26
MERUMUSKAN TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS) Oleh : APRIADANI HARAHAP (8146171007) HADI RITONO (8146171017) NOVA JUNIATI (8146171057) YESSI JURNALA (8146171089) YULIA TIARA TANJUNG (8146171090) Pendidikan Matematika KELAS A3

Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

MERUMUSKAN TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS)

Oleh :

APRIADANI HARAHAP (8146171007)

HADI RITONO (8146171017)

NOVA JUNIATI (8146171057)

YESSI JURNALA (8146171089)

YULIA TIARA TANJUNG (8146171090)

Pendidikan Matematika KELAS A3

Page 2: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

A. Pengertian TIK

Tujuan instruksional khusus terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutnya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dari general instruksional objective, goal, atau terminal objective, yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir. Dalam program Applied Approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi di seluruh Indonesia TIK di sebut sasaran (Sasbel).

Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

Page 3: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Dick, Carey and Carey (2009) mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak awal tahun 1960. Yang dimaksud dengan perumusan TIK secara jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga peserta didik dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.

Page 4: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu pengertian, atau tidak mungkin ditafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu, TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable).

Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian peserta didik dalam perilaku yang ada dalam Tik itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukuran yang lain.

Page 5: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Mager menerbitkan buku tentang penulisan tujuan instruksional pada tahun 1962. Lokakarya penulisan tujuan instruksional di Amerika dilakukan secara gencar dengan peserta ribuan guru. Namun, tujuan instruksional yang telah ditulis oleh guru pada waktu itu mengalami nasib yang kurang menggembirakan karena dua hal sebagai berikut: Pertama, banyak guru yang menulis tujuan instruksional

berdasarkan daftar isi buku teks yang telah ada. Dengan kata lain, tujuan instruksional ditulis berdasarkan isi pelajaran. Seharusnya para guru itu melakukan hal sebaliknya.

Kedua, ribuan tujuan instruksional yang telah selesai ditulis oleh guru itu tergeletak di atas meja mereka, tidak punya dampak terhadap proses instruksional. Setelah penulisan tujuan instruksional tersebut, tidak ada perubahan dalam praktik kegiatan instruksional.

Page 6: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Tiga pertanyaan yang perlu dicari jawabanya adalah :

Pertama, seberapa jauh para pengajar melihat kedudukan tujuan instruksional tersebut sebagai dasar dalam menetapkan komponen-komponen lain dalam sistem instruksional?

Kedua, seberapa jauh para pengajar tersebut menerapkan prosedur pengembangan instruksional kegiatan instruksionalnya?

Ketiga, seberapa jauh pengajar yang telah ditata itu menggunakan desain instruksional yang telah disusunya dalam kegiatan instruksional yang dilakukanya sehari-hari.

Page 7: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Difusi inovasi dalam sistem instruksional telah dimulai lebih dari tiga puluh lima tahun lalu. Agar inovasi itu masuk dalam praktik sehari-hari, masih diperlukan waktu yang lebih panjang dan usaha yang terus-menerus. Usaha tersebut semakin lama harus mengarah pada tiga hal sebagai berikut:Keterampilan teknis tentang penerapan proses desain

instruksional secara lebih cermat, teliti dan sistematisPersuasi, motivasi, supervisi, serta monitoring terhadap

praktik penggunaan keterampilan teknis tersebut di dalam kelas sehari-hari

Pengintegrasian keterampilan teknis desain instruksional pengajar ke dalam sistem pengelolaan program akademik di setiap program studi atau jurusan

Page 8: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Pentingnya menempatkan tujuan instruksional sebagai komponen awal dalam menyusun desain instruksional merupakan pusat perhatian setiap pendesain instruksional. Ia merupakan dasar dan pedoman bagi seluruh proses desain instruksional selanjutnya. Perumusan TIK merupakan titik permulaan yang sesungguhnya dari proses desain instruksional, sedangkan proses sebelumnya, merupakan tahap pendahuluan untuk menghasilkan TIK.

Tujuan instruksional khusus merupakan satu-satunya dasar dalam menyusun kisi-kisi tes dan alat untuk menguji validitas isi tes. Dalam menentukan isi pelajaran yang akan diajarkan, pendesain instruksional merumuskannya berdasarkan kompetensi dasar yang ada dalam TIK. Dengan kata lain, isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai.

Page 9: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Tujuan instruksional menjadi acuan seluruh proses desain instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau kompetensi yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional. Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan tersebut juga merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan pengajar.

Page 10: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Contoh Tujuan Intruksional Dalam Pembelajaran Matematika

“siswa dapat menjelaskan pengertian apa itu bangun datar” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut, karena hanya mampu menjelaskan pengertiannya saja) atau “siswa dapat menjelaskan bentuk bangun ruang” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut, karena belum mengerti manfaatnnya dalam kehidupan sehari-hari).

Page 11: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Tujuan Intruksional Dalam Pembelajaran Matematika

Tujuan instruksional Khusus membuat skema bilangan riil, mengoperasikan dua atau lebih bilangan bulat, mengoperasikan dua atau lebih bilangan pecahan, mengonversikan pecahan ke persen atau sebaliknya, mengonversikan pecahan ke desimal atau sebaliknya, mengonversikan persen ke desimal atau sebaliknya, mengoperasikan bilangan pecahan dengan bilangan bulat, menyelesaikan soal yang mengandung perbandingan senilai, menyelesaikan soal yang mengandung perbandingan berbalik nilai, menyatakan ukuran yang sebenarnya jika ukuran pada gambar dan

skalanya diketahui, atau sebaliknya, dan menyatakan perbandingan ke dalam bentuk persen.

Page 12: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Pengajar akan jelas melihat arah kegiatan intruksionalnya secara bertahap menuju Tujuan Intruksional yang dalam KTSP disebut sebagai Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar. Dalam KTSP tujuan intruksional disebut dengan KD, artinya suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang telah dirumuskan dalam silabus dapat tercapai secara maksimal.

Page 13: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational Objectives” mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik

a.  Kognitif (proses berfikir )

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.

Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehension)

3. Penerapan (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesa (evaluation)

6. Evaluasi (evaluation)

Cakupan Tujuan Instruksional

Page 14: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

b. Afektif (nilai atau sikap)

Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :

1.  Penerimaan (recerving)

2. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

3. Penilaian atau penentuan sikap (valung)

4. Organisasi (organization)

5. Karakterisasi/pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)

c. Psikomotorik (keterampilan)

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :

1)  Peniruan

2)  Manipulasi

3)  Ketetapan

4)  Artikulasi

5)  Pengalamiahan

Page 15: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

B. Bagaimana Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus

Dalam uraian di atas dikemukakan bahwa tujuan instruksional khusus (TIK) antara lain digunakan untuk menyusun tes. Karena itu TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya. Unsur-unsur itu dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut:

A = Audience

B = Behavior

C = Condition

D = Degree

Page 16: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

A = Audience adalah peserta didik yang akan belajar. Dalam tujuan instruksional khusus harus dijelaskan siapa peserta didik yang akan mengikuti pelajaran itu atau peserta didik yang mana? Misalnya peserta didik SMA kelas 1 semester pertama di daerah X, peserta didik S1 program Pendidikan Ekonomi dan Studi Pembangunan semester ketujuh di Universitas Y atau peserta kursus Pejabat Pemberian Kredit angkatan XXX di lembaga Z.

B = Behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut.

Bila contoh kata kerja dan objek di atas disatukan dalam bentuk perilaku, akan tersusun sebagai berikut:

1. Menyebutkan definisi manajemen

2. Menjelaskan cara menganalisis pupuk tertentu menjadi komponen-komponen dasarya

3. Menganalisis laporan rugi laba

4. Menggergaji kayu

5. Melompat dengan gaya flop (gaya lompat tinggi yang mutakhir saat ini)

Page 17: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

C = Condition. Komponen ketiga dalam TIK adalah C (Condition). C adalah kondisi, yang berarti batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau alat yang digunakan peserta didik pada saat ia dites. Kondisi itu bukan keadaan pada saat peserta didik belajar.

Misalnya:

1. Diberikan berbagai rumus mean, deviasi standar, koralasi, dan dua deret angka

2. Dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan

3. Dengan diberikan kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia

4. Dengan diberikan data ukuran tanah dan lingkungannya

5. Dengan kasus suatu perusahaan

6. Diberikan kesempatan tiga kali percobaan

Page 18: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Bila contoh kondisi di atas disambung dengan komponen A (peserta didik) dan B (perilaku), akan tersusun kalimat-kalimat sebagai berikut:

1. Jika diberikan berbagai rumus mean, deviasi standar, koralasi, dan dua deret angka, peserta didik jurusan Statistik Terapan semester kedua pada Universitas X akan dapat menghitung angka korelasi

2. Dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan untuk menilai komponen-

3. komponen dalam sistem instruksional, peserta didik jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan semester VII pada Universitas Y akan dapat menganalisis perbedaan berbagai model desain instruksional.

4. Dengan diberi kalimat dalam bahasa Indonesia, peserta didik jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester I pada Universitas Z akan dapat menerjemahkannya ke dalam kalimat pasif dalam bahasa Inggris.

5. Dengan diberi data ukuran tanah, keadaan lingkungannya, kebutuhan masyarakat, dan biaya yang tersedia, peserta didik jurusan Arsitektur semester VIII pada Universitas A akan dapat menggambar desain bangunan perkantoran

6. Jika diberikan kasus suatu perusahaan yang mengajukan permohonan kredit, peserta kursus Pejabat Pemberian Kredit pada Lembaga Diklat B akan dapat menyusun rekomendasi pemberian kredit untuk perusahaan tersebut.

7. Jika diberikan kesempatan lima kali percobaan, peserta didik Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan pada Universitas C akan dapat melakukan lompat tinggi gaya flop.

Page 19: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Komponen C dalam setiap TIK merupakan unsur penting bagi pengembang instruksional dalam menyusun tes. Untuk tes pilihan berganda, misalnya komponen C dalam TIK itu dijadikan dasar penyusunan masalah (stem). Bila dalam TIK disebutkan “jika diberikan berbagai rumus mean, deviasi standar korelasi, dan dua deret angka”, butir tes yang relevan dengan TIK tersebut harus mencerminkan kondisi tersebut, misalnya:Dengan menggunakan rumus-rumus di bawah ini hitunglah korelasi dua deret angka ini.

Rumus mean

Rumus Deviasi Standar

Rumus korelasi

X Y

51 9

59 13

63 17

64 10

69 9

76 19

78 21

80 21

87 28

98 33

=

r =

S =

Page 20: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

D = Degree. Dalam contoh perumusan TIK di atas telah tercakup unsur kondisi, peserta didik dan perilaku.

Degree adalah tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu, berarti peserta didik belum mencapai tujuan instruksional khusus yang telah ditetapkan.

Page 21: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Singkatan ABCD diharapkan memudahkan kita mengingat keempat unsur tersebut. Dalam merumuskan suatu TIK, keempat komponen tersebut tidak selalu tersusun sebagai ABCD, tetapi sering kali CABD. Rumusan dengan urutan CABD lebih mudah diikuti bila ingin memperhatikan perumusan TIK dalam suatu kalimat.Z

1. Jika diberikan berbagai rumus mean, deviasi standar, korelasi, dan dua deret angka, peserta didik jurusan Statistik Terapan semester kedua pada Universitas X akan dapat menghitung korelasi minimal 90%.

2. Dengan menggunakan kriteria tertentu, peserta didik jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan semester VII pada Universitas Y akan dapat menganalisis berbagai model desain instruksional paling sedikit 80% benar.

3. Jika diberikan kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, peserta didik jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester I pada Universitas Z akan dapat menerjemahkannya ke dalam kalimat pasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar .

4. Dengan diberi data ukuran tanah, keadaan lingkungannya, kebutuhan masyarakat, dan biaya yang tersedia, peserta didik jurusan Arsitektur semester ketujuh pada Universitas A akan dapat menggambar desain bangunan perkantoran dalam waktu paling lambat dua belas minggu.

5. Jika diberikan kasus suatu perusahaan yang mengajukan permohonan kredit, peserta kursus Pejabat Pemberian Kredit.

Page 22: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

C. Kontroversi Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Tujuan Instruksional

Kontroversi penggunaan kata kerja operasional dalam perumusan tujuan instruksional merupakan kontroversi kedua setelah kontroversi tentang perlu-tidaknya penggunaan rumusan tujuan. Penggunaan kata kerja operasional memberikan pengertian bahwa tujuan itu harus spesifik, konkret, dan terukur. Spesifik berarti khas, tidak mengandung penafsiran ganda atau membingungkan. Konkret berarti tidak abstrak dan dapat diamati (observable). Terukur berarti kompetensi itu dapat diukur dari gejala-gejalanya sehingga dapat ditentukan alat ukurnya, cara melakukan pengukurannya dan cara menafsirkan hasilnya.

Page 23: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Sebagian pakar dan praktisi keberatan dengan penggunaan kata kerja operasional tersebut karena tujuan instruksional menjadi sangat sempit, terbatas dan mengakibatkan pembelajaran menjadi kering, kaku dan terbatas pula. Berbagai aliran psikologi khusunya aliran humanisme menempatkan cara perumusan tujuan yang seperti itu sangat dipengaruhi aliran behaviorisme yang kurang manusiawi, sangat membatasi kreativitas pengajar dan sangat mengarahkan peserta didik kepada hal-hal yang begitu sempit dan terbatas.

Sebagian lagi menyambut hangat munculnya konsep baru tersebut karena era baru telah muncul untuk mendapatkan kepastian tentang arah kegiatan instruksional sejak awal perencanaan. Kepastian itu juga menyangkut lebih jelasnya pengukuran keberhasilan pembelajaran baik dipandang dari sisi peserta didik maupun pengukuran akuntabilitas pengajar terhadap semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Page 24: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

Setiap topik dapat diuraikan menjadi subtopik. Uruian yang rinci akan memudahkan pendesain instruksional dalam merancang strategi pembelajaran yang di dalamnya tercakup isi pembelajaran.

Isi pembelajaran untuk setiap TIK bersama komponen lain seperti langkah-langkah kegiatan instruksional, metode dan alat, dan media instruksional akan tergambar dalam strategi instruksional. Dengan kata lain, daftar isi pembelajaran akan dibuat oleh pendesain instruksional pada saat ia menyusun strategi instruksional.

Page 25: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

D. Hubungan antara TIK dan Isi Pembelajaran

Dengan merumuskan TIK, pendesainan instruksional segera dapat menentukan berbagai komponen lain dalam sistem instruksional termasuk alat pengukur hasil belajar dan isi pembelajaran. Rumusan TIK itu mengandung unsur B yaitu kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik pada akhir pembelajaran. Unsur B dalam kompetensi itu terdiri dari dua hal, yaitu kata kerja dan objek. Yang terakhir ini yaitu objek, menunjukkan topik atau pokok bahasan dari isi pembelajaran. Dalam 6 contoh TIK di atas dapat kita lihat 6 topik sebagai berikut:

1. Korelasi

2. Model desain instruksional

3. Kalimat pasif

4. Desain bangunan perkantoran

5. Pemberian kredit untu perusahaan

6. Menyanyikan lagu anak

Page 26: Merumuskan Tik, tujuan instruksional khusus dalam matematika

TERIMA KASIH