1

Click here to load reader

Mading Edisi 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengulas aktifitas mahasiswa

Citation preview

Page 1: Mading Edisi 2

Gazebo news-Untuk mem-bekali pengetahuan kepada para peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL), yakni para mahasiswa STAIS semester VIII, Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) men-gadakan pembekalan (santiaji) kuliah kerja lapangan di Gazebo STAIS pada tanggal 25-27 Februari 2011. Kegiatan ini diikuti oleh seki-tar 50 orang dari sekitar 100 peserta KKL. Menurut ketua P3M Mustatho’, M.Pd.I, kegiatan ini dimaksudkan untuk membekali mahasiswa den-gan berbagai macam pengetahuan tentang keagamaan, masyarakat dan social. Dalam pembekalan ini, materi-materi yang disampaikan antara lain tentang pengorganisa-sian masa, tata kelola administrasi pemerintahan, praktek pengurusan jenazah, KKL dan pendidikan dalam masyarakat, dan sebagainya.

Kegiatan pembekalan ini dimulai sekitar pukul 08.00, diawali dengan pembukaan oleh Pembantu Ketua III Haryono, M.S.I. Sebelum membuka secara resmi, beliau sempat menyampaikan tentang tujuan dari KKL, antara lain memberikan pengalaman belajar mahasiswa tentang pemberdayaan masyarakat, menjadikan mahasiswa agar berkepribadian lebih dewasa dan memperluas wawasan mahasiswa dengan mengembangkan pola pemikiran dan pola penalaran untuk dapat berpartisipasi dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi masyarakat. Setelah menyampaikan beberapa hal, kemudian acara di-buka secara resmi, “dengan bacaan bismillahirrahmaanirrahiim, pembekalan (santiaji) KKL STAIS tahun akademik 2010/2011, resmi saya buka, ujar Haryono.

Terlihat cukup ramai dan menarik ketika pembekalan tersebut sampai pada materi praktek pen-gurusan jenazah yang dibawakan oleh pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kutai Timur, pasalnya yang dijadikan contoh jenazah adalah mahlan, seorang mahasiswa yang sudah berumur kepala empat. Para mahasiswa terlihat cukup penasaran ketika dicontohkan tata cara mengurusi jenazah, seperti me-mandikan dan mengkafani jenazah. Hal ini dikarenakan banyaknya mahasiswa yang belum tahu betul tentang bagaimana cara mengurusi jenazah dengan baik dan benar. Menurut seorang pemateri, dalam mengurusi jenazah itu harus betul-betul dengan cara yang lembut dan hati-hati, katanya.**muchtar

“Mas penipu itu ib-lis, dicari kemanapun tidak akan ketemu apalagi lewat internet”, kata salah seorang polisi dikantor Polsek San-gatta Utara menjawab laporan salahsatu redaksi Gazebo perihal cyber fraud (penipuan lewat internet) yang dialaminya. Kata-kata itu apakah patut diucapkan oleh seorang polisi yang me-miliki kewajiban untuk menga-tasi tindak kejahatan. Kejahatan sering terjadi dimana-mana, dan fator pemicunya pun bermacam-macam. Ada orang melakukan ke-jahatan karena tidak ada pilihan lain bagi dirinya untuk bertahan hidup, selain dari melakukan ke-jahatan. Namun ada juga yang menjadikan kejahatan sebagai profesi untuk meraih keuntunga. Ada kejahatan pasti ada yang dirugikan, dan tidak ada satupun manusia yang mau dirugikan.

Kepolisian memiliki tang-gung jawab untuk mengatasinya meskipun saat ini kapasitasnya belum mumpuni, namun harus ada usaha-usaha yang dilakukan bukan malah terkesan pasrah dengan ketidak berdayaannya. Ada masalah maka ada peluang untuk meneliti dan mempelaja-rinya, sehingga apabila terjadi ka-sus yang serupa kepolisian kutim dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan.

Yang lebih mengherankan lagi saat salahsatu redaksi Gazebo tidak menuntut untuk ditangani kasusnya. Namun hanya meminta surat bahwa ia telah melapor atas kejahatan yang dialami, tetapi pihak polsek Sangatta Utara ti-dak mau memberikannya den-

gan alas an bahwa apabila kasus ini tercatat maka akan diminta pertanggung jawaban atas pen-anganannya. Apa maksud dari itu? Apakah ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mau bekerja atau bekerja jika ada yang mel-ancarkannya?. Padahal dengan adanya data yang ter-record maka suatu saat jika dibutuhkan dapat ditemukan oleh yang membutuh-kannya.

Memang menangani kasus cyber crime lebih sulit dibanding-kan dengan kasus kejahatan lain. Karena pertama, membutuhkan tenaga ahli IT untuk mengung-kapnya. Kedua, kejadian bisa lin-tas daerah atau lintas Negara. Ko-rban di Sangatta pelaku di medan, dan bahkan bisa dari luar negeri. Ketiga, kalau IP Address yang digunakan sang penipu bodong alias tak jelas atas nama siapa. KTP yang dipakai untuk mendaf-tarkan IP Address tersebut meru-pakan KTP palsu. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Sulistyo (mediaindonesia.com). Penanga-nan masalah ini menjadi tuntutan era Teknologi Informasi, sehingga tidak hanya polsek Kutim yang harus meningkatkan kemampuan, namun seluruh kantor kepolisian Republik Indonesia.

foto/ali basuki

Mahasiswa STAIS pesera Kuliah Kerja Lapangan (KKL) saat mengikuti materi pembekalan oleh Hariyono, M.Si

Redaksi Gazebo menerima tulisan, dari pembaca untuk di terbitkan di media ini atau majalah Gazebo. Kirim tulisan ke email ini [email protected]

P3M STAIS ADAKAN PEMBEKALAN KULIAH KERJA LAPANGAN

Mading edisi II, 28 Februari 2011

Kepolisian Kutim Pasrah Terhadap Pelaku Cyber Crime

Oleh: Moch Khoirul Faizin

Sebuah buku best seller menjelaskan bahwa di era global-isasi dan digital saat ini hal yang paling penting adalah informasi. Untuk bertahan hidup butuh in-formasi, ketinggalan informasi seseorang akan tertinggal dari perkembangan yang terjadi. Tak dapat di pungkiri informasi sudah menjadi kebutuhan primer masara-kat modern. Maka tak ayal, media yang berperan sebagai penyedia in-formasi adalah bidang yang sangat urgen. Perannya media informasi dapat menjadi penentu apa dan bagaimana perkembangan politik, bisnis, iptek dsb ke depan.

Menyadari perihal di atas, tak heran bila sekretaris cabinet Indonesia bersatu II, Dipo Alam berang ketika melihat media se-lalu mengkritik bahkan cenderung menghujat pemerintah. Dengan terang terangan Dipo Alam “me-nyemprot” tiga media yang ia ang-gap sebagai penyebar kebencian terhadap pemerintah dengan an-caman boikot kepada tiga media tersohor tersebut. Sebagai bagian dari pemerintah, ia tentu sadar betul apa jadinya bila media terus memberi informasi yang mmojok-kannya (baca=pemerintah). Bisa di bayangkan apa jadinya nanti, ke-percayaan masyarakat akan luntur, diikuti kekecewaan dan selanjutnya apapun bisa terjadi. Celakanya, tindakan “membela diri” Dipo Alam tersebut melanggar kebebasan pers. Dengan memboikot media, ia telah menghalangi sumber berita media tersebut. Dan itu dilarang karena informasi adalah hak yang harus terpenuhi. Kelanjutan dari episode tersebut adalah dua dari tiga media “korban” boikot me-nyerang balik Dipo Alam melalui pengacaranya, Dipo Alam di somasi untuk meminta maaf dan men-gakui kesalahannya.

Saat ini saya tak ingin mem-bahas pertengkaran itu. Karena saya yakin, itu akan menghilang dengan sendirinya nanti. Tapi ada

hal yang bisa kita (masyarakat) cermati dengan munculnya kasus ini. Bisa kita cermati, bila pejabat sekelas Sekkab sampai mau ber-main api dalam kasus itu. Apakah media dewasa ini memang sangat menghawatirkan?.

Masyarakat kita adalah konsumen sejati dengan sangat nyaman menelan apapun tanpa ingin tau apa yang kita telan. Ter-masuk informasi, celakanya kita disuapi informasi-informasi yang tidak sehat. Media sebagai pro-dusen informasi di Negara kita ti-dak memberi bahan mentah yaitu fakta, melainkan barang jadi yaitu opini. Yang mereka lempar bukan sekedar fakta, tapi juga sudah di bubuhi bumbu-bumbu. sehingga rasanya sudah terdesign oleh mer-eka. Mereka akan memilih bahan berita yang sesuai selera mereka lalu meraciknya dengan opini-opini mereka atau orang yang “sealiran” sehingga terciptalah berita yang mampu menyetir pemikiran ma-syarakat. Jadilah informasi yang mereka sediakan adalah informasi cepat saji. Biasanya, rasa berita yang di sampaikan akan sangat di tentukan siapa dalang media yang bersangkutan. Biasanya dalang tersebut adalah pemeran panggung politik (nah loh!). maka kalau mau cermat, media di indonesia (khu-susnya media berita) adalah alat untuk mempengaruhi massa. Ka-lau sudah begini, lagi-lagi masyara-kat tak di untungkan.

Menyadari hal di atas mau tak mau masyarakat lah yang menga-lah, karena susah mengharapkan media mau “tobat”. Maka di ten-gah tuntutan hidup yang semakin menghimpit, kini masyarakat juga di tuntut pandai-pandai menyar-ing informasi. Pandai-pandai me-misahkan opini dan fakta, pandai-pandai menjaga diri dari hasutan media. Karena tentu saja kita tak ingin masyarakat selalu di jadikan alat tanpa pernah bisa merasakan hasilnya.

Informasi Cepat SajiUsaha mencari pencerahan dalam kisruh kebebasan persOleh: Basuki Ali

Pelepasan Mahasiswa KKL STAIS Kutim OLEH BUPATI KUTAI TIMUR

Gazebo News. Hari ini senin (28/02), STAIS Kutim menerjunkan mahasiswa untuk melak-sanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Program ini rencananya akan dilaksanakan selama 40 hari di mulai pada tanggal 5 Maret 2011. Sebelum be-rangkat ke lokasi masing-masing para peserta KKL dilepas secara simbolik di depan kantor Bupati yang dilaksanakan pada hari senin 20 Februari 2011, acara pelepasan ini dimulai dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Bapak Zanuar Anwar salah satu dosen STAIS, setelah itu dilanjutkan dengan laporan dari Ketua STAIS, beliau menyampaikan KKL ini harus dilaksanakan pada Tri wulan pertama meski ada usulan untuk diundur, dengan alasan agar pelaksanaan wisuda nantinya bisa berjalan tepat waktu yakni pada tahun 2011 ini.

Pelepasan dilaksanakan dikantor Kabupaten oleh Wakil Bupati Kutai Timur, Bapak Bupati send-iri berhalangan hadir dikarenakan sedang dalam masa istirahat setelah menjalani operasi kecil yang mengganggu kesehatannya, dalam sambutannya Wakil bupati menyampaikan rasa bangganya ter-hadap mahasiswa STAIS yang akan melaksanakan KKL dan berpesan kepada mereka untuk sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan yang men-jadi salah satu aplikasi dari Tri Darma Perguruan Tinggi ini, “para peserta KKL diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang nyata kepada ma-syarakat sekitar, bukan hanya sekedar pasang pa-pan nama di setiap RT dan Desa-desa sebagaimana yang sering dilakukan selama ini, akan tetapi melaksanakan hal-hal yang lebih bermanfaat harus

IKLAN Muchtar/085250295089

diutamakan” ujar beliau.Setelah menyampaikan sambutan-

nya, Bapak Wakil Bupati kemudian melepas-kan secara simbolis peserta KKL yang ber-jumlah sekitar 110 orang, pelepasan ditandai dengan pemakaian Almamater STAIS kepada peserta KKL yang diwakili oleh Khoirul Huda dan Fatimah Aina.**Kang Mas

Penyematan Almamater oleh wakil Bupati Kutim, tanda pelepasan secara resmi mahasiswa KKL, STAIS Kutim.

foto/edy