31
ABSTRAK Euthanasia merupakan masalah dalam dunia kesehatan yang berkaitan dengan masalah hukum dan selalu menjadi perbincangan setiap waktu. Di salah satu sisi, euthanasia dilakukan untuk mengambil tindakan kedokteran pada pasien yang terminal. Namun, di sisi lain euthanasia tidak dapat diterima karena bertentangan dengan norma hukum, moral dan agama. Euthanasia merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diputuskan pada pasien terminal. Euthanasia biasanya dilakukan atas permintaan pasien atau keluarga pasien. Namun, dalam berbagai perspektif euthanasia masih menjadi pro dan kontra di berbagai kalangan. Sehingga, praktik euthanasia perlu memperhatikan alasan dan pandangan dari berbagai aspek kehidupan tersebut. Dunia kesehatan melalui berbagai pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun belum bisa membuat kesepakatan mengenai praktik euthanasia tersebut. Semua pihak masih mempertimbangkan berbagai alasan diperbolehkan atau dilarangnya praktik ini. Sehingga, keadaan yang mendesak itulah yang mengharuskan tim kesehatan bersama keluarga pasien melakukan tindakan itu. 1

Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

ABSTRAK

Euthanasia merupakan masalah dalam dunia kesehatan yang

berkaitan dengan masalah hukum dan selalu menjadi perbincangan setiap

waktu. Di salah satu sisi, euthanasia dilakukan untuk mengambil tindakan

kedokteran pada pasien yang terminal. Namun, di sisi lain euthanasia

tidak dapat diterima karena bertentangan dengan norma hukum, moral

dan agama.

Euthanasia merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

diputuskan pada pasien terminal. Euthanasia biasanya dilakukan atas

permintaan pasien atau keluarga pasien. Namun, dalam berbagai

perspektif euthanasia masih menjadi pro dan kontra di berbagai kalangan.

Sehingga, praktik euthanasia perlu memperhatikan alasan dan pandangan

dari berbagai aspek kehidupan tersebut.

Dunia kesehatan melalui berbagai pernyataan yang dikeluarkan

oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun belum bisa membuat kesepakatan

mengenai praktik euthanasia tersebut. Semua pihak masih

mempertimbangkan berbagai alasan diperbolehkan atau dilarangnya

praktik ini. Sehingga, keadaan yang mendesak itulah yang mengharuskan

tim kesehatan bersama keluarga pasien melakukan tindakan itu.

1

Page 2: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tak dapat dipungkiri, sebagai negara berkembang Indonesia

merasakan dampak globalisasi khususnya perkembangan teknologi dalam

berbagai aspek kehidupan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat

itu menjadi salah satu sebab terjadinya perubahan di berbagai bidang

kehidupan, termasuk dunia kesehatan. Dengan perkembangan teknologi

tersebut, diagnosa penyakit semakin sempurna. Berbagai bentuk

pengobatan dilakukan secara cepat dan tepat dengan berbagai macam

cara.

Berbagai kasus kesehatan seperti kanker otak, dan berbagai

penyakit kronis lainnya dapat disembuhkan dengan bantuan teknologi

modern. Selain kasus-kasus itu, teknologi kesehatan yang semakin maju

itu digunakan pada kondisi beberapa pasien yang tidak dapat

disembuhkan. Dihadapkan kondisi demikian, seorang ahli medis harus

membuat keputusan untuk melakukan tindakan medis yang tepat.

Pada saat-saat tertentu, ketika seorang ahli medis dihadapkan

pada keadaan pasien terminal maka permintaan untuk menghilangkan

nyawa pasien itu menjadi sebuah pertimbangan. Dari sinilah, terjadi

praktik euthanasia dalam dunia kesehatan.

Euthanasia masih menjadi hal yang dilematik bagi dunia

kesehatan. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1981 tentang bedah

mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan

jaringan tubuh manusia, menyatakan bahwa mati adalah berhentinya

fungsi jatung dan paru-paru. 1

1 Majalah Hukum Forum Akademika, Oktober 2007, Volume 16 No 2, Hal 78

2

Page 3: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Namun, teknologi kedokteran yang semakin berkembang menyebabkan

adanya pergeseran peraturan tersebut. Saat ini denyut jantung dan paru-

paru yang telah berhenti dapat dipacu kembali menggunakan teknologi

kedokteran yang semakin canggih. Sehingga, pada tahun 1990 Ikatan

Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan pernyataan bahwa seseorang

dinyatakan mati jika telah kehilangan fungsi otaknya. 2

Euthanasia memang masih menjadi polemik yang berkepanjangan

khususnya di Indonesia. Banyak perspektik dari berbagai kalangan

mengenai praktik euthanasia tersebut. Dari segi medis, biasanya tindakan

ini dilakukan atas permintaan pihak pasien karena berbagai alasan.

Namun, euthanasia ini menjadi hal yang memiliki dua mata pisau. Dari

segi kesehatan, euthanasia dilakukan atas dasar ekonomi dan

kemanusiaan, tetapi di sisi lain tindakan ini telah menyalahi norma agama,

hukum dan moral.

Keadaan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membahas

mengenai praktik euthanasia dilihat dari berbagai perspektif baik dari

aspek moral, hukum dan nilai agama. Beberapa fakta dan pandangan ini

akan memberikan gambaran bagaimana praktik euthanasia itu diterapkan

agar tidak menyalahi nilai dan moral masyarakat Indonesia.

B. Tujuan Penulisan

Pada penulisan ini, penulis memiliki beberapa tujuan:

1. Memberikan gambaran mengenai praktik euthanasia dalam dunia

kesehatan.

2. Mengetahui kedudukan pelaku praktik euthanasia menurut hukum

yang berlaku.

3. Menambah referensi baru mengenai hukum dan tindakan

euthanasia di Indonesia.

2 Ibid. Hal 81

3

Page 4: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

4. Menambah pengetahuan pembaca khususnya tim kesehatan

mengenai tindakan yang harus diambil ketika menghadapi pasien

terminal.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul makalah ini “Euthanasia dalam berbagai

perspektif”, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kasus euthanasia yang terjadi di Indonesia?

2. Bagaimana perspektif euthanasia dari segi medis?

3. Bagaimana tinjauan euthanasia dari hukum pidana?

4. Bagaimana kedudukan euthanasia menurut hukum Islam?

5. Bagaimana euthanasia dilihat dari segi moral dan etika?

6. Bagaimana perkembangan euthanasia dari berbagai negara di

dunia?

D. Pembatasan Masalah

Dalam tulisan ini, penulis hanya akan membahas mengenai:

1. Euthanasia secara umum

2. Euthanasia atas permintaan pasien dan keluarga

3. Contoh kasus euthanasia yang pernah terjadi di Indonesia

4. Kasus ditinjau dari segi medis

5. Tinjauan dari hukum pidana di Indonesia

6. Ditinjau dari pandangan Islam

7. Tinjauan dari moral dan etika di Indonesia

8. Perkembangan euthanasia di berbagai negara

4

Page 5: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kajian

pustaka dan dokumentasi. Yaitu, mengumpulkan beberapa karya-karya

yang dapat menunjang tulisan ini baik yang berhubungan dengan

euthanasia maupun beberapa karya yang menunjang pembahasan tulisan

ini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum mengenai isi makalah ini,

penulis menampilkan sistematika penulisan makalah ini:

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

B. Tujuan Penulisan

C. Rumusan Masalah

D. Pembatasan Masalah

E. Metode penulisan

F. Sistematika penulisan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Macam Euthanasia

B. Landasan hukum yang mengatur tindakan euthanasia

Bab III PEMBAHASAN

A. Pengertian euthanasia secara umum

B. Kasus Euthanasia atas permintaan pasien dan keluarga

di Indonesia

C. Tinjauan kasus dari hukum pidana di Indonesia

D. Tinjauan menurut pandangan Islam

E. Tinjauan kasus dari segi medis

F. Pandangan dari segi etika dan moral di Indonesia

5

Page 6: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

G. Perkembangan euthanasia di berbagai negara

Bab IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

6

Page 7: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Macam Euthanasia

1. Pengertian Euthanasia

Terdapat sejumlah rumusan pengertian tentang euthanasia,

antara lain sebagai berikut :

a. Plato : euthanasia adalah mati dengan tenang dan baik.

b. Gezondheidsraad ( Belanda ) : euthanasia adalah perbuatan

yang dengan sengaja memperpendek hidup ataupun dengan

sengaja tidak berbuat untuk memperpanjang hidup demi

kepentingan pasien oleh seorang dokter atau bawahannya

yang bertanggung jawab padanya.

c. Van Hattum : euthanasia adalah sikap mempercepat proses

kematian pada penderita – penderita penyakit yang tidak

dapat disembuhkan, dengan melakukan atau tidak melakukan

suatu tindakan medis, dengan maksud untuk membantu

korban menghindarkan diri dari penderitaan dalam

menghadapi kematiannya dan untuk membantu keluarganya

menghindarkan diri melihat penderitaan korban dalam

menghadapi saat kematiannya.

d. Kode Etik Kedokteran Indonesia, merumuskan euthanasia

dalam tiga arti :

1) berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman

tanpa penderitaan, untuk yang beriman dengan nama

Allah di bibir;

2) waktu hidup akan berakhir diringankan penderitaan si

sakit dengan memberinya obat penenang;

3) mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan

sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya.

7

Page 8: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

4) Oxford English Dictionary merumuskan euthanasia

sebagai sebuah kematian yang lembut dan nyaman;

dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh

dengan penderitaan dan tak tersembuhkan.

2. Macam-macam Euthanasia

Menurut Kartono Muhammad, euthanasia dapat dikelompokkan

dalam 5 kelompok, yaitu:

a. Euthanasia pasif, mempercepat kematian dengan cara

menolak memberikan/mengambil tindakan pertolongan biasa,

atau menghentikan pertolongan biasa yang sedang

berlangsung.

b. Euthanasia aktif, mengambil tindakan secara aktif, baik

langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan

kematian.

c. Euthanasia sukarela, mempercepat kematian atas

persetujuan atau permintaan pasien.

d. Euthanasia tidak sukarela, mempercepat kematian tanpa

permintaan atau persetujuan pasien, sering disebut juga

merey killing.

e. Euthanasia nonvolountary, mempercepat kematian sesuai

dengan keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui

pihak ketiga, atau atas keputusan pemerintah.

B. Hukum di Indonesia tentang Euthanasia

Euthanasia menjadikan buah simalakama bagi insan medis.

Euthanasia pada dasarnya masih dianggap tidak ada bedanya

dengan pembunuhan yang secara hukum dapat diancam pidana

berdasarkan KUHP. Beberapa pasal yang mengatur mengenai

tindakan euthanasia:.

1. Pasal 344 : Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas

permintaan yang tegas dan sungguh – sungguh dari orang lain itu

8

Page 9: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

sendiri dihukum dengan hukuman penjara selama – lamanya dua

belas tahun. Ketentuan di atas dilakukan bila atas permohonan

pasien atau keluarganya (melakukan euthanasia aktif). Namun

bila dilakukan tanpa permintaan pasien (dikategorikan euthanasia

pasif) ancamannya Pasal 338 dan 340 KUHPidana.

2. Pasal 338 : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa

orang lain, karena salah telah melakukan pembunuhan dihukum

dengan hukuman penjara selama – lamanya lima belas tahun.

3. Pasal 340 : Barangsiapa dengan sengaja dan dengan

direncanakan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain,

karena salah telah melakukan pembunuhan dengan direncanakan

terlebih dahulu, dihukum dengan hukuman mati atau dengan

hukuman penjara seumur hidup atau dengan hukuman penjara

sementara selama – lamanya dua puluh tahun.

4. pasal 574 KUHP disebutkan bahwa ancaman pidana dijatuhkan

selama kurang dari 9 tahun karena di dalamnya disebutkan

mengenai hal permintaan keluarga pasien apabila pasien dalam

keadaan koma.

C. Hukum Islam tentang Euthanasia

Hukum euthanasia dalam Islam, disesuaikan kondisi dan

permasalahannya. Sehingga, hukum bagi euthanasia aktif dan

euthanasia pasif berbeda.

a. Hukum tindakan euthanasia aktif

Euthanasia dalam segala bentuknya hukumnya haram dan

merupakan dosa besar. Hal ini dikarenakan euthanasia merupakan

bentuk pembunuhan, dan segala bentuk pembunuhan baik

disengaja maupun tidak hukumnya haram. Apapun alasan

melakukan tindakan euthanasia baik karena alasan kasih sayang,

permintaan pasien sendiri maupun permintaan orang lain.

9

Page 10: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh jiwa

yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan

sesuatu sebab yang benar.” (QS. Al-An’am 151)

Jika tindakan euthanasia aktif ini atas permintaan pasien,

maka pasien itu akan menanggung dosa besar. Dan bagi keluarga

yang merelakan hal ini terjadi juga akan mendapatkan dosa karena

telah merelakan adanya pembunuhan secara sengaja.

Allah ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh

dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

(QS An-Nisaa` : 29)

Sehingga, dari beberapa firman Allah itu dapat ditegaskan

bahwa memang euthanasia aktif haram hukumnya menurut Islam.

b. Euthanasia Pasif

Jika kita kembali mengingat mengenai hakikat euthanasia

pasif yaitu suatu tindakan menghentikan pengobatan karena

diyakini tindakan pengobatan itu sudah tidak bermanfaat dan hanya

akan menyusahkan orang lain. Sehingga, hukum euthanasia pasif

kembali pada hukum pengobatan itu sendiri. Apakah hukum

berobat itu wajib, sunnah atau mubah.

Dalam hal ini euthanasia pasif hukumnya adalah tidak

diharamkan jika memang sudah dipastikan (atau dugaan besar) si

pasien sudah tidak bisa sembuh dan hidupnya dia hanya akan

menambah penderitaannya.

Kebolehan euthanasia pasif itu didasarkan atas

pertimbangan bahwa pasien sebenarnya memang sudah tidak

memiliki fungsi organ-organ yang memberi kepastian hidup.

Kalau kerusakan terjadi pada batang otak, maka seluruh

organ lainnya akan terhenti pula fungsinya. Memang bisa terjadi,

ketika batang otak telah rusak, tetapi jantung masih berdenyut.

Apalagi jika batang otak sudah mengalami pembusukan. Maka

dalam kondisi yang demikian, tindakan euthanasia pasif boleh

10

Page 11: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

dilaksanakan, umpamanya dengan mencabut selang pernafasan,

masker oksigen, pemacu jantung, saluran infus dsb. Maksudnya

hanya sebagai langkah menyempurnakan kematian.

D. Euthanasia dari segi medis

Euthanasia yang biasa dilakukan oleh tim medis tersebut akan

muncul dua jenis euthanasia yaitu, euthanasia positif dan euthanasia

negatif.

1. Euthanasia positif yang dilakukan secara aktif oleh tim medis

Misalnya, seseorang yang sedang menderita kanker ganas atau

sakit yang mematikan, yang sebenarnya dokter sudah tahu bahwa

seseorang tersebut tidak akan hidup lama lagi. Kemudian dokter

memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya

dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi justru menghentikan

pernapasannya sekaligus.

2. Euthanasia negatif (medis bersikap pasif)

Misalnya, penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit

yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada

bagian kepalanya atau terkena semacam penyakit pada otak yang

tidak ada harapan untuk sembuh. Atau orang yang terkena

serangan penyakit paru- paru yang jika tidak diobati (padahal masih

ada kemungkinan untuk diobati) akan dapat mematikan penderita.

Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan dapat

mempercepat kematiannya. Dari contoh tersebut, "penghentian

pengobatan" merupakan salah satu bentuk euthanasia negatif.

11

Page 12: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

BAB III

PEMBAHASAN

A. Euthanasia secara Umum

Euthanasia berasal dari Bahasa Yunani eu: baik dan thanatos : mati.

Sehingga euthanasia dapat diartikan sebagai suatu jalan mengakhiri

hidup dengan cara yang baik tanpa rasa sakit.

Euthanasia sering disebut mercy killing (mati dengan tenang).

Euthanasia bisa berasal dari keinginan pasien sendiri, permintaan dari

keluarga dengan persetujuan pasien (bila pasien sadar), atau tanpa

persetujuan pasien (bila pasien tidak sadar).

Sehingga, dari beberapa definisi di atas mengenai euthanasia dapat

disimpulkan bahwa euthanasia adalah suatu cara mengakhiri hidup atau

menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang baik tanpa

menimbulkan sakit pada beberapa kasus yang terjadi di masyarakat.

B. Kasus Euthanasia atas Permintaan Pasien dan keluarga di

Indonesia

Euthanasia dapat terjadi atas permintaan pasien atau keluarganya.

Tim medis sangat dilema jika dihadapkan pada keadaan ini. Sebenarnya

permintaan pasien atau keluarganya untuk melakukan tindakan

euthanasia itu karena melihat keadaan pasien yang memang tidak ada

harapan kesembuhan lagi.

Belum lama berselang masalah euthanasia di Indonesia begitu

gencar diperdebatkan, dan menjadi silang pendapat antara pro dan

kontra ketika Panca Satrya Hasan Kusuma menyatakan bahwa ia

meminta istrinya mati demi anak. Ia meminta agar istrinya, Agian Isna

Nauli ( 33 th), disuntik mati karena tidak bisa sembuh lagi. Ny Agian sudah

hampir tiga bulan lumpuh setelah melahirkan anak keduanya, Rayge Atila

Nurullah Kesuma, melalui operasi Caesar di Rumah Sakit Islam Bogor.

12

Page 13: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Ny Agian mengalami kerusakan otak permanen. Kerusakan itu

terjadi pada batang otak, syaraf otak, serta otak bagian kiri dan kanan.

Saat operasi Caesar, menurut Hasan, istrinya mengalami tekanan darah

sangat rendah dan kemudian dipompa agar tekanannya naik. Setelah

operasi, Ny Agian mengalami koma selama beberapa hari.

Beberapa faktor yang menyebabkan Tn. Hasan mengajukan

permintaan euthanasia kepada tim kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kemanusiaan

Jelaslah dari segi kemanusiaan, Tn. Hasan merasa kasihan terhadap

istrinya yang terbaring lemah tanpa daya dan harapan. Meski ia

berat untuk meminta dokter melakukan tindakan tersebut, namun

rasa kasihan itu tak dapat ia tahan lagi dengan keadaan istrinya yang

kian memburuk.

2. Faktor Ekonomi

Jelaslah, Tn. Hasan telah mengeluarkan banyak uang untuk

pengobatan istrinya. Sehingga, alasan ekonomilah yang dapat

menjadikan alasan ia melakukan hal tersebut.

Euthanasia yang diminta oleh Tn. Hasan terhadap istrinya

merupakan golongan euthanasia pasif. Karena, Ny. Agiana berada dalam

keadaan koma dan kehidupannya bergantung pada alat bantu sehingga

tim kesehatan hanya akan melakukan tindakan penghentian pengobatan.

Namun, meski demikian tindakan yang akan dilakukan kepada Ny. Agian

itu masih menjadi polemik yaitu pro dan kontra di kalangna masyarakat

dari berbagai sudut pandang.

Kasus itu menjadi pembicaraan yang hangat di masyarakat. Karena

memang perkembangan euthanasia di Indonesia masih belum transparan

dan banyak faktor yang menyebabkan tidak diketahuinya secara pasti

penyebab dan praktik yang terjadi secaralangsung di lapangan.

13

Page 14: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

C. Tinjauan Kasus dari Hukum Pidana di Indonesia

Ditinjau dari hukum yang berada di Indonesia, kasus Tn Hasan atas

permintaannya untuk tindakan euthanasia kepada istrinya yang dalam

keadaan koma dapat dilihat dalam beberapa pasal dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP). Peraturan itu mengisyaratkan dan

mengingatkan kalangan medis bahwa euthanasia merupakan perbuatan

melanggar hukum dan dapat diancam hukuman pidana. Hal ini dapat

dilihat dalam pasal 344 pasal KUHP yaitu: Barangsiapa menghilangkan

jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan

nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama dua belas tahun.3

Dalam hukum pidana di Indonesia, euthanasia masih menjadi

sesuatu hal yang kontra. Menghilangkan nyawa seseorang merupakan hal

yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan pasal dalam

UUD1945 tentang HAM. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia masih

menyalahi peraturan yang berlaku di Indonesia. Salah satunya kasus Ny.

Agian atas permintaan suaminya TN. Hasan yang meminta agar dilakukan

tindakan euthanasia pada istrinya.

Tim medis tidak diperbolehkan melakukan euthanasia secara aktif

terhadap pasien. Hal ini benar-benar melanggar aturan yang berlaku

seperti disebutkan dalam pasal 344 KUHP. Tindakan euthanasia boleh

dilakukan jika memang ada permintaan sendiri dengan sungguh-sungguh

dan dapat dibuktikan. Namun, kejelasan mengenai permintaan yang

sungguh itu seperti apa tidak dijelaskan. Sehingga timbul persepsi yang

berbeda-beda.

Indonesia sebagai bangsa yang berkepribadian dan sangat

menganut nilai-nilai pancasila dengan Ketuhanan Yang Maha Esa

memiliki pandangan yang berbeda di kalangan masyarakat.

3 Ibid. Hal 83

14

Page 15: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Di dalam KUHP yang berlaku saat ini, pada pasal 344 KUHP

pelaku tindakan euthanasia dapat dijatuhkan hukuman hingga 12 tahun

karena di dalam pasal tersebut tidak disebutkan syarat bahwa harus ada

permintaan keluarga apabila pasien dalam keadaan koma. Sedangkan

dalam pasal 574 KUHP disebutkan bahwa ancaman pidana dijatuhkan

selama kurang dari 9 tahun karena di dalamnya disebutkan mengenai hal

permintaan keluarga pasien apabila pasien dalam keadaan koma.

Dalam kasus Ny. Agian tersebut, pelaku tindakan euthanasia

digolongkan menurut pasal 574 KUHP karena dengan alasan keadaan

koma. Namun, bagi pelakunya yaitu tim kesehatan akan tetap dikenakan

hukuman penjara, karena hukum pidana di Indonesia masih tidak

memperbolehkan tindakan euthanasia tersebut.

Tindakan euthanasia dalam bentuk apapun tetap tidak dibenarkan

oleh undang-undang. Permintaan euthanasia oleh Tn. Hasan tetap

menyalahi hukum di Indonesia. Meskipun Ny. Agian dalam keadaan

koma, Namun jika tetap dilakukan tindakan euthanasia tetap diancam

hukuman pidana kurang dari 9 tahun seperti disebutkan dalam Pasal 574

KUHP.

Sehingga, hukum di Indonesia mengenai euthanasia masih belum

jelas. Peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenai euthanasia

masih menggantung yaitu contohnya pada pasal 344 KUHP yang tidak

dijelaskan syarat dilakukannya euthanasia tersebut. Sehingga, hingga

saat ini, menurut hukum yang ada di Indonesia tindakan euthanasia masih

menjadi polemik berkepanjangan dan menjadi pro kontra beberapa pihak.

D. Tinjauan Menurut Pandangan Islam

15

Page 16: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

Dalam Agama Islam, sangat diharamkan menghilangkan nyawa

orang lain. Hal ini disebutkan di dalam Alquran bahwa membunuh sama

saja menghalalkan darah sesama manusia.

Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-

maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang

dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan

tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun

negatif.4

Kedudukan jiwa dalam Islam sangat dihargai. Firman Allah dalam

Alquran dalam Surat Al-Hijr ayat 23 yang artinya “Dan sesungguhnya

benar-benar kamilah yang menghidupkan dan mematikan, dan kami

(pulalah) yang mewarisi.” Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa hanya

Allah lah yang menghidupkan dan mematikan nyawa seseorang.

Sakit adalah ujian dari Allah untuk menguji kesabaran dan keistiqomahan

manusia terhadap ketaatannya. Allah telah berjanji bahwa Allah

menurunkan obat sebelum turunnya penyakit.

Mengenai hukum tindakan euthanasia dalam perkara Tn. Hasan

tersebut, dapat digolongkan euthanasia pasif yaitu karena memang

keadaan Ny. Agian yang telah koma beberapa waktu. Mengenai hukum

euthanasia yang terjadi pada Ny. Agian tersebut menurut islam hukumnya

adlah hukum euthanasia pasif. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa

euthanasia passif menurut hukum Islam diperbolehkan asal dengan

alasan yang kuat dan dugaan besar bahwa memang si pasien tidak

memiliki harapan hidup lagi setelah dilakukan ikhtiar pengobatan secara

maksimal.

Pada kasus Ny. Agian, euthanasia boleh dilakukan menurut Islam.

Karena, pasien telah mengalamikerusakan pada bagian batang otaknya

sehingga saraf otak dan otak kiri pun mengalami kerusakan. Sehingga,

4

16

Page 17: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

tindakan euthanasia itu boleh dilakukan dengan catatan tindakan itu

dengan menghentikan pengobatan atau alat medis yang terpasang seperti

alat bantu pernafasan dan sebagainya. Jadi, tindakan euthanasia yang

dilakukan sebagai penyempurna kematian.

Dalam hal ini, Jika si dokter melakukannya maka insya Allah dia

tidak mendapatkan hukuman di akhirat. Hanya saja untuk pelaksanaan

euthanasia pasif ini tetap disyaratkan harus adanya izin dari pasien, atau

walinya, atau atau washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk

mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali atau

washi, maka yang dimintai izin adalah pemerintah.

C. Tinjauan Kasus dari Segi Medis

Dunia medis yang serba canggih, segala penyakit dapat

didiagnostik secara medik. Dokter dapat memperpanjang nyawa

seseorang dengan tindakan medis. Namun, hal ini menjadi sesuatu yang

dilematik bagi tim medis jika harus menghentikan segala tindakan medis.

Tindakan itu termasuk praktik euthanasia.

Permintaan yang diajukan oleh Tn. Hasan adalah euthanasia

negatif yaitu tim medis tidak secara langsung melakukan tindakan

menghilangkan nyawa Ny. Agian. Dalam hal ini, Ny. Agian dalam keadaan

koma dan memiliki harapan hidup yang kecil jkika alat bantu medisnya

dihentikan. Cara yang diputuskan oleh tim medis yaitu bentuk euthanasia

negatif yaitu dengan cara menghentikanpengobatan. Karena dianggap

pengobatan itu hanya sia-sia jika tetap dilakukan. Sehingga, segala

peralatan medis yang terpasang pada Ny. Agian dilepas dan dihentikan

semua tindakan medis yang telah dilakukan.

Pada kasus Ny. Agian ini, ia hanya memiliki sedikit harapan hidup.

Batang otaknya telah mengalami kerusakan yang menyebabkan

kerusakan pada semua saraf otak dan otak bagian kiri. Meskipun pada

kenyataannnya dan pada beberapa kasus, kerusakan yang terjadi pada

17

Page 18: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

batang otak tidak menyebabkan terhentinya denyut jantung, namun

keadaan itu boleh dilakukan euthanasia negatif dengan menghentikan

seluruh pengobatan yang ada. Semisal, melepas alatbantu pernafasan

yang terpasang pasda Ny. Agian tersebut. Sehingga, tim medis tidak

secara langsung melakukan tindakan euthanasia tersebut.

Namun, permintaan yang diajukan oleh Tn. Hasan tidak langsung

diterima oleh tim medis. Mereka tetap mempertimbangkan keadaan dan

konsekuensinya. Serta kode etik kedokteran yang berlaku di Indonesia.

Tim medis melihat keadaan pasien yang telah berada di ambang kematian

namun ia masih bertahan hidup dengan bantuan alat medis adalah yang

membuat dilema. Tim kesehatan selalu mempertimbangkan setiap

tindakan yang akan dilakukan. Namun, tindakan euthanasia itu tetap

menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat.

E. Dilihat dari Segi Moral dan Etika Bangsa Indonesia

Dari beberapa sudut pandang tersebut, kasus euthanasia yang terjadi

pada kasus Ny. Agian dapat digolongkan sebagai euthanasia pasif yang

seharusnya diperbolehkan. Euthanasia pasif dapat memiliki keterkaitan

dengan hak – hak pasien, antara lain hak atas informasi, hak memberikan

persetujuan, hak memilih dokter, hak memilih rumah sakit, hak atas

rahasia kedokteran, hak menolak pengobatan, hak menolak suatu

tindakan medis tertentu, hak untuk menghentikan pengobatan.

Sedangkan dari sisi lain yaitu etika, pandangan mengenai kesucian

kehidupan dan penghargaan pengakuan hak untuk hidup memungkinkan

untuk melakukan euthanasia ini, karena adanya pengakuan hak untuk

hidup seyogyanya diperlakukan juga setara dengan adanya hak untuk

mati. Prinsip menghormati kehidupan adalah salah satu prinsip yang

cukup penting dalam etika medis.

Namun demikian, jika dilihat dari segi etika dan moral bangsa

Indonesia, euthanasia masih belum dapat diterima di kalangan kita.

Karena, euthanasia dapat dikatakan bahwa dapat dilakukan karena

18

Page 19: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

adanya hak untuk mati tetapi di sisi lain euthanasia juga dapat melanggar

norma dan kebudayaan di Indonesia yaitu sangat tidak wajar

menghentikan nafas seseorang dengan cara tertentu.

F. Perkembangan Hukum Euthanasia di Berbagai Negara

1. Perkembangan Hukum Euthanasia di Amerika Serikat

Di negara bagian Washington dulu berlaku larangan

dilakukannya physician assisted suicide. Namun setelah keputusan

Ninth U.S. Circuit Court of Appeals sejak 1997 telah membatalkan

larangan tentang Physician assisted suicide, maka kini hak untuk

mengakhiri hidup telah diperbolehkan.

Komite ad hoc terpaksa dibentuk di Harvard Medical School

tahun 1969 dan menghasilkan rekomendasi mengenai boleh /

tidaknya mengakhiri hidup pasien penderita brain death, yaitu bila

memenuhi unsur – unsur :

a. Unreceptivity and unrespondesiveness (kehilangan daya

tanggap/reaksi)

b. No spontaneous movements or breathing (tanpa gerak

spontan dan nafas)

c. No reflexes (tanpa refleks)

d. a flat electroencephalogram / EEG (kerusakan otak).

Sebuah penelitian menunjukkan di Amerika Serikat pendapat

masyarakat 60 %, (sementara di Cina 89 %) setuju dilakukannya

euthanasia. Jawaban setuju di kalangan responden di Amerika

Serikat itu setidaknya dilandasi tujuh alasan berbeda untuk

mendukung pembunuhan atas dasar belas kasihan

(euthanasia),yaitu :

a. Tesis filosofis bahwa setiap pribadi rasional mempunyai hak

yang tak dapat dialihkan dan tak dapat dikurangi untuk

membunuh dirinya

19

Page 20: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

b. Anggapan mengenai kepemilikan anggapan bahwa

kehidupan seseorang merupakan miliknya sendiri

c. Fakta materiil, sejumlah penyakit dirasa membuat rasa amat

menderita

d. Keputusan yang mengakibatkan sejumlah kehidupan,

kendatipun bukan karena sakit, tidak mempunyai arti

e. Pendapat bahwa ketergantungan pada perhatian orang –

orang lain itu merendahkan dan tidak pantas

f. Gagasan bahwa teknik medis modern memaksa kita untuk

menerima pembunuhan belas kasih dalam banyak kasus

g. Teori filosofis mengenai tindakan dan kelalaian.

2. Euthanasia di Australia

Negara bagian Australia, Northern Territory sesungguhnya

menjadi tempat pertama di dunia dengan UU yang mengizinkan

euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak

bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU

yang disebut Right of the terminally ill bill ( UU tentang hak pasien

terminal ). Penetapan ini membuat Bob Dent seorang penderita

kanker prostat orang pertama yang mengakhiri hidupnya dengan

jalan euthanasia. Kamis 2 Januari Janet Mills (52 th ) mengikuti jejak

Bob melakukan euthanasia karena telah 3 tahun lamanya mengidap

penyakit mycosis fungoides.

Penderitaan yang dialaminya berupa gatal – gatal diikuti

rontoknya kulit, bau busuk, sprei yang dijadikan alas tidur penuh

darah. Undang – undang ini kemudian beberapa kali dipraktekkan,

tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh keputusan Senat Australia,

sehingga harus ditarik kembali.

3. Euthanasia di Belgia dan Belanda

Belgia menyetujui draf RUU euthanasia berdasarkan persetujuan

dari parlemen, untuk mengundangkan praktik itu. Kars Veling,

anggota Senat dari Partai Kristen Bersatu, mengakui kalangan

20

Page 21: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

agama tidak menyetujui undang- undang ini. Euthanasia, kata

Veling, bukanlah sesuatu yang dipaksakan pada orang, akan tetapi

hanyalah sebuah opsi, pilihan terakhir, bagi mereka yang secara

medis sudah tidak mempunyai harapan hidup.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas mengenai perspektif euthanasia

dari berbagai sudut pandang, maka dapat ditarik kesimpulan:

21

Page 22: Euthanasia Dalam Berbagai Perspektif

1. Euthanasia masih menjadi polemik berkepanjangan di kalangan

masyarakat.Kasus yang terjadi di Indonesia menjadi hal yang

diperdebatkan oleh banyak pihak.

2. Tindakan euthanasia aktif tidak diperbolehkan menurut hukum

norma, hukum pidana dan hukum Islam.

3. Peraturan Hukum pidana di Indonesia belum menjawab

pertanyaan masyarakat mengenai diperbolehkan atau tidaknya

praktik euthanasia. Dan euthanasia menurut hukum di

Indonesia masih belum diperbolehkan.

4. Tindakan euthanasia pasif hukumnya diperbolehkan menurut

hukum Islam.

5. Euthanasia pasif menurut medis diperbolehkan dengan alasan

terjadi kerusakan pada organ-organ tertentu dan tim medis

bersifat pasif dalam tindakan euthanasia itu.

6. Euthanasia masih belum dapat diterima secara etika dan moral

bangsa Indonesia, sehingga hal ini tidak ada habisnya jika terus

dikupas.

7. Euthanasia sudah berkembang di berbagai negara di belahan

dunia dengan segala aturan yang melandasinya.

B. Saran

Tim medis khususnya perawat harus mampu membedakan

faktor yang melatarbelakangi permintaan pasien atau keluarga

pasien dalam tindakan euthanasia. Kita harus melihat euthanasia

dari berbagai sudut pandang baik secara agama, hukum yang

berlaku maupun menurut medis. Agar setiap tindakan yang diambil

tidak menyalahi aturan yang berlaku.

22