Upload
shevillamaharani
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 lapkas anastesi umum
1/26
BAB I
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Gusman Effendi
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Siswa SMP
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : kuok
Tanggal Masuk RS: 01 Juli 2013
No MR : 087316
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis, tanggal 2 Juli 2013 jam 08.00 WIB
Keluhan Utama :
- Keluar cairan pada telinga kanan dan kiri sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang ke Poliklinik RSUD Bangkinang pada hari Senin tanggal 01 Juli 2013
dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan dan kirinya. Hal ini sudah dialami os
sejak 5 tahun yang lalu. Cairan yang keluar berwarna kuning kental dan berbau. Keluhan
lebih berat dirasakan os pada telinga kanan. Keluhan tidak disertai dengan darah.
Os menyangkal ada riwayat demam sebelum keluar cairan pada telinga, riwayat
sering batuk pilek, dan riwayat sakit pada telinga yang keluar cairan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os menyangkal memiliki riwayat penyakit asthma, radang paru, sakit jantung, dan
riwayat alergi.
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 1
7/29/2019 lapkas anastesi umum
2/26
Riwayat Penyakit Keluarga
Os menyangkal ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan Os
dan Os juga menyangkal ada anggota keluarga yang menderita asthma dan alergi obat
maupun makanan.
Riwayat Obat-Obatan
Os belum perna berobat sebelumnya.
Riwayat Anestesi dan Operasi
Os belum pernah mendapat tindakan anastesi dan operasi seblumnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum: Baik
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi cukup
Suhu : 36,5C
Pernafasan : 18 x/ menit
Kepala : Normosefali, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata
- Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
- Pupil : bulat dan isokor
- Refleks cahaya langsung +/+ tidak langsung +/+
Telinga
- Daun telinga : bentuk normal
- Liang telinga : serumen (+/+), sekret (+/+), oedem (-/-)
- Membran timpani : refleks cahaya (-/-), edema (-/-), perforasi (+/+) sentral
Hidung
- Pernafasan cuping hidung : -/-
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 2
7/29/2019 lapkas anastesi umum
3/26
- Lubang hidung : Lapang/ Lapang
- Deviasi septum nasi : -
- Sekret hidung : -/-
- Mukosa hidung hiperemis : -/-
Mulut dan Mandibula
- Mandibula : Trismus (-), Sendi TMJ tidak dislokasi, Fraktur (-)
- Gigi : Ompong (-), gigi goyang (-), gigi palsu (-) dan susunan gigi rapi
- Lidah : Normoglossia
- Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-)
Leher
- KGB Leher tidak teraba membesar
Thoraks
- Jantung : BJ I normal - BJ II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada ke-empat kwadaran abdomen
Ekstremitas :
- Akral teraba hangat, edema (-) pada keempat ekstremitas
- Sianosis (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium di RUMKIT AL Mintohardjo tanggal 15 Oktober
2012
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Darah rutin
Hemoglobin 12,9 g/dl 12-16 g/dl
Trombosit 237 ribu/mm3 150-400 ribu/mm3
Leukosit 7700/mm3 5000-1000/mm3
V. KESIMPULAN
- Laki-laki 14 tahun dengan diagnosis OMSK ADS, ASA I
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 3
7/29/2019 lapkas anastesi umum
4/26
VI. RENCANA TINDAKAN ANESTESI
a. Direncanakan secara anestesi umum
b. Instruksi :
- Pemeriksaan Penunjang : (+)
- Infus : RL
- Puasa : 8-10 jam pre-operatif
- Premedikasi (rencana):
- Midazolam
- Fentanil
- Surat izin Operasi : Ada
c. Pemeriksaan pasien di ruang persiapan
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tanda vital :
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- Suhu : 36,5 C
- Instruksi : sudah dilaksanakan
- Pemeriksaan Penunjang : lengkap
- Premedikasi :
- Ondancentron 4mg
- Midazolam 2mg
- Fentanil 5mg
VII. LAPORAN ANESTESIA INTRAOPERATIF
Tanggal operasi : 02 Juli 2013
Jam rencana operasi : 09.00 wib
Mulai operasi : 09.30 wib
Selesai operasi : 13.30 wib
Lama operasi : 240 m3nit
Diagnosa Pra Bedah : OMSK Aurikula Dextra
Diagnosa Pasca Bedah : OMSK Aurikula DextraSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 4
7/29/2019 lapkas anastesi umum
5/26
Macam Operasi : TimpanoMastoidektomi
Ahli Bedah : dr Amdasmar SpB
Ahli Anestesiology : dr Flora SpAn
Lama Operasi : 240 menit
Teknik Anestesi : Anestesi Umum
Intubasi : ETT Non Kingking No.7 Cuff +
Pernafasan :Controlled Respiration/ CR
Posisi Operasi : Supine
Mulai induksi : jam 09.30 wib
Medikasi :
- Propofol 90 mg
- Midazolam 2 mg
- Fentanil 5 mg
- Ondansetron 4 mg
- Tramadol 100 mg
Ventilasi :
- O2 3L/i
- N2O 2L/i
- Volatile liquid anastesia : Isofluran 1,5 %
Saturasi intraoperatif : 100%
Keseimbangan Cairan :
Input :
Ringer Lactat 1500cc
VIII. LAPORAN ANESTESIA POSTOPERATIF
Pasien sadar :jam 14.00
Pasien diantar ke ruangan :jam 14.15
Terapi cairan post operatif : Analgetik drip 25 gtt/i (Tramadol 100mg + Ketorolac
30mg dalam RL 500cc)
Saturasi postoperatif : 100%
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 5
7/29/2019 lapkas anastesi umum
6/26
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien, An. Gusman Effendi 14 tahun datang ke kamar operasi pada pukul 09.00 WIB
untuk menjalani operasi timpano mastoidektomi aurikula dextra yang direncanakan pada
tanggal 02 Juli 2013 pada pukul 09.00 WIB dengan dokter anestesi adalah dr Flora SpAn dan
dokter bedah adalah dr Amdasmar SpB. Pasien dilakukan anestesi dengan menggunakan
General Anestesi dengan teknik anestesi nafas kendali dengan menggunakan pipa endotrakeal
non kinking. Teknik anestesi umum yang dipilih karena lokasi operasi yang berada di
mastoid dan multiple sehingga akan kurang nyaman bagi pasien jika menggunakan teknik
anestesi lokal/ regional, sedangkan teknik anestesi yang dipilih adalah nafas kendali dengan
menggunakan endotrakeal non kingking karena diperkirakan operasi dapat berlangsung lama
sehingga akan lebih efisien dengan menggunakan nafas kendali serta pemilihan endotrakeal
non kingking. Pasien datang dengan kondisi sakit sedang, kesadaran compos mentis, Status
fisik ASA I. Pasien tersebut digolongkan kedalam status fisik ASA I karena pasien tersebut
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil normal.
Pasien dimasukan ke ruang operasi pada pukul 09.15 WIB. Pasien diposisikan dimeja
operasi dalam posisi terlentang, dengan leher diekstensikan di atas meja operasi. Kemudian
pasien dilakukan pemasangan alat-alat anestesi seperti tensimeter, elektroda EKG, pulse
oksimetri, oksigen (3L/menit) dan pada pasien ini telah dilakukan pemasangan IV line
dengan infus cairan Ringer Laktat. Keadaan umum pasien sebelum operasi, kesadaran
compos mentis, dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 x/menit, saturasi 100% dan
mempunyai berat badan +/- 40 kg.
Sebelum Anestesi dimulai dilakukan pemeriksaan mesin anestesi, alat intubasi dan
obat-obat anestesi. Pasien mulai diberikan Preoksigenasi sebanyak 3L/menit sebelum
dilakukan induksi dan intubasi. Pasien diberikan premedikasi pada pukul 09.30 WIB dengan
menggunakan Midazolam 2 mg dan Fentanyl 5mg kemudian pasien mulai dilakukan induksi
pada pukul 09.45 WIB dengan menggunakan Propofol 90 mg. setelah itu pasien dilakukan
intubasi oleh dokter anestesi dengan menggunakan ETT non kingking no 7 dan diperiksa
dengan menggunakan stetoskope apakah ETT telah masuk kedalam trakea dan setelah masuk
ke dalam trakea dipastikan suara nafas simetris antara paru kanan dan kiri. Pada pasien
tersebut dipilih obat premedikasi midazolam karena efek dari obat midazolam yang bersifat
sedatif/ anxiolitik dan fentanyl yang merupakan analgesik golongan opiod yang berfungsi
sebagai analgesik perioperatif, sedangkan obat induksi yang dipilih adalah Propofol karenaSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 6
7/29/2019 lapkas anastesi umum
7/26
Propofol merupakan obat anestesi intravena yang relatif lebih aman bila dibandingkan
dengan Ketamine (meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, menimbulkan efek
halusinasi) atau Thiopenthone (ekstravasasi bisa menimbulkan nekrosis jaringan) namun efek
samping dari propofol yang perlu diperhatikan adalah menyebabkan vasodilatasi sehingga
menimbulkan hipotensi dan depressi nafas sampai apnoe selama 30-60 detik.
Setelah pasien terinduksi, dilakukan pemasangan ETT non kingking, ETT
dihubungkan dengan konektor ventilasi mesin anestesi dan diberikan Oksigen sebanyak 3L/
menit dan N2O 2 liter/menit ( perbandingan 50:50 untuk memberikan efek analgesik dan
Oksigen diberikan untuk mencegah hipoxia difussi akibat efek N2O) dan diberikan Volatile
liquid anestesi (Isofluran) dengan dosis rumatan yaitu 1,5 % untuk memperdalam anestesi
dan mempertahankan kedalaman anestesi. Kemudian pada jam 09.30 WIB pasien mulai
dilakukan pembedahan oleh dokter bedah.
Kemudian selama proses operasi berlangsung dilakukan observasi terhadap tanda-
tanda vital dan pasien relatif stabil dan diberikan Ondancetron 4mg. Kemudian diberikan
Tramadol 100 mg sebagai analgesik pasca pembedahan.
Operasi selesai pukul 13.30 wib, dimana operasi berlangsung sekitar 240 menit dan
selama operasi mendapatkan cairan Ringer laktat sebanyak 1500cc.
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 7
7/29/2019 lapkas anastesi umum
8/26
BAB III
PEMBAHASAN
1. ANESTESI UMUM
I. DEFINISI(1)
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).
II. METODE ANESTESI UMUM(1)
A. Parenteral
Anestesi umum yang diberikan secara parenteral baik secara intravena maupun
intramuskular biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat atau untuk induksi
anestesi.
B. Perektal
Anestesi umum yang diberikan melalui rektal kebanyakan dipakai pada anak-anak,
terutama untuk induksi anestesi atau tindakan operasi singkat.
C. Inhalasi
Anestesi inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang
mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara pernafasan. Zat
anestetika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat
anestetika tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan
otak menentukan kekuatan daya anestesi, zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan
parsial rendah sudah mampu memberi anestesia yang adekuat.
III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANESTESI UMUM(1,2)
Salah satu metode anestesi yang dipengaruhi oleh banyak faktor adalah anestesi
inhalasi. Anestesi inhalasi masuk dengan cara respirasi/ inhalasi kemudian diabsorbsi dan
masuk ke peredaran darah sampai kejaringan otak, sehingga faktor respirasi, faktor
sirkulasi, faktor jaringan dan faktor zat anestesi mempengaruhi kekuatan dan kecepatan
anestesi.
Faktor Respirasi
Pada setiap inspirasi sejumlah zat anestesia akan masuk ke dalam paru-paru
(alveolus), dan didalam alveolus akan tercapai suatu tekanan parsial tertentu sehingga zatSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 8
7/29/2019 lapkas anastesi umum
9/26
anestesia akan berdifusi melalui dinding alveolus. Dinding epital alveolus bukan penghambat
difusi obat anestesi sehingga tekanan parsial didalam alveolus sama dengan tekanan parsial di
arteri pulmonaris.
Hal-hal yang mempengaruhi tekanan parsial zat anastesia didalam alveolus adalah:
1. Konsentrasi zat anestesi yang dihirup dan diinhalasi, makin tinggi konsentrasi zat
anestesi dan makin cepet naik tekanan parsial zat anestesia didalam alveolus.
2. Ventilasi alveolus, makin tinggi ventilasi alveolus makin cepet meninggi tekanan
parsial zat anestsia didalam alveolus.
Faktor Sirkulasi
Terdiri dari 2 sirkulasi : sirkulasi arteri dan vena
Waktu dilakukan induksi zat anestesia konsentrasinya akan lebih tinggi di arteri
daripada vena.
Faktor yang mempengaruhi :
1. Perubahan tekanan parsial zat anestesia yang jenuh dalam alveolus dan darah vena.
Dalam sirkulasi, sebagian zat anestesia akan diserap jaringan dan sebagian kembali
melalui vena.
2. Koefisien partisi darah/ gas yaitu rasio konsentrasi zat anastesi didalam darah
terhadap konsentrasi dalam gas setelah keduanya dalam keadaan seimbang. Bila zat
anestesi memiliki koefisien partisi darah/ gas yang rendah maka konsentrasi zat
anestesi didalam alveolus akan cepat meningkat, karena konsentrasi zat anestesi
menentukan tekanan zat anestesi didalam darah arteri maka tekanan parsial zat
anestesi akan naik dengan cepat sehingga zat anestesi tersebut tergolong poten (kuat).
3. Aliran darah
Yaitu aliran darah paru dan curah jantung. Makin banyak aliran darah melalui paru
makin banyak zat anestesia yang diambil dari alveolus, konsentrasi zat alveolus akan
turun sehingga induksi akan menjadi lambat.
Faktor Jaringan
1. Perbedaan tekana parsial zat anestesi antara darah arteri dan jaringan
2. Koefisien partisi jaringan/darah
3. Aliran darah jaringan dibagi menjadi 4 kelompok :
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 9
7/29/2019 lapkas anastesi umum
10/26
a. Jaringan kaya pembuluh darah : otak, jantung, hepar dan ginjal. Organ-organ
tersebut menerima 70-75% dari curah jantung sehingga tekan parsial zat
anestsia akan meninggi dengan cepat.
b. Kelompok intermediate : otot skelet dan kulit
c. Lemak : jaringan lemak
d. Jaringan sedikit pembuluh darah : ligament dan tendon
Faktor Zat Anestesi
Bermacam-macam zat anestesi mempunyai potensi yang berbeda-beda. Untuk
menentukan derajat potensi ini dikenal adanya MAC(Minimal Alveolus Concentration/
Konsentrasi Alveolar Minimal) yaitu konsentrasi terendah zat anestesi dalam alveolus yang
mampu mencegah tanggapan/ respon terhadap rasa sakit. Makin rendah MAC makin tinggi
potensi zat anestesi.
Faktor Suhu
Makin turun suhu makin banyak zat anestesi yang larut dalam darah dan makin
banyak zat anestesi yang masuk kedalam darah, sehingga makin cepat anestesinya.
IV. PERSIAPAN ANESTESI UMUM(1,2)
Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum pasien
menjalani suatu tindakan operasi baik elektif maupun cito. Waktu kunjungan anestesi adalah
1-2 hari sebelum tindakan pembedahan sedangkan untuk operasi cito waktu yang tersedia
lebih singkat.
Pada saat kunjungan, dilakukan anamnesis pada pasien (baik secara autoanamnesis
maupun alloanamnesis) dan juga dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Setelah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan penunjang misalnya di
rencanakan pemeriksaan laboratorium ( darah rutin, urinalisa), pemeriksaan EKG (ditujukan
untuk pasien yang berumur diatas 40 tahun), pemeriksaan radiologis (foto thoraks) dan
pemeriksaan khusus lainya (pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah,
analisa gas darah, elektrolit dan spirometri)
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 10
7/29/2019 lapkas anastesi umum
11/26
Dari hasil kunjungan ini dapat diketahui kondisi pasien dan dinyatakan dengan status
anestesi menurut The American Society Of Anesthesiologist(ASA).
ASA I : Pasien dalam keadaan sehat organik, fisiologik, psikiatri dan biokimia.
ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang.
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat. Sehingga aktifitas rutin terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak dapat melakukan aktifitas
rutinnya dan penyakitnya merupakan ancaman terhadap kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya
tidak akan lebih dari 24 jam.
ASA VI : Pasien mati batang otak yang akan dilakukan donor.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda
darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE
Persiapan pada hari operasi :
1. Pembersihan dan pengosongan saluran pencernaan
Pengosongan lambung untuk anestesia penting untuk mencegah aspirasi lambung
karena regurgutasi atau muntah. Pada pembedahan elektif, pengosongan lambung
dilakukan dengan puasa : anak dan dewasa 6-8 jam, bayi 3-5 jam. Pada pembedahan
darurat pengosongan lambung dapat dilakukan dengan memasang pipa nasogastrik atau
dengan cara lain yaitu menetralkan asam lambung dengan memberikan antasida
(magnesium trisilikat) atau antagonis reseptor H2 (ranitidin).
2. Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin dan gelang harus ditanggalkan dan bahan kosmetik
seperti lipstik dan cat kuku harus dibersihkan agar tidak menggangu pemeriksaan
selama anestesi
3. Kandung kemih harus kosong, bila perlu dilakukan kateterisasi.
4. Pasien dimasukan kekamar bedah dengan pakaian khusus, diberikan tanda atau label
pasien terutama untu bayi. Periksa apakah pasien atau keluarga sudah memberikan
persetujuan tindakan medis yang tertulis
5. Pemeriksaan fisik yang penting dapat dilakukan kembali di kamar operasi bila terjadi
perubahan mendadak
6. Pemberian obat premedikasi dapat diberikan secara parenteral maupun oral -1 jam
sebelum dilakukan induksi.
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 11
7/29/2019 lapkas anastesi umum
12/26
V. TEKNIK ANESTESI UMUM(1,2)
Teknik anestesi umum dapat dilakukan dengan cara :
1. Inhalasi dengan Respirasi spontan
a. Sungkup wajah
b. Intubasi endotrakeal
c. Laryngeal mask airway
2. Inhalasi dengan respirasi kendali
a. Intubasi endotrakeal
b. Laryngeal mask airway (LMA)
3. Total Intravenous Anesthesia/ Anestesi intravena total (TIVA)
a. Dengan Intubasi endotrakheal
b. Tanpa Intubasi endotrakheal
Teknik menggunakan sungkup wajah digunakan apabila pasien operasinya singkat -
1 jam, pasien ASA I-II, labung pasien harus kosong dan bukan operasi didaerah wajah dan
kepala. Sedangkan Laryngeal mask airway (LMA) dilakukan bila operasi singkat dan
lambung pasien yang kosong.
VI. TANDA-TANDA ANESTESIA(1)
Trias anestesia terdiri dari analgesia, hipnosis dan relaksasi, tetapi tindakan anestesia
tidak selalu mencakup ketiga komponen tersebut bergantung pada jenis pembedahan yang
akan dilakukan.
Untuk itu perlu dikenal stadium-stadium anestesi dan mengenal tanda dan gejala dari
masing-masing stadium. Stadium anestesia mulai diperkenalkan sejak ditemukannya eter
dan pertama kali didemonstrasikan oleh Morton. Pembagian stadium pertama kali
didemonstrasikan oleh Pounly pada tahun 1877 menjadi 3 stadium, dan kemudian oleh
John Snow ditamhan 1 stadium yaitu stadium IV (stadium paralisis/ stadium kelebihan
obat). Kemudian Guedel memperinci tanda dan gejala semua stadium secara sistematik
dan terakhir Gillespe pada tahun 1943 menyempurnakan stadium-stadium menurut
Guedel.
Stadium-Stadium Anestesi
1. Stadium 1 : disebut stadium analgesia atau disorientasi. Stadium ini berlangsung antara
induksi sampai kehilangan kesadaran. Pada stadium ini rasa nyeri belum hilang samaSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 12
7/29/2019 lapkas anastesi umum
13/26
sekali, oleh karena itu hanya pembedahan kecil yang dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium ini berakhir dengan tanda hilangnya refleks bulu mata.
2. Stadium 2 : disebut stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium. Dimulai dengan
hilangnya kesadaran atau hilangnya refleks bulu mata sampai ventilasi teratur. Pada
stadium ini terjadi depresi pada bangsal ganglia sehingga refleks-refleks tidak
terkendali atau reaksi yang berlebihan terhadap segala bentuk rangsangan seperti pada
hidung,cahaya, nyeri dan rasa raba.
3. Stadium 3: disebut stadium pembedahan, mulai dari ventilasi tertur sampai apnoe.
Stadium ini dibagi menjadi 4 plana :
a. Plana 1 : ventilasi teratur, sifatnya torako-abdominal, anak mata terfiksasi,
kadang-kadang eksentrik, pupil miosis, refleks cahaya positif, lakrimasi
meningkat, refleks faring dan muntah negatif dan tonus otot mulai menurun.
b. Plana 2 : ventilasi teratur, sifatnya abdomino-torakal, volume tidal menurun,
frekuensi nafas meningkat, anak mata terfiksasi ditengah, pupil mulai midriasis,
refleks cahaya menurun dan refleks kornea negatif.
c. Plana 3 : ventilasi teratur, sifatnya abdominal karena kelumpuhan saraf
interkostal, lakrimasi tidak ada,pupil melebar dan sentral, refleks laring dan
peritoneum negatif dan tonus otot makin menurun.
d. Plana 4 : ventilasi tidak teratur dan tidak adekuat (tersendat-sendat) hali ini
karena otot diafragma lumpuh yang makin nyata pada akhir pelana, tonus otot
sangat menurun, pupil midriasis, sekresi kelenjar lakrimal negatif dan refleks
sfingter ani negatif
4. Stadium 4 : disebut stadium paralisis atau stadium kelebihan obat, yaitu dari henti nafas
hingga henti jantung.
VII. FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI UMUM(1,2,3)
A. OBAT ANESTESI INHALASI
1. Volatile liquid anesthetic/Cairan anestesi yang mudah menguap
a. Kloroform
Sifat Fisik
Cairan jernih (tidak berwarna), berbau wangi dan tidak merangsang/ mengiritasi
Mudah menguap/ volatile liquid
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 13
7/29/2019 lapkas anastesi umum
14/26
Tidak mudah terbakar/ meledak
Farmakologi
Metabolisir menjadi triklormetil radikal yang bersifat hepatotoksik
Efek Halotan
Sistem kardiovaskuler
o Mendepresi langsung kontraktilitas miokardium : menyebabkan penurunan isi
sekuncup jantung dan frekuensi jantung sehingga menyebabkan terjadinya
hipotensi dan bradikardia
Sistem Muskuler
o Merupakan pelemas otot yang baik
b. Halotan
Pertama kali disintesa oleh C.W. SUCKLING tahun 1951
Sifat Fisik
Cairan jernih (tidak berwarna), berbau enak dan tidak merangsang/ mengiritasi
Mudah menguap/ volatile liquid
Tidak mudah terbakar/ meledak
Mudah teruraikan oleh cahaya (simpan dibotol gelap)
Farmakologi
Merupakan obat anastesia yang potent (kekuatan 4-5 kali eter/ 2 kalo kloroform)
Metabolisme di hepar dan di ekskresikan lewat paru dan urine
Dosis induksi : 2-4%
Dosis pemeliharaan : 0,5-2%
Efek Halotan
Sistem saraf pusat
o Mendepressi korteks serebral dan medulla
o Meningkatkan sirkulasi serebral
o Meningkatkan tekanan intrakranial yang mencolok
Sistem pencernaan
o Tidak mengiritasi mukosa
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 14
7/29/2019 lapkas anastesi umum
15/26
o Tidak merangsang mukus, salivan dan cairan asam lambung
o Menghambat aktivitas dari saluran cerna
o Jarang menyebabkan mual dan muntah pasca operasi (0-5%)
o Dapat menyebabkan terjadinya hepatitis/ masif hepatik sirosis
Sistem kardiovaskuler
o Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah : menyebabkan hipotensi
o Mendepresi langsung kontraktilitas miokardium : menyebabkan penurunan isi
sekuncup jantung dan frekuensi jantung sehingga menyebabkan terjadinya
hipotensi dan bradikardia
o Menghambat ganglion simpatis : menyebabkan bradikardia
o Meningkatkan kepekaan miokardium terhadap katekolamin baik endogen dan
eksogen : menyebabkan aritmia jantung : ventrikular ekstrasistol, ventrikular
takikardia, ventrikular fibrilasi dan cardiac arrest
Sistem pernafasan
o Halotan mendepresi pernafasan
o Tidak bersifat irritatif terhadap saluran nafas
o Menekan sekresi kelenjar bronkial
o Menekan refleks faring dan laring
o Menyebabkan bronkodilatasi
Sistem Muskuler
o Menyebabkan relaksasi moderate terhadap sistem otot ( otot abdominal
relaksasi hanya akan dicapai bila terjadi overdosis)
o Menyebabkan relaksasi miometrium (atonia uteri)
Sistem Hormonal
o Meningkatkan konsetrasi hormon tiroksin dan hormon pertumbuhan
o Konsentrasi insulin tidak dipengaruhi
o Namun halotan meningkatkan sensibilitias reseptor insulin pada pasien
diabetes sehingga meningkatkan resiko hipoglikemia
c. Dietil Eter
Memenuhi Trias anastesi
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 15
7/29/2019 lapkas anastesi umum
16/26
Sifat Fisik
Cairan jernih (tidak berwarna), berbau tidak enak dan merangsang/ mengiritasi
Mudah menguap/ volatile liquid
Mudah terbakar/ meledak
Mudah teruraikan oleh udara, cahaya dan panas (simpan dibotol gelap dan tempat
dingin)
Efek Dietil Ether
Sistem saraf pusat
o Mendepressi korteks serebral dan medulla
o Dilatasi pembuluh darah meningeal dan serebral
o Meningkatkan sirkulasi serebral
o Meningkatkan tekanan intrakranial yang mencolok
o Merangsang sistem saraf simpatis
o Mendepresi sistem saraf parasimpatis
Sistem pencernaan
o Mengiritasi mukosa
o merangsang mukus, salivan dan cairan asam lambung
o Meningkatkant aktivitas dari saluran cerna
o menyebabkan mual dan muntah pasca operasi (>50%)
Sistem kardiovaskuler
o Meningkatkan kontraktilitas jantung : rangsangan sistem saraf simpatis dan
pelepasan katekolamin, depressi vagal
o Aritmia (jarang)
Sistem pernafasan
o Bersifat irritatif terhadap saluran nafas
o Meningkatkan sekresi kelenjar ludah dan bronkial
o Menyebabkan bronkodilatasi
Sistem Muskuler
o Menyebabkan relaksasi otot yang sangat baik
o Menyebabkan relaksasi miometrium (atonia uteri)
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 16
7/29/2019 lapkas anastesi umum
17/26
Sistem metabolisme
o Meningkatkan gula darah karena gikogenolisis akibat rangsangan
simpatis
d. Etil Klorida
Pertama kali ditemukan oleh Valentine 1847
Sifat Fisik
Cairan jernih (tidak berwarna), berbau seperti eter
Mudah terbakar/ meledak
Farmakologi
Batas aman sangat sempit karena koefisien partisi gas darah rendah
Efek Etil klorida
Sistem pencernaan
o Pertama kali pusat pernafasan dirangsang dan pada stadium akhir
ditekan
Sistem kardiovaskuler
o Mula-mula denyut jantung menurun akhirnya meningkat
o Dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel
Sistem Muskuler
o Menyebabkan spasme otot masseter
e. Enflurane
Sifat Fisik
Cairan jernih (tidak berwarna), berbau seperti eter
Mudah menguap/ volatile liquid
Farmakologi
Efek Enflurane
Sistem saraf pusat
o Mendepressi korteks serebral dan medulla menimbulkan efek
hipnotik
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 17
7/29/2019 lapkas anastesi umum
18/26
o Menimbukan perubahan gambaran EEG bentuk epileptiform pada konsentrasi
3-3,5%
Sistem kardiovaskuler
o Mendepresi langsung kontraktilitas miokardium : menyebabkan penurunan isi
sekuncup jantung dan frekuensi jantung sehingga menyebabkan terjadinya
hipotensi dan bradikardia
Sistem pernafasan
o Mendepressi ventilasi pulmoner dengan menurunkan volume tidal
Sistem Muskuler
o Menyebabkan relaksasi moderate terhadap sistem otot
Sistem hepar dan ginjal
o Tidak bersifat nephrotoksik maupun hepatotoksik
f. Isoflurane
Sifat Fisik
Masih relatif baru
Mudah menguap/ volatile liquid
Isomer kimia dengan enflurane tapi dengan efek samping yang lebih minimal
Farmakologi
Efek Isoflurane
Sistem saraf pusat
o Mendepressi korteks serebral dan medulla menimbulkan efek
hipnotik
o Menimbukan perubahan gambaran EEG bentuk epileptiform pada konsentrasi
3-3,5%
Sistem kardiovaskuler
o Depresi jantung yang lebih minimal dibandingkan dengan enflurane dan
halotan
o Dapat menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi perifer total
Sistem pernafasan
o Volume tidal dan frekuensi nafas dapat menurun
o Efek bronkodilatasiSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 18
7/29/2019 lapkas anastesi umum
19/26
Sistem Muskuler
o Menyebabkan relaksasi terhadap sistem otot
Sistem hepar dan ginjal
o Tidak bersifat nephrotoksik maupun hepatotoksik
2. Gas Anestesi
a. Sikopropana
Sifat
Tidak berwarna
Berbau amis
Poten
Beratnya 1,5 x berat udara
Keuntungan
Induksi dan recovery cepat
Tidak irritant dan tidak merangsang sekresi
Kardiovaskuler stabil
Kerugian
Bronkokonstriksi
Sensitif terhadap katekolamin
Dapat menyebabkan aritmia
Mual dan muntah
Kontraindikasi pada : tirotoksikosis dan feokromositoma
Mudah meledak
b. Etilen
Sifat
Dulu banyak dipakai karena poten
Berbau tidak enak
Mudah meledak
Lebih ringan dari udara
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 19
7/29/2019 lapkas anastesi umum
20/26
Keuntungan
Induksi dan recovery cepat
Tidak irritant dan tidak merangsang sekresi
Tidak ada efek metabolisme
Kerugian
Pelemas otot ringan
Mudah meledak
Perlu konsentrasi yang tinggi
c. N2O
Sifat
Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan
relatif tidak larut dalam darah.
Efek:
Analgesik sangat kuat setara morfin
Hipnotik sangat lemah
Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila
murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
B. OBAT ANESTESI INTRAVENA
Obat anestesia intravena dapat digolongkan dalam 2 golongan :
1. Obat yang terutama digunakan untuk induksi anestesia
Misalnya : golongan barbiturat dan steroid
2. Obat yang digunakan sendiri maupun kombinasi untuk mendapatkan keadaan seperti
pada neuroleptanlagesia ( misalnya droperidol), anestesia dissosiasi (misalnya
ketamin), dan sedativa (misalnya diazepam).
Pada umumnya sebagian obat anestesi intravena dapat digunakan untuk:
1. Obat induksi untuk anestesia umum
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 20
7/29/2019 lapkas anastesi umum
21/26
2. Obat tunggal untuk anestesia pada pembedahan-pembedahan yang singkat
3. Tambahan untuk obat anestesi inhalasi yang kurang kuat
4. Obat tambahan untuk anestesia regional
5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan saraf pusat (sedasi)
Jenis-Jenis Obat anestesi intravena
1. Thiopentone sodium ( Tiopental, Pentotal)
Sifat fisik
Semua golongan barbiturat untuk keperluan klinik berada dalam bentuk garam
sodium (bubuk kuning) dan dilarutkan didalam air menjadi larutan 2,5%
Metabolisme
Tiopental di metabolisme di hati dan hanya sebagian kecil tiopental keluar lewat
urine tanpa mengalami perubahan (
7/29/2019 lapkas anastesi umum
22/26
Komplikasi umum
a. Depresi pernafasan : bila pemberian overdosis dan terlalu cepat
b. Hipotensi : bila overdosis relatif ( terjadi vasodilatasi dan depresi miokardium)
c. Pasca operasi : vertigo dan disorientasi
d. Reaksi anafilaksis
Dosis
Dosis hipnosis : 3-5mg/kgBB
2. Ketamine (ketalar)
Termasukrapid acting non barbiturate general anesthetic
Farmakologi
Efek terhadap susunan saraf pusat
Ketamine memiliki sifat analgesia yang kuat sekali akan tetapi efek
hipnotiknya kurang.
Pulih sadar biasanya 10-15 menit
Efek terhadap Pernafasan
Depresi pernafasan kecil sekali dan hanya bersifat sementara, kecuali
pemberian dalam dosis besar. Ketamine juga bersifat bronkodilatasi dan mempunyai
efek antagonis terhadap konstriksi bronkus akibat histamine.
Efek terhadap Kardiovaskuler
Tekanan darah akan naik baik sistol maupun diastol. Kenaikan rata-rata adalah
20-25% dari tekanan darah semula dan akan turun kembali 15 menit kemudian, efek
tersebut timbul akibat depresi baroreseptor dan peningkatan aktifitas simpatik
Dosis
Dosis intravena : 1-4 mg/kgBB dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB dengan lama kerja
15-20 menit. Dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan
Dosis intramuskular : 6-13 mg/kgBB dengan dosis rata-rata 10 mg/kgBB dengan
lama kerja 10-25 menit, dengan dosis pengulangan dosis awal (terutama anak-
anak)
3. Diazepam/ valiumSMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 22
7/29/2019 lapkas anastesi umum
23/26
Termasuk golongan benzodiazepine yang berkasiat sebagai tranquilizer (obat
penenang)
Pada dosis rendah timbul efek sedasi, sedangkan dosis besar bersifat hipnotik
Farmakologi
Efek terhadap susunan saraf pusat
Sangat berbeda tiap individu, ada yang akan kehilangan kesadaran dengan
dosis kecil namun pada pasien lain dengan dosis 1 mg/kgBB baru tertidur
Efek terhadap Pernafasan
Depresi pernafasan ringan dan tidak serius. Kombinasi dengan opiat akan
menimbulkan depresi pernafasan yang lebih besar
Efek terhadap Kardiovaskuler
Pengaruhnya minimal sekali terhadap kontraksi maupun denyut jantung,
kecuali pemberian dosis besar. Hipotensi kadang-kadang dapat terjadi akibat
vasodilatasi pembuluh darah.
Dosis
Dosis untuk induksi berkisar 0,2-1 mg/kgBB
Dosis 0,16-0,32 mg/kgBB akan menimbulkan perubahan darah yang minimal dan
depresi pernafasan ringan
Dosis untuk sedasi pada anestesia regional (5-10mg)
4. Etomidate (hypnomidate)
Merupakan ethyl-1-(alfaomethylbenzylmidazole), bentuknya kristal putih dan
bersifat sangat larut dalam air
Farmakologi
Efek terhadap susunan saraf pusat
Potent vasokonstriktor pembuluh darah serebral sehingga menurunkan aliran
darah serebral dan menurunkan TIK
Efek terhadap Pernafasan
Depresi pernafasan ringan, namun pada pemberian injeksi intravena yang
cepat dapat menyebabkan depresi nafas.
Efek terhadap Kardiovaskuler
Pengaruhnya minimal sekali terhadap kontraksi maupun denyut jantung., efek
kardiovaskuler yang stabil.SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 23
7/29/2019 lapkas anastesi umum
24/26
Dosis
Dosis untuk induksi berkisar 0,2-0,3 mg/kgBB
5. Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi 10% soya
bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25% glycerol
Farmakologi
Efek terhadap susunan saraf pusat
Di sistem saraf pusat propofol berfungsi sebagai hipnotik dan tidak
mempunyai efek analgesik
Mempunyai efek menurunkan aliran darah serebral dan menurunkan tingkat
metabolik rate di otak
Propofol juga tidak meningkatkan efek hambatan neuromuskuler pada obat
pelumpuh otot.
Efek terhadap Pernafasan
Propofol menyebabkan terjadinya depresi pernafasan sampai terjadinya apnoe,
dan menurunkan refleks pada saluran pernafasan atas
Efek terhadap Kardiovaskuler
Propofol menyebabkan hipotensi akibat dari vasodilatasi pembuluh darah
sistemik namun untuk efek penekanan kerja miokardium belum jelas
Dosis
Dosis untuk induksi berkisar 1-2,5 mg/kgBB (dewasa) dan 2,5-3,5 mg/kgBB (anak-
anak)
Dosis untuk antiemetik 10-20 mgIV atau dosis infus 10g/kgBB/menit
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 24
7/29/2019 lapkas anastesi umum
25/26
BAB IV
KESIMPULAN
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Anestesia umum dapat
dilakukan dengan menggunakan nafas spontan maupun nafas kendali, untuk nafas spontan
dapat dilakukan dengan sungkup muka, LMA, intubasi dan untuk nafas kendali dapat
dilakukan dengan LMA dan intubasi. Anestesia umum juga dapat dilakukan dengan cara
anestesia intravena.
Pemilihan teknik anestesi umum tersebut berdasarkan kebutuhan pasien, keadaan
pasien serta keiinginan operator dalam memilih posisi operasi pasien serta lama operasi
dan persiapan sebelum operasi. Pemakaian obat-obat untuk induksi pada anestesia umum
juga hendaknya mempertimbangkan kondisi pasien serta penyakit yang mendasari
penderita sehingga penggunaan obat anestesi intravena dapat diberikan secara aman
kepada pasien.
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 25
7/29/2019 lapkas anastesi umum
26/26
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S et al. Anestesiologi. Jakarta. FKUI. P : 34-98.
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan M. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta.
FKUI. 2010. P: 29-48.
3. Miller RD, Pardo MC. Basic of Anestesia. Ed 6. Philadelpia. Elsevier. 2011. P : 99-107.
SMF Ilmu Anestesi RSUD Bangkinang Riau
Page | 26