39
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana dapat di selesaikan tepat waktu. Penulis mengakui mulai dari persiapan hingga penyusunan berbagai kesulitan maupun kendala di temukan. Namun berkat Bimbingan, Bantuan, Arahan, dan Motivasi dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan menyampaikan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampuh mata kuliah. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna untuk lebih sempurnanya dalam penyusunan makalah selanjutnya. Kendari, Juni 2015 Penulis

Makala 5 Dewi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makala 5 Dewi

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga

makalah ini walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana dapat di selesaikan

tepat waktu.

Penulis mengakui mulai dari persiapan hingga penyusunan berbagai

kesulitan maupun kendala di temukan. Namun berkat Bimbingan, Bantuan,

Arahan, dan Motivasi dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat

diselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan

hati dan keikhlasan menyampaikan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampuh

mata kuliah.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan guna untuk lebih sempurnanya dalam

penyusunan makalah selanjutnya.

Kendari, Juni 2015

Penulis

Page 2: Makala 5 Dewi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................................3

1.1. Latar Belakang...................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN................................................................................................................5

2.1. SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN......................................................5

2.1.1. Sanitasi Makanan dan Minuman.................................................................5

2.1.2. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman......................................6

2.2. SANITASI RUMAH MAKAN..........................................................................8

2.2.1. Pengertian  Rumah Makan Menurut MENKES..........................................8

2.2.2. Prinsip Sanitasi Makanan Pada Rumah Makan dan Restoran.....................9

2.3. KERACUNA MAKANAN..............................................................................10

2.3.1. Definisi Keracunan Makanan...................................................................10

2.3.2. Jenis Pencemaran Makanan......................................................................12

2.3.3. Mikroorganisme penyebab keracunan makanan.......................................14

2.3.4. Faktor-faktor Penyebab terjadinya kasus keracunan makanan..................16

2.4. PENGAWETAN MAKANAN.........................................................................17

2.4.1. Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan makanan.........................18

2.5. ZAT-ZAT KIMIA YANG BERBAHAYA DALAM MAKANAN.................22

2.5.1. Bahaya Zat Kimia Dalam Makanan..........................................................22

BAB III............................................................................................................................24

PENUTUP.......................................................................................................................24

3.1. KESIMPULAN................................................................................................24

3.2. SARAN............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

Page 3: Makala 5 Dewi

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melestarikan kehidupannya, yaitu tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Untuk mendapatkan makanan tersebut diperoleh dengan cara berburu atau dengan cara bercocok tanam, sebagai lahan untuk berburu dan bercocok tanam tempatnya adalah lingkungan. Oleh karena itu makanan merupakan salah satu kajian dari pakar lingkungan.

Dalam kehidupan manusia dan setiap makhluk hidup, makanan mempunyai peranan penting dan peranan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: a. Setiap manusia memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya; b.  Manusia yang terpenuhi semua kebutuhan makanannya akan terlindung dan terjamin kesehatannya dan memiliki tenaga kerja yang produktif, dan sebagainya. c.   Bahan makanan dapat merupakan media perkembang biakan kuman penyakit atau dapat juga merupakan media perantara dalam penyebaran suatu penyakit.

Berkenaan dengan peranannya dalam menimbulkan penyakit, makanan dapat digolongkan sebagai berikut: 1.  Secara alamiah makanan sudah mengandung bahan-bahan kimia yang beracun untuk dimakan. Misalnya: singkong jenis tertentu mengandung asam cyanida (HCN), jengkol mengandung asam jengkol, beberapa jenis ikan mengandung racun dalam tubuhnya; 2.  Sebagai media perkembang biakan mikroorganisme dan dapat dihasilkan toksin yang beracun bagi manusia. Mikroorganisme tertentu terdapat dimana-mana, sehingga kemungkinan suatu makanan dapat terkontaminasi adalah besar sekali. Hal ini menggambarkan manusia selalu bersaing dengan makhluk lain dalam hal mendapatkan makanan; 3. Sebagai perantara penyebaran penyakit. Makanan mendapat kontaminasi oleh agen patogen melalui berbagai cara, sehingga penyakit dari satu orang dapat ditularkan kepada orang lain atau beberapa penyakit pada hewan dapat dipindahkan kepada manusia. 

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini :

a. Apa yang dimaksud dengan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman ?b. Apa yang dimaksud degan sanitasi rumah mkan?

Page 4: Makala 5 Dewi

c. Apa yang dimaksud dengan keracunan makanan?d. Apa yang dimaksud pengawetan makanan?e. Apa yang dimaksud zat-zat kimia berbahaya dalam makanan?

1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah yang berjudul ”Sanitasi Makanan,sanitasi rumah makan,keracunan makanan,pengawetan makanan,zat-zat kimia berbahaya dalam makanan” ini kiranya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada kami agar lebih memahami dan mengerti tentang apa itu sanitasi makanan dan lain sebagainya dan bagaimana cara pengelolaan makanan yang benar yang memungkinkan akan terjadinya kelangsungan hidup yang nyaman dan sehat.

Page 5: Makala 5 Dewi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN2.1.1. Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan merupakan salah satu bagian yang penting, dalam segala aktivitas kesehatan masyarakat, mengingat adanya kemungkinan penyakit-penyakit akibat makanan. Kebiasaan-kebiasaan tradisionil dalam mengelola makanan masih menduduki posisi yang kuat di masyarakat kita selama belum ada cara pengganti yang berkenan.

Dasar pengertian yang dianut hingga sekarang dalam penyelenggaraan usaha-usaha kesehatan masyarakat adalah definisi kesehatan masyarakat menurut Winslow. Disini jelas bahwa sanitasi lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat.

Sanitasi makanan meliputi kegiatan usaha yang ditujukan kepada kebersihan dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan penyakit. Kemurnian disini dimaksudkan murni menurut penglihatan maupun rasa.

Usaha-usaha sanitasi tersebut meliputi tindakan-tindakan saniter yang ditujukan pada semua tingkatan, sejak makanan mulai dibeli, disimpan, diolah dan disajikan untuk melindungi agar konsumen tidak dirugikan kesehatannya.

Usaha-usaha sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan antara lain:                                                       

1. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan.2. Higiene perorangan dan prktek-praktek penanganan makanan oleh

karyawan yang bersangkutan.3. Keamanan terhadap penyediaan air.4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama dalam proses

pengolahan, penyajian/peragaan dan penyimpanannya.6. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/perlengkapan.

Makanan adalah semua substansi yang diperlukan tubuh. Menurut definisi WHO (1956) mengenai makanan, ditegaskan bahwa dalam batasan makanan tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang dipergunakan untuk tujuan pengobatan. Walaupun air merupakan elemen vital dalam makanan manusia, akan tetapi air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan memerlukan penanganan yang khusus.

Page 6: Makala 5 Dewi

Makanan, bila ditekankan fungsinya maka paling tidak harus memenuhi 2 dari 3 fungsi sebagai berikut ini:

1. memberikan panas dan tenaga kepada tubuh.2. membengun jaringan-jaringan tubuh baru, memelihara dan

memperbaiki yang tua.3. mengatur proses-proses alamiah, kimiawi atau faali dalam tubuh.

Air dimaksudkan pula dalam golongan makanan karena memenuhi fungsi nomor 2 dan 3, dan juga penting dalam pencernaan. Alkohol, kopi dan teh tidak dapat memenuhi 2 syarat diatas (hanya dapat menghasilkan panas dan tenaga) tapi untuk kepentingan sanitasi makanan (karena turut menghantarkan penyakit) maka digolongkan juga dalam makanan.

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup yang menyenangkan dan menguntungkan kesehatan masyarakat.

Istilah sanitasi dan higiene mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara hidup sehat, sehingga terhindar dari penyakit. Tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda: usaha sanitasi lebih menitik beratkan kepada faktor-faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan higiene lebih menitik beratkan usaha-usahanya kepada kebersihan individu.

Adapun tujuan dari sanitasi makanan yaitu:

1. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit.

2. Mencegah penjualan makanan yang merugikan pembeli.3. Mengurangi kerusakan/pemborosan makanan

2.1.2. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian terhadap tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik, jika melalaikan pringsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugikan. Menurut Depkes RI, 2004, enam prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu :

Page 7: Makala 5 Dewi

Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan.

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

a. Ciri-ciri bahan makanan yang baik.

1. Buah-buahan.

a) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor.

b) Isi masih terbungkus kulit dengan baik.

c) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan       (karbitan) dan warna lain selain warna buah.

d) Tidak berbau busuk, bau asam/ basi atau bau yang tidak segar lainnya.

e) Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

2.  Sayuran.                   

a) Daun , buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu.

b) Kulit buah atau umbi utuh tidak rusak/pecah

c) Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia

d) Tidak ada bagian sayuran yang ternoda atau berubah warnanya.

e) Bebas dari tanah atau kotoran lainnya.

3. Susu

a) Alami

Susu langsung diambil dari puting susu sapi, kerbau atau kambing, susu ini harus steril. Pencemaran terjadi karena tangan pemerah, infeksi kulit atau peralatan yang digunakan.

b) Pasteurisasi dan Sterilisasi

Page 8: Makala 5 Dewi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu secara berulang pada suhu 600C untuk membebaskan susu dari kuman pathogen. Dengan cara ini susu tidak mengalami perubahan tetapi kuman patogennya mati.

Sterilisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 1000C atau lebih untuk memusnahkan semua jenis kuman pathogen. Dengan cara ini pathogen mati tetapi susunya mengalami perubahan berupa pemecahan dan penggumpalan protein.

c) Ciri-ciri susu yang baik

- Warna putih susu dan kental.

- Cairannya konstan dan tidak mengumpal.

- Aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau amis.

- Kalau dituangkan dari gelas masih menempel didinding gelas.

- Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam).

- Bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu, serangga dan lain-lain

2.2. SANITASI RUMAH MAKAN

2.2.1. Pengertian  Rumah Makan Menurut MENKESMenurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran pada pasal (1) terdapat pengertian rumah makan dan restoran. Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang

Page 9: Makala 5 Dewi

lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

Kebersihan di Rumah makan sangat penting, mengingat salah satu fungsi dari rumah makan yaitu sebagai tempat menjual makanan dan dihidangkan kepada pembeli. Sebagaimana tempat umum lainnya, rumah makan perlu mendapat pengawasan khusus mengenai keadaan sanitasinya. Bila tidak maka akan menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan seperti timbulnya penyakit menular.

2.2.2. Prinsip Sanitasi Makanan Pada Rumah Makan dan RestoranRestoran/rumah makan merupakan tempat manusia melakukan

kegiatan menyimpan, mengolah dan menyajikan makanan serta minuman. Konsumen datang dengan harapan untuk mendapatkan makanan dan minuman yang sehat. Untuk mewujudkan semua itu, menjadi tanggung jawab pengelola menyajikan makanan dan minuman yang sehat, aman dan higienis.

Upaya untuk menciptakan makanan dan minuman yang sehat, aman dan higienis , harus dilakukan pengelola dengan memperhatikan dan melaksanakan 6 prinsip sanitasi. Prinsip sanitasi makanan dan minuman dimaksud antara lain :

a. Pemilihan bahan

 Bahan- bahan yang dipilih harus diperhatikan sebagai berikut :

1. Penampilannya baik dan tidak rusak

2. Umurnya tidak terlalu lama, sejak dipanen

3. Kondisi fisiknya sudah cukup tua (matang) sesuai dengan umur panen

b. Penyimpanan bahan makananBahan makanan yang telah dibeli, diadakan atau dipilih harus dipilih yang baik. Proses penyimpanan bahan makanan dilakukan jika bahan makanan yang telah dipilih belum langsung diolah. 

c. Pengolahan makananPengolahan makanan adalah mengubah bentuk bahan makanan menjadi makanan yang siap santap. Metode pengolahan dilakukan dengan beberapa cara berikut :

1. Pengolahan dengan pemanasan

2. Pengolahan dengan pendinginan

3. Pengolahan tanpa pemanasan juga pendinginan

4. Pengolahan dengan kombinasi ketiganya

Page 10: Makala 5 Dewi

d. Menyimpan makanan terolah.Makanan yang sudah dimasak merupakan faktor yang paling kritis dari seluruh rangkaian pengolahan makanan. Oleh karena itu penanganan pada tahapan ini harus benar-benar perlu diperhatikan oleh semua pihak. Makanan yang sudah dimasak sangat disukai oleh bakteri karena :

1. Bakteri menyukai makanan yang mengandung air

2. Bakteri menyukai zat gizi yang diperlukan untuk kehidupannya

3. Bakteri menyukai suhu normal

4. Bakteri menyukai kondisi dengan kelambaban tinggi seperti di daerah

tropis.e. Pengangkutan makanan.

Makanan yang telah diolah harus diangkut dengan cara yang aman yaitu :

1. Wadah harus tertutup

2. Setiap jenis makanan mempunyai wadah tersendiri

3. Waktu pengangkutan harus segera paling lama 1 jam perjalanan

4. Peralatan pengangkut makanan seperti kenderaan atau gerobak

tidak dipakai untuk mengangkat bahan beracun atau berbahaya lainnya

f. Penyajian Makanan. Dalam penyajian makanan yang terpenting adalah sebelum dibagikan terlebih dahulu diperiksa kebersihannya, seperti :

1. Organoleptik : apakah ada tanda-tanda kerusakan, noda atau serat-

serat pertumbuhan jamur, serta adakah kelainan seperti biasanya

2. Biologis : dengan cara mencicipi makanan untuk mengetahui

kelayakan makanan sekaligus keamanannya. Selama penyajian suhu

tetap dijaga agar berada pada suhu aman di atas 60OC atau di bawah

10OC yaitu khusus makanan berkuah seperti bubur, sop, saus

2.3. KERACUNA MAKANAN2.3.1. Definisi Keracunan Makanan

Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta

Page 11: Makala 5 Dewi

tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun akan berkurang atau terhenti.

Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh. Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya.Keracunan makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteria. Bergantung kepada jenis racun, kekejangan abdomen, demam, muntah dan cirit-birit akan berlaku dalam waktu 3 hingga 24 jam. Jika makanan telah dicemari bakteria, bakteria akan menghasilkan racun yang dikenali sebagai toksin. Toksin memberi kesan langsung pada lapikan usus dan menyebabkan peradangan. Ada berbagai jenis bakteria yang menyebabkan keracunan makanan tetapi yang biasa didapati ialah salmonella, shigella, staphylococcus dan E.coli yang merupakan punca utama keracunan makanan di kalangan bayi, terutamanya bayi yang menyusui botol. 

Page 12: Makala 5 Dewi

Bagi keracunan makanan yang berpunca daripada bahan bukan bakteria, tanda penyakit juga timbul jika anak termakan bahan kimia, racun serangga atau beberapa jenis tumbuh-tumbuhan.

2.3.2. Jenis Pencemaran MakananBiologikal – bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus.Fizikal – benda

atau bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lain-lain.Kimia – racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti pengawet yang berlebihan.Beberapa jenis pencemaran makanan :

1. Keracunan makanan kaleng Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan.Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.Gejala botulisme biasanya akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali. Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi. Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit.Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan. Agar tidak keracunan makanan kaleng, kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih makanan kaleng. Sebaiknya pilihlah makanan yang sudah mendapat registrasi dari Departemen Kesehatan RI. Juga, masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi. Jangan dimakan bila terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk2. Tercemar zat kimia

Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia, baik sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama (yang sering digunakan petani sebelum dipanen). Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen,

Page 13: Makala 5 Dewi

timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, makanan seperti acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang dilapisi timah (bahan pecah belah yang diglasir), cadmium, tembaga, seng atau antimon (panci yang dilapisi email) juga dapat menimbulkan keracunan dengan berbagai gejala, tergantung pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan bahan pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit. Cadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.Nitrit sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging. Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang mengandung zat kimia ini mengakibatkan keracunan dengan gejala pusing, sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat, kejang, koma dan sulit bernapas. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam.

3. Racun alam pun bisa bahayaAda beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun tumbuhan sudah mengandung zat beracun secara alamiah. Salah satu tumbuhan yang sering menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada dua macam jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan keracunan. Jamur Amanita muscaria mengandung racun muscarine yang jika termakan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu dua jam setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah secara berlebihan, berkeringat, pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur Amanita phalloides mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan gejala keracunan 6-24 jam setelah tertelan, dengan gejala mirip keracunan muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing dan akan mengalami kerusakan hati. Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan keracunan. Beberapa jenis ikan laut di daerah tropis akan beracun pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya akan beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara lain ikan

Page 14: Makala 5 Dewi

gelembung, ikan balon, belut laut, ikan landak, ikan betet, mackerel, dan lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat dirasakan setengah sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan otot tubuh terasa lemah.Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap.Produk laut lain yang sering menimbulkan keracunan adalah jenis kerang-kerangan. Remis, kerang, tiram, dan jenis kerang-kerangan lain yang hidup di daerah laut tertentu sering mengandung racun, terutama pada musim panas. Gejala keracunan timbul lima sampai 30 menit setelah makanan tertelan, berupa rasa kebal di sekitar mulut, mual, muntah, kejang perut yang diikuti kelemahan otot dan kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi hingga berujung pada kematian. Agar tidak keracunan kerang, tahanlah untuk memakannya pada musim panas.

2.3.3. Mikroorganisme penyebab keracunan makanan

1. Clostridium botulinumBakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang

mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari. Makanan kaleng adalah sumber utama botulisme (keracunan botulinum). Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat berakibat fatal bagi kelompok usia ini.

Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun tidak selalu demikian. Botulisme adalah kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat diselamatkan.

2. Salmonella gastroSalmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan

oleh bakteri salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah

Page 15: Makala 5 Dewi

gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. 

Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.

Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang. Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diaremungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah.

3. Escherichia coliKebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri

bermanfaat yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga. 

Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia.E. coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari.Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli 0157 jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare mereda.Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika

Page 16: Makala 5 Dewi

daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan.E. coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik.

Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu perawatandialisis.Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia.

2.3.4. Faktor-faktor Penyebab terjadinya kasus keracunan makanan

1) Masalah kebersihan dan proses mengolah makanan yang tidak hygienes.Jika kita berbicara tentang kebersihan dan proses mengolah makanan yang tidak hygienes, maka kita tidak lepas dari 6 prinsip upaya hyigene sanitasi makanan yang saat ini sering diabaikan oleh para pengelola usaha jasa boga atau katering dalam memperoses makanan tersebut. Kita lihat satu persatu resiko yang ditimbulkan terhadap manusia :a) Prinsip I, Pemilihan Bahan Makanan.

Bahan makanan yang dimaksud disini adalah bahan makanan yang mentah (segar) yaitu bahan makanan yang perlu pengolahan sebelum dihidangkan, contohnya daging, beras, sayuran, singkong dan kentang. Makanan yang terolah (pabrik) yaitu makanan yang sudah dapat langsung dimakan tetapi digunakan untuk proses lebih lanjut. Contohnya tahu, tempe, kecap, ikan kaleng, kornet dan lain-lain. Makanan yang siap santap, yaitu nasi remes, soto mie, bakso, goreng ayam dan lain-lain. Dari uraian di atas peluang terjadinya kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh cara pemilihan bahan makanan sering terjadi, olehnya itu ada 3 hal penting yang harus diperhatikan yaitu, bentuk fisik, izin DepKes, dan tanggal kadaluarsanya. Contoh kasus yang terjadi di Aceh di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Tanah Pasir dan Kecamatan Syamtalira bayu yang menyebabkan korban di rawat di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe akibat mengkomsumsi mie instant yang over masa pakainya (kadaluarsa), dampaknya 300 jiwa lebih para pengungsi di dua Kecamatan tersebut mengalami gangguan kesehatan diiringi gejala pening, mual, muntah. Kasus yang lain terjadi pada jemaah kloter 35 JKS, BTJ 14 dan 03 BDJ yang tinggal di maktab 48 dan

Page 17: Makala 5 Dewi

49 sektor V Misfallah, mekkah mengalami keracunan makanan dengan gejala muntah-muntah, panas dingin, dan diare.Menurut salah satu pengakuan korban gejala keracunan muncul setelah mengkomsumsi nasi kuning yang dijual pedagang asongan didepan halaman maktab mereka. Berdasarkan hasil analisa penulis keracunan makanan ini disebabkan oleh adanya bakteri Salmonella pada makanan, dengn masa inkubasi 8-48 jam setelah makan makanan yang tercemar. 

b) Prinsip II, Penyimpanan bahan makanan.Penyimpanan bahan makanan sebelum diolah perlu perhatian khusus mulai dari wadah tempat penyimpanan sampai dengan cara penyimpanannya perlu diperhatikan dengan maksud untuk menghindari terjadinya keracunan karena kesalahan penyimpanan. Contoh bahan makanan seperti bumbu dapur yang digunakan untuk proses pengolahan makanan hendaknya ditata dengan baik dalam wadah yang berbeda, sehingga apabila akan menggunakannya dengan mudah dapat mengambilnya, hindari penyimpanan bahan beracun dengan tempat penyimpanan bumbu dapur.Selain itu penyimpanan bahan makanan yang mudah rusak seperti ikan, sayur- sayuran, toamt, lombok yang belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es sesuai dengan suhu penyimpannya, sedangkan yang tidak mudah rusak disimpan digudang atau pada lemari bahan makanan. Kerusakan bahan makanan dapat terjadikarena :Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia. Adanya enzim dalam makanan yang diperlukan untuk proses pematangan seperti pada buah-buahan. Kerusakan mekanis akibat gesekan, tekanan.

2.4. PENGAWETAN MAKANANPangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena

kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut masih pantas di konsumsi, secara tepat sulit di laksanakan karena melibatkan factor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya, makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap tahap produksi dan penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia

Page 18: Makala 5 Dewi

dan fisik, bebas mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau pembusukan (Winarno,1993).

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

2.4.1. Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan makanan

2.4.1.1. Pendinginan

Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga

Page 19: Makala 5 Dewi

mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.

2.4.1.2. Pengemasan

Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang dengan drastic mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.

Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.

Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang – lubang . Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.

2.4.1.3. Pengalengan

Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan

Page 20: Makala 5 Dewi

dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.

Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.

2.4.1.4. Penggunaan bahan kimia

Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan,in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman.

Suatu jenis regenerasi baru growth substance sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.

2.4.1.5. Pemanasan

Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada proses

Page 21: Makala 5 Dewi

pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.

2.4.1.6. Permasalahan gizi dalam pengolahan dan pengawetan makanan

Pada pengolahan bahan pangan zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan dapat mengalami kerusakan bila di olah, karena zat itu peka terhadap PH pelarut, oksigen, cahaya dan panas atau kombinasinya. Unsu-unsur minor terutama tembaga, besi, dan enzim dapat mengkatalisis pengaruh tersebut. Bahan makanan mempunyai peranan yang penting sebagai pembawa atau media zat gizi yang di dalamya banyak mengandung zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain-lain. Di dalam masyarakat ada beberapa macam cara pengolahan dan pengawetan makanan yang di lakukan kesemuanya untuk meningkatkan mutu makanan yang di maksut dengan tudak mengurangi nilai gizi yang di kandungnya. Pada dasarnya bahan makanan diolah dengan tiga macam alasan:

1. Menyiapkan bahan makanan untuk dihidangkan

2. Membuat produk yang di kehendaki termasuk di dalamya nutrifikasi

bahan makanan, (contoh: roti)

3. Mengawetkan, mengemas dan menyimpan (contoh: pengalengan)

Pengolahan makanan di lakukan dengan maksut mengawetkan, lebih intensif dari pada memasak biasa kecuali bahan makanan harus di masak, juga misalnya pada canning, makanan itu harus di sterilkan dari jasad renik pembusuk. Untuk beberapa jenis makanan, waktu yang di perlukan untuk proses itu cukup lama, sehingga dapat di pahami mengapa kadar zat makanan dapat menurun, akan tetapi dengan penambahan zat makanan (nutrien) dalam bentuk murni sebagai pengganti yang hilang maka hal seperti di atas dapat di atasi.

Page 22: Makala 5 Dewi

2.5. ZAT-ZAT KIMIA YANG BERBAHAYA DALAM MAKANAN2.5.1. Bahaya Zat Kimia Dalam Makanan

Saat ini di pasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan pangan (food safety).

Banyak contoh pelanggaran telah terjadi di lapangan, sebagai wujud ketidaktahuan akan resiko bahaya yang tersembunyi di balik tindakan tersebut. Sebagai contoh ada pedagang ikan asin yang menyemprotkan obat pembasmi serangga (nyamuk) ke ikan-ikan asin dagangannya dengan tujuan agar dagangannya tidak dikerubungi lalat. Akhirnya, zat ber-racun obat nyamuk tersebut malahan menempel pada ikan asinnya.

Praktisi di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa kali menemukan produk-produk seperti sirup, mie, tahu, bakso mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti : pengawet berbahaya (benzoat, formalin, dll.), pengenyal berbahaya (boraks, dll.), pewarna berbahaya (Rhodamin-B, Methanyl Yellow, dll.), Pemanis buatan (aspartame, sorbitol, dll.) dan bahan tambahan lain dengan dosis yang berlebihan.

Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual).

Dasar hukum pelarangan Untuk menjaga kesehatan manusia, maka ada beberapa regulasi pemerintah yang mengatur hal ini, seperti :

1. Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen.

2. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang Pemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit gula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na sakarin, Na siklamat, dan sorbitol.

3. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan),

4. Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan.

Page 23: Makala 5 Dewi

Macam-macam bahan kimia berbahaya, Bahan kimia yang digunakan sebagai tambahan makanan yang dikategorikan berbahaya di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengawet Berbahaya. Biasanya terdapat dalam bentuk : Formalin, Benzoat (bila terlalu banyak), dll.

2. Pewarna Berbahaya. Biasanya terdapat dalam bentuk : pewarna merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dll.

3. Pemanis Buatan (yang berlebihan). Biasanya terdapat dalam bentuk: Natrium (sodium) – Saccharine (sakarin), Na-Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dll.

4. Pengenyal (Bakso) Berbahaya. Biasanya dalam bentuk : Boraks, dll.

Dampak negatif bagi kesehatan manusia: Terdapat banyak efek (dampak) negatif penyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia ber-bahaya yang dipakai sebagai bahan tambahan pangan. Di antara efek negatif yang sering muncul adalah :

1. Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian).

2. Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dll.

3. Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat.

4. Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin).

5. Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dll.

6. Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dll.

Page 24: Makala 5 Dewi

BAB IIIPENUTUP

3.1. KESIMPULAN- Sanitasi makanan merupakan salah satu bagian yang penting, dalam segala aktivitas kesehatan masyarakat, mengingat adanya kemungkinan

- rumah makan merupakan tempat manusia melakukan kegiatan menyimpan, mengolah dan menyajikan makanan serta minuman. Konsumen datang dengan harapan untuk mendapatkan makanan dan minuman yang sehat.

- Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh. 

-pengawetan makanan, Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak

-bahaya zat-zat kimia, Saat ini di pasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan pangan (food safety).

3.2. SARANDalam kehidupan manusia dan setiap makhluk hidup, makanan mempunyai

peranan penting dan peranan tersebut dapat digambarkan bahwa setiap manusia memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya, manusia yang terpenuhi semua kebutuhan makanannya akan terlindung dan terjamin kesehatannya dan memiliki tenaga kerja yang produktif, dan bahan makanan dapat merupakan media perkembang biakan kuman penyakit atau dapat juga merupakan media perantara dalam penyebaran suatu penyakit.

Demikianlah kesimpulan dan saran saya sampaikan, apabila ada kesalahan mohon diberikan saran dan kritik dari dosen dan teman-teman sekalian yang sifatnya membangun agar makalah ini menjadi lebih baik. 

Page 25: Makala 5 Dewi

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Makala 5 Dewi