146
IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I. Laporan PELAKSANAAN REPELITA I ini merupakan lam- piran dari Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 15 Agustus 1974. Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XLI/MPRS/1968 dibentuklah Kabinet Pemba- ngunan dengan tugas pokok melaksanakan Panca Krida. Dalam rangka melaksanakan krida ke-2 dari Panca Krida Kabinet Pembangunan, yaitu menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun, maka Pemerintah menyu- sun suatu rencana pembangunan yang dituangkandalamKe- putusan Presiden No. 319 tahun 1968 dan yang disebut Ren- cana Pembangunan Lima Tahun I atau Repelita I. Pelaksanaan Repelita I dimulai pada 1 April 1969berte- patan dengan dimulainya tahun anggaran baru1969/70,dan dan berakhir pada 31 Maret 1974 bertepatan dengan berakhirnya tahun anggaran 1973/74 Dengan demikian maka Repelita I meliputi tahun anggaran 1969/70 sampai dengan tahun ang- garan 1973/74. Pelaksanaan Repelita I setiap tahunnya dituangkan ke dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sehingga pelaksanaan tahun demi tahun termasuk penyediaan biayanya terlebih dahulu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rak- yat dalam bentuk Undang-undang. Pada waktu Orde Baru ditegakkan maka perekonomian Indonesia berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Tugas utama pada waktu itu adalah

IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I.

Laporan PELAKSANAAN REPELITA I ini merupakan lam- piran dari Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 15 Agustus 1974.

Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XLI/MPRS/1968 dibentuklah Kabinet Pemba- ngunan dengan tugas pokok melaksanakan Panca Krida.

Dalam rangka melaksanakan krida ke-2 dari Panca Krida Kabinet Pembangunan, yaitu menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun, maka Pemerintah menyu- sun suatu rencana pembangunan yang dituangkandalamKe- putusan Presiden No. 319 tahun 1968 dan yang disebut Ren- cana Pembangunan Lima Tahun I atau Repelita I.

Pelaksanaan Repelita I dimulai pada 1 April 1969berte- patan dengan dimulainya tahun anggaran baru1969/70,dan dan berakhir pada 31 Maret 1974 bertepatan dengan berakhirnya tahun anggaran 1973/74 Dengan demikian maka Repelita I meliputi tahun anggaran 1969/70 sampai dengan tahun anggaran 1973/74.

Pelaksanaan Repelita I setiap tahunnya dituangkan ke dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sehingga pelaksanaan tahun demi tahun termasuk penyediaan biayanya terlebih dahulu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rak- yat dalam bentuk Undang-undang.

Pada waktu Orde Baru ditegakkan maka perekonomian Indonesia berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Tugas utama pada waktu itu adalah untuk menghentikan proses kemerosotan ekonomi dan membina landasan yang sehat demi pembangunan lebih lanjut. Untuk itu maka sejak Oktober 1996 serangkaian langkah-langkah kebijaksanaan telah dilaksanakan

7

Page 2: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

guna menghentikan proses kemerosotan ekonomi tersebut. Dengan berhasilnya usaha tersebut maka terciptalah landasan yang memungkinkan dimulainya pelaksanaan pembangunan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan yang sekaligus meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pembangunan nasional dalam tahap-tahap berikutnya.

Dengan memperhatikan kemampuan yang masih sangat terbatas pada waktu itu maka sasaran pembangunan yang ditetapkan bagi Repelita I adalah : pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rokhani.

Selanjutnya kelemahan data statistik pada waktu itu sangat menyulitkan perhitungan-perhitungan makro ekonomi. Oleh karena itu dalam Repelita I tidak ditentukan sesuatu sa- saran laju pertumbuhan ekonomi tertentu bagi keseluruhan ekonomi. Demikian pula halnya bagi tiap-tiap sektor secara keseluruhan. Namun diperkirakan bahwa program-program yang direncanakan untuk pelbagai sektor dapat serasi dengan suatu laju pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen. Bahkan diperkirakan apabla perkembangan keadaan menjadi semakin baik dan lancar maka bukannya tidak mungkin laju pertumbuhan ekonomi akan melebihi lima persen setahun.

Dewasa ini perhitungan produksi nasional, pendapatan nasional, investasi, tabungan, dan lain-lain masih belum sepenuhnya mantap dan perlu senantiasa disempurnakan. Walaupun demikian untuk sekedar mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia selama lima tahun masa Repelita I kiranya dapat digunakan data berdasarkan metode perhitungan produksi nasional yang ada.

Perhitungan sementara yang ada dewasa ini menunjukkan bahwa produksi nasional telah meningkat dengan cukup pesat selama priode Repelita I. Produksi nasional riil (diukur dengan Produk Domestik Bruto) di dalam tahun takwim 1973 diperkirakan telah meningkat menjadi kurang lebih 42 persen

8

Page 3: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

lebih besar daripada nilai tahun 1968, atau suatu laju pertum-buhan rata-rata sekitar 7 persen setiap tahun. Dilihat dari perkembangan produksi nasional menurut sektor maka ternyata bahwa usaha rehabilitasi dan pembangunan ekonomi selama Repelita I telah mengakibatkan peningkatan yang pesat di bidang bangunan, industri, pertambangan, dan listrik. Bidang industri, pertambangan, bangunan, dan listrik secara keseluruhan telah meningkat dengan rata-rata 14 persen, sedang sektor pertanian menunjukkan laju pertumbuhan sebesar 3,5 persen setahun. Hal ini terutama berhubungan dengan menurunnya panen padi dalam tahun 1972.Khususnya di dalam tahun 1973 produksi nasional riil me-nunjukkan peningkatan pesat sebesar 8,1 persen oleh karena pemuli han kembali dari produksi sektor pertanian serta perkembangan lebih lanjut dari sektor-sektor produksi lainnya, terutama pertambangan, bangunan dan industri.Perkembangan produksi nasional selama lima tahun periode Repelita I juga menunjukkan mulai adanya perubahan struktur perekonomian ke arah suatu struktur yang lebih se-imbang. Apabila dalam tahun 1968 bagian daripada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih merupakan kurang lebih 51 persen dari produksi nasional maka bagian tersebut telah menurun menjadi sekitar 40 persen dalam tahun 1973. Bagian daripada sektor-sektor produksi lainnya termasuk industri, pertambangan, listrik dan bangunan meningkat dari 15 persen menjadi sekitar 23 persen. Sektor bangunan merupakan sektor yang paling cepat bertumbuh sehingga bagiannya telah meningkat dari 2 persen menjadi hampir 4 persen. Bagian daripada sektor industri, pertambangan dan listrik juga meningkat dari 13 persen menjadi sekitar 19 persen, sedangkan sektor jasa-jasa dari 34 persen menjadi sekitar 37 persen. Termasuk di dalam sektor jasa-jasa adalah pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, bank dan lembaga keuangan, perumahan, pemerintahan, dan lain-lain. Perubahan struktur perekonomian tersebut mempunyai arti yang penting di dalam membangun

9

Page 4: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

suatu landasan yang kuat bagi pertumbuhan selanjutnya dan di dalam penyerapan tenaga kerja, terutama oleh sektor-sektor industri, bangunan, dan jasa-jasa.

Selama masa Repelita I harga barang-barang dan jasa pada umumnya menunjukkan perkembangan yang lebih stabil dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam tahun 1966 indeks biaya hidup di Jakarta yang dipergunakan sebagai ukuran laju inflasi meningkat dengan 650%. Dalam tahun 1967 kenaikannya adalah 120%, sedang dalam tahun 1968 adalah 85%.

Dalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 men-jadi 7,8% dan dalam tahun 1971/72 hanya 0,9%.

Akan tetapi di dalam tahun keempat (1972/73) laju inflasi melonjak menjadi 20,7%. Hal ini disebabkan karena meningkatnya harga beras menjelang akhir tahun 1972 sebagai akibat musim kemarau yang panjang. Dalam tahun tersebut dunia pada umumnya sedang mengalami kekurangan bahan pangan.Dalam tahun 1973/74 ternyata laju inflasi meningkat lagi sehingga mencapai 47,4%. Dalam tahun tersebut kenaikan harga bukannya terutama dalam sektor pangan, melainkan meliputi harga barang-barang pada umumnya.

Perkembangan harga dapat juga dilihat dari perkembangan indeks 9 macam bahan pokok. Selama masa Repelita I secara keseluruhan indeks harga 9 macam bahan pokok meningkat dengan 122,9 persen atau rata-rata 17,3 persen setiap tahunnya.

Perkembangan harga dari berbagai hasil ekspor Indonesia di pasaran dunia selama Repelita I memperlihatkan gambaran yang turun naik. Dalam tahun 1970171 terjadi penurunan harga karet dan dalam tahun 1971/72 disusul dengan penurunan harga barang-barang ekspor lainnya di pasaran dunia.

Dalam tahun 1973/74 harga barang ekspor Indonesia seperti minyak bumi, karet, timah, kopi, kopra dan lada dan minyak sawit meningkat. Kegoncangan moneter internasional, krisis

Page 5: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

10

Page 6: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

pangan di dunia dan krisis energi menimbulkan berbagai mas-alah, di antaranya ialah kenaikan harga barang-barang impor.Selama masa Repelita I jumlah uang yang beredar telah meningkat dengan 499,8 persen. Jumlah uang beredar pada bulan Maret 1969 mencapai Rp. 130,9 milyar dan pada akhir pelaksanaan Repelita I menjadi Rp. 785,2 milyar.

Apabila persentase kenaikan jumlah uang beredar diban- dingkan dengan persentase kenaikan harga, maka jumlah uang beredar umumnya menunjukkan persentase kenaikan, yang lebih besar. Hal ini antara lain menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang Rupiah dan lembaga perbankan. Dari komponen uang yang beredar dapat dilihat bahwa bagian uang giral terus mengalami peningkatan dari 38 persen pada akhir Maret 1969 menjadi 46 persen pada akhir 1973/74. Selanjutmya dapat dilihat bahwa sebagian besar dari pertambahan jumlah uang beredar berasal dari sektor perusahaan dalam bentuk kredit perbankan dan tidak lagi berasal dari sektor Pemerintah seperti sebelum tahun 1966.

Dalam pada itu perkreditan bank selama pelaksanaan Repelita I menunjukkan kenaikan yang sangat berarti. Jumlah kre- dit perbankan sebesar Rp. 136,8 miiyar pada akhir Maret 1969 ternyata meningkat menjadi Rp. 1.103,0 milyar pada akhir tahun 1973/74. Hal ini disebabkan oleh karema semakin besarnya dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank-bank dan karena penurunan suku bunga kredit. Suku bunga kredit yang dalam tahun 1968 ditetapkan antara 3 - 7 persen sebulan terus mengalami penurunan sehingga berkisar antara 0,5 - 2 persen sebulan pada akhir tahun pelaksanaan Repelita I. Suku bunga kredit investasi dari sejak dimulainya gerakan ini adalah tetap 1 persen sebulan atau 12 persen setahun. Suku bunga kredit bank-bank umum swasta juga terus mengalami penurunan, yaitu dari sekitar 7 - 15 persen sebulan dalam tahun 1968 menjadi 2,5 - 6 persen sebulan dalam tahun 1971/72, kemudian menjadi 1 - 5 persen sebulam pada akhir tahun Repelita I.

11

Page 7: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Gerakan deposito berjangka yang dimulai sejak Oktober 1968 dan bertujuan untuk memanfaatkan kelebihan likwiditas yang ada dalam masyarakat untuk pembiayaan pembangunan memperlihatkan kemajuan-kemajuan. Hal ini berarti bahwa sambutan masyarakat terhadap adanya deposito berjangka cukup besar walaupun suku bunga deposito terus menurun. Adanya peningkatan deposito itu turut membantu memperlambat laju inflasi. Pada akhir Maret 1974, posisi deposito berjangka mencapai jumlah Rp. 146,6 milyar atau hampir 9 kali jumlah yang tercatat pada akhir Maret 1969 sebesar Rp. 16,4 milyar.

Untuk lebih meningkatkan pengumpulan dana dari masyarakat maka mulai Pebruari 1969, diselenggarakan pula program tabungan berhadiah 1969 pada bank-bank Pemerintah dan beberapa bank umum swasta nasional. Gerakan tabungan berhadiah ini dihentikan sejak 1 Agustus 1971 dan diganti dengan Tabungan Pembangunan Nasional (TABANAS) dan Tabungan Asuransi Berjangka (TASKA). Perkembangan TABANAS dan TASKA memperlihatkan hasil-hasil yang menggembirakan. Minat masyarakat kepada TABANAS adalah jauh lebih besar daripada TASKA, baik dilihat dari segi jumlah penabung maupun dari segi jumlah dana yang terhimpun.

Program kredit investasi telah dilaksanakan oleh bank-bank Pemerintah sejak tanggal 1 April 1969. Di dalam tahun ter-akhir Repelita I program kredit investasi diarahkan untuk men-dorong kegiatan pengusaha-pengusaha kecil terutama yang banyak menggunakan tenaga kerja.

Sejak dilaksanakannya program kredit investasi ini, volume kredit terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada akhir Maret 1974 posisi kredit investasi yang disetujui oleh bank-bank mencapai jumlah sebesar Rp. 166,9 milyar dengan realisasi sebesar Rp. 119,0 milyar atau 71,3 persen dari jumlah yang disetujui. Dilihat dari penyebarannya menurut sektor maka baik kredit investasi yang disetujui maupun realisasinya sebagian besar ditujukan kepada sektor industri, perhubungan, pariwisata dan pertanian.

12

Page 8: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Untuk mendorong para penabung besar maka pada tanggal 1 April 1970 oleh Bank lndonesia telah dirintis pengeluaran Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Program ini merupakan usaha untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat ter-hadap surat-surat berharga dan merintis pembentukan pasar uang dan modal. Usaha ini ternyata berhasil dalam mendorong beberapa bank untuk mengeluarkan sertifikat deposito sejak Pebruari 1971.

Dalam rangka usaha pengembangan sistem keuangan yang sehat selama Repelita I telah dilakukan cara-cara untuk meningkatkan efisiensi lembaga-lembaga keuangan dan perbankan. Peranan bank-bank Pemerintah menjadi semakin penting di dalam hal-hal pemberian kredit. Adapun bank-bank swasta nasional didorong untuk mengadakan peleburan usaha. Di da- lam periode Repelita I telah dibentuk lembaga-lembaga keuangan baru berupa lembaga-lembaga pembiayaan pembangunan serta lembaga-lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga, Selanjutnya didirikan PT Pembinaan Usaha Indonesia (PT Bahana), dengan maksud untuk membantu perseroan-perseroan terbatas kecil dan menengah di bidang permodalan dan pengelolan perusahaan. PT Askri- ndo (Asuransi Kredit Indonesia) dan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi juga telah didirikan untuk membantu golongan ekonomi lemah dengan memberikan jaminan dalam permintaan kredit. Selanjutnya dalam tahun 1972 telah dibentuk Badan Pembinaan Pasar Uang dan Modal untuk mempersiapkan pengembangan pasar uang dan modal.

Pelaksanaan Repelita. I tercermin dalam program jangka tahunan yang tertera dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Kebijaksanaan fiskal, ditujukan untuk melaksanakan re-habilitasi dan pembangunan ekonomi dan sekaligus juga men-jaga kestabilan ekonomi. Untuk mencapai kedua tujuan ini pengeluaran negara ditingkatkan sesuai dengan makin besar- nya penerimaan yang dapat digali. Prinsip anggaran berimbang yang dinamis ini juga disertai dengan usaha untuk sebanyak

Page 9: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

13

Page 10: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

mungkin membiayai pengeluaran pembangunan dengan pene-rimaan dalam negeri. Hal ini dilakukan melalui peningkatan tabungan Pemerintah, yang merupakan selisih antara peneri-maan dalam negeri dengam pengeluaran rutin. Selama tabungan Pemerintah belum dapat mencukupi seluruh kebutuhan pengeluaran pembangunan maka dana pembangunan dilengkapi dengan sumber penerimaan lain, yaitu dana bantuan luar negeri yang terdiri dari nilai lawan bantuan program bersama-sama dengan bantuan proyek. Makin berhasilnya tabungan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran pembangunan terlihat dari ha1 sebagai berikut: Persentase tabungan Pemerintah terhadap dana pem-bangunan telah meningkat dari 23,0 persen dalam tahun per-tama Repelita I menjadi 55,5 persen dalam tahun 1973/74. Di lain pihak persentase dana bantuan luar negeri terhadap dana pembangunan telah menurun dari 77,0 persen dalam tahun 1969/70 menjadi 44,5 persen pada tahun terakhir Repelita I.

Kebijaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara juga diarahkan untuk menggairahkan tabungan masyarakat serta penanaman modal di bidang-bidang yang produktif. Di samping itu telah diambil pula langkah-langkah untuk mengurangi ke-lemahan-kelemahan pelbagai unsur kebijaksanaan fiskal, se-perti penghapusan sistim ADO dan menggantikannya dengan sistim sumbangan pembangunan Dati I. Perbaikan-perbaikan lain yang diadakan untuk lebih mendorong pembangunan di-antaranya adalah merubah tarif-tarif perpajakan.

Penerimaan dalam negeri selama Repelita I seluruhnya berjumlah Rp. 2.574,6 milyar. Pada tahun 1969/70 jumlah penerimaan adalah Rp. 243,7 milyar. Jumlah ini meningkat menjadi Rp. 967,7 milyar pada tahun 1973/74. Sebagai sumber yang makin besar peranannya dalam pembiayaan pengeluaran rutin maupun pengeluara.n pembangunan maka berbagai langkah telah diambil selama Repelita I untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri. Di lain pihak usaha peningkatan ini juga senantiasa diselaraskan dengan tujuan-tujuan untuk mendo-

Page 11: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

14

Page 12: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

rong tabungan masyarakat, merangsang sektor swasta untuk menanam modal di bidang-bidang yang produktif serta untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Keselarasan ini diusa- hakan antara lain dengan meningkatkan pemungutan pajak melalui pembagian beban yang lebih adil. Dalam hubungan ini telah disahkan lima undang-undang dalam tahun 1970 mengenai pajak perseroan, pajak pendapatan, pajak deviden, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Berbagai tarif pajak telah disesuaikan untuk lebih mendorong perkembangan dunia usaha, yang selanjutnya juga akan meningkatkan penerimaan negara. Langkah-langkah lain meliputi usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak serta perbaikan organisasi dan sistim kerja aparatur pelaksanaannya.

Pengeluaran rutin merupakan jenis pengeluaran negara yang selama Repelita I mengalanni penghematan-penghematan dengan maksud untuk lebih meningkatkan tabungan Pemerintah.. Meskipun demikian pengeluaran rutin selama masa 1969/70 -1973/74 terus meningkat dari Rp. 216,5 milyar pada tahun pertama Repelita I menjadi Rp. 713,3 milyar pada tahun 1973/ 74. Peningkatan ini perlu diadakan karena pengeluaran rutin digunakan untuk membiayai operasi dan pemeliharaan roda pemerintahan, terutama untuk mempertahankan kesejahteraan pegawai agar pelayanannya kepada masyarakat dapat mengimbangi kenaikan kegiatan pembangunan. Selain belanja pegawai, komponen pengeluaran rutin yang lain adalah belanja barang yang juga berfungsi untuk mengimbangi kebutuhan roda pemerintahan dalam melayani kegiatan pembangunan. Selama Repelita I belanja barang mencapai jumlah Rp. 385,5 milyar. Pengeluaran untuk subsidi daerah otonom meningkat dari Rp. 44,1 milyar dalam tahun 1969/70 menjadi Rp. 108,6 milyar dalam tahun 1973/74. Pengeluaran ini dimaksudkan untuk membantu daerah-daerah dalam usaha mereka untuk memperbaiki administrasinya, yang pembiayaannya tak dapat dipenuhinya sendiri. Kebijaksanaan Pemerintah dalam hal bunga dan cicilan hutang-hutang dilandaskan atas prinsip bahwa

Page 13: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

15

Page 14: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

jenis pengeluaran ini tidak akan mengganggu program pem-bangunan dan stabilisasi ekonomi.Pengeluaran pembangunan selama 1969/70 1973/74 di arahkan kepada sasaran-sasaran Repelita I yang mempriori-taskan sektor-sektor pertanian dan prasarana yang menunjang pertanian, seperti pengairan, jalan, jembatan dan lain-lain. Pengarahan pengeluaran pembangunan juga ditujukan ke sektor-sektor pembangunan daerah dan desa, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pembangunan sosial. Dengan demikian kebijaksanaan fiskal tidak hanya memperhatikan peningkatan volume pengeluaran, tetapi juga arah penggunaannya agar dapat mencapai sasaran Repelita I yaitu peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Pengeluaran pembangunan (di luar bantuan proyek) selama Repelita I seluruhnya berjumlah Rp. 944,6 milyar dan meningkat dari Rp. 92,9 milyar pada tahun 1969/70 menjadi Rp. 336,8 milyar pada tahun 1973/74.

Pengeluaran pembangunan melalui bantuan proyek juga mengalami peningkatan dari Rp. 25,3 milyar pada tahun 1969/70 menjadi Rp. 114,1 milyar pada tahun 1973/74, dan selama Repelita I mencapai jumlah Rp. 288,2 milyar. Bantuan proyek membutuhkan pembiayaan rupiah yang harus digali dari sumber-sumber dalam negeri. Dalam pada itu kamposisi dana bantuan luar negeri cenderung untuk lebih meningkatkan bantuan proyek daripada bantuan program. Hal ini menunjukkan makin pentingnya peranan penerimaan dalam negeri dalam pengeluaran pembangunan secara keseluruhan.

Usaha-usaha stabilisasi ekonomi dan moneter yang dilaksanakan sejak tahun 1966 telah menimbulkan iklim ekonomi yang bertambah baik sehingga mendorong kegiatan investasi dan pembentukan modal.

Hal ini didukung pula oleh kebijaksanaan, di bidang penge-rahan dana, peningkatan fungsi lembaga keuangan perbankan dan non perbankan, pemberian beberapa perangsang untuk menanam modal, penyederhanaan dan peningkatan lembaga pe-

Page 15: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

16

Page 16: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

ngelola penanaman modal dan prosedure penanaman modal. Untuk lebih meningkatkan koordinasi pengelolaan aplikasi dan perizinan penanaman modal telah dibentuk Badan Koordinnasi Penanaman Modal (BKPM).

Dalam hubungan ini ternyata bahwa penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri telah meningkat dengan pesat sehingga pada akhir Repelita I mencapai jumlah Rp. 2.691,7 milyar, yang terdiri atas penamaman modal asing sebesar US $ 3.278,3 juta atau Rp. 1.360,5 milyar dan penanaman modal dalam negeri sebesar Rp. 1.331,2 milyar.

Dari perkembangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri untuk mendorong penanaman modal asing dan dalam negeri telah memberikan hasil yang menggembirakan.

Perkembangan penanaman modal serta kegiatan ekonomi pada umumnya selama Repelita I telah memungkinkan Pemerintah untuk menangani dengan lebih mendalam beberapa masalah lain yang berhubungan dengan pemerataan hasil perkembangan tersebut dan peningkatan peranan golongan ekonomi lemah (pribumi).

Dalam hubungan ini telah ditetapkan pokok-pokok kebijaksanaan antara lainn mengenai(1) Peningkatan partispasi pribumi dalam rangka penanaman

modal asing dan penanaman modal dalam negeri.(2) Penetapan adanya bidang bidang usaha tertentu tertutup

bagi penanaman modal asing.(3) Pengetatan persyaratan penanaman modal khususnya da-

lam rangka penanaman modal asing, dan(4) Mendorong program Indonesianisasi tenaga kerja

asing dalam proyek-proyek penanaman modal asing.

17

411234 - (2).

Page 17: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Sementara itu dengan semakin baiknya iklim ekonomi serta diberikannya beberapa fasilitas dan perangsang untuk penanaman modal dalam negeri, maka sampai akhir Repelilta I permohonan penanaman modal daaam negeri mencapai jumlah 2.517 buah proyek dengan rencana invesitasi sebesar Rp. 2.158,1 milyar. Dari jumlah permohonan penanaman modal tersebut telah disetujui sebanyak 1.894 buah dengan rencana investasi sebesar Rp. 1.331,2 milyar.

Dalam hubungain ini ternyata bahwa sektor industri merupa-kan sektor yang paling menarik penanaman modal dalam negeri, disusul dengan sektor-sektor kehutanan, pariwiaata, perhubungan dan perkebunan. Sektor perumahan rakyat menunjukkan peningkatan pada tahun-tahun terakhir Repelita I.

Dilihat dari segi penyebarannya maka sebagian besar proyek-proyek penanaman modal dalam negeri berada di Jawa khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (yakni sebesar 28,4%). Selanjutnya 20,1% di Jawa Barat, 11,O% di Jawa Timur, 8,6% di Jawa Tengah dan sisanya sebesar 31,8% di luar Jawa.

Sebagian besar dari proyek-proyek penanaman modal dalam negeri selama periode Repelita I merupakan proyek-proyek yang sifatnya "cepat menghasilkan". Hal ini berarti bahwa proyek-proyek tersebut telah mengambil peranan penting bagi peningkatan produksi dan penciptaan lapangan kerja, dan mempunyai efek berganda jangka panjang yang sangat penting.

Permohonan penanamnam modal asing yamg telah disetujui terus meningkat, sehingga pada akhir Repelita I mencapai se-jumlah 715 buah proyek dengan rencana penanaman modal se-besar US $ 3.278,3 juta, belum termasuk penanaman modal asing di sektor perminyakan. Sektor-sektor pertambangan, in- dustri dan kehutanan merupakan sektor-sektor yang secara relatif jauh lebih menarik bagi penanaman modal asing, se- hingga mencakup sekitar 84,3% dari seluruh rencana pena-naman modal asing.

Page 18: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

18

Page 19: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Realisasi penanaman modal asing meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun, dari 4% dari seluruh rencana investasi yang telah disetujui pada Maret 1970, menjadi 37,1% pada akhir Repelta I.

Dilihat dari segi penyebarannya 343 proyek atau sekitar 47,9% dari seluruh jumlah proyek terletak di Jakarta dengan rencana investasi sebesar US. $. 780,3 juta, 86 proyek di Jawa Barat dengan rencana penanaman modal sebesar US. $. 665,4 juta. Meskipun jumlah proyek penanaman modal asing di Kali-mantan Timur dan Irian Jaya sedikit yaitu masing-masing 29 proyek (4,1%) dan 11 proyek (1,5%), namun jumlah rencana penanaman modal asing dikedua daerah tersebut relatif besar, yaitu meliputi US. $. 307,1 juta dan US. $. 443,2 juta.

Ditinjau dari sifat penanaman modalnya maka 585 proyek atau 81,8% dari seluruh proyek penanaman modal asing ber sifat joint venture, 113 proyek Atau 15,8% merupakan investa- si langsung dan 17 proyek atau 2,4% merupakan kontrak karya.Pada tahun-tahun pertama dan kedua Repelita I jenis-jenis industri yang dipilih oleh para investor terdiri dari jenis-jenis industri yang bersifat "cepat menghasilkan", sedang pada tahun ketiga dan selanjutnya telah menigkat pada jenis usaha yang menghasilkan barang-barang untuk kebutuhan industri lain, dan selanjutnya bahkan beberapa jenis produksi telah di ekspor.

Penanaman modal di bidang kebutuhan telah mulai melak-sanakan kewajibannya untuk mendirikan pabrik-pabrik pengo-lahan, kayu, seperti penggergajian kayu, plywood, dan sebagai-nya.

Perkembangan penanaman modal di sektor lainnya juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan seperti misalnya di bidang perhotelan, konstruksi, pertambangan dan lain sebagainya. Perkembangan kegiatan penanaman modal tersebut juga mempengaruhi komposisi barang impor dan ba-

19

Page 20: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Rang-barang konsumsi menjadi barang-barang modal dan ba-han baku dan penolong. Hal ini menunyukkan bahwa kegiatan di bidang produksi terus meningkat.

Kecuali itu disediakan pula sarana-sarana di bidang pena-naman modal berupa industrial estate dan fasilitas bonded warehouse maupun entrepot partikulir. Penyelenggaraan sara-na-sarana tersebut dimaksudkan untuk mendorong penanaman modal dan kegiatan usaha yang mengolah bahan baku impor serta mengekspor kembali hasil produksinya ke luar negeri.

Selama Repelita I dilaksanakan program stabilisasi dan pembangunan ekonomi sebagai landasan pembangunan jangka panjang atas kekuatan sendiri. Untuk itu diusahakan penggalian dana-dana dalam negeri untuk pembiayaan pembangunan dalam bentuk tabungan Pemerintah dan tabungan masyarakat. Di samping itu diperlukan devisa dalam jumlah yang besar guna keperluan impor barang dan jasa. Oleh karena itu maka kebijaksanaan utama di bidang perdagangan luar negeri selama Repelita I ialah meningkatkan penghasilan devisa dari ekspor dan jasa serta pengendalian dan pengarahan impor guna menghemat devisa.

Selama Repelita I ekonomi dunia ditandai oleh pergolakan-pergolakan di bidang perdagangan, di bidang sistim pembayar- an internasionaal, kelangkaan dalam persediaan pangan, permas- alahan sumber-sumber enersi dan bahan baku, ketidakpastian dalam nilai valuta berbagai negara serta gejolak inflasi yang melanda banyak negara.

Dalam menghadapi ketidakpastian di dalam perekonomian dunia, maka di bidang ekspor diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kapasitas produksi, mengusahakan diversifikasi macam ekspor, mengusahakan diversifikasi pasaran, ekspor, peningkatan mutu, pergolakan lebih lanjut dari hasil-hasil ek-spor, dan sebagainya.

Di bidang impor diambil langkah-langkah untuk memperlan-car arus barang-barang pokok yang diperlukan bagi rakyat

20

Page 21: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

banyak maupun bagi penunjangan produksi, dan langkah-lang-kah untuk menunjang arus barang modal serta bahan-bahan baku yang diperlukan bagi pembangunan.

Perkembangan bidang ekspor selama Repelita I memberikan gambaran sebagai berikut: Dalam tahun 1968 nilai ekspor berjumlah US. $. 872 juta, sedang dalam tahun 1973 / 74 tercapai US. $. 3.613 juta. Nilai ekspor di luar minyak bumi dalam ta hun 1968 berjumlah US. $. 569 juta, sedang dalam tahun 1973/ 74 menjadi US. $. 1.905 juta. Nilai ekspor minyak bumi dalam tahun 1968 berjumlah US. $. 303 juta, sedang dalam tahun 1973/74 berjumlah US. $. 1.708 juta.

Di samping kenaikan yang cepat dalam bidang ekspor maka terjadi pula kenaikan yang cepat di bidang impor. Dalam tahun 1968 seluruh impor berjumlah US. $. 831 juta, sedang dalam tahun 1973/74 telah naik menjadi US. $. 3.053 juta.

Demikian pula penggunaan devisa untuk jasa-jasa menunjuk-kan suatu peningkatan yang tidak kecil. Dalam tahun 1968 nilai jasa-jasa (netto) adalah US. $. 328 juta, sedang dalam tahun 1973/74 telah menjadi US. $. 1.245 juta.

Untuk melengkapi sumber-sumber pembiayaan dalam negeri maka Indonesia telah menerima bantuan dalam bentuk pinjaman dengan syarat-syarat yang sangat lunak ataupun dalam bentuk sumbangan. Dengan meningkatnya praduksi dalam negeri serta meningkatnya penerimaan devisa dari ekspor maka secara bertahap peranan bantuan devisa kredit dari bantuan pangan berkurang, sedang peranan bantuan proyek menjadi lebih besar.

Dalam tahun 1970 telah tercapai kata sepakat mengenai penundaan pembayaran kembali hutang-hutang lama yang merupakan beban yang besar bagi neraca pembayaran. Atas dasar kata sepakat tersebut telah tercapai persetujuan bilateral dengan negara-negara Perancis, Jepang, Jerman Barat, Amerika Serikat, Italia, Belanda, Inggris, Uni Sovyet, Jerman Timur, Polandia, Chekoslowakia, Bulgaria, Rumania, dan Yogoslavia.

Page 22: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

21

Page 23: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Kebutuhan pangan adalah kebutuhan utama bagi setiap ang gota masyarakat. Di antara beraneka ragam bahan-bahan makanan yang diperlukan, beras menduduki tempat utama, yakni sebagai bahan makanan pokok bagi masyarakat pada umumnya.

Kedudukan beras menjadi bertambah penting dalam kehi- dupan penduduk juga disebabkan oleh karena sebagian besardari rakyat Indonesia memperoleh mata pencarian dengan jalan menghasilkan beras.

Hal-hal di atas ini rnendorong Pemerintah untuk menempuh kebijaksanaan khusus dalam bidang perberasan. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar penduduk di mana-mana selalu dapat meperoleh beras dalam jumlah yang cukup pada tingkat harga yang wajar. Yang dimaksudkan dengan tingkat harga yang wajar ialah harga yang berada dalam jang-kauan daya beli rakyat banyak akan tetapi juga cukup tinggi bagi para, petani sehingga mereka selalu memperoleh dorongan untuk mengusahakan peningkatan produksi beras.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka selama Repelita I selalu diusahakan agar supaya : (1) harga padi gabah di daerah-daerah produksi seIama

musim panen tidak lebih rendah dari suatu harga yang disebut harga dasar (atau "floor price") ;

(2) harga beras di mananapun dan dalam musim apapun juga tidak melampaui harga tertinggi yang dapat dijangkau oleh rakyat banyak;

(3) daya guna pemasaran beras semakin meningkat sehingga semakin menguntungkan para petani dan para konsumen;

(4) pegawai negeri dan anggota angkatan bersenjata terjaminan kebutuhannya akan beras;

(5) penyaluran beras atau bahan pangan yang lain ke tem- pat-tempat yang tertimnpa bencana alam selalu terjamin.

22

Page 24: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Agar hal-hal tersebut dapat terwujud maka Pemerintah ha rus selalu menguasai sejumlah beras sebagai sarana penyangga yang untuk sebagian diperoleh dari permbelian di dalam negeri dan yang solebihnya diperoleh dari impor.

Dengan diadakannya pembelian di tempat-tempat yang mempunyai kelebihan beras dalam musim panen besar dan mengadakan penyaluran di tempat-tempat yang kekurangan beras maka sampai pertengahan 1972 harga beras cukup stabil, sedang perbedaan antara harga di tempat yang satu dan harga di tempat yang lain semakin kecil.

Untuk membantu perkembamgam kooperasi pedesaan, dalam usaha mempertinggi daya guna pemasaram beras sejak pertengahan Repelita I BUUD/KUD dikut sertakan dalam pembe- lian beras dalam negeri.

Hasil positif dari kebajaksanaan-kebijaksanaan tersebut tampak dari perkembangan-perkembangam di bidang perberasan selama masa Repelita I terutama dalam periode terjadinya kri- sis pangan pada akhir tahun 1972 dan permulaam tahun 1973.

Krisis pangan pada akhir tahun 1972 dan permulaan tahun 1973 tercermin dalam harga beras yang melonjak secara nya- ta. Hal ini terutama disebabkan oleh karena persediaan beras dalam masyarakat pada bulan-bulan menjelang akhir tahun 1972 ternyata kurang daripada jumlah permintaan yang ada. Dalam tahun-tahun 1969 sampai dengan tahun 1971 produksi beras meningkat terus. Akan tetapi dalam tahun 1972 produksi beras lebih rendah dari tahun 1971. Penurunan produksi terse-but terutama disebabkan oleh karena musim kemarau yang sa-ngat kering dan untuk berbagai daerah juga sangat panjang.

Sementara itu persediaan beras yang dikuasai Pemerintah dalam bulan-bulan itu juga terlampau sadikit untuk dapat me-ngisii kekurangan yang ada. Dalam bulan Maret 1972 persedia-an beras yang dikuasai Pemerintah meliputi 387.000 ton, yang berartii melebihi keperluan dropping dan distribusi untuk jang- ka waktu tiga bulan. Dalam bulan-bulan berikutnya persediaan tersebut terus menurun sehingga dalam bulan Nopember 1972

23

Page 25: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

jumlah yang tersedia hanya tinggal 109.700 ton. Penurunan persadaan tersebut disebabkan oleh hasil pembelian beras di dalam negeri yang jumlahnya jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan.

Guna mengatasi kesukaraan dalam tahun 1972/73 tersebut, segera diusahakan untuk menambah impor beras. Setelah ma-suknya beras impor dalam jumlah besar, maka penyaluran be-ras ke pasaran terus ditingkatkan dan dengan demikian per-kembangan harga pangan dapat dikuasai.

Dalam pada itu sejalan dengan perkembangan pendapatan yang berlangsung selama masa Repelita I, secara berangsur-angsur terjadi perubahan dalam pola makanan penduduk. Guna menanpung perkembangan itu telah diusahakan juga agar gandumdapat tersedia dalam jumlah yang memadai. Sebagian be- sar dari impor gandum selama Repelita I berbentuk biji gan- dum. Guna pengolahannya telah dibangum beberapa pabrik gandum di Jawa dan di Sulawesi.Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam ekonomi Indonesia. Karena itu selama Repelita I Pemerintah memberikan perhatian utama pada pembangunan sektor ini.

Hasil-hasil pembangunan selama Repelita I dalam sektor pertanian antara lain dicerminkan oleh peningkatan produksi pada sebagian besar hasil pertanian. Produksi hasil pertanian terpenting, yaitu beras, mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,8% setahun.

Tingkat perturnbuhan produksi yang terbesar dicapai oleh kayu, khususnya kayu rimba, dengan rata-rata sebesar 37,4% setahun. Kemudian disusul oleh cengkeh (11,7 %) , telur (10,4%), kelapa sawit (9,8%), susu (7,O%), gula tebu (6,6;%), daging (5,7%), kedele (3,G%), ikan laut (3,6%), karet (3,O%), lada (2,6%), kacang tanah (1,2%), jagung(0,7%), dan ikan darat (0,1 %) . Namun demikian perkembangan beberapa hasil pertanian ada yang kurang menggembirakan seperti produksi ubi-ubian, kelapa, kopi, teh, dan kapas.

24

i

Page 26: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Selain peningkatan produksi, hasil-hasil pembangunan sektor pertanian dicerminkan juga oleh peningkatan jumlah ekspor dari sebagian besar hasil-hasil pertanian yang biasa di ekspor. Kenaikan rata-rata volume ekspor yang terbesar terdapat pada kayu dan hasil-hasil perikanan, terutama udang. Jumlah eks- por kedua macam komoditi ini selama Repelita I meningkat rata-rata dengan lebih dari 50% setahunnya; kayu sebesar kurang lebih 82% setahun dan udang kurang debih 62% se-tahun.

Produksi beras telah meningkat dari 11.666 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 14.702 ribu ton pada tahun 1973, atau suatu kenaikan sebesar rata-rata 4,8% setahun. Hal ini teru-tama disebabkan oieh penambahan ‘ luas areal panen padi (terutama padi sawah) dan kenaikan hasil rata-rata per ha.

Penambahan luas areal panen padi sawah terutama disebabkan oleh bertambah baiknya sasana pengairan, sehingga luas sawah baku yang dapat dipanen 2 kali setahun menjadi bertambah luas. Di samping itu, dengan perluasan jaringan-jaringan irigasi baru terdapat pula perluasan sawah baku, hasil dari pencetakan sawah baru.Kenaikan hasil rata-rata per ha terutama disebabkan oleh perluasan program intersifikasi selama 5 tahun terakhir dengan penambahan areal Bimas dan Inmas dari 1,6 juta ha pada tahun 1968, menjadi kurang lebih.4 juta ha pada tahun 1973. Faktorfaktor lain yang memungkinkan peningkatan hasil rata-rata per ha adalah penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk yang lebih intensif, dan penggunaan pestisida.

Meningkatnya penggunaan bibit unggul, pupuk, dan pestisida mencerminkan sudah meningkatnya kesadaran para petani akan manfaat dari ketiga macam sarana produksi modern ter-sebut. Hal ini lebih dimungkinkan lagi oleh tersedianya fasilitas yang cukup baik di bidang pengadaan sarana sarana produksi, penyaluran maupun pemasarannya. Di samping itu bimbingan dan penyuluhan terus menerus dilakukan. Jumlah penyuluhan

25

Page 27: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

telah ditingkatkan sehingga pada akhir tahun 1973/74 jumlah Penyuluh Pertama Lapangan adalah sebesar 3.960 sedangkan Penyuluh Pertama Spesialis berjumlah 197.

Sesuai dengan meningkatnya areal intensifikasi, kecuali de-ngan penambahan para penyuluh lapangan, sejak 1970 diben-tuk pula apa yang dinamakan unit-unit Desa BRI untuk mela-yani para petani dalam hal kebutuhan kredit. Pada tahun 1973 sudah terdapat 2.069 buah Unit Desa BRI yang tersebar dise-luruh daerah intensifikasi. Bagi daerah-daerah yang belum memungkinkan dibentuknya Unit Desa, BRI telah membentuk Mobil-mobil unit (pada tahun 1973 sebanyak 233 buah). Badan Usaha Unilt Desa (BUUD) dan Koperasi Unit Desa (KUD) yang dibentuk sejak tahun 1971 sekarang sudah berjumlah 2.315 unit. BUUD/KUD dibentuk, sebagai lanjutan untuk mengisi kelengkapan dalam wilayah Unit Desa.

Pada umumnya produksi palawija selama Repelita I tidak menunjukkan perkembangan yang mantap. Produksi jagung dalam periode tersebut naik turun. Dalam tahun 1973 jumlah produsinya masih di bawah tingkat produksi tahun 1968. Produksi ubi-ubian menunjukkan kecenderungan yang terus menurun, sedangkan produksi kedele dan kacang tanah menunjukkan kecenderungan menaik. Naik turunnya produksi ini terutama disebabkan oleh faktor iklim, serangan hama dan penyakit tanaman yang selama Repelita I belum sepenuhnya dapat diatasi. Kecuali itu naik turunnya produksi ini disebabkan pula oleh perkembangan harga.

Produksi horti kultura yang terdiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan dalam periode 1969/70 - 1973/74 pada umum-nya menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan.

Pembangunan di bidang perkebunan terutama dititik berat kan pada usaha rehabilitasi perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik pengolahan yang telah ada.

Terhadap perkebunan rakyat telah dilaksanakan usaha-usa -ha yang berupa peremajaan, rehabilitasi kebun-kebun untuk pembibitan, dan penanaman-penanaman percontohan di samping

26

Page 28: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

proyek-proyek khusus seperti proyek Pembangunan Perkebun- an Rakyat Sumatra Utara (karet dan kelapa sawit) dan pro- yek Pembangunan Teh Rakyat dan swasta di Jawa Barat. Se- lain ini telah pula dirintis pembentukan apa yang dinamakan "perkebunan inti" yang dimulai di Jambi

Dengan di jalankannya usaha perbaikan tersebut, kecuali un-tuk beberapa komaditi seperti teh, kelapa dan tembakau, pada umumnya produksi perkebunan rakyat mengalami peningkatan setiap tahun.

Seperti halnya dengan perkebunan rakyat, terhadap perke-bunan-perkebunam besar swasta dan negara pun telah dilaksa-nakan usaha-usaha perbaikan, antara lain dengan berusaha mengembalikan perkebunan-perkebunan swasta dan negara pada fungsinya yang sebenarnya, yaitu sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang penting dalam sektor pertanian dan penyerap tenaga kerja.

Sebagai hasil usaha tersebut di atas, juga produksi dari ke- dua macam perkebunan tersebut di atas, pada umumnya me-nunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan, kecuali untuk beberapa komoditi teh dan kopi pada perkebunan besar swasta, dan kopi pada perusahaan perkebunan negara.

Perkembangan volume ekspor hasil-hasil perkebunan selama Repelita I tidak begitu menggembirakan. Hal itu terutama dise-babkan oleh faktor-faktor yang ada di dalam negeri sendiri seperti misalnya musim yang kurang baik dan serangan hama pada beberapa jenis tanaman perkebunan tertentu, dan faktor-faktor yang terjadi di luar negeri yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan terhadap hasil-hasil perkebunan kita.

Sejak tahun 1969/70 produksi perikanan secara keseluruhan (ikan laut dan ikan darat) memperihatkan kenaikan yang ter- us menerus walaupun masih belum mencapai seperti apa yang diharapkan. Sampai dengan tahun 1973/74, kenaikan produksi-nya rata-rata adalah sebesar 2,3% setahun. Dalam tahun 1973 jumlah praduksinya telah mencapai jumlah sebesar 1,3 juta ton.

27

I

Page 29: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Peningkatan produksi ini terutama disebabkan oleh makin bertambahnya unit-unit penangkapan dan juga karena telah terjadinya pergeseran penggunaan alat-alat penangkapan dari yang tratdisionil dan statis ke alat-alat penangkapan yang lebih efisien dan efektip. Di samping itu disebabkan pula oleh terjadinya penambahan kapal-kapal motor baik pada perikanan rakyat maupun pada perikanan industri, dimana yang terakhir ini sudah mampu mengadakan operasi penangkapan kearah perikanan lepas pantai dan laut dalam. Selama Repelita I peranan perahu bermotor dalam usaha perikanan relatip semakin meningkat. Hal ini terjadi hampir disemua daerah, terutama di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam rangka usaha memperbaiki sistim pemasaran, terutama yang di arahkan kepemasaran yang lebih baik untuk ikan segar, telah diusahakan rehabilitasi/pembangunan, pelabuhan-pelabuhan perikanan di masing-masing daerah produksi yang dilengkapi dengan fasililtas-fasilitas pemasaran seperti cold storage (ruang pendingin), pabrik es, tempat pelelangan ikan dan sebagainya.

Dengan makin meningkatnya kemampuan berproduksi ditambah dengan semakin meningkatnya permintaan di luar negeri terhadap beberapa hasil perikanan seperti udang, selama Repelita I volume ekspor hasil-hasil perikanan menunjukkan kenaikan yang relatip menyolok. Kenaikan volume ekspor udang ratarata sebesar 62% setahun, yaitu dari 2.902 ton pada tahun 1968 menjadi 28.752 ton pada tahun 1973.

Selama Repelitta I produksi kayu menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968 produksi kayu berjumlah 5,2 juta m3, dan pada tahun 1973 produksinya telah mencapai 24,8 juta m3 , atau naik dengan ratarata peningkatan sebesar 37,4%o setahun. Demikian juga halnya dengan volume ekspor.

Selama Repelita I volume ekspor naik dengan rata-rata sebesar 82 % setahun.

28

Page 30: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Peningkatan produksi dan volume ekspor ini terutama dise-babkan oleh makin intensipnya pengusahaan hutan di luar Jawa baik oleh pengusaha-pengusaha nasional, asing, maupun joint venture dan oleh semakin bertumbuhnya perminitaan luar ne-geri terhadap kayu tropik.

Pada tahun 1973 hasil devisa yang diperaleh dari ekspor kayu sudah menduduki tempat nomor dua sesudah minyak. bumi.

Walaupun sebagian besar dari ekspor kayu Indonesia masih berupa kayu bulat (logs), selama Repelita I, ekspor kayu yang sudah diolah mulai menunjukkan perkembangan yang meng-gembirakan. Pada awal Repelita I ekspor kayu gergajian masih sebesar 0,8% dari seluruh ekspor kayu, pada tahun 1973 per-sentasi ini telah meningkat menjadi kurang lebih 2,0%.

Di samping meningkatkan produksi dan ekspor usaha-usaha pembangunan sektor kehutanan juga ditujukan pada mening-katkan manfaat hutan secara tidak langsung, yaitu dengan melalui usaha-usaha reboisasi dan penghijauan. Sampai dengan akhir Repeliita I, luas areal hutan yang telah berhasil dihutankan, kembali reboisasi) dan dihijaukan berjumlah masing-masing seluas 156.184 ha dan 561.673 ha.

Perkembangan peternakan selama Repehta I telah banyak menunjukkan kemajuan. Baik produksi daging, telur, susu, dan hasit-hasil peternakan lainnya seperti kulit dan tulang menun-jukkan peningkatan setiap tahunnya. Pentumbuhan produksi rata-rata untuk daging, susu dan telur, masing-masing adalah 5,7%, 7,0% dan 10,4% setahun selama Repelita I.

Dalam rangka meningkatkan produksi ternak, disamping usaha-usaha meningkatkan populasi, telah diusahakan berbagai kegiatan dalam pembinaan bibit ternak dan unggas, pembinaan makanan ternak dan pemberantasan serta pencegahan penya- kit ternak. Dalam hubungan ini produksi dan pengadaan berbagai vaksin pun telah berhasil ditingkatkan

Pembangunan sektor industri dilaksanakan baik oleh perusahaan-perusahaan swasta nasional, perusahaan swasta asing

29

Page 31: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

maupun oleh perusahaan-perusahaan negara. Selama Repelita I penanaman modal yang disetujui Pemerintah berjumlah lebih dari 400 proyek-proyek PMA dan sekitar 1.300 buah proyekproyek PMDN dengan rencana investasi masahg-masing sebesar US. $. 1.448 juta dan Rp. 789.590 juta. Sebagai akibat dari penanaman modal tersebut, selama Repelita I telah tercapai peningkatan di sektor produksi. Selain itu jenis barang yang dihasilkan sektor industri barang bertambah, terutama pada barang-barang konsumsi yang semuda di impor dari luar negeri. Di samping itu jenis barang yang di ekspor bertambah di samping barang-barang ekspor tradisionil. Tambahan pula produksi barang-barang vital yang pada umumnya dihasilkan oleh perusahaan negara meningkat.

Produksi pupuk urea selama Repelita I meningkat dari 84.000 ton menyadi 118.692 ton. Hal ini dimungkinkan dengan adanya peningkatan produksi Pusri dan mulai terproduksinya Petrokimia Gresik. Sementara telah dihasilkan pupuk Z.A. oleh pabrik Petrokimia Gresik sebesar 122.755 ton pada akhir tahun 1973/ 74. Tambahan pula perluasan pabrik pupuk Pusri dapat diselesaikan pada tahun 1974 sehingga kapasitas design menjadi 480.000 ton urea setahun. Perluasan tambahan untuk Pusri sebesar 560.000 ton/tahun dan pembangunan pabrik pupuk di Jatibarang akan segera dimulai. Sehubungan dengan penemuan sumber baru gas alam, maka sedang dilakukan pembangunan pabrik pupuk di Kalimantan Timur.

Di bidang petrokimia lainnya pada tahun 1973 telah dise1esai- kan pembangunan pabrik polypropylene dengan design kapasitas 20.000 .ton/tahuh di Plaju. Sementara telah diselesaikan peneilitian mengenai proyek BTX yang akan menghasilkan bahan mentah bagi pembuatan serat polyester, alat-alat perleng kapan teknik dan alat-alat rumah tangga.

Produksi semen menunjukkan perkembangan-perkernbangan yang menggembirakan. Jika pada awal Repelita I produksi semen berkisar sekitar 542.000 ton, maka pada akhir Repelita I telah dicapai produksi sebesar 818.084

Page 32: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

ton yang berarti pening-30

Page 33: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

katan sebesar 51 persen. Sementara itu telah mulai dibangun 2 pabrik di daerah Cibinong yang diharapkan akan selesai pada awal tahun 1975, masing-masing dengan kapasita 500.000 ton. Selama Repelita I telah diadakan persiapan-persiapan untuk perluasan dari pabrik-pabrik semen yang ada maupun untuk pendirian-pendirian pabrik semen baru di berbagai daerah.

Produksi ban kendaraan bermotor meningkat dari awal Re-pelita I sebesar 368.000 buah menjadi 1.351.481 buah pada akhir Repelita I. Di samping itu telah diselesaikan rencana, perluasan untuk perusahaan ban yang ada.

Industri tekstil mengalami kemajuan yang amat pesat. Se-1ama Repelita I telah d hasilkan peningkatan-peningkatan baik dalam produksi benang tenun maupun produksi bahan tekstil. Produksi benang tenun meningkat dari 177.000 bales pada ta- hun awal Repelita I menjadi 316.247 bales pada akhir Repelita I sedangkan produksi benang tekstil meningkat dari 449,8 juta meter menjadi 920,0 juta meter. Peningkatan tersebut dimungkinkan dengan adanya rehabilitasi, modernisasi dan perluasan pada pabrik-pabrik yang ada dan dengan adanya pembangunan unit-unit produksi baru. Selain peningkatan produksi telah dicapai pula peningkatan mutu maupun penambahan jenis produksi tekstil.

Selama. Repelita I produksi kertas telah menigkat dari 17.000 ton setahun menjadi 47.143 ton setahun. Meskipun pe-ningkatan ini cukup mengesankan namun masih belum menutup kebutuhan dalam negeri. Untuk meningkatkan produksi kertas dengan lebih cepat telah diadakan penelitian-penelitian yang diperlukan.Perkembangan industri farmasi selama Repelita I cukup menggembirakan. Dalam periode tersebut telah didirikan lebih dari 60 buah perusahaan dan sebagian besar telah mulai ber-produksi. Perkembangan yang menarik ialah mulai dirintisnya pengolahan bahan baku obat.

Di bidang industri ringan terdapat selain peningkatan volume produksi juga peningkatan diversifikasi. Antara lain dibangun

31

Page 34: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

industri-industri baru berupa pabrik-pabrik bahan pembungkus,. kulit tiruan, bahan-bahan pembangunan seperti asbes dalam berbagai bentuk, barang-barang alluminium, formika, keramik, sanitair dan sebagainya. Di samping itu telah dibangun juga industri-industri yang menghasilkan barang-barang untuk as-sembling seperti bagian-bagian, sepeda dan sebagainya. Untuk pengembangan kerajinan rakyat maka sementara telah diselesaikan pembangunan Pusat-pusat Pengembangan Kerajinan Rakyat di Bali, Yogyakata dan Jakarta.

Di bidang industri dasar telah berkembang industri logam, mesin, alat-alat listrik dan transpor.

Selama Repelita I produksi besi beton meningkat dari 4.000 ton menjadi 150.000 ton. Demikian pula dapat dicatat pening- katan bahan-bahan plat seng dan kawat baja yang mencapai produksi masing-masing pada akhir Repelita I sebesar 70.000 ton dan 30.000 ton. Dalam industri mesin dan alat-alat meka- nis dapat dicatat adanya peningkatan produksi mesin jahit, sedang sejak tahun ke-IV Repelta I telah mulai dihasilkan di dalam negeri pompa-pompa pengairan, alat-alat pengolahan hasil pertanian serta alat-alat penyemprot hama.

Industri non-ferrous (bukan besi) menunjukkan perkem-bangan-perkembangan yang mengesankan terutama pada jenis industri kabel listrik dan telekomunikasi. Selama Repelita I terdapat pem bangunan perusahaan-perusahaan baru sehingga, pada waktu ini jumlah kapaslitas produksi seluruhnya adalah lebih dari 30.000 ton

Selain itu perkembamgan industri assembling radio, T.V., kipas angin, A.C. serta manufacturing lampu pijar dan T.L. cukup mengesankan. Demgkian juga industri assembling alat-alat pengangkutan telah meningkatkam produksi kendaraan bermotor roda empat selama Repelita I dari 5.037 buah men- jadi 35.804 buah. Dalam hal sepeda motor produksi meningkat dari 21.388 buah menjadi 149.762 buah.

Perkembangan yang cepat di sektor pertambangan, terlihat semenjak dilaksanakan Repelita I, baik berupa peningkatan

32

Page 35: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

volume produksi maupun nilai ekspornya. Jika produksi mi-nyak mentah pada tahun 1968/69 berjumlah 229 Juta barrel, maka pada tahun 1973/74 meningkat menjadi 508,4 juta barrel, yang berarti kenaikan sekitar 122% selama Repelita I atau kenaikan rata-rata 16,71% setiap tahunnya. Kenaikan pro-duksi tersebut disebabkan adanya penemuan sumber-sumber minyak baru di daratan dan di lepas pantai. Kenaikan nilai ekspor dicapai selain dari peningkatan volume, juga karena adanya kenaikan harga minyak di pasaran internasional.

Selain itu kapasitas pengilangan minyak bumi selama Repelita I meningkat dengan dibangunnya pengilangan di Dumai dan Sungai Pakning. Pada saat sekarang sedang dibangun kilang minyak Cilacap dengan harapan akan dapat selesai pada awal tahun 1976.

Untuk memperlancar penyaluran bahan bakar di dalam ne-geri telah diperluas prasarana angkutan, penyimpanan serta jangan distr busi dan penambahan jumlah tenker. Dalam hubungan ini telah dibangun pipa-pipa di bawah laut di Sema-rang dan Medan, di darat antara Cilacap dan Maos dan antara Maos dan Yogyakarta.

Di samping itu pemanfaatan gas bumi telah ditingkatkan an- tara lain dengan dibangunnya LPG, perluasan pabrik pupuk Sriwijaya dan Jelaga Gas. Selama Repelita I telah dicapai penemuan cadangan baru dapat dicatat di sini, antara lain di lapangan Arun (Sumatera Utara), lapangan Badak (Kalimantan Timur), di daratan dan di daerah lepas pantai Jawa Barat. Penemuan-penemuan ini sebagian akan digunakan untuk pembangunan industri pupuk dan petrokimia di kemudian hari, maupun untuk diekspor sebagai LNG.

Produksi timah meningkat dari jumlah 16.900 ton pada per-mulaan Repelita I, menjadi 22.600 ton pada akhir masa Repelita I, yang berarti ada kenaikan produksi rata-rata sekitar 5,99% setiap tahunnya. Peningkatan industri tersebut disesuaikan dengan ekspor quota yang harus dipenuhi. Tanpa ekspor quota tersebut produksi dapat ditingkatkan dengan lebih tinggi.

33411234 -

(3).

Page 36: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Peningkatan produksi selama Repelita I, dicapai dengan ada-nya pekerjaan-pekerjaan modernisasi/rehabilitasi kapal-kapal keruk maupun modernisasi dan penambahan kapasitas pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, serta perluasan jaringan transmisi dan distribusi. Tambahan pula telah mulai dibangun 3 buah tanur beserta fasilitas-fasilitasnya yang diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 1974. Hal ini akan memungkinkan proses peleburan dapat dilakukan di dalam negeri seluruhnya.

Dalam hal batubara, telah dilakukan tindakan-tindakan ra-sionalisasi dan konsolidasi, dengan harapan untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan pada unit-unit penambangan Ombilin dan unit penambangan Bukit Asam.

Produksi bauksit meningkat dari jumlah 837.000 ton pada tahun 1968/69, menjadi 1.204.700 ton yang berarti pada periode itu ada peningkatan produksi sekitar ± 43,8%. Sementara telah dilakukan survey terhadap cadangan di Kalimantan Barat maupun di pulau Bintan dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai bahan peleburan untuk menghasilkan alumina maupun aluminium.

Dalam hal nikkel telah diadakan kegiatan peningkatan pro-duksi biji nikkel maupun survey untuk pembangunan paberik ferro-nikkel di Pomala. Produksi telah meningkat dari jumlah 269.000 ton pada tahun 1968/69, menjadi 989.900 ton pada tahun 1973/74, yang berarti suatu peningkatan rata-rata ± 35 % setiap tahun. Kenaikan tersebut dimungkinkan dengan mengadakan eksplorasi yang intensif. Sementara itu sedang diteliti kemungkinan-kemungkinan untuk mendirikan paberik pengolahan nikkel matte di Sulawesi Tengah, maupun untuk pengolahan nikkel di pulau Gag, Irian Jaya.

Sejak tahun 1971/72 telah dimulai ekspor pasir besi sebesar 242.700 ton, dengan nilai US. $. 1,162,000. Pada tahun 1973/74 jumlah ekspor menjadi 283.600 ton, dengan nilai US. $. 1,298,000. Dalam pada itu eksplorasi pasir besi di pantai selatan Yogyakarta telah selesai dilakukan oleh PN Aneka Tambang.

Page 37: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

34

Page 38: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam hal emas, produksi telah meningkat dari jumlah 200 kg. pada tahun 1968/69, menjadi 345,2 kg, pada tahun 1973/74, sedangkan produksi perak selama Repelita I mengalami sedikit kemunduran.

Sejak tahun 1967, di Irian Jaya telah dilakukan eksplorasi besi tembaga. Sebagai hasilmya antara bulan Januari 1973 dan Januari 1974, telah ditambang 1.484.369 metric ton biji tembaga yang menghasilkan konsentrat tembaga sebesar 145.791 metric ton. Jumlah konsentrat yang telah diekspor sampai dengan Desember 1973, adalah sebanyak 122.331,42 metric ton, dengan nilai ekspor sebesar US. $. 65,365,349,13.

Pengairan merupakan prasarana penting dalam usaha-usaha peningkatan produksi pangan. Sebelum Repelita I prasarana pengairan berada dalam keadaan yang sangat parah. Kare- nanya selama Repelita I prioritas pembangunan di sektor ini dititik beratkan pada usaha-usaha perbaikan dan penyempur-naan jaringan-jaringan irigasi. Di samping itu dalam rangka usaha meningkatkan produksi pangan, transmigrasi dan mem-perluas lapangan kerja pembangunan pengairan juga ditujukan kepada perluasan jaringan irigasi dan pengamanan/perbaikan sungai. Dalam hubungan ini selama Repelita I telah dapat di-perbaiki dan disempurnakan jaringan-jaringan irigasi yang me-liputi 957.834 Ha. Tambahan pula areal persawahan telah dapat diperluas dengan lebih kurang 300.000 Ha. Selanjutnya dalam rangka usaha-usaha perbaikan dan pengamanan sungai telah dapat diamankan areal persawahan, kota, kampung dan pertanian seluas lebih kurang 350.000 Ha.

Selama Repelita I persiapan-persiapan untuk pelaksanaan pembangunan pengairan telah dapat diselesaikan. Penelitian mengenai pembangunan beberapa waduk telah dapat diselesaikan. Demikian juga penelitian mengenai pengembangan wila- yah sungai-sungai penting telah dapat diselesaikan. Hasil-ha- sil dari penelitian-penelitian ini telah digunakan dalam mem-

35

Page 39: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

persiapkan Repelita II dan merupakan dasar bagi usaha-usaha pembangunan pengairan dalam tahun-tahun yang akan datang.

Sebagaimana halnya dengan prasarana pengairan, prasarana dan sarana perhubungan sebelum Repelita I berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Kondisi sektor perhubungan pada waktu itu ditandai oleh hambatan dan kekurangan peralatan angkutan sehingga kebutuhan normal masyarakat akan jasa-jasa perhubungan tidak dapat dipenuhi. Sementara itu disadari bahwa kebutuhan jasa-jasa perhubungan akan bertambah dengan meningkatnya penduduk dan kegiatan pembangunan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi menjelang Repelita I tidak saja terbatas kepada mengejar ketertinggalan penyediaan fasilitas perhubungan, tetapi juga memenuhi permintaan akan jasa-jasa perhubungan yang akan bertambah setiap tahunnya.

Karena besarnya permasalahan yang dihadapi, sejak semula disadari bahwa kebutuhan masyarakart akan fasilitas perhu-bungan tidak semuanya dapat dipenuhi dengan selesainya Re-pelita I. Pada tahun-tahun pertama Repelita I prioritas pemba-ngunan sektor perhubungan dititik beratkan pada pelaksanaan program rehabilitasi yang berupa perbaikan dari seluruh ja-ringan dan peralatan-peralatan yang sudah ada. Di samping itu diusahakan perbaikan dalam struktur organisasi, pening-katan ketrampilan tenaga-tenaga pelaksananya dan lain-lain.

Dengan meningkatnya kemampuan penyediaan dana dan penggunaan dana tersebut secara efektif maka dalam batas-batas tertentu telah pula dilakukan usaha-usaha modernisasi peralatan dan pembangunan jaringan-jaringan baru.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita I cukup me-ngesankan. Dalam beberapa program ternyata bahwa hasil yang dicapai melampaui sasaran. Namun demikian, sebagaimana diperkirakan semula, belum semua permasalahan dalam sektor perhubungan ini dapat diatasi.

36

Page 40: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam sub sektor perhubungan darat selama Repelita I telah dapat direhabilitasi jalan negara sepanjang 6.555 Km dan jembatan sepanjang 20.331 m. Di samping itu jalan negara se-panjang 3.785 Kan dan jembatan sepanjang 15.503 m. telah berhasil ditingkatkan mutunya. Tambahan pula telah selesai dibangun jalan baru sepanjang 367 Km dan 15.563 m; jembatan yang meliputi 707 jembatan. Dari jumlah tersebut, 23 jembatan adalah jembatan-jembatan besar dengan bentang sekitar 100 m. Se1anjutnya selama Repelita I persiapan-persiapan untuk membangun jalan-jalan baru telah dapat diselesaikan sehingga jalan-jalan baru ini dapat mulai dibangun dalam Re- pelita II.

Selain dari pada jalan negara, usaha pemeliharaan, rehabili-tasi dan peningkatan mutu pada jalan propinsi juga dilaksa-nakan. Selama Repelita I telah berhasil dilakukan pemeliharaan sepanjang 45.600 Km., rehabilitasi 3.253 Km dan peningkatan mutu jalan sepanjang 652 Km.

Luas jaringan jalan yang berhasil diperbaiki dan ditambah telah memberi kesempatan hagi berlangsungnya proses peng-angkutan. Laju perkembangan volume angkutan, baik untuk barang maupun penumpang meningkat dengan cepat sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan ini sebagian ditampung oleh meningkatnya jumlah kendaraan bis, truk dan mobil penumpang. Ketiga jenis kendaraan ini selama Repelita I telah meningkat dengan lebih dari 50%. Di samping itu dalam rangka peningkatan pengawasan dan penertiban lalu lintas di jalan raya, selama Repelita I telah pula diadakan penambah- an unit-unit penunjang pelaksanaan pengawasan angkutan be-rupa alat pengujian, jembatan timbang, lampu lalu lintas dan lain-lain.

Keadaan angkutan kereta api yang sedemikian parah pada masa-masa sebelum berlangsungnya Repelita I, kini telah ber-hasil dikembalikan ke situasi yang wajar, dengan dilakukan nya usaha-usaha rehabilitasi, perbaikan dan penggantian per-

37

Page 41: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

alatan. Banyak yang positif yang telah berhasil dicapai antara lain peningkatan kecepatan, frekwensi, pemasangan baseplate untuk lintas tertentu, peningkatan pelayanan serta peningkat- an penerimaan. Walaupun demikian, mengingat banyak hal- hal yang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan selama Repelita I, maka usaha rehabilitasi masih tetap merupakan program pokok selama Repelita II ini. Selama Repelita I hasil-hasil yang dapat dicapai adalah berupa penggantian rel sepanjang 581 Km, rehabilitasi lok uap 32 buah, lok diesel 51 buah, dan lok listrik 7 buah. Di samping itu telah diselesaikan rehabilitasi gerbong barang 1.153 buah dan penambahan kereta penumpang 281 buah. Kendatipun demikian, hasil-hasil di atas masih di bawah jumlah yang diperlukan.

Peranan angkutan sungai, danau dan ferry selama Repelita I telah ditingkatkan. Hal ini untuk menampung akibat makin bertambahnya pemakaian sungai dan danau sebagai media angkutan, terutama dengan semakin meningkatnya produksi kayu serta untuk menunjang pembangunan daerah.

Perhubungan laut sangat penting artinya bagi pembangunan ekonomi. Usaha-usaha perbaikan selama Repelita I dilakukan berupa peningkatan fasilitas pelabuhan, keselamatan pelayaran, kepanduan, pengerukan serta fasilitas galangan/dok. Pelayaran armada Nusantara, sampai dengan tahun 1973/74 bertambah baik, dengan dilaksanakannya rehabilitasi 67 buah kapal dengan tonage 100.034 Dwt. Jumlah kapal yang beroperasi adalah 312 buah dengan 376.000 Dwt. Di samping armada- pelayaran Nusantara, kita masih mempunyai armada pelayar an samudra yang memegang peranan penting. Pada akhir Re- pelita I armada samudra berjumlah 57 buah kapal dengan kapapasitas 507.000 Dwt. Armada pelayaran khusus, yang melayani pengangkutan kayu, minyak bumi, nikkel, bauksit dan batubara, hingga akhir tahun 1973 mempunyai kapasitas 1.422.000 Dwt. Usaha-usaha lain yang juga dilaksanakan adalah perbaikan di bidang management.

38

Page 42: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

38

38

Page 43: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Di bidang angkutan udara, maka telah diusahakan pening-katan volume dan produktivitas angkutan melalui kegiatan pengembangan armada, perluasan jaringan dan penambahan frekwensi, serta perbaikan prasarananya. Di samping itu telah dan akan terus dilaksanakan pengaturan mengenai route-route penerbangan dan lain-lain hal yang berhubungan dengan itu, sehingga tercipta suatu keadaan yang saling mengisi serta ke-serasian antara penerbangan nusantara dan lokal, serta antara penerbangan teratur, tak teratur dan penerbangan umum.

Pada akhir tahun pelaksanaan Pelita I ini terdapat 49 pe-labuhan udara di luar perintis yang kesemuanya mampu di-darati pesawat DC-3, di antaranya 32 pelabuhan udara mampu untuk didarati pesawat turboprop jenis F-27, 18 pelabuhan udara dapat didarati pesawat turbojet jenis F-28, 9 pelabuhan udara sanggup didarati pesawat turbojet jenis-DC-9, 5 pelabuhan udara bisa didarati pesawat turbojet jenis DC-8 dan 2 pelabuhan udara mampu didarati pesawat turbojet jenis jumbo (jenis DC-10).

Seirama dengan gerak laju pembangunan selama tahun- tahun pelaksanaan Pelita I, maka kebutuhan akan data meteorologi dan geofisika semakin meningkat pula. Usaha-usaha yang telah dilakukan berupa perbaikan dan peningkatan stasiun-stasiun meteorologi dan geofisika baik yang sudah ada, maupun menghidupkan kembali stasiun-stasiun yang selama ini belum beroperasi

Dalam usaha peningkatan pelayanan pos dan giro, kemajuan telah banyak dicapai, khususnya dalam bidang pelayanan (adanya pelayanan pos kilat, pos kilat khusus), serta pembukaan kantor-kantor pos di kota-kota kecamatan dengan maksud memudahkan masyarakat untuk saling berhubungan dan mende- katkan jarak antara kota dengan daerah-daerah pelosok yang terpencil. Di samping itu perkembangan di bidang pembangunan gedung-gedung kantor pos selama Pelita I menunjukkan angka kenaikan.

39

38

Page 44: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Sesuai dengan fungsinya, pembangunan di bidang telekomunikasi bertujuan meningkatkan kecepatan, ketepatan serta keamanan dalam pemberian jasa. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai tahun 1973/74 telah menunjukkan manfaat dalam peningkatan hubungan telekomunikasi walaupun masih belum mencapai kebutuhan masyarakat yang sudah sangat meningkat.

Pembangunan di bidang telekomunkasi antara lain berupa penambahan jumlah sentral telepon otomat, sentral telepon manual, penambahan jumlah unit telepon. Dalam bidang transmisi jarak jauh, maka dengan selesainya proyek microwave Jawa - Bali pada bulan Maret 1973 yang lalu, maka telah dapat dilakukan hubungan langsung antara kota-kota Jakarta - Bandung - Cirebon Semarang - Yogyakarta dan Den- pasar. Hubungan ini masih terus akan diperluas, dengan pem-bangunan microwave trans Sumatra, yang akan menghubungkan Jakarta Palembang - Padang, tahap I diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 1974. Diharapkan dalam tahun 1976, proyek microwave Indonesia Timur dapat pula diselesaikan.

Di bidang pariwisata, usaha-usaha pengembangannya telah menghasilkan kemajuan yang menggembirakan, baik dari segi pengembangan fisik maupun pemasarannya. Secara fisik, selama lima tahun terakhir telah berhasil dilakukan pemugaran beberapa buah musium, kraton, candi serta istana-istana Sultan, yang semuanya merupakan khazanah yang sangat bernilai bagi daya tarik wisatawan. Di samping itu dilakukan pula pembangunan beberapa buah pusat penerangan wisata, tempat di mana tourist dapat memperoleh segala penjelasan mengenai keadaan kepariwisataan serta menyaksikan pertunjukan-pertunjukan kesenian. Di bidang pemasaran, dengan suksesnya konperensi PATA pada bulan April 1974 yang lalu, dapat pula dicatat sebagai usaha untuk meningkatkan datangnya arus wisatawan. Sejalan dengan itu, kapasitas kamar hotel yang berstandard internasional jumlahnya sangat bertambah dalam satu tahun terakhir ini.38

Page 45: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

40

38

Page 46: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Sebelum Repelita I keadaan kelistrikan menunjukkan bebe-rapa kekurangan yang pokok. Selain rendahnya daya terpasang jika dibandingkan dengan kebutuhan secara phisik tidak ter-dapat keseimbangan antara daya terpasang dan jaringan transmisi dan distribusi. Di samping itu keadaan beberapa pusat listrik memerlukan rehabiltasi untuk ditingkatkan kapa-sitas penggunaannya. Di bidang administrasi keuangan belum dapat dilakukan perhitungan penyusutan yang semestinya. Ka-rena tarip listrik ditentukan pada tarip yang rendah maka untuk biaya operasionil masih diperlukan subsidi Pemerintah.. Karena hal ini semua maka selama RepeIita I, selain dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang fisik, ditingkatkan pula perbaikan-perbaikan institusionil dan management secara terus menerus.

Secara phisik, maka melalui rehabilitasi dan pembangunan

pusat tenaga listrik, telah dapat dicapai selama Repelita I, penambahan daya terpasang sebesar 304,175 MW. Di samping itu melalui rehabilitasi dan pemasangan baru, telah tercapai penambahan jaringan transmisi sepanjang 488,1.1 km, 21 unit gardu induk dengan kapasitas 415,25 NVA, jaringan tegangan tinggi sepanjang 1.679,92 km, gardu distribusi sejumlah 1.370 unit dan jaringan tegangan rendah sepanjang 1.611,9 km.

Dalam pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, telah selesai dibangun pusat listrik tenaga air sebesar lebih kurang 109 MW, di antaranya PLTA Karang Kates sebesar 2 X 35 MW, PLTA Riam Kanan yang berkapasitas 2 x 10 MW dan PLTA Selorejo sebesar 4,5 MW.

Tambahan pula selama Repelita I telah dapat dibangun pusat-pusat Iistrik tenaga uap sebesar 125 MW, yaitu PLTU Tanjung Priok yang berkapasitas 2 X 50 MW, dan PLTU Ujung Pandang 2 X 12,5 MW. Di samping itu untuk mencukupi kebutuhan tenaga listrik yang meningkat dengan cepat, telah diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga gas sebesar 38,29 MW, di antaranya sebuah unit di Jakarta dengan kapasitas 20 MW.

Dalam rangka penyebaran prasarana listrik telah diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel di 38

Page 47: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

berbagai tempat

41

38

Page 48: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

di antaranya di Aceh dan daerah lain di Sumatera, Kalimantan Barat dan Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Irian Jaya dan di berbagai kota di Jawa. Dengan demikian selama Repe- lita I terdapat penambahan daya terpasang PLTD sebesar 69,4 MW.

Sementara itu pembangunan beberapa pusat tenaga listrik telah berada dalam taraf-taraf penyelesaian seperti PLTU Pa-lembang, PLTG Surabaya dan PLTG Jakarta. Di samping itu selama Repelita I. telah mulai dibangun beberapa pusat tenaga listrik baik dengan kapasitas besar maupun kecil. Demikian juga persiapan/penelitian mengenai pembangunan PLTA dan PLTU dengan kapasitas besar telah dapat diselesaikan sehingga pembangunannya dapat dimulai pada tahun pertama Repelita II.

Sejalan dengan penambahan daya terpasang, telah dilakukan perbaikan dan penambahan jaringan transmisi dan distribusi, sehingga produksi tenaga listrik selama Repelita I meningkat dengan lebih dari 50 persen. Demikian pula telah dimulai usaha untuk mengadakan penyambungan (interkoneksi) antara jaringan-jaringan listrik Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Di samping usaha di bidang fisik telah diusahakan pening-katan keahlian dan ketrampilan pegawai PLN sehingga pro-duktivitas mereka meningkat dari 70 MWb/karyawan menjadi 132 MWb/karyawan. Untuk hal ini telah dibangun pusat-pusat latihan di Cibogo, Slipi dan Tanjung Priok.

Usaha unttuk menciptakam ekonoms nasional yang sehat tidak dapat dIpisahkan, dari pertumbuhan ekonomi regional yang lebih kuat terutama di sektor daerah dan, pedesaan, oleh karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di sektor tersebut. Dengan demikian maka sejak tahun 1969/70 mulai dilaksanakam, program Bantuan Desa yang ditujukan untuk merangsang usaha desa yang produktip dengan jalan meman-faatkan potensi gotong-royong masyarakat desa. Untuk itu telah disediakan bantuan sebesar Rp 100.000,- untuk setiap desa. Dalam rangka ini maka biaya yang telah disediakan

38

Page 49: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

42

38

Page 50: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

untuk program bantuan desa selama masa Repelita I berjumlah Rp. 24,84 milyar.

Bantuan untuk desa tersebut langsung diberikan kepada Ke-pala Desa melalui Cabang Bank Rakyat Indonesia yang ter-dekat, sedangkan pemilihan proyek pembangunan desa serta pelaksanaannya dilaksanakan sepenuhnya oleh desa itu sendiri. Maksud sistim ini adalah untuk mendorong kreativitas masingmasing desa yang bersangkutan. Dalam hubungan ini sasaran pembangunan desa tidak saja mencakup proyek-proyek di bidamg ekonomi tetapi juga mencakup proyek-proyek bidang sosial.

Sementara itu ternyata bahwa program bantuan desa telah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat desa. Selama Repehta I swadaya masyarakat telah mencapai nilai sebesar Rp. 32,70 milyar yang berarti jauh lebih besar dari anggaran pembiayaan (desa) yamg diseuiakan oleh Pemerintah.

Sampai akhir Repelita I, telah selesai dilaksanakan sebanyak 366.072 proyek yang terdiri dari 156.343 proyek prasarana produksi, 147.007 proyek prasarana perhubungan, 32.417 proyek prasarana pemasaran dan sebanyak 30.305 buah proyek lainnya.

Di samping program bantuan pembangunan desa, sejak tahun 1970/71 telah dilaksanakan pula Program Pembangunan Daerah Tingkat II yang ditujukan untuk meningtkatkan parti-sipasi daerah dalam perbangunan, meningkatkan perekonomi-an daerah sehingga dapat menciptakan perluasan lapangan kerja di daerah masing-:masing. Program ini ditujukan pula untuk lebih meratakan pembagian hasil-hasil pembangunan. Bantuan tersebut dimaksudkan pula untuk mendorong Daerah Tingkat II guna meningkatkan pendapatan (IPEDA) dan ang-garan pembangunan daerahnya.

Bantuan tersebut dalaan tahun 1970/71 ditentukan sebesar Rp. 50,- tiap jiwa dan bagi daerah yang penduduknya sangat sedikit diberikan jumlah bantuan minimum sebesar Rp. 5 juta.

4338

Page 51: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Jumlah bantuan tersebut pada tahnun 1971/72 ditingkatkan menjadi Rp. 75,- tiap jiwa, 1972/73 menjadi Rp. 100,- tiap jiwa, dan pada tahun 1973/74 dinaikkan lagi menjadi Rp. 150,-tiap jiwa. Demikian pula bantuan minimum mengalami kenaikan dari Rp. 5 juta pada tahun 1970/71 menjadi Rp. 7,5 juta pada tahun 1971/72, Rp. 10 juta pada tahun 1972/73, dan akhirnya pada tahun 1973/74 menjadi Rp. 15 juta. Jumlah seluruh bantuan dalam rangka Program Pembangunan Daerah Tingkat I selama Repelita I adalah sebesar Rp. 46.423 juta. Di samping bantuan tersebut bagi Daerah Tingkat II yang ber-hasil memasukkan IPEDA-nya melampaui sasaran yang di-tentukan diberikan dana perangsang. Hal ini dimaksudkam se-bagai pendorong Daerah Tingkat II untuk terus menerus me-naikkan penerimaan daerahnya. sendiri.

Untuk mengatasi kesulitan peralatan, sejak tahun 1972/73 juga diberikan bantuan sebuah mesin giling jalan untuk tiap Daerah Tingkat II. Di samping perangsang IPEDA dan ban- tuan mesin giling jalan, juga telah diberikan bantuan khusus untuk daerah-daerah minus/kritis yaitu daerah-daerah yang sering tertimpa bencana alam atau yang keadaan ekonominya lemah.

Sasaran utama bantuan Daerah Tingkat II adalah rehabi-litasi, peningkatan, dan perluasan prasarana perekononnjan di daerah. Pada akhir Repelita I telah dapat diselesaikan 9.880 buah proyek yang tersebar di seluruh Indonesia terdiri dari 16.203 km jalan, jembatan 67.243 meter, pengairan 385.138 ha, dan proyek lain-launnya sebanyak 1.703 buah.

Sementara itu dalam Repelita I kebijaksanaan pembangunan daerah Irian Jaya selain ditujukan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, juga kehidupan sosial budaya rakyatnya.

Untuk keperluan pembangunan tersebut, selama Repelita Itelah disediakan anggaran biaya sebesar Rp. 17,1 milyar, disamping dana bantuan PBB (FUNDWI) ,sebesar US $ 30 juta.Hasil-hasil yang telah dicapai dibidang perhubungan udara

38

Page 52: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

antara lain telah selesai ditingkatkannya beberapa Lapangan44

38

Page 53: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

terbang seperti Biak, Wamena, Sentani, Nabire, Merauke, Ma-nokwari dan Whagete, sehingga lalu-lintas perhubungan udara di Irian Jaya dapat diperbaiki. Di bidang perhubungan laut, te-lah selesai direhabilitasi pelabuhan-pelabuhan serta fasilitas-fa- silitas pelayaran. Demikian pula telah diadaka perbaikan-per-baikan kapal sehingga pelayaran secara teratur dapat dilaku-kam, antara pelabuhan-pelabuhan pantai di Irian Jaya. Di bidang perhubungan darat telah dapat diselesaikan jalan se-panjang 30 km termasuk 8 buah jembatan antara Sentani dan Jayapura. Kecuali itu di bidang kelistrikan telah dapat di-tingkatkan dari 11.058.356 KWH menjadi kurang lebih 22.948.810 KWH, air minum dapat ditingkatkan dari 151t,/detik menjadi 30 lt/detik.

Di bidang kesehatan rakyat, usaha terutama ditujukan kepada pemberantasan penyakit menular. Sedangkan untuk bidang pendidikan usaha-usaha ditujukan selain untuk mening-katkan ketrampilan guru-guru, juga dilakukan perbaikan ge-dung SD, Sekolah Lanjutan serta Universitas Cendrawasih. Program pembangunan masyarakat pedalamam masih terus ditingkatkan.

Di bidang pendidikan dan kebudayaan kegiatan-kegiatan selama Repelita I terutama meliputi usaha-usaha pembinaan kurikulum, mengatasi berbagai ketidak seimbangan dalam jum-lah murid baik antara berbagai tingkat pendidikan maupun an-tara berbagai jenis pendidikan, pemenuhan tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik jumlah maupun mutunya, perbaikan prasarana pendidikan serta penyempurnaan organisasi dan pengelolaan pendidikan serta pembinaan kebudayaan.

Dalam hal jumlah murid misalnya, nampak bahwa murid sekolah dasar yang dalam tahun 1969 berjumlah 12,8 juta telah meningkat menjadi 13,6 juta pada tahun 1973 yang berarti kenaikan sebesar 6,3%. Demikian pula jumlah murid SLTP telah meningkat dari 1,2 juta dalam tahun 1969 menjadi 1,5 juta pada tahun 1973 atau suatu kenaikan sebesar 18,4%. Sedangkan jumlah murid SLTA telah meningkat dari 0,5 juta

38

Page 54: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

45

38

Page 55: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

dalam tahun 1969 menjadi 0,7 juta pada tahun 1973 yang ber-arti suatu kenaikan sebesar 29,2%. Dalam pada itu jumlah ma-hasiswa perguruan tinggi negeri dan swasta telah meningkat dari 262 ribu orang pada tahun 1969 menjadi 329 ribu orang pada tahun 1973 yang berarti kenaikan sebesar 26,1%.

Dalam masa Repelita I telah diusahakan pula untuk mening-katkan kemampuan tenaga-tenaga edukatif maupun adminis-tratif melalui berbagai penataran. Dilihat dari segi proporsinya 21,5% dari tenaga yang mendapatkan penataran tersebut terdiri dari guru-guru sekolah dasar, 35,9% guru pendidikan lanjutan, 11,3% dosen perguruan tinggi, 17,7% tenaga teknis pendidikan olah raga, pendidikan masyarakat dan pembinaan pemuda, 6,6% tenaga pengembangan pendidikan dan 7,0% tenaga administratif.

Selanjutnya selama Repelita I telah dicetak dan dibagikan lebih dari 63,5 juta buku pelajaran (termasuk pegangan guru) yang terdiri atas 90,3% untuk pendidikan dasar, 6,7% untuk pendidikan menengah, 0,2% bag pendidikan tinggi dan 2,8% untuk pendidikan olah raga dan pendidikan masyarakat. Di samping itu pada tahun terakhir Repelita I, dalam rangka pe-laksanakan Inpres No. 10 tahun 1973 telah dicetak dan dibagi-bagikan 3,6 juta buku pelajaran pokok bagi kelas I Sekolah Dasar.

Kecuali itu selama Repelita I telah diusahakan pula untuk mengembangkan fasilitas belajar, khususnya berupa penyedia- an tanah (seluas 210.867 m2) dan pembangunan gedung baru (seluas 625.651 m2). Dalam hubungan ini maka selama Repelita I diadakan pula langkah-langkah untuk memperlengkapi peralatan-peralatan dari berbagat jenis dan tingkatan pendidikan.

Di samping perkembangan-perkembangan umum di bidang pendidikan tersebut di atas, telah dilakukan pula berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah-masalah pembangunan dibidang pendidikan dan kebudayaan.

46

38

Page 56: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam lapangan pendidikan Sekolah Dasar, kegiatan selama Repelita I terutama dipusatkan kepada usaha pembaharuan kurikulum penyediaan paket buku dan penataran guru-guru sekolah dasar. Dalam rangka ini salama Repelita I enam proyek pembaharuan kurikulum dan metode mengajar telah menye-lesaikan penyusunan kurikulum S.D yang diperbaharui. De-mikian pula telah dilaksanakan penyediaan 36,8 juta buku-buku teks serta penataran lebih dari 10.000 orang guru Sekolah Dasar. Kecuali itu pada tahun terakhir Repelita I telah di- bangun 6.000 gedung S.D. baru (Inpres No. 10 tahun 1973) dan dalam rangka ini serta dalam rangka memenahi kebutuh- an akan guru S.D. pada umumnya telah diangkat 57.740 S.D. Selanjutnya disediakan pula buku bacaan anak-anak (sebagai perpustakaan sekolah pada 66.000 sekolah dasar dengan masing-masing menerima 100 judul).

Dalam rangka penambahan pendidikan kejuruan pada seko-lah lanjutan umum telah dicetak dan disebarkan buku pelajaran bahasa Indonesua, bahasa Inggris, matematika, ilmu pengeta-huan alam dan ilmu pengetahuan sosial sebanyak 4,3 juta buah dan penataran 2.215 orang guru sekolah lanjutan umum. Usaha peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan melalui 8 pro- yek perintis sekolah pembangunan pada 8 IKIP yang terkemu- ka. Dalam rangka pembinaan pendidikan lanjutan umum, selama Repelita I telah dikembangkan pula S.M.P. dan S.M.A. yang disempurnakan. Sebahagian besar dari sekolah kejuruan dan sekolah teknik tingkat pertama secara berangsur-angsur di, integrasikan menjadi S.M.P. yang disempurnakan. S.M.P. dan S.M.A. yang disempurnakan tersebut selama Repelita I telah mulai diperlengkapi dengan laboratorium dan sarana pendidik- an ketrampilan serta peningkatan mutu para pengajarnya.

Untuk meningkatkan pendidikan teknik, dalam Repelita I te1ah dibangun 5 proyek pusat Latihan Teknik yakni di Jakar- ta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang. Dalam rangka persiapan pusat latihan teknik tersebut telah dilakukan penataran terhadap 258 orang guru. Dari 12 proyek pendidikan

38

Page 57: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

47

38

Page 58: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

teknik yang direncanakan dalam Repelita I, tiga buah di antaranya dijadikan perintis STM Pembangunan dan 5 buah lainnya diteruskan parnbangunannya sebagai proyek perintisan, sementara 4 buah lainnya lagi, dipersiapkan untuk menjadi STM biasa. Disamping itu telah dilakukan usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan teknik dan kejuraan berupa rehabilitasi dan perluasan 60 STM, 380 SMEP, 198 SMEA, 46 SKKP, 38 SKKA, 8 SPSA dan 4 SPJK. Untuk meningtkatkan mutu tenaga guru pendidikan teknik dan kejuruan selama Repelita I telah diaksanakan penataran terhadap 2.578 tenaga pengajar.

Dalam hal pendidikan guru, selama Rapelita I telah dilaksa-nakan rehabilitasi serta perluasan 128 SPG., penataran 325 guru dan telah dicetak 728.000 buku mata pelajaran pokok. Dalam hubungan ini telah dikembangkan pula pola regionali-sasi SPG sesuai dengan keadaan masing-masing daerah.

Untuk pembinaan pendidikan tinggi, selama Repelita I telah dilakukan pembangunan baru rehabilitasi ruang laboratorium, ruang perpustakaan dan ruang kuliah, serta pengadaan alat-alat laboratarium dan alat peraga. Telah diterjemahkan pula 8 buah buku dalam, berbagai cabang ilmu pengetahuan, penu-lisan naskah asli sebanyak 9 buah dan penyedian buku ilmu pengetahuan sebanyak 130.580 buah. Demikian pula telah di-selenggarakan penataran 1.669 orang dosen dan pangiriman 1.226 orang dosen untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri.

Dalam rangka peningkatan pendidikan masyarakat dan orang dewasa talah dise1enggarakan penataran petugas pendidikan masyarakat sebanyak 63.170 orang. Dalam lapangan pembinaan kepemtudan telah diberikan penataran terhadap 1.080 orangpembina pemuda yang meliputi pengembangan kemampuan ber, organisasi, latihan ketrampilan, pengabdian masyarakat dan pengisian waktu terluang secara produktit.

Dalam lapangan olah raga telah disediakan peralatan dan perlengkapan olah raga bagi SMOA dan STO. Dalam rangka ini

38

Page 59: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

pula telah dilakukan penataran 497 pelatih olah raga, wasit dan

48

38

Page 60: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

wartawan olah raga serta 303 orang pembina olah raga. Mela- lui penelitian-penelitian telah dihasilkan 166 naskah buku olah raga. Akhirnya dalam rangka pembinaan tenaga di bidang olah raga selama Repelita I telah dihasilkan 210 sarjana olah raga, 846 sarjana muda olah raga dan 11.161 lulusan SMOA.

Dalam rangka pembinaan kebudayaan, kegiatan-kegiatan selama Repelita I terutama ditujukan untuk pembinaan kesenian dan pendidikan kesenian, kepurbakalaan, permuseuman, inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan, pembinaan bahasa dan pengadaan buku bacaan serta pengembangan perpustakaan.

Untuk meningkatkan apresiasi seni telah dilakukan perlom-baan kesenian dikalangan pelajar, pengiriman misi kesenian pelajar antar daerah, pementasan dan pameran di berbagai kota, penataran guru-guru kesenian, loka karya pendidikan musik dan pembaharuan kurikulum pendidikan kesenian. Di samping itu telah diselenggarakan pameran seni rupa antara negara negara Asia dan pelbagai kegiatan lainnya di bidang kesenian.

Dalam lapangan kepurbakalaan telah mulai dilaksanakan pe-mugaran candi Borobudur pada tahun 1973. Demikian pula telah dilakukan penggalian benda-benda purbakala di berbagai tem-pat di Jawa, termasuk penelititian kepurbakalaan Islam di Cire-bon dan penggalian kerangka manusia di daerah Jakarta. Se-lanjutnya telah dilakukan pula kegiatan pembangunan dalam lapangan permuseuman, inventarisasi dan dokumentasi kebuda-yaan, pembinaan bahasa serta pengadaan buku bacaan dan pengembangan perpustakaan. Dalam rangka ini telah diterbit-kan buku bacaan sebanyak 897.800 buah buku yang meliputi 369 judul terdiri dari 40% buku bacaan anak-anak, 10% buku bacaan orang dewasa dan 50% buku pelajaran umum.

Dalam masa Repelita I telah dilakukan pula usaha-usaha untuk menciptakan dan memperluas kesempatan kerja. Hal ini dilakukan baik untuk mengurangi penganggurn yang ada mau-pun untuk menyerap tenaga kerja yang baru. Di samping usaha-usaha jangka panjang, selama Repelita I telah dilaksanakan

49411234- (4).

Page 61: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah penciptaan la-pangan kerja dalam jangka pendek. Kegiatan-kegiatan dalam lapangan ini terutama dilakukan melalui pelaksanaan proyek padat karya, bantuan untuk pembangunan Kabupaten/Kota-madya, dan bantuan kepada desa.

Khususnya melalui kegiatan padat karya telah dilakukan perbaikan terasering, penghijauan, jalan desa dan saluran ter-tiair. Para pekerja dalam proyek padat karya mendapat im- balan jasa dalam bentuk natura (bulgur). Sejak tahun 1972/ 73 sebagian imbalan jasa tersebut diberikan berupa uang. Selama Repelita I usaha-usaha penghijauan yang dilakukan mela- lui proyek padat karya meliputi luas lebih dari 55.000 Ha, panjang jalan desa yang telah diperbaiki melebihi 1.500 Km dan saluran tertiair yang telah dikeruk atau dibuat haru lebih dari 5.700 Km. Selama Repelita I rata-rata lebih dari 100 ribu orang sehari telah ikut serta untuk bekerja 3 - 6 bulan seta- hun dalam rangka pelaksanaan proyek padat karya tersebut.

Kesempatan kerja dalam rangka program bantuan untuk pembangunan Kabupaten/Kotamadya telah ditingkatkan me-lalui pembangunan proyek-proyek prasarana produksi seperti jalan, jembatan, pengairan dan lain sebagainya, terutama de-ngan mengutamakan penggunaan tenaga kerja dan bahan-bahan setempat. Selain daripada itu penciptaan kesempatan kerja secara tidak langsung juga dikembangkan oleh perbe-lanjaan orang-orang yang turut serta dalam program bantuan untuk pembangunan Kabupaten/Kotamadya tersebut. Semen-tara itu melalui program bantuan kepada desa telah dilaksa-nakan perbaikan/pembuatan jalan-jalan desa, saluran air, se-kolah, tempat ibadat dan lain-lain. Semua kegilatan-kegiatan tersebut langsung atau tidak langsung turut meningkatkan ke-sempatan kerja.

Dalam pada itu untuk pembinaan dan penyediaan tenaga kerja selama Repelita I telah dilakukan pembihaaan pusat-pusat latihan kerja dan pengembangan tenaga kerja sukarela. Dalam

Page 62: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

50

Page 63: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

hubungan ini selama Repelita I telah dilakukan rehabilitasi dan perluasan 18 pusat-pusat latihan kerja yang terdiri dari 7 buah pusat latihan management, 8 pusat latihan industri dan 3 buah pusat latihan pertanian. Sementara itu tenaga kerja yang dilatih pada pusat-pusat latihan kerja tersebut selama Repelita I meliputi lebih dari 37.000 orang dalam 3 lapangan kejuruan, yakni industri, pertanian dan management. Untuk daerah-daerah pedesaan dan tempat-tempat yang jauh letak- nya dari pusat-pusat latihan kerja selama Repelita I telah di-sediakan 19 unit latihan kerja keliling. Sementara itu dalam rangka pemanfaatan tenaga kerja sukarela sarjana dan sar- jana muda selama Repelita I telah disebarkan tenaga-tenaga tersebut ke desa-desa melalui Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia. Tenaga Kerja Sukarela tsrsebut bertugas di daerah pedesaan selama 2 tahun. sebagai tenaga pelopor pembangunan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, ke-sehatan dan keluarga berencana, peningkatan produksi perta-nian, administrasi desa, pembangunan sarana-sarana irigasi, jalanan desa dan lain sebagainya. Selama Repelita I telah di manfaatkan 827 orang tenaga sarjana/sarjana muda ke daerah pedesaan melalui program ini.

Kecuali itu dalam lapangan perbankan hubungan perburuhan dan jaminan sosial telah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan hubungan perburuhan, masalah pengupahan, jaminan sosial, jaminan kecelakaan dan jaminan hari tua serta keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satu perkembangan penting dalam lapangan perbankan hubungan perburuhan selama Repelita I adalah dengan dibentuknya Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) setelah mengalami masa persiapan yang cukup lama. Dalam rangka pengembangan FBSI telah terbentuk 36 organi-sasi FBSI tingkat daerah dan cabang serta 15 organisasi la-pangan pekerjaan tingkat pusat, tingkat daerah, tingkat ca- bang dan tingkat basis.

Dalam rangka merumuskan kebijaksanaan upah yang tepat secara nasional telah dibentuk Dewan Penelitian Pengupahan

51

Page 64: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Nasional. Dewan ini berfungsi membantu merumuskan kebijak-sanaan-kebijaksanaan upah yang tepat sesuai dengan perkem-bangan pembangunan di berbagai sektor. Di daerah-daerah di mana terdapat banyak usaha usaha industri dibentuk pula Dewan Penelitaan Pengupahan Daerah. Selanjutnya telah dila-kukan perbaikan dan perubahan-perubahan di dalam Daftar Kebutuhan Fisik Minimum yang secara bertahap diusahakan untuk dipergunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan upah.

Untuk melengkapi usaha-usaha di bidang pengupahan maka selama Repelita I telah diusahakan adanya jaminan sosial yang menyeluruh yang mencakup antara lain jaminan hari tua dan jaminan kecelakaan. Selama masa Repedita I sejumlah 1.34.667 orang buruh dan keluarganya telah mengikuti pertanggungan (Dana Jaminan Sosial). Mereka tergabung di dalam lebih dari 1.000 perusahaan dari berbagai cabang kegiatan ekonomi seperti pengangkutan, pertambangan dan penggalian, industri besar dan kecil, perdagangan, bangunan dan lain sebagainya.

Untuk meningkatkan keselamatan kerja, selama Repelita I telah dilatih tenaga-tenaga pelatih di kantor-kantor resort te- naga kerja transmigrasi dan koperasi. Tenaga-tenaga pelatih tersebut selanjutnya melatih pula tenaga-tenaga pembina kesetamatan kerja pada perusahaan-perusahaan di daerah tugasnya. Sementara itu untuk meningkatkan kesehatan perusahaan dan kesehatan kerja telah dilakukan survey pada berbagai jenis perusahaan, misalnya penebangan dan pengolahan kayu, pabrik-pabrik tepung kapur dan tepung batu, perusahaan pengolahan karet dan lain sebagainya. Demikian pula telah dilakukan kunjungan terhadap sedikit-dikitnya 284 perusahaan yang mencakup 12.733 orang buruh.

Di bidang kesehatan, kegiatan-kegiatan pembangunan selama Repelita I terutama didasarkan atas kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai berikut: (1) lebih meningkatkan efisiensi dan lebih meratakan pelayanan kesehatan; (2) pengintegrasian usaha kuratif dan preventif; (3) rehabilitasi sarana kesehatan

52

Page 65: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

yang telah ada; (4) perhatian lebih besar terhadap daerah pe-desaan dan daerah pusat pembangunan; (5) memingkatkan dan memperluas tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan cara-cara dan pentingnya perawatan kesehatan.

Atas dasar pola kebijaksanaan tersebut pembangunan di bi-dang kesehatan dilaksanakan dengan pola prioritas sebagai berikut: (1) penangkatan pembangunan kesehatan yang me-nunjang program keluarga berencana; (2) meningkatkan pen-didikan kesehatan masyarakat; (3) pencegahan dan penang-gulangan wabah serta penyakit rakyat lainnya; (4) mening-katkan jumlah dan mutu tenaga kesehatan; (5) rehabilitasi/ pembangunan sarana kesehatan; dan (6) peningkatan peneli- tian dan survey (kesehatan).

Dengan landasan kebijaksanaan dan pola prioritas tersebut di atas pembangunan di bidang kesehatan dalam Repelita I di-laksanakan melalui program-program pendidikan kesehatan masyarakat, pengembangan sarana kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pemulihan dan peningkatan kesehatan, pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, pendidikan dan latihan (tenaga kesehatan), peningkatan penelitan dan survey (kesehatan), peningkatan hygiene dan sanitasi, penyempurnaan effisiensi aparatur serta penyempurnaan prasarana fisik pemerintahan.

Kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat selama Repelita I terutama dilaksanakan melalui pembentukan unit pendidikan kesehatan masyarakat di daerah-daerah, lokakarya/latihan para petugas, pengembangan tenaga ahli, pengembangan me-tode, penelitian, serta penerbitan/pengadaan alat dan media komunikasi pendidikan kesehatan masyarakat. Dalam rangka kegiatan tersebut selama Repelita I telah diselesaikan pendi-dikan 45 orang tenaga ahli pendidikan kesehatan masyarakat, sebagai kelompok inti yang akan mengembangkan tenaga peIaksana di bidang pendidikan kesehatan masyarakat selanjutnya. Demikian pula selama Repelita I telah diserlenggarakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang meliputi sekitar 24.000 buah sekolah dan mencakup hampir 5,5 juta murid.

Page 66: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

53

Page 67: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam pada itu usaha pengembangan sarana kesehatan dalam Repelita I mencakup kegiatan-kegiatan rehabilitasi/pembangunan sarana kesehatan, yakni Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan, Pasat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), rumah sakit propinsi dan kabupaten, rumah sa- kit vertikal, rumah sakit khusus, laboratorium kesehatan serta gudang/depot farmasi.

Jumlah BKIA selama Repelita I terus meningkat. Dalam ta-hun 1968 tercatat 5.300 buah BKIA dan kemudian meningkat menjadi 6.801 buah dalam tahun 1973. Untuk melaksanakan tugas pelayanan, terdapat sekitar 4.600 orang bidan yang be-kerja secara penuh pada BKIA. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa masih banyak BKIA yang tidak mempunyai tenaga bidan yang bekerja secara penuh.

Sementara itu dalam tahun 1968 tercatat 6.500 Balai. Pengobatan. Jumlah tersebut meningkat menjadi 7.590 buah dalam tahun 1969. Sementara itu selama Repelita I Balai Pengobatan tersebut berangsur-angsur digabungkan ke dalam Puskesmas sehingga jumlah Balai Pengobatan di luar Puskesmas dalam tahun, 1973 adalah 7.124 buah.

Demikian pula terdapat peningkatan jumlah Puskesmas se-lama Repelita I. Apabila dalam tahun 1969 tercatat 1.227 buah Puskesmas, maka dalam tahun 1973 telah meningkat menjadi 2.343 buah.

Sementara itu dalam rangka pengelolaan rumah-rumah sakit, selama Repelita I telah direhabilitir 9 buah rumah sakit umum vertikal, 19 rumah sakit umum propinsi, 57 rumah sakit umum Kabupaten/Kotamadya, 19 rumah sakit jiwa dan 9 rumah sakit khusus lainnya. Demikian pula telah dilakukan rehabilitasi dan perluasan terhadap pabrk farmasi pusat, depot farmasi pusat, lembaga farmasi nasional, depot farmasi propinsi, pembangunan unit penelitian obat-obatan di propinsi-propinsi serta pembangunan unit produksi obat-obatan di daerah-daerah.

Dalam rangka pemberantasan penyakit menular kegiatankegiatan selama Repelita I terutama ditujukan terhadap penya-

Page 68: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

54

Page 69: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

kit cacar, kholera, pes, tbc paru-paru dan frambusia. Pembe-rantasan penyakit cacar selama Repelita I memperoleh kema-juan-kemajuan penting. Penderita cacar terakhir tercatat pada bulan pertama tahun 1972 dan kemudian pada awal tahun 1974 oleh WHO Indonesua telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar. Sementara itu pemberantasan penyakit kholera selama Repefiita I telah menyebabkan menurunnya angka kematian penyakit kholera dari 35,8 % pada tahun 1969/70 menjadi 5,6 % pada tahun 1973/74. Demikian puta untuk pemberantasan penyakit TBC, selama Repelilta I telah diberikan vaksinasi BCG terhadap lebih dari 29 juta penduduk. Sementara itu telah ditemukan dan diberikan pengobatan terhadap lebih dari 29.000 orang penderita.

Kecuali itu dalam rangka pemberantasan penyakit frambu- sia selama Repelita I telah berhasil diadakan pemeriksaan terhadap sejumlah besar penduduk dan pengobatan terhadap hampir 80.000 orang penderita. Kegiatan pemberantasan penyakit frambusia sejak akhir Repelita I telah, dintegrasikan ke dalam kegiatan Puskesmas. Dalam rangka pemberantasan penyakit malaria selama Repelita I telah dilakukan penyemprotan dengan racun serangga terhadap hampir 8 juta rumah dan pemberian latihan terhadap lebih dari 27.000 orang tenaga untuk pemberantasan penyakit malaria. Dalam hal pemberantasan penyakit kusta dan penyakit kelamin selama Repelita I telah ditemukan 39.824 penderita kusta dan pengobatan terhadap lebih dari 12 juta penderita kusta. Demikian pula telah dilakukan pencegahan terhadap 20.000 sumber-sumber penularan penyakit kelamin dan penemuan sekitar 100.000 pende- rita penyakit kelamin.

Usaha pemulihan dan peningkatan kesehatan dalam Repelita I terutama meliputi kegiatan-kegiatan gizi, peningkatan kesehatan jiwa, peningkatan kesehatan gigi dam peningkatan kesehatan mata.

Dalam pada itu usaha penyediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) re-

55

Page 70: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

habilitasi/pembangunan laboratorium farmasi baik di pusat maupun di ibu kota Propinsi, (2) rehabilitasi pembangunan unit produksi obat infusa baik di pusat maupum hampir pada semua ibu kota Propinsi, (3) rehabilitasi/pembangunan gudang-gudang obat, (4) penyediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan untuk disebarkan ke daerah-daerah yang membutuhkan, (5) mendorong perkembangan pabrik farmasi swasta, apotik-apotik swasta maupun perkembangan toko-toko obat, (6) meningkatkan tindakan pengamanan terhadap obat-obatan yang beredar, (7) pengamanan terhadap bahan makanan, minuman, dan bahan kosmetika, dan (8) penyelidikan terhadap obat-obat asli.

Sementara itu kegiatan dalam lapangan pendidikan dan la-tihan tenaga-tenaga kesehatan terutama ditujukan untuk memberikan tambahan ketrampilan bagi tenaga kesehatan yang telah ada dan bersamaan dengan itu mengadakan pendidikan latihan untuk tenaga-tenaga baru yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dalam rangka ini telah direhabilitir 56 buah sarana pendidikan kesehatan dan telah diperkembangkan perpustakaan kesehatan, baik di pusat maupun di daerah-daerah.

Dalam, lapangan penelitian dan survey selama Repelita I telah dikembangkan Lembaga. Riset Kesehatan Nasional. Di samping itu telah diselenggarakan pula berbagai seminar untuk disumbangkan bag perkembangan pembangunan di bidang kesehatan.

Dalam lapangan peningkatan hygiene dan sanitasi selama Repelita I telah dibangun 109 proyek air minum perpipaan, 15 proyek perlindungan mata air, 8 sumur artetis, dan berbagai bentuk penyediaan sarana air minum pedesaan lainnya. Kecu- ali itu telah dibangun pula 2.405 jamban keluarga.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas dalam rangka penyempurnaan efisiensi aparatur dan prasarana fisik pemerintahan dibidang kesehatan selama Repelita I antara lain telah disediakan fasilitas-fasilitas tempat kerja, perumahan, angkutan, dan peralatan-peralatan kerja lainnya.

Page 71: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

56

Page 72: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Di bidang keluarga berencana kegiatan-kegiatan selama Repelita I terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi, pelayanan medis, pendidikan dam latihan, pengembangan logistik, pencatatan dan pelaporan, serta penelitian dan penilaian keluarga berencana.

Penerangan keluarga berencana dilakukan melalui pene-rangan umum (surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain sebagainya), penerangan kelompok (pemimpin-pemimpin ma-syarakat, alim ulama, Angkatan Bersenjata, pegawai dan lain sebagainya), penyuluhan wawan muka dan pendidikan ke-pendudukan. Khususnya kegiatan penyuluhan wawan muka untuk sebagian besar dilakukan oleh Pe- tugas Lapangan Ke-luarga Berencana (YLKB). kegiatan ini ditujukan tidak hanya untuk menambah jumlah akseptor baru akan tetapi sekaligus ditujukan pula untuk menjaga kelangsungan akseptor yang telah ada. O1eh karena itu selama Repelita I jumlah tenaga YLKB terus ditingkatkan. Apabila dalam tahun pertama dan kedua Repelita I belum terdapat tenaga PLKB yang terorga- nisir, maka sejak tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang PLKB, kernudian meningkat menjadi 5.969 orang dalam tahun 1973/74. Sementara itu selama Repelita I telah dapat diselesaikan penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan dan telah dapat dirumuskan 26 bahan pelajaran dari 26 judul.

Untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana, selama Repelita I jumlah klinik-klinik keluarga berencana terus di-kembangkan. Di samping memberikan pelayanan keluarga berencana, klinik-klinik tersebut sekaligus memberikan pela-yanan pula untuk meningkatkan kesehatan, khususnya bagi ibu dan anak jumlah klinik keluarga berencana telah mening-kat dari 727 buah dalam tahun 1969/70 menjadi 2.235 buah dalam tahun 1973/74. Perkembangan jumlah klinik tersebut membutuhkan penambahan tenaga yang melayani masyarakat untuk pelaksanaan keluarga berencana. Dalam rangka ini jumlah tenaga dokter yang melayani keluarga berencana (Jawa

57

Page 73: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

dan Bali) telah meningkat dari 412 orang dalam tahun 1969/70 menjadi 1.186 orang dalam tahun 1973/74. Demikian pula jum-lah tenaga bidan keluarga berencana telah meningkat dari 855 orang dalam tahun 1969/70 menjadi 2.241 orang dalam tahun 1973/74. Untuk daerah-daerah yang terpencil, selama Repelita I telah dikembangkan 89 buah team medis keliling keluarga berencana yang tersebar di daerah-daerah Jawa dan Bali. Sementara itu terhadap ibu yang baru melahirkan baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit dilakukan pendekatan khusus sehingga mereka itu secara langsung memperoleh pelayanan keluarga berencana.

Selanjutnya kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana selama Repelita I melipulti pelbagai jenis tenaga, antara lain dokter, bidan, perawat, Petugas Lapangan Keluarga Berencana, dukun dan pelbagai jenis tenaga lainnya. Selama Repelita I kegiatan ini meliputi pendidikan dan latihan 40.752 orang yang terdiri dari para petugas dari pelbagai lapangan.

Dalam hal logistik keluarga berencana selama Repelita I telah dicapai kemajuan-kemajuan. Hal ini antara lain nampak dari kenyataan bahwa produksi IUD telah mulai dilakukan di Indonesia (sejak akhir tahun 1973/74) dan penyediaan pil telah dilakukan melalui dana dalam negeri sedangkan sebelumnya pada umumnya bersumber dari bantuan luar negeri. Sementara itu kegiatan swasta dalam lapangan produksi alat kontrasepsi (misalnya kondom) telah mulai berkembang selama Repelita I.

Dalam lapangan pencatatan dan pelaporan keluarga beren-cana, sejak awal tahun 1971/72 telah dilaksanakan satu sistim pencatatan dan pelaporan yang berlaku seragam secara na-sional. Tujuan utama pembinaan sistim pencatatan dan pela-poran adalah untuk menyediakan data tentang jalannya pe-laksanaan program secara teratur dan terus menerus.

Sementara itu penelitian dan penilaian keluarga berencana selama Repelita I dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang mencakup penelitian data dasar, penelitian dalam rangka follow up, dan penelitian dalam rangka penilaian program.

58

Page 74: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Perkembangan pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I ditandai pula oleh terus meningkatnya jumlah akseptor baru. Apabila pada tahun pertama Repelita I (1969/70) jumlah akseptor baru berjumlah 53.103 orang, maka dalam tahun terakhir Repelita I jumlah akseptor baru telah mencapai jumlah 1.369 ribu orang. Dengan demikian jumlah akseptor baru selama Repelita I adalah sebanyak tiga juta orang lebih. Jumlah ini telah melampaui perkiraan jumlah akseptor baru selama Repelita I yang semula diperkirakan akan mencapai jumlah 3 juta orang.

Sementara itu pencatatan yang dilakukan mengenai akseptor baru dalam tiga tahun terakhir Repelita I menujukkan bebera- pa gambaran yang menarik. Ternyata misalnya bahwa pelaksanaan keluarga berencana makin mencakup kalangan penduduk berusia muda yang relatif masih memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan. Demikian pula nampak bahwa persentase turut sertanya kalangan masyarakat petani dalam pelaksanaan keluarga berencana makin bertambah meningkat. Kecuali itu peranan para Petugas Lapangan Keluarga Beren- cana makin bertambah penting. Hal ini ternyata misalnya dari kenyataan bahwa dalam tahun 1971/72 untuk sebagian besar para akseptor memperoleh keterangan tentang keluarga berencana dari petugas kesehatan sedangkan dalam tahun 973/ 74 untuk sebagian besar keterangan keluarga berencana diperoleh para akseptor baru dari para Petugas Lapangan Keluarga Berencana.

Di bidang agama selama Repelita I telah dilakukan kegiatankegiatan antara lain sebagai berikut : penyediaan sarana kehidupan beragama, penerangan dan bimbingan agama, peningkatan kesejahteraan perjalanan haji, bantuan dan bimbingan kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta, pembinaan perguruan tinggi agama, peningkatan mutu pendidikan guru agama, rehabilitasi dan peningkatan mutu madrasah negeri pembinaan dan bantuan kepada madrasah swasta/pondok pesantren, pembinaan pusat pendidikan dan latihan, penelitian

Page 75: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

59

Page 76: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

dan survey keagamaan serta penyempurnaan aparatur dan prasarana fisik pemerintahan.

Dalam rangka penyediaan sarana kehidupan beragama se-lama Repelita I telah dilaksanakan penyediaan 553.100 buah kitab suci bagi umat Islam, 55.331 buah kitab suci bagi umat Kristen/Protestan, 16.887 buah kitab suci untuk umat Katholik dan 32.812 buah kitab suci untuk umat Hindu/Budha. Pengadaan kitab-kitab suci tersebut, dimaksudkan sebagai usaha pendorong, sedangkan penyediaan kitab-kitab suci se- cara luas tetap berada dalam tanggung jawab masyarakat sendiri. Demikian pula telah diberikan bantuan untuk memba-ngun/merehabilitir 83 buah tem.pat peribadatan. Pembangunan mesjid Istiqlal telah memperoleh kemajuan, sehingga sudah dapat dimanfaatkan sebagai tempat peribadatan dan berbagai kegiatan lainnya.

Untuk penyediaan sarana guna melaksanakan nikah, talak dan rujuk, selama Repelita I telah dibangun 83 buah balai- nikah yang tersebar di berbagai daerah.

Kegiatan penerangan dan bimbingan agama selama Repeli- ta I terutama dilakukan melalui penerbitan buku/majalah dan khutbah agama, pemberian paket da'wah kepada suku-suku terasing, penyuluhan dan pembinaan mental agama bagi transmigran dan berbagai kegiatan lainnya.

Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan perjalanan haji selama Repelita I antara lain dilakukan melalui pemberian ban-tuan untuk pembangunan/perluasan asrama-asrama haji, khu-susnya dipelabuhan-pelabuhan penting di Indonesia.

Bantuan dan bimbingan kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta selama Repelita I meliputi pemberian bimbingan dan pengarahan terhadap aliran-aliran kepercayaan terhadap Tu- han Yang Maha Esa, pemberian bantuan kepada 423 buah lembaga keagamaan swasta, penyelenggaraan dialog antara pemuka-pemuka umat beragama, dan semimar-seminar da'wah serta berbagai kegiatan lainnya.

Page 77: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

60

Page 78: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Sementara itu selama Repelita I telah dibina 14 buah Insti- tut Agama Islam Negeri (IAIN) induk, yang meliputi 103 buah fakultas dan tersebar pada 16 Propinsi. Di samping itu telah dilakukan pula kegiatan-kegiatan ilmiah seperti lokakarya mengenai metode pendidikan agama pada sekolah lanjutan dan lain sebagainya.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan guru agama, selama Repelita I telah dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi gedung-gedung PGAN meliputi pembangunan ruang belajar, ruangan perpustakaan, asrama pelajar dan sebagainya. Selama Repelita I telah dibangun 59 gedung. PGAN, yang terdiri dari 2 gedung PGAN Hindu, 1 buah gedung PGAN Kristen dan 56 buah gedung PGAN Islam. Kecuali pembangunan gedung, se-lama Repelita I telah diselenggarakan latihan/kursus bagi guru-guru agama lulusan UGA yang diikuti oleh hampir 5.000 peserta.

Untuk meningkatkan mutu madrasah negeri, selama Repe- lita I telah dilaksamakan pembangunan madrasah Ibtidaiyah Negeri teladan, rehabilitasi gedung madrasah Ibtidaiyah Ne- geri, penyediaan lebih dari 110.000 buku-buku ketrampilan prakarya dan pelajaraan agama, serta pembinaan dan bantuan kepada madrasah swasta/pondok pesantren.

Melalui pusat pendidikan dan latihan agama, selama Repe- lita I telah dilakukan pendidikan dan latihan terhadap para pejabat pimpinan pusat dan daerah, inspeksi pendidikan aga-ma, inspeksi penerangan agama, petugas pencatat nikah, dan hakim agama.

Demikiau pula telah dilakukan survey keagamaan, antara lain survey tentang metodologi pendidikan agama pada seko lah umum, survey tentang sistim dan metode pendidikan aga- ma pada sekolah agama, dan lain sebagainya.

Dalam rangka penyempurnaan aparatur dan prasarana fi- sik pemerintahan, perhatian terutama diberikan kepada penyempurnaan dan penertiban di Lapangan administrasi kepe-

61

Page 79: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

gawaian dan keuangan. Dalam hubungan ini tetah diambil langkah-langkah penertiban kepegawaian khususnya mengenal pengangkatan guru-guru agama melalui prosedur Ujian Guru Agama (UGA).

Di bidang kesejahteraan sosial selama Repelita I kegiatan pembangunan terutama dilakukan untuk pembinaan kesejah-teraan sosial desa, pembinaan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, pembinaan kesejahteraan anak dan taruna, pengembangan masyarakat suku-suku terasing, pembinaan kesejahteraan pejuang dan pahlawan, rehabilitasi penderita cacat, rehabilitasi tuna karya, rehabilitasi korban bencana alam, pendidikan dan latihan, peningkatan penelitian dan sur-vey, peningkatan efisiensi dan penyempurnaan prasarana fisik serta perencanaan perundang-undangan di bidang pemba-ngunan kesejahteraan sosial.

Pembinaan kesejahteraan sosial desa terutama ditujukan untuk mengembangkan kemampuan Lembaga Sosial Desa (LSD) agar dapat menjadi tempat penyalur turut sertanya masyarakat secara sadar dalam usaha perbaikan lingkungan dan kehtdupannya. Dalam rangka ini selama Repeita I telah dilaksanakan kursus ketrampilan bagi anggota LSD yang meliputa segi-segi kepemimpinan, teknik pekerjaan sosial dasar, maupun keahlian-keahlian praktis yang diperlukan untuk perbaikan kehidupan sosiai ekonomi masyarakat. Pada tahun terakhir Repelita I telah tercatat 50.109 buah LSD yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam rangka pembinaan kesejahteraan keluarga dan ma-syarakat selama Repelita I telah berhasil dibina 2.700 keluarga di desa-desa di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Sementara itu pada tahun terakhir Repelita I tercatat 815 buah Pusat Kegiatan Kesejahteraan Keluarga dan Anak (PK3A).

Dalam lapangan pembinaaan kesejahteraan anak dan taruna selama Repelita I telah dilakukan penyantunan 105 anak remaja yang menjadi korban narkotika. Di sampnng itu dise-

62

Page 80: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

dikan pula fasilitas berupa 2 buah panti pendidikan anak tuna sosial serta fasilitas rehabilitasi sosial remaja yang terlibat dalam penyalah gunaan narkotika. Untuk mengembangkan dan menyalurkan bakat anak-anak remaja di luar sekolah dikembangkan kegiatan program karang taruna dengan mem- berikan bimbingan penggunaan waktu luang yang berman- faat. Sampai dengan akhir Repelilta I terdapat 333 buah karang taruna yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Pemecahan persoalan anak-anak terlantar dan anak yang terhambat perkembangannya, diusahakan antara lain melalui perawatan dan panti anak-anak yatim piatu dalam panti asuhan, anak-anak tuna netra daam panti guna dan lain seba- gainya. Hingga tahun terakhir Repelita I tercatat 287 panti asuhan, 60 persen di antaranya diselenggarakan oleh masya- rakat sendiri.

Dalam hal pengembangan masyarakat suku terasing, selama Repelita I telah berhasil dilakukan pendekatan dan bimbingan terhadap 6.585 kepala keluarga, sedangkan jumlah anggota masyarakat sukku terasing seluruhnya yang sementara dapat diketahui adalah sekitar 1,6 juta orang.

Dalam rangka usaha pembinaan kesejahteraan pejuang dan pahlawan, selama Repelita I tehah dilaksanakan pemeliharaan/ perbaikan makam-makam pahlawan dan taman makam pah-lawan, penulisan riwayat hidup 57 orang pahlawan nasional, bantuan kesejahteraan/ pendidikan terhadap keluarga pahla wan nasional dan berbagai kegiatan lainnya. Sementara itu untuk para penderita cacat tubuh, cacat mental dan cacat tuna netra selama Repelita I telah diusahakan membangun asrama-asrama, ruang latihan kerja, perlengkapan rehabili tasi dan lain sebagainya. Di samping itu terhadap tuna karya telah diberikan latihan-latihan ketrmpilan kerja yang pro- duktif dan kemudian menyalurkannya ke daeraah-daerah pertanian di luar Jawa di samping penyaluran pada 1ingkungan daerahnya masing-masing.

Page 81: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

63

Page 82: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Korban-korban bencana alam, baik yang berasal dari daerah banjir maupun dari daerah bencana kelaparan, disalurkan ke daerah-daerah pertanian terutama di Sulawesi Tenggara, Sula-wesi Selatan, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Lampung.

Untuk meningkatkan ketrampilan para pekerja di bidang kesejahteraan sosial, selama Repelita I telah diselenggarakan pendidikan dan latihan pekerjaan sosial baik untuk tenaga tingkat tinggi, menengah maupun tenaga laapangan.

Sedangkan kegiatan penelitian dan survey terutama dituju-kan untuk mendapatkan data yang tepat bagi penyempurnaan kebijaksanaan dan metode pelayanan sosial yang sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia.

Dalam pada itu untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tu-gas-tugas di bidang kesejahteraan sosial telah disiapkan bebe-rapa Rancangan Undang-undang (RUU) antara lain RUU tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial, tentang pemberan-tasan gelandangan dan pengemis, tentang pokok-pokok kese-jahteraan anak, dan lain sebagainya.

Di bidang transmigrasi, kegiatan selama Repelita I sekaligus juga diarahkan untuk penyediaan tenaga kerja bagi proyek-proyek pembangunan di luar Jawa, Bali dan Lombok. Proyek-proyek pembangunan tersebut antara lain meliputi proyek per-tanian pasang surut, proyek pertanian di luar pasang surut, per-kebunan, perikanan, ekspor kayu dan hasil-hasil hutan lainnya.

Agar pelaksanaan program transmigrasi dapat berjalan de-ngan lebih efektif maka ditentukan prioritas-prioritas, baik untuk daerah asal maupun daerah penempatan transmigrasi. Dalam hubungan ini maka dengan keputusan Presiden No. 1 tahun 1973 telah ditetapkan sebagai daerah asal transmigrasi adalah Jawa, Bali, dan Lombok. Kemudian dengan keputusan Presden No. 2 tahun 1973 dan keputusan Presiden No. 12 tahun 1974 telah ditetapkan sebagai daerah penempatan transmigran adalah Propinsi-propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, serta Sulawesi Tengah.

64

Page 83: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Perkembangan pelaksanaan penempatan transmigran selama Repelita I adalah sebagai berikut: (1) tahun 1969/70 sebanyak 3.933 Kepala Keluarga (KK) ; (2) tahun. 1970/71 sebanyak 4.438 KK; (3) tahun 1971/72 sebanyak 4.171 KK; disamping itu dalam tahun 1973/74 terdapat pula transmigrasi spontan bantuan Presiden yang berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali sejumlah 133 KK (sampai Maret 1974).

Di bidang koperasi usaha-usaha pembinaan ditujukan untuk mengembalikan koperasi kepada landasannya yang murni. Guna mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, telah diambil suatu kebijaksanaan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pertumbuhan koperasi. Bimbingan dan pembinaan ini bersifat pendidikan, penyuIuhan, pengembangan organisasi dan managemen koperasi, pengawasan dan bimbingan usaha.

Dalam pada itu jumlah koperasi telah meningkat dari 13.949 pada tahun 1969 menjadii lebnh dari 18.000 pada tahun 1973. Yang terbesar peningkatannya adalah pada koperasi primer. Koperasi primer tersebut dalam tahun 1969 berjumlah 13.315 kemudian meningkat menjadi 17.589 pada tahun 1973. Jumlah anggota koperasi primer juga telah meningkat dari 2,7 juta orang pada tahun 1969 menjadi hampir 2,9 juta pada tahun 1973.

Sementara itu untuk meningkatkan modal dan usaha kope-rasi telah disediakan pula jaminan kredit koperasi. Hal ini di-maksudkan agar koperasi dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dari bank di dalam usaha mendapatkan kredit. Jumlah yang disediakan untuk jaminan kredit koperasi adalah sebesar Rp. 100 juta dalam tahun 1971/72, kemudian sebesar lebih dari Rp. 840 juta dalam tahun 1972/73 dan sebesar Rp. 2,5 milyar dalam tahun 1973/74.

Di bidang perumahan, kegiatan program pembangunan perumahan selama Repedita I pada dasarnya masih terbatas pada usaha-usaha persiapan dan perintisan. Persiapan tersebut meliputi- segi-segi teknis teknologis seperti penelitian konstruksi dan peningkatan mutu bahan bangunan di laboratorium. Per-

Page 84: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

65

411234- (5).

Page 85: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

cobaan di lapangan dilakukan berupa pembangunan contoh per- umahan kota dan desa. Hal ini sekaligus ditujukan pula untuk memanfaatkan dan menerapkan bahan bangunan baru yang murah maupun barang bangunan lokal serta menemukan sis- tim kontruksi bangunan massal yang dapat dilakukan oleh tenaga setempat untuk membangun perumahan murah, kuat dan sehat. Di samping pembinaan teknis pembangunan, juga dilakukan persiapan pembentukan, unsar unsur kelembagaan serta landasan hukun bagi pengaturan dan pengarahan pembangunan perumahan.

Selama Repelita I pembangunan perumahan contoh secara keseluruhan berjumlah 1.039 unit yang tersebar di berbagai daerah. Dalam pada itu telah dibangun pula 126 unit contoh pemugaran perumahan desa dari berbagai daerah. Selain dari pada itu selama Repelita I dalam rangka pembinaan arsitektur tradisional daerah dan menunjang program kepariwisataan te-lah dibangun contoh perumahan-khusus di Bali 4 unit, di Yog-yakarta 8 unit dan di Surabaya 16 unit.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan perumahan dan pembiayaan pembangunan perumahan telah diselesaikan perumusan dan persiapan pembentukan badan/institusi penunjang pembangunan perumahan yakni: Badan Kebijaksanaan Pembangunan Perumahan Nasionad, Bank Hipotik Perumahan dan Badan Pembangunan Perumahan Nasional.

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut telah diselenggarakan pula kursus tingkat regional pemugaran runah desa, pameranpameran, penelitian perumahan, penyelidikan laboratorium dan lain sebagainya. .

Dalam lapangan perencanaan tata kota dan tata daerah se-lama Repelita I telah dapat diselesaaikan rencana induk untuk 7 ibukota Propinsi dan 2 kota lainnya, rencana garis besar untuk 45 kota serta rencana khusus untuk beberapa kota Demikian pula telah dapat diselesaikan studi pengembangan lingkungan perkotaan (Jakarta) dan studi pengembangan lingkungan per perkotaan (Jakarta) dan studi pengembangan regional (Sumatera bagian selatan).

Page 86: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

66

Page 87: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Di bidang penyediaan air minum, selama Repelita I telah di-laksanakan peningkatan produksi air minum sebesar 6.222,5 liter/detik. Dengan demikian kapasitas produksi air minum pada akhir Repelita I keseluruhannya menjadi 15.222,5 liter per detik.

Selain penambahan kapasitas air minum tersebut di atas, dalam Repelita I telah diselesaikan beberapa survey, studi-studi persiapan maupun perencanaan fisik penyediaan air minum.

Selanjutnya dalam rangka pembinaan perusahaan air minum telah diselenggarakan penataran dan latihan tenaga dari berba- gai tingkatan. Demkian pula telah diadakan penelitian desa- linasi air laut untuk kepentingan air minum, model instalasi air minum, pembuatan alat-alat pengujian air minum, dan lain sebagainya.

Sementara itu kegiatan assainering dalam Repelita I antara lain telah berhasil menyelesaikan survey/perencanaan assai-nering untuk 7 ibukota propinsi. Demikian pula telah diadakan pembangunan percontohan pada 15 kota. Dalam rangka pene-letian assainering selama Repelita I, telah selesai dibangun mo- del pembakaran sampah dan model pembuangan air kotor.

Di bidang administrasi dan aparatur pemerintah sejak tahun 1967 telah dimulai usaha-usaha perbaikan di bidang administrasi dan aparatur pemerintah. Dalam rangka Repelita I usaha-usaha tersebut merupakan bagian integral daripada usaha pembangunan yang lain, dan bahkan dimaksudkan untuk mendukung usaha pembangunan itu sendiri.

Usaha-usaha penyempurnaan itu mencakup antara lain pe-nempatan kembali kedudukan Lembaga-lembaga Negara Ter-tinggi/Tinggi sesuai dengan ketentuan UUD 1945, peningkatan kemampuan administrasi dan aparatur Pemerintah, baik tingkat Pusat maupun Daerah, penertiban lembaga-lembaga ekonomi keuangan, perbaikan di bidang kepegawaian, penyempurnaan tata hubungan kerja atar lembaga, penyempurnaan tatakerja, pengawasan dan penertiban-penertiban administrasi serta penertiban perusahaan-perusahaan negara.

67

Page 88: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam bidang Lembaga-lembaga Negara Tinggi di samping penegasan terhadap kedudukan serta hubungan kerja telah diadakan penyempurnaan organisasi personalia dari lembaga-lembaga negara tersebut di atas sehingga memungkinkan pe-ningkatan pelaksanaan fungsinya masing-masing sesuai dengan UUD 1945. Hal-hal penting dapat dikemukakan antara lain penyelenggaraan pemilihan umum yang berlangsung dengan aman dan tertib sehingga dapat terbentuk DPR dan MPR hasil pemilihan umum. Juga kekuasaan kehakiman, pembaharuan DPA dan BPK. telah ditetapkan masing-masing dengan UU agar Lembaga-lembaga tersebut dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana ditugaskan kepadanya oleh UUD 1945.

Mengenai bidang organisasi pemerintah pusat telah diadakan perumusan yang lebih tegas dan jelas tentang tugas pokok danfungsi departemen-departemen/lembaga-lembaga pemerintah non departemen serta penetiban dalam struktur organisasinya.

Mengenai susunan organisasi departemen-departemen/lembaga-lembaga non departemen secara terus menerus diusahakan perbaikannya agar merupakan wadah kegiatan yang tepat dalam rangka pelaksanaan tugas-tugasnya. Pada tahun akhir Repeli- ta I dengan bahan-bahan hasil penelitian yang menyeluruh ter-hadap aparatur pemerintah pusat telah disusun rencana per-baikan tugas pokok sebagai pengganti keputusan yang terdahulu dan dengan demikian diharapkan akan lebih meningkatkan kemainpuan dalam menjalankan tugas masa datang yang lebih besar.

Dalam bidang ini usaha-usaha perbaikan lain yang cukup penting antara lain, adalah pembentukan Badan Koordinasi Pe-nanaman modal/BKPM (Keppres No. 20 Tahun. 1973), dan pe- ninjauan kembali serta penegasan tugas pokok dan fungsi KUP yang diubah namanya menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) (PP No. 32/1972).

Page 89: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Berbagai upaya telah diusahakan untuk menjamin kesera- sian hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

68

Page 90: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Daerah. Mengenai administrasi dan aparatur pemerintah daerah telah dilakukan berbagai usaha perbaikan untuk meningkatkan kemampuannya, termasuk meningkatkan kapasitas absorbsi, dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Di antaranya ialah usaha memperkuat unit-unit perencanaan pada Pemerintah Daerah tingkat I, tingkat 11 dan juga desa, usaha membina Unit Desa serta persiapan UU tentang ketentuan-ketentuan pokok pemerintah di daerah untuk mengganti UU yang lama. Penyempurnaan juga dilaksakan terhadap administrasi keuangan daerah yang pada intinya adalah pemisahan anggaran belanja rutin dengan anggaran pembangunan daerah.

Langkah-langkah kegiatan di bidang lembaga-lembaga eko-nomi keuangan yang penting ialah pembinaan dan pengembangan daripada lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan di luar perbankan. Pengembangan pasar uang dan modal, pembentukan PT Bahana, PT IDFC, PT PDFCI, pembentukan PT Askrindo dan Jaminan Kredit Koperasi kesemuanya adalah merupakan usaha-usaha untuk memperlancar kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat serta pembangunan ekonomi pada umumnya.

Dalam rangka usaha menyempurnakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil atas dasar sistim karier yang dihubungkan dengan sistim jasa (menit sistem), telah diambil langkah-langkah yang terencana yang dilaksanakan secara bertahap.

Langkah-langkah itu antara lain adalah usaha dalam bidang perbaikan penghasilan pegawai. Pemberian. tambahan tunjangan kerja atas gaji pokok yang dilakukan tiap tahun menunjukkan pelaksanaan pembaharuan orientasi gaji yang didasarkan atas pekerjaan seseorang. Dalam rangka ini bersamaan dengan peningkatan disiplin kerja Pemerintah telah memberikan perangsang khusus kepada pegawai Departemen Keuangan sejak tahun 1970.

Kemudian dilakukan pula perbaikan pengurusan dan peng-hasilan pensiun. Telah diusahakan penyesuaian kembali ter-hadap pokok pensiun sehingga dengan demikian tidak akan ada

Page 91: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

69

Page 92: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

lagi perbedaan penghasilan antara bekas pegawai negeri yang digaji berdasar PGPS 1968 maupun berdasar peraturan-peraturan sebelumnya. Demikian pula pengurusan pensiun telah dipermudah sehingga pegawai yang dipensiunkan tidak perlu lagi berurusan dengan Biio Pensiun dan Tunjangan di Bandung.

Cara penyusunan serta perkembangan dalam bidang formasi kepegawaian juga menunjukkan gambaran yang lebih baik. Pada golongan-golongan kepegawaian II, III, dan IV terdapat kenaik- an persentasenya dilihat dari seluruh jumlah pegawai. Sedangkan untuk golongan kepegawaian I tampak penurunan.

Perbaikan-perbaikan juga dilakukan di bidang tata usaha kepegawaian.. Dalam hubungan ini telah dilakukan Pendaftar- an Ulang Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk menda-patkan data kepegawaian yang tepat, lengkap dan dapat dipercaya dan yang akan digunakan sebagai landasan pembinaan tata usaha kepegawaian yang tertib dan teratur.

Berbagai program pendidikan dan latihan telah diselengga-rakan, baik yang bersifat pre-service maupun in-service untuk kepegawaian, di antaranya juga untuk pegawai senior pada SESPA dan untuk bidang perencanaan dan pelaksanaan pada PPN.

Usaha-usaha pembinaan lainnya ialah dengan peningkatan jiwa korsa, antara lain dengan dibentuknya Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dengan Keppres No, 82 tahun 1971. Demikian pula pembinaan etika kepegawaian, pembatasan-pembatasan dalam rangka hidup sederhana, dan lain sebagainya.

Usaha-usaha perbaikan telah pula dilakukan mengenai tata hubungan kerja, terutama hubungan kerja antara lembaga yang menyangkut koordinasi institusionil dan keserasian pro-sedur-prosedur. Hal ini telah menghasilkan adanya pola-pola dan praktek hubungan kerja yang 1ebih baik. Hubungan kerja dan koordinasi ini merupakan bidang yang cukup penting oleh karena dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah terlihat

Page 93: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

70

Page 94: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

beberapa badan/lembaga pemerintah. Usaha-usaha perbaikan telah dilakukan antara lain dalam rangka pelaksanaan hubungan kerja dan koordinasi di bidang kegiatan-kegiatan perdagangan luar negeri, program keluarga berencana, pemrosesan aplikasi penanaman modal, peningkatan produksi pangan, pembelian padi, admdnistrasi pelabuhan dan lain-lain. Demikian pula dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan pembiayaan pembangunan.

Pada tingkat pengambilan keputusan tertinggi mengenai kebijaksanaan ekonomi dan pelaksanaannya telah disempurnakan Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional dengan Keppres No. 18 tahun 1973.

Pengawasan merupakan kegiatan yang secara terus menerus ditingkatkan, terutama dalam bidang keuangan. Usaha-usaha penertiban dan penyempurnaan dilakukan baik dalam segi prosedur maupun organisasi atau aparatur pengawasan itu.

Dalam hubungan ini telah dibentuk inspektorat-inspektorat jenderal dalam tiap departemen untuk melaksanakan peng-awasan intern departemen. Demikian pula telah diadakan penyempurnaan lainnya, termasuk penegasan fungsi Ditjen Pengawasan Keuangan Negara dan pembaharuan UU menge-nai BPK dengan UU No. 5 tahun 1973. Penunjukan Wakil Pre-siden untuk melaksanakan pengawasan dengan bantuan inspek-torat-inspektorat jenderal adalah juga dalam rangka meman-tapkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.

Penertiban dan perbaikan terhadap perusahaan-perusahaan negara terus dilakukan. Antara lain kegiatan usaha yang uta- ma adalah dalam rangka pengalihan PN-PN menjadi PERSE- RO. Hal ini perlu dilakukan melalui penelitian yang menilai tentang sehatnya sesuatu perusahaan tertentu. Dari 97 PN yang diusulkan, telah dijadikan PERSERO sebanyak 70 buah. Dari 70 ini ada yang merupakan penggabungan dari beberapa PN sebelumnya.

Mengenai sistim pembiayaan pembangunan telah pula diadakan perbaikan-perbaikan yang cukup penting, termasuk pula

71

Page 95: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

segi-segi yang menyangkut kelancaran mekanismenya. Prinsip "anggaran berimbang" dan pengembangan ke arah sistim "performance budgeting" tetap dipegang. Hal ini merupakan

suatu dasar yang penting, sebab seluruh pengeluaran harus diselaraskan dengan kemampuan penerimaan, serta menanamkan disiplin untuk melakukan kegiatan menurut rencana.

Perubahan-perubahan penting dalam prosedur penyusunan Anggaran dilakukan pula sejak tahun anggaran 1973/74. Hal ini dilakukan berdasar Keputusan Bersama Menteri Negara/ Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan tanggal 5 Juli 1972. Pokok-pokok penyempurnaan dalam prasedur penyusunan anggaran yang baru ini adalah diperlukannya pembuatan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran pembangunan dalam Daftar Usulan Kegiatan (DUK) untuk anggaran rutin. Apabila telah disetujui kemudian dituangkan dalam Daftar Usulan Proyek (DUP) dan Daftar isian Kegiatan (DIK). Selanjutnya diusahakan agar supaya hubungan antara anggaran, pembangunan dengan anggaran rutin dapat lebih serasi. Antara lain dalam DUP perlu, dicantumkan perkiraan jumlah pengeluaran rutin yang diperlukan setelah proyek selesai.

Sementara itu terus dilanjutkan usaha pengintegrasian sistim laporan ke dalam proses perencanaan proyek-proyek, misalnya dalam DUP untuk proyek-proyek lanjutan harus dicantumkan laporan mengenai pelaksanaan proyek yang bersangkutan sampai dengan kwartal I tahun anggaran sebelumnya.

Di samping itu diusahakan penyerasian proyek-proyek yang memperoleh bantuan proyek/bantuan teknik sehingga terdapat hubungan yang lebih jelas antara pembayaran rupiah dan ang-garan pembangunan serta pembiayaan yang berasal dari ban-tuan proyek/bantuan tehnik.

Mengenai prasedur pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, selalu dituangkan dalam suatu Keputusan Pre-siden, dan terus disempurnakan setiap tahun anggaran. Kepu-tusan Presiden No. 33 tahun 1969 disempurnakan dengan Ke-putusan Presiden No. 24 tahun 1970, dan kemudian disem-

72

Page 96: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

purnakan lagi dengan Keputusan Presiden No. 28 tahun 1972. Untuk tahun anggaran 1973/74 dengan Keputusan Presiden No. 28 tahun 1972, sedangkan untuk. tahun anggaran 1973/74 dengan Keputusan Presiden No. 11 tahun 1973.

Demikian pula telah dilakukan perbaikan-perbaikan dan pernberian dasar-dasar peraturan bagi pembiayaan proyek-proyek yang mendapat bantuan luar negeri serta sumber-sum-ber pembiayaan untuk proyek-proyek tersebut yang bukan dari anggaran (SK Menkeu No. Kep. 85/MK/I/3/1973).

Di dalam prosedur penyusunan dan pelaksanaan APBN tersebut, juga telah dimuat ketentuan-ketentuan tentang sistim laporan dan pengawasan keuangan negara. Laporan dan pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya kemacetan dan penyimpangan, sehingga pembiayaan benar-benar terarah kepada sasaran, dan proyek dapat dilaksanakan secara efektif. Demikian juga kemungkinan adanya pemborosan dan penyelewengan dapat lebih dicegah dengan adanya unsur pengawasan dalam prosedur tersebut. Pengawasan dilakukan dalam bentuk pengawasan preventif dan pengawasan represif. Pengawasan prevenatif terutarna diletakkan pada penciptaan peraturan mengenai pelaksanaan keuangan negara. Pengawaasam represif diarahkann pada pemeriksaan dan penilaian fisik terhadap suatu pelaksanaan yang telah dilakukan. Penilaian pengawasan represif ini tidak hanya di- tujukan kepada kenaikan dari jumlah obyek-obyek yang diperluas tetapi sarana pengawasan lebih diperjelas dan diserasikan dengan kemampuannya. Perkemb angan pengawasan proyek dalam rangka pengawasan khusus di dalam tahun 1.969/70 dilakukan terhadap 1.727 proyek. Demikian pula terdapat peningkatan atas unit yang diperiksa mengenai keka- yaan negara yang dipisahkan. Pada tahun 1969/70 jumlah unit yang diperiksa adalah 232 dan pada tahun 1973/74 adalah 335 buah.

Di bidang tertib hukum dan pembinaan hukum, selama Repelita I telah dilaksanakan usaha pembinaan tertib hukum

Page 97: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

73

Page 98: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

dan pembangunan hukum atas dasar kebijaksanaan (1) me-ningkatkan hukum dan perundang-undangan sebagai sarana penunjang pembangunan; (2) penegakan ; negara Republik Indonesaia sebagai Negara Hukum yang memberikan pengakuan hak-hak azasi manusria; (3) pembinaan tata hukum yang menjamin keamanan, ketertiban dan kepastian; (4) penyempurnaan admnistrasi peradilan yang cepat, tertib dan bebas serta tidak memihak; dan (5) peningkatan kemampuan alat-alat penegak hukum sebagai alat yang efektif dalam mewujudkan. keadilan dan kebenaran.

Khususnya keserasian fungsional antara lembaga-lembaga di bidang peradilan, yakni kepolisian, kejaksaan dan kehakiman, telah dimantapkan melalui tiga pertemuan berkala antara pimpinan lembaga-lembaga penegak hukum dalam, tahun 1967, tahun 1970 dan tahun, 1973. Selanjutnya kegiatan perundang-undangan telah ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen, pelaksanaan Ketetapan-ketetapan MPRS, usaha-usaha ke arah kodifikasi hukum nasional, serta peninjauan kembali perundangundangan agar lebih menunjang pembangunan. Demikian pula telah di usahakan beberapa perundang-undangan yang lebih memantapkan usaha pembangunan kesejahteraan sosial.

Usaha-usaha perluasan dan pembangunan. sarana kejaksaan, peradilan dan pemasyarakatan telah mendapat perhatian yang utama pula selama Repelita I. Usaha-usaha tersebut ternyata telah membantu peningkatan efisiensi kerja dari kejaksaan, badan-badan peradilan, keimigrasian dan administrasi hukum pada umumnya. Khususnya, rehabilitasi serta pembangunan sarana pemasyarakatan telah memungkinkan pengembangan sistim pemasyarakatan yang lebih sesuai dengan tujuan pemulihan kembali para narapidana ke dalam masyarakat setelah habis pidananya.

Akhirnya usaha-usaha pendidikan dan latihan berbagai tingkat dan galongan penegak hukum telah menghasilkan pe-ningkatan kemampuan teknis dan peningkatan jiwa

Page 99: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

pengabdian74

Page 100: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

sesuai dengan arah dan tujuan pembinaan tertib hukum dan pembangunan hukum.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang penerangan dalam Repelita I diarahkan untuk meningkatkan pengertian, kesa-daran, serta dukungan dan partisapasi masyarakat terhadap rencana dan usaha-usaha pembangunan. Pelaksanaan pemba-ngunan operasionil penerangan dilakukan dalam rangka usaha menciptakan iklim sosial yang menunjang pembangunan dan stabilitas nasional. Usaha-usaha kegiatan penerangan dilaku- kan melalui sarana komunikasi radio, televisi, film, pers, serta dengan penyelenggaraan penerangan langsung yang bersifat motivasi dan persuasi.

Pembangunan di lapangan alat-alat mass media ditujukan kepada usaha-usaha rehabilitasi dan pengembangan sarana-sarana komunikasi massa seperti radio, televisi, film dan pers.

Dalam hal pengembangan sarana radio, usaha ditujukan baik untuk rehabilitasi dan penyempurnaan studio dan peralatan, maupun usaha-usaha untuk meningkatkan isi dan mutu siaran.

Sementara itu telah dilakukan rehabilitasi dan pengembang-an studio dan stasiun relay televisi serta pembinaan tenaga-tenaga terlatih dalam rangka memperkuat peranan televisi se-bagai media penerangan.

Untuk mengembangkan sarana film, telah dilakukan pening-katan fasilitas berupa rehabilitasi studio, peralatan serta per-lengkapan laboratorium studio PFN, dan usaha-usaha untuk pengembangan industri film nasional.

Di lapangan pers, kebijaksanaan diarahkan bagi terbinanya pertumbuhan pers yang sehat dan bertanggung jawab, mem-punyai peranan dalam masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai saluran penerangan dan pendidikan di satu pihak, dan saluran penampung pendapat masyarakat yang konstruktif di lain pihak.

75

Page 101: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

Dalam rangka pembinaan personil, telah diusahakan pening-katan ketrampilan, mutu karya dan sikap dari para petugas-petugas penerangan dalam rangka peningkatan kemampuan untuk memperlancar pelaksanaan kebijaksanaan operasionil penerangan.

Dalam lapangan penelitian, telah dilakukan kegiatan-kegiat- an yang meliputi antara lain penelitian pelaksanaan penerangan operasionil dan sarana penerangan (mass media) dalam hubungan dengan usaha peningkatan penerangan.

Untuk penyempurnaan prasarana fisik telah dapat disele-saikan pembangunan gedung kantor pusat, serta beberapa Ge-dung Kantor Propinsi dan (5) Gedung Kantor Kabupaten.

Kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan statistik selama Repelita I terutama diarahkan kepada usaha rehabili- tasi lembaga-lembaga penelitian yang sudah ada, pembinaan tenaga ilmiah dan tenaga tehnisi, perluasan komunikasi dan informasi ilmiah serta melengkapi peralatan lembaga-lembaga penelitian. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat ter-capai perbaikan di bidang prasarana ilmiah serta peningkatan kemampuan lembaga-lembaga keilmuan, untuk memperbaiki mutu hasih-hasil penelitiannya.

Pelaksanaan penelitian selama Repelita I diselenggarakan oleh lembaga-lembaga penelitian yang berada dalam lingkungan berbagai Departemen, Universitas/Perguruan Tinggi, dan lembaga-lembaga penelitian lainnya.

Penelitian di bidang pertanian yang dilaksanakan selama Repelita I antara lain telah menemukan jenis padi unggul Pe- lita I/1 dan Pelita 1/2. Demikian pula telah dihasilkan penelitian untuk adaptasi 10 jenis kapas terhadap keadaan di daerah-daerah tertentu. Penelitian juga telah dilakukan mengenai perikanan laut, perikanan darat, dan teknologi hasil perikanan.

Penelitian di bidang kesehatan antara lain ditujukan untuk membina dan mengembangkan Lembaga Riset Kesehatan Na-

Page 102: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

76

Page 103: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

sional. Kecuali itu telah dilaksanakan pula 22. buah penelitian di bidang kesehatan, antara lain mengenai kemungkinan peng-gunaan kornea mata kera untuk dicangkokkan kepada manusia guna mengatasi kebutaan.

Dalam usaha meningkatkan penyediaan perumahan rakyat, selama Repelita I telah dilaksanakan penelitian yang berhu-bungan dengan peningkatan mutu bahan bangunan, konstruksi perumahan rakyat, produksi bahan bangunan, serta kegiatan penyuluhan.

Di samping itu telah dilakukan pula penyedidikan tentang masalah air minum dan asainering, khususnya penelitian de-salinasi air laut untuk keperluan air minum serta penelitian penjernihan air buangan dari rumah-rumah dan industri-indus-tri.

Di bidang pendidikan, selama Repelita I telah dilakukan pel-bagai kegiatan penelitian. Kegiatan utama penelitian di bidang pendidikan dilakukan melalui proyek Penilaian Nasional Pendi-dikan yang telah menghasilkan 215 buah laporan penelitian. Di samping itu selama Repelita I telah dilakukan pula penelitian dalam rangka pembaharuan sistim pendidikan, penyusunan kebijaksanaan dan program-program pendidikan untuk masa Repelita II dan lain sebagainya.

Kecuali itu selama Repelita I oleh berbagai lembaga-lembaga penelitian telah dilakukan penelitian-penelitian dalam lapangan ilmu pengetahuan alam, teknologi, ilmu sosial dan kemanusiaan, pengembangan komunikasi dan informasi ilmiah dan lain sebagainya. Di samping itu telah disediakan peralatan-peralatan untuk berbagai lembaga tersebut.

Dalam lapangan pengembangan statistik selama Repelita I telah dilakukan berbagai kegiatan untuk menyempurnakan mutu statistik sehingga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Kegiatan-kegiatan utama dalam rangka pengembangan sta-tistik selama Repelita I antara lain meliputi : (1) sensus pen-

77

Page 104: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun

duduk tahun 1971; (2) sensus pertanian tahun 1973; (3) sensus kopi tahun 1974; (4) penyempurnaan statistik bahan makanan (di Indonesia) ; (5) peningkatan sistim pengumpulan data, yang meliputi survey biaya hidup, harga-harga, industri besar dan sedang, perbaikan sistim statistik, perdagangan luar negeri dan antar pulau, serta peningkatan ketrampilan tenaga-tenaga statistik.

78

Page 105: IKHTISAR PELAKSANAAN REPELITA I · Web viewDalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun