155
KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016- 2018 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Anugrah Majid Harahap 11151130000005 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM

UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE

PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016- 2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Anugrah Majid Harahap

11151130000005

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

i

Page 3: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama

: Anugrah Majid Harahap

NIM

: 11151130000005

Program Studi

: Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul:

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA

MEMPEKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016-

2018

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta,

Mengetahui,

Menyutujui,

Ketua Program Studi

Pembimbing

Muhamad Adian Firnas, S.IP, M.Si.

NIP.

Dr. Rahmi Fitriyanti,S.sos.,M.Si

NIP. 19770914201101200

ii

Page 4: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Kepentingan Diplomasi Sawit Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018

Oleh

Anugrah Majid Harahap

11151130000005

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober

2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

M. Adian Firnas, M.Si. Irfan R. Hutagalung, LLM

NIP. NIP.

Penguji I, Penguji II,

Friane Aurora, M,Si. Febri Dirgantara Hasibuan, M.M

NIP.198606172011012009 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Oktober 2020.

Kaprodi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta,

M. Adian Firnas, M. Si.

NIP.

iii

Page 5: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada periode 2016-2018. Pada dewasa ini, sektor industri kelapa

sawit Indonesia telah berkembang menjadi industri strategis yang bernilai penting bagi perekonomian,

khususnya dari sisi ekspor. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen

sawit terbesar di dunia. Selain itu, industri sawit beserta turunannya juga berperan dalam pengurangan

kemiskinan karena menyerap tenaga kerja. ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah

Indonesia, yaitu Kementerian Pertanian RI, dengan tujuan meningkatkan daya saing minyak sawit dan

mencegah kampanye negatif kelapa sawit Indonesia di pasar dunia. Kebijakan ini juga dikeluarkan untuk

dapat ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk

mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. Dengan dibentuknya

ISPO, diharapkan pengembangan kelapa sawit di Indonesia benar-benar telah mengikuti prinsip

pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Diplomasi

Indonesia dalam upaya memperkenalkan ISPO pada periode 2016-2018 dengan melakukan Joint Study,

Joint Communique dengan Malaysia, IEU- CEPA, serta ISPO dan IPOS commitment. Konsep yang

digunakan adalah kepentingan nasional, diplomasi ekonomi dan konsep sustainable development untuk

melihat kepentingan Indonesia didalam diplomasi sawitnya memperkenalkan ISPO. Pada periode 2016-

2018 hingga saat ini, kepentingan Indonesia dalam upaya untuk mempromosikan dan memperkenalkan

ISPO diantaranya adalah untuk menjaga pasar dan komoditas kelapa sawit, mencegah kampanye negatif,

terbukanya pasar baru, dan sebagai wujud komitmen Indonesia dalam penerapan Sustainable

Development Goals (SDGs).

Kata Kunci : Kelapa Sawit, ISPO, Diplomasi Sawit Indonesia, Kepentingan Nasional, Diplomasi

Ekonomi, Sustainable Development.

iv

Page 6: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbill Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita,

Nabi Besar Muhammad SAW beserta dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut

beliau. Penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak

berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orangtua Penulis, Ayahanda (Alm) H. Syafaruddin Harahap,SP, Ibunda Hj. Laila

Suaidah Nasution, SKM. Terimakasih sudah senantiasa telah mendidik,

memotivasi, menginspirasi, menemani dan selalu mendoakan penulis, serta teruntuk

Ayahanda saya haturkan permintaan maaf sebesar- besarnya karna semasa beliau

hidup penulis belum sempat menyeleseikan skripsi ini.

2. Saudara- Saudara kandung penulis, abang- abang dan adik- adik ku tercinta

Muhammad Syadly Harahap, SP, dr. Fahrizal Haris Harahap, Mahmul Fadhillah

Harahap dan Aldi Irfansyah Harahap, atas dukungan dan do’anya. Maaf belum bisa

menjadi saudara yang baik

3. Ibu Dr. Rahmi Fitriyanti, S.Sos.,M.Si sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas

bimbingan, masukan dan kesabaran yang telah didedikasikan.

v

Page 7: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

4. Segenap jajaran dosen dan staf di FISIP UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu

kepada penulis.

5. Bapak Dr. Tungkot Sipayung dan asisten pribadi beliau yang sudah

menghubungkan saya dan beliau, atas kebesaran hatinya untuk menyempatkan

waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara singkat via daring.

Meskipun belum sempat bertatap muka namun informasi yang diberikan sangat

berguna sebagai bahan informasi dalam menyelesaikan penelitian skripsi penulis.

6. Kak Fitri Jonathan dan Kak Firdaus yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan penelitian skripsi penulis.

7. Sahabat-sahabat ganteng penulis yang dari dulu senantiasa menemani penulis

sampai penulis menyelesaikan studi strata 1 nya, yang setiap hari selalu memotivasi

dan menanyakan kapan wisuda, yaitu kepada Ahmad Reza Batubara,S.P,Fakhri

Abdillah Hasibuan, S.H, Gio Armansyah, S.E, Ilham Ansyauri Hasibuan,

Muhammad Nurdin Simanullang, S.Pt. Semoga dilancarkan urusan dan jalannya

menuju impian serta harapan- harapannya dan tetaplah berjalan dijalan kebaikan.

8. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah menemani penulis selama

menempuh pendidikan di Ilmu Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta,

Gebryan Dwivandrio, Muhammad Nadhito, Fadly Imam, Fathi Rizki Mauladi,

Riziki Hanif, Rixzha Ghulam, Arif Yanfa Nugroho, Ilham Pamungkas, Hilamnul

Hukama.Semoga dilancarkan segala urusannya.

9. Keluarga besar “the Dank A Team” sebagai kelas Hubungan Internasional angkatan

2015 yang paling solid dan terbaik dari semester satu hingga sekarang.

10. Keluarga besar Abu Ishaq Al- Kindi 2015, dimanapun kalian berada saat ini

semoga sukses dan sehat selalu.

vi

Page 8: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

11. HMI KOMFISIP tempat saya berproses.

12. Keluarga Besar Mahasiswa asal Sumatera Utara JAKARTA..

13. Keluarga Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan Sekitarnya (KOMPASS)

JAKARTA.

14. Kaluarga Keluarga Besar Alkmail Ciputat, Amanda, Diana, Harry, Rifka.

15. Keluarga Besar Alkamil JABODETABEK.

16. Teman- teman tongkrongan di Insomniak Cafe.

Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan tersebut

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih memilikibanyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan

saran dari berbagai pihak tentu akan sangat membantu penulis sebagai bahan pertimbangan

perbaikan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang besar ke

depannya dalam ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu Hubungan Internasional.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 Oktober 2020

Anugrah Majid Harahap

vii

Page 9: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................................................... i

PERETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................................................iii

ABSTRAK ..................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 11

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 12

E. Kerangka Konseptual ............................................................................................... 16

1. Konsep Kepentingan Nasional ................................................................ 17

2. Konsep Diplomasi Ekonomi .................................................................... 20

3. Konsep Sustainable Development .......................................................... 22

F. Metode Penelitian ..................................................................................................... 24

G. Sistematika Penulisan.............................................................................................. 27

BAB II DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DAN TANTANGAN ISU

KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT INDONESIA ........................... 30

viii

Page 10: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

A. Diplomasi Sawit Indonesia Sebelum Hadirnya ISPO .................................... 30

1. Bergabung dengan Roundatable Sustainable Palm Oil (RSPO) ......... 30

2. Indonesia – Malaysia Palm Oil Group (IMPOG) .................................... 34

B. Tantangan dan Isu Keberlanjutan Kelapa Sawit Indonesia. ........................ 39

1. Kebijakan Renewable Energi Directive I (RED I) dan Renewable Energi

Directive II (RED II) oleh Komisi Eropa ..................................................... 39

2. Resolusi Parlemen Uni Eropa Palm Oil and Deforestation of The

Rainforest............................................................................................................... 45

3. Kampanye dan Aksi Aktor non Negara Terhadap Kelapa sawit

Indonesia ................................................................................................................ 47

BAB III INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) DAN UPAYA

DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM MEMPERKENALKAN

ISPO PERIODE 2016- 2018 ............................................................................ 54

A. Gambaran Umum ISPO .......................................................................................... 55

1. Keluarnya Indonesia dari Roundtable and Sustainable Palm Oil

(RSPO) .............................................................................................. 55

2. Pasca Keluarnya Indonesia dari RSPO .............................................. 58

3. Terbentuknya ISPO ........................................................................... 60

B. Upaya Diplomasi Sawit Indonesia dalam Memperkenalkan ISPO Periode

2016-2018 ................................................................................................ 66

1. Joint Study ISPO- RSPO .................................................................. 67 2. Joint Communique Indonesia dan Malaysia dalam Memprakarsai

Terbentuknya Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC)..71 3. Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IEU- CEPA) ............................................................................... 77

4. Indonesia – India dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan

India Palm Oil Sustainbility Framework (IPOS) Commitment .......... 78

BAB IV KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA

MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL

(ISPO) PERIODE 2016-2018 ............................................................................. 88

A. Kepentingan Nasional Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018 ........................................... 89

1. Kepentingan Nasional bidang Ekonomi (Economic Interest) : Menjaga

Pasar dan Komoditas Kelapa Sawit Indonesia............................................ 90

ix

Page 11: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

2. Kepentingan Nasional bidang Tatanan Internasional (World Order

Interest) : Alat Indonesia dalam Menghadapi Tantangan yang Dihadapi

Kelapa Sawit ......................................................................................................... 96

B. Diplomasi Ekonomi : Terbukanya Pasar Baru ................................................. 103

C. ISPO sebagai Wujud Komitmen Indonesia dalam Penerapan Sustainable

Development Goals (SDGs)................................................................................... 108

BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 112

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 112 B. Saran ........................................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ xvi

Lampiran-Lampiran ................................................................................................................. xxii

A. LAMPIRAN I Draft Wawancara dengan Dr.Ir.Tungkot Sipayung ......... xxv B. LAMPIRAN II Draft Kebijakan Perementan No.11 Tahun 2015 Mengenai

Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) . xxxi

x

Page 12: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan

Kepentingan Nasional ..................................................................... 18

Tabel III.1.Tabel Ekspor CPO Indonesia Berdasarkan Negara.......................... 80 Tabel IV.1.Tabel Penentuan Intensitas terkait Penentuan Kepentingan Nasional

Indonesia dalam Kepentingan Indonesia Dalam Upaya

Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode

2016-2018...................................................................................... 90

xi

Page 13: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1. Produksi Minyak Sawit Indonesia Dan Malaysia terhadap Produksi

Minyak Sawit Dunia1965-2016 (%).................................................................... 68

xii

Page 14: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN

AIPMI

APKASINDO

BSN

CPO

CPOPC

DMSI

E+POP

EU

FELDA

FPIC

GAPKI

GHG

HAM

HI

IEU CEPA

IGO

IIOPR

ILUC

IMPOG

IPOS

ISO

ISPO

: Asosiation Southeast Asian Nations

: Asosiasi Investor Perkebunan Malaysia di Indonesia

: Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

: Badan Standar Nasional

: Crude Palm Oil

: Council Of Palm Oil Producing

: Dewan Minyak Sawit Indonesia

: Ecology Welfare Palm Oil Producing Country

: European Union

: Federal Land Development Authority

: Free Prior Informed Consent

: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

: Green House Gas

: Hak Asasi Manusia

: Hubungan Internasional

:Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership

Agreement

: Inter Govermental Organizations

: Indian Institute of Oil Palm Research

: Indirect Land Use Change

: Indonesia Malaysia Palm Oil Group

: India Palm Oil Sustainbility

: International Standart Oraganization

: Indonesian Sustainable Palm Oil

xiii

Page 15: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

KEMENTAN

KLH

KAN

LSM

MENTAN

MDGs

MoU

MPOA

MSPO

NGO

PASPI

PBB

P&C

PPP (3P)

R&D

RED

RSPO

RTM

SDGs

SEA

SOPPOA

UE

UNDP

UNWCED

WTO

WWF

: Kementerian Pertanian Republik Indonesia

: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

: Komite Akreditasi Nasional

: Lembaga Swadaya Masyarakat

: Menteri Pertanian

: Millenium Developement Goals

: Memorandum of Understanding

: Malaysia Palm Oil Associations

: Malaysia Sustainable Palm Oil

: Non Goverment Operations

: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute

: Persatuan Bangsa Bangsa

: Principle and Criteria

: Planet, People, Profit

: Research and Developement

: Renewable Energy Directive

: Roundantable On Sustainable Palm Oil

: Roundatable Meetings

: Sustainable Developement Goals

: Solvent Extractors' Association of India

: Asosiasi Pemilik Perkebunan Minyak Sawit Serawak

: Uni Eropa

: United Nations Developement Program

:United nations World Commission on Environtment

Development

: World Trade Organizations

: World Wide Fund

and

xiv

Page 16: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusines Strategic

Policy Institute (PASPI), Dr. Tungkot Sipayung .............................................................xxv

Lampiran II : Draft Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) 2015.............xxxi

xv

Page 17: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diplomasi adalah salah satu praktek dalam hubungan internasional yang

dilakukan antar negara-negara melalui perwakilan-perwakilannya. Diplomasi dalam

prakteknya dapat meliputi keseluruhan proses hubungan luar negeri dan formasi

kebijakan. Diplomasi juga diartikan alat atau mekanisme kebijakan luar negeri yang

dijadikan sebagai tujuan akhir. Diplomasi adalah tekhnik tekhnik operasional yang

akan dilakukan oleh sebuah negara untuk memperjuangkan kepentingannya.1

Kegiatan Diplomasi berkaitan erat dengan pelaksanaan politik luar negeri suatu

negara dalam hubungannya dengan negara lain.2

Skripsi ini bertujuan menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya

memperkenalkan Indonesian Sustainble Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018. Isu

mengenai kelapa sawit adalah salah satu isu yang menarik dikarenakan cepatnya

perkembangan serta persaingan yang tinggi di pasar minyak nabati dunia. Indonesia

sangat unggul dalam bidang perkebunan dan pertanian, terutama di sektor

1 Jack C Plano dan Roy Olton, 1982, “The International Relations Dictionary”, Third edition Santa Barbara: Western Michigan University, hlm. 24.

2 Jack C Plano dan Roy Olton, 1982, “The International Relations Dictionary”, Third edition Santa Barbara: Western Michigan University, hlm. 25.

1

Page 18: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

perkebunan kelapa sawit, di mana sektor perkebunan minyak kelapa sawit tersebar

di berbagai pelosok daerah di Indonesia.

Industri kelapa sawit telah berkembang menjadi industri strategis yang bernilai

penting bagi perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ekspor. Hal ini dikarenakan

Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen kelapa sawit terbesar di dunia.

Selain itu, industri sawit beserta turunanya juga berperan dalam pengurangan

kemiskinan karena menyerap tenaga kerja. Di seluruh dunia permintaan minyak kelapa

sawit sebagai olahan nabati terus meningkat mengalahkan komoditas minyak nabati

lainnya. Selain dikonsumsi oleh manusia minyak sawit digunakan sebagai bahan baku

dalam industri kimia dan bahan bakar.3

Kelapa sawit menjadi komoditas penting bagi perdagangan internasional karena

menjadi sumber daya alternatif menggantikan beberapa varian produk yang tidak

dapat diperbaharui, seperti halnya produk eksrtraksi dari binatang ataupun

tumbuhan yang sudah langka dan tidak ramah lingkungan. Pada era global ini juga,

kelapa sawit menjadi komoditas yang eksklusif karena hanya dihasilkan dan

berkembang pada negara- negara di wilayah tertentu, yaitu tropis dan sebagian sub

tropis seperti Indonesia.4

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kelapa sawit Indonesia menunjukkan

trend positif setiap tahun. Pada tahun 2013-2015, peningkatan minyak kelapa sawit

3 Ann Kathrin Voge, Friedel Hutz Adams – Sudwind e.V, 2014, “Minyak Kelapa Sawit

Berkelanjutan – Tuntutan atau Realitas? : Potensi dan Keterbatasan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Bread for the World Protestant Development Service Protestant Agency for Diaconia and Develpment Caroline Michaelis Straße 1 10115 Berlin, Germany , hal 6.

4 Iga Rolesa Putri, 2017, “Kerjasama Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Ke Negara

Vietnam Pada Tahun 2012-2015”, JOM FISIP UNRI Volume 4. No. 2 Oktober, hal 2.

2

Page 19: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Indonesia sebesar 5,67% hingga 7,70%. Pada tahun 2016, produksi mengalami

peningkatan sekitar 5,32 % dari tahun 2015, dan pada tahun 2017 peningkatan

dari produksi sawit Indonesia mencapai 9,46%. Selain itu, untuk volume ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013-2015 juga mengalami

peningkatan sebesar 9,44% hingga 16,06%. Meskipun sempat mengalami

penurunan pada tahun 2016 sebesar 13,69% , namun, pada tahun 2017 ekspor

Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45% dengan total 29,07 juta ton

dengan perkiraan nilai sebesar 20,72 milliar USD. Negara tujuan utama ekspor

kelapa sawit Indonesia adalah India, dan negara-negara Uni Eropa.5

Senada dengan diatas, bagi Indonesia, minyak kelapa sawit merupakan komoditas

penting. Selain sebagai penyumbang devisi yang besar, sektor kelapa sawit juga

menyerap banyak tenaga kerja, diperkirakan setiap tahunnya sektor kelapa sawit

menyerap 6.000 tenaga kerja baru. Kelapa sawit juga merupakan sumber penghasilan

bagi sekitar 2,3 juta petani kecil, dan sumber mata pencarian bagi 4,6 juta tenaga

kerja yang terbagi di sektor langsung kelapa sawit dan indutsri yang berkaitan, seperti

industri makanan dan produk kebutuhan sehari- hari. Luas lahan kelapa sawit di

Indonesia mencapai 14,03 juta hektar dan 41 % diantaranya adalah milik

smallholders atau petani kecil yang berbasis kerakyatan.6

5 Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 8.

6 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat

3

Page 20: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif khususnya dari

segi ekspor dan produksi. Namun, trend positif komoditas kelapa sawit Indonesia yang

terus meningkat ini tidak sejalan dengan dengan image di mata global. Ada banyak

tantangan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia. Tantangan yang dihadapi Kelapa

sawit Indonesia yang terus berkembang dan memperluas ekspansi lahannya

diantaranya, kelapa sawit Indonesia dianggap memberikan dampak buruk bagi

lingkungan, menyumbang emisi gas, maraknya deforestasi, dan kebakaran hutan, serta

banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Terlebih dari itu semua isu yang

dilempar adalah bahwa kelapa sawit Indonesia tidak memiliki standar sertifikasi

sehingga kelapa sawit Indonesia jauh dari prinsip keberlanjutan.7

Dalam hal ini, Indonesia sadar dan tidak ingin mengabaikan substansi negatif

yang dihasilkan dari perkembangan kelapa sawit. Indonesia mulai mengatur dan

menerapkan tata kelola kelapa sawit yang baik dengan berpegang pada prinsip-

prinsip berkelanjutan. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan citra yang lebih

positif terhadap kelapa sawit Indonesia. Selain itu, adanya desakan konsumen

terutama kosnumen di pasar Uni Eropa agar kelapa sawit yang masuk ke kawasan

tersebut diberikan sertifikasi.

Maka, salah satu langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia adalah

membentuk serta mengeluarkan sebuah kebijakan kelapa sawit yang berprinsip pada

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 9.

7 Fachry Hadyn, 2017, “Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Memprekarsai CPOPC Tahun 2015”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, hal 14.

4

Page 21: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

tata kelola sawit yang berkelanjutan, yaitu, Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

ISPO adalah sebagai sebuah aturan mengenai tata kelola sawit, dan diharapkan dapat

menepis tekanan dan tantangan yang dihadapi, serta isu yang tidak baik mengenai

komoditas kelapa sawit.8 ISPO merupakan kebijakan pemerintah Republik Indonesia

yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia (KEMENTAN)

melalui Permentan No. 11 2011 Juncto Tahun 2015.9

ISPO secara umum merupakan kebijakan yang berbentuk sertifikasi produk

sawit dari pemerintah yang dikembangkan selaku wujud tata kelola industri minyak

kelapa sawit yang lebih berkelanjutan. ISPO diklaim dapat meningkatkan daya

saing minyak sawit Indonesia di pasar global serta berkontribusi dalam kurangi

dampak gas rumah kaca. ISPO juga memberi perhatian terhadap masalah

lingkungan serta turut mengakomodasi isu- isu kemiskinan yang dirasakan

kelompok petani kecil (Smallholders).10

ISPO juga merupakan komitmen Indonesia dalam mewujudkan Sustainable

Development Goals (SDGs), yaitu, dengan mengadopsi prinsip-prinsip yang ada

didalamnya. Khusunya dibidang pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan,

8 Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa

Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 7-8.

9 Pasal 2 ayat (1) Permentan 11/2015. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 11/ Permentan/ ot. 140/ 3/ 2015 Tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ ISPO)

10 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 9.

5

Page 22: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

dan pencapaian kesejahteraan bagi semua.11

Kebijakan ini juga dikeluarkan untuk

dapat berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia

efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh industri dan produksi kelapa sawit. 12

Pada penelitian ini, penulis berusaha menghadirkan tantangan keberlanjutan

yang dihadapi kelapa sawit Indonesia dan desakan diwajibkannya sertifikasi. Pada

penelitian ini, penulis juga akan menghadirkan diplomasi sawitnya sebelum adanya

ISPO. Indonesia, demi melindungi permintaan konsumen di kawasan Uni Eropa

serta melindungi kelapa sawit, salah satu usahanya adalah Indonesia bergabung

serta mengikuti kaidah-kaidah yang ada di dalam Roundtable Sustainable Palm Oil

(RSPO).

Indonesia sendiri bergabung dengan RSPO sejak pertama kali didirikan. RSPO

didirikan dengan tujuan mempromosikan produksi minyak sawit berkelanjutan

yang diharap dapat mengurangi deforestasi, melestarikan keanekaragaman hayati,

dan menghargai kehidupan masyarakat kecil penghasil minyak sawit. Untuk

mencapai tujuan tersebut, RSPO mengadopsi Millenium Development Goals

(MDGs) yang terkait dengan 3P yaitu People, Profit, and Planet di dalam Prinsip

dan Kriteria RSPO. 13

11 Kedutaan Besar Republik Indonesia, Republik Polandia, “Indonesian Sustainable Palm Oil : Mekanisme Untuk Mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030” , diakses pada 09 Februari 2020, melalui website resmi Kementerian luar Negeri Republik Indonesia, https://kemlu.go.id/warsaw/id/news/1050/indonesian-sustainable-palm-oil-ispo-mekanisme-untuk-mencapai-sustainable-development-goals-sdgs-2030.

12 Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 44-45.

13 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat

6

Page 23: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Hadirnya RSPO dengan semangat untuk menerapkan konsep berkelanjutan,

membuat Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia merasa perlu

mengikuti kaidah-kaidah yang ada di dalam RSPO. Indonesia pada awalnya merasa

bahwa RSPO dapat memberikan standarisasi yang tepat untuk membantu pengelolaan

industri kelapa sawit Indonesia agar berpegang pada prinsip berkelanjutan sehingga

produk kelapa sawit yang dihasilkan mempunyai predikat yang baik, dan tentu hal ini

akan meningkatan daya saing kelapa sawit Indonesia di lingkup global.14

Sejumlah

konsumen kelapa sawit di pasar Eropa dan Amerika Utara kini hanya menggunakan

kelapa sawit yang telah memiliki sertifikat dari RSPO.15

Meskipun pada dasarnya tujuan RSPO adalah demi mewujudkan kelapa sawit

berkelanjutan. Namun, dalam perkembangan dan praktek di lapangan, banyaknya

aturan yang terdapat pada RSPO dianggap hanya mengutamakan konsumen semata,

yaitu pasar Eropa, sementara kepentingan produsen tidak diperhatikan sama sekali.

Perkembangan lainnya juga terlihat pada timbulnya pemikiran bahwa

pengembangan kelapa sawit di Indonesia yang selalu berpedoman pada peraturan

luar negeri yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.

16

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 22.

14 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8.

15 http://scholar.unand.ac.id/13999/2/BAB%201%20UPLOAD%20PUTRA.pdf 16 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8.

7

Page 24: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Selain itu penulis menemukan bahwa alasan penetapan ISPO adanya kebijakan

dari komisi Eropa yaitu, Renewable Energy Directive (RED). Dalam hal ini, akan

ditetapkannya kebijakan RSPO-RED yang dikeluarkan bersama RSPO, ketentuan

RSPO-RED merupakan perpaduan antara RSPO dan kebijkan komisi Eropa

Renewable Energy Directive (RED). RED merupakan kebijakan yang mengatur

tentang emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari bahan dasar biofuel, yang salah

satunya dalam hal ini adalah kelapa sawit itu sendiri. Kawasan Uni Eropa

berencana akan menerapkan standarisasi tunggal terhadap kelapa sawit yang akan

masuk kawasan tersebut. Selain itu RED akan menghapus kelapa sawit sebagai

bahan baku biofuel nya di kawasan tersebut.17

Alasan lain penetapan ISPO adalah keluarnya Indonesia dari RSPO dikarenakan

banyaknya nilai merah dan ketimpangan di dalam RSPO yang dianggap tidak

sesuai serta tidak mengakomodir kelapa sawit dalam negeri, seperti, (a). Meja

RSPO yang dianggap datar (flat) sehingga tidak ada pembeda antara satu yang lain,

(b) Terlalu “Environmentalist”, isu keadilan sosial tidak terlalu dipandang, (c).

Roundtable Meetings (RTM), masih seputar penguatan lembaga dan teknis

didalamnya, (d). Tidak ada defenisi mengenai petani kecil.18

Atas dasar dan alasan

tersebutlah Indonesia menetapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Dibentuknya ISPO adalah merupakan usaha pemerintah untuk mewujudkan

prinsip keberlanjutan dengan cara menerapkan aturan kepada pemilik manajemen

17 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8

18 Yoan Angelika, 2015, “Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar Dari Roundtable And

Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Jom Fisip Volume 2 No. 2 – Oktober.

8

Page 25: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

perkebunan sampai dengan tingkatan yang paling bawah dari suatu perusahaan

kelapa sawit agar mengelola sawit dengan prinsip berkelanjutan. Penerapan tersebut

meliputi perkebunan yang dikelola dengan mematuhi hukum, melaksanakan praktik

perkebunan yang baik, serta memperhatikan lingkungan dan sosial. Apabila hal ini

tercapai tentunya kelapa sawit Indonesia diakui oleh global sebagai kelapa sawit

yang lestari dan berkelanjutan. 19

Penulis melihat, meskipun Indonesia sudah mengeluarkan dan membentuk

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ternyata hal tersebut tidaklah cukup. Masih

banyak tantangan yang dihadapi, keterimaan pasar, dan kurang dikenalnya ISPO

menjadi masalah selanjutnya. Hal tersebut diperjelas oleh Duta Besar Uni Eropa (UE)

untuk Indonesia, bahwa ISPO belum cukup diakui untuk ekspor minyak kelapa sawit

ke Eropa. Standar ISPO juga belum dianggap standar umum dunia, dan RSPO lah yang

memang diakui dikawasan UE serta diakui secara global.20

Berdasarkan keadaan tersebut, penulis melihat perlu adanya kebijakan yang real,

serta sosialiasasi yang dilakukan oleh Indonesia demi memperkenalkan ISPO. Oleh

karena itu, perlunya langkah diplomasi yang harus dilakukan pemerintah Indonesia

dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO

sebagai kebijakan kelapa sawit yang berkelanjutan adalah hal yang penting untuk

19 Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa

Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 47.

20 Republika.co.id, 2018, “Sertifikasi ISPO Belum Cukup untuk Ekspor Sawit ke Eropa”,Diakses pada 11 Mei 2020 melalui https://www.republika.co.idberita/ekonomi/pertanian18/12/05/pj8o6f368-sertifikat-ispo-belum-cukup-untuk-ekspor-sawit-ke-eropa

9

Page 26: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

diperkenalkan ke lingkup global. Selain itu, ISPO merupakan bagian tak

terpisahkan dari kelapa sawit.

Maka dari itu, upaya real yang diperlukan adalah diplomasi dalam upaya untuk

memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Karena diplomasi

menjadi bagian yang sangat penting untuk dijadikan salah satu solusi atau jalan

keluar untuk mengupayakan kepentingan nasional suatu negara.21

Indonesia melalui ISPO memainkan peran penting dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan menunjukkan komitmen demi tercapainya pembangunan berkelanjutan

melalui kebijakan tersebut. Pengaruh kelapa sawit di Indonesia sulit tergantikan, karena

inilah Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya memperkenalkan ISPO demi

mendorong dan memperkuat industri kelapa sawit nasional. serta dalam upaya tersebut,

mengedepankan usaha-usaha diplomasi untuk menndorong industri kelapa sawit

nasional, membuka peluang pasar baru bagi produk kelapa sawit, melakukan counter

atas tantangan yang dihadapi kelapa sawit dan mempromosikan kelapa sawit

berkelanjutan Indoensia di tingkat internasional.

ISPO adalah alat diplomasi Indonesia dibidang ekonomi khususnya pada tata kelola

kelapa sawit beserta industri turunanya. Mengupayakan agar lebih dikenalnya ISPO

sangat penting dilakukan, selain agar tantangan mengenai kelapa sawit bisa di hadapi,

hal tersebut juga dilakukan agar tidak adanya kendala bagi pengembangan kelapa sawit

Indonesia di masa depan. Penulis dalam hal ini, juga melihat upaya-upaya yang

dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan ISPO tak terlepas dari

21 S.L , Roy, 1995, “Diplomasi”, Jakarta Utara, PT Raja Grafindo persada. hlm. 35.

10

Page 27: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

beberapa kepentingan yang menyangkut keberlanjutan Industri kelapa sawit beserta

turunanya.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada penjelasan pada rumusan masalah di atas mengenai Indonesian

Sustainble Palm Oil (ISPO) tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah,

“Mengapa Indonesia melakukan diplomasi dalam upaya memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:

1. Sebagai syarat yang diajukan demi memenuhi gelar sarjana Hubungan

Internasional.

2. Memaparkan dan menjelaskan mengenai upaya diplomasi Indonesia dalam

memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang berhubungan

dengan keberlangsungan kelapa sawit Indonesia di pasar global.

3. Memberitahukan kepada pembaca di lingkungan mahasiswa Hubungan

Internasional bahwa isu kelapa sawit merupakan salah satu isu yang penting.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini di antaranya :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada

para pembaca terkait isu-isu kelapa sawit terutama di Indonesia. Diharapkan

juga penelitian ini bisa sebagai salah satu pemantik agar penelitian tentang

kelapa sawit dari sudut pandang ilmu Hubungan internasional semakin

11

Page 28: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

bertambah, terutama lingkungan mahasiswa Hubungan Internasional UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menjelaskan serta mendeskripsikan penelitian ini tentunya akan

merujuk pada beberapa jurnal ataupun beberapa tulisan sebagai acuan dan bahan

pembanding. Dalam hal ini, yang menjadi bahan tulisan pertama adalah sebuah

skripsi berjudul “Kepentingan Ekonomi Indonesia dalam Memprekarsai Council

of Palm Oil Producing (CPOPC) 2015”. Skripsi tersebut adalah hasil tulisan dan

penelitian dari Fachry Hadin, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN JAKARTA).

Pada skripsi tersebut, secara umum Hadin menjelaskan bagaimana Indonesia

sebagai negara penghasil kelapa sawit banyak mendapatkan hambatan dalam

melakukan hubungan dagang terkait komoditas tersebut, Indonesia juga sebagai

penghasil kelapa sawit terbesar di dunia tentunya melakukan usaha-usaha untuk

meminimalisir hambatan tersebut dalam melindungi komoditas kelapa sawit serta

kepentingan Indonesia sebagai pemprakarsa CPOPC.

CPOPC merupakan kesepakatan yang dibuat oleh Indonesia dengan negara-

negara produsen CPO. Aktor utama pemprakarsanya adalah Indonesia dan

Malaysia. Kerjasama tersebut terbuka bagi seluruh negara-negara yang

menaganggap kelapa sawit sebagai komoditas andalan. Pembentukan CPOPC

12

Page 29: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

adalah bentuk usaha Indonesia mencegah kampanye negatif dari pihak luar atas

komoditas minyak kelapa sawit Indonesia yang berkualitas buruk.

Selain itu, CPOPC juga akan berperan mempromosikan pengemangan industri

kelapa sawit di kalangan pihak negara produsen kelapa sawit, mendorong

kesejahteraan petani kecil, dan membangun serta membentuk kerangka global

minyak kelapa sawit berkelanjutan. CPOPC juga mempromosikan kerjasama dan

investasi dalam membangun kawasan indsutri minyak kelapa sawit yang

berkelanjutan dan ramah lingkungan serta mengatasi segala hambatan

perdagangan komoditas tersebut.

Selain itu, pada skripsi tersebut, Hadin juga menjelaskan tentang hambatan-

hambatan dan kampanye negatif terhadap produk kelapa Sawit Indonesia.

Hambatan dalam perdagangan tersebut antara lain adanya pembatasan impor dari

benua Eropa dan Amerika serta penerapan seritifikasi tunggal kelapa sawit oleh

negara-negara Uni Eropa yaitu, Roundantable on Sustainable Palm Oil (RSPO),

kampanye negatif dari individu di Perancis, dan gerakan yang dilakukan oleh Non

Goverment Operations (NGO) terkait kelapa sawit.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Hadin adalah di mana dalam hal

ini kita sama-sama membahas dan menjelaskan tentang kebijakan Indonesia

terhadap komoditas kelapa sawit demi kelangsungan hidup komoditas tersebut di

Indonesia serta untuk menghadapi kampanye-kampanye negatif tentang kelapa

sawit Indonesia di dunia internasional.

13

Page 30: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Sedangkan yang membedakan antara tulisan Hadin dengan skripsi ini adalah

ruang lingkup analisa dan tahun dari kasus penelitian. Ruang lingkup penelitian

ini adalah mengenai diplomasi Indonesia dalam memperkenalkan Indonesian

Sustainble Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018. Sedangkan tulisan Hadin

menganalisis tentang pembentukan sebuah wadah yang dibuat bagi produsen

kelapa sawit, yaitu CPOPC pada tahun 2015.

Literatur selanjutnya merupakan jurnal yang berjudul “Kebijakan Pemerintah

Indonesia Pasca Keluar dari Rountable and Sustainable Palm Oil (RSPO)” tahun

2015, merupakan tulisan dari Yoan Angelika, mahasiswa Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Jurnal tersebut merupakan jurnal terbitan Universitas RIAU, yaitu Jurnal FISIP

Volume 2 No. 2. Okober 2015. Pada tulisan tersebut, Yoan menjelaskan dan

membahas kebijakan pemerintah Indonesia pasca memilih keluar dari Roundtable

and Sustainable Palm Oil (RSPO).

Dalam tulisan Yoan tersebut dijelaskan pihak Indonesia sebagai negara

pengekspor dan memiliki komoditas kelapa sawit terbesar di dunia, menilai

sebagai sebuah rezim internasional RSPO dianggap memiliki banyak nilai merah.

Nilai merah tersebut diantaranya adalah :

A. Ketimpangan kekuatan di RSPO tidak menjadi pertimbangan. Meja

RSPO dibayangkan flat, sehingga diasumsikan diskusi berlangsung fair

yang dilakukan oleh semua stakeholder minyak sawit. Pada kenyataanya

tidaklah demikian, the ‘world’ is not flat.

14

Page 31: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

B. LSM lingkungan dan sosial yang terlibat di RSPO terlalu

“Enviromentalist’’ yaitu masalah lingkungan hanya menjadi persoalan

bagi kaum aktivis lingkungan, justru masalah yang berkaitan erat dengan

ketidakadilan sosial tidak dipandang. Akibatnya kampanye orangutan,

gajah, harimau, dan hewan lainnya lebih mengemuka daripada kampanye

terhadap kemiskinan dan kelaparan yang dialami masyarakat lokal dan

buruh perkebunan sawit itu sendiri.

C. Tujuh kali Roundtable Meetings (RTM) masih seputar penguatan lembaga,

penerimaan dan pengesahan anggota baru, penetapan prinsip, kriteria, dan

indikator, serta sertifikasi. Sementara percepatan penghancuran hutan terus

terjadi di lapangan belum ada contoh yang bisa ditunjukkan selain hanya

bermain kepada kesepakatan-kesepakatan tanpa implementasi.

D. Isu yang melibatkan petani kecil di RSPO merupakan topik krusial.

Namun, belum ada defenisi dan ukuran yang jelas tentang petani kecil

perkebunan sawit. Sementara, keterlibatan mereka dalam diskusi, lobi-

lobi, dan negosiasi yang memerlukan keahlian adalah seperti mimpi dan

tidk mungkin terjadi, baik dari segi kapasitas sumber daya dan

pembiayaan.

Selain itu, Yoan juga menjelaskan tentang kebijakan luar negeri Indonesia

pasca keluar dari RSPO, yaitu dengan membentuk Indonesian Sustainable Palm

Oil (ISPO) dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan perkebunan yang

lebih berkelanjutan (sustainable) yang disesuaikan dengan berbagai peraturan

15

Page 32: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya Pengaturan

ISPO, diharapkan agar seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia

mampu meningkatkan kepedulian atas pentingnya memproduksi kelapa sawit

berkelanjutan yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan daya saing minyak

kelapa sawit Indonesia di pasar dunia.

Perbedaan tulisan Yoan dengan penelitian ini adalah Yoan lebih fokus kepada

penjabaran serta menjelaskan tentang RSPO serta kekurangan dan masalah di

dalamnya serta menjelaskan ISPO sebagai solusi. Yoan juga menjelaskan ISPO

sebagai salah satu langkah Indonesia menghadapi tantangan di bidang kelapa

sawit Indonesia. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus kepada diplomasi

dan upaya Indonesia dalam memperkenalkan ISPO tersebut.

E. Kerangka Konseptual

Ilmu Hubungan Internasional (HI) memiliki teori-teori ataupun pendekatan

yang membentuk cara pandang mengenai sebuah kasus ataupun peristiwa,

khususnya di lingkup hubungan internasional. Pendekatan tersebut mempermudah

kita agar bisa menganalisis suatu fenomena tersebut lebih terstruktur dan lebih

terarah. Berdasarkan judul penelitian Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam

Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-

2018, maka penelitian ini akan dianalisis menggunakan tiga kerangka konseptual

dalam hubungan internasional, yaitu konsep kepentingan nasional, diplomasi

ekonomi dan konsep sustainable development.

16

Page 33: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest)

Dalam menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya

memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018

menggunakan konsep kepentingan nasional. Kepentingan nasional sangat

penting untuk menjelaskan, dan mendeskripsikan, serta memahami perilaku

suatu negara. Kepentingan nasional dianggap merupakan dasar dari suatu negara

untuk mrnjelaskan perilakunya yang terkait dengan kebijakan luar negeri.

Kepentingan nasional merupakan hal yang dikedepankan oleh suatu negara

dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan luar negerinya. Menurut

Donald Nuechterlein, menurutnya kepentingan nasional dapat dijelaskan

kedalam empat kategori,yaitu, defence interest, economic interest, world order

interest dan ideological interest, yang dijelaskan sebagai berikut ;22

a. Defence Interest (Kepentingan Pertahanan)

Kepentingan nasional di bidang pertahanan adalah kepentingan suatu

negara untuk melindungi kedaulatan dan masayarakatnya dari ancaman

serangan negara lain, baik itu langsung atau tidak langsung.

b. Economic Interest (Kepentingan ekonomi)

Kepentingan nasional ekonomi adalah dimana ekonomi dan memperkuat

keadaan ekonomi, agar roda perekonomian di suatu negara terus berjalan

22 Donald E Nuechterlein, 1976, “National interest and Foreign Policy : A Conceptual

Framework for Analysis and Decision Making”, British Journal Of Onternational Studies, VOL.2, No. 3 October edition, Hal 251.

17

Page 34: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam menjalankan

kebijakannya.

c. World Order Interest (Kepentingan bidang tatananan internasional)

Sistem ekonomi dan politik internasional saling berhubungan satu sama

lain yang dimana pada prakteknya setiap negara juga berusaha untuk

mempengaruhi satu sama lain. Kepentingan nasional dalam bidang

tatanan internasional hingga saat ini masih dipengaruhi oleh negara-

negara maju, sehinga negara yang tidak memiliki pengaruh pada tatanan

internasional menyesuaikan kepentingan nasional mereka dengan negara

yang berkuasa. Bagi suatu negara jika bisa menguasai kepentingan pada

tatanan internasional tersebut, maka secara tidak langsung akan

mengangkat bergaining position negara tersebut.

d. Ideological Interest (Kepentingan Ideologi)

Ideologi adalah pedoman yang dianut oleh setiap negara. Setiap negara

memiliki ideoogi yang dianut berbeda dengan negara lainnya, dan setiap

negara menerapkan kebijakan luar negerinya berdasarkan ideologi yang

dianutnya.

Selain itu, Nuechterlein juga merumuskan intensitas kepentingan

(Intensity of Interest) ke dalam empat kategori besar, yaitu survival, vital, major,

dan peripheral. Yang dijelaskan sebagai berikut :23

23 Donald E Nuechterlein, 1976, “National interest and Foreign Policy : A Conceptual

Framework for Analysis and Decision Making”, British Journal Of Onternational Studies, VOL.2, No. 3 October edition, Hal 251.

18

Page 35: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

1. Intensitas kepentingan tingkatan pertama, survival atau kritis, adalah

sesuatu hal yang bagi negara tidak dapat dikompromikan lagi.

2. Tingkatan kedua dari intensitas kepentingan adalah vital atau

berbahaya. Intensitas berbahaya adalah keadaan dimana suatu

keadaan lingkungan yang dapat membahayakan negara yang hanya

dapat dihilangkan atau ditanggulangi melalui pengambilan tindakan-

tindakan yang keras, termasuk penggunaan kekuatan militer.

3. Tingkatan ketiga yaitu major atau serius. Intensitas serius adalah

ketika situasi berkembang sedemikian rupa sehingga memberikan

pengaruh kuat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan

ideologi negara secara keseluruhan. Dalam mengatasi situasi ini,

negara dapat melakukan negosiasi dengan negara yang terlibat.

Sebagian besar permasalahan dalam lingkup hubungan internasional,

khususnya ekonomi, dikategorikan ke dalam tingkatan serius.

4. Tingkatan terakhir adalah peripheral atau mengganggu. Intensitas

mengganggu adalah dimana situasi lingkungan nasional tidak

terpengaruh oleh lingkungan internasional.

19

Page 36: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Dari keempat kepentingan yang sudah dijelaskan tersebut, terdapat suatu

cara untuk menganalisis tingkatan intensitas kepentingan nasional suatu negara,

Tabel I.1 Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan

Kepentingan Nasional

Country X ISSUE Y

Basic Interest Intensity of Interest

Involved

Survival Vital Major Peripheral

Defence

Economic

World Order

Ideological

Sumber : Donald E. Nuechterlein

Berdasarkan tabel penentuan intensitas kepentingan nasional suatu

negara di atas, maka suatu negara dapat memilih faktor dan aspek mana yang

menjadi prioritas utama dalam kepentingan nasionalnya. Sehingga suatu negara

dapat memfokuskan diri terhadap aspek dan faktor yang paling penting, dan

dianggap sejalan dengan kepentingan nasionalnya.

2. Konsep Diplomasi Ekonomi

Selain menggunakan konsep kepentingan nasional, penelitian ini juga

menggunakan konsep Diplomasi Ekonomi. Diplomasi ekonomi adalah penggunaan

hubungan pemerintah dan pengaruh pemerintah untuk meningkatkan

20

Page 37: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

perdagangan serta investasi di dunia internasional.24

Diplomasi Ekonomi

dikatakan menggunakan jalan politik untuk memberi pengaruh dalam negosiasi

internasional dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi kawasan

nasional, dan menggunakan cara-cara ekonomi untuk meningkatkan stabilitas

politik di suatu negara.25

Guna mencapai tujuan Diplomasi Ekonomi dalam meningkatkan

perdagangan internasional dan investasi, negara harus fokus pada empat

aktivitas utama. Keempat aktivitas tersebut, yakni, promosi perdagangan,

membuat kesepakatan dagang, pembahasan isu perdagangan multilateral, serta

promosi penanaman modal asing.26

Ruang lingkup Diplomasi Ekonomi terbatas

pada segala kebijakan yang berhubungan dengan produksi, perpindahan atau

pertukaran barang, jasa, investasi, uang, informasi, dan regulasinya.27

Dalam The New Economic Diplomacy, terdapat lima pemain utama

Diplomasi Ekonomi.28

Di antaranya adalah:

1. Perwakilan resmi pemerintah (diplomat resmi) ;

2. Menteri atau kepala pemerintahan ;

3. Anggota legislatif ;

24 .J.V. Moons dan Remco de Boer, Economic Diplomacy, Product Characteristics and the Level

of Development, (paper online), (The Hague), diakses melalui https://www.etsg.org/ETSG2014/Papers/105.pdf; Diakses 06 Februari 2020, hal. 3

25 d‟Hooghe, China’s Public Diplomacy, Hal. 36.

26 P. M. Erza Kilian, “Pemerintah Daerah dalam Diplomasi Ekonomi Indonesia: Studi Kasus pada

Diplomasi Komersial Jawa Timur”, Jurnal Ilmiah Transformasi Global, Vol. 2 No.2: Hal. 24.

27 Nicholas Bayne dan Stephen Woolcock, 2017, “The New Economy Diplomacy DecicionMaking and Negotiation in International Relations”, New York: Routledge, Hal.4.

28 Bayne dan Woolcock, “The New Economy Diplomacy”, Hal.61.

21

Page 38: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

4. Regulator otonom (Bank Sentral) ;

5. Perusahaan Komersial, NGO, dan aktor privat

Seluruh langkah dalam upaya diplomasi ini juga digunakan sebagai strategi

Indonesia dalam meningkatkan nilai perdagangan internasionalnya di sektor

kelapa sawit. Tentunya juga dalam aktivitas diplomasi memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), setiap langkah dalam aktivitas

diplomasinya tidak luput dari komponen-komponen ekonomi. Terlebih, kelapa

sawit adalah komoditas penting bagi perekonomian Indonesia.

3. Konsep Sustainable Development

Konsep selanjutnya, selain menggunakan konsep kepentingan nasional,

dan konsep diplomasi ekonomi, penelitian ini juga menggunakan konsep

sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.

Menurut Emil Salim, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan

aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan

untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun

masa mendatang. 29

Sedangkan menurut Kementerian Lingkungan Hidup RI (KLHRI),

pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan (yang pada dasarnya lebih

berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria

29 Askar Jaya, 2004, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, Program S3 Institut Pertanian Bogor, Hal 2.

22

Page 39: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

yaitu : (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion

of natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)

Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable

resource.30

Dalam lingkup global, sustainable development atau pembangunan

berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang hadir akibat terjadinya

permasalahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia dan dirasakan pada saat

itu. Permasalahan yang dimaksud adalah meningkatnya keprihatinan terhadap

eksploitasi sumber daya alam (SDA) demi pembangunan ekonomi dengan

megorbankan kualitas lingkungan. Dengan semakin menguatnya keprihatinan

ini, dibentuklah suatu badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang

diberi nama United nations World Commissiom on Environtment and

Development (UNWCED).31

Pembentukan badan ini dimaksudkan untuk membahas lebih jauh

mengenai pembangunan berkelanjutan. Dalam “Our Common Future”yang

dipublikasikan oleh WCED pada tahun 1987. Dalam WCED, pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

30 Askar Jaya, 2004, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, Program S3 Institut

Pertanian Bogor, Hal 2.

31 Wina Sumiati, 2018, “Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO) Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Poin 4.2 Periode 2017-201”8, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, hal 25.

23

Page 40: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

saat ini tanpa harus mengorbankan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri.32

Dari pengertian tersebut, tersirat pesan agar proses pembangunan

berkelanjutan dapat tercapai, tidak hanya hak generasi sekatang saja yang perlu

dipenuhi kebutuhannya tetapi juga generasi mendatang, termasuk didlamnya

perihal perolehan sumber daya alam. Hal ini lah kemudian yang menjadi konsep

penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan

ISPO adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam tata kelola kelapa

sawit yang berorientasi pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena

itu, konsep sustainable development sangat tepat untuk dijadikan sebagai alat

analisis dalam skripsi ini guna untuk mempermudah mengetahui kepentingan

Indonesia dalam upaya memperkenalkan ISPO sebagai komitmen kelapa sawit

berkelanjutan Indonesia.

F. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian merupakan rencana atau gambaran dari suatu

kegiatan yang disusun secra sistematis dan terperinci dengan pada akhirnya akan

diikuti dengan realisasi kegiatan itu sendiri.33

Selain itu, menurut Sugiyono, metode

32 World Commissionon Environtment and Development, “Our common Future”, Diakses pada

24 Agustus 2020 melalui www.un-documents.net/our-common-future.pdf. 33 “Defenisi Metodologi penelitian”, diakses melalui https://idtesis.com/metode-penelitian2.

24

Page 41: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan serta

kegunaan tertentu.34

Pada Penelitian skripsi yang berjudul “Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam

Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-

2018” adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara umum, penelitian

kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan makna seubjektifitas lebih ditonjolkan dalam

penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan atau digunakan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini

juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan

sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Menurut Strauss dan Corbin, pengertian dari penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan beragam penemuan yang tidak dapat dicapai dan

diperoleh menggunakan data statistik, seperti layaknya penelitian kuantitatif, sehingga

penelitian dengan menggunakan metode kuaitatif ini jauh lebih ditekankan pada

penjelasan lebih mendalam terhadap objek penelitiannya.35

Di dalam penelitian

kualitatif ada lima jenis metode yang lazim digunakan, yaitu observasi terlihat, analisis

percakapan, analisis wacana, analisis isi, dan analisis data ethnografis.36

34 Sugiyono, 2009, “Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif dan R & D”, Penerbit Alfabeta.

Bandung, hal 15.

35 Anselm Strauss, Corbin J, 2003, “Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif”, Pustaka Pelajar : Yogyakarta hal 39.

25

Page 42: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah studi

kepustakaan (library research) berupa data sekunder, yaitu, berasal dari buku,

jurnal, surat kabar, maupun bahan bacaan internet (online) yang bersinggungan dan

terkait dengan topik penelitian yang diteliti. Data yang diperoleh tersebut

selanjutnya akan diolah berdasarkan topik penelitian dalam skripsi ini. Lalu

dianalisis dengan menggunakan kerangka konseptual sesuai dengan topik penelitian

skripsi ini, sehingga hasil analisisnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan

pada penelitian skripsi ini.

Selain itu, untuk menambah wawasan serta melengkapi skripsi ini juga

menggunakan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara. Dalam hal ini,

narasumber yang diwawancarai kompeten mengenai isu ataupun permasalahan

penelitian ini, sehingga hasil wawancara tersebut bisa menjadi bahan atau referensi

dalam melakukan penelitian dan dipadukan dengan bahan-bahan yang sudah

dikumpulkan dari sumber lainnya.

Pengumpulan data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara,

yakni penulis melakukan wawancara dengan pihak yang dianggap kompeten terkait

isu yang diangkat. Wawancara dilakukan secara daring by email dengan Direktur

Eksekutif dari Lembaga Penelitian Palm Oil Agribussiness Strategic Policy Intitute

(PASPI), Dr. Ir. Tungkot Sipayung (selanjutnya disebut Sipayung). PASPI adalah

sebuah lembaga penelitian yang berfokus kepada analisis isu-isu strategis terkait

bidang kelapa sawit.

26

Page 43: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Hal yang membuat Sipayung sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah

terkait dengan pengalamannya. Ia pernah menduduki jabatan-jabatan strategis di

dalam maupun luar negeri, ia juga seorang profesional yang berpengalaman luas

pada tiga bidang, yakni, akademik atau peneliti yang berkaitan dengan pertanian dan

kelapa sawit, birokrat atau pemerintahan dan bidang dunia usaha. Di bidang

pemerintahan, Sipayung pernah menjabat sebagai Asisten Khusus Menteri Pertanian

Bidang Pembangunan Agribisnis periode 2000- 2004, Anggota Delegasi Pemerintah

RI pada World Agriculture Forum St. Louis Missouri USA pada tahun 2002, dan

pada World Food Summit, FAO, Rome tahun 2002, Koordinator Pengembangan

Kawasan Agropolitan Sumatera Utara pada periode 2002-2005, serta Penasehat

Ekonomi beberapa Pemerintah Provinsi atau Kabupaten.

Di bidang usaha, Sipayung pernah menjadi Dewan Komisaris PT Petrokimia

Kayaku Gresik periode 2002-2007, Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) periode 2008-2013, Ketua Komite Pemantau Manajemen Risiko dan GCG

Dewan Komisaris PTPN IV periode 2008-2013, Ketua Advokasi dan Kebijakan

Persawitan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Pusat sejak tahun

2011, Founder dan Direktur Eksekutif PASPI sejak 2013. Pengalaman Sipayung

tersebut membuatnya sebagai orang yang tepat untuk dijadikan narasumber dalam

penelitian yang berjudul “Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam Upaya

Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018”.

27

Page 44: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari pernyataan masalah yang

membahas secara umum tentang topik penelitian. Pembahasan tersebut juga

meliputi tentang pertanyaan penelitian, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini

ditulis, tinjauan pustaka yang menjadi refrensi pada tulisan ini, kerangka

konseptual untuk menganalisis permasalahan yang diteliti, metode penelitian,

serta sistematika penulisan dari penelitian ini.

BAB II DIPLOMASI SAWIT INDONESIA SEBELUM ISPO SERTA

TANTANGAN DAN TANTANGAN KEBERLANJUTAN KELAPA

SAWIT

Pada Bab II ini berisi penjelasan dan gambaran umum mengenai

pembentukan diplomasi sawit ini sebelum keluarnya kebijakan Indonesian

Sustainale Palm Oil (ISPO), serta pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai

isu dan tantangan keberlanjutan yang dihadapi terutama dari pihak luar.

BAB III INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) DAN UPAYA

DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM MENGENALKAN

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE

2016-2018

Pada Bab III membahas tentang gambaran umum Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO), serta kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah diplomasi,

serta kerjasama yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan kebijakan

kelapa sawit berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada

periode 2016-2018.

28

Page 45: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB IV KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM

UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE

PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016-2018

Pada Bab IV ini akan membahas tentang jawaban dari pertanyaan peneltitan

“Mengapa Indonesia melakukan diplomasi dalam mengenalkan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016- 2018 ?”Bab ini akan menjelaskan

alasan kepentingn Indonesia dalam melakukan diplomasi dalam

memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

BAB V KESIMPULAN

Pada bab terakhir ini akan berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan

jawaban terhadap hasil penelitian ini.

29

Page 46: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB II

DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DAN TANTANGAN

KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT INDONESIA

A. Diplomasi Sawit Indonesia sebelum hadirnya ISPO

1. Bergabung dengan Roundatable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Roundtable

on Sustanaible Oil (RSPO) adalah lembaga sertifikasi yang

dikeluarkan oleh negara-negara Uni Eropa. RSPO didirikan pada tahun 2004 sebagai

respon untuk menanggapi masalah-masalah sosial dan lingkungan di negara-negara

produsen kelapa sawit. Inisiatif yang bersifat sukarela ini diprakarsai oleh pihak

industri dan masyarakat sipil dan bertujuan untuk mempromosikan produksi dan

penggunaan minyak sawit berkelanjutan. 37

Alasan diterbitkannya sertifikasi RSPO ini adalah sebagai bentuk pencegahan

dari akan terjadinya kerusakan lingkungan hutan hujan tropis yang merupakan dampak

dari kegiatan menebang serta membakar hutan yang berpotensi dilakukan produsen

kelapa sawit.38

Nilai-nilai yang ada di dalam RSPO adalah bersumber dari yang terdapat

pada Millenium Development Goals (MDGs) yang menjelaskan tentang

37

https://rspo.org/about, diakses pada 16 Oktober 2019. 38

https://rspo.org/about, diakses pada 16 Oktober 2019.

30

Page 47: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

people, planet, profit (3P) terkait Prinsip dan Kriteria (P&C) pembudidayaan

tanaman kelapa sawit berkelanjutan.39

Data 2014, RSPO mempunyai 1439 anggota, diantaranya 911 adalah anggota

biasa, 427 disebut sebagai anggota rantai pasokan dan 101 sebagai anggota afilias.

Sselain perusahaan-perusahaan besar pelaku industri makanan seperti, Unilever,

Ferrero, P & G dan Nestle, terdapat juga anggota dari Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) seperti WWF, Solidaridad dan Oxfam. Namun jumlah mereka

hanya sebagian kecil dari jumlah total keanggotaan. Para anggotanya ada berasal dari

berbagai negara di seluruh dunia.40

Indonesia sendiri telah bergabung dengan RSPO sejak berdirinya lembaga

tersbut hal ini demi mengamnkan posisinya dalam perdagangan kelapa sawit.

Meskipun bersifat sukarela namun dengan bergabung memberikan daya tawar

menarik bagi pasar kelapa sawit Indonesia terutama pasar eropa yang rata- rata

menggunakan menggunakan skema sertifikasi RSPO.

Dari Jerman bergabung 190 anggota yang merupakan jumlah tertinggi untuk satu

negara. Perusahaan Jerman menempati posisi pertama dalam pemerolehan lisensi untuk

menggunakan segel dan label RSPO, saat ini ada 20 perusahaan Jerman yang

39

http://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/library/environtment_energy/study-bersama-persamaan-dan-perbedaan-sistem-sertifikasi-ispo-da.html, diases pada 16 Oktober 2019, pukul 15:19 WIB.

40 World Growth, 2009, “Palm Oil- The Sustainable Oil, A Report by World Growth”, September

2009.

31

Page 48: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

telah mendapatkan lisensi tersebut dan dengan demikian mereka diperbolehkan

menggunakan segel tersebut, jikalau mereka ingin menggunakanya. 41

Anggota RSPO berkewajiban untuk memenuhi prinsip-prinsip RSPO yang

pematuhannya diverifikasi melalui kontrol. Namun demikian, pada awal

keanggotaanya dalam RSPO, sebuah perusahaan tidak harus langsung hanya

memproduksi minyak kelapa sawit yang bersertifikat, tetapi hal ini dapat dilakukan

secara bertahap hingga produksinya dapat beralih menjadi 100 persen sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan. Selama masa transisi, mereka boleh menjual minyak kelapa

sawit bersertifikat, selama minyak tersebut diperoleh dari perkebunan yang telah

bersertifikat. Pada bulan Juli 2013, terdapat 44 dari 126 produsen minyak sawit yang

semuanya anggota RSPO yang sudah memiliki seritifikat.42

Dalam RSPO sendiri ada tiga jenis keanggotaan. Pertama anggota biasa.

Mereka dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tujuh pemangku kepentingan

sektor minyak sawit, walalupun mereka aktif dalam beberapa bidang lainnya. Kedua,

anggota afiliasi yang bukan merupakan lembaga-lembaga dalam bidang

pengembangan dan penelitian. Tugas mereka adalah memantau aktivitas dan tujuan

RSPO.43

Dengan demikian mereka dapat mengikuti perkembangan dalam rapat umum

anggota, tanpa memiliki hak suara. Ketiga, terdapat kemungkinan menjadi anggota

41 World Growth, 2009, “Palm Oil- The Sustainable Oil, A Report by World Growth”, September

2009. 42 Yoan Angelika, 2015, “Kebijakan Pemerintah Pasca Keluar dari Roundtable on Sustainable

Palm Oil (RSPO)”, Universitas Riau : Jurnal Fisip Volume 2 No.2, Oktober, hal 4.

43 Yoan Angelika, 2015, “Kebijakan Pemerintah Pasca Keluar dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Universitas Riau : Jurnal Fisip Volume 2 No.2, Oktober, hal 5.

32

Page 49: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

rantai pasokan RSPO. Mereka adalah perusahan-perusahaan yang memproduksi

minyak kelapa sawit atau turunannya yang jumlah kurang dari 500 ton per tahun.

Semua anggota adalah bagian dari Majelis Umum, yang diwakili oleh Dewan

Eksekutif masing-masing. Dewan eksekutif ini terdiri dari 16 orang yang berasal dari

tujuh sektor. Setiap sektor mengrimkan dua orang wakilnya, terkecuali sektor

produsen minyak sawit yang diwakili oleh empat orang.44

Dalam hal ini juga pada RSPO pastiya memiliki prisip serta aturan yang

berlaku. Aturan yang harus dipatuhi oleh para anggota RSPO ada terangkum dalam

panduan prinsip-prinsip dan kriteria RSPO, yang disusun pada tahun 2007 dan

kemudian direvisi pada tahun 2013. Aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan

hukum nasional dan kondisi lokal seperti upah minimum stempat.45

Oleh karna itu, rinciannya dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain,

untuk menjadi anggota RSPO, produsen, pengolah dan pedagang minyak sawit harus

memnuhi delapan prinsip yaitu : 46

a. “Kewajiban terhadap transparansi

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

c. Komitmen terhadap vitabilitas keuangan dan ekonomis jangka panjang

d. Penerapan praktik-praktik terbaik dan tepat oleh pengusaha perkebunan

dan pabrik minyak sawit

44 Angelika, Yoan. “Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar dari Roundtable on

Sustainable Palm Oil (RSPO)”. Universitas Riau: Jurnal FISIP Volume 2 No. 2, Oktober, hal 5.

45 Angelika Yoan, “ Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Universitas Riau: Jurnal FISIP Volume 2 No. 2, Oktober, 2015, hal 5

46 RSPO, “RSPO: Principles and Criteria for the Production of Sustainable Palm Oil”. Diakses melaui http://www.rspo.org/file/PnC_RSPO_Rev1.pdf. Diakses pada 10 Januari 2020.

33

Page 50: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

e. Tanggung jawab lingkungan dan konversi sumber daya dan

keanekaragaman hayati

f. Pertimbangan bertanggung jawab atas pekerja, individu dan komunitas

yang terpengaruh oleh kegiatan pengusaha perkebunan dan pabrik minyak

kelapa sawit

g. Pengembangan penanaman baru secara bertanggung jawab

h. Komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam area-area kegiatan

utama”.

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas. Keanggotaan RSPO adalah bersifat

sukarela, namun dalam langkah upaya diplomasinya sebelum adanya ISPO,

Indonesia bergabung RSPO . Hal ini dilakukan agar memenuhi permintaan pasar dan

kosumen tyang berkaitan dengan komoditas kelapa sawit.

2. Indonesia- Malaysia Palm Oil Group (IMPOG)

Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua

negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit

dunia. Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan

kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh

dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku minyak

sawit seperti produk makanan dan kosmetik. 47

47 Indonesian Investment, 2017, “Minyak Kelapa Sawit”, diakses melalui https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166? , diakses pada 05 Februari 2020.

34

Page 51: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Pada perjalananya kontribusi produksi minyak sawit Indonesia terus

meningkat dari masa ke masa, dari 14% tahun 1965 menjadi 15% tahun 1980 dan

54% pada tahun 2016. Peranan produksi minyak sawit Indonesia, terus mengalahkan

kontribusi produski minyak sawit Malaysia, yaitu 15% pada tahun 1965, meningkat

55% tahun 1980, namun berkurang hanya menjadi 32% pada tahun 2016. Meskipun

adanya persaingan yang sengit, kedua negara tetap melakukan kerjasama dalam

menangkal hal- hal yang mengganggu mereka sebagai produsen terbesar komoditas

minyak kelapa sawit.

Kontribusi produksi komoditas minyak sawit Indonesia dan Malaysia

terhadap penyediaan minyak nabati dunia, yang terus meningkat, menjadikan kedua

negara menjadi sasaran kampanye negatif yang terus menyudutkan produk minyak

kelapa sawit kedua negara. Sebagaimana kita ketahui Minyak kelapa sawit

merupakan kontributor terbesar terhadap penyediaan minyak nabati dunia. Dalam

menghadapi banyaknya tantangan tersebut, kedua negara produsen Indonesia dan

Malaysia, berunding bersama menghadapi ancaman kampanye hitam yang dilakukan

oleh banyak pihak seperti NGO lokal, nasional, dan transnasional di Eropa.

Kerja sama itu diformalkan dalam bentuk kesepakatan bersama, Memorandum of

Understanding (Mou) yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dan Malaysia yang

bertujuan untuk menjamin usaha bersama dan posisi antarnegara produsen sawit. MoU

ini di tandatangani pada 2006 dan terus berulang sampai 2013. Kerja sama antara

Indonesia dan Malaysia ini lahir karena adanya saling ketergantungan dalam masalah

modal (investasi) dan tenaga kerja. Dari sudut modal, Malaysia memiliki kepentingan

35

Page 52: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

menjaga investasi terbesar kedua negara dalam perkebunan sawit di Indonesia atau

menguasai 26% lahan sawit di Indonesia. 48

Bahkan, kini pemodal Malaysia justru ditarik pemerintah Indonesia untuk

menanamkan modalnya, terutama dalam industri pengolahan sawit yang lebih maju

daripada di Indonesia. Sebaliknya, keberhasilan bisnis sawit Malaysia juga bergantung

pada suplai tenaga kerja dari Indonesia yang masuk secara resmi ataupun tidak resrmi.

Misalnya pada tahun 2014, sekitar 80% tenaga kerja perkebunan kelapa sawit

Malaysia berasal dari Indonesia. 49

Untuk Indonesia sendiri, hadirnya pengusaha sawit Malaysia jelas memberi

sumbangan terhadap pendapatan negara. Selin itu, rekrutmen tenaga kerja Indonesia

di perkebunan kelapa sawit Malaysia akan mengurangi tingkat pengangguran di

Indonesia. Saling ketergantungan ini disebut sangat menguntungkan, hal tersebut

diungkapkan Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada penandatangan MoU

tersebut :50

“Indonesia dan Malaysia melakukan kesepakatan dalam bentuk penetapan jumlah

output yang akan diproduksi karena Indonesia di sini merasa khawatir jika Malaysia

mencabut investasinya, yang pada akhirnya akan mengurangi volume produksi kelapa

sawit yang dihasilkan dan akan menyebabkan menurunnya keuntungan Indonesia. Hal

ini juga berlaku untuk Malaysia, karena Malaysia juga memiliki kendala dalam

keterbatasan lahan dan keterbatasan tenaga kerja. Kita telah sepakat untuk

48

Erman E, 2017, “Di Balik Keberlanjutan Sawit : Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik Sertifikasi Uni Eropa”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol 43 No 1, Juni 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hal 6.

50

Erman E, 2017, “Di Balik Keberlanjutan Sawit : Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik Sertifikasi Uni Eropa”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol 43 No 1, Juni 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hal 6. .

36

Page 53: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

meningkatkan produksi dan pemasaran CPO dengan membentuk aliansi strategi.”(Pidato Najib saat penandatanganan MoU, 25 Mei 2006).

Adanya kesepakatan resmi dari kedua negara ini menjadi jalan masuk untuk

merancang berbagai kegiatan yang bertujuan menghadapi tantangan perdagangan

minyak sawit ke Eropa. Kesepakatan ini dinamai Indonesia-Malaysia Palm Oil

Group (IMPOG), yang merupakan wadah antar produsen kelapa sawit Indonesia dan

Malaysia untuk menyusun program kerja sama, research and development (R&D),

komunikasi, dan strategi agar mempunyai persepsi yang sama dalam upaya

menghadapi tekanan asing atas kedua negara produsen utama sawit. 51

Di dalam IMPOG ini sendiri berisi dan beranggotakan enam asosiasi yang fokus

di bidang minyak kelapa sawit, yaitu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

(GAPKI), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Malaysian Palm

Oil Association (MPOA), Asosiasi Pemilik Perkebunan Minyak Sawit Serawak

(SOPPOA), Federal Land Development Authority (FELDA), dan Asosiasi Investor

Perkebunan Malaysia di Indonesia (APMI). Pertemuan kedua negara tersebut

berlangsung di Kuching, Malaysia, pada 2010. Kesepakatan bersama antara

Indonesia dan Malaysia telah melahirkan sikap yang sama sekali tidak bergantung

pada negara konsumen Uni Eropa.

Sikap ini tecermin dari usaha-usaha, pertama, pembentukan sertifikasi sebagai

respons terhadap sertifikasi sawit global yaitu RSPO yang dinilai tidak efektif.

Pembentukan badan sertifikasi oleh kedua negara ini merupakan bukti peranan negara-

51 Erman E, 2017, “Di Balik Keberlanjutan Sawit : Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik

Sertifikasi Uni Eropa”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol 43 No 1, Juni 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hal 6 .

37

Page 54: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

negara berkembang, yang selama ini dianggap lemah dan bergantung pada negara

maju, ternyata cukup kuat dalam bernegosiasi dengan negara-negara maju seperti uni

Eropa. Kedua, negara produsen ini membentuk kekuatan yang lebih besar dengan

menarik negara-negara produsen sawit lain menghadapi negara konsumen Uni

Eropa. Ketiga, aktor-aktor di kedua negara melakukan diplomasi dagang tingkat

tinggi dengan Uni Eropa .52

Dengan dibentuknya IMPOG merupakan salah satu wujud upaya diplomasi yang

dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia dibidang kelapa sawit demi melindungi

komoditas kelapa sawit beserta turunannya. Selain itu, sebagaimana dijelaskan diatas

salah satu tujuan kedua negara membentuk wadah ini adalah ingin membentuk

sertifikasi kelapa sawit yang tentunya lebih berpihak kepada kedua negara. Dan bagi

Indonesia sendiri kesepakatan IMPOG tersebut merupakan wujud dan cikal bakal

dari dibentuknya kebijakan Indonesian Sustainale Palm Oil (ISPO), sedangkan bagi

Malaysia ini merupakan wujud cikal bakal dari kebijakan Malaysian Sustainable

Palm Oil (MSPO).

52

Erman E, 2017, “Di Balik Keberlanjutan Sawit : Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik Sertifikasi Uni Eropa”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol 43 No 1, Juni 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hal 7.

38

Page 55: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

B. Tantangan Keberlanjutan Kelapa Sawit Indonesia

1. Kebijakan Renewable Energi Directive I (RED I) dan Trilogue Renewable

Energi Directive II (RED II) oleh Komisi Eropa

Komisi Eropa menerapkan kebijakan subsidi untuk mencapa target jangka

panjang dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil. Kebijakan ini

merupakan penerapan dari keputusan komite Eropa yang mewajibkan penggunaan

2% biofuel pada sarana transportasi. Sebagian besar minyak nabati yang diproduksi

oleh Uni Eropa adalah minyak nabati yang berasal dari minyak rapeseed yang

berjumlah 90%, sementara minyak lainnya yang di produksi oleh Uni Eropa berasal

dari bunga matahari, kelapa sawit dan kedelai. Dari segi produktivitas minyak kelapa

sawit menghasilkan energi yang lebih tinggi dan menggunakan lahan yang lebih

sedikit dibandungkan dengan minyak rapeseed yang diproduksi oleh Uni Eropa.53

Kebijakan ini ada di dalam Directives 2001/77/ dan EC 2003/30/EC kemudian

diperbaharui dalam Directive 2009/2008/EC of The European Parliament And Of The

Council Of 23 April 2009, yang kemudian dikenal Renewable Energy Directive (RED).

Dalam kebijakan RED Uni Eropa menerapkan target penggunaan energi terbarukan pada

listrik, Heating and cooling dan Biofuel sebesar 20% pada tahun 2020. Kebijakan ini

mengikat secara hukum dan harus dilakukan oleh negara anggota. 54

53 Frederick Erickson, 2009, “Green Protectionism in the European Union: How Europe’s

Biofuels Policy and the Renewable Energy Directive Violate WTO Commitments", ECIPE OCCASIONAL Paper No.1/2009.

54 Intan Tiara Kartika, 2016, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan Indonseian Sustainable Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, hal 33.

39

Page 56: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

RED adalah sebuah kebijakan yang memiliki tiga tujuan utama yaitu,

memastikan pasokan aman, berdaya saing, dan berkesinambungan.55

Ini dibentuk

untuk menekankan keinginan Uni Eropa dalam mengatasi masalah lingkungan

dengan menggunakan sumber energi terbarukan. Adapun yang dimaksud dengan

sumber energi terbarukan menurut Uni Eropa adalah angin, energi matahari,

hidrotermal dan energi laut, tenaga air, biomassa, gas landfill, limbah gas pabrik

pengolahan biogas seperti yang tercantum pada pasal 2 point (a), “energy from

renewable sources’ means energy from renewable non-fossil sources, namely wind,

solar, aerothermal, geothermal, hydrothermal and ocean energy, hydropower,

biomass, landfill gas, sewage treatment plant gas and biogases”.56

RED menerapkan persyaratan bagi 27 negara anggota Uni Eropa dan tiga nega

lain yang termasuk dalam area ekonomi Eropa (Iceland, Lichtenstein, dan Norwegia)

untuk mengadopsi target wajib nasional yaitu’ 20-20-20’. Target ini dibentuk untuk

memastikan yang harus dicapai melaului efisiensi energi 2020.

Perhitungan akhir konsumsi energi terbarukan yang 20% ini mengacu pada jumlah

total energi yang dikonsumsi oleh setiap negara anggota dari berbagai sektor Tidak

hanya itu, dalam RED diatur pula sasaran 10% untuk penggunaan

55 Intan Tiara Kartika, 2016, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonseian Sustainable Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, hal 33.

56 Renewable Energy Directive 2009/28/EC hal 27 diakses melalui https://www.eea.europa.eu/policy-documents/2009-28-ec . Diakses pada 17 Januari 2020.

57 T Wyns, “EU Governance of Renewable Energy Post-2020”, hal 4, diakses melalui https://eu.boell.org/sites/default/files/eu_renewable_energy_governance_post_2020.pdf. Diakses pada 17 Januari 2020.

40

energi.57

Page 57: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

energi terbarukan pada bidang transportasi. Energi terbarukan bisa berasal dari

berbagai sumber, tetapi sumber utama transportasi harus berasal dari biofuel. RED

menetapkan sasaran ini untuk meningkatkan konsumsi yang lebih besar dalam

penggunaan biofuel Uni Eropa.58

RED tersebut dibentuk atas dasar pandangan

berkelanjutan (sustainable). Karakterisitik berkelnjutan untuk biofuel dapat dilihat

pada pasal 17 dalam Renewable Energy Directives, yaitu penghematan emisi gas

rumah kaca dan persyaratan penggunaan lahan. Biofuel ini harus bersifat

berkelanjutan untuk dapat mendukung target wajib dari energi terbarukan dan agar

dapat memenuhi syarat untuk mendukung ekonomi Uni Eropa.59

Selain itu untuk dapat memenuhi kriteria berkelanjutan (sustainable) emisi gas

rumah kaca harus berada di ambang batas tertentu, dimana batas minimumnya adalah

35%. RED menjabarkan metode untuk menghitung jumlah emisi gas dilihat dari (1)

ekstraksi dan budidaya bahan baku, (2) perubahan penggunaan lahan, (3) pengolahan

dan (4) distribusi dan tranportasi. Selain itu, penghematan emisi dapat ditingkatkan

melalui manajemen pertanian dan proses pengangkapan karbon. Jumlah emisi yang

menggunakan metode RED kemudian dibandingkan dengan emisi dari bahan bakar

fosil, kemudian dijumlahkan untuk menghitung total tingkat penghematan emisi.60

58 Intan Tiara Kartika, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustanaible Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia Ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, 2016, hal 35.

59 Taufan Ardiansyah, CNBC News, “Tak Disangka, Gara-gara Ini Uni Eropa Hantam Sawit

RI!”, diakses melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20190822140737-4-93924/tak-disangka-gara-gara-ini-uni-eropa-hantam-sawit-ri . Diakses pada 22 Maret 2020.

60 Andreas Lendle and Malorie Schaus, “Sustainability Criteria In The EU Renewable Energy Directive:Consistent With WTO rules”, ICSTD Project on WTO Juripundence and Sustinable Development 202, hal 3.

41

Page 58: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Kebijakan RED juga mengatur nilai default untuk berbagai macam biofuel yang

digunakan sebagai alternatif dari kasus ke kasus. Produsen diberikan pilihan untuk

memilih antara nilai default dan nilai penghematan emisi yang sebenarnya, dimana

apabila nilai default emisi terlampau tinggi untuk biofuel dalam artian tingkat

penyimpanan terlalu rendah, mereka bisa menghitung nilai yang sesungguhnya.61

Selain masalah Greenhouse Gas (GHG), RED juga menyoroti masalah

penggunaan lahan. Dijelaskan lebih lanjut pada paal 17 (3)-(5) dari EU RED berisi

tiga kriteria penggunaan lahan yang digunakan untuk menghasilkan bahan baku 38

biofuel yaitu : tanah dengan keanekaragaman hayati, tanah dengan karbon tinggi, dan

tanah gambut.62

Pada pasal 17 ayat 3 – 5 dijelaskan bahwa biofuel tidak boleh berasal dari bahan

mentah yang ditanam pada lahan yang mengandung nilai keanekaragaman yang

tinggi, dimana termasuk didalamnya hutan dan lahan berpohon, area yang diciptakan

untuk perlindungan alam, spesies langka, terancam dan membahayakan, serta padang

rumput yang dengan keanekaragaman hayati.63

Kedua, biofuel tidak boleh dibenuk

dari lahan dengan jumlah karbon yang tinggi, seperti tanah yang subur dan hutan. 64

61 Intan Tiara Kartika, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustanaible Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia Ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, 2016, hal 36.

62 Renewable Energy Directive 2009/28/EC hal 3 diakses melalui

https://www.eea.europa.eu/policy-documents/2009-28-ec . Diakses pada 17 Januari 2020. 63

Renewable Energy Directive 2009/28/EC hal 3 diakses melalui https://www.eea.europa.eu/policy-documents/2009-28-ec . Diakses pada 17 Januari 2020.

64 Intan Tiara Kartika, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustanaible Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia Ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, 2016, hal 38.

42

Page 59: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Ketiga, biofuel tidak boleh dibentuk dari bahan mentah yang ditanam dilahan

gambut, kecuali bukti yang tersedia dari penanaman dan pemanenan dari bahan

mentah yang tidak melibatkan proses drainase. Walaupun kriteria berkelanjutan Uni

Eropa mengatur tentang perubahan penggunaan lahan dan mengatur proses

pembentukan biofuel, ini belum menjamin bahwa tidak ada efek tak langsung dari

kebijakan ini. Indirect Land-Use Change (ILUC) mengarah pada perubahan

potensial penggunaan lahan berdasarkan peingkatan permintaan untuk biofuel.

Dalam artian, permintaan bahan baku biofuel seperti kelapa sawit akan terus

meningkat karena adanya kriteria berkelanjutan (sustainable) Uni Eropa. Kenaikan

permintaan akan mengarah pada kenaikan produksi, yang tentunya bisa berdampak

pada pembabatan lahan dan deforestasi.

Hutan Indonesia, sebagai pemasok utama kelapa sawit, menjadi terancang karena

peningkatan permintaan kelapa sawit, dimana bisa mengakibatkan hutan ditebang

dan dialihfungsikan menjadi perekbunan kelapa sawit. Ini tentu akan mengarah pada

krisis lingkungan hidup. RED ini dibentuk tidak terlepas dari berbagai tuntutan

pemerhati lingkungan dan ilmuwan di dunia. Padahal bahan bakar non-minyak juga

menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfer bumi melalui proses produksi bahan

bakar tersebut, dimana setiap tahunnya sekitar 180 juta ton karbondioksida (Co2)

diemisikan ke udara sebagai hasil pembakaran lahan gambut, untuk membuka

perkebunan di Malaysia dan Indonesia. 65

65 Intan Tiara Kartika, 2016, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustanaible Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia Ke Uni Eropa”, Skripsi,

43

Page 60: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Selain itu, RED akan menetapkan kebijakan RSPO-RED yang dikeluarkan

bersama RSPO, merupakan perpaduan antara RSPO dan RED. Di dalam RSPO

RED Uni Eropa berencana akan menerapkan standarisasi tunggal terhadap kelapa

sawit yang akan masuk kawasan Uni Eropa.66

Belum selesai masalah RED I yaitu mulai tahun 2016, Uni Eropa merancang target-

target baru dalam kebijakan energi terbarukan, yang dikenal sebagai Renewable Energy

Directive II (RED II). RED II menetapkan bahwa target penggunaan energi terbarukan

pada tahun 2030 naik menjadi 32% dari yang semula 27%. Diatur pula kontribusi

beberapa kategori biofuel sehingga tidak melebihi konsumsi tahun 2019. Kategori yang

dimaksud adalah yang memiliki resiko tinggi terhadap perubahan penggunaan lahan

secara tidak langsung Indirect Land-Use Change (ILUC), serta tanaman yang

mengalami ekspansi area produksi secara signifikan.67

Bahkan dalam aturan tersebut disebutkan bahwa minyak kelapa sawit

dikategorikan sebagai komoditas yang tidak berkelanjutan, sehingga tidak dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan biofuel. Penggunaan sawit akan dikurangi

secara bertahap hingga habis sama sekali pada tahun 2030. Peraturan tersebut mulai

tertuang dalam revisi RED II tahun 2018 dan akan diberlakukan Komisi Eropa pada

Maret 2019. Hal itulah yang membuat Malaysia dan Indonesia merasa terganggu,

Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, Hal 39.

66 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8 67 Taufan Ardiansyah, CNBC News, “Tak Disangka, Gara-gara Ini Uni Eropa Hantam Sawit

RI!”, diakses melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20190822140737-4-93924/tak-disangka-gara-gara-ini-uni-eropa-hantam-sawit-ri . Diakses pada 22 Maret 2020.

44

Page 61: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

khusunya Indonesia, industri sawit merupakan lapangan usaha bagi banyak petani

kecil. Kala ekspor terhambat dengan aturan non tarif tersebut, maka akan ada banyak

petani kecil yang terdampak. Pemerintah Indonesia saat ini sedang menyiapkan

gugatan untuk Uni Eropa terkait diskriminasi sawit. Gugatan akan dilakukan melalui

World Trade Organization (WTO) .68

Keluarnya RED I dan RED II membuat posisi kelapa sawit Indonesia menjadi

terancam. Kelapa sawit Indonesia mulai diberi batasan dengan berbagai standar yang

ditetapkan oleh Uni Eropa salah satunya melalui kebijakan RED tersebut. Selain itu,

minyak sawit yang masuk ke Uni Eropa juga harus melalui proses sertifikasi yang

berbelit, salah satu yang diakui dikawasan tersebut yaitu, Roundatable Sustainable

Palm Oil (RSPO). Hal ini tentunya membuat Indonesia tidak tinggal diam yaitu

dengan masif memperkenalkan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutannya yaitu

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

2. Resolusi Parlemen Uni Eropa Palm Oil and Deforestation of The Rainforest

Pada 4 April 2017, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan Resolusi 2016/2222, yang

dinamakan dengan Palm Oil Deforestation of The Rainforest (Kelapa Sawit dan

Deforestasi Hutan Huhan) diajukan berdasarkan pada tudingan bahwa pengembangan

kelapa sawit dan industrinya menjadi penyebab utama deforestasi dan perubahan iklim.

Selain itu, resolusi tersebut juga bertujuan akhir agar minyak sawit tidak

68 Taufan Ardiansyah, CNBC News, “Tak Disangka, Gara-gara Ini Uni Eropa Hantam Sawit

RI!”, diakses melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20190822140737-4-93924/tak-disangka-gara-gara-ini-uni-eropa-hantam-sawit-ri . Diakses pada 22 Maret 2020.

45

Page 62: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

dimasukkan sebagai bahan baku program biodiesel Uni Eropa mulaitahun 2020.

Industri minyak kelapa sawit dianggap sebagai pemicu utama deforestasi.69

Keluarnya Resolusi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi produk kelapa

sawit Indonesia, terutama yang akan memasuki pasar Uni Eropa. Data statistik

menyebutkan bahwa Uni Eropa merupakan tujuan ekspor terbesar kedua minyak

kelapa sawit Indonesia, setelah India, yang berkontribusi terhadap nilai ekspor kelapa

sawit Indonesia. Besaran nilai ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2016

merupakan yang terbesar dibandingkan dengan ekspor Indonesia di sektor non-migas

lainnya. Dengan posisi strategis tersebut, isu ini menjadi perhatian bagi seluruh pihak

terkait di Indonesia karena terganggunya ekspor kelapa sawit Indonesia ke UE akan

berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. 70

Begitupun bagi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya, yang

merupakan pelaku perkebunan komoditi tersebut, bagi negara dikawasan ASEAN

Resolusi tersebut berisi dua proposal yang sangat kontroversial. Yang pertama adalah

pengembangan skema sertifikasi tunggal baru untuk produk minyak sawit dan kelapa

sawit yang dimulai pada tahun 2020. Yang kedua adalah penghapusan bertahap dan

penggantian minyak sawit yang digunakan dalam biofuel dengan minyak nabati yang

ditanam di Uni Eropa, juga dimulai pada tahun 2020.71

69 Edhy Prabowo, Kompas.com, 2017, ”Resolusi Sawit Parlemen Eropa yang Merugikan Indonesia”, Diakses pada melalui 5 Desember 2019 melalui https://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/05/155319126/resolusi-sawit-parlemen-eropa-yang-merugikan-indonesia.

70 Dr. Windratmo Suwarno,2017,“Diplomasi Indonesia Menghadapi Kampanye Negatif Kelapa Sawit Di Uni Eropa”, Staf Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri.

71 Singapore Institute Of International Affairs (SIIA),” Why does the EU’s recent Resolution on Palm Oil matter to ASEAN?”, Diakses melalui http://www.siiaonline.org/why-does-the-eus-recent-resolution-on-palm-oil-matter-to-asean/. Diakses pada 16 Mei 2019.

46

Page 63: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Jika ditegakkan, Resolusi tersebut mengancam untuk menutup sebagian besar

industri minyak sawit ASEAN dari pasar UE yang menguntungkan. Pasar minyak

sawit UE bernilai sekitar S $ 8,3 miliar dan menyumbang 17 persen (4,37 juta ton)

dari Indonesia dan 13 persen (2,09 juta ton) dari ekspor minyak sawit Malaysia,

masing-masing. Kehilangan akses ke pasar ini akan berdampak negatif pada banyak

komunitas sawit di Indonesia dan di kawasan ASEAN lainnya, yang bergantung pada

minyak sawit untuk mata pencaharian mereka.

Di Indonesia, keluarnya resolusi sawit Parlemen Eropa menuai berbagai kritik

dari aktor-aktor negara. Bukan hanya dari aktor-aktor negara yang berkepentingan

mengurusi sawit, seperti Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri

Lingkungan Hidup, protes terhadap resolusi tersebut juga datang dari Presiden dan

Wakil Presiden. Pendapat yang mengemuka adalah bahwa resolusi itu merupakan

bentuk politik diskriminatif terhadap minyak nabati. Sebab, resolusi itu akan

mendorong Uni Eropa menghilangkan penggunaan minyak sawit dan secara

terselubung menghambat perdagangan sawit Indonesia ke negara kawasan Eropa.72

3. Kampanye dan Aksi Aktor non Negara terhadap Kelapa sawit Indonesia

Organisasi internasional dalam hubungan internasional peranannya saat ini telah

diakui karena keberhasilannya dalam memecahkan berbagai persoalan serta

permasalahan yang dihadapi oleh sebuah negara. Pada saat ini, bahkan organiasi

internasional dianggap dapat mempengaruhi pola perilaku negara secara langsung dan

72 Erman E, 2017, “Di Balik Keberlanjutan Sawit : Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik

Sertifikasi Uni Eropa”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol 43 No 1, Juni 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hal 7

47

Page 64: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

tidak langsung. Hadirnya organisasi internasional mencerminkan keutuhan manusia

untuk saling bekerja sama, sekaligus sebagai tempat dalam menangani persoalan

yang ada.

Ada beberapa kategori organisasi internasional yatu, organisasi antar pemerintah

atau yang sering disebut inter-Govermental Organizations (IGO), yaitu yang

anggotanya terdiri dari perwakilan resmi pemerintah negara-negara. Contohnya

seperti Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), World Trade Organizations (WTO) dan

lainnya. Selain itu ada organisasi non-Pemerintah atau Non govermental

Organizations (NGO), terdiri dari kelompok swasta bidang keilmuan, keagamaan,

kebudayaan, ekonomi, lingkungan, dan sebagainya. Contohnya seperti Greenpeace,

World wide fund (WWF).73

Berdasarkan dengan penjelasan di atas, tantangan dan hambatan dari minyak

kelapa sawit Indonesia tidak datang hanya dari Uni Eropa, melainkan terdapat

beberapa Non Goverment Operations (NGO) yang fokus terhadap isu yang sama

dengan Uni Eropa. Sebagian besar protes dari NGO diantaranya berasal dari

Greenpeace dan World wide Fund (WWF) yang bereperan sebagai NGO

internasional yang perhatian penuh terhadap isu lingkungan hidup.

3.1 . Greenpeace

Greenpeace sejak lama telah melakukan penelitian dan kajian- kajian

mengenai kelapa sawit Indonesia terutama tentang deforestasi dan

73 DR.Anak Agung Banyu Parwita dan DR. Yanyan Mochammad Yani, 2014, “Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional”, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung, Hal 92-93.

48

Page 65: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

pengrusakan yang terjadi di hutan Indonesia. Adapun aksi yang dilakukan

Greenpeace ini salah satu diantaranya bertujuan untuk mengakhiri

deforestasi yang disebabkan perkebunan kelapa sawit di seluruh pasokan

perusahaan merek-merek terbesar yang memasok kebutuhan rumah tangga

dan pembeli minyak kelapa sawit di dunia.

Greenpeace adalah salah satu NGO yang sering dianggap melakukan

kampanye negatif terhadap produk minyak kelapa sawit Indonesia dengan

cara menekan para produsen serta mengajak para konsumen untuk

memboikot produk minyak kelapa sawit Indonesia. Greenpeace melihat

penyebaran perkebunan kelapa sawit merusak lingkungan dan melanggar

batas habitat spesies yang dianggap langka seperti harimau, gajah, dan

orang utan di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Greenpeace mengklaim

20% emisi global disebabkan oleh deforestasi, dan perekbunan kelapa sawit

dianggap sebagai penyebab utama rusaknya hutan hujan tropis Indonesia. 74

Selain melakukan kampanye negatif dengan cara yang telah telah

dijelaskan, Greenpeace juga secara terus menerus memberikan tekanan

kepada perusahan-perusahaan dan pemerintah di Uni Eropa sebagai pihak

yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan produksi. Greenpeace

meminta pemerintah Uni Eropa untuk tidak menggunakan atau mengurangi

konsumsi dan impor minyak kelapa sawit dari negara-negara yang diklaim

74 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa

Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

49

Page 66: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

sebagai pelaku pengrusakan lingkungan karena akibat dari perluasan lahan

kebun kelapa sawit seperti Indonesia dan Malaysia. 75

Selain itu, Greenpeace meminta Uni Eropa sebagai negara konsumen

minyak kelapa sawit untuk berpartisipasi dalam mengatasi deforestasi dan

mendukung minyak kelapa sawit berkelanjutan. Hal itu diutarakan oleh

Direktur Kebijakan Hutan Greenpeace :

“The Parliament is right to recognise the hugh responsibility that the UE

has to stop deforestations, and how important this is for climate action and

sustainable development. We are at one minute to midnight the European

Commission must not lose more time in putting forward an EU action plan

to make Europe a deforestation- free economy and turn the tide on global

forest destruction”.76

Tekanan-tekanan yang diberikan oleh Greenpece terhadap pemerintah Uni

Eropa nampaknya mendapat tanggapan positif dari pemerintah Uni Eropa.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah

Uni Eropa yang berkaitan dengan dampak deforestasi akibat produksi minyak

kelapa sawit. Hal ini juga menunjukkan bagaimana aktor non negara berperan

dalam pengambilan keputusan seperti beberapa kebijakan yang dikeluarkan

oleh Uni Eropa. Beberapa kebijakan dikeluarkan akibat adanya tekanan-

tekanan yang dilakukan oleh Greenpece.

3.2. World Wide Fund (WWF)

75 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa

Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

76 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

50

Page 67: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Selain Greenpeace yang fokus terhadap isu tersebut adalah World

Wide Fund (WWF). WWF juga merupakan salah satu NGO yang memiliki

perhatian lebih pada isu deforestasi terutama di Indonesia. Berbeda halnya

dengan Greenpeace yang menggunakan aksi langsung sebagai upaya

melakukan kampanye negatif terhadap minyak kelapa sawit Indonesia, cara

yang digunakan WWF dapat dikatakan tidak terlalu ekstrim. Hal ini

pandangan WWF terhadap aksi negatif, perwakilan WWf dari Jerman

mengatakan : “Switching from palm oil to other oils is no solutions to tackle

enviromental degradation caused by unsustainable palm oil production “.77

Terlihat bahwa pandangan WWF terhadap minyak kelapa sawit adalah

bahwa terdapat alternatif berkelanjutan untuk kelapa sawit yaitu dengan

dibentuknya sertifikasi yang kredibel untuk minyak kelapa sawit.

Mengganti minyak sawit dengan minyak nabati lain tidak menjamin bahwa

minyak nabati selain minyak kelapa sawit lebih baik dalam hal melindungi

lingkungan. 78

WWF melihat bahwa untuk membuat minyak kelapa sawit yang

sustainable dengan cara memberikan sertifikasi yang kompeten, hal ini

mendorong WWF untuk membentuk RSPO bersama Uni Eropa (sebagai

konsumen minyak kelapa sawit) dan Malaysian Palm Oil Association (

77 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

78 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

51

Page 68: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

sebagai produsen minyak kelapa sawit) untuk membentuk suatu asosiasi

yang bertujuan untuk mempromosikan praktik kelapa sawit berkelanjutan

guna membantu mencegah deforestasi yang berlebihan, melestarikan

kenaekaragaman hayati, dan senantiasa memperhatikan kehidupan

masyarakat pedesaaan di negara produsen kelapa sawit.79

Dalam mengupayakan hal tersebut, langkah yang dilakukan WWF

adalah menginsiasi pembentukan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO)

pada tahun 2001, WWF mulai melihat kemungkinan minyak kelapa sawit

berkelanjutan. Pengematan yang dibuat WWF disebut sebagai inisiatif kunci

yaitu WWF Forest Conversion Initiative (WWF FCI) yang telah disusun

sejak 2001. Tujuan WWF FCI adalah untuk mengurangi konversi hutan

berlebih akibat dari perluasan lahan kelapa sawit.80

Demi mencapai langkah ini WWF juga menggunakan gabungan

pendekatan seperti pengembangan pengelolaaan terbaik dari para pelaku

pasar sepanjang rantai persediaan persediaan minyak kelapa sawit dan

memperngaruhi kebijakan investasi bagi pembangunan perkebunan. Fokus

perhatian WWF adalah kekhawatiran penebangan hutan, dampak dari

ekspansi lainnya yaitu kehilangan keanekaragaman hayati serta konflik

sosial dan tanah.

79 Adelita Sukma Kusumanigtyas, 2017, “Upaya Hambatan Non-Tarif Oleh Uni Eropa

Terhadap Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 2 , september, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Hal 157.

80 Bambang Drajat, “Overcoming Black Campaign on Palm Oil and Devloping Future Strategy”, Lembaga Riset Perkebunan Nusantara, Hal 282.

52

Page 69: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Selanjutnya secara perlahan WWF meyakinkan Uni Eropa dengan

cara membentuk pemikiran masyarakat Uni Eropa, bahwa industri minyak

kelapa sawit telah merusak habitat dari spesies-spesies yang dilindungi

seperti Orang Utan, Harimau, dan Gajah. Hal tersebut dilakukan dengan

memasang poster-poster yang biasanya terdapat gambar yang berkaitan

dengan hewan atau spesies yang telah kehilagan habitat akibat dari

perluasan kelapa sawit.

53

Page 70: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB III

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) DAN UPAYA

DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM MEMPERKENALKAN

ISPO PERIODE 2016- 2018

Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO). Serta upaya langkah-langkah diplomasi Indonesia di bidang

kelapa sawit, yaitu upaya yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan

kebijakan kelapa sawit berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada

periode 2016-2018. Adanya isu yang menyatakan bahwa minyak sawit asal

Indonesia tidak ramah lingkungan, mendorong timbulnya tuntutan agar Indonesia

melaksanakan praktik industri kelapa sawit secara berkelanjutan.

Setelah hadir dan terbit, ISPO dianggap merupakan salah satu komponen

kebijakan penting bagi diplomasi kelapa sawit Indonesia. ISPO juga merupakan

gambaran komitmen global Indonesia dalam praktik kelapa sawit berkelanjutan.

Sebagai kebijakan yang penting, pemerintah Indonesia dalam hal ini tentunya perlu

memperkenalkannya ke lingkup yang lebih luas, agar dapat diterima dan demi

kelapa sawit yang lebih dipandang positif, serta meminimalisir pandangan negatif

terhadap kelapa sawit Indonesia yang selama ini banyak dihadapi.

54

Page 71: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

A. Gambaran Umum ISPO

1. Keluarnya Indonesia dari Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO)

Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO) didirikan dengan tujuan

memperkenalkan praktik kelapa sawit berkelanjutan yang membantu mengurangi

deforestasi, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghargai kehidupan

masyarakat adat di negara produsen minyak sawit. RSPO menjamin bahwa tidak

ada hutan primer baru atau kawasan bernilai konservasi tinggi lainnya yang

dikorbankan untuk perkebunan kelapa sawit, bahwa perkebunan menerapkan

praktik terbaik yang dapat diterima, dan bahwa hak-hak dasar dan kondisi hidup

jutaan perkebunan, petani kecil, dam masyarakat asli dihargai sepenuhnya..81

Meskipun demikian RSPO dalam setiap kebijakannya banyak menunjukkan

titik-titik lemah. Sejumlah laporan dan studi dari berbagai organisasi non

pemerintah baik lokal maupun internasional membuktikan contoh-contoh

pelanggaran serius terhadap kriteria-kriteria tersebut. Selain itu juga terdapat

banyak masalah dalam pelaksanaan prosedur pengaduan.

Meskipun pada dasarnya tujuan RSPO adalah demi mewujudkan kelapa sawit

berkelanjutan. Namun, dalam perkembangan dan praktek di lapangan, banyaknya

aturan yang terdapat pada RSPO dianggap hanya mengutamakan konsumen semata,

yaitu pasar Eropa, sementara kepentingan produsen tidak diperhatikan sama sekali.

Perkembangan lainnya juga terlihat pada timbulnya

81 Yoan Angelika.2015, “Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar Dari Roundtable And

Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Jom Fisip Volume 2 No. 2 – Oktober.

55

Page 72: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

pemikiran bahwa pengembangan kelapa sawit di Indonesia yang selalu berpedoman

pada peraturan luar negeri yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.

82

Alasan lain penetapan ISPO adanya kebijakan dari komisi Eropa yaitu, Renewable

Energy Directive (RED). Dalam hal ini, akan ditetapkannya kebijakan RSPO-RED

yang dikeluarkan bersama RSPO, ketentuan RSPO-RED merupakan perpaduan antara

RSPO dan kebijkan komisi Eropa Renewable Energy Directive (RED). RED

merupakan kebijakan yang mengatur tentang emisi gas rumah kaca yang dihasilkan

dari bahan dasar biofuel, yang salah satunya dalam hal ini adalah kelapa sawit itu

sendiri. Kawasan Uni Eropa berencana akan menerapkan standarisasi tunggal terhadap

kelapa sawit yang akan masuk kawasan tersebut. Selain itu RED akan menghapus

kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel nya di kawasan tersebut.83

Selain itu, RSPO dianggap memiliki banyak nilai merah, nilai merah

tersebut diantaranya adalah :84

A. Ketimpangan kekuatan di RSPO tidak menjadi pertimbangan. Meja

RSPO dibayangkan flat, sehingga diasumsikan diskusi berlangsung

fair yang dilakukan oleh semua stakeholder minyak sawit. Pada

kenyataanya tidaklah demikian, the ‘world’ is not flat.

82 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8.

83 Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8

84 “Legitimasi RSPO diuji: belajar dari 3 kasus”,dikses pada 12 April 2020 melalui http:bakumsu.or.id/news/index.php .

56

Page 73: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

B. LSM lingkungan dan sosial yang terlibat di RSPO terlalu

“Enviromentalist’’ yaitu masalah lingkungan hanya menjadi

persoalan bagi kaum aktivis lingkungan, justru masalah yang

berkaitan erat dengan ketidakadilan sosial tidak dipandang.

Akibatnya kampanye orangutan, gajah, harimau, dan hewan

lainnya lebih mengemuka daripada kampanye terhadap

kemiskinan dan kelaparan yang dialami masyarakat lokal dan

buruh perkebunan sawit itu sendiri.

C. Tujuh kali Roundtable Meetings (RTM) masih seputar penguatan

lembaga, penerimaan dan pengesahan anggota baru, penetapan

prinsip, kriteria, dan indikator, serta sertifikasi. Sementara

percepatan penghancuran hutan terus terjadi di lapangan belum

ada contoh yang bisa ditunjukkan selain hanya bermain kepada

kesepakatan-kesepakatan tanpa implementasi.

D. Isu yang melibatkan petani kecil di RSPO merupakan topik krusial.

Namun, belum ada defenisi dan ukuran yang jelas tentang petani

kecil perkebunan sawit. Sementara, keterlibatan mereka dalam

diskusi, lobi-lobi, dan negosiasi yang memerlukan keahlian adalah

seperti mimpi dan tidk mungkin terjadi, baik dari segi kapasitas

sumber daya dan pembiayaan.

Pada awalnya pembentukan RSPO adalah dengan tujuan yang baik, yaitu

demi kelapa sawit yang berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, segala tujuan

57

Page 74: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

RSPO yang tertuang dalam visi dan misinya dianggap bagi sebagian anggotanya

tidak tersalurkan kepada mereka yang mempunyai usaha dibidang kelapa sawit.

Maka, atas dasar inilah Indonesia sebagai salah satu produsen kelapa sawit

terbesar dunia mengeluarkan sebuah kebijakan dengan tujuan untuk melindungi

para petani, pengolah, dan perusahaan sawit serta guna melindungi produksi

dalam negeri untuk memutuskan keluar dari anggota RSPO.85

Akhirnya secara

kelembagaan Indonesia keluar pada tahun 2011, dikarenakan aturan yang

diberlakukan rezim RSPO memunculkan banyak perdebatan. 86

Keluarnya Indonesia dari RSPO karna adanya beberapa hal didalam RSPO

yang tidak sejalan dengan apa yang diinginkan Indonesia. Selain itu dengan

keluarnya Indonesia dari RSPO merupakan langkah awal bagi Indonesia untuk

membentuk sertifikasi yang lebih dapat memangku kepentingan para pelaku

industri minyak kelapa sawit di dalam negeri sendiri. Dan pada tahun 2011

Indonesia mulai mengenalkan ISPO sebagai standar kelapa sawit

berkelanjutannya yang diharapkan dapat diterima oleh dunia global.

2. Pasca Keluarnya Indonesia dari RSPO

Pasca memutuskan untuk keluar dari RSPO banyak ada banyak tantangan

yang dihadapi kelapa sawit Indonesia. Diantaranya adalah kelapa sawit Indonesia

disebut sebagai kelapa sawit tidak ramah lingkungan serta tidak berkelanjutan

85 ‘Legitimasi RSPO diuji: belajar dari 3 kasus”,Diakses pada 12 April 2020 melalui

http:bakumsu.or.id/news/index.php 86 Saqira Yunda Imansari, 2018, “The Establishment of Indonesian Sustainable Palm Oil” (ISPO) in

2011, e-Journal Ilmu Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universtas Jember, Hal 8.

58

Page 75: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

(sustainable). Selain itu berhembus isu bahwa Indonesia merupakan salah satu

yang paling terbanyak menyumbang kerusakan lingkungan akibat produksi

perkebunan sawit. Pelaku industri kelapa sawit dalam negeri menganggap isu

yang kerap dihembuskan oleh negara-negara maju pada pengembangan kelapa

sawit Indonesia juga masih belum jelas, apakah memang benar-benar untuk

melindungi dunia dari ancaman perubahan iklim atau sekedar untuk

mempertahankan kepentingan negara-negara tersebut.87

Tantangan kelapa sawit Indonesia yang sering dimunculkan ini juga sangat

berpotensi untuk menimbulkan efek domino diantaranya mematikan perkembangan

kemitraan perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia di tingkat global, dan hal

tersebut akan berimbas kepada pelaku industri komoditas kelapa sawit dalam negeri

terutama para petani yang termasuk kategori smallholders. Bila sampai hal itu terjadi

maka ini akan berdampak terutama bagi yang mengandalkan kelapa sawit sebagai

mata pencariannya, karena otomatis kesempatan masyarakat untuk memperluas

penanaman pohon kelapa sawit mungkin tertutup.

Oleh karena itu, langkah yang diambil pemerintah adalah dengan

membentuk namun juga intensif memperkenalkan Indonesia Sustainable Palm Oil

(ISPO), sebagai sebuah aturan yang perlu ditegakkan, yang diharapkan dapat

memberikan solusi tantangan yang dihadapi dari dunia global terhadap komoditas

kelapa sawit di Indonesia.

87 Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi

Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 9.

59

Page 76: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Bila semua isu positif tentang budidaya dan pengelolaan sistem perkebunan

kelapa sawit diinformasikan ke seluruh dunia, maka tantangan yang dihadapi

kelapa sawit Indonesia akan dapat ditepis, dan semua kalangan dapat merasakan

manfaat dari hasil perkebunan kelapa sawit nasional. Komoditas kelapa sawit

Indonesia terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian

Indonesia, serta menjadi sektor yang mampu mengangkat taraf kehidupan

masyarakat Indonesia.

3. Terbentuk dan Keluarnya ISPO

Aturan yang diberlakukan oleh RSPO memunculkan banyak perdebatan dari

sejumlah LSM, pengusaha perkebunan sawit dan sejumlah lembaga pemerintahan.

Ada yang pro terhadap RSPO dan ada pula yang kontra. Proses perdebatan ini

merupakan proses yang di alami Pemerintah Indonesia hingga memutuskan untuk

menetapkan kebijakan ISPO. Dimulai pada tahun 2009, Indonesia memulai

membicarakan hingga tahun 2011 meresmikan Indonesian Substainable Palm

Oil/ISPO di Medan. ISPO diperkenalkan sebagai sebuah Sistem Sertifikasi yang

diterapkan di Indonesia sebagai standar dan ketentuan dalam menjalankan industri

kelapa sawit yang lebih sehat. Isu ini menjadi sangat penting bagi Indonesia

sebagai produsen terbesar komoditas tersebut.88

ISPO awalnya adalah ambisi Indonesia untuk menjadi tandingan dari skema

sertifikasi internasional seperti RSPO. Pada perjalananya ISPO belum diakui di

88 Hesti Indah Kresnarini, 2011, Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi

Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 7-8.

60

Page 77: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

pasar kelapa sawit internasional. Namun demikian, skema ISPO tetap fokus

utamanya adalah untuk mempromosikan produksi minyak sawit berkelanjutan.

Meskipun ISPO diperkenalkan pada tahun 2011, dasar hukum penguatan,

penyempurnaan serta penerapan ISPO baru dikeluarkan pada tahun 2015, yaitu

dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT/3/2015

tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia .89

Selain itu di negara-negara konsumen seperti Uni Eropa isu mengenai

sertifikasi ini telah menjadi isu publik baik pemerintah, parlemen maupun

masyarakat. Demi mendorong terciptanya sistem yang mendukung pembangunan

berkelanjutan dalam sektor minyak kelapa sawit. Pada tanggal 25 September 2015

lalu, dalam sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dihadiri 193 anggota

termasuk Indonesia, telah resmi diberlakukannya platform pembangunan global

2015-2030 yang dikenal dengan Sustainable Development Goals 2030 (SDGs 2030).

Forum tersebut telah menyepakati 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dipenuhi

oleh masing-masing negara anggota PBB baik melalui kerjasama, pembangunan

berbagai sektor dalam negeri, daerah, dimana jika dikelompokkan 17 tujuan akan

menjadi 3 kelompok yakni ekonomi sosial dan lingkungan hidup.90

ISPO merupakan sebuah regulasi yang wajib untuk diterapkan oleh

perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan prinsip pembangunan

89 Tobias Schleicher and Inga Hilbert, 2019, “Production of Palm Oil in Indonesia”, Project-ID: 031B0235B, Oeko-Institut e.V, Freiburg Germany, Hal 19.

90 Maya Bonita, 2018, “Strategi Indonesia Dalam Menanggapi Resolusi Parlemen Uni Eropa

No. P8_TA(2017)0098 Tentang Palm Oil and Deforestations of The Rainforest 2017”, JOM FISIP Vol.

5: Edisi II Juli – Desember 2018, Hal 6.

61

Page 78: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

berkelanjutan. Sistem sertifikasi ISPO adalah serangkaian persyaratan yang terdiri

dari tujuh prinsip, 34 kriteria dan 141 indikator yang mencakup isu hukum,

ekonomi, lingkungan dan sosial, sebagaimana tertuang dalam Permentan No

11/2015, untuk perusahaan kelapa sawit yang terintegrasi kebun dan pengolahan.

Hal tersebut dilakukan Indonesia untuk mencapai pembangunan perkebunan yang

berkelanjutan.91

ISPO bersifat wajib (Mandatory) dan setiap pelanggaran akan ditindak.

ISPO bertujuan untuk melindungi dan melestarikan kelapa sawit di pasar global.

Dalam penerapannya berupa sertifikasi perkebunan milik perusahaan besar swasta

dan BUMN serta perkebunan rakyat, sehingga perlu adanya dukungan semua

pihak dalam penerapanya. Menteri Pertanian RI berkeyakinan pengembangan

kelapa sawit di Indonesia selama ini sudah taat azas atau telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku di lingkup nasional maupun internasional.92

Dalam perkembangannya, terutama sejak adanya ISPO tersebut dan

terbitnya berbagai peraturan terkait dengan berkelanjutan pembangunan

Perkebunan, serta di undangkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014

tentang Perkebunan yang harus diadopsi oleh persyaratan ISPO, permintaan pasar

terhadap minyak yang bersertifikat ISPO yang mulai bermunculan, mengharuskan

perlunya persyaratan ISPO untuk direvisi.

91 Maya Bonita, 2018, “Strategi Indonesia Dalam Menanggapi Resolusi Parlemen Uni Eropa

No. P8_TA(2017)0098 Tentang Palm Oil and Deforestations of The Rainforest 2017”, JOM FISIP Vol.

5: Edisi II Juli – Desember 2018, Hal 6. 92 Amelia, D, 2017,“Penolakan Pemerintah Indonesia Terhadap Perubahan Tarif Pajak Cpo

(Crude Palm Oil) Oleh Perancis 2016”. Jom Fisip Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017, Hal 5-4.

62

Page 79: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Penyempurnaan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 11/Permentan/OT/3/2015 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO), bertujuan

untuk lebih memberikan petunjuk yang lebih jelas bagi Pelaku Usaha Perkebunan

dan para auditor. Secara garis besar, pedoman ISPO didasarkan pada 4 hal, yaitu

kepatuhan hukum, kelayakan usaha, pengelolaan lingkungan dan hubungan sosial

yang dirumuskan dalam prinsip- prinsip sebagai berikut: 93

1. “Sistem perijinan dan manajemen perkebunan;

2. Penerapan pedoman teknis budi daya dan pengolahan kelapa sawit;

3. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

4. Tanggungjawab terhadap pekerja;

5. Tanggung jawa sosial dan komunitas;

6. Pemberdayaan ekonomi masyarakat;

7. Peningkatan usaha secara berkelanjutan.”

Ketujuh prinsip itu dirinci ke dalam 27 kriteria dan 117 indikator yang

lengkapnya dapat dilihat pada Permentan No 19/2011. Tahap pertama dari

pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha

Perkebunan sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional

93 Dharmawan, A. H, 2019, “Kesiapan Petani Kelapa Sawit Swadaya Dalam Implementasi Ispo:

Persoalan Lingkungan Hidup, Legalitas Dan Keberlanjutan”. Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Hal 305

63

Page 80: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi

kaedah International Standard Organization (ISO).94

Dengan adanya ketepan ISPO, bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan

pentingnya memproduksi kelapa sawit berkelanjutan serta meningkatkan daya saing

minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional. Karena ISPO didasarkan

kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, maka ketentuan ini

merupakan mandatory yang harus dilaksanakan bagi pelaku usaha kelapa sawit di

Indonesia. Perusahaan perkebunan sawit yang dapat mengajukan permohonan

sertifkasi ISPO harus memenuhi beberapa persyaratan. Misalnya, sudah mendapat

penilaian sebagai kebun kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Penilaian ini sesuai dengan

Permentan No.7 Tahun 2009 tentang pedoman Usaha Perkebunan.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) intinya menerapkan seluruh paket

ketentuan terkait yang berlaku di Indonesia, untuk dipatuhi penerapannya dalam

pengembangan kelapa sawit. Oleh sebab itu kepatuhan penerapannya bersifat

mandatory, artinya wajib, sehingga akan dilakukan penindakan bagi yang

melanggar. Penerapan ISPO ini cukup strategis, dalam arti memberikan kejelasan

dan ketegasan Prinsip dan Kriteria yang harus dianut pada pelaksanaan

pengembangan kelapa sawit di Indonesia, sekaligus menjadi landasan untuk

penegakan hukum bagi yang tidak mentaatinya.95

94 Dharmawan, A. H, 2019,“Kesiapan Petani Kelapa Sawit Swadaya Dalam Implementasi Ispo:

Persoalan Lingkungan Hidup, Legalitas Dan Keberlanjutan”. Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Hal 305.

95 Sulistyanto, A. I., & Akyuwen, R, 2010,“Dinamika Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia”, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah MadaYogyakarta

64

Page 81: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Sebagai sebuah negara salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di

dunia, sudah sepatutnya Indonesia memiliki peraturan perundangan undangan dan

kebijakan mengenai kelapa sawit. Tentu saja kebijakan yang harus ada adalah

kebijakan yang hanya fokus pada satu sektor perkebunan saja, seperti contohnya

hanya berpusat pada sektor kelapa sawit saja. Didasari pada tuntutan yang harus

membuat pihak pemerintahan dan stakeholder kelapa sawit untuk lebih peduli dan

memprioritaskan perkebunan kelapa sawit untuk diterbitkan suatu bentuk prinsip

dan kriteria maupun kebijakan kelapa sawit secara lestari atau secara ramah

lingkungan.96

Untuk memenuhi tuntutan pembangunan berkelanjutan global, Kementrian

Pertanian menyiapkan Sistem Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Berkelanjutan yang disebut Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan

“guidance” pembangunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia yang didasarkan

pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Sehingga ketentuan ini

bersifat mandatory atau kewajiban yang harus dilaksanakan bagi pelaku usaha

perkebunan di Indonesia. Dengan demikian, ISPO adalah bukti kepatuhan pelaku

usaha perkebunan untuk melakukan usaha sesuai dengan ketentuan perundangan

yang berlaku di Indonesia. Di samping itu juga sebagai komitmen pelaku usaha

perkebunan untuk menerapkan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan.97

96 Indonesian Oil Palm Research Institute, 2006, “ Tinjauan Ekonomi Kelapa Sawit”, Medan.

97 Direktorat jenderal Perkebunan (Kementerian Pertanian), Diakses pada 12 April 2020 melalui http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-news/204-wamentan-pimpin-pertemuan-persiapan-uji-lapang-konsep-sertifikasi-ispo.html.

65

Page 82: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

B. Diplomasi Sawit Indonesia dalam Upaya Memperkenalkan ISPO Periode

2016-2018

Melalui ISPO Indonesia merupakan negara terdepan yang memiliki kebijakan

mandatory dan implementasi tata kelola kelapa sawit berkelanjutan. Dimulai Pada

tahun 2011, Pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan platform keberlanjutan

nasional yang berstandar global yaitu Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Sejak itu, sertifikasi ISPO wajib dimiliki oleh pabrik, perkebunan, dan pemasok

kelapa sawit nasional. ISPO adalah bukti komitmen Indonesia untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan.

Oleh karena itu, ISPO sebagai suatu kebijakan tatakelola sawit berkelanjutan

nasional perlu diperkenalkan serta dipromosikan Pemerintah ke lingkup global.

Kebijakan ISPO tersebut juga perlu dijadikan sebagai bagian dari diplomasi

perdagangan minyak sawit Indonesia secara internasional. Dengan adanya ISPO

berarti merupakan langkah yang baik Pemerintah Indonesia demi meyakinkan

masyarakat global bahwa minyak sawit Indonesia dihasilkan dengan

mengimplementasikan prinsip-prinsip tatakelola kebun sawit yang berkelanjutan.

Indonesia melalui ISPO memainkan peran penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan menunjukkan komitmen demi tercapainya

pembangunan berkelanjutan melalui kebijakan tersebut. Pengaruh kelapa sawit di

Indonesia sulit tergantikan, karena inilah Pemerintah Indonesia melakukan berbagai

upaya memperkenalkan ISPO demi mendorong dan memperkuat industri kelapa

sawit nasional. serta dalam upaya tersebut, mengedepankan usaha-usaha diplomasi

66

Page 83: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

untuk mendorong industri kelapa sawit nasional, membuka peluang pasar baru bagi

produk kelapa sawit, melakukan counter atas tantangan yang dihadapi kelapa sawit

dan memperkenalkan, sekaligus mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan

Indonesia di tingkat internasional.

ISPO adalah alat diplomasi Indonesia dibidang ekonomi khususnya pada tata

kelola kelapa sawit beserta industri turunanya. Mengupayakan agar lebih

dikenalnya ISPO sangat penting dilakukan, selain agar tantangan mengenai kelapa

sawit bisa di hadapi, hal tersebut juga dilakukan agar tidak adanya kendala bagi

pengembangan kelapa sawit Indonesia di masa depan.

Diplomasi sawit Indonesia dalam hal ini diperlukan untuk memperkenalkan

minyak sawit Indonesia yang sudah lengkap dengan ISPO. Diplomasi sawit yang

dilakukan dibeberapa negara tersebut diharapkan bisa menjadi upaya efektif

Pemerintah Indonesia demi komitmen kelapa sawit yang berkelanjutan dan demi

menghasilkan citra kelapa sawit positif di lingkup global. Adapun upaya – upaya

diplomasi sawit yang dilakukan oleh Indonesia dalam mengenalkan ISPO pada

periode tahun 2016 – 2018 ialah sebagai berikut :

1. Joint Study ISPO-RSPO

Pada tulisan ini, upaya diplomasi sawit Indonesia yang pertama dalam

memperkenalkan ISPO pada periode 2016- 2018, adalah dengan melakukan Joint

Study atau studi bersama dengan Roundatable Sustainable Palm Oil (RSPO).

Meskipun pada awalnya aturan yang diberlakukan oleh RSPO memunculkan

banyak perdebatan terutama bagi kalangan industri kelapa sawit dalam negeri.

67

Page 84: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Namun hampir di seluruh negara dunia terutama Uni Eropa masih pro terhadap

RSPO, dan menggunakan sertifikasi RSPO sebagai standar kelapa sawit

berkelanjutan mereka. Hal itu tentunya membuat Pemerintah Indonesia berupaya

menggandeng RSPO demi mempromosikan ISPO serta melakukan harmonisasi

standar kelapa sawit berkelanjutan.

Joint Study atau studi bersama ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat

bagaimana sebenarnya sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan yang diterima oleh

negara- negara global terutama Uni Eropa.98

Studi bersama ini dilaksanakan di

Jakarta, pada 17 Februari 2016. Studi bersama ini dilakukan dengan tujuan

mencari persamaan dan perbedaan antara sertifikasi Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Studi

bersama tersebut ini merupakan wujud pencapaian nyata dari kerjasama yang

efektif antara standar sawit berkelanjutan Indonesia dan dunia.99

Studi bersama tentang Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO

dan RSPO ini diprakarsai oleh RSPO dan ISPO, dan didukung oleh pemerintah

melalui Kementerian Pertanian dan PT. Mutu Agung Lestari, sebagai lembaga

sertifikasi independen yang memiliki kompentensi dalam melakukan audit untuk

RSPO dan ISPO, ditunjuk sebagai pelaksana studi. Selain itu studi bersama ini

98 Kementrian luar Negeri Republik Indonesia, 2019, “Video Resmi Perlkenalan ISPO : A Story

of Indonesian Palm Oil: Economic Welfare and Environmental Sustainability”, Diakses pada 20 April 2020 melalui https://www.youtube.com/watch?v=WeDkSkiuG80&t=76s

99 Roundatale Susatinable Palm Oil (RSPO), 2016, “ Studi Bersama ISPO-RSPO Sebuah Pencapaian Penting dalam Kerjasama Mewujudkan Minyak Sawit Berkelanjutan di Indonesia”, Diakses pada 20 April 2020 melalui https://rspo.org/news-and-events/news/studi-bersama-isporspo-sebuah-pencapaian-penting-dalam-kerjasama-mewujudkan-minyak-sawit-berkelanjutan-di-indonesia .

68

Page 85: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

juga difasilitasi oleh United Nations Development Programme (UNDP), studi ini

merupakan pencapaian nyata atas kerjasama antara kedua sistem standarisasi

berkelanjutan dan menjadi salah satu langkah penting dalam upaya mencapai

efisiensi proses sertifikasi sektor minyak sawit di Indonesia.100

Dalam pidatonya di acara peluncuran studi bersama, Herdradjat

Natawidjaja, Kepala Sekretariat ISPO mengatakan bahwa : 101

“ Studi ini menandai titik balik dalam upaya mengajak masyarakat

internasional untuk mendukung, dan bekerjasama dengan hukum dan peraturan Indonesia yang berkaitan dengan sektor minyak sawit. Pemerintah akan terus

berupaya untuk memperkuat standar sertifikasi ISPO dan meningkatkan akses pasar bagi industri sawit Indonesia”.

Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa ISPO dan RSPO

memiliki kesamaan tujuan yaitu untuk menekan berkurangnya tutupan hutan,

mengurangi emisi gas rumah kaca dari perubahan fungsi lahan serta kepatuhan

terhadap persyaratan hukum. Namun, studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan dari unsur yang terkandung dalam persyaratan kedua standar tersebut.

Perbedaan yang mendasar menyangkut kawasan lindung dan konsep Nilai

Konservasi Tinggi, prosedur pemindahan hak lahan perkebunan sawit

100 Roundatale Susatinable Palm Oil (RSPO), 2016, “Studi Bersama ISPO-RSPO Sebuah

Pencapaian Penting dalam Kerjasama Mewujudkan Minyak Sawit Berkelanjutan di Indonesia”, Diakses pada 20 April 2020 melalui https://rspo.org/news-and-events/news/studi-bersama-isporspo-sebuah-pencapaian-penting-dalam-kerjasama-mewujudkan-minyak-sawit-berkelanjutan-di-indonesia .

101 Roundatale Susatinable Palm Oil (RSPO), 2016, “Studi Bersama ISPO-RSPO Sebuah Pencapaian

Penting dalam Kerjasama Mewujudkan Minyak Sawit Berkelanjutan di Indonesia”, Diakses pada 20 April 2020

melalui https://rspo.org/news-and-events/news/studi-bersama-isporspo-sebuah-pencapaian-penting-dalam-

kerjasama-mewujudkan-minyak-sawit-berkelanjutan-di-indonesia

69

Page 86: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

berdasarkan ketentuan perundangan di Indonesia dan pelaksanaan Free Prior

Informed Consent (FPIC) dalam RSPO, serta prosedur untuk penanaman baru.102

Salah satu rekomendasi utama yang dihasilkan oleh studi ini adalah untuk

memanfaatkan sebanyak mungkin persamaan dari kedua sistem sertifikasi sebagai

dasar untuk melakukan joint audit sertifikasi ISPO dan RSPO dapat menjadi lebih

efisien. Dalam rekomendasi tersebut juga disampaikan bahwa joint audit tersebut

harus dilakukan oleh auditor yang memahami kedua sistem ISPO dan RSPO. Hasil

temuan studi bersama ini menunjukkan bagaimana ISPO dan RSPO dapat saling

melengkapi dan dengan bersama dapat menawarkan solusi yang lebih besar untuk

para pemangku kepentingan dari apa yang dapat dicapai oleh masing-masing.

Secara spesifik, tujuan studi bersama antara RSPO dan ISPO ini adalah untuk :103

A. Mengkaji persamaan dan perbedaan elemen yang terkandung di dalam

persyaratan dan sistem sertifikasi ISPO dengan RSPO.

B. Dicapainya efisiensi waktu kegiatan pelaksanaan audit dan sertifikasi

melalui kemungkinan dilakukannya combined audit ISPO dan RSPO.

C. Menyusun rekomendasi kerjasama ke depan antara sistem sertifikasi

ISPO dan RSPO.

102 Roundatale Susatinable Palm Oil (RSPO), 2016, “Studi Bersama ISPO-RSPO Sebuah Pencapaian Penting dalam Kerjasama Mewujudkan Minyak Sawit Berkelanjutan di Indonesia”, Diakses pada 20 April 2020 melalui https://rspo.org/news-and-events/news/studi-bersama-isporspo-sebuah-pencapaian-penting-dalam-kerjasama-mewujudkan-minyak-sawit-berkelanjutan-di-indonesia .

103 Ringkasan Eksekutif : “Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan

RSPO”, Diakses pada 20 April 2020, melalui https://docplayer.info/31198120-Ringkasan-eksekutif-studi-bersama-persamaan-dan-perbedaan-sistem-sertifikasi-ispo-dan-rspo.html

70

Page 87: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Dengan adanya studi bersama ini, tentunya merupakan sebuah langkah

awal yang penting untuk meningkatkan kerjasama yang diperlukan untuk

memastikan bahwa berkelanjutan sawit di Indonesia yaitu ISPO dapat di kenal,

serta hal ini merupakan contoh yang baik dalam merespon tuntutan global dalam

tata kelola kelapa sawit berkelanjutan. Pembentukan ISPO berawal dari niat baik

pemerintah untuk melindungi petani kecil dari dampak perdagangan global.

Studi ini juga merupakan langkah pemerintah melalui Kementerian Pertanian

untuk mengenalkan ISPO serta mendapatkan pengakuan dari lembaga sertifikasi

mainstream seperti RSPO.

2. Joint Communique Indonesia dan Malaysia dalam Memprakarsai

Terbentuknya Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC)

Selanjutnya dalam upaya diplomasi sawit Pemerintah Indonesia

memperkenalkan kebijakan Standar kelapa sawit berkelanjutan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) pada periode 2016- 2018, upaya yang selanjutnya

dilakukan Indonesia adalah bersama dengan Malaysia memprakarsai

terbentuknya sebuah wadah bagi negara- negara penghasil minyak kelapa sawit,

yaitu Council Palm Oil Producing Industries Countries (CPOPC). Terbentuknya

CPOPC juga merupakan kelanjutan kerjasama Indonesia- Malaysia terdahulu

yaitu Indonesian Malaysian Palm Oil Group atau IMPOG.

Awal pembentukannya IMPOG disepakati merupakan salah satu wujud

upaya diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia dibidang kelapa

sawit dengan tujuan melindungi komoditas kelapa sawit beserta turunannya.

Selain itu, salah satu tujuan kedua negara membentuk wadah ini adalah adanya

71

Page 88: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

rencana ingin membentuk sertifikasi kelapa sawit yang tentunya lebih berpihak

kepada kedua negara. Bagi Indonesia kesepakatan IMPOG tersebut merupakan

wujud dan cikal bakal dari dibentuknya kebijakan Indonesian Sustainale Palm

Oil (ISPO), sedangkan bagi Malaysia ini merupakan wujud cikal bakal dari

kebijakan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO).

Gambar III.1. Produksi Minyak Sawit Indonesia dan

Malaysia terhadap Produksi Minyak Sawit Dunia Periode

1965- 2016 (%)

Sumber : Direktorat Jendral perkebunan

Pada diagram di atas terlihat bahwa kontribusi produksi minyak sawit

Indonesia terus meningkat, dari 14% tahun 1965 menjadi 15% tahun 1980 dan

54% pada tahun 2016. Meskipun produksi minyak sawit Indonesia, terus

mengalahkan kontribusi produksi minyak sawit Malaysia, yaitu sebesar 15%

pada tahun 1965, meningkat menjadi 55% tahun 1980, namun berkurang

menjadi hanya 32% pada tahun 2016.104

Namun, kontribusi produksi minyak sawit kedua negara terhadap

penyediaan minyak nabati dunia, yang terus meningkat, dan hal tersebut

104 Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017. “Peran Pemerintah dalam Pengembangan Budidaya

Kelapa Sawit dengan Skala Industri”.

72

Page 89: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

menjadikan Indonesia dan Malaysia sebagai sasaran kampanye negatif sehingga

mendapatkan beberapa kendala.

Indonesia dan Malaysia dalam perjalanannya mempunyai kendala-kendala

dalam mengembangkan komoditas serta membuka pasar minyak kelapa sawit

yang lebih luas. Selama ini pasar produk utama kelapa sawit yaitu CPO di dunia

lebih banyak ditentukan oleh para importir. Para impotir dalam hal ini bukan

saja mematok harga, tetapi juga mengatur soal kualitas, tata cara budidaya

kelapa sawit, dan sebagainya. Hal tersebut dirasakan tidak adil oleh negara-

negara produsen minyak kelapa sawit. Dengan kondisi yang tidak

menguntungkan terebut maka perlu adanya langkah-langkah nyata untuk

menjadikan negara-negara produsen minyak kelapa sawit memiliki daya saing

dan daya kuat di pasar minyak nabati internasional.105

Bedasarkan latar belakang tersebut Indonesia dan Malaysia

menandatangani piagam pendirian Dewan Negara-negara Penghasil Minyak

Sawit The Council of Palm Oil Producing Countires (CPOPC).106

CPOPC dibentuk oleh dua negara penggagas, yaitu Indonesia- Malaysia

dengan tujuan mengendalikan harga minyak kelapa sawit global serta menangkal

pandangan negatif terhadap kelapa sawit dan turunannya. Lewat Dewan ini, daya

105

Fachri Hadyn, 2017, “Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Meprakarsai Berdirinya Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015”, Skripsi, Ilmu Hubungan Intersional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN JAKARTA), Hal 42.

106 Suherno Gunawan, 2018, “Motivasi Indonesia Bekerjasama Dengan Malaysia Dalam

Membentuk The Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015”, Jom Fisip Vol. 5: Edisi Ii Juli – Desember 2018.

73

Page 90: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

saing dan harga CPO Indonesia-Malaysia di pasar internasional diharapkan akan

lebih baik. Dengan demikian, diharapkan kondisi perekonomian di bidang

perkebunan akan semakin maju dan meningkat, dan tidak hanya itu nasib dan

kesejahteraan petani pun akan semakin terjamin.

Indonesia dan Malaysia menandatangani piagam pendirian Dewan Negara-

negara Penghasil Minyak Sawit The Council of Palm Oil Producing Countires

(CPOPC) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 November 2015. Penandatanganan

tersebut dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya

Republik Indonesia Rizal Ramli dan Yang Mulia Datuk Amar Douglas Uggah

Embas, Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia.107

Acara penandatanganan ini disaksikan Presiden Republik Indonesia Joko

Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia Dato' Sri Mohd bin Tun

Abdul Razak. CPOPC didirikan dengan tujuan mendorong, mengembangkan

dan meningkatkan kerja sama industri minyak sawit di antara negara-negara

anggotanya. Hal ini akan semakin memastikan kalau industri minyak sawit

berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi dan kesejahteraan seluruh

masyarakat.

Demi menempatkan posisi serta memperkuat pengesahan tersebut.

Pemerintah Indonesia memperkuat kebijakan tersebut melalui Peraturan

Presiden (PERPRES) No. 42 tahun 2016 tentang Pengesahan Charter Of The

107

Suherno Gunawan, 2018, Motivasi Indonesia Bekerjasama Dengan Malaysia Dalam Membentuk The Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015.JOM Fisip Vol. 5: Edisi Ii Juli – Desember.

74

Page 91: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Establishment Of The Council Of Palm Oil Producing Countries/Cpopc (Piagam

Pembentukan Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit), yang

dikeluarkan pada 04 Mei 2016.108

Tujuan dari CPOPC antara lain mendorong komunikasi di dalam

pengembangan industri minyak sawit di antara para pemangku kepentingan di

negara-negara pembudidaya kelapa sawit, meningkatkan kesejahteraan petani

kelapa sawit skala kecil, membangun dan membentuk sebuah kerangka prinsip-

prinsip industri minyak sawit yang berkelanjutan di lingkup global.109

Sebagaimana tujuan dari pendirian CPOPC adalah menujukkan komitmen

berkelanjutan di tata kelola kelapa sawit, kedua negara sepakat mempromosikan

serta mengenalkan standarisasi sawit yang dianggap lebih baik daripada standar

yang ada sebelumnya. Pada pertemuan ini Indonesia secara tegas memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai standarisasi sawit berkelanjutan

mereka, sedangkan Malaysia memperkenalkan standarisasi pengelolaan kelapa

sawit mereka yaitu Malaysia Sustainable Palm Oil

(MSPO).110

108

Peraturan Presiden (PERPRES) No. 42 Tahun 2016, Tentang Pengesahan Charter Of The Establishment Of The Council Of Palm Oil Producing Countries/Cpopc (Piagam Pembentukan Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit), Diakses pada 27 Maret 2020, melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40361/perpres-no-42-tahun-2016 .

109 Suherno Gunawan, 2018, “Motivasi Indonesia Bekerjasama Dengan Malaysia Dalam

Membentuk The Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015”, Jom Fisip Vol. 5: Edisi Ii Juli – Desember 2018.

110 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 24.

75

Page 92: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Di CPOPC mereka menekankan bahwa dibandingkan dengan minyak

nabati, minyak sawit adalah yang paling berkelanjutan dan tanpa minyak sawit,

konservasi lahan di masa depan akan jauh lebih besar, terutama semakin

tingginya permintaan global saat ini untuk penggunaan minyak nabati. Selain

itu, minyak nabati lainnya akan membutuhkan lebih banyak konservasi lahan.

Dengan adanya wadah ini mereka berharap agar masalah dengan Uni Eropa

yang selama ini banyak terjadi mengenai minyak kelapa sawit lebih mudah di

seleseikan kedepannya, Indonesia dengan anggota CPOPC akan bekerja bersama

memastikan minyak kelapa sawit berkelanjutan, yakni dengan memastikan

berjalannya ISPO dan MSPO.111

Bagi Indonesia sendiri CPOPC adalah sebagai sarana menghadirkan

serta memperkenalkan ISPO, dengan dibentuknya CPOPC Indonesia akan

melakukan harmonisasi standar minyak sawit berkelanjutan. Indonesia

membentuk standar kelapa sawit yakni ISPO. Standar ISPO dianggap sudah

mengadopsi prinsip E+Pop atau yang lebih dikenal dengan Familiar Ecologiy

Welfare Palm Oil Producing Country. Standar yang ada didalam ISPO dianggap

standar yang pro lingkungan hidup, sustainbility dan memihak kepada petani

kecil baik di Indonesia maupun di negara produsen sawit lainnya.112

111 Bustanul Arifin, Komang Audina Permana Putri, 2019, “Indonesian Government Strategies On Obtaining Crude Palm Oil (CPO) Market Access To European Union Countries Over The EU Parliament Resolution On Palm Oil And Deforestation Of Rainforest “,Andalas Journal of International

Studies Vol VIII No 2 Nov 2019, Hal 214.

112 Fachri Hadyn, 2017, “ Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Meprakarsai Berdirinya

Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015”, Skripsi, Ilmu Hubungan Intersional,

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN JAKARTA), Hal 52.

76

Page 93: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Dengan diperkenalkannya ISPO melalui CPOPC diharapkan dapat

bersaing dengan standar yang diterapkan oleh Uni Eropa yang selama ini

menjadi hegemoni di pasar kelapa sawit mereka yaitu RSPO. Standar baru ISPO

nantinya akan diusahakan bisa menjadi standar baru yang berlaku pada industri

minyak kelapa sawit global. Karena selama ini RSPO dinilai menyulitkan

banyak petani terutama di dalam negeri, banyak kriteria di dalamnya yang

dinilai kurang pro petani kecil.113

Oleh karenanya, CPOPC merupakan wadah bagi Pemerintah Indonesia dan

Malaysia untuk memperkenalkan standar dan kebijakan kelapa sawit berkelanjutan

baru yang lebih berpihak kepada para petani kecil serta menerapkan standar yang

dianggap lebih baik dan bisa menyaingi standar- standar yang ada sebelumnya yang

di anggap terlalu dominan serta tidak memihak bagi pelaku industri kelapa sawit di

dalam negeri kedua negara tersebut.

Selain itu sebagai produsen sawit tentunya Indonesia diuntungkan

dengan adanya CPOPC, selain mempermudah Indonesia dalam mengenalkan

ISPO, dan mempermudah Malaysia mengenalkan MSPO ke negara- negara

produsen, CPOPC juga dibentuk menangkal segala kondisi yang tidak

menguntungkan bagi industri kelapa sawit kedua negara tersebut.

3. Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IEU- CEPA)

113

Fachri Hadyn, 2017, “ Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Meprakarsai Berdirinya Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015”, Skripsi, Ilmu Hubungan Intersional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN JAKARTA), Hal 52.

77

Page 94: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Industri sawit nasional memiliki potensi berperan sebagai aktor untuk

mewujudkan pencapaian Sustainable Developement Goals (SDGs) baik pada

level daerah, nasional hingga global. Peran tersebut dapat tercapai jika

implementasi ISPO on the right track dilakukan oleh para pelaku industri sawit.

Hal ini dikarenakan adanya kesamaan antara ISPO dan SDGs dimana kedua

platform ini menggunakan tiga prinsip utama yakni keberlanjutan lingkungan,

keberlanjutan sosial dan keberlanjutan ekonomi. Selain itu, mengintegrasikan

ISPO ke dalam SDGs juga menjadi salah satu strategi dalam rangka membawa

ISPO ke level dunia sekaligus meningkatkan keberterimaan minyak sawit

dipasar dunia.114

Adanya CPOPC merupakan langkah yang baik bagi Indonesia. Indonesia

diuntungkan dalam memperkenalkan ISPO ke negara-negara produsen. CPOPC

memang dibentuk untuk menangkal segala kondisi yang kurang menguntungkan

bagi industri kelapa sawit. Namun, upaya melalui CPOPC juga belum cukup

efektif dalam memperkenalkan ISPO sebagai sertifikasi keberlanjutan minyak

sawit Indonesia. Terkonfirmasi dari masih banyaknya black campaign menyerang

sawit dengan isu lingkungan, sosial dan ekonomi. Artinya tujuan implementasi

kebijakan ISPO adalah sebagai counter isu tersebut. Belum efektifnya Indonesia

dalam memperkenalkan ISPO di negara tujuan ekspor maupun pasar dunia, dapat

dilihat juga dari rendahnya tingkat keberterimaan pasar global. 115

114 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung

115 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung

78

Page 95: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Dalam hal ini, upaya selanjutnya yang dilakukan Pemerintah Indonesia

demi memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) adalah melalui

Indonesia European Union Comperhensive Economic Partnership Agreement

(IEU- CEPA). Uni Eropa merupakan pasar ekspor kelapa sawit Indonesia terbesar

kedua setelah India (lihat gambar 3.2). Selain itu langkah upaya ini dilakukan

untuk menjawab keputusan politik Parlemen Uni Eropa. Bagi Indonesia sendiri,

UE merupakan mitra strategis untuk mendapatkan pangsa pasar minyak sawit

yang tinggi.

Seiring dengan hal tersebut, Indonesia juga menghadapi tekanan yang sangat

besar, khususnya dari UE. Berbagai kebijakan dilakukan untuk menahan laju ekspor

kelapa sawit menuju ke kawasan UE. Eropa menilai hutan yang digunakan untuk

pengembangan kelapa sawit menggunakan lahan pertanian dan hutan yang subur.

Hutan dan lahan tropis tersebut dieksploitasi untuk ekspansi lahan sawit yang hanya

demi kepentingan ekonomi Indonesia tanpa mempertimbangan kelangsungan hidup

ekosistem dan keanekaragaman hayati. Hal inilah yang menurut UE sebagai tindakan

deforestasi yang disebabkan oleh perkebunan kelapa

sawit.116

Sejalan dengan hal tersebut upaya penguuatan dan pengenalan ISPO melaui

IEU- CEPA sagat perlu. Upaya ini juga dilakukan agar ISPO lebih dikenal, karena

116 Denada L Gaol, 2018, “Faktor Penghambat Diplomasi CPO Indonesia Di Pasar Eropa”, Hal 2,

Diakses pada 20 April 2020 melalui https://www.researchgate.net/publication/332362480.

79

Page 96: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

ISPO kurang dikenal dikawasan Uni Eropa (UE). Duta Besar UE untuk Indonesia,

Vincent Guerend mengatakan ;

“Sertifikat ISPO belum cukup diakui untuk ekspor minyak kelapa sawit ke

Eropa. Sebagai importir terbesar kedua minyak sawit Indonesia setelah India, UE

mendorong negara produsen untuk memberlakukan standar yang kredibel, kuat,

dan dihargai oleh konsumen. Standar ISPO belum dianggap standar umum dunia

dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) memang lebih diakui dikawasan

UE serta diakui secara global.”117

IEU- CEPA merupakan perjanjian kemitraan dagang antara Indonesia dan

Uni Eropa. Perjanjian ini diresmikan pada tahun 2016, dengan salah satu yang

menjadi isi perjanjian adalah pengembangan dan keberlanjutan perdagangan terkait

minyak kelapa sawit. CEPA memiliki prinsip umum yakni kerja sama yang

komprehensif, saling menguntungkan dan saling menghormati. Sejak disepakati

perjanjian CEPA, segala hambatan atau permasalahan perdagangan yang dihadapi

oleh UE dan Indonesia akan dibahas secara bersama – sama, mengingat UE

merupakan mitra terbesar keempat untuk ekspor komoditas pertanian, sedangkan

Indonesia menjadi mitra dagang terbesar kelima bagi UE.118

Diskusi IEU-CEPA diadakan pada 11-15 September 2017 di Brussels, diskusi

ini merupakan diskusi ketiga yang dilakukan setelah diskusi sebelumnya hanya

berfokus kepada permasalahan ekonomi yang mainstream dan belum terlalu fokus

117 REPUBLIKA.CO.ID, 2018, “Sertifikat ISPO Belum Cukup untuk Ekspor Sawit ke Eropa”,

Diakes pada 11 Mei 2020 melalui https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/12/05/pj8o6f368-sertifikat-ispo-belum-cukup-untuk-ekspor-sawit-ke-eropa.

118 Bustanul Arifin1, Komang Audina Permana Putri, 2019, “Indonesian Government Strategies On

Obtaining Crude Palm Oil (CPO) Market Access To European Union Countries Over The EU Parliament

Resolution On Palm Oil And Deforestation Of Rainforest”, Andalas Journal of International Studies| Vol VIII No 2

Nov 2019, Hal 217.

80

Page 97: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

pada kelapa sawit dan komoditas turunannya. Diksusi ketiga ini bagi Indonesia

sangat penting, karna merupakan upaya dan negosiasi Indonesia dalam

memperkenalkan ISPO, selain itu masalah minyak kelapa sawit lainnya juga

menjadi pokok bahasan utama dalam diskusi tersebut. Point yang dibahas ialah

mengenai kemajuan Indonesia dalam mengejar sertifikat ISPO. Adapun tiga poin

utama yang menjadi isi negoisasi IEU – CEPA ini antara lain,119

1. Harmonisasi standar minyak sawit yang ditetapkan UE kedalam sertifikat

ISPO sebagai standar minyak sawit yang berkelanjutan.

2. Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan minyak sawit yang

berkelanjutan, dengan adanya standard dan pengembangan minyak sawit

yang berkelanjutan ini diharapkan dapat membuka pasar yang lebih besar di

UE.

3. Pemerintah Indonesia meminta kepada UE untuk bersikap konsisten dalam

memperlakukan minyak sawit Indonesia.

Untuk itu, dalam kesempatan ini, pemerintah meminta kepada UE untuk saling

bertukar informasi mengenai standar yang ditetapkan UE terhadap minyak sawit,

sehingga Indonesia dapat memenuhi standar tersebut dengan penerapan sertifikat

ISPO. Indonesia juga berkomitmen dengan perdagangan yang seharusnya tidak

membahayakan lingkungan (pilar pertama) dan telah dikembangluaskan agar

119 Bustanul Arifin1, Komang Audina Permana Putri, 2019, “Indonesian Government Strategies On

Obtaining Crude Palm Oil (CPO) Market Access To European Union Countries Over The EU Parliament

Resolution On Palm Oil And Deforestation Of Rainforest”, Andalas Journal of International Studies| Vol VIII No 2

Nov 2019, Hal 217.

81

Page 98: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

mencakup kepedulian sosial (pilar kedua), dan yang pada akhirnya menetapkan

pentingnya pertumbuhanan ekonomi (pilar ketiga) sebagai dasar untuk mencapai

sasaran sosial dan lingkungan.

Dalam upaya pengenalan ISPO ke lingkup global, IEU- CEPA merupakan

salah satu langkah strategi yang baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia,

untuk mendiskusikan masalah kebelanjutan di bidang kelapa sawit. Di dalam IEU-

CEPA Pemerintah Indonesia secara resmi fokus mendiskusikan sekaligus

memperkenalkan ISPO serta membahas mengenai komitmen kerjasama ekonomi

antara Indonesia dan UE. Sepanjang diskusi ada banyak hal yang dibahas serta

dinegosiasikan seperti perjanjian, praktik-praktik diplomatik yang terkait dengan

masalah minyak sawit berkelanjutan.

4. Indonesia–India dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan

India Palm Oil Sustainbility Framework (IPOS) Commitment

Mengingat strategisnya posisi industri sawit dalam menopang ekonomi

Indonesia, maka upaya diploma si kelapasawit perlu menjadi fokus bagi Pemerintah

Indonesia di berbagai negara, terutama yang memiliki industri penopang utama

CPO sebagai bahan baku. Langkah membangun citra minyak sawit Indonesia

sebagai minyak nabati yang dihasilkan melalui proses berkelanjutan perlu dijadikan

target bagi Indonesia di berbagai negara, khususnya pada negara-negara tujuan

ekspor. Upaya serius Pemerintah Indonesia, sebagai produsen terbesar minyak sawit

dunia dalam melakukan diplomasi sawit sangat

82

Page 99: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

diperlukan, serta merupakan bagian penting demi mengamankan posisi sebagai

pemimpin pasar minyak sawit global.120

Maka dari itu upaya yang dilakukan Indonesia demi meperkenalkan

ISPO seharusnya lebih masif lagi. Dan upaya selanjutnya Pemerintah Indonesia

demi usaha diplomasi sawitnya dalam mengenalkan ISPO pada periode 2016-

2018, adalah melakukan Joint Commitment antara ISPO sebagai platfrom kelapa

sawit berkelanjutan Indonesia dengan kerangka kelapa sawit berkelanjutan India

yaitu India Palm Oil Sustainbility Framework (IPOS). Hal ini dilakukan karna

India merupakan pasar ekspor terbesar komoditas kelapa sawit Indonesia.

Tabel III.1 : Ekspor CPO Indonesia Berdasarkan Negara (dalam Miliar Dollar)

Tujuan Negara 2013 2014 2015 2016 2017

India 4,28 3,64 3,22 3,44 4,90

Uni Eropa 2,58 2,86 2,16 2,05 2,69

China 1,79 1,79 2,05 1,64 2,07

Pakistan 0,81 1,35 1,31 1,29 1,46

Bangladesh 0,50 0,80 0,67 0,58 0,62

Sumber : Indef Policy Brief, 2018 (diolah)

Berdasarkan tebel di atas, terhitung sejak tahun 2013 hingga tahun 2017, India

merupakan negara utama tujuan ekspor CPO Indonesia. Secara berturut- turut, ekspor

CPO ke India terus mengalami peningkatan mulai dari total nilai ekspor 4,28

120 Denada L Gaol, 2018, “Faktor Penghambat Diplomasi CPO Indonesia Di Pasar Eropa”, Hal 6,

Diakses pada 20 April 2020 melalui https://www.researchgate.net/publication/332362480.

83

Page 100: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Milliar USD pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan menjadi sebesar

4,90 Milliar USD pada tahun 2017.

Hal tersebut membuat ekspor CPO Indonesia ke India jauh meninggalkan

ekspor ke pasar negara lainnya seperti Uni Eropa, China, Pakistan dan

Bangladesh. Di karnakan besarnya nilai ekspor ke pasar India tersebutlah yang

membuat Indonesia melakukan Joint Commitment untuk memperkenalkan ISPO

dengan kerangka berkelanjutan kelapa sawit India, langkah ini adalah penegasan

bahwa kelapa sawit yang masuk ke pasar India merupakan kelapa sawit yang

dihasilkan dari prinsip berkelanjutan.

Indian Palm Oil Sustainbiity Framework (IPOS) merupakan kerangka

keberlanjutan kelapa sawit India. Kerangka ini berisi seperangkat kriteria

lingkungan dan sosial yang berlaku di India dengan tujuan untuk memproduksi

minyak sawit berkelanjutan. Kerangka kerja ini diluncurkan dan mulai

dikembangkan pada 13 September 2017 oleh Pemerintah India bersama Solvent

Extractors' Association of India (SEA), dan lembaga penelitian India Solidaridad

and Society for Promotion of Oil Palm Research and Development under the

Indian Institute of Oil Palm Research (IIOPR). Pemerintah India mengklaim

dalam meluncurkan IPOS mereka sudah melalui konsultasi dengan para

pemangku kepentingan utama kelapa sawit di seluruh India.121

121 BussinesWireIndia, 2017, “India's National Palm Oil Sustainability Framework (IPOS)

Launched”, diakses pada 20 April 2020 melalui https://www.businesswireindia.com/indias-national-palm-oil-sustainability-framework-ipos-launched-54950.html.

84

Page 101: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Kerangka kerja IPOS berisi prinsip-prinsip dan praktik standar yang layak

secara ekonomi, sesuai lingkungan, dan bermanfaat secara sosial serta

diselaraskan dengan perundang-undangan nasional dan peraturan yang berlaku di

dunia internasional. IPOS akan meningkatkan praktik keberlanjutan pemangku

kepentingan rantai pasokan dan juga membantu mereka dalam mencapai

kepatuhan terhadap peraturan nasional dan internasional yang berlaku serta kode

sukarela. IPOS juga bertujuanuntuk menciptakan harmonisasi untuk keberlanjutan

di sektor minyak kelapa sawit di negara-negara Asia lainnya.122

ISPO merupakan salah satu alat pemerintah membuktikan Indonesia sudah

mengelola sawit dengan memenuhi prinsip-prinsip kelestarian lingkungan,

transparansi, dan pelibatan para pihak serta lain-lain, maka dari itu pemerintah

Indonesia mengomunikasikan penguatan standar ini kepada negara-negara

pengimpor sawit, salah satunya India sebagai pengimpor terbesar kelapa sawit

Indonesia. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Solvent Extractors

Association (SEA) India, dan SolidaridadNetwork Asia Limited (SNAL)

menandatangani nota kesepahaman Memorandum of Understanding (MOU)

dalam pertemuan tingkat tinggi di kantor Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian di Jakarta pada Rabu 19 Desember 2018. 123

122 BussinesWireIndia, 2017,”India's National Palm Oil Sustainability Framework (IPOS) Launched”, diakses pada 20 April 2020 melalui https://www.businesswireindia.com/indias-national-palm-oil-sustainability-framework-ipos-launched-54950.html.

123 Sawit Indonesia, 2018, “Indonesia-India Sepakat Promosikan ISPO dan IPOS”, Diakses pada 29 April 2020 melalui https://sawitindonesia.com/indonesia-india-sepakat-promosikan-ispo-dan-ipos/.

85

Page 102: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Ada pun point hasil dari pertemuan ini antara lain:124

1. Minyak kelapa sawit berkelanjutan di pasar India melalui kampanye

tentang standarisasi ISPO dan IPOS.

2. Membentuk komite kerja bersama Indonesia – India untuk memfasilitasi

dan berkolaborasi dengan pemerintah kedua negara dalam rangka

pengayaan kerjasama terkait perdagangan.

3. Meningkatkan partisipasi petani mandiri dalam pelaksanaan praktik

pertanian kelapa sawit berkelanjutan (ISPO dan IPOS).

MoU ini menegaskan keberadaan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

dan India National Palm Oil Sustainability Framework (IPOS) sebagai kerangka

keberlanjutan dalam produksi dan perdagangan minyak sawit antara kedua negara.

Selain penandatanganan MoU, para delegasi juga mendiskusikan sejumlah isu

terkait masalah perdagangan Minyak Sawit Indonesia-India, sinergi Kerangka

Keberlanjutan ISPO dengan IPOS, serta pengembangan roadmap kerja sama ke

depannya.125

Kerja sama ini menunjukkan bahwa India sebagai pasar terbesar kelapa sawit

Indonesia menerima dan meyakini bahwa kelapa sawit yang berasal dari Indonesia

merupakan kelapa sawit yang berdasarkan prinsip berkelanjutan, selain itu, langkah

124 Sawit Indonesia, 2018,”Indonesia-India Sepakat Promosikan ISPO dan IPOS”, Diakses pada 29 April 2020 melalui https://sawitindonesia.com/indonesia-india-sepakat-promosikan-ispo-dan-ipos/.

125 CNN Indonesia, 2018, “Industri Sawit Indonesia dan India Bahas Kerja Sama Dagang”,https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180716134402-92-314495/industri-sawit-indonesia-dan-india-bahas-kerja-sama-dagang

86

Page 103: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

ini menunjukkan sikap Indonesia yang tidak bergantung pada Uni Eropa sebagai

pasar ekspor Kelapa Sawit.

India merupakan konsumen terbesar minyak kelapa sawit dunia. Dukungan

India dalam penerapan ISPO telah mengindikasikan bahwa adanya pengakuan

dari negara lain atas sertifikasi tata kelola perkebunan kelapa sawit yang

berkelanjutan. Kerja sama ini membawa keuntungan bagi perekonomian

Indonesia dengan terbukanya kerja sama ekonomi serta menciptakan kesadaran

dan manfaat dari industri Kelapa Sawit.

87

Page 104: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB IV

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERKENALKAN

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)

PERIODE 2016-2018

Pada Bab IV ini akan membahas tentang jawaban dari pertanyaan peneltian

“Mengapa Indonesia melakukan diplomasi dalam upaya memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016- 2018 ?”. Bab ini akan

menjelaskan kepentingan Indonesia melakukan diplomasi sawit tersebut. Upaya

diplomasi dalam memperkenalkan ISPO dilakukan karena adanya kepentingan

Indonesia dalam memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Diplomasi di bidang kelapa sawit yang dilakukan tersebut dianggap upaya efektif

Pemerintah Indonesia demi komitmen kelapa sawit yang berkelanjutan.

Adapun kepentingan diplomasi sawit yang dilakukan oleh Indonesia dalam

upaya mengenalkan ISPO pada periode tahun 2016 – 2018, ialah sebagai berikut,

88

Page 105: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

A. Kepentingan Nasional Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018

Tabel IV.1 Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait

Penentuan Kepentingan Nasional

Indonesia Kepentingan Diplomasi Dalam Upaya

Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm

Oil (ISPO) Periode 2016-2018

Basic Interest Intensity of Interest

Involved

Survival Vital Major Peripheral

Defence X

Economic X

World Order X

Ideological X

Sumber : Donald E. Nuechterlein

Berdasarkan tabel penentuan intensitas kepentingan nasional suatu

negara di atas, maka suatu negara dapat memilih faktor dan aspek mana yang

menjadi prioritas utama dalam kepentingan nasionalnya. Sehingga suatu negara

dapat memfokuskan diri terhadap aspek dan faktor yang paling penting, dan

dianggap sejalan dengan kepentingan nasionalnya.

Kepentingan diplomasi sawit Indonesia dalam upaya memperkenalkan

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018, penulis melihat bahwa

tujuan kepentingan nasional Indonesia dalam hal ini, adalah dengan tujuan

kepentingan nasional di bidang ekonomi (economic Interest) dan kepentingan

nasional di bidang tata kelola internasional (world order interest). Dengan

89

Page 106: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

intensitas kepentingan nasional major. Sedangakan untuk kepentingan nasional

bidang pertahanan (defence interest) dan ideologi (ideological interest) dengan

intensitas peripheral, atau tidak berhubungan sama sekali.

Kelapa sawit dalam hal ini dianggap major, karena merupakan salah satu

komponen penting bagi perokonomian Indonesia di sektor perkebunan. Kelapa

sawit, selain memberikan devisa negara, kelapa sawit juga berperan

mengentaskan kemiskinan, dan memberikan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat Indonesia. Maka dari itu, tentunya hal-hal baik terkait kelapa sawit

harus diperkenalkan seperti halnya ISPO yang merupakan komitmen Indonesia

terkait pengelolaan kelapa sawit yang baik serta berkelanjutan.

Selain itu, ISPO diharapkan dapat menjadi alat Indonesia dalam

mencapai kepentingan nasionalnya di bidang ekonomi khususnya yang terkait

mengenai kelapa sawit. Maka dari itu ISPO perlu didukung dan diperkenalkan

ke lebih banyak negara- negara demi keterimaan serta pengakuaan terhadap

kelapa sawit Indonesia yang lebih positif.

1. Kepentingan Nasional bidang Ekonomi (Economic Interest) :

Menjaga Pasar dan Komoditas Kelapa Sawit Indonesia

Berdasarkan Donald E Nuechterlein, penulis melihat kepentingan

nasional Indonesia dalam memperkenalkan ISPO, adalah dengan tujuan

kepentingan nasional di bidang ekonomi (economic Interest). Berdasarkan

tabel IV.1 tentang intensitas kepentingan nasional suatu negara, penulis

melihat intensitas kepentingan Indonesia termasuk kategori major, hal ini

90

Page 107: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

dikarenakan kelapa sawit merupakan salah satu komponen penting bagi

perekonomian Indonesia di sektor perkebunan. Kelapa sawit, selain

memberikan devisa negara, kelapa sawit juga berperan mengentaskan

kemiskinan, dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

Indonesia.

Minyak kelapa sawit juga menjadi komoditas penting bagi

perdagangan internasional, terutama Indonesia karena menjadi sumber

daya alternatif menggantikan beberapa varian produk yang tidak dapat

diperbaharui, seperti halnya produk ekstraksi dari binatang ataupun

tumbuhan yang sudah langka dan tidak ramah lingkungan. 126

Kelapa sawit Indonesia, meenurut data Badan Pusat Statistik (BPS),

kelapa sawit Indonesia menunjukkan trend positif setiap tahun. Pada tahun

2013-2015, peningkatan minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 5,67% hingga

7,70%. Pada tahun 2016, produksi mengalami peningkatan sekitar 5,32 % dari

tahun 2015, dan pada tahun 2017 peningkatan dari produksi sawit Indonesia

mencapai 9,46%. Selain itu, untuk volume ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia pada tahun 2013-2015 juga mengalami peningkatan sebesar 9,44%

hingga 16,06%. Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2016

sebesar 13,69% , namun, pada tahun 2017 ekspor Indonesia mengalami

peningkatan sebesar 19,45% dengan total 29,07 juta ton dengan

126 Iga Rolesa Putri, 2017, “KERJASAMA EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE

NEGARA VIETNAM PADA TAHUN 2012-2015”, JOM FISIP Volume 4. No. 2 (Oktober 2017), Hal 2.

91

Page 108: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

perkiraan nilai sebesar 20,72 milliar USD. Negara tujuan utama ekspor

kelapa sawit Indonesia adalah India, dan negara-negara Uni Eropa.127

Selain sebagai penyumbang devisi yang besar, sektor kelapa sawit

juga menyerap banyak tenaga kerja, diperkirakan setiap tahunnya sektor

kelapa sawit menyerap 6.000 tenaga kerja baru. Kelapa sawit juga

merupakan sumber penghasilan bagi sekitar 2,3 juta petani kecil, dan

sumber mata pencarian bagi 4,6 juta tenaga kerja yang terbagi di sektor

langsung kelapa sawit dan indutsri yang berkaitan, seperti industri

makanan dan produk kebutuhan sehari- hari. Luas lahan kelapa sawit di

Indonesia mencapai 14,03 juta hektar dan 41 % diantaranya adalah milik

smallholders atau petani kecil yang berbasis kerakyatan.128

Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan

pendapatan, konsumen di pasar dunia khususnya negara maju di kawasan

Eropa, Amerika, dan sebagian Asia, memiliki berbagai macam atribut

produk yang mempengaruhi preferensinya untuk mengkonsumsi suatu

produk, khususnya produk pertanian atau agribisnis. Dahulu hanya atribut

harga dan kualitas, keamanan pangan yang mempengaruhi keputusan

127

Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 8.

128 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 9.

92

Page 109: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

konsumen. Namun, referensi konsumen untuk konsumsi produk saat ini

juga dipengaruhi atribut lainnya seperti atribut lingkungan dan atribut

kemanusian.129

Artinya, konsumen akan membeli produk yang tidak hanya mampu

memenuhi keinginannya, namun di sepanjang supply chain (produksi

hingga sampai ditangan konsumen), produk yang dibeli oleh konsumen

tersebut tidak merugikan masyarakat secara sosial maupun ekonomi dan

tetap menjaga lingkungan atau tidak merusak lingkungan. 130

Dalam hal ini, sebagaimana sudah dijelaskan di atas Indonesia

merupakan negara penghasil serta pengekspor kelapa sawit terbesar di

pasar global. Untuk mempertahankan kedudukan tersebut, maka

pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan serta melakukan diplomasi

sawit dan berbagai langkah untuk menghadapi tantangan minyak kelapa

sawit, salah satunya dengan mulai memperkenalkan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO).

Untuk mengakomodasi tuntutan pasar atau konsumen, maka

pemerintah Indonesia membentuk ISPO sebagai suatu standar sertifikasi

keberlanjutan produksi minyak sawit yang telah memenuhi standar

pertanian, sekaligus memenuhi prinsip keberlanjutan pada aspek

lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan demikian, minyak sawit yang

129 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung

130 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung

93

Page 110: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

telah tersertifikasi ISPO dapat memenuhi tuntutan konsumen global

sehingga daya saing minyak sawit di pasar dunia dapat meningkat serta

tetap terjaga.131

ISPO merupakan sistem sertifikasi produk sawit tunggal dari

pemerintah yang dikembangkan sebagai bentuk tata kelola industri minyak

kelapa sawit yang lebih berkelanjutan. ISPO merupakan alat diplomasi

sawit Indonesia dalam menjawab kampanye negatif minyak kelapa sawit

di pasar global terutama Uni Eropa yang merupakan pasar ekspor kedua

terbesar kelapa sawit Indonesia (Lihat tabel III.2).

ISPO sebagai alat diplomasi menunjukkan gagasan mengenai

minyak sawit yang diekspor Indonesia adalah minyak sawit sustainable

yang dihasilkan melalui proses yang sustain sehingga diharapkan dapat

meningkatkan akses dan mempetahankan pasar minyak sawit khususnya di

negara maju yang menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan. Selain itu,

ISPO juga dapat menjadi “senjata” untuk menghadapi tantangan yang

dihadapi kelapa sawit Indonesia yang berasal dari oknum LSM dan negara

barat yang di mana tantangan teresebut berupa isu berkelanjutan

lingkungan, ekonomi maupun sosial masyarakat.132

Dengan pendekatan melalui ISPO yang dilakukan pemerintah

Indonesia diharapkan dapat mendorong terwujudnya sistem yang

131 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung 132 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung

94

Page 111: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

mendukung keberlanjutan. Sehingga, dengan adanya ISPO ini, Indonesia

bisa menjamin minyak kelapa sawit yang diperdagangkan memiliki nilai-

nilai dan prinsip yang mengutamakan keberlanjutan. Selain itu, dengan

adanya ISPO, pasar global harus melihat sawit secara fair karena sawit

bukan semata untuk memenuhi pasar Eropa saja, namun juga pasar dunia

yang akan tumbuh terus seiring dengan pertumbuhan populasi umat

manusia. Kebutuhan akan minyak nabati tersebut harus direspon dengan

minyak nabati yang berkelanjutan.133

ISPO dapat dikatakan sebagai bentuk kepentingan nasional Indonesia di

bidang ekonomi, karena ISPO tidak hanya sebagai alat untuk

mempertahankan kedudukan minyak sawit Indonesia di pasar global,

melainkan juga pasar domestik. Saat ini, pasar minyak sawit terbesar dunia

adalah Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah konsumen sekaligus

produsen terbesar, maka kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi dengan

baik. 134

Dalam beberapa tahun ke depan, mayoritas sawit yang dihasilkan akan

terserap di dalam negeri dan sisanya ataupun turunannya akan diekspor.135

Sehingga ISPO tidak hanya untuk menjawab isu atau kampanye hitam

133 L.Gora Kunjana, 2019, “Wamenlu: Pemerintah Perkuat Diplomasi Sawit”, Diakses melalui 20 April

2020 https://www.beritasatu.com/ekonomi/583073-wamenlu-pemerintah-perkuat-diplomasi-sawit. 134 L.Gora Kunjana, 2019, ”Wamenlu: Pemerintah Perkuat Diplomasi Sawit”, Diakses pada 20

April 2020 melalui https://www.beritasatu.com/ekonomi/583073-wamenlu-pemerintah-perkuat-diplomasi-sawit.

135 L.Gora Kunjana, 2019, ”Wamenlu: Pemerintah Perkuat Diplomasi Sawit”, Diakses pada 20

April 2020 melalui https://www.beritasatu.com/ekonomi/583073-wamenlu-pemerintah-perkuat-diplomasi-sawit.

95

Page 112: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

minyak sawit, ISPO juga sebagai kebijakan nasional yang harus dilakukan

oleh pelaku industri sawit nasional di Indonesia. Mengingat tujuan ISPO

adalah untuk tata kelola perkebunan sawit secara nasional, yang pada

akhirnya diharapkan menyelesaikan permasalahan minyak sawit secara

global. 136

Dalam hal ini, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia

melalui pendekatan ISPO adalah untuk menyatakan serta lebih menekankan

tentang kemajuan yang sedang berlangsung melalui kebijakan tersebut.

Strategi diplomasi sawit Indonesia melalui ISPO diharapkan dapat

memperkuat pandangan yang jauh lebih baik tentang pengembangan produk

kelapa sawit Indonesia beserta turunannya yang lebih berkelanjutan.

Dengan ini, diharapkan juga dapat mempertahankan akses pasar

perdagangan produk kelapa sawit, karena masalah mempertahankan pasar

dan komoditas minyak kelapa sawit adalah salah satu yang sangat penting

untuk kepentingan nasional pemerintah Indonesia. Adanya ISPO ini

merupakan cara Indonesia untuk bidang mempertahankan kepentingan

nasionalnya di bidang kelapa sawit. Hal tersebut juga penting, karna

banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada

komoditas kelapa sawit.

2. Kepentingan Nasional bidang Tatanan Internasional (World Order

Interest) : Alat Indonesia dalam Menghadapi Tantangan yang

Dihadapi Kelapa Sawit

136 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung.

96

Page 113: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Menurut Donald E Nuchterlein, sistem ekonomi dan politik

internasional saling berhubungan satu sama lain yang dimana pada

prakteknya setiap negara juga berusaha untuk mempengaruhi satu sama lain.

Kepentingan nasional dalam bidang tatanan internasional (world order

interest), hingga saat ini masih dipengaruhi oleh negara-negara maju,

sehinga negara yang tidak memiliki pengaruh pada tatanan internasional

menyesuaikan kepentingan nasional mereka dengan negara yang memiliki

bergaining position. Bagi suatu negara jika bisa menguasai kepentingan

pada tatanan internasional tersebut, maka secara tidak langsung akan

mengangkat bergaining position negara tersebut.

Kaitannya dalam hal ini adalah seritifikasi kelapa sawit yang diterapkan

di dunia global, memiliki bergaining position, serta diterima terutama di

negara-negara maju saat ini adalah Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

Indonesia pada awalnya bergabung dalam RSPO sebagai wujud diplomasinya

di bidang kelapa sawit. Namun, dalam perjalananya ada hal-hal yang tak

sejalan dengan Indonesia, sehingga Indonesia memutuskan keluar dari RSPO.

Dan mulai membuat kebijakan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutannya sendiri

yaitu Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Meskipun sudah membuat kebijakan tersebut, ternyata ISPO masih

kurang dikenal, hal itu terlihat masih banyaknya tantangan yang datang

dihadapi, salah satunya kelapa sawit Indonesia dihasilkan melalui sertifikasi

yang tidak kredibel. Maka demi kepentingan melindungi kelapa sawitnya

97

Page 114: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Indonesia berupaya memperkenalkan ISPO ke lingkup yang lebih luas, serta

mulai melakukan harmonisasi standar yang diterima di lingkup global.

Melihat penerapan kepentingan nasional Donald E Nuchterlein

tersebut, kepentingan nasional Indonesia dalam upaya memperkenalkan

ISPO sebenarnya bukan hanya pada kepentingan ekonomi (economic

Interest). Upaya dalam memperkenalkan ISPO juga bagian dari upaya

Indonesia dalam harmonisasi standar global dalam produksi minyak kelapa

sawit berkelanjutan, dan ini merupakan bagian dari kepentingan nasional

Indonesia di bidang tata internasional (world Order Interest).

Hal ini juga terlihat dari upaya Indonesia melakukan Joint Study

dengan RSPO. Meskipun pada awalnya standar yang diterapkan RSPO tidak

didukung dan menimbulkan perdebatan, namun, demi penerapkan standar

berkelanjutan ISPO tetap menggandeng, serta melakukan harmonisasi

dengan RSPO. Dengan harapan ISPO memiliki bergaining position dalam

pasar kelapa sawit internasional, dan bisa menampilkan citra positif kelapa

sawit Indonesia yang berkelanjutan dan diterima secara global .

Selain itu, menurut Tungkot Sipayung, kepentingan nasional Indonesia

melalui ISPO dapat dijelaskan bahwa kebijakan sertifikasi yang dibentuk oleh

pemerintah Indonesia adalah untuk mewujudkan tata kelola yang baik, melalui

harmonisasi yang diterapkan oleh standar tata kelola kelapa sawit internasional.

Selain itu juga juga harus dipromosikan kepada berbagai negara–negara

terutama di kawasan Uni Eropa, serta negara- negara maju

98

Page 115: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

lainnya demi memenuhi tuntutan pasar global. Hal ini juga demi

memperoleh pengakuan global yang lebih baik sehingga dapat menghapus

banyak citra serta kampanye negatif yang terjadi selama ini terhadap

komoditas kelapa sawit Indonesia. Sertifikasi ISPO juga merupakan upaya

Indonesia memenuhi tuntutan pasar serta diharapkan dapat menjadi solusi

terhadap tantangan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia ke depannya. 137

Industri kelapa sawit merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia

di sektor non migas. Dengan ketersediaan lahan dan iklim yang mendukung,

membuat Indonesia menguasai pasar industri kelapa sawit dunia sebagai

produsen utama. Fokus Indonesia dalam memproduksi kelapa sawit

terganggu oleh tantangan yang datang, dan disuarakan oleh negara-negara

barat. Tantangan yang dihadapi kelapa sawit terutama kelapa sawit

Indonesia sudah cukup lama, terutama tantangan yang dihadapi datang dari

kawasan Uni Eropa. 138

Tantangan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia yang baru-baru ini

datang berupa resolusi, yang dapat menghambat aktivitas kelapa sawit dan

turunannya. Isu yang diangkat paling banyak mengenai kelapa sawit adalah

komoditas tersebut dianggap banyak melanggar prinsip-prinsip

berkelanjutan. Hal itu terjadi karena kelapa sawit di Indonesia dianggap

137 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI, Ir. Tungkot Sipayung.

138 Muhammad Edi Irfandianto, 2019, “Membuat Indonesia Melawan Kampanye Hitam Kelapa

Sawit”, Diakses pada 20 April 2020 melalui ,https://www.kompasiana.com/edirfandianto/5cc145e8cc5283427f0a08e5/membuat-indonesia-melawan-kampanye-hitam-kelapa-sawit .

99

Page 116: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

sering mengesampingkan lingkungan sehingga marak terjadinya deforestasi

di hutan Indonesia. Isu deforetasi sebagai isu utama dijelaskan di dalam

kebijakan Renewable Energy Directive I, II (RED I dan II).

Dalam RED disebutkan bahwa Indonesia sebagai negara pemasok

utama kelapa sawit menjadi ancaman karena peningkatan permintaan kelapa

sawit bisa mengakibatkan hutan ditebang dan dialihfungsikan menjadi

perkebunan kelapa sawit. Ini tentu akan mengarah pada krisis lingkungan

hidup. RED ini dibentuk tidak terlepas dari tuntutan pemerhati lingkungan

dan ilmuwan dunia. Menurut mereka, Protokol Kyoto membuat kesalahan

dengan mengasumsikan bahan bakar non minyak tidak menghasilkan

karbon sebagai efek samping. Padahal, bahan bakar non minyak juga

menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfer bumi melalui proses

produksi bahan bakar tersebut, di mana setiap tahunnya sekitar 180 juta ton

karbondioksida (CO2) diemisikan ke udara sebagai hasil pembakaran lahan

gambut untuk membuka perkebunan di Indonesia dan Malaysia. 139

Belum selesai masalah RED I, mulai tahun 2016 Uni Eropa merancang

target dan rencana baru dalam kebijakan energi terbarukan, yang dikenal

Renewable Energy Directive (RED II). RED II menetapkan bahwa target

penggunaan energi terbarukan pada tahun 2030 naik menjadi 32% dari

semulanya 27%. Beberapa kategori biofuel juga diatur kontribusinya menjadi

139 Intan Tiara Kartika, 2016, “Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustanaible Palm Oil Terhadap Ekspor kelapa sawit Indonesia Ke Uni Eropa”, Skripsi, Departemen

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, Hal 39

100

Page 117: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

beberapa kategori sehingga tidak melebihi konsumsi tahun 2019. Kategori

yang dimaksud adalah yang memiliki resiko tinggi terhadap perubahan

penggunaan lahan secara tidak langsung Indirect Land Use Change (ILUC),

serta tanaman yang mengalami ekspansi area produksi secara signifikan.140

Bahkan dalam aturan RED disebutkan bahwa minyak kelapa sawit

dikategorikan sebagai bahan yang tidak berkelanjutan, sehingga tidak dapat

digunakan sebagai bahan dalam pembuatan biofuel. Penggunaan sawit akan

dikurangi secara bertahap hingga sama sekali tidak akan digunakan pada

tahun 2030. Hal itulah yang membuat Indonesia dan Malaysia terganggu,

khusunya di Indonesia, industri kelapa sawit merupakan lapangan usaha

bagi banyak pihak. Apabila ekspor terhambat maka akan banyak pihak yang

merasakan kerugian terutama para petani kecil.

Senada dengan di atas, belum selesai mengenai RED I dan RED II,

Indonesia kembali menghadapi masalah baru. Pada 4 April 2017, Parlemen Uni

Eropa mengeluarkan Resolusi 2016/2222, yang dinamakan dengan Palm Oil

and Deforestation of the Rainforests (Kelapa Sawit dan Deforestasi Hutan

Hujan) diajukan didasarkan pada tudingan bahwa pengembangan industri

kelapa sawit menjadi penyebab utama deforestasi dan perubahan iklim. Selain

itu, resolusi tersebut juga bertujuan akhir agar minyak sawit tidak dimasukkan

140 Taufan Ardiansyah, CNBC News, “Tak Disangka, Gara-gara Ini Uni Eropa Hantam Sawit

RI!”, Diakses pada 22 Maret 2020 melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20190822140737-4-93924/tak-disangka-gara-gara-ini-uni-eropa-hantam-sawit-ri.

101

Page 118: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

sebagai bahan baku program biodiesel Uni Eropa mulai tahun 2020. Industri

minyak kelapa sawit dianggap sebagai pemicu utama deforestasi.141

Keluarnya Resolusi tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi

produk kelapa sawit Indonesia, terutama yang akan memasuki pasar Uni

Eropa. Data menyebutkan bahwa Uni Eropa merupakan tujuan ekspor

terbesar kedua minyak kelapa sawit Indonesia setelah India, yang

berkontribusi terhadap nilai ekspor kelapa sawit Indonesia. Besaran nilai

ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2016 merupakan yang terbesar

dibandingkan dengan ekspor Indonesia di sektor non-migas lainnya.

Dengan posisi strategis tersebut, isu ini menjadi perhatian bagi seluruh

pihak terkait di Indonesia karena terganggunya ekspor kelapa sawit

Indonesia ke UE akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara

keseluruhan. 142

Resolusi tersebut juga tidak mengakui skema sertifikasi

yang sudah ada di kawasan ini, seperti Malaysian Sustainable Palm Oil

(MSPO), dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Menurut Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman, ISPO adalah solusi jitu

untuk menghadapi tantangan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia, yang

datang dari pasar global terhadap komoditas primadona perkebunan itu.

Adapun tantangan yang dihadapi adalah isu yang seputar deforestasi, dan isu

141 Edhy Prabowo,”Resolusi Sawit Parlemen Eropa yang Merugikan Indonesia”, Diakses pada 5

Desember 2019 melaluihttps://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/05/155319126/resolusi-sawit-parlemen-eropa-yang-merugikan-indonesia.

142 Dr. Windratmo Suwarno,2017,“Diplomasi Indonesia Menghadapi Kampanye Negatif Kelapa Sawit Di Uni Eropa”, Staf Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri.

102

Page 119: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

berkelanjutan lainnya. Menurut sulaiman daripada para pelaku usaha dan

petani berpolemik tentang rumitnya mendapatkan ISPO, sebaiknya semua

pemangku kepentingan bekerjasama agar mandatori itu dapat terealisasi

100% pada 2020. ISPO adalah penyadaran supaya kita menyelesaikan

perkebunan kelapa sawit dengan tata kelola yang benar sehingga mereka

akan kesulitan menyerang Indonesia.143

Dengan ISPO, Indonesia juga dapat merespon secara konstruktif

fakta-fakta terhadap isu dan tantangan yang dihadapi sehingga bisa menjadi

bahan evaluasi dan introspeksi. Untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan

misalnya, pemerintah perlu menggencarkan langkah-langkah pencegahan

yang kongkrit sehingga dapat meyakinkan pandangan negara-negara

terutama mengenai isu yang sering datang di kawasan Eropa.144

B. Diplomasi Ekonomi : Terbukanya Pasar Baru

ISPO menjelaskan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki visi menjadi

negara penghasil minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Penerapan tata kelola

yang berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan keberterimaan pasar dan daya

saing produk kelapa sawit Indonesia, serta mengurangi emisi Gas Rumah Kaca

sehingga menjadikannya bagian dari kebijakan iklim Indonesia.145

Selain itu,

143 Pandu Gumilar, 2018, “Kementan: ISPO adalah Senjata Lawan Kampanye Negatif Sawit”, Diakses pada 25 April melalui https://ekonomi.bisnis.com/read/20180918/99/839697/kementan-ispo-adalah-senjata-lawan-kampanye-negatif-sawit .

145 Info Sawit, 2020, “Berikut Beberapa Point Baru Pada Minyak Sawit Berkelanjutan ISPO.Info Sawit Jakarta”, Diakses pada 25 April 2020 melalui https://www.infosawit.com/news/9805/berikut-beberapa-point-baru-pada-minyak-sawit-berkelanjutan-ispo

103

Page 120: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

dengan menerapkan ISPO, saat ini Indonesia menjadi produsen utama minyak sawit

dunia yang tercatat sebagai produsen minyak sawit berkelanjutan di dunia.146

Diplomasi ekonomi adalah penggunaan hubungan pemerintah dan pengaruh

pemerintah untuk meningkatkan perdagangan serta investasi di dunia

internasional.147

Dalam diplomasi ekonomi jalan politik digunakan untuk

memberi pengaruh dalam negosiasi internasional dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi kawasan nasional, dan menggunakan cara-cara ekonomi untuk

meningkatkan stabilitas politik di suatu negara.148

ISPO juga merupakan bagian dari

diplomasi ekonomi Indonesia terutama di bidang produksi dan pengelolaan

kelapa sawit.

Dalam “The New Economic Diplomacy” diplomasi ekonomi terdapat lima

aktor utama dalam hal ini diantaranya, Perwakilan resmi pemerintah, Menteri

atau kepala pemerintahan, anggota legislatif, bank sentral, dan aktor komersial

(NGO dan swasta).149

Hal ini terlihat peran aktor- aktor tersebut, di joint study antara ISPO dan

RSPO misalnya aktor yang terlibat dalam hal ini adalah pihak ISPO berada di

bawah naungan Kementerian Pertanian, langsung turun tangan melakukan joint

study tersebut. Pada Joint Communique Indonesia dan Malaysia, aktor yang

146

BUMN, 2019, “Narasi Lingkungan Sawit”, Diakses pada 25 April 2020 melalui http://bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Narasi-Lingkungan-Sawit

147 .J.V. Moons dan Remco de Boer, Economic Diplomacy, Product Characteristics and the Level

of Development, (paper online), (The Hague), diakses melalui https://www.etsg.org/ETSG2014/Papers/105.pdf; Diakses 06 Februari 2020, hal. 3

148 d‟Hooghe, “China’s Public Diplomacy”, Hal. 36.

149 Wayne dan WoolCock, “The New Economy Diplomacy”, Hal 61

104

Page 121: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

berperan adalah Presiden Joko Widodo, bersama Menteri Koordinator bidang

Maritim dan Sumber Daya. Selanjutnya dalam IEU- CEPA aktor yang ikut

didalamnya adalah Kementerian Luar Negeri Indonesia. Dan terakhir pada joint

commitment ISPO dan IPOS yang terlibat adalah Pemerintah melalui

Kementerian Perekonomian bersama para aktor privat, yang dalam hal ini adalah

Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).

Kerja keras yang Indonesia lakukan demi memperkenalkan ISPO ke banyak

negara lain diharapkan dapat membuka pasar baru lainnya bagi Indonesia. Hal ini

terlihat berhasil. Terlihat yang telah dilakukan pemerintah Indonesia yang bekerja

sama dengan Rusia. Minyak sawit yang di ekspor ke Rusia ini umumnya

digunakan untuk campuran bahan makanan dan susu, sehingga peluang pasarnya

masih sangat besar bagi Indonesia. Selain Rusia, pasar baru terbuka bagi

Indonesia, yakni di Jepang. Jepang sangat tertarik terhadap limbah sawit (tandan

kosong). Jepang memerlukan tandan kosong untuk bahan bakar nuklir. Sebab,

Jepang akan menggunakan biomas power dalam mengembangkan nuklirnya.

Selama ini sudah menggunakan bambu, tapi tak cukup pasokannya.150

Pasar baru tersebut terbuka akibat adanya kerja sama yang dilakukan oleh

Indonesia dan India melalui ISPO. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki jumlah

pendudk yang banyak, dimana sebagian besar penduduk India merupakan konsumen

terbesar dan sering memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan masakan

150 GIMNI, 2018,. “Ekspor Cpo Ke Negara Asia Dan Rusia Kian Terbuka” , Diakses pada 27

April 2020 melalui http://gimni.org/ekspor-cpo-ke-negara-asia-dan-rusia-kian-terbuka/

105

Page 122: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

yang dicampur dengan minyak nabati lainnya. Meski tingkat konsumsi minyak

sawit masyarakat India masih rendah, peluang daya serap minyak sawit masih

sangat terbuka.151

Untuk kawasan lainnya seperti kawasan Afrika, Indonesia mengandalkan

ISPO dalam membuka pasar ke negara seperti Nigeria. Demi memenuhi standar

produk yang diterapkan oleh Nigeria terhadpa kelapa sawit Indonesia, Indonesia

telah memiliki sistem tersendiri tentang pembangunan kelapa sawit beserta

olahannya yang sesuai prinsip berkelanjutan yang berwawasan lingkungan yakni

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO adalah langkah yang diambil oleh

pemerintah Indonesia untuk mengurangi citra buruk terhadap kelapa sawit beserta

turunanya. Dalam hal ini ISPO bertujuan meningkatkan daya saing kelapa sawit

Indonesia di pasar dunia maupun pasar non tradisional seperti Nigeria. 152

ISPO adalah alat promosi, advokasi, dan kampanye publik untuk meningkatkan

daya saing kelapa sawit Indonesia di Nigeria. Dan hal ini telah menjawab

kekhawatiran terkait kelapa sawit Indonesia yang tidak ramah lingkungan tersebut,

dan memperkuat posisi tawar kelapa sawit Indonesia di pasar global. Selanjutnya

dengan terbentuk dan diterapkannya ISPO, diharapkan bisa memudahkan upaya

Indonesia memperluas pasar ekspor kelapa sawit, yang di mana

151 Oke Finance, 2016, “Biodiesel Dinilai Jadi Pasar Potensial Minyak Sawit”, Diakses pada 27 April 2020 melalui https://economy.okezone.com/read/2016/11/25/320/1551636/biodiesel-dinilai-jadi-pasar-potensial-minyak-sawit

152 Firanty Maulidani Ansori, 2019, “Upaya Indonesia Dalam Peningkatan Ekspor Crude Palm Oil Ke Nigeria”, e Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 7, Nomor 1 2019:029-042, Hal 39.

106

Page 123: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

biasanya hanya terfokus di kawasan Uni Eropa dan Asia, kini bisa meningkatkan

ekspor kelapa sawit hingga Nigeria.153

Selain itu, pada tahun 2015, Indonesia sebagai negara produsen minyak

sawit terbesar belum dapat menentukan harga minyak sawit sendiri. Hal ini

dikarenakan Indonesia belum melakukan tata kelola minyak sawit dan turunannya

dengan baik sesuai standar negara maju.154

Untuk itu, dengan kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah melalui ISPO, diharapkan Indonesia dapat membuka

pasar baru minyak sawit.

Usaha dari penerapan ISPO mendapatkan kepercayaan oleh negara – negara

lain. Pemerintah dari the Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC),

negara-negara produsen minyak sawit memerintahkan untuk penggunaan biodiesel

sehingga penggunaan minyak sawit meningkat . Dimana biodisel bahan salah satu

bahan bakunya adalah minyak kelapa sawit itu sendiri.155

Hal ini diharapkan mampu membuka pasar baru, sekaligus meningkatkan

harga minyak kelapa sawit di dunia yang pada gilirannya meningkatkan

kesejahteraan di tingkat petani atau pekebun rakyat. Pasar baru terbuka dengan

Empat negara yang akan bergabung dalam keanggotaan CPOPC setelah Indonesia

dan Malaysia, yakni, Papua Nugini, Honduras, Ghana, dan Kolumbia sehingga

153 Firanty Maulidani Ansori, 2019, “Upaya Indonesia Dalam Peningkatan Ekspor Crude Palm Oil

Ke Nigeria”, e Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 7, Nomor 1 2019:029-042, Hal 40.

154 Medan Bisnis Daily, 2015, “RI Tak Berdaya Tentukan Harga CPO”, Diakses pada 29 April

2020 melalui http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/11/26/200763/ri-tak-berdaya-tentukan-harga-cpo/.

155 BUMN, 2019, “Harga Minyak Sawit Naik Kembali Mencapai Rekor Tertinggi”, Diakses pada 29 April

melalui http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Harga-Minyak-Sawit-Naik-Kembali-Mencapai-Rekor-Tertinggi (diakses 29 April 2020).

107

Page 124: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

penambahan keanggotaan ini diharapkan akan meningkat posisi CPOPC di mata

dunia. PM Malaysia menyatakan persetujuannya terhadap langkah penyatuan standar

keberlangsungan kelapa sawit, sehingga sinergitas program antara Indonesia dan

Malaysia semakin baik dan daya saing pekebun meningkat. Pada akhir diskusi, kedua

pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam membangun strategi dalam

upaya memperbaiki harga pada level yang lebih baik.156

Dapat dijelaskan bahwa ISPO merupakan merupakan alat diplomasi

ekonomi, dimana pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan untuk

memberi pengaruh dalam negosiasi internasional dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dalam skala nasional dan menggunakan cara–cara

ekonomi untuk meningkatkan stabilitas ekonomi nasional, khususnya di bidang

kelapa sawit. Melalui ISPO, Indonesia terus mempromosikan minyak sawit yang

berkelanjutan di berbagai negara.

C. ISPO sebagai Wujud Komitmen Indonesia dalam Penerapan Sustainable

Developement Goals (SDGs)

Perkebunan kelapa sawit memiliki multifungsi, yakni, fungsi ekonomi,

sosial, dan lingkungan yang tidak dimiliki sektor-sektor lain di luar pertanian.

Dengan multifungsi tersebut, perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi baik

secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan bagi pencapaian SDGs tersebut. Secara

empiris, kontribusi industri minyak sawit dalam ekonomi antara lain mendorong

pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional dan daerah, sumber devisa, pendapatan

156 BUMN, 2019, “Dongkrak Harga Sawit, Indonesia Ajak Malaysia Implementasikan Program

B30”, Diakses pada 30 April 2020 melalui http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Dongkrak-Harga-Sawit-Indonesia-Ajak-Malaysia-Implementasikan-Program-B30.

108

Page 125: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

negara. Sedangkan dalam aspek sosial antara lain dalam pembangunan pedesaan

dan pengurangan kemiskinan.157

Selain itu, menurut Tungkot Sipayung, industri sawit nasional memiliki

potensi berperan sebagai aktor untuk mewujudkan pencapaian SDGs, baik pada

level regional atau daerah, nasional, hingga global. Peran tersebut dapat tercapai

jika implementasi ISPO on the right track dilakukan oleh para pelaku industri

sawit. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan antara ISPO dan SDGs di mana

kedua platform ini menggunakan tiga prinsip utama, yakni, keberlanjutan

lingkungan, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan ekonomi. Selain itu,

mengintegrasikan ISPO ke dalam SDGs juga menjadi salah satu strategi dalam

rangka membawa ISPO ke level dunia sekaligus meningkatkan keberterimaan

minyak sawit dipasar dunia.158

Sertifikasi ISPO sebagai kebijakan mandatori adalah untuk perbaikan tata kelola

perkebunan sawit Indonesia untuk menghasilkan minyak sawit dan produk turunan

yang berkelanjutan dan berkualitas.Dengan terpenuhinya sertifikasi ISPO 100%,

diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah terkait tata kelola seperti masalah

legalitas lahan dan kebun sawit. ISPO dengan tujuh prinsip keberlanjutannya yaitu:

(1) peningkatan usaha secara berkelanjutan; (2) sistem perizinan dan manajemen

perkebunan; (3) penerapan pedoman teknis budidaya dan pengelolaan kelapa sawit;

(4) pengelolaan dan pemantauan lingkungan; (5)

157 Jan Horas V. Purba dan Tungkot Sipayung, 2017, “ Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Dalam

Perspektif Pembangunan Berkelanjutan”, Jurnal Masyarakat Indonesia Masyarakat Indonesia, Vol. 43 No.1, Juni

2017 , Hal 92.

158 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung

109

Page 126: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

tanggung jawab terhadap pekerja; (6) tanggung jawab sosial komunitas; dan (7)

pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat. 159

Ketujuh prinsip ISPO tersebut diterjemahkan menjadi ratusan indikator

(kriteria) dalam pemenuhan sertifikasi kerbelanjutan juga menggambarkan

sebagai bentuk perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs

merupakan suatu platform pembangunan dunia yang telah disepakati hampir

seluruh dunia yang mulai diberlakukan tahun 2015-2030. 160

Hal ini juga sesuai

dengan Emil Salim, yang mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi

kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada

hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan.

Industri sawit nasional memiliki potensi berperan sebagai aktor untuk

mewujudkan pencapaian SDGs baik pada level regional/daerah, nasional hingga

global. Peran tersebut dapat tercapai jika implementasi ISPO on the right track

dilakukan oleh para pelaku industri sawit. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan

antara ISPO dan SDGs dimana kedua platform ini menggunakan tiga prinsip

utama yakni keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan

ekonomi.Selain itu, mengintegrasikan ISPO ke dalam SDGs juga menjadi salah

159 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung 160 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung

110

Page 127: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

satu strategi dalam rangka membawa ISPO ke level dunia sekaligus

meningkatkan keberterimaan minyak sawit dipasar dunia. 161

Secara empiris kontribusi industri minyak sawit dalam ekonomi telah banyak

terbukti antara lain yakni mendorong pertumbuhan ekonomi (nasional dan

daerah), sumber devisa dan pendapatan negara. Kontribusi industri minyak sawit

dalam aspek sosial antara lain adalah peranannya dalam pembangunan pedesaan

dan pengurangan kemiskinan. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa

peranan ekologis dari perkebunan sawit mencakup pelestarian daur karbon

dioksida dan oksigen, restorasi degraded land konservasi tanah dan air,

peningkatan biomas dan karbon stok lahan serta mengurangi emisi gas rumah

kaca/restorasi lahan gambut. Kontribusi tersebut menunjukkan kontribusi

industri sawit terhadap pencapaian SDGs. Dengan penerapan ISPO maka akan

semakin meningkatkan inklusifitas industri sawit untuk mencapai SDGs yang

semakin besar dan semakin luas. 162

161 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung 162 Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif PASPI Bapak Ir. Tungkot Sipayung

111

Page 128: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelapa sawit Indonesia yang terus berkembang dan meluaskan ekspansi

lahannya dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan, menyumbang

emisi gas, maraknya deforestasi dan kebakaran hutan, serta banyaknya pelanggaran

Hak Asasi Manusia (HAM). Terlebih dari itu semua, isu negatif yang dilempar

adalah bahwa kelapa sawit Indonesia tidak memiliki standar sertifikasi sehingga

kelapa sawit Indonesia jauh dari prinsip keberlanjutan.

Maraknya isu negatif dan banyaknya black campaign yang dilakukan membuat

banyak penolakan terhadap komoditas kelapa sawit beserta turunananya sering

dihembuskan. Apabila tidak diantisipasi maka, isu negatif mengenai keberlanjutan

kelapa sawit Indonesia ini sangat berpotensi menimbulkan efek domino, di antaranya

menghambat perkembangan pasar komoditas kelapa sawit itu sendiri.

Bila isu negatif tentang keberlanjutan kelapa sawit gencar dilakukan serta hal

itu terus terjadi, maka secara tidak langsung kesempatan Indonesia untuk

memperluas pasar dan mengembangkan komoditas kelapa sawit mungkin akan

berdampak negatif. Oleh karenanya, salah satu jalan yang diambil pemerintah

Indonesia adalah membentuk serta memperkenalkan kebijakan Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO).

112

Page 129: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Dengan ISPO, Indonesia dalam hal ini menyadari dan tidak akan

mengabaikan dampak negatif dari industri kelapa sawit. Maka dari itu, Indonesia

berkomitmen melakukan pendekatan berkelanjutan terhadap industri kelapa sawit.

Indonesia percaya ISPO akan menjadi dan merupakan salah satu solusi kebijakan

yang terbaik. Pemerintah Indonesia siap melakukan kerja sama serta melakukan

upaya diplomasi dengan para pemangku kepentingan terkait mengenai komoditas

kelapa sawit dan memperkenalkan ISPO secara luas di dunia internasional.

Upaya diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia dengan mengenalkan

Indonesian sustainable Palm Oil (ISPO) dapat dilihat dari tiga konsep. Pertama,

sebagai kepentingan nasional, kedua sebagai diplomasi ekonomi dan ketiga, ISPO

sebagai sarana tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang tata kelola

kelapa sawit.

Dalam pandangan kepentingan nasional tujuan Indonesia dalam

memperkenalkan ISPO adalah demi menjaga pasar minyak kelapa sawit. Banyak

isu negatif minyak sawit yang dilakukan oleh negara-negara terutama Uni Eropa

membuat Indonesia harus melakukan tindakan untuk mempertahankan pasar serta

menjaga komoditas minyak sawit sebagai negara pengimpor minyak sawit terbesar

di dunia.

Penerapan ISPO membuktikan bahwa minyak sawit Indonesia adalah minyak

sawit yang berkelanjutan, sehingga menyatakan bahwa banyaknya isu negatif yang

ditujukan terhadap minyak kelapa sawit Indonesia tersebut tidaklah benar, dan minyak

sawit Indonesia layak untuk digunakan atau dikonsumsi oleh negara–negara

113

Page 130: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Uni Eropa bahkan negara lain. Sehingga, dengan ISPO Indonesia mendapatkan

kepercayaan negara – negara Uni Eropa dan negara lainnya di dunia dalam

memasarkan minyak sawit Indonesia, sehingga, pasar dan komoditas minyak sawit

Indonesia tetap terjaga.

Konsep kedua dalam diplomasi ISPO ialah diplomasi ekonomi. Diplomasi

ekonomi adalah penggunaan hubungan pemerintah dan pengaruh pemerintah untuk

meningkatkan perdagangan serta investasi di dunia internasional. Dalam hal ini,

ISPO juga dapat dikatakan sebagai alat promosi yang digunakan Indonesia untuk

menjalin kerja sama perdagangan minyak sawit dengan negara – negara lain selain

Uni Eropa.

ISPO membuka pasar baru bagi Indonesia. Dengan terjalinnya kerja sama

dengan negara–negara lain, membuat pangsa pasar minyak sawit Indonesia sebagai

produsen terbesar di dunia semakin luas. Sehingga, dengan diterimanya ISPO dalam

skala internasional akan membawa dampak harga minyak sawit yang premium, yang

pada akhirnya dapat membuat Indonesia menetapkan harga minyak sawit sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa Indonesia melakukan

diplomasi dalam mempereknalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode

2016- 2018 adalah untuk kepentingan nasional di mana Indonesia menjaga pasar dan

komoditas kelapa sawit Indonesia serta mencegah kampanye negatif minyak sawit.

Serta sebagai langkah diplomasi ekonomi di mana Indonesia membuka pasar baru di

luar pasar Uni Eropa serta untuk dapat menetapkan harga minyak sawit secara global.

Diplomasi ISPO juga komitmen Indonesia dalam pembangunan berkelanjutan di

114

Page 131: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

bidang kelapa sawit, dengan adanya ISPO Indonesia menerapkan hal tersebut serta

mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan

di bidang kelapa sawit.

B. Saran

Dalam upaya memperkenalkan kelapa sawit berkelanjutannya, Indonesia

gencar untuk melakukan diplomasi di berbagai negara yang menjadi tujuan utama

komoditas kelapa sawit. Seperti memprakarsai berdirinya CPOPC dan lainnya. Hal

tersebut belum terlalu efektif dalam mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan

Indonesia yaitu ISPO. Bahkan, setelah adanya ISPO kelapa sawit Indonesia masih

sering menghadapi kampanye negatif .

Dalam hal ini, Indonesia melalui kebijakan ISPO seharusnya dapat

menggandeng dan mengikuti langkah-langkah yang dilakukan RSPO sebagai

kebijakan kelapa sawit berkelanjutan yang sudah terpercaya di lingkup global.

Selain itu, studi bersama RSPO dengan ISPO lebih sering lagi dilakukan, karena

RSPO bisa dijadikan sebagai acuan untuk Indonesia dalam mempromosikan kelapa

sawit berkelanjutan di berbagai negara. Indonesia melaui ISPO juga seharusnya

memiliki sosialisasi yang jelas serta tindakan tegas bagi yang melanggar aturan.

Dengan begitu, kelapa sawit Indonesia melalui ISPO bisa lebih diterima .

115

Page 132: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anthonius P. Sitepu. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

A, Vandana . Theory Of International Politics. Vikas Publishing house PVT LTD, 1996.

Bayne, Nicholas, Stephen Woolcock. The New Economy Diplomacy Decicion Making

and Negotiation in International Relations. New York: Routledge, 2017

Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five

Traditions. California: Sage Publication, 1998.

d’Hooghe, Ingrid. China’s Public Diplomacy. Leiden: Brill Nijhoff, 2015.

Griffth, Martin dan Terry O Callaghan. International Relations: The Key Concepts. New

York: Routledge, 2002.

Hans, J. Morgenthau. Politic Among Nations, the Struggle for Power and Peace. edisi

Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh S.Maimoen, A.M. Fatwan, Cecep

Sudrajat,.Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Jakarta, 2010.

Plano ,Jack C. dan Roy Olton. The International Dictionary, England: Lia Press Ltd,

1982.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta:

Bandung, 2009.

Strauss,Anslem dan Corbin J. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar :

Yogyakarta, 2013.

William, D.S dan C Olson. Theory and Practice of International Relations. New Jersey:

Prentice Hall inc, 1991.

Miroslay, Nicni. Democracy and Foreign Policy, The Falacy of Political Realism. New

York: Columbia University Press, 1992.

xvi

Page 133: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Skripsi

Dharmawan, A. H. Kesiapan Petani Kelapa Sawit Swadaya Dalam Implementasi Ispo:

Persoalan Lingkungan Hidup, Legalitas Dan Keberlanjutan”. Program Studi

Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2019.

Fachri, Hadin. Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Memprakarsai Council Of Palm

Oil Producing Countries (CPOPC) 2015. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2018.

Kartika, Intan Tiara. Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive dan Kebijakan

Indonesian Sustainable Palm Oil Terhadap Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ke

Uni Eropa. Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin

Makassar, 2016.

Sumiati, Wina. Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO) Dalam

Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Poin 4.2 Periode 2017-

2018. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018

http://scholar.unand.ac.id/13999/2/BAB%201%20UPLOAD%20PUTRA.pdf

Laporan Resmi

Suwarno, Windratmo. Diplomasi Indonesia Menghadapi Kampanye Negatif Kelapa

Sawit Di Uni Eropa. Staf Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2017.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kajian Mandiri : Peran Diplomasi

dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap

Pengelolaan Industri Minyak Nabati”. Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK).

ISBN 978-602-51358-4-2, 2019.

xvii

Page 134: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Laporan Akhir Analisis Strategi

Indonesia Untuk Meningkatkan Akses Pasar Produk Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia Ke Amerika Serikat. Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan

Internasional. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan,

2015.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kampanye Negatif Kelapa Sawit

Indonesia, Potensi Kelapa Sawit Indonesia, Kiat-Kiat Menghadapi Kampanye

Negatif Kelapa Sawit. Warta Ekspor, Juni 2011.

Jurnal

Amelia, D. Pemerintah Indonesia Terhadap Perubahan Tarif Pajak Cpo (Crude Palm

Oil) Oleh Perancis 2016. Jom Fisip Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017.

Lendle, Andreas dan Malorie Schaus. Sustainability Criteria In The EU Renewable

Energy Directive:Consistent With WTO rules. ICTSD Project on WTO

Jurispudence and Sustainable Development,202.

Angelika, Yoan. Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar dari Roundtable on

Sustainable Palm Oil (RSPO). Universitas Riau: Jurnal FISIP Volume 2 No. 2,

Oktober, 2015.

Drajat, Bambang. Overcoming Black Campaign on Palm Oil and Devloping Future

Strategy. Lembaga Riset Perkebunan Nusantara.

Arifin, Bustanul dan Komang Audina Permana Putri. Indonesian Government Strategies On

Obtaining Crude Palm Oil (CPO) Market Access To European Union Countries Over

The EU Parliament Resolution On Palm Oil And Deforestation Of Rainforest

. Andalas Journal of International Studies Vol VIII No 2 Nov 2019.

Askar, Jaya. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Program S3 Institut Pertanian

Bogor, 2004.

Erman, E. Di Balik Keberlanjutan Sawit: Aktor, Aliansi Dalam Ekonomi Politik

Sertifikasi Uni Eropa. Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol. 43 No.1, Juni Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2017.

xviii

Page 135: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Donald, Nuechterlein. National Interest and Foreign Policy : A conceptual Framework

for Analysis and Decision Making. British Journal Of Internastional Studies, Vol.

2 No.3, October 1976.

Ansori, Firanty Maulidani. Upaya Indonesia Dalam Peningkatan Ekspor Crude Palm

Oil Ke Nigeria. eJurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 7, Nomor 1

2019:029-042, 2019.

H.Roskin, Michael. National Interest: From Abstractions to Strategy, Director Strategic

Studies Institute, Us Army War College, 1994.

Iga, Rolesa Putri. Kerjasama Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Ke Negara

Vietnam Pada Tahun 2012-2015. JOM FISIP Volume 4 No. 2 Oktober, 2017.

Purba, Jan Horas V dan Tungkot Sipayung. Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Dalam

Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Masyarakat Indonesia Masyarakat

Indonesia, Vol. 43 No.1, Juni 2017.

Kilian, M. Erza. Pemerintah Daerah dalam Diplomasi Ekonomi Indonesia: Studi Kasus

pada Diplomasi Komersial Jawa Timur”, Jurnal Ilmiah Transformasi Global, Vol.

2 No.2.

Bonita, Maya. Strategi Indonesia Dalam Menanggapi Resolusi Parlemen Uni Eropa No.

P8_TA(2017)0098 Tentang Palm Oil and Deforestations of The Rainforest 2017.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018.

A.I, Sulistyanto, dan Akyuwen, R. Dinamika Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit

Indonesia. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah MadaYogyakarta, 2010.

W. McDonald, John. The Institute for Multi-Track Diplomacy. Journal of Conflictology

Vol 3, 2012.

Voge, Ann-Kathrin dan Friedel Hütz-Adams – SÜDWIND e.V. Minyak Kelapa Sawit

Berkelanjutan – Tuntutan atau Realitas? : Potensi dan Keterbatasan Roundtable

on Sustainable Palm Oil (RSPO). Bread for the World – Protestant Development

Service Protestant Agency for Diaconia and Develpment Caroline-Michaelis-

Straße 1 10115 : Berlin Germany, 2014.

Roskin. National Interest: From Abstractions to Strategy. Director Strategic Studies

Institute, Us Army War College, 1994.

xix

Page 136: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Gunawan, Suherno. Motivasi Indonesia Bekerjasama Dengan Malaysia Dalam

Membentuk The Council Of Palm Oil Producing Countries (Cpopc) Tahun 2015.

Jom Fisip Vol. 5: Edisi Ii Juli – Desember 2018.

Schleicher, Tobias dan Inga Hilbert. Production of Palm Oil in Indonesia. Project-ID:

031B0235B , Oeko-Institut e.V, Freiburg Germany, 2019.

Website dan Dokumen Elektronik

BussinesWireIndia. 2017. India's National Palm Oil Sustainability Framework (IPOS)

Launched. diakses pada 20 April 2020 melalui

https://www.businesswireindia.com/indias-national-palm-oil-sustainability-

framework-ipos-launched-54950.html.

BUMN. 2019. Dongkrak Harga Sawit, Indonesia Ajak Malaysia Implementasikan

Program B30. Diakses pada 30 April 2020 melalui

http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Dongkrak-Harga-Sawit-Indonesia-Ajak-

Malaysia-Implementasikan-Program-B30.

BUMN. 2019. Narasi Lingkungan Sawit. Diakses pada 25 April 2020 melalui

http://bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Narasi-Lingkungan-Sawit.

BUMN. 2019. Harga Minyak Sawit Naik Kembali Mencapai Rekor Tertinggi. Diakses

pada 29 April 2020 melalui http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Harga-Minyak-

Sawit-Naik-Kembali-Mencapai-Rekor-Tertinggi.

Defenisi Metodologi penelitian, diakses melalui https://idtesis.com/metode-penelitian2.

Denada L Gaol. 2018. Faktor Penghambat Diplomasi CPO Indonesia Di Pasar Eropa.

Diakses pada 20 April 2020 melalui

https://www.researchgate.net/publication/332362480.

Edhy Prabowo. 2017. Resolusi Sawit Parlemen Eropa yang Merugikan Indonesia.

Diakses pada 20 Februari 2020 melalui

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/05/155319126/resolusi-sawit-

parlemen-eropa-yang-merugikan-indonesia.

GAPKI. 2017. ISPO Sebagai Alat Diplomasi Indonesia. Diakses pada 06 Februari 2020

melalui https://gapki.id/news/3189/ispo-sebagai-alat-diplomasi-sawit-indonesia.

xx

Page 137: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

GIMNI. 2018. Ekspor Cpo Ke Negara Asia Dan Rusia Kian Terbuka. Diakses pada 27

April 2020 melalui http://gimni.org/ekspor-cpo-ke-negara-asia-dan-rusia-kian-

terbuka/.

Indonesian Investment. 2017. Minyak Kelapa Sawit. Diakses pada 05 Februari 2020

melalui https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-

sawit/item166?.

Indra Nugraha. 2017. Ketika Parlemen Eropa Keluarkan Resolusi soal Sawit. Diakses

pada 23 Maret 2020 melalui http://www.mongabay.co.id/2017/04/09/ketika-

parlemen-eropa-keluarkan-resolusisoal-sawit/ .

Info Sawit. 2020. Berikut Beberapa Point Baru Pada Minyak Sawit Berkelanjutan ISPO.

Diakses pada 25 April 2020 melalui

https://www.infosawit.com/news/9805/berikut-beberapa-point-baru-pada-minyak-

sawit-berkelanjutan-ispo.

Info Sawit. 2019. Geliat Peluang Pasar Minyak Sawit Berkelanjutan. Diakses pada 26

April 2020 melalui https://www.infosawit.com/news/9491/geliat-peluang-pasar-

minyak-sawit-berkelanjutan .

Legitimasi RSPO diuji: belajar dari 3 kasus. Diakses pada 12 April 2020 melalui

http:bakumsu.or.id/news/index.php.

L.Gora Kunjana. 2019. Wamenlu: Pemerintah Perkuat Diplomasi Sawit. Diakses pada

20 April 2020 melalui https://www.beritasatu.com/ekonomi/583073-wamenlu-

pemerintah-perkuat-diplomasi-sawit.

Medan Bisnis Daily. 2015. RI Tak Berdaya Tentukan Harga CPO. Diakses pada 29 April

2020 melalui http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/11/26/200763/ri-tak-

berdaya-tentukan-harga-cpo/ .

Edi Irfandianto, Muhammad. 2019. Membuat Indonesia Melawan Kampanye Hitam

Kelapa Sawit. Diakses pada 20 April 2020 melalui

,https://www.kompasiana.com/edirfandianto/5cc145e8cc5283427f0a08e5/membu

at-indonesia-melawan-kampanye-hitam-kelapa-sawit

xxi

Page 138: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Moons, J.V. dan Remco de Boer. Economic Diplomacy, Product Characteristics and

the Level of Development, (paper online) (The Hague). Diakses pada 06 Februari

2020 melalui https://www.etsg.org/ETSG2014/Papers/105.pdf;

Pandu Gumilar. 2018. Kementan: ISPO adalah Senjata Lawan Kampanye Negatif Sawit.

Diakses pada 25 April melalui

https://ekonomi.bisnis.com/read/20180918/99/839697/kementan-ispo-adalah-

senjata-lawan-kampanye-negatif-sawit.

Oke Finance. 2016. Biodiesel Dinilai Jadi Pasar Potensial Minyak Sawit. Diakses pada

27 April 2020 melalui

https://economy.okezone.com/read/2016/11/25/320/1551636/biodiesel-dinilai-

jadi-pasar-potensial-minyak-sawit

Peraturan Presiden (PERPRES) No. 42 Tahun 2016, Tentang Pengesahan Charter Of

The Establishment Of The Council Of Palm Oil Producing Countries/Cpopc

(Piagam Pembentukan Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit). Diakses

pada 27 Maret 2020 melalui

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40361/perpres-no-42-tahun-2016 .

REPUBLIKA. 2018. Sertifikat ISPO Belum Cukup untuk Ekspor Sawit ke Eropa. Diakses

pada 11 Mei 2020 melalui

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/12/05/pj8o6f368-

sertifikat-ispo-belum-cukup-untuk-ekspor-sawit-ke-eropa.

Renewable Energy Directive 2009/28/EC hal 27. Diakses pada 17 Januari 2020 melalui

https://www.eea.europa.eu/policy-documents/2009-28-ec.

https://rspo.org/about.

Ringkasan Eksekutif : Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi

ISPO dan RSPO. Diakses pada 20 April 2020 melalui

https://docplayer.info/31198120-Ringkasan-eksekutif-studi-bersama-persamaan-

dan-perbedaan-sistem-sertifikasi-ispo-dan-rspo.html .

Roundatale Susatinable Palm Oil (RSPO). 2016. Studi Bersama ISPO-RSPO Sebuah

Pencapaian Penting dalam Kerjasama Mewujudkan Minyak Sawit Berkelanjutan

xxii

Page 139: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

di Indonesia. Diakses pada 20 April 2020 melalui https://rspo.org/news-and-

events/news/studi-bersama-isporspo-sebuah-pencapaian-penting-dalam-

kerjasama-mewujudkan-minyak-sawit-berkelanjutan-di-indonesia .

RSPO. 2013. Principles and Criteria for the Production of Sustainable Palm Oil. Diakses

pada 10 Januari 2020 melalui http://www.rspo.org/file/PnC_RSPO_Rev1.pdf.

Sawit Indonesia. 2018. Indonesia-India Sepakat Promosikan ISPO dan IPOS’. Diakses

pada 29 April 2020 melalui https://sawitindonesia.com/indonesia-india-sepakat-

promosikan-ispo-dan-ipos/

Taufan Ardiansyah. CNBC News. Tak Disangka, Gara-gara Ini Uni Eropa Hantam

Sawit RI!. Diakses pada 22 Maret 2020 melalui

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190822140737-4-93924/tak-disangka-

gara-gara-ini-uni-eropa-hantam-sawit-ri .

T Wyns. EU Governance of Renewable Energy Post-2020. Diakses pada 17 Januari 2020

melalui

https://eu.boell.org/sites/default/files/eu_renewable_energy_governance_post_202

0.pdf.

Direktorat jenderal Perkebunan (Kementerian Pertanian). Diakses pada 12 April 2020

melalui http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-

news/204-wamentan-pimpin-pertemuan-persiapan-uji-lapang-konsep-sertifikasi-

ispo.html.

Wikipedia. Penelitian kualitatif, diakses melalui

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif.

World Commissionon Environtment and Development (WCED). Our common Future.

Diakses pada 24 Agustus 2020 melalui www.un-documents.net/our-common-

future.pdf.

Lain- Lain

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Peran Pemerintah dalam Pengembangan

Budidaya Kelapa Sawit dengan Skala Industri.

xxiii

Page 140: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

Ken, Kiyono . A Study on The Concept of The National Interest of Hans j Morghentau :

Ad a Satandard of American Foreign Policy. Nagasaki University’s Academic

output site.

Bayne dan Woolcock. The New Economy Diplomacy.

Kementrian luar Negeri Republik Indonesia. 2019. Video Resmi Perkenalan ISPO : A

Story of Indonesian Palm Oil: Economic Welfare and Environmental

Sustainability. Diakses pada 20 April 2020 melalui

https://www.youtube.com/watch?v=WeDkSkiuG80&t=76s

Indonesian Oil Palm Research Institute. 2006. Tinjauan Ekonomi Kelapa Sawit. Medan.

xxiv

Page 141: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

LAMPIRAN I :

Wawancara daring dengan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic

Policy Institute (PASPI) Dr. Tungkot Sipayung

1. Bagaimana Bapak melihat kebijakan Indonesian sustainable Palm Oil

(ISPO) sebagai alat diplomasi sawit Indonesia ?

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan

pendapatan, konsumen di pasar dunia khususnya negara maju (seperti Eropa,

Amerika Serikat dan Jepang) memiliki berbagai macam atribut produk yang

mempengaruhi preferensinya untuk mengkonsumsi suatu produk khususnya

produk pertanian/agribisnis. Dahulu hanya atribut harga dan kualitas/keamanan

pangan yang mempengaruhi keputusan konsumen, namun preferensi konsumen

untuk konsumsi produk saat ini juga dipengaruhi atribut lainnya seperti atribut

lingkungan dan atribut kemanusian. Artinya konsumen akan membeli produk

yang tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan/keinginannya, namun di

sepanjang supply chain (produksi hingga sampai ditangan konsumen) produk

yang dibeli oleh konsumen tersebut tidak merugikan masyarakat (sekitar supply

chain) secara sosial maupun ekonomi dan tetap menjaga lingkungan atau tidak

merusak lingkungan.

Untuk mengakomodasi tuntutan konsumen tersebut, maka pemerintah

Indonesia membentuk ISPO sebagai suatu standar sertifikasi keberlanjutan

produksi minyak sawit yang telah memenuhi standar pertanian (GAP) sekaligus

memenuhi prinsip keberlanjutan pada aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Dengan demikian, minyak sawit yang telah tersertifikasi ISPO dapat memenuhi

tuntutan konsumen global sehingga daya saing minyak sawit di pasar dunia

dapat meningkat.

ISPO sebagai alat diplomasi menunjukkan gagasan mengenai minyak sawit

yang diekspor Indonesia adalah minyak sawit sustainable yang dihasilkan melalui

proses yang sustain sehingga diharapkan dapat meningkatkan akses dan

mempetahankan pasar minyak sawit khususnya di negara maju yang menjunjung

tinggi prinsip keberlanjutan. Selain itu, ISPO juga dapat menjadi “senjata” meng-

counter black campaign yang dilakukan oleh oknum LSM negara barat yang

menggunakan isu sustainable lingkungan, ekonomi maupun sosial masyarakat.

2. Bagaimana Bapak melihat ISPO sebagai instrumen kebijakan ?

xxv

Page 142: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

ISPO juga dipandang sebagai sebuah instrumen kebijakan publik yang bersifat

mandatori untuk dilaksanakan oleh seluruh pelaku industri sawit nasional.

Meskipun saat ini berdasarkan Permentan 11/2015, sertifikasi ISPO baru

diwajibkan untuk dimiliki oleh perusahaan perkebunan sedangkan masih bersifat

sukarela untuk perkebunan rakyat. Namun ke depannya, sertifikat ini juga akan

bersifat mandatori bagi pekebun rakyat berdasarkan rancangan Perpres ISPO.

Tujuan dari sertifikasi ISPO sebagai kebijakan mandatori adalah untuk

perbaikan tata kelola perkebunan sawit Indonesia. Tata kelola yang dimaksud

dalam hal ini adalah terkait legalitas lahan dan kebun sawit. Salah satu isu yang

banyak digunakan sebagai black campaign menyerang sawit adalah penggunaan

isu kebun sawit telah mengeksploitasi hutan dan sebagai penyebab deforestasi.

Melalui sertifikasi ISPO dimana salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh

pelaku perkebunan adalah tidak adanya masalah legalitas yang ditunjukkan

dengan kepemilikan HGU dan IUP bagi perusahaan perkebunan serta

kepemilikkan SHM dan STDB bagi pekebun rakyat. Dengan demikian,

mandatorinya sertifikasi ISPO oleh seluruh pelaku usaha perkebunan sawit

diharapkan juga mampu menyelesaikan masalah legalitas pada kebun sawit.

3. Apa saja sebenarnya kepentingan nasional Indonesia dalam ISPO, selain

menjaga pasar kelapa sawit dan mencegah kampanye negatif ?

Tujuan lain dari sertifikasi ISPO sebagai kebijakan mandatori adalah untuk

perbaikan tata kelola perkebunan sawit Indonesia untuk menghasilkan minyak

sawit dan produk turunan yang berkelanjutan dan berkualitas.Dengan

terpenuhinya sertifikasi ISPO 100%, diharapkan dapat menyelesaikan masalah-

masalah terkait tata kelola seperti masalah legalitas lahan dan kebun sawit.

ISPO dengan tujuh prinsip keberlanjutannya yaitu: (1) peningkatan usaha

secara berkelanjutan; (2) sistem perizinan dan manajemen perkebunan; (3)

penerapan pedoman teknis budidaya dan pengelolaan kelapa sawit; (4)

pengelolaan dan pemantauan lingkungan; (5) tanggung jawab terhadap pekerja; (6) tanggung jawab sosial komunitas; dan (7) pemberdayaan kegiatan ekonomi

masyarakat. Ketujuh prinsip ISPO tersebut diterjemahkan menjadi ratusan

indikator (kriteria) dalam pemenuhan sertifikasi kerbelanjutan juga

menggambarkan sebagai bentuk perwujudan Sustainable Development Goals

(SDGs). SDGs merupakan suatu platform pembangunan dunia yang telah

disepakati hampir seluruh dunia yang mulai diberlakukan tahun 2015-2030.

Industri sawit nasional memiliki potensi berperan sebagai aktor untuk

mewujudkan pencapaian SDGs baik pada level regional/daerah, nasional hingga

global. Peran tersebut dapat tercapai jika implementasi ISPO on the right track

xxvi

Page 143: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

dilakukan oleh para pelaku industri sawit. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan

antara ISPO dan SDGs dimana kedua platform ini menggunakan tiga prinsip

utama yakni keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan

ekonomi.Selain itu, mengintegrasikan ISPO ke dalam SDGs juga menjadi salah

satu strategi dalam rangka membawa ISPO ke level dunia sekaligus

meningkatkan keberterimaan minyak sawit dipasar dunia.

Secara empiris kontribusi industri minyak sawit dalam ekonomi telah banyak

terbukti antara lain yakni mendorong pertumbuhan ekonomi (nasional dan

daerah), sumber devisa dan pendapatan negara. Kontribusi industri minyak sawit

dalam aspek sosial antara lain adalah peranannya dalam pembangunan pedesaan

dan pengurangan kemiskinan. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa

peranan ekologis dari perkebunan sawit mencakup pelestarian daur karbon

dioksida dan oksigen, restorasi degraded land konservasi tanah dan air,

peningkatan biomas dan karbon stok lahan serta mengurangi emisi gas rumah

kaca/restorasi lahan gambut. Kontribusi tersebut menunjukkan kontribusi

industri sawit terhadap pencapaian SDGs. Dengan penerapan ISPO maka akan

semakin meningkatkan inklusifitas industri sawit untuk mencapai SDGs yang

semakin besar dan semakin luas.

*Notes: BACA JURNAL PASPIMONITOR VOLUME 4 NOMOR

20

(www.paspimonitor.or.id)

4. Apakah diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia seperti membentuk

Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), sudah maksimal untuk

mencegah banyaknya kampanye negatif terhadap komoditas kelapa sawit

terutama kelapa sawit Indonesia, dan apakah hal terseut sudah efektif

dalam mengenalkan ISPO sebagai kebijakan kelapa sawit berkelanjutan

Indonesia ?

CPOPC adalah organisasi yang menaungi negara produsen minyak sawit di dunia

meskipun saat ini baru beranggotakan Indonesia dan Malaysia dimana keduanya

merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia. Salah satu tujuan dari

organisasi ini adalah untuk meng-counter black campaign sawit dengan

menggunakan berbagai isu. Kedua negara ini juga memiliki sistem sertifikasi

minyak sawit yang berkelanjutan yaitu Indonesia dengan ISPO dan Malaysia

dengan MSPO. Aspek yang dituju oleh kedua sistem sertifikasi baik ISPO dan

MSPO sama yakni aspek sustainablity pada lingkungan, ekonomi dan sosial, namun

kebijakannya dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing negara

xxvii

Page 144: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

meskipun kedua negara tersebut sebagai anggota dari CPOPC. Hal ini

menunjukkan bahwa CPOPC belum efektif mempromosikan ISPO.

Pemerintah Indonesia baik melalui CPOPC atau tidak (bertindak sendiri) juga

belum efektif memperkenalkan ISPO sebagai sistem sertifikasi keberlanjutan

minyak sawit Indonesia. Hal tersebut terkonfirmasi dari masih banyaknya black

campaign yang menyerang sawit dengan menggunakan isu lingkungan, sosial

dan ekonomi. Artinya tujuan dari implementasi kebijakan ISPO adalah sebagai

counter isu tersebut.

Belum efektifnya Indonesia dalam memperkenalkan ISPO di negara tujuan

ekspor maupun pasar dunia, dapat dilihat juga dari rendahnya tingkat

keberterimaan pasar global. Hal tersebut berimplikasi dari belum adanya

perbedaan harga dari minyak sawit premium dengan sertifikasi ISPO dengan

minyak sawit tanpa sertifikasi ISPO. Kondisi ini juga berpotensi menimbulkan

disinsentif bagi pelaku industri sawit untuk menerapkan prinsip dan bersertifikat

ISPO. Oleh karena itu, hal yang penting untuk dilakukan adalah meningkatkan

keberterimaan pasar global terhadap sistem sertifikasi keberlanjutan ISPO

sehingga dapat tercipta harga minyak sawit premium.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan

notifikasi ISPO di WTO. Namun sebelum itu, perlu disusun kembali terlebih

dahulu standar ISPO sebagai standar produk yang berlaku di Indonesia yakni

dalam bentuk SNI. Dalam penyusunan SNI ISPO tersebut juga selain melibatkan

kementerian teknis namun perlu juga melibatkan Badan Standarisasi Nasional

(BSN). Setelah penyusunan standar ISPO dilakukan dan diterbitkannya menjadi

SNI, kemudian BSN akan menotifikasi SNI ISPO tersebut kepada World Trade

Organization (WTO) sehingga SNI ISPO menjadi global value yang diakui oleh

seluruh negara anggota WTO. Selain itu, meningkatnya keberterimaan pasar

dunia terhadap sertifikasi ISPO dapat menjadikan Indonesia sebagai referensi

sertifikasi keberlanjutan produk sawit di dunia. Dengan begitu, industri sawit

nasional tidak lagi harus mengikuti aturan keberlanjutan yang diterapkan oleh

lembaga lain seperti RSPO.

*Notes: BACA JURNAL PASPIMONITOR VOLUME 5 NOMOR

33

(www.paspimonitor.or.id)

xxviii

Page 145: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

5. Apakah menurut Bapak ISPO sudah menjaga kepentingan nasional

kelapa sawit Indonesia ?

Belum cukup, ISPO hanya bagian atau salah satu dari upaya menjaga industri

kelapa sawit nasional. Selain itu, saat ini ISPO juga masih bersifat absolut

(sustainability vs unsustainability) dan hanya digunakan untuk untuk menjawab

tantangan pasar. Padahal seharusnya ISPO perlu dipandang dalam konteks

kualitas keberlanjutan (degree of sustainability) yang artinya bahwa tingkat

keberlanjutan akan terus meningkatuntuk menghasilkan minyak sawit dan

produk berbasis sawit lainnya secara berkelanjutan dan berkualitas.

Dalam rangka mewujudkan ekosistem industri sawit nasional yang semakin

berkelanjutan, diperlukan tata kelola ISPO dengan pendekatan baru yang lebih

komprehensif, multidimensi dan holistik yaitu pendekatan ekosistem/kawasan.

Pendekatan ekosistem ini disebut juga dengan konsep KIMBUN (Kawasan

Industri Masyarakat Perkebunan) yang diperkenalkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan dan Kementerian Pertanian RI pada awal tahun 2000-an yang juga

tertuang dalam UU Perkebunan yang masih berlaku hingga saat ini.

Pendekatan KIMBUN juga dinilai lebih komprehensif dibandingkan dengan

ISPO maupun RSPO. Sertifikasi keberlanjutan pada ISPO/RSPO hanya menilai

keberlanjutan pada satu petak kebun saja dengan produk yang telah tersertifikasi

hanya produk miyak sawit kasar (CPO) yang dihasilkan oleh kebun tersebut dan

tidak menilai secara utuh satu kawasan eksosistem kebun, padahal ekosistem dan

biodiversitas yang terdapat pada kebun juga turut mempengaruhi kinerja kebun

misalnya melalui produktivitas.

Penguatan ISPO dengan menggunakan pendekatan ekosistem yang

mengadopsi konsep KIMBUN akan menghasilkan sertifikasi sustainable yang

berlaku pada eksosistem di sepanjang supply chain industri sawit nasional

(industri input perkebunan, kebun hingga industri hilir) yang juga mencakup

biodiversitas di dalam ekosistem tersebut (Gambar 2). Dengan pendekatan

tersebut akan menangkap hubungan simultan antara supply chain industri sawit

dan ekosistemnya sehingga penilaian keberlanjutannya akan lebih holistik dan

komprehensif. Pendekatan ekosistem tersebut akan memberikan tanggung jawab

lebih kepada pelaku usaha dan stakeholder untuk memenuhi indikator

keberlanjutan tidak hanya pada sektor di dalam supply chain industri sawit

nasional tapi juga terhadap biodiversitas di sekitar supply chain tersebut.

Dengan sistem penguatan ISPO yang demikian, akan menghasilkan produk

hilir berbasis kelapa sawit dengan label ISPO certified yang menjamin bahwa

produk tersebut telah memenuhi indikator keberlanjutan. Implementasi ISPO

dengan pendekatan ekosistem di sepanjang supply chain beserta produk yang

dihasilkan di sepanjang rantai tersebut juga menjadi solusi dari rendahnya

xxix

Page 146: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

keberterimaan pasar global, mengingat saat ini produk sawit yang lebih banyak

diekspor Indonesia adalah produk setengah jadi dan produk hilir, bukan produk

CPO. Konsumen juga dapat secara langsung melacak dan menguji indikator

keberlanjutan pada produk berserta atribut produk yang diinginkan terdapat

dalam produk tersebut melalui mekanisme tracebility supply chain.

*Notes: BACA JURNAL PASPIMONITOR VOLUME 5 NOMOR

46

(www.paspimonitor.or.id)

xxx

Page 147: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

LAMPIRAN II

xxxi

Page 148: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxii

Page 149: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxiii

Page 150: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxiv

Page 151: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxv

Page 152: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxvi

Page 153: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxvii

Page 154: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxviii

Page 155: KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM …

xxxix