Upload
anddy
View
117
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manjddjbhhfbbc ndnhdbbdhdndhfhbhjfn
Citation preview
MATERI INTI 5
ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
I. DESKRIPSI SINGKAT
Proses pendidikan yang sedang ditempuh seorang mahasiswa seringkali tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan. Mahasiswa mungkin harus menghadapi
dan berupaya untuk menyelesaikan berbagai permasalahannya, sehingga
dikhawatirkan dapat menghambat penyelesaian studinya. Dibutuhkan layanan
bimbingan dan konseling untuk membantu mahasiswa tersebut. Pemahaman
terhadap latar belakang permasalahan mahasiswa diperlukan agar efektivitas
layanan dapat dirasakan. Untuk itulah diperlukan kegiatan asesmen dalam
layanan bimbingan dan konseling yang merupakan proses mengumpulkan,
menganalisis, dan menginterpretasikan data tentang mahasiswa dan
lingkungannya. Melalui kegiatan asesmen dapat diperoleh data yang diperlukan
untuk membantu mengenal, melengkapi dan mendalami pemahaman tentang
mahasiswa, sehingga layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan
dapat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang akan tertuang dalam program
bimbingan dan konseling. Kegiatan asesmen tidak hanya dilakukan kepada
mahasiswa namun dilakukan pula pada lingkungan. Asesmen pada lingkungan
terkait dengan mengetahui harapan dari lembaga pendidikan -pendidikan tinggi
kesehatan- dan masyarakat, sarana dan prasarana yang mendukung
pelaksanaan program bimbingan dan konseling, ketersediaan dan kualifikasi
tenaga bimbingan dan konseling serta kebijakan lembaga pendidikan.
Informasi tentang kondisi mahasiswa dan lingkungan yang diperoleh melalui
asesmen akan digunakan sebagai dasar dalam perancangan program bimbingan
dan konseling di perguruan tinggi kesehatan.
Sebagai tenaga pengajar yang berperan sebagai pembimbing akademik di
lingkungan pendidikan tinggi kesehatan yang selalu berinteraksi dengan
mahasiswa, pengetahuan tentang asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
tampaknya diperlukan untuk lebih mengenal dan memahami mahasiswa dan
lingkungan agar dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling yang
1
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dalam perancangan program
bimbingan dan konseling.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )
Setelah pembelajaran selesai peserta mampu mengajarkan dan menerapkan
asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )
Setelah pembelajaran selesai peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan Konseling.
2. Menjelaskan instrumen non tes wawancara .
3. Menjelaskan instrumen non tes observasi.
I. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang dibahas dalam modul ini adalah:
A. Konsep Dasar Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Sub pokok bahasan :
1. Pengertian dan tujuan asesmen.
2. Kedudukan asesmen dalam BK.
3. Bentuk-bentuk asesmen.
4. Perbedaan asesmen teknik nontes dan teknik tes.
5. Kode Etik penggunaan asesmen.
B. Instrumen non tes wawancara
Sub pokok bahasan:
1. Pengertian dan tujuan wawancara.
2. Jenis-jenis wawancara
3. Peran pewawancara.
4. Prosedur pelaksanaan wawancara.
5. Kelebihan dan kekurangan wawancara
2
C. Instrumen non tes observasi
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian dan tujuan observasi
2. Jenis-jenis observasi
3. Peran observer
4. Alat pencatat observasi
5. Prosedur pelaksanaan observasi
6. Kelebihan dan kekurangan observasi
II. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Terdapat 3 ( tiga ) pokok bahasan yang akan dibahas yaitu tentang konsep dasar
asesmen dalam Bimbingan dan Konseling, instrumen non tes wawancara dan
instrumen non tes observasi. Selanjutnya kepada peserta latih diberikan
penugasan berupa latihan membuat atau menyusun pedoman wawancara dan
pedoman observasi.
Pada pokok bahasan 1 tentang konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling, pembahasan meliputi: pengertian dan tujuan, kedudukan asesmen
dalam Bimbingan dan Konseling, bentuk - bentuk, perbedaan asesmen teknik
non tes dan teknik tes, dan kode etik penggunaan asesmen.
Pada pokok bahasan 2, tentang instrumen non tes wawancara , pembahasan
meliputi : pengertian dan tujuan, jenis, peran pewawancara, prosedur
pelaksanaan dan kelebihan dan kekurangan wawancara.
Pada pokok bahasan 3, tentang instrumen non tes observasi, pembahasan
meliputi : pengertian dan tujuan, jenis, peran observer, alat pencatatan, prosedur
pelaksanaan dan kelebihan dan kekurangan observasi.
Selanjutnya diberikan penugasan sebagai latihan membuat pedoman wawancara
dan pedoman observasi.
1. Membuat pedoman wawancara terstruktur
2. Membuat pedoman wawancara tidak terstruktur
3. Membuat pedoman observasi dengan catatan anekdot
3
Langkah 1 :Pengantar, perkenalan dan penjelasan tujuan pembelajaran.
Fasilitator memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Langkah 2: Pembahasan tentang konsep dasar
asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Proses pembelajaran di awali dengan melakukan curah pendapat
tentang konsep dasar asesmen dalam BK. Selanjutnya fasilitator
menjelaskan materi tentang konsep dasar asesmen dalam BK
dengan menggunakan power point dan memberikan kesempatan
tanya jawab kepada peserta latih.
Langkah 3: Pembahasan tentang instrumen non
tes wawancara.
Pembahasan diawali dengan curah pendapat tentang konsep dasar
instrumen non tes wawancara, dan dilanjutkan dengan penjelasan
tentang materi dengan menggunakan power point dan memberikan
kesempatan tanya jawab kepada peserta latih.
Langkah 4: Pembahasan tentang instrumen non
tes observasi.
Pembahasan diawali dengan curah pendapat tentang konsep dasar
instrumen non tes observasi, dan dilanjutkan dengan penjelasan
tentang materi dengan menggunakan power point dan memberikan
kesempatan tanya jawab kepada peserta latih.
Langkah 5: Latihan membuat pedoman
wawancara dan pedoman observasi.
Tahapan :
1. Peserta dibagi dalam 6 kelompok
2. Tiap kelompok mengerjakan tugas yang diberikan
3. Kelompok 1 dan 2 : membuat pedoman wawancara terstruktur
Kelompok 3 dan 4 : membuat pedoman wawancara tidak terstruktur
Kelompok 5 dan 6 : membuat pedoman observasi dengan catatan anekdot
4
4. Presentasi hasil kerja kelompok dan feedback dari fasilitator
Secara bergantian pasangan-pasangan kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompok. Salah satu sebagai kelompok penyaji, dan 1 kelompok
lainnya sebagai kelompok pendamping. Tugas kelompok pendamping adalah
melengkapi informasi yang kurang atau belum disampaikan oleh kelompok
penyaji tentang tugas yang dikerjakan.
Setelah kelompok penyaji menyampaikan presentasi, diberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapannya, selanjutnya
fasilitator memberikan feedback. Demikian seterusnya sampai semua
kelompok menyampaikan presentasinya.
III. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN :
A. KONSEP DASAR ASESMEN DALAM BK
1. PENGERTIAN ASESMEN
Asesmen merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan meng-
interpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan
lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan dasar
untuk memahami individu dan untuk pengembangan program layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan.
Melalui asesmen yang dilakukan kepada mahasiswa, akan diperoleh data-
data yang berguna untuk lebih mengenal dan memahami kondisi
mahasiswa. Data-data yang dikumpulkan adalah : identitas mahasiswa
seperti nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, alamat tempat
tinggal, pendidikan; latar belakang keluarga; karakteristik mahasiswa,
seperti aspek-aspek fisik terkait dengan kesehatan dan keberfungsiannya,
kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya
terkait dengan pilihan studi lanjutan, bidang pekerjaan, olah raga, seni, dan
keagamaan, masalah-masalah yang dialami, kepribadian, atau tugas-tugas
perkembangannya.
5
TUJUAN ASESMEN
Tujuan asesmen adalah untuk mendapatkan data- data tentang
mahasiswa secara lebih luas, lengkap, dan mendalam sehingga diperoleh
gambaran tentang mahasiswa tersebut secara komprehensif.
2. KEDUDUKAN ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Asesmen memiliki kedudukan yang strategis dalam kerangka kerja
bimbingan dan konseling. Karena memiliki posisi sebagai dasar dalam
perancangan program bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan,
dimana kesesuaian program dan gambaran komprehensif mahasiswa
dapat mendorong pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan. Melalui asesmen yang dilakukan kepada mahasiswa akan
diperoleh gambaran permasalahan yang dihadapi mahasiswa yang
mencerminkan adanya kebutuhan yang diperlukan, sehingga dapat
dijadikan acuan untuk menyusun suatu program layanan bimbingan dan
konseling yang berorientasi pada kebutuhan mahasiswa. Demikian pula
dengan asesmen yang dilakukan terhadap lingkungan pendidikan
mahasiswa diharapkan dapat memperoleh informasi tentang kebutuhan
lingkungan mahasiswa terhadap layanan bimbingan dan konseling. Data-
data yang dapat dikumpulkan antara lain tentang: harapan lembaga
pendidikan dan masyarakat (tenaga pengajar dan orang tua mahasiswa),
sarana dan prasarana pendukung program bimbingan dan konseling,
kompetensi yang diharapkan dimiliki mahasiswa melalui layanan
bimbingan dan konseling, kualifikasi tenaga bimbingan yang tersedia, dan
kebijakan lembaga pendidikan.
3. BENTUK - BENTUK ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen
teknik nontes dan asesmen teknik tes. Asesmen teknik nontes lebih sering
digunakan oleh petugas bimbingan dan konseling karena prosedur
perancangan, pengadministrasi-an, pengolahan, analisis dan
penafsirannya relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan asesmen
teknik tes. Bentuk-bentuk asesmen nontes adalah : Daftar Cek Masalah
( DCM ), Alat Ungkap Masalah ( AUM ), Alat Ungkap Masalah Belajar
6
(AUM PTSDL), Sosiometri, Wawancara, Observasi, dan Inventori Tugas
Perkembangan ( ITP ).
Sedangkan asesmen tenik tes digunakan oleh petugas bimbingan dan
konseling yang telah memiliki sertifikat untuk menggunakan asesmen
teknik tes. Kondisi ini bukan berarti petugas bimbingan dan konseling yang
belum/tidak memiliki sertifikat tidak dapat menggunakannya, upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan cara bekerjasama atau melakukan referal
kepada lembaga psikologi yang memiliki kewenangan tersebut. Lembaga
psikologi akan melakukan tes psikologis sesuai dengan kebutuhan dan
akan menyerahkan hasil analisisnya.
Bentuk-bentuk asesmen tes seperti tes kecerdasan, tes bakat, tes minat,
tes kepribadian, tes kemampuan kerja dan tes kematangan sosial dan lain
lain.
4. PERBEDAAN ASESMEN TEKNIK NONTES DAN TEKNIK TES
Asesmen teknik nontes tidak memerlukan prosedur penyusunan yang
terstandar. Dapat dibuat atau dirancang oleh petugas bimbingan dan
konseling sesuai dengan kebutuhan. Beberapa diantaranya dirancang
dengan melalui tahap uji coba untuk mengetahui tingkat kesahihan dan
tingkat keterandalannya atau validitas dan reliabilitasnya.
Berbeda dengan asesmen teknik non tes, asesmen teknik tes memiliki
beberapa karakteristik antara lain:
a. Standardisasi, instrumen tersebut memiliki keseragaman cara
penyelenggaraan dan penskorannya. Suatu tes yang terstandard
memiliki buku dan manual tes yang berisi petunjuk rinci bagi
penyelenggaraan setiap tes.
b. Bersifat obyektif, penyelenggaraan, penilaian, dan interpretasi skor
berdasarkan hasil yang diperoleh dan tidak dipengaruhi oleh penilaian
subyektif penguji.
c. Reliabel atau andal, artinya tes harus memiliki konsistensi terhadap
hasilnya.
7
d. Valid, tes tersebut mampu mengukur apa yang memang hendak diukur,
menggambarkan sejauh mana tes tersebut mampu memenuhi
fungsinya.
5. KODE ETIK PENGGUNAAN ASESMEN
Pelaksanaan kegiatan asesmen dalam BK hendaknya mengikuti aturan
dan ketentuan yang berlaku dalam kode etik penggunaan asesmen dalam
BK. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) merupakan
kode etik testing, yaitu suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas
bimbingan dan konseling yang berwenang menggunakan dan menafsirkan
hasilnya.
Kode etik tersebut adalah :
a. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau
cirri kepribadian subjek untuk kepentingan pelayanan.
b. Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada konseli dan
orangtua mengenai alasan digunakannya tes di samping arti dan
kegunaannya.
c. Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau
petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut.
d. Data hasiln testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah
diperoleh dari hasil konseli sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini
data hasil testing wajib diperlakukan setara denga data dan informasi
lain tentang konseli.
e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada
hubungan dengan usaha bantuan kepada konseli.
POKOK BAHASAN :
B. INSTRUMEN NONTES WAWANCARA
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN WAWANCARA
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui komunikasi langsung dengan individu yang diwawancara atau
sumber data. Agar wawancara dapat dilaksanakan secara efektif maka
perlu direncanakan dan disusun secara sistematis. Pewawancara atau
8
interviewer (pembimbing akademik) mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara langsung tanpa perantara kepada individu yang diwawancarai atau
interviewee (mahasiswa) dan interwiewee memberikan jawaban langsung
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat tentang diri mahasiswa ataupun tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan mahasiswa.
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mendapatkan data yang
diperlukan tentang diri mahasiswa atau hal lain yang berhubungan dengan
mahasiswa.
Wawancara dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan oleh petugas
bimbingan dan konseling untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
tentang mahasiswa terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi
sehingga dapat memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan,
pengalaman, harapan dan masalahnya serta memahami potensi dan
kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun
lingkungan kerjanya secara mendalam sehingga diperoleh informasi yang
menyeluruh tentang kondisi mahasiswa.
Wawancara yang dilakukan selain mengumpulkan informasi tentang
mahasiswa secara mendalam, wawancara dapat pula dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang kondisi lingkungan mahasiswa. Data atau
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk mengidentifikasi struktur
program bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan. Data atau
informasi tersebut seperti: siapa saja petugas yang melaksanakan program
bimbingan dan konseling, fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, apa
kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki mahasiswa setelah mendapat
layanan bimbingan dan konseling, siapa saja target dari program,
bagaimana pengaturan atau pengelolaan program bimbingan dan
konseling di lembaga pendidikan ini.
2. JENIS-JENIS WAWANCARA
Jenis-jenis wawancara dapat dikelompokkan menurut responden dan
menurut prosedur.
9
a. Wawancara menurut responden
Dapat dibedakan menjadi wawancara langsung dan wawancara tidak
langsung. Wawancara langsung dilakukan dengan berhadapan
langsung dengan mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya.
Wawancara tidak langsung dilakukan secara langsung tetapi dengan
orang lain yang diharapkan dapat memberikan data atau informasi
tentang mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya. Misalkan: dapat
mewawancarai orang tua, teman, tetangga, dan lain lain.
b. Wawancara menurut prosedur
Dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan
kombinasi keduanya.
Wawancara terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara
telah menyusun pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan
secara terinci.
Wawancara tidak terstruktur : ketika melakukan wawancara,
pewawancara menggunakan pedoman wawancara yang berisi pokok-
pokok pertanyaan saja, dan mengembangkan sendiri pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan data atau informasi yang diinginkan.
Wawancara kombinasi : pewawancara dapat menggunakan sekaligus
kedua jenis wawancara dengan tujuan untuk mendapatkan data atau
informasi yang maksimal dari individu.
3. PERAN PEWAWANCARA
Keberhasilan melakukan wawancara sangat ditentukan oleh peran dari
pewawancara. Peran dimulai sejak awal, pertengahan hingga akhir dari
wawancara yang dilakukan. Keberhasilan melakukan wawancara akan
menghasilkan data atau informasi yang lengkap, mendalam, obyektif dan
akurat. Pewawancara hendaknya dapat membawa suasana wawancara
berjalan secara terbuka, akrab dan menyenangkan sehingga wawancara
dapat berjalan lancar dan tujuan wawancara tercapai.
Di awal wawancara pewawancara hendaknya mampu membangun
hubungan baik dengan individu dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan
10
dari wawancara yang akan dilakukan, lama wawancara, dan menjelaskan
adanya asas kerahasiaan terhadap seluruh informasi yang akan diberikan.
Selanjutnya pada bagian inti wawancara, pewawancara mengajukan
pertanyan-pertanyaan yang telah disiapkan melalui pedoman wawancara
yang telah disiapkan dengan hati-hati, teliti dan menggunakan kalimat yang
sederhana dan jelas. Agar individu dapat menangkap dan memahami serta
memberikan informasi sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Selama proses wawancara berlangsung, dapat dilakukan pencatatan
terhadap hasil wawancara melalui alat rekam yang telah disiapkan dengan
terlebih dahulu memberitahukan kepada individu bahwa alat rekam hanya
digunakan untuk kepentingan wawancara dan kepentingan individu agar
seluruh informasi yang telah diberikan dapat secara lengkap diketahui dan
dipahami secara menyeluruh. Namun apabila individu menolak maka
pencatatan dapat segera dilakukan setelah wawancara selesai.
Pada tahap penutupan, pewawancara mengakhiri proses wawancara
dengan membuat kesimpulan dari wawancara yang dilakukan, dan apabila
masih diperlukan wawancara berikutnya dapat membuat kesepakatan
bersama dengan individu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pewawancara dalam bidang
Bimbingan dan Konseling, adalah bahwa proses wawancara yang
dilakukan selain bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang individu atau mahasiswa secara mendalam sehubungan dengan
permasalahan yang sedang dihadapi, sekaligus dapat digunakan untuk
membangun hubungan baik atau rapport dengan individu, meningkatkan
intensitas hubungan, mendorong kemampuan untuk membuka diri,
meningkatkan pemahaman, dan mengembangkan kemampuan dalam
menerima, dan mengembangkan kepercayaan antara pewawancara
dengan mahasiswanya. Sehingga diharapkan adanya keterbukaan pada
diri mahasiswa terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang
dihadapi dan memudahkan pembimbing akademik untuk mengetahui dan
memahami dengan benar permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa
yang dibimbingnya.
11
4. PROSEDUR PELAKSANAAN WAWANCARA
Pelaksanaan wawancara hendaknya memperhatikan prosedur sebagai
berikut:
a. Penyusunan Pedoman Wawancara
b. Pelaksanaan Wawancara
c. Analisis Hasil Wawancara
1. Penyusunan Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara perlu disusun agar proses wawancara dapat terarah
dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Langkah
penyusunan pedoman wawancara yaitu:
a. Menetapkan tujuan wawancara.
b. Menetapkan pertanyaan.
c. Membuat butir pertanyaan yang jelas agar mudah dipahami individu.
d. Pertanyaan harus fokus pada informasi yang diinginkan.
e. Pertanyaan jangan memiliki makna ganda.
f. Pertanyaan hendaknya tidak mengandung unsur SARA, dan sugestif.
g. Apabila bentuk wawancara terstruktur maka pertanyaan-pertanyaan
harus disusun secara rinci, dan bila tidak terstruktur dapat dituliskan
pokok-pokok pertanyaannya saja.
2. Pelaksanaan Wawancara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara dilakukan:
a. Menetapkan individu yang akan diwawancarai
b. Menetapkan jadwal dan tempat wawancara
c. Menghubungi individu yang akan diwawancarai
d. Melaksanakan wawancara
e. Melakukan verbal setting sebelum wawancara dilakukan dengan
memberikan penjelasan tentang tujuan wawancara, informasi apa
yang dibutuhkan, lama wawancara dilakukan dan jaminan akan
adanya kerahasiaan .
f. Selama proses wawancara, pewawancara hendaknya mampu
melakukan attending skill, mampu bertanya dengan baik, mampu
mendengar aktif dan mampu mencatat hasil wawancara dengan
lengkap.
g. Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara.
12
3. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang diperoleh segera dianalisis dengan mengikuti
beberapa tahap di bawah ini:
a. Mengidentifikasi dan mengelompok-kan jawaban individu berdasarkan
pokok pikiran pada pedoman wawancara dan pencapaian tujuan
wawancara.
b. Menganalisis dan mensintesakan hasil jawaban individu sesuai
dengan tujuan wawancara
c. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawaban
individu.
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAWANCARA
1. Kelebihan Wawancara
a. Pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami dapat segera diperjelas
oleh pewawancara hingga individu dapat memahami maksud
pertanyaan tersebut dan memberikan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan.
b. Melalui tatap muka langsung, dapat memberikan peluang untuk
terbinanya hubungan baik diantara pewawancara dengan individu
yang akan besar pengaruhnya bagi kelancaran wawancara.
2. Kekurangan Wawancara
a. Membutuhkan waktu dan tenaga untuk memperoleh data/informasi
b. Diperlukan keahlian dan pengalaman untuk dapat menjadi
pewawancara, khususnya pewawancara di bidang Bimbingan dan
Konseling.
c. Hasil wawancara dapat bersifat subyektif apabila telah terbentuk
prasangka.
d. Hasil wawancara sangat tergantung dengan keterampilan
pewawancara dalam menggali, mencatat dan menganalisa setiap
jawaban individu.
13
PEDOMAN WAWANCARA
Contoh Pedoman Wawancara Terstruktur
Untuk Asesmen Mahasiswa
Nama : …………………………… L/PPendidikan : ………...…………………….Wawancara ke : ………………………………Tempat : ………………………………Masalah : Hubungan dalam keluarga
yang kurang harmonis
Tujuan : Mendapatkan informasi
tentang kehidupan mahasiswa siswa di rumah
No Pokok
Pertanyaan
Butir Pertanyaan Jawaban
1. Jumlah anggota
keluarga dan
status dalam
keluarga
1. Berapa orang
tinggal di dalam
rumah Anda ?
2. Siapa saja
mereka ?
3. Bagaimana status
hubungannya
dalam keluarga
termasuk status
mahasiswa dalam
keluarga.
4. Dan lain-lain
2. Latar belakang 1. Apakah kedua
14
sosial ekonomi
keluarga
orang tua Anda
bekerja ?
2. Dimana ayah
Anda bekerja ?
3. Dimana ibu Anda
bekerja ?
4. Siapa saja
anggota keluarga
yang bekerja ?
5. Dimana mereka
bekerja ?
6. Dimana alamat
Anda tinggal ?
7. Apakah rumah
yang ditempati
keluarga milik
sendiri ?
8. Bila kontrak/
sewa, berapa
biaya kontrak 1
tahun ?
9. Siapa yang
menanggung
biaya
kontrak/sewa
15
rumah ?
10.Apakah keluarga
anda memiliki
kendaraan pribadi
?
11.Apa jenis
kendaraan
tersebut ?
12. Dan lain- lain
3. Pengaturan
pembagian tugas
rumah tangga
dalam keluarga
1. Apakah keluarga
Anda mempunyai
pembantu rumah
tangga ?
2. Berapa orang ?
3. Kalau tidak
mempunyai PRT,
bagaimana
pengaturan
pembagian tugas
rumah tangga ?
4. Anda mendapat
tugas/tanggung
jawab apa ?
5. Apakah semua
anggota keluarga
16
mendapatkan
tugas ?
6. Menurut Anda
siapa yang paling
banyak
mendapatkan
tugas ?
7. Anda mendapat
tugas apa ?
8. Dan lain-lain
4. Pengaturan
waktu mahasiswa
di rumah
1. Bagaimana anda
mengatur waktu
agar dapat
mengerjakan
semua tugas
tersebut ?
2. Bagaimana
perasaan anda
ketika
mengerjakan
tugas –tugas itu ?
3. Apakah ada yang
membantu Anda
menyelesaikan
tugas itu ?
17
Siapa ?
4. Kapan Anda
belajar? Berapa
lama ?
5. Dan lain-lain
5. Sikap orang tua
terhadap
mahasiswa
1. Bagaimana sikap
orang tua anda
melihat anda
bekerja ?
2. Pernahkah
mereka melarang
anda bekerja ?
3. Pernahkah
mereka
mengingatkan
waktu belajar
Anda?
4. Dan lain-lain
6. Cara belajar
mahasiswa di
rumah
7. Hubungan sosial
antara anggota
keluarga
8. Dll.
18
Kesimpulan wawancara :
………………………………………………………...…………………………………………………….......
Jakarta, ......................
Pewawancara,
( )
Contoh PEDOMAN WAWANCARA TIDAK TERSTRUKTUR
UNTUK ASESMEN MAHASISWA
Nama : ……………………………………..L/P
Tempat, tanggal lahir : …...…………………...
Pendidikan : ……………………………………
Wawancara ke : ….……………………………
Permasalahan : Tidak menyukai studi lanjutan di Poltekes.
Tujuan Wawancara : Mengetahui latar belakang permasalahan mahasiswa.
No. Pokok-pokok Pertanyaan Jawaban
1. Kronologis mahasiswa memilih
studi lanjutan di Poltekes
2. Harapan orang tua terhadap
mahasiswa
3. Upaya yang sudah dilakukan
mahasiswa
4. Prestasi belajar yang dicapai
di Poltekes
5. Keinginan dan harapan
19
mahasiswa terhadap masa
depannya
6. Dan seterusnya …
Kesimpulan Wawancara:
………………………………………………………
………………………………………………………
Jakarta,.…………………
Pewawancara,
( )
POKOK BAHASAN :
C. INSTRUMEN NONTES OBSERVASI
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Tujuan observasi atau pengamatan adalah mendapatkan data dari obyek
pengamatan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya observasi.
Observasi atau pengamatan dalam bimbingan dan konseling perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya :
1. Observasi yang bertujuan untuk melakukan analisis individual harus fokus
pada satu orang.
2. Observasi hendaknya dilakukan secara intens atau sering dengan terlebih
dahulu menetapkan kriteria spesifik terhadap tujuan observasi. Misalnya
ingin mengobservasi sikap seorang mahasiswa ketika mengikuti
perkuliahan. Maka perlu ditetapkan secara spesifik apa yang dimaksud
dengan sikap tersebut, apakah mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan
dengan sikap positif atau sikap negatif, dan harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang spesifik. Seperti sikap positif yang ditunjukkan
20
mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan ditandai dengan turut serta
memberikan sumbangan pemikiran, mengajukan pertanyaan kepada
dosen, dan sikap negatif yang ditunjukkan seperti: diam menundukkan
kepala sambil memainkan pena, mengobrol dengan teman sebelah,
melamun, dan lain lain.
3. Pengamatan hendaknya dilakukan pada beberapa periode waktu.
Meskipun tidak ada ketentuan khusus namun semakin sering dan semakin
lama pengamatan dilakukan, maka hasil pengamatan akan lebih baik dan
dapat dipercaya.
4. Pengamatan hendaknya dilakukan dalam situasi-situasi yang berbeda dan
natural. Karena pada situasi natural akan tampak tingkah laku yang
natural pula. Sedangkan pengamatan yang dilakukan pada situasi
berbeda akan diketahui bahwa beberapa tingkah laku tidak akan muncul
karena terhambat oleh situasi atau lingkungan tertentu.
5. Saat pengamatan dilakukan pengamat hendaknya tidak mengabaikan
berbagai kondisi interaksi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingkah laku.
6. Data yang diperoleh melalui hasil observasi hendaknya diintegrasikan
bersama dengan data yang diperoleh melalui instrumen lain agar dapat
dianalisa secara komprehensif.
7. Kondisi pengamatan harus dalam keadaan baik, seperti kondisi pengamat
dan situasi pengamatan agar hasil pengamatan tidak bias.
2. JENIS-JENIS OBSERVASI
Terdapat beberapa jenis observasi berdasarkan pengelompokkannya yaitu:
1. Berdasarkan keterlibatan pengamat: observasi partisipasi, observasi non
partisipasi dan observasi quasi partisipasi.
2. Berdasarkan perencanaan: observasi sistematis/terstruktur,observasi non
sistematis/tidak terstruktur
3. Berdasarkan situasi: observasi bebas, observasi yang dimanipulasi,
observasi yang merupakan perpaduan antara keduanya.
21
Penjelasan:
1. Observasi partisipasi
Pada observasi ini , observer turut ambil bagian atau melibatkan diri
dalam situasi kehidupan individu yang sedang diamati. Misalkan turut
berpartisipasi pada saat berolah raga, pada saat kerja kelompok,
sehingga dapat mengamati setiap gejala yang menjadi obyek
pengamatan.
2. Observasi non partisipasi
Pada observasi ini observer tidak turut mengambil bagian dalam situasi
individu yang sedang diamati, dan berperan sebagai penonton. Observer
dapat mengamati secara langsung gejala-gejala yang ditampilkan oleh
individu yang sedang diamati. Misalnya mengamati perilaku seorang
mahasiswa ketika sedang mengikuti perkuliahan.
3. Observasi quasi partisipasi
Pada observasi ini observer seolah-olah turut berpartisipasi, namun
sebenarnya hanya berpura-pura atau tidak benar-benar berpartisipasi.
4. Observasi sistematis/terstruktur
Pada observasi ini telah ditetapkan kerangka pengamatan secara
sistematis, seperti: tujuan pengamatan, individu yang akan diamati,
tempat dan waktu pengamatan, frekuensi pengamatan yang akan
dilakukan, metode pencatat pengamatan yang akan
digunakan,menentukan siapa yang akan menjadi pengamat, gejala,
tingkah laku apa yang akan diamati telah ditetapkan kategorinya,
sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan .
5. Observasi non sistematis/tidak terstruktur
Pada obervasi ini, perencanaan tetap dilakukan, namun pembatasan
kategorisasi tidak ditetapkan, sehingga observer diberikan kebebasan
untuk mencatat beberapa hal penting dan menonjol dari gejala-gejala
yang tampak.
6. Observasi bebas
Observasi dilakukan pada situasi bebas yang diikuti oleh individu yang
sedang diamati. Misalnya mengamati aktivitas individu dalam berbagai
situasi di dalam kampus.
22
7. Observasi yang dimanipulasi
Pada observasi ini situasinya sengaja dikondisikan dengan sengaja agar
perilaku yang diinginkan terjadi.
Jenis pengamatan ini memiliki beberapa ciri yaitu:
a. Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga individu yang diamati tidak
mengetahui sedang dilakukan pengamatan.
b. Dibuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laku tertentu.
c. Pengamatan dihadapkan pada situasi yang seragam.
d. Faktor-faktor yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol dengan
cermat
e. Semua reaksi yang muncul dari individu yang diamati dicatat secara
teliti.
Misalkan ingin diketahui bagaimana perilaku kerja sama seorang
mahasiswa dalam kelompoknya. Maka direncanakan program
kegiatannya, tujuan yang ingin dicapai, siapa saja yang akan dilibatkan
dalam kerja kelompok, apa yang harus dilakukan oleh kelompok,
berapa lama kegiatan kelompok dilakukan, dimana kegiatan kelompok
dilakukan, situasi apa yang perlu diciptakan, apa peran observer, dan
selama observasi berlangsung tidak boleh ada intervensi dari pihak
lain.
8. Observasi perpaduan antara observasi bebas dan manipulasi
Pada observasi ini sebagian situasi sengaja dikondisikan agar tetap
terkontrol, dan sebagian tetap dalam situasi bebas.
3. PERAN OBSERVER
Pada pelaksanaan observasi, observer memiliki peran penting yang harus
dilaksanakan. Beberapa peran tersebut adalah:
a. Persiapan, yaitu menetapkan tujuan pengamatan, tingkah laku yang akan
diamati, waktu dan tempat pengamatan, berapa kali pengamatan akan
dilakukan, berapa orang pengamat yang akan dilibatkan, menyiapkan alat
pencatat pengamatan.
b. Pelaksanaan, perlu diperhatikan agar kehadiran observer tidak diketahui
oleh siapapun termasuk oleh subyek pengamatan. Maksudnya adalah
agar tingkah laku yang menjadi tujuan pengamatan dapat ditimbulkan
23
secara natural dan observer dapat melakukan pengamatan secara
bebas,memusatkan perhatian dan mencatat setiap gejala yang tampak
secara cermat.
c. Pencatatan, selama pengamatan berlangsung hasil pengamatan harus
segera dicatat sesuai alat pencatat yang digunakan secara cermat dan
teliti. Untuk menjaga validitas hasil pencatatan, maka diusahakan agar
observer tidak memasukkan pendapat, pandangan dan penilaian apapun
terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati. Selanjutnya hasil
pengamatan dapat didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan
hanya digunakan untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.
d. Penutup, pada tahap ini observer mengakhiri proses pengamatan dengan
melakukan pengecekan terhadap pencatatan yang telah dilakukan atau
melakukan diskusi dengan beberapa pengamat yang terlibat, untuk
menghindari faktor lupa dan obyektifitas hasil pencatatan serta membuat
laporan hasil pengamatan dan mendokumentasikan.
4. ALAT PENCATAT OBSERVASI
Terdapat beberapa alat pencatat observasi, diantaranya adalah catatan anekdot
.
a. Catatan Anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan secara obyektif tingkah laku yang
ditampilkan dan ucapan yang didengar pada situasi tertentu apa adanya.
Deskripsi tersebut seolah-olah merupakan foto dalam bentuk kata-kata.
Beberapa keuntungan untuk penggunaan catatan anekdot:
1. Deskripsi tingkah laku dari individu yang diamati dalam berbagai
situasi akan membantu observer memahami individu dengan lebih
baik.
2. Deskripsi yang akurat tentang tingkah laku individu menghindarkan
observer melakukan penilaian dan generalisasi tanpa fakta dan data.
Memperhatikan beberapa keuntungan dari penggunaan catatan
anekdot sebagai alat pencatat hasil pengamatan maka pada
pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
24
a. Hasil pengamatan harus secara jelas dideskripsikan sesuai konteks
kejadian secara obyektif.
b. Saat mendeskripsikan kejadian,perhatian dipusatkan pada tingkah
laku atau ucapan individu yang diamati, reaksi orang lain
disekitarnya dan konteks kejadiannya. Hindarkan dari prasangka
dan pendapat subyektif pribadi.
c. Batasi deskripsi tingkah laku hanya pada kejadian tertentu saja,
dengan tetap memperhatikan detail penting.
d. Lakukan interpretasi dengan memfokuskan pada hal yang
mengandung arti psikologis.
e. Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan
pengetahuan observer. Rekomendasi berisi tindak lanjut yang perlu
dilakukan bertujuan untuk melihat perkembangan tingkah laku
individu yang diamati.
f. Cantumkan identitas observer dan subyek observasi.
g. Pencatatan hasil pengamatan dengan menggunakan catatan
anekdot pelu dilakukan beberapa kali atau beberapa orang
observer pada berbagai situasi pada jangka waktu tertentu. Hal ini
untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh sebagai dasar
untuk membuat interpretasi secara komprehensif tentang tingkah
laku individu yang diobservasi.
h. Pencatatan observasi dengan menggunakan catatan anekdot perlu
melakukan kerjasama dengan beberapa rekan sejawat untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang subyek yang
diobservasi.
25
Contoh CATATAN ANEKDOT
Nama Mahasiswa : Siska
Pendidikan : Semester III Jurusan Kebidanan
Situasi : Perkuliahan Praktek I
Tempat : Ruang Praktek
Deskripsi :
Pada saat pelajaran praktek dimulai, ketika dosen pembimbing tengah
memberikan penjelasan dan memperagakan bagaimana melakukan injeksi
kepada pasien kepada seluruh mahasiswa praktek yang menjadi
bimbingannya, terlihat Siska turut mendengarkan penjelasan dosen praktek
sambil membolak-balik sebuah buku catatan. Sesekali Siska melihat wajah
dosen praktek, namun lebih sering Siska membaca buku catatan yang
dipegangnya. Tampak satu kali dosen pembimbing menegur Siska agar
memperhatikannya, dan Siska merespon dengan menutup buku catatannya.
Kemudian terlihat Siska berbisik-bisik dengan teman didekatnya, namun
teman tersebut tampak diam saja tidak merespon apapun. Secara bergantian
dosen pembimbing memberi kesempatan kepada seluruh mahasiswa
melakukan simulasi melakukan injeksi kepada pasien. Pada giliran Siska, ia
menolak untuk melakukan simulasi dengan berdiam diri saja di tempat
duduknya. Beberapakali dosen praktek menyuruhnya namun Siska tetap
menolak dengan berdiam diri.
Interpretasi:
1. Apakah perilaku yang ditampilkan tersebut mengindikasikan Siska tidak
berani melakukan injeksi kepada pasien?
2. Apakah Siska ingin menarik perhatian orang lain?
3. Apakah Siska tidak siap mengikuti perkuliahan praktek I ?
4. ……………………………………………………………………………………
…………
5. ……………………………………………………………………………………
…………
26
Rekomendasi:
Perlu diobservasi kembali pada perkuliahan praktek I dan perkuliahan praktek
lainnya.
Jakarta, ……….……
2012
Observer
(
)
5. PROSEDUR PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Penyusunan Pedoman Pengamatan
Sebelum melakukan observasi, konselor perlu merancang pedoman
observasi terlebih dahulu. Tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan observasi
b. Menetapkan bentuk format pencatat hasil observasi sesuai dengan tujuan.
c. Membuat format pencatat hasil observasi, apakah akan digunakan catatan
anekdot, daftar cek, dan skala penilaian.
2. Pelaksanaan observasi
Sebelum pelaksanaan dimulai, observer perlu memperhatikan beberapa hal:
a. Menetapkan individu yang akan diobservasi
b. Menetapkan jadwal dan tempat dilakukannya observasi
c. Menetapkan jumlah individu yang akan diobservasi
d. Menetapkan petugas atau observer sesuai dengan kebutuhan
e. Mempersiapkan format pencatat hasil observasi
f. Menetapkan posisi yang aman tidak terlihat oleh individu yang diobservasi
g. Selama proses observasi, hendaknya fokus melakukan pengamatan
terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati. Segera mencatat pada
format alat pencatat yang telah disiapkan, semua situasi dan tingkah laku
yang terjadi, apa adanya dengan tidak memasukkan pendapat, penilaian
pribadi. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan
perlu didokumentasikan.
27
h. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil observasi atau
melakukan diskusi apabila observasi melibatkan beberapa petugas.
Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu
didokumentasikan.
6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBSERVASI
1. Kelebihan Observasi
a. Memberikan data yang tidak diperoleh dari instrumen lain.
b. Melengkapi data yang telah diperoleh melalui instrumen lain.
c. Mengetahui tingkah laku nyata yang mungkin tak terlihat saat observasi
berlangsung.
2. Kekurangan Observasi
a. Observasi tidak dapat dilakukan pada beberapa situasi atau beberapa
individu secara bersamaan.
b. Hasil observasi pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain.
c. Observasi memerlukan waktu panjang , apabila ingin mendapatkan
gambaran yang menyeluruh tentang individu.
d. Kesimpulan dan hasil analisis observasi seringkali bersifat subyektif,
sehingga memerlukan beberapa petugas.
IV. REFERENSI
1. Darnadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung
2. Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni, dan Karsih. 2011. Assesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks
3. Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar Konseling. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: UI-Press
4. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia Bandung
5. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Prenada Media Group
6. Sukmadinata, Syaudih Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
28
V. LAMPIRAN
Latihan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi
Tugas Kelompok:
1. Buatlah pedoman wawancara terstruktur dan pedoman wawancara tidak
terstruktur untuk mahasiswa. Tentukan terlebih dahulu permasalahan yang
sedang dihadapi mahasiswa dan kemudian tentukan tujuan melakukan
wawancara.
2. Buatlah pedoman observasi dengan menggunakan catatan anekdot sebagai
alat pencatat hasil observasi.
Tahapan :
1. Peserta dibagi dalam 6 kelompok
2. Tiap kelompok mengerjakan tugas yang diberikan
3. Kelompok 1 dan 2: membuat pedoman wawancara terstruktur
Kelompok 3 dan 4: membuat pedoman wawancara tidak terstruktur
Kelompok 5 dan 6: membuat pedoman observasi dengan catatan anekdot
4. Kerjakan tugas dengan memperhatikan langkah-langkahnya
Langkah-langkah tugas wawancara :
a. Tetapkan permasalahan yang dihadapi mahasiswa
b. Tetapkan faktor-faktor yang memiliki relevansi dengan permasalahan
mahasiswa
c. Tentukan tujuan melakukan wawancara
d. Tentukan individu yang akan diwawancarai
e. Susun/buat pokok-pokok pertanyaan, dan butir-butir pertanyaan yang
relevan dengan pokok-pokok pertanyaan.
29
Langkah-langkah tugas observasi :
a.Tetapkan permasalahan yang dihadapi mahasiswa.
b. Tetapkan tujuan observasi.
c.Tetapkan situasi dilakukannya observasi.
d.Tetapkan individu yang akan diobservasi.
e.Tetapkan jadwal dan tempat dilakukannya observasi.
5. Presentasi hasil kerja kelompok dan umpan balik dari fasilitator meliputi :
a) Secara bergantian pasangan-pasangan kelompok memaparkan hasil kerja
kelompoknya.
b) Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan dan dijawab
oleh kedua kelompok penyaji.
c) Fasilitator memberikan umpan balik.
d) Demikian berjalan hingga seluruh kelompok tampil.
30