24
BAB I PENDHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun udara berkembang dengan pesat. Produksi kendaraan bermotor pun saat ini tidak terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus dipeerhitungkan dari segi ekonomi. Oleh karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya prusahan yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena pada suatu saat dapat ditimpa oleh suatu kerugian atau peristiwa. Karena itu hampir puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi. Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali melakukan penipuan terhadap

Kasus Hukum Bisnis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kasus Hukum Bisnis

BAB I

PENDHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun

udara berkembang dengan pesat. Produksi kendaraan bermotor pun saat ini tidak

terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat

angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke

tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus

dipeerhitungkan dari segi ekonomi.

Oleh karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya prusahan

yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada

seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena pada suatu saat dapat ditimpa oleh suatu

kerugian atau peristiwa. Karena itu hampir puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di

Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota

masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi.

Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat

dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari

pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering

kali melakukan penipuan terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan

menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian. Dan

sebaliknya, pihak masyararat sendiri sering menyalahgunakan kepentingan asuransi.

Selain itu, asuransi juga kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan dan

informasi masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per

kapita masyarakat.

1.2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan makalah studi kasus ini, penulis membatasi masalah

hanya pada kasus penolakan klaim asuransi kendaraan bermotor oleh pihak

tertanggung.

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

Page 2: Kasus Hukum Bisnis

1. mengetahui kasus penolakan klaim asuransi yang banyak terjadi di Indonesia

2. menganalisis kasus yang ada dan mencocokkannya dengan teori asuransi yang

ada beserta alassannya

3. memberikan sumbangsih pemikiran mengenai solusi untuk mengurangi kasus

serupa di Indonesia

1.4. Manfaat

Setelah melakukan studi kasus ini, manfaat yang kami dapat adalah:

1. dapat mengetahui kasus penolakan klaim asuransi yang banyak terjadi di

Indonesia besrta alasannya

2. dapat menganalisis kasus yang ada dan mencocokkannya dengan teori asuransi

yang ada

3. dapat memberikan sumbangsih pemikiran mengenai solusi untuk mengurangi

kasus serupa di Indonesia

1.5. Metode Penelitian

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode studi

pustaka yaitu dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah

yang diteliti.

Page 3: Kasus Hukum Bisnis

BAB II

DASAR TEORI

Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan bermotor.

Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi kebakaran, yang objeknya adalah kerugian

atau kerusakan atas harta benda, hanya di sini harta bendanya berupa kendaraan bermotor.

Aturan yang berlaku pada asuransi kebakaran umumnya juga berlaku untuk kendaraan

bermotor.Tetapi karena kendaraan bermotor mempunyai banyak karakteristik berbeda dibanding

jenis benda lainnya, maka asuransi kendaraan bermotor diatur tersendiri, meskipun di dalamnya

terdapat juga aturan-aturan seperti yang berlaku didalam  asuransi kebakaran.

Tertanggung wajib mengungkapkan fakta material (material facts) yaitu fakta yang

mempengaruhi pertimbangan penanggung dalam menerima atau menolak permohonan

pengajuan asuransi dan dalam menetapkan tarif premi apabila permohonan dimaksud diterima1.

Ancaman dari penyimpangan ketentuan ini adalah tidak wajibnya penanggung membayar

kerugian yang terjadi dan penanggung berhak menghentikan pertanggungan tanpa wajib

mengembalikan premi yang telah disetorkan tertanggung.

Dari pernyataan ini perlu digarisbawahi bahwa formulir pengajuan asuransi yang diisi

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian asuransi alias melekat menjadi satu

dengan polis yang dibeli. Karena bersifat mengikat inilah maka semua isian dalam form tersebut

menjadi acuan dalam setiap penyelesaian klaim. Ketika terjadi kasus penolakan klaim karena

terjadi penutupan fakta dari pihak tertanggung, perusahaan asuransi tidak berada dalam posisi

salah karena menurut hukum pihak tertanggung telah melakukan undisclosed material facts atau

menutup-nutupi fakta material yang berpengaruh pada diterima atau ditolaknya permohonan

pengajuan asuransi

II.1 Pengertian Asuransi

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan

mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan 1Pasal 6 Wording PSAKBI (Polis Standard Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia)

Page 4: Kasus Hukum Bisnis

keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan

diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2

Batasan perjanjian asuransi adalah sebagai berikut; Asuransi atau pertanggungan adalah

suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang

tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena

suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan

dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.3Berdasarkan definisi tersebut maka dalam

asuransi terkandung empat unsur adalah sebagai berikut :

1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak

penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan)

kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu

yang mengandung unsur tidak tentu.

3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)

4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang

tak tentu.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menentukan bahwa objek

asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, ksehatan manusia, tanggung jawab hukum,

serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak dan atau berkurang nilainya. Adapun

manfaat yang diberikan oleh asuransi bagi tertanggung atau insured, antara lain :

a. Memberikan rasa aman dan perlindungan

b. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan lain,

c. Merupakan alat penyebaran risiko, apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, dan

d. Sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

Asuransi memiliki dasar hukum sebagai berikut:4

2 Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian3Pasal 246 KUHD4Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong.Hukum Dalam Ekonomi. Grasindo Hal.104

Page 5: Kasus Hukum Bisnis

1. Pasal 246 sampai dengan pasal 308 KUH Dagang

2. Pasal 1774 KUH Perdata

3. Peraturan perundang-undangan di luar KUH Dagang dan KUH Perdata seperti :

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggung Wajib

Kecelakaan Penumpang

c. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakan Lalu Lintas Jalanan.

II.2 Polis Asuransi

Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak

yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis.Pembuatan

persetujuan mewajibkan penanggung untuk menandatangani polis dan menyerahkannya kepada

tertanggung dalam jangka waktu tertentu.5Menurut pasal 257 KUHD, hanya penanggung yang

menandatangani polis, berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak

yang berkepentingan atas polis tersebut (penanggung dan tertanggung).

Seperti yang tersebut dalam Pasal 255 KUHD, bahwa suatu pertanggungan harus dibuat

secara tertulis di dalam suatu akta yang dinamakan polis. Di dalam polis itu sendiri tidak boleh

merugikan kepentingan pemegang polis (nasabah) seperti disebutkan dalam Pasal 11 (bab 1)

undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. yang menimbulkan penafsiran

berbeda mengenai hak dan kewajiban penanggung maupun tertanggung, yang tertera dalam Pasal

19 ayat (1) undang-undang No. 2 tahun 1992.Penanggung harus menyerahkan polis kepada

tertanggung dalam jangka waktu sebagai berikut :

- Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan tertanggung atau

yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah ditandatangani oleh penanggung

harus diserahkannya kepada tertanggung dalam tempo 24 jam.6

- Jika pertanggungan dilakukan melalui makelar asuransi (broker), maka polis yang telah

ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada tertanggung paling lama dalam

tempo 8 hari.7

5 Pasal 257 KUHD6 Pasal 259 KUHD7pasal 260 KUHD

Page 6: Kasus Hukum Bisnis

Sekalipun secara otentik telah ditetapkan batas waktu penyerahan polis oleh penanggung

kepada tertanggung, namun di dalam praktek asuransi, penanggung baru mau menyerahkan polis

kepada tertanggung setelah dia memperoleh pembayaran premi dari tertanggung.

Isi polis dan syarat-syarat pertanggungan pada umumnya disusun sendiri oleh masing-masing

penanggung (perusahaan asuransi) sehingga di dalam praktek asuransi, bisa saja didapat

perbedaan isi dan syarat-syarat pertanggungan antara penanggung yang satu dengan penanggung

yang lain untuk jenis asuransi yang sama. Banyak penanggung yang menyesuaikan isi dan syarat

pertanggungan dengan berpedoman pada polis-polis asuransi yang luas digunakan di

dunia.Berbagai macam polis mempunyai isi sendiri-sendiri sesuai dengan jenis polis itu.Isi polis

asuransi tentu berbeda dengan polis perjalanan, juga berbeda dengan polis kerugian.Polis

kebakaran, polis kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Secara umum polis memiliki fungsi sebagai berikut:

- Perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity).

- Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian

yang mungkin akan dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak diduga

sebelumnya, dengan prinsip :

a. untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum

terjadi/mengalami kerugian.

b. Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan (total collapse).

- Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas

jasa atas jaminan penanggung.

Adapun dalam Pasal 5 (bab 11) Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.O 17/1993,

bahwa di dalam polis asuransi dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum begitu pula

yang terdapat pada Pasal 6 Kep. Menkeu. No. 225/KMIK.017/1993, yang menyatakan bahwa

dalam polis dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum, disamping itu tindakan yang

dapat dianggap memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim secara wajar antara lain:

1. Memperpanjang masa penyelesaian klaim, dengan memilih dokumen lain yang pada

dasarnya isi tersebut sama dengan dokumen yang telah ada.

2. Menunda pembayaran klaim, dengan mengkaitkan pembayaran klaim reasuransi.

Page 7: Kasus Hukum Bisnis

3. Menerapkan prosedur yang tidak lagi dalam lingkup kegiatan asuransi.

4. Tidak menyelesaikan klaim dengan mengkaitkan pada penyelesaian klaim yang lain pada

polis yang sama.

II.3 Asuransi Kendaraan Bermotor

Asuransi Kendaraan Bermotor adalah asuransi yang menjamin kerugian, kerusakan dan

kehilangan atas kendaran bermotor yang menjadi obyek pertanggungan serta kerugian akibat

tuntutan hukum pihak ketiga.Kendaran Bermotor yang termasuk dalam pengertian asuransi ini

adalah kendaraan roda empat (mobil: penggunaan pribadi atau komersil), kendaraan roda dua

(sepeda  motor) dan alat berat (heavy equipment) spt: excavator, grader, tractor, dump truck,

forklift, bulldozer.

Lingkup jaminan asuransi kendaraan bermotor ialah gabungan / menyeluruh

(comprehensive) dan kerugian total semata (total loss only) .Comprehensif (Gabungan /

Menyeluruh) ialah memberikan jaminan atas setiap kerugian atau kerusakan yang terjadi pada

kendaraan bermotor disebabkan oleh kecelakaan sebagaimana yg diatur di dalam polis.

Sedangkan Total Loss Only (Kerugian Total Semata) adalah Memberikan jaminan atas

kehilangan kendaraan akibat pencurian atau kerusakan dimana biaya perbaikannnya melebihi 75

% dari nilai pasar kendaraan yang dipertanggungkan.

 Resiko yang dijamin dalam asuransi ini meliputi :

a. Kerugian/kerusakan kendaraan bermotor, yang disebabkan :

1. Kerusakan/kerugian kendaraan bermotor yang dipertanggung-kan

2. Berbagai sebab seperti tabrakan dll, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran,

petir, penyeberangan feri.

3. Kerusakan roda

4. Biaya wajar yang disebarluaskan untuk menjaga atau mengangkut ke bengkel atau tempat

lain dengan maksud mengurangi kerugian/kerusakan

b. Tanggung gugat

Page 8: Kasus Hukum Bisnis

Yaitu tanggung jawab tertanggung terhadap pihak ketiga berkaitan dengan penggunaan

kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.

Beberapa resiko yang tidak dijamin :

1. Kehilangan keuntungan, upah, berkurangnya nilai /kerugian keuangan akibat tidak dapat

digunakannya kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.

2. Kerusakan/kehilangan peralatan tambahan yang tidak disebut dalam pertanggungan.

3. Kerusakan/kehilangan kendaraan yang dipertanggungkan baik sebagian maupun

seluruhnya akibatpenggelapan.

4. Kerugian akibat perbuatan jahat tertanggung, suami atau istri, anak, pekerja tertanggung,

orang yang disuruh tertanggung, orang yang seizin tertanggung,orang yang tinggal

bersama tertanggung.

5. Kerugian kerusakan karena digunakan untuk menarik kendaraan lain dan sejenisnya,

kelebihan muatan, dijalankan dalam kondisi rusak, dikemudikan saat kecelakaan oleh

orang yang tidak punya SIM,memasuki/melewati daerah terlarang, reaksi/radiasi nuklir,

barang-barang yang sedangdimuat.

6. Kerugian/kerusakan baik langsung maupun tidak, sebagai akibat gempa bumi, gunung

berapi, badai, genangan air dan gejala meteorologi lainnya, perang dan sejenisnya serta

kerusuhan, pemogoakn & gangguan ketertiban umum lainnya.

7. Kerusakan/kehilangan karena aus, sifat bawaan, salah penggunaan.

8. Kerugian pihak ketiga disebabkan olehkendaraan yang dipertanggungkan.

9. Cedera badan/kematian terhadap: penumpang, istri atau suami atau anak tertanggung,

pemegang saham (jika CV atau firma),pengurus (jika tertanggung adalah PT, yayasan,

atau lainnya), pekerja tertanggung, orang yangtinggal bersama tertanggung, hewan milik

atau dipengawasan tertanggung.

II.4 Syarat-syarat Pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotor

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pertanggungan asuransi kendaraan bermotor

adalah sebagai berikut :

1. Pembayaran premi. Premi harus dibayar lunas saat persetujuan pertanggunagn ditutup,

kecuali atas persetujuan keduanya.

Page 9: Kasus Hukum Bisnis

2. Pemberitahuan kecelakaan, bisa tertulis maupunlisan dengan batasan maximal 3 hari.

3. Jika ada tuntutan pihak ketiga, wajib dilaporkan selambatnya 3 hari sejak tuntutan ada,

segera menyerahkan dokumen, tidak boleh janji,atau memberi keterangan yang berkesan

mengakui tanggung gugatnya dan tertanggung menguasakan kepada penanggung urusan

ganti rugi pihak ke-3.

4. Ganti rugi diberikan berdasar harga sebenarnya sesaat sebelum kerusakan atau jika atas

tuntutan pihak ke-3 setinggi-tingginya sejumlah yang disetujui minus co insurer yang

tercantum dalam ikhtisar pertanggungan.

5. Jika tuntutan pihak ke-3 berupa tuntutan pidana, penanggung harus diberitahu selambat-

lambatnya 3 hari sejak tuntutan diadukan, dan berhak penanggung menunjuk penasihat

hukum yang wajib digunakan oleh tertanggung untuk menangani perkaranya.

6. Kerugian total, yaitu kerugian/ kerusakan dengan perkiraan biaya perbaikan 75 % dari

harga sebenarnya kendaraan tersebut, atau 60 hari hilang tanpa dapat ditemukan.

7. Jika ada pertanggungan rangkap dan jumlah pertanggungan lebih dari harga kendaraan

yang bersangkutan, maka jumlah yang dipertanggunkan untuk masing-masing

penanggung seimbang dengan pertanggungan terhadap harga sebenarnya.

8. Jika harga kendaraan yang dipertanggungkan pada saat terjadinya kerugian/kerusakan

lebih besar dari pertanggungan, penanggung akan mengganti berdasar hitungan

bagian yang dipertanggungkan saja.

9. Tertanggung wajib melakukan segala usaha yangpatut guna menjaga dan memelihara

kendaraaan bermotor yang dipertanggungkan.

10. Hak subrogasi setelah pembayaran ganti rugi, danberlaku dengan sendirinya tanpa perlu

suratkuasa khusus dari tertanggung.

11. Jika saat terjadi kerugian/ kerusakan, dengan sengaja tertanggung memberi

laporan tidak benar,maka ia tak berhak memperoleh ganti rugi.

12. Hak mendapat ganti rugi hilang jika tertanggung : tidak memenuhi ke-wajibannya, tidak

menuntut ganti rugi sampai 12 bulan sejak terjadinya kerugian/kerusakan, tak

mengajukan keberatan atau pe-nyelesaian hukum dalam waktu 6 bulansejak

pemberitahuan tertulis dari penanggung bahwa tertanggung tak berhak mendapat ganti

rugi.

Page 10: Kasus Hukum Bisnis

13. Harga sebenarnya kendaraan yang dipertanggungkan adalah hasil penjualan yang dapat

diperoleh jika penjualan dilakukan dengan bebas.

14. Penanggung berhak setiap saat memeriksa kendaraan yang dipertanggungkan.

15. Pertanggungan berakhir bila terjadi: pembatalan polis, peralihan hak milik, terjadi total

loss, berakhir jangka waktu pertanggungan.

16. Arbitrase

17. Lain-lain.

II.5 Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

Mengenai pertanggungan atau asuransi ialah untuk memberikan jaminan kepada anggota

masyarakat yang tertimpa musibah kecelakaan lalu lintas di luar kesalahannya sendiri karena

pengguna kendaraan baik pribadi atau umum yang ditumpanginya, karena baik kecelakaan lalu

lintas, maupun hilang atau cacatnya kendaraan adalah merupakan suatu peristiwa yang tidak

disengaja ataupun tidak disangka-sangka terjadinya, sehingga dapat saja mengakibatkan

seseorang menjadi luka, cacat dan meninggal dunia, sementara kendaraan bermotornyapun rusak

atau menjadi hancur tidak dapat digunakan lagi.

Apabila barang-barang yang dipertanggungkan, dijual atau berpindah hak miliknya, maka

pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun

pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul sesudah barang

tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik baru tadi; segala sesuatu itu

kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung

yang semula. Apabila, pada waktu barang itu dijual atau dipindahkan hak miliknya, si pembeli

atau si pemilik baru menolak untuk mengoper tanggungannya, sedangkan si tertanggung yang

semula masih tetap berkepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka

pertanggungan itu sementara tetap akan berjalan guna keuntungannya.8

Dalam segala hal di mana persetujuan asuransi tidak berlaku untuk seluruhnya atau

sebagiannya atau menjadi gugur, asalkan tertanggung berbuat dengan iktikad baik, penanggung

harus mengembalikan premi, baik seluruhnya maupun sebagian yang tidak ditanggung

8Pasal 263 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)

Page 11: Kasus Hukum Bisnis

bahayanya.9Dengan demikian bisa saja pihak asuransi menolak klaim yang harusnya diberikan

pada konsumen, apabila terdapat alasan-alasan yang jelas yang dapat diterima. Akan tetapi

apabila tidak terpenuhi alasan yang dapat membolehkan pihak asuransi menolak klaim maka

tindakan tersebut termasuk pelanggaran hukum karena pihak asuransi tidak memenuhi

kewajibannya.

http://www.perisai.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=24&Itemid=67

Sri Redjeki Hartono, 1985. Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit IKIP,

Semarang.

Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong.Hukum Dalam Ekonomi. Grasindo

BAB III

ISI

9Pasal 281 KUHD

Page 12: Kasus Hukum Bisnis

III.1 Pemaparan Kasus

Berikut adalah beberapa kasus mengenai klaim asuransi yang ditolak oleh pihak asuransi

dan penjelasannya.

Kasus 1

(Sumber : Koran Kontan)

Pada mudik Lebaran lalu, Jono merasa senang walau tak mudik. Selain mendapat tunjangan hari

raya (THR), si teman ini pun juga bakal menerima “THR” tambahan. Mobil Toyota Avanza yang

baru Ia miliki selama dua tahun hendak di sewa teman. Sii teman ingin menyewa mobil Jono

untuk keperluan mudik. Tak berpikir panjang, Jono langsung melepas mobilnya tergiur pada

ongkos

sewa yang ditawarkan. “Hitung – hitung bisa nambah THR kantor, nih,” kata dia. Akhirnya, si

teman  memakai Avanza Jono.

Untung tak dapat diraih, modal tak dapat ditolak. Menjelang hari raya, Jono mendapat berita

yang cukup mengangetkan. Mobil Avanza Jono terkena musibah, tabrakan dengan mobil lain.

Kondisinya parah.

Rasa gelisah Jono langsung berubah menjadi rasa tenang. Soalnya, mobilnya sudah terlindung

dengan asuransi kendaraan bermotor. Pasti segala kejadian bakal mendapat klaim.

Tak disangka tak dinyana, perusahaan asuransi Jono menolak klaim yang ia ajukan. Penolakan si

perusahaan asuransi ini terjadi lantaran Jono tidak terbuka dalam memberikan keterangan kepada

pihak asuransi. Jono menyebut dirinya yang membawa mobil saat mudik, tak tahunya mobil ini

dipakai temanya. Alhasil, perusahaan asuransi tidak memberi Jono ganti rugi sepeserpun.

Bagi Jono, jelas tambahan THR dari ongkos sewa tiada arti dengan biaya – biaya yang bakal ia

keluarkan untuk memperbaiki mobil. Sebetulnya, Jono bisa mendapat klaim dari pihak asuransi,

asal pada saat itu ia berkata jujur. Seharusnya, Jono blang ke pihak asuransi bahwa ia

menyewakan mobil ke rekan kerja. “ Kalau orang berkata jujur, tidak ada alasan bagi perusahaan

Page 13: Kasus Hukum Bisnis

asuransi untuk tidak membayar klaim,” kata Ketua Bidang Kerjasama Anggota dan Lembaga

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Julian Noor.

Menurut Noor, apa yang menimpa Jono ia sebut sebagai undisclosed materal fact. Artinya si

nasabah berusaha menutupi kejadian dan fakta yang sebenarnya. Lantaran takut tidak dapat

mendapat ganti rugi.

Tak cuma kerusakan atau tabrakan seperti diatas, kejadian ini pun bisa terjadi saat mobil hilang.

Pihak asuransi bisa saja tidak memberi ganti rugi kepada nasabah. Padahal si nasabah memilih

tipe asuransi komprehensif yang mahal.

Soalnya saat kejadian mobil yang bersangkutan hilang, ternyata bukan oleh pencuri melainkan

kelalaian kerabat atau teman dekat. Noor menyebutkan Perusahaan asuransi bisa saja menolak

klaim ini. “Adanya klausul ini untuk mencegah adanya permainan dari para pemegang polis,”

kata Noor.

Supaya persoalan ini tidak terjadi, kalangan asuransi memnita para pemegang polis bertindak

dan berkata jujur terhadap kondisi mobil yang mereka asuransikan.

Pasalnya, prinsip undisclosed material fact sama dengan prinsip niat baik dalam perjanjian

(goodwill agreement). “Nasabah wajib terbuka terhadap kondisi mobil yang mereka miliki,” kata

Ernita Sari, juru bicara PT. Adira Insurance.

Kasus 2

Masih banyak masalah berkaitan dengan perasuransian yang tidak clear ini. Seorang

rekan sebut saja A , mempunyai bisnis penyewaan mobil (rent a car) menyebutkan, ia pernah

kena batunya karena tidak hati-hati. Suatu ketika, ia tertarik membuka usaha penyewaan mobil.

Karena ia ingin aman, ia pergi ke sebuah perusahaan asuransi yang menunjukkan kecenderungan

tumbuh pesat. Akhirnya disepakati, bahwa perusahaan asuransi akan menanggung sembilan

sedannya yang masih baru. Masalah kemudian terjadi ketika dua mobilnya lenyap dirampok

penjahat. Ia mengajukan klaim ke perusahaan asuransi tersebut. Akan tetapi klaim itu menemui

jalan buntu karena pihak asuransi menyatakan, asuransi tidak bisa menanggung karena

Page 14: Kasus Hukum Bisnis

tertanggung menyewakan mobil-mobil sedan itu. Sementara menurut kontrak asuransi

disebutkan bahwa mobil itu digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan penyewaan.

III.2 Analisis Kasus:

Dari kedua kasus diatas terdapat benang merah, yaitu kesengajaan pemegang polis untuk

tidak mengatakan fakta yang sebenarnya kepada penanggung (pihak asuransi). Padahal, telah

disebutkan pada penjelasan teori bahwa tertanggung harus menyatakan segala fakta yang

mempengaruhi pertimbangan penanggung dalam menerima atau menolak permohonan

pengajuan asuransi dan dalam menetapkan tariff premi apabila permohonan dimaksud diterima.

Ancaman dari penyimpangan ketentuan ini adalah tidak wajibnya penanggung membayar

kerugian yang terjadi dan penanggung berhak menghentikan pertanggungan tanpa wajib

mengembalikan premi yang telah disetorkan tertanggung. Dari pernyataan ini perlu

digarisbawahi bahwa formulir pengajuan asuransi yang diisi merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari perjanjian asuransi atau dengan kata lain melekat menjadi satu dengan polis

yang dibeli. Karena bersifat mengikat inilah maka semua isian dalam form tersebut menjadi

acuan dalam setiap penyelesaian klaim.

Dalam kasus penolakan klaim di atas, perusahaan asuransi memang tidak berada dalam

posisi salah karena menurut hukum pihak tertanggung telah melakukan undisclosed material

facts atau menutup-nutupi fakta material yang berpengaruh pada diterima atau ditolaknya

permohonan pengajuan asuransi. Fakta material yang dimaksud adalah data penggunaan atau

okupasi kendaraan dimana dalam form pengajuan disebutkan penggunaan kendaraan adalah

untuk kepentingan pribadi, sedangkan fakta yang terjadi di lapangan (ketika terjadi klaim)

kendaraan tersebut dipakai untuk sewa-menyewa.

Penggunaan kendaraan masuk ke dalam material facts karena dari aspek risiko tentu saja

informasi ini sangat penting diketahui oleh perusahaan asuransi. Penggunaan pribadi memiliki

tingkat resiko yang lebih rendah dibanding sewa-menyewa. Pertama dari sisi pemakai atau

pengguna. Mobil yang dikemudikan hanya oleh satu orang tentu lebih aman karena lebih mudah

terukur secara moral dibanding jika pemakainya banyak orang. Kedua, rute serta jam pemakaian

Page 15: Kasus Hukum Bisnis

antara kendaraan pribadi dan sewa sangat berbeda sehingga mencerminkan tingkat risiko yang

berbeda pula.

Dengan demikian, isian Penggunaan kendaraan adalah merupakan salah satu fakta

material (material facts) dalam asuransi kendaraan bermotor yang harus diisi dengan sebenar-

benarnya. Jangan sampai salah mengisinya atau merekayasa data agar preminya lebih murah.

Jika pada awal masuk asuransi, penggunaan mobil masih bersifat pribadi maka tidak menjadi

masalah. Namun jika di tengah pertanggungan, mobil digunakan sebagai objek sewa-menyewa

(rental) maka harus segera melaporkan kepada perusahaan asuransi.

Contoh form asuransi

Dalam form diatas, dapat dilihat kolom “tujuan penggunaan”. Pada kolom tersebut

terdapat beberapa opsi pilihan penggunaan kendaraan, seperti pribadi, dinas, komersil, maupun

rental. Dalam kedua kasus tersebut, para penanggung tidak mengisi pilihan tersebut dengan jujur

dan mengisinya untuk kepentiingan pribadi padahal disewakan. Berdasarkan hukum yang

berlaku, apabila penggunaan kendaraan dipindah tangankan, maka tertanggung harus

Page 16: Kasus Hukum Bisnis

melaporkan hal tersebut kepada pihak penanggung agar kendaraan tersebut tetap diasuransikan

secara benar dan penuh.

Berikut adalah prosedur yang dapat dilakukan oleh tertanggung apabila ingin merubah pollis

asuransi nya.

Proses perubahan data atau kondisi pertanggungan ini disebut dengan proses perubahan polis

(Endorsement). Perubahan polis dapat berupa penambahan atau pengurangan risiko yang

dijamin, perubahan data pelanggan, perubahan data objek pertanggungan, dan lainnya.

Apabila langkah-langkah tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, maka kejadian

seperti kasus diatas dapat dihindari karena pihak penanggung telah memberikan informasi yang

sebenar-benarnya kepada pihak penanggung.

Selain harus jujur dalam mengisi polis, nasabah juga harus lebih waspada dalam

menanggapi penolakan klaim dari pihak asuransi, bisa saja pihak asuransi mencari-cari alasan

dan berbelit-belit dalam menolak klaim nasabahnya yaitu dengan cara tidak menjelaskan seluruh

ketentuan pada awal perjanjian. Ketika klaim diajukan, pihak asuransi menolak dengan alasan

nasabah tidak memenuhi polis, padahal hal ini terjadi karena ketidaktahuan nasabah akibat polis

yang tidak dijelakan secara terperinci.