26
MANAJEMEN BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN WONOGIRI Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Disaster Semester IV D-IV Keperawatan Disusun Oleh: Andri Susilowati P07120213005 Elsa Anggrahini P07120213016 Ichtiarfi Waryanuarita P07120213020 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Makalah management disaster

Embed Size (px)

DESCRIPTION

management disaster kekeringan di kabupaten wonogiri

Citation preview

MANAJEMEN BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN WONOGIRIDisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Disaster Semester IVD-IV Keperawatan

Disusun Oleh:Andri Susilowati P07120213005Elsa AnggrahiniP07120213016Ichtiarfi Waryanuarita P07120213020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTAJURUSAN KEPERAWATAN2015GEOGRAFIS KABUPATEN WONOGIRIKabupaten Wonogiri terletak pada 7 32 8 15 Lintang selatan dan Garis Bujur 110 41 111 18 Bujur Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha. Secara administratif terbagi menjadi 25 Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa.Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping, terutama di bagian selatan, yang termasuk jajaran Pegunungan Seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan daerah lainnya adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudera Indonesia.2. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah).3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur).4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah.Fisiografi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang. Sedangkan fisiografi dataran sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial.Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri termasuk tipe tropis atau memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Pergantian musim berlangsung sepanjang tahun dengan temperatur suhu udara rata-rata 24o 32o C.Curah hujan di Kabupaten Wonogiri rata-rata berkisar antara 1.557-2.476 mm/tahun dengan hari hujan antara 107-153 hari/tahun.RESIKO BENCANA DI KABUPATEN WONOGIRIPemanasan global terjadi karena meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya gas rumah kaca maka akan menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas Matahari yang dipancarkan ke Bumi.Daerah dengan iklim hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Wonogiri. Musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Distribusi daerah yang sering mengalami kekeringan untuk wilayah Wonogiri dapat dilihat pada gambar berikut :

Bahaya: Kekeringan di Kabupaten WonogiriKerentanan (Vulnerability): 1. Faktor fisika. Wonogiri yang berada pada daerah pegunungan kars dengan lapisan tanah yang tipis sehingga air tidak dapat bertahan lama.b. Topografi Wonogiri berada pada daerah pegunungan atau dataran tinggi, saat terjadi hujan air akan mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah sehingga daerah dataran tinggi cenderung tidak mampu menyimpan air lebih lama dari pada dataran rendahc. Musim kemarau yang berlangsung lebih lama daripada musim penghujan2. Faktor sosiala. Ketidaktahuan masyarakat di daerah rawan kekeringan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan air pada saat musim penghujan dan kemaraub. Ketidaktahuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mengurangi resiko kekeringan3. Faktor ekonomia. Akses pemenuhan kebutuhan air yang belum memadai karena medan yang sulit untuk dijangkauKapasitas (Capability):1. Pemanfaatan lahan-lahan kosong untuk pembangunan resapan air2. Tingginya antusias masyarakat daerah rawan kekeringan untuk dapat mengatasi bencana tersebut3. Adanya kebijakan pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan di Kabupaten Wonogiri

MANAJEMEN BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN WONOGIRIPra Bencana :1. Pemetaan

Keterangan :1) Tanda bulat hitam adalah daerah rawan bencana kekeringan di Wonogiri.2) Delepan kecamatan tersebut adalah langganan daerah rawan bencana kekeringan.3) Delapan kecamatan berada di bagian selatan Kabupaten Wonogiri yang sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping sehingga menjadi salah satu faktor kekeringan.4) Selain berada di daerah pegunungan berbatu gamping, delapan kecamatan tersebut juga tidak mempunyai sumber mata air.5) Beberapa kecamatan rawan bencana kekeringan sudah memiliki telaga di desanya. Namun, bila digunakan dalam jangka waktu yang panjang air dalam telaga tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.2. Koordinasi lintas sektorBencana kekeringan dialami berbagai wilayah di Indonesia hampir setiap musim kemarau. Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan air. Untuk meminimalisir bencana kekeringan diperlukan koordinasi pada tiap sektor diantaranya : a. Pemerintah Daerah (PEMDA) Kab. Wonogirib. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)c. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)d. Pengelola Sumber Daya Air (PSDA)e. LSM (Lembaga Swadaya Masyrakat)f. Anggota Karang tarunag. BLH (Badan Lingkungan Hidup)

3. Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan dalam rencana penanggulangan bencana kekeringan sangat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan seperti dehidrasi, kelaparan, gatal-gatal, dsb. Pelayanan kesehatan dalam bencana kekeringan antara lain :a. RSb. Puskesmas c. Perawatd. Sanitariane. Farmasif. Ahli Gizi

4. PemberdayaanPemberdayaan yang dimaksud adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah antisipas, penyelamatan dan pemulihan bencana kekeringan. Adapun upaya-upaya pemberdayaan yaitu :1) Mesosialisasi SDM Kesehatan tentang penanggulangan bencana kekeringan.2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bencana kekeringan dan dampak bencana kekeringan.3) Membuat saluran air dari telaga ke daerah kekeringan.4) Membuat sistem Pemanenan Air Hujan (PAH) untuk persediaan air5) Masyarakat membangun saluran-saluran irigasi yang digunakan untuk mengairi tananaman petaniagar tanaman tidak layu, kering, dan mati

5. Latihan kesiapsiagaan 1) Melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien2) Mengalihkan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari penebangan hutan/tanaman.3) Meningkatkan/memperbaiki daerah rawan bencana kekringan dengan melaksanakan pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.4) Melakukan simulasi bencana kekeringan bersama masyarakat

6. Pemantauan SumberdayaAir merupakan sumber kehidupan. Kelangkaan sumber daya air bisa menyebabkan kegagalan di bidang pertaniaan, mengganggu kegiatan industri, dan secara umum menyengsarakan masyarakat. Menurunnya curah hujan dibawah batas normal sering menyebabkan terjadinya bencana kekeringan. Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tersebut cukup besar, termasuk ketidakcukupan air bersih, gagal panen, dsb. Pengelolaan sumber daya air harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat mengantisipasi bencana kekeringan/kelangkaan air bersih saat kemarau.Manajemen sumber daya air ini sangat penting karena keseimbangan penyediaan air di setiap musim tidaklah sama. Akibat adanya perubahan musim secara ekstrim, telah menyebabkan terjadinya krisis air yang dirasakan sangat mempengaruhi pembangunan nasional. Pada musim kemarau terjadi kekeringan yang berkepanjangan, sejumlah irigasi tidak berfungsi sehingga berdampak pada kegagalan panen, sejumlah sumber air minum mengalami kekeringan sehingga masyarakat tertentu kekurangan air bersih. Di samping permasalahan tersebut serta hal yang perlu dipertimbangkan dikaitkan dengan sumber daya air adalah pertambahan penduduk dan usaha masyarakat yang membutuhkan air seperti untuk kebutuhan rumah tangga, air untuk pertanian yang semakin meningkat dan air untuk kepentingan perkebunan, peternakan dan bidang usaha tertentu. Khusus untuk pemenuhan air bersih yang berkualitas, pada saat ini belum semua masyarakat mendapat akses yang sama.Pemenuhan kebutuhan air bersih dan berkualitas secara berkesinambungan dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia belum tercapai sepenuhnya dan masih memerlukan perhatian khusus. Sehubungan dengan itu, air sebagai sumber daya alam strategis perlu dikelola secara baik, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan nasional yang pada akhirnya mengganggu kehidupan bermasyarakat.

7. Pemantauan daerah rawanDelapan kecamatan yang harus mendapatkan pemantauan khusus pada penanggulangan bencana kekeringan di Kabupaten Wonogiri yaitu kecamatan Manyaran, Nguntoronadi, Eromoko, Pracimantoro, Parangupito, Giritontro, Giriwoyo dan Batuwarno. Delapan kecamatan yang merupakan daerah pegunungan kars dengan lapisan tanah yang tipis sehingga air tidak dapat bertahan lama. Kegiatan pemantauan daerah rawan bencana kekeringan meliputi :1) Memanfaatkan lahan kosong untuk membuat bendungan dan waduk untuk bisa memasok air tambahan pada musim kemarau.2) Membuat larangan penebangan hutan liar.3) Menggunakan air secukupnya.Intra Bencana :1. Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan pendukung, seperti obat-obatan, bahan makanan dan lain-lainSemua makhluk hidup pasti memerlukan air untuk bertahan hidup. Termasuk juga tanaman tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar petani pasti mengalami gagal panen apabila telah terjadi bencana kekeringan. Hal ini terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan air. Penurunan itu terjadi akibat rusaknya ekosistem akibat pemanfaatan lahan yang berlebihan. Dampak dari gagal panen itu sendiri berdampak pada kurangnya ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat kekeringan itu sendiri. Kurangnya bahan makanan itu sendiri dapat berakibat pada keadaan kurang gizi bahkan kematian apabila terjadi berlarut-larut.2. Membawa korban ke tempat-tempat yang tersedia air bersih Jika para korban dibiarkan terus berada di tempat kekeringan, dikhawatirkan akan mengalami berbagai masalah gangguan kesehatan seperti dehidrasi, kelaparan atau bahkan kematian.3. Memantau perkembangan keadaan kekeringan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakatPenyaluran informasi dalam bencana kekeringan sangatlah diperlukan, sebab diharapkan dengan informasi yang disebarluaskan dapat membuat masyarakat berpindah ke tempat yang tersedia pasokan air meskipun untuk sementara waktu.

Pasca Bencana1. Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan, misalnya pada korban yang mengalami dehidrasi berat atau sedang2. Memberikan bantuan obat-obatan dan makanan serta bantuan lainnyaBencana kekeringan tentunya menimbulkan masalah kesehatan yang kompleks misalnya dehidrasi sedang hingga berat atau dapat pula terjadi kasus kelaparan hingga dapat berujung pada kematian. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka diadakan bantuan obat-obatan dan bahan makanan.3. Memperbaiki sarana dan pra sarana seperti mengadakan pengadaan bantuan air bersih dan pengairan 4. Pengusulan diadakan hujan buatan bagi desa yang mengalami kekeringan 5. Mengadakan program reboisasi di daerah-daerah yang sudah gundulProgram reboisasi atau penghijauan kembali hutan sangat bermanfaat untuk memperbaiki keadaan pasca bencana kekeringan. Hutan atau pohon berfungsi menyimpan air yang berlebih saat musim hujan. Sebagian air hujan akan tersimpan di bawah permukaan tanah di hutan, sebagian lagi akan dialirkan menjadi air limpasan yang kemudian mengisi sungai-sungai. Jika hutan ditebang atau sudah tidak ada lagi daerah atau lahan untuk penanaman pohon, maka kemampuan tanah untuk menyerap air hujan dan menyimpannya diantara pori-pori tanah menjadi berkurang. Sebagian besar air hujan akan mengalir menuju sungai yang berakibat banjir jika mengalami musim hujan berkepanjangan. Sementara itu, pada musim kemarau hanya sedikit cadangan air yang bisa dialirkan menuju sungai, sehingga menimbulkan bencana kekeringan.6. Membuat waduk (dam) sebagai tempat persediaan air di musim kemarau. Selain itu, waduk juga dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan7. Melakukan diversifikasi dalam bercocok tanam bagi para petani, misalnya mengganti jenis tanaman yang bisa cepat dipanen serta tidak membutuhkan air yang banyak dalam pertumbuhannya. Misalnya palawija.8. Menentukan teknologi pencegahan kekeringan (pembuatan embung, penyesuaian pola tanam dan teknologi budidaya tanaman dsb) dan sistem pengaliran air irigasi yang disesuaikan dengan hasil prakiraan iklim9. Pengembangan sistem penghargaan (reward) bagi masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumberdaya air dan lahan serta memberikan hukuman (punishment) bagi yang merusak hutan atau lahan hijau.

PEMANENAN AIR HUJAN Pemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih (UNEP, 2001; Abdullaet al., 2009). Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah serta tidak tersedia air tanah (Abdulla et al., 2009).Berdasarkan UNEP (2001), beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut :1. Meminimalisasi dampak lingkunganPenggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir.2. Lebih bersih Air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut.3. Kondisi daruratAir hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air.4. Sebagai cadangan air bersih Pemanenan air hujan dapat mengurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air bersih.5. Sebagai salah satu upaya konservasi6. Pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.Selain beberapa keuntungan di atas, terdapat sejumlah keterbatasan dalam pemanenan air hujan. Sebelum mengembangkan sistem pemanenan air hujan, faktor-faktor berikut ini perlu dipertimbangkan :1. Luas daerah tangkapan hujan dan kapasitas penyimpanan seringkali berukuran kecil atau terbatas, dan pada saat musim kering yang panjang tempat penyimpanan air mengalami kekeringan2. Pemeliharaan sistem pemanenan air hujan lebih sulit dan jika sistem tidak dirawat dengan baik dapat berdampak buruk pada kualitas air hujan yang terkumpul.3. Pengembangan sistem pemanenan air hujan yang lebih luas sebagai salah satu alternatif sumber air bersih dapat mengurangi pendapatan perusahaan air minum.4. Sistem pemanenan air hujan biasanya bukan merupakan bagian dari pembangunan gedung dan tidak/ jarang ada pedoman yang jelas untuk diikuti bagi pengguna atau pengembang5. Pemerintah belum memasukkan konsep pemanenan air hujan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air dan masyarakat belum terlalu membutuhkan instrumen pemanenan air hujan di lingkungan tempat tinggalnya6. Tangki penyimpanan air hujan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan serangga seperti nyamuk7. Curah hujan merupakan faktor yang penting dalam operasional sistem pemanenan air hujan. Wilayah dengan musim kering yang lebih panjang mau- pun dengan curah hujan yang tinggi membutuhkan alternatif sumber air atau tem- pat penampungan yang relatif besar.

Komponen Sistem Pemanenan Air HujanSistem PAH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu tempat menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa (Abdulla et al., 2009; Song et al., 2009; UNEP, 2001).Area penangkapan air hujan (collection area) merupakan tempat penangkapan air hujan dan bahan yang digunakan dalam konstruksi permukaan tempat penangkapan air hujan mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan. Bahan- bahan yang digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak beracun dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air hujan (UNEP, 2001). Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat seperti alumunium, besi galvanis, beton, fiberglass shingles, dll. Gambar 1 dan 2 menunjukkan skema ilustrasi sistem PAH dengan menggunakan atap dan permukaan tanah.

Gambar 1. Ilustrasi Sistem PAH (a) Menggunakan Atap dan (b) Menggunakan Tanah

Gambar 2. Sistem PAH di Banda Aceh Pasca Tsunami Tahun 2004

Sistem PAH yang diterapkan pasca bencana tsunami di Banda Aceh tersebut merupakan sistem PAH yang sederhana, mudah dan murah dalam konstruksi. Sistem ini sangat membantu masyarakat yang terkena bencana dan mengalami kesulitan memperoleh air bersih pasca tsunami (Amin dan Han, 2009).Sistem pengaliran air hujan (conveyance system) biasanya terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang meng- alirkan air hujan yang turun di atap ke tangki penyimpanan (cistern or tanks).Saluran pengumpul atau pipa mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat tertampung semaksimal mungkin (Abdulla et al., 2009). Contoh saluran penampung disajikan pada Gambar 3. Ukuran saluran penampung bergantung pada luas area tangkapan hujan, biasanya diameter saluran penampung berukuran 20 - 50 cm (Abdulla et al., 2009).Filter dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut bersama air hujan dalam saluran penampung (Gambar 4) sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan dari sampah.Tangki (Cistern or tank) alami (kolam atau dam) dan tangki buatan merupakan tempat untuk menyimpan air hujan. Tangki penyimpanan air hujan dapat berupa tangki di atas tanah atau di bawah tanah (ground tank).First flush device : apabila kualitas air hujan merupakan prioritas, saluran pembuang air hujan yang tertampung pada menit-menit awal harus dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan. Pompa (Pump) dibutuhkan apabila tangki penampung air hujan berada di bawah tanah.

DAFTAR PUSTAKASong Jaemin, Mooyoung Han, Tschungil Kim dan Jee-eun Song. 2009. Rainwater Harvesting as a Suatainable Water Supply Option in Banda Aceh. UNEP International Technology Centre. 2001. Rainwater Harvesting. Sydney: Murdoch University of Western Australia.Abdulla Fayez A., AW Al-Shareef. 2009. Roof Rainwater Haervesting System for Household Water Supply in Jordan.Amin M.T, dan M.Y. Han. 2009. Water Enviromental abd Sanitation Status in Disaster Relief of Pakistan's 2005 Earthquake.