19
KERATOSIS SEBOROIK A. PENDAHULUAN Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak permulaan. Namun, pengawasan dan penemuan tumor kulit tidak dapat dilakukan lebih teliti dan dini tanpa ditunjang pengetahuan masyarakat akan hal tersebut. Pengetahuan ini meliputi penerangan khusus soal tumor melalui media massa, baik melalui radio, TV, surat kabar dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya pengetahuan masyarakat akan tumor kulit, mereka akan datang secara sadar untuk berkonsultasi dengan dokter atau pusat-pusat kesehatan terdekat (1) . Tumor kulit sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu tumor jinak, tumor prakanker, dan tumor ganas (1) . Di antara tumor-tumor jinak tersebut yang paling sering ditemukan ialah keratosis seboroik (1, 2) . B. DEFINISI Keratosis seboroik disebut juga nevus seboroika, kutil senilis, veruka seboroika senilis, atau 1

KERATOSIS SEBOROIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat besar kulit

Citation preview

Page 1: KERATOSIS SEBOROIK

KERATOSIS SEBOROIK

A. PENDAHULUAN

Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada

manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak

permulaan. Namun, pengawasan dan penemuan tumor kulit tidak dapat

dilakukan lebih teliti dan dini tanpa ditunjang pengetahuan masyarakat akan

hal tersebut. Pengetahuan ini meliputi penerangan khusus soal tumor melalui

media massa, baik melalui radio, TV, surat kabar dan lain-lain. Diharapkan

dengan adanya pengetahuan masyarakat akan tumor kulit, mereka akan

datang secara sadar untuk berkonsultasi dengan dokter atau pusat-pusat

kesehatan terdekat (1).

Tumor kulit sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu tumor jinak, tumor

prakanker, dan tumor ganas (1). Di antara tumor-tumor jinak tersebut yang

paling sering ditemukan ialah keratosis seboroik (1, 2).

B. DEFINISI

Keratosis seboroik disebut juga nevus seboroika, kutil senilis, veruka

seboroika senilis, atau papiloma sel basal (3, 4). Keratosis seboroik adalah suatu

tumor jinak, berpigmen, lebih sering ditemukan pada orang tua yang berusia

50 tahun ke atas dan tersusun dari keratinosit epidermis. Keratosis seboroik

umumnya berbentuk papul verukosa, stuck-on, asimtomatik atau dengan

keluhan gatal (3-5).

C. EPIDEMIOLOGI

Keratitis seboroik sangat sering terjadi dan biasanya multipel. Lesi ini

muncul seiring bertambahnya usia (4, 6). Biasanya muncul pada dekade kelima

pada daerah beriklim sedang namun dapat lebih awal di daerah tropis.

1

Page 2: KERATOSIS SEBOROIK

Kemungkinan hilang sendiri kecil dan lesi akan tetap ada sampai bertahun-

tahun. Dalam studi di Australia, hanya 30% penderita berusia di bawah 30

tahun dan meningkat hingga 100% pada orang berusia lebih dari 50 tahun.

Prevalensi di Inggris sedikit lebih rendah dengan 75% penderita berusia di

atas 70 tahun (4).

Dapat terjadi pada pria dan wanita dengan awitan biasanya pada dekade

empat sampai lima (3, 6). Prevalensi keratosis seboroik di Australia pada pria

20% dan wanita 25% dalam rentang usia 15 – 25 tahun (6).

Tipe khas di badan lebih sering ditemukan pada orang kulit putih.

Namun dermatosis papulosa nigra, tipe khas di wajah, lebih sering pada ras

campuran Amerika Afrika dan orang Asia (6).

Gambar dikutip dari kepustaan (2)

Gambar 1. Keratosis seboroik (papilloma sel basal) menunjukkan gambaran stuck-on.

Gambar dikutip dari kepustaan (2)

Gambar 2. Keratosis seboroik kecil yang multipel.

D. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui pasti (2-6). Namun ada

beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya keratosis seboroik seperti di

bawah ini:

1. Genetik (2-5, 7)

Banyak individu dengan keratosis seboroik memiliki riwayat keluarga

2

Page 3: KERATOSIS SEBOROIK

dengan penyakit yang sama (2). Disebutkan bahwa penyakit ini

berhubungan dengan faktor genetik dengan pola penurunan secara

dominan autosomal (3). Tampak adanya kelainan pada pengekspresian

apoptosis marker p53 dan Bcl-2, meskipun tidak didekteksi adanya

ketidakseimbangan lokus gen atau kromosom (2).

Meskipun etiologi keratosis seboroik belum diketahui, sifat dasar

pertumbuhan sel-selnya telah terungkap pada tahun 2001. Dengan

mempelajari polimorfisme reseptor androgen manusia, peneliti

menemukan lebih dari setengah dari 38 sampel, tanpa memperhatikan

subtipenya, selnya membelah secara alami.

Munculnya keratosis seboroik juga dihubungkan dengan faktor

pertumbuhan epidermis (epidermis growth factors) dan melanocyte-

derived growth factors yang mengikuti peningkatan tumor necrosis

factor-α dan endethelin-converting enzyme secara lokal. Kemudian

keduanya akan meningkatkan keratinocyte melanogen, endothelin-1,

yang menyebabkan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik (2).

Ditemukan juga bahwa meskipun keratosis seboroik dan nevus epidermal

memiliki riwayat perjalan penyakit yang berbeda, keduanya memiliki

gambaran klinis dan histologi yang sama seperti akantosis,

papilomatosis, hiperkeratosis, dan hiperpigmentasi. Kemiripan ini serta

mutasi reseptor fibroblast growth factor 3 pada nevus epidermal, memicu

penelitian keratosis seboroik sebagai akibat mutasi FGFR. Mutasi

ditemukan pada 39% penderita penyakit ini dan kelainan genetik ini

identik dengan kelainan genetik pada penderita chondrodysplasia dan

thanatophoric dysplasia, yang mana keduanya berhubungan dengan

acanthosis nigricans. Akhir-akhir ini, penelitian molekular terhadap

etiologi keratosis seboroik menunjukkan adanya aktivasi mutasi PIK3CA

pada 16% orang coba (4).

3

Page 4: KERATOSIS SEBOROIK

2. Paparan sinar matahari(2, 5)

Tingginya prevalensi kejadian keratosis seboroik pada penderita yang

sering terekspos sinar matahari memicu kemungkinan paparan sinar

matahari berlebih sebagai etiologinya (2). Biasanya muncul pada dekade

kelima pada daerah beriklim sedang tetapi lebih awal di daerah tropis.

Pada orang Australia tidak ditemukan adanya korelasi antara kulit sensitif

terhadap sinar ultraviolet dengan keratosis seboroik (4).

3. Infeksi virus (HPV DNA)(2, 5)

Infeksi virus juga diduga sebagai kemungkinan penyebabnya berdasarkan

beberapa kemiripan klinis dengan kutil. Meskipun tidak ada DNA human

papillomavirus (HPV) terdeteksi pada 40 biopsi keratosis seboroik

genital, namun 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non genital (76%)

memberi hasil positif. Penemuan ini mengindikasikan adanya peran

infeksi virus terhadap keratosis seboroik non-genital (2).

4. Manifestasi Keganasan (2, 4, 6)

Kemunculan mendadak keratosis seboroik pada orang dewasa dapat

terjadi sebagai tanda adanya keganasan internal yang dikenal sebagai

Leser-Trelat sign. Kanker usus besar dan lambung biasanya memberikan

manifestasi kulit seperti ini. Sumber manifestasi lainnya bisa berasal dari

lymphoma, kanker payudara, leukemia, lepromatous leprosy, infeksi HIV,

eritrodermic eczema, melanoma, dan kanker paru-paru (2, 4, 6).

E. PATOGENESIS

Epidermal Growth Faktor (EGF) telah terbukti terlibat dalam

pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari

ekspresi immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada

epidermis normal dan keratosis seboroik.(2)

4

Page 5: KERATOSIS SEBOROIK

Tampak adanya gangguan pada pengekspresian apoptosis marker p53

dan Bcl-2, suatu onkogen penekan apoptosis. Pada keratosis seboroik, Bcl-2

lebih rendah dibandingkan pada karsinoma sel basal, yang memiliki Bcl-2

yang tinggi. Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog

signal transducers patched (ptc) dan smoothened (smo) mRNA pada keratosis

seboroik dibanding kulit yang normal (2).

Mutasi gen pengkode reseptor tyrosine kinase FGFR3 (fibroblast

growth factor receptor 3) yang tinggi ditemukan pada beberapa tipe keratosis

seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor genetik berperan dalam

patogenesis keratosis seboroik. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembran

tirosine kinase yang ikut serta dalam memberikan sinyal transduksi guna

regulasi pertumbuhan, diferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi

FGFR3 terdapat pada 40% keratosis seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis

seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik adenoid (4).

Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada

pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi

dari melanosit di sekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating

cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan

melanisasi pada melanosit manusia dan terbukti terlibat dalam pembentukan

hiperpigmentasi pada keratosis seboroik. Secara Immunohistokimia,

keratinosit pada keratosis seboroik memperlihatkan keratin dengan berat

molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan

berat molekul yang tinggi (2).

F. GEJALA KLINIS

Keratosis seboroik biasanya asimptomatik atau dapat disertai gatal.(3, 5, 6)

Tindakan biasanya dilakukan pada yang simptomatik atau mengganggu secara

kosmetik.(5)

5

Page 6: KERATOSIS SEBOROIK

Munculnya keratosis seboroik biasanya di mulai dengan lesi datar,

berwarna coklat muda, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru

sampai verukosa halus, diameter lesi bervariasi antara beberapa millimeter

sampai 3 cm. Lama kelamaan lesi akan menebal, dan memberi gambaran yang

khas yaitu menempel (stuck on) pada permukaan kulit.(3) Iritasi atau infeksi

menyebabkan lesi membengkak, kadang terjadi pendarahan, pengerasan dan

warnanya semakin gelap karena inflamasi.(4)

G. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

1. Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam

terasa tidak nyaman.(5)

2. Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.(6)

3. Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.(4)

4. Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.(7)

5. Tanyakan mengenai kebiasaan atau pekerjaan untuk mengetahui adanya

riwayat terkena paparan sinar matahari yang kronis.(5)

6. Lesi paling sering ditemukan ada wajah, punggung, dan dada. Dapat

juga ditemukan pada kepala, leher dan ekstremitas.(3, 4, 6)

b. Pemeriksaan fisik

Awitan keratosis seboroika biasanya dimulai dengan lesi datar berwarna

coklat muda sampai hitam, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru

sampai verukosa halus. Diameter lesi bervariasi dari 1 mm sampai beberapa

sentimeter, jarang lebih dari 3 cm. Lama-kelamaan lesi akan menebal, dan

memberi gambaran khas seperti menempel (stuck-on) pada permukaan kulit

seolah-olah bisa dihilangkan dengan kerokan kuku. (2-4, 6) Jika lesi diangkat

akan tampak dasar yang lecet dan basah.(6)

Tempat predileksi di daerah seboroik, paling sering pada dada, wajah,

dan punggung, tetapi dapat juga muncul di kepala, leher dan ekstremitas

6

Page 7: KERATOSIS SEBOROIK

kecuali telapak tangan dan kaki (3, 6) Adakalanya ditemukan pada genitalia.(6)

Lesi yang multipel akan terlihat seperti pohon natal (Christmas tree) di

sepanjang lipatan kulit atau di Blaschko’s line.(2)

Warna lesi bervariasi dari putih pucat sampai hitam. Kadang sulit

dibedakan dengan nevus atau melanoma. Karena melanoma, karsinoma sel

basal, dan keganasan kulit lainnya dapat muncul pada keratosis seboroik.

Karena itu perlu diperhatikan jika terdapat pertumbuhan yang cepat,

simptomatik, atau lesi yang tidak biasa. (2)

Lesi yang telah berkembang penuh sering tampak mengalami

pigmentasi yang gelap dan tertutup oleh skuama berminyak.(3)

Gambar dikutip dari kepustaan (7)

Gambar 3. Keratosis seboroik soliter. Plak coklat keratotik dengan bagian tengah yang sedikit tinggi pada daerah zygomatik seorang wanita tua. Dapat didiagnosis banding dengan lentigo maligna dan melanoma maligna lentigo.(7)

Gambar dikutip dari kepustaan (4)

Gambar 4. Keratosis seboroik dengan permukaan hiperkeratotik dan tidak mengkilap. Sangat kontras dengan lesi melanositik.(4)

Gambar dikutip dari kepustaan (7)

Gambar 5. Keratosis seboroik. Memiliki gambaran stuck-on dengan warna sangat gelap dan sedikit tidak rata sehingga sulit dibedakan dengan melanoma superfisial. Pemeriksaan dengan dermoskopi menunjukkan kista bertanduk yang hamper (tidak 100%) patognomonik pada keratosis seboroik. Jika ragu-ragu, biopsy dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.(7)

7

Page 8: KERATOSIS SEBOROIK

Gambar dikutip dari kepustaan (7)

Gambar 6. Keratosis seboroik (dermatosis papulosa nigra). Terdiri dari banyak sekali lesi hitam kecil, beberapa berukuran lebih dari 1 cm. ini ditemukan pada orang kulit hitam Afrika, Amerika Afrika, dan orang Asia Tenggara yang berkulit gelap. Masalah pada pengobatannya adalah munculnya bintik hipopigmentasi pada bekas lesi keratosis seboroik yang telah diangkat.(7)

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan

histopatologi. Keratosis seboroik terdiri sel basaloid dengan campuran sel

skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan tanda khas. Sarang-

sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari

tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-

eosin. Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : akantosis (solid),

reticulata (adenoid), hiperkeratosis (papilomatous), clonal dan irritated.

Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai (2).

a) Tipe akantosis dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan

campuran horn cyst.

b) Tipe reticulata mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal,

seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.

c) Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat

hiperkeratotis, papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan

sel skuamosa.

d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.

e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi

berat, dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik

terdapat pada dasar lesi yang menggambarkan adanya regresi imunologi

pada keratosis seboroik. Kerdapat infiltrat sel yang mengalami

inflamasi berat tanpa likenoid. Jarang terdapat netrofil yang

8

Page 9: KERATOSIS SEBOROIK

berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan menggunakan

mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel basaloid yang kecil

berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok -

kelompok melanosom yang sering membatasi membran dapat

ditemukan di antara sel (2).

Gambar dikutip dari kepustaan (2)

Gambar 7. A. Keratosis seboroik retikulata multipel. B. Keratosis seboroik retikulata memberikkan gambaran sel basaloid seperti anyaman tali turun dari epidermis (2).

Gambar dikutip dari kepustaan (2)

Gambar 8. Keratosis seboroik (papiloma sel basal) menunjukkan epidermis dengan papillamatous akantosis yang terdiri dari sel basaloid (2).

Gambar dikutip dari kepustaan (2)

Gambar 9. Keratosis seboroik klonal menunjukkan sarang-sarang sel keratinosit dan beberapa melanosit (2).

H. DIAGNOSIS BANDING

a) Melanoma Maligna(3)

Awalnya berupa tahi lalat yang berubah warna, ukuran, mulai timbul

gejala (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, dan muncul lesi satelit.

9

Page 10: KERATOSIS SEBOROIK

Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi lesi

berpigmen, yaitu: A = asimetri, B = border irregularity, C = color

variegation, D = diameter lebih dari 0,6 mm (1).

b) Epitelioma Sel Basal Berpigmen (3)

Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badan,

tungkai, dan kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter

kurang 2 cm dengan tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat.

Permukaan tampak mengkilap, sering dijumpai telangiektasia dan kadang ada

skuama halus atau krusta tipis (1).

c) Nevus Pigmentosus (3)

Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua tempat termasuk membran

mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa

biasanya berukuran 2-4 mm. Papul berbatas tegas dan mengkilap dengan

permukaan agak licin, umumnya berambut (1).

I. PENATALAKSANAAN

1. Terapi obat

Ammonium laktat dan asam alfa hidroksi telah dilaporkan dapat

mengurangi bertambah beratnya penyakit. Lesi superficial dapat

ditangani dengan baik menggunakan asam triklorasetik. Pemberian

obat topical krim tazarotene 0,1% selama 16 minggu memberikan

hasil yang baik pada 50% pasien (2, 6).

2. Terapi operasi

Keratosis seboroik yang simptomatis dan mengganggu secara

kosmetik membutuhkan penanganan. Destruksi metode krioterapi,

elektrodesisasi, yang diikuti kuret, lalu desisi atau terapi laser telah

10

Page 11: KERATOSIS SEBOROIK

menghasilan terapi yang efektif. Menghilangkan lesi yang kecil

melalui kuret menghasilkan permukaan yang rata yang akan tertutupi

oleh epidermis disekitarnya dalam seminggu. Bedah listrik

(electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan

perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik

berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi

jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup

estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang

dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi,

elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,

elektrolisis den elektrokauter (3, 5).

J. PROGNOSIS

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman

bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil

namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak

berubah menjadi ganas (2, 3).

K. EDUKASI KEPADA PASIEN

Mayoritas pasien datang berobat karena cemas terhadap kemungkinan

tumor ganas sehingga informasi dan edukasi penting untuk menenangkan

pasien. Disampaikan kepada pasien bahwa lesi keratosis seboroik umumnya

tidak mengecil namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu,

dan tidak berubah menjadi ganas. Kemungkinan akan munculnya skar atrofi

dan hiperpigmentasi pada luka bekas laser pada pasien pasca pengebotan

dengan laser juga perlu disampaikan. Hiperpigmentasi tersebut akan

menghilang selama 6 minggu dan membaik. Penggunaan tabir surya penting

bagi pasien apalagi yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang

sama.(3, 5, 7).

11

Page 12: KERATOSIS SEBOROIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Rata IGAK. Tumor Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p.

229-30.

2. Thomas VD, Swanson NA, Lee KK. Benign Epithelial Tumors,

Hemartomas, and Hyperplasias. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,

Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology In

General Medicine. 7 ed. United States: McGraw-Hill; 2008. p. 1054-6.

3. Harahap M. Keratosis Seboroika. In: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit

Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. p. 217.

4. Quinn AG, Perkins W. Non Melanoma Skin Cancer And Other Epidermal

Skin Tumours: Seborrhoeic Keratosis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N,

Griffiths C, editors. Rook's Textbook of Dermatology. 8 ed. London:

Blackwell Scientific; 2010. p. 52.38-52.40.

5. Tanojo H, Yenny SW, Lestari S. Perbandingan Terapi Keratosis Seboroik

Wajah dengan Teknik Split-face antara Laser Karbon Dioksida dengan

Elektrodesika. CDK-201. 2013;40(2).

6. James WD, Berger TG, Elston DM. Epidermal Nevi, Neoplasms, and Cysts.

In: James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrew’s Disease of The

Skin : Clinical Dermatology. 10 ed. Philadelphia, USA: Saunders Elsavier;

2006. p. 637-8.

7. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Seborrheic Keratosis. In: Wolff K,

Johnson RA, Suurmond D, editors. Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of

Clinical Dermatology. 5 ed. United States: McGraw-Hill; 2007.

12