fito KLT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hfbdddd

Citation preview

BAB IPENDAHULUANI.1. Latar belakangIndonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya.Terdapat jutaan jenis tumbuhan, baik yang hidup di darat maupun di laut. Dari jutaan jenis tersebut, tidak semua diketahui nama, sifat-sifat serta kegunaannya pada manusia. Tumbuhan yang belum diketahui jenisnya masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam, baik dari segi kegunaan, sifat-sifat yang dimiliki maupun kandungan kimia yang terdapat di dalamnya.Sebagai mahasiswa farmasi yang menekuni obat-obatan maka mengenal asal, habitat, spesies dan sifat spesifikasinya merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan yang cukupmengenai berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk simplisia, morfologi secara umum, kegunaan, cara ekstraksi, dan identifikasi komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang perlu diketahui oleh seorang mahasiswa Farmasi. Pengetahuan ini dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dalam fungsinya sebagai Drug Informer nantinya setelah terjun ke masyarakat.Fakta menunjukkan bahwa upaya kesehatan tradisional telah dikenal dan digunakan masyarakat sejak zaman dahulu.Bahkan zaman sekarang pun masyarakat kembali banyak menggunakan obat-obat yang berasal dari alam.Masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional meskipun belum mengetahui kandungan kimianya, mereka hanya menggunakannya berdasarkan pengalaman yang ada.Namun masyarakat tersebut tidak mengetahui kandungan kimia dari biji labu merah dalam pengobatan, tetapi mereka telah menggunakannya sebagai obat sejak dahulu.I.2 Maksud PercobaanUntuk mengetahui dan memahami pemisahan senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis pada sampel kayu secang (Caesalpinia sappan. L).I.3 Tujuan PercobaanMengetahui langkah-langkah dan cara pemisahan senyawa dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis pada ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan. L)I.4 Prinsip PercobaanTeknik pemisahan komponen kimia secara cepat berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi dimana komponen kimia bergerak terelusi mengikuti naiknya cairan pengembang, oleh karena perbedaan kemampuan perikatan zat aktif oleh adsorben dan kelarutan zat dalam pelarut (eluen) sehingga gerakan komponen kimia mempunyai perbedaan kecepatan yang berbeda-beda menyebabkan terjadinya pemisahan.BAB IITINJAUAN PUSTAKAKromatografi Lapis Tipis atau Thin layer Chromatography adalah teknik analisis sederhana untuk memisahkan komponen-komponen secara cepat berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi. Kromatografi Lapis Tipis terbuat dari lempeng gelas atau logam yang tahan karat atau lempengan tipis yang cocok sebagai penyangga (1).Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini segera popular karena memberikan banyak keuntungan misalnya peralatan yang diperlukan sedikit murah, sederhana, waktu analisis cepat, dan daya pisah cukup baik (1).Prinsip KLT adalah pemisahan secara fisikokimia. Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorpsi dan partisi., dimana komponen kimia bergerak mengikuti cairan pengembang karena daya serap absorben terhadap komponen kimia tidak sama., sehingga komponen kimia bergerak dengan kecepatan berbeda dan hal ini menyebabkan pemisahan (1,2).Lapisan yang memisahkan yang terdiri dari bahan-bahan yang berbutir-butir (fase diam), ditempatkan dalam penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan terpisah berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak-bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana yang ditutup rapat berisi fase gerak, pemisahan terjadi selama pengembangan. Senyawa berwarna terdeteksi. Penyerap yang umum digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, kieselgur, poliamida selulosa dan turunannya, dan lain-lain.Adsorben yang paling banyak digunakan adalah silika gel dan alumunium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Silika gel mengandung SiOH pada permukaannnya yang dapat mengikat hidrogen secara kuat seperti fenol, amin dan asam karboksilat. Alumunium oksida mempunyai komampuan koordinasi dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang mengadung gugus fungsi berbeda. Alumunium oksida mengandung ion alkali dan dengan demikian bereaksi basa dalam suspensi air .Dibandingkan denganHPLC dan GC, TLC mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (2,3):1) KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.2) Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan 2 dimensi, pengembangan bertingkat, dan pembaceman penjerap dapat dilakukan pada TLC.3) Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.4) Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi.

A. Penjerap/Fase diamPenjerap yang paling sering digunakan padaTLC adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi-desorpsi (suatu mekanisme perpindahan solut dari fase diam ke fase gerak atau sebaliknya) yang utama padaTLC adalah partisi dan adsorbsi. Lapisan tipis yang digunakan sebagai penjerap juga dapat dibuat dari silika yang telah dimodifikasi, resin penukar ion, gel eksklusi, dan siklodekstrin yang digunakan untuk pemisahan kiral. Beberapa penjerapTLC serupa dengan penjerap yang digunakan pada HPTLC. Kebanyakan penjerap dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya. Beberapa prosedur kromatografi, terutama pemisahan yang menggunkan larutan pengembang anhidrat, mensyaratkan adanya kontrol kandungan air dalam silika. Kandungan air yang ideal adalah antara 11-12 % b/b (4).Lempeng silika gel dapat dimodifikasi untuk membentuk penjerap fase terbalik dengan cara membacemnya menggunakan parafin cair, minyak silikon, atau dengan lemak. Lempeng fase terbalik jenis ini digunakan untuk identifikasi hormon-hormon steroid (4).Ringkasanberbagai macam agen pembacem silika (4)Bahan pembacemTujuan

CarbomerIdentifikasi neomisin sulfat

TetradekanaIdentifiksi sepradin dan atau identifikasi sefaklor

Tembaga sulfat 2% dan etilendiamin 2%Pemisahan 7 senyawa barbiturat

Tembaga sulfat 0,1%Pemisahan obat-obat golongan sulfonamida

Seng asetat 1%Pemisahan 7 obat golongan antihistamin

EDTAPemisahan serotonin, epinefrin, dan nor-epinefrin

B. Fase Gerak pada KLTFase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak (5) :a) Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif.b) Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.c) Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.d) Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam.C. Aplikasi (Penotolan) sampelPemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan lebih dari 15 l. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 l. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 l maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan (5).D. Pengembangan1) Konvensional dan KLT-kinerja tinggi

Elusi KLT

Pengembangan pelarut biasanya dilakukan dengan cara menaik (ascending), yang mana ujung bawah lempeng dicelupkan ke dalam pelarut pengembang. Untuk menghasilkan reprodusibilitas kromatografi yang baik, wadah fase gerak (chamber) harus dijenuhkan dengan uap fase gerak. Jarak pengembangan fase gerak biasanya kurang lebih 10-15 cm, akan tetapi beberapa ahli kromatografi memilih mengembangkan lempeng pada jarak 1520 cm. Untuk lempeng KLT-kinerja tinggi (HPTLC), yang mempunyai ukuran partikel lebih kecil, maka pengembangan lempeng dilakukan ada jarak antara 3- 6 cm (4).2) Pengembangan 2 dimensiKLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran tertentu sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (4).3) Pengembangan KontinyuPengembangan kontinyu (pengembangan terus menerus) dilakukan dengan cara mengalirkan fase gerak secara terus-menerus pada lempeng KLT melalui suatu wadah (biasanya alas tangki) melalui suatu lapisan dan dibuang dengan cara tertentu pada ujung lapisan (4).

4) Pengembangan gradientPengembangan ini dilakukan dengan menggunakan komposisi fase gerak yang berbeda-beda. Lempeng yang berisi analit dapat dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak tertentu lalu komponen fase gerak selanjutnya ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam bejana dan diaduk sampai homogen. Tujuan utama sistem ini adalah untuk mengubah polaritas fase gerak. Meskipun demikian untuk memperoleh komposisi fase gerak yang reprodusibel sangatlah sulit sehingga teknik kromatografi ini kurang begitu polpuler (4).E. DeteksiBercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi maka bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan penyerapnya akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam sedang latar belakangnya akan kelihatan berfluoresensi. Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :a) Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi secara kimia dengan seluruh solut yang mengandung gugus fungsional tertentu sehingga bercak menjadi berwarna. Kadang-kadang lempeng dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak.b) Mengamati lempeng di bawah lampu ultra violet yang dipasang panjang gelombang emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap atau bercak yang berfluoresesnsi terang pada dasar yang berfluoresensi seragam. Lempeng yang diperdagangkan dapat dibeli dalam bentuk lempeng yang sudah diberi dengan senyawa fluoresen yang tidak larut yang dimasukkan ke dalam fase diam untuk memberikan dasar fluoresensi atau dapat pula dengan menyemprot lempeng dengan reagen fluoresensi setelah dilakukan pengembangan.c) Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang akan nampak sebagai bercak hitam sampai kecoklat-kecoklatan.d) Memaparkan lempeng dengan uapa iodium dalam chamber tertutup.e) Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer, suatu instrumen yang dapat mengukur intensitas radiasi yang direfleksikan dari permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV atau lampu sinar tampak. Solut-solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak (peak) dalam pencatat (recorder) (2,5). Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian kromatigrafi yaitu (3,6):a. Pada UV 254 nmPada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.

Penampakan noda pada UV 254 nmb. Pada UV 366 nmPada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

Penampakan noda pada UV 366 nmc. Pereaksi Semprot H2SO4 10%Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.F. Perhitungan Nilai RfJarak antara jalannya pelarut bersifatrelatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilaiperbandinganrelatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktorretensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut:

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut padaplatkromatografi lapis tipis.Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurangpolardan berinteraksi denganadsorden polar dari plat kromatografi lapis tipis.Nilai Rf dapat dijadikanbuktidalam mengidentifikasikansenyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memilikikarakteristikyang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (7).Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf (7) :a) Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkanb) Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.c) Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.d) Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerake) Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakanf) Teknik percobaan, arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.g) Jumlah cupilkan yang digunakan, Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan.h) Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap,i) Kesetimbangan, Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut.Pada metode KLT sering dijumpai puncak asimrtris yang dapat disebabkan oleh (8):a) Ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar mungkin dikarenakan penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat. Jika ukuran sampel terlalu besar maka fase gerak tidak mampu membawa solute dengan sempurna sehingga akan terjadi pengekoran (tailing).b) Interaksi yang kuat antara solute dengan fase diam yang dapat disebabkan sampel terlalu asam atau terlalu basa sehingga dapat menyebabkan terbentuknya puncak yang mengekor.c) Adanya kontaminan dalam sampel yang dapat muncul terlebih dahulu sehingga menimbulkan puncak mendahului (fronting).d) Lempeng yang tidak rataUntuk mencegah timbulnya noda asimetris maka perlu diperhatikan beberapa masalah yaitu aktivasi fase diam pada pelat. Pengamatan terhadap perbandingan jumlah senyawa yang ditorolkan pada lempeng serta kejenuhan chamber harus dievaluasi. Kebersihan peralatan yang digunakan pada metode ini juga harus diperhatikan terutama debu karena partikel debu dapat mengganggu proses elusi.

BAB IIIMETODE KERJAIII. 1. Alat dan BahanIII. 1. 1. AlatAlat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol vial, chamber, lampu UV 254/366, gelas ukur, oven, pinset, pipa kapiler, pipet tetes, penyemprot KLT, sendok tanduk.III. 1. 2. BahanBahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah etil asetat, kloroform, metanol, lempeng KLT, ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.), asam sulfat 10 %.III. 2. Cara Kerja1. Persiapan lempeng KLT dan sampela) Disiapkan alat dan bahanb) Diaktifkan lempeng KLT pada oven suhu 105-1100C selama 1 jamc) Digunting lempeng sesuai ukuran yang dikehendakid) Ditandai batas bawah lempeng dengan pensil pada jarak 1 cm dan 0,5 cm pada batas atase) Dilarutkan sampel ekstrak awal kayu secang (Caesalpinia sappan L.) ke dalam pelarut kloroform:metanol (1:1), ekstrak larut etil asetat dilarutkan dalam etil asetat, dan ekstrak tidak larut etil asetat dilarutkan dalam metanol hingga diperoleh kepekatan yang sesuai (jangan terlalu encer atau pekat)f) Dimasukkan fase gerak/eluen toluen : etil asetat (1 : 1) untuk eluen non polar dan toluen : etil asetat (1 : 3) untuk eluen polar dengan penambahan 2 tetes asaam formiat ke dalam chamber yang berbeda sampai kira-kira ketinggian kurang dari 1 cmg) Dijenuhkan chamber dengan kertas saring.2. Identifikasi KLTa) Disiapkan alat dan bahanb) Ditotolkan ekstrak sampel pada batas bawah lempengan dengan menggunakan pipa kapilerc) Diulangi beberapa kali sampai sampel yang ditotolkan cukup jumlahnyad) Dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluene) Dibiarkan lempeng terelusi sampai batas atas kemudian angkat dan keringkanf) Diamati noda yang muncul dengan menggunakan penampak noda lampu UV 254/366 nmg) Disemprotkan pereaksi H2SO4 10% pada lempeng kemudian dikeringkan dalam ovenh) Dicatat warna noda yang muncul dan hitung nilai Rfnya.

BAB IVHASIL PENGAMATANIV.1 Tabel PengamatanPerbandingan EluenEkstrak Etanol AwalEkstrak Larut Etil AsetatEkstrak Tidak Larut Etil Asetat

Toluen:etil asetat (1:3)Jarak noda

Jarak eluen4,5 cm3,5 cm2,6 cm

5,5 cm5,3 cm4,4 cm3,6 cm2,6 cm5,5 cm

-

5,5 cm

Toluen:etil asetat (1:1)Jarak noda

Jarak eluen4,5 cm2,5 cm1,5 cm1,3 cm0,8 cm

5,5 cm5,2 cm3,8 cm2,4 cm1,7 cm1,3 cm0,8 cm0,5 cm5,5 cm

-

5,5 cm

IV.2 Gambar Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang dibawah sinar UV 254 setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:3)

Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang dibawah sinar UV 366 setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:3)

Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang dibawah sinar UV 254 setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:1)

Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang dibawah sinar UV 366 setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:1)

Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:3) kemudian disemprot dengan H2SO4 10%

Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Ket:KLT ekstrak kayu secang setelah dielusi dengan eluen toluen : etil asetat (1:1) kemudian disemprot dengan H2SO4 10%

IV.3 Perhitungana) Ekstrak larut etil asetat menggunakan eluen Toluen:etil asetat (1:3)

b) Ekstrak larut etil asetat menggunakan eluen Toluen:etil asetat (1:1)

BAB VPEMBAHASANKromatografi Lapis Tipis adalah teknik analisis sederhana untuk memisahkan komponen-komponen secara cepat berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi.Pada praktikum kali ini ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dielusi pada cairan pengelusi toluen:etil asetat perbandingan (1:3) sebagai eluen polar dan toluen:etil asetat dengan perbandingan (1:1) sebagai eluen non polar dengan penambahan asam formiat pada masing-masing eluen. Tujuan penambahan asam formiat untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terikat kuat satu sama lain sehingga dapat menghindari penampakan noda yang berekor. Selain itu digunakan penampakan sinar UV 254 nm sehingga noda dapat memberikan fluoresensi pada sinar tampak, dimana umumnya mengandung gugus kromofer. Kemudian setelah noda tampak lalu dilanjutkan penyemprotan H2SO4 10% dimana merupakan noda yang mengandung gugus ausokrom. Eluen yang merupakan fase gerak/mobile akan membawa komponen kimia uantuk melewati penjerap (silika gel) pada lempeng dan memberikan noda yang diukur Rf-nya. Suatu adsorben diaktifkan adalah untuk menghindari kandungan air yang masih tertinggal di dalamnya. Apabila terdapat kandungan air dikhawatirkan akan mengganggu partisi dari senyawa-senyawa dalam suatu ekstrak. Hal ini berkaitan dengan terganggunya partisi senyawa akibat adanya kepolaran yang berbeda dari senyawa. Kepolaran yang tinggi oleh air dapat mempengaruhi tinggi noda terpartisi berbeda. Kepolaran air yang tinggi ini dapat menyebabkan senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah akan terpartisi lebih tinggi oleh akibat adanya ikatan dengan silika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada silika gel lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjeraplebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang konstan dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali menuju pelarut. Semakin kuat senyawa dijerap, semakin pendek jarak yang ditempuh oleh senyawa tersebut pada lempengan.Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silika, atom silikon berikatan dengan gugus -OH. Jadi, pada permukaan silika gel terdapat ikatan Si-O-H (gugus silanol) selain Si-O-Si (gugus siloxan). Permukaan silika gel sangat polar. Oleh karena itu gugus -OH ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang agak polar sampai sangat polar. Sifat ini menguntungkan karena dengan demikian fase diam ini dapat berinteraksi dengan fase gerak dan solut yang agak polar maupun yang polar.Gugus ini juga dapat berikatan hidrogen dengan molekul air. Adanya air yang diserap oleh silika gel ini dapat mendeaktivasi sisi aktifnya karena menutupi sisi aktifnya. Oleh karena itu sebelum digunakan, lempeng silika gel harus dipanaskan pada suhu 105 selama 2 jam untuk menghilangkan molekul-molekul air tersebut.Penjenuhan chamber dilakukan untuk meyakinkan bahwa seluruh penguapan eluen telah memenuhi seluruh sisi chamber sehingga uap dari eluen dapat diadsorbsi sempurna oleh adsorben, untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen serta untuk menyamakan tekanan dalam chamber agar noda yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.Dari hasil praktikum diperoleh hasil yang cukup baik untuk ekstrak awal dan ekstrak larut etil asetat. Noda yang terlihat setelah dielusi menggunakan perbandingan eluen yang berbeda-beda tetap menunjukkan pemisahan yang tidak baik pada ekstrak tidak larut etil asetat. Hal ini mungkin disebabkan karena ikatan antara senyawa yang satu dengan senyawa yang lainnya yang terdapat pada noda sangat kuat sehingga fase gerak tidak mampu memisahkan senyawa-senyawa tersebut dengan baik. Akibatnya terlihat noda yang berekor dan bertumpuk-tumpuk.Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan eluen n-butanol: asam asetat glasial: air (4:1:5) atau dengan penambahan sedikit asam atau basa ke dalam eluen yang digunakan. Penambahan asam atau basa ini dapat memutuskan ikatan yang terlalu kuat antara senyawa-senyawa yang terkandung dalam noda. Hal ini telah dilakukan dengan penambahan asam formiat tapi belum juga memberikan hasil yang baik.

BAB VIPENUTUPVI.1 KesimpulanBerdasarkan pada percobaan yang dilakukan untuk sampel kayu secang (Caesalpinia sappan. L) belum didapatkan hasil yang baik untuk ekstrak tidak larut etil asetat karena komponen kimia yang terkandung tidak dapat memisah dengan baik menggunakan eluen sederhana yang tersedia di laboratorium.VI.2 SaranSebaiknya alat-alat dan pelarut di laboratorium dilengkapi lagi sehingga pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan efisien dan efektif

DAFTAR PUSTAKA1. Settle, F (Editor). 1997. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey: USA.2. Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University Press: Surabaya.3. Gritter, R.J., Bobbit, J.M., Schwarting. 1991. Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Padmawinata, Edisi II, Penerbit ITB: Bandung.4. Adamovics, J.A. 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd Edition. Marcel Dekker: New York.5. Kealey, D and Haines, P.J. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS Scientific Publishers Limited: New York.6. Roth, Herman, dan Gottfried Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. UGM Press: Yogyakarta.7. Sudjadi, Drs., 1986. Metode Pemisahan. UGM Press: Yogyakarta8. Ibnu Gholib, Ghandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

LAMPIRANSkema KerjaEkstrak + metanol

Ditotolkan pada lempeng KLT

Dielusi menggunakan eluen dengan perbandingan tertentu

Amati pada lampu UV 254 dan 366

Disemprot dengan H2SO4 10%

Table beberapa jenis fase diam yang sering digunakan

Bahan penjerap (Sorbent)Prinsip kromatografiTipe penggunaan

Aluminum oxidekromatografi adsorpsikarena interaksi kutubAlkaloid, steroid, terpen,alifatik, aromatik

Selulosa tidak dimodifikasiPartisi kromatografikarena interaksi kutubAsam amino dan asam karboksilat serta karbohidrat

Selulosa asetatTergantung pada kadar asetiltransisi dari normalfase ke fase terbalikkromatografiAnthraquinon, antioksidan,polisiklik aromatik,asamkarboksilat, nitrophenol, pemanis

Selulosa pertukaran ionPertukaran anionAsam amino, peptida, enzim,nucleic acids constituents(Nukleotida, nukleosida),dll

Fase campuran antaraselulosa DEAEdanselulosaSDMPertukaran ionMono-dan oligonukleotida dalamasam nukleat hydrolyzates

Pertukaran ion IonexPertukaran anion dan kationasam amino, asam nukleat hydrolyzates,gula amino, antibiotik,anorganik fosfat, kation

KieselguhrUmumnya untukpemisahan fase terbalikAflatoksin, herbisida,Tetrasiklin

Partisi poliamidaKromatografikarena interaksi kutub(misalnya Ikatan hidrogen)Senyawa fenolik dan polifenolik alam

Silika murni, tidak dimodifikasi

StandardannanosilikagelKromatografi fase normalYang paling seringaplikasidari semuafase diamKLT

Kemurniantinggisilikagel60aflatoxin

Silika gelG,diresapidenganamoniumsulfatSurfaktan,lipid

Silika gel60,diabsorbsidengankafeinuntukPAHpenentuanTransfer kompleksPolisiklikAromatikHidrokarbon(PAH)acc.untukspesifikasiairminumJerman(TVO)

Dimodifikasi secara kimialapisan:CHIRalplatePemisahanenantiomerAsamaminokiral,asamhidroksikarboksilatdansenyawalainnyayangdapatmembentukkhelatkompleksdenganCu(II)ion

Lapisan Modifikasi CianoFaseCNNormaldanterbalikPestisida,fenol,pengawet,steroid

Modifikasi DIOLSteroid,hormon

Amino-modified layer NH2Pertukaran anion, kromatografi fase normal dan terbalikNukleotida,pestisida,fenol,turunanpurin,steroid,vitamin,asam,sulfonat,asamkarboksilat,xanthin

RP-2,RP-8,RP-18Senyawanonpolar(lipid,aromatic)

Silika gel60silanizedPolarzat(bahanaktiffarmasi, baik asam maupun basa)

RP-18 W/UV254Kromatografi fase normal dan terbalikAminophenol,barbiturat,pengawet,nukleobasa,PAH,steroid,tetrasiklin,ftalat

LiChrospherSi60KromatografifasenormalAminophenol,barbiturat,pengawet,nukleobasa,PAH,steroid,tetrasiklin,ftalat

Campuranaluminium oksida / asetilasiselulosaFasenormal dan terbalikPolisiklikAromatikHidrokarbon(PAH)

Selulosa / silika gelFasenormal dan terbalikBahan pengawet

Kieselguhr / silika gelKromatografi fase normal, penurunan daya absorbsiKarbohidrat, antioksidan,steroid,senyawapengembang fotografi

Profil KLT

Eluen polarEluen non polarToluen: etil asetat (1:3)Toluen: etil asetat (1:1)

18