Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI
KAWASAN LIPPO CIKARANG
Oleh
Hendra Kurniawan
NIM: 004201405003
Laporan Thesis ini disampaikan kepada
Fakultas Teknik President University Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Industri
Jababeka-Kab.Bekasi
2020
2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini berjudul “(OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI
KAWASAN LIPPO CIKARANG)”yang disusun dan diajukan oleh Hendra
Kurniawan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana gelar sarjana
pada Fakultas Teknik telah ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah
skripsi.Oleh karena itu, saya merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang skripsi.
Cikarang, Indonesia, 10 Juni 2020
Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, MT
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang menyatakan bahwa skripsi ini berjudul “(OPTIMALISASI
PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI KAWASAN LIPPO CIKARANG)”adalah
hasil dari penelitian saya di tempat dimana saya bekerja dan seluruh ide,pendapat
atau materi dari sumber lain-lain yang telah dikutip dengan penulisan referensi yang
sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan pada saya.
Cikarang, 10 Juni 2020
Hendra Kurniawan
iii
LEMBAR PENGESAHAN
OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIHDI KAWASAN
LIPPO CIKARANG
Oleh:
Hendra Kurniawan
NIM. 004201405003
Disetujui Oleh
Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, MT
Dosen Pembimbing
Ir. Andira Taslim, M.T.
Kepala Program Studi Teknik Industri
iv
ABSTRAK
Perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan air bersih biasanya memiliki kendala
dalam pendistribusian menuju ke konsumen, Adanya proyek baru penambahan cluster
perumahan, apartemen serta fasilitas perniagaan, untuk meminimalkan biaya
pendistribusian dibutuhkan pembagian jaringan. Dibutuhkanya sebuah metode
transportasi untuk memecahkan masalah ini. Metode transportasi menggunakan
Aplikasi QM for Windows dengan metode awal yaitu metode North West Corner
(NWC) dan Vogel’s Approximation Method merupakan metode yang menghasilkan
solusi awal biaya pendistribusian, dilajutkan dengan metode Stepping Stone Method
yang akan mengoptimalisasi pendistribusian. Data yang digunakan merupakan data
sekunder yang berasal dari PT. Tirtasari Nirmala pada periode 2019, dengan
menggunakan metode transportasi tersebut diperoleh solusi pendistribusian yaitu
booster pump Tower ke cluster Waterfront sebanyak 22.085 m³ dengan biaya
pendistribusian perbulan Rp. 2.269/bulan. Booster pump Blok F mendistribusikan
menuju cluster The Patio sebesar 3.816 m³ dengan biaya Rp. 180.162/bulan. Booster
pump DS 8 menuju cluster The Patio sebesar 8.320 m³ dengan biaya Rp.
720.694/bulan dan Booster pump Cibiru menuju Cluster The Patio sebesar 560 m³
dengan biaya Rp. 720.649/bulan, menuju Meikarta CBD sebesar 72.600 m³ dengan
biaya pendistribusian Rp. 4.120.914/bulan, menuju ke Cluster WaterFront sebanyak
59.515 m³ dengan biaya sebesar Rp. 2.315.886, menuju ke Ruko Mataram sebanyak
456 m³ dengan biaya sebesar Rp. 6.471/bulan.
Kata Kunci:NorthWest Corner (NWC),Vogel’s ApproximationMethod,Stepping Stone
Method.
v
ABSTRACT
Companies engaged in the provision of clean water usually have problems in
distribution to consumers. There are new projects to add housing clusters, apartments
and commercial facilities. To minimize distribution costs, network sharing is needed.
He needed a transportation method to solve this problem. The transportation method
uses the QM for Windows application with the initial method, namely the North West
Corner (NWC) method and the Vogel's Approximation Method, which is a method
that produces an initial distribution cost solution, followed by the Stepping Stone
Method which will optimize distribution. The data used is secondary data from PT.
Tirtasari Nirmala in the 2019 period, using this transportation method, a distribution
solution was obtained, namely a booster pump Tower to the Waterfront cluster as
much as 22,085 m³ with a distribution fee of Rp. 2,269 / month. Blok F booster pump
distributes to The Patio cluster of 3,816 m³ at a cost of Rp. 180,162 / month. Booster
pump DS 8 to The Patio cluster is 8,320 m³ at a cost of Rp. 720,694 / month and
Cibiru Booster pump to The Patio Cluster for 560 m³ at a cost of Rp. 720,649 / month,
to Meikarta CBD of 72,600 m³ with a distribution fee of Rp. 4,120,914 / month,
heading to the WaterFront Cluster as much as 59,515 m³ at a cost of Rp. 2,315,886,
headed to the Mataram Ruko as much as 456 m³ at a cost of Rp. 6,471 / month.
Keywords:NorthWest Corner (NWC),Vogel’s ApproximationMethod, Stepping Stone
Method.
vi
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya dengan
judul “OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI KAWASAN LIPPO
CIKARANG ”.Penelitian ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh mahasiswa President University jurusan Teknik Industri untuk dapat
mencapai gelar Strata Satu (S1) Teknik.
Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya pihak-pihak yang
membantu dan mendukung selama proses penyelesaiannya. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, MT, selaku dosen pembimbing yang sudah
memberikan banyak arahan dan bimbingan serta informasi yang sangat membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Andira Taslim, M.T. selaku kepala program Fakultas Teknik, Teknik Industri.
3. Dosen-dosen Industrial Enginnering dan President University :Ibu Anastasia
Lydia Maukar, Pak Burhan Primantyo, Pak Johan Krisnanto Runtuk, Pak Hery
Azwir, dan Pak Herwan Yusmira.
4. Bapak Lelono Widisaputra, selaku Kepala produksi PT. TSN yang telah
memberikan izin untuk mengerjakan analisa sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Rekan-rekan kerja di PT. TSN : pak ardiansyah, pak sammy, pak rusman, pak
asmat, bang omen, ridwan, yohan terimakasih atas dukungan dan bantuannya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Diandra Berliana (istri) yang selalu memberidukungan dan motivasinya, Serta
Rayleigh Syailendra Banyubiru yang selalu menjadi semangat.
7. Ibu Suparmi, bapak Sabar Budi Waluyo, Sigit Suparmono, Tiara Putri Damayanti
dan Keluarga yang selalu memberikan semangat dan selau mendoakan dalam
menyelesaikan studi S1 di President University.
vii
8. Teman-teman mahasiswa industrial engineering 2014 dan teman-teman pejuang
semester akhir (Muhammad Reza, Irwan, Adi Mistono, Anggi, Burhan Alan,
Margo, Rudi, Ridho, Mugi, Tri Agung, Kristiono dan Riki) atas kebersamaan dan
dukungannya.
9. Seluruh staf President University yang telah banyak membantu pada proses
perkuliahan (Pak Hakim, Pak Boy, dan lainnya).
10. Dan semua pihak yang telah terlibat dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk
memperbaiki dan menyempurnakan laporan skripsi ke depannya.Dan semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Akhir kata,terima kasih banyak dan mohon maaf untuk kekurangannya.
Cikarang, 10 Juni 2020
Hendra Kurniawan
viii
DAFTAR ISTILAH
Transportasi : Pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
sebuah kendaraan.
Distribusi : Penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
Booster Pump : Pompa pendorong untuk meningkatkan tekanan.
Reservoir : Penampungan
Elevasi : Posisi vertikal (ketinggian) suatu obyek dari titik tertentu.
Sistem Ring/loop : Dua tipe jaringan radial yang dimana ujung jaringan bertemu.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
BAB I ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 13
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................................. 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
2.1 PT. Lippo Cikarang Tbk ......................................................................................... 4
2.2 Kawasan Industri Lippo Cikarang ........................................................................ 5
2.3 Sejarah Singkat Lippo Cikarang ............................................................................ 6
2.4. Struktur Organisasi ................................................................................................. 7
2.5. Pencapaian PT. Lippo Cikarang ............................................................................ 8
2.6. Pengertian Distribusi ............................................................................................. 10
2.7. Pengertian Umum Distribusi ................................................................................ 10
2.8. Pengertian dan Model Transportasi .................................................................... 11
2.9. Keseimbangan Model Transportasi ..................................................................... 16
2.10. Metode Transportasi ......................................................................................... 17
2.11. Pengertian Umum Air Bersih dan Air Minum................................................ 23
2.12. Sistem Penyediaan Air ....................................................................................... 23
2.13. Unit Pengolahan Air Bersih .............................................................................. 24
2.14. Kriteria Perancangan ........................................................................................ 26
x
BAB III ........................................................................................................................ 29
3.1 Objek Penelitian ..................................................................................................... 29
3.2 Tahap Persiapan .................................................................................................... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 30
3.5 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................................ 34
BAB IV ........................................................................................................................ 35
4.1 Data Khusus Perusahaan ...................................................................................... 35
4.1.1 Identifikasi Tujuan dan Sumber Pendistribusian ....................................... 35
4.1.2 Jaringan Pendistribusian Lama ................................................................... 39
4.1.3 Pemilihan Alternatif Jaringan ...................................................................... 40
4.1.4 Kapasitas Sumber .......................................................................................... 41
4.1.5 Penentuan Biaya Transportasi ..................................................................... 41
4.2 Perhitungan Menggunakan Metode Transportasi .............................................. 43
4.2.1 North West Corner ........................................................................................ 43
4.2.2 Vogel’s Approximation Method ................................................................... 45
4.2.3 Stepping Stone Method .................................................................................. 46
4.3 Jaringan Pendistribusian Baru ............................................................................. 48
4.3.1 Biaya Investasi ................................................................................................ 51
BAB V ......................................................................................................................... 52
5.1 Simpulan ................................................................................................................. 52
5.2 Saran ....................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 54
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kapasitas Produksi WTP2 32
Tabel 3.2 Kapasitas Produksi WTP3 32
Tabel 3.5 Sistem dan Peralatan yang Digunakan Untuk Pendistribusian Air 33
Tabel 4. 1 Daftar Estimasi Debit Air Proyek Pembangunan Cluster 35
Tabel 4.2 Kapasitas Tampung Booster Pump Tower 36
Tabel 4.3 Kapasitas Tampung Booster Pump Blok F 37
Tabel 4.4 Kapasitas Tampung Booster Pump DS 8 37
Tabel 4.5 Kapasitas Tampung Booster Pump Cibiru 38
Tabel 4.6 Permintaan Kebutuhan Setiap Wilayah Tujuan 41
Tabel 4.7 Biaya Transportasi Menuju Cluster Baru 42
Tabel 4.8 North West Corner 43
Tabel 4.9 Shipping list North West Corner 44
Tabel 4.10 Vogel’s Approximation Method 45
Tabel 4.11 Shipping list Vogel’s Approximation Method 46
Tabel 4.12 Stepping Stone Method 47
Tabel 4.13 Shipping list Stepping Stone Method 48
Tabel 4.14 Biaya Investasi 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Dasar Transportasi 12
Gambar 2.2 Diagram Model Transportasi 13
Gambar 2.3 Ilustrasi 2 Sumber dan 3 Tujuan 14
Gambar 2.4 Sekema Tabel Metriks Transportasi 15
Gambar 3.1 kerangka pemecahan masalah 31
Gambar 4.1 Jaringan Lama Pendistribusian Lama 39
Gambar 4.2 Alternatif Jalur Pendistribusian 40
Gambar 4.3 Jaringan Pendistribusian Baru 49
Gambar 4.4 Rincian Jaringan Perpipaan Baru 50
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penggolahan dan
pendistribusian air bersih, melayani ketersediaan air bersih yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen merupakan tangguang jawab perusahaan, begitu pula PT.
Tirtasari Nirmala, perusahaan pengolahan dan penyediaan air bersih di kawasan
lippo cikarang yang telah beroprasi dengan 11.551 jaringan pendistribusaian air
bersih untuk kawasan industri dan perumahan. Dengan 2 plant produksi air
bersih yaitu WTP2 dan WTP3, Untuk menjaga tekanan dan kestabilan
pendistribusian air bersih menggunakan 4 Booster Pump yaitu Booster Pump
Tower, Booster Pump Blok F, Booster Pump Cibiru dan Booster Pump
Deltasilikon 8.
Seperti pada umunya perusahaan, baik itu perusahaan yang bergerak dibidang jasa
ataupun perusahaan yang bergerak dibidang industri selalu menjaga kestabilan
pertumbuhan dan operasional perusahaan tersebut, dalam jangka panjang maupun
jangka pendek, tetapi tujuan utama dari perusahaan adalah keuntungan yang
maksimal. Seperti itu juga PT. Tirtasari Nirmala, dengan menggunakan 4 Booster
Pump dan dua plant produksi air bersih WTP2 dan WTP3 yang mampu
mendistribusikan air bersih sebanyak 1.275.264 m³/bulan dengan kebutuhan
konsumen sebanyak 1.073.564 m³/bulan. Seiring dengan program pengembangan
kawasan industri maupun perumahan yang berdampak bertambahnya kebutuhan
air bersih oleh konsumen, pada tahun 2020-2021 pihak pengenmbang akan
melakukan penambahan cluster perumahan, apartemen serta fasilitas perniagaan
yaitu cluster perumahan The Patio, Waterfornt, Meikarta CBD serta Ruko
Mataram dengan estimasi total pemakaian air bersih sebanyak 167.352 m³/bulan.
Untuk menjaga kestabilan pendistribusian air bersih dikawasan Lippo Cikarang
maka dilakukan penentuan jaringan pendistribusian yang optimal dengan biaya
yang minimal.
Dari keadaan tersebut untuk mencari solusi agar pendistribusian air bersih lebih
optimal dan merata kesemua wilayah pendistribusian maka menggunakan solusi
2
metode transportasi dikarenakan lebih menekankan kepada pengoptimalan dan
efektivitas biaya serta terpenuhinya kebutuhan air bersih untuk konsumen dengan
membuat biaya pendistribusian air yang lebih efisien dan melakukan pengaturan
jaringan pendistribusian air bersih dari booster pump yang memiliki jarak dan
elevasi yang lebih optimal dalam mendistribusikan air .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diangkat
adalah:
1. Bagaimana cara pengoptimalisasian kebutuhan air bersih untuk
konsumen?
2. Bagaimana cara pemilihan alternatif jaringan untuk cluster baru ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah
1. Untuk mendapatkan alternatif jaringan pendistribusian yang
optimal.
2. Untuk mendapatkan solusi pendistribusian air bersih dengan
memperhatikan biaya pendistribusian dengan metode transportasi .
1.4 Batasan Masalah
Batasan penelitian adalah sebagai berkut :
1. Penelitian dilakuakan di PT. Tirtasari Nirmala.
2. Penelitian difokuskan dipendistribusian air bersih.
3. Metode yang akan digunakan adalah metode transportasi.
3
1.5 Sistematika Penulisan
Merupakan gambaran tentang penelitian ini, akan dijelaskan secara singkat
dan diuraikan perbab dari penelitian ini yang menjelaskan tentang topik yang akan
dibahas dalam penelitian ini dalam sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan jabaran dari hal-hal yang melatarbelakangi penulis melakukan
penelitian dan pengamatan yang terdiri dari : rumusan masalah, tujuan dan
batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Merupakan pembahasan yang secara rinci mengenai metode serta teori
yang akan diaplikasikan sebagai landasan untuk menyelesaikan permasalahan.
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan penjelasan obyek penelitian, metode yang digunakan untuk
pengumpulan data, tahap jalanya penelitian, teknik pengolahan data dan kerangka
penyelesaian masalah.
BAB IV DATA DAN ANALISIS
Merupakan penyajian data yang diperlukan untuk membahas serta
pengerjaan data yang diperoleh dari obyek penelitian serta menyajikan hasil
analisa terhadap data yang diperoleh dari obyek penelitian tersebut.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terahir membahas tentang hasil dari pemecahan masalah,
hasil penelitian serta simpulan dari permasalahan dan memberikan saran sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaki permasalahan di PT. Tirtasari Nirmala.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PT. Lippo Cikarang Tbk
Merupakan sebuah perusahaan publik dimana sahamnya tercatat di Bursa
Efek Jakarta dan Surabaya, P.T. Lippo Cikarang Tbk adalah salah satu perusahaan
terbesar yang mengembangkan kawasan perkotaan di Indonesia. Memulai
kegiatannya dengan mengembangkan kawasan industri ramah lingkungan di
Cikarang, Bekasi, melalui kerjasama antara perusahaan besar dari Jepang dan
Korea.
Perusahaan ini telah berhasil mengembangkan Lippo Cikarang, salah satu
kawasan perkotaan modern yang mandiri. Kawasan perkotaan ini terintegrasi
dengan permukiman, fasilitas penunjang seperti pusat perbelanjaan, pusat
rekreasi, dan utilitas publik komersial. Sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001 yang
bergengsi diperoleh perusahaan ini sebagai bukti bahwa kawasan perkotaan Lippo
Cikarang merupakan kesempatan berinvestasi yang berhasil bagi para
konsumennya.
P.T. Lippo Cikarang Tbk bergerak di bidang pengembangan kota, yang
menggunakan sebuah konsep komprehensif dengan tiga elemen utama sebagai
pilarnya, yakni:
1. Pengembangan infrastruktur, mencakup jalan-jalan dan sarana transportasi
umum, juga sarana umum lainnya seperti penerangan listrik, fasilitas
kebutuhan air bersih, dan telekomunikasi. Fasilitas umum seperti kantor
polisi, stasiun pemadam kebakaran, kantor pos, sekolah dan rumah sakit,
fasilitas olahraga serta fasilitas rekreasi.
2. Penerapan sistem manajemen kota, memastikan pemeliharaan dan
perawatan kota secara berkesinambungan juga mengendalikan setiap aspek
perkembangan fisik perkotaan. Tata kota Lippo Cikarang didasarkan pada
prinsip “suplai yang mengantisipasi kebutuhan”. Prinsip ini
memprioritaskan persiapan infrastruktur yang memperhatikan proyeksi
5
masa depan. Karenanya, kebutuhan dasar daripada komunitas di kawasan
Lippo Cikarang terbutuhi dengan baik. Pengembangan lebih lanjut
daripada fasilitas yang ada menunjukkan adanya komitmen dan tujuan dari
perusahaan untuk terus memberikan yang terbaik bagi konsumennya.
Fasilitas-fasilitas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan pusat rekreasi yang
memiliki kualitas tinggi bersama dengan kawasan perumahan yang terintegrasi
dengan baik di dalam area komersial dan industri ringan telah membentuk
lingkungan hidup yang nyaman dan lengkap.
2.2 Kawasan Industri Lippo Cikarang
Kawasan industri Lippo Cikarang dibangun untuk memperoleh basis
ekonomi yang kuat dengan mengintegrasikan pusat-pusat bisnis dan industri ke
dalam tata kota. Merupakan kota yang dirancang untuk menunjang kegiatan
industri dan bisnis, kawasan industri Lippo Cikarang memiliki beberapa fasilitas
penunjang seperti:
1. Kawasan industri ringan
Merupakan sebuah kawasan yang dirancang khusus untuk ditempati oleh
industri-industri ringan sarat teknologi dan non-polutif. Kawasan ini
mencakup industri penghasil batik, kosmetik, komputer hingga industri
perakitan mobil dan motor.
2. Sentra Bisnis dan Komersial
Sentra-sentra ini menawarkan berbagai tipe dan bentuk pertokoan, butik,
supermarket, restoran, serta layanan-layanan jasa seperti perbankan,
asuransi, perwisataan, hukum dan kesehatan.
3. Infrastruktur yang prima
Untuk dapat menunjang aktivitas bisnis dan industrial secara maksimal, Lippo
Cikarang dibangun dengan jaringan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas
pendukungnya, seperti: Suplai air bersih, pengolahan air limbah, suplai tenaga
listrik, serta sistem pelayanan telekomunikasi canggih dengan jaringan jalan yang
optimal sebagai sistem pendukungnya
6
2.3 Sejarah Singkat Lippo Cikarang
Berlokasi strategis tepat di sisi jalan tol 30 km sebelah Timur kota Jakarta,
kawasan Lippo Cikarang yang pada mulanya adalah sebuah kawasan industri
menjadi salah satu kawasan kota mandiri paling komprehensif di daerah Jakarta
Timur. Adanya perencanaan matang membuat Lippo Cikarang menjadi sebuah
kawasan yang tidak sesak meskipun terdapat 800 pelanggan industri, 350 aktivitas
komersial, gedung perkantoran yang modern dan 25.000 unit tempat tinggal
dengan 250.000 orang yang beraktivitas di dalamnya. Lippo Cikarang sebagai
suatu pengelola kawasan kota mandiri memprioritaskan menciptakan nilai bagi
pelanggan, penghuni dan juga pemegang sahamnya. Lewat komitmen ini, Lippo
Cikarang telah membuat kehidupan menjadi lebih baik bagi seluruh stakeholder
perusahaan.
Dalam 22 tahun bergejolak di bidang pembangunan berbasis sektor
industri ringan, lebih 50% dari area kawasan industri yang ada telah terbangun
dan ditempati, menyisakan kurang dari 1.000 hektar lahan yang dapat
dikembangkan. Kawasan Lippo Cikarang sendiri memiliki luas lahan total sebesar
3.000 hektar, yangmana hampir setengah luas daripada pula Manhattan di New
York. Dengan kebijakan zonasi yang ketat dalam pengaturan peruntukan lahan,
akses transportasi untuk menunjang aktivitas industri dapat dioptimalkan,
sementara penghuni dan pengunjung lain dapat menikmati jalur-jalur jalan yang
lebar dan nyaman di area komersial dan kompleks perumahan.
Berdiri pada tahun 1990, saat ini Lippo Cikarang terus konsisten
bertumbuh dan berkembang, baik dalam besaran kuantitas maupun kualitas.
Sebuah hotel bintang-5 yang menjadi pusat dari aktivitas liburan yang dinamis,
lengkap dengan sebuah taman permainan air, driving range, pusat perbelanjaan
modern seluas 22.000 meter persegi, rumah sakit lengkap dengan sekolah
termasuk sebuah sekolah internasional menjadikan kawasan Lippo Cikarang
sebagai kawasan kota yang patut menjadi pilihan tempat tinggal yang nyaman.
Penghuni kawasan kota Lippo Cikarang tinggal di kompleks perumahan dengan
berbagai gaya dan ukuran, dimana sebagian penghuninya menempati
7
kondominium yang bergengsi. Dengan sejumlah restoran dan pusat karaoke
keluarga yang dibalut dalam atmosfer multi-budaya, kawasan Lippo Cikarang
telah menjadi pusat rekreasi terkemuka di wilayah ini.
2.4. Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan operasional, P.T. Lippo Cikarang Tbk memiliki
struktur organisasi untuk mengatur kegiatan perusahaan. Struktur organisasi P.T.
Lippo Cikarang Tbk terdiri dari 4 bagian besar, yakni Board of Commissioner,
Board of Director, Audit of Committee, Internal Audit & Corporate Secretary.
Board of Commissioner :
President Commissioner : Ketut Budi Wijaya
Vice President Commissioner : Ivan Setiawan Budiono, E. Yudhistira
Susiloputro, Hong Kah Jin, Ninik Prajitno, Sugiono Djauhari
Independent Commissioner : Setyono Djuandi Darmono, Ganesh
Chander Grover
Board of Director :
President Director and Unaffiliated Director : Meow Chong Loh
Director : Ju Kian Salim, Susanto, Norita Alex
Audit of Committee :
Head of Audit Committee : Indra Simarta
Member : DR. Isnandar Rachmat Ali, Sugiarto Ranoeseminto
Internal Audit & Corporate Secretary :
Head of Internal Audit : Yoseph Tannos
Corporate Secretary : Dea Thamrin
8
2.5. Pencapaian PT. Lippo Cikarang
Sejak didirikan pada tahun 1987, PT. Lippo Cikarang, Tbk telah
melakukan berbagai macam bentuk perencanaan, pembangunan, pelaksanaan, dan
perawatan untuk senantiasa membangun kawasan yang nyaman sesuai dengan visi
dan misi yang dicanangkan. Berikut daftar kegiatan yang telah dilakukan beserta
dengan tahun atau periode dilaksanakan masing-masing program tersebut.
1987 : PT. Desa Dekalb didirikan di Jakarta dengan
beragam jenis bisnis, antara l ain: ekspor-impor,
industri, pencetakan, pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan, dan penyuplai berbagai
macam komoditas.
1988 : PT. Desa Dekalb diubah menjadi PT.Gunung
cermai Inti
1992 : PT Gunungcermai Inti diganti menjadi PT Lippo
City Development dan dipindah dari Jakarta ke
Bekasi, Jawa Barat
1995 : PT Lippo City Development diubah menjadi PT
Lippo Cikarang. Terdapat pembangunan Megumi
Driving Range sebesar 2 hektar.
1997 : Lippo Cikarang berganti status dari perusahaan
swasta menjadi perusahaan umum. Pada bulan Juni,
terdapat Initial Public Offering dengan jumlah
108588000 saham yang diperjualbelikan seharga Rp
925,00 per saham serta memiliki harga nominal
sebesar Rp 500,00. Pada 24 Juli 1997, mencatatkan
696 juta saham di bursa efek Jakarta dan Surabaya.
1998 : Pembangunan Cibodas Garden di Taman Cibodas
1999 – 2003 : Merencanakan master plan untuk pengembangan
kawasan Lippo Cikarang. Terdapat konstruksi
Vassa Residence dan kawasan industri Delta Silicon
2.
9
2004 – 2006 : Pembangunan perumahan My Home 1 di Taman
Sriwijaya, perumahan Vassa Lake di CBD Lippo
Cikarang dan perumahan Mapple, dan Pasar Sentral
Market Lippo Cikarang.
2007 : Pengoperasian WTP 2 dengan kapasitas 230 L/s dan
launching Vassa Wood.
2008 : Pembangunan kawasan industri Delta Silicon 3,
taman Elysium Garden dan New Azalea Garden,
daerah komersial Robsons Square dan Delta Niaga
2, kawasan Education Centre.
2009 : Pembukaan resmi klaster Le Jardin di Elysium
Residence, Acacia Garden, dan Easton Commercial
Centre. Pembangunan kantor Lippo Cikarang di
Easton Commercial Centre.
2010 : Konstruksi mal Lippo Cikarang Citywalk,
gelanggang olahraga Sport Village di Elysium
Residence, dan kawasan industri Delta Silicon 5.
2011 : Pembukaan konstruksi akses tol pada Km 34,7.
Lippo Cikarang memiliki jejak laju tertinggi pada
jumlah penduduk sejak pendiriannya. Peningkatan
sebesar 80% dalam penjualan ataupun penyewaan
unit komersial dan terdapat lonjakan kenaikan harga
lahan untuk kawaasan industri.
2012 : Harga saham mencapai titik tertinggi sepanjang
sejarah Lippo Cikarang sebesar Rp 3800,00.
Pembukaan akbar Trivium Terrace Apartments. PT.
Lippo Cikarang, Tbk memperoleh penghargaan dari
majalah Forbes Indonesia. Selain itu, terdapat juga
pembukaan dari klaster perumahan Vassa Terrace,
Le Vesta, Emerald Mansion.
2013 : Pembukaan akbar dari Japanese SME Center serta
dibuka juga klaster perumahan Ambrosia, Acacia
10
Garden Extension, dan Ruko Cosmo, dan Trivium
Terrace Apartments
2.6. Pengertian Distribusi
Salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan dalam memperlancar arus
barang dari produsen ke konsumen adalah saluran distribusi yang tepat. Masalah
pemilihan saluran distribusi produksi merupakan persoalan yang sangat penting.
Mengingat fungsi sebagai penyalur hasil produsen ke konsumen. Beberapa
definisi para ahli mengenai distribusi atau saluran distribusi:
a. Menurut Tjiptono (1997)
Kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sesuai yang
diperlukan.
b. Menurut Hamdi (1996)
Yang dimaksud saluran distribusi adalah lembaga-lembaga distributor
yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan sebuah barang dari
sejumlah sumber ke sebuah tujuan.
c. Menurut Basu (1996)
Saluran distribusi barang adalah sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara perpindahan fisik nama
dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan dari pasar tertentu.
2.7. Pengertian Umum Distribusi
Sistem pendistribusian adalah sistem pengangkutan atau penyaluran yaitu
berhubungan dengan pengangkutan suatu komunitas dari berbagai sumber ke titik
permintaan. Sedangkan distribusi sendiri mempunyai pengertian kegiatan
penyaluran barang atau jasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam
pendistribusian yang mungkin dihadapi adalah jumlah produk yang tersedia untuk
diangkut sama besarnya dengan jumlah permintaan di tempat tujuan, dapat juga
jumlah kapasitas produk yang tersedia dalam jumlah lebih sedikit dari jumlah
permintaan tujuan.
11
Sistem distribusi air bersih dapat dilakukan dengan sistem gravitasi,
pemompaan ataupun kombinasi dari keduanya. (Al layla, 1980) berikut penjelasan
dari sistem pendistribusian tersebut:
1. Gravitasi
Metode gravitasi ini dapat dilakukan apabila perbedaaan elevasi yang
sangat besar antara daerah sumber dengan tujuan sehingga tekanan
yang diperlukan dapat dipertahanan/stabil.
2. Pemompaan
Pada cara ini digunakan bantuan pompa untuk menstabilkan tekanan
dan mendistribusikan air.
3. Kombinasi
Reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan
selama periode pemakaian tinggi dan pada saat terjadi situasi darurat.
Penentuan strategi saluran pendistribusian tergantung kepada tujuan dan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan ada trade off antara tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan memilih saluran distribusi produknya.
(mullins dkk, 2005; Mallen,1996)
2.8. Pengertian dan Model Transportasi
Model transportasi berkaitan dengan suatu situasi dimana suatu komoditas
hendak di kirim dari sejumlah sources ( sumber ) menuju ke sejumlah destination
(tujuan ). Tujuan dari persoalan tersebut adalah menentukan jumlah komoditas
yang harus di kirim dari tiap-tiap source ke tiap-tiap destination sedemikian
hingga biaya total pengiriman dapat di minimumkan, dan pada saat yang sama
pembatas yang berupa keterbatasan pasokan dan kebutuhan permintaan tidak
dilanggar. Model transportasi mengasumsikan bahwa biaya pengiriman komoditas
pada rute tertentu adalah proposional dengan banyaknya unit komoditas yang di
kirimkan pada rute tersebut. Secara umum, model transportasi dapat di perluas
pada bidang-bidangpengendalian, persediaan, penjadwalan tenaga kerja dan
penugasan personalia (setiawan:2006)
Model transportasi termasuk dalam program linier, metode program linier
12
ini berfungsi untuk mencari solusi-solusi optimal dimana numeriknya terdiri dari
satu variabel atau lebih yang dihadapkan pada kendala-kendala. (Teguh:2014)
Model persoalan transportasi menyangkut masalah pendistribusian suatu
komoditas dari jumah sumber ke jumlah tujuan, dengan tujuan meminimalisir
ongkos pengangkutan. Model transportasi merupakan bentuk penyederhanaan dari
permasalahan yang menyangkut suatu usaha meminimalkan biaya pengiriman dari
komoditas dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. (Arifin:2010)
Model dalam permasalahan transportasi dapat digambarkan dalam suatu
tabel yang menunjukan sisi penawaran (asal) dan sisi permintaan (tujuan),
kapasitas penawaran dan jumlah permintaan, serta biaya transportasi dari masing-
maasing sumber ke masing-masing tujuan. (Herjanto:2009)
Secara umum persoalan transportasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Dasar Transportasi
Transportasi adalah model pemindahan penumpang atau barang dari satu
tempa ke tempat lain. Menurut Taha (1996; 202) sesuai dengan namanya, model
13
ini berkaitan dengan penentuan rencana biaya terendah untuk mengirim susuatu
dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data ini mencakup :
a. Tingkat penawaran disetiap sumber dan jumlah permintaan disetiap
tujuan.
b. Biaya pengiriman barang dari setiap sumber ke setiap tujuan.
Tujuan dari model menentukan jumlah yang harus dikirim dari setiap
sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya transportasi total
diminimumkan. ciri-ciri khusus transportasi adalah sebagai berikut:(Tarliah 1999;
129)
1. Terdapat sejumlah sumber dan tujuan.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap
sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber atau suatu
tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan kapasitas sumber.
4. Biaya transportasi komoditas dari suatu sumber ke satu tujuan
besarnya tertentu.
Model transportasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Misal ada sebuah sumber dan n sebuah tujuan.
Gambar 2.2 Diagram Model Transportasi
14
Keterangan:
- Masing-masing sumber mempunyai kapasitas = 1,2,3, … m.
- Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak, bj, j =
1,2,3,... n.
- Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber I ke tujuan J. adalah
sebanyak xij.
- Ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j adalah cij.
Maka formulasi program liniernya adalah sebagai berikut:
Meminimalkan:
Max.z = (1.2.1)
Berdasarkan pembatas:
= ai,i = 1.2……m. (1.2.2)
= aj,j =1.2…….n. (1.2.3)
Xij ≥0 untuk seluruh i dan j (1.2.4)
Sebagai ilustrasi, jika terdapat 2 sumber dan 3 tujuan (m=2.n=3)
Gambar 2.3 Ilustrasi 2 Sumber dan 3 Tujuan
15
Formulasi:
Meminimumkan
Z = C11X11+ C12X12+ C13X13+ C21X21+ C22X22+ C23X23 (1.2.5)
Berdasarkan pembatas:
X11+X12x+X12 = a1
Pembatas sumber (1.2.6)
X21+X22x+X23 =a2
X11+X21 = b1
X12+X22 = b2
Pembatas tujuan (1.2.7)
X13+X23 = b3
Dan matriks persoalan transportasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.4 Sekema Tabel Metriks Transportasi
Tujuan (j)
1 2 3
1 sumber (i)
C11 C12 C13
X11 X12 X13
2 Demand
C11 C12 C13
X11 X12 X13
16
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat adanya beberapa ciri khusus persoalan
transportasi yaitu :
1. Terdapat sejumlah sources dan sejumlah destinations tertentu.
2. Jumlah komoditas yang dikirimkan dari sejumlah source dan yang
diminta oleh setiap destination besarnya juga tertentu.
3. Biaya pengiriman per unit komoditas dari satu source ke satu
destination besarnya tertentu.
2.9. Keseimbangan Model Transportasi
Model transportasi yang dikatakan seimbang adalah apabila total sumber
(supply) sama dengan total tujuan (demand).
Dengan kata lain:
(1.3.1)
Dimana:ai = sumber
Bj = Tujuan
Dalam persoalan transportasi yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu
terpenuhi, atau dengan kata lain, jumlah supply yang tesedia mungkin lebih besar
atau lebih kecil dari jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model
persoalannya tersebut sebagai model yang tidak seimbang(unbalanced). Batasan
diatas dikemukakan karena hanya jika menjadi dasar dalam pengembangan teknik
transportasi. Namun, setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan
cara memasukkan variable semua. Jika jumlah demand melebihi jumlah supply,
maka dibuat suatu sumber dummy yang akanmen-supply, kekurangan tersebut
yaitu sebanyak :
Σjbj -Σiai .Σbj >ΣaiΣbj =Σai + dj (1.3.2)
17
Sebaiknya, jika jumlah supply melebihi jumlah demand, maka dibuat suatu tujuan
dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak :
Σiai -Σjbj .Σbj <Σbj <ΣaiΣai =Σbj + dj (1.3.3)
Ongkos transportasi per unit (cij) dari sumber dummy ke seluruh tujuan
adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy
tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi perunit (cij) dari
semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
2.10. Metode Transportasi
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke
tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal dengan biaya termurah. Alokasi
produk ini harus diatur sedemikian rupa karena terdapat perbedaan biaya alokasi
dari satu sumber atau beberapa sumber ke tempat yang berbeda. Metode yang
digunakan adalah metode transportasi, metode ini berkaitan dengan penentuan
rencana biaya alokasi terendah untuk mengirimkan barang dari sumber ke tujuan
yang membutuhkan, atau dari daerah asal ke sebuah proyek yang sedang berjalan.
Dalam metode ini mencakup beberapa pertimbangan yaitu :
1. Jumlah ketersediaan barang dari setiap sumber dan jumlah
permintaan barang dari tiap- tiap tujuan.
2. Biaya unit barang dari tiap-tiap sumber ke setiap tujuan.
Dalam penyelesaian persoalan transportasi, harus dilakuan langkah-
langkah sebagai berikut : (Tarliah.1999:133)
a. Tentukan solusi fesibel awal.
18
b. Tentukan entering variable dari variable-variabel non basis.
Bila semua variable sudah memenuhi kondisi optimum,
STOP. Bila belum, lanjutkan langkah c.
c. Tentukan leaving variable diantara variable-variebel basis
yang ada, kemudian hitung solusi baru. Kembali ke langkah
b.
Metode transportasi dibagi menjadi dua metode yaitu:
a) Metode awal
Metode transportasi North West Corner dan metode transportasi
Least Cost.
b) Metode ahir atau metode optimalisasi
Vogel’s Approximation Method (VAM), Metode Stepping Stone,
metode Modifed Distribution (MODI).
1. North West Corner Method
Metode North West Corner merupakan sebuah metode transportasi
yang paling mudah diaplikasikan didalam pendistribusian barang dari
daerah sumber ke daerah tujuan. Akan tetapi metode transportasi North
West Corner ini memiliki kekurangan yaitu hasil pendistribusian tidak
optimal. Dalam metode North West Corner ini alokasi pendistribusian
barang dari daerah sumber ke daerah tujuan di urutkan dari sisi kiri menuju
ke kanan dan dari sisi atas menuju ke sisi bawah dalam peta data matriks.
Cara perhitungan dengan metode transportasi North West Corner ini sesuai
dengan namanya yaitu dimulai dari sisi kiri atas bergerak menuju ke kiri
bawah sesuai dengan kapasitas sumber dan atau permintaan (Tujuan).
Metode ini diperkenalkan oleh Charnes dan cooper, kemudian
dikembangkan oleh Danzig dengan cara sebagai berikut :
a. Mulai dari pojok barat laut pada tabel persoalan transportasi.
b. Teruskan langkah ini, setapak demi setapak, menjauhi pojok barat
laut, sehingga akhirnya harganya telah dicapai pada pojok tenggara
dari tabel. (Siagian, 1987; 159).
19
Aturan yang berlaku dalam metode transportasi North West Corner ini
adalah:
a. Mengalokasikan awal dari nilai sumber ke nilai sel awal,
ditetapkan pada sel yang berada di ujung kiri atas tabel. Nilai sel
awal tergantung kepada kendala-kenala supply dan demand untuk
sel. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: alokasikan sebesar
mungkin nilai pada sel X11 dengan memperhatikan kendala-kenala
supply dan demand.
b. Mengalokasikan nilai sebesar mungkin pada sel yang bersebelahan
dengan sel X11.
c. Ulangi langkah ke dua sampai semua tujuan terpenuhi.
2. Metode Ongkos Terkecil (Least Cost Method)
Dengan menggunakan langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi sel dalam tabel transportasi dengan biaya terendah, dan
alokasikan sebanyak mungkin arus sel lain. Bila ada pertalian,
pilih sel yang berhubungan dengan busur dimana paling banyak
unit yang dikirim. Bila masih terdapat pertalian, pilih salah satu
dari sel yang bertalian.
b. Kurangi baris penawaran dan kolom permintaan sebesar jumlah
arus yang dilokasikan ke sel yang diidentifikasikan dalam langkah
a.
c. Bila semua baris penawaran dan kolom permintaan telah habis,
STOP. Bila tidak dilanjutkan dengan d.
d. Bila baris penawaran sekarang nol, hapus garis itu dari
pertimbangan lebih lanjut dengan menggambar satu garis
melaluinya.Jika kolom permintaan nol, hapus kolom itu dan
menggambar garis yang melaluinya.
3. Metode Vogel atau Vogel’s Aproximation Method (VAM)
20
Metode Vogel merupakan metode yang lebih mudah dan lebih cepat
untuk mengatur alokasi dari beberapa sumber ke beberapa daerah
pemasaran.
Menurut Subagyo, dkk, (1990; 100) langkah-langkah untuk
mengerjakannya adalah sebagai berikut :
a. Susunlah kebutuhan, kapasitas masing-masing sumber dan biaya
pengangkutan kedalam matriks.
b. Carilah perbedaan dari dua biaya terkecil (dari nilai absolute),
yaitu biaya terkecil kedua untuk setiap baris dan kolom.
c. Pilih satu nilai perbedaan-perbedaan tersebut diantara semua nilai
perbedaan pada kolom dan baris.
d. Isilah pada satu segi empat yang termasuk dalam kolom atau baris
terpilih, yaitu pada segi empat yang biayanya terendah diantara
segi empat yang lain pada kolom atau baris itu. Isinya sebanyak
mungkin yang bisa dilakukan.
e. Hilangkan baris atau kolom tersebuat karena baris tersebut sudah
diisi sepenuhnya sehingga tidak mungkin diisi lagi.
f. Tentukan kembali perbedan (selisih) biaya pada langkah b untuk
kolom dan baris yang belum terisi. Ulangi langkah c sampai
dengan langkah e, sampai semua kolom dan baris teralokasi.
g. Setelah terisi semua, hitung biaya transportasi secara keseluruhan.
4. Metode Batu Loncatan (Stepping Stone)
Metode Stepping Stone adalah metode yang di gunakan untuk
menghasilkan pemecahan masalah transportasi dengan biaya-biaya operasi
(biaya produksi dan biaya transportasi ) sehingga mendapatkan biaya
transportasi yang relative. Metode ini dilakukan dengan membuat siklus-
siklus pengalihan alokasi ke kolom yang belum terisi (variabel non baris).
Sebelumnya diperiksa terlebih dahulu apakah jumlah kolom yang terisi
pada solusi awal telah memenuhi jumlah (m+n-1) apabila belum maka
dilakukan penambahan jumlah kotak yang terisi dengan cara memberikan
21
alokasi nol (0) pada kotak yang kosong. Beberapa hal yang penting dalam
metode Stepping Stone yaitu:
1. Arah yang diambil searah maupun berlawanan arah dengan jarum
jam adalah tidak penting dalam membuat jalur tertutup.
2. Hanya ada jalur tertutup untuk kotak kosong.
3. Jalur hanya mengikuti kotak terisi (terjadi perubahan arah), kecuali
pada kotak yang sedang di evaluasi.
4. Baik kotak terisi maupun kosong dapat dilewati dalam penyusunan
jalur tertutup.
5. Satu jalur dapat melintasi.
6. Sebuah penambahan dan penguruangan yang sama besar harus
kelihatan pada setiap baris dan kolom pada jalur itu.
Untuk menentukan entering variable dan leaving variable terlebih dahulu
dibuat suatu loop tertutup bagi setiap variable non basis. Loop tersebut
berawal dan berakhir pada variable non basis, dimanasetiap sudut loop
haruslah merupakan titik-titik yang ditempati oleh variable-variabel basis
dalam tabel transportasi. Loop digunakan untuk memeriksa kemungkinan
diperolehnya penurunan ongkos jika variable non basis dimasukkan
menjadi basis. Cara yang dilakukanadalah dengan memeriksa semua
variabel non basis yang terdapat dalam suatu interaksi, sehingga dapat
ditentukan entering variable. (Tarliah, 1999; 137)
5. Metode MODI (Modified Distribution)
Metode MODI taklain adalah alogaritma dari metode Stepping Stone
dengan teknik yang diperhalus untuk menghitung indeks yang akan
ditingkatkan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
(Siagian,1987;180)
a. Mengetes kemerosotan, alat tes ialah dengan menguji apakah
(m + n – 1) sama dengan jumlah sel yang terisi. Apabila
jumlah sel yang terisi sama maka bukan persoalan merosot,
tapi bila jumlah sel yang terisi tidak sama maka persoalan
22
merosot, dan pemecahannya dilakukan seperti pada batu
loncatan.
b. Menghitung harga indeks A dan T.
Langkah kedua adalah menghitung bilangan indeks, baik
indeks baris (Ai) maupun indeks kolom (Tj ). Ini dilaksanakan
dengan menitik beratkan pada sel yang sudah terisi, dimana
berlaku rumus:
Ai + Tj = Cij, i, j = 1, 2, 3 (1.4.1)
c. Menghitung indeks yang ditingkatkan atau sel yang tidak terisi.
Langkah ini dilakukan begitu harga baris dan kolom sudah
dihitung menggunakan sel yang sudah terisi. Langkah ini dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Iij = Cij – Ai – Tj (1.4.2)
Dimana:
Iij = Indeks yang akan ditingkatkan untuk tiap sel yang belum
terisi
Cij = Biaya pada baris ke i dan kolom ke j yang belum terisi
Ai = i
Tj = j
d. Jawaban optimal
Untuk mendapat jawaban optimal, kalau semuanya sudah
positif.
Apabila sudah dicapai keadaan dimana :
23
Ai+Tj ≤ atau Iij ≥ 0 (1.4.3)
Dimana i = 1.2……..m.
j = 1.2…….n (1.4.4)
2.11. Pengertian Umum Air Bersih dan Air Minum
Air bersih merupakan air yang dipakai untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Yunus dan Witarso, 1992). Air minum adalah air yang jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa, dan rasa segar oleh kandungan oksigen (Izdihar dan Hadi,
1984).
Sesuai dengan ketentuan dunia ( WHO ) maupun departemen kesehatan
setempat ( Depkes ) layak tidaknya air untuk kehidupan Manusia ditentukan
berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, kimia dan biologi. Secara fisik
meliputi : kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.(Unus Suriawiria, 1996:80)
Pengolahan air baku cair alami menjadi bersih dapat dilakukan dengan beberapa
cara .(Unus Suriawiria, 1996:91) :
1. Cara sederhana Penampungan di bak sementara sebelum di konsumsi.
2. Cara penyaringan pasir lambat
3. Koagulasi ( pengikatan partikel koloid )
Rata-rata kebutuhan konsumsi air = Jumlah keluarga X anggota rata-rata
keluarga X hari Liter / hari
2.12. Sistem Penyediaan Air
Sistem suplai air bersih yang meliputi pengambilan air baku, proses
pengolahan, transmisi, sistem perpipaan yang dioperasikan sedemikian rupa
24
sehingga terdapat tekanan yang cukup setiap saat pada seluruh bagian sistem
peripaan dan dapat digunakan setiap saat. Klarifikasi sistem penyediaan air bersih:
1. Sistem Individual
Sistem ini dititik beratkan pada usaha pemenuhan kebutuhan air bersih
secara perorangan, sistem ini biasanya menggunakan mata air dangkal
yang banyak mengandung zat-zat (garam-garam terlarut) sebagai air
baku, sehingga kurang layak apabila dipakai untuk minum.
2. Sistem Komunal
Pemenuhanya dilakukan secara terorganisir melalui sistem perpipaan
dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan air minum. Untuk masalah
kualiitas air baku, sistem ini lebih baik dibandingkan dengan sistem
individualkarena pemenuhan air baku yang banyak memanfaatkan air
tanah
2.13. Unit Pengolahan Air Bersih
Unit pengolahan air terdiri dari :
1. Unit penangkapan Air (Intake)
Inteke merupakan bangunan untuk menangkap air , atau tempat air
masuk dari sungai, danau, atau sumber air permukaan ke instalasi
penggolahan air bersih. Adapun fungsi dari intake adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas
debit air yang dibutuhkan oleh instalasi.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan Bar
screen
c. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang dibutuhkan
oleh instalasi penggolahan untuk menjaga kontinuitas
penyediaan air dari sumber
2. Unit Koagulasi
Koagulasi adalah proses dstabilisasi partikel koloid dengan
penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan. Koloid mempunyai
ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik antar pertikel lebih kecil dari
25
pada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil
penggumpalan partikel tidak terjadi, melalui koagulasi terjadi destabilisasi
sehingga partikel-partikel koloid menyatu dan menjadi gumpalan yang
bersar. Factor –faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :
d. Kualitas air .
e. Jumlah dan karakteristik koloid.
f. pH.
g. pengadukan cepat dan waktu pengadukan.
h. temperature.
i. alkalinitas.
j. karakteristik dan ion-ion didalam air.
3. Unit Flokulasi
Flokulasi merupakan proses lambat yang bergerak secara terus
menerus selama partikel tersuspensi bercampur didalam air, sehingga
partikel akan menjadi lebih besar dan bergerak menuju proses sedimentasi.
Flokulasi merupakan suatu kombinasi percampuran dan pengadukan atau
agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah
penembahan flokulan.flokulasi adalah proses fisika dimana air yang
terpolusi diaduk untuk mendapatkan tumbukan interpartikel yang mengacu
terbentuknya partikel-partikel besar yang akan menggendap
4. Unit Sedimentasi
Proses sedimentasi berfungsi mendapatkan pertikel-partikel koloid
yang telah didestabilisasi oleh proses sebelumnya (partikel koloid yang
lebih besar masajenisnya dibandingkan dengan air), proses sedimentasi ini
menggunakan prinsip berat jenis.
5. Unit filtrasi
Filtrasi merupakan pembersihan partikel padat dari suatu fluida
dengan melewatkan dalam medium penyaringan, dalam tahap proses
filtrasi ini air yang mengalir setelah proses filtrasi ini merupaka air yang
siap didistribusikan.
26
6. Unit Desinfektan
Penambahan bahan kimia desinfektan untuk membunuh bakteri
patogen yang berada didalam air yang telah di proses. Desinfektan yang
digunakan biasanya kaporit dan gas Chlor.
2.14. Kriteria Perancangan
Dalam penentuan kapasitas sistem penyediaan air bersih dipakai suatu
standartperencanaan sebagai acuan perancangan dalam kriteria ini mencakup :
(Astryanie ; 10)
a. Kebutuhan air bersih
Adalah banyaknya air bersih yang tersedia untuk konsumen beserta
sarana dan prasarana, termasuk menentukan besarnya fluktuasi besarnya
kebutuhan air bersih.
Kebutuhan air bersih:
1. Kebutuhan air bersih domestik
Adalah kebutuhan untuk rumah tangga yang meliputi air
minum,masak, mandi dan cuci.Pelayanan perorangan berdasarkan
besarnya air yang dipakai di Indonesia ± 160 – 200 liter/orang/hari,
dengan perincian :
Kebutuhan air minum : ± 2 liter
Kebutuhan masak, mencuci peralatan : ± 30 – 50 liter
Cuci baju : ± 60 – 110 liter
Bilas : ± 40 – 60 liter
Lain-lain : ± 30 liter
Pemenuhan kebutuhan domestik dilakukan melalui:
27
a. Sambungan langsung
Adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air
langsung ke rumah-rumah, berupa sambungan pipa distribusi air
melalui meteran air dan instalasi pipa dalam rumah.
b. Sambungan umum
Sambungan umum adalah jenis pelayanan pelanggan sistem
air minum perpipaan dengansambungan perkelompok pelanggan
dan tingkat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air minum
dengan cara pengambilan oleh masing-masing pelanggan ke
pusat penampungan.
2. Kebutuhan air bersih non domestik
1) Keperluan niaga/ komersil
Hotel/penginapan : ± 250 – 300 liter/hari
Restoran : ± 200 liter/hari
Gedung pertunjukan : ± 30 liter/pertunjukan
Toko/kios : ± 200 liter/hari.
2) Kebutuhan untuk fasilitas kantor pemerintah
Kantor pemerintah : ± 20 liter/orang/hari
Asrama militer : ± 60 – 100 liter/orang/hari
3) Fasilitas sosial dan umum
Peribadatan : ± 10 liter/orang/hari
Pendidikan : ± 40 – 80 liter/hari
Perpustakaan : ± 200 liter
28
b. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan berkisar antara 50 – 100% dari jumlah penduduk
administratif dan disesuaikan dengan yang ditentukan pemerintah. Kadang
tingkat pelayanan antara pelayanan sambungan langsung dan kran umum
diharapkan meningkat sesuai kemampuan konsumen.
c. Kehilangan air
1. Kehilangan air secara fisik Adalah kebocoran yang terjadi pada
komponen sistem:
a. Kerusakan pipa (retak/celah)
b. Kerusakan pipa karena terjadinya : Gerakan tanah yang tiba-
tiba, misalnya gempa dan beban berulang, misalnya
kendaraan yang lewat diatas galian pipa.
c. Kurang baiknya sambungan pipa atau perlengkapan.
2. Kehilangan air secara non fisik
Secara fisik tidak terlihat, tetapi diketahui dari hitungan atau
pemetakan jumlah airyang terdistribusi antara lain disebabkan oleh
kesalahan dan kelemahan administrasi dan manajemen, serta
kesalahan dan kelemahan perlengkapan sistem antara lain:
a. Kesalahan pembacaan dan pencatatan pada meter air.
b. Kesalahan manajemen keuangan
c. Kesalahan pada perlengkapan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di WTP PT. Tirtasari Nirmala yang beralamat di
Jl. Angsana II Deltasilikon I, Lippo Cikarang, Bekasi. Penelitian difokuskan pada
masalah ketersediaan dan pendistribusian air bersih di kawasan Lippo Cikarang.
3.2 Tahap Persiapan
1. Identifikasi dan perumusan masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian serta masalah
yang akan diangkat dan diteliti berdasarkan kondisi yang ada di WTP
PT. Tirtasari Nirmala yaitu mengidentifikasi masalah apa saja yang
sedang dihadapi oleh perusahaan kemudian merumuskan masalah
tentang kelayakan PT. Tirtasari Nirmala berkaitan dengan penyediaan
dan pendistribusian air bersih untuk kawasan Lippo Cikarang.
2. Penentuan tujuan penelitian
Pada tahap ini ditentukan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan berkaitan dengan masalah yang telah diangkat, yaitu
mengetahui kelayakan PT. Tirtasari Nirmala dalam penyediaan dan
pendistribusian air bersih di kawasan Lippo Cikarang serta upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti,
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
30
a. Observasi
Metode Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan melihat dan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
bagian transmisi dan distribusi. Observasi dilakukan secara mendalam
untuk mengetahui secara terperinci keadaan lingkungan WTP .
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan tanya jawab secara langsung kepada bagian terkait tentang
transmisi dan distribusi dan bagian lain di WTP. Wawancara dilakukan
dengan memberikan pertanyaan terhadap segala permasalahan yang
dialami dan sejauh mana solusi pemecahan masalah yang dilakukan di
WTP.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah salah satu metode yang dilakukan dengan cara
mengambil bahan-bahan kajian literatur untuk mendapatkan informasi
pendukung tentang masalah yang dibahas. Dari studi pustaka
memperoleh data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengambil gambar lingkungan kerja
yang mendukung kinerja perusahaan dalam memenuhi pelayanan
terhadap konsumen.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di PT. Tirtasari Nirmala yang beralamat di Jl.
Angsana II Deltasilikon I Lippo Cikarang, Bekasi. Subjek penelitian adalah
ketersediaan dan pendistribusian air bersih di kawasan Lippo cikarang. PT.
Tirtasari Nirmala memiliki 2 plant pengolahan air bersih yang pertama yaitu
Water Treatment Plant 2 (WTP 2) dan Water Treatment Plant 3 (WTP 3) dengan
empat buster pump untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian sbb:
31
1) Berkomunikasi secara langsung dengan petugas WTP di bagian yang
bersangkutan dengan masalah yang sedang dikaji dan melakukan
wawancara.
2) Dalam penelitian mengambil semua wilayah WTP.
3) Aktifitas pencarian data dimulai dengan melakukan pengamatan
perwilayah dari aktifitas tersebut di peroleh data sebagai berikut:
a. Penggolahan air bersih
Untuk memenuhi ketersediaan air bersih dalam berbagai musim
PT. Tirtasari Nirmala memiliki 2 plant pengolahan dengan 2
sumber air baku yang berbeda yaitu:
1. Water Treatment Plant 2 (WTP 2) mengambil pasokan air
baku dari Sungai Cikarang yang melintasi kawasan industri
Cikarang. Sungai Cikarang merupakan pemasok utama air
baku untuk sebagian besar perusahaan di kawasan industri
Cikarang, tetapi tidak jarang juga menjadi tempat penampung
air limbah industri-industri ‘nakal’. Berikut data-data sungai
Cikarang
Panjang Sungai Induk : 40 km
Debit Maksimum : 460 m3/s
Slope Rerata : 0,0178
Air baku yang diambil dari Sungai Cikarang akan diolah di
WTP 2 untuk didistribusikan sebagai pasokan air bersih bagi
kawasan industri dan domestik internal PT. Lippo Cikarang.
Water Treatment Plant 2 (WTP2) merupakan penggolahan air
bersih dengan kapasitas maksimal produksi sebesar 907.200
m3/bulan merupakan plant produksi terbesar yang dimiliki PT.
Tirtasari Nirmala, menggunakan sistem Clariflokulator dan
penyaringan trident US Filter dengan sumber air baku sungai
cikarang, dengan kapasitas produksi dan distribusi yang dapat
dilihat pada tabel 3.1 kapasitas produksi WTP 2
32
Tabel 3.1 Kapasitas Produksi WTP 2
2. Air baku untuk dijadikan air bersih oleh Water Treatment
Plant 3 (WTP 3) berasal dari Sungai Kalimalang, yang disebut
juga dengan Saluran Tarum Barat. Saluran ini dibangun pada
tahun 1968 dengan fungsi sebagai pemasok air baku yang
kemudian diolah menjadi air bersih dari kegiatan keseharian
warga sekitar. Kegiatan tersebut mencakup sebagai irigasi
pertanian, untuk air minum, dan aktivitas industri. Hulu dari
sungai ini bersumber dari Waduk Jatiluhur, kemudian air
dialirkan ke beberapa daerah, seperti: Cikampek, Cibitung,
Cikarang, dan Tambun. Saluran Tarum Barat terbagi atas 3
ruas, yaitu ruas Curug – Cibeet sepanjang 18 km, ruas Cibeet –
Bekasi sepanjang 18 km, dan ruas Bekasi – Cawang yang
sejauh 16 km. WTP 3 sendiri berlokasi di ruas Cibeet – Bekasi.
Sungai Kalimalang mampu menampung debit hingga 16
m3/detik.untuk lebih jelas tentang kapasitas produksi dapat
dilihat pada tabel 3.2 kapasitas produksi WTP3
Tabel 3.2 Kapasitas Produksi WTP3
WTP 2
Reservoir 5.000 m3
max production 907.200 m3/bulan
Distribution 725.760 m3/bulan
WTP 3
Reservoir 10.000 m3
max production 622.080 m3/bulan
Distribution 528.768 m3/bulan
33
b. Sistem penampungan dan pendistribusian
Untuk menjaga ketersediaan dan tekanan air agar sesuai dengan
ketentuan estate regulation lippo cikarang maka pendistribusian
air bersih dialirkan dan dibagi melalui empat booster pump
yaitu:
1. Booster pump Tower
2. Booster pump Blok F
3. Booster pump DS 8
4. Booster pump Cibiru
c. Sistem atau peralatan yang digunakan tiap wilayah pendistribusian
Dalam upaya menstabilkan tekanan dan pasokan pendistribusian
air bersih makadibutuhkan pompa.
Tabel 3.5 Sistem dan Peralatan yang Digunakan Untuk Pendistribusian Air
No Wilayah Jenis Sumber Jenis
Pompa
Kekuatan
(Hp/KW)
Jam
Operasi
/ Hari
1 WTP2
Air permukaan
dan
danau
Centrifugal 177 /132 24
Centrifugal 178 /132 24
2 WTP3 Air permukaan Centrifugal 335/250 16
Centrifugal 335/250 24
3 Booster Pump Tower WTP2
Centrifugal 101/75 12
Centrifugal 101/75 12
Centrifugal 101/75 24
4 Booster Pump Blok F WTP2
Centrifugal 74 /55 24
Centrifugal 74 /55 24
Centrifugal 74 /55 12
5 Booster Pump Cibiru WTP3
Centrifugal 47/35 24
Centrifugal 47/35 15
Centrifugal 47/35 15
6 Booster Pump
Deltasilikon 8 WTP2
Centrifugal 148/110 24
Centrifugal 148/110 23
Centrifugal 47/35 6
34
Keterangan:
1) Pemakaian jenis pompa tertentu sudah disesuaikan dengan
debit yang diinginkan.
2) Debit yang diinginkan sesuai dengan jaringan pipa distribusi
yang melayani sumber tersebut.
3) Kapasitas pompa tidak biasa dinaikan, jadi apabila ingin
menambah debit air harus mengganti atau menambah pompa.
4) Kapasitas pompa bisa di turunkan, dengan cara menurunkan
besar putaran.
3.5 Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
35
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Khusus Perusahaan
Data khusus perusahaan merupakan data primer yaitu data yang diperoleh
dari pencatatan langsung di PT. Tirtasari Nirmala. Adapun data khusus
perusahaan adalah sebagai berikut :
4.1.1 Identifikasi Tujuan dan Sumber Pendistribusian
Dari data berikut diperoleh perencanaan pembangunan perumahan di
kawasan Lippo Cikarang, lokasi atau clusrter jalur pendistribusian baru.
Sehingga pada saat proyek pembangunan perumahan selesai konsumen tidak
mengalami masalah air, untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 4.1 daftar
estimasi debit proyek pembangunan cluster:
Tabel 4.1 Daftar Estimasi Debit Air Proyek Pembangunan
Cluster
No.
Nama Proyek
Perumahan
(cluster)
Unit
(Perkiraan) Estimasi
Debit
(m3/bulan)
Tahun
Dimulai
Tahun
Selesai
1 The Patio 529 12696
2017 2020
2 Meikarta CBD 3025 72600
2014 2020
4 Waterfront
Estate 3400
81600 2019 2021
5 Ruko Mataram 19
456 2019 2021
36
Keterangan:
Data proyek pembangunan perumahan dengan target penyelesaian
tahun 2020-2021.
a. Tujuan
Dari tabel di atas dapat diketahui daerah tujuan adalah estimasi
debit rencana proyek perumahan yang akan diselesaikan tahun
2020-2021.
b. Sumber
Daerah sumber pendistribusian / pembagian air bersih agar sampai
ke customer merupakan fungsi dari booster pump, berikut
merupakan kapasitas yang dapat di distribusikan oleh booster
pump:
1. Booster pump Tower
Booster pump tower merupakan booster pump yang satu
satunya menggunakan pendistribusian menggunakan pompa dan
gravitasi sehingga konsumen air bersih yang jaraknya masih dalam
jangkauan tower akan menggunakan gravitasi, sedangkan
konsumen air bersih yang tidak terjangkau menggunakan bantuan
pompa. Untuk lebih jelas tentang kapasitas tampung booster pump
tower dapat dilihat pada tabel 4.2 kapasitas tampung booster pump
tower.
Tabel 4.2 Kapasitas Tampung Booster Pump Tower
Tower
Reservoir 1,000 m3
Tangki 450 m3
Total 1,450 m3
Distribusi dari WTP2 642,745 m3/bulan
Distribusi ke cust 620,660 m3/bulan
Ketersediaan 22,085 m3/bulan
37
2. Booster pump Blok F
Booster pump Blok F merupakan Booster pump dengan
kapasitas tampung air bersih sebesar 2.000 m3 dengan sistem
pendistribusian menggunakan pompa. Untuk lebih jelas kapasitas
tampung booster pump Blok F dapat dilihat pada tabel 4.3
kapasitas tampung booster pump Blok F.
Tabel 4.3 Kapasitas Tampung Booster Pump Blok F
Blok F
Reservoir 2,000 m3
Distribusi dari WTP2 92,719 m3/bulan
Distribusi ke cust 54,555 m3/bulan
Ketersediaan 38,164 m3/bulan
3. Booster pump DS 8
Booster Pump DS 8 merupakan booster pump baru yang
mempunyai kapasitas tampung air bersih sebanyak 2.000 m3 , yang
dibangun untuk mendistribusikan air bersih di kawasan Delta
Silikon 8 dan sekitarnya. Untuk lebih jelas tentang kapasitas
tampung booster pump Delta Silikon 8 dapat dilihat pada tabel 4.4
kapasitas tampung booster pump DS 8.
Tabel 4.4 Kapasitas Tampung Booster Pump DS 8
DS 8
Reservoir 2,000 m3
Distribusi dari WTP2 11,032 m3/bulan
Distribusi ke cust 2,256 m3/bulan
Ketersediaan 8,776 m3/bulan
38
4. Booster pump Cibiru
Booster pump cibiru merupakan booster pump utama
pendistribusian air bersih dari WTP3 dengan kapasitas terbesar
yaitu 6.000 m3.dengan jangkauan pendistribusian terluas dibanding
dengan booster pump lain. Booster pump cibiru juga menggunakan
dua sistem pendistribusian air bersih yaitu menggunakan sistem
gravitasi dan menggunakan sistem pompa untuk memenuhi
kebutuhan konsumennya. Untuk lebih jelas tentang kapasitas
tampung booster pump cibiru dapat dilihat pada tabel 4.5 kapasitas
tampung booster pump cibiru.
Tabel 4.5 Kapasitas Tampung Booster Pump Cibiru
Keterangan :
1) Untuk sumber air baku menggunakan air permukaan dari
sungai cikarang dan kalimalang, serta menggunakan
tampungan danau buatan untuk sungai cikarang pada
musim kering karena kualitas air baku yang menurun dan
kurang baik.
2) Setiap booster pump terkoneksi satu dengan yang lain dan
setiap booster pump mengalirkan air bersih ke customer
yang areanya dekat dengan booster pump tersebut.
Cibiru
Reservoir 6,000 m3
Tangki 200 m3
Total 6,200 m3
Distribusi dari WTP3 528,768 m3/bulan
Distribusi ke cust 396,093 m3/bulan
Ketersediaan 132,675 m3/bulan
39
4.1.2 Jaringan Pendistribusian Lama
Berikut merupakan peta jalur pendistribusian air bersih lama yang
sudah dilakukan sistem ring/loop jika ada perbaikan dapat dilakukan buka tutup
valve, sehingga tidak menyebabkan terganggunya pendistribusian air bersih.
Sistem pendistribusian ini belum mendistribusikan air bersih menuju ke cluster
baru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar 4.6 gambar jaringan
pendistribusian lama:
Gambar 4.1 Jaringan Pendistribusian Lama
40
Keterangan:
Walaupun telah menggunakan sistem looping jaringan booster pump
hanya dapat mendistribusikan air bersih ke area pendistribusian sesuai
kapasitas pompa, agar tidak terjadi penurunan pressure pada pipa
pendistribusian.
4.1.3 Pemilihan Alternatif Jaringan
Dari data tabel 4.1 daftar estimasi debit air proyek pembangunan
cluster, dengan adanya permintaan penambahan area pendistribusian tersebut
terdapat solusi alternatif pemenuhan kebutuhan air dari tiap-tiap booster pump ke
cluster baru tersebut :
Gambar 4.2 Alternatif Jalur Pendistribusian
Keterangan:
Untuk pendistribusian air bersih cluster baru dapat di supply
oleh Booster Pump Tower, Booster Pump Blok F, Booster Pump
DS8 dan Booster Pump Cibiru.
41
4.1.4 Kapasitas Sumber
Untuk pemenuhan kebutuhan air tiap wilayah dan tujuan
menggunakan data satu tahun di tahun 2019. Data diperoleh dari perhitungan tabel
4.2 , 4.3, 4.4, dan 4.5 data tersebut adalah:
Tabel 4.6 Permintaan Kebutuhan Setiap Wilayah Tujuan
Produksi
(m3/bulan)
Pemakaian
Perbulan
(m3/bulan)
Rencana
pemakaian
(m3/bulan)
Stok
(m3/bulan)
1.275.264 1.073.564 167.352 34.348
Karena kebutuhan air bersih dalam kondisi normal sudah terpenuhi dan
mempunyai persediaan yang cukup untuk didistribusikan ke customer baru,
sehingga apabila pihak pengembang melakukan pembangunan kawasan atau
perumahan baru maka masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih.
4.1.5 Penentuan Biaya Transportasi
Berikut ini yang termasuk biaya transportasi pendistribusian air
adalah:
1. Biaya pemakaian pompa dari tiap booster pump
2. Biaya opertor lapangan
Untuk tabel hasil perhitungan, data diambil dari tabel 3.5 dan 4.1, merupakan
pehitungan biaya transportasi yang menjadi pertimbangan solusi alternatif minum
yang akan digunakan untuk pendistribusian air bersih, untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat pada tabel berikut:
42
Tabel 4.7 Biaya Transportasi Menuju Cluster Baru
A B C D E F G=
D/F*3600 H I J=E*G*(H+I)
NO TEMPAT TUJUAN KEBUT
UHAN DAYA
KEMAMP
UAN OPERASI
BIAYA/
KW
BIAYA
OPERATOR
TOTAL
(m3) (KW) (m3/detik) (JAM) (Rp) (Rp) (Rp/KW)
1 TOWER The Patio 12696 1 0.14 25 1352 5800 180,162
Meikarta CBD 72600 2 0.14 144.05 1352 5800 2,060,457
Waterfront Estate 81600 2 143 0.16 1352 5800 2,267
Ruko Mataram 456 2 0.14 0.90 1352 5800 12,942
2 BLOK F The Patio 12696 1 0.14 25.19 1352 5800 180,162
Meikarta CBD 72600 4 0.14 144.05 1352 5800 4,120,914
Waterfront Estate 81600 2 0.14 161.90 1352 5800 2,315,886
Ruko Mataram 456 2 0.14 0.90 1352 5800 12,942
3 DS 8 The Patio 12696 2 0.07 50.38 1352 5800 720,649
Meikarta CBD 72600 2 0.07 288.10 1352 5800 4,120,914
Waterfront Estate 81600 2 0.07 323.81 1352 5800 4,631,771
Ruko Mataram 456 2 0.07 1.81 1352 5800 25,883
4 CIBIRU The Patio 12696 2 0.07 50.38 1352 5800 720,649
Meikarta CBD 72600 2 0.07 288.10 1352 5800 4,120,914
Waterfront Estate 81600 1 0.07 323.81 1352 5800 2,315,886
Ruko Mataram 456 0.5 0.07 1.81 1352 5800 6,471
43
Keterangan :
1. Biaya operator merupakan perhitungan upah minimum
kabupaten bekasi tahun 2019
2. biaya perKWH khusus industri 2019
3. Distribusi fase tiga, dengan tiga daerah sumber dan lima daerah
tujuan
4. Biaya operasi dihitung untuk satu hari operasi.
5. Untuk pemilihan pompadisesuaikan dengan debit air yang
diinginkan dan disesuaikan dengan jam operasi yang sudah
ada.
6. Elevasi atau ketinggian tanah berbeda dari tiap wilayah.
4.2 Perhitungan Menggunakan Metode Transportasi
4.2.1 North West Corner
Metode atau solusi awal yang digunakan adalah North West Corner
Method (metode pojok barat laut) metode transportasi ini dikerjakan
menggunakan aplikasi QM for Windows, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.8 tabel North West Corner Method :
Tabel 4.8 North West Corner
Ke
Dari
The Patio Meikarta
CBD Waterfront
Ruko
Mataram Dummy Dummy
TOWER
180.162 2.060.457 2.267 12.942 0
22.085 12.696 9.389
BLOK F
180.162 4.120.914 2.315.886 12.942 0
38.164 38.164
DS8
720.649 4.120.914 4.631.771 25.883 0
8.776 8.776
CIBIRU
720.649 4.120.914 2.315.886 6.471 0
132.675 16.271 81.600 456 34.348
DEMAND 12.696 72.600 81.600 456 34.348 201.700
44
Keterangan:
Hasil distribusi air bersih dengan menggunakan metode North West
Corner didapat hasil yaitu sumber air bersih dari booster pump Tower
didistribusikan menuju cluster baru The Patio sebesar 12.696 m³, Meikarta
CBD 9.389 m³, booster pump Blok F mendistribusikan air bersih menuju
Meikarta CBD sebesar 38.164 m³, booster pump DS 8 mendistribusikan
air bersih menuju Meikarta CBD sebesar 8.776 m³, booster pump Cibiru
mendistribusikan air bersih menuju Meikarta CBD sebesar 16.271 m³,
Waterfront sebesar 81.600 m³, Ruko Mataram sebesar 456 m³.
Tabel 4.9 Shipping list North West Corner
Dari Menuju Shipment
cost per
unit Shipment Cost
Tower The Patio 12.696 180.162 2.287.336.752
Tower Meikarta CBD 9.389 2.060.457 19.345.630.773
Blok F Meikarta CBD 38.164 4.120.914 157.270.561.896
Ds 8 Meikarta CBD 8.776 4.120.914 36.165.141.264
Cibiru Meikarta CBD 16.271 4.120.914 67.051.391.694
Cibiru Waterfront 81.600 2.315.886 188.976.297.600
Cibiru Ruko Mataram 456 6.471 2.950.776
Keterangan:
Tabel 4.9 shipping list North West Corner merupakan tabel
perincian biaya transportasi dari daerah sumber ke daerah tujuan
dengan total biaya Rp. 471.099.310.755/bulan, merupakan biaya
pembanding untuk mendapatkan biaya optimal.
45
4.2.2 Vogel’s Approximation Method
Metode ke dua menggunakan metode lanjutan Vogel’s
Approximation Method, metode transportasi ini dikerjakan menggunakan aplikasi
QM for windows, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 4.10 Tabel Vogel’s
Approximation Method :
Tabel 4.10 Vogel’s Approximation Method
Ke
Dari
The Patio Meikarta
CBD Waterfront
Ruko
Mataram
Dummy Dummy
TOWER
180.162 2.060.457 2.267 12.942 0
22.085 22.085
BLOK F
180.162 4.120.914 2.315.886 12.942 0
38.164 12.696 25.468
DS8
720.649 4.120.914 4.631.771 25.883 0
8.776 8.776
CIBIRU
720.649 4.120.914 2.315.886 6.471 0
132.675 72.600 59.515 456 104
DEMAND 12.696 72.600 81.600 456 34.348 201.700
Keterangan:
Hasil distribusi air bersih dengan metode kedua yaitu Vogel’s
Approximation Method yaitu sumber air bersih dari booster pump
Tower didistribusikan menuju Waterfront sebesar 22.085 m³,
booster pump Blok F mendistribusikan menuju cluster The Patio
sebesar 12.696 m³. Booster pump Cibiru mendistribusikan air
bersih menuju Meikarta CBD sebesar 72.600 m³, Waterfront
sebesar 59.515 m³ dan Ruko Mataram sebesar 456 m³.
46
Tabel 4.11 Shipping list Vogel’s Approximation Method
Dari Menuju Shipment cost per unit Shipment Cost
Tower Waterfront 22.085 2.267
50.066.700
Blok F The Patio 12.696 360.325
4.574.686.000
Blok F Dummy 25.468 0 0
DS 8 Dummy 8.776 0 0
Cibiru Meikarta CBD 72.600 4.120.914
299.178.400.000
Cibiru Waterfront 59.515 2.315.886
137.830.000.000
Cibiru Ruko Mataram 456 6.471
2.950.776
Cibiru Dummy 104 0 0
Keterangan:
Tabel 4.11 shipping list Vogel’s Approximation Method merupakan
tabel perincian biaya transportasi dari daerah sumber ke daerah
tujuan dengan total biaya Rp.441.636.000.000/bulan, merupakan
biaya pembanding untuk mendapatkan biaya optimal.
4.2.3 Stepping Stone Method
Metode ke tiga merupakan methode optimalisasi yaitu mengunakan
pendekatan model transportasi Stepping Stone Method, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.12 Tabel Stepping Stone Method :
47
Tabel 4.12 Stepping Stone Method
Keterangan:
Hasil distribusi air bersih dengan metode Stepping Stone
Method yaitu sumber air bersih dari booster pump Tower
didistribusikan menuju Waterfront sebesar 22.085 m³, booster
pump Blok F mendistribusikan menuju cluster The Patio
sebesar 12.696 m³. Booster pump Cibiru mendistribusikan air
bersih menuju Meikarta CBD sebesar 72.600 m³, Waterfront
sebesar 59.515 m³ dan Ruko Mataram sebesar 456 m³.
Ke
Dari
The Patio Meikarta
CBD Waterfront
Ruko
Mataram
Dummy Dummy
TOWER 180.162 2.060.457 2.267 12.942 0 22.085
22.085
BLOK F 180.162 4.120.914 2.315.886 12.942 0 38.164
12.696 25.468
DS8 720.649 4.120.914 4.631.771 25.883 0 8.776
8.776
CIBIRU 720.649 4.120.914 2.315.886 6.471 0 132.675
72.600 59.515 456 104
DEMAN
D 12.696 72.600 81.600 456 34.348 201.700
48
Tabel 4.13 Shipping list Stepping Stone Method
Dari Menuju Shipment cost per unit Shipment Cost
Tower Waterfront 22.085 2.267
50.066.700
Blok F The Patio 12.696 360.325
4.574.686.000
Blok F Dummy 25.468 0 0
DS 8 Dummy 8.776 0 0
Cibiru Meikarta CBD 72.600 4.120.914
299.178.400.000
Cibiru Waterfront 59.515 2.315.886
137.830.000.000
Cibiru Ruko Mataram 456 6.471
2.950.776
Cibiru Dummy 104 0 0
Keterangan:
Tabel 4.13 shipping list Stepping Stone Method merupakan tabel perincian
biaya transportasi dari daerah sumber ke daerah tujuan dengan total biaya
Rp.441.636.000.000/bulan, merupakan biaya pembanding untuk
mendapatkan biaya optimal.
4.3 Jaringan Pendistribusian Baru
Setelah didapat hasil optimalisasi dari pendistribusian air bersih
menggunakan metode optimalisasi yaitu metode Stepping Stone Method didapat
jaringan distribusi baru, jalur distribusi ini memerlukan investasi jaringan baru
yaitu dibagian pendistribusian antara booster pump cibiru ke Meikarta CBD.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut:
49
Gambar 4.3 Jaringan Pendistribusian Baru
50
Gambar 4.4 Rincian Jaringan Perpipaan Baru
Keterangan:
1. Garis ( ) jaringan pipa lama
2. Garis (……… ) jaringan pipa baru
3. Gambar ( ) Booster Pump
4. Gambar ( ) Cluster Baru
51
4.3.1 Biaya Investasi
Tabel 4.14 Tabel Biaya Investasi
No Kegunaan
Harga
satuan
(Rupiah)
Banyak Satuan Harga
(Rupiah) Keterangan
1
Biaya pengoprasian
pompa Booster Pump
Tower ke Waterfront 1352 2/0.16 KW/JAM
433
2
Biaya pengoprasian
pompa Booster Pump
Blok F ke The Patio 1352 1/25.19 KW/JAM
34,057
3
Biaya pengoprasian
pompa Booster Pump
Cibiru ke Meikarta CBD 1352 2/288.10 KW/JAM
779,022
4
Biaya pengoprasian
pompa Booster Pump
Cibiru ke Waterfront 1352 1/323.81 KW/JAM
437,791
5
Biaya pengoprasian
pompa Booster Pump
Cibiru ke Ruko Mataram 1352 0.5/181 KW/JAM
122,356
Total
1,373,659 Beban/bulan
6 Pembelian pompa baru
Pompa Sentrifugal 35
KW 128,000,000 1 Buah
128,000,000
Total
128,000,000
7 Biaya perpipaan
Blok F ke The Patio 6" 520,000 500 Meter
260,000,000
Cibiru ke Waterfront 6" 520,000 1,200 Meter
624,000,000
Cibiru ke Meikarta CBD
8" 860,000 1,600 Meter
1,376,000,000
Total
2,260,000,000
8 Ben (Sudut 90°)
Ukuran 6 '' 675,000 3 Buah
2,025,000
Ukuran 8 " 753,000 1 Buah
753,000
Total
2,778,000
52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa diperoleh
solusi optimal pendistribusian air bersih untuk cluster baru yaitu Cluster The
Patio, Cluster Wterfront, Meikarta CBD, Ruko Mataram di kawasan Lippo
Cikarang dengan metode optimalisasi Stepping Stone Method didapat hasil
pendistribusian air bersih yaitu booster pump Tower ke cluster Waterfront
sebanyak 22.085 m³ dengan biaya perbulan Rp. 2.269/bulan. Booster pump Blok
F mendistribusikan air bersih menuju cluster The Patio sebesar 3.816 m³ dengan
biaya Rp. 180.162/bulan. Booster pump DS 8 mendistribusikan air bersih menuju
cluster The Patio sebesar 8.320 m³ dengan biaya Rp. 720.694/bulan dan Booster
pump Cibiru mendistribusikan air bersih menuju Cluster The Patio sebesar 560 m³
dengan biaya Rp. 720.649/bulan, menuju Meikarta CBD sebesar 72.600 m³
dengan biaya pendistribusian Rp. 4.120.914/bulan, menuju ke Cluster WaterFront
sebanyak 59.515 m³ dengan biaya pendistribusian sebesar Rp. 2.315.886,
Pendistribusian menuju ke Ruko Mataram sebanyak 456 m³ dengan biaya seesar
Rp. 6.471/bulan. Dengan biaya investasi pompa sebesar Rp. 128.000.000, dan
biaya investasi perpipaan sebesar Rp. 2.262.778.000.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa data perusahaan
maka dapat diberikan Saran yang kiranya dapat membantu perusahaan dalam
mengoptimalkan biaya transportasi :
1. Alternatif ini hendaknya menjadi pertimbangan untuk PT. Tirtasari
Nirmala dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, mengingat biaya yang
dibutuhkan relatif kecil dan alternatif yang paling mungkin dilakukan
dalam keadaan segera untuk memenuhi kebutuhan konsumen alternatif ini
juga dapat ditingkatkan kapasitasnya dikemudian hari (merupakan
investasi jangka panjang).
53
2. Pendekatan metode transportasi dalam meminimalkan biaya transportasi
hendaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rencana biaya
pendistribusian dan jaringan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Tjutju Tarliah dan Dimyati, Ahmad,1992. Operation Research “Model-
model Pengambilan Keputussan”.Bandung, Sinar Baru Algesindo.
Siagian,P, 1987. Penelitian Opersional “Teori dan Praktikum”. Jakarta,
Universitas Indonesia
Samani and Zangane,2010. “Optimation of Water Networks Using Linier
Proraming”.ResearchGate,163(9):475-485.
Subagyo, P. (2000). Dasar-Dasar Operation Research Edisi 2. Yogyakarta.
Aminudin. (2005). Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga.
55