44
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI PROPOSAL SKRIPSI Nama : Saekhul Indrianto NIM : 3201409053 Program Studi : Pendidikan Geografi Jurusan : Geografi A. JUDUL KREATIVITAS GURU DALAM MENDORONG PENINGKATAN HASIL UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA SE KOTA SEMARANG B. LATAR BELAKANG “Ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensipeserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok matapelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan.” (Permendiknas No.20 Tahun 2007 butir-9). Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UN (Ujian Nasional) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Nasional, 1

Kreativitas Guruu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yes

Citation preview

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGFAKULTAS ILMU SOSIALJURUSAN GEOGRAFIPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Saekhul IndriantoNIM : 3201409053Program Studi : Pendidikan GeografiJurusan : Geografi

A. JUDULKREATIVITAS GURU DALAM MENDORONG PENINGKATAN HASIL UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA SE KOTA SEMARANGB. LATAR BELAKANGUjian nasional merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensipeserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok matapelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan. (Permendiknas No.20 Tahun 2007 butir-9).Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UN (Ujian Nasional) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Nasional, disebutkan bahwa tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes kepada siswa. Selain itu Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat Nasional, provinsi, kabupaten, sampai di tingkat sekolah.Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Semarang mengenai analisis hasil ujian nasional pada jenjang SMA/MA di Kota Semarang dari tahun ajaran 2008/2009 hingga tahun 2012/2013 menunjukan presentase kelulusan yang terus mengalami kenaikan, hal tersebut dapat dilihat dari grafik dan garis trend berikut:

Dari data diatas menunjukan adanya kecenderungan peningkatan angka kelulusan dari tahun ke tahun yaitu dari tahun pelajaran 2008/2009 hingga tahun ajaran 2012/2013. Angka kelulusan mengalami kenaikan sebesar 2,43% pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010, kemudian 1,84% pada Tahun Pelajaran 2010/2011, 0,08% pada Tahun Pelajaran 2011/2012, dan 0,11% pada Tahun Pelajaran 2012/2013.Berdasarkan analisis data Perkembangan Nilai Rerata Ujian Nasional SMA/MA-IPS mata pelajaran Geografi di Kota Semarang ditemukan data sebagai berikut:

Data diatas menunjukan perkembangan rerata nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran Geografi di SMA/MA se Kota Semarang, dimana terjadi kenaikan rata-rata nilai menjadi 7,48 pada tahun pelajaran 2008/2009, pada tahun pelajaran 2009/2010 mengalami penurunan nilai menjadi 6,61, pada tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2012 kembali mengalami kenaikan hingga menjadi 7,99, namun pada tahun pelajaran 2012/2013 kembali mengalami penurunan menjadi 7,42. Walaupun data menunjukan adanya penurunan pada tahun pelajaran 2009/2010 dan 2012/2013, namun berdasarkan garis trend pada grafik tersebut menunjukan adanya kecenderungan kenaikan rata-rata nilai ujian nasional mata pelajaran geografi dari tahun pelajaran 2008/2009 hingga tahun pelajaran 2012/2013.Dilihat dari garis trend kedua grafik di atas menunjukkan adanya kecenderungan mengalami kenaikan pada hasil ujian nasional SMA/MA di Kota Semarang pada tahun ajaran 2008/2009 hingga tahun pelajaran 2012/2013 baik dilihat dari presentase angka lulusan maupun nilai rata-rata Ujian nasional mata pelajaran Geografi.Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal itu menjadi suatu alasan yang sangat tepat bagi penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah tulisan skripsi yang berjudul Kreativitas Guru dalam Mendorong Peningkatan Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Geografi di SMA se Kota Semarang

C. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :Bagaimana kreativitas guru dalam mendorong peningkatan hasil Ujian Nasional mata pelajaran Geografi di SMA/MA se Kota Semarang?

D. TUJUANMengacu pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :Mengetahui bagaimana kreativitas guru dalam mendorong peningkatan hasil Ujian Nasional mata pelajaran Geografi SMA/MA se Kota Semarang.

E. MANFAATPenelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Manfaat TeoritisSecara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi tentang kreativitas guru dalam mendorong peningkatan hasil ujian nasional mata pelajaran Geografi2. Manfaat Praktisa. Bagi penelitiSebagai wahana dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sehingga bisa digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mrndalam.b. Bagi Sekolah.Dapat dijadikan referensi dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan hasil ujian nasional.

F. LANDASAN TEORI1. Kreativitas GuruSecara umum kreativitas dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah dan penciptaan secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil yang baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau budaya maupun baru bagi individunya sendiri. Menurut Munandar (1999: 37) mengemukakan Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk mengubah dan memperkaya dunianya dengan penemuan-penemuan dibidang ilmu tekhnologi, seni, maupun penemuan dibidang lainnya. Menurut UURI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen, Pasal 1 Ayat(1) bahwa Guru adalah pendidik professional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau asli, yang sebelumnya belum dikenal atau pun memecahkan masalah baru yang dihadapi. Sedangkan pengertian guru adalah pengelola proses belajar mengajar. Jadi kreativitas guru adalah kemampuan guru menciptakan hal-hal baru dalam mengajar sehingga memiliki variasi didalam mengajar yang akan membuat anak didik lebih aktif dan kreatif.Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadi pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Menurut Rogers (dalam Iskandar, 2010:25) menyatakan bahwa dalam mengembangkan kreativitasnya seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan, yakni:a. Guru perlu memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur;b. Guru dan siswa membuat kontrak kerja;c. Guru perlu menggunakan metode inkuiri atau belajar menemukan (discorevy learning);d. Guru perlu menggunakan metode simulasi;e. Guru perlu mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain;f. Guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar;g. Guru perlu menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.Piaget (dalam Iskandar, 2010:25) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kreativitas melaksanakan proses pembelajaran ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan guru, antara lain:a. Guru perlu menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak didik. Penentuan topik ini dapat dibimbing dengan sejumlah pertanyaan, antara lain: pokok bahasan mana yang cocok untuk eksperimentasi, topik mana yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi kelompok, topik mana yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum secara verbal dilakukan dan lain sebagainya.b. Guru perlu memilih atau mengembangkan aktivitas kelas selaras dengan topik tersebut. Penentuan topik ini dapat dibimbing dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen, dapatkah kegiatan itu menimbulkan ketertarikan siswa untuk bertanya, dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan di kelas, apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar persyaratan perseptual, dapatkah kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari, dan sebagainya.c. Guru harus mengetahui adanya kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. Untuk ini guru dapat dibimbing dengan pertanyaan berikut: pertanyaan lanjut yang memancing berpikir siswa, membandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan spontan siswa dan lain sebagainya.d. Guru perlu menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi. Untuk ini guru dapat dibimbing dengan pertanyaan: segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar, segi kegiatan manakah yang tidak menarik dan alternatif penggantinya, apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari, apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih lanjut, dan lain sebagainya.Guru dituntut untuk mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif, baik dalam merencanakan atau menyiapkan pengajaran; penguasaan materi dan metode mengajar, kemampuan mengelola kelas, kemahiran menggunakan alat pelajaran, kemampuan mengembangkan alat evaluasi hasil proses belajar mengajar; dan sebagainya. Dibawah ini selanjutnya dikemukakan pedoman kerja yang dapat dijadikan acuan guru untuk meningkatkan gagasan/ide dan perilaku kreatif pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa (Iskandar, 2010:37):a. Perhatian dan pengembangan makna belajarDibawah ini dikemukakan makna belajar peserta didik yang perlu diperhatikan oleh guru, yakni:1) Membangkitkan perhatian dan motivasi belajarUntuk membangkitkan perhatian dan motivasi belajar peserta didik dapat dilakukan melalui pedoman berikut: Mengkaji rancangan dan persiapan bahan ajar/materi pelajaran dan tujuan pelajaran yang akan disampaikan. Merancang cara yang akan digunakan dalam membangkitkan perhatian dan memotivasi siswa. Merancaang penggunaan bahasa yang sederhana, segar, komunikatif dan tidak monoton agar bahan ajar/materi pelajaran yang diberikan tidak membosankan dan mudah dicerna siswa. Merancang penciptaan suasana interaksi belajar mengajar yang luwes dan bersahabat antara guru dengan siswa/peserta didiknya. Merancang bentuk pertanyaan yang bersifat membimbing (direction question) dengan sedapat mungkin memunculkan rasa keingintahuan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Merancang metode dan media pembelajaran variatif untuk membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik.2) Mengembangkan keaktifan belajarDalam merancang/mempersiapkan pengajaran, guru dituntut untuk mengembangkan perilaku aktif siswa belajar. Untuk itu guru perlu merubah pola pengorganisasian kesempatan belajar dari didaktis kearah yang lebih individual. Artinya guru perlu menjamin bahwa setiap siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajarannya, serta memunculkan kesempatan yang sama bagi siswa untuk bersikap aktif mencari, memperoleh, mengolah perolehan pembelajarannya. Guna menimbulkan keaktifan siswa tersebut, sejumlah hal di bawah ini perlu diperhatikan oleh guru: Mengkaji dan menentukan bahan ajar dan tujuan pembelajaran yang memerlukan keaktifan peserta didik. Merancang bentuk keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran. Merancang suasana tanya jawab (diskusi) berkenan dengan bahan ajar/materi pelajaran. Merancang tugas mencari dan membaca bahan ajar/materi pelajaran dari sumber-sumber yang relevan secara individual maupun kelompok (apabila diperlukan guru dapat menjadi fasilitator bagi penyediaan bahan ajar/materi pelajaran itu), serta meminta siswa/peserta didik untuk merangkum dan mencatat hal-hal yang kurang jelas untuk dipecahkan bersama-sama. Merancang bentuk metode maupun media pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan peserta didik.3) Keterlibatan langsung siswaGuru perlu menyadari bahwa keterlibatan langsung peserta didik/siswa dalam pembelajaran dapat mempercepat penerimaan dan penyerapan terhadap bahan ajar/materi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu guru pun perlu merancang atau mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.Dibawah ini merupakan acuan bagi guru dalam upaya mengembangkan pelibatan langsung peserta didik ke dalam proses pembelajaran: Mengkaji bahan ajar/materi pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan langsung peserta didik/siswa. Merancang bahan ajar yang memerlukan keterlibatan langsung peserta didik secara individual dan kelompok. Merancang kegiatan pembelajaran yang memerlukan keterlibatan langsung peserta didik, seperti eksperimen, praktik laboratorium, praktik gerakan psikomotorik, pengenalan lingkungan, penggunaan media dan lain sebagainya. Merancang tugas/pekerjaan untuk peserta didik mencari informasi/pesan dari berbagai sumber dari luar kelas atau luar sekolah (misalnya mencatat nama dan jenis tumbuhan yang hidup di ssekitar lingkungan sekolah)4) PengulanganDalam merancang dan mempersiapkan pembelajaran, guru perlu memilih dan memilah antara kegiatan belajar yang berisi informasi/pesan yang membutuhkan dan tidak membutuhkan pengulangan. Tindakan ini perlu diperhatikan oleh guru, karena tidak semua informasi/pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan.Di bawah ini merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dianggap perlu untuk melakukan pengulangan: Mengkaji bahan ajar/materi pelajaran yang dinilai mudah dan sulit diterima. Memilah informasi/pesan belajar yang yang membutuhkan tidak membutuhkan pengulangan. Merancang bentuk tes kecil untuk mengetahui materi pelajaran yang dinilai perlu dilakukan pengulangan. Merancang cara pengulangan yang variatif.5) TantanganGuru yang menginginkan siswa dapat menerima dan menyerap bahan ajar/materi pembelajaran perlu memberikan tugas/pekerjaan yang menantang kepada peserta didiknya. Tantangan yang diberikan perlu memunculkan usaha peserta didik/siswa secara individual ataupun kelompok untuk memecahkannya. Dalam situasi belajar siswa dituntuk untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, sehingga secara langsung maupun tidak langsung siswa/peserta didik akan menghadapi hambatan dalam mempelajari bahan belajar. Apabila hambatan itu diatasi, maka dapat dipastikan siswa/peserta didik dapat menyerap bahan ajar/materi pelajaran dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Idealnya pencapaian itu akan membawa siswa/peserta didik untuk memasuki medan dan tujuan baru. Secara bertahap tujuan pembelajaran pun akan berlangsung dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh guru dalam mengembangkan prinsip tantangan, yaitu: Mengkaji bentuk tantangan yang perlu dilaksanakan dalam pembelajaran kepada peserta didik Memilah informasi/pesan belajar yang memberikan tantangan kepada peserta didik. Merancang pemberian tugas/tantangan kepada peserta didik guna mencari atau memperoleh pemecahannya dari sumber-sumber di luar sekolah (dengan cara memperolehnya dari narasumber di luar sekolah, literatur, artikel-artikel dan lain sebagainya). Merancang bahan pelajaran yang dinilai dapat menantang siswa untuk memecahkan dan menyimpulkan informasi/pesan yang diperolehnya secara individual maupun kelompok. Merancang tugas tantangan kepada peserta didik untuk menemukan dan menggeneralisasi fakta, konsep, teori dan lainnya disertai dengan pemberian arahan dan bimbingan seperlunya oleh guru.6) Balikan dan penguatanPeserta didik akan lebih bersemangat dan bergairah belajar apabila mengetahui dan mendapatkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu guru hendaknya berusaha mengetahui sejauh mana bahan ajar/materi pelajaran yang diberikan mampu disimak, dicerna dan dipahami oleh peserta didiknya. Untuk itu guru perlu menerapkan prinsip balikan dan penguatan, sehingga peserta didiknya benar-benar dapat menguasai bahan ajar/materi pelajaran yang diberikan.Berikut merupakan sejumlah hal yang berkaitan dengan balikan dan penguatan yang perlu diperhatikan guru: Merancang bentuk tes kecil dan mengidentifikasi hasil nilai yang diperoleh peserta didik, serta mengetahui bahan ajar/materi pelajaran mana yang dinilai sulit dan belum diserap oleh sebagian besar peserta didik. Merancang kegiatan balikan dan penguatan terhadap bahan ajar/materi pelajaran. Merancang tes dan atau bentuk tugas serta menentukan tempat dan waktu penyelesaian tugas (di kelas, di rumah dalam bentuk pekerjaan rumah atau lainnya). Mengoreksi jawaban dan membahas dengan peserta didik mengenai hasil balikan dan penguatan, dengan memperhatikan beberapa hal: (a) memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan atau tugas yang telah dijawab siswa secara benar atau salah; (b) memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil pembelajaran; (c) memberikan lembar jawaban tes/soal yang telah dikoreksi guru disertai dengan skor dan catatan bagi siswa yang bersangkutan; (d) mengumumkan atau mengkorfirmasi peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai; memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik dan lain sebagainya. Merancang cara memberika perhatian dan bimbingan khusus terhadap siswa yang dinilai masih mengalami kesulitan atau hambatan menerima bahan ajar/materi pelajaran.7) Memperhatikan perbedaan karakteristik individualGuru perlu memahami bahwa peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak memiliki karakteristik yang sama. Dalam satu kelas terdapat peserta didik/siswa yang mempunyai keunikan dan karakteristik masing-masing, sehingga guru perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didiknya.Dibawah ini dikemukakan sejumlah hal yang dapat digunakan guru terkait dengan perhatian terhadap karakteristik yang dimiliki individu peserta didik/siswa: Mengidentifikasi dan memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki setiap siswa, lalu mengelompokkan berdasarkan kesamaan yang ada. Merancang pengelolaan kelas sesuai dengan perbedaan karakteristik tersebut. Merancang bentuk perhatian dan perlakuan khusus terhadap karakteristik dan kemampuan peserta didik yang terkategori berkemampuan rata-rata dan kurang/rendah. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari segi kemampuan, motivasi dan kecepatan belajar sehingga secara garis besar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni: (1) sangat mampu, (2) berkemampuan rata-rata, (3) berkemampuan kurang/rendah. Merancang penggunaan metode pembelajaran variatif yang dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajiikan pesan/informasi pembelajaran dikaitkan dengan perbedaan karakteristik yang dimiliki siswa. Merancang remediasi atau pertanyaan kepada siswa yang sesuai dengan perbedaan karakteristik siswa. Merancang bentuk evaluasi kecil dengan memberikan perhatian ekstra terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa terkategori berkemampuan rata-rata dan rendah, dan menyusun rencana tindak lanjut untuk berupaya meningkatkan kemampuan siswa yang bersangkutan. Merancang penyusunan rencana kerja sesuai dengan perbedaan karakteristik individual siswa agar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar.b. Pengembangan kreativitas pembelajaranDalam melakukan persiapan mengajar, guru tidak cukup berbekal bahan ajar/materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didiknya, melainkan juga pengelolaan kelas, metode yang digunakan, sampai dengan alat evaluasi yang akan diterapkan dalam mengetahui hasil pembelajaran.1) Merancang dan mempersiapkan bahan ajar/materi pembelajaranMerancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar/materi pembelajaran pun harus baik pula, cermat dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta didik.Dibawah ini merupakan acuan guru dalam mengembangkan gagasan/ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan menyusun rencana dan atau persiapan mengajar: Menentukan bahan ajar/materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Menentukan tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan. Memilah bahan ajar/materi pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik. Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang digunakan dan lain sebagainya. Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen, simulasi, diskusi, pekerjaan rumah dan sebagainya. Merancang cara pemberian pengulangan terhadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas/pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun berkelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulkan hasil, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping koran dengan tema sesuai materi pelajaran dan memberi kesimpulan dan lain sebagainya. Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan lain sebagainya. Memperhatikan perbedaan karakteristik kemampuan siswa, membedakan kelompok siswa pintar, sedang, dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan. Menyusun rencana kerja.2) Pengelolaan kelasDalam merancang serta menyiapkan bahan ajar, menyampaikan bahan ajar dan melaksanakan pembelajaran, guru hendaknya merancang pula pengelolaan kelas sesuai dengan materi, tujuan, dan kebutuhan yang dihadapi. Guru dapat merancang pengelolaan kelas secara variatif untuk menghindarkan proses pembelajaran yang monoton, satu arah dan kering. Sebaliknya, pengelolaan kelas yang terencana dengan baik akan membawa suasana pembelajaran lebih menantang, menarik dan tidak membosankan.Selanjutnya di bawah ini dikemukakan sejumlah hal yang dapat menjadi acuan guru untuk mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam mengelola kelas, yaitu sebagai berikut: Mengkaji bahan ajar/materi pembelajaran yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran. Mengkaji bentuk-bentuk pengelolaan kelas dan menentukan dengan kemungkinan penerapan sesuai dengan bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan atau lainnya. Dalam pengelolaan kelas guru perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, mengembangkan keaktifan dalam pembelajaran, keterlibatan langsung peserta didik, pemberian pengulangan, pemberian tantangan belajar, pemberian balikan dan penguatan, serta memperhatikan perbedaan individual siswa. Mengidentifikasi permasalahan dan hambatan dalam pengelolaan dan kebutuhan ruang/kelas, serta membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternatif pemecahannya. Menyusun rencana kerja terkait pengelolaan kelas.3) Pemanfaatan waktuPemanfaatan waktu merupakan hal yang penting dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan waktu pembelajaran yang tersedia seefisien dan seefektif mungkin, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada. Sejumlah hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam memanfaatkan waktu, antara lain: Mengkaji rancangan/persiapan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Menyusun pembagian waktu pembelajaran berdasarkan jenis/bentuk pengajaran, misalnya penyampaian bahan ajar/materi pelajaran, diskusi, eksperimen, dan lain sebagainya. Merancang pembagian waktu untuk membangkitkan perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung, keaktifan, pengulangan, balikan dan penguatan, sampai dengan penambahan jam pelajaran. Mengidentifikiasi permasalahan dan hambatan yang muncul dalam upaya memberikan tambahan waktu belajar kepada siswa Membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternatif pemecahaannya. Menyusun rencana kerja pemanfaatan waktu.4) Penggunaan metode peembelajaranGuru perlu memberikan pengajaran secara menarik agar siswa/peserta didik lebih bergairah untuk menjalankan proses belajarnya. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku, searah dan membosankan siswa/peserta didik. Sejumlah hal di bawah ini dapat dilakukan guru untuk mewujudkan perilaku pembelajaran yang kreatif dalam menggunakan metode pengajaran: Mengkaji bentuk metode pembelajaran yang ada. Mengkaji segenap hal yang terkait dengan penggunaan metode pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian terhadap perbedaan karakteristik peserta didik. Merancang metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penggunaannya (ceramah, diskusi, eksperimen, simulasi, dan lain sebagainya). Membahas rancangan penggunaan bentuk metode pembelajaran dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mendapat tanggapan, bimbingan, bantuan dan arahan. Menyiapkan fasilitas pendukung penggunaan metode pembelajaran. Apabila diperlukan, terhadap penerapan metode pembelajaran tertentu yang kurang dikuasai, mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah. Merancang pengembangan alat evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dari penerapan metode pembelajaran yang digunakan. Menyusun rencana kerja pemanfaatan metode pembelajaran.5) Penggunaan media pembelajaranGuru perlu mengetahui, apakah suatu bahan ajar/materi pelajaran membutuhkan atau tidak membutuhkan bantuan media untuk mempermudah dan memperlancar penyerapan dalam pembelajaran, untuk keperluan apa dan bagaimana memanfaatkan media pembelajaran itu. Di samping itu proses pembelajaran dinilai membutuhkan media tersebut perlu diketahui; apakah tersedia di sekolah, di lingkungan sekitar, atau mudah diperoleh di tempat lainnya; bagaimana memperolehnya, adakah alternatif pengganti dan seterusnya. Di bawah ini dijelaskan sejumlah langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain: Mengkaji bentuk media pembelajaran yang ada. Megkaji segenap hal yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan karakteristik peserta didik. Merancang media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penggunaannya (ceramah, diskusi, eksperimen, simulasi dan lain sebagainya). Membahas rancangan penggunaan bentuk media pembelajaran dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mendapat tanggapan, bimbingan, bantuan dan arahan. Apabila diperlukan, terhadap penerapan media pembelajaran tertentu yang kurang dikuasai, mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah. Menyusun rencana kerja penggunaan media pembelajaran.6) Pengembangan alat evaluasiUntuk mengukur dan mengetahui hasil belajar yang telah dicapai anak didik, guru perlu mengembangkan alat evaluasi yang efektif. Guru perlu mengetahui aspek yang diukur berdasarkan materi pembelajaran yang telah diajarkan sesuai dengan bentuk alat evaluasi yangdigunakan, karena setiap bentuk alat evaluasi memiliki aturan yang tidak sama, baik dari segi tujuan maupun dalam penulisannya. Di bawah ini dikemukakan langkah-langkah atau tindakan yang dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif berkaitan dengan pengembangan alat evaluasi tersebut: Mengkaji dan mengidentifikasi jenis/bentuk tes sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa/peserta didik serta kaidah-kaidah penulisan soalnya. Menentukan waktu evaluasi siswa/peserta didik, berupa tes/ulangan harian, mingguan, bulanan, cawu, semester. Menentukan jenis/bentuk tes (uraian, jawaban singkat, pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah) yang akan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa/peserta didik. Menetapkan jenis/bentuk tes yang telah dipilih dengan bahan ajar/materi pelajaran berdasarkan pokok/sub pokok bahasan. Mengidentifikasi permasalahan dan hambatan yang diprediksi muncul berkenaan dengan jenis/bentuk tes yang akan digunakan. Mengidentifikasi kebutuhan yang diprediksi muncul berkenaan dengan jenis/bentuk tes yang akan digunakan. Menetukan alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dan kebutuhan yang dihadapi. Menyusun rencana kerja evaluasi.

2. Hasil BelajarMenurut pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti jadi mengerti, dan sebagainya. Pola tingkah laku tersebut meliputi aspek rohani dan jasmani. Menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan menyangkut sikap dan nilai (afektif) Syukur dalam Musfiqon (2011:4).Hasil belajar adalah sesuatu yang menjadi miliik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (juliah, 2004). Menurut hamalik (2003) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran (Jihad dan haris, 2013:15).Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Sudjana (2004) berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar sangat ditentukan oleh guru. Mendiknas, menurut Abdul Malik Fajar menyatakan dengan tegas bahwa guru adalah yang utama (Repubika, 2003). Belajar bisa dilakukan dimana saja, tetapi guru tidak dapat tergantikan oleh siapapun atau alat apapun juga. Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting bukan membangun gedung sekolah atau sarana prasarananya, melainkan harus dengan upaya peningkatan proses pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas, yakni proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan, dan mencerdaskan. Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu (Suparlan, 2008:99)Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Heyneman dan hoxley (1983) di 29 negara menghasilkan temuan bahwa sepertiga faktor yang menentukan mutu pendidikan (hasil belajar siswa) ditentukan oleh guru (Suparlan, 2008:119)Roger (dalam Iskandar, 2010:11) menyatakan bahwa pencapaian hasil belajar siswa yang kurang memadai kerapkali bukan disebabkan oleh pengetahuan dan penguasaan ilmu pengetahuan guru yang rendah, tetapi masih banyak guru yang menitikberatkan praktik pendidikan pada segi pengajaran yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya bersikap pasif menghafalkan pelajaran, sehingga kualitas pendidikan pun cenderung memperoleh hasil yang kurang memadai. Guru dalam menjalankan peranan pembelajaran kurang memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan dan kurang mewujudkan kreativitasnya. Sejalan dengan pernyataan Rogers tersebut, Tangyong mengisyaratkan masih banyak guru yang belum profesional sehingga cenderung memperoleh hasil belajar siswa yang rendah. Profesionalisme guru menuntut adanya perilaku kreatif, baik di dalam memahami tujuan kurikulum serta bahan kajian dan pelajaran; merumuskan tujuan pembelajaran, mengelola kegiatan, mengelola waktu belajar mengajar, mengatur ruang kelas agar menarik dan menantang, mengembangkan bentuk kegiatan belajar dan lain sebagainya.Guru bukan hanya dituntut perlu memiliki pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mengajar dengan kemampuan pula mewujudkan komplektisitas peranan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya, tetapi juga harus kreatif. Upaya meningkatkan kualitas hasil pendidikan amat tergantung dari kemampuan guru untuk mengembangkan kreativitasnya itu. Kreativitas guru bahkan menjadi penting dalam proses pembelajaran yang dapat menjadi entry point dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Iskandar, 2010:12)Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru sangat berperan penting dalam mendorong peningkatan hasil belajar siswa.

3. Ujian Nasional (UN)a. Pengertian Ujian NasionalUjian nasional (UN/UNAS) adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar aderah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidik an dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.UN bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya hasil UN digunakan sebagai dasar (1) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan, (2) seleksi masuk jenjang berikutnya, (3) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, (4) akreditasi satuan pendidikan, dan (4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan.

b. Standar Kelulusan Ujian Nasional1) Tahun Pelajaran 2008/2009a) Kelulusan Ujian NasionalPeserta Ujian Nasional dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan Ujian Nasional sebagai berikut : Memiliki nilai rata rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainya. Khusus untuk SMK nilai uji kompetensi keahlian minimum 7,00 dengan nilai teori kejuruan minimal 4. Nilai uji kompetensi keahlian digunakan untuk menghitung rata rata UN.b) Kelulusan Ujian Sekolah / MadrasahPeserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah / madrasah apabila memiliki rata rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah / Madrasah. Satuan Pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata rata di atas 6,00.c) Kelulusan dari Satuan PendidikanPengumuman kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah / madarsah penyelenggara setelah menerima DKHUN, hasil ujian sekolah /madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, selengkapnya sebagai berikut : menyelesaikan seluruh program pembelajaran; memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaram estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan Lulus Ujian Sekolah.

2) Tahun Pelajaran 2009/2010a) Kelulusan Ujian NasionalPeserta Ujian Nasional dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan Ujian Nasional sebagai berikut : Memiliki nilai rata rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk SMK nilai Praktik Kejuruan minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata rata UN.b) Kelulusan Ujian Sekolah / MadrasahPeserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah / madrasah apabila memiliki rata rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah / Madrasah ditentukan oleh masing masing sekolah / madrasah. Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata rata di atas 6,00.c) Kelulusan dari Satuan PendidikanPengumuman kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah / madrasah penyelenggara setelah menerima DKHUN, hasil ujian sekolah / madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, selengkapnya sebagai berikut :Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah : Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga dan kesehatan. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan Lulus Ujian Nasional.

3) Tahun Pelajaran 2010/2011a) Kelulusan Ujian Nasional Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK apabila peserta didik memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai S/M. Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1) diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata rata raport semester 1 5 untuk SMP/MTs dan SMPLB dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata rata raport. Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1) diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata rata raport semester 3, 4, 5 untuk SMA/MA, SMALB dan SMK dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata rata raport. Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA. NA sebagaimana dimaksud pada butir nomor 4) diperoleh dari gabungan Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan Nilai UN, dengan pembobotan 40% untuk nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN. Skala yang digunakan pada Nilai S/M, nilai raport dan nilai akhir adalah 0 sampai 10. Pembulatan nilai gabungan nilai S/M dan nilai raport dinyatakan dalam bentuk dua desimal, apabila desimal ketiga > 5 maka dibulatkan ke atas. Pembulatan nilai akhir dinyatakan dalam bentuk satu desimal, apabila desimal kedua > 5 maka dibulatkan ke atas. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata rata dari semua NA sebagaimana dimaksud pada butir nomor 5) mencapai paling rendah 5,5 (lima koma nol) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol). Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan melalui rapat dewan guru berdasarkan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan.b) Kelulusan Ujian Sekolah / MadrasahPeserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah / madrasah apabila memiliki rata rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah / Madrasah ditentukan oleh masing masing sekolah / madrasah. Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata rata di atas 6,00.c) Kelulusan dari Satuan PendidikanPengumuman kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah / madrasah penyelenggara setelah menerima DKHUN, hasil ujian sekolah / madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, selengkapnya sebagai berikut :Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah : Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga dan kesehatan. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan Lulus Ujian Nasional.

4) Tahun Pelajaran 2011/2012a) Kelulusan Ujian NasionalKelulusan peserta Ujian Nasional ditentukan berdasarkan NA (Nilai Akhir). Peserta UN dinyatakan lulus apabila rata rata nilai akhir (NA) seluruh mata pelajaran minimal 5,50 dan nilai akhir (NA) setiap mata pelajaran minimal 4,0. Khusus SMK, kriteria kelulusan Kompetensi Kehalian minimal 6,0.b) Kelulusan Ujian Sekolah / MadrasahPeserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah / madrasah apabila memiliki rata rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah / Madrasah ditentukan oleh masing masing sekolah / madrasah. Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata rata di atas 6,00c) Kelulusan dari Satuan PendidikanPengumuman kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah / madrasah penyelenggara setelah menerima DKHUN, hasil ujian sekolah / madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, selengkapnya sebagai berikut :Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah : Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga dan kesehatan. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan Lulus Ujian Nasional.

5) Tahun Pelajaran 2012/2013a) Kelulusan Ujian Nasional Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMPT/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK apabila peserta didik telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai S/M. Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diperoleh dari : Gabungan antara nilai US/M dan nilai rata rata raport semester 1,2,3,4 dan 5 untuk SMP/MTs dan SMPLB dengan pembobotan 60 % untuk nilai US/M dan 40 % untuk nilai rata rata raport. Gabungan antara nilai Ujian Sekolah / Madrasah dan nilai rata rata rapor semester 3, 4 dan 5 untuk SMA/MA/SMALB dengan pembobotan 60 % untuk nilai Ujian Sekolah / Madrasah dan 40 % untuk nilai rata rata rapor. Gabungan antara nilai US/M dan nilai rata rata raport semester 1,2 dan 3 untuk peserta yang menggunakan sistem kredit semester (SKS) dan dapat menyelesaikan program kurang dari tiga tahun. Gabungan antara nilai Ujian Sekolah / Madrasah dan nilai rata rata raport semester 1 5 untuk SMK dengan pembobotan 60 % untuk nilai ujian sekolah / madrasah dan 40 % untuk nilai rata rata raport. Nilai sekolah yang dikirimkan ke Penyelenggara UN Pusat harus diverifikasi oleh Penyelenggara UN Tingkat kabupaten /kota dan Tingkat Provinsi dan tidak dapat diubah setelah diterima oleh Penyelenggara UN Pusat. Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA. Nilai Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah : Gabungan antara nilai Ujian Praktik Keahlian Kejuruan dan Nilai Ujian Teori Kejuruan dengan pembobotan 70 % untuk Nilai Ujian Praktik Keahlian Kejuruan dan 30 % untuk Nilai Ujian Teori Kejuruan; Kriteria kelulusan kompetensi keahlian kejuruan adalah minimum 6,0. NA sebagaimana dimaksud pada butir nomor e diperoleh dari gabungan Nilai Sekolah / Madrasah dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan nilai UN, dengan pembobotan 40 % untuk nilai Sekolah / Madrasah dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60 % untuk nilai UN. Pembulatan nilai gabungan nilai Sekolah / Madrasah dan nilai rapor dinyatakan dalam bentuk dua decimal, apabila decimal ketiga > 5 maka dibulatkan ke atas. Pembulatan nilai akhir dinyatakan dalam bentuk satu decimal, apabila decimal kedua > 5 maka dibulatkan ke atas. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata rata dari semua NA sebagaimana dimaksud pada butir nomor g mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol).b) Kelulusan Ujian Sekolah / MadrasahPeserta didik dinyatakan lulus ujian sekolah / madrasah apabila memiliki rata rata nilai minimum 6,00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran Ujian Sekolah / Madrasah ditentukan oleh masing masing sekolah / madrasah. Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulus dengan nilai rata rata di atas 6,00c) Kelulusan dari Satuan PendidikanPengumuman kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah / madrasah penyelenggara setelah menerima DKHUN, hasil ujian sekolah / madrasah, serta hasil penilaian lainnya sebagaimana tertera pada pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, selengkapnya sebagai berikut :Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah : Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga dan kesehatan. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan Lulus Ujian Nasional.

c. Kreativitas guru, hasil belajar, dan Ujian Nasional (UN)Dalam evaluasi pendidikan dikenal prinsip berkesinambungan, prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk masa depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik Sudijono (2001:31).Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa penilaian dilakukan secara berkesinambungan bukan dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN) saja melainkan hasil belajar siswa dari waktu ke waktu.Berkaitan dengan kreativitas guru dalam proses pembelajaran, dimana kreativitas guru sendiri sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru dapat mendorong peningkatan hasil Ujian Nasional (UN).

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru: Pedoman dan Acuan dalam Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran pada Peserta Didik, Jakarta: Bestari Buana Murni.Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi PressindoMusfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka PublisherSuparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing. 27