12
Dalam rangka mendukung target pembangunan pertanian diantaranya swa- sembada berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan maka diperlukan ketersediaan data dan informasi konsumsi yang lengkap. Sumber data konsumsi yang selama ini tersedia berasal dari (a) data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS; (b) Ketersedian pangan yang bersumber dari Neraca Bahan Makanan (NBM) yang diterbitkan oleh BKP, Kementerian Pertanian dan © web FAO (http://fao.org). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempunyai misi dalam melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebaran data dan informasi sektor pertanian didalamnya termasuk data konsumsi pangan. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2012 telah melakukan kegiatan analisis dan penataan data konsumsi pangan yang dapat digunakan untuk : a. Menyediakan data konsumsi secara series dan terupdate. b. Mengetahui sejauh mana keragaan dan prediksi konsumsi pangan serta ketersediaan dan penggunaan komoditas pangan di Indonesia. c. Dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan pengguna data dan informasi lainnya. Untuk mendukung hal tersebut, maka telah diselenggarakan workshop “Analisis dan Penataan Data Konsumsi pangan tahun 2012” yang bertujuan : a. Memaparkan hasil kajian terhadap metode penghitungan NBM yang digunakan selama ini. b. Melakukan tinjauan metode perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) bersama instansi terkait dalam rangka mendapatkan penyempurnaannya. c. Memberikan masukan kepada Tim NBM Nasional WORKSHOP KONSUMSI DAN NERACA BAHAN MAKANAN ISSN : 1411-9196 Vol. 9 No. 92 Bulan September 2012 http://pusdatin.deptan.go.id Daftar Isi : Workshop Konsumsi dan Neraca Bahan Makanan Daftar Isi : Workshop Konsumsi dan Neraca Bahan Makanan.....(1) AFITA Conference 2012 : World Conference On Computer In Agri- culture (WCCA), Taiwan .....(4) Workshop Pengukuran Luas Sawah Menggunakan GPS Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.....(6) Supervisi Pelaksanaan e-Form Tanaman Pangan Di 5 Kabupaten Provinsi Jawa Barat.....(8) Supervisi Pengukuran Produktivitas Cabe Di Provinsi Jawa Barat.....(10) Koordinasi Dengan LPSE Jawa Barat : Pengelolaan Insfrastruktur Pengadaan Elektronik.....(11) Pelatihan Aplikasi GPS Bagi Petugas Pengumpul Data Statistik Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan.....(12) Tim Redaksi : Pelindung : Ir. Tassim Billah, MSc Penasehat : Agus Sunarya, SE, MM Ir. Sari Sutiyorini, MM Ir, Bayu Mulyana, MM Ir. Dewa Ngakan Cakrabawana, MM Penanggung Jawab : Sukim Supandi, S.Sos, MM Redaksi : Dedi Triyono Editor : Dra. Laelatul Hasanah, MSi Dra. P.Hanny Mulyani, MM Eko Nugroho, S.Kom, MM Redaktur Pelaksana : Evita Wahyu Puspitasari, S.Kom Dian Prasetyorini Sekretariat : Dwi Wulandari Agus Musdino Redaksi menerima tulisan maupun saran dan kritik untuk Newsletter Pusdatin Kirimkan ke alamat redaksi : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Gd. D Lantai IV Pasar Minggu Jakarta 12550 Telp : 021-7805305, 7816384 Fax : 021-7822638 e-mail : [email protected] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Newsletter September 2012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Page 1: Newsletter September 2012

Dalam rangka mendukung target pembangunan pertanian diantaranya swa-

sembada berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan maka diperlukan

ketersediaan data dan informasi konsumsi yang lengkap. Sumber data konsumsi

yang selama ini tersedia berasal dari (a) data Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas), BPS; (b) Ketersedian pangan yang bersumber dari Neraca Bahan

Makanan (NBM) yang diterbitkan oleh BKP, Kementerian Pertanian dan © web

FAO (http://fao.org).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempunyai misi dalam

melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebaran data dan

informasi sektor pertanian didalamnya termasuk data konsumsi pangan.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun

2012 telah melakukan kegiatan analisis dan penataan data konsumsi pangan yang

dapat digunakan untuk :

a. Menyediakan data konsumsi secara series dan terupdate.

b. Mengetahui sejauh mana keragaan dan prediksi konsumsi pangan serta

ketersediaan dan penggunaan komoditas pangan di Indonesia.

c. Dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan pengguna data

dan informasi lainnya.

Untuk mendukung hal tersebut, maka telah diselenggarakan workshop “Analisis

dan Penataan Data Konsumsi pangan tahun 2012” yang bertujuan :

a. Memaparkan hasil kajian terhadap metode penghitungan NBM yang digunakan

selama ini.

b. Melakukan tinjauan metode perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM)

bersama instansi terkait dalam rangka mendapatkan penyempurnaannya.

c. Memberikan masukan kepada Tim NBM Nasional

WORKSHOP KONSUMSI DAN NERACA BAHAN MAKANAN

ISSN : 1411-9196

Vol. 9 No. 92 Bulan September 2012 http://pusdatin.deptan.go.id

Daftar Isi :

Workshop Konsumsi dan Neraca Bahan Makanan

Daftar Isi :

Workshop Konsumsi dan Neraca

Bahan Makanan.....(1)

AFITA Conference 2012 : World

Conference On Computer In Agri-

culture (WCCA), Taiwan .....(4)

Workshop Pengukuran Luas Sawah

Menggunakan GPS Dinas Pertanian

Kabupaten Sukabumi.....(6)

Supervisi Pelaksanaan e-Form

Tanaman Pangan Di 5 Kabupaten

Provinsi Jawa Barat.....(8)

Supervisi Pengukuran Produktivitas

Cabe Di Provinsi Jawa Barat.....(10)

Koordinasi Dengan LPSE Jawa

Barat : Pengelolaan Insfrastruktur

Pengadaan Elektronik.....(11)

Pelatihan Aplikasi GPS Bagi

Petugas Pengumpul Data Statistik

Perkebunan Kabupaten Lampung

Selatan.....(12)

Tim Redaksi :

Pelindung :

Ir. Tassim Billah, MSc Penasehat :

Agus Sunarya, SE, MM

Ir. Sari Sutiyorini, MM Ir, Bayu Mulyana, MM

Ir. Dewa Ngakan Cakrabawana, MM

Penanggung Jawab : Sukim Supandi, S.Sos, MM

Redaksi :

Dedi Triyono

Editor :

Dra. Laelatul Hasanah, MSi

Dra. P.Hanny Mulyani, MM Eko Nugroho, S.Kom, MM

Redaktur Pelaksana :

Evita Wahyu Puspitasari, S.Kom Dian Prasetyorini

Sekretariat :

Dwi Wulandari Agus

Musdino

Redaksi menerima tulisan maupun saran

dan kritik untuk Newsletter Pusdatin

Kirimkan ke alamat redaksi :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Jl. Harsono RM No. 3 Gd. D Lantai IV

Pasar Minggu – Jakarta 12550 Telp : 021-7805305, 7816384

Fax : 021-7822638

e-mail : [email protected]

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Page 2: Newsletter September 2012

H A L A M A N 2

Workshop dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012, di Hotel Bumi Wiyata Jl. Margnda

Raya, Kota Depok, Jawa Barat. Pada Kesempatan tersebut Kapusdatin menyampaikan

arahannya bahwa : betapa pentingnya data sebagai bahan penyusunan, perencanaan dan

pengambilan kebijakan di sektor pertanian. Pada workshop tersebut jadwal materi disusun

sebagai berikut :

Materi dan Narasumber/penyaji pada acara “Workshop Analisis dan Penataan Data Konsumsi

“ Tahun 2012 sebagai berikut:

Hasil Workshop

a. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk beberapa komoditas, hanya beras (perum Bu-

log) dan gula (DGI), yaitu stok di pemerintah.

b. Jumlah pangan yang digunakan di dalam negeri mencakup : Pakan, Bibit/benih, peng-

gunaan untuk industri (makanan & non makanan), cenderung underestimate dan terkadang

tidak tersedia, Penyusutan (tercecer) dan Bahan makanan, yang tersedia untuk dikonsumsi

oleh penduduk dalam kurun waktu tertentu.

c. Konversi produksi yang digunakan harus sejalan dengan konversi yang digunakan pada

saat penyajian data produksi di masing-masing sub sektor.

Selama ini besaran konversi ditetapkan oleh Tim NBM, yang merupakan persentase thd pen-

yediaan dalam negeri dan besarannya cenderung tetap dari tahun ke tahun dari rasio I-O tahun

2000 dan hasil kajian NBM terakhir 2003, bahkan hasil tahun 1970 -> sehingga akan

menghasilkan data ketersediaan bahan makanan yang kurang akuratà OKI perlu dicermati,

dikaji dan disempurnakan

Hasil kajian dan alternatif pemecahan

1. Konversi produksi yang digunakan harus sejalan dengan konversi yang digunakan pada

saat penyajian data produksi komoditas. Contoh : konversi buah kelapa menjadi kopra se-

besar 20-25% sesuai dengan Buku Pembakuan Statistik Perkebunan (PSP 2007) dan hanya

sekali angka konversi yang digunakan.

Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...

Workshop Konsumsi dan

Neraca Bahan Makanan

“Workshop

Konsumsi

dan

Neraca

Bahan

Makanan

Di Hotel

Bumi

Wiyata,

Depok”

Waktu (WIB) Materi Penyaji Narasumber Moderator

09.00 – 09.45

09.45 – 11.15

11.15 – 12.45

12.45 – 13.30

13.30 – 15.00

15.00 – 16.30

16.30 – 17.00

Pembukaan

Pemaparan dan diskusi Kajian Metode Perhitungan

Neraca Bahan Makanan

(NBM)

Pemaparan dan Diskusi

Pemanfaatan Tabel I-O dalam Penyusunan NBM

Ishoma

Panel

Pemaparan dan diskusi Metodolgi, Analisis dan

Penyempurnaan Data

Konsumsi RT Hasil Susenas

Pemaparan dan Diskusi Hasil Analisis Konsumsi

Pangan

Penutupan

Ir. Sabarella, M.Si, Pusdatin Kementan

Urip Widiyantoro,

S.Si - BPS

Ir.Nona Iriana

Ir .Efi Respati, MSi Pusdatin Kementan

Kapusdatin

Ir.Nona Iriana

Kapusdatin

Urip

Widiyantoro, SSi

Ir. Dewa N Cakrabawa, MM

Ir. Efi Respati, MSi

Sehusman, SP

Ir. Sabarella,

M.Si.

Page 3: Newsletter September 2012

H A L A M A N 3

2. Data produksi nanas dan pisang selama ini adalah nanas dengan mahkota dan pisang dengan tandan, se-

hingga produksi tersebut masih perlu dilakukan konversi ke nanas tanpa mahkota dan pisang tanpa tandan.

Hasil pengumpulan data ke beberapa pedagang dan diperoleh angka konversi sbb :

3. Data dalam Tabel I/O berupa nilai, sementara NBM adalah volume, sehingga dengan asumsi harga tidak

berubah, selanjutnya digunakan angka proporsi/persentase terhadap total penyediaan yang digunakan

sebagai angka konversi.

4. Keterbatasan dalam Tabel I/O adalah rincian komoditas tidak selengkap komoditas dalam NBM seperti

sayuran dan buah-buahan tidak dirinci per komoditas, sehingga konversi yang dihasilkan terbatas.

5. Tabel I/O yang digunakan adalah Tebel transaksi total atas harga produsen.

6. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk beberapa komoditas, pada Tabel Input-Output (I/O) tahun

2000 dan 2005 pada kolom 304, yaitu persentase perubahan stok terhadap jumlah penyediaan tidak bisa

digunakan karena ada rentang waktu.

7. Underestimatenya data industri dan terkadang tidak tersedia, maka :

a. Bila data industri tersedia dapat menggunakan hasil Survei Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri

Kecil/rumah tangga yang bersumber dari BPS.

b. Bila tidak tersedia dapat didekati dengan menggunakan Tabel Input-Output (Tabel I/O) pada kolom

untuk industri makanan dan industri non makanan (pakan ternak-69). Secara rinci persentase terhadap

total penyediaan pada Tabel I/O yang dimaksud tersaji pada Tabel berikut ini.

8. Besarnya Konversi Bibit tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang, sehingga perlu disempurnakan antara

lain melalui :

a. Penggunaan hasil struktur ongkos usahatani terbaru hasil survei, diantaranya yang bersumber dari

BPS. Selanjutnya mengalikan dengan luas tanam masing-masing komoditas. Hasil survei struktur

ongkos usaha tani tahun 2010, BPS sbb :

b. Penggunaan tabel I/O pada kolom yang sesuai komoditas masing-masing menunjukkan penggunaan

untuk bibit/benih dan tercecer dengan persentase terhadap total penyediaan.

9. Melakukan penyusunan kode HS untuk data ekspor impor masing-masing komoditas sehingga konsistensi

data tetap terjaga, kode HS yang dimaksud lihat pada lampiran.

10. Untuk menyamakan konsep antara konsumsi daging ayam ras dalam Susenas dengan ketersediaan daging

ayam ras di NBM, apakah dalam NBM produksi daging ayam ras masih perlu dikonversi ke bentuk daging

murni, sementara pada kenyataannya masyarakat dalam mengkonsumsi daging ayam dalam bentuk karkas.

Hal ini diduga yang menyebabkan angka konsumsi (Susenas) menjadi lebih besar dibandingkan angka ket-

ersediaan (NBM) karena dilakukan konversi ke daging murni.

11. Pada saat melakukan konversi dari kuantitas ke energi dan protein berdasarkan tabel Daftar Komposisi

Bahan Makanan (DKBM) yang bersumber dari Kementerian Kesehatan terdapat beberapa komoditas yang

tidak konsisten sesuai dengan DKBM tersebut, tabel DKBM lihat pada lampiran.

V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2

1

Nanas dgn Mahkota

999.29 1,028.57 900 675 900.71

2

Nanas tanpa Mahkota

809.29 870.00 875 605 789.82

3

Nanas siap konsumsi

485.50 551.67 550 335 480.54

79.00 85.01 97.38 89.67 87.76

37.45 46.63 61.13 49.8 48.75

Rata-rata

Palembang

Rata-rata

Malang

Rata-rata

Bogor Rata-rata UraianNo.

% nanas tanpa mahkota thd

nanas dengan mahkota

% nanas siap konsumsi thd

nanas dengan mahkota

Rata-rata

Madu

Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedele

49,84 kgha 55,97 kg/ha 21,05 kg/ha 56,33 kgha

Page 4: Newsletter September 2012

H A L A M A N 4

Pertumbuhan penduduk membawa

konsekuensi pertumbuhan kebutuhan pangan,

sandang dan papan. Dalam hal ini pemenuhan

kebutuhan pangan selalu bertumpu pada sek-

tor pertanian dalam arti luas. Bahkan, bagi

negara-negara Asia setelah melalui berbagai

tahap pembangunan dan mencapai berbagai

kemajuan pun, sektor pertanian masih terus

menjadi tumpuan kehidupan dan pen-

ghidupan bagi masyarakatnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor

Teknologi Informasi (TI) tumbuh pesat dan

menawarkan potensi yang sangat besar terha-

dap pertumbuhan semua sektor termasuk

pertanian. Berkembang pesatnya populasi

yang diikuti dengan berkurangnya sumber

daya alam di Asia serta liberalisasi perdagan-

gan memerlukan integrasi antara TI dan per-

tanian. Tantangan ke depan adalah bagai-

mana mengeksplorasi peluang-peluang yang

disediakan oleh revolusi TI untuk produktivi-

tas pertanian.

Ada kebutuhan mendesak pula agar

manfaat TI juga dirasakan di pedesaan.

Peneliti dan pengambil kebijakan harus mem-

pertimbangkan masalah ini. Untuk itu tantan-

gan para peneliti dan pembuat kebijakan

kedepan semakin berat, yaitu bagaimana agar

pendekatan holistik TI dan pertanian lebih

dari sekedar melepaskan pedesaan dari iso-

lasi, sehingga pemanfaatan TI dapat lebih

berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat pedesaan.

Untuk itu melalui organisasi semacam

AFITA (Asian Federation for Information

Technology in Agriculture) ini diharapkan

dapat menjadi sebuah platform untuk mewu-

judkan semua isu diatas. Melalui kegiatan

konferensi ini pula dapat menjadi ajang per-

tukaran informasi tentang perkembangan

pemanfaatan TI di bidang pertanian di negara

-negara Asia dan dunia pada umumnya, serta

mendiskusikan arah pengembangan lebih

lanjut untuk mencapai produktivitas dan ke-

langsungan sektor pertanian di Asia dan

dunia, sekaligus membangun kemakmuran

masyarakat pedesaan di semua negara. Saat

ini kegiatan AFITA mengambil tempat di

National Training Institute of Farmers’

Organizations (Tianmu Convention Center)

dengan seminar yang bertajuk World Confer-

ence on Computers in Agriculture (WCCA) .

Riset dalam pengembangan sistem

informasi untuk pertanian

Riset dalam pengembangan sistem

informasi untuk pertanian bukan sekedar

membangun sistem aplikasi berbasis

teknologi informasi untuk petani (user),

namun mencakup sosialisasi dan edukasi

penerapannya bagi pelaku pertanian (user)

dengan bukti keberhasilan yang memadai.

Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...

AFITA CONFERENCE 2012 : WORLD CONFERENCE ON COMPUTER IN AGRICULTURE

(WCCA), TAIWAN

“Workshop

Konsumsi dan

Neraca Bahan

Makanan

Di Hotel

Bumi Wiyata,

Depok

dan AFITA

Conference 2012 :

World Conference

On Computer

In Agriculture

(WCCA),

Taiwan”

AFITA CONFERENCE 2012

Peserta workshop analisis dan penataan

data konsumsi tahun 2012 terdiri dari 40

peserta, yang berasal dari unit lingkup

Kementerian Pertanian, Pusdatin, BPS dan

FEMA-IPB Bogor, antara lain perwakilan

dari :

1. Direktur Statistik Tanaman Pangan,

Hortikultura dan Perkebunan, BPS

2. Direktur Neraca Produksi, BPS

3. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian

4. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

5. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan

6. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikul-

tura

7. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan

8. Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan

9. Sekretaris Badan Pengembangan dan

Penelitian Pertanian

10. Direktur Pasar Domestik, Direktorat

Jenderal PPHP

11. Direktur Pengolahan Hasil Pertanian,

Direktorat Jenderal PPHP

12. Kepala Biro Perencanaan, Sekretariat

Jenderal, Kementerian Pertanian

13. Kepala Biro Hukum dan Informasi Pub-

lik, Sekretariat Jenderal

14. Kepala Biro Umum dan Hubungan

Masyarakat, Sekretariat Jenderal

15. Kepala Pusat Ketersediaan dan Kera-

wanan Pangan, BKP

16. Kepala Pusat Penganekaragaman Kon-

sumsi dan Keamanan Pangan, BKP

17. Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan

Pangan, BKP

18. Ketua Departemen Gizi Masyarakat,

FEMA-IPB, Bogor

19. Tim NBM Lingkup Kementerian

Pertanian

20. Kepala Bidang Data Non Komoditas,

Pusdatin

21. Tim Konsumsi, Pusdatin Kementerian

Pertanian. ( Laela/Sehusman)

Page 5: Newsletter September 2012

H A L A M A N 5

Sistem Informasi yang dikembangkan masih perlu

dikawal dengan seksama dan melekat dengan

kebutuhan dan keadaan pelaku pertanian. Inilah

tantangan terbesar bagi pengembang sistem aplikasi

pertanian berbasis teknologi informasi. Rangkuman

presentasi “insvited speakers” di Konferensi AFITA

2012 di Taipei 2012.

Aktivitas industri pertanian adalah proses

kontinum dari lahan hingga ke meja makan yang dapat

dikonsumsi dengan aman dan nyaman. Memisahkan

rantai pasca dan pra-panen mengintrodusir rongga-

rongga cacat kualitas dan kuantitas pada produk perta-

nian yang berdampak propagatif dan kumulatif ketika

produk dihadirkan ke konsumen. Teknologi informasi

terus dikembangkan dan digunakan untuk memantau

dan mengawal lebih cermat (presisi) rantai proses kon-

tinum aktivitas industri pertanian sehingga produk

pertanian sampai dengan aman di konsumen dangan

tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga dan

selera. Pemanfaatan data dan informasi menjadi se-

makin intensif dan masih melibatkan sensor-sensor

presisi dan algoritma komputasi cerdas serta piranti

keras komputasi dan komunikasi berkinerja tinggi.

Topik-topik utama dalam konferensi ini adalah:

• Rural economies and ICT policies for rural

development

• e-governance standards/metadata and data

standards in agriculture

• e-agribusiness and virtual agri-markets

• Applications for agriculture and precision farming

• Agricultural Information System

• Decision Support Systems for agriculture and

agribusiness

• ICT applications in natural resources management

• Agricultural Applications of Cloud & Service

Computing

• Remote Sensing and GIS applications

• Extension and knowledge repository services

• Agricultural resources data banks and data mining

• Weather prediction models for profitable

agricultural production

• Robotics in Agriculture

• Plant Factory

• Agricultural Education & Training

• General or miscellaneous topics

Rekayasa teknologi informasi pertanian

Beberapa seminar yang berhasil diikuti dan

sesuai dengan beberapa teknologi informasi yang bisa

dikembangkan di pertanian Indonesia adalah :

Agriculture ICT Infrastructure-Prerequisite for Agro-

Forest Management-In Any Country (Austria)

Mr. Walter Mayer, PROGIS Software Austria GmbH

• Basis Bing Map

• Sample image 30cm

• User: misintry, extension, universitas, school. User

private: petani, masyarakat

• FMIS: farmers map information system

• Sistem ini mengintegrasikan : peta lapangan, trak-

tor, lini pengiriman hingga produksi

• Dengan sistem ini bisa membantu mengurangi

kerusakan hutan dan kerugian secara financial

• Dan bisa meningkatkan nilai lahan

Distance Learning (Vietnam)

ICT Education and Training in Agriculture

Tran Viet Khanh, Thai Nguyen University

• Pemanfaatan teknologi distance learning di Viet-

nam oleh petani. Saat ini telah dilakukan penyem-

purnaan prosedur dan peningkatan infrastruktur

teknologi informasinya.

Pemanfaatan GIS untuk pemetaan dan pembangunan

irigasi serta penampungan air (kolam) di Taiwan

Survey of Agricultural Ponds in Taouyuan Plateau by

Satelite Imagery and Air Photography

• Pemanfaatan dan pembangunan irigasi di Taiwan

dikelola oleh Asosiasi Irigasi Taiwan (IAT

• Anggota asosiasi diberikan training penggunaan

GIS oleh pusat riset dan teknologi pertanian Tai-

wan

• GIS aplikasi yang diberikan: desktop, mobile dan

berbasis web

Konsep Training dan Edukasi ICT untuk pem-

bangunan pertanian di India – Savaranan Raj, Central

Agricultural University

• Endpoint yang digunakan: portal InDG, e-

edukiosk (semacam UPIPK), e-extension Tamil

Nadu, MaSS (Mobile Aplication System)

• Siapa yang mengupdate informasi tersebut dan

siapa yang mengautorisasi bahwa informasi terse-

but benar? Agricuture scientis, universitas, atau

asosiasi terkait

Konsep peningkatan kapasitas penyuluh pertanian di

masa mendatang (University of Florida-USA)

• Peningkatan sarana-sarana edukasi bagi penyuluh :

mobile tech, clouds dan media-media social

• Bisnis tanpa memanfaatkan teknologi mobile

adalah bisnis tanpa strategi (google)

• Tantangan mobile tech : data akses, pengeta-

huan, keamanan

• Mobile development framework : JSON, sudah

dikembangkan untuk Apple iOS, akan dikembang-

kan untuk Google dan Blackberry OS

• Peluang dan tantangan : dengan makin berkem-

bangnya teknologi mobile, mau tidak mau perkem-

bangan tersebut harus diikuti agar tetap up to date,

jalin kerjasama dengan technologi partner untuk

meningkatkan nilai tambah sistem/aplikasi

• Bagaimana dengan user cross platform? Akan

Lanjutan Berita AFITA Conference 2012...

V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2

Page 6: Newsletter September 2012

H A L A M A N 6

dilakukan survey berapa user yang meng-

gunakan platform terkait

• Apakah menggunakan framework yang

sama untuk berbagai macam platform?

Sangat susah untuk terus mempertahankan

karena kemungkinan framework akan

selalu berubah mengikuti perkembangan

teknologi yang ada.

Teknik Data Mining untuk LUDM, water

management dan resapan air di Australia, Dr.

Leisa Armstrong, Edith Cowan University

Data Mining Software Tools to Improve Wa-

ter Catchment and Agricultural Land Man-

agement in Australia

• Aplikasi: remote sensing, medical, agri-

culture, landuse changing, pest manage-

ment, etc

• Umumnya untuk pengambilan keputusan

• Basis software : database Postgree SQL

dengan platform JDK Java Platform

• Mining process Tools : uDig (open source

platform).

AFITA/WCCA 2012 Conference

Opening Ceremony

• Mr. Wu-Den Yih, welcome speech,

vice president of Taiwan (ROC)

• Dr. San-Cheng (Simon) Chang,

president of TAITA

• Prof. Kudang Boro Seminar,

president of AFITA 2010-2012

Keynote Speaker :

• The Challenges and Opportunities

of Agriculture in 21st Century, Bao-

Ji Cen, Council of Agriculture,

Executive Yuan (Taiwan)

• Cloud Computing and Agriculture-

The Taiwan Adventure, San-Cheng

(Simon) Chang, Executive Yuan

(Taiwan)

• Cloud Computing in the Real World

-Sharing and Experiences and

Ideas, Darryl Chantry, Datacenter

& Private Cloud Centre of

Excellence, Microsoft Corporation

Australia

Workshop :

• Sensor and Research – Joe-Air

Jiang, National Taiwan University

(NTU-Taiwan)

• Geographics Information System

(GIS) – Seishi Ninomiya, Univerisity

of Tokyo (Japan)

• Knowledge Management &

Decission Support System (KM &

DSS) – Gerhard Schiefer, University

of Bonn (Germany)

• ICT Training and Education –

Fedro Zazueta, University of

Florida (USA)

Konferensi ini diikuti oleh 250 peserta, 80

diantaranya dari Taiwan serta menyajikan 111

paper, 3 keynote, 16 workshop. ( Eko)

“AFITA

Conference 2012 :

World Conference

On Computer

In Agriculture

(WCCA), Taiwan

dan Workshop

Pengukuran

Luas Sawah

Menggunakan

GPS Dinas

Pertanian

Kabupaten

Sukabumi”

Lanjutan Berita AFITA Conference 2012...

Kebijakan Penataan Data Lahan Perta-

nian dalam Rangka Penyusunan Dokumen

Akademis Penetapan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan

Pada Kesempatan Menghadiri undan-

gan workshop dari Dinas Pertanian Kabu-

paten Sukabumi dalam acara Pelatihan pen-

gukuran Luas sawah menggunakan GPS

Kegiatan Updating Luas Baku Lahan Sawah

di Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yang

berlokasi di Pelabuhan Ratu Kabupaten Suka-

bumi Jawa Barat, disampaikan tentang kebi-

jakan penataan data lahan pertanian dalam

rangka penyusunan dokumen akademis

Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelan-

jutan (LP2B). Pada acara tersebut disampai-

kan tentang sosialisasi UU No.41 Tahun 2009

dan PP No.1 Tahun 2011 tentang penetapan

dan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (LP2B) oleh Bapak

Ir.Bambang Agus, MM dari Direktorat Jen-

dral Prasarana dan Sarana Pertanian, dan ke-

bijakan penataan data lahan pertanian oleh

bapak Dr.M.Luthful Hakim dari Pusat Data

dan Sistem Informasi Pertanian, yang dilan-

jutkan dengan pelatihan mengenai peng-

gunaan alat GPS dan penggunaan peta ber-

basis citra satelit oleh Aulia Azhar dari Pusat

Data dan Sistem Informasi Pertanian .

Workshop Pengukuran Luas Lahan

Baku Sawah dengan menggunakan alat GPS

tersebut, diselenggarakan tanggal 29 Agustus

2012 oleh Dinas Kabupaten Sukabumi terse-

but, yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas

Pertanian Kabupaten Sukabumi dan dihadiri

oleh Kepala Sub bidang Perluasan areal,

Kepala Sub Bidang Data Prasarana, serta

petugas dari masing masing kecamatan yang

ada di Sukabumi.

Pada kesempatan tersebut materi

diawali dengan paparan mengenai Lahan Per-

tanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang

disampaikan oleh, Bapak Ir. Bambang Agus,

MM dari Ditjen PSP, secara ringkas dijelas-

WORKSHOP PENGUKURAN LUAS SAWAH MENGGUNAKAN GPS DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUKABUMI

Workshop Pengukuran Luas

Sawah Menggunakan GPS

Dinas Pertanian Kabupaten

Sukabumi

Page 7: Newsletter September 2012

H A L A M A N 7

kan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sosialisasi Undang-Undang No.41 tahun 2009

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)

adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan

untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsis-

ten guna menghasilkan pangan pokok bagi ke-

mandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan na-

sional (Ps 1 angka 3 – UU No. 41 Th. 2009). La-

han Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) meli-

puti lahan beririgrasi, lahan reklamasi rawa pasang

surut dan nonpasang surut (lebak), dan lahan tidak

beririgasi (Ps 5 – UU No. 41 Th. 2009).

2. PP No.1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih

Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(LP2B). Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun

2011 bertujuan untuk :

a) Mewujudkan dan menjamin tersedianya Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan

b) Mengendalikan alih fungsi Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan

c) Mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan

kedaulatan pangan nasional; meningkatkan

pemberdayaan, pendapatan dan kesejahteraan

bagi petani

d) Memberikan kepastian usaha bagi pelaku

usaha tani

e) Mewujudkan keseimbangan ekologis

f) Mencegah pemubaziran investasi infrastruktur

pertanian

3. Diagram Penyusunan Penetapan LP2B

Paparan berikutnya tentang Kebijakan Pena-

taan Data Lahan disampaikan secara ringkas disam-

paikan oleh Bapak Dr.M.Luthful Hakim dari Pusat

Data dan Sistem Informasi Pertanian. Beberapa hal

yang disampaikan beliau adalah sebagai berikut :

terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian ke non per-

tanian dan penyusutan lahan sawah akibat alih fungsi

lahan akan mempengaruhi kemampuan penyediaan

dan ketahanan pangan nasional. Untuk penyusunan

perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan

dan berkualitas, dan perhitungan data produksi, kon-

sumsi, dan neraca beras secara akurat dan tepat, maka

perlu disusun dan ditetapkan data luas baku sawah dan

luas panen padi (SK Mentan No. 5020/Kpts/

OT.160/12/2011 tentang Pembentukan Tim Pengka-

jian Data Produksi, Konsumsi, dan Neraca Beras).

Selama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi alih

fungsi lahan sawah ke non sawah di pulau Jawa sebe-

sar 59.439 Ha dan rata-rata per tahun 6.604 Ha (BPN,

2010). Selama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi pen-

ingkatan lahan sawah di luar pulau Jawa sebesar 8.775

Ha dan rata-rata per tahun 975 Ha (BPN, 2010). Se-

lama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi alih fungsi la-

han sawah ke non sawah di Prov. Jawa Barat seluas

20.832 Ha dan rata-rata per tahun 2.315 Ha (BPN,

2010).

Penataan data lahan baku sawah dilakukan dengan :

a. Pendataan lahan melalui Laporan Petugas Ke-

camatan (Mantri Tani) – SP Lahan (bentuk data

tabular),

b. Pemetaan obyek fisik lahan (bentuk data spasial):

• Pemetaan Terestrial (Alat GPS)

• Pemetaan Citra Satelit/Foto Udara

Rencana Tindak lanjut pada tahun 2013 yaitu Penyu-

sunan metodologi pengisian form SP Lahan berbasis

peta lahan baku sawah dan citra satelit di 3 Kabupaten.

Tahapan Pengisian Form SP Lahan Berbasis Peta

antara lain:

a. Melaksanakan pengisian peta kerja yakni dengan

menandai bidang fisik lahan sesuai dengan peng-

gunaannya baik lahan sawah, lahan bukan sawah,

maupun lahan bukan pertanian (definisi lahan sa-

wah dan penggunaan lainnya sesuai dengan Buku

Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tanaman Pangan).

b. Melaksanakan pengisian form SP Lahan, yakni

dengan cara menghitung luas masing-masing peng-

gunaan lahan yang telah ditandai pada peta kerja

(Point 1).

Pelatihan penggunaan alat GPS dan penggunaan peta

berbasis citra satelit. Dalam pelatihan ini di awali den-

gan beberapa materi tentang penggunaan alat GPS dan

penggunaan peta berbasis citra satelit yang di sampai-

kan oleh Aulia Azhar dari Pusat Data dan Sistem In-

formasi Pertanian. Paparan materi yang di berikan

meliputi :

1. Konsep dan definisi lahan baku sawah

Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak

-petak dan dibatasi oleh pematang yang biasanya

ditanami padi sawah tanpa memandang dimana

diperolehnya atau status tanah tersebut. Luas baku

sawah adalah luasan semua lahan sawah yang

Lanjutan Berita Workshop Pengukuran Luas Sawah...

V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2

Page 8: Newsletter September 2012

H A L A M A N 8

tersedia untuk ditanami padi atau jenis

tanaman lain, maupun yang sedang tidak

ditanami dalam jangka waktu kurang dari

dua tahun termasuk lahan sawah yang baru

dicetak.

2. Pengenalan alat GPS

Pengenalan alat GPS meliputi pengetahuan

dasar GPS, Segmen GPS, Mengapa Meng-

gunakan Satelit, Jarak Satelit, GPS Difer-

ensial, Sumber Kesalahan GPS.

Materi Pelatihan penggunaan alat GPS

yang diberikan kepada peserta sosialisasi

meliputi Panduan Pengukuran Areal

Menggunakan GPS dan Praktek pengu-

kuran areal di lapangan.

a. Panduan pengukuran areal mengguna-

kan GPS berisi tentang pengenalan

GPS, kelengkapan alat GPS, setting

alat, cara pengukuran areal mengguna-

kan GPS, install GPS Pathfinder Of-

fice, transfer data hasil pengukuran dan

penyimpanan file ke SHP.

b. Praktek pengukuran areal di lapangan

berisi tentang cara merekam titik , cara

merekam area dan cara mengetahui

luas area yang telah di ukur dengan

menggunakan GPS.

Dengan adanya dukungan fasilitas bantuan

alat GPS (Global Positioning System) di-

harapkan akan sangat bermanfaat bagi

petugas pengumpul data untuk mendapat-

kan luas baku lahan sawah yang sesuai

dengan kondisi lapangan yang akurat.

3. Penggunaan peta berbasis citra satelit.

Dalam penggunaan peta berbasis satelit

guna memudahkan petugas melihat daerah

yang telah terdigitasi dengan benar dan

dapat menentukan lokasi yang sudah ber-

alih fungsi dari sawah menjadi non sawah.

Dalam melakukan pengukuran, Prosedur

Updating Peta Lahan Baku Sawah meli-

puti :

a. Citra tertutup awan (apabila bidang

lahan merupakan sawah maka diukur

dengan GPS)

b. Salah interpretasi (apabila bidang lahan

merupakan bukan lahan sawah maka

diukur dengan GPS begitu juga sebali-

knya)

c. Alih fungsi lahan (apabila pada gambar

citra satelit terlihat berupa lahan sawah

dan ternyata sekarang sudah beralih

fungsi maka diukur dengan GPS dan

begitu juga sebaliknya). ( Azhar)

Lanjutan Berita Workshop Pengukuran Luas Sawah...

Pemenuhan data setiap bulan secara

terkini (real time) sangat memungkinkan

untuk didapatkan, karena formulir

pengumpulan data padi biasa dilaporkan

bulanan. Untuk itu, Pusdatin memandang

perlu melakukan upaya guna meningkatkan

kualitas data pertanian diantaranya dengan

pengolahan dan pengiriman data dari daerah

ke pusa t dengan memanfaa tkan

perkembangan perkembangan teknologi

formulir elektronik. Pusdatin telah

membangun suatu sistem pelaporan berbasis

web yang dapat digunakan oleh mitra kerja

lingkup pertanian di daerah untuk

melaporkan data SP setiap bulan ke server

yang memungkinkan setiap pengguna dapat

mengakses dengan mudah. Sistem ini

dinamakan Formulir Elektonik SP Tanaman

Pangan atau disingkat e-Form TP.

Mengingat pada saat ini dengan

semakin intensifnya perencanaan yang

memerlukan data setiap bulan, maka dengan

mengandalkan data yang dipublikasikan

setiap subround (4 bulan) dirasa tidak cukup.

Untuk itu, dipandang perlu melakukan upaya

guna meningkatkan kualitas data pertanian

melalui e-Form TP. Untuk itu Pusdatin pada

tahun 2012 melakukan Kegiatan Implemen-

tasi dan Pengawalan e-Form Tanaman Pan-

gan melalui keputusan Kuasa Pengguna

Anggaran Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian Tahun Anggaran 2012 melalui

Surat Keputusan No. 38G/Kpts/KU.110/

A6/05/2012 tentang penunjukan Panitia,

Instruktur, Narasumber dan Peserta

Implementasi e-Form Tanaman Pangan

Tahun 2012.

Untuk itu , dipandang perlu

melakukan upaya guna meningkatkan

kualitas data pertanian melalui e-Form TP.

Untuk itu Pusdatin pada tahun 2012 melaku-

kan kegiatan implementasi dan pengawalan e

-Form tanaman pangan serta advokasi metode

pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data

statistik pertanian kepada petugas pengelola

data di kecamatan, kabupaten dan provinsi.

Tahun 2012, implementasi dan pengawalan e

-Form tanaman pangan akan dilakukan di

Provinsi Jawa Barat dengan total peserta 135

(seratus tiga puluh lima) orang. Implementasi

dan pengawalan e-Form tanaman pangan

telah dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada

SUPERVISI PELAKSANAAN e-FORM TANAMAN PANGAN DI 5 KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT

“Workshop

Pengukuran

Luas Sawah

Menggunakan GPS

Dinas Pertanian

Kabupaten

Sukabumi dan

Supervisi

Pelaksanaan

e-Form Tanaman

Pangan Di 5

Kabupaten Provinsi

Jawa Barat”

Workshop Pengukuran Luas

Sawah Menggunakan GPS

Dinas Pertanian Kabupaten

Sukabumi

Supervisi Pelaksanaan e-Form

Tanaman Pangan Di 5 Kabu-

paten Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pelaksanaan e-Form

Tanaman Pangan Di 5 Kabu-

paten Provinsi Jawa Barat

Page 9: Newsletter September 2012

H A L A M A N 9

tanggal 5 – 7 Juni 2012 di Hotel Karang Setra Band-

ung dengan total peserta 135 (seratus tiga puluh

lima) orang yang terdiri dari peserta kabupaten In-

dramayu 2 orang dan kecamatan 28 orang, kabupaten

Sumedang 2 orang dan kecamatan 26 orang, Kabu-

paten Cianjur 2 orang dan kecamatan 20 orang, Kabu-

paten Cirebon 2 orang dan kecamatan 10, Kabupaten

Tasikmalaya 2 orang dan kecamatan 36 orang. Peserta

dari provinsi yang mengikuti pelatihan sebanyak 5

orang yang mengikuti di masing-masing kelas kabu-

paten. Materi yang diajarkan kepada petugas adalah

metode pengumpulan data tanaman pangan. Semen-

tara itu, petugas kabupaten dan provinsi mendapat

materi pengolahan dengan menggunakan e-Form

Tanaman Pangan. Kelanjutan dari materi tersebut

adalah petugas kecamatan dapat mengirimkan data

yang akurat, tepat waktu dan konsisten sedangkan

bagi petugas kabupaten dan provinsi dapat mengelola,

mengolah dan menganalis data. Untuk mempercepat

proses pengolahan dan pengiriman data ke pusat

maka petugas kabupaten setiap bulan (Januari – De-

sember 2012) harus mengirimkan data melalui e-

Form tanaman pangan ke Pusdatin.

Pelaksanaan Supervisi

Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris

ialah supervision, yang artinya pengawasan atau pen-

gendalian. Supervisi pelaksanaan e-Form Tanaman

Pangan yang dilakukan di 5 (lima) kabupaten Provinsi

Jawa Barat yaitu Indramayu, Tasikmalaya, Cirebon,

Sumedang dan Cianjur. Kunjungan supervisi ke kan-

tor Dinas Pertanian di 5 kabupaten tersebut dengan

tujuan dalam rangka melakukan pemantauan terhadap

pelaksanaan pengumpulan dan proses pengiriman data

ke Pusdatin untuk itu dilakukan diskusi dengan petu-

gas pengelola data tanaman pangan seputar pelak-

sanaan pengiriman data dan mengetahui permasalahan

yang dihadapi selama mengoperasikan/ mengirimkan

data melalui e-Form TP. Dari kunjungan Supervisi ke

masing-masing Kabupaten didapat hasil sebagai beri-

kut :

1. Memantau secara teknis pelaksanaan pengumpu-

lan data Tanaman Pangan yang dilaporkan dalam

Formulir SP-Padi dan SP-Palawija tahun 2012

yang hingga saat ini sudah sampai dengan Bulan

Agustus 2012.

2. Memantau proses entry data SP tersebut ke dalam

program entri data E-Form Tanaman Pangan. Saat

ini proses entri data sudah sampai Bulan Agustus

2012. Secara umum proses entry dari program

aplikasi E-form Tanaman Pangan tidak mengalami

kendala atau permasalahan. Entri data bias dilaku-

kan dengan lancar dan Aplikasi E-form Tanaman

Pangan bias dijalankan dengan cukup baik.

3. Dibahas juga proses pengiriman data yang bisa

dilakukan cukup baik. Dari sisi program aplikasi e-

form Tanaman Pangan berjalan cukup lancar pada

proses pengiriman data ke server pusat (Pusdatin)

maupun ke server provinsi (Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat).

4. Secara umum program Aplikasi e-Form Tanaman

Pangan dapat dijalankan dengan baik, mulai dari

proses install, entry, penyimpanan data, pengiriman

data, proses backup, restore dan pencetakan lapo-

ran. Sedikit masukan pada menu atau output rekap

yang kurang informatif atau masih kurang sesuai

dengan yang diperlukan pengguna sehingga kurang

mendukung petugas dalam membuat berbagai lapo-

ran atau bahan kebijakan daerah.

Sementara itu seputar pertanyaan mengenai aplikasi e-

Form Tanaman Pangan dengan petugas Dinas Perta-

nian Provinsi adalah :

• Mengapa data yang sudah dientri oleh petugas kabu-

paten tidak bisa dibuka oleh petugas provinsi? Infor-

masi tambahan: Data hasil entri dikirimkan melalui e

-mail, data yang dikirimkan ke email dengan for-

mat .sql

Tanggapan :

Data yang dikirimkan ke petugas provinsi melalui e-

mail sebaiknya dengan format .etp bukan .sql. Men-

gapa?

a) Data dengan format .etp → merupakan data yang

sudah siap untuk dikirimkan/digabungkan ke

server pusat atau ke aplikasi e-Form Tanaman

Pangan Modul Provinsi. Data dengan format

(.etp) jika digabungkan di aplikasi Modul

Provinsi akan menjadi data rekap provinsi karena

aplikasi Modul Provinsi tersebut menggabungkan

keseluruhan kabupaten/kota.

b) Data dengan format .sql → merupakan data hasil

backup dari aplikasi e-Form Tanaman Pangan

Modul Kabupaten, jadi data dengan format

tersebut seharusnya di - restore ke aplikasi e-

Form Tanaman Pangan Modul Kabupaten juga

dan bukan ke aplikasi Modul Provinsi, oleh sebab

itu data tersebut tidak bisa dibuka di aplikasi e-

Form Tanaman Pangan Modul Provinsi karena

petugas provinsi tidak mempunyai kewenangan

untuk meng-update data.

Kendala yang dihadapi pada aplikasi e-Form

Tanaman Pangan selama melakukan entri data

yaitu Data yang sudah dientri mengalami kendala

dalam pengiriman data ke server pusat, padahal

komputer yang digunakan untuk entri sudah

terkoneksi internet, setelah ditelusuri penyebabnya

ternyata ada security pop up pada browser mozilla

firefox yang harus diaktifkan terlebih dahulu. Sete-

lah diaktifkan data berhasil dikirimkan ke server pusat

(http://aplikasi2.deptan.go.id/eformtp/). ( Hanny)

V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2

Lanjutan Berita Supervisi Pelaksanaan e-Form...

Page 10: Newsletter September 2012

H A L A M A N 1 0

Komoditas cabe merupakan salah satu

komoditas sayuran terpenting di Indonesia.

Hal ini mengacu pada besarnya pangsa pasar,

keuntungan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran

wilayah produksi, dan kesesuaian agroekologi

cabe. Selain itu cabe mempunyai pengaruh

yang besar terhadap tingkat inflasi.

Data produktivitas cabe dihitung ber-

dasarkan data luas panen dan produksi yang

dilaporkan oleh petugas kecamatan meng-

gunakan formulir SPH-SBS dengan metode

pelaporan lengkap. Metode pengumpulan data

luas panen dan produksi tersebut berdasarkan

informasi dari beberapa sumber yang kompe-

ten dan penaksiran petugas dengan estimasi

pandangan mata (eye estimate). Metode pela-

poran ini masih dipengaruhi oleh subyektifitas

sumber informasi dan petugas pengumpul data

di lapang. Oleh karena itu, pengukuran lang-

sung produktivitas cabe perlu dilakukan untuk

meningkatkan akurasi data melalui metode

pengukuran produktivitas cabe, sehingga data

produksi diperoleh dari hasil kali data luas

panen dengan produktivitas tersebut.

Upaya pengembangan hingga imple-

mentasi metode pengukuran produktivitas

hortikultura telah dilakukan sejak tahun 2001

dimana Kementerian Pertanian (Pusdatin dan

Ditjen Hortikultura) bekerja sama dengan

Badan Pusat Statistik (BPS). Namun demikian

dalam pelaksanaan implementasi tersebut di-

jumpai kendala pada pengukuran produktivi-

tas cabe yang dipanen berulangkali. Pemeti-

kan hasil yang dilakukan berulangkali menye-

babkan petugas pengumpul data dan petugas

supervisi harus lebih teliti pada saat menga-

mati hasil panen. Kendala lain adalah plot

sampel cabe yang terletak pada lokasi yang

sulit dijangkau menyebabkan petugas men-

galami kesulitan dalam melakukan pengama-

tan secara terus-menerus, sehingga hasil pen-

gukuran produktivitas cabe besar disinyalir

menjadi kurang akurat.

Berdasarkan kendala tersebut pada ta-

hun 2012 Pusdatin melakukan upaya untuk

membangun dan mengembangkan model pro-

duksi cabe dengan tujuan untuk mengurangi

frekuensi pengamatan produksi cabe yang

dipanen berulangkali. Lokasi sampel dipilih

lima kabupaten sentra produksi cabe utama di

Jawa Barat, yaitu Garut, Tasikmalaya, Cian-

jur, Sukabumi dan Majalengka.

Pelaksanaan pengamatan cabe besar

diawali dengan pendaftaran (listing) rumah

tangga petani cabe yang akan panen pada tri-

wulan II dan triwulan III tahun 2012. Dari

hasil listing tersebut dipilih 300 plot sampel

yang akan diamati dan diukur produksinya

selama dua triwulan, yaitu mulai bulan April

sampai dengan bulan September 2012. Selama

periode tersebut Pusdatin bekerja sama secara

intensif dengan petugas supervisi dari Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Barat, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabu-

paten Majalengka, Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura Kabupaten Garut, Dinas Per-

tanian Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perta-

nian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabu-

paten Cianjur, dan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kabupaten Sukabumi.

Selain memantau pelaksanaan pengu-

kuran produktivitas cabe secara langsung di

lapang, petugas supervisi juga harus melaku-

kan pengecekan isian formulir SPVH-CABE,

yaitu formulir isian yang digunakan untuk

mencatat hasil pengukuran. Beberapa isian

berupa keterangan tambahan yang belum

lengkap langsung dikonfirmasi ke petugas

kecamatan.

Selama pelaksanaan pengukuran pro-

duktivitas cabe, kendala yang dihadapi petu-

gas pengumpul data tingkat kecamatan antara

lain adalah lokasi plot sampel yang cukup

jauh dan berbukit-bukit yang menyebabkan

pengamatan tidak dapat dilakukan secara

maksimal. Selain itu kondisi iklim yang

kurang kondusif, juga menjadi kendala dalam

pengukuran produktivitas cabe. Beberapa

wilayah mengalami kekeringan sehingga pro-

duksi yang dicapai tidak optimal. Misalnya di

Kecamatan Ligung dan Banjaran Kabupaten

Majalengka yang mengalami kekeringan sete-

lah panen ke-4 atau ke-5, sehingga produksi

yang berhasil dipanen hanya separo dari pro-

duksi tahun sebelumnya. Bahkan di Kecama-

tan Taraju Kabupaten Tasikmalaya sebanyak

7 plot tidak dapat dipanen (puso) curah hujan

yang sangat minim dan adanya serangan lalat

buah cabe.

Selain informasi tentang produksi,

petugas pengumpul data tingkat kecamatan

juga mengumpulkan informasi tentang harga

di tingkat petani. Hal ini untuk mengetahui

apakah pola produksi petani ada kaitannya

dengan pola perkembangan harga. Hasil

wawancara dengan petani sampel menunjuk-

kan bahwa penurunan produksi cabe tidak

terlalu berdampak serius pada lonjakan harga

cabe. Harga di tingkat petani pada periode

tersebut berkisar antara Rp. 6.000,-/kg sampai

Rp. 7.000,-/kg untuk benih lokal atau tidak

bersertifikasi, sedangkan untuk harga cabe

dari benih bersertifikasi dapat mencapai Rp.

15.000,-/kg sampai Rp. 17.000,-/kg. Semen-

tara itu harga cabe saat hari Raya Idul Fitri

yang lalu berada pada kisaran harga Rp.

20.000,-/kg sampai Rp. 22.000,-/kg.

Hasil pengukuran produktivitas tersebut

selanjutnya akan diolah untuk menghasilkan

model produksi cabe yang diharapkan dapat

mengurangi frekuensi pengamatan produksi

cabe yang dipanen berulangkali. ( Hanny)

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

Supervisi Pengukuran

Produktivitas Cabe

Di Provinsi Jawa Barat

SUPERVISI PENGUKURAN PRODUKTIVITAS CABE DI PROVINSI JAWA BARAT

Page 11: Newsletter September 2012

H A L A M A N 1 1

Sebagai Pusat Informasi dan layanan Data lingkup Kementerian Pertanian, Pusat Data dan Sistem Infor-

masi Pertanian mempunyai tugas : Melaksanakan penyiapan dan pengembangan sistem informasi pertanian.

Saat ini Kementerian Pertanian telah memiliki infrastruktur jaringan komputer yang telah dibangun dengan

teknologi cukup canggih dan dengan kemampuan cukup mumpuni. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

juga telah mempunyai Data Center yang melayani seluruh client atau workstation di lingkup Kementerian Per-

tanian, termasuk didalamnya peralatan server dan perangkat penunjangnya. Dimana server server tersebut di-

antaranya adalah server data base, server aplikasi, server web, server exchange, server pengadaan dan lain-

lain.

Semua server tersebut bekerja selama 24 jam terus menerus tanpa henti, sehingga harus dapat dipastikan

tetap terjaga kinerjanya dan ketahanannya. Utamanya adalah aplikasi dan data yang ada didalamnya harus se-

lalu ada dan tersedia dengan baik agar dapat diakses oleh pengguna atau user. Maka dalam hal ini menjaga atau

menjamin keamanan dan keutuhan aplikasi dan data mutlak harus dilakukan. Apa yang dapat dilakukan untuk

menjawab masalah tersebut diantaranya adalah dengan membangun Disaster Recovery Center (DRC) dan me-

lakukan sistem backup dan storage pada server yang ditentukan.

Backup dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang terjadi pada storage, kejadian bisa

terjadi karena malfunction pada server, kebakaran, bencana alam atau yang lainnya. Sedangkan penyimpanan

(storage) akan dapat digunakan kembali dalam proses penanganan kesalahan suatu sistem, yaitu untuk proses

restorasi atau recovery sistem setelah kejadian yang tidak dikehendaki.

Server Pengadaan (LPSE Server) merupakan salah satu server yang bersifat kritikal, server tersebut ha-

rus selalu berfungsi (up) dan harus selalu terjaga keamanan dan ketersediaan datanya. Server LPSE ini meru-

pakan salah satu server yang dimasukan dalam server Disaster Recovery Center (DRC). Untuk lebih mening-

katkan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan dalam mendukung lancarnya kinerja server

server tersebut maka dilakukan koordinasi dengan LPSE Jabar, yang merupakan salah satu Balai LPSE yang

telah mendapatkan ISO Layanan terstandarisasi (penerapan SMM ISO 9001:2008).

Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna, LPSE Jabar melakukan berbagai

peningkatan disisi penyediaan infrastruktur antara lain

• Peningkatan bandwidth mulai 128 kbps (2008) menjadi 2 mbps (2009), ditingkatkan menjadi 10 mbps (2010

s.d. 2011) dan 35 mbps (2012), untuk local 30 Mbps, International 5 Mbps. Back up 2 mbps;

• Untuk akses intranet VPN 1 Mbps;

• Menyediakan wi-fi di Teras Kantor Balai LPSE yang dapat diakses 24 jam oleh penyedia;

• Mempunyai mail server sendiri untuk verifikasi data;

• Kapasitas harddisk server di LPSE Jabar sebesar 10 Terra byte dan yang di DRC Batam sebesar 12 Terra

Byte;

• Mempunyai monitoring server/ NOC berbasis opensource;

• Menyediakan ruang server yang memadai sesuai dengan persyaratan;

• Meningkatkan kapasitas hardware untuk mengantisipasi peningkatan transaksi;

• Mulai Juni 2012 : telah terpasang backup sebagai DRC (Disaster Recovery Center) untuk mengantisipasi

bencana.

• Jaringan komunikasi data di Balai LPSE Jabar dan Intranet Pemprov Jabar tergambar dalam diagram di-

bawah ini :

( Ellis)

V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2

KOORDINASI DENGAN LPSE JAWA BARAT : PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR PENGADAAN ELEKTRONIK

Page 12: Newsletter September 2012

H A L A M A N 1 2

“Pelatihan

Aplikasi GPS

Bagi Petugas

Pengumpul

Data Statistik

Perkebunan

Kabupaten

Lampung Selatan”

Pelatihan aplikasi GPS di Kabupaten

Lampung Selatan dilaksanakan 12-13 Septem-

ber di Gedung KORPRI dan diikuti oleh 20

peserta yang terdiri dari 17 peserta dari petu-

gas UPTD kabupaten Lampung Selatan dan 3

peserta dari Dinas Perkebunan. Tujuan dari

kegiatan ini adalah melatih petugas UPTD

dalam rangka rencana dinas kabupaten akan

melakukan inventarisasi lahan perkebunan di

Kabupaten Lampung Selatan. Jenis alat GPS

yang digunakan dalam pelatihan ini adalah

GPS Trimble Juno SB.

Materi pelatihan yang diberikan kepada petu-

gas adalah :

1. Pendahuluan dan Organisasi Pelaksana

2. Pengenalan umum tentang GPS

3. Pengenalan Alat GPS Trimble Juno SB

4. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan

dalam pengukuran lahan

5. Kelengkapan peralatan dalam dus GPS

Receiver

6. Setting alat dan software TerraSync

7. Praktek Lapangan Cara penggunaan GPS

Dari hasil pelatihan ada beberapa kendala dan

pertanyaan sebagi berikut:

• Sebagian besar peserta sudah pernah

menggunakan alat GPS, namun beberapa

peserta belum pernah menggunakannya.

Bagi yang sudah pernah mengguna-

kannya ada yang lupa cara peng-

gunaannya atau beda merk GPS yang

digunakan. Setelah dilakukan praktek

penggunaan GPS, peserta sudah terbiasa

lagi menggunakannya.

• Pertanyaan dari peserta mengenai kenapa

Kementerian Pertanian untuk pengukuran

lahan sawah memilih menggunakan GPS

tetapi tidak menggunakan cara yang lain.

Dalam hal ini dicoba diberikan penjela-

san kenapa menggunakan GPS yaitu di-

antaranya dengan GPS pengukuran mu-

dah dilakukan, peralatan GPS receiver

relatif murah dengan berbagai merk yang

ada di pasaran, dan penggunaan GPS

setelah pengukuran lahan sawah bisa

dimanfaatkan untuk pengukuran lahan

pertanian yang lain atau untuk mengeta-

hui luas serangan hama, luas tanam dan

luas panen yang biasa dilaporkan di lapo-

ran SP-TP.

• Pertanyaan mengenai bagaimana GPS

bisa menggambarkan hasil perekaman

(line, area) di lapangan. Dijelaskan

bahwa gambar tersebut terbentuk dari

titik posisi koordinat hasil perekaman

yang dihubungkan secara otomatis oleh

software collecting data ke titik koordinat

perekaman berikutnya sampai selesai

perekaman dan membentuk sebuah line

atau area)

• Pertanyaan apakah GPS bisa mengetahui

ketinggian. Dijelaskan bahwa posisi

koordinat yang direkam oleh GPS re-

ceiver juga merekam data ketinggian

walaupun tingkat akurasinya tidak sama

dengan tingkat akurasi horisontal.

• Pertanyaan bagaimana cara merekam

area yang tidak bisa dilselesaikan dalam

1 (satu) hari untuk 1 (satu) hamparan.

Diberitahukan bahwa untuk perekaman

yang tidak selesai dalam 1 hari bisa di-

laksanakan di hari berikutnya dengan

cara menambah polygon baru dalam 1

file sebelumnya atau membuat file baru

sehingga nantinya akan terbentuk 2 (dua)

polygon untuk 1 hamparan sawah.

( Ade)

PELATIHAN APLIKASI GPS BAGI PETUGAS PENGUMPUL DATA STATISTIK PERKEBUNAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Pelatihan Aplikasi GPS Bagi

Petugas Pengumpul Data

Statistik Perkebunan Kabu-

paten Lampung Selatan