21
1 MAKALAH FISIOLOGI HEWAN “ EKSKRESI “ ( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang Dibina oleh Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes ) Disusun Oleh : 1. Eka Haris Prastiwi ( 201310070311141 ) 2. Amin Hidayati ( 201310070311144 ) 3. Irham Ahsanul Ridho ( 201310070311172 ) Kelas : Pendidikan Biologi 4D Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fisiologi tumbuhan

Citation preview

Page 1: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“ EKSKRESI “

( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang Dibina

oleh Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes )

Disusun Oleh :

1. Eka Haris Prastiwi ( 201310070311141 )

2. Amin Hidayati ( 201310070311144 )

3. Irham Ahsanul Ridho ( 201310070311172 )

Kelas : Pendidikan Biologi 4D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 2: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah

memberikan berkat dan rahmat-NYA kepada kami. Sehingga kami mampu

menyelesaikan Makalah dengan judul “ Ekskresi “. Dalam penulisan makalah ini

kami bayak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.Pada

kesempatan ini kami tidak lupa mngucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah

Fisiologi Hewan

2. Teman-teman Pendidikan Biologi 4D yang telah membantu dalam

memberikan informasi mengenai materi yang kami bahas dalam makalah

ini       

            Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah

tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau

membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi.

            Semoga makalah ini bisa menjadi member tambahan pada hal yang terkait

dengan Kepentingan Pendidikan Biologi, khususnya Fisiologi Hewan yang

membahas Sistem Ekskresi.

Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat

kami harapkan dari pembaca guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan

Makalah mendatang.

Malang,10 Maret 201

5

                                                             

Penulis

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 3: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................1

Kata Pengantar .....................................................................................................2

Daftar Isi ..............................................................................................................3

Bab I  Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan penulisan ...........................................................................................5

Bab II Pembahasan

2.1 Sistem Ekskresi pada hewan Invertebrata .....................................................6

2.1.1 Sistem Ekskresi pada protozoa ..................................................................6

2.1.2 Sistem Ekskresi pada coelenterata ..............................................................6

2.1.3 Sistem Ekskresi pada porifera ....................................................................6

2.1.4 Sistem Ekskresi pada platyhelminthes .......................................................6

2.1.5 Sistem Ekskresi pada nemathelmynthes ....................................................7

2.1.6 Sistem Ekskresi pada annelida ...................................................................7

2.1.7 Sistem Ekskresi pada molusca ....................................................................8

2.1.8 Sistem Ekskresi pada insecta ......................................................................8

2.2 Sistem ekskresi pada hewan vertebrata  

2.2.1 Sistem Ekskresi Pada Pisces ..................................................................... 9   

2.2.2 Sistem Ekskresi Pada Amfibi .....................................................................9

2.2.3 Sistem Ekskresi Pada Reptil ......................................................................10

2.2.4 Sistem Ekskresi Pada Aves .......................................................................11

2.2.5 Sistem Ekskresi Pada Mamalia .................................................................11

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................13

3.2 Kritik dan saran ............................................................................................13

Daftar Pustaka ....................................................................................................14

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 4: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti

CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat

diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna

lainnya. Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada

organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui

permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung nitrogen ialah amonia (NH3),

urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan protein, purin,

dan pirimidin (Bracken, 2004)

Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan

bahan yang sangat beracun dan merusak sel. Hewan - hewan yang

mengekskresikan amonia disebut amonotelik. Bagi hewan yang hidup di darat

amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika ditimbun dalam

tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera dirubah di

dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu

dalam bentuk urea dan asam urat (Brown, 1960).

Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-

hewan tersebut dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan

diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Pada pisces, amfibi, reptil, aves

dan mamalia yang diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran (De Wardener,

1980).

Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk

penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai organ penting pada

ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen. Organisme multiselular

memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada vertebrata

lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati. (Bracken, 2004).

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 5: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

1.2     Rumusan Masalah

1) Bagaimana proses sistem ekskresi pada hewan invertebrata?

2) Bagaimana proses sistem ekskresi pada hewan vertebrata?

1.3    Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui arti dari system ekskresi  dan Bagaimana proses sistem

ekskresi pada hewan invertebrate dan vertebrata

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 6: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekskresi Pada Hewan Invertebrata

Pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat

sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan lainnya. Alat

ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan

sel api. Nefridium adalah tipe yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada

invertebrata (Bracken, 2004).

2.1.1 Sistem Ekskresi Pada Protozoa

Makhluk hidup satu sel mengeluarkan sisa-sisa metabolismenya dengan

cara difusi. Karbon dioksida hasil respirasi seluler dikeluarkan dengan cara difusi.

Selain itu, ada cara lain, yaitu dengan membentuk vakuola yang berisi sisa

metabolisme (Mills, I. dkk. 1995)

2.1.2 Sistem Ekskresi Pada Coelenterata dan Porifera

Pada hewan Coelenterata dan Porifera yang hidup sebagai koloni sel-sel,

mekanisme ekskresinya dengan cara mendifusikan zat-zat yang akan dibuang dari

satu sel ke sel yang lain hingga akhirnya dilepaskan ke lingkungan (Grover,

1964).

2.1.4 Sistem Ekskresi Pada Phlatyhelminthes

Pada cacing pipih (Platyhelmintes) alat eksresi berupa protonefridium

yang mempunyai sel api (flame cel) berflagel. Flagel berfungsi menggerakan air

ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Air dan zat sisa masuk ke dalam sel

api yang selanjutnya dikeluarkan melalui lobang nefridiofor. Sebagian sisa

nitrogen tidak masuk ke saluran ekskresi tetapi masuk ke sistem pencernaan yang

selanjutnya diekskresikan melalui mulut. Cacing pipih juga mempunyai organ

nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari

tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 7: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa

flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin (Menge, dkk. 1990).

Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga

berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran

ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi

yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan

lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam

saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan

diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke

air (Menge, dkk. 1990).

2.1.5 Sistem Ekskresi Pada Nematyhelminthes

Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai

protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar

mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi

dengan silia.

Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api

lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga

berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran

ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi

yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan

lewat lubang nefridiofora ini (Harlin, dkk. 1985)

Struktur alat ekskresi pada casing pipih. Sebagian besar sisa nitrogen tidak

masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan

dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari

sel ke air. Intinya, sel api yang dilengkapi ole silia itu bergetar yang menyebabkan

cairan terdorong ke saluran pengumpul yang pada akhirnya bermuara di saluran

pengeluaran (Menge, dkk. 1990).

2.1.6 Sistem Eksresi Pada Annelida

Pada annelida, salah satunya yaitu cacing tanah memiliki struktur ginjal

sederhana yang disebut nefridia. Struktur tersebut terdapat di setiap segmen

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 8: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

tubuhnya. Dalam cairan tubuh cacing tanah yang memenuhi rongga tubuhnya,

terkandung sisa metabolisme maupun nutrien. Cairan inilah yang disaring oleh

ujung tabung berbentuk corong dengan silia yang disebut nefrostom. Dari

nefrostom, hasil yang disaring tersebut kemudian dibawa melewati tubulus

sederhana yang juga diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada tubulus ini, terjadi

proses reabsorpsi bahan-bahan yang penting, seperti garam-garam dan nutrien

terlarut. Air dan zat-zat buangan dikumpulkan dalam tubulus pengumpul, suatu

wadah yang merupakan bagian dari nefridia untuk selanjutnya dikeluarkan

melalui lubang ekskretori di dinding tubuh, yang biasa disebut nefridiofor

(Kimball, J. 1994).

2.1.7 Sistem Ekskresi Pada Molusca

Molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada

cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya

mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan

terakhir. Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa

corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.

Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh

ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada

saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya (Harlin, dkk. 1985).

2.1.8 Sistem Ekskresi pada insecta

Alat ekskresi pada serangga, contohnya belalang adalah tubulus Malpighi.

Badan Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus

posterior belalang dan berwarna kekuningan. Pembuluh malphigi merupakan

tabung kecil dan panjang yang berfungsi sebagai sebagai alat pengeluaran seperti

ginjal pada vertebrata. Pembuluh malphigi terletak dalam homosal dan tergenang

di dalam darah. Bagian pangkal pembuluh malphigi melekat pada ujung anterior

dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke homosal yang mengandung

hemolimfa (Tilman, dkk. 1993).

Hemolimfa merupakan darah pada invertebrata dengan sistem peredaran

darah terbuka. Pembuluh malphigi pada bagian dalam tersusun oleh selapis sel

epitel yang berperan dalam pemindahan urea, limbah nitrogen, garam-garam dan

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 9: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

air dari hemolimfa ke dalam rongga pembuluh. Bahan-bahan yang penting dan air

masuk kedalam pembuluh, lalu diserap kembali secara osmosis di rektum untuk

diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya, bahan yang mengandung

nitrogen diendapkan sebagai kristal asam urat yang akan dikeluarkan bersama

feses melalui anus. Disamping pembuluh malphigi, terdapat trakea yang berfungsi

untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini

berfungsi sebagai paru-paru pada invertebrata (Menge, dkk. 1990). 

2.2 Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebrata  

Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal. Di antaranya adalah

pronefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah tipe ginjal yang

berkembang pada fase embrio atau larva. Pada tahap selanjutnya, ginjal pronefros

digantikan oleh tipe ginjal mesonefros. Ketika hewan dewasa, ginjal mesonefros

digantikan oleh ginjal metanefros. Pada Mammalia, Reptilia, dan Aves tipe ginjal

yang dimiliki adalah mesonefros. Namun, setelah dewasa mesonefros akan diganti

oleh metanefros (Harlin, dkk. 1985).

2.2.1 Sistem Ekskresi Pada Pisces    

Ikan yang hidup di air laut, memiliki cara adaptasi yang berbeda. Ikan air

laut sangat mudah mengalami dehidrasi karena air dalam tubuhnya akan

cenderung mengalir keluar ke lingkungan sekitar melalui insang, mengikuti

perbedaan tekanan osmotik. Ikan air laut tidak memiliki glomerulus sehingga

mekanisme filtrasi tidak terjadi dan reabsorpsi pada tubulus juga terjadi dalam

skala yang kecil. Oleh karena itu, ikan air laut beradaptasi dengan banyak

meminum air laut, melakukan desalinasi (menghilangkan kadar garam dengan

melepaskannya lewat insang), dan menghasilkan sedikit urine (Kimball, J. 1994).

Alat ekskresi ikan air laut dan ikan air tawar adalah sama yaitu ginjal.

Hanya saja proses ekskresinya berbeda. Ikan air tawar bersifat hipertonik terhadap

lingkungannya. Karena itu ikan air tawar sedikit minum air namun banyak

mengeluarkan urine. Air yang masuk kedalam insang secara osmosis akan

meninggalkan amonia dalam jumlah besar yang kemudian di ekskresi dalam

bentuk urine hipotonik dalam jumlah besar. Ini di maksudkan untuk menjaga

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 10: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

keseimbangan air di dalam tubuh dengan tekanan air dari lingkungannya (Menge,

dkk. 1990).

Sedangkan ikan air laut banyak minum dengan sedikit mengeluarkan

urine. Karena air laut dapat mengalami kehilangan air melalui insang. Hal ini

terjadi karena kosentrasi garam di dalam tubuh ikan lebih rendah dari

lingkungannya. Untuk menjaga keseimbangan kadar garam antara tubuh dan

lingkungan, ikan air laut harus banyak minum. Garam yang di serap oleh usus di

bawah darah ke insang untuk di ekskresikan oleh membran insang (Kimball, J.

1994).

2.2.2 Sistem Ekskresi Pada Amfibi

Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru, dan kulit. Alat ekskresi

utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak dikanan dan

kiri tulang belakang. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari

depan ke belakang. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui

ureter menuju ke kantong kemih yang berupa kantong berdinding tipis yang

terbentuk dari tonjolan dinding kloaka. Fungsinya untuk menyimpan urine

sementara. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan, juga menjadi salah satu

organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuhnya. Kulit

Amphibia yang tipis dapat menyebabkan Amphibia kekurangan cairan jika terlalu

lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada terlalu lama dalam air tawar.

Air dengan sangat mudah masuk secara osmosis ke dalam jaringan tubuh melalui

kulitnya(Menge, dkk. 1990).

Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada

katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan

pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu alat lainnya

bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka(Menge,

dkk. 1990).

2.2.3 Sistem Ekskresi Pada Reptil

Tipe ginjal pada Reptilia adalah metanefros. Pada saat embrio, Reptilia

memiliki ginjal tipe pronefros, kemudian pada saat dewasa berubah menjadi

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 11: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

mesonefros hingga metanefros. Hasil ekskresi pada Reptilia adalah asam urat.

Asam urat ini tidak terlalu toksik jika dibandingkan dengan amonia yang

dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat dapat juga diekskresikan tanpa disertai air

dalam volume yang besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam bentuk

pasta berwarna putih (Menge, dkk. 1990).

Beberapa jenis Reptilia juga menghasilkan amonia. Misalnya, pada buaya

dan kura-kura. Penyu yang hidup di lautan memiliki kelenjar ekskresi untuk

mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya. Muara kelenjar ini adalah

di dekat mata. Hasil ekskresi yang dihasilkan berupa air yang mengandung garam.

Ketika penyu sedang bertelur, kita seringkali melihatnya mengeluarkan semacam

air mata. Namun, yang kita lihat sebenarnya adalah hasil ekskresi garam (Jennifer,

dkk. 2002).

2.2.4 Sistem Ekskresi Pada Aves

Alat ekskresi pada burung berupa paru-paru, hati, ginjal, dan kulit. Saluran

ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuah lubang

yang disebut kloaka. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna coklat.

Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada

bagian akhir usus (kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan

garam. Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar

melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi

memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak pada

burung terdapat pada ujung ekornya. kelenjar ini menghasilkan minyak untuk

membasahi bulu-bulunya (Menge, dkk. 1990).

2.2.5 Sistem Ekskresi Pada Mamalia

Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit

berbeda karena mamalia dipengaruhi/ disebabkan oleh lingkungan tempat

tinggalnya.

Paru-paru mamalia mempunyai permukaan ber-spon (spongy texture) dan

dipenuhi liang epitelium dengan itu mempunyai luas permukaan per isipadu yang

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 12: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

lebih luas berbanding luas permukaan paru-paru. Paru-paru manusia adalah

contoh biasa bagi paru-paru jenis ini (Kimball, J. 1994).

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh

struktur bertulang tulang selangka dan diselaputi karung dwi dinding dikenali

sebagai pleura. Lapisan karung dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan

lapisan karung luar melekat pada dinding rongga dada. Kedua lapisan ini

dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai rongga pleural yang berisi

cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri,

dan menghalang ia daripada terpisah dengan mudah (Kimball, J. 1994).

Bernafas kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang

mengucup menyebabkan rongga di mana paru-paru berada mengembang. Sangkar

selangka juga boleh mengembang dan mengucup sedikit. Ini menyebabkan udara

tetarik ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui trakea dan salur bronkus

(bronkhial tubes) yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung

kecil dikelilingi oleh kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk

ke dalam darah, di mana oksigen akan d angkut melalui hemoglobin. Darah tanpa

oksigen dari jantung memasuki paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan lepas

dioksigenkan, kembali ke jantung melalui saluran pulmonari (Ramsey,dkk. 1997).

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 13: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh,

seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga

dapat diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak

berguna lainnya. Fungsi sistem ekskresi diantaranya adalah membuang limbah

yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh, mengatur konsentrasi dan

volume cairan tubuh (osmoregulasi) mempertahankan temperatur tubuh dalam

kisaran normal (termoregulasi). Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan

sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang

berstruktur sempurna seperti pada vertebrata.

3.2 Kritik dan Saran

Untuk penyusunan makalah ini mungkin masih ada kekurangannya,

mohon masukan-masukan untuk menyempurnakan makalah ini

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10

Page 14: Makalah Fiswan Kelompok 9 IV d

1

DAFTAR PUSTAKA

Bracken, M. dkk. 2004. DIVERSITY OF INTERTIDAL MACROALGAE

INCREASES WITH NITROGEN LOADING BY INVERTEBRATES.

Ecology,85(10), 2004, pp. 2828–2836

Brown, dkk. 1960. Comparative Biochemistry of Urea Synthesis ACTIVITIES

OF UREA-CYCLE ENZYMES IN VARIOUS HIGHER AND LOWER

VERTEBRATES. Biochem. J. (1960) 75, 82

De Wardener, dkk. (1980). The natriuretic hormone and essential hypertension. In

Hormonal Regulation of Sodium Excretion, ed. LICHARDUS, B.,

SCHRIER, R. W. & PONEC, J., pp. 387-392. Amsterdam:

Elsevier/North-Holland.

Grover, dkk. 1964. Conjugations with Glutathione DISTRIBUTION OF

GLUTATHIONE S-ARYLTRANSFERASE IN VERTEBRATE

SPECIES. Biochem. J. (1964) 90, 603

Harlin, dkk. 1985. Nutrient uptake. Pages 493–508in M. M. Littler and D. Littler,

editors. Ecological field methods: macroalgae. Handbook of

phycological methods. Cambridge University Press, Cambridge, UK

Jennifer, dkk. 2002. Spatial and seasonal variation in n jtrient excretion by benthic

invertebrates in a eutrophic reservoir. Journal Freshwater Biology 42,

1107-1121

Kimball, J. 1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.

Menge, dkk. 1990. Role of scale and environmental factors in regulation of

community structure. Trends in Ecology and Evolution 5:52–57

Mills, I. dkk. 1995. THE RENAL KALLIKREIN-KININ SYSTEM AND

SODIUM EXCRETION. Quarterly Journal of Experimental Physiology

(1982) 67, 393-399

Ramsey,dkk. 1997. The statistical sleuth: a course in methods of data analysis.

Duxbury Press, Belmont, California, USA

Tilman, dkk. 1993. Species diversity in ecological communities. University of Chicago Press, Chicago, Illinois, USA.

Makalah Fisiologi Hewan “Ekskresi” - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi IVD FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10