91

Click here to load reader

Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

Citation preview

Page 1: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

1

BAB I

PROFIL PERUSAHAAN

1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Dua Kelinci adalah perusahaan yang bergerak dibidang food industry,

yang berawal dari usaha rumah tangga yang dibangun oleh Ho Sie Ak dan

Lauw Bie Giok serta keluarganya. Pasangan suami-istri ini memulai

usahanya dengan repacking kacang garing dengan merk “Sari Gurih”

berlogo "Dua Kelinci", yang berpusat di Surabaya pada tahun 1972 dengan

pengelolaan usaha yang masih dilakukan secara sederhana dan dengan

manajemen keluarga. Karena konsumen lebih mengenal produk tersebut

dengan nama “Dua Kelinci”, maka pada tahun 1982 merk “Sari Gurih”

diganti dengan merk "Dua Kelinci". Wilayah pemasaran perusahaan ini

pada mulanya berkisar pada wilayah Jawa Timur.

Meningkatnya permintaan pasar, manjadikan pertumbuhan industri kecil

kacang garing ini semakin menuju arah yang lebih baik. Adanya potensi

usaha yang lebih baik serta dalam rangka pengembangan usaha dari skala

home industry menuju ke skala industri, maka pada tanggal 15 Juli 1985

oleh Hadi Sutiono dan Ali Arifin dibangun sebuah pabrik di Pati, yang

beralamat di Jalan Raya Pati-Kudus Km 6,3 Kabupaten Pati, Jawa Tengah

dengan nama PT. Dwi Kelinci. Kabupaten Pati awalnya merupakan sentra

penghasil kacang tanah di Jawa Tengah, sehingga dengan didirikannya PT.

Dwi Kelinci di Pati, dapat mempermudah dalam memperoleh pasokan

kacang tanah yang lebih baik, kontinyu dan lebih segar. Hal tersebut

sangat penting untuk menghasilkan kacang garing yang berkualitas.

Seiring dengan semakin luasnya daerah pemasaran, untuk memperkuat

branding image PT Dwi Kelinci berganti nama menjadi PT Dua Kelinci

pada tahun 2003 sekaligus untuk meluruskan persepsi konsumen terhadap

Page 2: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

2

ketidaksesuaian antara nama perusahaan dengan merk produk yang

dihasilkan. Komplek sekarang pabrik Dua Kelinci memiliki luas sekitar 12

hektar. Komplek ini meliputi enam gudang untuk mengelola bahan, dua

bangunan kantor, gedung tamu, fasilitas staf, dan Kios Kelinci.

Pada masa awal berdiri PT. Dua Kelinci hanya memproduksi kacang

garing, lalu adanya permintaan pasar akan produk baru telah mendorong

bidang Research and Development (R&D) untuk melakukan inovasi dan

diversifikasi, sehingga pada tahun 2000 berhasil melakukan

pengembangan produk yaitu dengan memproduksi varian kacang kulit,

kacang bersalut tepung, serta produk makanan ringan berbahan dasar

tepung. Inovasi-inovasi yang dilakukan PT. Dwi Kelinci dalam

memproduksi produk-produk baru merupakan hal yang sangat penting

untuk berkompetisi dalam pasar global. Perkembangan produk yang

dilakukan juga diimbangi dengan pengembangan peralatan serta mesin

produksi yang berteknologi modern. Pada tahun 2006, PT. Dua Kelinci

juga mengembangkan produk yang berbasis biji-bijian atau serealia seperti

kacang polong, kacang koro dan jagung.

PT. Dua Kelinci sudah menggunakan standar manajemen mutu

internasional ISO 9002 versi tahun 2000 dalam usaha untuk menghasilkan

produk-produk kacang, baik untuk pasar lokal maupun internasional serta

telah mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control

Point) untuk memproduksi kacang garing, baik untuk pasar lokal maupun

pasar luar negeri. Negara-negara tujuan PT. Dua Kelinci untuk

memasarkan produknya saat ini meliputi negara-negara di Asia, Australia,

Eropa, Afrika, Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Dengan

memproduksi 40.000 ton makanan ringan per tahun.

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, selain bahan baku kacang

tanah yang berkualitas juga dibutuhkan sumber daya manusia yang

profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam bidang produksi,

Page 3: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

3

penelitian dan pengembangan, serta distribusi dan pemasaran,

profesionalisme merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan

PT. Dua Kelinci. Dalam proses produksi, profesionalisme ditunjang

dengan penggunaan mesin-mesin berteknologi tinggi seperti mesin masak

dan pencuci kontinyu, mesin pengering dan pembersih kontinyu, silo-silo

penyimpanan kacang yang dilengkapi dengan pengatur suhu, serta cool

room untuk menyimpan dalam suhu rendah

1.2. Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. Dua Kelinci yaitu :

1. Kantor pusat dan pabrik

Kantor pusat dan pabrik PT. Dua Kelinci beralamat di Jalan Raya Pati-

Kudus Km 6,3 Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59163.

2. Kantor cabang

Kantor cabang PT. Dua Kelinci terdapat di 2 lokasi, yaitu :

a. Kantor cabang Surabaya yang beralamat di Komplek Pergudangan

Suri Mulia Permai, jalan Margomulyo 44 blok E-15 Surabaya,

Jawa Timur 60183.

b. Kantor cabang Jakarta yang beralamat di jalan Letjend Suprapto,

Graha Cempaka Mas blok D no. 22 Jakarta Pusat 10640.

1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam menghadapi persaingan pasar global serta persaingan pasar lokal

yang sekarang ini semakin ketat, maka PT Dua Kelinci mempunyai visi

yang awalnya memiliki visi “Memproduksi kacang garing yang

berkualitas”, pada tahun 2007 mengganti visi perusahaan menjadi

“Menjadi yang terbaik di bidang Food Industry and Beverage Industry”.

Sedangkan misi dari PT. Dua Kelinci adalah sebagai berikut :

Page 4: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

4

a. Peningkatan daya saing di segala bidang, terutama disegi kualitas,

efesiensi, dan teknologi.

b. Mempertahankan konsistensi dalam meningkatkan prestasi.

c. Memperkuat brand Dua Kelinci dengan jaringan distribusi yang

merata dalam skala global.

1.4. Komitmen Perusahaan

Perusahaan Dua Kelinci ini memiliki komitmen untuk menjaga kualitas

produk-produk terbaik, aman, dan halal demi kepuasan pelanggan.

meningkatkan produktifitas dan daya saing melalui pengembangan produk

dan teknologi mengembangkan manajemen dan sumber daya serta

mengantisipasi perubahan global serta mengupayakan dan memperbaiki

kelestarian dan keharmonisan lingkungan.

1.5. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja yang ada di PT. Dua Kelinci terbagi atas 3 golongan yaitu :

a. Harian kontrak

Yaitu tenaga kerja yang dikontrak per 6 bulan. jadi tiap 6 bulan sekali

harus perpanjangan kontrak sebelum di-pending. Proses pending ini

dilihat dari kinerja karyawan kontrak tersebut.

b. Harian tetap

Yaitu tenaga kerja tetap yang sistem penggajiannya 2 minggu sekali

dan mendapat jaminan JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan JKM

(Jaminan Kematian).

c. Bulanan tetap

Yaitu tenaga kerja tetap yang sistem penggajiannya 1 bulan sekali dan

mendapatkan jaminan berupa JKK, JKM, dan JHT(Jaminan Hari

Tua).

1.6. Pengaturan Jam Kerja

Page 5: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

5

PT. Dua kelinci menerapkan sistem 7 hari kerja, yaitu dari hari Senin

hingga Minggu. Pembagian shift kerja karyawan PT. Dua Kelinci diatur

menjadi 2 bagian pokok, yaitu :

1. Non Shift Senin-Sabtu : jam kerja 07.00-15.45 (jam istirahat 11.15-12.00)

Jumat : jam kerja 07.0 -16.00 (jam istirahat 11.30-12.30) berlaku untuk

karyawan kantor dan sortir ose.

2. Long Shift Long shift diberlakukan untuk karyawan pada tahap produksi

masak (cooking), pengeringan (dryer), dan ayak silo. Pembagian jam

kerja tersebut antara lain :

a. Shift pagi : 06.00 – 18.00

b. Shift malam : 18.00 – 06.00

3. Short Shift Short shift diberlakukan untuk karyawan pada tahap produksi

sortir manual dan packing. Pembagian jam kerja tersebut antara lain :

a. Shift pagi : 06.30 – 15.00

b. Shift siang : 14.30 – 23.00

c. Shift malam : 22.30 – 07.00

1.7. Tanggung Jawab Sosial

Dua Kelinci menyelenggarakan program kepedulian sosial

perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan

secara berkala dan melibatkan seluruh karyawan, masyarakat serta

pemerintah. Bentuk kegiatan CSR ini diantaranya pemberian dukungan

dan apresiasi kepada olahragawan nasional, santunan untuk anak yatim

dan dhuafa, sumbangan untuk korban bencana alam, program penghijauan,

donor darah, wisata industri untuk masyarakat dan penyelenggaraan

berbagai seminar berkualitas yang ditujukan untuk mengembangkan

kualitas SDM masyarakat.

1.8. Manajemen Kualitas

Dua Kelinci menerapkan program Manajemen Kualitas yang terintegrasi.

Page 6: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

6

kontrol kualitas dilaksanakan di seluruh proses produksi, mulai pengadaan

bahan baku hingga pengiriman. Setiap karyawan bertanggung jawab

penuh atas penerapan standart kualitas di bidang masing-masing. namun,

secara khusus, tanggung jawab manajemen mutu dilakukan oleh devisi

Quality Control (QC) atau Quality Assurance (QA).

Kebijakan mutu Dua Kelinci adalah memberikan kepuasan tertinggi

kepada pelanggan dengan mengendalikan kualitas produk agar sesuai

dengan harapan pelanggan, melakukan penyempurnaan secara terus

menerus, dan memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Didukung dengan laboratorium yang memadai dalam menunjang

penelitian tentang produk-produk di Dua Kelinci. Laboratorium Dua

Kelinci meliputi ; laboratorium mikrobiologi, kimia pangan, limbah,

organoleptik dan lain-lain. Laboratorium tersebut dioperasikan oleh staf

ahli dibidang teknologi pangan dan mikobiologi pangan yang

berpengalaman, memahami biosafety, standart-standar pengujian nasional

dan internasional, serta standar keselamatan kerja di laboratorium. Selain

itu guna dalam rangka menjamin kualitas dengan produktifitas terbaik,

maka Dua Kelinci telah mengembangkan teknologi medern sebagai

berikut : mesin continuous cooking, continuous drying/roasting dan

continuous frying. Selain itu ada cool storage berkapasitas besar untuk

menampung bahan baku, sehingga mampu menjaga rasa dan kualitas.

1.9. Kepedulian Lingkungan

1.9.1. Konservasi Air

Konservasi air merupakan bagian dari program lingkungan CSR

(Corporate Social Responsibility) yang dilakukan PT. Dua Kelinci,

sebagai terobosan untuk mengurangi pemakaian air sekaligus

melindungi air tanah. Air sangat dibutuhkan dalam proses produksi

kacang yaitu pencucian. Limbah air dari setiap tahap pencucian PT.

Dua Kelinci akan disalurkan ke kolam filtrasi sehingga air dapat

Page 7: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

7

didaur ulang dan digunakan kembali. Kualitas air hasil filtrasi ini

telah teruji dan ini terindikasi dari ikan-ikan yang hidup dengan

sehat di kolam. Adapun endapan tanah organik dari filtrasi akan

didaur ulang kembali ke tanah.

1.9.2. Manajemen Limbah

Proses pengolahan kacang kulit menghasilkan limbah tanah dan

limbah organik. Limbah ini dikembalikan dan disebarkan ke tanah

dengan cara yang sedemikian sehingga tidak membahayakan tanah

dan tetap bermanfaat. Setiap rata-rata tiga bulan sekali, instansi

yang berwenang akan menguji lokasi di mana sedimen tanah dari

kolam filtrasi disebarkan. Hal ini dilakukan untuk memastikan

bahwa sedimen tersebut tidak berbahaya bagi tanah dan sumber air

tanah.

PT Dua Kelinci juga menargetkan untuk mengurangi sedapat

mungkin semua bentuk limbah dari proses pengemasan dan

operasional kantor dengan membudayakan “kantor dengan lebih

sedikit kertas”, memperbaiki proses kerja, serta pelatihan karyawan.

Page 8: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

8

BAB II

SISTEM PRODUKSI PERUSAHAAN

2.1 Bahan Baku

2.1.1 Bahan Baku Utama

PT. Dua Kelinci merupakan salah satu produsen besar snack

khususnya produk yang berbahan dasar kacang di Indonesia.

Selain memasarkan produknya di dalam negeri, PT. Dua Kelinci

juga memasarkan produknya di luar negeri. Sehingga produk yang

dihasilkan mempunyai standar kualitas serta rasa yang prima.

Sebelum melakukan proses produksi perusahaan ini terlebih dahulu

memilih bahan baku yang berkualitas agar hasil yang di dapat tidak

mengecewakan para konsumen. Pada divisi kacang garing dan

kacang atom menggunakan bahan baku utama yaitu kacang tanah.

Supplier-supplier yang menyuplai bahan baku kacang tanah ke PT.

Dua Kelinci terbagi menjadi tiga daerah bagian, yaitu :

a. Jawa Tengah : Pati, Rembang, Jepara, Sragen, Wonogiri,

Cilacap dan Karanganyar

b. Jawa Barat : Cianjur, Indramayu, Sukabumi, Subang,

Cirebon, Garut, Batang, dan Cimahi

c. Jawa Timur : Trenggalek, Ponorogo Tuban, Gresik, Blitar,

Banyuwangi, Jember, Blitar, Jombang,

Pasuruan, Nganjuk, Ngawi, Madura,

ponorogo dan Situbondo.

d. Bali

Persediaan kacang basah untuk PT. Dua Kelinci tidak sama tiap

bulannya, kadang banyak dan kadang sedikit. Persediaaan yang

melimpah biasanya terjadi tiga kali dalam setahun yaitu bulan

Page 9: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

9

Januari, April dan September karena pada bulan-bulan tersebut

adalah musim tanam kacang. Kebutuhan bahan baku perusahaan

pada bulan-bulan tersebut dipenuhi dengan mengandalkan lebih

dari satu supplier atau daerah pemasok kacang tanah mentah.

Sedangkan selain tiga bulan tersebut, kebutuhan bahan baku

kacang mentah didapat dari satu atau dua daerah pemasok kacang

mentah. Sumber bahan baku kacang didapat dari supplier tetap

karena sudah dapat memenuhi kebutuhan produksi. Frekuensi

kedatangan bahan baku tidak dapat diperkirakan karena adanya

perbedaan masa tanam pada masing-masing petani.

Kriteria kacang basah yang digunakan oleh perusahaan :

1. Segar atau tidak layu

2. Tidak burik

3. Tidak terlalu muda

4. Besar

5. Menghindari kacang jenis hibrida (kacang kelinci), biasanya

datang dari daerah Jember dan Trenggalek.

Pengendalian bahan baku diusahakan agar bahan baku tidak terlalu

banyak (over stock) atau kekurangan bahan baku (out of stock).

Penerimaan bahan baku dilakukan oleh devisi Pembelian Kacang

Basah (PKB). Bagian penerimaan bahan baku akan memeriksa

kadar air dalam kacang mentah karena jumlah kadar air juga

mempengaruhi harga dari kacang tanah. Bahan baku yang datang

dari supplier langsung ditaruh di atas lantai agar mengurangi

kelembaban selama berada di dalam truk.

Harga bahan baku sendiri berbeda-beda untuk masing-masing

supplier. Perbedaan harga kacang didasarkan pada perbandingan

kuantitas kacang tanah kualitas ekspor dan kacang tanah kualitas

Page 10: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

10

lokal. Perbandingan dan penetapan harga kacang dapat dilihat dari

tabel standar naik turun harga kacang tanah supplier.

2.1.2 Bahan Baku Pendamping

Selain memproduksi kacang garing PT. Dua Kelinci juga

memproduksi kudapan berbasis tepung (Tic Tac). Biji-bijian dan

kacang salut. Jadi untuk membuat produk-produknya maka

diperlukan juga bahan-bahan pendamping sebagai berikut :

1. Bumbu

2. Tepung

3. Trawas

4. Garam

5. Plastic kemasan

6. Kardus

2.2 Sarana Bahan Baku Utama dan Penunjang

Ada banyak sarana dan prasarana produksi yang digunakan di pabrik.

Semuanya berperan dan mendukung proses produksi yang ada. Sarana dan

prasarana produksi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Sarana bahan baku

Terdapat beberapa macam mesin yang digunakan dalam proses

produksi, antara lain:

1. Mesin Cleaner

Terdapat tiga mesin cleaner yang dipakai dalam proses produksi di

devisi kacang garing ini, yaitu :

a) Cleaner kering

Mesin ini dipakai pada proses awal cooking untuk

membersihkan kacang dari tanah dan cenos dengan bantuan

fibrilator.

b) Cleaner basah

Page 11: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

11

Mesin ini digunakan untuk membersihkan kacang dari tanah,

sampah dan akar dengan dimasukkan tabung putar (molen)

dibantu spray air yang disemprotkan dalam tabung agar bersih

dari tanah.

c) Cleaner akar

Mesin ini dipakai setelah kacang selesai menjalani proses

drying untuk membersihkan sisa-sisa akar yang masih ada.

Mesin ini memakai tabung putar untuk memisahkan akar dari

kacang.

2. Mesin Washing

Mesin untuk mencuci kacang setelah dibersihkan pada mesin

cleaner basah, yaitu dengan merendam kacang dalam air dan

diputar dengan 4 turbin putar. Mesin ini juga dilengkapi dua tabung

putar termasuk penyemprot air tekanan tinggi untuk membersihkan

kacang jadi benar-benar bersih dari repaksinya kecuali sedikit akar.

3. Mesin Cooking

Mesin ini digunakan untuk memasak kacang.

4. Mesin Dryer

Mesin ini digunakan untuk mengeringkan kacang yang telah

selesai dimasak.

5. Mesin Gravity

Mesin ini digunakan untuk memisahkan kacang yang berat dan

ringan serta jelek dan bagus.

6. Mesin ayak

Mesin ini digunakan untuk memisahkan kacang yang besar dengan

kacang yang kecil.

7. Mesin Roaster

Mesin ini digunakan untuk mengoven kacang kualitas ekspor

setelah disortir.

8. Mesin Thermopack

Mesin ini digunakan untuk mengoven kacang kualitas lokal.

Page 12: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

12

9. Mesin TAM

Mesin ini digunakan untuk pengemasan kacang.

10. Mesin Isida

Mesin ini digunakan untuk mengeluarkan kacang dengan takaran

yang telah diprogramkan.

11. Mesin Cinghong

Mesin pengemas dan penakar kacang secara manual yang

digunakan untuk packing kacang lokal.

b. Sarana penunjang

1. Belt Conveyor

Belt Conveyor (BC) adalah alat transport perpindahan kacang dari

proses satu ke proses berikutnya.

2. Sekop

Sekop ini digunakan untuk memasukkan kacang basah ke BC

mesin Cleaner kering.

3. Troli

Kereta dorong merupakan sarana transportasi untuk pengangkutan

bahan untuk diproses pada proses selanjutnya

4. Frooklif

Frookclift adalah mobil yang digunakan untuk tarnsportasi produk

yang telah selesai diproses untuk dibawa ke gudang.

5. Radiator dan blower

Radiator dan blower ini adalah alat bantu untuk mengalirkan panas

dari pembakaran batu bara ke mesin cooking, dryer dan roaster.

6. Tempat penyimpanan kacang setengah jadi

Ada 3 jenis Tempat penyimpanan yang ada di PT. Dua Kelinci,

yaitu :

a. Sec bin

Tempat penyimpanan sementara.

b. Silo

Digunakan untuk menyimpan kacang kualitas lokal

Page 13: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

13

c. Coolroom

Digunakan untuk menyimpan kacang kualitas eksport

d. Staple

Digunakan untuk menyimpan kacang kualitas lokal jika silo

sudah penuh.

7. Karung

Karung ini digunakan untuk mengemas bahan baku atau wadah

kacang ½ jadi yang disimpan di staple.

8. Alat pembersih

Alat pembersih yang dimaksud terdiri dari sapu, sekop, kain lap,

dan lain-lain. Digunakan untuk membersihkan lingkungan stasiun

kerja masing-masing.

2.3 Proses Produksi

Proses produksi dapat berjalan dengan adanya bahan baku, bahan

pendukung, dan bahan pengemas. PT. Dua Kelinci merupakan perusahaan

manufaktur yang memproduksi makanan olahan dengan bahan baku utama

kacang tanah. Salah satu produknya adalah kacang garing. Proses produksi

pada kacang garing ini tergolong produksi massa (mass production) karena

jumlah barang yang diproduksi dalam jumlah yang besar dan mengalami

proses yang sama dengan produk sebelumnya dan yang membedakannya

hanya pada merk dagang, berat kemasan dan tujuan pasar suatu produk.

Page 14: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

14

Gambar 2.1 Bagan Alir Produksi Kacang Garing

1. Pembelian Kacang Basah (PKB)

PKB merupakan bagian dari divisi kacang garing yang mengurus

pembelian bahan baku kacang basah mulai dari pemesanan kacang

basah dari supplier sampai dengan pembongkaran di tempat

pembongkaran PT. Dua Kelinci. Dalam perencanaan produksi, divisi

PKB berperan dalam membuat prediksi atau perkiraan jumlah kacang

tanah yang dikirim para supplier dari berbagai daerah. Prediksi

tersebut dapat dibuat melalui jumlah kacang tanah yang dihasilkan

pada tahun sebelumnya dan juga dengan melakukan survey 2 bulan

sebelum panen kacang tanah. Penyurveian supplier meliputi umur

tanaman, kondisi tanaman, lahan tanam, lama panen dan kemampuan

produksi tanaman.

a. Truk supplier ditimbang di jembatan timbang, hasil penimbangan

ditandatangani oleh pihak supplier sendiri.

b. Kacang tanah diturunkan dari truk supplier.

PEMBELIAN KACANG BASAH

Cooking

Drying

SILO

Sortir

Oven

Packing

Page 15: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

15

c. Setiap karung kacang tanah diambil sampelnya sebanyak

setangkupan tangan, kemudian dicampurkan dengan sampel dari

karung-karung lain dan diaduk.

d. Sampel yang telah diaduk dibagi menjadi dua, kemudian supplier

memilih salah satu dari bagian tersebut. Hal ini dilakukan untuk

menentukan sampel mana yang akan dipilih untuk dilakukan

sampling.

e. Dari gunungan sampel yang telah dipilih diambil 1 kg kacang

tanah.

f. Sampel kacang tanah kemudian dibersihkan dari tanah dan akar.

g. Kacang tanah dibersihkan diambil cenosnya untuk dibuang,

h. Dihitung repaksi dari partai kacang yang telah dibersihkan. Repaksi

adalah cenos, akar, tanah dan sampah yang ada pada kacang basah.

i. Kacang yang telah bersih lalu digolongkan berapa kacang yang

puya kualitas eksport, local atau netral.

Kriteria sortir yang dipakai :

I. Eksport : kacang dengan biji 2, besar dan tua

II. Netral : kacang dengan biji 1,3 tua dan biji 2 kecil tua.

III. Lokal : kacang dengan biji 1, 2, 3 dan muda

Sekarang menggunakan system eksport dan local, sedangkan yang

netral masuk ke dalam kriteria eksport.

j. Membandingkan jumlah kacang tanah kualitas eksport dan lokal.

Hal ini dilakukan untuk menentukan harga kacang supplier.

k. Setelah mengetahui perbandingan kualitas kacang lalu ditentukan

harga dari kacang tersebut.

Page 16: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

16

Penentuan harga dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga dasar ± kriteria kualitas + bonus – repaksi x jumlah lot

Dibawah ini merupakan harga dasar kacabg basah yang dipakai

oleh PT Dua kelinci.

Tabel 2.1. Harga Dasar Kacang Basah

3:2 kurang

(harga bawah)

3:2 ke atas

(harga atas)

Pati, jepara, sragen, wonogiri,

boyolali 3200 4000

Gresik, tuban 3400 4300

Sedangkan untuk menentukan berapa kenaikan dan penurunan harga

digunakan daftar naik-turun harga kacang basah yang mengacu pada

kualitas kacang dari petani,

Tabel 2.2. Daftar Naik-Turun Harga Kacang Basah

KUALITAS NAIK

HARGA

KUALITAS TURUN

HARGA cek baik cek jelek

1:1(+) +100 1:1(-) -200

5:4 +125 4:5 -350

3:2 +200 2:3 -500

2:1(-) +250 1:2 -750

2:1 +275 1:3 -950

2:1(+) +300 1:4 -1150

3:1 +350 1:5 -1350

3:1(+) +425 1:6 -1500

4:1 +500 1:7 -1650

4:1(+) +575 1:8 -1800

Page 17: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

17

5:1 +700 1:9 -1950

6:1 +800 1:10 -2200

2. Cooking

Tahap-tahap pada proses cooking yaitu :

a. Kacang yang telah melalui tahap pengecekkan didorong

daengan sekop untuk dimasukkan ke in take (tempat

penampungan kacang).

b. Kacang melalui belt conveyor masuk ke mesin cleaner kering.

Hal ini bertujuan untuk merontokkan tanah dan memisahkan

dari akar dan cenos.

c. Kemudian kacang masuk ke mesin cleaner basah.

d. Kacang ditampung dalam sec bin dan kemudian dimasukkan ke

dalam mesin washing. Proses pencucian terjadi sebanyak 4

kali.

e. Kacang tanah melewati elevator conveyor dan kemudian masuk

ke dalam mesin cleaner pembilas 2 kali.

f. Kacang tanah masuk ke dalam sec bin kemudian masuk ke

dalam mesin cooking. Proses cooking terjadi selama 4 menit 5

detik dengan suhu air 250 ºC dan suhu udaranya adalah 105-

115 0C.

g. Selama proses cooking kacang tanah diberi garam dan tawas.

Pemberian garam dilakukan untuk memberi rasa asin dan juga

sebagai cara untuk mengawetkan kacang. Pemberian garam

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

- Untuk kacang muda kadar garam mencapai 15-16 %.

- Untuk kacang tua kadar garam mencapai 16-18 %.

Untuk melakukan pengecekan kadar garam, dilakukan dengan

mencampur air dan air garam yang digunakan untuk merebus

dengan perbandingan adalah 2:1 lalu diletakkan pada alat

Page 18: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

18

pengecekan. Ketika dari alat di dapat hasil 60, untuk

mengetahui kadar garamnya menggunakan perhitungan sebagai

berikut :

3_

10

xkadar garam

×=

Keterangan :

x = angka yang dibaca dari alat pengukur

60 3_ 18%

10kadar garam

×= =

Pemberian tawas dilakukan untuk menjaga kadar keasaman

kacang dan mencerahkan kulit luar kacang tanah. pH normal

kacang yang dikehendaki adalah 4,5. Apabila pH terlalu tinggi,

kacang tanah akan mudah busuk dan rasanya pahit. Apabila pH

terlalu rendah, kacang juga akan mudah busuk.

h. Kacang siap untuk proses selanjutnya masuk ke BC menuju

mesin dryer.

3. Drying

Proses pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam

kacang. Dalam prosesnya, kacang tersebut dikeringkan sampai

memiliki kadar air sebesar 7-8%. Proses pengeringan dengan mesin

dryer ini menggunakan bantuan uap panas dengan suhu 900-1000 C

yang diperoleh dari panas pembakaran batu bara. Dalam prosesnya 1

mesin dryer dapat menghabiskan 34 kg batu bara per jam. Disini

tersedia 73 bak pengeringan yaitu :

a. lokasi A ada 24 mesin

b. lokasi B ada 28 mesin

c. lokasi C ada 21 mesin

dengan masing-masing mesin mempunyai kapasitas 7 ton.

Page 19: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

19

Alur produksi pada tahap drying antara lain :

a. Kacang yang telah melalui tahap cooking masuk ke BC dan

berjalan menuju take in.

b. Kacang tanah naik melalui elevator kemudian dipindahkan ke

masing-masing mesin dryer yang diinginkan melalui belt conveyor.

c. Kacang yang telah dimasukkan ke mesin dryer lalu disirkulasi.

Untuk sirkulasi awal yaitu waktu dari awal pengeringan adalah

selama 4 jam dan untuk sirkulasi selanjutnya dilakukan setiap jam

sekali.

d. Sirkulasi tersebut dilakukan terus menerus sampai kacang tersebut

kering. Lama proses pengeringan ini adalah selama 12-14 jam

tergantung kualitas dari kacang yang dikeringkan.

e. Setelah itu dilakukan pengecekan secara manual atau dengan alat

pengukur tingkat kekeringan kacang tersebut.

f. Setelah itu kacang siap menjalani proses selanjutnya.

4. Ayak Silo

Produksi III bertujuan untuk menyimpan kacang. Pada produksi III

terdapat 3 tempat penyimpanan, yaitu :

a. Silo

Silo merupakan tempat penyimpanan kacang yang berbentuk

tabung dengan kapasitas untuk corong 1 adalah 90-100 ton dan

corong 2 adalah 60-75 ton. Di PT. Dua Kelinci memiliki 12 unit

silo, di mana lama penyimpanan mencapai 2-3 bulan.

b. Staple

Stapel merupakan cara menyimpan kacang dengan cara menyusun

karung-karung berisi kacang. Lama penyimpanan kacang di staple

mencapai 2-3 bulan.

Page 20: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

20

c. Cool Room

Cool Room merupakan tempat menyimpan kacang di dalam

ruangan dingin dengan temperatur 5-10 ºC. Dengan suhu

penyimpanan tersebut kacang bisa tahan sampai lebih dari 3 bulan

dengan kapasitas coolroom adalah 850-1000 ton.

Pada tahap produksi ayak silo terdapat 2 pembagian proses

pengayakan :

a. By Fast (Non Gravity)

Ketika musim panen kacang datang dan produksi ramai, tahapan

produksi III ini dilakukan dengan by fast yaitu kacang tidak

mengalami tahap gravity dan pengayakan. Kacang tanah dari tahap

drying hanya dimasukkan ke mesin cleaner lalu langsung masuk

silo atau stapel.

b. Gravity Separator

Terdapat 6 unit gravity separator yang tersedia dan dibagi menjadi

3 tahap gravity sehingga masing-masing tahap terdiri dari 2 mesin

gravity separator. Setiap mesin gravity memiliki 3 corong. Selain

gravity separator, disini juga ada yang disebut gravity abangan

yang digunakan untuk mensortir lagi kacang yang kualitasnya

paling rendah dan mesin ayak yang semuanya juga memiliki 3

corong.

Tabel 2.3. Alur Kacang Saat Dimesin Gravity

Gravity Corong Posisi kacang selanjutnya

Tahap 1

1 Gravity Tahap 3

2 Gravity Tahap 2

3 Gravity abangan

Tahap 2

1 Gravity Tahap 3

2 Simpan (silo/staple)

3 Gravity abangan

Page 21: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

21

Tahap 3

1 Ayak

2 Simpan (silo/staple)

3 Gravity abangan

Abangan

1 Simpan (silo/staple)

2 Simpan (silo/staple)

3 Cenos

Mesin

ayak

1 Simpan (coolroom)

2 Simpan (silo/staple)

3 Buang

Alur proses dari stasiun produksi ini yaitu :

- kacang masuk ke dalam mesin cleaner dengan tujuan untuk

mengurangi akar. Proses berjalan selama setengah hari.

- Kacang masuk ke sec bin melalui belt conveyor.

- Kacang lalu dimasukkan ke mesin gravity melalui belt

conveyor untuk penggolongan kacang.

- Kacang kemudian keluar dari mesin gravity dan masuk ke

mesin ayak.

- Setelah kemudian disimpan dalam silo, stapel dan cool storage

5. Sortir

Proses produksi selanjutnya pada devisi kacang garing ini adalah

proses sortir, yaitu memisahkan antara kacang dengan kualitas eksport

dan local. Dengan alur proses sebagai berikut :

a. Kacang dari silo/Coolroom/staple di keluarkan ke BC menuju sec

bin yang ada pada bagian sortir.

b. Kacang keluar dari sec bin menuju BC sortir secara berkala. Dan

yang mengatur timing pergerakan BC adalah masing-masing ketua

kelompok pekerja.

c. Setelah itu kacang disortir atau dipisahkan antara yang memiliki

kualitas eksport dan kualitas lokal.

Page 22: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

22

d. Kacang dengan kualitas eksport dimasukkan karung. Sedangkan

yang memiliki kualitas local dimasukkan ke dalam sec bin

e. Kacang dengan kualitas eksport yang telah dikemas dalam karung

ditimbang lalu di masukkan penampunagn sementara lalu menuju

elevator masuk ke sec bin dan siap di oven pada mesin roaster.

f. Kacang dengan kualitas local juga di masukkan karung dan siap

untuk dioven di Thermopack.

6. Oven

Proses oven ini bertujuan untuk mengeringkan atau mengoven kacang

agar kadar air di dalam kacang menjadi 1-1,5% sehingga kacang akan

lebih tahan lama. Pada produksi V terdapat 3 jenis mesin pengovenan,

yaitu :

a. Mesin Roaster

Terdapat 16 unit mesin roaster bekerja secara otomatis dan dibagi

menjadi 2 line produksi, yaitu

- Line barat memiliki 8 mesin dengan kapasitas 4,5-5 ton per

mesin

- Line timur memiliki 8 mesin dengan kapasitas 5-5,5 ton per

mesin

Dengan lama pengovenan mencapai ± 10 jam pada suhu 85º C.

b. Mesin Thermopeck

Terdapat 10 unit mesin thermopeck yang bekerja secara manual

dengan kapasitas masing-masing mesin mencapai 11–12 ton per

mesin dengan lama pengovenan mencapai ± 48 jam pada suhu 90º

C.

c. Mesin bak OB (jumbo)

Terdapat 1 unit bak OB (jumbo) menpunyai kapasitas mencapai

40-50 ton.

Alur proses dari tahap produksi V adalah sebagai berikut :

Page 23: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

23

a. Kacang yang disimpan di sec bin setelah melalui proses sortir

dimasukkan ke BC menuju ke mesin roaster untuk kacang kualitas

eksport. Sedangkan untuk kacang yang memilki kualitas local

yang disimpan dalam karung dimasukkan ke dalam thermopack.

b. Kacang yang telah berada di mesin roaster dan thermopack

tersebut siap dioven masing-masing selama ± 10 jam pada suhu

85º C dan ± 48 jam pada suhu 90º C.

c. Setelah proses pengopenan kacang lalu disimpan pada sec bin

untuk mengurangi suhu akibat proses oven yang telah dilakukan.

d. Setelah itu kacang siap menjalani sortir final.

7. Packing

Pada produksi VI yaitu proses packing terdapat 2 macam mesin

packing, yaitu :

a. Mesin packing untuk produk luar negeri (8 unit), masing-masing

mesin packing terdiri dari :

- Mesin TAM

- Mesin Ishida

b. Mesin packing untuk produk lokal (62 unit), mesin yang digunakan

adalah mesin Cinghong.

Alur proses packing adalah sebagai berikut :

a. Kacang dari masing-masing sec bin pada produksi V yang telah

dioven, keluar melalui belt conveyor masuk ke bagian sortir final.

b. Kemudian dilakukan sortir final untuk membersihkan kacang dari

kacang yang kulitnya pecah, kulit bolong, kacang biji satu dan

kacang berukuran kecil.

c. Kacang dimasukkan ke sec bin packing dan kemudian masuk ke

mesin packing.

d. Kacang yang telah di packing dilakukan pemeriksaan kebocoran,

berat dan ketebalan kemasan.

Page 24: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

24

e. Setelah melalui tahap pemeriksaaan kacang yang telah dikemas

lalu ditata dalam kardus dan siap disimpan di gudang.

Semua langkah-langkah diatas merupakan proses pembuatan kacang

garing yang ada pada PT. Dua Kelinci dan merupakan proses produksi

terbesar dari semua produk yang diproduksi oleh PT. Dua Kelinci.

Selain memproduksi kacang garing, PT. Dua Kelinci juga memproduksi

kacang salut. Lima puluh mesin pencampur digunakan untuk melapisi

kacang dengan salut (coating) yang dibuat dari tepung, gula, fiksin, garam,

bawang merah dan bawang putih, di mana penambahan salut dan bumbu

dilakukan secara manual dengan urutan ose lalu salut lalu tepung yang

akan membentuk sekitar 20-22 lapisan. Dari mesin pencampur, kacang

akan melewati meja getar yang akan mengeluarkan kacang yang pecah

dan mencegah salut menggumpal sebelum kering sempurna. Setelah itu

digoreng selama 20-22 menit dengan suhu penggorengan 1500. Proses

selanjutnya adalah ditiriskan dengan diputar sekitar 10 menit, lalu

melewati meja getar untuk memisahkan kacang atom yang mengembang,

normal dan rentekan.

2.4 Produk yang Dihasilkan

Didukung mesin produksi berteknologi modern, serta tim Riset dan

Pengembangan yang solit. PT. Dua Kelinci telah mengembangkan dan

memproduksi beragam produk yang kini telah mencapai lebih dari 80

varian.

ragam produk Dua Kelinci meliputi :

• kacang kulit, yaitu : kacang garing Dua Kelinci, kacang garing

Supernut, kacang Sangrai dan kacang rasa bawang putih(gurlic nut).

• kacang bersalut tepung, seperti Shanghai Deka, Hot Nut, Katom dan

Sukro.

Page 25: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

25

• produk kacang rendah lemak bermerek Lofet.

• produk makanan ringan berbahan dasar tepung. seperti : Tic tac, Krip

Krip dan My Corn

• produk biji-bijian/serelia seperti

o kacang koro dengan merek Koroku dan Rege Koro

o kacang polong dengan merek polongmas, Polongku dan Rege

Polong

o biji jagung dengan merek Morning

• produk minuman dengan merek Sir Jus dan Jus Cup.

Page 26: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

26

BAB III

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

Kerja Praktek (KP) yang dilaksanakan di PT. Dua Kelinci yang terletak di Jalan .

Pati-Kudus km 6.3, Pati, Jawa Tengah ini, telah dilaksanakan pada tanggal 18 Juli

sampai 19 Agustus 2011. Kerja Praktek ini merupakan salah satu tugas yang harus

ditempuh untuk menyelesaikan program Strata I Program Studi Teknik Industri

Fakultas Sains dan Teknologi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan sarana dalam mempraktekkan materi yang telah diterima di

bangku kuliah.

Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini, mahasiswa KP ditempatkan di Balai

Pengobatan PT. Dua Kelinci dan diberikan pengarahan dan bimbingan oleh Ibu

Aris Windarsih yang merupakan supervisior Balai Pengobatan dan pembimbing

selama di perusahaan. Penempatan tersebut disesuaikan dengan tema proposal

kerja praktek yang telah diajukan yaitu mengenai postur kerja karyawan yang

bekerja di PT. Dua Kelinci. Balai Pengobatan Poliklinik ini bertugas melayani

para karyawan Dua Kelinci di bidang kesehatan dan pengobatan. Selain itu juga

bertugas memonitor penerapan K3 yang ada di perusahaan. Berikut ini tabel

kegiatan Kerja Praktek yang telah dilakukan :

Tabel 3.1. Tabel Kegiatan Selama Di Perusahaan

Tanggal Tempat Kegiatan

18 Juli 2011

Ruang metting

Pemberitahuan tentang tata tertib yang berlaku di pabrik dan pembimbing KP dari perusahaan

Poliklinik Perkenalan dengan staf-staf poliklinik

Area pabrik

Pengenalan area pabrik

19 Juli 2011

Poliklinik Diskusi dengan ibu Aris Windarsih

Area pabrik

Mencari informasi proses penyediaan dan pemilihan bahan baku (PKB) Mencari informasi proses pemasakan kacang (COOKING)

Page 27: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

27

20 Juli 2011

Area pabrik

Mencari informasi proses pengeringan (drying)

Mencari informasi proses cleaning pengayakan grafiti dan storage setengah jadi (SILO)

Mencari informasi proses pengovenan (OVEN)

Mencari informasi proses sortir final dan pengepakan (PACKING)

21 Juli 2001

Area pabrik

Melihat proses pengeluaran kacang setelah di keringkan (drying)

25 Juli 2011

Poliklinik Diskusi dengan ibu Aris Windarsih

Area pabrik

Mengambil gambar pekerja inspeksi OC

26 Juli 2011

Poliklinik Konsultasi dengan ibu Aris Windarsih

Area pabrik

Pengambilan data dimensi dan wawancara

27 Juli 2011

Area pabrik

Pengambilan video

28 Juli – 10 Agustus 2011

Poliklinik Pengerjaan laporan

11-18 Agustus 2011

Pabrik dan kantor

Mencari info tambahan tentang prusahaan

19 Agustus 2011

Pelepasan dan pamitan

Senin, 18 Juli 2011, saya datang ke PT. Dua Kelinci untuk bertemu dengan Bapak

Sofwan yang akan menjelaskan aturan-aturan yang harus ditaati selama

menjalankan kerja praktek di dalam perusahaan seperti memakai baju yang

sopan, dilarang memakai kaos, dilarang memakai sandal, dilarang memotret atau

merekam video di bagian produksi, tidak boleh memakan atau mencicipi produk

yang sedang diproduksi dan rambu-rambu yang lainnya serta memberitahukan

pembimbing kerja praktek dari perusahaan yang akan mengarahkan dan

membimbing kita selama melakukan kegiatan di dalam perusahaan. Setelah itu

saya diantarkan ke BP Poliklinik untuk menemui Ibu Aris Windarsih selaku

pembimbing. Kerja praktik ini dilaksanakan pada hari senin sampai sabtu, mulai

jam 07.00 sampai jam 15.45 WIB. Setelah berkenalan dengan Ibu Aris dan staf-

staf BP Poliklinik, saya ditemani oleh Ibu Asih berkeliling pabrik untuk

Page 28: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

28

pengenalan area pabrik dan melihat postur kerja para karyawan yang ada di

perusahan sebagai bahan pertimbangan postur kerja mana yang akan dianalisis.

Di hari berikutnya yaitu selasa, 19 Juli 2011, setelah berdiskusi dengan Ibu Aris,

saya akan mulai mencari informasi tentang proses produksi yang ada di PT. Dua

Kelinci khususnya pembuatan kacang garing yang merupakan proses produksi

terbesar yang ada dibandingkan proses produksi produk yang lain. Sebagai

langkah awal saya menemui kepala divisi kacang garing yaitu Bapak Warno.

Beliau menyuruh saya mencari tahu prosesnya sendiri dengan datang ke tiap

stasiun yang ada pada devisi kacang garing. Lalu saya mulai dari stasiun pertama

yaitu bagian Pembelian Kacang Basah (PKB) dan bertemu dengan Bapak

Bambang dan Ibu Win untuk mengetahui prosedur dan system dalam mengatur

persediaan dan pemilihan kacang sebagai bahan baku utama. Selanjutnya adalah

bagian cooking yang berfungsi untuk memasak kacang. Disini saya dibantu oleh

Bapak Yono dan Bapak Kasiman untuk mengetahui proses pemasakan kacang

mulai dari pembersihkan kacang sampai kacang tersebut matang dan siap diproses

selanjutnya.

Pada hari ketiga yaitu hari rabu, 20 Juli 2011, saya melanjutkan mencari informasi

mengenai proses produksi kacang garing. Stasiun selanjutnya adalah bagian

drying, disini saya dibantu oleh Bapak Sutikno dan dipandu oleh Bapak Jasman

mencari tahu proses drying mulai dari awal sampai akhir. Setelah selesai dengan

bagian drying selanjutnya adalah bagian ayak silo. Pada stasiun ini saya dibantu

oleh Ibu Sutami dalam memahami fungsi dan proses yang ada. Sedangkan untuk

tiga stasiun berikutnya adalah sortir, oven dan packing saya dibantu oleh Ibu

Hartini, Bapak Sunthi dan Bapak Sutopo untuk memahami proses dan fungsi

masing-masing stasiun tersebut.

Hari kamis, 21 Juli 2011 saya menemui Bapak Jasman yang telah berjanji

memperlihatkan proses pembongkaran kacang dari mesin dryer dengan

mensisakan satu bak kacang yang seharusnya dibongkar pada shift malam.

Page 29: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

29

Selanjutnya saya mulai menyusun laporan tentang proses produksi kacang garing

dari informasi yang telah dikumpulkan.

Pada minggu kedua, senin, 25 Juli 2011, setelah berkonsultasi dengan Ibu Aris,

saya mulai mencari data-data primer untuk laporan kerja praktik yaitu foto postur

kerja. Postur kerja yang saya pilih adalah pada bagian sortir ose devisi kacang

atom.

Selasa, 26 Juli, saya melanjutkan pengumpulan data yaitu data ukuran dimensi

tubuh para karyawan sortir ose dan melakukan wawancara mengenai keluhan-

keluhan yang dialami selama bekerja yang berhubungan dengan kesalahan postur

kerja. Dikarenakan kekurangan data. Dan pada tanggal 27 juli 2011, saya kembali

mengambil data tapi berupa video saat karyawan sedang mensortir ose.

Selanjutnya pada tanggal 28 Juli sampai 10 Agustus 2011, saya mengerjakan

laporan dari kerja praktek yang telah dilakukan. Untuk menambah informasi

tentang perusahan maka pada tanggal 11-18 Agustus 2011, saya mencari

informasi tambahan tentang perusahaan seperti profil perusahaan dan layout

perusahaan. Dan akhirnya pada tanggal 19 Agustus 2011 yang merupakan hari

terakhir pelaksanaan kerja praktek ini perusahaan melakukan pelepasan.

Page 30: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

30

BAB IV

STUDI KASUS

4.1. Rumusan Kasus

Keselamatan kerja merupakan salah satu hal terpenting yang perlu

diperhatikan oleh perusahaan agar produktifitas dan kesejahteraan karyawan

tetap baik. Berdasarkan hal tersebut, maka tiap perusahaan dituntut untuk

memiliki sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang baik sehingga dapat

meminimalisasi terjadinya suatu kecelakaan kerja. Untuk merealisasikan hal

tersebut perusahaan harus memperhatikan salah satunya yaitu postur kerja

dari karyawan atau operator dalam menjalankan tugasnya. Salah satu

perusahaan yang berusaha mencapai hal tersbut adalah PT. Dua Kelinci.

PT. Dua Kelinci merupakan salah satu produsen besar snack khususnya

produk yang berbahan dasar kacang di Indonesia. Selain memasarkan

produknya di dalam negeri, PT. Dua Kelinci juga memasarkan produknya di

luar negeri. Dua Kelinci adalah merek terkemuka dan terpercaya di

Indonesia, karena selama hampir 40 tahun telah memproduksi kudapan

kacang dan aneka kudapan lainnya dengan standar kualitas serta rasa yang

prima. Standar kualitas kami adalah satu di antara yang tertinggi dari yang

dimiliki produsen-produsen makanan terbaik di tanah air. Ini karena mereka

telah berinvestasi pada proses jaminan mutu yang sangat teliti. Standar

tersebut diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku dan di setiap tahap

proses produksi, serta dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh seluruh

karyawan PT. Dua Kelinci. Untuk melakukan inspeksi atau pemisahan

kacang yang kualitas baik dengan kacang yang kualitasnya jelek dilakukan

dengan tenaga manusia atau manual. Kegiatan tersebut berpotensi

mengakibatkan terjadinya cedera muscoluskeletal.

Setiap pekerjaan yang dikerjakan operator dalah proses diatas, dilakukan

dalam bermacam-macam bentuk atau posisi. Sehingga mereka tidak tahu

Page 31: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

31

apakah posisi yang mereka lakukan merupakan posisi yang tepat dan

ergonomis. Kenyamanan tercipta apabila pekerja melakukan postur kerja

yang baik dan aman. Setiap posisi kerja memiliki tingkat resiko yang

berbeda. Apabila seorang operator melakukan pekerjaan dalam posisi yang

salah maka akan mengakibatkan resiko yang fatal. Namun masih banyak

operator yang melakukan pekerjaan dengan posisi yang seharusnya tidak

dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan dilakukan berulang-ulang

karena sudah menjadi kebiasaan. Padahal, hal tersebut dapat menimbulkan

terjadinya Comulative Trauma Disorders.

Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan suatu analisis pengukuran kerja

yang didasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika, dan salah satu metode

yang bisa digunakan yaitu metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

dan Rapid Entire Body Assessment (REBA).

4.1.1 Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam melakukan kerja praktek dan menjaga

agar menjurus kepada permasalahan yang sedang dihadapi, maka

perlu adanya pembatasan terhadap lingkup penelitian. Pembatasan

masalah tersebut adalah :

1) Populasi karyawan sortir ose pada satu line stasiun sortir

ose ada 24 orang.

2) Kasus yang diambil hanya pada satu stasiun sortir ose.

3) Pengambilan foto operator dengan 3 postur yang berbeda.

4.1.2 Asumsi

Dalam penelitian kerja praktek ini digunakan beberapa asumsi yaitu

sebagai berikut :

1) Satuan tinggi, panjang dan lebar yang digunakan adalah

sentimeter sedangkan untuk sudut adalah derajat.

2) Operator bekerja secara normal

Page 32: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

32

4.1.3 Tujuan

Dalam kerja praktek ini, praktikan bermaksud untuk melakukan

analisa postur kerja karyawan bagian gudang menggunakan metode

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body

Assessment (REBA) dengan tujuan agar bisa merancang metode kerja

yang didasarkan pada prinsip–prinsip biomekanika.

Secara lengkap tujuan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

a. Menambah wawasan tentang orientasi pengembangan teknologi

di masa sekarang dan mendatang sehingga diharapkan dapat

menyadari realitas antara teori yang diberikan di bangku kuliah

dengan tugas yang didapat di lapangan.

b. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip

yang diajarkan selama masa kuliah dengan aplikasinya di dunia

industri.

c. Mengukur kemampuan analisis secara teoritis dengan kondisi

nyata yang ada di lapangan.

d. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman awal dalam

usaha untuk berpikir secara kritis dan melatih keterampilan

sikap, serta pola tindak dalam masyarakat industri yang sesuai

dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

e. Menambah wawasan tentang informasi serta melatih pola pikir

mahasiswa untuk dapat menggali permasalahan, yang kemudian

akan dianalisa dan dicari penyelesaiannya secara integral

komprehensif.

f. Memberikan solusi terhadap masalah yang ada di tempat Kerja

Praktek.

Page 33: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

33

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip RULA dan

REBA.

b. Melakukan perhitungan postur kerja dengan metode RULA dan

REBA.

c. Melakukan analisis terhadap postur tubuh operator sesuai

dengan metode RULA dan REBA

4.1.4 Manfaat Kerja Praktek

1. Bagi Mahasiswa

A. Sebagai persiapan dalam menghadapi dunia kerja.

B. Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi

nyata perusahaan, dan dapat menambah kemampuan, serta

keyakinan akan teori yang diperoleh dari perkuliahan.

C. Kesempatan untuk mengembangkan kebidangan dan keilmuan

dalam teknik industri ke dalam dunia industri nyata

D. Sebagai batu loncatan untuk meraih masa depan yang lebih

baik

2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Menjalin hubungan eksternal yang baik dengan perusahaan

yang bergerak dalam dunia industri proses.

b. Tercipta pola kemitraan yang baik dengan perusahaan tempat

mahasiswa melaksanakan Kerja Praktek mengenai berbagai

persoalan yang muncul untuk kemudian di cari solusi bersama

yang lebih baik.

c. Peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kebidangan dan

keilmuan

3. Bagi Perusahaan

Page 34: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

34

a. Dapat menjalin hubungan eksternal yang positif dengan

lembaga pendidikan tingkat universitas khususnya Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Teknik

Industri.

b. Adanya masukan bermanfaat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan sesuai dengan hasil

pengamatan yang dilakukan mahasiswa selama melaksanakan

Kerja Praktek.

c. Mengenal dan mengetahui kebidangan dan keilmuan yang ada

di Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

4.2. Metode Penyelesaian kasus

Dalam ilmu ergonomi, terdapat empat bidang penelitian dari hasil

ergonomic itu sendiri. Salah satu dari cabang penelitian tersebut adalah

biomekanika. Dalam dunia industri sering kita temui pekerja mengangkat

barang dengan bantuan atau tanpa alat bantu guna tercapainya perpindahan

barang tersebut. Ilmu Biomekanika mencoba memberikan gambaran

ataupun solusi guna meminimumkan beban yang akan dibebankan pada

pekerja tersebut supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.

Biomekanika merupakan penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang

mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari

bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan

kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut .

4.2.1 Analisis mekanik

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap

kerja yang berbeda aka menghasilkan kekuatan yang berbeda pula.

Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiyah

sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cedera muscoluskeletal.

Page 35: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

35

Kenyamanan tercipta apabila pekerja melakukan postur kerja yang

baik dan aman.

Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya, yaitu:

1. Gaya gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap

segmen tubuh manusia dengan arah kebawah (F=m.g).

2. Gaya Reaksi, yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen

tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri.

3. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat

gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada

sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya gaya momen otot.

Tubuh manusia terdiri dari 6 link yaitu:

1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku.

2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu.

3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul.

4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.

5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki.

6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.

4.2.2 Postur Kerja

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh

saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi: flexion,

extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination.

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi

pengurangan. , extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi

peningkatan sudut antara dua tulang. abduction adalah gerakan

menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. Adduction adalah

pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Rotation adalah perputaran

bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran

bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination

adalah perputaran kea rah samping (menuju luar) dari anggota tubuh.

Page 36: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

36

4.2.3 Comulative Trauma Disorders (CTD)

Comulative Trauma Disordersadlah cidera pada system kerangka otot

yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma

kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh disain yang buruk

yaitu disain alat/system kerja yang membutuhkan gerakan tubuh

dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas atau alat

lainnya terlalu sering. Penyebabnya adalah:

1. Penggunaan gaya yang sangat berlebihan selama gerakan

normal.

2. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak pada posisi normal

3. Perulangan gerkan yang sama secara terus menerus

4. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma

sendi.

4.2.4 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assissment (REBA) dikembangkan oleh Dr.Lynn

Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari

universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of

Osecupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk

jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993.

RULA adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi

yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh

tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan piranti khusus

dalam memberikan penilaian dalam postur leher, punggung dan tubuh

bagian atas. Sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang

ditopang oleh tubuh.

Teknologi ergonomic tersebut mengevaluasi postur, kekuatan dan

aktivitas otot yang menimbulkan cedera akibat aktivitas berulang.

RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko

dan melakukan perbaikan sesegera mungkin.

Page 37: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

37

4.2.5 Perkembangan RULA

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini

memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan

pemeriksaan dan pengukuran tanpa memerluka biaya peralatan

tambahan. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap

pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatan

postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan system penskoran dan

tahap yang ketiga adalah pengambangan skala level tindakan yang

memberikan suatu panduan terhadap suatu level resiko dan kebutuhan

akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci.

Adapun tujuan dari dikembangkannya metode RULA ini adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja

secara cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure)

terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas yang disebabkan

karena bekerja.

2. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan

dengan postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan

kerja statis dan repetitive yang mengakibatkan kelelahan otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan

atau pengukuran ergonomi yang mencakup faktor-faktor fisik,

mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya

mencegah terjadi gangguan pada tubuh bagian atas akibat

kerja.

Penilaian menggunakan metode ini adalah metode yang telah

dilakukan oleh McAtamey dan Corlett (1993). Tahapan-tahapan

menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan metode untuk pencatatan postur bekerja

Tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua

kelompok, yaitu grup A dan B.

Page 38: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

38

� Grup A: lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan

tangan.

� Grup B: leher, badan dan kaki.

Pembagian tersebut memastikan bahwa seluruh postur tubuh

dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas

yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat

masuk dalam pemeriksaan.

sistem penskoran pada setiap postur bagian tubuh ini

menghasilkan urutan anngka yang logis dan mudah untuk

diingat. Agar memudahkan identifikasi kisaran postur dari

setiap gambar bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital.

Pengukuran dimulai dengan pengamati operator selama

beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur

pengukuran.

Skor-skor yang terdapat dalam metode RULA adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Skor Pergerakan Lengan Atas

Page 39: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

39

Ganbar 4.1 Range Pergerakan Lengan Atas (a) postur alamiah (b) postur

extention dan fexion (c) postur lengan atas fexion.

Table 4.2 Skor Pergerakan Lengan Bawah

Ganbar 4.2 Range Pergerakan Lengan Bawah

Page 40: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

40

Tabel 4.3 Skor Pergerakan Pergelangan Tangan

Gambar 4.3 Range Pergerakan Pergelangan Tangan

Ganbar 4.4 Standar RULA Putaran Pergelelangan Tangan

Page 41: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

41

Tabel 4.4 Skor Rentang Postur untuk Leher

Gambar 4.5 Range Pergerakan Leher

Gambar 4.6 Range Pergerakan Leher yang Diputar dan Dibengkokkan

Page 42: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

42

Table 4.5 Skor Pergerakan untuk Punggung

Gambar 4.7 Range Pergerakan Punggung

Gambar 4.8 Range Pergerakan Punggung yang Diputar atau Dibelokkan

Page 43: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

43

Gambar 4.9 Range Pergerakan Kaki

2. Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur

bagian tubuh

Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok A dan B

diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.

Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk

memperoleh skor A dan tabel B untuk memperoleh skor B

Page 44: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

44

Tabel 4.6 Skor Postur Kelompok A

Table 4.7 Skor Postur Kelompok B

Page 45: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

45

Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan

tenaga yang digunakan.

Skor untuk penggunaan otot:

+1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau

penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1

menit.

Skor untuk penggunaan tenaga (beban), yaitu sbb:

0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 Kg dan

ditahan.

1 jika beban sesekali 20 – 10 Kg.

2 jika beban 2 – 10 Kg bersifat statis atau berulang-ulang.

2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 Kg.

3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis

atau berulang.

4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan

sentakan cepat.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh

bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang

tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari

table A dan B, yaitu:

Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = skor C

Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = skor D

Atau secara bagan dapat disajikan sebagai berikut:

Page 46: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

46

Gambar 4.10 Bagan Penilaian RULA

3. Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan

Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut

grand skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor

diperoleh dari tabel berikut.

Tabel 4.8 Tabel Grand skor

Setelah diperoleh grand skor, yang bernilai 1 hingga 7

menunjukkan level tindakan (action level) sebagai berikut:

Page 47: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

47

Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bias

diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam

periode yang lama.

Action level 2

Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan

pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-

perubahan.

Action level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

Action level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka

pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu

juga).

4.2.6 Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara

cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini

juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang

oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan

REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan

melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang

mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan

postur kerja operator (McAtamney, 2000).

Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr.

Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut:

Page 48: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

48

Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja berupa video atau

foto.

Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja

dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga

kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau

memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya

peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail

(valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa

didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta

analisis selanjutnya.

Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh

dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari

masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung

(batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,

pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA

segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi

punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara

grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada

masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian

dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A

untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh

skor untuk masing-masing tabel.

Page 49: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

49

Table 4.9 Skor Pergerakan Punggung

Gambar 4.11 Pergerakan Punggung

Tabel 4.10 Skor Pergerakan Leher

Gambar 4.12 Pergerakan Leher

Page 50: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

50

Tabel 4.11 Skor Pergerakan Kaki

Gambar 4.13 Pergerakan Kaki

Tabel 4.12 Skor Pergerakan Lengan Atas

Gambar 4.14 Pergerakan Lengan Atas

Page 51: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

51

Tabel 4.13 Skor Pergerakan Lengan Bawah

Gambar 4.15 Pergerakan Lengan Bawah

Tabel 4.14 Skor Pergerakan Pergelangan Tangan

Gambar 4.16 Pergerakan Pergelangan Tangan

Page 52: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

52

Kita dapat mengetahui skor A dengan melihat tabel A dengan

skor punggung, leher, dan kaki. Dan tabel B untuk lengan atas,

lengan bawah, dan pergelangan tangan untuk mengetahui skor

B.

Tahap 3 : Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas

pekerja.

Faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang

diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing

faktor tersebut juga mempunya kategori skor.

Table 4.15 Skor A REBA dan Skor Beban

Page 53: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

53

Table 4.16 Tabel skor B REBA dan Skor Coupling

Table 4,17 Skor C REBA dan Activity Score

Page 54: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

54

Tahap 4 : Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.

Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan

dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga

didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B

dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan

nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan

untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada.

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C

dengan nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat

diketahui level resiko pada muscolusceletal dan tindakan yang

perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja.

Untuk lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan

metode REBA.

Gambar 4.17 Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA

Page 55: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

55

Table 4.18 Level Resiko dan Tindakan

Dari tabel resiko di atas dapat diketahui dengan nilai REBA yang

didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level

resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk

perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain

berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip-

prinsip ergonomi.

4.2.7 Anthropometri

Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design

memperhatikan faktor anthropometri secara umum adalah sebagai

berikut (Roebuck, 1995):

1. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya

2. Penentuan kebutuhan data (dimensidimensi system kerja yang akan

dirancang)

3. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan

pemilihan persentil yang akan dipakai

4. Penyiapan alat ukur anthropometri

5. Pengambilan data

6. Pengolahan data dengan :

a. Uji kenormalan data

Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan bantuan software

SPSS (non parametrik test)

b. Uji keseragaman data

Dengan menggunakan formula matematis sebagai berikut :

Page 56: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

56

c. Uji kecukupan data

Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan formula :

d. Perhitungan persentil data (Persentil kecil, rata-rata, dan besar)

e. Visualisasi rancangan, dengan memperhatikan posisi tubuh secara

normal, kelonggaran (pakaian dan ruang), variasi gerak dan

analisis hasil rancangan

4.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.3.1. Pengumpulan Data

Dari hasil observasi langsung yang telah dilakukan didapatkan

beberapa data sebagai berikut :

1. Data diagnosa karyawan PT. Dua Kelinci

Berikut ini adalah data diagnosa karyawan yang berhubungan

dengan efek dari kesalahan postur kerja yang dialami.

Tabel 4.19. Diagnosa Karyawan PT. Dua Kelinci

Keluhan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Parestesi

(kesemutan) 20 25 31 9 12 10 12

Neuralgia

(pegal) 41 25 34 47 54 45 43

Page 57: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

57

Arthritis,

Myalgia,

Osteoporosis

109 109 123 91 98 104 86

2. Data keluhan pekerja

Berikut ini adalah data keluhan dari para pekerja sortir ose yang

diperoleh dari hasil wawancara :

Tabel 4.20. Data Keluhan Pekerja Sortir Ose

PEKERJA Umur lama

kerja Keluhan pegal-pegal tempo

A 40 11 punggung dan tangan Jarang

B 31 11 punggung dan kaki Sering

C 34 11 punggung dan kaki Sering

D 33 7 punggung dan kaki Sering

E 25 10 punggung, pundak dan kaki Sering

F 35 11 punggung, pundak dan kaki Sering

G 33 11 punggung dan kaki Sering

H 45 10 Pundak Kadang

I 36 10 Pundak Jarang

J 33 12 punggung dan kaki Jarang

K 37 10 punggung, pusing dan kaki Sering

L 32 10 punggung dan kaki Jarang

M 28 5 punggung, pundak dan kaki Sering

N 34 10 punggung, pundak dan kaki Sering

O 44 13 Pundak Sering

P 37 12 punggung dan kaki jarang

Q 31 13 Punggung Sering

R 44 17 punggung, pundak dan pusing Sering

Page 58: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

58

S 45 12 punggung dan kaki bagian tungkak Sering

3. Foto postur kerja

Berikut ini adalah gambar postur kerja dari karyawan yang

bekerja di bagian sortir ose.

(a) (b) (c)

Gambar 4.18. Postur Kerja Karyawan Sortir Ose. (a) postur kerja 1, (b)

postur kerja 2, (c) postur kerja 3

Page 59: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

59

4. Pengukuran sudut

Gambar 4.19. Titik-Titik Pembentuk Sudut

Tabel 4.21. Titik Pembentuk Sudut

Postur Titik pembentuk

Leher A-C-B

Punggung C-E-D

Kaki L-E-F

Lengan atas G-C-E

Lengan bawah H-G-I

Pergelangan J-I-K

Page 60: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

60

Gambar 4.20. Postur Kerja 1

Gambar 4.21. Postur Kerja 2

Page 61: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

61

Gambar 4.22. Postur Kerja 3

Tabel 4.22. Data Besar Sudut yang Terbentuk

Sudut Postur kerja 1 Postur kerja 2 Postur kerja 3

Leher 20 140 110

Punggung 220 90 150

Kaki 1010 540 830

Lengan atas 550 160 360

Lengan bawah 680 870 840

Pergelangan 140 40 350

Page 62: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

62

5. Data ukuran stasiun kerja

Stasiun kerja pada bagian sortir ose adalah sebuah meja yang

yang di lengkapi lampu dan bagian seperti corong untuk

memisahkan ose yang baik.

Gambar 4.23. Meja Sortir Awal Tampak Depan

Gambar 4.24. Meja Sortir Awal Tampak Samping

Page 63: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

63

Gambar 4.25. Kursi Sortir Awal Tampak Samping

6. Data dimensi tubuh

Dari hasil pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil

pengukuran dimensi tubuh sebagai berikut ;

Tabel 4.23. Data Ukuran Dimensi Pekerja Bagian Sortir Ose

PEKERJA Tsd pkl Tlb

A 28 45 50

B 20 48 45

C 24 52 48

D 24 55 53

E 26 54 51

F 23 50 48

G 28 49 48

H 26 45 45

I 23 49 46

J 25 48 43

K 24 46 47

L 22 53 54

Page 64: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

64

M 21 45 47

N 24 46 46

O 26 48 47

P 23 56 49

Q 28 52 51

R 27 52 46

S 22 47 45

Keterangan :

Tsd : tinggi siku duduk

Pkl : pantat ke lutut

Tlb : tinggi lutut berdiri

4.3.2. Pengolahan Data

A. Postur Kerja Awalan

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari

pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing

segmen tubuh yang meliputi punggung, leher, lengan atas,

lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki.

Page 65: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

65

a. Postur Kerja 1

1. Perhitungan Skor RULA

Tabel 4.24. Perhitungan RULA Postur Kerja 1

Postur Sudut Skor Grand score

lengan atas 550 3+1

4

skor

C

5

6

lengan bawah 680 1+1

Pergelangan 140 2+1

Perputaran 1

Otot 1

Tenaga 0

Leher 20 1

4 sk

or D

5

Punggung 220 3

Kaki Tidak Tertopang 2

Otot 1

Tenaga 0

2. Perhitungan Skor REBA

Tabel 4.25. Perhitungan REBA Postur Kerja 1

Postur Sudut Skor skor REBA

Punggung 220 3

skor

tabe

l A

5

skor

A

5

skor

C

6 7

Leher 20 1

Kaki 1010(TT) 2+1

beban 0

lengan atas 550 3+1

skor

tabe

l B

5

skor

B

5 lengan bawah 680 1

pergelangan 140 1+1

coupling 0

actiity score 1

Page 66: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

66

b. Postur Kerja 2

1. Perhitungan Skor RULA

Tabel 4.26. Perhitungan RULA Postur Kerja 2

postur Sudut Skor grand score

lengan atas 160 1

3

skor

C

4

4

lengan bawah 870 1+1

pergelangan 40 2+1

perputaran Menengah putaran 1

Otot 1

tenaga 0

leher 140 2

3

skor

D

4

Punggung 90 2

Kaki Tidak Tertopang 2

Otot 1

tenaga 0

2. Perhitungan Skor REBA

Tabel 4.27. Perhitungan REBA Postur Kerja 2

Postur Sudut Skor skor REBA

Punggung 90 2

skor

tabe

l A

4

skor

A

4

skor

C

4 5

Leher 140 1

Kaki 540 2+1

Beban 0

lengan atas 160 1

skor

tabe

l B

2

skor

B

2 lengan bawah 870 1

Pergelangan 40 1+1

coupling 0

actiity score 1

Page 67: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

67

c. Postur Kerja 3

1. Perhitungan Skor RULA

Tabel 4.28. Perhitungan RULA Postur Kerja 3

Postur Sudut Skor grand score

lengan atas 360 2

4

skor

C

5

5

lengan bawah 840 1+1

Pergelangan 350 3+1

Perputaran 1

Otot 1

tenaga 0

Leher 360 3

3 sk

or D

4

Punggung 150 2

Kaki Tertopang 1

Otot 1

tenaga 0

2. Perhitungan Skor REBA

Tabel 4.29. Perhitungan REBA Postur Kerja 3

postur Sudut Skor skor REBA

punggung 150 2

skor

tabe

l A

3

skor

A

3

skor

C

3 4

leher 110 1

kaki 830 1+1

beban 0

lengan atas 360 2

skor

tabe

l B

3

skor

B

3

lengan

bawah 840 1

pergelangan 350 2+1

coupling 0

actiity score 1

Page 68: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

68

B. Usulan

Setelah dilakukan perhitungan REBA dan RULA pada ketiga

postur kerja tersebut, ternyata diketahui bahwa postur kerja

karyawan perlu untuk diperbaiki. Karena dengan posisi awalan

tadi dapat dikatakan mempunyai resiko yang tinggi. Lingkungan

stasiun kerja yang tidak nyaman membuat karyawan mudah

merasa lelah dalam bekerja. Pada stasiun sortir ose ini, meja dan

kursi yang digunakan terlalu rendah sehingga menjadi postur

kerja yang terbentuk dari stasiun tersebut tidak ergonomis. Oleh

karena itu, perlu diusulkan agar lingkungan kerja khususnya

meja dan kursi bagian sortir ose didesain ulang agar sesuai

dengan dimensi pekerja dan lebih ergonomis. Nantinya dengan

cara ini dapat mengurangi resiko para karyawan.

Untuk merancang stasiun kerja yang baru, maka digunakan

perhitungan ukuran dimensi tubuh dengan metode

Anthropometri agar mendapatkan ukuran stasiun kerja yang

sesuai dengan ukuran karyawan sortir ose. Data ukuran dimensi

tubuh karyawan harus dilakukan uji normalitas, keseragaman

dan kecukupan data terlebih dahulu. Dari hasil pengolahan

dengan menggunakan SPSS, maka didapatkan hasil sebagai

berikut :

a. Tinggi siku duduk

Tabel 4.30. Uji Normalitas Tinggi Siku Duduk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tsd .149 19 .200* .953 19 .440

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 69: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

69

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nialai signifikasi

dimensi tinggi siku duduk dengan metode kolmogorov-

smimov adalah 0.2 dan dengan metode shapiro-wilk

adalah 0.44

b. Pantat ke lutut

Tabel 4.31. Uji Normalitas Pantat Ke Lutut

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pkl .136 19 .200* .932 19 .192

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nialai signifikasi

dimensi tinggi siku duduk dengan metode kolmogorov-

smimov adalah 0.2 dan dengan metode shapiro-wilk

adalah 0.129

c. Tinggi lutut berdiri

Tabel 4.32. Uji Normalitas Tinggi Lutut Berdiri

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tlb .162 19 .200* .951 19 .403

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nialai signifikasi

dimensi tinggi siku duduk dengan metode kolmogorov-

Page 70: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

70

smimov adalah 0.2 dan dengan metode shapiro-wilk

adalah 0.403

Untuk menganalisis hasil SPSS diatas maka digunakan hipotesis

sebagai berikut :

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Dengan ketentuan penarikan kesimpulan jika nilai signifikasi >

0.05 maka H0 diterima. Sedangkan jika nilai signifikasi < 0.05

maka H1 diterima.

Setelah dilakukan uji normalitas pada data dimensi tubuh

karyawan sortir ose, selanjutnya dilakukan uji keseragaman data

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Tinggi siku duduk

σ = = = 2.38 cm

= 24.42 cm

BKA = 24.42 + 2(2.38) = 29.18 cm

BKB = 24.42 – 2(2.38) = 19.66 cm

Page 71: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

71

Gambar 4.26. Grafik Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk

b. Pantat ke lutut

σ = = = 3.52 cm

= 49.47 cm

BKA = 49.47 + 2(3.52) = 56.51 cm

BKB = 49.47 – 2(3.52) = 42.43 cm

Gambar 4.27. Grafik Keseragaman Data Pantat Ke Lutut

Page 72: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

72

c. Tinggi lutut berdiri

σ = = = 2.89 cm

= 47.84 cm

BKA = 47.84 + 2(2.89) = 53.62 cm

BKB = 47.84 – 2(2.89) = 42.06 cm

Gambar 4.28. Grafik Keseragaman Data Tinggi Lutut Berdiri

Setelah dilakukan uji keseragaman data seperti diatas, langkah

selanjutnya adalah menguji kecukupan data ukuran dimensi

tubuh yang telah diambil. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

apakah data ukuran dimensi tubuh yang diambil sudah cukup

mewakili data yang dibutuhkan dalam perhitungan

Antrophometri. Jumlah data minimal yang harus diambil dalam

uji kecukupan data dapat dicari dengan menggunakan rumusan

sebagai berikut:

N’ =

Page 73: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

73

a. Tinggi siku duduk

N’ =

N’ =

= 14.48 = 14 pengamatan

b. Pantat ke lutut

N’ =

22

19(46728) 8836000.05'

940N

− =

= 7.66 = 8 pengamatan

c. Tinggi lutut berdiri

N’ =

22

19(43639) 8262810.05'

909N

− =

= 5.54 = 6 pengamatan

Setelah di lakukan uji normalitas, keseragaman data dan uji

kecukupan data langkah selanjutnya adalah perhitungan

persentil. Perhitungan persentil ini digunakan untuk menentukan

ukuran benda yang akan dirancang berdasarkan data dimendi

dari pekerja yang bekerja bagian sortir ose di PT. Dua Kelinci.

Page 74: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

74

Untuk menghitung persentil 95, 50 dan 5 digunakan rumus

sebagai berikut :

P95 = + 1.645 σ

P50 =

P5 = - 1.645 σ

a. Tinggi siku duduk

P95 = 24.42 + 1.645(2.38) = 28.33 cm

P50 = 24.42 cm

P5 = 24.42 - 1.645(2.38) = 20.5 cm

b. Pantat ke lutut

P95 = 49.47 + 1.645(3.52) = 55.26 cm

P50 = 7.57 cm

P5 = 49.47 - 1.645(3.52) = 43.68 cm

c. Tinggi lutut berdiri

P95 = 47.84 + 1.645(2.89) = 52.59 cm

P50 = 7.57 cm

P5 = 47.84 - 1.645(2.89) = 43.09 cm

Page 75: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

75

Gambar 4.29. Usulan Meja Sortir Ose Tampak Depan

Gambar 4.30. Usulan Meja Sortir Ose Tampak Samping

240 cm

80 cm

27 cm

25 cm

22 cm

6 cm 2 cm

60 cm

74 cm

8 cm

74

cm

Page 76: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

76

Gambar 4.31. Usulan Kursi Sortir Ose Tampak Samping

Page 77: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

77

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. RULA

5.1.1. Postur Kerja 1

a. Group A

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 550 dan bobot lengan di topang. Oleh karena

itu dapat diketahui skornya adalah 3 (flexion) dan ada

penambahan skor 1, sehingga skornya menjadi 4.

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 680 . Maka skornya adalah 1 (flexion) dan

terjadi penambahan skor 1 karena lengan bekerja melintasi

garis tengah badan. Sehingga skornya menjadi 2.

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 140 memiliki skor 2 (flexion) dan ada

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan berada pada

deviasi radial maupun ulnar. Sehingga skornya adalah 3.

4) Perputaran

Dalam data pengamatan terlihat bahwa pergelangan tangan

berada pada rentang menengah putaran, sehingga memiliki

skor sebesar 1.

b. Group B

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan data, sudut punggung yang

terbentuk adalah 220. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa

skor 3 (flexion).

Page 78: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

78

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 20 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 1

(flexion).

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kedua kaki

tidak tertopang dengan bobot bebannya tidak tersebar merata.

Oleh karena itu skor untuk kaki yaitu 2.

Setelah didapatkan skor masing-masing sudut pergerakan, untuk

skor group A didapatkan hasil sebesar 4 berdasarkan tabel skor A

kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena penggunaan postur

tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit serta ditambah

dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan skor C sebesar 5.

Sementara skor dari group B didapatkan hasil sebesar 4 berdasarkan

tabel skor B kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena

penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit

serta ditambah dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan

skor D sebesar 5.

Berdasarkan skor C dan D yang telah diperoleh maka didapatkan

grand score RULA sebesar 6. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa

postur pekerja tersebut mempunyai action level 3 yang menunjukkan

bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan.

5.1.2. Postur Kerja 2

a. Group A

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 160. Oleh karena itu dapat diketahui skornya

adalah 1 (flexion) dan tidak ada penambahan skor.

Page 79: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

79

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 870 . Maka skornya adalah 1 (flexion) dan

terjadi penambahan skor 1 karena lengan bekerja melintasi

garis tengah badan. Sehingga skornya menjadi 2.

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 40 memiliki skor 2 (flexion) dan ada

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan berada pada

deviasi radial maupun ulnar. Sehingga skornya adalah 3.

4) Perputaran

Dalam data pengamatan terlihat bahwa pergelangan tangan

berada pada rentang menengah putaran, sehingga memiliki

skor sebesar 1.

b. Group B

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan data, sudut punggung yang

terbentuk adalah 90. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa

skor 2 (flexion).

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 140 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 2

(flexion).

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kedua kaki

tidak tertopang dengan bobot bebannya tidak tersebar merata.

Oleh karena itu skor untuk kaki yaitu 2.

Setelah didapatkan skor masing-masing sudut pergerakan, untuk

skor group A didapatkan hasil sebesar 3 berdasarkan tabel skor A

kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena penggunaan postur

Page 80: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

80

tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit serta ditambah

dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan skor C sebesar 4.

Sementara skor dari group B didapatkan hasil sebesar 3 berdasarkan

tabel skor B kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena

penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit

serta ditambah dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan

skor D sebesar 4.

Berdasarkan skor C dan D yang telah diperoleh maka didapatkan

grand score RULA sebesar 4. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa

postur pekerja tersebut mempunyai action level 2 yang menunjukkan

bahwa perlu pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan

perubahan.

5.1.3. Postur kerja 3

a. Group A

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 360. Oleh karena itu dapat diketahui skornya

adalah 2 (flexion) dan tidak ada penambahan skor.

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 840 . Maka skornya adalah 1 (flexion) dan

terjadi penambahan skor 1 karena lengan bekerja melintasi

garis tengah badan. Sehingga skornya menjadi 2.

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 350 memiliki skor 3(flexion) dan ada

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan berada pada

deviasi radial maupun ulnar. Sehingga skornya adalah 4.

Page 81: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

81

4) Perputaran

Dalam data pengamatan terlihat bahwa pergelangan tangan

berada pada rentang menengah putaran, sehingga memiliki

skor sebesar 1.

b. Group B

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan data menggunakan autocad, sudut

punggung yang terbentuk adalah 360. Oleh karena itu dapat

diketahui bahwa skor 3 (flexion).

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 150 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 2

(flexion).

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kedua kaki

tertopang dengan bobot bebannya tersebar merata. Oleh

karena itu skor untuk kaki yaitu 1.

Setelah didapatkan skor masing-masing sudut pergerakan, untuk

skor group A didapatkan hasil sebesar 4 berdasarkan tabel skor A

kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena penggunaan postur

tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit serta ditambah

dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan skor C sebesar 5.

Sementara skor dari group B didapatkan hasil sebesar 3 berdasarkan

tabel skor B kemudian dijumlahkan dengan skor otot 1 karena

penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit

serta ditambah dengan skor tenaga sebesar 0 sehingga didapatkan

skor D sebesar 4.

Berdasarkan skor C dan D yang telah diperoleh maka didapatkan

grand score RULA sebesar 5. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa

Page 82: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

82

postur pekerja tersebut mempunyai action level 3 yang menunjukkan

bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan.

5.2. REBA

5.2.1. Postur Kerja 1

a. Group A

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan, sudut

punggung yang terbentuk adalah 220. Oleh karena itu dapat

diketahui bahwa skor 3 (flexion) dan tidak ada penambahan

skor.

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 20 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 1

(flexion) dan tidak ada penambahan skor.

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kaki pekerja

membentuk sudut sebesar 1010 dan kedua kaki tidak

tertopang dengan bobot bebannya tidak tersebar merata. Oleh

karena itu skor untuk kaki yaitu 2 dan ditanmbah 1 sehingga

menjadi 3.

b. Group B

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 550 dan bobot lengan di topang. Oleh karena

itu dapat diketahui skornya adalah 3 (flexion) dan ada

penambahan skor 1, sehingga skornya menjadi 4.

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 680 . Maka skornya adalah 1 (flexion).

Page 83: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

83

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 140 memiliki skor 1 (flexion) dan ada

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan menyimpang

atau berputar. Sehingga skornya adalah 2.

Setelah didapatkan skor segmen masing-masing group, didapatkan

skor tabel A sebesar 5 kemudian dijumlahkan dengan skor untuk

berat beban sebesar 0 karena tidak ada beban yang diangkat atau

kurang dari 5 kg, sehingga didapatkan skor A sebesar 5. Sementara

skor dari tabel B adalah sebesar 5 lalu dijumlahkan dengan skor

coupling sebesar 0 karena pegangannya baik, sehingga didapatkan

skor B sebesar 5. Dari skor A dan B dapat digunakan untuk mencari

skor C dari tabel yaitu sebesar 6.

skor REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan nilai

aktivitas pekerja yaitu sebesar 1, sehingga didapatkan skor akhir

sebesar 7 yang menyatakan bahwa pekerja tersebut mempunyai level

resiko sedang dan perlu diadakan perbaikan.

5.2.2. Postur Kerja 2

a. Group A

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan data menggunakan autocad dan

perhitungan, sudut punggung yang terbentuk adalah 90. Oleh

karena itu dapat diketahui bahwa skor 2 (flexion) dan tidak

ada penambahan skor.

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 140 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 1

(flexion) dan tidak ada penambahan skor.

Page 84: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

84

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kaki pekerja

membentuk sudut sebesar 540 dan kedua kaki tidak tertopang

dengan bobot bebannya tidak tersebar merata. Oleh karena

itu skor untuk kaki yaitu 2 dan ditanmbah 1 sehingga skornya

menjadi 3.

b. Group B

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 160 dan bobot lengan di topang. Oleh karena

itu dapat diketahui skornya adalah 1 (flexion).

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 870 . Maka skornya adalah 1 (flexion).

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 40 memiliki skor 1 (flexion) dan ada

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan menyimpang

atau berputar. Sehingga skornya adalah 1.

Setelah didapatkan skor segmen masing-masing group, didapatkan

skor tabel A sebesar 4 kemudian dijumlahkan dengan skor untuk

berat beban sebesar 0 karena tidak ada beban yang diangkat atau

kurang dari 5 kg, sehingga didapatkan skor A sebesar 4. Sementara

skor dari tabel B adalah sebesar 2 lalu dijumlahkan dengan skor

coupling sebesar 0 karena pegangannya baik, sehingga didapatkan

skor B sebesar 2. Dari skor A dan B dapat digunakan untuk mencari

skor C dari tabel yaitu sebesar 4.

skor REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan nilai

aktivitas pekerja yaitu sebesar 1, sehingga didapatkan skor akhir

Page 85: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

85

sebesar 5 yang menyatakan bahwa pekerja tersebut mempunyai level

resiko sedang dan perlu diadakan perbaikan.

5.2.3. Postur Kerja 3

a. Group A

1) Sudut punggung

Berdasarkan pengolahan data, sudut punggung yang

terbentuk adalah 150. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa

skor 2 (flexion) dan tidak ada penambahan skor.

2) Sudut leher

Berdasarkan pengolahan data, sudut leher yang terbentuk

adalah 110 . Oleh karena itu dapat diketahui bahwa skor 1

(flexion) dan tidak ada penambahan skor.

3) Kaki

Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kaki pekerja

membentuk sudut sebesar 830 dan kedua kaki tertopang

dengan bobot bebannya tersebar merata. Oleh karena itu skor

untuk kaki yaitu 1 dan ditambah 1 sehingga menjadi 2.

b. Group B

1) Lengan atas

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan atas yang

terbentuk adalah 360. Oleh karena itu dapat diketahui skornya

adalah 2 (flexion) dan tidak ada penambahan skor.

2) Lengan bawah

Berdasarkan pengolahan data, sudut lengan bawah yang

terbentuk adalah 840 . Maka skornya adalah 1 (flexion).

3) Pergelangan tangan

Berdasarkan pengolahan data, sudut pergelangan tangan yang

terbentuk adalah 350 memiliki skor 2 (flexion) dan ada

Page 86: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

86

penambahan skor 1 karena pergelangan tangan menyimpang

atau berputar. Sehingga skornya adalah 3.

Setelah didapatkan skor segmen masing-masing group, didapatkan

skor tabel A sebesar 3 kemudian dijumlahkan dengan skor untuk

berat beban sebesar 0 karena tidak ada beban yang diangkat atau

kurang dari 5 kg, sehingga didapatkan skor A sebesar 3. Sementara

skor dari tabel B adalah sebesar 3 lalu dijumlahkan dengan skor

coupling sebesar 0 karena pegangannya baik, sehingga didapatkan

skor B sebesar 3. Dari skor A dan B dapat digunakan untuk mencari

skor C dari tabel yaitu sebesar 3.

skor REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan nilai

aktivitas pekerja yaitu sebesar 1, sehingga didapatkan skor akhir

sebesar 4 yang menyatakan bahwa pekerja tersebut mempunyai level

resiko sedang dan perlu diadakan perbaikan.

5.3. Analisis Postur Kerja

5.3.1. RULA

Setelah menentukan masing-masing grand score untuk ketiga postur

kerja karyawan sortir ose dapat dilihat bahwa postur kedua lebih

baik dari pada dua postur tubuh lainnya. Hal tersebut ditunjukkan

dengan nilai grand score dan level resiko yang dimiliki paling kecil

yaitu skor sebesar 4 yang berada dilevel 2. Postur kerja 2 memiliki

besar sudut punggung yang paling kecil, karena punggung pekerja

pada postur 2 tersebut lebih tegak dari pada yang lainnya sehingga

mempengaruhi nilai akhir grand score menjadi lebih kecil. Selain itu

postur kerja tersebut juga mempunyai sudut lengan atas dan

pergelangan paling kecil dari pada postur kerja lainnya yaitu sebesar

160 dan 40. Dan postur kerja yang paling buruk adalah postur kerja 1

karena berada dilevel resiko 3 dan memiliki grand score sebesar 6.

Page 87: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

87

5.3.2. REBA

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa ketiga postur kerja

karyawan sortir ose memiliki level resiko yang sama tetapi dengan

skor REBA yang berbeda. Jika diurutkan dari posrut kerja yang baik

ke yang buruk maka urutan postur kerjanya adalah postur kerja 3

lalu postur kerja 2 kemudian postur kerja 1 dengan masing-masing

skor REBA yang dimiliki adalah 4, 5 dan 7. Semakin kecil skor

REBA maka resiko yang dimiliki dari postur kerja yang terbentuk

akan semakin kecil juga. Jadi, dari ketiga postur tersebut yang paling

baik adalah postur kerja 3 karena terlihat kaki pekerja tertopang.

Sedangkan postur kerja yang paling buruk adalah postur kerja 1

karena kaki pekerja tidak tertopang dan bobot lengan atas ditopang

sehingga menyebabkan nilai skor REBA dari postur tersebut besar.

5.4. Usulan yang Disarankan

Setelah melakukan pengamatan dan dilanjutkan dengan pengolahan data

serta analisis terhadap postur kerja karyawan bagian sortir ose PT Dua

Kelinci, dapat dilihat bahwa postur kerja yang dimiliki tidak baik jika

dibiarkan dalam waktu yang lama. Hal tersebut dikarenakan stasiun

kerjanya sangat tidak ergonomis. Oleh karena itu, usulan yang dapat

disarankan agar bisa mengurangi resiko kerja terhadap para karyawan

khususnya bagian sortir ose adalah dengan mendesain ulang stasiun kerja

yang lebih ergonomis.

Desain stasiun kerja yang ada sekarang memiliki tinggi yang tidak sepadan

dengan dimensi badan yang dimiliki karyawan atau bisa dikatakan terlalu

rendah baik meja maupun kursi yang dipakai. Dan tambahan tempat

memisahkan ose yang baik ke dalam ember sangat mengganggu dalam

melakukan posisi duduk yang benar karena mengharuskan karyawan

menekuk kaki ataupun membuka kakinya kesamping agar bisa melakukan

pekerjaannnya. Melihat hal tersebut untuk usulan, meja dan kursi yang

digunakan harus ditinggikan atau disesuaikan dengan dimensi para pekerja

Page 88: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

88

yang menggunakannya. Serta mengganti saluran tempat memisahkan ose

yang baik agar tidak mengganggu karyawan dalam mengganti posisi dan

kakinya tidak dibuka kesamping.

Dari hasil pengolahan data semua dimensi dinyatakan berdistribusi normal

karena nilai signifikasi baik dengan metode kolmogorov-smimovmaupun

shapiro-wilk lebih besar dari 0.05. sedangkan untuk uji keseragaman data,

semua data dimensi dinyatakan setagam karena masih di dalam batas

kontrol atas dan batas kontrol bawah. Begitu juga uji kecukupan data, semua

data dimensi dinyatakan cukup untuk mewakili keseluruhan ukuran dimensi

karyawan sortir ose.

Untuk merancang ulang stasiun kerja yang baru diperlukan ukuran dimensi

para pekerja dengan data sebagai berikut :

Tabel 5.1. Data Ukuran Dimensi dengan Persentil 95, 50 dan 5.

Persentil 95 Perentil 50 Persentil 5

Tinggi siku duduk 28.33 24.42 20.5

Pantat ke lutut 55.26 49.47 43.68

Tinggi lutut berdiri 52.59 47.84 43.09

Perhitungan persentil 95 yang akan digunakan dalam perancangan meja dan

kursi untuk stasiun kerja sortir ose. Persentil 95 berarti hanya 95% orang

yang dapat menggunakan produk tersebut dengan aman dan nyaman,

sedangkan yang 5% menyesuaikan. Sedangkan untuk persentil 50 berarti

50% orang yang dapat menggunakan produk tersebut dengan aman dan

nyaman, dan 50% menyesuaikan. Dan untuk persentil 5 berarti hanya 5%

orang yang dapat menggunakan produk tersebut dengan aman dan nyaman,

sedangkan yang 95% menyesuaikan.

Dari data diatas maka dapat dirancang sebuah stasiun kerja baru yaitu

berupa meja dan kursi untuk pekerja sortir ose dengan rincian sebagai

berikut :

a. Meja

Page 89: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

89

Perubahan yang dilakukan pada stasiun kerja sortir ose khususnya meja

adalah dengan mengubah tinggi meja menjadi 76 cm, yang didapatkan

dari penjumlahan ukuran dimensi tinggi siku duduk persentil 50 dan

tinggi lutut berdiri persentil 95 yang masing-masing sebesar 24 cm dan

52 cm. Selain itu desain yang diubah adalah tempat penampungan ose

yang baik setelah dipisahkan dari yang cacat yang semula hanya

berbentuk segitiga diubah menjadi seperti bentuk corong. Dengan jarak

pangkal batang corong ke lantai adalah 52 cm mengikuti ukuran dimensi

tinggi lutut berdiri persentil 95, lebar 8 cm, dan tebal sambungannya

adalah 6 cm. Alasan pemakaianukuran dimensi tinggi lutut berdiri

persentil 95 pada jarak pangkal batang corong ke lantai agar 95%

pekerja pada stasiun sortir ose pada saat bekerja dapat duduk dengan

nyaman tanpa gangguan pada lututnya seperti terbentur staasiun kerja.

Sedangkan pemakaian ukuran dimensi tinggi siku duduk persentil 50

pada penambahan tinggi meja adalah agar sudut lengan bawah yang

dihasilkan nantinya tidak terlalu kecil ataupun tidak terlalu besar yaitu

sekitar 600- 1000 yang mempunyai skor 1.

b. Kursi

Untuk kursi yang digunakan mengalami perubahan pada tinggi kursi

yang menyesuaikan dengan penambahan tinggi meja sortir. Perubahan

tinggi kursi ini sesuai dengan ukuran dimensi tinggi lutut berdiri

persentil 50 yaitu sebesar 47 cm dan lebar menyesuaikan. Alasan

pemakaian ukuran dimensi tinggi lutut berdiri persentil 50 adalah agar

kursi usulan ini tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sehingga rata-

rata nyaman digunakan oleh pekerja sortir ose.

Page 90: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

90

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari ketiga postur kerja karyawan bagian sortir ose di PT. Dua Kelinci,

postur kerja yang paling baik menurut metode RULA adalah postur

kerja 2 karena memiliki nilai grand score paling kecil yaitu sebesar 4

dengan level resiko 2. Sedangkan menurut metode REBA postur kerja

yang paling baik adalah postur kerja 3, karena memiliki skor REBA

terkecil yaitu 4.

2. Karena semua postur kerja membutuhkan perbaikan maka usulan yang

disarankan adalah me redesign stasiun kerja sortir ose yaitu meja dan

kursi yang sudah ada. Perubahan yang dilakukan adalah pada meja

dengan mengubah tinggi meja menjadi 76 cm dan mengubah tempat

penampungan ose yang baik setelah dipisahkan dari yang cacat yang

semula hanya berbentuk segitiga diubah menjadi seperti bentuk corong.

Dengan jarak pangkal batang corong ke lantai adalah 52 cm mengikuti

ukuran dimensi tinggi lutut berdiri persentil 95, lebar 8 cm, dan tebal

sambungannya adalah 6 cm. Sedangkan pada kursi sortir adalah dengan

mengubah tinggi kursi menjadi 47 cm dan lebar serta panjang

menyesuaikan.

6.2. Saran

Dari kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran

sebagai berikut :

1. Penggunaan stasiun kerja yang mendukung agar menghasilkan postur

kerja yang dapat mengurangi CTD pada para karyawan.

Page 91: Kerja Praktek Menggunakan Metode RULA

91

2. usulan tindak lanjut hasil penelitian ini adalah menguji desain stasiun

kerja usulan yang telah dirancang dalam laporan ini