57
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kematian di penjara yaitu kematian yang terjadi di penjara atau fasilitas tahanan lainnya, termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/ transfer ke/ dari penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau difasilitas kesehatan mengikuti pemindahan dari penjara. Di Indonesia jumlah kematian narapidana dan tahanan di penjara mengalami peningkatan pada tahun 2009. Total 778 orang meninggal di rumah tahanan dan lernbaga pemasyarakatan sepanjang tahun 2009. Jumlah tersebut terdiri atas 514 narapidana dan 264 tahanan. Jumlah tersebut meningkat dari jumlah tahun 2008 yang berjumlah 750 orang meninggal di penjara, terdiri dan 548 narapidana dan 202 tahanan. 1 Penyebab kematian tahanan dan narapidana di penjara ini bermacam-macam. Mulai dari masalah kelebihan kapasitas penjara hingga penyakit. 1 Kematian di penjara. Diunduh dari www.vivanews.com 1

Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kematian Dalam Tahanan

Citation preview

Page 1: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kematian di penjara yaitu kematian yang terjadi di penjara atau fasilitas

tahanan lainnya, termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/ transfer

ke/ dari penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau difasilitas kesehatan mengikuti

pemindahan dari penjara.

Di Indonesia jumlah kematian narapidana dan tahanan di penjara

mengalami peningkatan pada tahun 2009. Total 778 orang meninggal di

rumah tahanan dan lernbaga pemasyarakatan sepanjang tahun 2009. Jumlah

tersebut terdiri atas 514 narapidana dan 264 tahanan. Jumlah tersebut

meningkat dari jumlah tahun 2008 yang berjumlah 750 orang meninggal di

penjara, terdiri dan 548 narapidana dan 202 tahanan.1

Penyebab kematian tahanan dan narapidana di penjara ini bermacam-

macam. Mulai dari masalah kelebihan kapasitas penjara hingga penyakit.

Terdapat 509 orang meninggal pada masa tinggal satu hingga enam bulan di

penjara, terdapat 166 orang meninggal dengan masa tinggal tujuh hingga 12

bulan dalam penjara. Sebanyak 103 orang meninggal dengan masa tinggal

lebih dari 1 tahun.1

Catatan kematian individu yang dikumpulkan oleh Death in Custody

Reporting Act of 2000 menerangkan bahwa di Amerika Serikat, antara tahun

2001-2004, penjara negara otoritas nasional melaporkan total 12.129 kematian

tahanan negara ke Deaths in Custody Reporting Program (DCRP). Sembilan

1 Kematian di penjara. Diunduh dari www.vivanews.com1

Page 2: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

dari 10 kematian (89%) akibat kondisi medis, bunuh diri (6%), pembunuhan

(2%), alkohol (1%), obat (1%), dan cedera (1%).

Diantara kematian tahanan negara setengahnya adalah hasil dari

penyakit jantung dan kanker, dua pertiga melibatkan narapidana usia 45 tahun

atau lebih, sisanya adalah hasil dari masalah medis yang hadir pada saat

penerimaan. Perbandingan angka kematian menunjukkan tahanan pria

memiliki tingkat kematian 72% lebih tinggi dan tahanan perempuan.

Di Australia, menurui National Death in Custody Program 2008

(NDICP) dalam periode 29 tahun dan tahun 1980-2008, 1260 kematian terjadi

di prison custody, 119 kematian terjadi dalam police custody dan custody

related operations dan 17 kematian dalam custody of juvenile justice agencies.

Mayoritas tahanan yang meninggal adalah laki-laki. Untuk periode 1980-2005

mayoritas tahanan yang meninggal berusia 25-39 tahun Pada tahun 2008,

lebih banyak tahanan yang berusia 55 tahun keatas yang meninggal. Gantung

diri merupakan cara kematian yang lebih sering digunakan oleh tahanan muda

Selama tujuh tahun terakhir penyebab kematian lebih disebabkan karena

penyebab alami (natural death).2

Di Malaysia, sejak tahun 1990 sampai September 2004 terdapat 1733

kematian di penjara, 85 kematian dipenjara pada tahun 2003-2007. Pada

Desember 2008 terungkap bahwa dalam enam tahun terakhir (2002-2008)

sekitar 1300 orang asing meninggal di penjara Malaysia.1

Berdasarkan uraian di atas mengenai angka kematian tahanan di

penjara, maka perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kematian tahanan

dalam penjara, mulai dari penyebab kematian, penanganan tahanan yang

meninggal, dan pemeliharaan kesehatan tahanan.

2 Lyneham, matthew, et al. Death in Custody in Australia: National Death in Custody Program

2008. Australian Institute of Criminology. Canberra. 2010.2

Page 3: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan kematian di penjara/ tahanan?

2. Apakah penyebab kematian di penjara/ tahanan?

3. Apakah hak dan kewajiban tahanan?

4. Bagaimana penanganan tahanan yang meninggal didalam penjara?

5. Bagaimana pencegahan kematian tahanan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui masalah kematian didalam penjara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi kematian di penjara

b. Mengetahui penyebab kematian tahanan penjara.

c. Mengetahui hak dan kewajiban tahanan.

d. Mengetahui penanganan tahanan yang meninggal di dalam penjara.

e. Mengetahui pencegahan kematian tahanan.

1

Page 4: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Mahasiswa.

a. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan suatu referat.

b. Menambah pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang ada di

dalam penjara.

2. Bagi Instansi terkait (FK UNDIP)

Menambah bahan referensi bagi dokter dan calon dokter dalam

memahami masalah kematian di penjara.

3. Bagi Pemerintahan

Sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan kualitas layanan

kesehatan di dalam penjara.

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai

masalah kesehatan yang ada di dalam penjara.

2

Page 5: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TERMINOLOGI4,5

1. Tersangka adalah seseorang yang diduga, dicurigai atau tertuduh.

2. Terdakwa adalah orang yang didakwa (dituntut, dituduh) telah melakukan

tindak pidana dan adanya cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan

dimuka persidangan.

3. Hukuman adalah keputusan yang dijatuhkan oleh hakim.

4. Terhukum adalah orang yang dihukum atau orang yang dijatuhi hukuman.

5. Terpidana adalah seseorang yang dijatuhi atau dikenai hukuman karena

melakukan suatu tmdak pidana (suatu kejahatan).

6. Narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak

pidana.

7. Penjara adalah tempat di mana orang-orang dikurung dan dibatasi berbagai

macam kebebasan. Penjara umumnya adalah institusi yang diatur

pemerintah dan merupakan bagian dari sistem pengadilan kriminal suatu

negara, atau sebagai fasilitas untuk menahan tahanan perang.

8. Mati di penjara berasal dari Royal Cominision into Aboriginal Deaths in

Custody (RCIADIC), yaitu:2

a. Death in prison custody

Adalah kematian yang terjadi di penjara atau fasilitas tahanan lainnya,

termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/ transfer ke/ dan

3

Page 6: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau di fasilitas kesehatan mengikuti

pemindahan dari penjara.

b. Death in police custody

Dibagi menjadi dua kategori utama, antara lain:

a. Kategori 1

1) Kategori 1a: Kematian dalam institutional setting (misalnya

kantor polisi, mobil polisi, rumah sakit selama pemindahan dan

atau ke institusi/ mengikuti pemindahan dan institusi).

2) Kategori lb: Kematian lainnya dalam operasi polisi dimana

petugas mempunyai kontak erat, termasuk kematian yang

berhubungan dengan pengejaran dan penembakan oleh polisi.

Tidak termasuk pengepungan dengan parameter yang telah

ditetapkan tetapi petugas tidak memiliki kontak dekat dengan

orang yang dapat mengontrol tindakan seseorang.

b. Kategori 2: Kematian lain selama operasi polisi termasuk

pengepungan dan kasus dimana petugas berusaha menahan

seseorang.

B. HAK DAN KEWAJIBAN TAHANAN DAN PENJAGA TAHANAN

Meskipun seorang tahanan berada didalam pengawasan polisi, tidak

berarti seorang tahanan tidak memiliki hak apapun dan petugas kepolisian

berhak melakukan apapun terhadap tahanan. Pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1999 tentang syarat-syarat dan tata cara

pelaksanaan wewenang, tugas, dan tanggung jawab perawatan tahanan.6

1. Hak dan kewajiban perawat tahanan (pasal 3 dan 4)

4

Page 7: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

a. Berwenang melakukan penerimaan, pendaftaran, penempatan

dan pengeluaran tahanan.

b. Berwenang mengatur tata tertib dan pengamanan RUTAN/ Cabang

RUTAN.

c. Berwenang melakukan pelayanan dan pengawasan.

d. Berwenang menjatuhkan dan memberikan hukuman disiplin bagi

tahanan yang rnelanggar peraturan tata tertib.

e. Bertugas melaksanakan program perawatan, menjaga agar tahanan

tidak melarikan diri dan membantu kelancaran proses penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan.

f. Wajib memperhatikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, asas

praduga tak bersalah dan asas pengayoman, persamaan perlakuan dan

pelayanan, pendidikan dan pembimbingan, penghormatan harkat dan

martabat manusia, terjaminnya hak tahanan untuk tetap berhubungan

dengan keluarganya atau orang tertentu, serta hak-hak lain yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

2. Hak seorang tahanan

a. Hak untuk beribadah (pasal 11-13)

b. Hak perawatan jasmani dan rohani (pasal 14-19)

c. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran (pasal 20)

d. Hak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan (pasal 21-33)

e. Hak untuk memberikan keluhan (pasal 34)

f. Hak mendapatkan bahan bacaan dan siaran media massa (pasal 35-36)

g. Hak untuk mendapatkan kunjungan (pasal 37-40)

5

Page 8: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

h. Hak-hak lain seperti hak politik dan keperdataan sesuai undang-

undang yang berlaku (pasal 41)

3. Kewajiban seorang tahanan

a. Wajib mengikuti program dan perawatan (pasal 9-10)

b. Wajib mengikuti bimbingan dan pendidikan agama sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing.

c. Wajib mematuhi tata tertib RUTAN/ Cabang RUTAN atau LAPAS/

Cabang LAPAS selama mengikuti program perawatan.

C. KLASIFIKASI KEMATIAN DI PENJARA

Menurut Leigh et al, mati di penjara dibagi menjadi dua kategori dan

didefinisikan sebagai benkut:7

1. Kategori 1: Seseorang meninggal ketika ditahan di kantor polisi atau

tempat lainnya (kecuali di dalam pengadilan setelah didakwa), ketika

ditahan sementara di kepolisian, ketika di rumah sakit atau mobil polisi.

2. Kategori 2: Seseorang meninggal ketika sudah berada ditangan polisi

maupun akibat tindakan polisi dalam usaha pengejaram/ penangkapan/

menjalankan tugasnva, termasuk ketika seorang suspek meninggal saat di

wawancara walaupun belum ditahan, berusaha melankan diri, sudah

ditahan, berada dalam pengepungan.

D. DATA STATISTIK

Di Indonesia jumlah kematian narapidana dan tahanan di penjara

rnengalami peningkatan pada tahun 2009. Total 778 orang meninggal di

rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan sepanjang tahun 2099. Jumlah

6

Page 9: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

tersebut terdiri atas 514 narapidana dan 264 tahanan. Jumlah tersebut

meningkat dari jumlah tahun 2008 yang berjumlah 750 orang meninggal di

penjara, terdiri dari 548 narapidana dan 202 tahanan.4

Penyebab kematian tahanan dan narapidana di penjara ini bermacam-

macam. Mulai dari masalah kelebihan kapasitas penjara hingga penyakit.

Terdapat 509 orang meninggal pada masa tinggal satu hingga enam bulan di

penjara, terdapat 166 orang meninggal dengan masa tinggal 7 (tujuh) hingga

12 (duabelas) bulan dalam penjara. Sebanyak 103 orang meninggal dengan

masa tinggal lebih dari 1 tahun.1

Death in Custody Reporting Act of 2000 menerangkan bahwa di

Amerika Serikat, antara tahun 2001-2004, penjara negara otoritas nasional

melaporkan total 12.129 kematian tahanan negara ke Deaths in Custody

Reporting Program (DICRP). Sembilan dari 10 kematian (89%) akibat

kondisi medis, bunuh diri (6%), pembunuhan (2%), alkohol (1%), obat (1%),

dan cedera (1%).

Di Australia, menurut National Death in Custody Program 2008

(NDICP) dalam periode 29 tahun dan tahun 1980-2008, 1260 kematian terjadi

di prison custody, 779 kematian terjadi dalam police custody dan custody

related operations dan 17 kematian dalam custody of junvenile justice

agencies.4

Di Malaysia, sejak tahun 1990 sampai September 2004 terdapat 1733

kematian di penjara, 85 kematian di penjara pada tahun 2003-2007. Pada

Desember 2008 terungkap bahwa dalam enam tahun terakhir (2002-2008)

sekitar 1300 orang asing meninggal di penjara Malaysia.3

7

Page 10: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

E. PENYEBAB KEMATIAN TAHANAN

Penyebab kematian tahanan dapat berupa penyebab alami, bunuh diri,

kecelakaan, pembunuhan, gantung atau jerat, senjata api, luka akibat ledakan

atau kendaraan, overdosis obat, senjata tajam, senjata tumpul.8,9

1. Penyebab kematian berdasarkan pelanggaran terhadap hak asasi

Kematian dalam tahanan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi

jika:10

a. Merupakan eksekusi langsung tanpa diadili.

b. Disebabkan akibat penyiksaan.

c. Disebabkan karena kondisi penjara yang buruk dan pengabaian akan

kondisi kesehatan narapidana.

d. Disebabkan akibat penggunaan kekerasan yang berlebihan

Kematian dalam tahanan tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak

asasi jika :

a. Disebabkan penyebab kematian alami atau penyakit berat.

b. Tahanan terbunuh akibat usaha dan petugas tahanan untuk melindungi

diri dan ancaman tahanan

2. Penyebab kematian yang perlu dicurigai

a. Penyebab alami, penyakit atau kecelakaan yang dapat menutupi fakta

pelanggaran hak asasi manusia. Banyak kematian “alami” di tahanan

disebabkan karena buruknya keadaan tahanan, kurangnya akses ke

pelayanan kesehatan, kurangnya gizi yang memadai atau air bersih,

dan tahanan yang terlaiu penuh. Beberapa kondisi tersebut dapat

dideskripsikan sebagai kekejaman, tidak berperikemanusiaan atau

perlakuan yang buruk.

8

Page 11: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

b. Kematian akibat dari usaha pelarian dan dapat menutupi fakta

pelanggaran hak asasi manusia. Hal umum bagi otoritas tahanan

menyatakan bahwa tahanan meninggal ketika berupaya untuk

melarikan diri. Bukti forensik dan keterangan dari saksi mata dapat

digunakan untuk melawan klaim tersebut. Hal serupa juga dapat terjadi

pada tahanan yang di klaim meninggal akibat kecelakaan yang pada

pemeriksaan forensik ditemukan adanya bukti-bukti tindakan

penyiksaan.10

3. Asfiksia traumatik

Seringkali terjadi ketika petugas gagal dalam menguasai tahanan. Terjadi

akibat sejumlah petugas secara bersamaan melawan dan menduduki

tahanan secara brutal untuk memborgol tahanan. Ketika mereka berdiri,

orang tersebut tidak bernapas lagi dan meninggal tidak lama kemudian

setelah dibawa ke rumah sakit. Kematian akibat asfiksia traumatik

disebabkan karena berat badan petugas yang menyebabkan kompresi dada

dan menghalangi gerak pernapasan.11

4. Penguncian lengan dan memegang leher

Dilakukan poiisi untuk menahan seseorang adalah kematian yang sering

terjadi saat proses penangkapan Penguncian lengan dilakukan di depan

atau bersamaan dengan kepala pelaku diselipkan di antara lengan polisi.

Bahaya yang terjadi adalah kompresi dan depan atau samping leher dan

kematian dapat terjadi baik karena reflek vagus atau karena iskemia

serebri saat terjadi kompresi karotis, atau asfiksia karena obstruksi jalan

napas.

Menurut Reay dan Eisele, terdapat dua tipe dalam memegang leher – ‘bar

arm control’ dan ‘carotid sleeper’. ‘Bar arm control lebih berbahaya

dilakukan dengan cara lengan bawah ditarik melintang tepat di depan

laring untuk menutup jalan napas. ‘The carotid sleeper’ menggunakan dua

9

Page 12: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

sisi lengan untuk memebentuk “V” yaitu lengan bawah dan lengan atas

untuk mengkompresi karotis sehingga terjadi iskeinia serebral. Kematian

yang sering terjadi akibat stimulasi vagal dari sinus karotikus selain itu

perdarahan subaraknoid dapat terjadi akibat kerusakan arteri

vertebrobasilar karena traksi leher dan hiperekstensi.11

5. Trauma tumpul

Dapat terjadi karena penggunaan kepalan tangan, siku, kaki, atau

penggunaan senjata. Cedera kepala dapat terjadi ketika tahanan

membentur tanah atau dinding. Pukulan keras pada wajah dapat

menyebabkan perdarahan nasofaring sehingga mengobstruksi jalan

pernapasan, terutama pada tahanan dalam pengaruh alcohol. Pukulan pada

samping leher dapat menimbulkan refleks cardiac arrest atau perdarahan

subaraknoid akibat kerusakan pembuluh darah vertebrobasiler. Pukulan

pada perut juga dapat menimbulkan perdarahan intraperitoneal yang

terjadi karena robeknya mesentrium.11

6. Kadar alkohol yang meningkat

Kadar alkohol diatas 350 mg per 100 ml darah dapat menyebabkan

peningkatan resiko koma dan depresi pusat pernapasan. Pada kadar

alkohol darah yang rendah masih dapat timbul resiko aspirasi muntah Oleh

karena isi lambung. Alkohol juga memberikan konstribusi pada kematian

dalam penjara karena kecelakaan, terutama yang menyebabkan cedera

kepala karena terjatuh ke tanah maupun dari tangga dimana orang yang

mabuk akan mengalami ataksia dan inkoordinasi. Terjatuh yang mengenai

oksipitalis dan kerusakan otak contrecoup pada frontal dan temporal pada

otopsi merupakan bukti yang kuat telah terjadi cedera deselerasi.8,11

7. Bunuh diri

Bunuh diri di penjara adalah hal yang tidak biasa. Bunuh diri di penjara

biasanya dilakukan dengan cara gantung. Alasan tahanan untuk

10

Page 13: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

mengakhiri hidupnya bisa karena mengalami kekerasan di penjara atau

gangguan psikiatri. Untuk meyakinkan benar tidaknya gantung, dapat

dilakukan otopsi.11

8. Kematian alami karena penyakit

Biasanya karena akibat penyakit kardiovaskular. Penyakit diabetes,

epilepsi, dan asma potensial menyebabkan kematian mendadak atau tidak

terduga. Untuk memastikannya dapat dilihat dari riwayat medis dan

otopsi.8,11

9. Sudden In-Custody Death Syndrome

Kombinasi keberadaan delirium tereksitasi dikombinasikan dengan faktor

lain yaitu alkohol atau penggunaan obat-obatan, kondisi fisik dari tahanan,

dan kekerasan fisik yang dapat mencetuskan kondisi berpotensi fatal yang

dikenal sudden in-custody death syndrome.12

a. Restraint asphyxia atau asfiksia posisi

Kematian akibat asfiksia yang terjadi saat posisi prone atau hog-

tied yang dapat menimbukan gangguan pernapasan.

Gambar1. Posisi prone dan hog-tied

11

Page 14: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

Pada posisi ini dapat menekan pernapasan dan menyebabkan

terganggunya fungsi jantung pada pasien yang mengalami kejang.

Pengaruhnya terhadap pernapasan yaitu mengganggu interaksi antara

dinding dada, diafragma, tulang iga dan otot abdomen yang

menyebabkan hipoksia. Yang menyebabkan perubahan kimia tubuh

dan menganggu ritme jantung fisiologis. Pada tahun 1990, terjadi

kematian pada tahanan yang tidak diperkirakan, otopsi dan toksikologi

gagal menemukan diagnosis pasti yang kemudian diberi nama “sudden

in-custody death syndrome” (SICDS). Sudden in-custody death

syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan

kematian yang tidak dapat dijelaskan dimana polisi ikut serta dalam

kejadian tersebut. Hal ini diobservasi pertama kali pada tahun 1982,

ketika dilakukan investigasi di Seattle. Wash mendeskripsikan

kematian tiba-tiba terjadi pada orang dengan agitasi psikiatri dan

hiperaktivitas ketika dilakukan penangkapan oleh petugas penegak

hukum.

Mereka yang menunjukkan gangguan perilaku yang timbul

karena ketidak mampuan mereka untuk menghadapi stress yang terjadi

ketika berhadapan dengan polisi. Korban digambarkan menjadi lebih

agresif.

Mereka tidak berespon terhadap alasan atau komando dan

menunjukkan kekuatan yang tidak biasanya. Mereka sendiri menjadi

paranoid. Mereka mungkin berhalusinasi dan memiliki riwayat

perilaku aneh. Perilaku yang mungkin timbul saat situasi sebelum

kematian:

1) Paranoid/ mania

2) Riwayat psikiatri

3) Agresi ekstrim

12

Page 15: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

4) Kekuatan yang tidak biasanya

5) Ketidakmampuan untuk merespon alasan logis

6) Perilaku destruktif

7) Riwayat penyalahgunaan obat-obatan

Polisi mulai menyadari perubahan pada korban yaitu bertingkah

destruktif baik terhadap diri mereka sendiri maupun lingkungan.

Kedatangan polisi mungkin memperburuk agitasi. Paranoid mereka

yang sedang panik semakin meningkat dengan upaya petugas yang

mencoba menenangkan mereka, dan mengakibatkan perilaku yang

semakin destruktif. Mekanisme perilaku yang agresif itu sendiri tidak

diketahui. Perilaku yang di presipitasi oleh psikosis akut. Pemakainan

kokain, metamfetamin, dan phensiklidin, tunggal atau kombinasi,

dapat mencetuskan ke arah SICDS. Alkohol dan obat depresan, dapat

menjadi penyebab, akan tetapi tidak menyebabkan hipereksitabilitas

yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi delirium. Faktor lainnya

yang mempengaruhi adalah penggunaan obat antipsikotik, atau

neuroleptik. Efek samping lainnya dari obat antipsikotik adalah

aritmia, kolaps vaskular, asfiksia yang dikaitkan dengan gangguan

refleks muntah dan distonia laringopharing. Sindrom neuroleptic

rnalignan pun hampir serupa dengan gejala delirium tereksitasi.

Kelelahan fisik, dehidrasi, dan penyakit organik otak juga merupakan

faktor predisposisi lainnya.

Gejalanya yaitu hipertermia, tingkat kesadaran yang

berfluktuasi, dan hipotonus. Namun, hal-hal tersebut merupakan salah

satu penyebab kematian tiba-tiba, tetapi tidak mutlak terlibat dalam

menyebabkan manik yang menyebabkan kelelahan. Sindrom kematian

mendadak pada pasien psikiatri, dikenal dengan nama acute exhaustive

mania.

13

Page 16: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

Dr Luthor Bell at the McLean Asylum di Massachusetts

memperkenalkan keadaan tersebut pertama kali pada tahun 1849.

Mereka yang tidak pernah menggunakan neuroleptik pun bisa

menunjukkan tanda acute exhaustive mania. Dimana stress psikologis

dapat menginduksi aritmia jantung yang fatal. Individu yang

mengalami gejala ini berada dalam keadaan darurat yang mengancam

nyawa dan pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk

mendapatkan tindakan pertolongan. Pasien psikiatri memiliki risiko

untuk mendapatkan masalah kesehatan sekunder dari kondisi tempat

tinggalnya.

b. Electrical Chemical Restraints

Semprotan kapsikum juga merupakan salah satu penyebab

SICDS. Pada tahun 1991, International Association of Chiefs of Police

(IACF) menetapkan Oleoresin Capsicum (OC) atau semprotan merica

sebagai allernatif yang kurang letal. Akan tetapi ketika kematian mulai

muncul setelah penggunaan semprotan OC, dilakukan penelitian dan

diduga bahwa OC ikut mempengaruhi kematian dalam penjara pada

pasien dengan status excitable manic. IACF menemukan 30 kasus

kematian dari tahun IACF sampai dengan 1993.

Dan catatan tersebut, ditemukan OC tidak efektif. Tahanan

berperilaku aneh dan bersikap melawan kepada polisi. OC ditetapkan

sebagai faktor yang tidak mengkontribusi dan tidak menyebabkan

kematian. Penyebab kematian disebabkan karena asfiksia karena

posisi, diperburuk karena pemakaian obat-obatan, penyakit, dan

obesitas. Akan tetapi Stettee et al menetapkan OC termasuk taktor

yang mengkontribusi kematian yang tidak diperkirakan. Kematian

pada pasien dengan delirium tereksitasi, terutama mereka dengan

penyakit jantung.

14

Page 17: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

Pada tahun 1990, penggunaan taser stun guns menjadi lazim di

penegak hukum. Dipercaya sebagai cara aman untuk menenangkan

atau mengendalikan individu yang berperilaku melawan atau kasar

sehingga tahanan menjadi mudah dikendalikan dan mengurangi

petugas yang terluka. Pada 12 Oktober 2004, The Arizona Republic

rnengumumkan terjadi 73 kasus kematian yang terjadi setelah

pemakaian taser stun gun.

Pada tahun 1998, Canadian Medical Association Journal

menerbitkan penelitian yang dilakukan pada 21 subyek yang

mengalami delirium tereksitasi dari tahun 1988-1995. Dan diambil

kesimpulan bahwa pada pasien psikiatri yang menggunakan kokain

membutuhkan oksigen lebih banyak dan dapat mengalami kematian

karena terjadi anoksia yang segera terjadi setelah tindak pengendalian

tersebut.

F. RESIKO KESEHATAN SESEORANG/ TAHANAN DIDALAM

PENJARA

1. HIV/ AIDS

a. Di kebanyakan negara di Eropa dan Asia Tengah, tingkat infeksi HIV

dikalangan orang yang di penjara lebih besar dibandingkan dengan

populasi umum.

b. Penjara merupakan tempat penularan HIV dan penyakit menular

lainnya, karena :

1) Terjadi penggunaan obat suntik tanpa adanya ketersediaan jarum

steril.

2) Risiko hepatitis B dan C akibat penggunaan bersama (air, sendok

dll) dan pisau cukur, sikat gigi, tattoo, tindik.

3) Hubungan seksual yang tidak terlindungi, prostitusi, perkosaan.

15

Page 18: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

4) Akses kesehatan yang terbatas.

5) Keamanan dari peralatan medis (perawatan gigi, kedokteran,

ginekologi).

2. Tuberculosis (TB)

a. Sejak awal 1990an, epidemi TB di penjara telah dilaporkan di banyak

negara dan strain TB yang menyebar di penjara banyak yang resisten

terhadap pengobatan dan berhubungan dengan infeksi dari HIV.

b. Laju MDR TB lebih tinggi diantara para tahanan dibanding dengan

populasi umum.

c. Dengan adanya populasi penjara yang berlebih dan nutrisi yang buruk,

laju TBC di antara tahanan adalah sepuluh hingga seratus kali lebih

tinggi dibanding komunitas di luar penjara.

3. Obat-obatan

a. Proporsi IDU yang berbagi penggunaan jarum yang tinggi dengan

risiko dari penularan HIV dan penyakit menular lainnya.

b. Sebanyak 70-98% orang yang dipenjara akibat kejahatan yang

berhubungan dengan obat-obatan dan tidak mendapatkan tata laksana

akan relaps dalam jangka waktu setahun setelah keluar dari penjara.

c. Perawatan substitusi mengurangi penggunaan heroin dan lebih efektif

untuk mempertahankan pengguna dalam tahapan pengobatan

dibanding dengan usaha detixofikasi. Tata laksanan substitusi memiliki

beberapa keuntungan, termasuk stabilisasi dan pengguna,

rnempengaruhi gaya hidup, memperbaiki fungsi sosial dan pekerjaan

dari pengguna.

16

Page 19: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

4. Kesehatan mental

a. Dari jumlah dua juta tahanan di Eropa, setidaknya 400.000 orang

menderita gangguan mental yang signifikan dan lebih banyak lagi

yang menderita gangguan mental lainnya seperti depresi dan cemas.

b. Over populasi, bullying, marginalisasi dan stigma serta diskrimininasi

membahayakan kesehatan mental.

c. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa masalah terbanyak dan

kesehatan mental di penjara adalah gangguan kepribadian dan sebagian

menderita masalah terkait psikotik.

5. Women’s health

a. Walaupun wanita menempati proporsi yang sangat kecil dari total

populasi tahanan, 4-5% rerata, jumlah tahanan wanita di penjara

rneningkat secara cepat. Mereka umumnya dipenjara akibat tindak

non-kekerasan, properti, dan obat-obatan. Wanita yang dipenjara

membawa serta permasalahan yang kompleks, kebutuhan, kecemasan,

penyakit dan distress. Penjara memperburuk masalah ini, dan

meningkatkan ancaman kesehatan pada kebanyakan wanita ini.

b. Wanita yang dipenjara cenderung memiliki pengalaman traumatik

pada masa anak-anak daripada pria yang dipenjara seperti kekerasan

seksual, mental dan fisik. Separuhnya mengalami kekerasan domestik.

c. Banyak wanita di penjara adalah para ibu dan biasanya mengasuh

anak. Sekitar 10.000 bayi dan anak di Eropa diperkirakan terpengaruh

akibat ibu mereka yang dipenjara. Pada kebanyakan negara Eropa, bayi

dan anak kecil dapat tinggal di penjara bersama ibunya, dengan

batasan umur tiga tahun.

d. Sebanyak 75% wanita yang masuk penjara diperkirakan memiliki

masalah dengan obat-obatan dan alkohol.

17

Page 20: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

e. Gangguan mental sering ditemukan pada wanita yang dipenjara, 80%

dari wanita di penjara memiliki gangguan mental yang dapat

teridentifikasi. Dua pertiga dan tahanan wanita menderita PTSD. Satu

dari sepuluh wanita mencoba bunuh diri sebelum dipenjara. Tahanan

wanita lebih cenderung untuk melukai diri sendiri dan mencoba bunuh

diri dibanding tahanan pria.

f. Prevalensi dari HIV dan penyakit menular lebih tinggi diantara

tahanan wanita.

g. Tahanan wanita memiliki kebutuhan khusus berkaitan dengan

kesehatan reproduksi seperti menstruasi, kehamilan, dan menopause.

Hal ini membuat kebutuhan akses yang lebih baik terhadap nutrisi dan

produk perawatan diri.

6. Co-morbidity and mental health

a. Kondisi dual dignosis seperti gangguan kepribadian, alkoholisme, dan

ketergantungan obat umum ditemukan di penjara. Pasien dengan

komorbiditas ini rentan terhadap kekerasan fisik dan seksual.

b. Persentasi keseluruhan dari tahanan yang menderita dari masalah

kesehatan mental dan ketergantungan obat diperkirakan sebesar 60-

65%.

c. Prevalensi komorbiditas psikiatrik adalah dua hingga tiga kali pada

penderita lebih tinggi daripada populasi umum.

7. Young offenders

a. Pelanggar hukum pada usia muda cenderung menjadi

pelanggar hukum pada usia dewasa jika tidak diintervensi dini.

b. Usia muda di penjara 18 kali cenderung untuk bunuh diri dibandingkan

dengan mereka yang berada di populasi umum.

18

Page 21: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

c. Tahanan usia muda memiliki prevalensi yang lebih besar memiliki

kesehatan mental yang buruk disbanding dewasa, 95% memiliki

setidaknya satu masalah mental dan 80% memiliki lebih dan satu

masalah.

8. Overcrowding

Di beberapa negara, populasi penjara secara perlahan meningkat dalam

beberapa tahun terakhir dan kapasitas penjara tidak meningkat secepat laju

pertumbuhan populasi. Overpopulasi adalah penyebab yang jelas atau

faktor yang berkontribusi terhadap banyak rnasalah kesehatan di penjara.

Kekerasan institusional yang meningkat di dalam rutan atau penjara

mungkin saja berhubungan dengan efek meningkatnya kepadatan sosial

atau meningkatnya kepadatan ruang. Kepadatan sosial mengacu kepada

bertambahnya jumlah tahanan dalam ruangan yang tersedia; kepadatan

ruang mengacu kepada ruang yang berkurang untuk jumlah tahanan yang

sama. Kepadatan yang meningkat di dalam penjara memiliki mata-rantai

baik dengan peningkatan serangan maupun dengan berkurangnya

serangan. Dijabarkan bahwa kepadatan di dalam penjara negara bagian

untuk pria sebagai “persentase dari jumlah tahanan di dalam perumahan

biasa dalam setiap penjara dalam ruang kurang dari 60 square per kaki

selama lebih dari 10 jam tiap hari.” Dia membandingkan dengan tingkat

pengamanan (minimum, medium, maksimum) untuk empat tingkat

kepadatan yang terlihat bahwa tingkat tertinggi dari kekerasan

antartahanan timbul di tingkat kepadatan terendah dalam semua tingkat

pengamanan, dan bahwa tingkat kekerasan yang paling tinggi dengan

pengamanan maksimum dari semua tingkat kepadatan. 13,14

19

Page 22: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

G. PERAWATAN TAHANAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 1999, perawatan tahanan di RUTAN/ Cabang RUT AN atau LAPAS/

Cabang LAPAS atau di tempat tertentu bertujuan antara lain untuk:6

1. Memperlancar proses pemeriksaan baik pada tahap penyidikan

maupun pada tahap penuntutan dan pemeriksaan dimuka pengadilan.

2. Melindungi kepentingan masyarakat dari pengulangan tindak

kejahatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana yang

bersangkutan.

3. Melindungi pelaku tindak pidana dan ancaman yang mungkin akan

dilakukan oleh keluarga korban atau kelompok tertentu yaitu terkait

dengan tindak pidana yang dilakukan. Program perawatan tahanan

akan berakhir dengan sendirinya apabila tahanan yang bersangkutan

telah mendapat keputusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang tetap. Sedangkan bagi tersangka yang dijatuhi

pidana, pembinaan lebih lanjut akan diserahkan ke Lembaga

Pemasyarakatan sebagai proses akhir dan sistem pemidanaan. Dengan

adanya berbagai tempat tenentu yang digunakan sebagai tempat

penahanan dan tempat tersebut belum ditetapkan sebagai Rumah

Tahanan Negara, maka agar perawatan tahanan tidak diterlantarkan,

maka pelaksanaan wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan

tahanan dalam Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan oleh pejabat

yang memerintahkan penahanan. Apabila tahanan yang bersangkutan

diserahkan ke Rumah Tahanan Negara, maka tanggung jawab

perawatannya ada pada Kepala Rumah Tahanan Negara dan tanggung

jawab yuridisnya ada pada pejabat yang memerintahkan penahanan. Isi

dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 tahun 1999

mengenai perawatan tahanan sebagai berikut :

20

Page 23: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

1. Ketentuan umum perawatan tahanan

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1) Perawatan tahanan adalah proses pelayanan tahanan yang

dilaksanakan mulai dari penerimaan sampai dengan

2) Pengeluaran tahanan dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN)

3) Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan

dalam RUTAN/ Cabang RUT AN.

4) Petugas RUTAN/ Cabang RUTAN adalah Petugas

Pemasyarakatan yang diberi tugas untuk melakukan perawatan

5) Tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN.

6) Menteri adalah Menteri yang lingkup, tugas dan tanggung

jawabnya meliputi bidang Perawatan Tahanan.

Pasal 4

1) Kepala RUTAN/ Cabang RUTAN, Kepala LAPAS/ Cabang

LAPAS dan pejabat yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

beserta petugas RUTAN/ Cabang RUTAN, LAPAS/ Cabang

LAPAS dan tempat penahanan tertentu bertugas :

a. Melaksanakan program perawatan;

b. Menjaga agar tahanan tidak melarikan diri; dan

c. Membantu kelancaran proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di Pengadilan.

21

Page 24: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam

melaksanakan tugasnya wajib memperhatikan :

a. Perlindungan terhadap hak asasi manusia;

b. Asas praduga tak bersalah; dan

c. Asas pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan,

pendidikan dan pembimbingan, penghormatan harkat dan

martabat manusia, terjaminnya hak tahanan untuk tetap

berhubungan dengan keluarganya atau orang tertentu, serta

hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan.

2. Perawatan tahanan

a. Bagian Pertama Penerimaan

Pasal 5

1) Setiap penerimaan tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN,

LAPAS/ Cabang LAPAS atau tempat tertentu wajib:

a) Didaftar

b) Dilengkapi surat penahanan yang sah yang dikeluarkan

oleh pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis atas

tahanan yang bersangkutan sesuai dengan tingkat

pemeriksaan.

2) Penerimaan tahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berlaku bagi tahanan sipil.

22

Page 25: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

b. Bagian Kedua Pendaftaran

Pasal 6

1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf a meliputi:

a) Pencatatan

b) Surat perintah atau surat penetapan penahanan

c) Jati diri

d) Barang dan uang yang dibawa.

e) Pemeriksaan kesehatan

f) Pembuatan pasphoto

g) Pengambilan sidik jari

h) Pembuatan Berita Acara Serah Terima Tahanan.

2) Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a

harus dilakukan dalam buku register yang disediakan sesuai

dengan tingkat pemeriksaannya.

c. Bagian ketiga penempatan

Pasal 7

Penempatan tahanan ditentukan berdasarkan penggolongan:

1) Umur

2) Jenis kelamin

3) Jenis tindak pidana

4) Tingkat pemeriksaan perkara

23

Page 26: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

5) Untuk kepentingan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan

dan perkembangan.

d. Bagian keempat tata cara penerimaan, pendaftaran dan

penempatan

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerimaan,

pendaftaran dan penempatan tahanan di RUTAN/ Cabang

RUTAN, LAPAS/ Cabang LAPAS dan tempat tertentu diatur

lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

e. Bagian kelima program perawatan

Pasal 9

Perawatan tahanan meliputi perawatan jasmani dan rohani yang

dilaksanakan berdasarkan program perawatan.

Pasal 10

1) Program perawatan bagi tahanan harus sesuai dengan bakat,

minat, dan bermanfaat bagi tahanan dan masyarakat.

2) Program perawatan bagi tahanan dilaksanakan paling lama

7 (tujuh) jam sehari.

3) Program perawatan tahanan diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Menteri.

24

Page 27: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

3. Berakhirnya Masa Perawatan Tahanan

Pasal 48

1) Perawatan tahanan berakhir karena:

a. Adanya putusan hakim yang membebaskan atau

melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum.

b. Adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap dan

terhadap terdakwa telah diaksekusi untuk menjalani pidana

di LAPAS.

c. Masa penahanan habis atau perpanjangan penahanannya

telah habis.

d. Meninggal dunia.

2) Tahanan yang telah berakhir masa perawatannya sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) wajib:

a. Dikeluarkan dari RUTAN/ Cabang RUTAN atau LAPAS/

Cabang LAPAS.

b. Dicatat dalam buku register.

c. Diambil sidik jarinya.

3) Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b

meliputi:

a. Putusan hakim yang membebaskan atau melepaskan

terdakwa, putusan hakim yang menjatuhkan pidana.

b. Terdakwa diperintahkan menjalani pidana, Keputusan

Kepala RUTAN/ Cabang RUTAN atau LAPAS/ Cabang

LAPAS.

25

Page 28: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

c. Yang membebaskan terdakwa atau surat keterangan

kematian yang dibuat oleh dokter.

d. Jati diri.

e. Berita acara

H. Memonitor Kematian Dalam Penjara

Memonitor adalah observasi jangka panjang dan analisis tentang situasi hak

asasi di sebuah negara atau wilayah. Tiga langkah utama dalam memonitor

kematian dalam penjara:10

1. Mengumpulkan informasi hukum, situasi politik, kriminalitas, dll

2. Mencatat dan menindak lanjuti tuduhan terhadap individu yang

mengalami kematian dalam penjara

3. Analisa informasi dan tuduhan dan mengidentikasi pola.

1. Mengumpulkan informasi umum

a. Hukum dan data kelembagaan

1) Apakah undang-undang yang mengatur perlindungan tahanan

dalam segala bentuk penahanan dan aturan untuk perlakuan

terhadap tahanan?

2) Apakah ada kode etik bagi polisi atau militer pasukan yang

mengatur mengenai perlakuan terhadap tahanan? Apakah yang

dimaksudkan oleh kode sebenarnya?

3) Apakah polisi atau kekuatan militer mendapatkan pelatihan? Jenis

pelatihan?

4) Apa saja rantai komando?

26

Page 29: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

b. Informasi politik

1) Lacak pernyataan yang dibuat oleh pejabat pemerintah tentang

penyiksaan dan kematian dalam tahanan.

2) Simpan semua catatan tentang kasus individu, dugaan atau

komentar umum tentang tahanan pada umumnya.

c. Informasi sosial

1) Melalui pemantauan media, mampu mencari tahu tentang perasaan

masyarakat umum terkait tahanan dan kriminalitas.

2) Apakah masyarakat atau media boleh melakukan panggilan untuk

pengobatan yang lebih berat terhadap tahanan?

d. Kriminalitas

Melacak informasi tentang kriminalitas :

1. Apakah terdapat peningkatan atau penurunan?

2. Apakah tindakan kriminal utama?

3. Apakah dakwaannya? Hukumannya?

2. Catatan dan tindak lanjut kasus individu

Mozambican League for Human Rights melakukan investigasi terhadap

tahanan di Mozambik. Kisah tahahan yang disiksa hingga meninggal oleh

petugas polisi adalah hal yang umum di Mozambik. Sejak didirikan,

Mozambican League for Human Rights mendokumentasikan berbagai

kasus-kasus dan dalam banyak hal pelakunya telah dihukum.

Adapun berdasarkan pengalaman sebelumnya Mozambican League for

Human Rights mengetahui berdasarkan pengalaman sebelumnya, bahwa:

27

Page 30: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

1. Kematian di penjara adalah hal umum, dan 2. Kekebalan hukum adalah

lazim. Melalui organisasi atau tindakan memonitor hak asasi manusia

dapat dicapai kesimpulan dengan mengidentifikasi dan menindak lanjuti

semua kasus yang menjadi perhatian mereka. Untuk memfasilitasi tugas

tersebut, disarankan merancang formulir untuk mencatat kasus dugaan

kematian dalam tahanan.

3. Identifikasi Pola

Melalui identifikasi pola akan memungkinkan untuk mendapatkan

gambaran situasi secara keseiuruhan tentang kematian tahanan yang

bersangkutan dan membantu anda di masa depan. Pola yang berkaitan

dengan kematian tahanan adalah :

a. Pola identitas yang kebanyakan kematian dalam tahanan adalah

anggota dari:

1) Partai politik tertentu

2) Bidang sosial tertentu

3) Kelompok etnis

4) Kelompok agama

5) Dugaan pidana

b. Apakah sebagian besar kasus kematian dalam tahanan didahului oleh

kesamaan terjadinya peristiwa :

1) Undang-undang baru

2) Deklarasi suatu keadaan darurat

3) Pemilihan umum

28

Page 31: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

4) Pengumuman rapat atas permintaan otorisasi

5) Pertemuan

6) Demonstrasi, kerusuhan

7) Intimidasi dan atau ancaman kematian

c. Pola lokasi kematian :

1) Penjara khusus

2) Barak militer khusus

3) Pusat penahanan rahasia

d. Pola identitas para tersangka :

1) Petugas keamanan khusus

2) Penjara khusus

3) Cabang keamanan

4) Peringkat serupa

e. Pola penyebab dan cara kematian :

1) Luka tembakan

2) Penyiksaan

3) Kurangnya obat-obatan dan perawatan medis

f. Pola musim kematian

Inisalnya musim panas atau musim hujan yang ditandai dengan

kelaparan, peningkatan malaria atau TB diseluruh negara.

29

Page 32: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

Respon pemerintah untuk kasus dugaan kematian dalam penjara :

1) Penolakan pengembalian jenazah pada keluarga

2) Ketiadaan investigasi yang independen dan tidak memihak

3) Ketiadaan otopsi

4) Prosedur otopsi dan investigasi tidak memenuhi standar

internasional

5) Tidak ada penangkapan, pencobaan, atau penilaian.

I. PENANGANAN TAHANAN YANG MENINGGAL DI PENJARA10

1. Pemeriksaan sistematik post-mortem kepada semua tahanan yang

meninggal atau baru saja dibebaskan karena alasan apapun.

2. Semua pemeriksaan post-mortem dilakukan oleh patologis forensik yang

sesuai dengan standar internasional.

3. Apapun kasus kematian dalam tahanan:

a. Mintakan investigasi secara mandiri dan netral

b. Mintakan pemeriksaan autopsi yang dilakukan secara terpisah

c. Memberitahukan keluarga tentang hak mereka; yakinkan mereka untuk

melakukan pemeriksaan post-mortem

d. Hindari pemakaman dini terhadap jenazah

e. Yakinkan mereka untuk mengembalikan jenazah kepada keluarga.

f. Berkas pembuktian

4. Pernyataan atau isu

30

Page 33: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

5. Otorisasi untuk investigasi tempat tahanan

J. STRATEGI PENCEGAHAN KEMATIAN10

1. Akses terhadap tahanan, tanyakan kepada mereka apakah terdapat akses

untuk mendupatkan obal dan pelayanan kesehatan.

2. Lakukan kampanye untuk peningkatan kondisi tahanan (sesuai dengan

Peraluran Standar Minimum mengenai Perlakuan terhadap Tahanan

(United Nation Standard Ininimum Rules for the Treatment of Prisoners)).

3. Minta semua tahanan ditahan dipusat tahanan resmi.

4. Minta daftar semua tempat penahanan resmi dipublikasikan.

5. Mendirikan badan independen yang bertangung jawab untuk mengunjungi

tempat tahanan secara regular, yang akan merekomendasikan untuk

meningkatkan kualitas penjara.

Selain strategi pencegahan di atas, dapat juga dilakukan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1. Pelatihan medis untuk petugas keamanan.

2. Pelatihan terhadap keadaan darurat, sehingga petugas dapat

mengidentifikasi gejala awal sehingga mereka dapat segera menghubungi

dokter atau paramedis. Yang perlu diperhatikan adalah frekuensi nadi,

warna (bibir, wajah, dan mata) dan pemeriksaan refleks. Mampu

melakukan pemeriksaan fisik dini yaitu temperatur dan tekanan darah,

mengenal berbagai tingkat kesadaran sehingga perlu dibekali keterampilan

medis darurat kepada petugas.

3. Akomodasi disertai fasilitas medis yang mampu menangani tahanan yang

mengalami mabuk, obat-obatan atau trauma minor.

31

Page 34: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

4. CCTV dapat membantu petugas untuk mengetahui tanda bahaya, dan

penempatan lebih bermanfaat bila dipasang pada sel tahanan yang beresiko

dibandingkan pada koridor.

32

Page 35: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kematian di penjara yaitu kematian yang terjadi di penjara atau

fasilitas tahanan lainnya, termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/

transfer ke/ dari penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau difasilitas kesehatan

mengikuti pemindahan dari penjara.

Meski seorang tahanan di dalam pengawasan polisi, bukan berarti

seorang tahanan tidak memiliki hak apapun. Peraturan Pemerintah nomor 58

Tahun 1999 berisi tentang syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan wewenang,

tugas, dan tanggung jawab perawatan tahanan.

Kematian tahanan dapat dibedakan menjadi alami dan tidak alami,

terdapat pelanggaran terhadap hak asasi dan tidak. Beberapa penyebab antara

lain karena penyakit, bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, kekerasan, over

dosis obat, gantung, senjata api, dan kematian mendadak.

Penanganan terhadap kematian tahanan adalah dengan pemeriksaan

sistematik post mortem, semua pemeriksaan post mortem dilakukan oleh

patologi forensik, pemeriksaan otopsi, hindari pemakaman dini, investigasi

tempat tahanan dan lokasi kematian.

Upaya pencegahan kematian tahanan dapat dilakukan dengan akses

terhadap tahanan, peningkatan kondisi tempat tahanan, tahanan ditahan di

pusat tahanan resmi. Minta daftar semua tempat penahanan resmi, dan

mendirikan badan independen yang bertanggung jawab untuk mengunjungi

tempat tahanan secara reguler.

33

Page 36: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan (Dokter)

Dapat melakukan pemeriksaan dengan teliti untuk dapat menentukan

sebab kematian sseorang tahanan.

2. Bagi Pemerintahan

Dapat memperhatikan secara berkala baik kondisi atau fasilitas penjara

dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan tahanan.

34

Page 37: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kematian di penjara. Diunduh dari www.vivanews.com

2. Lyneham, Matthew, et al. Death in custody in Australia: National Death in

Custody Program 2008. Australian Institute of Criminology. Canberra.

2010.

3. Hector, Charles. Death in custody: could be more than 3000 since 1990.

Diunduh dan www.malaysiakini.com/death-in-custody.

4. Arti kata Indonesia. Diunduh dan www.artikata.com

5. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia pusat

bahasa. Jakarta: Gramedia; 2008.

6. Institute for Criminal Justice Reform. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 58 Tahun 1999. Diunduh dari www.icjr.or.id.

7. Leigh et al. Deaths in Police Custody: Learning the Lessons. Crown

Copyright/London. 1998.

8. Knight Bernard. Forensic pathology second edition. London: Oxford

University. 1996.

9. Springborn, Robert. Death in custody. Criminal justice statistic centre.

Sacramento. 2005.

10. Callamard, Agnes et al. Monitoring and investigating death in custody.

Amnesty International and CODESRIA. Amsterdam. 2000. Diunduh dari

www.amnesty.nl

11. Dimaio Vincent J. Forensic pathology. New York: CRC Pres. 2001

35

Page 38: Kematian Dalam Tahanan (Forensik Medikolegal)

12. Robison, Debra. Sudden In-Custody Death Syndrome. Top Emerg Med :

Lippincott Williams & Wilkins. Inc 2005; 1: 136-43c.

13. WHO. Prisons and health. Diunduh dari www.euro.who.int.

14. Join committe on human rights. Death in custody volume 1. The stationery

office. London. 2004.

36