Upload
ramram3
View
247
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sunda
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai suatu mata pelajaran memiliki karakteristik
yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Pada prinsipnya bahasa dan sastra
Indonesia merupakan sebuah fakta sosial, sarana komunikasi, pendekatan
pembelajaran bahasa dan sastra juga dipergunakan sehingga keduanya saling
terkait. Pada satu sisi bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan
sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai
alat kreatifitasnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas V aspek menulis menyajikan 1) menulis karangan 2) menulis
surat undangan, 3) menulis dialog sederhana, 4) menulis laporan pengamatan, 5)
menulis paragraf bebas yang disajikan dalam bentuk – bentuk latihan yang
dimulai dari pemahaman tema – tema dalam teks – teks dengan memantapkan
makna kosakata, struktur bahasa, kalimat, dan paragraf.(UU Sisdiknas, 2003).
Selama ini metode ceramah masih mendominasi strategi pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah – sekolah . Hal itu menyebabkan siswa pasif dalam
belajar bahasa sehingga perolehan hasil belajarnya tidak optimal. Pengalaman
belajar siswa pun sedikit. Siswa cenderung tidak mau belajar dari apa yang ada
di lingkungan sekitar yang pada hakikatnya bisa menjadi sumber pembelajaran,
siswa hanya memperoleh informasi dari guru. Akibatnya siswa tidak bisa
1
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada kenyataan kehidupan sehari –
hari yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan proses pembelajaran di
kelas, pada umumnya guru mengharapkan semua siswa memiliki motivasi,
minat yang baik, serta hasil belajar yang tinggi. Namun kenyataannya hal itu
sulit dicapai khususnya pada aspek menulis pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi, minat, dan
kemampuan siswa. Akan tetapi, faktor strategi penyampaian materi
pembelajaran yang kurang menarik patut dicatat sebagai faktor penyebab
rendahnya minat dan hasil belajar siswa.
Hal ini tidak jauh berbeda terjadi di Sekolah Dasar Negeri Pamotan
03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Model pembelajaran yang diterapkan
masih menggunakan metode pembelajaran klasikal. Kebanyakan guru di
Sekolah Dasar Negeri Pamotan 03 dalam menyampaikan materi pelajaran
menggunakan metode ekspositori. Hasil pembelajaran yang ditunjukan siswa
kelas V masih sangat rendah. Terbukti pada hasil tes formatif (ulangan harian)
aspek menulis karangan semester I tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan rata-
rata nilai ulangan siswa 6,0. Hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar siswa antara lain media yang digunakan guru, kemampuan guru mengemas
pembelajaran, daya tangkap siswa, dan metode pembelajaran yang diterapkan.
Strategi penyampaian pelajaran yang cenderung besifat eksplanatori
seperti metode ceramah sangat kuat diduga sebagai penyebab rendahnya minat
dan hasil belajar tersebut. Oleh karena itu, agar minat siswa dalam mengikuti
2
pelajaran dan prestasi belajarnya meningkat guru perlu mengadakan perbaikan
proses pembelajaran.
Mengarang adalah kegiatan menulis bahasa atau merangkai bahasa.
Melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan bukan persoalan biasa
dan mudah. Tujuan pelajaran ini adalah melatih siswa dapat menggunaan
bahasa tulis. Pelaksanaan kegiatan mengarang bagi siswa kelas III – VI
hendaknya diarahkan pada penyusunan dan pengembangan paragraf.
Pengetahuan tentang paragraf sangat penting dalam kegiatan memahami
karangan. Sebuah karangan akan mudah diketahui dimana suatu pokok pikiran
dimulai, dikembangkan dan diakhiri. Kemampuan menyusun paragraf sangat
diperlukan dalam kegiatan mengarang di sekolah, agar siswa memiliki
keterampilan sebaik mungkin dalam aspek menulis. Menulis sebagai salah satu
aspek keterampilan bahasa yang di dalamnya terdapat sejumlah kegiatan
yang harus dikuasai siswa.
Dari uraian di atas, terlihatlah betapa pentingnya kedudukan paragraf
dalam kegiatan mengarang, agar dapat menghasilkan karangan dengan
susunan yang baik diperlukan kemampuan menulis paragraf. Untuk dapat
menulis paragraf dengan baik diperlukan penguasaan tentang paragraf.
Pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, memerlukan media
pengajaran yang menarik dan inovasi yang berkesinambungan meskipun
media yang menarik tidak identik dengan media yang mahal. Media belajar
akan lebih baik bila melibatkan banyak indera dan siswa akan menguasai hasil
belajar dengan optimal jika dalam belajar siswa dimungkinkan menggunakan
sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran”. Dengan
3
adanya media, siswa tidak saja mengaktifkan indera pendengarannya dan
mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga indra penglihatan, perasa, dan
sebagainya. ( Dadan Djuanda, 2006). Salah satu media yang dapat dimanfaatkan
oleh guru sebagai penunjang hasil pembelajaran agar maksimal adalah media
gambar seri dalam materi menulis karangan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Berdasarkan pengamatan dan bukti empirik selaku pengampu mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri Pamotan 03 Kecamatan
Dampit Kabupaten Malang bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khusus kelas V dengan materi menyusun karangan masih banyak siswa
mempunyai beberapa kesulitan di antaranya rendahnya keterampilan
menyusun paragraf . Faktor yang menjadikan rendahnya kemampuan siswa
dalam menulis karangan narasi siswa adalah kurang pengetahuannya siswa
dalam cara menulis narasi dan faktor lingkungan. Selain itu strategi dan media
pembelajaran yang di gunakan oleh guru kurang bervariasi karena siswa
belum terbiasa memnafaatkan media dalam menyusun paragraf.
Pengajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori-teori atau
siswa lebih banyak mendapatkan pelajaran mendengar dari pada praktik
menulis, sehingga siswa kesulitan dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan
pikiran kedalam karangan, akibatanya tidak dapat melanjutkan kegiatan
menulis., khususnya menyusun paragraf dalam sebuah karangan di SDN
Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2013 /
2014. Informasi tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian
4
dan pertimbangan bagi usaha pembinaan dan pembelajaran aspek menulis
mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang dilaksanakan
dalam empat aspek, yaitu mendengar , berbicara, membaca dan menulis dan
merupakan pembelajaran yang wajib diberikan pada siswa. Meskipun berbagai
upaya telah dilakukan agar siswa lancar membaca, menulis , dan berbicara
namun tidak jarang ditemui ada beberapa atau sekelompok siswa yang mengalami
kesulitan dalam hal ini khususnya menulis.
Dari hasil pengamatan penulis pada akhir tahun pelajaran 2013/2014
kemampuan menulis paragraf siswa kelas V belum sesuai sehingga menulis
dianggap pelajaran yang membosankan. Dengan demikian penulis perlu
melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk mengidentifikasi penyebab dan
teridentifikasikannya cara menulis paragraf melalui media sehingga proses
pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas masalah –
masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaiman kemampuan siswa kelas V di SDN Pamotan 03 dalam
menyusun paragraf melalui media gambar seri ?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas V di SDN Pamotan 03 dalam
menyusun paragraf melalui media gambar seri ?
3. Bagaimana media gambar seri dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V di SDN Pamotan 03 dalam menyusun paragraf ?
5
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah Mendeskripsikan :
1. Kemampuan siswa kelas V di SDN Pamotan 03 dalam menyusun paragraf
melalui media gambar seri.
2. Aktivitas belajar siswa kelas V di SDN Pamotan 03 dalam menyusun
paragraf melalui media gambar seri.
3. Bagaimana media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
di SDN Pamotan 03 dalam menyusun paragraf melalui .
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Setelah berakhir penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi
secara positif baik teoritis maupun praktis ;
1. Kontribusi secara teoritis.
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis khususnya menyusun
paragraf di kelas V.
2. Kontribusi praktis.
Yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kontribusi tentang
pemanfaatan media gambar dalam menyusun paragraf yang diharapkan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengajaran
keterampilan menulis khususnya menulis paragraf bebas di kelas V .
6
3. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberi bantuan yang
berarti bagi pihak – pihak yang berhubungan dengan permasalahan
penggunaan media dalam menulis paragraf .
4. Sebagai informasi awal bagi peneliti selanjutnya.
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi. Karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka akan diformulasikan
sejumlah hipotesis kerja yang meliputi ;
1. Siswa kelas V SDN Pamotan 03 mampu menyusun paragraf dengan
menggunakan media gambar seri.
2. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V di SDN Pamotan 03 dalam
menyusun paragraf melalui media gambar seri
3. Media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SDN
Pamotan 03 dalam menyusun paragraf .
Kriteria untuk menentukan bahwa siswa tergolong mampu menulis kreatif
paragraf dengan memanfaatkan media adalah , ”Siswa kelas V SDN Pamotan
03 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat dikatakan mampu menyusun paragraf
melalui media gambar seri jika 80% atau lebih dari jumlah siswa mampu
memperoleh nilai ≥ 70.00 ”.
1.8 Definisi Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penelitian ini, maka perlu
disajikan definisi beberapa istilah yang menjadi kata kuncinya adalah sebagai
berikut .7
1) Kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan dan kepandaian seseorang
dalam melakukan kegiatan.
2) Paragraf .
(a) Paragraf adalah bagian dari karangan yang terdiri atas kalimat – kalimat
yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan
pikiran (Soedjito dan Hasan, 1986).
(b) Paragraf adalah satu – kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat
kalimat yang dipergunakan oleh orang yang mengarang sebagai alat
untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada pembaca.
(Tarigan 2008).
(c) Paragraf adalah bagian dari bab dalam karangan atau buku yang terdiri
atas seperangkat kalimat, yang tersusun secara logis dan sistematis yang
merupakan satu – kesatuan ekspresi pikiran pokok yang tersirat dalam
keseluruhan karangan atau buku (Syafi’ie, 1996).
3) Kemampuan menyusun paragraf
Adalah kesanggupan menunjukkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan
siswa dalam merangkaikan dan menggunakan kalimat ( kalimat topik dan
kalimat penjelas) sehingga terbentuk suatu paragraf.
4) Media Gambar Seri
Media yang dimaksud dalam kajian ini adalah media gambar seri dalam
pembelajaran yang hanya mempunyai unsur gambar, berupa gambar seri
sebagai media visual. Media gambar seri merupakan serangkaian gambar
yang terdiri dari dua hingga enam gambar yang menceritakan suatu
8
kesatuan cerita yang dapat dijadikan alur pemikiran siswa dalam
mengarang, setiap gambar dapat dijadikan paragraf. (Hasnindah, 2011).
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Penelitian Terdahulu
Diah Nur Puspa Fajrin dalam penelitian yang berjudul “ Upaya
meningkatkan Keterampilan Menyusun Paragraf pada Siswa Kelas IV SDN
Karangtengah Baru dengan Menggunakan Media Gambar. “ Hasil penelitian
menunjukkan pembelajaran menulis paragraf dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa kelas IV SD
Karangtengah Baru. Peningkatan keterampilan menulis paragraf pada Siklus I
sebesar 7,5 kondisi awal 61 meningkat menjadi 68,5 dan pada Siklus II sebesar
15,4 dari kondisi awal 61 meningkat menajdi 76,4.
Skripsi Riastuti Martikaningsih Jurusan PGMI Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga 2011 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Karangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Gambar Seri Di Kelas III MI
Muhamadiyah Jumoyo. Hasil penelitian menunjukakan bahwa pembelajaran
menulis karangan Bahasa Indonesia dengan penggunaan media gambar seri
ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan.
(Riastuti Martikaningsih “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan
Bahasa Indonesia Berdasarkan Gambar Seri Di Kelas III MI Muhamadiyah
Jumoyo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga ,2011)
10
Ade Suhailah Hasibuan Fakultas Bahasa dan Seni UNY Yogyakarta 2007
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan
Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas IV MIN Ngawen”.
Menunjukkan bahwa guru harus kreatif. Menulis sangat besar manfaatnya
khususnya bagi pendidikan. Menulis dapat menghasilkan ide-ide baru / kreatif.
Menulis dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan pemecahan masalah. Dengan
menulis seseorang dapat menyerap dan memproses informasi lebih banyak
sehingga wawasan dan pengetahuan akan bertambah ( Ade Suhailah Hasibuan “
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Menggunakan
Media Gambar Pada Kelas II MIN Ngawen, Skripsi, Fakultas Bahasa Dan Seni
UNY Yogyakarta 2007).
2. 2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Menulis Paragraf
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam
keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Menurut
isi dan bentuknya macam – macam karangan yang dapat diajarkan di Sekolah
Dasar dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Karangan Varslag ( Laporan ), Umumnya diberikan di kelas – kelas
rendah . Misalnya : Menceritakan kembali ( secara tertulis ) apa – apa
yang dialami dalam pengajaran lingkungan.
11
b) Karangan Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri ( Ekspresi jiwa ),
Misalnya : “Cita – citaku setelah tamat SD”. “Seandainya aku jadi raja”.
c) Karangan Reproduksi, Umumnya bersipat menceritakan / menguraikan
suatau perkataan yang telah di pelajari atau di pahami, seperti mengenal
ilmu – ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis dengan kata – kata sendiri apa
yang telah di baca dll.
d) Karangan Argumentasi, Karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa
dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikiranya berdasarkan alas an
yang tepat. (Purwanto dan Alim, 1997: 32 )
Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan
(1996: 19 ) adalah : “ Wacana dibentuk oleh paragraf – paragraf, sedangkan
paragraf dibentuk oleh kalimat – kalimat. Kalimat – kalimat yang membentuk
paragraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya
dan berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh
atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun
merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang
utuh “.
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi
atau lebih luas dari pada kalimat : paragraf merupakan kumpulan kalimat
yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan,
Berkaitan dengan paragraf Akhadiah, dkk (dalam Agus Suryamiharja, 1996 :4 ),
Menjelaskan bahwa “dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas
sampai kalimat penutup”.
12
Tarigan (2008:13 ) mengatakan bahwa paragraf adalah satu – kesatuan
ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh orang
yang mengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan
pikirannya kepada pembaca. Pendapat lain mengatakan bahwa paragraf adalah
bagian dari bab dalam karangan atau buku yang terdiri atas seperangkat
kalimat, yang tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu –
kesatuan ekspresi pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan
atau buku (Syafi’ie, 1996; 27). Dengan adanya pengertian dari beberapa
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraph adalah rangkaian
kalimat yang saling berkaitan dalam membentuk satu kesatuan ide, gagasan, atau
pokok pikiran.
Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah ; a) Sebagai penampung
dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan. b)
Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan,
1996: 18 ). Menurut Suriamiharja (1996 : 31 ) “Paragraf baik dan efektif harus
memenuhi tiga parsyaratan, yaitu ; a) Keraf (dalam Suriamiharja 1996 : 48)
mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan kohesi / kesatuan dalam paragraf
adalah semua kalimat yang membina paragraf secara bersama – sama
menyatakan satu hal, satu tema tertentu”. b) mengemukakan bahwa “yang
dimaksud dengan koherensi / keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan
hubungan antar sebuah kalimat denngan kalimat yang lain yang membentuk
paragraf itu”. c) “pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian
dari gagasan – gagasan yang membina paragraf itu”,
13
Suatu paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau
kalimat utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya
dalam bentuk – bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian
contoh, penganalisaan dan nilai – nilai.
2. 2.2.Media Pembelajaran
Nata Wijaya (1995: 43) manyatakan bahwa media merupakan alat bantu
atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa.
media itu dapat berupa benda atau perilaku. Benda dapat berupa: benda langsung,
seperti daundaunan, bunga, atau pensil. Bendabenda tiruan misalnya bola dunia .
Siti Meikhati. (1997: 26) menyatakan bahwa media sebagai alat yang bisa
menolong anak didik untuk lebih mudah mempelajari dan memahami pelajaran
dengan jelas atau menguasai isi pelajaran dengan baik.Sedangkan Departemen
pendidikan dan kebudayaan (1992: 38) memberi pengertian bahwa media adalah
alat yang dapat dipertunjukkan dalam kegiatan belajar mengajar. media
berfungsi sebagai pembantu memperjelas konsep, ide atau pengertian.
Media memberikan variasi dalam caracara mengajar dan memberi
pemahaman anak terhadap pelajaranpelajaran. Media ialah istilah yang sering
digunakan untuk menggantikan istilah Audio Visual Aids. Media itu dapat
dilihat, diamati, dirasa, diraba, dicoba, dan sebagainya, sehingga anak mudah
dalam menerima dan memahami suatu pelajaran. Media dapat mempertinggi
efektifitas belajar, baik bagi orang dewasa maupun bagi anakanak. Alat peraga
dapat membantu guru dalam memberikan pengalaman dan pelajaran pada
siswa melalui alat indra. Media harus merupakan bagian integral dari pelajaran
14
dan bukan merupakan hiasan.Anakanak harus dipersiapkan dan diperlakukan
sebagai peserta yang aktif, ikut serta bertanggungjawab terhadap hal-hal yang
terjadi selama pelajaran. Penggunaan kesempatan menggunakan media yang
dapat ditanggapi untuk melatih perkembangan bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Beraneka ragamnya media beserta sifatnya maka memaksa kita untuk
memilih secara tepat untuk menggunakannya secara tepat pula. Tujuan tertentu
kadang-kadang lebih mudah dicapai lewat benda-benda tiruan atau cukup
gambar-gambar saja. Oleh karena itu, pentinglah kiranya dilakukan memilih alat
– alat tersebut. Ada enam factor yang dapat diperguanakan sebagai
pertimbangan untuk memilih media sebagai berikut:
a) Faktor tujuan
media hendaknya dipilih yang paling menunjang pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.ini berarti materi yang
disajikan lewat media itu hendaknya mengarah pada tujuan.. Tujuan adalah
pertimbangan pokok dalam memilih alat peraga.
b) Faktor efektifitas
Tidak semua media dapat dipergunakan dalam setiap penyajian bahan
pengajaran diantara beberapa alternatif media yang sudah dipilih mana
yang dianggap yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. sekalipun kita mengenal pepatah “ tidak ada rotan akarpun jadi
“ maksudnya disini adalah kalau tidak ada pilihan lain media yang lebih
baik maka alat yang tersedia itulah yang paling efektif untuk
digunakannya.
15
c) Faktor siswa atau anak didik
Suatu media akan sangat cocok untuk mencapai tujuan tertentu. Tapi
kadang-kadang tingkat kesulitannya berada jauh di atas atau di bawah
kemampuan anak. media yang dipilih hendaknya benar-benar sesuai
dengan tingkat kemampuan anak. Begitu juga kecilnya kelompok anak
perlu dipergunakan sebagai pertimbangan dalam memilih alat peraga.
d) Faktor-faktor bahan media
Dapatlah media itu diperoleh dengan mudah untuk tersedianya media ada
beberapa alternative yaitu membuat sendiri, meminjam, menyewa,
membeli, atau droping dari pemerintah.
e) Faktor biaya
Adakah biaya untuk mengadakan media yang dipilih? Apakah biaya yang
digunakan seimbang dengan manfaat serta hasil hasil penggunaan? Apakah
tidak ada alat lain yang biayanya lebih murah tetapi memliki efektifitas
yang sama.
f) Faktor kualitas atau mutu teknis
Apakah alat yang dipilih itu kualitasnya baik jika menggunakan gambar
misalnya apakah masih memenuhi syarat sebagai media pendidikan,
bagaimana keadaan daya tahan alat tersebut? Demikian faktor-faktor yang
perlu kita pertimbangkan setiap kali memilih media untuk digunakan
dalam proses meningkatkan belajar mengajar. Kemudian bagaimanakan
yang dikatakan media yang baik?
16
Dalam buku pedoman pembuatan dan pemakaian media pendidikan
disekolah dasar menyebutkan sebagai berikut: a) Kondisi guru, b) Sederhana,
langsung mengemukanakan isi dan arti jelas dan bentuk yang benar dan tidak
membingungkan. Agar benar-benar efektif untuk membantu pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan media hendaknya digunakan dengan cara yang tepat
pula. Prinsip umum penggunaan media meliputi ;
a) tidak ada media yang dapat menggantikan kedudukan dan peranan guru
seratus persen,
b) tidak ada media yang dapat merupakan alat tunggal untuk mencapai
semua tujuan media tetentu, dalam kondisi tertentu pula,
c) media bukanlah hal yang disajikan kepada anak tetapi sekedar sebagai alat
Bantu untuk menanamkan pengertian,
d) media apapun yang hendak digunakan, partisipasi aktif dalam kegiatan
belajar yang harus tetap diusahakan,
e) media hendaknya digunakan secara bervariasi dan berimbang. Tidak ada
media yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain.
f) Penggunaan media apapun yang hendak digunakan. Persiapan yang teliti
dan matang harus tetap dilakukan,
g) Guru hendaknya kenal betul dengan media yang hendak digunakan.
17
2.2.3 Media Gambar Seri
Menurut Djamarah dan Zain (dalam Hasnindah, 2011: 39), secara umum
media dapat diklarifiksikan atas tiga jenis, yaitu; media auditif (mengandalkan
kemampuan suara), media visual (mempunyai unsur gambar), dan media audio-
visual (mempunyai unsur suara dan gambar). Media yang dimaksud dalam
kajian ini adalah media gambar seri dalam pembelajaran yang hanya
mempunyai unsur gambar, berupa gambar seri sebagai media visual.
Sapari (dalam Hasnindah, 2011: 43) mengemukakan bahwa :
Media gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terdiri dari 2 hingga 6
gambar yang menceritakan suatu kesatuan cerita yang dapat dijadikan alur
pemikiran siswa dalam mengarang, setiap gambar dapat dijadikan paragraf.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia gambar adalah tiruan benda, orang,
atau pandangan yang dihasilkan pada permukaan yang rata. Sedangkan seri
adalah rangkaian yang berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan
sebagainya.
Gambar seri yang dipakai dalam pembelajaran menulis karangan adalah
rangkaian gambar yang tersusun secara kronologis. Dari rangkaian gambar
tersebut maka akan membentuk sebuah cerita yang nantinya menjadi sumber
ide bagi siswa untuk mengarang yang sesuai dengan imajinasi anak terhadap
rangkaian gambar tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
gambar seri adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (bahan pembelajaran), yang berupa tiruan tiruan benda, orang atau
pandangan yang dihasilkan pada permukaan yang rata dengan adanya
rangkaian yang berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.
18
19
Gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terpisah antara satu
dengan yang lain tetapi memiliki satu-kesatuan urutan cerita. Gambar seri akan
sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan belum diurutkan. Gambar seri
akan memiliki makna setelah diurutkan berdasarkan pola-pola tertentu atau
sesuai dengan urutan sebuah cerita. Gambar seri digunakan sebagai media
dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan.
Baugh (dalam Suliman 1998:84) mengemukakan tentang perbandingan
peranan tiap alat indera kita. Semua pengalaman belajar yang dimiliki
seseorang dapat dipresentasikan yaitu : 90 % diperoleh melalui indera lihat, 5 %
melalui indera dengar, dan 5 % melalui indera lain. Pengalaman belajar manusia
sebanyak 75 % diperoleh melalui indera lihat, 15% melalui indera dengar dan
selebihnya indera lain. Bertolak dari yang dikemukakan oleh para ahli di atas
mengenai pengalaman belajar lebih banyak diperoleh melalui indera lihat,
maka dalam proses belajar mengajar diupayakan penggunaan media visual
sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran.
Kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus
sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dengan pelajaran
menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat
untuk membantu siswa dalam kemampuan mengarang.
Pendapat di atas menegaskan bahwa media gambar seri adalah media
yang berisi gambar-gambar berseri, di mana setiap gambar memiliki kaitan
antara satu dengan yang lainnya. Masing- masing gambar dalam media
gambar seri mengandung makna adanya alur dalam suatu cerita secara
bergambar yang harus disusun dengan baik. Jadi, penyusunan gambar harus
20
sesuai dengan alur cerita yang seharusnya sehingga mengandung makna
tertentu, dan gambar-gambar tersebut dapat dibuat dalam bentuk cerita atau
karangan yang menarik.
a. Fungsi Media Gambar Seri
Keberadaan media pembelajaran seperi media gambar seri memiliki fungsi
dan manfaat tertentu sehingga dapat mendukung proses pembelajaran yang
berkualitas. Fungsi dan maanfaat media pembelajaran akan sangat terkait
dengan bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan, seperti media
gambar yang sifatnya berseri atau terdiri dari beberapa gambar yang memiliki
keterkaitan antara gambar yang satu dengan yang lainnya.
Media gambar seri merupakan jenis media visual atau hanya
mempunyai unsur gambar. Adapun fungsi media visual dalam pembelajaran
menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2011: 67), yaitu: “fungsi afensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris”. Keempat fungsi media visual
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Fungsi atensi dari media visual, seperti media gambar seri yang dapat
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap
isi pelajaran yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Contohnya, ketika siswa bosan mendengarkan ceramah guru, maka guru
memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Ini dapat menarik perhatian dan konsentrasi siswa terhadap materi
pelajaran karena adanya media yang dapat dilihat langsung.
21
2) Fungsi afektif dari media visual, seperti media gambar seri yang
diperagakan oleh guru akan menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya
informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan belajar siswa akan lebih meningkat melalui
penggunaan gambar seri. Penggunaan gambar seri diupayakan
menggugah perasaan siswa tentang berbagai peristiwa melalui gambar-
gambar yang disajikan secara berseri.
3) Fungsi kognitif dari media visual, seperti gambar seri akan dapat
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Jadi, penggunaan
media gambar seri sebagai media visual akan meningkatkan daya pikir
siswa terhadap materi pelajaran.
4) Fungsi kompensatoris dari media visual, seperti media gambar seri akan
memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
dan dapat mengingat kembali. Hal ini sangat penting dalam
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal, karena murid dapat melihat secara langsung dan mengaitkan
dengan materi pelajaran.
Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2011: 74) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah :
22
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa untuk menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media memiliki fungsi yang
sangat luas dan penting, terlebih dalam dunia pendidikan, sebagaimana
digunakan guru dalam proses pembelajaran. Walaupun dalam pengadaan dan
pemanfaatannya senantiasa masih menghadapi berbagai kendala, baik karena
tidak disiapkan oleh pihak sekolah maupun k eterbatasan kemampuan guru
dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran, seperti gambar seri.
b.Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Seri
Berdasarkan model pembelajaran examples non examples (contoh dari
kasus/gambar yang relevan dengan KD), maka langkah-langkah penggunaan
media gambar seri dapat disusun sebagai berikut:
23
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memerhatikan atau menganalisis gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
7) Membuat kerangka karangan.
8) Membuat karangan.
c. Aktifitas Belajar Bahasa Indonesia
Aktifitas merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan
prestasi belajar. Menurut Sardiman (2006: 69), “tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas, itu sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar”. Keaktifan belajar dapat dilihat dari
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat di dalam
proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga prestasi belajar dapat dimaksimalkan.
Keaktifan belajar merupakan segala aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan siswa selama proses belajar mengajar di sekolah dalam rangka
mencapai tujuan belajar yang penekannya ada pada siswa, sebab dengan
adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi
belajar aktif. Aktifitas belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi
24
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas
guru dan siswa. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya
mendorong keterlibatannya secara aktif dalam proses belajar secara spontan
(Jihad dan Haris, 2009 : 58).
Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar.
Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka
aktualisasikan melalui aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Aktifitas siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang
harus dipahami dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat
dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subyek yang banyak melakukan
kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
John Dewey (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2010: 96) mengemukakan bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing
dan pengarah. Hal ini didukung pula oleh petunjuk Montessori (dalam Sardiman,
2006) bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan
diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan
merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
25
mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga
dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat
merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Iqra, Online) terdapat faktor-faktor
yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran, diantaranya :
1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).
5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7. Memberi umpan balik (feed back)
8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampua siswa selalu terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan setiap materiyang disampaikan di akhir pelajaran.
26
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa
dan sejauh mana siswa berperan serta berpartisipasi dalam pembelajaran selama
proses belajar mengajar di kelas. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri tentang paragraf dengan bantuan guru.
2.2.4 Materi Penelitian
Menulis sebagai suatu proses mengandung makna bahwa menulis terdiri
atas tahapan-tahapan. Tompkins (1994:79) menguraikan lima tahap proses
menulis, yaitu pramenulis (prewariting), penyusunan dan pemaparan konsep
(drafing), perbaikan (revising), penyuntingan (editing), dan penerbitan
(publising). Selain itu, Smalley,dkk. (2001:84) menyatakan bahwa tahapan
proses menulis itu meliputi pramenulis, membuat draf (menulis), dan merevisi.
Akan tetapi target tertinggi dari menulis sesungguhnya tidak seidelis hal
tersebut di atas. Targetnya adalah bagaimana seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya melalui tulisan.
Pelajaran menulis tentu harus di mulai dari pembiasaan, dan kerja keras
tentunya. Jika mengikuti tahapan-tahapan menulis yang dilakukan oleh penulis
profesional, maka menulis harus terlebih dahulu diawali dengan kegiatan
pramenulis. Akan tetapi di sekolah kegiatan pramenulis ini dilakukan secara
sederhana dengan cara memberi informasi atau pengetahuan yang berkaitan
dengan apa yang akan ditulisnya setelah guru menginformasikan pengetahuan
dasar yang akan ditulis, maka guru dapat membantu siswa untuk menemukan
27
pengetahuan barus sebagai tambahan untuk melengkapi informasi yang
diberikan guru. Untuk langkah awal inilah, guru dapat menggunakan media
pembelajaran berupa sebuah gambar atau pun gambar berseri (komik) untuk
selanjutnya dituliskan oleh siswa berdasarkan hasil pengamatan dari gambar
yang diberikan. Gambar yang disuguhkan kepada siswa harus bersesuaian
dengan informasi awal yan diberikan guru.
Misalnya guru memberikan gambar jenis gambar berseri agar supaya
siswa terbiasa menguraikan idenya secara runtut berdasarkan gambar yang
diberikan. Untuk tingkat menengah dapat diberikan satu gambar yang dapat
mewakili satu peristiwa penting untuk ditulisnya. Sebagai contoh dapat di lihat
pada gambar berikut:
2.1 Media Gambar
28
Melalui gambar seri ini siswa diharapkan mampu menuliskan peristiwa
yang terjadi secara berurutan berdasarkan gambar. Guru dapat membantu siswa
untuk mendiskusikan tema dari gambar disamping termasuk beberapa hikmah
atau nilai-nilai yang akan ditanamkan guru melalui cerita bergambar tersebut.
Dengan demikian siswa dapat memulai menulis berdasarkan urutan urutan
gambar yang disuguhkan kepada mereka.
Bentuk tulisannya boleh juga ditekanakan untuk menggunakan jenis
tulsan deskriptif atau menggunakan tulisan jenis narasi, agar siswa dapat secara
langsung menbedakan jenis-jenis tulisan.. Jika pengajaran menulis
menggunakan media pembelajaran untuk siswa lanjutan dapat menyuguhkan
gambar tunggal seperti gambar berikut.
Selain itu juga guru melalui gambar dapat menekankan atau menanamkan
nilai-nilai atau karakter tertentu kepada siswa melalu visualisasi gambar yang
diberikan sebagai berikut. Dengan melihat gambar, kita bisa menulis sebuah
karangan.
29
Perhatikan contoh berikut!
Setiap kali bangun pagi segera kubuka jendela kamarku. Kulihat bunga-
bunga indah bermekaran. Segera aku turun dari tempat tidurku dan bergerak
cepat. Tidak sabar rasanya ingin menikmati keindahan bunga-bunga yang
berwarna-warni di taman belakang rumah. Seminggu sekali aku menanam
bunga. Semakin hari taman belakang rumah penuh dengan bunga, hatiku senang
sekali. Tidak lupa bunga kusiram dan kuberi pupuk. Bunga-bunga di taman
belakang rumah pun tumbuh subur.
Contoh Kegiatan
Buatlah karangan dengan menggunakan gambar seri berikut ini! Perhatikan
ejaan, huruf kapital, dan tanda titik!
Gambar 2.2 Media Gambar Seri
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif yang menampilkan segala sesuatu yang terjadi secara alamiah, apa
adanya tanpa manipulasi. Peneliti berhubungan langsung dengan subjek
penelitian, data yang diperoleh berupa kata-kata dan lebih mementingkan proses
dari pada hasil. “Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah memiliki latar
alamiah, manusia sebagai alat (instrument), metode kualitatif, analisis data secara
induktif, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya
batas yang ditentukan oleh fokus, dan adanya keabsahan data” (Moleong,
2002:67).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). “PTK
yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional” (Suyanto, 1996: 91). PTK pada
penelitian ini terdiri dari dua siklus, hal ini karena Kompetensi Dasar (KD) pada
materi yang akan diteliti terdiri dari 3 indikator. Yang mana siklus I terdiri dari 2
indikator dan siklus II terdiri dari 1 indikator yang harus dicapai dalam
pembelajaran.
31
3.2 Kehadiran Peneliti
Peneliti sebagai pengelola instrumen mengandung arti bahwa peneliti sebagai
pengajar, pengamat yang mengamati langsung proses pembelajaran, pewawancara
dan pengumpul data, analisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian. Peneliti
dalam hal ini sebagai pengamat penuh dalam proses pembelajaran dan
mengharuskan peneliti untuk hadir langsung dalam kelas. Pada saat pengambilan
data peneliti dibantu oleh 1 orang observer yang akan mengamati jalannya proses
pembelajaran. Obeserver akan mengamati kinerja guru dan juga siswa dalam
kelompok mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pada siklus I dan Siklus II.
3.3 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit
Kabupaten Malang. PTK yang terdiri 2 siklus ini dilaksanakan pada bulan
Oktober sampai Nopember 2014 semester I. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V yang berjumlah 26 siswa dengan tingkat kemampuan akademis yang
heterogen.
3.4 Sumber Data
Data pada penelitian ini yaitu berupa: 1) langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran dengan mengambil sumber data dari guru; 2) aktivitas siswa dengan
mengambil sumber data dari siswa; dan 3) hasil belajar siswa dengan mengambil
sumber data dari siswa.
32
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi “ Menyusun
Paragraf Berdasarkan Gambar Seri “. diperoleh dengan cara menelaah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan merekam aktivitas guru pada
lembar observasi aktivitas guru.
2. Aktivitas siswa diperoleh d engan cara merekam aktivitas siswa pada lembar
observasi aktivitas siswa dan memberi angket pada siswa setelah
pelaksanaan pembelajaran selesai.
3. Hasil belajar siswa diperoleh dengan cara memberikan tes pada akhir
pembelajaran siklus I dan II.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran berupa lembar observasi aktivitas guru.
2. Instrumen aktivitas siswa berupa lembar observasi aktivitas siswa.
3. Instrumen hasil belajar siswa berupa soal “ Menyusun Paragraf Berdasarkan
Gambar Seri “.
3.7 Teknik Analisa Data
3.7.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Data diperoleh dari observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia
materi “Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri” yang diambil
33
menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Data aktivitas guru ini akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
3.5.1 Aktivitas Siswa
Data diperoleh dari siswa dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian hasilnya
dimasukkan dalam lembar observasi seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Kelompok Nama Jenis Aktivitas Skor Total
Skor (angka)
KategoriKM KS TJ P
Keterangan:
1. KM = Keterampilan Komunikasi,
2. KS = Kerjasama,
3. TJ = Tanggung Jawab, dan
4. P = Presentasi
5. Jenis aktivitas diisi dengan rentang skor 1 – 4
Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran data yang
sudah tercatat dalam lembar observasi aktivitas siswa dihitung rata-rata
frekuensinya dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini.
Skor (angka) = ∑ perolehan skor x 100%
16
34
Sedangkan data selengkapnya hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran
akan dipaparkan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data Nilai Aktivitas Siswa
No. Rentang Skor ∑ Siswa Kategori ∑ (%)1
2
3
80-100
60-79
0-59
Baik
Cukup
Kurang
3.7.3. Hasil Belajar
Untuk menentukan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa pada
setiap siklus, skor tes dari setiap siklus dibandingkan dengan KKM perseorangan
dan klasikal. Skor yang diperoleh siswa setiap akhir siklus selanjutnya
dinyatakan dalam bentuk persentase yang menyatakan ketuntasan belajar secara
klasikal. Menurut KKM SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten
Malang bahwa:
a. Secara perseorangan siswa telah tuntas belajar apabila daya
serapnya 80% untuk siswa kelas V, siswa dianggap mencapai
ketuntasan minimal (KKM) apabila mencapai skor tes ≥75.
b. Secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila telah mencapai 80% dari Σ
siswa yang mencapai daya serap minimal 70%. Ketuntasan belajar secara
klasikal dapat ditulis sebagai berikut.
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 X 100%
∑ siswa dalam kelas
35
3.6 Tehnik Analisa Data
Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini menggunakan dua siklus. Masing-
masing siklus dilaksanakan sesuai model yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2008) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
36
Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian
3.8.1. Observasi dan Refleksi Awal
Berdasarkan hasil observasi, SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit
Kabupaten Malang sudah menerapkan KTSP namun pada pelaksanaannya
masih belum optimal hal ini dapat diketahui bahwa pembelajaran di kelas lebih
sering menggunakan metode ceramah dan penugasan. Situasi kelas pada saat
pembelajaran tidak terlalu aktif sehingga informasi hanya berjalan satu arah
yaitu dari guru kepada siswa.
3.8.2. Siklus I
Tindakan siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada pada hari Selasa 8 Oktober 2013 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2013 Masing-masing pertemuan
mempunyai durasi waktu sama yaitu 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan.
a. Perencanaan
Instrumen pada pembelajaran yang akan direncanakan meliputi lembar
observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan soal evaluasi.
Rencana pertemuan ke-1 mengambil materi pokok “simbiosis”. Rencana tindakan
37
pertemuan ke-1 adalah sebagai berikut: a) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) materi Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri, b)
menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), c) membuat soal evaluasi d)
menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk pembelajaran, dan
e) membuat lembar observasi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus I secara umum berjalan sesuai dengan persiapan
yang telah direncanakan. Mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir telah dilakukan dengan baik. Namun demikian masih ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru seperti mainan kertas,
menggambar, berbincang-bincang dengan temannya, dan lain sebagainya.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh guru dan dibantu oleh 1 orang observer
selama pelaksanaan tindakan. Adapun yang menjadi fokus pengamatan adalah
sebagai berikut.
a. Pelaksanaan pembelajaran “ Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri”,
Selanjutnya data yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar observasi
aktivitas guru.
b. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar.
c. Pelaksanaan tes individual pada akhir siklus I atau akhir pertemuan.
38
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kelebihan-kelebihan dari pelaksanaan tindakan yang akan digunakan sebagai
acuan dalam tindakan berikutnya. Hasil observasi digunakan sebagai bahan
refleksi untuk perencanaan pada siklus II. Semua data hasil observasi
dimasukkan dalam lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti pada akhir siklus I. Hasil
refleksi menjadi acuan dan penyempurnaan tindakan pada siklus II. Inti
pembahasan adalah sebagai berikut.
a. Menganalisis kelebihan dan kekurangan yang masih terdapat pada rancangan
pembelajaran .
b. Mendiskusikan perencanaan model selanjutnya.
c. Menulis dan menyimpulkan semua data yang diperoleh.
3.8.3 SIKLUS II
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak berbeda
dengan siklus I. Tetapi secara rinci, perencanaan pembelajaran pada siklus II
berdasarkan hasil refleksi siklus I pada analisis data. Kegiatan pembelajaran pada
siklus II dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan karena alokasi waktunya sebanyak
3 x 35 menit.
39
BAB IVANALISA DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
4.1 Hasil Penelitian Pra Siklus
Kegiatan awal sebelum melakukan pelaksanaan tindakan adalah
melakukan observasi di dalam kelas V SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit
Kabupaten Malang. Observasi dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Oktober 2013
dan Kamis, 9 Oktober 2013.
4.1.1. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri yang
berlangsung di kelas V SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten
Malang sebagian besar masih didominasi oleh guru. Guru lebih banyak
ceramah dan mengacu pada buku saja. Sehingga terkadang siswa kelihatan
jenuh belajar di kelas.. Selain itu guru jarang sekali mengelilingi kelas sampai
ke kelompok belakang. Sehingga siswa yang berada di belakang kurang
terkontrol.
4.1.2. Aktivitas Belajar
Mengenai aktivitas siswa dengan menggunakan metode ceramah dan
penugasan, kegiatan belajar mengajar terlihat pasif. Sebagian besar hanya
siswa-siswa pandai yang kelihatan aktif, sementara siswa lain yang
kemampuannya kurang hanya diam saja. Hal itu terlihat pada saat guru
memberikan beberapa pertanyaan hanya siswa yang pandai yang aktif dan
berani mengancungkan tangan, sedangkan siswa yang kemampuannya
40
kurang, jarang sekali menjawab pertanyaan dari guru atau mengancungkan
tangannya.
4.1.3. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas V pada materi pokok “Menyusun
Paragraf Berdasakan Gambar Seri “. diperoleh data bahwa dari 26 jumlah siswa
kelas V terdapat 14 siswa (58.85%) yang telah tuntas belajar dan 12 siswa
(41.15%) belum tuntas belajar sehinggga harus mengikuti pelajaran remidi agar
dapat mencapai standar ketuntasan belajar yang telah ditentukan. Secara rinci
hasil belajar siswa pada pra tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Pra Tindakan
No. Rentangan Skor ∑ siswa ∑ (%) Kategori
1 90 - 100 1 3.85% Tuntas
2 80 - 89 4 15.38% Tuntas
3 70 - 79 3 11.54% Tuntas
4 60 - 69 6 23.08% Belum Tuntas
5 50 - 59 9 34.62% Belum Tuntas
6 40 - 49 3 11.54% Belum Tuntas
Jumlah 26 100%
Selanjutnya hasil perhitungan dalam tabel di atas dituangkan dalam bentuk
histogram berikut
Gambar.4.1 Grafik Hasil Belajar Pra Siklus
41
4.2 Hasil Penelitian Siklus I
Perencanaan tindakan siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada pada hari Selasa, 8 Oktober 2013 dan pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2013. Masing-masing pertemuan
mempunyai durasi waktu sama yaitu 2 x 35 menit (1 kali pertemuan).
4.2.1 Perencanaan Pertemuan Ke-1 ( Selasa, 8 Oktober 2013)
Instrumen pada pembelajaran yang akan direncanakan meliputi lembar
observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan soal evaluasi.
Rencana pertemuan ke-1 mengambil materi pokok “Menyusun Paragraf
Berdasakan Gambar Seri “. Rencana tindakan pertemuan ke-1 adalah sebagai
berikut.
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
3) Membuat soal evaluasi Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri “.
4) Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran.
5) Membuat lembar observasi guru dan siswa.
42
4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan ucapan salam dan sapaan kepada siswa.
Kemudian guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama dan
dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru menyiapkan
media berupa gambar tentang lingkungan . Media ditempel pada papan tulis,
kemudian guru bertanya jawab dengan siswa secara singkat tentang isi gambar
di papan tulis.
Kemudian secara berkelompok siswa mendiskusikan materi yang ada di
LKS dengan durasi waktu 15 menit. Pada saat siswa berdiskusi guru berkeliling
mendampingi kelompok yang kesulitan. Selain itu guru juga mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung.
Tahap berikutnya adalah presentasi perwakilan kelompok dan pemberian
tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang mempresentasikan. Setelah
presentasi kelompok selesai dilanjutkan dengan kesimpulan terhadap materi
yang dipelajari. Kemudian kegiatan berikutnya adalah umpan balik. Pada
kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru mengenai
materi yang belum dimengerti. Kemudian sebelum guru memberikan jawaban,
siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya. Kegiatan
berikutnya adalah membagikan soal evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan
secara individu. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal evaluasi sekitar
30 menit. Setelah selesai dilanjutkan dengan tindak lanjut, dan selanjutnya
kegiatan diakhiri dengan refleksi dan salam penutup.
1) Observasi Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia
43
Instrumen untuk merekam aktivitas guru berupa lembar observasi
aktivitas guru. Pada lembar observasi aktivitas guru terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan guru berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Berikut adalah tabel yang memuat langkah-langkah aktivitas guru pada
tahap persiapan yang sudah atau belum dilakukan oleh guru beserta
penjelasannya.
Tabel 4.2 Pengamatan Aktivitas Guru
Tahap Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Persiapan - Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) - - √ -
- Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan
untuk pembelajaran pada siklus I
- - √ -
- Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar
penilaian untuk siswa
- - √ -
- Membuat soal tes untuk siklus I - - √ -
- Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa yang berisi
lima unsur pembelajaran kooperatif
- - √ -
- Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil secara
heterogen
- √ - -
- Menjelaskan prosedur diskusi √ - - -
Tabel 4.2 menunjukkan langkah-langkah aktivitas guru pada tahap persiapan.
Sebelum memulai pembelajaran, peneliti memberi salam dan menyapa siswa.
Setelah itu mengajak siswa berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing
dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Guru menjelaskan langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran kepada siswa. Sebagian besar siswa langsung
paham penjelasan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
44
menggunakan media gambar seri, namun ada beberapa siswa yang belum paham
sehingga guru harus mengulanginya.
Persiapan perlengkapan mengajar yang diperlukan untuk pembelajaran
pada siklus I seperti RPP, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), lembar observasi
aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, soal evaluasi, dan media
pembelajaran sudah d isiapkan semua oleh guru (peneliti). Tahap yang kedua dari
proses pembelajaran adalah tahap presentasi/kegiatan awal guru. Tabel 4.3
menunjukkan langkah-langkah aktivitas guru pada tahap presentasi, pada tahap
ini guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru
menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya.
Tabel 4.3 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan Awal Guru
Tahap Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Kegiatan awal guru
- Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
√
- Menjelaskan materi yang akan dipelajari dalam kelompok secara garis besarnya saja.
√
Pada tahap kegiatan awal guru ini pembelajaran dimulai dengan memberikan
beberapa pertanyaan yang memancing motivasi dan menggali kemampuan awal
siswa serta menuliskan materi pokok yang akan dipelajari .
Guru menjelaskan materi secara garis besarnya saja karena dalam kegiatan
kelompok siswa akan mendiskusikan materi yang ada di LKS. LKS akan
mengantarkan siswa untuk mendalami lebih lanjut materi yang dibahas dan
45
supaya siswa berusaha untuk menemukan sendiri (mengkonstruk) materi yang
sedang dipelajari. Tahapan selanjutnya adalah kegiatan kelompok. Guru meminta
masing-masing anggota kelompok untuk mendiskusikan gambar- gambar yang
ada di LKS.
Ketika diskusi berlangsung guru melakukan pengawasan pada masing-
masing kelompok dibantu oleh 1 orang observer. Hal ini dilakukan agar LKS
dapat terselesaikan dengan baik dan diskusi tidak didominasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi saja. Hal ini akan menjadikan setiap siswa dalam kelompok
aktif dalam proses diskusi. Guru memberikan peringatan dan motivasi kepada
siswa yang kurang aktif dalam diskusi. Peringatan dan motivasi dilakukan guru
dengan menegur dan memberi pertanyaan membimbing kepada siswa. Berikut
adalah langkah-langkah aktivitas guru pada tahap kegiatan kelompok.
Tabel 4.4 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan Kelompok
Tahap Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Kegiatan kelompok
1. Menyampaikan langkah – langkah pembelajaran √2. Membibing siswa menentukan tema √3. Membibing siswa untuk memilih diksi dan rima √4. Memberikan umpan balik √5. Memberi kesempatan siswa untuk membaca
paragraf
√
Tahap berikutnya adalah presentasi kelompok. Pada Tabel 4.5 memuat
langkah-langkah aktivitas guru pada tahap presentasi kelompok. Presentasi
kelompok bertujuan untuk mengukur penguasaan materi siswa terhadap tugas
46
yang telah diberikan dan melatih keberanian dalam berpendapat dan menjawab
pertanyaan.
Pada tahap presentasi kelompok ini guru berperan sebagai moderator yang
mengawasi dan mengatur jalannya presentasi. Guru meminta siswa untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang melakukan presentasi. Apabila
kelompok yang melakukan presentasi belum bisa menjawab pertanyaan, maka
guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membantu
menjawabnya. Setelah pertanyaan dijawab kemudian guru memberikan penguatan
dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab
Tabel 4.5 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Presentasi Kelompok
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Presentasi kelompok
● Mengukur penguasaan materi siswa terhadap tanggung jawab yang telah diberikan
● Melatih keberanian siswa dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
- Meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi dari perwakilan satu kelompok
- Memberi kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk menanggapai laporan diskusi dari kelompok
- Mengontrol jalannya presentasi kelompok
√
√
√
47
Setelah diskusi dan presentasi kelompok selesai kemudian guru memberikan tes
akhir siklus I kepada siswa sebagai tahap evaluai. Langkah- langkah aktivitas guru
pada tahap evaluasi terdapat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Evaluasi
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Evaluasi ● Mengetahui penguasaan/ pemahaman materi siswa setelah melakukan diskusi
- Memberikan tes pada akhir pertemuan/siklus
√
Soal tes pertemuan I siklus I bertujuan untuk mengetahui perkembangan
prestasi siswa setelah diberi tindakan. Pada kegiatan ini, siswa diminta untuk
mengerjakan dengan sungguh-sungguh, siswa juga diminta untuk mengerjakan
sendiri dan tidak melihat jawaban teman.
Berdasarkan data hasil observasi terhadap guru dalam melaksanakan
pembelajaran pada pertemuan I siklus I mulai dari tahap persiapan, presentasi
guru, kegiatan kelompok, presentasi kelompok dan evaluasi dan penghargaan
dapat dikatakan bahwa secara umum 5 tahapan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik meskipun ada beberapa kegiatan yang masih belum dilakukan atau
terdapat hal baru yang belum tercantum namun dilakukan. Hasil observasi
terhadap guru pada siklus I akan dijadikan refleksi bagi guru pada siklus II
sehingga menjadi lebih baik.
2) Aktivitas Belajar Siswa
48
Instrumen untuk merekam aktivitas siswa berupa lembar observasi
aktivitas siswa yang meliputi keterampilan komunikasi, kerjasama, tanggung
jawab, dan presentasi. Berikut adalah rekapitulasi data aktivitas siswa kelas V
SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
No. Rentang Skor ∑ Siswa Kategori ∑ (%)1 80-100 17 Baik 65%
2 60-79 6 Cukup 23%
3 0-59 3 Kurang 12%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.7, dapat diketahui tingkat
aktivitas belajar siswa yang dicapai siswa pada siklus I. Tiap siswa mempunyai
tingkat aktivitas belajar yang berbeda-beda, tingkatan tersebut meliputi tingkatan
kurang (K), tingkatan cukup (C), dan tingkatan baik (B). Secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Grafik 4.2 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
49
Kategori Kurang terdapat 3 siswa (12%), pada kategori Cukup terdapat 6
siswa (23%), dan pada kategori Baik terdapat 17 siswa (65%). Siswa yang
memperoleh kategori baik berarti telah melakukan kegiatan sesuai dengan
prosedur yang dirancang oleh guru, sedangkan siswa yang memperoleh kategori
cukup atau kurang berarti siswa masih belum memenuhi kriteria yang ada pada
lembar observasi aktivitas siswa, sebagian besar siswa yang memperoleh
kategori cukup atau kurang ini kurang memperhatikan penjelasan guru atau
mainan sendiri saat dijelaskan oleh guru.
3) Hasil Belajar Siswa
Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes evaluasi. Adapun materi pokok
yang diujikan pada tes ini tentang “Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri
Dari hasil belajar siswa setelah mengerjakan soal evaluasi pada
pertemuan ke-1 terdapat 6 siswa (23%) yang belum tuntas atau
nilainya kurang dari 70 dan 20 siswa (77%) sudah tuntas atau
nilainya ≥ 70. 50
4) Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I pertemuan
ke-1, diperoleh data tentang penerapan pembelajaran, aktivitas belajar , dan hasil
belajar yang dicapai siswa. Setelah dilakukan analisis pada penerapan
pembelajaran terdapat kelebihan dan kelemahan baik dari siswa maupun dari
guru yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dalam siklus berikutnya.
Beberapa kelebihan dan kelemahan itu antara lain sebagai berikut.
a. Kelebihan
● Siswa merasa senang dengan diterapkannya model pembelajaran melalui
media gambar Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama pelakasanaan
pembelajaran yang cukup baik sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
● Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa meskipun
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari skor siswa yang mengalami
peningkatan dari data awal ke siklus I sehingga perlu usaha lebih keras agar
memperoleh hasil yang optimal.
b.Kelemahan
● Pada saat pelaksanaan siklus I pertemuan I guru masih kurang optimal
dalam membimbing kelompok. Guru jarang memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang membantu kesulitan diskusi kelompok. Untuk
memperbaiki kinerja guru pada siklus berikutnya, guru dalam mengelola
proses pembelajaran diharapkan banyak memancing kemampuan siswa
dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk membantu kesulitan
siswa/kelompok.
51
● Ada beberapa siswa dalam kelompok masih belum bisa berpartisipasi aktif
dalam diskusi. Siswa cenderung membicarakan topik yang lain, sedangkan
teman yang lain mengerjakan. Supaya semua siswa dalam kelompok dapat
berpartisipasi aktif, guru perlu memberikan motivasi dan pengarahan kepada
siswa dalam tiap-tiap kelompok agar bisa saling bekerjasama. Siswa yang
tidak berpartisipasi aktif sebaiknya mendapat teguran dari guru dengan tegas
supaya merubah sikapnya.
4.2.2 Pertemuan Ke-2 (Rabu, 9 Oktober 2013)
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke-
1, maka guru merencanakan tindakan untuk menerapkan pembelajaran memalui
media gambar untuk pertemuan berikutnya. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan
pada pertemuan ke-2 tidak berbeda dengan pertemuan ke-1. Instrumen yang
digunakan meliputi lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas
siswa, dan soal evaluasi. Hanya saja pada pertemuan ke-2 menggunakan gambar
yang berbeda . Rencana tindakan pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut.
1) Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan ke-1,
caranya dengan memberi LKS lebih dari 1 lembar pada masing-masing
kelompok agar siswa lebih bertanggung jawab.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .
3) Menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa .
4) Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran pada pertemuan ke-2.
5) Membuat lembar observasi siswa dan guru.
52
1) Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan ucapan salam dan sapaan kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah apersepsi. Pada kegiatan ini siswa diajak
menyanyikan lagu “Lihat Kebunku”. Semua siswa menyanyikan dengan antusias.
Setelah itu guru menyiapkan media gambar kemudian guru bertanya jawab
dengan siswa secara singkat tentang isi gambar . Selanjutnya secara berkelompok
siswa mendiskusikan materi yang ada di LKS dengan durasi waktu 15 menit.
Pada saat siswa berdiskusi, masih ada beberapa kelompok yang sibuk dengan
mainannya sendiri . Setelah 15 menit selesai mencari informasi, siswa yang
bertamu kembali ke kelompoknya untuk mendiskusikan kembali dengan
kelompoknya.
Tahap berikutnya adalah presentasi perwakilan kelompok dan pemberian
tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang mempresentasikan. Setelah
presentasi kelompok selesai dilanjutkan dengan kesimpulan terhadap materi yang
dipelajari. Kemudian kegiatan berikutnya adalah umpan balik. Pada kegiatan ini
siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang
belum dimengerti. Namun pada kegiatan umpan balik ini tidak ada siswa yang
bertanya, sehingga guru melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu membagikan soal
evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Selanjutnya kegiatan
diakhiri dengan refleksi dan salam penutup.
53
2) Penerapan Pembelajaran
Instrumen untuk merekam aktivitas guru berupa lembar observasi
aktivitas guru. Pada lembar observasi aktivitas guru terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan guru berdasarkan RPP. Tabel 4.8 menunjukkan langkah-
langkah aktivitas guru pada tahap persiapan. Sebelum memulai pembelajaran,
peneliti memberi salam dan menyapa siswa. Setelah itu mengajak siswa berdoa
sesuai dengan kepercayaan masing-masing dan dilanjutkan dengan mengecek
kehadiran siswa.
Tabel 4.8 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Persiapan
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Persiapan Menyiapkan
perangkat
pembelajaran
untuk mencapai
tujuan
pembelajaran
- Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP)
√
- Menyiapkan alat/bahan/sumber
belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran pada siklus I
√
- Membuat Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) dan lembar penilaian untuk
siswa
√
- Membuat soal tes untuk siklus I √- Menyusun lembar pengamatan
aktivitas siswa yang berisi lima
unsur pembelajaran kooperatif
√
- Membagi siswa dalam kelompok-
kelompok kecil secara heterogen
√
- Menjelaskan prosedur diskusi √
54
Tahap persiapan untuk siklus I secara rinci telah tercantum pada RPP dan
sebagian besar sudah dilaksanakan oleh guru (peneliti). Persiapan perlengkapan
mengajar yang diperlukan untuk pembelajaran pada siklus I seperti RPP, LKS,
lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, soal evaluasi,
dan media pembelajaran sudah disiapkan semua oleh guru (peneliti).Tahap yang
kedua dari proses pembelajaran adalah tahap presentasi/kegiatan awal guru. Tabel
4.9 menunjukkan langkah-langkah aktivitas guru pada tahap kegiatan awal, pada
tahap ini guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Kegiatan ini dilakukan oleh guru agar pembelajaran lebih bermakna. Dengan
mengetahui tujuan pembelajaran, siswa dapat memahami hubungan antara materi
pelajaran dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
Tabel 4.9 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan Awal Guru
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Kegiatan
awal guru
● Membangkitkan
motivasi
● Membangkitkan
penguasaan dan
pemahaman siswa
terhadap materi
pembelajaran
- Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran
√
- Menjelaskan materi yang akan
dipelajari dalam kelompok secara
garis besarnya saja.
√
Pada tahap kegiatan awal ini, pembelajaran Menyusun Paragraf
Berdasakan Gambar Seri dimulai dengan memberikan beberapa pertanyaan yang
memancing motivasi dan menggali kemampuan awal siswa serta menuliskan
materi pokok yang akan dipelajari . Guru menjelaskan materi secara garis
55
besarnya saja karena dalam kegiatan kelompok siswa akan mendiskusikan materi
yang ada di LKS.
. Kegiatan ini dimulai dengan guru membagikan LKS kepada masing-
masing kelompok. Guru meminta masing-masing anggota kelompok untuk
mendiskusikan gambar- gambar yang ada di LKS. Hal ini dilakukan agar LKS
dapat terselesaikan dengan baik dan diskusi tidak didominasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi saja. Hal ini akan menjadikan setiap siswa dalam kelompok
aktif dalam proses diskusi. Guru memberikan peringatan dan motivasi kepada
siswa yang kurang aktif dalam diskusi. Peringatan dan motivasi dilakukan guru
dengan menegur dan memberi pertanyaan membimbing kepada siswa. Berikut
adalah langkah-langkah aktivitas guru pada tahap kegiatan kelompok.
Tabel 4.10 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan KelompokTahap Aktivitas Guru Skor
1 2 3 4Persiapan - Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) - - √ -
- Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan
untuk pembelajaran pada siklus I
- - √ -
- Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar
penilaian untuk siswa
- - √ -
- Membuat soal tes untuk siklus I - - √ -
- Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa yang berisi
lima unsur pembelajaran kooperatif
- - √ -
- Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil secara
heterogen
- √ - -
- Menjelaskan prosedur diskusi √ - - -
Tahap berikutnya adalah presentasi kelompok. Pada Tabel 4.11 memuat
langkah-langkah a ktivitas guru pada tahap presentasi kelompok. Presentasi
56
kelompok bertujuan untuk mengukur penguasaan materi siswa terhadap tugas
yang telah diberikan dan melatih keberanian dalam berpendapat dan menjawab
pertanyaan. Pada tahap presentasi kelompok ini guru berperan sebagai moderator
yang mengawasi dan mengatur jalannya presentasi. Guru meminta siswa untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang melakukan presentasi. Apabila
kelompok yang melakukan presentasi belum bisa menjawab pertanyaan, maka
guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membantu
menjawabnya. Setelah pertanyaan dijawab kemudian guru memberikan
penguatan dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab.
Tabel 4.11 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Presentasi Kelompok
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Presentasi kelompok
● Mengukur penguasaan materi siswa terhadap tanggung jawab yang telah diberikan
● Melatih keberanian siswa dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
- Meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi dari perwakilan satu kelompok
- Memberi kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk menanggapai laporan diskusi dari kelompok
- Mengontrol jalannya presentasi kelompok
√
√
√
Setelah diskusi dan presentasi kelompok selesai kemudian guru memberikan
tes akhir kepada siswa sebagai tahap evaluai. Langkah -langkah aktivitas guru
pada tahap evaluasi terdapat pada Tabel 4.12.
57
Gambar. 4.6 Aktivitas Presentasi Kelompok
Tabel 4.12 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Evaluasi
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Evaluasi ● Mengetahui
penguasaan/
pemahaman materi
siswa setelah
melakukan diskusi
- Memberikan tes
pada akhir
pertemuan/siklus
√
Soal tes pertemuan ke-2 siklus I. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan prestasi siswa setelah diberi tindakan. Pada kegiatan ini, siswa
diminta untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh, siswa juga diminta untuk
mengerjakan sendiri dan tidak melihat jawaban teman.
Berdasarkan data hasil observasi terhadap guru dalam melaksanakan
pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus I mulai dari tahap persiapan, presentasi
guru, kegiatan kelompok, presentasi kelompok dan evaluasi dan penghargaan
dapat dikatakan bahwa secara umum 5 tahapan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik meskipun ada beberapa kegiatan yang masih belum dilakukan
atau terdapat hal baru yang belum tercantum namun dilakukan. Hasil observasi
58
terhadap guru pada siklus I akan dijadikan refleksi bagi guru pada siklus II
sehingga menjadi lebih baik
3)Aktivitas Siswa Kelas V
Instrumen untuk merekam aktivitas siswa berupa lembar observasi
aktivitas siswa yang meliputi keterampilan komunikasi, kerjasama, tanggung
jawab, dan presentasi. Berikut adalah rekapitulasi data aktivitas siswa kelas V
SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
Rentang Skor ∑ Siswa Kategori ∑ (%)80-100 17 Baik 65%60-79 7 Cukup 27%0-59 2 Kurang 8%
26 100%
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.13, dapat diketahui tingkat
aktivitas belajar siswa yang dicapai kelompok pada siklus I pertemuan ke-2. Tiap
kelompok mempunyai tingkat/kategori aktivitas belajar yang berbeda-beda,
tingkatan tersebut meliputi tingkatan Kurang, tingkatan Cukup , dan tingkatan
Baik. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
Grafik 4.3 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
59
Pada tingkatan K terdapat 2 siswa (8%), pada tingkatan C terdapat 7 siswa
(27%), dan pada tingkatan Baik terdapat 17 siswa (65%). Siswa yang memperoleh
kategori baik berarti telah melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang
dirancang oleh guru, sedangkan siswa yang memperoleh kategori cukup atau
kurang berarti siswa masih belum memenuhi kriteria yang ada pada lembar
observasi aktivitas siswa. sebagian besar siswa yang memperoleh kategori cukup
atau kurang ini kurang memperhatikan penjelasan guru atau mainan sendiri
saat dijelaskan oleh guru.
Tabel. Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
Rentang Skor ∑ Siswa Kategori ∑ (%)80-100 17 Baik 65%60-79 7 Cukup 27%0-59 2 Kurang 8%
26 100%
4)Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes evaluasi. Dari
hasil belajar 26 siswa setelah mengerjakan soal evaluasi pada
pertemuan ke-2 terdapat 8 siswa (17%) yang belum tuntas atau
nilainya kurang dari 70 dan 38 siswa (83%) sudah tuntas atau
nilainya ≥ 70.
5) Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I
pertemuan ke-2, diperoleh data tentang penerapan pembelajaran , aktivitas belajar
60
dan hasil belajar yang dicapai siswa. Setelah dilakukan analisis pada penerapan
pembelajaran terdapat kelebihan dan kelemahan baik dari siswa maupun dari
guru yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dalam siklus II.
Beberapa kelebihan dan kelemahan pada tindakan pertemuan ke-2 adake-2
adalah sebagai berikut.
a. Kelebihan
● Siswa merasa senang dengan model pembelajaran Hal ini terlihat dari
aktivitas siswa selama pelakasanaan pembelajaran yang cukup baik
sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
● Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa meskipun
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari skor siswa yang mengalami
peningkatan dari data awal ke siklus I pertemuan ke-1 dan ke-2, sehingga
perlu usaha lebih keras agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Kelemahan
● Ada beberapa siswa dalam kelompok masih belum bisa berpartisipasi aktif
dalam diskusi. Siswa cenderung membicarakan topik yang lain, bahkan ada
yang asik menggambar pemandangan. Supaya semua siswa dalam
kelompok dapat berpartisipasi aktif, guru perlu memberikan motivasi dan
pengarahan kepada siswa dalam tiap-tiap kelompok agar bisa saling
bekerjasama. Selain itu, untuk meminimalisir bermain sendiri pada saat
diskusi, guru bisa memberi LKS lebih dari 1 setiap kelompoknya agar siswa
bisa bertanggung jawab. Siswa yang tidak berpartisipasi aktif sebaiknya
mendapat teguran dari guru dengan tegas supaya merubah sikapnya.
61
Semua kelemahan di atas menjadi acuan dalam perbaikan pada siklus
selanjutnya yaitu pada siklus II. Sehingga pada siklus II dapat diperoleh
hasil yang lebih baik dari pada siklus I. Setelah dilakukan refleksi terhadap
pelaksanaan siklus I dan diketahui kekurangan yang perlu diperbaiki untuk
siklus II.
4.3 Hasil Penelitian Siklus II
Perencanaan tindakan siklus II terdiri dari satu kali pertemuan saja. Hal ini
karena waktu yang diberikan oleh guru kelas lebih banyak yakni 3 x 35 menit
atau 105 menit satu kali tatap muka. Selain itu, dilihat dari segi aktivitas siswa
dan hasil belajar siswa mulai pra tindakan sampai pertemuan ke-1 dan pertemuan
ke-2 pada siklus I terjadi peningkatan yang signifikan. Sehingga peneliti
mengambil kesimpulan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II hanya satu
kali pertemuan saja. Tindakan siklus II dengan satu kali pertemuan ini
dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Oktober 2013 dengan durasi waktu 3 x 35
menit.
4.3.1 Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka
guru merencanakan tindakan untuk menerapkan pembelajaran untuk
pertemuan/siklus berikutnya. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan pada siklus II
tidak berbeda dengan siklus I. Instrumen yang digunakan meliputi lembar
observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan soal evaluasi.
Rencana tindakan siklus II adalah sebagai berikut: a) memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus I, b) menyusun Rencana Pelaksanaan
62
Pembelajaran (RPP), c) menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), d) membuat
soal evaluasi), e) menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran, dan f) membuat lembar observasi guru dan siswa.
1) Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri diawali
dengan ucapan salam dan sapaan kepada siswa. Kemudian guru memerintahkan
ketua kelas untuk memimpin doa bersama dan dilanjutkan dengan mengecek
kehadiran siswa. Kegiatan selanjutnya adalah apersepsi. Pada kegiatan ini siswa
diajak menyanyikan lagu “Suka Hati ”. Semua siswa menyanyikan dengan
antusias.
Setelah siswa selesai berdiskusi, dua siswa pada setiap kelompok bertamu
ke kelompok lain untuk mencari informasi/membandingkan hasil diskusinya.
Setelah 15 menit selesai mencari informasi, siswa yang bertamu kembali ke
kelompoknya untuk mendiskusikan kembali dengan kelompoknya.Tahap
berikutnya adalah presentasi perwakilan kelompok dan pemberian tanggapan
terhadap hasil diskusi kelompok yang mempresentasikan.
Setelah presentasi kelompok selesai dilanjutkan dengan kesimpulan terhadap
materi yang dipelajari. Kemudian kegiatan berikutnya adalah umpan balik.
Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru
mengenai materi yang belum dimengerti. Namun karena siswa-siswa tidak ada
yang tanya, maka kegiatan dilanjutkan dengan membagikan soal evaluasi
kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Selanjutnya kegiatan diakhiri
dengan refleksi dan salam penutup.
63
2) Observasi Penerapan Pembelajaran
Instrumen untuk merekam aktivitas guru berupa lembar observasi
aktivitas guru. Pada lembar observasi aktivitas guru terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan guru berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Berikut adalah tabel yang memuat langkah-langkah aktivitas guru pada
tahap persiapan yang sudah atau belum dilakukan oleh guru beserta
penjelasannya.
Tabel 4.14 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Persiapan
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Persiapan Menyiapkan perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
- Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
√
- Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk pembelajaran pada siklus I
√
- Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar penilaian untuk siswa
√
- Membuat soal tes untuk siklus I √- Menyusun lembar pengamatan
aktivitas siswa yang berisi lima unsur pembelajaran kooperatif
√
- Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen
√
- Menjelaskan prosedur diskusi √
Tabel 4.14 menunjukkan langkah-langkah aktivitas guru pada tahap
persiapan. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti memberi salam dan menyapa
siswa. Setelah itu mengajak siswa berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-
64
masing dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Sebagian besar
siswa langsung paham penjelasan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran
karena model ini telah dilaksanakan beberapa pertemuan.
Tabel 4.15 menunjukkan langkah-langkah aktivitas guru pada tahap
presentasi, pada tahap ini guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran dan menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari dalam pembelajaran dengan memberikan
beberapa pertanyaan kepada siswa.
Tabel 4.15 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan Awal Guru
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor
1 2 3 4
Kegiatan
awal guru
● Membangkitk
an motivasi
● Membangkitk
an penguasaan
dan
pemahaman
siswa terhadap
materi
pembelajaran
- Menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran
√
- Menjelaskan materi yang akan
dipelajari dalam kelompok secara
garis besarnya saja.
√
Pada tahap kegiatan awal guru ini pembelajaran dimulai dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang memancing motivasi dan menggali
kemampuan awal siswa serta menuliskan materi pokok yang akan dipelajari .
65
Guru menjelaskan materi secara garis besarnya saja karena dalam kegiatan
kelompok siswa akan mendiskusikan materi yang ada di LKS. LKS akan
mengantarkan siswa untuk mendalami lebih lanjut materi yang dibahas dan
supaya siswa berusaha untuk menemukan sendiri (mengkonstruk) materi yang
sedang dipelajari. Setelah waktu bertamu habis dan proses bertukar informasi
dengan anggota kelompok lain selesai, guru meminta siswa kembali ke kelompok
awalnya untuk membahas informasi yang telah didapatkan dari kelompok lain.
Aktivitas guru pada tahap kegiatan kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Kegiatan Kelompok
Tahap Aktivitas GuruSkor
1 2 3 4
Persiapan - Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) - - √ -
- Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan
untuk pembelajaran pada siklus I
- - √ -
- Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar
penilaian untuk siswa
- - √ -
- Membuat soal tes untuk siklus I - - √ -
- Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa yang berisi
lima unsur pembelajaran kooperatif
- - √ -
- Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil secara
heterogen
- √ - -
- Menjelaskan prosedur diskusi √ - - -
66
Tahap berikutnya adalah presentasi kelompok. Pada Tabel 4.17 memuat
langkah-langkah aktivitas guru pada tahap presentasi kelompok. Pada tahap
presentasi kelompok ini guru berperan sebagai moderator yang mengawasi dan
mengatur jalannya presentasi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang melakukan presentasi. Kegiatan ini
dilakukan untuk membandingkan/mencocokkan hasil diskusinya dengan
kelompok yang mempresentasikan di depan.
Tabel 4.17 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Presentasi KelompokTahap Tujuan Aktivitas Guru Skor
1 2 3 4Presentasi kelompok
● Mengukur penguasaan materi siswa terhadap tanggung jawab yang telah diberikan
● Melatih keberanian siswa dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
- Meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi dari perwakilan satu kelompok
- Memberi kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk menanggapai laporan diskusi dari kelompok
- Mengontrol jalannya presentasi kelompok
√
√
√
67
Setelah diskusi dan presentasi kelompok selesai kemudian guru
memberikan tes akhir siklus II kepada siswa sebagai tahap evaluai. Langkah-
langkah aktivitas guru pada tahap evaluasi terdapat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Pengamatan Aktivitas Guru pada Tahap Evaluasi
Tahap Tujuan Aktivitas Guru Skor1 2 3 4
Evaluasi ● Mengetahui penguasaan/ pemahaman materi siswa setelah melakukan diskusi dengan model TSTS
- Memberikan tes pada akhir pertemuan/siklus
√
Berdasarkan data hasil observasi terhadap guru dalam melaksanakan
pembelajaran pada siklus II mulai dari tahap persiapan, presentasi guru, kegiatan
kelompok, presentasi kelompok dan evaluasi dan penghargaan dapat dikatakan
bahwa secara umum 5 tahapan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik
daripada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
3)Aktivitas Belajar Siswa
Berikut adalah rekapitulasi data aktivitas siswa kelas V SDN Pamotan
03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
Tabel 4.19 Rekapitulasi data nilai aktivitas siswa
No. Rentang Skor ∑ Siswa Kategori ∑ (%)1 80-100 20 Baik 77%2 60-79 5 Cukup 19%3 0-59 1 Kurang 4%
Jumlah 26 100%
68
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.19, dapat diketahui tingkat
aktivitas belajar siswa pada siklus II. Pada tingkatan Kurang terdapat 1 siswa
(4%), pada tingkatan Cukup terdapat 5 siswa (19%), dan pada tingkatan Baik
terdapat 20 siswa (77%).
Grafik 4.4 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa
Siswa yang memperoleh kategori baik berarti telah melakukan kegiatan
sesuai dengan prosedur yang dirancang oleh guru, sedangkan siswa yang
memperoleh kategori cukup atau kurang berarti siswa masih belum memenuhi
kriteria yang ada pada lembar observasi aktivitas siswa. sebagian besar siswa
yang memperoleh kategori cukup atau kurang ini kurang memperhatikan
penjelasan guru atau mainan sendiri saat dijelaskan oleh guru.
4) Hasil Belajar Siswa Kelas V
Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes evaluasi.
Dari hasil belajar siswa setelah mengerjakan soal evaluasi pada
69
tindakan siklus II untuk satu kali pertemuan terdapat 2 siswa
(8%) yang belum tuntas atau nilainya ≤ 70 dan 24 siswa (92%)
sudah tuntas atau nilainya ≥ 70.
5) Refleksi
Setelah dilakukan analisis pada penerapan pembelajaran Menyusun
Paragraf Berdasakan Gambar Seri terdapat kelebihan dan kelemahan baik dari
siswa maupun dari guru yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dalam
siklus berikutnya. Beberapa kelebihan dan kelemahan itu antara lain sebagai
berikut.
a. Kelebihan
● Siswa merasa senang dengan diterapkannya model pembelajaran Hal ini
terlihat dari aktivitas siswa selama pelakasanaan pembelajaran yang cukup
baik sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
● Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa meskipun
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari skor siswa yang mengalami
peningkatan dari data awal ke siklus I sehingga perlu usaha lebih keras agar
memperoleh hasil yang optimal.
b. Kelemahan
● Suasana kelas t ramai, namun guru tidak perlu khawatir karena siswa bisa
aktif dalam pembelajaran ke arah yang positif. Jadi di sini siswa ramai
dalam artian membuat gaduh, tetapi siswa bekerjasama dan berdiskusi untuk
70
memecahkan masalah yang ada di LKS. Untuk meminimalisir keramaian,
siswa bisa diberi peringatan/teguran halus.
● Ada beberapa siswa dalam kelompok masih belum bisa berpartisipasi aktif
dalam diskusi. Siswa cenderung membicarakan topik yang lain, sedangkan
teman yang lain mengerjakan. Namun kejadian ini lebih sedikit ditemukan
di siklus II daripada di siklus I. Supaya semua siswa dalam kelompok dapat
berpartisipasi aktif, guru perlu memberikan motivasi dan pengarahan kepada
siswa dalam tiap-tiap kelompok agar bisa saling bekerja sama.
●
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Pada observasi awal atau pra tindakan, aktivitas guru masih didominasi
oleh metode ceramah dan penugasan saja, akibatnya proses pembelajaran
hanya berjalan satu arah, tidak ada kerjas ama antarsiswa, tidak ada komunikasi
antarsiswa yang membuat siswa jenuh belajar di kelas. Pada kegiatan pra tindakan
ini aktivitas guru belum menunjukkan adanya kegiatan yang membangkitkan
motivasi siswa dengan cara berkelompok (kooperatif). Sedangkan pelaksanaan
pada siklus I secara umum semua tahapan sudah dilaksanakan oleh guru dan
telah terlaksana dengan baik.
Sedangkan pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa sehingga guru tidak
perlu panjang lebar lagi memberikan penjelasan kepada siswa. Hal sesuai dengan
pendapat Ibrahim, dkk (2000:34) bahwa “siswa yang belum berpengalaman
dengan model pembelajaran kooperatif mungkin pada awalnya model ini
kelihatannya tidak berjalan”.
71
Pada tahap persiapan ini guru telah memulai proses pembelajaran dengan
baik. Dengan mengawali kegiatan pembelajaran dengan bernyanyi guru
bermaksud untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
memotivasi belajar siswa. Pada kegiatan apersepsi guru juga membimbing siswa
untuk mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan tanya
jawab. Kegiatan ini dilakukan siswa agar dapat memberikan efek positif pada
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Menurut Hasibuan, dkk (2000:29) “jika
guru berhasil membuka pelajaran dengan baik akan menjadikan siswa benar-benar
siap mental untuk belajar (timbul perhatian dan motivasi untuk belajar)”.
Tahap kedua yaitu tahap presentasi guru atau tahap kegiatan awal guru.
Pada tahap ini, secara umum sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru. Pada
tahap ini guru memulainya dengan menjelaskan materi dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari
dengan bertanya jawab kepada siswa menggunakan pertanyaan-pertanyaan
terbimbing, sehingga siswa bisa berpikir dan memprediksikan materi yang akan
dipelajari.
Selanjutnya melalui tanya jawab dengan guru, siswa merumuskan tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan oleh guru agar
pembelajaran lebih bermakna. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran, siswa
dapat memahami hubungan antara materi pelajaran dengan manfaatnya bagi
kehidupan sehari-hari. Selain itu pemahaman siswa menjadi lebih utuh karena
siswa melihat adanya hubungan antara materi yang akan dibahas dengan
sebelumnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibrahim (2000:39) bahwa
“beberapa aspek dari penyampaian tujuan dan motivasi siswa untuk pembelajaran
72
kooperatif dimulai dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan dengan bahasa
yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait
dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya”.
Guru menjelaskan materi secara garis besarnya saja karena dalam kegiatan
kelompok, siswa akan membahas Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS akan
mengantarkan siswa untuk mendalami lebih lanjut materi yang dibahas dan
supaya siswa berusaha untuk menemukan sendiri (mengkonstruk) materi yang
sedang dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat Dasna dan Sutrisno (2006:46)
bahwa ”siswa yang harus menemukan dan membangun sendiri struktur
kognitif/pengetahuannya melalui interaksi dan transaksi”.
Tahap ketiga proses pembelajaran adalah tahap kegiatan kelompok. Tahap
ini merupuk an tahap paling penting dalam pembelajaran kooperatif. Pada
umumnya tahap kegiatan kelompok pada siklus I dan siklus II tidak berbeda. Pada
siklus I siswa masih merasa canggung dalam melaksanakan kegiatan kelompok
karena mereka masih pertama kali melakukannya oleh karena itu siswa masih
perlu beradaptasi, namun pada siklus II siswa sudah lebih baik karena mereka
sudah melaksanakannya pada siklus I.
Tahap kegiatan Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri dimulai
dengan guru membagikan LKS kemudian meminta kelompok untuk
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Setelah selesai
mengerjakan LKS kemudian anggota kelompok saling bertamu ke kelompok lain
untuk bertukar informasi, setelah selesai bertamu kemudian kembali ke kelompok
masing-masing. Pelaksanaan kegiatan kelompok ini dapat meningkatkan aktivitas
73
belajar siswa dan juga hasil belajarnya. Hal ini selaras dengan yang dikemukanan
oleh Ludgren 1994 dalam Dasna dan Sutrisno (2006:46) yang menyatakan
“keuntungan dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah meningkatkan
prestasi akademik, mengurangi konflik antar individu dan mening-katkan
motivasi belajar”.
Tahap selanjutnya adalah presentasi kelompok. Hal ini bertujuan untuk
mengukur penguasaan materi siswa terhadap tugas LKS yang telah diberikan dan
melatih keberanian siswa dalam berpendapat dan menjawab pertanyaan. Tugas
guru pada tahap ini yaitu sebagai moderator yang mengawasi dan mengatur
jalannya presentasi. Siswa sendiri yang akan menanggapi pertanyaan dari
temannya sehingga siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Menurut Edgar Dale (dalam Hasibuan, 2000:42) menyatakan bahwa “Belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung, dengan demikian
siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam pembuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya”.
Sedangkan jika ada kelompok yang belum bisa menjawab maka kelompok yang
lain dapat membantu menjawab. Setelah pertanyaan selesai dijawab, guru
kemudian membantu dalam menyimpulkan dan memberikan penguatan pada
jawaban yang sudah benar.
Proses pelaksanaan presentasi kelompok Menyusun Paragraf Berdasakan
Gambar Seri pada siklus I dan siklus II tidak berbeda sehingga pada siklus II
dapat berjalan dengan baik, guru tidak mengalami kendala dalam membimbing
siswa melaksanakan presentasi kelompok. Namun di sini ada beberapa kelompok
yang ramai sendiri dan ada juga kelompok yang anggotanya menggambar saat
74
temannya melakukan presentsai kelompok di depan. Setelah peneliti mendekati
dan menegurnya, ternyata siswa menjawab masih melanjutkan tugas
menggambar dari guru kelasnya.
Setelah diskusi dan presentasi kelompok selesai guru memberikan tes
kepada siswa sebagai tahap evaluasi. Tes siklus I pertemuan ke-1 berjumlah 20
butir soal yang secara keseluruhan adalah pilihan ganda dengan waktu 15 menit.
Menurut Arikunto (2007) bahwa “tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakkukan secara objektif, hal ini memang dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai”. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui perkembangan prestasi siswa setelah diberi tindakan. Guru
meminta siswa untuk mengerjakan sendiri-sendiri soal tes yang diberikan. Hasil
tes pada siklus I pertemuan ke-1 menunjukkan masih terdapat 9 siswa yang belum
tuntas belajar dan pada pertemuan ke-2 masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas
belajar (memperoleh skor < 70). Hal ini mengharuskan guru untuk memberikan
pembelajaran remidi terhadap siswa yang belum tuntas tersebut.
Pada akhir siklus I guru belum memberikan penghargaan yang maksimal
kepada siswa atau kelompok yang berani menjawab atau mengeluarkan pendapat
dengan benar. Penghargaan bisa berupa hadiah maupun berupa verbal atau
perbuatan. Penghargaan verbal tersebut untuk memotivasi siswa yang telah
belajar dengan baik selama pembelajaran berlangsung. Hal ini selaras dengan
penjelasan Ibrahim, (2000) bahwa “unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
salah satunya adalah siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok”.
75
Pada saat pelaksanaan siklus II, guru hanya sedikit mengulangi
penjelasan tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran karena siswa sudah pernah
melaksanakannya pada siklus I. Kekurangan lainnya yang ada pada siklus I sudah
dibenahi pada siklus II, misalnya guru lebih banyak memberikan penghargaan
baik berupa verbal atau perbuatan dan dalam diskusi kelompok lebih banyak
mengelilingi kelas sambil membantu kelompok yang menemukan permasalahan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terbimbing.
4.4.2 Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasakan
Gambar Seri meliputi unsur keterampilan komunikasi, kerjasama, tanggung
jawab, dan presentasi. Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasakan Gambar Seri
mengajarkan kemandirian, kerjasama dan tanggung jawab individu pada diri
siswa sehingga siswa tidak selalu tergantung pada teman. Berdasarkan
pelaksanaan tindakan dan observasi yang dilakukan pada setiap siklus (siklus I
dan II), menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif mengalami
peningkatan.
Peningkatan aktivitas siswa ditunjukkan oleh adanya perubahan aktivitas
rata-rata belajar siswa pada tingkat K, C dan B. Perubahan aktivitas rata-rata
belajar siswa tersebut mempunyai kecenderungan ke arah baik (B). Untuk lebih
jelas tentang perbandingan tingkat ketercapaian (tingkat K, tingkat C, atau B)
antara siklus I dengan siklus II dalam aktivitas siswa secara klasikal dapat dilihat
pada Tabel 4.20 berikut ini.
76
Tabel 4.20 Rekapitulasi Prosentase Aktivitas Siswa
TindakanTingkat Ketercapaian (rata-rata dalam %)Kurang (K) Cukup (C) Baik (B)
Siklus I Pertemuan ke-1Siklus I Pertemuan ke-2Siklus II
7%4%2%
14%15%11%
79%81%87%
Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa rata-rata pada tingkat K
dari siklus I pertemuan ke-1 ke siklus I pertemuan ke-2 mengalami penurunan
sebesar 3%. Kemudian dari siklus I pertemuan ke-2 ke siklus II juga mengalami
penurunan sebesar 2%. Penurunan persentase pada tingkat K berarti terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa.
Grafik. 4.5 Rekapitulasi Prosentase Aktivitas Siswa
77
Ketercapaian unsur pembelajaran kooperatif pada tingkat C dari siklus I
pertemuan ke-1 ke siklus I pertemuan ke-2 mengalami kenaikan sebesar 1%. Hal
ini dikarenakan siswa masih belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran model
baru. Namun pada pertemuan berikutnya, yaitu pada siklus I pertemuan ke-2 ke
siklus II tingkatan C menurun sebesar 4%. Pada tingkat B rata-rata tingkat
ketercapaian unsur-unsur pembelajaran kooperatif secara klasikal dari siklus I
pertemuan ke-1 ke siklus I pertemuan ke-2 dan kemudian dilanjutkan ke siklus II 77
mengalami peningkatan. Peningkatan dari siklus I pertemuan ke-1 ke siklus I
pertemuan ke-2 sebesar 2% sedangkan dari siklus I pertemuan ke-2 ke siklus II
mengalami peningkatan sebesar 6%. Peningkatan ini disebabkan karena siswa
sudah kooperatif dalam melaksanakan diskusi kelompok.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas
siswa secara klasikal dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan ke arah
baik (B). Peningkatan ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa sudah
berjalan dengan baik. Penerapan pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasakan
Gambar Seri bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Di mana
dalam pelaksanaannya siswa lebih berperan aktif dan bukan hanya sebagai
penerima informasi dari guru.
Berdasarkan pembahasan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran Menyusun Paragraf
Berdasakan Gambar Seri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dari siklus I
ke siklus II mempunyai kecenderungan ke arah baik (B).
Meskipun pada siklus II masih terdapat siswa yang mencapai tingkat
kurang (K) dan cukup (C) namun jumlahnya telah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang masih mencapai tingkat K dan C
tersebut perlu ada bimbingan dan arahan dari guru supaya aktivitas belajar mereka
dapat lebih baik.
Meningkatnya aktivitas siswa ke arah baik (B) dari siklus I ke siklus II
juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Guru
melaksanakan pembelajaran dengan baik sehingga siswa menjadi bersemangat
78
dalam melaksanakan pembelajaran dan pada akhirnya aktivitas siswa menjadi
meningkat. Sebagaimana dijelaskan oleh Lie (2004:47) bahwa “semangat gotong
royong tidak diperoleh dalam sekejap, semangat gotong royong ini bisa dirasakan
dengan membina niat dan kiat siswa-siswa”.
4.4.3 Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan tabel perbandingan hasil belajar siswa pada lampiran halaman
94, bahwa hasil belajar siswa mulai dari pra tindakan ke siklus I kemudian ke
siklus II mengalami peningkatan yang di ukur dengan prosentase ketuntasan
belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami
peningkatan sebesar 48,94%, yaitu dari 32,56% (pra tindakan) menjadi 81,5%
(siklusI) dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan hasil belajar
sebesar 14,2%, yaitu dari 81,5% (siklus I)menjadi 95,7% (siklus II). Data
peningkatan hasil belajar siswa juga bisa dilihat pada diagram berikut ini.
Grafik. 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
79
Hasil belajar siswa cenderung mangalami peningkatan dari data awal ke
siklus I kemudian ke siklus II dikarenakan adanya perbedaan pendekatan/model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
dan siklus II data awal proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
ceramah.
Peningkatan hasil belajar siswa ini tidak lepas dari usaha guru dalam
mengelola kelas dengan baik sehingga aktivitas siswa dalam belajar menjadi
meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
sesuai dengan Slavin (1996) dalam Sanjaya (2006) yang menyatakan “Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat perspektif sosial, artinya bahwa melalui
pembelajaran kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena
mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan”.
Adapun keuntungan penerapan pembelajaran kooperatif menurut Ludgren
1994, dalam Dasna dan Sutrisno (2006) yaitu: a) meningkatkan prestasi akademik,
b) meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi melalui proses, c)
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan d) mengurangi konflik
antar individu. Sedangkan kelemahan atau hambatan yang muncul selama
penelitian adalah sebagai berikut: a) waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran
ini lebih banyak, b) suasana kelas cenderung ramai khususnya pada saat diskusi
80
kelompok, dan c) dibutuhkan lebih dari satu pengawas untuk mengamati proses
belajar.
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II
mulai dari tahap persiapan, presentasi/kegiatan awal guru, kegiatan
kelompok, presentasi kelompok, dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa
secara umum sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan RPP.
2. Penerapan media gambar seri dalam menyusun paragraph pada siswa kelas
V semester I SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang
dapat meningkatkan aktivitas siswa ke arah baik (B), yaitu dari siklus I
pertemuan ke-1 ke siklus I pertemuan ke-2 mengalami peningkatan sebesar
2%, dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 6%.
3. Penerapan media gambar seri dalam menyusun paragraph terhadap siswa
kelas V semester I SDN Pamotan 03 Kecamatan Dampit Kabupaten
Malang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diukur dengan
persentase ketuntasan belajar individu dari data awal, siklus I dan siklus II.
Ketuntasan belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan
sebesar 48,94% dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan
hasil belajar sebesar 14,2%.
82
5.2 Saran - Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan saran-saran yang dapat
meningkatkan penerapan media gambar seri dalam menyusun paragraf sebagai
berikut.
1. Guru sebaiknya merata dan teliti dalam mengelola kelas supaya setiap siswa
dalam kelompok dapat lebih aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran
dan akhirnya tidak ada siswa yang mencapai tingkat Kurang dan Cukup.
2. Guru perlu memberikan pembelajaran remidi kepada siswa yang belum tuntas
belajar. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat pemahaman materi
dan skor siswa sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
3. Model pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk itu
hendaknya guru benar-benar dapat mengatur alokasi waktu yang tersedia
dengan baik. Salah satu caranya yaitu dengan mengatur tempat duduk siswa
secara berkelompok sebelum pelajaran dimulai.
4. Dalam pembelajaran sehari-hari guru bisa menggunakan model ini, karena
model ini bisa meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan materi
pokok yang bisa dikondisikan dengan pembelajaran .
5. Bagi para guru yang akan menggunakan model ini hendaknya perencanaan
awal disiapkan secara matang seperti RPP, LKS, soal evaluasi, media,
pengaturan kelompok yang merata (siswa yang memiliki potensi akademik
tinggi disebar di setiap kelompok), dan lain-lain yang perlu disiapkan. Selain
itu dalam proses kegiatan kelompok, guru bisa memberi LKS lebih dari satu
lembar agar siswa lebih bertanggung jawab.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arif S. Sadiman, Dkk,. 2004. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan, Jakarta : Pustekom Dikbud An PT. Raja Grafindo Persada.
Ade Suhailah Hasibuan, 2007. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Media Gambar Pada Kelas II MIN Ngawen, Skripsi, Fakultas Bahasa Dan Seni UNY Yogyakarta.
Aminuddin.1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arifi, E.Z. 1990. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Jakarta: PT Media Tama Sarana Perkasa.
Arikunto, Suharsimi, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta : PT Bina Angkasa.Burhan Nur Giyantoro.1993. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Satra,
Bandung
Dadan Djuanda. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Komunikatif Dan Menyenangkan, Jakarta: Depdiknas
Depdikbud, 1993, Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta.
Depdiknas. 2006. KurikulumTingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta :
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Diah Nur Puspa Fajrin dalam penelitian yang berjudul “ Upaya meningkatkan Keterampilan Menyusun Paragraf pada Siswa Kelas IV SDN Karangtengah Baru dengan Menggunakan Media Gambar.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
84
Haryadi Dan Zamzani, 1997. Peningkatan Ketrampilan Berbahasa, Yogyakarta: Depdiknas
Hadi Nafiah, 1989. Aku Igin Jadi Pengarang, Surabaya : Usaha Nasional.Henry Tarigan, 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa Indonesia,
Bandung : Angkasa Bandung.
Iqra. 2011. Faktot Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar, (Online), (http://perjanjian kerja dalamislam.blogspot.com/2011/07/faktot-yang-mempengaruhi-keaktifan.html, diakses 7 Desember 2012).
Joni, Raka, T 1994, Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Malang : YP 2 LPM.
Keraf Goris, 1979. Komposisi, Ende Flores : Nusa Indah.
Nurkancana, wayan, dkk., 1984, Evaluasi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Nuruddin.wordpress.com Pelajaran Menulis menggunakan media pembelajaran Posted by uaksena on January 23, 2012
Poerwadarminto, W.J.S , 1984, Bahasa Indonesia untuk karang – Mengarang Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Tepat dan Praktis, Yogyakarta : U.P Indonesia.
Pradopo, Rachmad Djoko.1989. Pengkajian paragraf . Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
Riastuti Martikaningsih . 2011 “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Gambar Seri Di Kelas III MI Muhamadiyah Jumoyo.
Soedjito, dkk. 1986, Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Surachmad, Winarno, 1972, Dasar – Dasar Teknik Reseach, Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Situmorang, B.P. 1980. paragraf dan Metodologi Pengajarannya. Ende: Nusa Indah.
85
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syafie, Imam. 1999. Pembelajaran Membaca di Kelas-kelas Awal. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sri Murni dan Ambar Widianingsih. 2007. Bahasa Indonesia 5: untuk Sekolah Dasar & Madrasah Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Keempat. Malang: Universitas Negeri Malang.
Widyamataya, 1990. Seni Menuangkan Gagasan, Yogyakarta : Kanisius.
.WJS. Purwadarminta, 1994. Karang Mengarang, Yogyakarta : UP Indonesia.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.
86
LAMPIRAN
87
LAMPIRAN 1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SDN Pamotan 03
Kelas/Semester : V / 1
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara
tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis
B. Kompetensi Dasar
4.1. Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan ejaan
C. Indikator
4.1.1. Menulis pokok-pokok pikiran atau kerangka karangan narasi
4.1.2. Menulis kalimat penjelas yang mengikuti pokok pikiran
4.1.3. Menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri
C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru dengan mempergunakan gambar seri, siswa
mampu menulis pokok-pokok pikiran atau kerangka karangan narasi.
2. Melalui diskusi kelompok siswa mampu menulis beberapa kalimat penjelas
3. Melalui tanya jawab siswa mampu menjelaskan bagian-bagian karangan
narasi.
4. Melalui penjelasan guru siswa dapat menyusun karangan narasi dengan
menggunakan ejaan yang benar.
D. Materi Pokok Pembelajaran
Dalam menulis atau menyusun karangan narasi mempergunakan gambar seri
langkah-langkahnya adalah :
1) Mengamati gambar seri, menyusun urutan berdasarkan kronologinya.
Jika susunan sudah urut, mulailah menganalisa gambar pertama.
88
2) Tentukan pokok pikiran atau gagasan yang terkandung dalam gambar
menjadi kalimat. Caranya dengan menggunakan kata tanya: Apa, siapa,
sedang apa, di mana, dan seba-gainya yang berkaitan dengan gambar.
Uraikan dalam bentuk kalimat yang singkat tetapi jelas.
3) Telitilah apakah kalimat tersebut sudah sesuai dengan gambar dan
mempunyai kesamaan ide dengan kalimat sebelumnya. Lanjutkan
dengan kalimat kalimat penjelas berikutnya, sehingga satu gambar
terdiri dari satu pokok pikiran atau kerangka karangan dan beberapa
kalimat penjelas atau pelengkap yang saling berhubungan.
4) Pokok-pokok pikiran atau kerangka karangan biasanya terletak pada
awal paragraf, sedangkan kalimat berikutnya merupakan kalimat
pendukung ataupun penjelas.
5) Jika satu gambar telah dianalisa dan diuraikan menjadi kalimat pokok
dan kali mat penje-las, lanjutkan dengan gambar kedua, ketiga, dan
seterusnya hingga seluruh gambar seri seri diuraikan menjadi rangkaian
kalimat yang disusun menjadi sebuah karangan.
6) Untuk menjadi sebuah karangan, gabungkan rangkaian kalimat yang
saling berhubungan, memilki kesatuan ide dan berasal dari beberapa
alinea atau paragraf yang saling berka-itan satu dengan lainnya, dengan
memperhatikan tata cara penulisan karangan.
7) Penulisan judul, penggunaan ejaan, penulisan alinea atau paragraf baru,
harus mengikuti kaidah atau aturan tertentu.
E. Media / Sumber Bahan
Media: gambar seri yang diambil dari buku pelajaran, buku perpustakaan atau
sumber lain yang relevan dengan materi pelajaran
Sumber Bahan :
- Buku Sasebi untuk Kelas V SD; penerbit Erlangga ( Hanif Nurcholis ),
halaman 137.
- Buku Bina Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas V; penerbit
Erlangga, halaman 135-136.
- Buku Mari Belajar Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V; penerbit
Yudistira, halaman 81.89
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Tugas
4. Diskusi
5. Demonstrasi
G. Langkah-langkah Pembelajara
1. Pra Kegiatan
a. Menyiapkan rencana pembelajaran
b. Menyiapkan buku sumber
c. Menyiapkan tugas
d. Menyiapkan media/alat peraga
2. Kegiatan Awal ( 5 menit )
a. Mengucapkan salam
b. Mengabsen siswa
c. Apersepsi :
Tanya jawab tentang pelajaran yang lalu yang ada kaitannya dengan
materi pelajaran. Misalnya :
- Pernahkah anak-anak berkunjung ke perpustakaan ?
- Buku apa yang pernah Kamu baca ?
- Apa yang Kamu dapat dari perpustakaan ?
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan
3. Kegiatan Inti ( 35 menit )
a. Guru memberi penjelasan singkat secara singkat tentang pokok-pokok
menyusun karangan .
b. Guru menjelaskan cara menggunakan media gambar seri untuk
menyusun karangan.
c. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang cara menemukan
pokok pikiran dalam suatu paragraph.
d. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.
e. Guru membagikan lembar kerja siswa.
90
f. Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menyelesaikan lembar kerja.
g. Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok, kelompok yang lain
memperhatikan dan memberikan tanggapan.
h. Guru memberi penguatan bagi kelompok yang sudah melaporkan hasil
diskusi.
4. Kegiatan Akhir ( 20 menit )
a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.
b. Guru memberi evaluasi secara individu atau tes formatif.
c. Guru mengoreksi hasil tes formatif.
d. Tindak lanjut
- Guru memberikan soal-soal perbaikan bagi siswa yang nilainya
belum mampu mencapai KKM.
- Guru memberikan soal-soal pengayaan bagi siswa yang
nilainya sudah mampu mencapai KKM.
H. Evaluasi
a. Prosedur
1. Test awal
2. Test dalam proses
3. Test akhir
b. Jenis Test
1. Test lisan
2. Test tertulis
3. Bentuk Test
4. Uraian
91
Kunci Jawaban
Disesuaikan dengan jawaban siswa
Pedoman Penilaian
NO ASPEK YANG DINILAI KET
KERAPIAN P. EJAAN P.HURUF
KAPITAL
DAN TANDA
TITIK
KESEUAIAN
CERITA
DENGAN
GAMBAR
(25) (25) (25) (25)
Mengetahui
Kepala Sekolah
……………………..
Dampit, …………………..
Guru Kelas
……………………..
92
LAMPIRAN 2
MATERI PEMBELAJARAN
1. Gambar seri adalah rangkaian gambar yang menceritakan suatu peristiwa.
Setiap gambar menceritakan bagian dari cerita tersebut. Gambar tersebut dapat
disusun secara urut sehingga membentuk sebuah cerita yang runtut.
2. Langkah pertama mengurutkan gambar seri adalah menemukan judl cerita
dalam gambar seri tersebut. Setelah menemukan judul dalam gambar seri
tersebut, selanjutnya adalah menentukan peristiwa pertama yang mungkin
terjadi dalam gambar tersebut Selanjutnya, menentukan peristiwa yang lain
yang disusun secara logis sehingga membentuk cerita yang runtut.
3. Kita juga dapat menyusun sebuah paragraf berdasarkan
gambar. Untuk menyusun paragraf berdasarkan gambar perlu
diperhatikan gambar dengan teliti
4. Contoh 1 :
Dari gambar tersebut dapat disusun sebuah paragraf sebagai berikut :
Rani membawakan sebuah lagu dalam acara perpisahan
siswa kelas VI. Banyak siswa lain yang menyaksikan
penampilan Rani. Mereka kagum dengan kemampuan Rani
menyanyikan sebuah lagu.
93
5. Perhatikan gambar ! Dari gambar tersebut dapat kita susun sebuah paragraf seperti berikut ini :
Kendaraan ini hingga kina masih digunakan. Rodanya ada
dua. Ada yang dilengkapi lonceng dan ada pula keranjang
kecil untuk menyimpan perbekalan. Kendaraan ini ramah
lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar
minyak. Pengendaranya harus mengayuh kendaraan ini.
Anak-anak sedang membersihkan halaman. Mereka
bekerja secara bergotong-royong. Mereka mengambil
sampah yang berserakan dari halaman sekolah. Sampah-
sampah itu mereka kumpulkan dalam tong sampah.
Setelah tong sampah tersebut penuh, baru dibawa ke
tempat pembuangan sampah.
94
LEMBAR KERJA SIKLUS I
1. Buatlah kalimat yang menceritakan gambar tersebut.
2. Susunlah kalimat-kalimat tersebut dengan baik, sehingga menjadi sebuah
cerita.
1. ……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
2. ……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
3. ……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
4 ……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
5. ……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
95
LEMBAR KERJA SIKLUS II
Petunjuk
Berikut ini adalah langkah-langkah menulis karangan berdasarkan gambar.
1. Berilah judul yang sesuai.
2. Buatlah kalimat yang menceritakan gambar tersebut.
3. Susunlah kalimat-kalimat tersebut dengan baik, sehingga menjadi sebuah
cerita.
96
Petunjuk
Berikut ini adalah langkah-langkah menulis karangan berdasarkan gambar.
1. Berilah judul yang sesuai.
2. Buatlah kalimat yang menceritakan gambar tersebut.
3. Susunlah kalimat-kalimat tersebut dengan baik, sehingga menjadi sebuah
cerita.
97