Upload
arifebriantari
View
285
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gawat darurat
Citation preview
KUMBAH LAMBUNG
A. Pengertian
Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan
mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube )
Lavage lambung adalah metoda alternatif yang umum untuk pengosongan lambung,
di mana cairan seperti normal saline dimasukkan ke dalam lambung melalui selang orogastrik
atau nasogastrik dengan diameter yang besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk
membuang bagian dari agen yang teringesti sebelum diabsorpsi. Selama lavage, isi lambung
dapat dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat. Lavage lambung dianjurkan
untuk pasien dengan depresi status mental atau tidak ada refleks muntah, atau bagi mereka
yang dengan pemberian SOI telah gagal untuk menghasilkan emesis.
Untuk mengeluarkan bahan-bahan khusus secara efektif, termasuk seluruh kapsul atau
tablet, harus digunakan selang orogastrik yang besar. Ukuran selang orogastrik untuk orang
dewasa atau anak remaja adalah 36 sampai 40 FR, sedangkan untuk anak-anak adalah sampai
16 sampai 28 Fr. Selang nasograstrik standard kurang disukai karena ukurannya yang kecil,
namun bisa menyebabkan trauma mukosal dan epistaksis.
Untuk tindakan lavage pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus lateral sebelah kiri,
dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Prosedur ini memerlukan corong
yang dipasang (atau kateter dengan kateter berujung spuit) pada ujung selang orogastrik dan
memasukan 150 sampai 200 ml air atau larutan saline (50-100 ml pada anak-anak) ke dalam
lambung. Dengan meletakkan corong dan selang lebih rendah di bawah pasien akan
memungkinkan cairan untuk mengalir gravitasi. Prosedur ini diulang samapi keluar cairan
yang jernih atau sedikitnya menggunakan cairan sebanyak 2 liter. Intubasi nasotrakeal atau
endotrakheal akan diperlukan untuk melindungi jalan udara.
Komplikasi-komplikasi lavage lambung termasuk perforasi esofagus, aspirasi
pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, tensi pneumatoraks, dan hipotermia pada anak-anak
kecil bila menggunakan larutan lavage yang dingin.
Lavage menjadi kontraindikasi pada ingestasi kaustik karena adanya risiko terhadap
perforasi esofagus, dan pada kejang yang tidak terkontrol karena risiko trauma dan aspirasi.
B. Tujuan
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
4. Membuang cairan atau partikel dari lambung
C. Indikasi
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu kurang dari 1 jam
2. Overdosis obat/narkotik
3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
4. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
5. Persiapan operasi lambung
6. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
7. Tidak ada refleks muntah
8. Gagal dengan terapi emesis
9. Pasien dalam keadaan sadar
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun
dari dalam tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes
benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan
udara dan kemudian mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk
ke paru-paru.
1. Cairan yang digunakan
Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan
berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air
hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa
menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg
dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.
2. Persiapan pelaksanaan
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada
persiapan khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung,
akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil specimen lambung
sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan menyarankan akan pasien puasa
terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.
3. Prosedur Tindakan
Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke
esophagus. Dan berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus
diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien
untuk memuntahkan kembali tube/pipa yang sedang di masukkan. Peralatan suction di
siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas lambung terus diulangi pada pasien
yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang tidak sadar dan tidak dapat
menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/ menginseresikan tube
untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.
4. Kontra Indikasi
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian
atas, menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera
pada jalan nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
komplikasi
1. Aspirasi
2. Bradikardi
3. Hiponatremia
4. Epistaksis
D. Kontra Indikasi
1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan
keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang
dapat mengancam nyawa,dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
2. Pasien kejang
3. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan
tablet tersebut.
4. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan
terasa membakar (resiko perforasi esophageal).Kumbah lambung tidak dilakukan
untuk bahan toksik hidrokarbon (resiko aspirasi),misalnya : camphor, hidrokarbon,
halogen, hidrokarbon aromatic, pestisida
5. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang
tajam dan besar
6. Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.
7. Spasme laring
8. Hipoksia dan hiperkapnia
9. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
10. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
11. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
Kebijakan
1. Adanya permintaan tertulis dari dokter.
2. pastikan NGT masuk kedalam lambung, kemudian difiksasi.
3. Tinggi corong dari pasien + 30 cm.
4. Tersedia peralatan seperti :
- NGT
- Corong
- Cairan yang diperlukan sesuai kebutuhan
- Plester dan gunting
- Ember penampung cairan
- Stetoskop
- Spuit 20 cc
- Tissue / kain kasa
- Bengkok
- Sarung tangan
- Klem
- Gliserin
E. Persiapan alat
1. Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
2. Ukuran NGT
a. No 14-20 untuk ukuran dewasa
b. No. 8-16 untuk anak-anak
c. No.5-7 untuk bayi
3. 2 buah baskom
4. Perlak dan handuk sebagai pengalas
5. Stetoskop
6. Spuit 10 cc
7. Plester
8. Piala ginjal dan kom penampung
9. Air hangat 1 sampai 2 liter
10. Kassa/tissue,
11. Jelly
12. Susu hangat
F. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan,mengadakan pendekatan kepada anak
atau keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
G. Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
2. Perawat memakai skort
3. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
4. NGT di ukur dari epigastrium sampai pertengahan dahi kemudian diberi tanda
5. Ujung atas NGT diolesi jelly,bagian ujung bawah diklem
6. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien sambil disuruh menelannya
( bila pasien sadar )
7. Periksa apakah NGT betul-betul masuk lambung dengan cara ;
a. Masukan ujung NGT kedalambaskom yang berisi air,jika tidak ada gelembung
Maka NGT sudah masuk kedalam lambung.
b. Masukan Udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada daerah lambung dengan
menggunakan stetoskop.setelah yakin pasang plester pada hidung untuk
memfiksasi NGT.
8. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih
rendah selanjutnya klem dibuka.
9. Corong dipasang diujung bawah NGT,air/susu dituangkan kedalam corong jumlah
cairan sesuai kebutuhan.cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam
baskom.
10. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung
sudah jernih.
11. Jika air yang keluar sudah jernih Selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan
diletakan dalam baki.
12. Setelah selesai pasien dirapikan,mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue
jelaskan pada pasien bahwa prosedur yang dilakukan telah selesai.
13. Alat-alat dikemas dan dibersihkan
14. Perawat mencuci tangan
15. Mencatat semua tidakan yang telah dilakukan pada status pasien
Hal-hal yang perlu dicatat dan diperhatikan:
a. Keadaan pasien sebelum, selama dan sesudah irigasi
b. Waktu dan lamanya pelaksanaan
c. Jumlah cairan yang masuk dan keluar serta warnanya
d. Petugas yang melaksanankan
e. Periksa sonde lambung sebelum digunakan (bila pasien belum terpasang sonde)
apakah tidak tersumbat, tidak rapuh.
f. Suhu cairan yang dimasukan tidak boleh lebih dari 370C untuk mencegak iritasi pada
selaput lendir lambung.
g. Bila terjadi reaksi batuk-batuk atau sianosis pada waktu memasukan sonde, sonde
segera dicabut.
h. Bila pasien menggunakan gigi palsu harus segera dikeluarkan sebelum pemasangan
sonde
i. Bila cairan yang keluar bercampur darah, pengumbahan cairan harus segera
dihentikan.
j. Bila ada hambatan waktu memasukan sonde tidak boleh dipaksa
PROSEDUR LA VASE LAMBUNG (Pada kondisi tertentu)
No LANGKAH-LANGKAH RASIONAL
Lepaskan gig palsu dan inspeksi rongga
mulut untuk adanya gigi lepas.
Ini akan mencegah aspirasi gigi yang
tidak disengaja.
Ukur jarak antara batang hidung dan
prosesus xifoideus. Tandai selang dengan
plester.
Jarak ini adalah pengukuran rule-of-
tumb dan jarak selang yang dimasukan
sampai mencapai lambung. Hal ini
menghindari penggulungan dan
pelipatan kelebihan selang dalam
lambung.
Lumasi selang dengan pelumas. Pelumasan memudahkan insersi
selang.
Pada pasien koma, pasien di intubasi dengan
selang nasotrakea atau endotrakea dengan
cufi.
Cuf selang nasotrakea atau endotrakea
mencegah aspirasi di lambung.
Termpatkan pasien pada posisi lateral kiri
dengan kepala di turunkan sekitar 150 ke
bawah.
Posisi ini menurunkan pasase isi
lambung ke dalam duodenum selama
lavase dan meminimalkan aspirasi
dalam paru.
Masukan selang dalam rute oral sambil
memperhatikan kepala pada posisi netral.
Masuka selang sampai tanda plester kira-
kira 15 cm, setelah selang lavase dimasukan,
kepala meja di turunkan. Seidiakan
pengusap yang siap pakai.
Kedalaman insersi selang akan
bervariasi dengan uluran pasien. Bila
selang memasuki trakea bukan
esofagus, pasien akan mengalami
batuk dispnea, stridor dan sianosis.
Konfirmasi positif pemasangan selang
dapat dilakukan dengan sinar X.
Aspirsi isi lambung dengan spuit yang Aspirasi dilakukan untuk menentukan
disambungkan ke selang sebelum mengisi
air ata antidote. Simpan spesimen untuk
penelitian.
bahwa selang ada dalam lambung dan
untuk mengeluarkan isi lambung.
Konfirmasi positif pemasangan selang
dapat dilakukan dengan sinar X.
Lepaskan spuit. Sambungkan saluran ke
ujung selang, atau gunakan spuit 50 mL
untuk mengijensikan larutan lavase dalam
selang lambung. Volume cairan yang
dimasukan ke lambung harus sedikit demi
sedikit.
Pengisian berlebihan lambung dapat
menyebabkan regurgitasi dan aspirasi
atau kekuatan isi lambung melalui
pylorus.
Tinggikan saluran di atas kepala pasien dan
tuang kira-kira 150-200 mL larutan ke
dalam saluran.
Posisi yang lebih tinggi dapat
membantu dala aliran air menuju
lambung.
Turunkan saluran dan biarkan isi lambung
ke luar ke dalam wadah.
Cairan harus mengalir dengan bebas
dan mengalir karena gravitasi.
Simpan sampel dan du pencucian pertama. Di isolasi dan pencucian lain untuk
analisis toksikologik.
Ulangi prosedur lavase sampai aliran balik
relatif bersih dan tidak ada bahan partikel
yang terlihat.
Ini biasanya memerlukan vulume tidal
sedikitnya 2 Liter, beberapa praktisi
menganjurkan 5-20 Liter.
Pada penyelesaian lavase:
Lambung mungkin masih kososng.
Suatu absorben (bentuk bubuk dan
karbon teraktifasi di campur dengan
air untuk membentuk larutan,
konsistensi sup kental), dapat di
isikan dalam selang dan tetap di
biarkan dalam selang.
Kataritik salin dapat dimasukan ke
dalam selang.
Karbon teraktifasi
menurunkana absorpsi dengan
absorpsi (yang melekat pada
permukaannya), banyak
subtansi ini membuat racun
tidak dapat masuk ke dalam
sirkulasi, karena mengurangi
toksitasnya.
Kataritik dapat diberikan untuk
memperlancar eliminasi materi
sisa yang tercemar.
Pijit selang selama pengangkatan atau
pertahankan penghisapan sambil selang di
Pemijatan selang mencegah aspirasi
dan stimulasi rangsangan menelan.
tarik. Mempertahankan kepala pasien lebih
rendah dan tubuh juga membantu
mencegah rangsangan refleks
menelan.
Ingatkan/jelaskan pada pasien bahwa
fecesnya akan berwarna hitam karena
karbon.
Agar pasien tidak merasa terkejut
dengan perubahan warna fecesnya
setelah diberikan tindakan.
Jawaban:
1. Berdasarkan dari keterangan yang disampaikan anak pasien dapat kita simpulkan Ny. S
mengalami keracunan makanan jamur yang dimakannya.
2. Indikasi yang perlu dilakukan tindakan pemasangan NGT meliputi:
a. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu kurang dari 1 jam
b. Overdosis obat/narkotik
c. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
d. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
e. Persiapan operasi lambung
f. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
g. Tidak ada refleks muntah
h. Gagal dengan terapi emesis
i. Pasien dalam keadaan sadar
3. Kriteria dilakukan kumbah lambung pada Ny. S adalah :
a. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu kurang dari 1 jam
b. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
c. Tidak ada refleks muntah
d. Pasien dalam keadaan sadar
4. Tujuan pemasangan NGT:
a. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan
b. Mendiagnosa perdarahan lambung
c. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
d. Membuang cairan atau partikel dari lambung
5. Cara memasukan sonde lambung pada pasien tidak sadar:
Lepaskan gig palsu dan inspeksi rongga mulut untuk adanya gigi lepas.
Ukur jarak antara batang hidung dan prosesus xifoideus. Tandai selang
dengan plester.
Lumasi selang dengan pelumas.
Pada pasien koma, pasien di intubasi dengan selang nasotrakea atau
endotrakea dengan cufi.
Termpatkan pasien pada posisi lateral kiri dengan kepala di turunkan
sekitar 150 ke bawah.
Masukan selang dalam rute oral sambil memperhatikan kepala pada posisi
netral. Masuka selang sampai tanda plester kira-kira 15 cm, setelah selang
lavase dimasukan, kepala meja di turunkan. Seidiakan pengusap yang siap
pakai.
Aspirsi isi lambung dengan spuit yang disambungkan ke selang sebelum
mengisi air ata antidote. Simpan spesimen untuk penelitian.
Lepaskan spuit. Sambungkan saluran ke ujung selang, atau gunakan spuit
50 mL untuk mengijensikan larutan lavase dalam selang lambung. Volume
cairan yang dimasukan ke lambung harus sedikit demi sedikit.
Tinggikan saluran di atas kepala pasien dan tuang kira-kira 150-200 mL
larutan ke dalam saluran.
Turunkan saluran dan biarkan isi lambung ke luar ke dalam wadah.
Simpan sampel dan du pencucian pertama.
Ulangi prosedur lavase sampai aliran balik relatif bersih dan tidak ada
bahan partikel yang terlihat.
Pada penyelesaian lavase:
Lambung mungkin masih kososng.
Suatu absorben (bentuk bubuk dan karbon teraktifasi di campur
dengan air untuk membentuk larutan, konsistensi sup kental), dapat
di isikan dalam selang dan tetap di biarkan dalam selang.
Kataritik salin dapat dimasukan ke dalam selang.
Pijit selang selama pengangkatan atau pertahankan penghisapan sambil
selang di tarik.
Ingatkan/jelaskan pada pasien bahwa fecesnya akan berwarna hitam karena
karbon.
6. Cara mengevaluasi ketepatan sonde lambung adalah dengan cara memasukan
pangkalnya ke dalam air, klemnya di buka. Jika ternyata sonde masuk lambung,
tandanya tidak ada gelembung udara yang keluar. Sebaliknya jika gelembung udara yang
keluar banyak dan berentetan hal ini menandakan sonde masuk ke paru-paru, maka
sonde harus segera di cabut. Masukan Udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada
daerah lambung dengan menggunakan stetoskop.setelah yakin pasang plester pada
hidung untuk memfiksasi NGT.
7. Cara mengevaluasi keberhasilan bilas lambung adalah ketika cairan yang keluar dari
lambung berwarna bening dan tidak terdapat bau.
8. Hal ayng perlu diperhatikan pada tindakan bilas lambung dengan terpasang NGT tetap
adalah:
a. Periksa sonde lambung sebelum digunakan (bila pasien belum terpasang sonde)
apakah tidak tersumbat, tidak rapuh.
b. Suhu cairan yang dimasukan tidak boleh lebih dari 370C untuk mencegak iritasi
pada selaput lendir lambung.
c. Bila terjadi reaksi batuk-batuk atau sianosis pada waktu memasukan sonde, sonde
segera dicabut.
d. Bila pasien menggunakan gigi palsu harus segera dikeluarkan sebelum
pemasangan sonde
e. Bila cairan yang keluar bercampur darah, pengumbahan cairan harus segera
dihentikan.
f. Bila ada hambatan waktu memasukan sonde tidak boleh dipaksa