43
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II LAPORAN KASUS 3 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Status Pasien 6 3.2 Hipotesis 6 3.3 Anamnesis 6 3.4 Pemeriksaan Fisik 8 3.5 Pemeriksaan Laboratorium 10 3.6 Pemeriksaan Penunjang 12 3.8 Diagnosis Kerja 13 3.8 Penatalaksanaan 14 3.9 Komplikasi 16 3.10 Prognosis 16 BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB V KESIMPULAN 29 BAB VI DAFTAR PUSTAKA 30 1

kasus II RM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KASUS

Citation preview

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 2

BAB II LAPORAN KASUS 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Status Pasien 6

3.2 Hipotesis 6

3.3 Anamnesis 6

3.4 Pemeriksaan Fisik 8

3.5 Pemeriksaan Laboratorium 10

3.6 Pemeriksaan Penunjang 12

3.8 Diagnosis Kerja 13

3.8 Penatalaksanaan 14

3.9 Komplikasi 16

3.10 Prognosis 16

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 17

BAB V KESIMPULAN 29

BAB VI DAFTAR PUSTAKA 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit gout atau dikenal sebagai penyakit asam urat merupakan suatu penyakit

yang diakibatkan karena penimbunan Kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat

merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh

secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel baru. Kadar asam urat meningkat

atau abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat

menyebabkan nyeri sendi, terbentuknya benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu (thopi)

seperti pada jari kaki, serta gangguan pada saluran kemih. Oleh karena penyakit gout

terutama menyerang sendi maka dapat juga disebut sebagai gout arthritis. Penyakit gout

arthritis merupakan penyakit metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan gangguan

metabolisme, yang dalam hal ini adalah gangguan metabolism asam urat.

Penyakit asam urat ini terjadi terutama pada laki – laki mulai dari usia pubertas

hingga mencapai puncak saat usia 40-50 tahun. Sedangkan pada perempuan, presentase gout

arthritis mulai didapati setelah memasuki usia menopause. Seiring perkembangan zaman,

dalam beberapa dasawarsa terakhir ini kejadian asam urat baik di Negara – Negara maju

maupun di Negara yang sedang berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40 –

50 tahun. Kadar asam urat pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Ini

disebabkan karena pria tidak mempunyai hormone esterogen yang dapat membantu

pembuangan asam urat. Sedangkan pada perempuan memiliki hormone esterogen yang dapat

membuang asam urat melalui urin.

Faktor risiko dapat menyebabkan sesorang terserang penyakit asam urat antara lain

pola makan, kegemukan, dan suku bangsa/ras. Dari hasil penelitian epidemiologi yang telah

dilakukan , hasilnya menunjukkan beberapa ras tertentu memiliki kecenderungan terserang

penyakit ini, diantaranya yaitu bangsa Maori di Selandia Baru, Filipina dan Negara – Negara

di Asia Tenggara.

2

BAB II

LAPORAN KASUS

LEMBAR 1

Seorang pria usia 28 tahun datang ke poliklinik RS, jam 10 pagi dengan keluhan nyeri sendi

pada kaki kiri dan siku kiri sejak 2 hari yang lalu

LEMBAR 2

Nama : Nurdin

Usia : 28 tahun

Suku : Padang

Pekerjaan : Karyawan swasta

Status : Menikah, 1 anak

Alamat : Jl. Tawakal, Jakarta Barat

Pasien mengeluh nyeri sendi sejak 2 hari yang lalu. Mula-mula nyeri pada ibu jari kaki kiri

yang makin lama makin berat. Nyeri dirasakan berdenyut dan tidak hilang walaupun istirahat,

dan tidak terpengaruh aktivitas. 1 hari kemudian timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu

jari tersebut, dan mulai timbul nyeri pada siku kiri yang juga diikuti oleh bengkak dan

kemerahan. Disamping itu pasien juga mengeluh tidak enak badan dan sedikit demam. Pasien

mengaku tidak ada riwayat cedera, sebelumnya. Sebelumnya pasien mengaku menghadiri

undangan makan malam dan banyak makan udang dan hati. Sejak 1 tahun yang lalu pasien

mengaku mulai mengalami keluhan serupa tetai pada kaki kanan, keluhan berkurang setelah

minum obat anti nyeri dari dokter. Setelah beberapa bulan kemudian, nyeri dan bengkak pada

sendi kambuh kembali, dan sembuh setelah minum obat anti nyeri dari dokter. Keluhan saat

ini merupakan keluhan yang ketiga sejak 1 tahun yang lalu.

Pasien mengaku tidak memliki riwayat kencing manis dan tekanan darah tinggi. Pasien

mengaku tidak menjaga pola makan, serta gemar makan dagin, jeroan, dan sea food.

Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini.

LEMBAR 3

3

Status Generalis

Kesadaran : Compos Mentis, tampak sangat kesakita. Datang dengan berjalan terpincang

menahan nyeri ( antalgic gait )

T : 130/85 mmHg N : 88x/mnt suhu : 37.50C Pernapasan : 12x/mnt

BB : 80 kg TB : 170 cm

Kulit : tampak tidak anemis

Thorax : Cor : Bunyi jantung dalam batas normal

Paru : Suara napas dalam batas normal

Status lokalis kaki kiri dan siku kiri

Look/inspeksi :

Odem pada dorsum pedis terutama, pada sendi metatarsophalangeal 1 sinistra tampak

hiperemis mengkilat. Odem dan hiperemis pada articulatio cubiti sinistra.

Feel/Palpasi :

Nyeri tekan dan teraba hangat pada massa di sendi MTP 1 sinistra, dan Olecranon pada

articulatio cubiti (elbow) sinistra.

Move/Gerak :

Pasien hanya mampu melakukan gerakan sedikit gerakan aktif sendi MTP 1, karena sangat

nyeri. Sedangkan gerakn fleksi dan ekstensi articulatio cubiti sinistra dapat dilakukan

maksimal tetapi terdapat nyeri gerak.

4

LEMBAR 4

Articulatio cubiti sinistra (L) Pedis sinistra (AP)

Laboratorium Darah Laboratorium Urine

Hb : 12,5 mg/dl Warna : kuning jernih

Lekosit : 12.000 /dl BJ : 1.003

Eritrosit : 6.5 juta/dl pH : 4.8

LED : 40 mm/jam Urin tampung 24 jam Asam Urat : 800 mg/24 jam

Asam Urat : 15 mg/dl

SGOT : 20 u/l

SGPT : 27 u/l

Ureum : 22 mgdl

Kreatinin : 0.7 mg/dl

GD puasa : 95 mg/dl

GD 2 jam PP : 105 mg/dl

Aspirasi cairan sendi siku

Warna putih, keruh Leukosit : 12.000/ul

Kristal urat (seperti jarum) (+) viskositas sedang

5

BAB III

PEMBAHASAN

1. Status Pasien

a. Identitas Pasien

Nama : Nurdin

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Padang

Pekerjaan : Karyawan swasta

Status : Menikah, 1 anak

Alamat : Jl. Tawakal, Jakarta Barat

b. Keluhan utama : Nyeri sendi pada kaki kiri dan siku kiri sejak 2 hari yang lalu

2. Hipotesis

Berdasarkan keluhan utama pasien yaitu nyeri sendi pada kaki kiri dan siku kiri sejak

2 hari yang lalu, dapat dipikirkan beberapa kemungkinan penyakit yaitu:

a. Gout Artritis

b. Osteoartritis

c. Rhematoid Artritis

3. Anamnesis

Berdasarkan hipotesis diatas maka perlu dilakukan anamnesis tambahan yaitu:

Riwayat Penyakit Sekarang :

1. Apakah nyeri yang diasakan sangat mengganggu?

2. Kapan mulai tersa nyeri?

3. Sudah berapa lama timbul nyeri pada pasien? (ditanyakan untuk membedakan nyeri

akut atau kronik)

4. Bagaimana sifat nyerinya? Tajam atau tumpul?

5. Apakah nyerinya menjalar kebagian tubuh lain atau tidak? (ditanyakan untuk

mengetahui apakah terdapat gangguan aspek neuromuskular pada pasien)

6. Berapa lama terasa nyeri?

7. Apakah ada penyakit penyerta lain seperti demam?

6

Riwayat Penyakit Dahulu :

1. Adakah riwayat alergi terhadap obat tertentu?

2. Adakah riwayat penyakit DM, penyakit jantung, penyakit respirasi, gangguan psikis

yang diduga dapat memperberat gejala yang dialami pasien?

3. Apakah riwayat pengobatan yang sudah dilakukan?

Riwayat Kebiasaan :

1. Bagaimana pola makan pasien atau makanan kegemaran?

2. Apakah pasien sering mengkonsumsi alkohol?

Riwayat Keluarga

1. Adakah anggota keluarga lain yang memiliki keluhan yang sama?

Berdasarkan anamnesis pasien didapatkan hasil sebagai berikut :

Nyeri pada ibu jari kaki kiri yang makin lama makin berat. Hal ini merupakan salah

satu tanda respon peradangan. Pada Gout Artritis juga terdapat tanda peradangan yang

khas pada sendi Metatarsophalangeal 1.(1)

Nyeri berdenyut, tidak hilang walau istirahat dan tidak dipengaruhi aktivitas.

Sehari kemudian timbul bengkak kemerahan pada ibu jari diikuti siku kiri. Pasien

tidak enak badan dan sedikit demam. Kemungkinan terjadinya peradangan di kasus

ini semakin kuat dengan ditemukannya tanda-tanda radang yang lain seperti tumor,

rubor, kalor, dan dolor.

Tidak ada riwayat cedera. Hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya

trauma sebagai landasan timbulnya gejala pada pasien.

Pasien mengaku telah meghadiri undangan makan malam dan banyak makan udang

dan hati. Udang dan hati merupakan makanan yang tinggi purin yang dapat memicu

terjadinya serangan gout.

Sejak satu tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan serupa tetapi pada kaki

kanan, keluhan berkurang saat minum obat anti nyeri dari dokter. Beberapa bulan

kambuh lagi, hilang dengan obat anti nyeri dari dokter. Keluhan saat ini merupakan

keluhan ketiga sejak satu tahun yang lalu. Dari anamnesis perjalanan penyakit bisa

7

diketahui bahwa nyeri pada pasien digolongkan sebagai nyeri kronik yang mengalami

eksaserbasi akut.

Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis dan tekanan darah tinggi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa gejala yang terjadi bukan disebabkan oleh DM atau

hipertensi

Pasien tidak menjaga pola makan, gemar makan daging, jeroan, dan sea food. Dari

pernyataan ini dapat diketahui bahwa pasien memiliki faktor predisposisi terjadinya

gout artritis.

Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini. Kemungkinan gejala yang

dialami pasien bukan karena pengaruh genetik.

4. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis:

a. Tanda Vital

Pemeiksaan Hasil Normal Keterangan

Suhu 37.50 C 36.5 – 37.20 C Subfebris (menandakan

kemungkinan adanya

inflamasi)

Nadi 88x/menit 60 – 100 x/menit Normal

Tekanan Darah 130/85 mmHg 130/85 mmHg Normal (WHO)

Pernapasan 12x/menit 16 – 20 x/menit Bradypnoe

b. Keadaan Umum

1. Kesadaran : compos mentis

2. Kesan sakit : sangat kesakitan

3. Gaya jalan : berjalan terpincang (antalgic gait)

4. Keadaan gizi : BB : 80 kg TB : 170 cm

BMI 80

1.72 = 27,68 ( N: 18,5-24 )

Pasien termasuk kedalam kategori overweight 2 (25-29)

Status Lokalis:

8

Kulit : Tampak tidak anemis.

Jantung : Bunyi jantung dalam batas normal.

Paru : Suara napas dalam batas normal.

Kaki kiri dan siku kiri :

Look/inspeksi:

Oedem pada dorsum pedis terutama pada sendi metatarsophalangeal 1 sinistra tampak

hiperemis mengkilat. Oedem dan hiperemis pada articulatio cubiti sinistra.

- adanya suatu pembengkakan sendi kemungkinan akibat proses inflamasi dari kadar

asam urat yang meningkat didalam membran synovial yang membentuk kristal

monosodium urat.

Feel/Palpasi:

Nyeri tekan dan teraba hangat pada massa di sendi MTP 1 sinistra dan olecranon pada

articulation cubiti (elbow) sinistra.

- Nyeri tekan dan teraba hangat merupakan gejala klinik yang muncul pada tanda-tanda

peradangan.

Move/Gerak:

Pasien hanya mampu melakukan sedikit gerakan aktif sendi MTP1 karena sangat nyeri.

Sedangkan gerakan fleksi dan ekstensi articulation cubiti sinistra dapat dilakukan maksimal

tetapi nyeri gerak.

- Pergerakan sendi MTP 1 yang terbatas dikarenakan proses artritis kronis sehingga

celah sendi yang menyempit menyebabkan sendi yang menjadi sulit digerakkan.

Sedangkan pada articulatio cubiti merupakan proses inflamasi artritis kronis yang

terdapat pada bursa olekranon yang merupakan struktur ekstraartikuler sehingga

gerakan endi fleksi dan ekstensi masih dapat dilakukan meskipun ada nyeri saat

gerak.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat pada sesi 1 kelompok kami

menetapkan Gout Artritis sebagai working diagnosis.

5. Pemeriksaan Penunjang

9

Pemeriksaan Laboratorium(2) :

Laboratorium Darah

Kadar normal Interpretasi

Hb 12,5 mg/dl (rendah)

13 – 18 ml u/dl Kadar hemoglobin sedikit dibawah batas

normal yakni sebesar 12,5 mg/dl

Leukosit 12.000/dl(meningkat)

5.000 – 10.000/dl Kadar leukosit dalam darah ditemukan

tinggi, yakni sebesar 12.000/dl yang

mungkin saja disebabkan oleh karena

adanya proses inflamasi pada articulatio

metatarsophalangeal 1 dan articulatio cubiti

Eritrosit 6,5jt/dl(meningkat)

4,5 – 5,5jt/dl Eritosit juga ditemukan tinggi pada pasien

ini yang mungkin saja merupakan

mekanisme kompensasi tubuh akibat

kurangnya distribusi oksigen dalam darah

oleh karena kadar hemoglobin yang kurang

atau karena frekuensi pernapasan pada

pasien ini yang bradypnoe

LED 40 mm/jam(meningkat)

0 – 10 mm/jam Karena terdapat proses inflamasi

Asam Urat 15 mg/dl(meningkat)

2,5 – 9 mg/dl Ditemukan kadar asam urat yang tinggi

yakni sebesar 15 mg/dl sehingga dapat kita

masukkan ke dalam kriteria diagnosis Gout

Arthritis menurut American Rheumatism

Association, keadaan asam urat yang tinggi

pada pasien ini juga bisa disebabkan oleh

karena pola makan yang tidak dijaga terlebih

lagi dia gemar makan daging, jeroan dan sea

food yang notabene memiliki kadar purin

yang tinggi

Laboratorium Darah

Kadar normal Interpretasi

SGOT 20 u/l <37 u/l -SGPT 27 u/l <47 u/l -

10

Ureum 22 mg/dl 10 – 40 mg/dl -Kreatinin 0,7 mg/dl 0,5 – 1,5 mg/dl -Gula darah puasa 95 mg/dl < 110 mg/dl -Gula darah 2 jam PP 105 mg/dl <140 mg/dl -

Laboratorium Urine Kadar normal Interpretasi Warna Kuning jernih Kuning jernih -BJ 1,003 1,003 – 1,030 -PH 4,8 4,5 – 8,5 -Urin tamping 24 jam Asam urat: 8.00

mg/24jamAsam urat: 80 – 954/24jam

-

Aspirasi cairan

sendi siku

Kadar normal Interpretasi

Warna Putih, keruh Jernih hingga

kekuningan,

bening

Cairan sendi berwarna keputihan,

keruh, kadar sel leukosit yang

mencapai 12.000/dl dan ditemukannya

Kristal urat seperi jarum yang

menunjukkan adanya proses

peradangan atau inflamasi pada

articulatio metatarsophalangeal 1 dan

articulatio cubiti, disebabkan oleh

adanya Kristal urat pada cairan sendi

sehingga menimbulkan agregasi

neutrofil dan makrofag (mengaktifkan

faktor Hageman yang menyebabkan

produksi mediator peradangan dan

difagositosis oleh neutrofil serta

makrofag, lalu melepaskan enzim

lisosom, radikal bebas toksik dan

mungkin IL – 1, prostaglandin dan

leukotrien) sehingga timbulah

bengkak pada persendian tersebut.

Kristal urat (+) seperti

jarum

(-)

Leukosit 12.000/dl <200/dl

11

Viskositas Sedang Sedang -

Pemeriksaan penunjang :

Hasil foto rontgen pada pedis anterior dan articulatio cubiti

pedis anterior articulatio cubiti

Kelengkapan identitas : tidak ada nama, tanggal pengambilan dan penunjuk

ka/ki

Kekerasan sinar x pada foto : baik

Keterlibatan sendi yang diperlukan : cukup

Struktur periosteum : baik, tidak terlihat pada kedua foto

Kedudukan sendi : baik, sejajar dan sama lebar pada kedua foto

Celah sendi :terdapat penyempitan celah sendi metatarsophalangeal

1 yang mungkin disebabkan oleh akumulasi dari

Kristal urat dan proses inflamasi yang berlangsung

disitu. Sedangkan pada articulation cubiti dan MTP 2,

3, 4 dan 5 serta articulatio cubiti celah sendinya masih

normal.

12

Permukaan sendi : diketemukan permukaan sendi yang kasar pada kedua

foto

Kondisi jaringan lunak : pada foto metatarsophalangel 1 dan articulatio cubiti

diketemukan pembesaran jaringan lunak disekitar siku

yang merupakan hasil dari proses peradangan

6. Diagnosis

Kriteria diagnosis gout arthritis menurut menurut American Rheumatism Association(3)

1. Adanya kristal asam urat yang khas didalam cairan sendi.

2. Thopus terbukti terdapat Kristal asam urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan

mikroskopik dengan sinar yang terpolarisasi.

3. Sekurang – kurangnya harus memenuhi 6 gejala dibawah ini:

a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut

b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari

c. Oligoarthritis (jumlah sendi yang merada lebih dari satu tetapi kurang dari 4)

d. Kemerahan disekitar sendi yang meradang

e. Sendi metatarsophalangeal pertama terasa sakit atau membengkak

f. Serangan unilateral pada sendi tarsal

g. Thopus (deposit berlebih dan tidak teratur dari natrium urat) dari kartilago

artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi

h. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah >7,5mg/dl)

i. Pembengkakan sendi secara asimetris

j. Serangan arthritis akut berhenti segera menyeluruh

Diagnosis gout arthritis ditetapkan ketika didapatkan kriteria 1 dan/atau kriteria 2 dan/atau 6

atau lebih poin pada kriteria 3

Yang diketemukan pada pasien ini

Adanya kristal asam urat dalam cairan sendi √

Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut √

13

Keluhan saat ini merupakan keluhan yang ke 3 sejak 1 tahun yang lalu

Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari

Timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari dan mulai timbul nyeri pada siku kiri

yang juga diikuti oleh bengkak dan kemerahan √

Oligoarthritis (jumlah sendi yang merada lebih dari satu tetapi kurang dari 4)

Timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari dan mulai timbul nyeri pada siku kiri

yang juga diikuti oleh bengkak dan kemerahan √

Kemerahan disekitar sendi yang meradang

Timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari dan mulai timbul nyeri pada siku kiri

yang juga diikuti oleh bengkak dan kemerahan √

Sendi metatarsophalangeal pertama terasa sakit atau membengkak

Mula – mula terasa nyeri pada ibu jari kaki kiri yang makin lama makin berat √

Serangan unilateral pada sendi tarsal

Pada articulatio metatarsophalangeal dan articulatio cubiti √

Thopus (deposit berlebih dan tidak teratur dari natrium urat) dari kartilago artikular

(tulang rawan sendi) dan kapsula sendi -

Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah >7,5mg/dl √

Pembengkakan sendi secara asimetris

Tidak terjadi keluhan yang serupa pada sisi kanan pasien √

Serangan arthritis akut berhenti segera menyeluruh

Keluhan serupa pernah timbul pada sisi kanan pasien tetapi sudah tidak muncul lagi √

Berdasarkan hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa pasien ini memenuhi kriteria 1 dan 9

dari 10 kriteria 3 diagnosis gout arthritis menurut American Rheumatism Association

sehingga kita dapat simpulkan diagnosis pada pasien ini sebagai berikut :

Diagnosis Klinis : Gout artritis kronik eksaserbasi akut disertai hiperurisemia

14

Diagnosis Topis : Jaringan artikulasio MTP 1 sinistra dan artikuasio cubiti

sinistra

Diagnosis Patologis : Stadium interkritikal

Daiagnosis Etiologis : Intake purin berlebih

7. Penatalaksanaan(4)

Non medikamentosa:

1. Edukasi untuk menghindari serangan berulang

2. Diet , misalnya mengonsumsi makanan yang low fat, low purin, no alcohol dan

minum air putih minimal 2,5 Liter/hari

Makanan dan minuman yang mengandung purin

Kadar tinggi

Sebaiknya dihindari

Kadar sedang

Dapat dikonsumsi sekali – kali

Kadar rendah

Bebas dikonsumsi

Hati, ginjal, sarden, ikan

herring, daging, bacon (daging

babi yang dikukus), coldfish,

scallops, trout, haddock, daging

anak lembu, vension ( daging

rusa), kalkun, minuman

beralkohol

Asparagus , daging sapi,

bouillon, daging ayam,

kepiting , daging bebek , paha

babi, buncis, jamur, lobster,

tiram, pork, udang, bayam

Kopi, buah, roti, beras,

macaroni, keju, telur, produk

susu, gula, tomat, sayur hijau

(kecuali yangtelah disebutkan

sebelumnya), minumnya

berkabonasi

Dikutip dari Harris, M ; Siegel, L ; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy of

Family Physicians

3. Istirahat sendi

4. Olahraga

Medikamentosa

No Obat Dosis Indikasi Mulai Stop 1 Kolkisin Oral : 3-4 kali

0,5-0,6 mg/hari. Maximal 6mg

Gout fase akut Diberikan setiap jam saat terjadi serangan

Sampai terlihat perbaikan

2 NSAID : Indometasin

-150-200 mg/hari-75-100

- Inflamasi- Analgetik

Lanjutan - 2-3 hari- Nyeri

hilang

15

mg/hari3 Probenzid :

Benemid(kontraindikasi : gangguan ginjal)

1gr/hari (500x2)Maximal 2 gr/hari

- Gout kronik- Hiperuresemia

sekunder (intake berlebih)

4 Hormone ACTH i.m 40-80 iu Bila kolkisin tidak efektif atau merupakan kontra indikasi

Pemakaian 12 jam

1-2 hari

5 Alopurinol 300mg/hari Gout kronik Setelah inflamasi selesai

8. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis , antara lain:

1. Renal failure karena nephrophaty gout akibat deposit kristal urat dalam intersisial

ginjal

2. Urolitiasis akibat deposit Kristal urat pada saluran kemih

3. Depresi sum-sum tulang karena pemberian obat jangka panjang

4. Deformitas pada persendian yang terserang jika ridak dibobati

9. Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Pada kasus ini, belum didapatkan komplikasi yang fatal pada ginjal serta organ

lainnya sehingga kemungkinan hidup masih sangat besar.

Ad fungtionam : dubia ad bonam

Tidak ada gejala sisa pada penyakit ini menyebabkan fungsi articulatio cubiti serta

metatarsophalangeal pertama sinistra pasien akan berangsur-angsur pulih dan dapat

melakukan aktifitas seperti semula.

Ad sannationam: dubia ad bonam

Penyakit ini masih bisa kambuh jika penatalaksanaan dilakukan secara tidak adekuat,

misalnya pasien tidak melakukan diet low purin

16

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan

dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasa, atau

otot. Terdapat tiga tipe sendi, antara lain:

1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan

dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan

sindemosis; 

2. Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh

ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan

simpisis;

3. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,

memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul

sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat

sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang

berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam

hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh

pembungkus sinovial.(5)

17

Sebagian besar sendi kita adalah sendi synovial. Permukaan tulang yang bersendi

diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi

sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi

membrane synovial yang menghasilkan cairan synovial untuk melumasi sendi. Bagian luar

kapsul diperkuat oleh ligament berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di

tempatnya dan membatasai gerakan yang dapat dilakukan. (6)

Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai fungsi ganda yaitu untuk

melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi

mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik,

maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.

Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

- Proteoglikan

Meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang

menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastis.

- Kolagen

Komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan.

Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal

kolagennya akan tahan terhadap tarikan.

18

Di samping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organic lain seperti enzim.

Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang dapat digerakkan maupun yang tidak

dapat digerakkan.

Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).

Komponen penunjang :

- Kapusal sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya

terdapat rongga.

- Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang

yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.

- Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi

kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.

- Membran synovial adalah jaringan avaskular yang melapisi permukaan dalam kapsul

sendi, tetapi tidak melapisi permukaan kartilago hialin.

- Cairan synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

Pada cubiti terdapat 3 articulatio(7) :

1. Articulatio humeroulna

Merupakan sendi diarthrosis. Pada ujung distal os. Humerus dan fosa olecrani dilapisi

oleh kartilago hialin. Antara dua tulang tersebut terdapat ruang sendi yang berisi

19

cairan synovial. Pada kedua sisinya terdapat dua ligament, yaitu ligamentum collateral

ulnaris dan ligamentum collateral radialis.

2. Articulatio radioulna

Merupakan sendi sinarthrosis. Persendian antara proximal os. Radius dan proximal os.

Ulnaris.

3. Articulatio humeroradialis

Persendian antara capitulum humerus dan os. Radius.

Pada pedis terdapat :

1. Articulatio talocruralis

Persendian antara talus dan region cruralis. Pada medial terdapat ligamentum

medialis, sedangkan pada lateral terdapat ligamentum talofibularis anterior,

ligamentum talofibularis posterior, dan ligamentum calcaneafibularis.

2. Articulatio midtarsalis

a. Articulatio talocalcaneus medial dan anterior

b. Articulatio talocalcaneonavicularis

c. Articulatio calcaneocuboidea

3. Articulatio tarsometatarsal

4. Articulatio metatarsophalangeal

5. Articulatio interphalangeal

20

B. Hiperurisemia dan Gout

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat ( AU ) darah di

atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan metabolism AU (overproduction),

penurunan pengeluaran AU urin (underexcretion), atau gabungan keduanya.

Banyak batasan untuk menyatakan hiperurisemia, secara umum kadar AU di atas 2 standar

deviasi hasil laboratorium pada populasi normal dikatakan sebagai hiperurisemia. Batasan

pragmatis yang sering digunakan untuk hiperurisemia adalah suatu keadaan di mana terjadi

peningkatan kadar AU yang bisa mencerminkan adanya kelainan patologi. Dari data

didapatkannya hanya 5 – 10 % pada laki – laki normal mempunyai kadar AU di atas 7 mg %,

dan sedikit dari gout mempunyai kadar AU di bawah kadar tersebut.

Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai, namun tdak semua

hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout. Gout atau pirai adalah

penyakit akibat adanya penumpukan Kristal monosodium urat pada jaringan akibat

peningkatan kadar AU. Penyakit gout terdiri dari kelainan arthritis pirai atau arthritis gout,

pembentukan tophus kelainan ginjal berupa nefrophati urat dan pembentukan batu urat pada

saluran kencing.

Penyebab hiperurisemia dan gout dapat dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder

dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan

penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout

yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout idiopatik

adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetic, tidak ada kelainan

fisiologi atau anatomi yang jelas.

Klasifikasi hiperurisemia dan gout (Kelley & Wortmann, 1997)

Tipe Kelainan Metabolik Keturunan

1. Primer

Kelainan molecular yang

belum jelas ( 99 % dari

gout primer)

- Underexcretion (80-

90% dari gout primer)

- Overproduction (10-

Belum jelas Poligenik

21

20% dari gout primer)

Kelainan enzim spesifik

(<1% dari gout primer)

- Peningkatan aktivitas

varian dari enzim

PRPP synthetase

- Kekurangan sebagian

dari enzim HPRT

Belum jelas

Overproduction AU,

peningkatan PP – ribosa –

P

Overproduction

AU,peningkatan aktivitas

biosintesis de novo karena

peningkatan jumlah PRPP,

pada sindrom Kelley –

Seegmiller

Poligenik

X – linked

X – linked

2. Sekunder

Peningkatan biosintesis de

novo

- Kekurangan

menyeluruh enzim

HPRT

- Kekurangan enzim

glucose – 6 –

phosphatase

- Kekurangan enzim

fructose – 1 –

phosphatase aldolase

Peningkatan degradasi

ATP, peningkatan

pemecahan asam nukleat

Overproduction AU,

peningkatan biosintesis de

novo, pada sindrom Lesch-

Nyhan

Overproduction dan

underexcretion AU, pada

glycogen storage disease

tipe 1 ( von gierke)

Overproduction dan

underexcretion AU

Overproduction AU, pada

hemolisis kronis,

polisitemia, metaplasia

meiloid

X – linked

Autosomal recessive

Bukan keturunan

22

Underexcretion AU pada

ginjal

Penurunan filtrasi,

hambatan sekresi tubulus

dan atau perubahan resorpsi

dari AU

Beberapa autosomal

dominan, bukan

keturunan, banyak belum

diketahui

3. Idiopatik Tidak diketahui

Gout menggambarkan sekelompok gangguan metabolic dimana Kristal asam urat natrium

( garam sodium dari asam urat) deposito di jaringan. Hal ini biasanya mengikuti dalam waktu

lama di mana kadar asam urat dalam darah dibangkitkan.

Asam urat adalah produk akhir dari metabolism purin. Dua pertiga dari asam urat yang

terbentuk setiap hari tereliminasi pada saluran pencernaan dan ginjal.

Peningkatan hasil asam urat darah meningkatan dan asupan purin ( purin merupakan prekusor

asam urat), atau meningkatkan pergantian atau produksi, atau dari eliminasi asam urat

menurun oleh ginjal, atau kombinasi dari semua ini ( Gambar 1). Meskipun asupan purin

tinggi mungkin memainkan peran dalam kadar tinggi asam urat, ekskresi oleh ginjal akan

meningkat untuk mengimbanginya. Pada sebagian besar (75-90 %) orang dengan gout,

clearance asam urat pleh ginjal berkurang secara signifikan. Peningkatan produksi asam urat

atau turun clearance ginjal dapat menjadi sekunder untuk gangguan lain.

Gambar 1 : purin dan asam urat

23

New purine synthesis 300 – 600 mg/d

Purine nucleotides

Purine bases

Uric acid pool (1200 mg)

Tissue nucleotidesPurines from diet 600 mg/d

Intestine 200 mg/dUrine 600 mg/d

Patologi Gout

Histopatologis dari tofus menunjukan granuloma dikelilingi oleh butir Kristal

monosodium urat ( MSU ). Reaksi inflamasi disekelilingi Kristal terutama terdiri dari sel

mononuklear dan sel giant. Erosi kartilago dan korteks tulang terjadi tofus. Kapsula fibrosa

biasanya prominen di sekelilingi tofi. Kristal dalam tofi berbentuk jarum ( needle shape) dan

sering membentuk kelompok kecil secara radier.

Patofisiologi serangan akut gout(8)

Asupan tinggi purin mengakibatkan perubahan kadar asam urat serum meningkat

sehingga terjadi hiperurisemia di dalam pembuluh darah lalu menuju sendi perifer (kaki yaitu

metatarso phalangeal 1 ), dengan adanya peranan temperatur yang rendah dan kelarutan urat

yang menurun, sehingga Kristal monosodium urat diendapkan dalam sendi tersebut.

Kecepatan difusi molekul urat dari ruang synovial kedalam plasma hanya setengah

kecepatan air (kecepatan difusi tidak maksimal) sehingga konsentrasi urat dalam cairan sendi

(MTP1) menjadi seimbang dengan urat dalamm plasma pada siang hari selanjutnya bila

cairan resorpsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urin local. Hal tersebut

menjelaskan terjadinya onset gout akut pada malam hari pada sendi yang terkena.

Kristal urat yang mengendap dalam sendi merupakan suatu antigen bagi tubuh. Kristal

urat yang berbentuk seperti jarum ini memiliki sifat birefringen . Kristal ini dapat

mengaktifkan sistem komplemen jalur klasik dengan aktivasi C1q menyebabkan aktivasi

kolikrein dan berlanjut dengan mengaktifkan Hageman faktor (faktor XII) yang penting

dalam reaksi cascade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif merupakan proses opsonisasi

yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh netrofil, monosit, atau makrofag. Aktivasi

komplemen C5 (C5a) menyebabkan peningkatan proses kemotaksis sel netrofil, vasodilatasi

serta pengeluaran sitokin TNF yang menyebabkan inflamasi dengan peningkatan

permeabilitas vaskular. IL-1 yang merupakan pirogen endogen sehingga timbul gejala

demam, IL-6 yang dapat meningkatkan proses peradangan akibat acute phase protein, dan

juga chemokin IL-8 yang meningkatkan kembali aktivasi netrofil dan makrofag. Pengeluaran

berbagai mediator ini akan menimbulkan reaksi radang lokal maupun sistemik dan

menimbulkan kerusakan jaringan.

24

Selain itu dari aspek seluler imun, kristal urat engaktivasi sel radang sehingga

menimbulkan respons fungsional sel dan gene expression. Respons fungsional sel radang

tersebut antara lain berupa degranulasi yang dapat menghasilkan histamin, protease,

prostaglandin, leukotrien, dan sitokin lain yang merupakan mediator penyebab vasodilatasi,

kerusakan jaringan, inflamasi, dan juga timbul gejala nyeri pada sendi yang terkena.

Diet Asam ribonukleat dari sel

PURIN

Hipoxantin

Xantin ginjal

Asam urat Urin

Kristalisasi dalam jaringan

Fagositosis kristal oleh leukosit

Peradangan

Nyeri, sakit, kaku, pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak

Patofisiologi demam

Hiperurisemia → asam urat dibawa oleh darah → sendi sinovial → menumpuk dalam sendi

→ dipengaruhi oleh pH asam, aliran darah yang lambat, atau penyakit penyerta lain

(polisitemia) → terbentuk kristalisasi urat, kristalisasi urat ini dianggap sebagai benda asing

(antigen) → merangsang sistem imun, kristalisasi urat ini di fagositosis makrofag → aktivasi

sistem imun dengan pengeluaran sitokin (IL-1, IL-6, TNF) → menyebabkan demam.

25

Patofisiologi bengkak dan nyeri

Inflamasi pada gout artritis menyebabkan teraktivasinya sel mast, akibat adanya leukosit

bergranula (eosinofil). Sel mast akan menghasilkan prosteglandin, dan bradikinin yang

diyakini sebagai penyebabkan nyeri. Sel mast akan menghasilkan histamin, leukotrien, dan

prostaglandin yang berperan dalm vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan

permeabilitas kapiler sehingga terlihat pada tanda klinis gambaran bengkak , memerah. Rasa

nyeri juga bisa ditimbulkan karena proses inflamasi yang mengiritasi saraf nyeri

(nociceptive) yang akan mengaktifkan jaras nyeri melalui saraf A dan C melalui jalur

spinotalamicus.

Perkembangan gout

Gout terjadi dalam empat tahapan, yaitu :

1. Hiperurisemia asimptomatik

Pada keadaan ini terjadi kadar asam urat mencapai 9 – 10 mg / dl tanpa menunjukan

gejala. Banyak pasien dengan hiperurisemia tidak berkembang ketingkat selanjutnya,

dimana hanya sekitar 5 – 20 % kasus berkembang ketahap serangan gout akut. Resiko

semakin meningkat dengan semakn meningkatnya serum asam urat (price & Wilson,

1992 ).

2. Gout arthritis akut

Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi pada malam hari

yang dapat dipicu oleh trauma, kunsumsi alcohol dan pembelahan. Pada level ini asam

urat di dalam persendian menimbulkan respon inflamasi, selanjutnya leukosit Poli Morfo

Nuklear (PMN) menginfiltrasi persendian dan memfagosit Kristal – Kristal urat yang

menyebabkan kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim – enzim lisosom serta

mediator – mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan . hal ini menyebabkan sendi yang

terserang terlihat kemerahan, papas, bengkak, dan terasa nyeri.

Sekitar 50 % serangan gout arthritis akut trjadi pada sendi metatarsophalangeal tumit,

sedangkan bagian tubuh lain yang juga mengalami serangan yaitu ankle, tumit, lutut, jari-

26

jari tangan dan siku. Nyeri bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan demam

serta peningkatan angka leukosit dan sedimen rate.

Serangan akut gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu,

hampir 60 % penderita mengalami serangan ulng setelah satu tahun.

3. Gout kronik ( terbentuknya tofi)

Jika hiperurisemia terjadi secara terus menerus dan tidak diatasi maka kumpulan asam

urat dan Kristal monosodium urat mengalami deposit yang disebut tofi. Tofi terlihat

seperti nodul yang berwarna kemerahanyang dapat digerakkan. Tofi ini berkembang di

dalam kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan lunak. Seing terjadi pada helik

daun telinga, jaringan di sekeliling sendi dan bursa, terutama mengelilingi siku dan lutut,

di sepanjang tendon jari, tumit, ankle dan pergelangan tangan, di permukaan ulnar tangan,

di sepanjang kaki serta pada daerah – daerah tertekan. Kulit pada area tofi mengalami

ulserasi, pengeluaran eksudat yang berisi sel inflamasi dan Kristal urat.

Tofi juga dapat berkembang dalam otot jantung dan epidural spinal. Tofi tidak

menimbulkan nyeri, tetapi dapat menghambat dan menurunkan pergerakkan sendi dan

menyebabkan deformitas tangan dan kaki.

4. Nephropati

Peningkatan kadar asam urat yang berlangsung lama dan tidak diobati menyebabkan

deposit Kristal urat pada jaringan interstisial ginjal. Selain itu Kristal urat juga

terbentuk di dalam duktus kolektivus, pelvis renal dan ureter yang dapat membentuk

batu. Batu asam urat dapat menyebabkan obstruksi aliran urin, sehingga terjadi gagal

ginjal akut.

Faktor resiko

Faktor faktor yang meningkatkan tingkat asam urat :

Faktor gaya hidup

Kondisi medis

Obat obat tertentu penggunaan diuretik thiazide-umum digunakan untuk mengobati

hipertensi-dan aspirin dosis rendah juga dapat meningkatkan kadar asam urat.

Keluarga riwayat gout

27

Umur dan jenis kelamin. Gout terjadi lebih sering pada pria daripada yang

dilakukannya pada wanita, terutama karena wanita cenderung memiliki kadar asam

urat lebih rendah daripada pria. Setelah menopause pria dan wanita bisa memiliki

resiko.

Pola makan

Suku bangsa

C. Diagnosis Banding Gout Artritis

GOUT ARTRITISRHEUMATIOD

ARTRITISOSTEOARTRITIS

Perbandingan (wanita:pria)

1:15 3:1 2:1

Umur 35-60 tahun 25-50 tahun 50-60 tahun

Awal serangan Tibat-tibaBiasanya secara

perlahanSecara perlahan-

lahan/lambat

Sendi-sendi yang diserang

Metatarsophalangeal dari ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, siku, jari

tangan

Setiap sendi (biasanya simetris) terutama

pada bagian atas dari interphalangeal dan

metacarpophalangeal dari tangan

Lutut, tulang punggung, pinggul,

sendi interphalangeal

bagian ujung dari jari tangan

Bentuk sendi

Pembengkakan periartikular yang nyata, kemerahan

pad akulit dan effusi sendi

Pembengkakan periartikular dan effusi dari sendi

Tidak terdapat pembengkakan

periartikular, juga tidak ada atau hanya sedikit saja terdapat

effusi sendi

Tanda-tanda khas

Tophi, biasanya pada daun telingan baigan

luar dan bursa olecranon

Perubahan bentuk yang khas : sendi-

sendi jari tangan yang berbentuk fusiform, nodul subkutan (10-

15%)

Sendi-sendi jari tangan yang tidak

terarut, Heberden’s nodes

Gejala Demam yang sedang, Demam yang rendah Tidak ada demam

28

konstitusionalpada saat serangan

akut

Sifat rasa sakit

Sangat nyeri selama beberapa hari, yang diikuti dengan masa berkurangnya rasa

nyeri yang menyeluruh

Biasanya ringan, hilang dengan beristirahat,

berlangsung terus selama berbulan-

bulan tanpa berkurangnya rasa sakit yang berarti

Ringan sampai sedang, setelah istirahat makin

memburuk

Kadar Kristal

Biasanya meingkat dalam darah, kristal-kristal ditemui dalam

cairan synovial

Tidak ada kristal-kristal dalam cairan

synovial

Tidak ada kristal-kristal dalam cairan

synovial

BAB V

KESIMPULAN

Gout dengan latar belakang gangguan metabolik yaitu hiperurisemia , masih menjadi masalah

yang serius. Hal ini karena manisfestasinya yang tidak hanya terbatas pada sendi namun bisa

menimbulkan gangguan fungsi ginjal. Penegakkan diagnosis dan penanganan yang tepat

diperlukanuntuk meminimalisir berbagai komplikasi akibat keadaan ini. Edukasi yang baik

dan perubahan pola hidup termasuk dietyang harus dilakukan. Selanjutnya diperlukan juga

terapi farmakologis untuk serangan akut, terapi pencegahan, dan terapi jangka panjang.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Price S, Wilson L. Gout. In : Hartanto H, Susi N, editors. Patofisologi. 6 thed. Jakarta:

EGC; 2006.p.1403

2. Sutedjo. Pemeriksaan Hematologi. In: Hadisaputro S, editor. Mengenal penyakit melalui

pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: amara books; 2009.p. 25-9

3. Wallace SL, Robinson H, Masi AT, Decker JL, McCarty DJ, Yü T-F. Preliminary criteria for

the classification of the acute arthritis of primary gout. Arthritis Rheum 1977;20:895---900.

4. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Endokrinologi dan dan metabolisme. In:

Asdi A, editor. Harrison prinsip-prnsip ilmu penyakit dalam. Volume 5 13 th ed. Jakarta:

EGC;2000.p.2305-7

5. Price S, Wilson L. Anatomi dan Fisiologi tulang dan sendi. In : Hartanto H, Susi N,

editors. Patofisologi. 6thed. Jakarta: EGC; 2006.p.1360

6. Sumariyono, Wijaya LK. Struktur sendi, otot, saraf, dan endotel vaskular. In: Sudoyo AW,

StiyohadiB, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar ilmu penyakit dalam. 5 th ed. Jakarta:

internal publishing; 2010.p.1085-92

30

7. Putz R, Pabst. Sendi-sendi ekstremitas superior. In: Sugiarto L, editor. Atlas anatomi

manusia sobotta tabel otot, sendi, dan saraf. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2006.p.36-7

8. Tehupeiory ES. Artritis Pirai (artritis gout). In: Sudoyo AW, Septiohadi D, Alwi I,

Shimadibrata M, editors. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 th ed. Jakarta; Internal

publishing;2010.p.2556-8

31