Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
II. TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden
gram. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh hampir di seluruh
tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 500
meter dari permukaan laut (Astawan, 2005).
Menurut Plantamor (2008), tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Subclass : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Sumber : Husna (2016)
Gambar 1. Tanaman Kacang Hijau dan Biji Kacang Hijau
5
2.1.1 Kandungan Kimia Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu komoditi serealia yang memiliki
komponen terbesarnya adalah karbohidrat dan protein. Kacang hijau adalah sumber
energi, protein, vitamin, mineral dan serat makanan yang baik (Wijaningsih, 2008).
Nilai Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 g, kacang hijau, biji matang, mentah
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kandungan Gizi Kacang Hijau dan Gandum per 100 g Bahan
Kandungan Gizi Kacang Hijau Gandum
Kalori (kal) 323 327
Protein (g) 22 12,61
Lemak (g) 1,5 1,54
Karbihidrat (g) 56,8 71,18
Kalsium (mg) 223 29
Zat besi (mg) 7,5 3,19
Fosfor (mg) 319 228
Vitamin A (SI) 157 0
Vitamin B1 (mg) 0,46 0,38
Vitamin C (mg) 10 0
Air (g) 15,5 13,1
Sumber : Retnaningsih, et al (2008)
Salah satu jenis kacang-kacangan yang kaya akan protein isoflavon adalah
kacang hijau. Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid (1,2-diarilpropan) dan
merupakan bagian kelompok yang terbesar dalam golongan tersebut. Isoflavon
merupakan sejenis senyawa estrogen yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi
(Rahardjo dan Hermani, 2006).
2.2 Sari Kacang Hijau
Sari kacang hijau merupakan ekstrak terlarut dari kacang hijau, ekstrak
tersebut diperoleh dengan cara penggilingan biji kacang hijau dengan air, selanjutnya
dilakukan proses penyaringan dan pemasakan kemudian akan diperoleh sari kacang
6
hijau. Sejumlah terobosan dalam teknologi pembuatan sari kacang hijau telah
ditemukan pada awal tahun 2000-an hingga diproduksi secara komersial. Sari kacang
hijau berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki gizi tinggi, biaya rendah
dengan teknologi sederhana, bebas laktosa dan tidak menyebabkan alergi, bebas
kolesterol dan sedikit lemak, dapat divariasikan, baik bagi vegetarian dan orang diet,
serta termasuk sebagai salah satu alternatif pangan (Hidayat 2008).
Andriana dan Agustina (2010) menyatakan bahwa sari kacang hijau dapat
menjadi minuman yang berpotensi menjadi minuman yang kaya akan kandungan
gizi yang bermanfaat untuk tubuh. Beberapa kandungan gizi pada sari kacang hijau
disajikan sebagai berikut.
Tabel 2. Kandungan Gizi Sari Kacang Hijau
Nilai Gizi Sari Kacang Hijau (250 ml)
Energi total 160 kkal
Energi dari lemak 10 kkal
Lemak total 2%
Protein 3%
Karbohidrat total 11%
Natrium 2%
Sumber: Godam, Sari Kacang Hijau ABC Heinz Minuman Ringan Bergizi Tinggi
2.2.1 Pembuatan Minuman Sari Kacang Hijau
Pembuatan sari atau susu kacang hijau sepertihalnya pembuatan sari atau susu
kedelai yaitu dimulai dari proses sortasi kacang hijau, perendaman, penggilingan,
pengenceran, pemanasan, penyaringan dimana filtratnya diamabil dan kemudian di
tambahakan bahan penstabil. Menurut Agustina dan Andriana (2010), proses
pembuatan sari kacang hijau yaitu :
7
a. Perendaman yaitu dilakukannya perendaman selama 14 jam, hal ini berdasarkan
penelitian Triyono et al. (2009). Perendaman dilkuakan bertujuan untuk
memudahkan proses penggilingan atau pengenceran.
b. Proses penggilingan atau pengenceran yaitu dengan perbandingan kacang hijau
kering yang sudah di rendam dan air sebanyak (1:8).
c. Pemanasan bertujuan untuk menghilangkan bau dan dilakukannya pemasakan
pada sari kacang hijau. Suspense kacang hijau di panaskan sampai mendidih.
d. Penyaringan yaitu pemisahan filtrat dan ampas kacang hijau. Filtrat kacang hijau
ditambahkan dengan stabilizer Carboxy Methil Celulose (CMC) dan Calsium
Laktat dan dipanaskan beberapa saat.
2.3 Minuman Probiotik Sari Kacang Hijau
Probiotik adalah mikroba hidup yang sangat menguntungkan bagi sel inang
karena dapat meningkatkan keseimbngan mikroflora usus. Seleksi mikroba
khususnya bakteri asam laktat (BAL) sangat diperlukan untuk mendaptkan strain-
strain probiotik yang unggul. Hal tersebut dikarenakan tidak semua BAL berpotensi
sebagai probiotik (Tambunan, 2016). Definisi lain probiotik menurut Winarno (2004)
adalah suatu preparat yang terdiri dari mikroba hidup yang dimasukkan kedalam
tubuh manusia atau ternak secara oral. Probiotik diharapkan mampu memberikan
pengaruh positif terhadap kesehatan manusia atau ternak, dengan cara memperbaiki
sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba alami yang tinggal di dalam saluran
pencernaan makhluk hidup.
Salminen et,al (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria yang
harus dipenuhi oleh suatu probiotik, diantaranya adalah: (1) bersifat nonpatogenik
8
dan mewakili mikrobiota normal pada usus inangnya, serta masih aktif pada kondisi
asam lambung dan konsentrasi garam empedu yang tinggi dalam usus halus, (2) dapat
tumbuh dan bermetabolisme dengan cepat serta terdapat dalam jumlah yang tinggi
dalam usus halus, (3) mampu mengkolonisasi beberapa bagian dari saluran usus
inangnya, (4) dapat memproduksi asam-asam organik secara efisien dan memiliki
sifat antimikroba terhadap bakteri pathogen, (5) mudah diproduksi, mampu tumbuh
dalam sistem produksi skala besar, dan hidup selama kondisi penyimpanan.
Minuman probiotik dari bahan pangan nabati masih sedikit ditemui. Telah
banyak produk yoghurt yang dikembangakan dari susu hewani namun hanya sedikit
yoghurt yang dibuat dari produk susus nabati. Produk susu nabati sebenarnya sangat
berpotensi untuk dikembangkan karena selain kandungan gizi yang tinggi harga
produk yoghurt nabati relative lebih murah jika dibandingkan dengan yoghurt susu
hewani. Dengan adanya produk susu nabati diharapkan akan meningkatkan daya beli
masyarakat terhadap produk probiotik yang selama ini relatife mahal (Agustina dan
Andriana, 2010).
Karakteristik kandungan gizi yoghurt susu nabati sari kacang hijau sangat
baik bagi kesehatan. Yoghurt susu kacang hijau memenuhi kriteria yoghurt susu
hewani, yang sesuia dengan standar SNI . Kacang hijau dapat dibuat menjadi yoghurt
kacang hijau. Yoghurt kacang hijau yang dibuat dengan menambahkan kultur
Lactobaccilus bulgaris dan Streptococcus thermophiles sebanyak 10 %, waktu
inkubasi 18 jam, suhu inkubasi 37 oC, serta susu kacang hijau dengan penambahan
sukrosa penambahan sukrosa 5 % dan susu skim 9 %, CMC dan Ca-Laktat 600 ppm
menghasilkan yoghurt yang karakteisasi mutunya sesuai dengan mutu yoghurt dari
9
susu hewani ( SNI 01-2981-1992) kecuali untuk parameter kadar proteinnya
(Agustina dan Andriana, 2010).
Tabel 3. Karakterisasi Yoghurt Kacang Hijau Berdasarkan SNI
No Kriteria uji Satua SNI
1 Keadaan
1.1 Penampakan Cairan kental s/d semi padat
1.2 Bau Normal/ khas
1.3 Rasa Asam/khas
1.4 Konsentrasi Homogen
2 Lemak %,(b/b) Maks. 3,8
3 Berat kering tanpa lemak %,(b/b) Min. 8,2
4 Protein %,(b/b) Min. 3,5
5 Abu %,(b/b) Maks. 1,0
6 Jumlah asam (asam laktat) %,(b/b) 0,5-2,0
7 Kadar Air %,(b/b)
Sumber: Agustina (2010)
2.3.1 Bahan-bahan Pembuatan Minuman Probiotik sari kacang Hijau
Pembuatan minuman sari kacang hijau menjadi minuman probiotik
menggunakan bahan-bahan yng mendukung untuk menhasilkan minuman probiotik
yang berkualitas. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman
probiotik sari kacang hijau yaitu :
1. Sukrosa
Sukrosa merupakan bahan pemanis yang biasanya digunakan dalam pembuatan
yoghurt. Sukrosa dapat ditambahkan dalam bentuk kering, kristal atau gula cair yang
mengandung 67% sukrosa (Hui, 2007). Menurut Hartati et al. (2012), penambahan
gula pada susu sebelum proses fermentasi dapat meningkatkan viabilitas bakteri asam
laktat.
10
2. Susu Skim
Penambahan susu skim sebesar 3-6% yang dilakukan sebelum susu diinokulasi
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi produk fermentasi dan memberikan hasil
dengan konsistensi serta kepadatan tekstur yang lebih baik. Penambahan susu bubuk
skim juga bertujuan untuk memperbaiki tingkat penerimaan konsumen terhadap
produk susu fermentasi.
3. CMC
Carboxymethyl cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa dengan perlakuan
alkali dan monochloro acetic atau garam sodium yang digunakan luas dalam industri
pangan. CMC digunakan dalam bentuk garam natrium Carboxymethyl cellulose
sebagai pemberi bentuk, konsistensi, dan tekstur. Selain itu CMC juga berperan
sebagai pengikat air, pengental, stabilisator dispersi, memberikan kemampuan
suspensi yang baik, dan tekstrur gum (Prabandari., 2011).
4. Kalsium Laktat
Kalsium laktat (Ca2+
) adalah salah satu bahan tambahan makanan yang dapat
mengikat air dan juga berfungsi sebagai pembentuk tekstur, penstabil, dan
pengental (Febrianto, dkk., 2014).
2.4 Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk
kokus atau batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 40⁰C, pada umumnya
tidak motil, bersifat anaerob, katalase negative dan oksidase positif, dengan asam
laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri laktat
11
adalah mampu tubuh pada kadar gula, alcohol, dan garam yang tinggi mampu
memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Syahrurahman, 2000).
Sebagian besar BAL dapat tumbuh sama baiknya dilingkungan yang memiliki
dan tidak memiliki O2 (tidak sensitive terhadap O2), sehingga termasuk anaerob
aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam BAL memiliki beberapa karakteristik
tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase negative, tidak
melakukan fosforilasi transport electron, dan hanya mendapatakan energi dari
fosforlasi substrat. Hampir semua BAL hanya mmemperoleh energi dari metabolism
gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya terbatas pada lingkungan yang
menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan yang lingkungan yang kaya nutrisi.
Kemampuan mereka unuk menghasilkan senyawa (biosintesis) juga terbatas dan
kebutuhan nutrisi kompleks BAL meliputi asam amino, vitamin, purin, dan pirimidin
(Tambunan 2016).
Selain itu, BAL juga memiliki sifat probiotik, probiotik merupakan suatu
kumpulan mikroba hidup yang menguntungkan kesehatan inangnya dengan cara
memperbaiki komposisi mikrobiota usus. BAL yang memiliki sifat probiotik ini
memiliki banyak efek positif seperti antimikroba, aktivitas antikolestrol, efek
stimulasi sistem imun, meningkatkan penyerapan laktosa oleh tubuh, mencega diare,
dan aktivitas antimutageik sehingga dapat mencegah penyakit kanker usus (Surono,
2004). Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan apakah suatu BAL memiliki sifat
probiotik, antara lain: ketahanan terhadap asam dan garam empedu, dan aktivitas
antagonistik terhadap bakteri patogen (Gilliland. 2005). Pada produk fermentasi
laktat, perlu ditambahkan susu skim dan glukosa sebagai sumber energi bagi BAL
12
yang diinokulasikan untuk pertumbuhannya. Susu skim mengandung protein dan
laktosa, serta gluktosa yang akan difermentasi oleh kultur BAL menjadi asam laktat
yang akan menurunkan pH produk dan memberi rasa yang khas pada produk
(Cahyono, 2007). Penambahan susu skim juga bertujuan untuk memperbaiki flavor
dan tekstur produk yang dihasilkan (Paul dan Southgate, 2000). Sedangkan
penambahan glukosa bertujuan untuk merangsang BAL dan meningkatkan
kekentalan (McGregor dan White, 2002).
2.4.1 Lactobacillus bulgaricus
Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu BAL yang digunakan sebagai
starter kultur untuk susu fermentasi. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan
sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari
flora usus. Menurut Feliatra et al. (2004) Lactobacillus tersebar luas di lingkungan,
terutama pada hewan dan produk makanan sayur sayuran. Mereka biasanya mendiami
saluran usus burung dan mamalia, dan vagina mamalia, dan tidak bersifat patogen.
Dalam susu, Lactobacilus bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat.
Bakteri ini bersifat termodurik (dapat hidup pada suhu pasteurisasi 63 – 75oC)
(Helferich dan Westhoff, 2004). Bentuk penampakan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber : Purwati,dkk. (2007)
Gambar 2. Lactobacillus bulgaricus
13
Lactobacillus bulgaricus tumbuh optimal pada 37oC dengan fase adaptasi (lag
phase) pada 0 - 2 jam, fase eksponensial 2 - 14 jam dan mulai mencapai fase stasioner
pada 14 jam inkubasi dengan jumlah total L. bulgaricus mencapai 4,9 x 109 pada 16
jam inkubasi. Bakteri L.bulgaricus adalah bakteri probiotik karena telah lolos dari uji
klinis, enzimnya mampu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, menormalkan
komposisi bakteri saluran pencernaan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Waspodo, 2001).
2.4.2 Streptococus thermophilus
Streptococcus thermophilus merupakan bakteri termofilik yang dapat tumbuh
pada suhu 45oC. Perbedaan suhu tersebut membedakan bakteri ini dari spesies
Streptococci lainnya. Karakteristik S. thermophilus antara lain: berbentuk bulat yang
membentuk rantai, Gram positif, katalase negatif, dapat mereduksi litmus milk, tidak
toleran terhadap konsentrasi garam yang lebih besar dari 6,5 %, tidak berspora,
bersifat termodurik, tidak dapat tumbuh pada suhu 10oC, dan menyukai suasana
mendekati netral dengan pH optimum untuk pertumbuhan adalah 6,5 (Helferich dan
Westhoff, 2004). Selain itu suhu pertumbuhannya berkisar antara 40 - 45oC (Chaitow
dan Trener, 2008). Bentuk penampakan bakteri Streptococcus thermophilus dapat
dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Purwati, dkk. (2007)
Gambar 3. Streptococcus thermophilus
14
S. thermophilus merupakan BAL homofermentatif yang menghasilkan asam
laktat sebagai produk utama. S. thermophilus merupakan satu-satunya spesies bakteri
dalam genus Streptococci yang menghasilkan enzim laktase (Chaitow dan Trener,
2008). Efek menguntungkan dari S. thermophilus selain menghasilkan asa laktat,
yaitu menghasilkan enzim laktase yang berfungsi mencerna laktosa dalam susu
(Tambunan, 2016).
2.5 Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas) atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga
berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah
asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Bagian Tengah.
Ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika,
diperkirakan pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan
ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia (Rukmana, 2005).
Menurut Andrianto dan Indarto ( 2004), berdasarkan tekstur, ukuran, warna
kulit, dan warna umbi yang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Warna ubi jalar
terdiri dari ubi jalar kuning, ubi jalar oranye atau jingga, ubi jalar putih, ubi jalar
merah dan ubi jalar ungu. Sementara varietas ubi jalar yang digunakan untuk pangan
berdasarkan tekstur daging ubi jalar dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu umbi
berdaging lunak karena banyak mengandung air tidak berserat (agak berair, berdaging
manis) dan umbi berdaging keras karena banyak mengandung pati dan serat (banyak
mengandung tepung) (Sarwono, 2005).
15
Sumber: astriyulianti71.com
Menurut Murtiningsih (2011) kandungan karbohidratnya yang tinggi
membuat ubi jalar dapat dijadikan sumber kalori. Selain itu kandungan karbohidrat
ubi jalar tergolong Low glycemix Index (LGI 51), yaitu tipe karbohidrat yang jika
dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah secara drastis. Selain itu, serat
pangan ubi jalar merupakan polisakarida yang tidak tercerna dan diserap di dalam
usus halus, sehingga akan terfermentasi di dalam usus besar. Serat pangan bermanfaat
bagi keseimbangan flora usus dan bersifat prebiotik serta merangsang pertumbuhan
bakteri yang baik bagi usus, sehingga penyerapan zat gizi menjadi baik.
2.5.1 Kandungan Gizi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Kuning
Komposisi ubi jalar sangat tergantung pada varietas dan tingkat kematangan
serta lama penyimpanan. Karbohidrat dalam ubi jalar terdiri dari monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Ubi jalar mengandung sekitar 16-40% bahan kering
dan sekitar 70-90% dari bahan kering ini adalah karbohidrat yang terdiri dari pati,
gula, selulosa, hemiselulosa, dan pectin ( Meyer, 2009). Tabel kandungan karbohidrat
ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 4. Ubi Jalar Kuning
16
Tabel 4. Kandungan Karbohidrat Dalam Ubi jalar (% Berat Kering)
Komponen Besaran (%)
Pati 46,2
Gula 22,4
Hemiselulosa 3,6
Selulosa 2,7
Pektin 0,47
Sumber : Meyer (2009)
Menurut Irfansyah (2001), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat, vitamin,
dan mineral yang cukup tinggi dibandingkan dengan ubi kayu yang merupakan
bahan pembuatan tepung tapioca, ubi jalar memiliki kandungan vitamin A dan C,
serta energi yang lebih tinggi.
Tabel 5. Kandungan Gizi Ubi Jalar Kuning per 100 g Bahan
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya
Irfansyah (2001)
Zat Gizi Ubi Jalar
Air (g)
Protein (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Lemak (g)
Abu (g)
Ca (mg)
Fe (g)
P (mg)
Vitamin A (IU)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)
Energy (kal)
65,5
0,8
26,7
0,7
0,5
1,2
51
0,9
47
0
0,06
22
0,1
0,04
0,6
114