31
 Laporan Sistem Informasi Geogra fis ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KABUPATEN GOWA O L E H : KELOMPOK VI & VII LABORATORIUM GEOFISIKA PROGRAM STUDI GEOFISIKA-JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 ANDI TENRI AWALI WILDANA LA ODE MARZUJRIB AN SALWAH NURHIKMAH JUFRI HILDA YUNITA FADLAN TWUELVI E.N SYUKUR ALEXANDER YAFET AKBAR IBNU SULTAN

Laporan Sig Kelompok 6 & 7

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    1/31

    Laporan Sistem Informasi Geografis

    ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KABUPATEN GOWA

    O L E H :

    KELOMPOK VI & VII

    LABORATORIUM GEOFISIKA

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA-JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

    ANDI TENRI AWALI WILDANA LA ODE MARZUJRIBAN

    SALWAH NURHIKMAH JUFRI

    HILDA YUNITA FADLAN

    TWUELVI E.N SYUKUR ALEXANDER YAFET

    AKBAR IBNU SULTAN

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    2/31

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah penulis harus ucapkan selain rasa

    syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah

    Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengolahan Data dan

    Interpretasi Data Gaya Berat Untuk Analisis Struktur Bawah Permukaan.

    Dalam penulisan laporan ini, terkadang penulis menemukan kesulitan dan

    hambatan. Namun demikian, dengan berkat adanya petunjuk, koreksi, saran dan

    dorongan dari berbagai pihak, disertai ketekunan dan doa, hambatan tersebut

    dapat diatasi sehingga terwujudlah laporan ini, walaupun dalam bentuk sederhana.

    Karena itulah, sudah sepantasnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih

    dan penghargaan yang setinggi tingginya pada semua pihak terutama kepada

    asisten praktikum beserta para audiens yang telah membantu penulis sehingga

    laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari akan adanya kesalahan kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Sebab ada pepatah yang mengatakan

    Tak Ada Gading Yang Tak Retak dan itu berarti dalam laporan ini pasti ada

    juga kekurangannya dan untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat

    diharapkan.

    Akhir kata semoga Allah tetap melimpahkan taufiq dan hidayah Nya kepada

    kita semua.

    Makassar, Mei 2014

    Kelompok I & 4

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    3/31

    DAFTAR ISI

    Sampul .......................................................................................................... i

    Kata Pengantar ............................................................................................. ii

    Daftar Isi ....................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4

    II.2 Ruang Lingkup ............................................................................................. 5

    II.3 Tujuan ......................................................................................................... 5BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Defenisi Daya Dukung Lahan ......................................................... 6

    II.2 Faktor-Faktor Penentu Daya Dukung Lahan ............................................. 7

    II.3 Faktor-faktor Penghambat Daya Dukung Lahan ............................................. 9

    II.4 Analisisi Daya Dukung Lahan ................................................................... 10

    II.5 Kemampuan Lahan ............................................................................... 12

    II.6 Klasifikasi Kemampuan Lahan ................................................................... 17

    II.7 Kesesuaian Lahan ............................................................................... 21

    BAB III METODOLOGI ............................................................................... 23

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil

    IV.1.1 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Gowa ............................... 28

    IV.2 Pembahasan ........................................................................................... 29

    BAB IV PENUTUP

    IV.1 Kesimpulan ........................................................................................... 30

    Daftar Pustaka

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    4/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Membangun suatu wilayah pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberi

    nilai tambah terhadap kualitas kehidupan. Proses pemberian nilai tambah terhadap

    kualitas kehidupan dilakukan dengan memperhatikan internalitas dan

    eksternalitas suatu wilayah. Internalitas diantaranya meliputi kondisi fisik

    wilayah, potensi sumber daya (alam, manusia, dan buatan), serta kondisi sosial

    ekonomi dan lingkungan hidup,sedang eksternalitas yang perlu diperhatikan

    diantaranya adalah situasi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

    Perkembangan penggunaan sumberdaya alam lahan sampai saat ini belum

    memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan produksi tanaman. Hal

    ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang bervariasi berdasarkan letak georafis dan

    topografinya, yang masing-masing mempengaruhi produktifitas tanaman.

    Diperlukan perencanaan yang matang dalam mengambil keputusan jenis tanaman

    yang akan ditanam. Perencanaan dan pengambilan keputusan harus dilandasi oleh

    data dan informasi yang akurat tentang kondisi lahan.

    Penggunaan teknologi berbasi komputer untuk mendukung perencanaan tersebut

    mutlak digunakan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi.

    Salah satu teknologi tersebut adalah Sistem Informasi Geografi (SIG) yang

    mempunyai kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan

    dan perkiraan dari suatu kondisi faktual. Untuk mendapatkan model, gambaran

    dan informasi tentang komoditas yang cocok untuk ditanam, maka dilakukan

    pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan metode SIG.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    5/31

    I.2 Ruang Lingkup

    Ruang lingkup laporan ini mengarah pada bagaimana keadaan daya dukung lahan

    di Kabupaten Gowa dan manfaat Sistem Informasi Geografis untuk daya dukung

    lahan di wilayah Indonesia.

    I.3 Tujuan

    Adapun tujuan dari laporan ini adalah :

    1.

    Untuk mengetahui daya dukung lahan di kabupaten Gowa.

    2.

    Untuk mengidentifikasi potensi kesesuaian lahan dan menyajikan data dan

    informasi yang akurat, obyektif dan lengkap sebagai bahan pertimbangan

    dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan.

    3.

    Untuk mendorong peningkatan produktifitas sektor pertanian sesuai dengan

    kemampuan dan daya dukung lahan.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    6/31

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Defenisi Daya Dukung Lahan

    Lahan (tanah) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable).

    Namun, pemulihan lahan yang mengalami kerusakan memerlukan waktu ratusan

    atau ribuan tahun. Dengan demikian, lahan sebagai salah satu sumber daya alam

    (SDA) dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan pertanian perlu

    dijaga kelestariannya. Dalam perkembangan ilmu tanah, pada tahun 1970-an, para

    pakar mulai banyak mengggunakan istilah lahan (Land). Lahan diartikan sebagai

    lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, vegetasi dan benda yang

    ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap penggunaannya. Dengan

    pengertian ini lahan juga mengandung makna ruang atau tempat.

    Menurut Manik (2003:12), daya dukung lahan adalah suatu ukuran jumlah

    individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Daya

    dukung suatu wilayah sangat ditentukan oleh potensi sumber daya

    (alam, buatan, dan manusia). Teknologi untuk mengelola sumber daya (alam,

    buatan, manusia), serta jenis pekerjaan dan pendapatan penduduk. Ketersediaan

    sumber daya alam yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk manusia akan

    meningkatkan daya dukung lingkungan. Penggunaan teknologi sebagai faktor

    produksi yang dapat meningkatkan produktivitas lahan, industri, dan jasa, akan

    memperbesar daya dukung lahan suatu wilayah.

    Menurut McCall dalam Riyadi dan Bratakusumah (2004:178), daya dukung lahan

    merupakan penggunaan tanah dan data populasi yang sistematis. Dimana seluruh

    aktifitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup membutuhkan ruang

    sehingga ketersediaan lahan berpengaruh besar terhadap aktivitas manusia.

    Demikian juga besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah tersebut untuk

    mendukung penduduknya sehingga mempengaruhi suatu standar hidup yang

    layak. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa paling tidak ada

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    7/31

    2 variabel pokok yang harus diketahui secara pasti untuk melakukan analisis daya

    dukung lahan, yaitu:

    1. Potensi lahan yang tersedia, termasuk luas lahan.

    2.

    Jumlah penduduk.

    Pada sektor pertanian, kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio)

    merupakan perbandingan antara lahan yang tersedia dan jumlah petani.Untuk itu

    perlu diketahui berapa luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per kepala keluarga,

    potensi lahan yang tersedia dan penggunaannya untuk kegiatan pertanian.

    II.2 Faktor-Faktor Penentu Daya Dukung Lahan

    Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:183), terdapat lima faktor yang

    menentukan daya dukung lahan pada suatu daerah yaitu :

    1. Total area lahan pertanian

    Total area lahan pertanian adalah jumlah lahan yang digunakan untuk

    kegiatan pertanian yang ada dalam suatu wilayah atau kelurahan. Area/lahanmerupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup

    manusia karena sumberdaya alam merupakan masukan yang diperlukan untuk

    membentuk aktifitas manusia seperti pertanian, daerah industri, daerah

    pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah yang

    dipelihara kondisi alam untuk maksud ilmiah.

    Pengunaan lahan yang paling luas adalah untuk sektor pertanian yang

    meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman pangan pertanian tanaman

    keras untuk kehutanan maupun untuk padang penggembalaan dan perikanan.

    Oleh karna itu lahan memiliki nilai ekonomis dan nilai pasar yang tinggi

    karena menghasilkan barang-barang pemuas kebutuhan manusia akibat

    semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan dibidang

    ekonomi.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    8/31

    2.

    Frekuensi panen/hektar/tahun

    Frekuensi panen adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan hasil

    panen baik dalam kurung waktu relatif pendek, maupun panjang tergantung

    umur tanaman. Frekuensi panen sutau tanaman sangat tergantung dari sumber

    daya lahan, tingkat kesuburannya dan ketersediaan air khususnya tanaman

    pangan baik itu padi jagung, kacang-kacangan dan hortikultura.

    Untuk memperoleh hasil panen suatu tanaman dengan produksi dan

    produktivitas yang tinggi diperlukan sarana dan prasarana yang memadai,

    sehingga dapat menunjang kegiatan usaha tani dalam suatu wilayah tertentu.Selanjutnya untuk memperoleh hasil yang tinggi perlu adanya perencanaan

    yang baik menyangkut pemilihan jenis tanaman jangka pendek, menengah,

    panjang, penentuan laus lahan garapan dan jadwal penanaman disesuaikan

    dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara intensif.

    3. Jumlah Kepala Keluarga (Rumah Tangga)

    Secara umum kehidupan bermasyarakat dalam suatu wilayah dikenal adanya

    Kepala Keluarga/Rumah Tangga yaitu sekelompok orang yang mendiami

    sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama

    serta makan dari satu dapur atau dengan kata lain banyaknya orang/manusia

    yang menempati sebuah rumah dalam suatu daerah atau kelurahan tertentu.

    Jumlah kepala keluarga/rumah tangga yang ada pada wilayah tertentu atau

    suatu kelurahan sangat menentukan daya dukung lahan sebagai sasaran utama

    sumber penghasilan kebutuhan pangan.

    4.

    Persentase Jumlah Penduduk

    Umumnya dipahami pula bahwa kaitan antara kepadatan dan jumlah

    penduduk serta kondisi suatu daerah sangat mempengaruhi daya dukung

    lahan yang ada, sehingga laju pertumbuhan penduduk perlu ditekankan agar

    tidak melampaui daya dukung lahan. Bertambahnya jumlah penduduk berarti

    bertambah pula tenaga kerja, yang bersama-sama dengan faktor produksi lain

    dan perbaikan teknologi maupun menghasilkan keluaran (output). Jadi

    pertumbuhan penduduk berakibat pada memburuknya kualitas lingkungan

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    9/31

    melalui hubungan antara pertumbuhan jumlah dan tersedianya tenaga kerja

    yang produktif.

    5.

    Ukuran rata-rata lahan pertanian yang dimiliki petani.

    Menyatakan bahwa di Indonesia selain tanah milik perorangan dikenal pula

    tanah untuk kepentingan bersama (tanah kelurahan). Tanah kelurahan

    dianggap sebagi modal bersama untuk diusahakan secara bersama demi

    kepentingan anggota masyarakat tersebut. Setiap warga masyarakat/petani

    mempunyai hak untuk menguasai tanah yang terdapat di daerah/kelurahan

    yang disebut hak ulayat, hak pertuanan, hak persekutuan yang dilaksankanoleh Lurah.

    Dengan kata lain, hak ulayat memberikan bermacam-macam hak kepada

    petani/masyarakat untuk kepentingan pemilikan tanah sebagai tempat tinggal,

    tanah pertanian, tempat pengembalaan, mengambil hasil hutan, berkebun dan

    menyakap tanah.

    II.3 Faktor-faktor Penghambat Daya Dukung Lahan

    Berikut adalah faktor-faktor penghambat daya dukung lahan :

    1. Masalah internal

    Merupakan sejumlah masalah yang terjadi pada lahan pertanian seperti

    kecilnya area lahan, dan nutrisi lahan yang terbatas.

    2. Masalah eksternal

    Merupakan masalah di luar lahan seperti kondisi alam, yakni pencemaran

    lingkungan, bencana alam, dan pengaruh iklim yang tidak stabil. Pencemaran

    lingkungan berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh

    populasi sehingga dapat menggangu daya dukung lahan. Bencana alam

    berupa goncangan yang terjadi pada alam yang berpengaruh pada rendahnya

    daya dukung lahan seperti erosi, banjir, atau badai. Pengaruh iklim yang tidak

    stabil yakni perubahan iklim secara mendadak sehingga dapat mengganggu

    hasil produksi pertanian.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    10/31

    II.4 Analisis Daya Dukung Lahan

    Salah satu faktor yang berpengaruh besar dan juga sangat dipengaruhi oleh

    pembangunan adalah faktor sumberdaya alam dan daya dukung lingkungan, yang

    sebenarnya merupakan sumberdaya lahan. Sumber daya alam dan daya dukung

    lingkungan ini salah satunya adalah lingkungan fisik yang merupakan tempat

    dilaksanakannya pembangunan. Dari kenyataan tersebut diperlukan adanya

    keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan daya dukung fisik. Untuk

    mencapai keserasian tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui

    kemampuan daya dukung lingkungan fisik. Dengan diketahuinya daya dukung

    lingkungan fisik, maka dapat ditentukan juga kegiatan pembangunan yang sesuai

    dengan daya dukung tadi.

    Dalam penentuan kesesuaian lahan ini dilakukan delineasi wilayah menjadi

    kawasan lindung dan budi daya. Misalnya, untuk kawasan budi daya difokuskan

    pada kesesuaian lahan untuk pertanian, hal ini didasari oleh peranan sektor

    pertanian yang masih dominan dan sesuai dengan arahan pengembangan suatu

    wilayah yang secara umum difokuskan pada sektor pertanian. Faktor-faktor

    penentunya ditekankan pada aspek fisik dasar yang meliputi kemiringan,

    ketinggian, jenis tanah, curah hujan dan tekstur tanah.

    Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kawasan lindung terutama hutan

    lindung lebih terkonsentrasi di wilayah utara dan tengah. Untuk kawasan budi

    daya, dari hasil analisis kesesuian lahan gabungan terdapat enam kombinasi.

    Kombinasi ini secara umum merupakan kesesuaian lahan untuk beberapa kegiatan

    dalarn suatu kawasan. Dari hasil analisis kesesuaian lahan gabungan dengan

    penggunaan lahan saat ini (existing), akan diperoleh penggunaan lahan yang telah

    sesuai dengan daya dukungnya. Di samping itu dari pertampalan dengan Arahan

    Penatagunaan Lahan juga dapat terjadi perbedaan, sehingga dapat dikatakan

    sebagai konflik. Misalnya kawasan lindung hasil analisis yang dijadikan kawasan

    budidaya dan sebaliknya. Sehingga ini sebagai bukti perlunya evaluasi terhadap

    perencanaan pengembangan wilayah yang didasari perkembangan daya dukung

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    11/31

    lingkungan dan adanya beberapa ketidaksesuaian peruntukan lahan dengan daya

    dukung lingkungan.

    Tabel 1. Penilaian Kriteria Kelayakan Fisik Wilayah Untuk Pemanfaatan Lahan

    No. Kriteria Klasifikasi Keterangan Skor

    1. Lereng/Kemiringan

    0-8 % Datar 20

    8-15 % Landai 40

    15-25 % Agakcuram 60

    25-45 % Curam 80

    >45 % Sangatcuram 100

    2. Jenis Tanah

    Aluvial, Tanah

    Glei, Planosol,

    Hidromorf,

    Kelabu, Lateria

    air tanah

    Tidakpeka 15

    Latosol Agakpeka 30

    Brown Forest

    Soil, New

    Calcie

    KurangPeka 45

    Andosol,

    Lateritic,

    Grumosol,

    Renzina

    Peka 60

    Regosol,

    Litosol,

    SangatPeka 75

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    12/31

    Oranosol,

    Renzina

    3. CurahHujan

    0,0-13,6 mm/hh Sangatrendah 10

    13,6-20,7

    mm/hhRendah 20

    20,7-27,7

    mm/hhSedang 30

    27,7-34,8

    mm/hhTinggi 40

    >34,8 mm/hh Sangattinggi 50

    II.5 Kemampuan Lahan

    Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan yang

    disyaratkan berdasarkan pertimbanganbiofisik untuk mencegah terjadinya

    kerusakan lahan selama penggunaan. Makin rumit pengelolaan yang diperlukan,

    berarti lahan makin rentan usikan, kemampuan lahan dinilai makin rendah untuk

    macam penggunaan yang direncanakan. Berkenaan dengan peruntukan lahan

    maka kemampuan lahan menjadi pedoman pemilihan macam penggunaan lahan

    yang paling aman bagi keselamatan lahan.

    Kemampuan Lahan merupakan daya yang dimiliki oleh lahan untuk menanggung

    kerusakan lahan. Yang menentukan adalah faktor biofisik. Untuk lahan yang

    datar mempunyai kemampuan yang lebih tinggi daripada lahan yang miring.

    Penilaian kemampuan lahan dengan empat kriteria:

    1.

    Ketahanan lahan menghadapi usikan

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    13/31

    2.

    Macam dan tingkat risiko yang muncul dalam penggunaan lahan. Di sini ada

    dalam sistem penilaian.

    3. Ketinggian kemampuan aktual (asli) yang dapat dicapai dengan masukan

    teknologi

    4. Jaminan kemanfaatan yang memadai secara ketetrlanjutan, yaitu Persoalan

    pengelolaan.

    II.5.1 Kelas

    Kelas I, tanah pada kelas ini tidak mempunyai penghambat atau ancaman

    kerusakan yang berarti dan sangat cocok untuk usahatani yang intensif (Sitourus,

    2007). Ditambahkan oleh Suripin (2002) bahwa tanah pada kelas ini umumnya

    datar, solum dalam, tekstur agak halus sampai sedang, drainase baik, memiliki

    curah hujan dan musim yang cocok untuk hampir semua tanaman dengan hasil

    yang memuaskan, tidak memperlihatkan gejala geologis, dan mudah diolah. Yang

    diperhatikan adalah bahwa tanah-tanah ini menghadapi resiko penurunan

    kesuburan dan pemadatan, maka diperlukan usaha-usaha pemupukan danpemeliharaan struktur agar lahan tetap produktif, (Seta, 1991). Ditambahkan oleh

    Arsyad (2010), usaha-usaha lain yang dapat dilakukan adalah

    pemupukan,pengapuran, penggunaan tanaman penutup tanah dan pupuk hijau,

    penggunaan sisa-sisa tanaman dan pupuk kandang serta pergiliran tanaman,

    biasanya dalam peta klasifikasi kemampuan lahan, tanah pada kelas I diberi warna

    hijau.

    Kelas II, tanah pada lahan kelas ini memiliki sedikit faktor pembatas yang dapat

    merupakan salah satu atau kombinasi dari faktor seperti lereng yang landai sekitar

    (5%), kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang atau telah mengalami erosi

    sedang, kedalaman efektif agak dalam (90 cm), struktur tanah dan daya oleh

    kurang baik dengan tekstur agak kasar sampai halus, salinitas ringan sampai

    sedang atau terdapat garam natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar

    kemungkinan timbul kembali, kadang-kadang terkena banjir yang merusak,

    kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase tetapi tetap ada sebagai faktor

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    14/31

    pembatas yang sedang tingkatannya, keadaan iklim agak kurang sesuai bagi

    tanaman dan pengelolaannya. Tanah pada kelas ini sesuai untuk penggunaan

    tanaman semusim, tanaman rumput, padang pengembalaan, hutan produksi, hutan

    lindung dan cagar alam. Didalam peta klasifikasi kemampuan lahan biasanya

    diberi warna kuning (Arsyad, 2010). Menurut Sitourus (2007) penggunaan lahan

    pada kelas ini memerlukan tindakan-tindakan pengawetan yang ringan seperti

    pengelolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam jalur (strip cropping),

    pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, gulungan,

    pemupukan dan pengapuran.

    Kelas III, Seta (1991) mengemukakan bahwa tanah pada lahan kelas ini

    mempunyai lebih banyak faktor pembatas daripada tanah dilahan kelas II dan

    apabila digunakan untuk usaha pertanian akan memerlukan tindakan konservasi

    yang serius yang umumnya akan lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun

    pemeliharaannya kondisi lahan pada kelas ini miring (15-25%), sangat peka

    terhadap erosi, solum dangkal, drainase buruk, permeabilitas lambat, kapasitas

    menahan air rendah, kesuburan tanah rendah dan tidak mudah diperbaiki. MenurutSitourus (2007), apabila lahan ini diusahakan maka akan membutuhkan tindakan

    pengawetan khusus seperti perbaikan drainase, sistem penanaman dalam jalur atau

    pergiliran dengan tanaman penutup tanah, pembuatan teras, disamping tindakan-

    tindakan untuk meningkatkan kesuburan tanah seperti penambahan bahan

    organik, pupuk dan sebagainya. Ditambahkan oleh Arsyad (2010) bahwa tanah

    pada lahan kelas III ini dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman

    yang memerlukan pengelolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan

    produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa. Didalam pengklasifikasian

    kemampuan lahan biasanya diberi warna merah.

    Kelas IV, Sitourus (2007) mengatakan bahwa tanah pada lahan kelas ini

    mempunyai penghambat yang lebih besar dibandingkan dengan kelas III sehingga

    pemilihan jenis penggunaan atau jenis tanaman juga semakin terbatas. Apabila

    diusahakan, diperlukan pengelolaan khusus yang relatif lebih sulit pelaksanaannya

    dan pemeliharaannya dibandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya. Jika

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    15/31

    dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan teras bangku,

    saluran bervegetasi, atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah atau makanan

    ternak ataupun pupuk hijau selama beberapa tahun, misalnya 3 sampai 5 tahun.

    Menurut Arsyad (2010), hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas IV

    adalah lereng yang miring atau berbukit (25-35%), kepekaan erosi besar, solum

    dangkal,kapasitas menahan air rendah, sering tergenang atau menimbulkan

    kerusakan berat pada tanaman, drainase buruk, salinitas atau kandungan natrium

    yang tinggi atau keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Tanah pada kelas IV

    ini dapat dipergunakan untuk tanaman semusim atau tanaman pertanian pada

    umumnya dengan usaha-usaha pengawetan yang sulit, tanaman rumput, hutan

    produksi, padang pengembalaan, hutan lindung dan suaka alam. Dalam peta

    klasifikasi kemampuan lahan diberi warna biru.

    Kelas V, tanah-tanah didalam kelas ini tidak terancam erosi akan tetapi

    mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga

    membatasi pilihan penggunaannya. Tanah-tanah ini terletak pada daerah dengan

    topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering dilanda banjir,berbatu-batu atau mempunyai iklim yang tidak sesuai, didalam peta klasifikasi

    kemampuan lahan diberi warna hijau tua (Arsyad, 2010). Contoh tanah-tanah

    lahan kelas V adalah lahan didaerah cekungan yang sering tergenang air sehingga

    menghambat pertumbuhan tanaman, tanah berbatu, tanah didaerah rawa-rawa atau

    di daerah yang sering dilanda banjir sehingga sulit didrainasekan (Sitourus,2007).

    Ditambahkan pula bahwa tanah dalam lahan kelas V ini tidak sesuai untuk

    tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk ditanami vegetasi permanen seperti

    tanaman makanan ternak atau dihutankan.

    Kelas VI, menurut tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng terjal dengan

    kemiringan 30-45 % sehingga sangat sensitif terhadap erosi, sangat berbatu-batu

    atau berpasir dan mengandung banyak krikil, tanahnya sangat dangkal atau telah

    mengalami erosi berat. Seta (1991) mengemukakan bahwa tanah pada kelas VI ini

    tidak dapat digunakan untuk usahatani tanaman semusim, namun lebih sesuai

    untuk vegetasi permanen seperti padang rumput atau makanan ternak atau

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    16/31

    dijadikan hutan produksi. Jika digunakan untuk padang rumput, sebaiknya

    pengembalaan tidak merusak rumput penutup tanah. Sedangkan jika digunakan

    untuk hutan, maka penebangan kayu harus selektif dan mengikuti kaidah-kaidah

    konservasi tanah dan air. Ditambahkan oleh Arsyad (2010), lahan kelas IV pada

    peta klasifikasi kemampuan lahan ini biasanya diberi warna orange.

    Kelas VII, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng dengan kemiringan

    sangat curam (45-65%) dan memiliki solum yang dangkal serta telah mengalami

    erosi yang sangat berat (Suripin, 2002). Lahan kelas VII ini tidak cocok untuk

    budidaya pertanian. Jika dipergunakan untuk padang rumput atau hutan produksi

    harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat., Tanah-tanah pada

    kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika dipergunakan untuk tanaman

    pertanian harus dibuatkan teras bangku yang ditunjang dengan cara-cara

    vegetative untuk konservasi tanah serta tindakan pemupukan. Pada peta klasifikasi

    kemampuan lahan, lahan kelas VII biasa diberi warna coklat.

    Kelas VIII, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam

    (

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    17/31

    kelebihan air atau ancaman, banjir ditandai dengan huruf w, hambatan daerah

    perakaran ditandai dengan huruf s, dan hambatan iklim ditandai dengan huruf c.

    Menurut USDA dalam Suripin (2002), subkelas klasifikasi kemampuan lahan

    adalah sebagai berikut :

    a. Subkelas e terdapat pada lahan yang menunjukkan erosi atau tingkat erosi

    yang telah terjadi dan merupakan masalah utama yang didapatkan dari

    kecuraman lereng dan kepekaan erosi tanah.

    b. Subkelas w terdapat pada lahan dimana kelebihan air merupakan faktor

    penghambat utama yang timbul akibat drainase yang buruk, air tanah yang

    dangkal atau tinggi dan bahaya banjir yang merusak tanaman.

    c. Subkelas s meliputi lahan yang lapisan tanahnya dangkal, banyak terdapat

    batuan dipermukaan, kapasitas menahan air rendah, kesuburan rendah yang

    sulit diperbaiki, sifat-sifat kimia yang sulit diperbaiki,

    d. Subkelas c meliputi lahan di mana iklim (suhu dan curah hujan ) merupakan

    pembatas penggunaan lahan.

    Arsyad (2010), mengemukakan bahwa hambatan atau ancaman yang disebabkan

    oleh bahaya erosi, kelebihan air, kedangkalan lapisan tanah, batuan dipermukaan,

    kapasitas menahan air yang rendah, salinitas atau kandungan garam, dapat dirubah

    atau sebagian dapat diatasi dan merupakan pembatas yang didahulukan dari pada

    iklim dalam menentukan subkelas dan di tandai dengan huruf e, w dan s. Lahan-

    lahan yang tidak mempunyai pembatas lain selain iklim ditandai dengan huruf c.

    II.6 Klasifikasi Kemampuan Lahan

    Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut

    Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan

    pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan

    potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.Lahan digolongkan kedalam 3

    (tiga ) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dansatuan kemampuan lahan.Struktur

    klasifikasi kemampuan lahan yang menjelaskan bahwa pendekatan klasifikasi

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    18/31

    lahan ini dapat diterapkan untuk berbagai tingkatan skala perencanaan.

    Perencanaan penggunaan lahan di wilayah propinsi dapat menggunakan

    klasifikasi pada tingkat kelas dan untuk wilayah kabupaten menggunakan sub

    kelas .Kemampuan lahan dapat dicerminkan dalam bentuk peta kemampuan

    lahan. Peta kemampuan lahan dapat menggambarkan tingkat kelas potensi lahan

    secara keruangan dan dapat dipakai untuk menentukan arahan penggunaan lahan

    pedesaan secara umum.

    II.6.1 Lereng

    Menurut Arsyad (2010), kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng

    mempengaruhi erosi dan besarnya aliran permukaan. Kecuraman lereng biasanya

    dapat diketahui melalui peta rupabumi dan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    Tabel 2.Kelas kemampuan lahan dan kemungkinan peruntukan menurut sistem

    USDA

    Kelas

    kemampuan

    lahan

    Pembatas (penghambat/

    bahaya)

    Kemungkinan

    Peruntukan

    IBAIK

    SEKALI

    tanpa/ tak ada penghambat segala macam usaha pertanian

    IIBAIK beberapa penghambat yang

    tidak berarti/permukaan air

    (tanah kekeringan)

    banyak usaha pertanian yang

    dapatdilakukan

    III AGAK

    BAIK

    sedikit penghambat yang

    mudah diatasi (air tanah

    tinggi, relief mikro, batuan)

    usaha pertanian agak terbatas,

    diperuntukkan investasi berupa

    irigasi, drainase, pemupukan, dan

    pencegahan erosi

    IV

    SEDANG

    agak banyak penghambat

    yang harus diatasi

    (kemiskinan hara, batu,

    usaha pertanian terbatas sekali

    diperlukan banyak investasi

    berupa pemupukan, pembuatan

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    19/31

    topografi berombak,) bahaya

    erosi sedikit

    terasering

    V AGAK

    JELEK

    Penghambat cukup banyak

    (kemiskinan hara,

    kongkresi/padas/batu, lereng

    agak curam, topografi

    bergelombang) bahaya erosi

    sedang

    usaha pertanian biasa sangat

    terbatas atau tidak mungkin.

    Diperlukan pemupukan,

    pencegahan erosi, pembuatan

    terasering, baik untuk tanaman

    keras maupun untuk

    pengembalaan

    VIJELEK Penghambat banyak dan berat

    (miskin hara, padas keras,

    batu, lereng curam, topografi

    berbukit) bahayaerosi dan

    banjir

    Banyak sekali investasi yang

    diperlukan untuk mencegah banjir

    dan erosi. Baik untuk padang

    rumput, pengembalaan,

    pemukiman, dan hutan produksi

    VIIJELEK

    SEKALI

    Penghambat banyak sekali

    (tanah dangkal sangat

    berbatu, topografi bergunung,

    bahaya erosi berat sekali)

    Baik untuk hutan lindung dengan

    system tebang pilih

    VIII

    AMAT

    JELEK

    SEKALI

    Penghambat beras sekali

    (tanah dangkal, sangat

    berbatu, lereng sangat terjal,

    bergunung) bahaya erosi

    berat sekali

    Hanya baik untuk hutan lindung,

    suaka margasatwa dan hutan

    rekreasi

    Sumber : Suripin (2002)

    A = 03 % (datar)

    B = 38 % (landai atau berombak )

    C = 815 % ( agak miring atau bergelombang)

    D = 1530 % ( miring atau berbukit)

    E = 3045 % ( agak curam)

    F = 4565 % ( curam)

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    20/31

    G = > 65 % (sangat curam)

    II.6.2 Tekstur

    Seta (1991) mengemukakan bahwa tekstur yang diamati adalah tektur tanah atas

    di mana pada tanah-tanah yang belum terganggu adalah pada horizon A,

    sedangkan pada tanah-tanah yang telah diolah adalah sampai kedalaman lapisan

    olah (1525 cm). Tekstur tanah dikelompokan sebagai berikut :

    t1 = halus, yang meliputi tekstur liat dan liat berdebu

    t2 = agak halus, yang meliputi tekstur liat berpasir, lempung liat berdebu, dan

    lempung berliat, lempung liat berpasir.

    t3 = sedang, yang meliputi tekstur debu, lempung berdebu dan lempung

    t4 = agak kasar, yang meliputi tekstur lempung berpasir

    t5 = kasar, yang meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir.

    II.6.3 Kedalaman Tanah

    Menurut USDA dalam Suripin (2002), kedalaman tanah yang diklasifikasikan

    adalah kedalam tanah efektif yang merupakan tebal lapisan tanah yang baik bagi

    pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus

    oleh akar tanaman dimana lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras,

    padas liat, padas rapuh atau lapisan plinthite. Kedalaman tanah efektif ini

    diklasifikasikan sebagai berikut :

    k0 = > 90 cm ( dalam)

    k1 = 5090 cm (sedang)

    k2 = 2550 cm (dangkal)

    k3 = < 25 cm ( sangat dangkal)

    II.6.4 Batuan

    Batuan kerikil adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7,5 sampai 25 cm jika

    berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 40 cm jika berbentuk

    pipih, dan dikelompokkan sebagai berikut :

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    21/31

    b0 = tidak ada atau sedikit, 015 % volume tanah.

    b1 = banyak, 50 90% volume tanah. Pengolahan tanah sangat sulit danpertumbuhan tanaman terganggu.

    b2 = banyak, 50 90% volume tanah. Pengolahan tanah sangat sulit dan

    pertumbuhan tanaman terganggu.

    b3 = sangat banyak, > 90 % volume tanah. Pengolahan tanah tidak mungkin

    dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu.

    II.6.5 Banjir

    Suripin (2002) mengelompokkan kriteria ancaman banjir sebagai berikut :

    00 = tidak pernah, dalam periode satu tahun lahan tidak pernah tertutup banjir

    lebih dari 24 jam.

    01 = kadang-kadang, banjir yang menutupi lahan lebih dari 24 jam terjadinya

    tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan.

    02 = selama waktu satu bulan dalam setahun lahan secara teratur tertutup

    banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.

    03 = selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun secara teratur selalu

    dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam

    04 = selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur

    yang lamanya lebih dari 24 jam.

    II.7 Kesesuaian Lahan

    Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai berdasarkan pengelolaan khas yang

    diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara

    manfaat/maslahat yang dapat diperoleh dan korbanan/biaya/masukan yang

    diperlukan. Makin rumit pengelolaan khas yang diperlukan, berarti makin lemah

    daya tanggap lahan terhadap masukan teknologi, kesesuaian lahan dinilai rendah

    untuk macam penggunaan yang direncanakan.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    22/31

    Kesesuaian lahan berkonotasi ekonomi. Dalam memperuntukkan lahan bagi suatu

    keperluan tertentu diutamakan pertimbangan kemungkinan mengoptimumkan

    masukan berkenaan dengan keluaran yang diinginkan. Pengoptiman ini dapat

    direncanakan menurut konsep ekologi (adaptasi) atau menurut konsep ekonomi

    (efisiensi), baik dalam hal konservasi fungsi lahan maupun dalam hal peningkatan

    kapasitas produktif.

    Adapun kecocokan lahan untuk penggunaan khusus menurut konsep ekonomi.

    Dalam hal ini sudah ada pemilihan komoditas. Kesesuaian lahan pada hakekatnya

    merupakan penggambaran dan pengharkatan tingkat kecocokan sebidang lahan

    untuk suatu penggunaan tertentu, termasuk untuk budidaya tanaman pertanian.

    Brinkman dan Smyth (1973) telah menemukan beberapa kualitas lahan yang

    menentukan tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman. Kualitas lahan ini adalah

    ketersediaan air tanah, ketersediaan unsur hara, daya menahan unsur hara,

    kemasaman, ketahanan terhadap erosi, sifat olah tanah, kondisi iklim, dan kondisi

    daerah perakaran tanaman. Konsepsi ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh

    Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah mengemukakan beberapa faktorpenting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah, tekstur tanah di daerah perakaran,

    pori air tersedia, batu-batu di permukaan tanah, kesuburan tanah, reaksi tanah,

    keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah, dan keadaan agroklimat.

    Dalam hubungannya dengan produksi tanaman pertanian, setiap jenis tanaman

    mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan

    baik.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    23/31

    BAB III

    METODOLOGI

    1.

    Membuka aplikasi ArcMap

    2. Mengklik icon dan memilih semua kriteria untuk penentuan tingkat

    kemampuan lahan seperti lereng, banjir, kedalaman tanah, drainase, tekstur

    dan batauan. Untuk yang pertama, misalnya kita masukkan kriteria banjir.

    3. Klik kanan pada kriteria yang dipilih dan pilih open attribut table dan akan

    tampil tabel attribut layer.

    4. Klik kanan dan pilih add data field

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    24/31

    5.

    Mengatur nama sesuai yang diinginkan, kemudian jenisnya adalah text dan

    panjangnya juga sesuai dengan yang kita inginkan.

    6.

    Selanjutnya akan muncul tampilan yang seperti di bawah ini.

    7. Kemudian klik icon select by attribut tabel lalu kita masukkan sesuai dengan

    kelas yang kita inginkan. Misalnya persen= '7. 0 - 3%'

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    25/31

    8.

    Selanjutnya akan terselect kriteria seperti yang kita tuliskan kemudian klik

    kanan dan pilih field calculator dan masukkan jenisnya. Misalnya untuk

    lereng dengan kemiringan 0.3% masuk dalam jenis datar.

    9. Akan muncul tampilan seperti di bawah. Artinya daerah tersebut sudah

    ditentukan jenis kelasnya.

    10. Mengulang lagkah kerja dari poin 3 sampai 9 untuk kriteria yang lainnya.

    Setelah semua kriteria dikerjakan, maka kita akan mengunionkan semua

    kriteria tersebut untuk menggabungkan data atribut dari masing-masing

    kriteria.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    26/31

    11.

    Pilih menu Arc Toolbox, klik Analiysis Tools, Klik Overlay dan klik union.

    12. Di menu input features, pilih semua kriteria sedangkan di output features,

    pilih nama yang diinginkan dan tempat penyimpanan file.

    13. Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Lalu klik kanan dan open attribut

    tabel untuk menentukan kelas dari semua kriteria.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    27/31

    14.

    Klik kanan dan pilih add data field.

    15. Mengatur nama sesuai yang diinginkan, kemudian jenisnya adalah text dan

    panjangnya juga sesuai dengan yang kita inginkan.

    16. Kemudian klik icon select by attribut tabel lalu kita masukkan sesuai dengan

    kelas yang kita inginkan. Untuk kelas pertama, kita tentukan kelasnya dengan

    perhitungan seperti ini persen= '7. 0 - 3%' AND "Ktkdbanjir" = 'Tidak Banjir'

    AND "kdtanahbar" = 'sangat dalam' AND "Ktkddrain" = 'Cepat' AND

    "Ktkdbatuan" = 'Tidak Berbatu'

    17.

    Memasukkan nama kelas dengan cara field calculator.18. Mengulang langkah kerja poin 16 dan 17 sampai kelas ke 8.

    19. Membuat layout peta kemampuan lahan.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    28/31

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil

    IV.1.1 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Gowa

    Gambar 4.1 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Gowa

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    29/31

    IV.2 Pembahasan

    Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan software arcgis, maka dari 6

    kriteria telah digabungkan menjadi 1 peta dengan kelasnya masing-masing.

    Berikut adalah tabel kelas dari semua kriteria yang telah ditentukan.

    No Kelas Lereng Banjir Kedalaman Tanah Drainase

    1 I 0-3% Tidak banjir Sangat Dalam Cepat

    2 II 3-8% Banjir Agak Dalam Sedang

    3 III 8-15% Banjir Dalam Terhambat

    4 IV 15-30% Banjir Dalam Terenang Ringan

    5 V 0-3% Banjir * Tergenang Berat6 VI 30-40% ** Dangkal **

    7 VII 40-50% ** * **

    8 VII >50% * * Sangat cepat

    Ket

    * = Memenuhi semua kriteria

    ** = Tidak menjadi parameter

    No Kelas Tekstur Batuan

    1 ISandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty LoamTidak berbatu

    2 IISandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty LoamTidak berbatu

    3 IIISandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty LoamAgak Berbatu

    4 IVSandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty LoamBerbatu

    5 V *Sangat

    Berbatu

    6 VISandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty Loam*

    7 VIISandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,

    Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty Loam*

    8 VII Sandy Clay,Silty Clay, Clay, Sandy Clay Loam,Clay Loam, Silty Clay Loam, Silty Loam

    LahanBerbatu

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    30/31

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS)

    adalah sebuah alat bantu (baik sebagai tools maupun bahan tutorials) utama yang

    perlu dikedepankan karena SIG mampu bertindak sebagai manajemen berupa

    informasi melalui bantuan komputer yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan

    dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwaperistiwa yang terjadi di muka

    bumi.

  • 5/20/2018 Laporan Sig Kelompok 6 & 7

    31/31

    DAFTARPUSTAKA

    Djaenuddin, D., Marwan H., H. Subagyo, dan A. Mulyani. 1997. Kriteria

    Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan

    Agroklimat, Departemen Pertanian , Bogor.

    Djaenudin, D., M. Hendrisman, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003. Petunjuk

    Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian

    Tanah, Bogor.

    Notohadiprawiro, T. 1992. Konsep dan Kegunaan Evaluasi dan Inventarisasi

    Harkat Sumberdya lahan dengan uraian khusus mengenai gatra tanah.

    Diktat Kuliah. Yogyakararta: Fakultas Pertanian UGM.

    Lazio, Sonny. 2013. Pengertian Daya Dukung Lahan serta Faktor Penentu dan

    Faktor Penghambat.Blogspot.com. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014

    pukul 13.00 WITA.