13
Kajian hukum dan implikasi penetapan 4 (empat) pelabuhan barang/umum sebagai pelabuhan utama (selain sabang) dalam Pembangunan Kepelabuhanan di Aceh. Bahan Kajian 1. UU PA No 11 Tahun 2006 2. UU Kepelabuhanan No 61 Tahun 2009 3. KepMenhub 414 Tahun 2013 tentang RIP Nasional 4. Rqanun RTRW Aceh 5. Tatrawil Aceh Isi UU Pemerintah Aceh mengenai pelabuhan: Ps 1 ay 1 Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ps 1 ay 4 Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Ps 19 ay 1 Pemerintah kabupaten/kota berwenang mengelola pelabuhan dan bandar udara umum. Ps 19 ay 2 Pelabuhan dan bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelabuhan dan bandar udara umum yang dikelola oleh Pemerintah sebelum Undang-Undang ini diundangkan. Ps 19 ay 3 Pemerintah Aceh melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan pelabuhan dan bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Ps 172 ay 1 Pemerintah, Pemerintah Aceh dan/atau pemerintah kabupaten/kota dapat membangun pelabuhan dan bandar udara umum di Aceh. Ps 172 ay 2 Pengelolaan pelabuhan dan bandar udara yang dibangun oleh Pemerintah Aceh dan/atau pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pemerintah Aceh dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Ps 172 ay 3

Kajian Hukum UU PA Dan Implikasi Pembangunan Kepelabuhanan Di Aceh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesimpulan dan pertanyaan ?1. Berapa besar jumlah persentase kerjasama pengelolaan pelabuhan yang dimaksudkan oleh Undang – undang ini, yang mana berdampak dalam pembagian kewenangan pengelolaan infrastruktur pelabuhan laut di Aceh.2. Maka, dalam indikasi pembiayaan pembangunan kepelabuhanan di Aceh pengelolaan dan pembangunan pelabuhan menjadi kewenangan bersama yakni antara pemerintah (indonesia), Aceh dan Kab/Kota.3. Untuk menaikkan status (hirarki) 4 pelabuhan yang ada maka sesuai dengan ketentuan UU kepelabuhanan, harus oleh menteri (perhubungan). Sesuai ps 28. Bahwa untuk pelabuhan utama ditetapkan oleh menteri. Untuk pelabuhan pengumpan regional oleh gubernur. Dan untuk pengumpan lokal oleh walikota/bupati. Artinya secara hirarki hanya dapat dilakukan oleh kementerian perhubungan, cq direktorat jenderal perhubungan laut di Jakarta. Oleh karena itu perlu dibuatkan aturan turunan dalam hal pemerintah aceh memberikan usulan upaya untuk meningkatkan fungsi/status/hirarki tersebut.4. Bahwa pelaksanaan UU PA dan UU Kepelabuhan dan RIP Nas serta kebijakan level Gubernur yakni Rqanun RTRW, Tatrawil dan RIP Aceh, tidak dapat mengubah status keempat pelabuhan tersebut yang awalnya adalah pelabuhan pengumpul selain oleh Menteri (ybs).5. Oleh karenanya dalam Kajian Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Aceh 2033 ini, 4 (empat) pelabuhan yang berada dalam masing masing Kawasan Strategis Aceh (KSA) yangditingkatkan statusnya dapat kita berikan usulan saja. Dengan memberi hirarki pelabuhan utama promosi (PU-p). atau definisi lainnya yang tidak bertentangan dengan hukum.

Citation preview

Kajian hukum dan implikasi penetapan 4 (empat) pelabuhan barang/umum sebagai pelabuhan utama (selain sabang) dalam Pembangunan Kepelabuhanan di Aceh.

Bahan Kajian 1. UU PA No 11 Tahun 2006

2. UU Kepelabuhanan No 61 Tahun 2009

3. KepMenhub 414 Tahun 2013 tentang RIP Nasional

4. Rqanun RTRW Aceh

5. Tatrawil Aceh

Isi UU Pemerintah Aceh mengenai pelabuhan: Ps 1 ay 1

Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ps 1 ay 4

Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

Ps 19 ay 1

Pemerintah kabupaten/kota berwenang mengelola pelabuhan dan bandar udara umum.

Ps 19 ay 2

Pelabuhan dan bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelabuhan dan bandar

udara umum yang dikelola oleh Pemerintah sebelum Undang-Undang ini diundangkan.

Ps 19 ay 3

Pemerintah Aceh melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan

pelabuhan dan bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Ps 172 ay 1

Pemerintah, Pemerintah Aceh dan/atau pemerintah kabupaten/kota dapat membangun pelabuhan dan

bandar udara umum di Aceh.

Ps 172 ay 2

Pengelolaan pelabuhan dan bandar udara yang dibangun oleh Pemerintah Aceh dan/atau pemerintah

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pemerintah Aceh dan/atau

pemerintah kabupaten/kota.

Ps 172 ay 3

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan dan pengelolaan pelabuhan dan bandar udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan qanun dengan memperhatikan

norma, standar, dan prosedur yang berlaku.

Ps 173 ay 1

Pelabuhan dan bandar udara umum yang pada saat Undang-Undang ini diundangkan, dikelola oleh

badan usaha milik negara (BUMN) dikerjasamakan pengelolaannya dengan Pemerintah Aceh dan/atau

pemerintah kabupaten/kota.

Ps 173 ay 2

Kerja sama pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk perusahaan patungan

yang dilaksanakan sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang berlaku.

Ps 173 ay 3

Pelaksanaan fungsi keselamatan pelayaran dan keselamatan penerbangan bagi pelabuhan dan bandar

udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Ps 173 ay 4

Pelaksanaan kerja sama pengelolaan pelabuhan dan bandar udara umum yang dikelola oleh badan

usaha milik negara (BUMN) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan norma,

standar, dan prosedur yang berlaku.

Ps 254 ay 1

Penyerahan kewenangan pengelolaan pelabuhan dan bandar udara umum dari Pemerintah kepada

pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilaksanakan paling lambat awal

tahun anggaran 2008.

Ps 254 ay 2

Pengelolaan pelabuhan dan bandar udara umum yang sudah ada pada saat Undang-Undang ini

diundangkan dikerjasamakan antara badan usaha milik negara, Pemerintah Aceh, dan pemerintah

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 dilaksanakan paling lambat awal tahun

anggaran 2008.

Ps 264 ay 1

Penyerahan prasarana, pendanaan, personil, dan dokumen yang berkaitan dengan pelabuhan dan

bandar udara umum dari Pemerintah kepada pemerintah kabupaten/kota di Aceh dilakukan paling

lambat pada permulaan tahun anggaran 2008.

Kesimpulan:

1. Bahwa seluruh pelabuhan yang ada dikerjasamakan pengelolaannya.

2. Pembangunannya dapat dilaksanakan oleh pemerintah (indonesia), pemerintah aceh dan

kab/kota.

Kajian Terhadap UU 61/2009 tentang kepelabuhanan Dimana dinyatakan bahwa pelabuhan utama adalah adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri

dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau

barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

Pelabuhan Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan

laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai

tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan

pelayanan antarprovinsi.

Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut

dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan

bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang

dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.

Kebijakan Pelabuhan Nasional

Pasal 9

Kebijakan pelabuhan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a memuat arah

pengembangan pelabuhan, baik pelabuhan yang sudah ada maupun arah pembangunan pelabuhan yang

baru, agar penyelenggaraan pelabuhan dapat saling bersinergi dan saling menunjang antara satu

dan lainnya.

Paragraf 3

Rencana Lokasi dan Hierarki Pelabuhan

Pasal 10

(1) Rencana lokasi pelabuhan yang akan dibangun disusun dengan berpedoman pada kebijakan

pelabuhan nasional.

(2) Rencana lokasi pelabuhan yang akan dibangun harus sesuai dengan:

a. rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana

tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;

c. potensi sumber daya alam; dan

d. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional.

Pasal 11

(1) Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama yang digunakan untuk

melayani angkutan laut selain harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (2) juga harus berpedoman pada:

e. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;

f. kedekatan dengan jalur pelayaran internasional;

g. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan utama lainnya;

h. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;

i. mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu;

j. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional; dan

k. volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.

(2) Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama yang digunakan untuk

melayani angkutan penyeberangan selain harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (2) juga harus berpedoman pada:

a. jaringan jalan nasional; dan/atau

b. jaringan jalur kereta api nasional.

Kesimpulan :

1. dalam penetapan pelabuhan laut sebagai pelabuhan utama ada beberapa syarat dan

ketentuan,

2. keserasian kebijakan pelabuhan dimulai dari RTRWN, RTRW dan RTRW Kab/Kota

Kajian Terhadap Rencana Induk Pelabuhan Nasional Matrik Hirarki Pelabuhan Aceh Menurut RIPN Indonesia, KP 414/2013

No Kabupaten/Kota Pelabuhan/Terminal Hirarki Pelabuhan/Terminal

Ket 2011 2015 2020 2030

1 Aceh Barat Meulaboh PP PP PP PP *

2 Aceh Barat Daya Susoh PR PR PR PR *

3 Aceh Barat Daya Lhok Pawoh PL PL PL PL

4 Aceh Besar Malahayati PP PP PP PP *

5 Aceh Besar Meulingge PL PL PL PL

6 Aceh Jaya Calang PP PP PP PP *

7 Aceh Jaya Lhok Kruet PL PL PL PL

8 Aceh Selatan Tapak Tuan PR PR PR PR *

9 Aceh Selatan Sibadeh PL PL PL PL

10 Aceh Selatan Meukek PL PL PL PL

11 Aceh Singkil P. Banyak PL PL PL PL

12 Aceh Singkil P. Sarok PL PL PL PL

13 Aceh Singkil Singkil PP PP PP PP *

14 Aceh Singkil Gosong Telaga PL PL PL PL

15 Aceh Tamiang Seruway PL PL PL PL

16 Aceh Timur Idi PR PR PR PR *

17 Aceh Utara Lhokseumawe/Krueng Geukeuh PP PP PP PP *

18 Bireuen Kuala Raja PL PL PL PL

19 Langsa Kuala Langsa PP PP PP PP *

20 Langsa Pusong PL PL PL PL

21 Pidie Sigli PL PL PL PL

22 Pidie Laweung PL PL PL PL

23 Sabang Sabang PU PU PU PU *

24 Banda Aceh Ulee Lheue PP PP PP PP

25 Simeuleu Sibigo PL PL PL PL

26 Simeuleu Sinabang PP PP PP PP *

Sumber: KP 414/2013

Keterangan: *) adalah terdapat kantor UPT Ditjen HUBLA RI. PU adalah pelabuhan utama PP adalah pelabuhan pengumpul PR adalah pelabuhan pengumpan regional PL adalah pelabuhan pengumpan lokal

Kesimpulan :

1. hanya terdapat 1 pelabuhan utama yakni Sabang.

2. Sisanya adalah pelabuhan pengumpul dan pengumpan regional serta lokal.

Kajian Terhadap Rqanun RTRW Aceh Untuk masing-masing pelabuhan yang ditetapkan tersebut diberikan penjelasan sebagai berikut ini.

1. Pelabuhan Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, yang

melayani angkutan laut luar negeri (internasional), sehingga dikenal juga sebagai Pelabuhan

Internasional. Pengembangan pelabuhan utama Sabang ini sangat terkait dengan rencana

pengembangan pelabuhan bebas Sabang dan kawasan perdagangan bebas Sabang. Dalam RTRWN dan

RTRWA Sabang ditetapkan dengan hierarki sebagai PKSN/PKW Sabang, dengan demikian maka

Pelabuhan Sabang ini merupakan prasarana pendukung terkait dengan fungsi PKSN/PKW Sabang.

Bila dihubungkan dengan kondisi dan kapasitas pelabuhan Sabang yang ada dewasa ini, maka

rencana untuk Pelabuhan Sabang sebagai Pelabuhan Utama dengan pelayanan luar negeri

(internasional) merupakan pengembangan yang sangat signifikan yang disertai dengan

”investasi” yang besar sebagai peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini..

2. Pelabuhan Balohan di Kota Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhan

utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dan dalam negeri

dalam provinsi. Angkutan penyeberangan internasional direncanakan untuk rute atau lintasan

penyeberangan Balohan – Phuket (Thailand), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung

kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada rute

atau lintasan Balohan – Ulee Lheue (Banda Aceh) yang merupakan lintasan strategis nasional

dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini akan menghubungkan PKW/PKSN

Sabang dengan PKNp Banda Aceh secara langsung.

Rencana Pengembangan Pelabuhan di Aceh

Sehubungan dengan cakupan kawasan pada pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang

serta Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang, yang juga akan mencakup pulau-pulau

di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, maka angkutan penyeberangan dikembangkan pula pada

lintasan Balohan – Lampuyang (P.Breuh) – Lamteng (P.Nasi) (keduanya terletak di Kecamatan Pulo

Aceh) – dan ke Ulee Leue.

Rencana pengembangan untuk pelabuhan Balohan ini adalah pemantapan dan peningkatan dari kegiatan

pelabuhan yang ada dewasa ini.

3. Pelabuhan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai

pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dan dalam

negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan internasional direncanakan untuk rute atau

lintasan penyeberangan Ulee Lheue – Penang/Langkawi (Malaysia), baik untuk pelayanan umum

maupun mendukung kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi

adalah pada rute atau lintasan Ulee Lheue - Balohan (Sabang) yang merupakan lintasan strategis

nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini akan menghubungkan

PKNp Banda Aceh dengan PKW/PKSN Sabang secara langsung.

Selaras dengan pengembangan lintas penyeberangan untuk Balohan di atas, maka di Ulee Lheue

juga dengan pelayanan angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi untuk rute atau

lintasan Ulee Lheue – Lampuyang – Lamteng – terus ke Balohan.

Rencana pengembangan untuk pelabuhan Ulee Lheue ini adalah pemantapan dan peningkatan dari

kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.

4. Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara. Pelabuhan Krueng Geukueh ini dikenal juga

dengan Pelabuhan Lhokseumawe, yang mendukung PKN Lhokseumawe. Pelabuhan Krueng Geukueh

ditetapkan dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan laut luar negeri

(internasional) dan angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dengan rute atau

lintasan Lhokseumawe – Penang/Langkawi (Malaysia).. Rencana pengembangan untuk pelabuhan ini

adalah pemantapan dan peningkatan untuk pelayanan angkutan laut luar negeri (internasional),

dan pengembangan untuk pelayanan angkutan penyeberangan penyeberangan luar negeri

(internasional).

5. Pelabuhan Khusus Lhokseumawe di Kota Lhokseumawe, yang merupakan pelabuhan untuk pengapalan

LNG (ekspor LNG), dan dikelola oleh perusahaan. Bila dilihat dari pelayanannya maka pelabuhan

ini merupakan pelabuhan utama dengan pelayanan angkutan luar negeri (internasional) dengan

bentuk kegiatan pelayanan khusus, yaitu ekspor LNG. Pelabuhan ini mendukung PKN Lhokseumawe.

6. Pelabuhan Meulaboh di Kabupaten Aceh Barat. Pelabuhan Meulaboh ini mendukung PKW Meulaboh,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang melayani angkutan laut dalam negeri

antarprovinsi dan pelayaran rakyat, serta angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi

dengan rute atau lintasan Meulaboh – Sinabang dan Meulaboh – Sibigo. Pelabuhan Meulaboh ini

mengalami kerusakan berat dalam bencana tsunami tahun 2004. Dengan demikian rencana

pengembangan untuk pelabuhan Meulaboh ini adalah revitalisasi dan peningkatan untuk melayani

angkutan laut dan pengembangan untuk pelayanan angkutan penyeberangan.

7. Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar. Pelabuhan Malahayati ini mendukung PKNp Banda

Aceh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang melayani angkutan laut dalam negeri

antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Rencana pengembangan untuk pelabuhan ini adalah

pemantapan dan peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.

8. Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa. Pelabuhan Kuala Langsa ini mendukung PKW Langsa,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri

antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Kuala Langsa ini adalah

pemantapan dan peningkatan dari pelayanan angkutan laut yang ada dewasa ini.

9. Pelabuhan Sinabang di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sinabang ini mendukung PKL Sinabang,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dan angkutan

penyeberangan. Untuk angkutan laut pelayanannya adalah dalam negeri antarprovinsi. Untuk

angkutan penyeberangan pelayanannya adalah dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute:

Sinabang – Meulaboh, Sinabang – Labuhanhaji, dan Sinabang – Kep. Banyak – Singkil. Rencana

untuk pelabuhan Sinabang adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa

ini, baik untuk angkutan laut dan angkutan penyeberangan.

10. Pelabuhan Sibigo di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sibigo dengan fungsi sebagai pelabuhan

pengumpan, yang melayani angkutan laut pelayaran rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam

negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute: Sibigo – Meulaboh. Rencana untuk pelabuhan

Sibigo adalah pengembangan, baik untuk angkutan alut maupun angkutan penyeberangan..

11. Pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pelabuhan Susoh ini mendukung PKWp Blangpidie,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam

provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Susoh adalah peningkatan dari

pelayanan yang ada dewasa ini.

12. Pelabuhan Tapaktuan di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Tapaktuan mendukung PKL Tapaktuan,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam

provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Tapaktuan ini adalah peningkatan dari

pelayanan yang ada dewasa ini.

13. Pelabuhan Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Labuhanhaji dengan fungsi sebagai

pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri pelayaran rakyat, dan angkutan

penyeberangan dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute: Labuhanhaji – Sinabang.

Rencana untuk pelabuhan Labuhanhaji adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang

ada dewasa ini.

14. Pelabuhan Sibadeh di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Sibadeh berfungsi sebagai pelabuhan

pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat.

Rencana untuk pelabuhan Sibadeh adalah peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.

15. Pelabuhan Singkil di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan Singkil mendukung PKL Singkil, dan

juga PKWp Subulussalam, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan

laut dan angkutan penyeberangan. Untuk angkutan laut pelayanannya adalah dalam negeri

antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Untuk angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi

dan dalam provinsi. Rute/lintasan angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi adalah

Singkil – Sibolga/Nias di Provinsi Sumatera Utara; dan dalam provinsi adalah Singkil –

Kepulauan Banyak – Sinabang. Rencana untuk pelabuhan Singkil ini adalah peningkatan dan

pengembangan baik untuk pelayanan angkutan laut maupun untuk pelayanan angkutan

penyeberangan.

16. Pelabuhan Kepulauan Banyak di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan Kepulauan Banyak ini

berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri pelayaran

rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi dan dalam provinsi. Angkutan

penyeberangan dalam negeri antarprovinsi adalah pada rute/lintasan Kepulauan Banyak –

Sibolga/Nias Provinsi Sumatera Utara, terutama dalam rangka mendukung kegiatan pariwisata.

Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada rute/lintasan Kep. Banyak –

Singkil, dan Kep. Banyak – Sinabang. Rencana untuk pelabuhan Kep. Banyak adalah pemantapan

dan peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.

17. Pelabuhan Calang di Kabupaten Aceh Jaya. Pelabuhan Calang mendukung PKL Calang, dengan fungsi

sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan

pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Calang adalah peningkatan dari pelayanan yang ada

dewasa ini.

18. Pelabuhan Idi di Kabupaten Aceh Timur. Pelabuhan Idi mendukung PKL Idi Rayeuk, dengan fungsi

sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan

pelayaran rakyat. Pelabuhan Calang ini juga dimanfaatkan sebagai pelabuhan untuk kegiatan

perikanan. Rencana untuk pelabuhan Idi adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang

ada dewasa ini.

19. Pelabuhan Lampuyang di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau Breuh Kecamatan Pulo

Aceh. Pelabuhan Lampuyang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan

penyeberangan dalam negeri dalam provinsi, dengan rute/lintasan: Lampuyang – Lamteng – Ulee

Lheue, dan Lampuyang – Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue – Lamteng –

Lampuyang – Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lampuyang adalah pengembangan.

20. Pelabuhan Lamteng di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh.

Pelabuhan Lamteng berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan penyeberangan

dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute: Lamteng – Ulee Lheue, dan Lamteng –

Lampuyang – Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue – Lamteng – Lampuyang –

Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lamteng adalah pengembangan.

Kesimpulan :

1. Terdapat 2 pelabuhan barang sebagai pelabuhan utama yakni sabang dan krueng geukeuh

Kajian Terhadap Rqanun Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh

Pasal 19

(1) Jenis kepelabuhanan di Aceh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) huruf a terdiri atas:

a. pelabuhan laut; dan

b. pelabuhan sungai dan danau.

(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a melayani : a. angkutan laut; dan

b. angkutan penyeberangan.

(3) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berdasarkan hierarki fungsinya terdiri atas:

a. pelabuhan utama;

b. pelabuhan pengumpul;

c. pelabuhan pengumpan regional; dan

d. pelabuhan pengumpan lokal.

(4) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelompokkan ke dalam beberapa zona kerja berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan kawasan strategis Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut:

a. Zona Pusat, terdiri atas Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Penyeberangan Balohan (Kota Sabang), Pelabuhan Malahayati dan Pelabuhan Penyeberangan Lamteng Pulo Aceh (Kabupaten Aceh Besar), serta Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue (Kota Banda Aceh);

b. Zona Utara - Timur, terdiri atas Pelabuhan Krueng Geukuh (Kabupaten Aceh Utara), Kuala Langsa (Kota Langsa) serta Idi (Kabupaten Aceh Timur);

c. Zona Barat, terdiri atas Pelabuhan Meulaboh dan Pelabuhan Penyeberangan Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat) serta Pelabuhan Calang (Kabupaten Aceh Jaya); dan

d. Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas Pelabuhan Singkil, Pelabuhan Penyeberangan Singkil dan Pulau Banyak (Kabupaten Aceh Singkil), Pelabuhan Sinabang dan Pelabuhan Penyeberangan Sinabang (Kabupaten Simeulue), Pelabuhan Tapaktuan dan Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji (Kabupaten Aceh Selatan), serta Pelabuhan pengumpan Susoh dan Pelabuhan Surin (Kabupaten Aceh Barat Daya).

(5) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan sesuai dengan peran sebagai berikut:

a. Pelabuhan Sabang (Kota Sabang) sebagai Pelabuhan Bebas (Free Port) dan Pelabuhan Utama yang melayani angkutan laut, alih muat angkutan laut (transhipment) serta berperan sebagai international hub dan pintu gerbang utama Pulau Sumatera dengan jenis layanan utama kontainer dan general cargo;

b. Pelabuhan Krueng Geukueh (Kabupaten Aceh Utara), Pelabuhan Singkil (Kabupaten Aceh Singkil), Pelabuhan Surin (Kabupaten Aceh Barat Daya), Pelabuhan Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat) dan Pelabuhan Malahayati (Kabupaten Aceh Besar) sebagai pelabuhan utama yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dengan jenis pelayanan utama kontainer, kargo umum, curah cair dan curah kering lingkup nasional dan internasional;

c. Pelabuhan Kuala Langsa (Kota Langsa) sebagai pelabuhan pengumpul yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dengan jenis pelayanan utama general cargo, curah cair, curah kering lingkup nasional dan internasional serta penyeberangan luar negeri;

d. Pelabuhan Calang (Kabupaten Aceh Jaya) sebagai pelabuhan pengumpan regional yang terbuka bagi perdagangan luar negeri di wilayah Barat dengan pelayanan utama general cargo lingkup nasional dan internasional serta penyeberangan dalam negeri;

e. Pelabuhan Sinabang (Kabupaten Simeulue), Pelabuhan Tapaktuan (Kabupaten Aceh Selatan), dan Pelabuhan Idi (Kabupaten Aceh Timur) sebagai pelabuhan pengumpan regional dengan jenis pelayanan utama general cargo dan curah cair lingkup nasional;

f. Pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue (Kota Banda Aceh), Balohan (Kota Sabang), dan Krueng Geukueh (Kabupaten Aceh Utara) sebagai pelabuhan laut yang melayani penyeberangan dalam dan luar negeri; dan

g. Pelabuhan penyeberangan Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat), Sinabang (Kabupaten Simeulue), Singkil dan Pulau Banyak (Kabupaten Aceh Singkil), Lamteng (Kabupaten Aceh Besar), Labuhan Haji (Kabupaten Aceh Selatan), dan Surin (Kabupaten Aceh Barat Daya) sebagai pelabuhan laut yang melayani penyeberangan dalam negeri.

(6) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan secara terintegrasi dengan jalan dan/atau kereta api.

(7) Setiap pelabuhan wajib memiliki rencana induk pelabuhan yang mencakup Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, yang disusun oleh penyelenggara

pelabuhan, dan ditetapkan oleh Gubernur untuk pelabuhan utama, pengumpul, dan pengumpan regional, serta oleh Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau.

(8) Pengaturan pelabuhan laut pengumpan lokal, pelabuhan sungai dan danau diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota.

Pasal 20

(1) Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 19 ayat (7) dapat dioperasikan terminal khusus.

(2) Pengembangan dan pemanfaatan terminal khusus dilakukan oleh Pemerintah Aceh dan/atau badan usaha tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kesimpulan : 1. Terdapat 6 pelabuhan utama

Kajian Terhadap Tatanan Transportasi Wilayah Aceh Adapun berbagai arah pengembangan jaringan prasarana transportasi laut wilayah Aceh berdasarkan

zona pengembangan, seperti:

1. Zona Pusat

Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:

Pelabuhan Sabang, Kota Sabang sebagai pelabuhan utama hub internasional sebagai prasarana

pendukung terkait dengan fungsi PKSN Sabang. Pelabuhan Sabang juga sebagai pintu masuk

kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona pusat serta melayani kegiatan

alih muat muatan General Cargo & Peti Kemas dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal

tujuan barang yang terintegerasi dengan Pel. Malahayati (KAPET Bandar Aceh Darusallam) serta

berfungsi sebagai pertahanan dan keamanan Nasional.

Pelabuhan Malahayati, Kab. Aceh Besar sebagai pelabuhan yang mendukung PKNp Banda Aceh,

dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam

negeri dari/ke zona pusat serta melayani kegiatan alih muat muatan Curah Kering selain

General Cargo & Peti Kemas dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang yang

terintegerasi dengan Pel. Sabang (KAPET Bandar Aceh Darussalam).

2. Zona Utara-Timur

Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:

Pelabuhan Krueng Geukeuh, Kab. Aceh Utara sebagai pelabuhan yang mendukung PKN Lhokseumawe.

Pelabuhan Krueng Geukueh ditetapkan dengan fungsi sebagai pelabuhan utama yang melayani

kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona barat serta melayani kegiatan

alih muat muatan Peti Kemas, General Cargo, Curah Kering & Curah Cair (CPO) dalam jumlah

besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang dalam rangka mendukung program MP3EI.

Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa sebagai pelabuhan yang mendukung PKW Langsa, dengan

fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang melayani kegiatan angkutan laut dalam

negeri/antarprovinsi, alih muat angkutan General Cargo & Curah Cair dalam jumlah menengah,

dan sebagai tempat asal tujuan barang.

Pelabuhan Idi, Kab. Aceh Timur sebagai pelabuhan yang mendukung PKL I di Rayeuk, dengan

fungsi sebagai pelabuhan pengumpan,yang melayani kegiatan angkutan laut dalam provinsi, alih

muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas dan pengumpan bagi pelabuhan utama dan

pelabuhan pengumpul.

3. Zona Barat

Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:

Pelabuhan Meulaboh, Kab. Aceh Barat sebagai pelabuhan yang mendukung PKW Meulaboh, dengan

fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri

dari/ke zona barat serta melayani kegiatan alih muat muatan General Cargo, Curah Kering &

Curah Cair (CPO) dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang.

Pelabuhan Calang, Kota Aceh Jaya sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Calang, dengan fungsi

sebagai pelabuhan pengumpul, yang melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri/antarprovinsi,

alih muat angkutan dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan barang.

4. Zona Selatan-Tenggara

Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:

Pelabuhan Singkil, Kab. Singkil sebagai pelabuhan yangmendukung PKL Singkil, dan juga PKWp

Subulussalam, dengan fungsi sebagai pelabuhan utama,yang melayani kegiatan ekspor/impor dan

angkutan dalam negeri dari/ke zona selatan tenggara serta melayani kegiatan alih muat muatan

General Cargo & Curah Cair (CPO) dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang.

Pelabuhan P. Banyak, P. Serok & Gosong Telaga sebagai Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Pelabuhan Tapak Tuan, Kab. Aceh Selatan sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Tapaktuan,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul,yang melayani kegiatan angkutan laut dalam

negeri/antarprovinsi, alih muat angkutan General Cargo & Curah Kering dalam jumlah menengah,

dan sebagai tempat asal tujuan barang. Pelabuhan Sibade dijadikan sebagai Pelabuhan Pengumpan

Lokal.

Pelabuhan Susoh, Kab. Aceh Barat Daya sebagai pelabuhan yang mendukung PKWp Blangpidie,

dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan regional,yang melayani kegiatan angkutan laut dalam

provinsi, alih muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas dan pengumpan bagi pelabuhan

utama dan pelabuhan pengumpul.

Pelabuhan Sinabang, Kab. Simeulue Daya sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Sinabang, dengan

fungsi sebagai pelabuhan pengumpan regional, yang melayani kegiatan angkutan laut dalam

provinsi, alih muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas dan pengumpan bagi pelabuhan

utama dan pelabuhan pengumpul serta membuka wilayah yang terisolasi.

Kesimpulan ;

1. Terdapat lima (5) pelabuhan utama

Kajian Tim Ahli Rencana Induk Pelabuhan Aceh 2033 Sebagai bagian dari wujud keahlian dibidang kepelabuhanan, maka tim ahli berpendapat bahwa

dalam untuk menetapkan/mewujudkan 4 pelabuhan utama untuk mendukung pengembangan kawasan

strategis aceh. Maka ditetapkan pelabuhan laut dimasing – masing kawasan strategis adalah :

1. Zona Pusat, yakni Pelabuhan Laut Sabang dan Malahayati

2. Zona Barat, yakni Pelabuhan Laut Meulaboh

3. Zona Utara – Timur, yakni Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh

4. Zona Tenggara – Selatan, yakni Pelabuhan Laut Singkil.

No Nama Pelabuhan Zona Pengembangan WilayaH (ZPW) Aceh

Hirarki Pelabuhan/ Terminal

Kewenangan

2015 2020 2035 (1) 2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Sabang Pusat PU PU PU Pemerintah (RI) 2 Malahayati Pusat PU PU PU Pemerintah (RI) 3 UleeLheue Pusat PP PP PP Pemerintah (RI) 4 Krueng Geukeuh Utara - Timur PU PU PU Pemerintah (RI) 5 Idi Utara - Timur PR PR PR Pemerintah Aceh 6 Kuala Langsa Utara - Timur PP PP PP Pemerintah (RI) 7 Pusong Utara - Timur PL PL PL Kab/Kota Aceh 8 Seruway Utara - Timur PL PL PL Kab/Kota Aceh 9 Kuala Raja Utara - Timur PL PL PL Kab/Kota Aceh 10 Sigli Utara - Timur PL PL PL Kab/Kota Aceh 11 Laweung Utara - Timur PL PL PL Kab/Kota Aceh 12 Meulaboh Barat PU PU PU Pemerintah (RI) 13 Calang Barat PR PR PR Pemerintah Aceh 14 Lhok Kruet Barat PL PL PL Kab/Kota Aceh 15 Meulingge Barat PL PL PL Kab/Kota Aceh 16 Singkil Tenggara Selatan PU PU PU Pemerintah (RI) 17 Surin & Susoh Tenggara Selatan PU PU PU Pemerintah (RI) 18 Lhok Pawoh Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 19 Sinabang Tenggara Selatan PR PR PR Pemerintah Aceh 20 Sibigo Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 21 Tapak Tuan Tenggara Selatan PR PR PR Pemerintah Aceh 22 P Banyak Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 23 P Sarok Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 24 Gosong Telaga Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 25 Sibadeh Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh 26 Meukek Tenggara Selatan PL PL PL Kab/Kota Aceh

Sumber : Tim Penyusun

Keterangan: PU adalah pelabuhan utama PP adalah pelabuhan pengumpul PR adalah pelabuhan pengumpan regional PL adalah pelabuhan pengumpan lokal

Kesimpulan dan pertanyaan ?

1. Berapa besar jumlah persentase kerjasama pengelolaan pelabuhan yang dimaksudkan oleh

Undang – undang ini, yang mana berdampak dalam pembagian kewenangan pengelolaan

infrastruktur pelabuhan laut di Aceh.

2. Maka, dalam indikasi pembiayaan pembangunan kepelabuhanan di Aceh pengelolaan dan

pembangunan pelabuhan menjadi kewenangan bersama yakni antara pemerintah (indonesia),

Aceh dan Kab/Kota.

3. Untuk menaikkan status (hirarki) 4 pelabuhan yang ada maka sesuai dengan ketentuan UU

kepelabuhanan, harus oleh menteri (perhubungan). Sesuai ps 28. Bahwa untuk pelabuhan

utama ditetapkan oleh menteri. Untuk pelabuhan pengumpan regional oleh gubernur. Dan

untuk pengumpan lokal oleh walikota/bupati. Artinya secara hirarki hanya dapat

dilakukan oleh kementerian perhubungan, cq direktorat jenderal perhubungan laut di

Jakarta. Oleh karena itu perlu dibuatkan aturan turunan dalam hal pemerintah aceh

memberikan usulan upaya untuk meningkatkan fungsi/status/hirarki tersebut.

4. Bahwa pelaksanaan UU PA dan UU Kepelabuhan dan RIP Nas serta kebijakan level Gubernur

yakni Rqanun RTRW, Tatrawil dan RIP Aceh, tidak dapat mengubah status keempat pelabuhan

tersebut yang awalnya adalah pelabuhan pengumpul selain oleh Menteri (ybs).

5. Oleh karenanya dalam Kajian Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Aceh 2033 ini, 4 (empat)

pelabuhan yang berada dalam masing masing Kawasan Strategis Aceh (KSA) yang

ditingkatkan statusnya dapat kita berikan usulan saja. Dengan memberi hirarki pelabuhan

utama promosi (PU-p). atau definisi lainnya yang tidak bertentangan dengan hukum.

Tertanda, Tiar Pandapotan Purba, Urban and regional planning, gis, gps Member of AOGA Expert. +6281310418551, email : [email protected]