , h. 11.

Page 25: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

14

hukum atau aturan. Sebagai istilah, pengertian otonomi autos nomos atau

autonomous dalam bahasa Inggris adalah kata sifat yang berarti: (1) keberadaan

atau keberfungsian secara bebas atau independen; dan (2) memiliki pemerintahan

sendiri, sebagai negara atau kelompok dan sebagainya. Sedangkan pengertian

otonomi (autonomy) sebagai kata benda adalah (1) keadaan atau kualitas yang

bersifat independen, khususnya kekuasaan atau hak memiliki pemerintahan

sendiri; dan (2) negara, masyarakat, atau kelompok yang memiliki pemerintahan

sendiri yang independen.11

Pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32.Tahun 2004 sebagai

amandemen UU No. 22.Tahun 1999 adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.12

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

otonomi adalah wewenang atau kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah untuk

mengatur, mengurus dan mengelola sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan

keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan

tradisi adat-istiadat daerah lingkungannya yang bertujuan untuk meningkatkan

keesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

Menurut Winarno Surya, ada 3 jenis otonomi, yakni :

11

Pheni Chalid. Otonomi Daerah : Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik. (Jakarta :

Kemitraan), 2005, h. 21. 12www.bappenas.go.id

Page 26: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

15

1) Otonomi formal, yaitu suatu sistem otonomi di mana yang diatur adalah

kewenangan-kewenangan pemerintah yang dipegang oleh pemerintah pusat dalam

bidang pertahanan, politik luar negeri, peradilan, moneter/fiskal dan kewenangan

lainnya. Sedangkan kewenangan daerah adalah kewenangan di luar kewenangan

pemerintah pusat tersebut.

2) Otonomi materiil, yaitu suatu jenis otonomi daerah di mana kewenangan-

kewenangan daerah otonom telah dirinci secara tegas dan daerah otonom hanya

boleh mengatur urusan pemerintahan yang secara tegas di masukkan sebagai

urusan rumah tangga daerah.

3) Otonomi riil, yaitu suatu sistem otonomi di mana kewenangan- kewenangan

daerah otonom yang dilimpahkan pemerintah pusat disesuaikan dengan

kemampuan nyata dari daerah otonom yang bersangkutan.13

Tujuan pemberian otonomi seperti yang dikemukakan oleh Sujamto adalah

untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan pemerintahan di

daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap

masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan

bangsa.14

Penyelenggaraan otonomi daerah menekankan pentingnya prinsip-prinsip

demokrasi, peningkatan peran serta masyarakat, dan pemerataan keadilan dengan

memperhitungkan berbagai aspek yang berkenaan dengan potensi keaneragaman

antar daerah. Pelaksanaan otonomi daerah dianggap penting didalam menghadapi

persaingan yang terus meningkat didalam bidang ekonomi, politik, dan

kebudayaan baik di tingkat regional dan internasional.

13

Winarno Surya. Otonomi Daerah di Era Reformasi. (Yogyakarta : Badan Penerbit

YKPN), 1999 , h. 1-2. 14

Sujamto. Cakrawala Otonomi Daerah. (Jakarta : Sinar Grafika), 1991, h. 4.

Page 27: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

16

Pelaksanaan otonomi daerah itu diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian, dan pemanfaatan sumber daya masing-masing serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keaneragaman antar

daerah.

Pada prinsipnya, kebijakan otonomi dilakukan dengan mendenstralasikan

kewenangan-kewenangan yang sebelumnya tersentralisasi di tangan Pemerintah

Pusat. Desentralisasi dan otonomi merupakan suatu bentuk sistem penyerahan

urusan pemerintahan dan pelimpahan wewenang di bidang tertentu dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.15

Dalam negara kesatuan kekuasaan negara terletak pada Pemerintah Pusat

bukan pada Pemerintah Daerah, tetapi Pemerintah Pusat dapat menyerahkan

sebagian kekuasaannya kepada Pemerintah Daerah dalam wujud otonomi. Hal ini

terkait dengan luasnya daerah, makin banyak tugas yang diurus Pemerintah Pusat,

sejalan dengan kemajuan masyarakat dan negara, perbedaan daerah satu dengan

yang lain yang sukar diatur secara memusat. Jika keadaan daerah sudah

memungkinkan, Pusat menyerahkan kepada daerah-daerah untuk mengurus dan

menyelenggarakan sendiri kebutuhan-kebutuhan khusus bagi daerah-daerah

tersebut. Pemerintah Daerah turut mengatur dan mengurus hal-hal sentral dalam

daerahnya menurut instruksi-instruksi dari Pemerintah Pusat serta Pemerintah

Pusat tetap mengendalikan kekuasaan pengawasan terhadap daerah-daerah

otonom.16

15

Pheni Chalid. Otonomi Daerah : Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik. (Jakarta :

Kemitraan), 2005, h. 15. 16

Andi Mustari Pile .Otonomi Daerah dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI. (Jakarta :

Gaya Media Pratama), 1999, h. 29.

Page 28: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

17

4. Konflik

Pengertian Konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat

adanya suatu konflik baik konflik sosial maupun konflik politik atas dasar

kepentingan atau perbedaan. Menurut Hendropuspito, pengertian konflik adalah :

Kata konflik berasal dari kata Latin confligere yang berarti “saling memukul.”

Dalam pengertian sosiologis konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses

sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha untuk menyingkirkan pihak lain

dengan jalan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.17

Dalam Kamus Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwodarminto, konflik

diartikan dengan percecokan, perselisihan, pertentangan yang terjadi pada satu

tokoh atau lebih. Konflik dapat terjadi karena ketidak sesuaian ide atau ketidak

cocokan suatu kepentingan.18

Dari berbagai pendapat tentang pengertian konflik diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis, terjadi

sebagai akibat dari perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan terhadap

suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih, sehingga

menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai perubahan

yang dikehendaki kelompoknya.

Menurut Abu Ahmadi, konflik biasanya ditimbulkan oleh adanya

kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan sering juga

karena perebutan kekuasaan dan kedudukan.19

17

Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. (Yogyakarta : Kanisius), 1989, h. 247. 18

WJS Poerwodarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka),

1990, h. 45. 19

Abu Ahmadi. Pengantar Sosiologi. (Semarang : Ramadhani), 1975 , h. 93.

Page 29: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

18

Menurut Soerjono Soekanto, yang menjadi sebab atau akar dari timbulnya

konflik adalah:

1) Perbedaan antara individu-individu

Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan

bentrokan antara Individu – individu.

2) Perbedaan kebudayaan

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-

pola kehidupan kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar banyak

terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Selanjutnya

keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara

kelompok manusia.

3) Perbedaan kepentingan

Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan

sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada

kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya.

4) Perubahan sosial

Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara

waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat sehingga

menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya

mengenai reorganisasi sistem nilai.20

20

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada),

1990, h. 99.

Page 30: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

19

Menurut Mawasdi Rauf, penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang

dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari

kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.21

Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu :

1) Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk

mencari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang

berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka saja maupun

menggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator atau juru damai.

2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan

fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat

konflik.

Menurut Soerjono Soekanto, cara penyelesaian konflik mempunyai

beberapa bentuk22

, yaitu :

1) Coercion adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya dilaksanakan

oleh karena adanya paksaan, di mana salah-satu pihak berada dalam keadaan

yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat

dilakukan secara fisik (secara langsung), maupun secara psikologis (secara tidak

langsung).

2) Compromise adalah suatu cara penyelesaian konflik di mana pihak-pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap

perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah

21

Maswadi Rauf. Konsensus dan Konflik Politik: Sebuah Penjajagan Teotitis. (Dirjen

Dikti : Depdiknas), 2001, h. 8-12. 22

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada),

1990, h. 77-78.

Page 31: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

20

bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak

lainnya dan begitu pula sebaliknya.

3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-

pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan

diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh

suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.

4) Mediation adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang pihak

ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga tersebut tugas

utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan

pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk

memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.

5) Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan – keinginan

dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

6) Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik tanpa

persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara

tidak sadar dan tanpa direncanakan.

7) Stalemate adalah suatu cara penyelesaian konflik di mana pihak-pihak yang

bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu

titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi

kedua belah pihak sudah tidak ada kernungkinan lagi baik untuk maju maupun

untuk mundur.

8) Adjudication adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di

pengadilan.

Page 32: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

21

Menurut Hendropuspito, konflik fisik umumnya mendatangkan

penderitaan bagi kedua pihak yang terlibat seperti korban jiwa, material dan

spiritual serta berkobarnya kebencian dan balas dendam. Apabila konflik terjadi di

suatu negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik

juga menghambat persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.23

Sementara itu, Menurut Soerjono Soekanto, akibat yang ditimbulkan oleh

terjadinya konflik adalah24

:

1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan

kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan

bertambah erat dan bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.

2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok

tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan

kelompok tersebut.

3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung didalam

kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh simpati kepada

kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian,

akan tetapi banyak pula yang merasa tertekan, sehingga merupakan penyiksaan

terhadap mentalnya.

4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu bentuk

konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik bagi

pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan maupun

bagi jiwa raga manusia.

5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.

23

Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. (Yogyakarta : Kanisius), 1989, h. 249. 24

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1990), h. 103.

Page 33: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

22

5. Primodrial

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Sri Sukesi Adiwimarta,

1983:71), primordial diartikan sebagai perasaan kesukuan yang berlebihan.

Menurut Maswadi Rauf , kelompok primordial adalah kelompok yang lebih besar

dari keluarga yang lebih kecil dari bangsa yang didasarkan atas ikatan primordial,

sedangkan ikatan primordial adalah keterikatan seseorang terhadap kelompoknya

yang didasarkan atas nilai-nilai yang given (yang telah terbentuk dan diterima

sebagaimana adanya campur tangan orang bersangkutan) yang disebabkan

hubungan darah dan persamaan dalam hal agama, suku, bahasa, asal daerah dan

adat istiadat.25

Menurut Clifford Geertz, ikatan primordial dimaksudkan sebagai ikatan

yang berasal dari “unsur-unsur bawaan” atau lebih persis lagi, karena kebudayaan

tak bisa tidak mencakup soal-soal semacam itu, “unsur-unsur bawaan” yang

diandaikan dari kehidupan sosial: hubungan langsung terutama hubungan

kekerabatan, namun melampui itu keadaan bawaan yang berasal dari keadaan

terlahir ke dalam sebuah komunitas religius tertentu, bertutur dengan sebuah kata

tertentu atau bahkan suatu dialek bahasa tertentu dan mengikuti praktek-praktek

sosial tertentu.26

Kesesuaian-kesesuaian darah, tuturan, dan adat-kebiasaan

memiliki sesuatu kekuatan yang memaksa. Clifford Geertz mengelompokkan

ikatan primordial menjadi enam,yaitu :

1) Ikatan-ikatan darah yang diterima.

Unsur yang mengidentifikasi adalah kuasi-keluarga. “Kuasi” karena unit-

unit kekeluargaan yang terbentuk di sekitar hubungan biologis yang dikenali

25

Maswadi Rauf. Konsensus dan Konflik Politik: Sebuah Penjajagan Teotitis. (Dirjen

Dikti : Depdiknas), 2001, h. 62. 26

Clifford Geertz. Politik Kebudayaan. (Yogyakarta : Kanisius), 1992, h. 79.

Page 34: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

23

(keluarga-keluarga yang diperluas, silsilah-silsilah) terlalu kecil bahkan bagi

ikatan tradisi yang paling erat untuk memandang unit-unit itu sebagai suatu yang

memiliki lebih daripada makna terbatas, dan akibatnya pada sebuah pandangan

tentang kekeluargaan yang tak dapat ditelusuri namun masih nyata secara

sosiologis, seperti dalam sebuah suku.

2) Ras

Ras serupa dengan kekeluargaan yang diterima, sehingga ras mencakup

sebuah teori etnobiologis dengan acuan pada ciri-ciri fisis yang bersifat fenotipis,

khusus warna kulit, bentuk muka, sosok, jenis rambut dan seterusnya lebih

daripada sembarang rasa yang sangat khusus akan nenek moyang yang sama.

3) Bahasa

Bahasa dalam setiap bangsa itu berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Bahasa dapat dipegang sebagai poros yang sama sekali hakiki bagi konflik-

konflik kebangsaan sehingga perbedaan bahasa pada sendirinya pasti bersifat

memecah belah. Namun, perbedaan bahasa di sebagian negara tidak bersifat

memecah-belah dan bahkan konflik-konflik primordial dapat terjadi dimana tidak

terdapat perbedaan bahasa yangmencolok.

4) Daerah

Merupakan sebuah faktor yang hampir ada dimana-mana, daerah-isme

(regionalisme) sebenarnya cenderung sangat mengganggu di dalam daerah-daerah

yang secara geografis heterogen.

5) Agama

Page 35: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

24

Agama sebagai pegangan hidup yang selalu dapat dijadikan benteng suatu

konflik atau pun sebaliknya dapat juga menjadikan timbulnya konflik agama

dalam Negara dapat menghambat dan menghancurkan jalannya pemerintahan.

6) Adat-istiadat

Perbedaan-perbedaan dalam adat-istiadat membentuk suatu basis untuk

beberapa keterpecahan nasional tertentu dan secara khusus mencolok dalam

kasus-kasus di mana sebuah kelompok yang secara intelektual atau secara artistik

agak rumit melihat dirinya sebagai pengemban sebuah“peradaban” di tengah-

tengah suatu penduduk yang sebagian besar bersifat kurang hormat memiliki

peradaban.27

Primordial Mengandung nilai solidaritas terhadap kelompoknya.

Kelompok yang didasarkan atas persamaan ras atau suku dan agama sudah dapat

dikategorikan sebagai ikatan primordial. Persamaan bahasa, adat istiadat dan

kedaerahan sebagai sifat dari kelompok primordial. Nilai agama sebenarnya

sedikit berbeda dari ras atau suku, karena seseorang dapat memilih agama sesuai

keyakinannya tidak harus seagama dengan keluarga dimana seseorang dilahirkan.

Nilai agama berbeda dengan nilai budaya meskipun nilai agama terdapat

unsur budaya, tetapi agama mempunyai nilai yang berasal dari Tuhan yang tidak

dihasilkan dari interaksi sosial.

Menurut Geertz dalam Maswadi Rauf, sifat-sifat alamiah dari ikatan suku

atau ras dari sifat-sifat alamiah dari ikatan agama, sebenarnya ada perbedaan

antara keduanya dalam hal sumber loyalitas atau kesetiaan. Pada kedua ikatan

primordial tersebut membentuk sentimen dan loyalitas primordial yang atas dasar

27

Ibid, hal 82.

Page 36: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

25

ras atau suku ditimbulkan karena adanya persamaan nilai-nilai budaya.28

Semua

persamaan akan menghasilkan solidaritas yang amat kuat diantara anggota-

anggota yang membuat mereka bersedia membela kelompok mereka dengan

pengorbanan apapun. Dalam kelompok primordial atas agama, solidaritas

ditimbulkan oleh persamaan keimanan kepada Tuhan dan kepercayaan kepada

ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh agama. Keyakinan akan kebenaran ajaran

agama menghasilkan solidaritas diantara penganut agama bersangkutan yang

menimbulkan kerelaan untuk membela agama tersebut dari ancaman kelompok

lain dengan pengorbanan apapun.

Solidaritas dalam kelompok primordial menghasilkan fanatisme kesetiaan

yang amat kuat kepada kelompok dan anggota-anggota kelompok serta

penghormatan yang tinggi terhadap nilai budaya kelompok. Fanatisme ini

memperkuat integrasi kelompok, namun sebaliknya, mempermudah terjadinya

konflik dengan orang lain diluar kelompok dengan sepenuh hati, bahkan tanpa

menghiraukan keselamatan diri sendiri. Oleh karena itu pengorbanan baik harta

maupun nyawa, dapat saja terjadi. Itu terjadi dengan kesadaran dan tanpa

paksaan.

B. Kerangka Berpikir

28

Maswadi Rauf. Konsensus dan Konflik Politik: Sebuah Penjajagan Teotitis. (Dirjen

Dikti : Depdiknas), 2001, h. 62.

Page 37: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

26

Keterangan :

Etnis Kurdi tinggal wilayah Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi) dan

secaraetnis berbeda dengan Arab karena suku Kurdi memiliki kebudayaan yang

berbeda dengan Arab. Wilayah Kurdistan pada masa sebelum Perang Dunia I

berada dibawah kekuasaan Kerajaan Turki Usmani dan pasca Perang Dunia I

wilayah tersebut kemudian masuk kedalam territorial Turki, Iran, Irak, dan Suriah

sampai saat ini.

Fakta bahwa wilayah Kurdistan terpecah di beberapa negara menjadi

kendala utama terwujudnya sebuah Negara Kurdistan Merdeka. Berdasarkan

kenyataan tersebut, suku Kurdi tidak lagi mencita-citakan berdirinya sebuah

negara Kurdistan, tetapi mendapatkan wilayah yang otonom termasuk di Irak

Page 38: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

27

sehingga suku Kurdi dapat mengatur diri dan mempertahankan identitas serta

sistem budaya mereka.

Perjuangan Etnis Kurdi memperoleh otonomi di Kurdistan Irak

mendapatkan perlawanan dari pemerintah Irak yang ingin menjaga keutuhan

bangsa dan mengamankan sumber minyaknya di wilayah Kirkuk. Peperangan

kemudian terjadi diantara kedua belah pihak yang mengakibatkan banyak jatuh

korban jiwa.

Perundingan antara Kurdi dengan pemerintah Irak dilaksanakan tahun

1970, 1974, dan 1991 dimana pemerintah Irak memberikan status otonomi

terhadap wilayah di Kurdistan Irak yang mencakup Dahuk, Erbil dan

Sulaymaniah. Kebijakaan pemberian otonomi di Irak Utara dalam

perkembangannya berpengaruh terhadap bersatunya KDP dan PUK sebagai

wadah perjuangan Etnis Kurdi Irak.

Page 39: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

28

BAB III

IRAK DAN ETNIS KURDI

A. Profil Negara Irak

1. Geografi

Irak adalah Negara yang multi etnis. berbagai etnis mendiami wilayah ini

salah satunya Etnis Kurdi. Irak dan Etnis Kurdi tak ubahnya seperti Negara

Spanyol dan etnis Catalunia, mereka terlihat satu, namun hakikatnya berbeda.

Perbedaan diantara Irak dan Etnis Kurdi begitu nampak terlihat baik dari segi ras

dan bahasa. Nasib Etnis Kurdi di Irak sama seperti etnis Catalunia di Spanyol,

dimana harapan mereka untuk merdeka dan mendirikan Negara masih terganjal

oleh Negara pusat yang menaungi keberadaan mereka. Irak begitu sulit

melepaskan wilayah Kurdistan untuk merdeka atau memberikan otonomi, karena

wilayah tersebut kaya akan minyak buminya. Namun meskipun demikian,

Perjuangan Etnis Kurdi yang tak pernah patah semangat membuat Irak harus

memberikan otonomi secara penuh kepada wilayah Kurdistan pada tahun 1991.

Irak (al-Jumruhiah al-Iraqiyah atau Republik Irak) adalah sebuah negara

republik di bagian Barat Daya Asia. Ibu kota mereka adalah kota Baghdad.

Sementara itu, Irak berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di sebelah Selatan,

Yordania dan Suriah di Barat, Turki disebelah Utara, dan Iran disebelah Timur.1

Negara Irak merupakan suatu wilayah subur yang terbagi menjadi empat

daerah, yaitu : (1) Daerah dataran tinggi, daerah yang terletak di sebelah Utara

Kota Samara ini dipenuhi bukit-bukit padang rumput yang yang terletak diantara

sungai Eufrat dan sungai Tigris. Bukit tertinggi di daerah ini tingginya sekitar 300

1 Rebecca Rowell. Iraq. (Minnesota : ABDO Publishing Company), 2011, h. 7.

Page 40: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

29

meter di atas permukaan laut; (2) Dataran rendah dekat Samara, wilayahnya

memanjang dari Samara sampai ke Teluk Persia. Daerah ini meliputi sebuah delta

subur antara sungai Eufrat dan sungai Tigris, inilah wilayah dimana sebagian

besar penduduk Irak menetap. Sementara itu, Di bagian Selatan wilayah ini

terdapat paya-paya serta dua danau rawa, yaitu Hawr al-Hammar dan Hawr as-

Saniyah; (3) Daerah pegunungan yang terdapat di Timur Laut Irak, wilayah

daerah ini membentuk barisan pegunungan Zagros. Di kaki-kaki bukit dan

lembah-lembah pegunungan ini menetap etnis Kurdi, maka dari itu daerah ini pun

disebut juga Kurdistan; (4) Daerah Gurun pasir di Selatan dan barat Irak,

wilayahnya membentang hingga ke perbatasan Yordania, Kuwait, Arab Saudi dan

Suriah. Sebagian besar wilayah ini merupakan bukit-bukit batu gamping yang

berpasir.2

Menurut penulis, faktor geografis di atas menjadikan Irak mempunyai tiga

kelemahan yang menyebabkan negeri tersebut sering bergejolak dan terjadi

bentrok, berikut ini tiga kelemahan Irak karena faktor geografis:

a. Irak termasuk negara “Land Locked Country”, yaitu negara yang sangat

terbatasakan akses air lautnya. Sebagian besar negeri ini berupa daratan yang

terisolir dari akses laut dimana mereka hanya memiliki Teluk sepanjang 53 km2

dengan pantai sepanjang 19 km. Oleh karena itu, Irak menghadapi kesulitan ketika

harus mengekspor minyaknya melalui laut. Menurut penulis, keadaan inilah yang

menjadikan alasan bagi Irak untuk menginvasi Kuwait pada tanggal 8 Agustus

1990 (Perang Teluk II). Tujuan dari invasi tersebut ialah agar Irak mempunyai

pantai lebih panjang dan akses laut yang lebih lebar.

2Ibid, h. 11.

Page 41: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

30

b. Meskipun Irak banyak memiliki cadangan minyak, namun perkembangan

industry minyaknya sering terhambat, Hal ini disebabkan oleh :

1) Hubungan yang tidak baik dengan Iran membuat ladang-ladang minyak

Irak di dekat perbatasan Iran terancam penghancuran oleh Iran. Ancaman itu

terbukti saat Perang Teluk I tahun 1980-1988, di mana Iran berhasil

menghancurkan ladang-ladang minyak milik Irak yang berada di wilayah dekat

perbatasan.

2) Irak juga banyak memiliki ladang-ladang minyak diwilayah Kirkuk dan

Mosul, dua tempat tersebut merupakan wilayah kaya minyak yang dihuni oleh

Etnis Kurdi. Etnis Kurdi merupakan etnis yang membenci Irak dan terus berjuang

untuk melepaskan diri dari kedaulatan wilayah Irak. Perang Teluk I antara Irak –

Iran pada tahun 1982 dimanfaatkanEtnis Kurdi untuk melakukan serangan militer

terhadap Irak. Pada penyerangan kali ini Etnis Kurdi didukung oleh Amerika

Serikat dan sekutu.3

c. Monopoli air sungai Eufrat dan Tigris oleh Negara- Negara tetangga Irak.

Aliran dua sungai tersebut mengalir dan bermuara di wilayah Turki. Sungai

Eufrat mengalir ke Suriah dan Turki, sedangkan sungai Tigris mengalir ke Iran

dan Turki. Hubungan yang tidak harmonis antara Irak dengan negara tetangganya

menimbulakan kerugian bagi Irak. Turki dan Suriah memanfaatkan aliran sungai

untuk membangun bendungan seperti bendungan Attaturk di Turki dan bendungan

al-Thawra di Suriah dimana airnya kemudian ditampung di danau al-Assad. Hal

ini menyebabkan berkurangnya debit air untuk bagian wilayah Irak.4

3 Mohammed Shareef. USA, Iraq and the Kurds: Shock, Awe and Aftermath. (London,

Routledge), 2014, h. 44. 4 Greg Shapland, Rivers of Discord: International Water Disputes in the Middle East,

(New York: Palgrave Macmillan), 1997, h. 117-118.

Page 42: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

31

2. Penduduk

Mayoritas penduduk Irak adalah etnis Arab, sedangkan Etnis Kurdi,

Turkmen, Persia, Sebaean, Yazidis, Lur, Armenia dan Yahudi merupakan

penduduk minoritas. Menurut data Kementrian Perencanaan Irak, pada tahun 2008

total penduduk Irak berjumlah 27 juta orang. Komposisi penduduk Irak yakni 75 –

80 % etnis Arab, 15 – 20 % Etnis Kurdi dan 5 % sisanya etnis-etnis kecil seperti

Turkmen, Persia, Sebaean, Yazidis, Lur, Armenia dan Yahudi. Mayoritas

penduduk Irak beragama Islam, namun tak sedikit juga yang menganut agama

lainnya. Apabila dilihat dari mazhab yang dianut penduduk Irak terbagi dua :

sebanyak 60 – 65% Syiah, 32-37 % Sunni dan sisanya Kristen atau lainnya

berjumlah 3 %.

Penulis beranggapan bahwa Penyebaran penduduk Irak tidaklah

menguntungkan bagi Negara tersebut, hal ini dikarenakan penduduk terkosentrasi

secara geografis di wilayah tertentu. Penduduk yang mayoritas Arab- Syiah

terkosentrasi di Irak selatan, Arab-Sunni di Irak bagian tengah dan suku Kurdi

terkosentrasi di Irak utara. Inilah penyebab masalah integrasi nasional yang terjadi

di Negara Irak.

Etnis Arab yang merupakan penduduk mayoritas di Irak dapat ditemukan

hampir di seluruh wilayah negeri tersebut, tetapi sebagian besar dari mereka hidup

di Irak bagian Tengah dan Irak bagian Selatan. Etnis yang kedua yaitu Etnis

Kurdi, sebagian besar mereka tinggal di Irak bagian Utara seperti di daerah

Ninevh, Erbil, Sulaymaniyah, dan al-Ta’min. Orang Kurdi mayoritas menganut

agama Islam Sunni dan mereka merupakan kelompok masyarakat non- Arab yang

Page 43: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

32

mempunyai bahasa sendiri. Dalam kesahariannya mereka menggunakan bahasa

Kurdi.5

Orang - orang Turkmen hidup di kota-kota kecil di sepanjang jalan raya

Baghdad – Mosul. Mereka berbicara dalam bahasa Turki. Distrik – distrik yang

ditempati orang Turkmen memperlihatkan unsur-unsur peninggalan Ottoman yang

menguasai daerah tersebut pada masa lalu. Sementara itu, Orang Persia, hidup di

kota-kota suci Islam Syiah (an-Najaf, Karbala, Kadhimain, dan Samarra).

Berikutnya, Orang Sabaean, kebanyakan dari mereka hidup sebagai pengrajin

perak di daerah sungai Tigris Hilir. Ada juga Orang Yazidi, umumya mereka

hidup di Jabal Sinjar. Di lain sisi ada Orang Lur, mereka tinggal di Irak Tengah

bagian timur, orang Lur merupakan kelompok masyarakat Iran dari seberang

perbatasan. Ada juga Orang Armenia, mereka hidup tersebar di kota-kota utama di

Irak dan bekerja sebagai pedagang, usahawan, dan lain-lain. Yang terakhir ialah

Orang Yahudi, sebagian besar mereka tinggal di Kota Baghdad. Orang Yahudi

patuh pada hukum, tetapi memisahkan diri dari kelompok masyarakat lain dan

hidup sebagai pedagang, pegawai kecil, dan lain-lain.6

3. Ekonomi

Irak merupakan salah satu Negara di kawasan Timur - tengah yang

memiliki cadangan minyak yang melimpah. Ekonomi utama Irak ditopang dari

sumber minyak dengan nilai ekspor mencapai 90%.

Andalan lain dari ekonomi Irak ialah dari bidang pertanian, pertambangan

dan perindustrian. Di sektor pertanian sekitar 43% dari daratan Irak memiliki

potensi untuk dibudidayakan, namun hanya baru sekitar 13% yang digunakan,

5Maxime Rodinson. The Arabs.( London, Routledge, 1981), h. 56.

6Ibid, h. 57 – 58.

Page 44: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

33

sedangkan sisanya dibiarkan kosong menjadi padang rumput dan padang

penggembalaan. Hasil utama pertanian di Irak adalah kurma, barley, gandum,

kentang, semangka, tomat, anggur, dan buah-buahan. Umumnya hasil pertanian

Irak tersebut dihasilkan dari daerah hujan yang berada di timur laut negara dan

ujung tenggara negara tersebut. Usaha di sektor pertanian Irak juga banyak

ditunjang oleh usaha peternakan. Penduduk pedesaan banyak memelihara ternak

seperti biri-biri, kambing, keledai, bagal, sapi, kerbau, kuda, dan unta. Selain itu

terdapat pula pusat perikanan di sungai-sungai besar dan danau-danau penghasil

ikan carp (sejenis gurami), barbel, dan ikan dace.

Di sektor pertambangan, Irak termasuk salah satu negara penghasil minyak

bumi terbesar di dunia. Pengasil utama minyak Irak dapat ditemukan di daerah

ladang minyak yang berada dikawasan Kurdistan Irak seperti Kirkuk (ladang Bay

Hasan dan Jabur) dan Mosul ( ladang Ayn Zalah dan Butmah). Sedangkan untuk

diwilayah Iraknya ada ladang Az Zubair dan Rumailah di selatan Basrah. Sumber-

sumber mineral lain yang dihasilkan di Irak adalah gipsum, bijih besi, krom

,tembaga, dan timah.

Perindustrian di Irak umumnya dkendalikan oleh pemerintah. Pusat utama

perindustrian berada di Baghdad, Basrah dan Mosul. Hasil industri andalan Irak

adalah batu bara, semen, perabot, tekstil (katun, wol, sutera), sabun dan barang-

barang metal. Selain itu, Industri kecil atau kerajinan tangan juga memainkan

peranan yang penting dalam ekonomi Irak.7

D. Pemerintahan

7Kamil Mahdi. “Neoliberalism, Conflict, & Oil Economy : Case on Iraq”, Arab Studies

Quarterly, Vol. 29, No. 1 (Winter 2007), h. 1-2.

Page 45: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

34

Negara Irak dipimpin oleh seorang presiden yang sekaligus menjabat

sebagai komandan angkatan bersenjata dan kepala Dewan Komando Revolusi.

Presiden juga membuat dan menetapkan kebijaksanaan pemerintahan. Dewan

Komando Revolusi Irak terdiri atas pimpinan Partai Ba’ath dari pejabat-pejabat

militer. Sementara itu, Lembaga legislatif beranggotakan 250 orang yang dipilih

rakyat. Untuk Dewan menteri sendiri diangkat langsung oleh presiden.

Irak terbagi menjadi 18 provinsi dan tiga darinya adalah daerah otonomi

Kurdi yaitu Dahuk, Arbil dan Sulaymaniah yang terbentuk sesuai perjanjian tahun

1970, 1974, dan dilanjutkan dengan kesepakatan pada 1991. Pada saat itu

pemerintah Irak memberikan otonomi di Kurdistan Irak yang mencakup tiga

wilayah (Dahuk, Arbil, dan Sulaymaniah) tanpa memasukkan Kirkuk. Daerah

otonomi Kurdi tersebut berada dalam perlindungan PBB dan pasukan koalisi

Internasional setelah Perang Teluk 1991, untuk melindungi Etnis Kurdi atas

tindakan militer Saddam Hussein. Masing-masing provinsi di Irak dipimpin oleh

gubernur yang diangkat oleh Menteri Dalam Negeri.8

Sejarah pemerintahan di Irak sudah berlangsung lama. Ribuan tahun

sebelum Masehi (sekitar 3000 SM), Irak yang pada masa lampau disebut

Mesopotamia telah memunculkan beberapa kerajaan besar yang membangun

peradaban dunia paling awal, seperti Sumeria, Akkad, Assyria dan Babilonia.

Peradaban tersebut muncul dan berkembang di lembah sungai Tigris. Tahun 539

SM wilayah tersebut dikuasai Kerajaan Persia dan pada tahun 331 SM, Iskandar

Agung berhasil mengusir bangsa Persia dari Irak. Tahun 115 SM wilayah Irak

menjadi bagian dari Kekaisaran Roma selama 500 tahun. Kemudian sebagian

8Charles Tripp. A History of Iraq. (Cambridge : Cambridge University Press), 2007, h.

187.

Page 46: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

35

daerahnya dikuasai Persia dan sebagian lagi masih dikuasai Roma hingga

datangnya orang-orang Arab. Wilayah Irak kemudian berada dalam naungan

orang Arab tahun 633-637 M, keberadaan orang – orang Arab tersebut juga

sembari menyebarkan bahasa Arab dan ajaran Islam. keberhasilan orang Arab

menguasai wilayah Irak berlangsung dalam tiga tahap sebagai berikut :

A. Tahap pertama berlangsung pada masa Khalifah Abu Bakar as-Sidiq. Orang –

orang Arab di bawah pimpinan Musanna bin Hasirah berhasil menguasai bagian

barat sungai Eufrat. Kesuksesan tersebut berlanjut di bawah pimpinan Khalid bin

Walid hingga berhasil menguasai kota Hirah dan pelabuhan al-Ubullah di Teluk

Arab setelah sebelumnya mengalahkan tentara Persia.

B. Tahap kedua berlangsung pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pada tahap

ini orang – orang Arab berhasil menguasai wilayah di Baghdad Utara yang

disebut Ard as-Sawad. Di sini Kerajaan Persia membangun pusat pemerintahan di

kota Madain. Pertempuran antara tentara Arab dengan tentara Persia berlangsung

beberapa tahun dimana tentara Arab tersebut berhasil memenangkan pertempuran.

Tentara Arab kemudian berhasil menguasai daerah Ard as-Sawad di bawah

pimpinan Panglima Sa’d bin Abi Waqas.

C. Tahap ketiga terjadi juga pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Orang - orang

Arab yang dipimpin Iyad bin Ganam menyerang daerah-daerah yang dikuasai

oleh bangsa Romawi yang disebut Ard al-Jazirah. Orang - orang Arab kemudian

dapat menguasai kota-kota penting seperti ar-Raqqah, Harran dan ar-Ruha.

Masuknya orang – orang Arab diringi juga dengan Penyebaran agama Islam yang

dipusatkan di kota kembar Basra dan Kufah.9

9Ibid, h. 6.

Page 47: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

36

Pada masa Khalifah Usman bin Affan, di kota Basra dan Kufah timbul

gerakan oposisi yang menyerang Madinah dan membunuh Khalifah Usman bin

Affan. Sementara, Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib pusat pemerintahan

kemudian di pindahkan dari Madinah ke Kufah. Pada masa Dinasti Umayyah,

Basra dan Kufah menjadi pusat gerakan oposisi Bani Hasyim, Abbasiyah, Syiah

dan Khawarij.10

Sementara itu, Pada masa Dinasti Abbasiyah (133-656 H atau 750-1258

M) kembali pusat pemerintahan Islam dipindahkan, kali ini dari Damaskus ke

Baghdad. Kota Baghdad kemudian menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi,

perdagangan, peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Islam timur. Kejayaan

Dinasti Abbasiyah di Irak berakhir setelah Baghdad dihancurkan oleh Hulagu

Khan dari Mongol tahun 1258 M. Tahun 1260 M Irak dibebaskan dari kekuasaan

Mongol oleh Kekhalifahan Mamluk dari Mesir. Tahun 1401 M, Irak kembali

dikuasai oleh Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk. Tahun 1508 M, Irak

dikuasai kembali oleh Persia di bawah pimpinan Syah Ismail I dari Dinasti Safawi

dan tahun 1683-1918 M Irak berhasil dikuasai oleh Turki Usmani dibawah

kepemimpinan Sultan Selim I.

Pasca Perang Dunia I Irak berada di bawah kekuasaan Inggris yang

mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa tahun 1920. Tahun 1921 Inggris

membentuk pemerintahan dengan mengangkat Faisal I (Faisal bin Husein bin Ali)

10

Blankinship, Khalid Yahya, The End of the Jihad State, the Reign of Hisham Ibn 'Abd-

al Malik and the collapse of the Umayyads. (New York: State University of New York Press), 1994, h. 37.

Page 48: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

37

dari Mekah menjadi Raja Irak pertama. Tahun 1931 Raja Faisal I meninggal dunia

dan digantikan puteranya, Raja Ghazi bin Faisal.11

Tanggal 3 Oktober 1932, Liga Bangsa-Bangsa mengakhiri mandat Inggris

atas Irak dan mengakui Irak sebagai negara merdeka. Tahun 1939 Raja Ghazi

meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dan digantikan puteranya yang masih

berusia tiga tahun bernama Faisal II bin Ghazi. Kekuasaan untuk sementara waktu

dijalankan oleh Perdana Menteri Nuri Said sampai tahun 1953 ketika kekuasaan

diambil penuh oleh Raja Faisal II.

Pada tanggal 14 Juli 1958, Jendral Abdul Karim Kasim naik ke puncak

pemerintahan melalui kudeta militer terhadap Raja Faisal II. Sang raja pun tewas

dalam kudeta tersebut. Jendral Abdul Karim Kasim sebagai pemimpin revolusi

memberi pernyataan umum, yaitu : (1) memproklamasikan kemerdekaan negeri

dari pemerintahan boneka yang diangkat oleh imperialisme Inggris; (2)

mengumumkan bentuk negara republik yang berpegang teguh pada cita- cita

kesatuan Irak; dan (3) menghimbau ikatan persaudaraan dengan negara- negara

Arabdan negara-negara Islam serta menyesuaikan kebijakan luar negerinya

dengan prinsip-prinsip kebijakan netralisme dan nonblok.12

Pemerintahan revolusioner yang baru disusun terdiri atas Dewan

Kedaulatan dengan tiga anggota dari kabinet yang diketuai Jendral Abdul Karim.

Kasim sendiri juga menjabat sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata,

sementara Kolonel Abdul Salam Arif menjadi deputi perdana menteri dan wakil

panglima angkatan bersenjata. Pemimpin-pemimpin terkemuka partai oposisi

11

Nur Masalha, "Faisal's Pan-Arabism, 1921–33". Middle Eastern Studies .(Oct., 1991),

h. 679–693. 12

Michael Eppel. "The Elite, the Effendiyya, and the Growth of Nationalism and Pan-

Arabism in Hashemite Iraq, 1921–1958".International Journal of Middle East Studies vol.30 no.2,

(1998), h. 227–250.

Page 49: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

38

diminta untuk menggabungkan diri dengan pemerintah seperti Mohammad Hadid

dari Partai Demokrat Nasional sebagai menteri keuangan, Siddiq Sanshal dari

Partai Itiqlal sebagai menteri pendidikan, Fuad Rikabi dari Partai Baath sebagai

menteri pembangunan, dan beberapa orang sipil dan militer melengkapi kabinet

tersebut.13

Perpolitikan di Irak selalu diwarnai dengan kudeta militer terhadap

penguasa, pada Tanggal 8 Februari 1963 sekelompok perwira militer dari Partai

Ba’ath mengkudeta Jendral Jendral Abdul Karim Kasim dan mengangkat Abdul

Salam Arif sebagai Presiden Irak. Tahun 1966 Abdul Salam Arif meninggal dunia

dan digantikan saudaranya, Jendral Abdul Rahman Arif. Pada tahun 1968, tokoh-

tokoh Partai Ba’ath menurunkan pemerintahan Jendral Abdul Rahman Arif dan

mengangkat Jendral Ahmad Hassan al-Bakr sebagai Presiden dan Pimpinan

Tertinggi RCC.

Lembaga Komando Revolusi (Revolutionary Command Council / RCC)

didirikan Parta Ba’ath sebagai badan eksekutif, legislatif dan yudikatif tertinggi

negara. Kekuasaan eksekutif dipusatkan pada Ketua Dewan Komando Revolusi,

yang juga menjabat sebagai Kepala Negara / Presiden. Kekuasaan legislatif secara

formal berada di tangan Dewan Nasional yang terdiri dari 100 orang, tetapi badan

ini belum pernah bersidang, sehingga fungsi legislatif dilaksanakan Dewan

Komando Revolusi. Setelah pemilu 1980 kekuasaan legislatif di serahkan kepada

Majelis Nasional (Parlemen). Semua Undang-Undang yang dihasilkan oleh badan

ini memerlukan persetujuan Kekuasaan yudikatif Dewan Komando Revolusi.

13

George Lenczowski. Timur-Tengah di Tengah Kancah Dunia. (Bandung : Sinar Baru

Algensindo), 1993, h. 191.

Page 50: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

39

Pada kekuasaan yudikatif, sistem pengadilan terdiri dari pengadilan tingkat

pertama, di atasnya terdapat lima pengadilan banding. Pada puncak system

pengadilan terdapat pengadilam Kasasi. RCC (Revolutionary Command Council)

sebenarnya merupakan otoritas tertinggi dalam negara, tetapi pada dasarnya yang

paling berkuasa dalam RCC bukan keputusan lembaga secra demokrasi,

melainkan pimpinan tertinggi (Ketua RCC). RCC terdiri dari 8 sampai 10

anggota, yang dipimpin oleh seorang ketua umum merangkap sebagai Presiden,

Perdana Menteri, Panglima Tertinggi Angkatan Perang dan Sekjen Partai Ba’ath.

Anggota RCC adalah para petinggi partai pada pelbagai pimpinan lokal negara

(Regional Leadership / RL).14

Pada tanggal, 16 Juli 1979 Saddam Hussein tampil sebagai Presiden Irak

dan pimpinan RCC (Revolutionary Command Council) menggantikan Ahmed

Hassan al-Bakr. Saddam Hussein menjalankan pemerintahan yang totaliter, di

mana semua institusi sosial dikontrol oleh negara. Kontrol tersebut mencakup

ekonomi, pendidikan, agama dan bahkan keluarga. Negara dijalankan oleh satu

partai tunggal yakni Partai Ba’ath sebagai kekuatan Saddam Hussein.

Dalam mempertahankan kekuasaannya, Saddam Hussein juga terkenal

sebagai pemimpin yang kejam terhadap Etnis Kurdi. Salah satu tindakan

kejamnya ialah genosida Etnis Kurdi di Irak Utara tahun 1988 dan1991. Namun,

tak bisa dipungkiri pada masa Saddam lah tepatnya di tahun 1991 Etnis Kurdi

berhasil memeroleh otonomi secara penuh.15

B. Identitas Etnis Kurdi

14

Ibid, h. 193. 15

Efaim Karsh & Inari Karsh, Saddam Hussein: A Political Biography (New York, The

Free Press), 1991, h 67–75.

Page 51: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

40

Etnis Kurdi berasal dari rumpun bangsa Indo-Eropa yang mendiami daerah

pegunungan di perbatasan Irak, Iran, Turki dan Suriah sejak 8000 tahun yang lalu.

Menurut Profesor Mehrdad R Izady, seorang pakar Kurdi dari Universitas

Harvard, sejarah Etnis Kurdi dibagi menjadi empat periode. Periode pertama

(6000 SM sampai 5400 SM) disebut periode Halaf. Ini berdasarkan bukti-bukti

arkeologis, seperti bentuk dan lukisan pada pot-pot kuno yang ditemukan di

gunung Tell Halaf yang terletak di sebelah barat Qamishli (Suriah).16

Periode kedua (5300 - 4300 SM) disebut periode Al-Ubaid. Al Ubaid

adalah nama sebuah gunung di utara Irak tempat dimana ditemukannya banyak

peninggalan kuno yang berkaitan dengan Etnis Kurdi. Penduduk Ubaid inilah

yang memberikan nama “Tigris” dan “Euphrates” untuk dua sungai utama di Irak

yang mengalir dari Kurdistan ke Mesopotamia dan menurunkan suku Chaldean

atau Khaldi.

Periode ketiga disebut zaman Hurri, dimana pusat kehidupan pindah ke

kawasan pegunungan Zagros-Taurus-Pontus dengan beberapa kerajaan kecil,

antara lain Arrap’ha, Melidi, Washukani dan Aratta.Sekitar 2000 SM suku Hittite

dan Mittani (Sindi) datang dan menetap di Kurdistan. Tahun 1200 SM bangsa

Arya (Indo-Eropa) melakukan invasi besar-besaran termasuk ke Kurdistan,

sehingga pada tahun 727 SM kerajaan Hurri berakhir. Selanjutnya muncul

kerajaan Medes dengan ibukota di Ecbatana (sekarang Hamadan, Iran) yang

bertahan hingga tahun 549 SM. Kaum Medes inilah yang diakui oleh orang-orang

Kurdi sekarang sebagai nenek moyang mereka.

16

Mehrdad R Izady. The Kurds: A concise handbook. (London : IB Tauris), 1992, h. 73.

Page 52: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

41

Periode keempat disebut periode Semitik dan Turkik, menyusul interaksi

orang-orang Medes dengan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Islam (Arab) serta

asimilasi mereka dengan bangsa Turki (terbukti dengan adanya nama-nama

kabilah seperti Karachul, Oghaz, Devalu, Karaqich, Iva, dan sebagainya.17

Catatan paling awal mengenai istilah Kurdi ditemukan dalam dokumen

Raja Tiglath-Pletser I yang memerintah Assyria dari tahun 1114 SM hingga 1076

SM yang menyebutkan bahwa daerah “Qurti” di gunung Azu termasuk salah satu

wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh sang raja. Bagi orang Akkadia, sebutan

“Kurti” digunakan untuk menunjuk mereka yang tinggal di kawasan pegunungan

Zagros dan Taurus timur, sedangkan orang Babylonia menyebut mereka “Guti”

dan “Kardu”. Sumber Yahudi (Talmud) beberapa kali menyebut tentang bangsa

“Qarduim”. Sementara itu, dalam catatan ekspedisinya pada tahun 401 SM,

Xenophon menceritakan pertemuannya dengan orang-orang “Kardykhoi”. Ini

diikuti oleh Polybius (130 SM) yang menyebut mereka “Kyrtioi” dan “Strabo” (40

M) yang melatinkannya menjadi “Cyrtii”. Menurut Profesor Izady, setidaknya

sejak kurun pertama Masehi, istilah “Kurd” mulai umum dipakai untuk menyebut

siapa saja yang mendiami wilayah pegunungan dari Hormuz hingga ke Anatolia.18

Mayoritas Etnis Kurdi saat ini menganut agama Islam Sunni dan tinggal di

wilayah Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi) dengan luas wilayah sekitar 640.000

km2. Wilayah Kurdistan saat ini terbagi untuk beberapa negara seperti Turki

bagian tenggara, Iran Utara, Irak Utara dan Suriah Utara. Jumlah Suku Kurdi

secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih dari 20 juta orang, di Turki terdapat

sekitar 10 juta orang Kurdi; di Iran sekitar 6 juta orang Kurdi; di Irak terdapat

17

Ibid, h. 74 18

Ibid, h. 75

Page 53: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

42

lebih dari 5 juta orang Kurdi; dan di Suriah 1 juta lebih. Sementara, Komunitas-

komunitas Etnis Kurdi yang lebih kecil ada yang tinggal di republik-republik

bekas Uni Soviet, Lebanon dan ada juga yang telah hijrah dan menetap di Eropa,

Amerika serta Australia. Secara etnis, Orang-orang Kurdi berbeda dengan Arab,

dan Turki. Ciri-ciri orang Kurdi adalah kulit putih, perawakan tubuh sedang,

rambut coklat dan hitam serta mata coklat, biru dan abu-abu.

Dalam kesehariannya Etnis Kurdi berbicara dalam bahasa Kurdi dengan

beberapa dialek, namun sebelumnya orang Kurdi menggunakan bahasa Pahlavi

yang merupakan bahasa Persia kuno yang masih serumpun dengan bahasa

Sanksekerta dan bahasa-bahasa Eropa. Mereka juga memilki kebudayaan yang

berbeda dengan budaya yang ada disekitarnya seperti Arab dan Turki.

Setelah kedatangan Islam dan invasi Turki Usmani, orang-orang Kurdi

mulai menggunakan dialek suku Kurmanj. Begitu kuatnya pengaruh suku

Kurmanj hingga mayoritas orang Kurdi masih banyak yang menyebut diri mereka

“Kurmanj” dan bahasa mereka “Kurmanji”. Sekarang ini, terdapat dua dialek

utama dalam bahasa Kurdi yaitu Kurmanji dan Sorani (atau sering juga disebut

“Kurdi”). Sub-dialeknya antara lain Kirmanshah, Leki, Gurani dan Zaza.

Mengenai sub-suku, sejarawan Kurdi Syarafuddin Bitlisi menyatakan dalam

kitabnya Sharafnameh bahwa bangsa Kurdi terbagi empat, masing-masing

mempunyai dialek dan adat- istiadat sendiri Yaitu Kurmanj, Lur, Kalhur, dan

Gorani.19

Sebelum masuknya Islam, orang-orang Etnis Kurdi menganut agama-

agama Persia kuno seperti Zoroaster, Mithraisme, Manichaeisme dan Mazdak.

19

D.N. Mackenzie, The Origin of Kurdish, (London : Transactions of Philological

Society), 1961, h. 68–82.

Page 54: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

43

Beberapa kuil penyembahan api peninggalan zaman tersebut masih terdapat

sampai sekarang, antara lain di Ganzak (Takab) dan Bijar. Mereka juga sempat

dipengaruhi oleh ajaran Yahudi dan Nasrani. Kini, Mayoritas orang Kurdi adalah

pemeluk Islam Sunni yang bermazhab Hanafi dan Syafi’I serta sebagian kecil

menganut Islam Syiah, khususnya yang tinggal di Kirmanshah, Kangawar,

Hamadan, Qurva, Bijar di Selatan Timur Kurdistan (bagian Iran) dan mereka yang

tinggal di Malatya, Adiyaman dan Maras di barat Kurdistan (bagian Turki).20

Etnis Kurdi terkenal berani, kuat dan gigih serta banyak berperan dalam

menyebarkan dan membela agama Islam. Tidak sedikit tokoh-tokoh agama

(ulama), pemimpin dan pejuang Islam berasal dari suku Kurdi seperti Shalahuddin

al-Ayyubi, seorang panglima perang dan pahlawan Islam dalam Perang Salib.21

Kurdi merupakan etnis yang relatif berusia tua, namun kesadaran terhadap

wilayah baru muncul belakangan, dan bahkan sangat terlambat. Orang – orang

Kurdi mempunyai kesadaran etnis, tetapi tidak mempunyai kesadaran akan

kewilayahan. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi kultur tradisional hidup

nomaden dimana mereka hidup berpindah-pindah sambil mengembala ternak dari

Turki dan Iran lalu ke lembah Mesopotamia.

Pasca Perang Dunia I, ketika negara-negara mulai menetapkan garis

perbatasan, barulah kesadaran wilayah kaum Kurdi muncul. Etnis Kurdi mencita-

citakan berdirinya negara Kurdistan merdeka yang sekuler dan demokratis. Etnis

Kurdi sebagai minoritas selalu terabaikan kepentingannya oleh pemerintah pusat

di negara yang menaunginya. Inilah sebabnya Etnis Kurdi ingin memisahkan

20

Martin Van Bruinessen. Mullas, Sufis and Heretics: The Role of Religion in Kurdish

Society, (Michigan : Michigan University), 2009, h. 15. 21

Stanley Lane-Poole.Saladin and the Fall of the Kingdom of Jerusalem. (London: G. P.

Putnam's Sons), 1996, h. 160-161.

Page 55: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

44

diridan mendirikan Negara Kurdistan. Sebenarnya, realita ini sungguhlah tidak

mudah terwujud, wilayah Kurdistan yang sudah terbagi - bagi dalam empat

Negara dan juga terdiri dari berbagai suku membuat mereka sulit untuk bersatu.

Oleh karena itu perjuangan Etnis Kurdi berubah tujuan dari menginginkan

kemerdekaan, kini mereka meminta wilayah otonomi, salah satu dari mereka yang

berhasil adalah Etnis Kurdi di Irak.

Page 56: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

45

BAB IV

PERJUANGAN ETNIS KURDI MEMPEROLEH OTONOMI

A. Revolusi Kurdistan Irak

1. Perjuangan rakyat Kurdi dibawah pimpinan Mahmud Barzanji

Etnis Kurdi di Irak merupakan yang paling semangat memperjuangkan

kemerdekaan dibanding dengan Etnis Kurdi di Negara Turki, Iran, dan Suriah.

Mereka beruntung karena mempunyai pemimpin-pemimpin yang mampu

menyemangati rakyat Kurdi untuk melakukan perjuangan. Sama seperti di

Indonesia pada masa kolonial Belanda yang perjuangan rakyatnya banyak

dipimpin oleh ulama, di Kurdistan Irak pun demikian. Etnis Kurdi Irak yang

menganut Islam Suni ini begitu menghormati dan memuliakan seorang ulama.

Perjuangan Etnis Kurdi di Irak dimulai pada bulan Mei tahun 1920,

dipimpin oleh seorang ulama bernama Syaikh Mahmud Barzanji. Etnis Kurdi di

Irak meminta Inggris merealisasikan perjanjian Sevres tahun 1920 untuk

menjadikan Kurdistan sebagai sebuah negara, namun karena daerah Kurdistan

dikelilingi oleh sumber daya alam yang melimpah perjanjian tersebut tidak pernah

direalisasikan oleh Inggris.1

Pada awalnya, Pemerintah koloni Inggris di Irak mencoba megambil hati

masyarakat Kurdi dengan mengangkat Mahmud Barzanji sebagai Gubernur

Sulaimaniya, namun Mahmud Barzanji justru memerintahkan rakyat Kurdi untuk

melakukan penangkapan terhadap seluruh Pejabat Inggris di kota tersebut. Setelah

mempunyai pengaruh yang luas di seluruh wilayah di Irak Utara, Mahmud

Barzanji menyatakan diri sebagai “Pemimpin Seluruh Kurdistan” dan menyerukan

1Martin Van Bruinessen. Mullas, Sufis and Heretics: The Role of Religion in Kurdish

Society, (Michigan : Michigan University), 2009, h. 20.

Page 57: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

46

Jihad melawan Pemerintah koloni Inggris. Pemerintah koloni Inggris kemudian

merespon dengan mengirim dua Brigade pasukannya untuk melemahkan pasukan

Kurdi di kota Sulaimaniyah. Pada bulan Juni 1920, Mahmud Barzanji akhirnya

berhasil ditangkap dan diasingkan ke India oleh pemerintah mandat Inggris.2

Dengan pengasingan Mahmud Barzanji ke India, muncullah ancaman baru

terhadap wilayah Irak di bagian Utara. Kelompok nasionalis Turki, yang dipimpin

oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1920 berencana melanjutkan serangan

ke Irak untuk menguasai Mosul. Pemerintah koloni Inggris khawatir, kebencian

etnis Kurdi karena ditangkapnya Mahmud Barzanji akan membuat mereka

berkolaborasi dengan Mustafa Kemal Attaturk untuk melawan Pemerintah

Mandat Inggris.

Sir Percy Cox, seorang Pejabat Militer Inggris di Timur Tengah dan

Winston Churchill, mengusulkan untuk memulangkan kembali Mahmud Barzanji

ke Irak Utara guna mengembalikan stabilitas di wilayah tersebut. Setelah wilayah

Irak Utara damai, masyarakat Kurdi harus diberi otonomi namun tetap dibawah

pemerintah Pusat di Baghdad; dengan begitu masyarakat Kurdi tak akan berpikir

untuk membuat „Negara Kurdistan Merdeka‟ dan stabilitas kawasan Timur

Tengah akan terjaga.

Akhirnya, Mahmud Barzanji dipulangkan dari pengasingan dan diangkat

sebagai „Gubernur Kurdistan Selatan‟ oleh Pemerintah koloni Inggris. Sementara

itu, Pada tanggal 20 Desember 1920, Pemerintah koloni Inggris mengeluarkan

Anglo-Iraqi declaration yang berisi kesepakatan bahwa masyarakat Kurdi boleh

2Ibid, h. 21.

Page 58: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

47

memiliki Pemerintahan sendiri asal mereka bisa membuat Konstitusi dan setuju

pada batas batas Teritorial Pemerintah Irak.

Pada tanggal 10 Oktober 1921, Mahmud Barzanji mengeluarkan

pernyataan bahwa ia menolak Anglo-Iraqi declaration yang ditawarkan

Pemerintah koloni Inggris. Barzanji justru mendirikan kerajaan Kurdistan dan

mengangkat dirinya sebagai Raja. Pada bulan Juli 1924, Pemerintah Mandat

Inggris mengerahkan Royal Air Force untuk menyerang Kerajaan Kurdistan.

Mahmud Barzanji dan pejuang Kurdi mecoba melakukan perlawanan namun ia

ditangkap kembali oleh Tentara Inggris dan dibuang ke Irak Selatan.3dengan

demikian, maka berakhirlah kerajaan Kurdistan bentukan Mahmud Barzanji.

2. Perjuangan Rakyat Kurdi dibawah pimpinan Mustafa Barzani

Tertangkapnya Mahmud Barzanji lantas tidak memadamkan semangat

Etnis Kurdi untuk memperoleh kebebasan. Pada Tahun 1931, Ahmad Barzani dan

adiknya, Mustafa Barzani, bekas pengikut dari Mahmud Barzanji, memutuskan

untuk melanjutkan perjuangan Mahmud Barzanji. Namun, Perbedaannya kali ini

tujuannya adalah agar wilayah Kurdistan di Utara Irak mendapatkan otonomi dari

Kerajaan Irak bentukan Inggris yang dikenal dengan sebutan Dinasti Hasyimiyah.

Ahmad Barzani dan Mustafa Barzani berhasil mempersatukan sejumlah suku

Kurdistan untuk bersama – sama melakukan perjuangan melawan kerajaan Irak.

Namun sayangnya, Perjuangan Etnis Kurdi dapat dipadamkan setelah Tentara

Inggris membantu pasukan kerajaan Irak pimpinan Raja Faisal tersebut.4

3 Saad Eskander. “Southern Kurdistan Under British Mesopotamian Mandate : From

Separation to Incorporation,1920-1924”. Middle Eastern Studies. Vol.37 no.2 (April 2001), h.

153-180. 4Barzani, Massoud, and Ahmed Ferhadi, Mustafa Barzani and the Kurdish liberation

movement, 1931-1961, New York: Palgrave Macmillan), 2003, h. 135.

Page 59: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

48

Pada tahun 1943, di tengah tengah jalannya Perang Dunia Kedua, Mustafa

Barzani memanfaatkan momentum untuk melakukan perjuangan bersama rakyat

Kurdi dalam memperoleh otonomi wilayah Kurdistan Irak. perjuangan ini mereka

lakukan ketika di Baghdad sedang terjadi perebutan kekuasaan antara Pendukung

Nazi Jerman yang dipimpin Rashid al Gailani dan Pendukung Sekutu yang

dipimpin oleh Nuri Said. Mustafa Barzani berhasil mengumpulkan dua ribu orang

Pejuang Kurdi dan melakukan penyerangan terhadap pos Polisi dan gudang

senjata guna mendapatkan senjata serta amunisi tambahan. Bahkan, pada

Pertempuran Mazna, pasukan Pejuang Kurdi berhasil mengalahkan Tentara Irak

yang bersenjata lengkap. Divisi Artileri Irak juga dipukul mundur dalam

pertempuran Maidan Morik. Namun menjelang tahun 1945, Mustafa Barzani

mulai terdesak karena, Pemerintah kerajaan Irak menyuap sejumlah suku-suku

Kurdi yang membenci Mustafa Barzani untuk menyerang pasukan Pejuang Kurdi.

Pada akhirnya Mustafa Barzani dan pejuang Kurdi berhasil melarikan diri ke

Iran.5

Di Iran, dengan dukungan dari Uni Soviet, Mustafa Barzani bersama

dengan para tokoh Kurdi Iran mendirikan Negara Kurdi Iran bernama Republik

Mahabad, mereka juga membentuk Organisasi militer pejuang Kurdi bernama

Peshmerga. Namun, eksistensi Negara Kurdi Iran ini hanya bertahan selama 12

bulan karena sekutu memaksa Uni Soviet mundur dari Iran. Mustafa Barzani

kemudian pindah ke Uni Soviet dimana ia lalu mendirikan Partai Demokratik

Kurdi (Kurdish Democratic Party / KDP) pada tahun 1946. Partai tersebut

5Ibid. h. 136.

Page 60: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

49

beranggotakan sekelompok intelektual Kurdi dan memperoleh dukungan dari

Etnis Kurdi yang tinggal di pegunungan.6

Selain KDP, orang-orang Kurdi juga mempunyai partai politik yang

dibentuk Jalal Talabani, yaitu partai Persatuan Patriotik Kurdistan (Patriotic

Union of Kurdistan / PUK). Jalal Talabani semula adalah anggota terkemuka

KDP, tetapi keluar karena berbeda faham dengan Mustafa Barzani dimana

kemudian pada tahun 1975 ia mendirikan PUK sebagai partai modern. Hingga

sampai saat ini KDP dan PUK menjadi wadah perjuangan suku Kurdi Irak.7

Pada tahun 1960, pecahlah Perang Irak-Kurdi Pertama. Penyebab perang

ini adalah sikap Jendral Abdul Karim yang enggan memenuhi janji untuk

memberikan Otonomi pada masyarakat Kurdi. Kasim mulai menghasut suku –

suku yang menjadi musuh Barzani diantaranya suku Bradost dan Zebari, yang

menyebabkan terjadinya perang antar-suku pada tahun 1960 dan awal 1961.8

Pada bulan Februari 1961, Barzani bersama tentara pejuang Kurdi

(Peshmerga) berhasil mengalahkan pasukan pemerintah Irak. Pada titik ini,

Barzani memerintahkan pasukannya untuk menduduki dan mengusir pejabat

pemerintah dari seluruh wilayah Kurdistan Irak. Hal ini tidak diterima oleh

pemerintah pusat di Baghdad, dan sebagai hasilnya, Kasim mulai mempersiapkan

serangan militer terhadap wilayah Kurdistan Irak. Sementara itu, pada bulan Juni

1961, KDP mengeluarkan ultimatum terhadap Kasim agar dia lebih

memperhatikan Etnis Kurdi. Kasim mengabaikan tuntutan Kurdi dan meneruskan

6Declaration of the Kurdistan Democratic Party, in Kurdish and Persian. Saleh,

Rafiq & Sadiq Saleh (eds.), Rojnameyi Kurdistan: Mahabad 1324-1325 Hetawi (1946) [the

newspaper of Kurdistan, Mahabad, 1946], (Suleymani: Binkai zhin, 2007) 7 Massoud Barzani & Ahmed Ferhadi, Mustafa Barzani and the Kurdish liberation

movement, 1931-1961, New York: Palgrave Macmillan), 2003, h. 138. 8Ibid, h. 139.

Page 61: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

50

rencananya untuk perang. Tidak sampai 10 September, sekelompok tentara Irak

berhasil disergap oleh tentara Kurdi Peshmerga. Menanggapi serangan itu, Kasim

mengecam dan memerintahkan Angkatan Udara Irak untuk mengebom desa-desa

Kurdi. Meskipun begitu, Serangan militer Irak tersebut tetap saja tidak dapat

mengalahkan pasukan Kurdi pimpinan barzani tersebut. Ini menunjukan

bagaimana sesungguhnya kekuatan militer Kurdi yang telah mendapat pelatihan

militer dari Uni Soviet sungguh tidak bisa diremehkan.9

Pemerintah Irak kemudian kembali berupaya mengalahkan perjuangan

Etnis Kurdi. Akan tetapi, Kampanye ini gagal pada Mei 1966. pasukan Barzani

berhasil mengalahkan Tentara Irak pada Pertempuran yang terjadi di Gunung

Handrin, dekat Rawanduz. Pada pertempuran tersebut, pasukan Kurdi

mengkonfirmasi bahwa mereka telah berhasil membunuh seluruh brigade Irak.

Menyadari kesia-siaan akan kampanyenya tersebut, Jenderal Rahman Arif

kemudian mengumumkan program perdamaian 12-point dengan pasukan Kurdi

pada bulan Juni 1966, namun sayangnya hal itu tidak bisa terlaksana dikarenakan

terjadi penggulingan Abdul Rahman Arif dalam kudeta 1968 oleh Partai Baath.10

Pada tahun 1970, perjuangan Etnis Kurdi kali ini sampai pada meja

perundingan. Mustafa Barzani dan Presiden Saddam Hussein sepakat untuk

menandatangani Iraqi-Kurdish Autonomy Agreement pada tahun 1970. Isi

perjanjian itu antara lain janji Pemerintah Irak untuk memberikan Otonomi pada

kepada Etnis Kurdi dan mengikutsertakan Etnis Kurdi di dalam pemerintahan.

Adapun syarat-syarat perjanjian ini yaitu Etnis Kurdi tak boleh lagi melakukan

penyerangan lagi dan disepakatinya Peletakan Senjata (Armstice) diantara kedua

9 Edgar O'Ballance. The Kurdish Revolt, 1961–1970.( London: Faber and Faber), 1973,

h. 58. 10

Ibid, h. 59.

Page 62: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

51

belah pihak. Akan tetapi Mustafa Barzani mengajukan poin tambahan pada

kesepakatan tersebut, ia ingin tetap menjadi Komandan Peshmerga dan kota

Kirkuk yang kaya minyak menjadi bagian integral dari wilayah Otonomi

Kurdistan.11

Ternyata, usaha perdamaian antara Pemerintah Irak dan Etnis Kurdi

mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut disebabkan karena Pemerintah Irak

tidak mau memasukan daerah Kirkuk kedalam wilayah otonomiKurdistan Irak.12

Pemerintah Pusat di Baghdad bersikeras mempertahankan Kirkuk karena wilayah

tersebut merupakan wilayah yang kaya akan minyak. Sementara itu, dilain sisi

Mustafa Barzani ingin wilayah otonomi Kurdistan Irak itu diperluas hingga

meliputi kota Kirkuk dan Mosul. Mosul sendiri selain kaya akan minyak, daerah

ini juga dikenal sebagai penghasil semen, kapas, tekstil dan gandum.13

Pada tahun 1974, pecahlah Perang Irak-Kurdi Kedua. Tentara Iraq

melancarkan serangan baru terhadap Etnis Kurdi di Irak Utara dan mendesak

pasukan Peshmerga sampai ke perbatasan Iran.14

Kali ini, nasib pejuang Kurdi

berada dalam keadaan terdesak, hal ini disebabkan oleh penandatanganan Algier

Accord oleh Shah Iran Muhammad Reza Pahlevi dan Saddam Hussein. Dengan

mediatori oleh Presiden Aljazair, Houari Boumédiènne, Perundingan tersebut

berlangsung di kota Algier, Aljazair. Perundingan tersebut menghasilkan

kesepakatan bahwa Pemerintah Iran akan menghentikan bantuan terhadap

pasukan pejuang Kurdi pimpinan Mustafa Barzani. Sebagai gantinya Irak lalu

11

Bayan Majlis Qiyadat al-Thawra al-Iraqi Hawl al-Hal al-Silmi lil-Qadiyya al-Kirdiyya

(Official Statement of the Iraqi Revolutionary Council on the Peaceful Solution of the Kurdish

Problem), in Al-Jumhurriyya (Baghdad), 12 Maret 1970. 12

Lihat Bayan Majelis Qiyadat 13

Budiarto Shambazy. Obrak Abrik Irak. (Jakarta : Kompas), 2003, h. 17. 14

Ibid, h. 18.

Page 63: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

52

menyerahkan sebagian wilayah Shatt al-Arab pada Iran.15

Langkah politik Iran

membuat Amerika dan Israel yang mempunyai kepentingan terhadap Iran terpaksa

menghentikan bantuan terhadap pejuang Kurdi.

Mengetahui peristiwa di atas, Mustafa Barzani kemudian berkunjung ke

Iran untuk meminta penjelasan terkait kesepakatan Algier Accord terhadap Shah

Reza Pahlevi. Shah reza kemudian mengatakan bahwa keputusannya

menandatangani Algier Accord adalah untuk membangun stabilitas wilayah. Shah

Reza Pahlevi juga menegaskan bahwa perbatasan Irak-Iran akan terbuka selama 1

bulan bagi orang Kurdi yang ingin keluar masuk. Setelah itu, perbatasan akan

ditutup secara permanen. Mustafa Barzani begitu kecewa dengan pernyataan Shah

Reza Pahlevi tersebut, dan pada Akhirnya, tentara pejuang Kurdi Peshmerga,

harus mengalami kekalahan dikarenakan kekurangan amunisi dan perlengkapan

militer.

Mustafa Barzani dan seratus ribu tentara Peshmerga segera melarikan diri

ke Iran. Sementara itu, para pemimpin Partai Demokratik Kurdistan di Irak

kemudian diasingkan oleh Pemerintah Irak. Total korban jiwa dalam perang Irak-

Kurdi, kedua belah pihak mencapai dua ratus ribu orang.16

B. Genosida Kurdi dan Perang Teluk

Pada tahun 1980, untuk mencegah pengaruh Revolusi Iran yang dipimpin

Ayatullah Khomeini menyebar ke wilayah Irak Selatan yang sebagian besar di

huni oleh Muslim Syiah, Saddam Hussein kemudian menyatakan Perang melawan

Republik Islam Iran; dengan ini pecahlah Perang Irak-Iran (Prang Teluk I). Etnis

15

Text Algier Accord http://www.ucdp.uu.se/gpdatabase/peace/Iran-

Iraq%2019751226b.pdf 16

Trias Kuncahyono. Bulan Sabit diatas Baghdad.(Jakarta : Kompas), 2005, h.171.

Page 64: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

53

Kurdi baik dari pihak KDP maupun PUK, dalam Perang ini memutuskan untuk

membantu pasukan Pemerintah Iran melawan Saddam Hussein.

Pada tahun 1983, pejuang Etnis Kurdi, peshmerga melakukan penyerangan

terhadap tentara Irak di wilayah Irak Utara. Hal ini tentu memecah kekuatan

pasukan Irak menjadi pertempuran dua front. ketika tentara Irak terjebak dalam

Perang Parit melawan tentara Iran, Peshmerga melancarkan perang Gerilya

melawan pasukan Irak di pegunungan. Akhirnya, Militer Irak terpaksa melakukan

pemboman secara membabi-buta untuk mempersulit pergerakan tentara

Peshmerga.17

Pada 13 Maret 1988, tentara Iran dan pasukan Peshmerga secara resmi

mengumumkan, bahwa mereka telah melancarkan serangan baru terhadap

pasukan gabungan Irak di daerah Halabja, serangan ini disebut „Operation Zafar

7‟. Hasil dari serangan ini adalah Iran dan Peshmerga mampu menguasai kota

Sulaimaniya, menduduki daerah Derbendikhan serta mengontrol 800 KM2

wilayah Irak Utara. Pada malam tanggal 18 Maret 1988, tentara Paeshmerga

berbaris memasuki desa Halabja dan disambut secara meriah oleh masyarakat

Kurdi di desa tersebut.18

Setelah Perang Teluk I usai, Saddam Hussein sangat ingin membalas

dendam terhadap Peshmerga yang dianggap sebagai agen Iran. Saddam kemudian

melancarkan kampanye militer terhadap Etnis Kurdi di Irak Utara yang disebut

“Kampanye Anfal.”19

Kampanye Militer ini dipimpin oleh Sepupu Saddam yang

17

Nader Entessar."The Kurds in Post-Revolutionary Iran and Iraq". Third World

Quarterly,Vol. 6, No. 4 (Oct., 1984), h. 911- 933. 18

Ibid. h. 933. 19

Nama “Anfal” diambil dari Surat Al-Anfal yang artinya “Rampasan Perang”.kandungan

ayatnya memungkinkan umat Islam untuk membunuh orang Kafir dan mengambil harta benda

mereka.

Page 65: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

54

bernama Ali Hassan al Madjid, Adapun kegiatan dalam kampanye militer ini

mencakup perampasan tanah, pengusiran Etnis Kurdi, dan pembunuhan massal.

Pada tanggal 16 Maret 1988, Ali Hassan al Madjid sebagai Pemimpin

Kampanye Anfal memerintahkan Angkatan Udara Irak untuk mengirimkan

pesawat-pesawat ringan guna menyemprotkan Gas Beracun di atas desa Halabja

yang dihuni empat ratus ribuEtnis Kurdi. Adapun waktu yang dipilih adalah sore

hari karena udara tidak teralu lembab dan berangin sehingga pengaruh Gas masih

efektif. Peristiwa ini membuat Ali Hassan al Madjid mendapat julukan “Chemical

Ali.”20

Senjata kimia yang digunakan pasukan Irak untuk membunuh suku Kurdi

adalah senjata biologi dan kimia yang mematikan seperti antrhax, Gas saraf VX,

aflaktoksin, batolinum, sarin dan gas mustard. Anthrax merupakan senjata kimia

yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, menyerang kulit sehingga

melepuh dan penuh luka; batolinum yaitu kuman yang meracuni makanan dan

mengakibatkan korban mual, diare dan kelumpuhan pernapasan dan jantung;

aflaktoksin yaitu racun dari jamur yang bisa menyebabkan kanker hati; Gas saraf

VX adalah senjata kimia yang mematikan karena satu tetes kecil saja sudah dapat

membunuh orang. Gas saraf ini seperti oli mobil yang bekerja cepat, terserap

melalui paru-paru, mata, kulit dan mengakibatkan kelumpuhan paru-paru. Senjata-

senjata kimia mematikan tersebut dimasukkan ke dalam hulu ledak peluru kendali.

Pembantaian dengan senjata kimia yang dilakukan pemerintah Irak

terhadap Etnis Kurdi tersebut menimbulkan kecaman keras dari dunia

internasional. Senat Amerika Serikat mendesak Presiden Ronald Reagan untuk

20

Michael Gunther. The Kurds of Iraq: Tragedy and Hope. (New York: St. Martin‟s

Press), 1992, h. 82.

Page 66: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

55

segera menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Irak. Pada bulan Oktober 1988,

Parlemen Eropa yang sedang bersidang di Straβburg, Elsaβ-Lothringen, Jerman,

mengeluarkan kutukan pedas dan menghimbau para anggotanya agar mengenakan

sanksi kepada rezim Saddam Husein. Sikap tegas ditunjukkan Jepang yang

memutuskan untuk tidak akan mengirimkan bahan-bahan yang dapat digunakan

untuk membuat senjata kimia kapada Irak.21

Pada tanggal 2 Agustus 1991, Saddam Hussein memerintahkan militer

Irak untuk menginvasi Kuwait. Saddam kemudian secara sepihak menyatakan

Kuwait sebagai Provinsi Irak yang ke Sembilan belas. Untuk mencegah

kemungkinan mesin-mesin perang Saddam mengarah ke Arab Saudi, Amerika

dan NATO mengawali pembentukan pasukan massif yang disebut „Operation

Desert Shield‟, maka kemudian pecahlah Perang Teluk Persia/ Perang Teluk II.

Pihak Sekutu memulai pemboman berseri terhadap fasilitas-faslitas penting

Pemerintah Irak dalam „Operation Desert Storm‟. Saddam kemudian membalas

dengan meluncurkan Misil SCUD ke Israel yang ternyata gagal. Pihak Sekutu

akhirnya mengerahkan penyerangan darat terbesar sejak Perang Dunia II untuk

mengusir pasukan Irak dari Kuwait dalam „Operation Desert Sword.‟22

Bersamaan dengan Perang Teluk II, Etnis Kurdi di Irak Utara

memanfaatkan momentum dengan melancarkan sejumlah penyerangan melawan

Pemerintahan Irak. Kekuatan Pejuang Kurdi mencapai 50.000 orang yang

merupakan gabungan Tentara Peshmerga, Partai Demokratik Kurdistan, Partai

Patriotik Kurdistan, Partai Komunis Kurdistan dan Pergerakan Islam Kurdistan,

bersatu untuk menghancurkan kekuatan Partai Baath di Irak utara. Hal ini tentu

21

Trias Kuncahyono. Bulan Sabit diatas Baghdad. (Jakarta : Kompas), 2005, h. 66. 22

Ibid, h. 167.

Page 67: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

56

menggambarkan bagaimana semua elemen di Kurdi bersatu demi ciptanya

wilayah Kurdistan Irak yang independen.

Pada tanggal 5 Maret 1991, Suleymaniya menjadi kota pertama yang

dikuasai para Pejuang Kurdi. Pada tanggal 7 Maret 1991, tentara Peshmerga

bersenjata ringan memasuki kota dan mengusir para pejabat pemerintah Irak

dengan paksa. Tentara Peshmerga juga bergabung dengan para penduduk lokal,

dimana mereka bersama sama menyerang kantor-kantor pemerintah Irak serta

membebaskan para tahanan dari penjara. Pasukan Keamanan Irak tidak dapat

menerima sikap Peshmerga begitu saja, mereka mencoba mempertahankan

gedung Direktorat Keamanan selama 2 jam. Pada tanggal 8 Maret, gabungan

kekuatan Peshmerga dan penduduk lokal berhasil mendobrak pertahanan tentara

Irak dan menguasai gedung tersebut.23

Pada tanggal 10 Maret 1991, tentara Peshmerga berbaris memasuki kota

Tuz Khormato, sebuah kota yang dihuni oleh Etnis Kurdi dan suku Turkmen.

Peshmerga mendapat keuntungan tambahan karena ikut bergabungnya beberapa

kelompok milisi lokal. Kebanyakan anggota Partai Baath meninggalkan kota

tersebut tanpa perlawanan, walaupun begitu penduduk kota sempat menyaksikan

adegan baku tembak antara tentara Peshmerga melawan Polisi Irak dan sejumlah

petinggi Partai Baath, yang berakhir pada tewasnya sejumlah Opsir Polisi.24

Tiga hari setelah Peshmerga menduduki kota Tuz Khormato, Pasukan Irak

kemudian mengepung kota itu dari 3 arah, divisi Artileri Irak langsung

membombardir kota Tuz Khormato dengan membabi buta. Peshmerga lalu

membalas dengan menembakkan meriam mortar. Angkatan Udara Irak memakai

23

Eric Goldstein. Endless Torment: The 1991 Uprising in Iraq and Its Aftermath. (York :

Human Rights Watch), 1992, h. 58. 24

Ibid, h. 59.

Page 68: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

57

strategi baru dengan menjatuhkan Bom Napalm serta Bom Fosfor diatas kota

tersebut. Peshmerga pun mengerahkan Artileri Anti Serangan Udara yang berhasil

menumbangkan 3 buah helicopter militer Irak. Pada akhirnya, 50% bangunan di

Kota Tuz Khormato hancur akibat pertempuran antara Peshmerga dengan Pasukan

Irak; adapun penduduk sipil banyak yang mengungsi ke pegunungan demi

menghindari pertempuran.25

Pemerintah Irak semakin khawatir dengan perkembangan di Irak Utara,

mereka kemudian menempatkan sejumlah pasukan militer di kota Kirkuk.

Pemerintah Irak juga mengumumkan jam malam bagi warga sipil di kota Kirkuk

serta desa-desa sekitarnya. Ali Hassan Al-Madjid alias “Chemical Ali” yang

merupakan aktor utama dalam “Tragedi Halabja” bergabung juga didalam

pasukan yang menjaga kota Kirkuk. Setelah menetapkan Jam Malam, Ali Hassal

al-Madjid memerintahkan pasukannya untuk mendatangi tiap rumah warga di

Kirkuk. Tentara Irak menangkapi para penduduk sipil Kurdi dan mengumpulkan

lima ribu orang yang diduga terlibat sebagai anggota Peshmerga. Mereka pun lalu

dibawa ke markas tentara di luar kota Kirkuk.26

Menanggapi tindakan represif Rezim Saddam Hussein terhadap penduduk

Kurdi, PBB kemudian bereaksi dengan mengeluarkan Resolusi no.686 yang isinya

menegaskan agar Pemerintah Irak menghentikan kekejaman terhadap Etnis Kurdi

dan memberikan sanksi ekonomi terhadap Irak. Pihak Sekutu (Amerika Serikat,

Inggris, Prancis) segera merealisasikan Resolusi tersebut dengan menciptakan

“Zona Larangan Terbang” di atas udara wilayah Kurdistan Irak.27

25

Ibid, h. 60. 26

Ibid, h. 68. 27

L Fawcett."Down but not out?The Kurds in International Politics "Review of

International Studies. Vol.27 no.1, h.109–118.

Page 69: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

58

Pada awal April 1991, Inggris mengambil inisiatif dengan menawarkan

pengiriman bantuan kemanusiaan pada Etnis Kurdi di Irak Utara. Amerika pun

mengamini niat baik Inggris tersebut dengan mengerahkan angkatan udaranya

untuk mengirimkan bantuan pada masyarakat Kurdi di Irak Utara. pihak Amerika

sendiri menyebut operasi ini dengan nama “Operation Provide Comfort”. Tujuan

dari Operasi ini adalah menembus wilayah Irak Utara, mengirimkan bantuan pada

penduduk sipil Kurdi, dan membantu penduduk sipil Kurdi untuk pulang ke

rumahnya masing masing. Setelah „Operation Provide Comfort‟ berhasil, pihak

Sekutu mencetuskan “Operation Provide Comfort” Jilid II, yang bertujuan untuk

mencegah Irak menginvasi wilayah Kurdi. Adapun perbedaan antara Operation

Provide Comfort dengan Operasi lainnya pada Perang Teluk seperti Operation

Desert Storm dan Operation Desert Shield adalah kedua Operasi tersebut

dikendalikan langsung oleh Komando Sentral Amerika (CENTCOM), sementara

Operation Provide Comfort berada di bawah otoritas Komando Sentral Eropa

(EUCOM), yang bermarkas di Vaihingen, Baden-Württemberg, Jerman.

Amerika Serikat mengingatkan jika Irak mengganggu „Operation Provide

Comfort‟, Amerika Serikat akan menganggapnya sebagai tantangan untuk

kembali menyatakan perang. Pemerintah Irak akhirnya tidak dapat berbuat banyak

untuk menghalangi pelaksanaan operasi tersebut. kehadiran pasukan Amerika

Serikat serta Sekutunya di wilayah Irak Utara cukup membuat wilayah Kurdistan

Irak menjadi aman.28

Dalam rangka menyelesaikan permasalahan konflik dengan Etnis Kurdi,

pihak pemerintah Irak dengan para pemimpin Kurdi sepakat untuk melakukan

28

Joost Hilterman. “The Demise of Operation Provide Comfort”. Middle East

Report.No.23. vol.0 (Spring 1997), h. 44-45.

Page 70: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

59

perundingan perdamaian. Presiden Saddam Hussein bersedia menjanjikan

otonomi yang lebih luas di Kurdistan Irak. Namun, sebagian orang Kurdi masih

curiga dengan kebohongan janji Saddam Hussein memberikan otonomi di

Kurdistan Irak, karena janji Saddam Hussein memberikan otonomi tahun 1970

yang dilanjutkan dengan perjanjian 11 Maret 1974 tidak sepenuhnya dijalankan.

dalam prakteknya, semua keputusan birokrasi ataupun politik di wilayah

Kurdistan tetap harus melalui restu dari Saddam Hussein. inilah yang membuat

Etnis Kurdi melakukan perlawanan terhadap pemerintah Irak.

Perang Teluk merupakan pembuka jalan bagi masyarakat Kurdi di Irak

untuk mendapatkan kesempatan baru guna bernegosiasi untuk mendapatkan

otonomi. Ini semua disebabkan karena masyarakat Kurdi menggunakan strategi

yang tepat, yaitu melakukan perlawanan di saat Pemerintah Irak sedang berperang

melawan pihak lain, baik di waktu Perang Irak- Iran maupun Perang Teluk.

Selain itu, masyarakat Kurdi tidak menolak bantuan Amerika yang

melaksanakan “Operation Provide Comfort”, sehingga masyarakat Kurdi pun bisa

memiliki Bargaining Power dalam bernegosiasi guna mendapatkan Otonomi

Khusus, karena di Back Up oleh pihak Barat.

C. Negosiasi Otonomi

Pada dasarnya tawaran wilayah otonomi dari Saddam Hussein hanya siasat

untuk menggalang simpati dari negara-negara Barat agar sanksi ekonomi terhadap

Irak segera dicabut. Kali ini, Etnis Kurdi harus berhati-hati dalam mengambil

keputusan dan persetujuan apapun yang dicapai dengan pemerintah Irak melalui

perundingan.

Page 71: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

60

Perundingan tahap pertama antara pemerintah Irak dengan delegasi Kurdi

yang terdiri atas Jalal Talabani sebagai pemimpin delegasi, Nechirvan Barzani

(keponakan Massoud Barzani), Abdul Rahman dan Rasoul Mamand. Berlangsung

pada tanggal 24 April 1991, pembahasan perundingan ini mengenai penerapan

wilayah otonomi di Kurdistan Irak dan jaminan internasional atas keputusan akhir

antara Kurdi dengan pemerintah Irak. Hasil dari perundingan ini, Pemerintah Irak

dengan delegasi Kurdi sepakat untuk menerapkan pakta otonomi 11 Maret 1970

yang menetapkan tiga provinsi di Irak utara sebagai wilayah otonomi Kurdi yaitu

Dahuk, Arbil dan Sulaymaniah.29

Menurut Jalal Talabani, dalam perundingan tahap pertama antara

pemerintah Irak dengan delegasi Kurdi, inti pembicaraan telah melampaui

masalah otonomi Kurdi, yakni tentang penegakkan demokrasi di Irak yang

mencakup soal konstitusi baru, pemilu bebas dan kemungkinan pemerintahan

koalisi. Masalah konstitusi, pemerintah Irak menginginkan rancangan konstitusi

yang sudah ada supaya diajukan sebagai referendum, sedangkan pihak Kurdi

menginginkan untuk terlebih dahulu diadakan pemilu bebas di Kurdistan, Irak

Utara, untuk membentuk parlemen yang kemudian akan merancang konstitusi

untuk di bawa ke referendum. Kedua pihak juga mengusulkan pemerintahan

koalisi, tetapi belum ada kepastian apakah akan mengikut sertakan kelompok

oposisi lain di Irak seperti kaum Syiah. Namun sayangnya, otonomi Kurdi, inti

yang dibahas dalam perundingan tersebut belum menemui kesepakatan dari kedua

belah pihak. Pihak Kurdi menuntut wilayah Kirkuk yang merupakan penghasil

29

Tempo, 27 April 1991 : 77

Page 72: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

61

sepertiga dari produksi minyak Irak dimasukkan dalam wilayah otonomi

Kurdistan30

.

Dalam perundingan di atas, Jalal Talabani mengusulkan, pemerintah pusat

boleh menguasai produksi minyak Kirkuk, namun kontrol pemerintahan harus

berada dibawah naungan pemerintah Etnis Kurdi. Etnis Kurdi juga tidak meminta

presentase langsung dari pendapatan minyak Irak, tetapi menginginkan pembagian

dari anggaran negara Irak bagi wilayah otonomi Kurdistan, yang besarnya

sebanding dengan persentase populasi Kurdi di Irak. Tuntutan pemimpin Kurdi

tersebut ditolak pemerintah Irak karena Kirkuk bukanlah kota Kurdi. Pihak Kurdi

menganggap penolakan pemerintah Irak mengenai masuknya kota Kirkuk didalam

wilayah otonomi Kurdistan sungguh tidak realistis untuk diterima sebab,

pemerintah Irak mengumumkan bahwa Kirkuk bukanlah kota Etnis Kurdi. Alasan

pemerintah Irak adalah bahwa mayoritas penduduk Kirkuk adalah etnis Arab.

Alasan itu dibantah oleh pihak Kurdi, mereka mengatakan bahwa orang- orang

Kurdi di Kirkuk telah dihapus melalui kebijaksanaan Arabisasi yang dilakukan

partai Ba‟ath sejak 1960-an. Etnis Kurdi yang semula menjadi mayoritas di

Kirkuk lalu di pindahkan ke Irak Selatan, keberadaan mereka digantikan oleh

orang Arab untuk mendongkrak komposisi agar orang Kurdi tidak menjadi

mayoritas di wilayah Kirkuk.31

Perundingan tahap kedua antara pemerintah Irak dengan pemimpin Kurdi

mengenai otonomi yang dijanjikan bagi suku Kurdi di Irak Utara dimulai tanggal

6 Mei 1991. Dalam perundingan tersebut, pemerintah Irak diharapkan dapat

mencapai kesepakatan untuk mengakhiri secara permanen perlawanan Kurdi.

30

Rex Zedalis. Oil and Gas in the Disputed Kurdish Territories: Jurisprudence, Regional

Minorities and Natural Resources in a Federal System. (London, Routledge), 2012, h. 219. 31

Ibid, h. 220.

Page 73: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

62

Delegasi Kurdi dalam perundingan kali ini dipimpin Massoud Barzani, pemimpin

Partai Demokrasi Kurdi yang sekaligus sebagai pimpinan Front Kurdistan

(gabungan dari faksi-faksi Kurdi). Sebelumnya, Massoud Barzani telah

Memperoleh persetujuan dari seluruh kelompok Kurdi untuk menandatangani

setiap persetujuan dengan pemerintah Irak.32

Dalam perundingan tahap kedua, delegasi Kurdi dan pemerintah Irak

membentuk Komite Gabungan yang bertugas untuk membahas persatuan

nasional, demokrasi di Irak, normalisasi situasi di Kurdistan Irak dan

pemulanganpara pengungsi. Saddam Hussein bertemu dengan delegasi Kurdi

untuk berunding tentang otonomi Kurdi pada tanggal 8 Mei 1991. Isi pembicaraan

perundingan tersebut adalah delegasi Kurdi meminta adanya jaminan keamanan

dari pihak internasional atas setiap perjanjian otonomi antara Kurdi dengan

pemerintah Irak, selain itu mereka juga meminta agar Kirkuk dimasukkan dalam

wilayah otonomi Kurdistan.33

Massoud Barzani dan tiga pemimpin Kurdi lain kembali bertemu dengan

Presiden Saddam Hussein pada tanggal 11 Mei 1991. Tujuan dari perundingan

kali ini adalah tercapainya persetujuan hasil akhir mengenai otonomi Kurdistan

dengan pemerintah Irak. Perundingan tahap kedua masih berlangsung sampai

tanggal 18 Mei 1991, dimana delegasi Kurdi telah mencapai persetujuan prinsipil

dengan pemerintah Irak tentang rencana menghidupkan demokrasi penuh di Irak,

tetapi masih ada perbedaan soal pandangan tentang otonomi regional yaitu

perbedaan apakah kota minyak Kirkuk harus di masukkan dalam wilayah otonomi

Kurdi. Selain itu, ganjalan yang lainnya yaitu mengenai perlunya jaminan

32

Fokus peristiwa pekan ini, (Kompas, 6 Mei 1991) 33

Chris Kutschera."The Kurds Secret Scenarios". Middle East Report,No. 225 (Winter, 2002), h.

14-21.

Page 74: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

63

internasional atas setiap persetujuan dengan Baghdad, hal ini kemudian menunda

penandatanganan perjanjian perdamaian di antara kedua belah pihak34

.

Menurut Massoud Barzani kesepakatan yang telah dicapai adalah soal

penanganan krisis di Irak Utara akibat peperangan, penderitaan pengungsi Kurdi,

pemisahan Partai Ba‟ath yang berkuasa dari wilayah Kurdistan, pemisahan badan

legislatif-eksekutif-yudikatif dari pemerintah pusat Baghdad, pemberian amnesti

di seluruh Kurdistan, usaha pengembangan ekonomi Kurdistan, dibukanya

kembali Universitas Sulaymaniah, diakhirinya keadaan darurat di wilayah

tersebut, kebebasan pers, dan pemilu bebas dengan sistem multipartai. Selain itu,

kedua pihak juga membahas tentang pemerintahan koalisi dan antara delegasi

Kurdi dengan pemerintah Irak.Kedua belah pihak setuju dengan pembentukan

pemerintahan koalisi yang baru, termasuk koalisi Kurdi dengan Partai Ba‟ath.

Gerilyawan Kurdi juga akan di masukkan dalam jajaran tentara Irak35

Belum adanya kesepakatan masalah otonomi Kurdi, membuat Massoud

Barzani dan delegasinya meninggalkan Baghdad pada tanggal 26 Mei 1991.

Kembalinya delegasi Kurdi bukan berarti mengisyaratkan jalan buntu dalam

perundingan, tetapi justru sebaliknya, dialog antara para pemimpin politik Irak

dengan delegasi Kurdi telah memasuki tahap baru menuju kesepakatan final yang

akan memperkuat persatuan nasional dan konsolidasi otonomi Kurdistan.36

Massoud Barzani memperkirakan kemungkinan kesepakatan akan dicapai

dalam tempo satu atau dua pekan ke depan. Etnis Kurdi tetap menginginkan kota

34

David Romano. "Iraqi Kurdistan: challenges of autonomy in the wake of US

withdrawal".International Affairs (Royal Institute of International Affairs 1944-), Vol. 86, No. 6,

Post-American Iraq (November 2010), h. 1345-1359. 35

Hurst Hannum.Autonomy, Sovereignity, & Self-Determination. (University of

Pennsylvania Press), 1996 , h. 178. 36

Amir Iskandar, Irak dan Otonomi Kurdi, (Kompas, 26 Juni 1991).

Page 75: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

64

minyak Kirkuk, jaminan internasional atas setiap kesepakatan hasil perundingan,

serta menuntut agar tentara Irak ditarik mundur dari Irak Utara. Tetapi, lagi-lagi

pemerintah Irak tetap enggan memasukkan Kirkuk dalam wilayah otonomi

Kurdistan, dan menolak adanya jaminan internasional atas perjanjian otonomi

Irak-Kurdi. Pemerintah Irak menganggap, karena wilayah Kurdistan Irak masih

tetap masuk kedalam territorial Irak maka setiap persetujuan merupakan urusan

dalam negeri Irak sehingga tidak diperlukan jaminan internasional.37

Perundingan pemerintah Irak dengan delegasi Kurdi dilanjutkan tanggal

17 Juni 1991, tetapi kedua pihak masih belum mencapai kesepakatan. Massoud

Barzani memberi gambaran bahwa kemungkinan besar wilayah Kirkuk akan

dibagi menjadi dua provinsi, satu di dalam wilayah otonomi dan satunya lagi

berada di bawah pemerintahan gabungan Irak dengan Kurdi. Kesepakatan

kemungkinan besar akan ditandatangani dengan menempatkan Kirkuk di bawah

pemerintahan gabungan, tetapi semua itu masih akan dibicarakan dalam

perundingan selanjutnya pada tanggal 24 Juni 1991.38

Dalam perundingan 24 Juni 1991, pemerintah Irak mengajukan tiga

tuntutan kepada Kurdi sebagai syarat kesepakatan tentang Kirkuk. Pertama,

Kurdi harus memberi dukungan kepada Revolusi tahun 1968 yang membuat

Partai Baath berkuasa diseluruh wilayah Irak termasuk di Kurdistan Irak. Kedua,

Kurdistan Irak harus meminta izin Partai Baath jika ingin berhubungan dengan

pemerintah atau organisasi asing, termasuk negara-negara Barat yang aktif

mengawasi wilayah Kurdistan. Ketiga, Kurdistan Irak harus bekerjasama dengan

37

Liam Anderson & Gareth Stansfield . Crisis in Kirkuk: The Ethnopolitics of Conflict

and Compromise.(University of Pennsylvania Press), 2011, h.118. 38

Henry Astarjian. The Struggle for Kirkuk : The Rise of Hussein, Oil, & The Death of

Tolerance in Iraq. (Greenwood Publishing), 2007, h.162.

Page 76: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

65

Partai Baath melawan musuh (Partai Syiah yang pro-Iran dan kelompok-

kelompok yang pro-Suriah) dan menentang Iran yang merupakan musuh Irak

dalam Perang Irak-Iran. Apabila ada pemberontakan, demonstrasi dan kekacauan

melawan Partai Baath, pasukan Kurdistan Irak (Peshmerga) diharuskan

bekerjasama dengan Irak untuk mengangkat senjata untuk menekan setiap

pemberontakan, demonstrasi dan kekacauan39

Tanggal 30 Juni 1991, Front Kurdistan menyatakan penolakan atas syarat-

syarat pemerintah Irak dalam perundingan otonomi Kurdi. Pemerintah Irak

mengajukan syarat-syarat yang tidak dapat diterima Front Kurdistan karena

pemerintah Irak menyerukan Kurdi untuk meletakkan senjata, bertempur melawan

musuh, serta menghentikan hubungan dengan asing (dalam hal ini Negara –

Negara barat). Persyaratan yang diajukan pemerntah Irak dan penolakan Front

Kurdistan atas syarat-syarat yang diajukan pemerntah Irak kembali mempersulit

kesepakatan perjanjian perdamaian Irak dengan Kurdi40

Pada tanggal 17 dan 18 Juli 1991 terjadi kerusuhan antara rakyat Kurdi

dengan pasukan Irak di Arbil dan Sulaymaniah. Kerusuhan itu terjadi ketika

rakyat Kurdi melakukan demonstrasi akibat belum adanya kesepakatan perjanjian

perdamaian Irak dengan Kurdistan Irak soal jaminan keamanan wilayah Kurdistan

Irak dari pihak internasional dan belum dimasukannya wilayah Kirkuk kedalam

wilayah otonomi Kurdistan. Front Kurdistan segera bereaksi dengan

mengeluarkan keputusan bahwa orang-orang Kurdi harus memberitahu Front

Kurdistan sebelum melakukan demonstrasi karena bisa menyulut aksi kekerasan.

39

Amir Iskandar, Irak dan Otonomi Kurdi , ( Kompas, 26 Juni 1991) 40

Kerim Yildiz. The Kurds in Iraq: Past, Present and Future, (Massachusets: Pluto

Press), 2007, h.34.

Page 77: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

66

Keputusan tersebut dikeluarkan dengan tujuan untuk mencegah pasukanIrak dan

Kurdi saling membunuh.41

Namun sayangnya, Pertempuran antara pejuang Kurdi dengan pasukan

Irak pecah kembali tanggal 5 Oktober 1991 di kota Kalar, 225 km sebelah timur

laut Baghdad. Pasukan Irak membombardir wilayah tersebut sepanjang malam

dengan arteleri yang menyebabkan korban tewas dan luka-luka mencapai 30

orang. Tanggal 7 Oktober 1991, gerilyawan Kurdi menembak mati 60 pasukan

Irak selama pertempuran terjadi Sulaymaniah, sedangkan dari pihak gerilyawan

Kurdi korban tewas sebanyak 15 orang. Pertempuran yang terjadi mengakibatkan

orang-orang Kurdi harus ke kamp pengungsian untuk menghindar dari wilayah

konflik42

Walaupun kesepakatan perjanjian perdamaian Irak dengan Kurdi menemui

jalan buntu terutama yang berkaitan dengan wilayah Kirkuk, tetapi antara

pemerintah Irak dan delegasi Kurdi tanggal 24 April 1991 telah membuat

kesepakatan untuk menerapkan pakta otonomi 11 Maret 1974 yang menetapkan

tiga provinsi di Irak utara sebagai wilayah otonomi Kurdi yaitu Dahuk, Arbil dan

Sulaymaniah. Ketiga wilayah di Irak Utara tersebut sejak tahun 1974 sudah

ditetapkan oleh pemerintah Irak sebagai wilayah otonomi Kurdistan, namun

sayangnya tidak dijalankan sepenuhnya oleh pemerintah Irak. inilah yang

menyebabkan ketidapuasan suku Kurdi, karena dalam prakteknya semua

keputusan birokrasi maupun politik di wilayah otonomi Kurdistan tetap harus

memerlukan izin dari presiden Saddam Hussein di Baghdad. Wilayah otonomi

Kurdistan yang meliputi Dahuk, Arbil dan Sulaymaniah sejak tahun 1991

41

Yurnaldi, Rakyat Kurdi Tuntut Pemerintah Irak Terkait Kota Kirkuk, (Kompas, 22 Juli 1991) 42

Michael Gunther. "The continuing Crisis In Iraqi Kurdistan". Middle East Policy.Vol.12 no.1

(2005), h.122–133.

Page 78: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

67

kemudian berada dalam perlindungan PBB dan pasukan koalisi internasional

untuk melindungi suku Kurdi atas tindakan militer Saddam Hussein43

.

Berikutnya, Pasukan Irak dan pemerintah sipil Irak ditarik dari wilayah

otonomi Kurdistan dan digantikan oleh pasukan koalisi Internasional PBB yang

menjaga zona keamanan wilayah otonomi Kurdi, sedangkan pemerintahan sipil

Irak diganti dengan pemerintahan baru yang diduduki orang-orang Kurdi44

Dalam perundingan-perundingan antara pemerintah Irak dengan delegasi

Kurdi, meskipun tidak ada kesepakatan final soal otonomi Kurdistan menyangkut

kontrol wilayah Kirkuk, tetapi kemajuan justru telah dilakukan pemimpin Kurdi

yang mencapai kesepakatan dengan pemerintah Irak untuk menegakkan wilayah

Otonomi Kurdistan di Irak dan mengadakan pemilu yang bebas dengan sistem

multipartai untuk wilayah otonomi Kurdsitan Irak.45

.

Tahun 1991 menjadi sejarah bagi Etnis Kurdi Irak. Mereka berhasil

mendapatkan otonomi dari pemerintah Irak. hal itu dipertegas lagi dengan

Resolusi PBB no 688 tahun 1991 yang menyetujui terbentuknya wilayah otonomi

Kurdistan Regional Government (KRG) untuk Etnis Kurdi di Irak Utara. Ini

merupakan awal dari Etnis Kurdi untuk membentuk pemerintahan otonomi

Kurdistan yang mandiri dan demokrasi. Puncaknya ialah Pada bulan Mei 1992,

orang-orang Kurdi yang tinggal di wilayah otonomi Kurdistan Irak

menyelenggarakan pemilu yang pertama untuk memilih pemerintahan di

parlemen. Dalam pemilu tersebut KDP memperoleh 45 % dari total suara dan

43

Michael Gunter. “A De Facto Kurdish State in Northern Iraq”.Third World

Quaterly.Vol.14 no.2 (1993), h.295-319. 44

Trias Kuncahyono. Bulan Sabit di Atas Baghdad. (Jakarta : Kompas Media Nusantara),

2005, h. 174. 45

Adelphia Poston. Kurdish Quest for Authonomy. (Wyoming : Wyoming State

University), 1975, h.152.

Page 79: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

68

PUK memperoleh 43,6 %, Islamic Movement memperoleh 5 %, KSP dan ICP

masing-masing memperoleh 2,6 % dan 2,2 % suara, sedangkan KPDP

memperoleh 1 %. Pada tanggal 4 Juni Pemerintahan Kurdistan Regional

Government (KRG) resmi dibentuk dengan Masoud Barzani terpilih sebagi

presiden.46

46

G. R. V. Stansfield. Iraqi Kurdistan: Political Development and Emergent Democracy.

(New York: Routledge), 2003, h. 96.

Page 80: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Etnis Kurdi merupakan penduduk yang mendiami wilayah Kurdistan, dimana

wilayah tersebut terbagi dan masuk dalam territorial empat Negara yakni Turki, Iran,

Irak, dan Suriah. Pasca Perang Dunia I tahun (1914-1918), ketika negara-negara

modern di Timur Tengah mulai dibentuk, barulah kesadaran wilayah Etnis Kurdi

muncul. Etnis Kurdi terutama yang berada di Irak Utara pun kemudian mencita-

citakan berdirinya negara Kurdistan merdeka. Namun, wilayah Kurdistan yang terbagi

kedalam empat Negara menjadi kendala Etnis Kurdi di Irak untuk merdeka dan

mendirikan Negara Kurdistan, hingga pada akhirnya perjuangan mereka pun berubah

tujuan dari kemerdekaan menjadi Otonomi Khusus.

2) Perjuangan Etnis Kurdi di Irak dimulai pada bulan Mei tahun 1920, dipimpin oleh

seorang ulama bernama Syaikh Mahmud Barzanji. Etnis Kurdi di Irak meminta

koloni Inggris di Irak merealisasikan perjanjian Sevres tahun 1920 untuk menjadikan

Kurdistan sebagai sebuah negara. Namun, perjuangan ini dapat dipatahkan oleh

Koloni Inggris di tahun 1924.

Pada tahun 1931 perjuangan Etnis Kurdi di Irak dipimpin oleh Mustafa Barzani.

Kali ini etnis Kurdi tidak lagi meminta agar mereka merdeka dan memiliki Negara

sendiri, perjuangan mereka justru meminta agar wialayah Kurdistan di Irak Utara

diberikan otonomi khusus oleh pemerintah Irak. pemerintah Irak pun menolak

permintaan etnis Kurdi tersebut. Untuk melawan militer Irak Mustafa kemudian

membentukan pasukan bersenjata Kurdi bernama Peshmerga dan mendapat pelatihan

militer dari Uni Soviet pada tahun 1945.

Page 81: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

70

Memasuki tahun 1960 hingga 1970 Perang militer antara Pejuang Kurdi dan

militer Irak terus meningkat. Pada tahun 1970 dan 1974, Etnis Kurdi dan pemerintah

Irak melakukan perundingan terkait perdamaian dan otonomi khusus di Irak Utara,

namun hasilnya nihil karena pemerintah Irak tidak mau memasukan Kota Kirkuk

kedalam wilayah otonomi Kurdistan. Pemerintah Irak juga tidak serius dalam

merealisasikan hasil perundingan terkait otonomi khusus di wilayah Kurdistan.

Bentrok militer antara pejuang Kurdi dan militer Irak pun berlanjut kembali.

Perang teluk 1 (1980-1988) dan 2 (1991) dimanfaatkan pejuang Kurdi untuk

melakukan serangan terhadap militer Irak, hasilnya cukup berhasil. Namun,

pemerintah Irak justru bertindak keji dengan melakukan Genocida terhadap penduduk

Kurdi. Tindakan pemerintah Irak ini mendapatkan kecaman dari dunia internasional.

Amerika Serikat dan Negara Barat lainnya tak segan memberikan bantuan militer

kepada pejuang Kurdi hingga akhirnya pemerintah Irak pun terdesak.

Pada tahun 1991, pemimpin Etnis Kurdi dan pemerintah Irak melakukan beberapa

Perundingan. Hasilnya, mereka sepakat untuk merealisasikan perundingan tahun 1970

dan 1974 terkait otonomi khusus di di wilayah Kurdistan, Irak Utara. Hal ini juga

dipertegas lagi dengan resolusi PBB No 688 tahun 1991 yang menyetujui

terbentuknya wilayah Otonomi bagi Etnis Kurdi di Irak Utara. dengan demikian,

tahun 1991 menjadi tahun besejarah bagi etnis Kurdi, karena setelah berjuang cukup

lama mereka pun berhasil meraih apa yang diinginkan.

Page 82: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

71

Beberapa rezim penguasa Irak, termasuk di bawah pimpinan Saddam

Hussein, belum berhasil menumpas perjuangan Etnis Kurdi. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain;

1) Etnis Kurdi merupakan kelompok etnis minoritas di Irak yang menguasai

hampir seperlima wilayah negeri ini. Akibatnya, walaupun berkali-kali penguasa

pemerintah Irak menyerang dan mendeportasi Peshmarga, dengan mudah mereka

kembali lagi ke wilayah Kurdistan Irak.

2) Sejak tahun 1982, untuk pertama kalinya dalam sejarah Etnis Kurdi, dua partai

utama KurdiIrak, KDP yang dipimpin Masoud Barzani dan PUK yang dipimpin

Jalal Talabani, sepakat bersatu melawan rezim Saddam Hussein. Dua kekuatan

yang menyatu tentu lebih memperkuat posisi suku Kurdi dalam menghadapi

pasukan pemerintah Irak.

3) Berkaitan dengan posisi rezim Bagdad sendiri, walaupun di luar tampak

“kukuh”, posisi rezim Ba’athis dalam kenyataannya agak rapuh. Asumsi ini

didasarkan pada fakta bahwa mayoritas penduduk Irak menganut Mazhad Syiah,

sedang rezim yang berkuasa menganut mazhab Sunni.

Perjuangan Etnis Kurdi di Irak kurang mendapat perhatian dan dukungan

dari Negara-negara di kawasan Timur tengah. Alasanya adalah untuk menjaga

stabilitas keamanan di wilayah Timut-Tengah karena Etnis Kurdi tinggal di

beberapa negara seperti Irak, Iran Turki dan Suriah. Jika perjuangan Etnis Kurdi

di Irak didukung dan berhasil mencapai tujuannya, maka ditakutkan akan

membangkitkan nasionalisme suku Kurdi di Turki, Iran dan Suriah sehingga akan

mengganggu stabilitas keamanan di wilayah tersebut.

Page 83: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

72

Bantuan perlindungan dan militer justru datang dari Negara Barat dan

sekutu. Negara Barat dan sekutu ternyata cukup memiliki andil yang besar dalam

terciptanya wilayah otonomi Kurdistan di Irak Utara. Etnis Kurdi begitu terbuka

dengan Negara barat dan sekutu inilah yang membedakan perjuangan mereka

dengan etnis Arab yang ada di Palestina. Pemberian otonomi di wilayah Kurdistan

Irak juga berdampak pada tumbuhnya demokrasi diwilayah Kurdistan. Meskipun

dalam perjalanannya kedua partai tersebut saling berebut pengaruh dan kekuasaan

di Irak utara serta terlibat, tetapi belajar dari pengalaman akhinya KDP dan PUK

sepakat untuk bersatu dan menyelenggarakan pemilihan umum dengan tujuan

melaksanakan program pembangunan untuk kesejahteraan suku Kurdi.

Page 84: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

73

Daftar Pustaka

Sumber Primer

Arsip Pemerintah

Algier Accord ,http://www.ucdp.uu.se/gpdatabase/peace/Iran-

Iraq%2019751226b.pdf

Bayan Majlis Qiyadat al-Thawra al-Iraqi Hawl al-Hal al-Silmi lil-Qadiyya al-

Kirdiyya (Official Statement of the Iraqi Revolutionary Council on the

Peaceful Solution of the Kurdish Problem), 12 Maret 1970.

Buku

Massoud Barzani & Ahmed Ferhadi, Mustafa Barzani and the Kurdish liberation

movement, 1931-1961, New York: Palgrave Macmillan, 2003)

Koran

Declaration of the Kurdistan Democratic Party, in Kurdish and Persian. Saleh,

Rafiq & Sadiq Saleh (eds.), Rojnameyi Kurdistan: Mahabad 1324-1325

Hetawi (1946) [the newspaper of Kurdistan, Mahabad, 1946], (Suleymani:

Binkai zhin, 2007)

Amir Iskandar, Irak dan Otonomi Kurdi , ( Kompas, 26 Juni 1991)

Fokus peristiwa pekan ini, (Kompas, 6 Mei 1991)

Yurnaldi, Rakyat Kurdi Tuntut Pemerintah Irak Terkait Kota Kirkuk, (Kompas, 22

Juli 1991)

Sumber Sekunder

Buku

Blankinship, C, Yahya Khalid. The End of the Jihad State, the Reign of Hisham

Ibn 'Abd-al Malik and the collapse of the Umayyads.(New York: State

University of New York Press, 1994) harles Tripp.A History of Iraq.

Cambridge: Cambridge University Press, 2007.

Goldstein, Eric. Endless Torment: The 1991 Uprising in Iraq and Its Aftermath.

New York: Human Rights Watch, 1992.

Gunther, Michael. The Kurds of Iraq: Tragedy and Hope. New York: St. Martin’s

Press, 1992.

Page 85: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

74

Hannum, Hurst. .Autonomy, Sovereignity, & Self-Determination. Pennsylvania:

University of Pennsylvania Press, 1996.

Karsh, Efaim, Karsh Inari, Saddam Hussein: A Political Biography, New York:

The Free Press, 1991.

Kuncahyono, Trias. Bulan Sabit diatas Baghdad. Jakarta: Kompas, 2005.

Lane Poole, Stanley. Saladin and the Fall of the Kingdom of Jerusalem. (London:

G. P. Putnam's Sons, 1996.

Lenczowski, George. Timur-Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 1993.

Mackenzie, D. N. The Origin of Kurdish, London : Transactions of Philological

Society, 1961.

O'balance, Edgar. The Kurdish Revolt, 1961–1970. London: Faber and Faber,

1973.

R Izady, Mehrdad. The Kurds: A concise handbook. London : IB Tauris, 1992.

Rowell, Rebecca. Iraq. Minnesota : ABDO Publishing Company, 2011.

Shambazy, Budiarto. Obrak Abrik Irak. Jakarta : Kompas, 2003.

Shapland, Greg, Rivers of Discord: International Water Disputes in the Middle

East, New York: Palgrave Macmillan, 1997.

Shareef, Mohamad. USA, Iraq and the Kurds: Shock, Awe and Aftermath.

London, Routledge, 2014.

Van Bruinessen, Martin. Mullas, Sufis and Heretics: The Role of Religion in

Kurdish Society, Michigan : Michigan University, 2009.

Zedalis, Rex. Oil and Gas in the Disputed Kurdish Territories: Jurisprudence,

Regional Minorities and Natural Resources in a Federal System. London,

Routledge, 2012.

Journal

Entessar, Nader."The Kurds in Post-Revolutionary Iran and Iraq". Third World

Quarterly,Vol. 6, No. 4 (Oct., 1984), h. 911-933

Eppel, Michael."The Elite, the Effendiyya, and the Growth of Nationalism and

Pan-Arabism in Hashemite Iraq, 1921–1958".International Journal of

Middle East Studies vol.30 no.2, (1998, h.227–250

Page 86: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

75

Eskander, Saad. “Southern Kurdistan Under British Mesopotamian Mandate :

From Separation to Incorporation,1920-1924”. Middle Eastern Studies.

Vol.37 no.2 (April 2001).h. 153-180.

Fawcett, L."Down but not out?The Kurds in International Politics".Review of

International Studies.Vol.27 no.1, h.109–118.

Gunther, Michael. "The continuing Crisis In Iraqi Kurdistan". Middle East

Policy.Vol.12 no.1 (2005), h.122–133.

Hilterman, Joost. “The Demise of Operation Provide Comfort”. Middle East

Report.No.23.vol.0 (Spring 1997), h. 44-45.

Kutschera, Chrish."The Kurds Secret Scenarios". Middle East Report,No. 225

(Winter, 2002), h. 14-21

Mahdi, Kamil. “Neoliberalism, Conflict, & Oil Economy : Case on Iraq”, Arab

Studies Quarterly, Vol. 29, No. 1 (Winter 2007), h. 1-2.

Masalha, Nur, "Faisal's Pan-Arabism, 1921–33".Middle Eastern Studies. (Oct.

1991), h, 679-693.

Romano, David. "Iraqi Kurdistan: challenges of autonomy in the wake of US

withdrawal".International Affairs (Royal Institute of International Affairs

1944-), Vol. 86, No. 6, Post-American Iraq (November 2010), pp. 1345-

1359

Sumber Tersier

Buku

Ahmadi, Abu.Pengantar Sosiologi. Semarang : Ramadhani, 1975.

Barth, Fredrik. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta : UI Press, 1988.

Chalid, Pheni. Otonomi Daerah : Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik. Jakarta :

Kemitraan, 2005.

Diamond, Larry,Plattner, Marc F. Nasionalisme, Konflik Etnik dan

Demokrasi.Bandung : ITB, 1998.

Duverger, Maurice. Sosiologi Politik.Jakarta: Rajawali, 1988.

Geertz, Clifford. Politik Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius,1992.

Hendropuspito.Sosiologi Sistematik. Yogyakarta : Kanisius, 1989.

Koentjaraningrat.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta : Gramedia, 1990

Page 87: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

76

Mustari Pile, Andi.Otonomi Daerah dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI.

Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999.

Poerwodarminto, WJS.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka,

1990.

Peter Salim dan Yenny Salim.Kamus Indonesia Kontemporer Edisi I. Jakarta :

Balai Pustaka, 1991.

Rauf, Maswadi. Konsensus dan Konflik Politik: Sebuah Penjajagan Teotitis.

Dirjen Dikti : Depdiknas, 2001.

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1990.

Sujamto.Cakrawala Otonomi Daerah.Jakarta : Sinar Grafika,1991.

Sukarno. Ilmu dan Perjuangan.Jakarta : Inti Idayu Press, 1984.

Surya, Winarmo.Otonomi Daerah di Era Reformasi. Yogyakarta: Badan Penerbit

YKPN, 1999.

Weber, Max. Konsep-Konsep Dasar dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers,

1985.

Wojowarsito.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Bandung : Sinta Darma, 1972.

Page 88: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

77

LAMPIRAN DAN GAMBAR – GAMBAR

Peta Wilayah Kurdistan dan Peta wilayah otonomi Kurdistan bagian Iraq

(Sumber: thebrigade.thechive.com)

Syeikh Mahmud Barzanji/Pemimpin perjuangan Etnis Kurdi tahun 1920

dan pasukannya

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Mahmud_Barzanji )

Suasana Perjanjian Sevres 1920

(Sumber: http://asbarez.com/84064/at-90-sevres-treaty-is-most-relevant-today )

Page 89: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

78

Pemimpin – pemimpin Irak dari 1920 - 2003

Raja Faisal I, Raja Faisal II, PM Nuri Said, PM Abd Karim Kasim, Presiden

Ahmed Hasan Al Bakr, dan Presiden Saddam Husein

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/List Leader_of_Iraq )

Mustafa Barzani, pemimpin Kurdi penerus Mahmud Barzanji dan Tentara

Kurdi ‘’Peshmerga’’

(Sumber: http://www.mustafa.barzanihistory.com/images.html )

Page 90: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

79

Aksi Perjuangan Tentara Kurdi Peshmerga melawan tentara Irak

(Sumber: http://www.bbc.com/news/world-middle-east-28738975 )

Mahmud Barzani dan Saddam Husein menyepakati otonomi Wilayah

Kurdistan Iraq tahun 1970, namun dalam perkembangannya kesepakatan

itu gagal setelah etnis Kurdi dan tentara Irak kembali bentok dikarenakan

pemerintah Irak tidak mau memasukan Kota Kirkuk kedalam wilayah

otonomi Kurdistan.

(Sumber: https://www.flickr.com/photos/kurdistan4all/5517997687/ )

Page 91: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

80

Genocida pemerintah Irak terhadap Etnis Kurdi tahun 1988

(Sumber: http://www.uikionlus.com/halabja/ )

Pengungsi Etnis Kurdi di Pegunungan di perbatasan antara Irak dan Turki

(Sumber: http://www.yeane.org/babat/11282 )

Negosiasi Otonomi wilayah Kurdisatan Irak tahun 1991

(Sumber :http://anthonysuau.photoshelter.com/image/I0000hbaI.ks2MU0 )

Page 92: ETNIS KURDI: PERJUANGAN MEMPEROLEH OTONOMI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29784/1/AHMAD... · jurusan sejarah dan kebudayaan islam . fakultas adab dan humaniora

81

Rakyat Kurdi berkumpul dan meluapkan kegembiraan menyambut

Otonomi Khusus wilayah Kurdistan Irak tahun 1991

(Sumber: https://www.flickr.com/photos/kurdistan4all/5512843033/ )

Bendera Kurdistan Regional Government / Pemerintahan Otonomi Kurdi

dan bendera Negara Irak