28
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMERI VISIBLE OLEH : KELOMPOK 7 GOLONGAN III NI LUH GEDE TIARA YANTI (1108505049) PUTU EKA MASMITHA UTAMI DEWI (1208505096) I GDE PASEK PADMANABA (1208505097) M. AVERIL PRIMA PUTRA RASHID (1208505098) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2014

Laporan Akhir Penetapan Kadar Formalin Dengan Spektro-Visibel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penetapan kadar Formalin dengan metode spektrofotometri Visibel. Formalin yang merupakan Senyawa non-kromofor direaksikan dengan pereaksi Nash untuk membentuk Absorbing derivative yang nantinya dapat dianalisa dengan metode spektrofotometri.

Citation preview

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

    PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE

    SPEKTROFOTOMERI VISIBLE

    OLEH :

    KELOMPOK 7

    GOLONGAN III

    NI LUH GEDE TIARA YANTI (1108505049)

    PUTU EKA MASMITHA UTAMI DEWI (1208505096)

    I GDE PASEK PADMANABA (1208505097)

    M. AVERIL PRIMA PUTRA RASHID (1208505098)

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

  • 1

    PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE

    SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

    I. TUJUAN

    Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visibel

    II. DASAR TEORI

    2.1 Formalin

    Gambar 1. Struktur Kimia Formalin(OECD SIDS, 2002)

    Formalin merupakan larutan yang terdiri atas 37% formaldehid dalam air.

    Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3, kadar formaldehid tidak kurang dari

    34,0% dan tidak lebih dari 38,0% dan dapat dicampur dengan air dan dengan

    etanol (95%) P. Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir

    tidak berwarna; bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan

    tenggorokan. Jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh. Formalin dapat

    dicampur dengan air dan dengan etanol (95%) P (Depkes RI, 1979).

    Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar

    35-40%. Formalin biasanya mengandung golongan alkohol (metanol) sebanyak

    10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya formaldehidnya tidak

    mengalami polimerasi. Formalin merupakan bahan pembunuh hama atau

    desinfektan, bahan pengawet mayat, menurut BPOM kadar formalin dalam

    makanan adalah sekitar 1,88-413,89 ppm (mg/kg) (Sudjarwo dkk., 2013).

    Berbagai metode untuk identifikasi formaldehid/formalin telah diusulkan.

    Metode spektrofotometri telah digunakan secara luas untuk determinasi dari

    formaldehid. Sebagian besar dari metode ini berdasarkan reaksi dari formaldehid

    dengan reagen organik dan/atau reagen anorganik,seperti reagen Schiff,

  • 2

    pararosanilin, p-fenilendiamin, asam kromotropat, p-aminoazobenzen, brilliant

    cresyl blue-bromate, dan malachite green-sulfite (Li et al, 2007)

    Nash (1953) memperkenalkan metode kolorimetri kedalam analisis kimia

    untuk HCHO (formaldehid). Metode ini berdasarkan pada reaksi Hantzsch

    (gambar 2) dari formaldehid dengan asetilaseton atau 2,4-pentanadion dalam

    ammonia (Li et al, 2007). Ketika formaldehid ditambahkan ke dalam larutan

    netral dari asetilaseton dan garam ammonium, warna kuning perlahan-lahan

    terbentuk yang memperlihatkan terjadinya sintesis dari diasetilhidrolutidin (DDL)

    (Nash, 1953). DDL memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 412

    nm (Salem et al, 2010).

    Gambar 2. Reaksi Formalin dengan Reagen Nash (Li et al, 2007).

    2.2 Spektrofotometri UV-Vis

    Spektroskopi didefinisikan sebagai interaksi antara radiasi elektromagnetik

    (REM) dengan sampel. Jika panjang gelombang REM yang digunakan

    bersesuaian dengan panjang gelombang ultraviolet-visibel maka disebut dengan

    spektroskopi ultraviolet-visibel yang biasa disingkat dengan UV-vis. Radiasi

    elektromagnetik atau cahaya merupakan suatu bentuk energi yang tingkah lakunya

    digambarkan dengan sifat-sifat gelombang dan partikel. Sifat-sifat optis radiasi

    elektromagnetik seperti difraksi paling sesuai dijelaskan dengan menggambarkan

    cahaya sebagai suatu gelombang. Beberapa interaksi antara radiasi

    elektromagnetik dengan materi seperti absorpsi dan emisi dapat disebut dengan

    memperlakukan cahaya sebagai suatu partikel (Gandjar dan Rohman, 2012).

  • 3

    Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer uv-vis,

    yaitu single-beam dan double-beam.

    a. Single-beam instrument

    Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan

    mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam

    instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya

    murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata.

    Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran

    sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah

    190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog,

    1996).

    b. Double-beam instrument

    Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190

    sampai 750 nm. Double-beaminstrument dimana mempunyai dua sinar yang

    dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah

    sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak

    melewati sampel, mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan

    perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat

    pembaca (Skoog,1996).

    Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa, bila cahaya monokromatik

    melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya

    ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Hal ini berarti bahwa

    intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan

    bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Dengan menyatakan bahwa

    lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya

    masuk dengan fraksi yang sama (Bassett et al., 1994).

    Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

    larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

    A = - log T = - log It / Io = . b . C

  • 4

    Dimana :

    A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

    T = Transmitansi

    Io = Intensitas sinar masuk

    It = Intensitas sinar yang diteruskan

    = Koefisien ekstingsi

    b = Tebal kuvet yang digunakan

    C = Konsentrasi dari sampel

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Dalam Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan

    oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

    Dalam Hukum Lambert Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu :

    - Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.

    - Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas

    yang sama.

    - Senyawa yang diserap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap

    yang lain dalam larutan tersebut.

    - Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforesensi.

    - Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

    (Gandjar dan Rohman, 2012)

    Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis

    spektrofotometri UV-Vis yaitu :

    a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

    Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada

    daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi

    senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang

    digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

    - Reaksinya selektif dan sensitif

    - Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel

    - Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

  • 5

    b. Waktu Operasional

    Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu

    operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran

    dengan absorbansi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007).

    c. Pemilihan Panjang Gelombang

    Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

    panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

    panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan

    antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

    konsentrasi tertentu.

    Ada beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu:

    - Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena

    pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk

    setiapsatuan konsentrasi adalah yang paling besar.

    - Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar

    dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

    - Jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh

    pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan

    panjang gelombang maksimal

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    d. Pembuatan Kurva Baku

    Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

    konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

    diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

    dengan konsentrasi Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku

    berupa garis lurus. Kemiringan atau slope adalah a (absortivitas) atau

    (absortivitas molar). Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang.

    Penyimpangan dari garis lurus biasanya disebabkan oleh: kekuatan ion yang

    tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikutan yang terjadi (Gandjar dan Rohman,

    2007).

  • 6

    e. Pembacaan Absorbansi Sampel atau Cuplikan

    Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8

    atau 15%-70% jika dibaca sebagai transmittan. Anjuran ini berdasarkan

    anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5%.

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    III. ALAT DAN BAHAN

    3.1 Alat

    Ball filler

    Botol vial

    Gelas beaker

    Kuvet

    Labu ukur 5mL, 10mL,25 mL

    Pipet tetes

    Pipet volume

    Spektrofotometer UV-visible

    3.2 Bahan

    Amonium asetat

    Aquadest

    Asam asetat

    Asetil aseton

    Larutan Formalin 37% b/v

    IV. PERHITUNGAN

    4.1 Perhitungan pembuatan Reagen Nash

    Reagen Nash yang dibuat sejumlah 50 ml, sehingga jumlah masing masing

    bahan adalah :

    a. Amonium asetat = 50 ml

    100 ml x 15 gr = 7,5 gr

    b. Asam Asetat = 50 ml

    100 mlx 0,3 ml = 0,15 ml

  • 7

    c. Asetil Aseton = 50 ml

    100 ml x 0,2 ml = 0,1 ml

    d. Aquadest = 50 ml

    100 ml x 100 ml = add 50 ml

    4.2 Pembuatan 10 mL Larutan Stok Formalin 2% b/v

    Diketahui : Larutan formalin yang tersedia = 37% b/v

    Konsentrasi yang diperlukan = 2% b/v

    Volume larutan yang diperlukan = 10 mL

    Ditanya : Volume larutan formalin 37% b/v yang diambil = .. ?

    Penyelesaian :

    M1V1 = M2V2

    37 % V1 = 2 % . 10 ml

    V1 = 2

    gr100 ml x 10 ml

    37 gr

    100 ml

    V1 = 0,54 mL

    4.3 Pembuatan 10 mL larutan Formalin 100 g/mL dari larutan formalin 2% b/v

    Diketahui : Konsentrasi formalin = 2% b/v

    V Formalin 100 g/ml = 10 mL

    2 % b/v = 2 gram/100ml

    = 2 x 104g/ml

    Ditanya : Volume larutan formalin 2% b/v yang diambil = .. ?

    Penyelesaian :

    C1V1 = C2V2

    2 x 104 g/ml . V1 = 100 g/ml x 10 ml

    V1 = 100

    gml x 10 ml

    2 x 104g

    ml

    .V1 = 0,05 ml

  • 8

    4.4 Perhitungan konsentrasi setiap larutan standar

    Diketahui : Vlarutan stok formalin standar1 = 0,1 mL

    Vlarutan stok formalin standar2 = 0,2 mL

    Vlarutan stok formalin standar 3 = 0,3 mL

    Vlarutan stok formalin standar 4 = 0,4 mL

    Vlarutan stok formalin standar 5 = 0,5 mL

    Vmasing-masing larutan = 5 mL

    Clarutan stok formalin = 100 g/mL

    Ditanya : Konsentrasi masing-masing larutan seri = ?

    Penyelesaian :

    - Untuk standar 1

    Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin

    100 g/mL x 0,1 mL = Clarutan formalin standar 1 x 5 mL

    Clarutan standar formalin standar 1 = 100 g /mL x 0,1 mL

    5 g /mL

    = 2 g/mL

    - Untukstandar 2

    Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin

    100 g/mL x 0,2 mL = Clarutan formalin standar 2 x 5 mL

    Clarutanstandar formalin standar 2 = 100 g /mL x 0,2 mL

    5 g /mL

    = 4 g/mL

    - Untuk standar 3

    Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin

    100 g/mL x 0,3 mL = Clarutan formalin standar 3 x 5 mL

    Clarutanstandar formalin standar 3 = 10 g/mL x 0,3 mL

    5 g/mL

    = 6 g/mL

    - Untuk standar 4

    Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin

    100g/mL x 0,4 mL = Clarutan formalin standar 4 x 5 mL

  • 9

    Clarutanstandar formalin standar 4 = 100 g /mL x 0,4mL

    5 g /mL

    = 8 g/mL

    - Untuk standar 5

    Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin

    100 g/mL x 0,5 mL = Clarutanformalin standar 5 x 5 mL

    Clarutan standar formalin standar 5 = 100 g /mL x 0,5mL

    5 g /mL

    = 10 g/mL

    4.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

    Diketahui : Clarutan stok formalin = 100g/mL

    V larutan stok formalin yang digunakan = 0,25 mL

    V larutan formalin yang ingin dibuat = 5 mL

    Ditanya : Clarutan stok formalin yang digunakan = ?

    Penyelesaian :

    CstokFormalin x Vstok Formalin = ClarutanFormalin x V larutanFormalin

    100 g/mL x 0,25 mL = ClarutanFormalin x 5 mL

    CstokFormalin = 25 g

    5ml

    = 5 g/mL

    V. PELAKSANAAN PERCOBAAN

    5.1 Prosedur Kerja

    5.1.1 Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari larutan Formalin 37% b/v

    Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet volume

    Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan aquadest hingga

    tanda batas dan digojog hingga homogen

    5.1.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 g/mL

    Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan pipet

    volume dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

  • 10

    Ditambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian digojog hingga

    homogen

    5.1.3 Pembuatan Reagen Nash

    Ditimbang 7,5 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO) dan dimasukkan

    dalam beaker glass

    Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) dan 0,1 mL Asetil

    Aseton. Dilarutkan dengan Aquadest hingga larut dan dimasukkan ke

    dalam labu ukur 50 mL

    Ditambahkan aquadest hingga volume 50 mL dan digojog hingga

    homogen

    Dimasukkan kedalam botol kaca gelap serta dibungkus dengan

    aluminium foil

    5.1.4 Pembuatan Larutan Standar

    Dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL dan 0,5 mL

    larutan formalin 100 g/mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL,

    ditambahkan aquadest sampai batas 5 mL

    Kemudian masing-masing larutan dimasukkan ke dalam 5 buah vial yang

    berbeda

    Dari masing-masing vial tersebut dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam

    vial baru, dan ditambahkan dengan 2 mL reagen Nash dan 2 mL

    aquadest

    Didiamkan kurang lebih selama 30 menit

    5.1.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

    Sebanyak 0,35 mL larutan stok baku formalin 100 g/mL dipipet,

    kemudian ditempatkan pada labu ukur 5 mL

    Ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan digojog. Larutan sampel

    kemudian ditampung pada botol vial

  • 11

    Diambil 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml reagen Nash dan 2

    ml aquadest. Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.

    5.1.6 Penentuan Kadar Formalin

    Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang

    gelombang 350-450 nm, ditentukan panjang gelombang maksimumnya

    Dilakukan pengukuran absorbansi masing-masing seri larutan standar

    pada panjang gelombang maksimum kemudian dibuat kurva kalibrasi

    dan persamaan regresi liniernya

    Ditetapkan kadar sampel formalin dengan mengukur absorbansinya

    secara spektrofotometri visibel

    Diukur absorbansi sampel formalin pada panjang gelombang

    maksimumnya

    Ditetapkan kadar formalin dengan memanfaatkan persamaan regresi

    linear dari 5 variasi larutan standar dan dihitung persentase perolehan

    kembali.

    5.2 Skema Kerja

    5.2.1 Pembuatan Latutan Formalin 2% b/v dari larutan 37% b/v

    5.2.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 g/mL

    \

    Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet ukur

    Ditambahkan aquadest hingga 10 mL ke dalam labu ukur, digojog sampai

    homogen

    Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan pipet

    volume

  • 12

    5.2.3 Pembuatan Reagen Nash

    5.2.4 Pembuatan Larutan Standar

    5.2.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

    Dibuat 5 variasi kadar larutan standar

    Diambil larutan stok baku sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4

    mL; 0,5 mL

    Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan dengan aquadest

    hingga tanda batas

    Ditimbang 7,5 gram ammonium Asetat (NH4CH3COO), dimasukkan ke

    dalam beaker glass

    Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) DAN 0,1 mL Asetil

    Aseton

    Diencerkan dengan aquadest hingga 50 mL dan digojog sampai

    homogen

    Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda

    batas kemudian digojog hingga homogen.

    Dipipet sebanyak 0,35 mL larutan stok baku formalin 100 g/mL

  • 13

    2.2.6 Penentuan Kadar Formalin

    Ditentukan panjang gelombang maksimumnya dandilakukan pengukuran

    absorbansi masing-masing seri larutan standar pada panjang gelombang

    maksimum

    Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang

    gelombang 352 nm -451 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

    Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang

    maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis

    Dibuat kurva kalibrasi larutan standar dan persamaan regresi liniernya

    Dihitung nilai persentase perolehan kembali

    Dihitung kadar sampel berdasarkan nilai absorbansi sampel dan persamaan

    regresi linier larutan standar

    Dipipet 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml reagen Nash dan 2 ml

    aquadest

    Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.

    Ditempatkan pada labu ukur 5 mL, ditambahkan aquadest hingga tanda

    batas dan digojog. Larutan ditampung pada vial

  • 14

    VI. HASIL PERCOBAAN

    6.1 Data Pengamatan

    6.1.1 Tabel Penimbangan

    Sebelum dilakukannya kegiatan praktikum, terlebih dahulu dilakukan

    pembuatan larutan baku dan larutan sampel dari formalin dengan melakukan

    pengukuran sebagai berikut;

    Tabel 1. Tabel Penimbangan Bahan

    No Nama Bahan Jumlah

    1 Pembuatan Reagen Nash

    Amonium Asetet 7,5372 gram

    Asam Asetet 0,15 mL

    Asetil Aseton 0,1 mL

    Aquadestilata ad 100 mL

    2 Pembuatan Formalin 2 % b/v

    Stok Formalin 37 % b/v 0,54 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    3 Pembuatan Formalin 100 g/mL

    Formalin 2 % b/v 0,05 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    4 Pembuatan Larutan Standar I

    Formalin 100 g/mL 0,1 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    5 Pembuatan Larutan Standar II

    Formalin 100 g/mL 0,2 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    6 Pembuatan Larutan Standar III

    Formalin 100 g/mL 0,3 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    7 Pembuatan Larutan Standar IV

    Formalin 100 g/mL 0,4 mL

  • 15

    Aquadestilata ad 10 mL

    8 Pembuatan Larutan Standar V

    Formalin 100 g/mL 0,5 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    9 Pembuatan Larutan Sampel

    Formalin 100 g/mL 0,25 mL

    Aquadestilata ad 10 mL

    10 Pembuatan Larutan Siap Ukur

    Larutan Standar/Seri masing-masing 1 mL

    Aquadest untuk tiap Standar/Seri 2 mL

    Reagen Nash untuk tiap Standar/Seri 2 mL

    6.1.2 Hasil

    Setelah larutan standar formalin dan sampel siap ukur selesai, dilakukan

    proses analisa dengan menggunakan metode spektrofotometri. Dimana formalin

    dianalisa pada rentang panjang gelombang 352-450 nm, dimana diperoleh hasil

    absorbansi sebagai berikut;

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan Formalin (Standar III)

    No Panjang Gelombang

    (nm)

    Absorbansi larutan Standar

    6 g/ mL

    1 352 0,193

    2 355 0,222

    3 358 0,254

    4 361 0,286

    5 364 0,325

    6 367 0,341

    7 370 0,375

    8 373 0,414

    9 376 0,451

    10 379 0,489

  • 16

    Dihitung pula absorbansi kelima standar dari variasi larutan formalin pada

    panjang gelombang yang diperoleh dari analisa sebelumnya, serta diukur

    absorbansi larutan sampel. Diperoleh hasil sebagai berikut;

    Tabel 3. Hasil Analisa Absorbansi Larutan Seri dan Sampel pada maks

    No Larutan Absorbansi pada 412 nm

    1 Standar I, 2 g/mL 0,381

    11 382 0,529

    12 385 0,567

    13 388 0,605

    14 391 0,640

    15 394 0,673

    16 397 0,700

    17 400 0,724

    18 403 0,744

    19 406 0,758

    20 409 0,767

    21 412 0,770

    22 415 0,760

    23 418 0,749

    24 421 0,733

    25 424 0,712

    26 427 0,684

    27 430 0,653

    28 433 0,616

    29 436 0,576

    30 439 0,533

    31 442 0,489

    32 445 0,442

    33 448 0,397

  • 17

    2 Standar II, 4 g/mL 0,487

    3 Standar III, 6 g/mL 0,770

    4 Standar IV, 8 g/mL 0,904

    5 Standar V, 10 g/mL 1,145

    6 Sampel 0,630

    6.1.3 Spektrum Formalin dengan Reagen Nash pada Rentang Panjang Gelombang

    Diperoleh spektrum formalin yang direaksikan dengan reagen Nash dan

    diamati pada rentang panjang gelombang 352 nm sampai 450 nm sebagai berikut:

    Gambar 3. Spektrum Formalin dalam Reagen Nash.

    6.2 Perhitungan Hasil Percobaan

    6.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Seri Formalin

    Diketahui : Absorbansi Standar I = 0,381

    Konsentrasi Standar I = 2 g/mL

    Absorbansi Standar II = 0,487

    Konsentrasi Standar II = 4 g/mL

    Absorbansi Standar III = 0,770

    Konsentrasi Standar III = 6 g/mL

    Absorbansi Standar IV = 0,904

    Konsentrasi Standar IV = 8 g/mL

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0,9

    350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450

    Ab

    sorb

    ansi

    Panjang gelombang

    Spektrum Formalin dalam Pereaksi Nash

    Formalin

  • 18

    Absorbansi Standar V = 1,145

    Konsentrasi Standar V = 10 g/mL

    Ditanya : Persamaan Regresi Linear Formalin = . . . . ?

    Penyelesaian :

    Dilakukan perhitungan menggunakan kalkulator yang di atur pada mode

    Regresi Linear, dan dimasukkan konsentrasi dan nilai absorbansi yang

    diperoleh ke dalam kalkulator. Sehingga diperoleh persamaan sebagai

    berikut:

    y = bx + a

    y = 0,09725 x + 0,1539

    Dimana y merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi. Dari

    persamaan diatas diperoleh kurva dengan nilai r sebesar 0,980. Dimana,

    dengan nilai r diatas 0,95 dan mendekati 1,00 merupakan nilai regresi yang

    baik dan dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel. Adapun

    kurva kalibrasinya sebagai berikut:

    Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Formalin

    6.2.2 Perhitungan Kadar Sampel Formalin

    Diketahui : Absorbansi Sampel : 0,630

    Persamaan Regresi Linear : y = 0,09725x + 0,1539

    Ditanya : Kadar Formalin dalam Sampel = . . . . ?

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    0 2 4 6 8 10 12

    abso

    rban

    si

    konsentrasi

    Kurva kalibrasi Seri Baku FormalinLinear (Seri Baku Formalin)

  • 19

    Penyelesaian :

    mLg 4,9 x

    0,09725

    0,4761 x

    0,4761 x 0,09725

    0,1539 - 0,630 x 0,09725

    0,1539 x 0,09725 0,630

    0,1539 x 0,09725 y

    Jadi, sampel yang memberikan absorbansi 0,630 memiliki konsentrasi

    atau kadar sebesar 4,9 g/mL

    6.2.3 Perhitungan Peresen Perolehan Kembali (Recovery Point) Sampel Formalin

    Diketahui : Kadar Formalin dalam Sampel = 4,9 g/mL

    Kadar Formalin Sampel Sebenarnya = 5 g/mL

    Ditanya : Peresen Perolehan Kembali (Recovery Point) = . . . . . ?

    Penyelesaian :

    % Recovery =

    x 100 %

    = 4,9g/mL

    5 g/mL x 100 %

    = 98 %

    VII. PEMBAHASAN

    Kegiatan praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar formalin

    dalamm sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel. Dimana

    analisia spektrofotometri merupakan analisis kuantitaif yang pengukurannya

    berdasarkan daya serapan radiasi elektromagnetik oleh sampel, dimana radiasi

    elektromagnetik dalam hal ini berupa sinar monokromatis yang diserap oleh

    gugus fungsional kromofor. Formalin merupakan senyawa non-absorbing atau

    senyawa yang tidak dapat menyerap sinar monokromatis yang dikarenakan

    formalin tidak memiliki gugus kromofor. Oleh karena itu, terlebih dahulu

  • 20

    formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk menghasilkan larutan

    berwarna yang dapat menghasilkan gugus kromofor dan menjadikan formalin

    menjadi senyawa turunan berupa absorbing derivative yang dapat diukur dengan

    spektrofotometrer. Umumnya formalin direaksikan dengan reagen Nash dan hasil

    reaksinya dapat diukur di daerah visibel pada panjang gelombang maksimum 412

    nm (Gandjar dan Rohman, 2012; Wiryawan dkk., 2008).

    Sebelum melakukan penetapan kadar formalin dalam sampel, dibuat larutan

    formalin dengan kadar 100 g/mL. Pada laboratorium tersedia larutan formalin

    dengan konsentrasi 37% b/v sehingga perlu dilakukan pengenceran. Pengenceran

    pertama dari larutan formalin 37% b/v menjadi 2% b/v dengan cara dipipet 0,54

    mL larutan stok formalin 37% b/v dan dilarutkan dengan aquadest 10 mL.

    Kemudian larutan formalin 2% b/v diencerkan menjadi 100 g/mL dengan

    memipet 0,05 mL larutan formalin 2% b/v dan dilarutkan dengan aquadest 10

    mL. Digunakan pelarut aquadest dalam pengenceran dikarenakan formalin dapat

    bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan

    eter (Windholz, 1976).

    Kemudian dibuat formalin dengan lima variasi konsentrasi, yaitu 20

    g/mL, 40 g/mL, 60 g/mL, 80 g/mL dan 100 g/mL. Dibuat variasi

    konsentrai ini bertujuan untuk memperoleh komponen dasar perhitungan dalam

    persamaan regresi linear dan untuk memperoleh kurva kalibrasi yang baik.

    Dimana dengan menggunakan lima variasi konsentrasi diharapkan dapat

    mengurangi kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh penggunaan variasi

    dalam persamaan regresi yang sedikit. Dari masing-masing larutan dengan

    berbagai konsentrasi tersebut, dipipet 1 mL dan ditambahkan dengan 2 mL reagen

    Nash dan 2 mL aquadest yang direaksikan dalam botol vial. Larutan didiamkan

    selama kurang lebih 30 menit. Pada umunya, beberapa metode pengembangan

    untuk deteksi dan penetapan kadar formalin yang direaksikan dengan reagen Nash

    diperlukan waktu reaksi minimal 10 menit dan maksimal 30 menit 2 menit. Pada

    praktikum kali ini, dipilih waktu 30 menit yang diharapkan mampu menghasilkan

    kompleks warna yang lebih stabil sehingga larutan yang dibuat dapat diukur di

    daerah visibel, selain itu proses pendiaman juga bertujuan untuk mengoptimalkan

  • 21

    reaksi formalin dengan reagen Nash dikarenakan laju reaksi pembentukan

    absorbing derivative dari formalin yang lambat (Li et al., 2007). Dimana pereaksi

    yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu; reaksinya selektif

    dan sensitif, reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel serta hasil reaksinya

    stabil dalam jangka waktu yang lama (Gandjar dan Rohman, 2007). Berikut

    adalah reaksi pembentukan absorbing derivative dari formalin yaitu

    diasetilhidrolutidin (DDL);

    Gambar 5. Reaksi Formalin denga Reagen Nash memebntuk Diasetilhidrolutidin

    yang emrupakan absorbing derivate (Li et al., 2007).

    Larutan dengan berbagai konsentrasi yang telah direaksikan dengan perekasi

    Nash selama 30 menit, selanjutnya diukur absorbansinya pada rentang panjang

    gelombang 352-450 nm. Pengukuran ini dilakukan dengan instrumen

    spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan larutan blanko terlebih dahulu.

    Kalibrasi alat spektrofotometer dengan blanko penting dilakukan sebelum

    melakukan analisis untuk mengurangi kesalahan serapan yang disebabkan oleh

    serapan oleh pelarut ataupun komponen lain selain analit dalam larutan uji yang

    dalam hal ini berupa preaksi. Blanko yang digunakan berupa reagen Nash,

    dikarenakan dalam larutan uji dimungkinkan masih terdapat komponen dari

    reagen Nash yang belum bereaksi sepenuhnya dengan formalin dan dalam reagen

    Nash sudah terdapat aquadest yang juga digunakan sebagai pelarut larutan uji dan

    peraksi (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Dilakukan analisis pada rentang panjang gelombang 352 nm sampai 450 nm.

    Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang visibel larutan formalin

    yang dimana dalam rentang panjang gelombang tersebut diharapkan terdapat

    absorbansi maksimum. Dari pustaka, absorbansi maksimum dari formalin terdapat

  • 22

    pada gelombang dengan panjang 412 nm. Pengukuran ini dilakukan dengan

    menggunakan larutan yang konsentrasinya berada pada posisi medial atau diantara

    konsentrasi rendah dan tinggi yaitu 60 g/mL. Dengan konsentrasi tersebut,

    diharapkan absorbansi yang dihasilkan pada rentang panjang gelombang memiliki

    kesesuaian dengan absorbansi yang dihasilkan oleh larutan pada konsentrasi

    rendah dan tinggi pada setiap panjang gelombang pengukuran (Salem et al, 2010).

    Hasil dari analisis formalin pada rentang panjang gelombang menunjukkan

    bahwa panjang gelombang maksimum dari formalin dalam praktikum sudah

    sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa panjang gelombang maksimum

    untuk penetapan kadar formalin adalah 412 nm. Pada panjang gelombang 412 nm,

    diperoleh absorbansi paling maksimal dengan nilai 0,770. Panjang gelombang

    maksimum ini selanjutnya digunakan untuk mengukur absorbansi larutan seri atau

    variasi lima konsentrasi dan larutan sampel. Hasil yang diperoleh adalah sebagai

    berikut: Pada konsentrasi 20 g/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,381; pada

    konsentrasi 40 g/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,487; konsentrasi 60

    g/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,770; pada konsentrasi 80 g/mL

    menghasilkan absorbansi sebesar 0,904 dan pada konsentrasi 100 g/mL

    menghasilkan absorbansi sebesar 1,145.

    Dari nilai absorbansi diatas, diperoleh persamaan regresi linear sebesar y =

    0,09725x + 0,1539. Dengan harga r = 0,980, dimana harga r dari suatu persamaan

    regresi liear yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar suatu sampel adalah

    dari 0,95 hingga 1,00. Sehingga persamaan regresi linear diatas dapat digunakan

    untuk menetapkan kadar formalin dalam sampel.

    Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang

    412 nm, dan diperoleh absorbansi sebesar 0,630. Absorbansi tersebut kemudian

    dimasukkan kedalam persamaan regresi linier dan dihitung untuk memperoleh

    nilai x yang merupakan kadar atau kosentrasi. Diperoleh konsetrasi atau kadar

    formalin dalam larutan sampel sebesar 4,9 g/mL. Dimana, konsentrasi formalin

    dalam sampel sebenarnya adalah 5 g/mL, sehingga diperoleh persen perolehan

    kembali (recovery point) dari formalin dalam larutan sampel sebesar 98 %.

  • 23

    VIII. KESIMPULAN

    Spektrofotometri visibel merupakan metode analisis instrumental, dengan

    sepktrofotometer yang panjang gelombangnya berada pada sinar tampak atau

    visibel (400-800 nm), sehingga senyawa yang akan dianalisis harus berwarna atau

    dibuat berwarna. Penentuan konsentrasi suatu sampel dapat menggunakan kurva

    kalibrasi, dan sampel yang ditetapkan kadarnya dalam praktikum kalini memiliki

    konsentrasi sebesar 4,9 g/mL.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Bassett, K., R. C. Denney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar

    Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi 4. Jakarta: EGC

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi

    III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Gandjar, I.G. dan A.Rohman. 2007. Kimia Analsis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar.

    Gandjar, I.G. dan A.Rohman. 2012. Analisis Obat secara Spektrofotometri dan

    Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Li, Qiong, Piyanete, Sritharathikhun and Motomizu, Shoji. 2007. Development of

    Novel Reagent for Hantzsch Reaction for the Determination of

    Formaldehyde by Spectrophotometry and Fluorometry. Analytical

    Sciences. Vol. 23, hal.413-417

    Nash, T. 1953. The Colorimetric Estimation of Formaldehyde by Means of the

    Hantzsch Reaction. Biochemistry Journal. Vol. 55, hal.412-421

    OECD SIDS. 2002.SIDS Initial Assessment Report for SIAM 14: Formaldehyde.

    Paris: UNEP Publication.

    Salem, M.Z.M., Bhm, Martin, Srba, Jaromr, and Barck, tefan. 2010.

    Evaluation of Test Methods for Determination of Formaldehyde Emission

    from Composite Wood Products. Proceedings of the International

    Convention of Society of Wood Science and Technology and United

    Nations Economic Commission for Europe. 11-14

    Skoog. W.H. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry. 6th

    edition. USA:

    Saunders Publishing.

    Sudjarwo, Poedjarti S, Pramitasari A.R. 2013. Validasi Spektrofotometri Visible

    Unutk Penentuan Kadar Formalin Dalam Daging Ayam. Berkala Ilmiah

    Kimia Farmasi. Vol.2 No 1.

    Windholz, M. 1976. The Merck Index : Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and

    Biologicals. 9th edition.USA : Merck & Co.,Inc.

  • 25

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Spektrum Formalin 6 g/mL pada Rentang Panjang Gelombang 352

    nm samapi 450 nm.

  • 26

  • 27