Upload
ain-hajawiyah
View
88
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun
udara berkembang dengan pesat. Produksi kendaraan bermotor pun saat ini tidak
terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat
angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke
tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus
dipeerhitungkan dari segi ekonomi.
Oleh karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya prusahan
yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada
seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena pada suatu saat dapat ditimpa oleh suatu
kerugian atau peristiwa. Karena itu hampir puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di
Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota
masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi.
Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat
dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari
pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering
kali melakukan penipuan terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan
menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian. Dan
sebaliknya, pihak masyararat sendiri sering menyalahgunakan kepentingan asuransi.
Selain itu, asuransi juga kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan dan
informasi masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per
kapita masyarakat.
1.2. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah studi kasus ini, penulis membatasi masalah
hanya pada kasus penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor oleh pihak
tertanggung.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. mengetahui kasus penolakan klaim asuransi yang banyak terjadi di Indonesia
2. menganalisis kasus yang ada dan mencocokkannya dengan teori asuransi yang
ada beserta alassannya
3. memberikan sumbangsih pemikiran mengenai solusi untuk mengurangi kasus
serupa di Indonesia
1.4. Manfaat
Setelah melakukan studi kasus ini, manfaat yang kami dapat adalah:
1. dapat mengetahui kasus penolakan klaim asuransi yang banyak terjadi di
Indonesia besrta alasannya
2. dapat menganalisis kasus yang ada dan mencocokkannya dengan teori asuransi
yang ada
3. dapat memberikan sumbangsih pemikiran mengenai solusi untuk mengurangi
kasus serupa di Indonesia
1.5. Metode Penelitian
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode studi
pustaka yaitu dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah
yang diteliti.
BAB II
DASAR TEORI
Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor.
Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian
atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor.
Aturan yang berlaku pada asuransi kebakaran umumnya juga berlaku untuk kendaraan
bermotor.Tetapi karena kendaraan bermotor mempunyai banyak karakteristik berbeda dibanding
jenis benda lainnya, maka asuransi kendaraan bermotor diatur tersendiri, meskipun di dalamnya
terdapat juga aturan-aturan seperti yang berlaku didalam asuransi kebakaran.
Tertanggung wajib mengungkapkan fakta material (material facts) yaitu fakta yang
mempengaruhi pertimbangan penanggung dalam menerima atau menolak permohonan
pengajuan asuransi dan dalam menetapkan tarif premi apabila permohonan dimaksud diterima1.
Ancaman dari penyimpangan ketentuan ini adalah tidak wajibnya penanggung membayar
kerugian yang terjadi dan penanggung berhak menghentikan pertanggungan tanpa wajib
mengembalikan premi yang telah disetorkan tertanggung.
Dari pernyataan ini perlu digarisbawahi bahwa formulir pengajuan asuransi yang diisi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian asuransi alias melekat menjadi satu
dengan polis yang dibeli. Karena bersifat mengikat inilah maka semua isian dalam form tersebut
menjadi acuan dalam setiap penyelesaian klaim. Ketika terjadi kasus penolakan klaim karena
terjadi penutupan fakta dari pihak tertanggung, perusahaan asuransi tidak berada dalam posisi
salah karena menurut hukum pihak tertanggung telah melakukan undisclosed material facts atau
menutup-nutupi fakta material yang berpengaruh pada diterima atau ditolaknya permohonan
pengajuan asuransi
II.1 Pengertian Asuransi
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan 1Pasal 6 Wording PSAKBI (Polis Standard Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia)
keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2
Batasan perjanjian asuransi adalah sebagai berikut; Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.3Berdasarkan definisi tersebut maka dalam
asuransi terkandung empat unsur adalah sebagai berikut :
1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan)
kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu
yang mengandung unsur tidak tentu.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)
4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang
tak tentu.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menentukan bahwa objek
asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, ksehatan manusia, tanggung jawab hukum,
serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak dan atau berkurang nilainya. Adapun
manfaat yang diberikan oleh asuransi bagi tertanggung atau insured, antara lain :
a. Memberikan rasa aman dan perlindungan
b. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan lain,
c. Merupakan alat penyebaran risiko, apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, dan
d. Sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Asuransi memiliki dasar hukum sebagai berikut:4
2 Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian3Pasal 246 KUHD4Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong.Hukum Dalam Ekonomi. Grasindo Hal.104
1. Pasal 246 sampai dengan pasal 308 KUH Dagang
2. Pasal 1774 KUH Perdata
3. Peraturan perundang-undangan di luar KUH Dagang dan KUH Perdata seperti :
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggung Wajib
Kecelakaan Penumpang
c. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakan Lalu Lintas Jalanan.
II.2 Polis Asuransi
Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis.Pembuatan
persetujuan mewajibkan penanggung untuk menandatangani polis dan menyerahkannya kepada
tertanggung dalam jangka waktu tertentu.5Menurut pasal 257 KUHD, hanya penanggung yang
menandatangani polis, berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak
yang berkepentingan atas polis tersebut (penanggung dan tertanggung).
Seperti yang tersebut dalam Pasal 255 KUHD, bahwa suatu pertanggungan harus dibuat
secara tertulis di dalam suatu akta yang dinamakan polis. Di dalam polis itu sendiri tidak boleh
merugikan kepentingan pemegang polis (nasabah) seperti disebutkan dalam Pasal 11 (bab 1)
undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. yang menimbulkan penafsiran
berbeda mengenai hak dan kewajiban penanggung maupun tertanggung, yang tertera dalam Pasal
19 ayat (1) undang-undang No. 2 tahun 1992.Penanggung harus menyerahkan polis kepada
tertanggung dalam jangka waktu sebagai berikut :
- Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan tertanggung atau
yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah ditandatangani oleh penanggung
harus diserahkannya kepada tertanggung dalam tempo 24 jam.6
- Jika pertanggungan dilakukan melalui makelar asuransi (broker), maka polis yang telah
ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada tertanggung paling lama dalam
tempo 8 hari.7
5 Pasal 257 KUHD6 Pasal 259 KUHD7pasal 260 KUHD
Sekalipun secara otentik telah ditetapkan batas waktu penyerahan polis oleh penanggung
kepada tertanggung, namun di dalam praktek asuransi, penanggung baru mau menyerahkan polis
kepada tertanggung setelah dia memperoleh pembayaran premi dari tertanggung.
Isi polis dan syarat-syarat pertanggungan pada umumnya disusun sendiri oleh masing-masing
penanggung (perusahaan asuransi) sehingga di dalam praktek asuransi, bisa saja didapat
perbedaan isi dan syarat-syarat pertanggungan antara penanggung yang satu dengan penanggung
yang lain untuk jenis asuransi yang sama. Banyak penanggung yang menyesuaikan isi dan syarat
pertanggungan dengan berpedoman pada polis-polis asuransi yang luas digunakan di
dunia.Berbagai macam polis mempunyai isi sendiri-sendiri sesuai dengan jenis polis itu.Isi polis
asuransi tentu berbeda dengan polis perjalanan, juga berbeda dengan polis kerugian.Polis
kebakaran, polis kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Secara umum polis memiliki fungsi sebagai berikut:
- Perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity).
- Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian
yang mungkin akan dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya, dengan prinsip :
a. untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum
terjadi/mengalami kerugian.
b. Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan (total collapse).
- Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas
jasa atas jaminan penanggung.
Adapun dalam Pasal 5 (bab 11) Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.O 17/1993,
bahwa di dalam polis asuransi dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum begitu pula
yang terdapat pada Pasal 6 Kep. Menkeu. No. 225/KMIK.017/1993, yang menyatakan bahwa
dalam polis dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum, disamping itu tindakan yang
dapat dianggap memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim secara wajar antara lain:
1. Memperpanjang masa penyelesaian klaim, dengan memilih dokumen lain yang pada
dasarnya isi tersebut sama dengan dokumen yang telah ada.
2. Menunda pembayaran klaim, dengan mengkaitkan pembayaran klaim reasuransi.
3. Menerapkan prosedur yang tidak lagi dalam lingkup kegiatan asuransi.
4. Tidak menyelesaikan klaim dengan mengkaitkan pada penyelesaian klaim yang lain pada
polis yang sama.
II.3 Asuransi Kendaraan Bermotor
Asuransi Kendaraan Bermotor adalah asuransi yang menjamin kerugian, kerusakan dan
kehilangan atas kendaran bermotor yang menjadi obyek pertanggungan serta kerugian akibat
tuntutan hukum pihak ketiga.Kendaran Bermotor yang termasuk dalam pengertian asuransi ini
adalah kendaraan roda empat (mobil: penggunaan pribadi atau komersil), kendaraan roda dua
(sepeda motor) dan alat berat (heavy equipment) spt: excavator, grader, tractor, dump truck,
forklift, bulldozer.
Lingkup jaminan asuransi kendaraan bermotor ialah gabungan / menyeluruh
(comprehensive) dan kerugian total semata (total loss only) .Comprehensif (Gabungan /
Menyeluruh) ialah memberikan jaminan atas setiap kerugian atau kerusakan yang terjadi pada
kendaraan bermotor disebabkan oleh kecelakaan sebagaimana yg diatur di dalam polis.
Sedangkan Total Loss Only (Kerugian Total Semata) adalah Memberikan jaminan atas
kehilangan kendaraan akibat pencurian atau kerusakan dimana biaya perbaikannnya melebihi 75
% dari nilai pasar kendaraan yang dipertanggungkan.
Resiko yang dijamin dalam asuransi ini meliputi :
a. Kerugian/kerusakan kendaraan bermotor, yang disebabkan :
1. Kerusakan/kerugian kendaraan bermotor yang dipertanggung-kan
2. Berbagai sebab seperti tabrakan dll, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran,
petir, penyeberangan feri.
3. Kerusakan roda
4. Biaya wajar yang disebarluaskan untuk menjaga atau mengangkut ke bengkel atau tempat
lain dengan maksud mengurangi kerugian/kerusakan
b. Tanggung gugat
Yaitu tanggung jawab tertanggung terhadap pihak ketiga berkaitan dengan penggunaan
kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.
Beberapa resiko yang tidak dijamin :
1. Kehilangan keuntungan, upah, berkurangnya nilai /kerugian keuangan akibat tidak dapat
digunakannya kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.
2. Kerusakan/kehilangan peralatan tambahan yang tidak disebut dalam pertanggungan.
3. Kerusakan/kehilangan kendaraan yang dipertanggungkan baik sebagian maupun
seluruhnya akibatpenggelapan.
4. Kerugian akibat perbuatan jahat tertanggung, suami atau istri, anak, pekerja tertanggung,
orang yang disuruh tertanggung, orang yang seizin tertanggung,orang yang tinggal
bersama tertanggung.
5. Kerugian kerusakan karena digunakan untuk menarik kendaraan lain dan sejenisnya,
kelebihan muatan, dijalankan dalam kondisi rusak, dikemudikan saat kecelakaan oleh
orang yang tidak punya SIM,memasuki/melewati daerah terlarang, reaksi/radiasi nuklir,
barang-barang yang sedangdimuat.
6. Kerugian/kerusakan baik langsung maupun tidak, sebagai akibat gempa bumi, gunung
berapi, badai, genangan air dan gejala meteorologi lainnya, perang dan sejenisnya serta
kerusuhan, pemogoakn & gangguan ketertiban umum lainnya.
7. Kerusakan/kehilangan karena aus, sifat bawaan, salah penggunaan.
8. Kerugian pihak ketiga disebabkan olehkendaraan yang dipertanggungkan.
9. Cedera badan/kematian terhadap: penumpang, istri atau suami atau anak tertanggung,
pemegang saham (jika CV atau firma),pengurus (jika tertanggung adalah PT, yayasan,
atau lainnya), pekerja tertanggung, orang yangtinggal bersama tertanggung, hewan milik
atau dipengawasan tertanggung.
II.4 Syarat-syarat Pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotor
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pertanggungan asuransi kendaraan bermotor
adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran premi. Premi harus dibayar lunas saat persetujuan pertanggunagn ditutup,
kecuali atas persetujuan keduanya.
2. Pemberitahuan kecelakaan, bisa tertulis maupunlisan dengan batasan maximal 3 hari.
3. Jika ada tuntutan pihak ketiga, wajib dilaporkan selambatnya 3 hari sejak tuntutan ada,
segera menyerahkan dokumen, tidak boleh janji,atau memberi keterangan yang berkesan
mengakui tanggung gugatnya dan tertanggung menguasakan kepada penanggung urusan
ganti rugi pihak ke-3.
4. Ganti rugi diberikan berdasar harga sebenarnya sesaat sebelum kerusakan atau jika atas
tuntutan pihak ke-3 setinggi-tingginya sejumlah yang disetujui minus co insurer yang
tercantum dalam ikhtisar pertanggungan.
5. Jika tuntutan pihak ke-3 berupa tuntutan pidana, penanggung harus diberitahu selambat-
lambatnya 3 hari sejak tuntutan diadukan, dan berhak penanggung menunjuk penasihat
hukum yang wajib digunakan oleh tertanggung untuk menangani perkaranya.
6. Kerugian total, yaitu kerugian/ kerusakan dengan perkiraan biaya perbaikan 75 % dari
harga sebenarnya kendaraan tersebut, atau 60 hari hilang tanpa dapat ditemukan.
7. Jika ada pertanggungan rangkap dan jumlah pertanggungan lebih dari harga kendaraan
yang bersangkutan, maka jumlah yang dipertanggunkan untuk masing-masing
penanggung seimbang dengan pertanggungan terhadap harga sebenarnya.
8. Jika harga kendaraan yang dipertanggungkan pada saat terjadinya kerugian/kerusakan
lebih besar dari pertanggungan, penanggung akan mengganti berdasar hitungan
bagian yang dipertanggungkan saja.
9. Tertanggung wajib melakukan segala usaha yangpatut guna menjaga dan memelihara
kendaraaan bermotor yang dipertanggungkan.
10. Hak subrogasi setelah pembayaran ganti rugi, danberlaku dengan sendirinya tanpa perlu
suratkuasa khusus dari tertanggung.
11. Jika saat terjadi kerugian/ kerusakan, dengan sengaja tertanggung memberi
laporan tidak benar,maka ia tak berhak memperoleh ganti rugi.
12. Hak mendapat ganti rugi hilang jika tertanggung : tidak memenuhi ke-wajibannya, tidak
menuntut ganti rugi sampai 12 bulan sejak terjadinya kerugian/kerusakan, tak
mengajukan keberatan atau pe-nyelesaian hukum dalam waktu 6 bulansejak
pemberitahuan tertulis dari penanggung bahwa tertanggung tak berhak mendapat ganti
rugi.
13. Harga sebenarnya kendaraan yang dipertanggungkan adalah hasil penjualan yang dapat
diperoleh jika penjualan dilakukan dengan bebas.
14. Penanggung berhak setiap saat memeriksa kendaraan yang dipertanggungkan.
15. Pertanggungan berakhir bila terjadi: pembatalan polis, peralihan hak milik, terjadi total
loss, berakhir jangka waktu pertanggungan.
16. Arbitrase
17. Lain-lain.
II.5 Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor
Mengenai pertanggungan atau asuransi ialah untuk memberikan jaminan kepada anggota
masyarakat yang tertimpa musibah kecelakaan lalu lintas di luar kesalahannya sendiri karena
pengguna kendaraan baik pribadi atau umum yang ditumpanginya, karena baik kecelakaan lalu
lintas, maupun hilang atau cacatnya kendaraan adalah merupakan suatu peristiwa yang tidak
disengaja ataupun tidak disangka-sangka terjadinya, sehingga dapat saja mengakibatkan
seseorang menjadi luka, cacat dan meninggal dunia, sementara kendaraan bermotornyapun rusak
atau menjadi hancur tidak dapat digunakan lagi.
Apabila barang-barang yang dipertanggungkan, dijual atau berpindah hak miliknya, maka
pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun
pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul sesudah barang
tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik baru tadi; segala sesuatu itu
kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung
yang semula. Apabila, pada waktu barang itu dijual atau dipindahkan hak miliknya, si pembeli
atau si pemilik baru menolak untuk mengoper tanggungannya, sedangkan si tertanggung yang
semula masih tetap berkepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka
pertanggungan itu sementara tetap akan berjalan guna keuntungannya.8
Dalam segala hal di mana persetujuan asuransi tidak berlaku untuk seluruhnya atau
sebagiannya atau menjadi gugur, asalkan tertanggung berbuat dengan iktikad baik, penanggung
harus mengembalikan premi, baik seluruhnya maupun sebagian yang tidak ditanggung
8Pasal 263 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
bahayanya.9Dengan demikian bisa saja pihak asuransi menolak klaim yang harusnya diberikan
pada konsumen, apabila terdapat alasan-alasan yang jelas yang dapat diterima. Akan tetapi
apabila tidak terpenuhi alasan yang dapat membolehkan pihak asuransi menolak klaim maka
tindakan tersebut termasuk pelanggaran hukum karena pihak asuransi tidak memenuhi
kewajibannya.
http://www.perisai.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=24&Itemid=67
Sri Redjeki Hartono, 1985. Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit IKIP,
Semarang.
Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong.Hukum Dalam Ekonomi. Grasindo
BAB III
ISI
9Pasal 281 KUHD
III.1 Pemaparan Kasus
Berikut adalah beberapa kasus mengenai klaim asuransi yang ditolak oleh pihak asuransi
dan penjelasannya.
Kasus 1
(Sumber : Koran Kontan)
Pada mudik Lebaran lalu, Jono merasa senang walau tak mudik. Selain mendapat tunjangan hari
raya (THR), si teman ini pun juga bakal menerima “THR” tambahan. Mobil Toyota Avanza yang
baru Ia miliki selama dua tahun hendak di sewa teman. Sii teman ingin menyewa mobil Jono
untuk keperluan mudik. Tak berpikir panjang, Jono langsung melepas mobilnya tergiur pada
ongkos
sewa yang ditawarkan. “Hitung – hitung bisa nambah THR kantor, nih,” kata dia. Akhirnya, si
teman memakai Avanza Jono.
Untung tak dapat diraih, modal tak dapat ditolak. Menjelang hari raya, Jono mendapat berita
yang cukup mengangetkan. Mobil Avanza Jono terkena musibah, tabrakan dengan mobil lain.
Kondisinya parah.
Rasa gelisah Jono langsung berubah menjadi rasa tenang. Soalnya, mobilnya sudah terlindung
dengan asuransi kendaraan bermotor. Pasti segala kejadian bakal mendapat klaim.
Tak disangka tak dinyana, perusahaan asuransi Jono menolak klaim yang ia ajukan. Penolakan si
perusahaan asuransi ini terjadi lantaran Jono tidak terbuka dalam memberikan keterangan kepada
pihak asuransi. Jono menyebut dirinya yang membawa mobil saat mudik, tak tahunya mobil ini
dipakai temanya. Alhasil, perusahaan asuransi tidak memberi Jono ganti rugi sepeserpun.
Bagi Jono, jelas tambahan THR dari ongkos sewa tiada arti dengan biaya – biaya yang bakal ia
keluarkan untuk memperbaiki mobil. Sebetulnya, Jono bisa mendapat klaim dari pihak asuransi,
asal pada saat itu ia berkata jujur. Seharusnya, Jono blang ke pihak asuransi bahwa ia
menyewakan mobil ke rekan kerja. “ Kalau orang berkata jujur, tidak ada alasan bagi perusahaan
asuransi untuk tidak membayar klaim,” kata Ketua Bidang Kerjasama Anggota dan Lembaga
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Julian Noor.
Menurut Noor, apa yang menimpa Jono ia sebut sebagai undisclosed materal fact. Artinya si
nasabah berusaha menutupi kejadian dan fakta yang sebenarnya. Lantaran takut tidak dapat
mendapat ganti rugi.
Tak cuma kerusakan atau tabrakan seperti diatas, kejadian ini pun bisa terjadi saat mobil hilang.
Pihak asuransi bisa saja tidak memberi ganti rugi kepada nasabah. Padahal si nasabah memilih
tipe asuransi komprehensif yang mahal.
Soalnya saat kejadian mobil yang bersangkutan hilang, ternyata bukan oleh pencuri melainkan
kelalaian kerabat atau teman dekat. Noor menyebutkan Perusahaan asuransi bisa saja menolak
klaim ini. “Adanya klausul ini untuk mencegah adanya permainan dari para pemegang polis,”
kata Noor.
Supaya persoalan ini tidak terjadi, kalangan asuransi memnita para pemegang polis bertindak
dan berkata jujur terhadap kondisi mobil yang mereka asuransikan.
Pasalnya, prinsip undisclosed material fact sama dengan prinsip niat baik dalam perjanjian
(goodwill agreement). “Nasabah wajib terbuka terhadap kondisi mobil yang mereka miliki,” kata
Ernita Sari, juru bicara PT. Adira Insurance.
Kasus 2
Masih banyak masalah berkaitan dengan perasuransian yang tidak clear ini. Seorang
rekan sebut saja A , mempunyai bisnis penyewaan mobil (rent a car) menyebutkan, ia pernah
kena batunya karena tidak hati-hati. Suatu ketika, ia tertarik membuka usaha penyewaan mobil.
Karena ia ingin aman, ia pergi ke sebuah perusahaan asuransi yang menunjukkan kecenderungan
tumbuh pesat. Akhirnya disepakati, bahwa perusahaan asuransi akan menanggung sembilan
sedannya yang masih baru. Masalah kemudian terjadi ketika dua mobilnya lenyap dirampok
penjahat. Ia mengajukan klaim ke perusahaan asuransi tersebut. Akan tetapi klaim itu menemui
jalan buntu karena pihak asuransi menyatakan, asuransi tidak bisa menanggung karena
tertanggung menyewakan mobil-mobil sedan itu. Sementara menurut kontrak asuransi
disebutkan bahwa mobil itu digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan penyewaan.
III.2 Analisis Kasus:
Dari kedua kasus diatas terdapat benang merah, yaitu kesengajaan pemegang polis untuk
tidak mengatakan fakta yang sebenarnya kepada penanggung (pihak asuransi). Padahal, telah
disebutkan pada penjelasan teori bahwa tertanggung harus menyatakan segala fakta yang
mempengaruhi pertimbangan penanggung dalam menerima atau menolak permohonan
pengajuan asuransi dan dalam menetapkan tariff premi apabila permohonan dimaksud diterima.
Ancaman dari penyimpangan ketentuan ini adalah tidak wajibnya penanggung membayar
kerugian yang terjadi dan penanggung berhak menghentikan pertanggungan tanpa wajib
mengembalikan premi yang telah disetorkan tertanggung. Dari pernyataan ini perlu
digarisbawahi bahwa formulir pengajuan asuransi yang diisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perjanjian asuransi atau dengan kata lain melekat menjadi satu dengan polis
yang dibeli. Karena bersifat mengikat inilah maka semua isian dalam form tersebut menjadi
acuan dalam setiap penyelesaian klaim.
Dalam kasus penolakan klaim di atas, perusahaan asuransi memang tidak berada dalam
posisi salah karena menurut hukum pihak tertanggung telah melakukan undisclosed material
facts atau menutup-nutupi fakta material yang berpengaruh pada diterima atau ditolaknya
permohonan pengajuan asuransi. Fakta material yang dimaksud adalah data penggunaan atau
okupasi kendaraan dimana dalam form pengajuan disebutkan penggunaan kendaraan adalah
untuk kepentingan pribadi, sedangkan fakta yang terjadi di lapangan (ketika terjadi klaim)
kendaraan tersebut dipakai untuk sewa-menyewa.
Penggunaan kendaraan masuk ke dalam material facts karena dari aspek risiko tentu saja
informasi ini sangat penting diketahui oleh perusahaan asuransi. Penggunaan pribadi memiliki
tingkat resiko yang lebih rendah dibanding sewa-menyewa. Pertama dari sisi pemakai atau
pengguna. Mobil yang dikemudikan hanya oleh satu orang tentu lebih aman karena lebih mudah
terukur secara moral dibanding jika pemakainya banyak orang. Kedua, rute serta jam pemakaian
antara kendaraan pribadi dan sewa sangat berbeda sehingga mencerminkan tingkat risiko yang
berbeda pula.
Dengan demikian, isian Penggunaan kendaraan adalah merupakan salah satu fakta
material (material facts) dalam asuransi kendaraan bermotor yang harus diisi dengan sebenar-
benarnya. Jangan sampai salah mengisinya atau merekayasa data agar preminya lebih murah.
Jika pada awal masuk asuransi, penggunaan mobil masih bersifat pribadi maka tidak menjadi
masalah. Namun jika di tengah pertanggungan, mobil digunakan sebagai objek sewa-menyewa
(rental) maka harus segera melaporkan kepada perusahaan asuransi.
Contoh form asuransi
Dalam form diatas, dapat dilihat kolom “tujuan penggunaan”. Pada kolom tersebut
terdapat beberapa opsi pilihan penggunaan kendaraan, seperti pribadi, dinas, komersil, maupun
rental. Dalam kedua kasus tersebut, para penanggung tidak mengisi pilihan tersebut dengan jujur
dan mengisinya untuk kepentiingan pribadi padahal disewakan. Berdasarkan hukum yang
berlaku, apabila penggunaan kendaraan dipindah tangankan, maka tertanggung harus
melaporkan hal tersebut kepada pihak penanggung agar kendaraan tersebut tetap diasuransikan
secara benar dan penuh.
Berikut adalah prosedur yang dapat dilakukan oleh tertanggung apabila ingin merubah pollis
asuransi nya.
Proses perubahan data atau kondisi pertanggungan ini disebut dengan proses perubahan polis
(Endorsement). Perubahan polis dapat berupa penambahan atau pengurangan risiko yang
dijamin, perubahan data pelanggan, perubahan data objek pertanggungan, dan lainnya.
Apabila langkah-langkah tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, maka kejadian
seperti kasus diatas dapat dihindari karena pihak penanggung telah memberikan informasi yang
sebenar-benarnya kepada pihak penanggung.
Selain harus jujur dalam mengisi polis, nasabah juga harus lebih waspada dalam
menanggapi penolakan klaim dari pihak asuransi, bisa saja pihak asuransi mencari-cari alasan
dan berbelit-belit dalam menolak klaim nasabahnya yaitu dengan cara tidak menjelaskan seluruh
ketentuan pada awal perjanjian. Ketika klaim diajukan, pihak asuransi menolak dengan alasan
nasabah tidak memenuhi polis, padahal hal ini terjadi karena ketidaktahuan nasabah akibat polis
yang tidak dijelakan secara terperinci.