Manajemen Keuangan Internasional

  • Upload
    andreas

  • View
    441

  • Download
    59

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen keuangan internasional

Citation preview

1BAB I

A. Pengertian Manajemen Keuangan Internasional adalah ilmu dan seni yang merupakan bagian dari ekonomi internasional yang mempelajari dan menganalisis pengelolaan fungsi POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controlling) sumber daya keuangan unit makro ekonomi (Negara/Pemerintah) dan unit mikro ekonomi (Perusahaan/ Organisasi/Perorangan) khususnya yang berkenaan dengan pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap aktivitas ekonomi keuangan Internasional yang meliputi:

1. International Commercial Transaction, terdiri dari:

a. Ekspor barang/jasa.

b. Impor barang/jasa.

2. International Financial Transaction, terdiri dari:

a. International Investment.

b. International Financing.

c. International Budgeting.

d. International EarningRevenue.

3. International Financial Risk Management, terdiri dari: a. Insurance.

b. Asset liabilities management.

c. Hedging.

4. Financial Report, terdiri dari:

a. Macro Finance (BOP & APBN/APBD).

b. Micro Finance (Laporan Keuangan Perusahaan).

5. Financial Performance, terdiri dari:

a. Liquidity ratio.

b. Solvability ratio.

c. Rentability ratio.

d. Activity ratio.

e. Growth ratio.

f. Economy value added (EVA).Gambar 1

Pengaruh Forex Rate Terhadap International Transaction

B. Pengaruh Sebaliknya dari gambar 1.1 di atas, dapat juga dilihat bagaimana interaksi antara International Commercial dan Financial Transaction yang dapat mempengaruhi nilai tukar atau Forex Rate seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2 dibawah ini. Gambar 1.2 Pengaruh International Commercial dan Financial Transaction

Terhadap Kurs Valas (Forex Rate)

Keterangan:

MB/J = Impor barang/jasa

XB/J= Ekspor barang/jasa CX= Capital ekspor

CM= Capital impor DFC= Demand Foreign Currency

SFC = Supply Foreign Currency DDC= Demand Domestic Currency SDC = Supply Domestic Currency C. Pengaruh dan Peranan Manajemen Keuangan Internasional Dilihat Dari Aspek Macro Finance Mempelajari dan menganalisis pengaruh/peranan Manajemen Keuangan Internasional harus dilakukan dari dua aspek yaitu aspek Macro Finance dan aspek Micro Finance. Ditinjau Dari Sisi Supply dan Demand Secara teoritis dari aspek macro finance dapat dilakukan perhitungan pendapatan nasional atau national income (H. Hady, 2004) dengan cara sebagai berikut:

1. Menghitung GDP dengan prinsip territorial yaitu menghitung seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi di dalam wilayah suatu negara baik milik nasional maupun asing.

2. Menghitung GNP dengan prinsip nationality atau kebangsaan yaitu menghitung seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh faktor produksi milik nasional baik yang berada di dalam territorial suatu negara maupun di luar negeri.

Perhitungan GDP atau GNP diatas dapat dilakukan dengan tiga pendekatan (approach) yang akan menghasilkan angka yang sama yaitu, sebagai berikut: 1. Production Approach yaitu berdasarkan Nilai Tambah (Value Added) yang dihasilkan oleh faktor produksi dari setiap sektor produksi (Primer, Sekunder dan Tersier).

2. Income Approach yaitu balas jasa dalam bentuk pendapatan diperoleh faktor produksi pada setiap sektor produksi.

3. Expenditure Approach yaitu berdasarkan pengeluaran yang dilakukan oleh sektor produksi berupa konsumsi rumah tangga (C), investasi/konsumsi perusahaan (I), konsumsi/pengeluaran pemerintah atau government expenditure dan transfer payment (G + Tr) dan pengeluaran luar negeri netto (X M). Perhitungan Expenditure Approach ini dikenal dengan rumusan: GDP atau GNP = Y = C + I + (G + Tr) + (X M) Berdasarkan rumusan perhitungan GDP atau GNP diatas maka dapat dijelaskan bagaimana pengaruh ekonomi dan keuangan internasional yang ditunjukkan oleh aktivitas ekspor (X) dan impor (M) terhadap keseimbangan pendapatan nasional sebagai berikut: 1. Bila X M > 0 ( X > M ( A/R (Piutang) > A/P (Utang) ( (X + ( (X Naik ( Y Naik ( GDP atau GNP Naik; 2. Bila X M < 0 ( X < M ( A/R (Piutang) < A/P (Utang) ( (X ( (X Turun ( Y Turun ( GDP atau GNP Turun. Dari mekanisme di atas dapat dilihat bagaimana pengaruh X & M yang menghasilkan dan memerlukan valas dapat mempengaruhi pendapatan nasional (GDP atau GNP). Selanjutnya berdasarkan uraian diatas dapat juga dikatakan bahwa keseimbangan ekonomi nasional suatu negara merupakan suatu keseimbangan antara jumlah barang/jasa yang ditawarkan (Supply total = St) berdasarkan production approach dengan jumlah barang/jasa yang diminta (Demand total = Dt) berdasarkan income dan expenditure approach. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3. Pada Gambar 1.3 di bawah ini dapat dilihat bahwa:

1. Problem ekonomi timbul disebabkan oleh kecenderungan Ad yang lebih besar daripada As karena sifat Ad (Needs < Wants < Expectations) yang tidak terbatas, sedangkan As (Resources) terbatas.

2. Problem ekonomi yang utama adalah masalah Scarcity (kelangkaan) disatu pihak dan Abundant (kelebihan) dilain pihak. 3. Bila ekonomi dalam keadaan Scarcity (kelangkaan), maka perlu dilakukan Impor (M). Sebaliknya bila ekonomi dalam keadaan Abundant (kelebihan), maka perlu dilakukan ekspor (X) yang berarti diperlukan perdagangan dan keuangan internasional. 4. Problem Choice (pilihan) perlu diputuskan untuk menentukan produk apa yang di ekspor (X) karena Abundant (kelebihan). 5. Penentuan produk apa yang akan di ekspor (X) dan di impor (M) dilakukan dengan menggunakan opportunity cost (peluang biaya terbaik) dan opportunity profit (peluang keuntungan terbaik). Gambar 1.3

Pengaruh Supply dan Demand terhadap Pendapatan Nasional

Keterangan: As = Agregat supply

Ad = Agregat demand M = Impor

X = Ekspor DN = Dalam negeri

LN = Luar negeri PD= Produk domestic

KD= Konsumsi domestic

6. Berkenaan dengan kecenderungan Ad yang lebih besar dari pada As, maka secara teoritis sebenarnya perdagangan dan keuangan internasional tidak diperlukan. Tetapi mengapa dalam perekonomian modern dengan teknologi produksi yang sangat maju (mass production) dan era globalisasi saat ini, masih ada produk yang tidak terjual/laku dipasar, sehingga perdagangan dan keuangan internasional semakin diperlukan. 7. Jawabannya adalah karena masih ada produk yang tidak dapat memenuhi permintaan (Needs 0 ( BOP surplus 2. CAT DAT

Dalam hal ini untuk menentukan posisi BOP yang defisit atau surplus adalah dengan memperhatikan arus transaksi otonom (audonomous transaction) sebagai berikut: BOP dikatakan dalam posisi deficit bila transaksi kredit otonom (credit otonomous transaction) lebih kecil daripada transaksi debit otonom (debit autonomous transaction) atau CAT.

BOP dikatakan dalam posisi surplus bila transaksi kredit otonom (credit autonomous transaction) lebih besar daripada transaksi debit otonom (debit autonomous transaction) atau CAT > DAT. Disequilibrium menurut penyebabnya dapat digolongkan sebagai berikut (H. Hady, 1999):

1. Disequilibrium seasonal (musiman) berlangsung singkat dan mudah diatasi biasanya terjadi pada periode tertentu misalnya Lebaran, Natal, dan lain-lain. Disequlibrium ini biasanya akan berakhir dengan sendirinya setelah melewati periode tersebut.

2. Disequlibrium cyclical (siklus) terjadi karena adanya gelombang konjungtur dalam perekonomian sebagai akibat perubahan harga, tingkat produksi, employment dalam/luar negeri. Disequlibrium ini dapat diatasi dengan menjalankan kebijakan moneter dan atau fiskal. 3. Disequlibrium structural terjadi karena adanya perubahan demand dan supply perdagangan keuangan internasional akibat dari perubahan proses produksi karena kemajuan teknologi, perubahan aliran modal jangka panjang, perubahan institusi, dll. Untuk mengatasinya diperlukan kebijakan ekonomi makro yang komprehensif dan jangka panjang.

4. Disequlibrium spekulasi terjadi karena adanya aliran modal yang terjadi karena unsur-unsur spekulasi seperti yang terjadi di Indonesia sejak krisis moneter Juli 1997. Untuk mengatasinya dilakukan peniadaan unsur-unsur spekulasi dengan menjalankan berbagai kebijakan yang menumbuhkan kepercayaan masyarakat. 6. Error dan omission (selisih perhitungan)

a. Error adalah selisih yang terjadi karena adanya kesalahan pencatatan atau kesalahan perhitungan.

b. Omission adalah selisih yang terjadi karena adanya perdagangan atau transaksi penyelundupan atau perdagangan obat bius atau perdagangan lain yang tidak tercatat.

c. Error dan omission adalah selisih yang belum dapat diperhitungkan yang diperoleh dari penjumlahan antara reserve account ((R) dengan saldo devisa yang terdapat pada monetary account yang dicatat oleh Bank Sentral. 7. Monetary account (neraca lalu-lintas moneter)

a. Monetary account merupakan saldo devisa yang dicatat berdasarkan transaksi arus devisa yang masuk dan keluar dari suatu negara.

b. Karena BOP secara keseluruhan harus dalam posisi balance (overall balance = 0), maka pencatatan posisi saldo pada monetary account ini mempunyai tanda yang berlawanan dengan posisi saldo reserve account ((R), yaitu:

Bila posisi saldo reserve account positif maka posisi saldo monetary account negatif. Sebaliknya bila posisi saldo reserve account negatif maka posisi saldo monetary account positif.

Tanda negatif berarti surplus dan tanda positif berarti defisit.

BAB 4

MEKANISME ADJUSTMENT POSISI BALANCE PAYMENT

A. Mekanisme Adjustment Dengan Sistem Kurs Tetap Dengan sistem kurs tetap, nilai suatu mata uang ditentukan berdasarkan gold exchange standard sesuai dengan Bretton woods system. Dalam hal ini mekanisme adjustment posisi BOP dapat terjadi melalui mekanisme otomatis berdasarkan teori David Hume tentang price-specie-flow mechanism sebagai berikut (Appleyard & Field, 1995 dan H. Hady, 1997). 1. Bila BOP defisit berarti X < M atau M > X.

2. Karena masih berlaku nilai kurs tetap atau gold exchange standard maka akibatnya jumlah emas atau logam mulia (LM) akan semakin menurun karena banyak dikirim ke luar negeri.

3. Karena emas masih digunakan sebagai likuiditas atau alat pembayaran, sedangkan jumlahnya semakin menurun (emas/LM) maka money supply (Ms) di dalam negeri semakin berkurang.

4. Harga money supply semakin berkurang maka harga-harga di dalam negeri akan menurun pula. 5. Menurunnya harga (price) dalam negeri khususnya terhadap harga barang ekspor (Px) akan menyebabkan jumlah ekspor (Qx) akan naik.

6. Di lain pihak, berkurangnya money supply di dalam negeri akan menyebabkan harga barang impor (Pm) di mata konsumen dalam negeri akan menjadi lebih mahal sehingga jumlah impor (Qm) akan turun.

7. Karena jumlah ekspor (Qx) naik dan di lain pihak jumlah impor (Qm) turun maka melalui mekanisme ini akhirnya jumlah ekspor (Qx) akan menjadi sama atau bahkan lebih besar daripada jumlah impor (Qm) atau Qx > Qm.

Secara skematis mekanisme tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1

Mekanisme Adjustment BOP dengan Sistem Kurs Tetap

Akan tetapi, mekanisme otomatis untuk penyeimbangan (adjustment) BOP ini, tidak dapat terjadi lagi karena pada umumnya kurs tetap yang menggunakan standar emas ini tidak berlaku lagi sejak Dekrit Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971.B. Mekanisme Adjustment Dengan Sistem Kurs Mengambang atau BerubahProses penyeimbangan disequilibrium atau defisit/surplus BOP khususnya BOT di negara yang menganut sistem kurs mengembang/berubah dengan pengendalian pemerintah (managed float) dapat dilakukan dengan menjalankan kebijakan perubahan kurs yang disebut devaluasi atau revaluasi/upvaluasi.

Devaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uangnya (domestic currency) terhadap nilai mata uang asing (foreign currency) yang bertujuan (dalam jangka waktu relatif pendek) untuk:

1. Mendorong ekspor dan memgatasi impor sehingga diharapkan dapat memperbaiki posisi BOP atau BOT menjadi equilibrium atau mendekati equilibrium.

2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

3. Dengan BOP yang lebih equilibrium diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif lebih stabil. Revaluasi/upvaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikkan nilai mata uangnya (domestic currency) terhadap nilai mata uang asing (foreign currency) yang dilakukan karena perekonomiannya sudah mencapai atau mendekati full employed atau terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregate demand dan inflasi.

Selama berlakunya Bretton Woods System kebijakan devaluasi dan revaluasi ini sangat jarang dilakukan oleh negara anggota IMF karena merupakan tindakan yang tidak popular. Di satu pihak negara yang defisit biasanya menolak melakukan devaluasi karena akan menunjukkan kelemahannya dan di lain pihak negara yang surplus ingin terus mengakumulasi international reservenya.

Karena itu selama berlakunya Bretton Woods System (1950-1971) hanya tercatat beberapa negara industri yang melakukannya yaitu:

1. Devaluasi

a. Inggris, tahun 1967.

b. Prancis, tahun 1957 dan 1969.

2. Revaluasi

a. Jerman (Barat), tahun 1961 dan 1969.

C. Kebijakan Devaluasi

Pada umumnya kebijakan devaluasi relatif lebih banyak digunakan oleh negara-negara sedang berkembang dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari IMF. Salah satu contohnya adalah devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebanyak empat kali yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Tingkat Devaluasi Rupiah Terhadap USD

Tgl/TahunKurs Lama Kurs BaruTK. Apresiasi

USD TK. Devaluasi Rp.

23/08 1971 Rp 378/USD Rp 415/USD 9,8%7,7%

15/11 1978 Rp 415/USD Rp 625/USD 50,6%33,3%

30/03 1983 Rp 720,50/USD Rp 970/USD 34,6% 28,6%

12/09 1986 Rp 1.644/USD Rp 1.644/USD 45,0%33,3%

IMF biasanya akan memberikan persetujuan kepada negara anggotanya yang mengalami defisit BOP yang berat untuk melakukan kebijakan devaluasi guna memperbaiki posisi BOP dan menjaga stabilitas nilai tukar mata uangnya. Secara teoretis efektivitas kebijakan devaluasi akan tergantung kepada:

1. Elastisitas permintaan barang ekspor (Ed), dan

2. Elastisitas permintaan barang impor (Es). Menurut Marshall Lerner condition, suatu kebijakan devaluasi akan dapat memperbaiki posisi BOP bila dipenuhi syara sebagai berikut:

1. Devaluasi akan dapat memperbaiki BOP bila Ed + Es > 1.

2. Devaluasi tidak akan memperbaiki posisi BOP bila Ed + Es = 1.

3. Devaluasi justru akan memperburuk posisi BOP bila Ed + Es < 1. Sebagai ilustrasi tentang efektivitas kebijakan devaluasi terhadap posisi BOP atau BOT dengan memperhatikan Marshall-Lerner Condition dapat dilihat pada contoh tiga perhitungan hipotetis di bawah ini:

1. Hipotesis I (Ed + Es > 1)

Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut:

Kurs (USD1 = Rp 1.000,-

Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed = 2

Elastisitas permintaan barang impor = Es = 0

Ed + Es = 2 + 0 = 2 > 1

Permintaan melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp 1.200.-

a. Posisi BOT sebelum devaluasi adalah sebagai berikut:

Ekspor Karet Impor Radio

1.000 kg x $ 1 = $1.000Atau Rp 1.000.000,- 100 unit x $11 = $1.100 atau Rp 1.100.000,-

X = $ 1.000 < $ 1.100 = M

Posisi BOT defisit = $ 1.00

b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20% adalah sebagai berikut. Sesuai dengan rumus elastisitas maka

% (Qx = Persentase perubahan kuantitas ekspor. % (Px= Persentase perubahan harga ekspor = Tingkat devaluasi yaitu sebesar 20%. Dengan demikian, (R Qx = 2 x 20% = 40%.

Kuantitas ekspor dengan % (Qx = 40% sehingga menjadi sebesar 1.400 kg karet. Sesuai dengan rumus elastisitas maka

Maka % (Qm = 0. (Pm % (Qm = Persentase perubahan kuantitas impor.

% (Pm = Persentase perubahan harga impor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.

Dengan demikian, % (Qm = 0 x 20% = 0.

Ini berarti kuantitas impor radio setelah devaluasi tetap atau tidak berubah = 100 unit radio.

Kurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp 1.200.

Setelah devaluasi USD 1 = Rp 1.200 = 1,2 kg karet.

Ini berarti setelah devaluasi harga 1 kg karet = USD 1/1,2 = USD 0,83.

Ekspor Karet Impor Radio

1.400 kg x $0,83 = $1.162

Atau Rp 1.394,-100 unit x $11 = $1.100

atau Rp 1.100.000,-

X = Rp 1.394.400 > Rp 1.320.000 = M Posisi BOT defisit = $62. 2. Hipotesis II (Ed + Es = 1) Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut;

Kurs USD 1 = Rp 1.000

Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed =

Elastisitas permintaan barang impor = Es =

Ed + Es = + =1 Pemerintah melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp 1.200

a. Posisi BOT sebelum devaluasi adalah sebagai berikut:

Ekspor Karet Impor Radio

1.000 x $1 = $1.000

Atau Rp 1.000.000,- 100 unit x $11 = $1.100

atau Rp 1.100.000,-

X = $1.000 < $ 1.100 = M

Posisi BOT defisit = $100. b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20% adalah sebagai berikut:

Sesuai dengan rumus elastisitas maka, karena Ed = % (Qx / %(Px = maka % (Qx = (Px % (Qx = Persentase perubahan kuantitas ekspor.

% (Px= Persentase perubahan harga ekspor = Tingkat devluasi yaitu sebesar 20%.

Dengan demikian, (Qx = x 20% = 15%.

Kuantitas ekspor naik dengan % (Qx = 15% sehingga menjadi sebesar 1.150 kg karet.

Sesuai dengan rumus elastisitas maka, karena Es = % (Qm/%(Pm = maka % (Qm = % (Pm

%(Qm= Persentase perubahan kuantitas impor

%(Pm= Persentase perubahan harga impor = tingkat devaluasi yaitu sebesar 20%.

Dengan demikian, %(Qm = x 20% = 5%.

Kuantitas impor naik dengan %(Qm = 5% sehingga menjadi 1.105 unit radio.

Kurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp 1.200

Kuantitas ekspor menjadi %(Q = 15% sehingga menjadi sebesar 1.150 kg.

Sebelum devaluasi USD 1 = Rp 1.000 = 1 kg karet.

Setelah devaluasi USD 1 = Rp 1.200 = 1,2 kg karet. Ini berarti setelah devaluasi harga 1 kg karet = USD 1/1,2 = USD 0,83.

Ekspor Karet Impor Radio

1.150 x $0.83 = $954,50

Atau Rp 1.145.400,-105 unit x $11 = $1.155

atau Rp 1.386.000,-

X = $954,50 < $ 1.55 = M

X= Rp 1.145.400 < Rp 1.386.000 = M.

Posisi BOT tetap defisit 3. Hipotesis III (Ed + Es < 1) Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut:

Kurs USD 1 = Rp 1.000,-

Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed =

Elasitistas permintaan barang impor = Es =

Ed + Es + = < 1 Permintaan melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp 1.200.

a. Posisi BOT sebelum devaluasi adalah sebagai berikut: Ekspor Karet Impor Radio

1.000 x $1 = $1.000

Atau Rp 1.000.000,- 105 unit x $11 = $1.100

atau Rp 1.100.000,-

X = $1.000 < $ 1.100 = M

Posisi BOT tetap defisit = $100 b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20 adalah sebagai berikut

Sesuai dengan rumus elastisitas maka, karena Ed =

%(Qx/%(Px = 1/2 , maka % (Qx = %(Px

%(Qx = Persentase perubahan kuantitas ekspor.

%(Px= Persentase perubahan harga ekspor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.

Dengan demikian, %(Qx = x 20% = 10%.

Kuantitas ekspor naik dengan %(Qx = 10% sehingga menjadi sebesar 1.100 kg karet.

Sesuai dengan rumus elastisitas maka:

Karena Es = %(Qm/%(Pm = . Maka % (Qm = 1/4 % (Pm. %(Qm= Persentase perubahan kuantitas impor %(Pm= Persentase perubahan harga impor =

Tingkat devaluasi yaitu sebesar 20%.

Dengan demikian, %(Qm = x 20% = 5%.

Kuantitas impor naik dengan %(Qm = 5% sehingga menjadi 105 unit radio. Kurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp 1.200

Kuantitas ekspor menjadi %(Qx = 10% sehingga menjadi 1.100 Kg.

Sebelum devaluasi USD 1 = Rp 1.000 = 1 kg karet

Setelah devaluasi USD 1 = Rp 1.200 = 1,2 kg karet

Ini berarti setelah devaluasi harga 1 kg karet = USD 1/1,2 = USD 0,83. Ekspor Karet Impor Radio

1.000 x $0,83 = $913

Atau Rp 1.096.600,-105 unit x $11 = $1.155

atau Rp 1.386.000,-

X = $913 < $ 1.155 = M

Atau X = Rp 1.145.400 < Rp 1.386.000 = M

Posisi BOT semakin defisit = $242 Secara ringkas pengaruh devaluasi terhadap posisi BOT berdasarkan Marshall Lerner condition di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hipotesis II (Ed + Es > 1) Ed + Es = 2 + 0 = 2 > 1

%(P (Rp) %(QHasil

Ekspor

Impor Tetap

+ 20% + 40%

Tetap Penerimaan + 40%

Pengeluaran +20%

Posisi BOT Penerimaan +20%

2. Hipotesis II (Ed + Es = 1)

Ed + Es = + = 1

%(P (Rp) %(QHasil

Ekspor

Impor Tetap

+ 20% + 15%

Tetap Penerimaan + 15%

Pengeluaran +15%

Posisi BOT Penerimaan 0%

3. Hipotesis III (Ed + Es < 1)

Ed + Es = + = < 1 %(P (Rp) %(QHasil

Ekspor

Impor Tetap

+ 20% + 10%

-5%Penerimaan + 10%

Pengeluaran +15%

Posisi BOT Penerimaan 5%

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas kebijakan devaluasi akan sangat tergantung pada elastisitas permintaan barang ekspor dan impor. Hal ini dapat dibuktikan dengan Grafik 4.1 berikut.

Keterangan: Posisi defisit grafik A dan grafik B adalah sama, yaitu sebesar FG= MN. Pada grafik A dimana kurva demand & supply bersifat elastis, ternyata posisi defisit sebesar FG dapat ditutup dengan devaluasi sebesar P0P1. Pada grafik B dimana kurva demand & supply bersifat inelastis, ternyata posisi defisit sebesar MN dapat ditutup dengan devaluasi sebesar E0E1. Ternyata E0E1 > P0P1. Sebagai kesimpulan dari kedua grafik di atas dapat dikemukakan catatan berikut: a. Sejalan dengan Marshall-Lerner condition, ternyata devaluasi akan lebih efektif bila permintaan ekspor dan impor bersifat elastis.

b. Dengan kata lain pada Grafik A yang elastis, ternyata hanya diperlukan devaluasi yang lebih kecil, yaitu hanya sebesar P0P1, sedangkan pada grafik B yang inelastis, ternyata diperlukan devaluasi yang lebih besar yaitu E0E1.

Selanjutnya efektivitas kebijakan devaluasi dapat juga dilakukan dengan analisis efek J Curve (S. Husted & M. Melvin, 1990) seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.2 di bawah ini. Grafik 4.2 Efek Kurva J dari Devaluasi

Keterangan:

1) Kebijakan devaluasi biasanya dalam jangka pendek justru akan lebih memperberat defisit current account (periode T1)

2) Hal ini dapat terjadi karena perubahan kuantitas ekspor dan impor sebagai akibat perubahan harga yang disebabkan oleh devaluasi memerlukan waktu untuk penyesuaian.

3) Biasanya dalam waktu singkat justru penerimaan devisa ekspor relatif akan lebih cepat menurun karena adanya penyesuaian-penyesuaian harga barang ekspor di dalam negeri sehingga ekspor menjadi tertunda dan diperlukan kontrak baru, sedangkan pengeluaran devisa untuk impor menurun lebih lambat karena harga barang impor di luar negeri dalam valas tidak akan berubah.

4) Biasanya setelah periode tertentu (satu hingga tiga bulan penyesuaian harga ekspor dan impor), kurva J akan mulai menaik dan ini berarti devaluasi akan memperbaiki posisi current account dimana pada periode T2, defisit berkurang dan pada periode T3 terjadi surplus. Beberapa Efek Devaluasi 1. Efek Jangka Pendek

a. Efek kenaikan harga dalam negeri;

b. Karena harga naik maka konsumsi menurun;

c. Turunnya konsumsi menyebabkan lesunya aktivitas ekonomi yang dapat menjurus kepada deflasi dan akhirnya dapat mengakibatkan resesi ekonomi.

d. Terjadinya pergeseran pengeluaran (expenditure switching) dari konsumsi produk luar negeri kepada konsumsi dalam negeri.

2. Efek Jangka Menengah a. Dapat terjadi perbaikan posisi BOT dan BOP melalui mekanisme elastisitas permintaan ekspor dan impor sesuai dengan Marshall-Lerner condition (Ed + Es > 1). b. Dapat terjadi perbaikan posisi BOP melalui mekanisme moneter.3. Efek Jangka Panjang Karena adanya perubahan harga produk dan terjadinya pergeseran pengeluaran konsumsi dalam jangka pendek pergeseran pengeluaran konsumsi dalam jangka pendek serta adanya peningkatan aliran modal/devisa yang masuk dalam jangka menengah maka dalam jangka panjang dapat terjadi pergeseran produksi (production switching) baik yang menyangkut tradeable goods maupun nontradeable goods sehingga akhirnya akan merubah struktur ekonomi nasional.

Debt Service Ratio (DSR)

Debt Service Ratio (DSR) adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi posisi keuangan internasional dan mengukur kemampuan suatu negara untuk membayar pinjaman luar negeri dengan menghitung perbandingan antara jumlah cicilan utang pokok (CUP) ditambah dengan bunga (B) yang harus dibayar dibandingkan dengan nilai ekspor total (Xt). DSR biasa ditulis dengan rumus berikut:

Misalnya DSR Indonesia pada tahun 2008 = 18,8%. Ini berarti:

Dengan kata lain, untuk setiap ekspor sebesar 100% maka 18,8% digunakan untuk membayar cicilan utang pokok +bunga. Berdasarkan rumus DSR di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin rendah angka DSR suatu negara, berarti semakin baik posisinya karena semakin tinggi kemampuannya untuk membayar utang luar negerinya.

2. Sebaliknya, semakin tinggi DSR suatu negara, berarti semakin buruk posisinya karena semakin rendah kemampuannya untuk membayar utang luar negerinya. Untuk dapat memperkecil DSR suatu negara maka perlu dilakukan berbagai usaha berikut:

1. Meningkatkan ekspor.

2. Mempercepat pembayaran utang luar negeri, khususnya utang yang berbunga tinggi.

3. Mengurangi pinjaman luar negeri. Di samping DSR, indikator lain juga dapat digunakan untuk mengukur debt service capacity (DSC) antara lain Debt service to capital inflow (DSCI) yaitu menghitung atau membandingkan antara debt service dengan jumlah aliran modal masuk dari luar negeri (capital inflow).

Beberapa indikator utang Indonesia hingga akhir 2002 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2

Indikator Utang Indonesia Hingga Akhir Tahun 2002

No Rasio Kondisi

Indonesia Kondisi Normal

1Utang terhadap GDP147,5%80%

2Utang terhadap ekspor 375,3% 220%

3DSR 33,1% 20%

Jumlah utang Indonesia hingga akhir-akhir 2002 akan mencapai USD 180 miliar yang terdiri atas utang lama USD 137 miliar ditambah utang baru USD 43 miliar. BAB V

VALAS DAN MEKANISME BURSA VALAS

A. Pengertian Valas (Forex/Foreign Currency) Valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.

Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Mata uang hard currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju seperti Dollar-Amerika Serikat (USD), Yen-Jepang (JPY), Euro (EUR), Poundstering Inggris (GBP), Dollar-Australia (AUD), Franc-Swiss (SFR), dan lain-lain.

Soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara sedang berkembang seperti rupiah-Indonesia, peso-Filipina, bath-Thailand, rupee-India, dan lain-lain.

Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang pada umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya.

Makin banyak valas atau cadangan devisi yang dimiliki pemerintah atau penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transkasi ekonomi dan keuangan internasional. Cadangan devisa suatu negara biasanya dikelompokkan atas dua kelompok, yaitu:

1. Cadangan devisi resmi atau official forex reserve, yaitu cadangan devisa milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus dan ditata-usahakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia.

2. Cadangan devisa nasional atau country forex reserve, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan, atau lembaga, terutama perbankan yang secara moneter atau merupakan kekayaan nasional (termasuk milik bank umum nasional). B. Mekanisme Bursa Valas Bursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valas atau forex. Gambaran tentang terjadinya permintaan atau pembelian dan penawaran atau penjualan valas tersebut dapat dilihat pada gambar 5.1.

Tiga prinsip pokok dalam Bursa Valas adalah:

1. Pengertian Kurs Jual dan Beli selalu dilihat dari kepentingan/keuntungan pihak Bank atau Money Changer atau pedagang valas.

2. Kurs Jual selalu lebih tinggi daripada Kurs Beli atau sebaliknya Kurs Beli selau lebih rendah dari Kurs Jual.

3. Kurs Jual/Beli suatu mata uang (valas) adalah sama dengan Kurs Beli/Jual mata uang (valas) lawannya. Dengan kata lain Kurs Beli/Jual Rupiah. Dalam hal ini yang diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta yang ditetapkan atau diizinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli dan menyimpan, serta menyelenggarakan lalu-lintas pembayaran internasional atau luar negeri. Gambar 5.1

Permintaan dan Penawaran Valas

Transaksi Valas

Bila kurs jual atau selling rate yang berlaku pada waktu itu sebesar Rp 8.000/USD, untuk mendapatkan USD 10,000,-, importer A membayar rupiah sebanyak USD 10.000 x Rp 8.000/USD = Rp 80.000.000,- kepada BNI. Dari uraian mekanisme bursa valas di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bursa valas adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan transaksi internasional.

2. Menyediakan fasilitas kredit jangka pendek untuk pembayaran internasional.

3. Memberikan fasilitas hedging yaitu tindakan pengusaha atau pedagang valas untuk menghindari risiko kerugian atas fluktuasi valas atau forex rate terhadap aktivitas transaksi internasional. Kurs yang berlaku ini disebut sebagai kurs jual atau selling rate atau ask rate untuk USD, yaitu Rp 8.000 per USD yang akan sama dengan kurs beli atau buying rate atau bid rupiah, yaitu USD 1/8.000 atau USD 0.000125 per rupiah. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah bahwa penentuan kurs jual dan kurs beli akan selalu dilihat dari sisi kepentingan bank. Dalam hal Bank BNI memerlukan jumlah valas yang banyak untuk memenuhi permintaan nasabah, Bank BNi dapat menghubungi bank devisa lain atau Bank Indonesia (bank sentral) untuk membeli valas atau USD.

Dalam hal Bank BCA mempunyai terlalu banyak valas, dia dapat menjual atau menawarkannya kepada bank devisa lainnya misalnya BNI atau Bank Indonesia (Bank Sentral) untuk menjual valas atau USD.

Dalam hal ini, kurs yang berlaku disebut kurs beli atau buying rate atau bid rate untuk USD yaitu Rp 7.900 per USD, yang akan sama dengan kurs jual atau selling rate atau ask rate untuk rupiah, yaitu USD 1/7.900 per rupiah atau USD 0.000127 per rupiah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kurs Jual USD

= Kurs Beli Rp

(USD 0.000125/Rp)

(Rp 8.000/USD)

2. Kurs Jual Rp

= Kurs Beli USD

(USD 0.000127/Rp)

(Rp 7.900/Rp)

3. Kurs Jual USD

> Kurs Beli USD

(Rp 8.000/USD)

(Rp 7.900/Rp) 4. Kurs Jual Rp

> Kurs Beli Rp

(USD 0.0001125/Rp) Dalam hal ini, kurs jual suatu mata uang atau valas akan selalu lebih tinggi daripada kurs belinya. Di tinjau dari sisi bank, bank devisa selalu berusaha memperoleh keuntungan dari selisih antara penjualan dan pembelian atau yang dikenal sebagai spread. Sistem penulisan yang menyatakan harga atau nilai suatu valas yang dinyatakan dalam valas lainnya disebut sebagai forex quotation. Di bursa valas dikenal dua macam forex quotation, yaitu direct quotation.

Direct Quatation adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu negara (domestic currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk satu nilai valas (foreign currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai domestic currency di depan dan unit foreign currency di belakang.

BAB VI

MACAM-MACAM KURS DAN BURSA VALAS

(FOREX RATE & MAREKAT)

Di dalam pasar keuangan internasional atau international financial market dikenal beberapa macam pasar, yaitu:

1. Forex Market (Bursa Valas).

2. Euro Credit Market.

3. Euro Bond Market.

4. International Stock Market.

Mengenai bursa valas atau forex market, yaitu bursa atau pasar yang berkenaan dengan penawaran dan permintaan valas atau forex atau foreign currency. Bursa atau pasar valas terdiri dari:

A. Currency Spot Market

B. Currency Derivative Market:

1. Currency Forward Market.

2. Currency Future Market.

3. Currency Option Market.

Currency Derivative Market biasanya digunakan untuk dua tujuan yaitu:

1. Untuk tujuan spekulasi (mencari keuntungan).

2. Untuk tujuan Hedging (lindungan nilai).C. Euro Currency Market

A. Spot Rate dan Spot Market Spot market adalah pasa valas dimana dilakukan transaksi pembelian dan penjualan valas untuk penyerahan dalam jangka waktu dua hari. Kurs yang dipakai untuk melaksanakan transaksi spot disebut spot exchange rate atau SR atau S1. Spot rate adalah kurs valas yang berlaku untuk penyerahan 1-2 hari, tergantung jenis valasnya. Dalam perjanjian ini lazimnya penyerahan dilakukan dua hari kemudian (T + 2) dan apabila hari kemudian hari libur maka pelaksanaannya adalah pada hari kerja berikutnya. Penyerahan semacam ini biasanya terjadi antar bank, sedangkan perjanjian antara bank dengan nasabahnya dilakukan pada hari yang sama (same day settlement). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spot Rate adalah kurs yang berlaku maksimal 2 x 24 jam atau SR (T + 2) atau SR 2 x 24 jam. Daftar spot rate atau kurs valas yang berlaku di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2004 dapat dilihat pada tabel 6.1 (menurut Bank Indonesia). Tabel 6.1

Daftar Kurs Valas Tanggal 09 Agustus 2004 Bank Indonesia

Valas Kurs Beli (Notes) Kurs Jual

(Notes)Kurs Tengah (Notes)

USD9.108,009.200,009.154,00

EUR11.178,0011.297,0011.237,50

GBP16.786,0016.962,0016.874,00

JPY82,5983,4583,02

SGD5,307,005,363,005.335,00

Sumber: bi.go.id.

Keterangan :

Secara umum di Jakarta kurs beli dan kurs jual notes atau uang keras/foreign currency akan lebih tinggi dari pada travel cheque (TC). Hal ini dapat terjadi karena transaksi internasional di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan uang keras dari pada TC. Sebaliknya di luar negeri, kurs jual maupun kurs beli travel cheque/TC pada umumnya lebih tinggi daripada kurs bank notes. Hal ini terjadi karena di luar negeri transaksi penggunaan TC relatif lebih sering dan mudah dilakukan masyarakat dan memang seharusnya demikian karena transaksi dengan TC akan lebih terjamin dari pemalsuan dan adanya jaminan penggantian bila terjadi kehilangan. Cross Rate Dari daftar spot rate kurs tengah pada Tabel 6.1. di atas dapat pula dihitung spot cross rate atau kurs silang atas dasar kurs tengah yang berlaku di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2004 sebagai berikut. Spot cross rate JPY/USD untuk kurs tengah notes:

Perhitungan cross rate ini umumnya digunakan oleh para arbitrager (pedagang valas) untuk melakukan international triangular arbitrage, yaitu tindakan untuk mencari keuntungan atas perbedaan spot rate yang sedang berlaku dengan cross rate di tiga tempat bursa valas yang berbeda. B. Derivative Market

Tabel 6.2

Beberapa Perbedaan Derivative Market KarakteristikForward Market Future Market Option Market

1. Nilai kontrak

(Amount) Bebas Standardized/Lot Standardized/Lot

(1/2 Future)

2. Tgl. Kontrak

(Delivery Date) Bebas Rabu ke III setiap bulan Maret/Juni/Sept/Des * American

Option (Dapat direalisasi setiap saat selama masa kontrak masih berlaku). * European Option

(Hanya direalisir pada saat jatuh tempo/due date)

3. Market Place Dengan telepon Floor Floor

4. Security

Deposit Tidak ada, tetapi mempunyai Account Memerlukan deposit Bayar Fee/Premium

5. Jenis Transaksi * Buy/Long

Position

* Sell/Short

Position * Buy/Long Position

* Sell/Short Position * Buy/Call Option

* Sell/Put Option

6. Realisasi Wajib/Obligation Wajib/Obligation Fakultatif/Boleh tidak direalisir

7. Transaction Cost Spread Buy Sell Negociated Fee Fee Call/Put Option

1. Forward Rate dan Forward Market Forward market adalah bursa valas di mana dilakukan transaksi penjualan dan pembelian valas dengan kurs forward. Kurs forward adalah kurs yang ditetapkan sekarang pada saat ini, tetapi diberlakukan untuk waktu yang akan datang (future period) antara lebih dari 2 x 24 jam sampai dengan 1 tahun atau 12 bulan. Forward rate dan forward market timbul karena adanya ketidakpastian dan fluktuasi kurs valas. Hal ini terutama terjadi semenjak berlakunya sistem kurs mengambang (floating rate system) setelah Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971. Dekrit tersebut antara lain menyatakan bahwa nilai mata uang USD tidak dikaitkan dan dijamin lagi dengan emas.

Sebelumnya, berdasarkan persetujuan Bretton Woods tahun 19744, Sistem Moneter Internasional (SMI) didasarkan pada sistem kurs tetap atau fixed exchange rate. Dalam hal ini, USD convertible atau dapat ditukar dan dijamin sepenuhnya dengan emas dengan ketentuan USD 35 ekuvalen dengan 1 troy once emas. Dewasa ini, negara-negara industri menganut sistem kurs mengambang (floating rate system), seperti Inggris, Jerman, Jepang, Prancis, dan lain-lain. Kurs forward mata uang ini biasanya dimuat dalam Wall Sreet Journal. Semenjak diberlakukannya sistem kurs mengambang tersebut, banyak perusahaan dan perbankan, termasuk badan usaha pemerintah, menggunakan forward market untuk mengadakan forward contract. Hal itu bertujuan melindungi transaksi perdagangan dan keuangan internasional dari risiko kerugian dan dari para pedagang valas yang melakukan spekulasi untuk tujuan mencari keuntungan dari fluktuasi forward rate. a. Forward Market untuk Hedging

Ilustrasi dari forward contract ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Suatu perusahaan Indonesia memerlukan dana untuk membayar kontrak pembelian bahan baku dari USA senilai USD 1.000.000,00 dalam jangka waktu 120 hari atau 4 bulan. Spot rate jual pada saat ini, tanggal 09 Agustus 2004 adalah . Karena fluktuasi kurs yang tidak menentu, dimana diperkirakan USD akan apresiasi terhadap rupiah menjadi , maka pimpinan perusahaan melakukan forward contract dengan bank atau forex dealer dengan kurs forward untuk 120 hari. Pada waktu jatuh tempo pada tanggal 08 Desember 2004 (setelah 120 hari), pimpinan perusahaan akan mendapat kepastian memperoleh dana sebesar USD 1,000,000,00 dengan membayar sebesar USD 1.000.000,00 x = Rp 9.300.000.000,-.

Pembayaran ini dilakukan dengan forward premium sebesar:

Perhitungan forward premium/discount ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Bila FR > SR ( (+) (Forward Premium

Bila FR < SR ( (-) ( Forward Discount Keterangan:

FR = Forward rate

SR = Spot rate n = Hari untuk 360/n, atau

n = Bulan untuk 12/n Berdasarkan rumus di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bila FR > SR atau valas yang di forward contract kan mengalami apresiasi, perhitungan dengan rumus di atas akan menghasilkan bilangan positif yang berarti bahwa forward contract valas tersebut dilakukan dengan forward premium.

2. Bila FR < SR atau valas yang di forward contract kan mengalami depresiasi, perhitungan dengan rumus di atas akan menghasilkan bilangan negatif yang berarti bahwa forward contract valas tersebut dilakukan dengan forward discount. Perhitungan forward premium dan forward discount ini diperlukan bagi para pengusaha atau pedagang valas untuk mengantisipasi risiko kerugian atau spekulasi memperoleh keuntungan dengan membandingkannya dengan tingkat bunga atau risiko yang harus ditanggung jika tidak melakukan forward contract. Perhitungan forward premium dan forward discount ini diperlukan bagi para pengusaha atau pedagang valas untuk mengantisipasi risiko kerugian atau spekulasi memperoleh keuntungan dengan membandingkannya dengan tingkat bunga atau risiko yang harus ditanggung jika tidak melakukan forward contract. 1. Forex Quotation

Sistem penulisan yang menyatakan harga atau nilai suatu valas yang dinyatakan dalam valas lainnya disebut sebagai forex quotation. Di bursa valas dikenal dua macam forex quotation, yaitu direct quotation dan indirect quotation.

2. Direct Quotation

Adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu negara (domestic currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk satu nilai valas (foreign currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai domestic currency di depan dan unit foreign currency di belakang.

Contoh:

Di Indonesia

Rp 9.000

= USD 1

Di Amerika Serikat USD 0.0001111= Rp 1

3. Indirect Quotation

Adalah sistem yang menyatakan nilai valas (foreign currency) yang diperlukan atau di peroleh untuk satu unit domestic currency. Sistem penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai foreign currency di depan dan unit domestic currency di belakang.

Contoh:

Di Indonesia

USD 0.0001111 = Rp 1

Di Amerika Serikat Rp 9.000

= USD 1

4. Forward market Adalah bursa valas dimana dilakukan transaksi penjualan dan pembelian valas dengan kurs forward. 5. Kurs Forward

Adalah kurs yang ditetapkan sekarang atau pada saat ini, tetapi berlaku untuk waktu yang akan datang (future period) antara 2 x 24 jam lebih sampai dengan 1 tahun atau 12 bulan (2 x 24 jam < FR 360 hari).

Forward Quotation

1. Outright Rate

Adalah actual price quotations by commercial customers.

Swap Rate

Adalah forward differential for inter bank/dealers quote as a discount from or premium on spot rate. Swap rate dapat dikonversikan menjadi outright rate dengan cara: 1. Menambah premium (point) pada swap rate, atau

2. Mengurangi discount (point) pada swap rate. Sekalipun swap rate tidak memiliki tanda positif atau negatif, namun dapat ditetapkan apakah forward rate mendapat discount atau preimium berdasarkan ketentuan atau aturan, sebagai berikut:

1. Bila forward bid rate point lebih kecil daripada ask rate point, maka forward rate mendapat premium dan nilai point harus ditambahkan terhadap spot rate untuk mendapatkan / menghitung outright quote.

2. Sebaliknya bila bid rate point lebih besar daripada ask rate point, maka forward rate mendapat discount dan nilai point harus dikurangi dari spot rate untuk mendapatkan/menghitung outright quote.Contoh Perhitungan Spot Rate FR 30 hari FR 90 hari FR 180 hari

GBP: $2.0015 30 19 17 26 22 42 35

CHF :$0.6963 68 9 14 25 38

Berdasarkan data dan dengan menggunakan kedua aturan di atas maka dapat dihitung Outright Quote, sebagai berikut: GBPCHF

SPREADSPREAD

MaturityBIDASK%BIDASK%

Spot2.0015$2.00300.075$0.6963$0.69680.720

FR 30 hari 1.9996$2.00130.085$0.6967$0.69740.100

FR 90 hari 1.9989$2.00080.095$0.6972$0.69820.143

FR 180 hari 1.9973$1.99950.110$0.6988$0.70060.257

Formula Menghitung Forward Point untuk Menentukan Forward Pricing

Formula 1

A = Base currency interest rate = USD B = Counter currency interest rate = SGD

SR = Spot rate

T= Time in days = 90 hari

DB = Day basis for the year = 360 hari

Contoh

Bunga deposito 3 bulan : USD = 5.5% dan SGD = 3.5%.

Kurs tengah SR = SGD 1.5350/USD.

Dengan demikian, karena bunga deposito USD lebih besar daripada SGD maka permintaan spot USD meningkat. Akan tetapi setelah 3 bulan atau saat jatuh tempo forward rate USD akan mengalami depresiasi menjadi:

= 1.5350 0.0076 = SGD 1.5274/USD Formula 2

Contoh: Deposito 3 bulan: USD = 5.5% dan SGD = 3.5%.

Kurs tengah SR = SGD 1.5350/USD.

Dengan demikian, karena bunga deposito USD lebih besar daripada SGD maka permintaan spot USD meningkat. Akan tetapi setelah 3 bulan atau saat jatuh tempo forward rate USD akan mengalami depresiasi menjadi:

= 1.5350 0.0077 = SGD 1.5273/USD

Kebijaksanaan pengusaha untuk melakukan forward contract ini merupakan salah satu cara hedging, yaitu tindakan pengusaha untuk menghindari risiko kerugian sebagai akibat fluktuasi kurs valas atau forex fate. b. Forward Market untuk Spekulasi Sebagai ilustrasi dari penggunaan Forward Market untuk tujuan spekulasi dapat dilihat dari contoh dibawah ini.

Misalkan data dan informasi dari suatu bank devisa di Jakarta sebagai berikut.

Spot Rate (SR) = Rp 9000/USD dan Forward Rate (FR) 90 hari = Rp 9.100/USD. Tetapi seorang speculator mencoba mencari informasi lain tentang kemungkinan realisasi Future Spot Rate (FSR) dengan kemungkinan harapan atau Expected Probability sebagai berikut.

No FBR Probability Expected Value FSR

1.9.05010% 905

2.9.10020%1.820

3.9.15060%5.490

4.9.20010% 920

9.135

Berdasarkan perbandingan data diatas, dapat dilihat bahwa FSR > FR. Dengan demikian, bila spekulator ingin mendapatkan keuntungan maka akan dilakukan forward contract beli atau take a long position. Dalam hal ini speculator akan mendapat keuntungan sebesar Rp 35/USD dari kontrak beli dengan FR Rp 9.100/USD dan kemudian menjual kepasar dengan harga FSR Rp 9.135/USD. Langkah speculator untuk mencari keuntungan diatas dapat digambarkan dengan Grafik 6.1 dan Grafik 6.2 di bawah ini.

Grafik 6.1

Spekulasi Long Position Forward Contract

Dari uraian langkah spekulasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang spekulator akan berusaha untuk mencari keuntungan dengan langkah sebagai berikut:

1. Bila diperkirakan FSR > FR, maka speculator akan melakukan kontrak Long Position atau kontrak beli untuk mendapatkan keuntungan sebesar Rp 35/USD (membeli USD di kontrak dengan harga FR=Rp 9.100/USD dan menjualnya di pasar dengan harga pasar FSR=Rp9.035/USD.

2. Tetapi, sebaliknya bila ramalan Expected Value-nya ternyata salah atau meleset misalnya FSR 0 (positif), sehingga forex akan apresiasi. Apresiasi forex ini akan menaikkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari luar negeri.

2. Sebaliknya bila ih < if, maka ef < 0 (negatif), sehingga forex foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari investasi luar negeri. D. Rules of Thumb Untuk menentukan pilihan dalam investasi uang apa yang akan dilakukan currency investment yang lebih menguntungkan maka dapat dilakukan dengan menggunakan rules of thumb atau aturan yang lebih baik dengan membandingkan selisih tingkat bunga (ih if) dengan tingkat perubahan atau fluktuasi.

E. Kondisi Keseimbangan Internasional (International Parity Condition)

Sejak berlakunya sistem nilai tukar mengambang atau floating rate system, maka tidak ada satu pun dari ketiga teori keuangan internasional di atas (IRP/PPP/dan IFE) yang dapat digunakan untuk meramalkan atau mem-forecast valas atau forex rate dalam setiap kondisi. Namun, masih tetap terdapat suatu dasar hubungan ekonomi tertentu (certain basic economic relation) yang disebut sebagai parity conditions yang dapat membantu untuk menerangkan perubahan atau pergerakan kurs valas atau forex fluctuation or movement. F. Korelasi Pergerakan atau Fluktuasi Kurs Valas dengan Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Rill Serta Suku Bunga Nominal di Suatu Negara Berdasarkan teori Fischer (i= r + 1), maka dapat diturunkan rumus untuk menghitung tingkat bunga riil sebagai berikut.

Rr (x) = Rn (x) {I (x) + Pr (x) + F (x)} Keterangan:

Rr (x) = Tingkat bunga riil di negara x

Rn (x) = Tingkat bunga nominal di x

I (x) = Tingkat inflasi di x

Pr (x) = Premium risiko di x

F (x) = Premium faktor lain di x Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dijelaskan hal-hal berikut:

1. Bila pada kondisi awal di Indonesia diperoleh data sebagai berikut:

Suku bunga SBI = 70%, inflasi = 50%, Pr =15%, dan F==0%.

Maka Rr = 70% - (50% + 15% + 0%) = 5%.

2. Bila suku bunga SBI turun menjadi 40%, inflasi turun menjadi 15%, dan Pr = 15%, maka Rr = 40% - (15% + 15% + 0%) = 10%. 3. Sebaliknya, bila suku bunga SBI = 50%, tingkat inflasi=50% (tetap tinggi), dan Pr = 15%, maka Rr=50% - (50% + 15% + 0%) = -15% (negative). Akibatnya, nilai rupiah akan turun atau depresiasi. Kesimpulan:

1. Pergerakan atau fluktuasi kurs mempunyai hubungan positif dengan suku bunga riil. Artinya, bila suku bunga riil di x naik, maka kurs mata uang x akan naik dan demikian pula sebaliknya.

2. Perbedaan suku bunga nominal di antara dua negara atau mata uang belum tentu mencerminkan perbedaan suku bunga riil.

BAB IXMEKANISME PERDAGANGAN VALAS

(FOREX TRADE MECHANISM)

A. Timbulnya Perdagangan Valas (Forex Trade) Dalam era globalisasi saat ini terdapat kecenderungan integrasi ekonomi regional, seperti AFTA, NAFTA, LAFTA, CEE, CACM, APEC dan sebagainya, yang bertujuan terutama untuk meningkatkan arus perdagangan dan investasi antarnegara anggota. Secara teoritis, integrasi tersebut biasanya melalui beberapa tahapan, yaitu PTA (prefential trade agreement), FTA (Free Trade Area), CU (Customs Union), CM (Common Market), EU (Economic Union), dan terakhir MU (Monetary Union). Timbulnya perdagangan valas yang dikenal sebagai international arbitrage, yaitu perdagangan valas yang sudah dianggap sebagai suatu komoditas, untuk mencari keuntungan dari perbedaan forex rate quotation dari berbagai tempat atau bursa valas. Perdagangan valas yang sering disebut sebagai international arbitrage diartikan sebagai usaha kapitalisasi atas perbedaan quoted price atau kurs jual dan kurs beli valas di berbagai bursa valas.

Perdagangan atau arbitrage seperti yang diilustrasikan di atas juga terjadi terhadap valas atau forex di pasar uang internasional yang biasanya dikenal dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Locational Arbitrage.

2. International Triangular Arbitrage (ITA).

3. Covered Interest Arbitrage (CIA). B. Arbitrage

1. Locational Arbitrage Perdagangan valas atau arbitrage dapat terjadi bila ada perbedaan kurs jual dan beli antar bank atau antar money changer. Perbedaan itu akan member peluang kepada arbitrageur (pedagang valas) untuk mencari keuntungan dari selisih kurs jual dan kurs beli dari bank yang berbeda. Perbedaan kurs jual dan kurs beli dari beberapa bank pada lokasi atau kota yang sama dapat terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan yang dihadapinya. 2. International Triangular Arbitrage (ITA) International Triangular arbitrage ini adalah jenis arbitrage atau perdagangan valas yang dilakukan oleh para arbitrage dengan membandingkan cross exchange rate antara tiga lokasi atau tempat yang berbeda. Hampir sama halnya dengan locational arbitrage, international triangular arbitrage ini juga harus dilakukan secara cepat. Oleh karena itu, biasanya hanya dapat dilakukan oleh para arbitrager atau forex dealer yang mempunyai terminal computer yang mempunyai link atau dapat akses ke berbagai bursa valas internasional. Ternyata terdapat perbedaan antara cross rate menurut perhitungan (1.50 x 0.71 = 1.065) dengan cross rate yang terdapat di pasar (1.10). Adanya perbedaan ini merupakan indikator bagi investor untuk mendapat keuntungan dengan melakukan international triangular arbitrage sebagai berikut:

1. Sebagai langkah pertama dengan modal awal EUR 100,000,- di Paris, investor meminta kepada forex dealer-nya untuk membeli USD dengan kurs, sehingga dia akan mendapatkan USD. 110,000.00. 2. Kemudian, USD 110,000.00 ditransfer ke New York untuk membeli GBP dengan kurs, sehingga investor akan mendapatkan GBP73,700.00.

3. Selanjutnya, GBP 73.700.00 ditransfer ke London untuk membeli EUR dengan kurs sehingga investor mendapatkan EUR103,917.00.

4. Dari mutasi transaksi di atas ternyata dengan modal EUR100,000.00 yang dimulai dari Paris, akhirnya investor mendapatkan hasil sebesar EUR103,917.00. Dengan demikian, berarti investor itu mendapat keuntungan kotor EUR3,917.00 sebelum dipotong komisi dan biaya transfer dalam waktu yang relatif sangat singkat. Peluang mendapat keuntungan melalui mekanisme international triangular arbitrage ini hanya bersifat sementara dan harus dilakukan secara cepat selama masih terdapat perbedaan dalam perhitungan cross rate dari tiga valas. Sifat eksistensi sementara menyebabkan mekanisme international triangular arbitrage ini akan membawa dampak realignment atau keseimbangan cross rate kepada tingkat yang seharusnya atau appropriate. 3. Covered Interest Arbitrage (CIA) CIA dilakukan dengan jalan menginvestasi dana dalam sekuritas luar negeri karena terdapat perbedaan selisih tingkat bunga dengan perubahan kurs valas atau tingkat premium/discount. BAB X

FOREX EXPOSURE DAN MANAJEMEN RISIKO

DENGAN REKAYASA FINANSIAL

A. Forex Exposure (FE) Forex exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang melakukan transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kasnya (cash flow-nya) akan terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas.

Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap perusahaan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:

1. Transaction Exposure (TE) Transaction exposure diartikan sebagai risiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap future cash transaction. Pengukuran risiko ini dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan perkiraan netto dari inflow dan outflow dalam setiap valas.

b. Menentukan tingkat risiko atau exposure dari seluruh valas. 2. Economic/Operating Exposure (E/OE) Economic exposure diartikan sebagai suatu pengaruh dari fluktuasi forex rate atau kurs valas terhadap present value dari future cash flow suatu perusahaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa transaction exposure merupakan bagian dari economic exposure.

3. Transiation/Accounting Exposure (T/AE)

Translation/accounting exposure diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial stamtement perusahaan. Besar atau kecilnya pengaruh transiation/accounting exposure terhadap perusahaan internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:

a. Tingkat/kadar pengaruh subsidiary luar negeri. b. Lokasi foreign subsidiary berada.

c. Metode akuntansi yang digunakan. B. Manajemen Transaction Exposure 1. Langkah-langkah Transaction Exposure Perusahaan yang memiliki cash flows (inflow/outflow) valas yang relatif besar, biasanya akan mempunyai risiko yang relatif tinggi pula terhadap fluktuasi kurs valas. Hal ini mendorong perusahaan melakukan pengendalian atau manajemen transaction exposure guna menghindari atau menguranginya dengan melakukan hedging, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengindari atau mengurangi risiko kerugian sebagai akibat fluktuasi kurs valas dengan melakukan Rekayasa financial. Dalam melakukan pengendalian atas transaction exposure perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi tingkat transaction exposureJika suatu perusahaan mempunyai beberapa subsidiary di beberapa negara atau mempunyai transaksi dalam beberapa valas, maka harus dicari terlebih dahulu net transaction exposure atau suatu konsolidasi dari seluruh inflow dan outflow untuk setiap valas dalam suatu periode.

b. Menentukan perlu atau tidaknya hedging Untuk menentukan apakah perlu dilakukan hedging atau tidak atas receivable atau payable dalam suatu valas, yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi kurs (apresiasi/depresiasi) valas tersebut.

c. Apakah seluruh atau bagian exposure harus di hedgingUntuk perusahaan yang mempunyai receivable dan payable atau faktur atau invoice pembelian dan penjualan dalam valas yang sama, hedging cukup dilakukan atas selisihnya saja. 2. Teknik Hedging Transaction Exposure Hedging Short Term dengan Rekayasa Finansial (Financial Engeenering) Setiap perusahaan yang akan melakukan hedging terhadap seluruh atau sebagian dari transaksi atau cash flow internationalnya dapat memilih alternatif dari beberapa teknik hedging di bawah ini yang paling sesuai kepentingan perusahaannya:

a. Natural Hedging

Cara melakukan antara lain:

1. Transaksi ekspor (A/R) dan Impor (A/P) dilakukan dalam mata uang atau currency yang sama.

2. Menghitung netto X-M untuk melakukan hedging.

3. Transaksi ekspor (A/R) diusahakan dalam hard currency.

4. Transaksi impor (A/P) diusahakan dalam soft currency.

5. Diusahakan pembayaran A/P dalam hard currency dipercepat (leading).

6. Diusahakan pembayaran A/P dalam soft currency diperlambat (lagging).

7. Diusahakan penerimaan A/R dalam hard currency diperlambat.

8. Diusahakan penerimaan A/R dalam soft currency dipercepat (leading).

b. Money market hedging Setiap perusahaan pada dasarnya dapat melakukan rekayasa finansial (financial engeenering) melalui money market atau pasar uang untuk melindungi transaction exposure-nya dengan cara sebagai berikut.

1. Menggunakan uang tunai (cash) yang dimiliki sendiri.

2. Meminjam dalam domestic currency, menukarkan dan menginvestasikannya untuk jangka pendek dalam valas yang dibutuhkan.

c. Forward contract hedging

Teknik hedging dengan menggunakan forward contract ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau MNC untuk melindungi receivable atau payable-nya yang relatif besar terhadap risiko fluktuasi valas.

Dengan menggunakan teknik hedging forward contract ini perusahaan tersebut akan terhindar dari risiko fluktuasi JPY, terutama jika JPY apresiasi sehingga future spot rate dari JPY/USD menjadi lebih tinggi daripada JPY100/USD, misalnya menjadi JPY95/USD.

Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai receivable yang relatif besar dalam valas yang diperkirakan akan mengalami depresiasi/perusahaan dapat juga melakukan hedging atas receivable-nya untuk menghindari risiko kerugian terhadap fluktuasi (depresiasi) kurs valas. Untuk menentukan apakah terhadap suatu receivable atau payable harus dilakukan hedging atau tidak, dapat digunakan formula sebagai berikut.

1) Hedging payable

RCHp = NCHp NCp

RCHP = Real cost of hedging payable

NCHp = Nominal cost hedging payable

NCp = Nominal cost payable without hedging.

Bila RCHp hasilnya negatif karena NCHp < NCp, ini berarti melakukan hedging akan lebih menguntungkan daripada tidak melakukan hedging. Sebaliknya, bila RCHp hasilnya positif karena NCHp > NCp, ini berarti melakukan hedging akan lebih merugikan daripada tidak melakukan hedging.

2) Hedging receivable

RCHr = NCHr NCr

RCHr = Real cost of hedging receivable

NCHr= Nominal cost of hedging receivable

NCr = Nominal cost without hedging

Bila RCHr hasilnya negatif karena NCHr < NCr, ini berarti melakukan hedging akan lebih merugikan daripada tidak melakukan hedging. Sebaliknya, bila RCHr hasilnya positif karena NCHr > NCr, ini berarti melakukan hedging akan lebih menguntungkan daripada tidak melakukan hedging.

3) Long Term Forward Contract Khususnya dilakukan oleh perusahaan yang ingin memastikan/menetapkan fixed price exporting atau importing contract untuk jangka panjang (lima tahun) dan ingin melindungi cash flow-nya dari fluktuasi valas. Biasanya long-term forward contract itu hanya diberikan oleh bank kepada customer yang memiliki creditworthiness tinggi. d. Futures contract hedging Yaitu salah satu bentuk bursa valas, yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan hedging transaction exposure. Future contract hedging ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk melindungi atau melakukan hedging untuk nilai transaksi yang relatif lebih kecil dan sesuai dengan sifat futures market. Perusahaan yang memiliki future payable ataupun future receivable dalam valas tertentu dapat melindunginya dengan menggunakan futures contract hedging sehingga perusahaan mempunyai suatu kepastian tentang jumlah yang akan dibayar atau diterima dalam nilai domeistic currency.

Futures contract hedging ini dalam hal tertentu dapat juga merugikan perusahaan, misalnya dalam hal future spot rate pada saat futures contract hedging jatuh tempo ternyata lebih rendah atau lebih tinggi daripada future contract rate-nya.

e. Option contract hedging Merupakan suatu sistem kontrak yang ideal dalam arti dapat dibatalkan atau tidak direalisasi apabila fluktuasi kurs valas akan menimbulkan efek yang lebih merugikan bagi perusahaan. Dengan kata lain, untuk option contract hedging, perusahaan mempunyai alternatif untuk merealisasi atau membatalkan kontraknya sesuai dengan perkembangan realisasi kurs valas yang telah diantisipasi sebelumnya.

f. Swap Hedging 1) Currency swap

Merupakan salah satu teknik hedging longterm transaction exposure untuk menghindari risiko fluktuasi valas. 2) Paralel loan Adalah pertukaran valas antara dua pihak dengan kesepatan untuk menukarkan kembali kedua valas tersebut dengan kurs atau rate tertentu untuk waktu tertentu pula di waktu yang akan datang. Teknik hedging ini sesungguhnya terdiri dari dua swap contract, yaitu swap pertama pada saat permulaan dan swap kedua pada saat yang akan datang.

g. Range Agreement Adalah salah satu cara untuk menghindari terjadi kegagalan atau pembatalan bisnis internasional sebagai akibat fluktuasi kurs valas yang sangat tinggi (Czinkota, Michael R. Et al. 1994).

Secara teoritis range agreement dapat dibagi atas tiga zone yaitu:

1. Neutral zone

Apabila kurs $ pada saat jatuh tempo setelah 90 hari berada diantara nilai ($.9000 + 5%) misalnya Rp 9200/$ dan ($.900 5%) misalnya Rp 8700/$ maka kurs yang akan diberlakukan untuk pelunasan transaksi adalah tetap Rp 9000/$

2. Sharing zone

Apabila kurs $ pada saat jatuh tempo setelah 90 hari berada diantara nilai ($.9000 + 5%) dan ($.9000 + 10%), misalnya Rp 9700/$, maka kurs yang diberlakukan adalah:

3. Renegociation zone Apabila kurs $ pada saat jatuh tempo setelah 90 hari berada diatas nilai ($.9000 +10%) misalnya Rp 10.200 atau dibawah nilai ($.9000 10%) misalnya Rp 7.800/$, maka dilakukan renegosiasi kembali untuk menetapkan kurs yang akan diberlakukan untuk transaksi tersebut.

C. Manajemen Economic dan Translation Exposure 1. Manajemen Economic/Operating Exposure Untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam arti meningkatkan penerimaan, perlu diupayakan tindakan berikut. a. Mengusahakan agar setiap apresiasi valas memberikan pengaruh kepada tingkat kenaikan penerimaan yang lebih besar daripada tingkat kenaikan pengeluaran;

b. Mengusahakan agar setiap depresiasi valas membawa pengaruh kepada tingkat penurunan pengeluaran yang lebih besar daripada tingkat penurunan penerimaan.

Untuk melaksanakan usaha tersebut, perlu dilakukan revisi atau restrukturisasi operasi perusahaan, terutama yang mempunyai pengaruh besar terhadap economic/operating exposure. Untuk dapat menentukan bagaimana revisi atau restrukturisasi operasi yang akan dilakukan yang perlu dipertimbangkan beberapa pertanyaan sebagai berikut.

1. Haruskah perusahaan menambah atau mengurangi penjualan ke pasar sasaran baru atau pasar yang sudah ada?.

2. Haruskah perusahaan menambah atau mengurangi ketergantungannya pada supplier luar negeri?.

3. Haruskah perusahaan mengadakan atau menghilangkan fasilitas produksi di pasar luar negeri?.

4. Haruskah perusahaan menambah atau mengurangi tingkat utangnya dalam valas.

Keempat pertanyaan di tas akan mencerminkan suatu efek pada bagian yang berbeda dari income statement perusahaan, yaitu ada yang berpengaruh terhadap foreign cash inflow dan ada pula yang berpengaruh terhadap foreign cash outflow. 2. Managing translation/accounting exposure Translation exposure merupakan hasil dari translasi data finansial valas dari subsidiary ke dalam home currency dari consolidated financial statement pada MNC-Parent. Karena cash flows dalam translation exposure ini tidak terpengaruh, ada pendapat yang mengatakan bahwa transaction accounting exposure tidak perlu dilindungi atau dikurangi. Akan tetapi, sebagaian perusahaan masih berkepentingan dengan translation exposure karena potensi dampaknya terhadap consolidated earning perusahaan. Untuk mengurangi translation exposure, suatu perusahaan dapat menggunakan teknik yang sama seperti yang digunakan untuk meng-cover transaction exposure.

BAB XIPENGERTIAN MEKANISME CURRENCY DAN INTEREST RATE SWAP A. Currency Swap Secara umum swap diartikan sebagai suatu kontrak transaksi pembelian atau penjualan valas dengan spot rate yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan forward rate (J.O. Grabbe, 1996:313). Contoh simple currency swap

Seorang pengusaha Indonesia mendapat pinjaman sebanyak USD100,000 untuk jangka waktu 180 hari. Kemudian pinjaman tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan spot rate

Untuk menghindari risiko kerugian atau melindungi open position utangnya selama 180 hari, yaitu pembayaran utang yang akan lebih besar dalam nilai rupiah jika USD apresiasi, maka pengusaha dapat melakukan transaksi swap. Maksudnya adalah pada saat bersamaan melakukan pula pembelian USD dengan forward rate, misalnya dengan kurs Rp 8.100/USD. Dengan melakukan swap ini, pengusaha akan terhindar dari risiko kerugian dari fluktuasi (apresiasi) kurs valas USD yang memungkinkan lebih tinggi daripada forward rate . Berdasarkan kondisi pasar antarbank dan sesuai dengan tujuannya, currency swap dapat dibagi beberapa tipe, yaitu sebagai berikut:

1. Long Term Forward Contract

Tipe long term forward contract ini tidak berbeda dengan forex forward market yang biasa dilakukan pada interbank market. Akan tetapi, karena pada interbank market tersebut terdapat valas atau maturity tertentu yang jarang ditransaksikan, timbul barter transaksi yang dikenal sebagai long-term forward contract.

Bila terdapat dua perusahaan atau institusi yang saling membutuhkan, dapat dilakukan currency swap dalam bentuk long-term forward contract berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak tentang jangka waktu dan harga pertukaran kedua valas. Kesepatan ini juga dapat dilakukan dengan perantaraan broker. Dalam hal ini brokerlah yang mempertemukan kepentingan kedua belah pihak.

2. Straight currency swap

Straight currency swap adalah semacam currency swap dalam bentuk pertukaran dua valas pada current rate dengan persetujuan bahwa akan dipertukarkan kembali dengan exchange rate yang sama dan pada tanggal tertentu di waktu yang akan datang. Masing-masing pihak akan membayar bunga sesuai dengan jangka waktunya. Bila misalnya tingkat bunga valas A lebih tinggi daripada valas B, pihak yang menerima valas A akan membayar selisih tingkat bunga tersebut kepada pihak yang menerima valas B.

3. Back to Back Parallel Loans

Currency swap ini biasanya dilakukan oleh dua perusahaan dari dua negara yang masing-masing mempunyai subsidiary di kedua negara tersebut.

B. Interest Rate Swap

Interest rate swap adalah currency swap dari sejumlah mata uang atau valas yang sama, tetapi yang satu dengan tingkat bunga yang tetap (fixed), sedangkan yang satu lagi dengan tingkat bunga mengambang (floating).

Cross currency interest rate swap adalah currency swap dari sejumlah mata uang atau valas yang berbeda, yakni pembayaran satu valas bersifat tetap (fixed) sedangkan pembayaran valas yang satu lagi bersifat variable. Secara umum, motif ekonomi dari currency swap ini dapat berupa:

1. Risk sharing (pembagian risiko).

2. Arbitrage (sepanjang tidak terdapat IRP).

BAB XIIINTERNATIONAL CAPITAL BUDGETING DAN FOREIGN DIRECT INVESMENT

A. International Capital Budgeting Motivasi foreign direct international diversification investment terdiri dari: 1. Menarik sumber permintaan baru.

2. Memasuki pasar yang menguntungkan.

3. Mengekspoitasi keunggulan pembatasan perdagangan.

4. Sebagai reaksi terhadap pembatasan perdagangan.

5. Diversifikasi resiko secara internasional.

6. Memanfaatkan skala ekonomi.

7. Menggunakan faktor produksi luar negeri yang menguntungkan. Seperti: raw material, teknologi atau SDM.

8. Sebagai reaksi terhadap pergerakan nilai tukar. Suatu perusahaan yang akan melakukan investasi di luar negeri (foreign investment) biasanya selalu melakukan analisis international (capital budgeting dengan membandingkan dua pendekatan (approach) untuk menentukan kelayakan investasinya dengan cara sebagai berikut: 1. Pendekatan mata uang domestic (home currency approach).

2. Pendekatan mata uang luar negeri (foreign currency approach). Dalam hal ini beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di luar negeri antara lain:

1. Nilai investasi awal (initial investment).

2. Usia proyek.

3. Arus cash flow per tahun yang diharapkan.

4. Risk free rate di dalam dan luar negeri.

5. Required return yang diperlukan.

6. Nilai tukar atau current exchange rate. Capital Budgeting Criteria Kriteria-kriteria capital budgeting terdiri dari : 1.a. Payback period / periode pengembalian adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan

Kriteria invesasi awal (initial investment).

- Proyek dapat diterima bila periode pengembalian maximum periode pengembalian sesuai usia proyek.

-Proyek ditolak bila periode pengembalian > maximum.

-Periode pengembalian sesuai usia proyek.

Keuntungan / Advantages

-Menggunakan arus kas.

-Relatif mudah dihitung dan dimengerti.

-Dapat digunakan sebagai alat ukur keuangan yang cepat.

Kerugian/Disadvantage

-Mengabaikan arti waktu nilai uang (time value of money).

-Mengabaikan arus kas yang terjadi setelah periode pengembalian.

-Penentuan maksimum periode pengembalian yang dapat diterima secara arbitrary.

1.b.discounted payback period adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal (initial investment) dengan cara memperhitungkan discounted net cash flows.

Kriteria

Proyek dapat diterima bila periode pengembalian discounted maximum periode pengembalian discounted sesuai usia proyek.

Proyek ditolak bila periode pengembalian discounted > maximum periode pengembalian discounted sesuai usia proyek.

Keuntungan/Adventages

Menggunakan arus kas.

Relatif mudah dihitung dan dimengerti.

Menggunakan nilai waktu dari uang.

Kerugian / Disadvantage

Mengabaikan arti waktu nilai uang (time value of money).

Penentuan maksimum periode pengembalian yang dapat diterima secara arbitrary. 2.Net present value atau Nilai bersih sekarang adalah nilai sekarang dari arus kas tahunan dikurangi investasi awal sehingga NPV menjadi positif (NPV 0).

Dimana:

ACFt= the annual after-tax cash flow in time period t (this can take on either positive or negative values).

k =rate of return or the cost of capital.

IO =the initial cash outlay.

n = the projects expected life.

Kriteria

- Proyek investasi layak diterima bila NPV 0.0

-Proyek investasi tidak layak diterima bila NPV < 0.0

Keuntungan

Menggunakan arus kas.

Menggunakan nilai waktu dari uang.

Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Kerugian/Disadvantage Memerlukan rincian perkiraan jangka panjang dari arus kas proyek. 3.Profitability index/index keuntungan adalah ratio nilai sekarang dari arus kas net terhadap investasi awal.

Keuntungan/Advantages

Menggunakan arus kas.

Menggunakan nilai waktu dari uang.

Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. 4.a.Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal adalah tingkat discount yang menyamakan nilai sekarang dari nilai arus kas yang akan datang dengan investasi awal.

Dimana IRR = the projects internal rate of return

Kriteria

- Proyek layak diterima bila IRRTingkat pengembalian yang disyaratkan.

-Proyek layak tidak diterima bila IRR < Tingkat pengembalian yang disyaratkan.

Keuntungan/Advantages

- Menggunakan arus kas.

-Menggunakan nilai waktu dari uang.

-Pada umumnya konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Kerugian/Disadvantage

-Memerlukan rincian perkiraan jangka panjang dari arus kas proyek.

-Kemungkinan terjadinya IIR multiple.

-Mengasumsikan arus kas selama usia proyek di reinvestasikan. 4.b.Modified Internal Rate of Return (MIRR)

The discount rate that equates the present value of the projects cash with the present value of projects terminal value (tingkat diskon yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas keluar atau cash outflow dengan nilai sekarang dari nilai akhir proyek atau projects terminal value).

Di mana:

ACOFt = Arus kas keluar tahunan setelah dipotong pajak selama periode t.

ACIFt= Arus kas masuk tahunan selama periode t

TV=Nilai akhir kumulasi (compounded) yang diperlukan sesuai dengan tingkat pengembalian yang diperlukan pada akhir proyek.

Kriteria

Proyek dapat diterima bilan MIRR tingkat pengembalian yang diperlukan.

Proyek ditolak bila MIRR < tingkat pengembalian yang diperlukan. Keuntungan/Advantages Menggunakan arus kas.

Menggunakan nilai waktu dari uang.

Pada umumnya konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Kerugian/Disadvantage Memerlukan rincian perkiraan jangka panjang dari arus kas proyek. Perbedaan dan Hubungan Antara Capital Budgeting dengan Cost of Capital Perbedaan Capital Budgeting dengan Cost of Capital No Capital Budgeting Cost of Capital

1.Aspek expenditure Aspek financing

2.Anggaran pengeluaran Sumber pembiayaan

3.Direct investment Indirect investment

4.Internal rate of return Required return

Hubungan Antara Capital Budgeting dengan Cost Of Capital:

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa suatu investasi dapat dianggap layak bila kriteria Capital Budgeting yang ditentukan dengan Internal Rate of Return (IRR) harus lebih besar atau minimal sama kriteria dan Cost of Capital yang ditentukan dengan Required Return (RR) atau dengan rumus sebagai berikut:

IRR RR B. Analisis Pengaruh Fluktuasi Kurs Valas Terhadap Foreign Direct Investment

1. Menggunakan perhitungan PP (Payback Period).2. Menggunakan perhitungan NPV (Net Present Value). BAB XIII

INTERNATIONAL COST OF CAPITAL

DAN FOREIGN INVESTMENT A. International Portofolio Investment

Seorang investor untuk mencari keuntungan dapat melakukan pembelian stock atau foreign equities dengan jalan sebagai berikut.

1. Membeli foreign stock di luar negeri.

2. Membeli foreign stock yang di perdagangkan di dalam negeri.

3. Membeli shares dari mutual fund internasional seperti yang dilakukan para investor di USA dengan kategori sebagai berikut.

a. Global funds yaitu investasi di seluruh dunia, termasuk USA.

b. International funds yaitu investasi hanya di luar USA.

c. Regional funds yaitu investasi di wilayah regional tertentu misalnya Eropa dan Asia.

d. Single Country Funds yaitu investasi disuatu negara tertentu.

Total Return dari Foreign Portofolio Investmen pada dasarnya terdiri dari tiga elemen yaitu:

1. Divident/Interest income (losses).

2. Capital gains (losses).

3. Currency gains (losses). B. Foreign Investment (International Diversification) Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam international cost of capital antara lain: 1. Exchange rate fluctuation.

2. Inflation rate.

3. Financing arrangement.

4. Blocked fund.

5. Uncertain salvage value.

6. Impact of project on prevailing cas flow.

7. Host government incentives. Sebagai contoh dari Foreign Indirect/Portofolio Invesment dengan melakukan International Diversification di bawah ini dapat dihitung Expected Return (rp) dan Variance Investment. Rumus Expected Return (rp)

(rp) = Wa.Ra + Wb.Rb

Rumus Variance of Portofolio (2p)

(2p) = W2a2a + W2b2b + 2Wa Wbab (CORRab)

Keterangan rumus:

Wa & Wb = masing-masing menunjukan prosentase alokasi investasi untuk a & b.

Ra & Rb =masing-masing menunjukan return di a dan b

2a & 2b=masing-masing menunjukan variance of portofolio dari return untuk investasi a & bCORRab =koefisien korelasi antara investasi a dan b. Foreign Bond Investment

Berdasarkan ketiga elemen tersebut di atas maka dapat dirumuskan formula untuk return dari investasi obligasi diluar negeri (Foreign Bond Investment) sebagai berikut.

Dollars = Foreign Currency x Currency Gain

Return Return (Loss)

(1 + R$) = (1 + Rf)

x(1 + g)

(1 + R$)=

Keterangan: Bo =Harga foreign currency (FC) Bond pada waktu awal.

Bt=Harga foreign currency (FC) Bond pada waktu t.

C =Pendapatan dari Foreign currency (FC) Bond.

g =% perubahan kurs atau apresiasi/depresiasi foreign currency. Foreign Stock Investment Berdasarkan ketiga elemen tersebut di atas maka dapat dirumuskan formula untuk return dari investasi saham diluar negeri (foreign stock investment).

Keterangan:

Po =Harga foreign currency (FC) stock pada waktu awal

Pt=Harga foreign currency (FC) stock pada waktu t

DIV=Pendapatan dividend dari foreign currency stock

g =% perubahan kurs atau apresiasi/depresiasi foreign currency.

C. Menentukan Return atau Yield Effective Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam international cost of capital antara lain:

1. Tingkat bunga deposito.

2. Tingkat apresiasi/depresiasi valas. Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat return/yield effective adalah:

rf = (1 + if) (1 + ef) 1 keterangan:

rf= return atau yield dari investasi dalam valas

if= tingkat bunga valas

ef= tingkat apresiasi/depresiasi valas Secara teoritis, seorang investor akan mendepositokan dananya dalam suatu valas bila return yang diperoleh dari investasi di luar negeri (rf) akan lebih besar atau minimal akan sama dengan tingkat bunga domestik atau home country (ih) atau dengan rumus rf ih.

BAB XIV

SUMBER DAN METODE PEMBIAYAAN INTERNASIONAL

Setiap transaksi ekonomi dan keuangan internasional, terutama yang meliputi perdagangan (ekspor dan impor barang ataupun jasa) dan investasi (ekspor dan impor modal), biasanya selalui diikuti dengan masalah (1) sistem pembiayaan dan (2) sistem pembayaran internasional. Pada umumnya sumber-sumber pembiayaan dalam transaksi bisnis internasional terdiri datas sebagai berikut: 1. Sumber dana sendiri dari pembeli/importer.

2. Sumber dana berupa kredit dari penjual/eksportir.

3. Sumber dana dari pihak ketiga, terutama dari lembaga keuangan bank dan nonbank. Sumber dana tersebut di atas umumnya disalurkan melalui metode pembiayaan berikut:

A. Account receivable financingAdalah suatu metode pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada eksportir berdasarkan credit-worthiness yang diberikan eksportir kepada pembeli/importirnya. Pembayaran yang dilakukan oleh importer di luar negeri langsung ditransfer ke dalam account receivable financing. Dalam hal importer gagal membayar dengan alasan apapun, maka eksportir tetap bertanggung jawab untuk mengembalikan kreditnya kepada bank. Jangka waktu account receivable financing ini biasanya berkisar dari satu hingga enam bulan.

B. Bankers AcceptanceAdalah suatu metode pembiayaan yang dilakukan dengan bill of exchange atau time draft yang wajib di bayar oleh bank setelah jatuh tempo (maturity). Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

1. Importer melalui banknya membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir/penjual.

2. Berdasarkan L/C yang diterimanya, eksportir akan menebitkan time draft yang akan disampaikannya bersama-sama shipping document lainnya (B/L dan lain-lain) kepada bank ditempatnya berada.

3. Bank eskportir akan mengirimkan time draft dan shipping document tersebut kepada bank importir yang akan menerbitkan bankers acceptance. 4. Bila eksportir ingin menguangkan bankers acceptance tersebut sebelum jatuh tempo, maka eksportir dapat meminta bank untuk menjual bankers acceptance tersebut dengan harga discount di pasar uang (money market).

C. Short Term Bank LoanMetode pembiayaan ini diberikan oleh bank atas dasar bankers acceptance yang diterbitkan untuk modal kerja dan pembelian inventory dalam bentuk pinjaman jangka pendek.

D. Counter TradeMetode pembiayaan ini dilakukan dengan cara pertukaran barang dengan barang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini banyak dilakukan oleh negara sedang berkembang dengan negara sosialis yang mengalami kesulitan devisa dan pemasaran produknya di pasar international. Menurut perkiraan, sejak 1985 metode pembiayaan dengan counter trade semakin banyak dipergunakan dan saat ini mencapai sekitar 30% dari pembiayaan bisnis internasional dunia (Dick Francis, 1987:1).

E. FactoringFactoring disebut juga sebagai anjak piutang merupakan suatu sistem pembiayaan yang diperoleh importir dengan cara menjual account receivable-nya dengan discount tertentu kepada suatu lembaga keuangan atau commercial finance company yang siebut sebagai factor broker di tempat eksportir berada. Kemudian factor broker dari eksportir ini dapat menjual account receivable kepada factor broker lain ditempat importir dengan discount tertentu pula.

Beberapa keuntungan sistem factoring ini bagi eksportir adalah sebagai berikut:

1. Dengan menjual account receivable-nya berarti eksportir tidak perlu lagi terlibat dan memonitor administrasi account receivable-nya.

2. Eksportir segera mendapat pembayaran sehingga dapa memperbaiki cash flow-nya. F. ForfaitingMetode ini umumnya digunakan untuk pembiayaan pembelian barang modal yang cukup mahal (dapat sampai lebih dari $500.000,-) yang dilakukan importir dengan jalan mengeluarkan promissory notes kepada eksportir. Kemudian promissory notes ini dijual lagi kepada forfeiting bank atau financial institution lainnya. Metode forfeiting transaction ini biasanya dilakukan dengan suatu jaminan (bank guarantee) atau L/C yang diterbitkan oleh bank importir. G. LeasingLeasing merupakan suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal (capital goods), baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan lessee (penyewa) selama jangka waktu tertentu dengan pembayaran secara berkala (SK MenKeu No.1169/LMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha).

Dengan cara financial lease, maka pada akhir periode kontrak, lease (penyewa) akan mempunyai hak opsi untuk memiliki barang modal yang dikontraknya. Sedangkan cara operating lease, maka lessee (penyewa) hanya mempunyai hak pakai sampai akhir kontrak dan barang modal yang disewa dikembalikan kepada lessor. Manfaat utama dari metode leasing adalah bahwa lessee dapat memiliki modal kerja (working capital) yang memadai karena tidak harus menggunakan dana yang besar untuk penyediaan barang modal. Penggunaan cara leasing ini merupakan salah satu alternatif pembiayaan investasi disamping dengan cara membeli, khususnya untuk barang modal yang harganya tinggi, misalnya alat-alat berat seperti traktor, bulldozer dan lain-lain. Dalam hal leasing dilakukan dengan valas tertentu maka biaya leasing harus memperhitungkan kemungkinan fluktuasi kurs valas yang digunakan dalam kontrak leasing.

H. Long Term Financing Keputusan pembiayaan jangka panjang dengan menerbitkan bonds (obligasi) yang dilakukan oleh suatu perusahaan secara akan ditentukan oleh tingkat bunga dan perubahan nilai tukar atau kurs valas yang digunakan. Sebagai gambaran bagaimana pengaruh tingkat bunga dan perubahan nilai tukar atau kurs valas terhadap pembiayaan jangka panjang dapat ditunjukan pada contoh dibawah ini.

Misalnya sebuah perusahaan MNC USA yang memerlukan dana pinjaman sebesar $1.000.000 untuk jangka waktu 3 tahun, menerbitkan bond dalam USD dan SGD dengan alterantif sebagai berikut:

1. USD Bond dengan tingkat bunga 14%.

2. SGD Bond dengan tingkat bunga 10%.

BAB XV

SISTEM PEMBAYARAN INTERNASIONAL

Dalam pelaksanaannya, sumber dan metode pembiayaan bisnis internasional yang diuraikan terdahulu disalurkan dengan menggunakan sistem pembayaran internasional berikut:

A. Cash In Advance / Pre Payment / Advance Payment Cash in advance adalah suatu cara pembayaran yang dilakukan pembeli/importir kepada penjual/eksportir sebelum barang dikapalkan. Pembayaran ini dilakukan secara tunai, baik secara keseluruhan (full payment) atau sebagaian (partial payment), karena beberapa alasan:

1. Permintaan atas produk melebihi penawaran atas produk.

2. Penjual dan pembeli belum saling mengenal dan kurang saling percaya.

3. Dalam situasi darurat, misalnya peperangan.

4. Mata uang negara importir termasuk mata uang lemah (soft currency) yang beresiko tinggi. B. Open Account Kebalikan dari sistem cash in advance, pembayaran dengan sistem ini justru dilakukan kemudian setelah produk dikirim dan laku terjual atau setelah jangka waktu tertentu karena pembeli dan penjual sudah saling kenal dan percaya sepenuhnya atau dilakukan antara suatu perusahaan dan afiliasinya atau intra perusahaan multinasionalnya (MNC).

Dengan sistem pembayaran ini, penjual hanya mengirimkan faktur kepada pembeli untuk dibayar setelah jangka waktu tertentu atau sesuai kesepakatan. Dengan sistem ini penjual mempunyai risiko yang tinggi atas kegagalan pembayaran (default) dari pembeli.

C. Private Compensation

Private compensation adalah suatu metode pembayaran internasional yang dilakukan antara pembeli dan penjual dengan jalan melakukan kompensasi penuh atau sebagian utang-piutang baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pihak ketiga), sehingga mengurangi atau meniadakan transfer valas ke luar negeri. Sebagai contoh dari mekanisme Private Compensation dapat dilihat pada gambar 15.1 berikut ini;

Gambar 15.1 Contoh Mekanisme Private Compensation

Dengan metode private compensation ini, maka akan terjadi hal-hal berikut: 1. Importir B di Singapura tidak perlu melakukan transfer internasional untuk melakukan pembayaran kepada eksportir A di Jakarta dan cukup dengan melakukan transfer domestik kepada eksportir D di Singapura.

2. Sebaliknya, Importir C di Jakarta tidak perlu melakukan transfer internasional untuk melakukan pembayaran kepada eksportir D di Singapura dan cukup dengan melakukan transfer domestik kepada eksportir A di Jakarta. D. Letter Of Credit (L/C) Adalah suatu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh issuing bank atas permintaan pembeli/importir yang ditujukan kepada penjual/eksportir/beneficiary melalui advising/confirming bank dengan menyatakan bahwa issuing bank akan membayar sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C tersebut dipenuhi (Roselling Hutabrat, 1990).

Pada saat ini lebih 50% pembayaran internasional menggunakan L/C karena metode pembayaran ini mempunyai beberapa kelebihan, sebagai berikut: 1. Adanya jaminan pembayaran bagi eksportir/penjual.

2. Adanya jaminan penerimaan barang bagi importir melalui perbankan yang akan menyerahkan pembayaran sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C.

3. Adanya fasilitas kredit eksportir atau importir melalui perbankan.

4. Adanya fasilitas hedging.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam L/C adalah: 1. Sifat L/C, apakah revocabl