Upload
kezia-aprillia
View
541
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
World Malaria Report 2011 melaporkan bahwa setengah penduduk dunia beresiko
terinfeksi malaria,laporan riset kesehatan dasar tahun 201 menyatakan bahwa 374
kabupaten endemis malaria, jumlah kasus malaria di Indonesia tahun 2011 sejumlah
256.592 orang positif malaria, Annual Parasite Insidence (API) tahun 2011 di Indonesia
adalah 1,75 per 1000 orang berarti dari 1000 orang ada 2 orang penderita malaria.
Sejak tahun 2004, malaria plasmodium knowlesi yang telah diketahui sejak lama
menginfeksi monyet berekor panjang telah diidentifikasi menginfeksi 100 orang di
Malaysia. Ada juga kasus-kasus tersebar Tailand, Kamboja, Vietnam danFilipina bahkan
Indonesia. Malaria knowlesi membutuhkan penanganan yang serius baik dari pemerintah
maupun masyarakat.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan malaria knowlesi?
2. Bagaimana etiologi malaria knowlesi?
3. Bagaimana patofisiologi malaria knowlesi?
4. Bagaimana pemeriksaan klinis malaria knowlesi?
5. Bagaimana pemeriksaan laboratorium malaria knowlesi?
6. Apa saja gejala klinis malaria knowlesi?
7. Bagaimana cara mendiagnosis malaria knowlesi?
8. Terapi apa saja yang dpaat diberikan kepada penderita malaria knowlesi?
9. Pencegahan apa saja yang dapat dilakukan agar tidak terinfeksi malaria knowlesi?
10. Apa saja komplikasi pada penyakit malaria knowlesi?
BAB II ISI
A. DEFINISI
Malaria knowlesi adalah penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
knowlesi.P. knowlesi adalah parasit genus plasmodium yang secara alami menginfeksi
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Parasit ini banyak ditemukan di Asia
Tenggara dan sudah menyerang manusia.P. knowlesi ditransmisikan dengan
menggunakan nyamuk dari kelompok Anophleles leucosphyrus sebagai vektor perantara,
salah satunya adalah Anophleles latens.
B. ETIOLOGI
Malaria knowlesi disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium yaitu P. knowlesi. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler.
C. PATOFISIOLOGI
Parasit Plasmodium yang berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat
berkembang biak di dalam sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya
dalam beberapa menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang
sedang makan.
Terdapat dua tahap perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic dan tahap
erithrocitic. Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada sistem
hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap
erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).
Setelah masuk melalui darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan
berkembang biak dengan cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah,
yang mana proses inilah yang menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria.
Selanjutnya adalah parasit plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel darah
merah yang kemudian keluar untuk menginfeksi sel darah merah lain yang masih sehat,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya gejala panas atau demam naik turun pada
penderita malaria.
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa menyebabkan
reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi eritrosit yang
merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria
serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah terjadinya perdarahan dan
nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, sehingga
terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset eritrosit yang terinfeksi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik pada penderita malaria knowlesi:
1. Demam (pengukuran dengan thermometer 37,5°C)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limfa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Secara umum hasil pemeriksaan fisik penderita malaria knowlesi mirip dengan malaria
tropika.
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan mikroskopis akan menunjukkan bentuk morfologi Plasmodium malariae.
Sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan menggunakan PCR.
F. GEJALA KLINIS
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala
utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (Glycosyl Phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan
splenomegali.Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym)
secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus
dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok.
Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek
dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering
ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari
serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemia.
G. DIAGNOSIS
Ada beberapa jenis diagnosis yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan sediaan darah
tipis maupun tebal dengn menggunakan pewarnaan (teknik mikroskopis), RDT (Rapid
Diagnostic Test) yang dapat dilakukan pada tempat-temapt dengan sumber daya dan
fasilitas yang terbatas. Diagnosis malaria knowlesi yang lebih akurat biasanya
menggunakan teknik PCR. Hal ini disebabkan karena jika menggunakan pemeriksaan
mikroskopis bentuk P.knowlesi mirip dengan P. malariae.RT-PCR (reverse transcriptase
polymerase chain reaction) adalah teknik untuk menghasilkan jutaan salinan bagian-
bagian tertentu dari kode genetik suatu organisme sehingga dapat dengan mudah
dianalisis. Lebih khusus lagi, RT-PCR menghasilkan salinan dari area tertentu DNA
komplementer yang telah dikonversi dari RNA. Teknik PCR ini efektif untuk
mengobservasi infeksi campuran dari beberapan spesies Plasmodium.
H. TERAPI
Terapi atau pengobatan yang diberikan pada penderita malaria khususnya malaria
knowlesi yaitu dengan menggunakan terapi kombinasi atau Artemisinin-based
Combination Therapy (ACT). Pasien diberikan dua atau lebih obat skizontosida
darah.Meskipunterjadi kesalahan diagnosis, terapi yang dapat diberikan untuk infeksi P.
malariae: klorokuin; P. falciparum: klorokuin dan doksisilin atau artesunat dan
meflokuin; P. vivax: klorokuin dan primakuin juga efektif untuk infeksi P.knowlesi.Selain
terapi penyembuhan, profilaksis (terapi pencegahan) malaria juga dapat dilakukan
menggunakan klorokuin.
I. PENCEGAHAN
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program pencegahan malaria seperti
pemakaian kelambu, pengendalian vektor.
1. Pemakaian kelambu berinsektisida
2. Penggunaan repellent (lotion anti nyamuk),
3. Menggunakan obat nyamuk bakar/elektrik/semprot
4. Menutup ventilasi menggunakan kawat kasa
5. Menggunakan raket nyamuk elektrik
6. Memberi obat serta vaksin pencegahan malaria pada masyarakat
7. Pengendalian vektor misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan
pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida),
biological control ( menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan
(Melakukan 3 M (Menutup, Menguras dan Mengubur) untuk meminimalisir tempat
perindukan nyamuk), dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan
dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/ indoors residual
spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida.
J. KOMPLIKASI
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/μl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat
antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler jaringan otak.
BAB III PENUTUP
Malaria knowlesi sebelumnya merupakan penyakit pada monyet berekor panjang
(Macaca fascicularis) yang sekarang telah ditransmisikan pada manusia. Pada
pemeriksaan klinis, malaria knowlesi sering salah diidentifikasi sebagai malaria tropika.
Pemeriksaan laboratorium menggunakan mikroskop menunjukkan plasmodium malariae.
Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat harus dilakukan pemeriksaan PCR.
Gejala malaria knowlesi mirip dengan jenis malaria lainnya. Periode inkubasi P. knowlesi
hanya sekitar 12 hari–merupakan yang terpendek diantara semua jenis malaria yang
menginfeksi manusia dan primata. Siklus aseksual P knowlesiadalah 24 jam. Terapi untuk
malaria knowlesi sama dengan terapi malaria lainnya, karena sejauh ini obat yang
digunakan untuk mengobati jenis malaria lainnya efektif untuk mengobati malaria
knowlesi. Untuk mencegah penularan malaria knowlesi dapat dilakukan tindakan yang
sederhana seperti memasang kelambu/kelambu berinsektisida, menggunakan repelent
(lotion anti nyamuk), memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah,
menggunakan obat nyamuk bakar/elektrik, serta melakukan pengendalian vektor.
DAFTAR PUSTAKA
Arlan Prabowo, 2004. Malaria: Mencegah dan Mengatasinya. Depok:Puspa SwaraThe genome of the simian and human malaria parasite Plasmodium knowlesi. A. Pain, et
al. Nature Vol 455|9 October 2008| doi:10.1038/nature07306.Plasmodium knowlesi Malaria in Humans Is Widely Distributed and Potentially Life
Threatening. Janet Cox-Singh, et al. Clinical Infectious Diseases 2008; 46:165–71.Singh B, Lee KS, Matusop A, Radhakrishnan A, Shamsul SSG, Cox-Singh J, Thomas A,
Conway DJ (2004). "A large focus of naturally acquired Plasmodium knowlesi infections in human beings". Lancet 363: 1017–24. doi:10.1016/S0140-6736(04)15836-4.
Vector Control, http://www.who.int/malaria/vector_control diakses tanggal 4 September 2012
White NJ. Plasmodium knowlesi: the fifth human malaria parasite. Clin Infect Dis 2008; 46:1723.
Plasmodium knowlesi, http://www.malariajournal.com/content/8/1/15 diakses tanggal 2 September 2012
Patofisiologi Malaria. http://penyakitmalaria.com/patofisiologi-malaria/ diakses tanggal 4 September 2012
Epidemiologi Malaria,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21104/4/Chapter%20II.pdfdiakses tanggal 5 September 2012
Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia, http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_Kasus_Malaria_diIndonesia.pdf diakses tanggal 5 September 2012
Knowlesi malaria: Emergent strain poses threat to global containment efforts. http://www.ft.com/cms/s/0/ef474a42-87a9-11e1-ade2-00144feab49a.html#axzz25NTV1Gdc diakses tanggal 3 September 2012