Upload
febby-farihindarto
View
53
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pemeriksaan Kerokan Kulit Menggunakan Mikroskop
Elly Sonny
102011253
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
Email: S [email protected]
Pendahuluan
Perkembangan mikroskop dari tahun ke tahun semakin berkembang. Terutama dalam
bidang kedokteran. Mikroskop sangat membantu untuk melihat, atau mengenali benda-benda
renik yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
lanjut di laboraturium. Pemeriksaan laboraturium tersebut salah satunya pemeriksaan kerokan
kulit.
Pemeriksaan kerokan kulit bisa juga diberikan KOH 10%, tanpa mempengaruhi
morfologi jamur. Spesimen diletakan di atas kaca objek, ditutup dengan kaca penutup dan
setelah 5 menit diperiksa secara mikroskopis dibawah pencahayaan yang rendah.
Pemeriksaan yang diberi KOH harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kesalah
pahaman membedakan elemen jamur dengan batas sel.1
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian mikroskop itu apa,
bagian-bagian mikroskop, jenis-jenis mikroskop, kemampuan daya pisah mikroskop, cara
kerja mikroskop, pembentukan dan sifat bayangan pada mikroskop, fungsi mikroskop, cara
menggunakan mikroskop serta cara membuat sediaan dan sel kulit.
Pembahasan
I. Sejarah Mikroskop
Mikroskop ( bahasa Yunani: micron = kecil dan scops = tujuan) adalah sebuah alat optik
yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopik, kata mikroskopik berarti sangat kecil dan tidak mudah terlihat oleh mata.2
Jenis-jenis mikroskop bermacam-macam sejalan dengan sejarah dan perkembangannya.
1
Pembuat mikroskop pertama kali adalah seorang warga negara Belanda bernama Hans
Lippershyyan yang berasal dari kota Middleburg dan berprofesi sebagai tukang membuat
lensa menemukan alat ini secara tidak sengaja.2 Pada waktu itu Hans Lippershyyan belum
memberikan nama atas alat penemuannya tersebut. Hingga oleh Giovanni Faber penemuan
itu disebut Mikroskop pada tahun 1625. Penemuan tersebut mendorong ilmuan lain, seperti
Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama.2
II. Jenis-jenis Mikroskop
Mikroskop Cahaya
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop
optis.3 Keberadaan mikroskop makin populer dengan ditemukannya sel darah merah pertama
kali oleh pengamatan Antony Van Leeuwenhoek, Belanda. Mikroskop yang digunakan
Leeuwenhoek kala itu berupa kaca pembesar tunggal (berlensa tunggal) berbentuk bikonveks
dengan spesimen yang diletakkan di antara sudut apertura kecil pada penahan logam. Dan
dengan ketrampilan Leewenhoek dalam membuat lensa, dia berhasil membuat mikroskop
yang mampu memperbesar objek sampai lebih dari 200 kali sehingga gambar yang dihasilkan
lebih jelas dan lebih terang.
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya
dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya memanfaatkan pancaran cahaya untuk
membentuk bayangan benda. Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama “Compound
light microscope”. 3 Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa
okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung
mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau
ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif
yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja
mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor.
Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.4
Lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan
struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif
adalah memperbesar bayangan obyek dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura
adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen,
sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang
terpisah. Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas
2
tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan
yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 -
25 kali. Lensa kondensor, berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek
yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal.5
Gambar 1. Mikroskop cahaya binokuler Gambar 2. Mikroskop cahaya monokuler
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=Mikroskop+cahaya
Mikroskop Elektron
Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakukan pembesaran objek sampai dua juta
kali, yang menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan
dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang lebih
bagus dari pada mikroskop cahaya. Macam-macam mikroskop elektron:6
1) Mikroskop transmisi elektron (TEM)
2) Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
3) Mikroskop pemindai elektron (SEM)
4) Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM)
5) Mikroskop refleksi elektron (REM)
6) Mikroskop Ultraviolet
7) Scanning probe microscopy (SPM)
1. Mikroskop Transmisi Elektron (TEM)
Ada dua jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu tunneling electron
microscopy (TEM) dan scanning electron microscopy (SEM). TEM dikembangkan pertama
kali oleh Ernst Ruska dan Max Knol, dua peneliti dari Jerman pada 1932. 2 Prinsip kerja TEM
dengan menembakan elektron ke lapisan tipis sampel, dimana komposisi struktur sampel
dapat terdeksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan, maupun fase sinar elektron yang
3
menembus sampel tersebut. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana
electron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil
tembusannya pada layar.
Gambar 3. Mikroskop transmisi elektron
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=Mikroskop+transmisi+elektron+(TEM)
2. Mikroskop Pemindai Elektron (SEM)
Tidak jauh dari lahirnya TEM, SEM dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh ilmuan
Jerman Manfred von Ardenne. Konsep dasar dari SEM ini, sebenarnya disampaikan oleh
Max Knoll pada 1935.1 Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang
terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Prinsip kerja SEM dengan scan sinar elektron pada
permukaan sampel untuk kemudian informasi diubah dalam bentuk gambar yang mirip
seperti gambar dalam televisi.
Gambar 4. Mikroskop pemindai elektron (SEM)
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=Mikroskop+pemindai+elektron+(SEM)
3. Mikroskop Pemindai Transmisi Elektron (STEM)
4
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM) adalah merupakan salah satu tipe yang
merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM). Pada sistimSTEM
ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik
electron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek menggunakan
pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang
menghasilkan lajur-lajur titik (dots) yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh
CRT pada telivisi / monitor.7
Gambar 5. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=Mikroskop+pemindai+transmisi+elektron+(STEM)
4. Mikroskop Pemindai Lingkungan Elektron (ESEM)
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang kelahiranYunani yng
bermigrasi ke Australia pada akhir tahun 1972 dan memperoleh gelar Ph.D dari Universitas
New South Wales (UNSW) pada tahun 1977. Mikroskop ini adalah merupakan
pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental
SEM (ESEM) yang dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi
syarat sebagai obyek TEM maupun SEM. Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini
biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah
perlakuan yang tidak perlu terhadap obyek yang apabila menggunakan alat SEM
konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa
terlaksana.7 Pada beberapa tahun terakhir ini peralatan ESEM mulai dipasarkan oleh
para produsennya dengan mengiklankan gambar-gambar jasad renik dalam keadaan hidup
yang selama ini tidak dapat terlihat dengan mikroskop elektron.
5. Mikroskop Refleksi Elektron (REM)
5
Yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reflection electron microscope (REM), adalah
mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya dengan
carakerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan
objek.Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan
tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction)
dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum-
RHELS).7
6. Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet. Karena cahaya
ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat
dilihat, penggunaan cahaya ultraviolet untuk pencahayaan dapat meningkatkan daya pisah
menjadi 2 kali lipat dari pada mikroskop biasa. Karena cahaya ultraviolet tidak dapat dilihat
oleh mata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya 9 photografi
plate. Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan mikroskop ini terlalu rumit serta mahal
untuk pekerjaan sehari-hari.6
Gambar 6. Mikroskop ultraviolet
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=mikroskop+ultraviolet
7. Scanning Probe Microscopy (SPM)
Namun demikian, sejak tahun 1970, telah dikembangkan mikroskop baru yang
mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara verikal, yang dikenal
dengan “scanning probe microscopy (SPM)”. SPM mempunyai prinsip kerja berbeda dengan
SEM maupun TEM, dan merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop yang
dikenal mempunyai tipe ini adalah scanning tunneling microscope (STM),atomic force
microscope (AFM), dan scanning near-field optical microscope (SNOM). 3
6
Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda
yang berukuran relatif besar. Mikroskop Stereo mempunyai perbesaran 7 hingga30 kali.
Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen
utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa
okuler dan lensa obyektif. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah
dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur
fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak
diatas pengatur fokus.
Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa
mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita
dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dariatas
sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaranlensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan
lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali,
sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali.3
Gambar 7. Mikroskop stereo
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=mikroskop+stereo
III. Fungsi Mikroskop
Secara umum fungsi mikroskop untuk melihat obyek yang terlalu kecil yang dilihat
dengan mata telanjang karena keterbatasan kemampuan mata kita untuk melihat. Namun
karena adanya perkembangannya, fungsi mikroskop berbeda-beda dan menunjukan manfaat
yang lebih baik.
7
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop cahaya
mempunyai keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Sayangnya mikroskop
cahaya yang banyak digunakan saat ini tidak dapat digunakan untuk mengobservasi objek
yang berukuran lebih kecil dari 0,2 mikrometer seperti virus, sehigga mulai dikembangkan
adanya mikroskop elektron.
Mikroskop elektron yang mampu melakuakan peambesaran obyek sampai dua juta kali,
yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan
tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih
bagus dari pada mikroskop cahaya.6 Mikroskop electron ini menggunakan jauh lebih banyak
energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detil
arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga
dimensi. Mikroskop transmisi eletron (TEM) saat ini telah mengalami peningkatan kinerja
hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (1angstrom) atau sama
dengan pembesaran sampai satu juta kali. Final image akan terlihat seperti area gelap terang
tergantung jumlah elektron yang diabrorbsi oleh area yang berbeda dari spesimen.
Mikroskop pemindai transmisi elektron (ESEM) dikembangkan guna mengatasi obyek
pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai obyek TEM maupun SEM. Obyek yang
tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil
tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap obyek.7 Sedangkan
Scanning probe microscopy (SPM), mikroskop tipe ini banyak digunakan dalam riset
teknologi nano.
IV. Strutur Mikroskop
8
Gambar 8. Mikroskop
(Source: http://sulistyaindriani.files.wordpress.com/2010/07/mikroskop3.jpg)
Pada dasarnya, setiap mikroskop optik memiliki bagian-bagian optik dan bagian-bagian
mekanik.
1. Bagian optik
a. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur
oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.8 Lensa objektif
memiliki 4 buah lensa dengan pembesaran yang berbeda-beda, yaitu
pembesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x.
b. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Berfungsi untuk
membentuk bayangan maya tegak, dan diperbesar dari lensa objektif.8
Memiliki peranan seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis
pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata
berakomodasi maksimum.
c. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek
melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat.8
Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan
jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya.
d. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.8
e. Kondensor,berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dan memfokuskannya ke objek.8 Alat ini dapat putar dan di naik
turunkan.
2. Bagian mekanik
a. Resolver, berfungsi sebagai pemutar lensa objektif sehingga pembesaran lensa
yang diinginkan berada pada posisi yang siap digunakan.8
b. Diopter adjustment ring, berfungsi untuk memutar eyesplace pada lensa
okuler bagian kiri untuk mendekat maupun menjauhi mata.
9
c. Meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di
amati.8
d. Specimen holder y-axis feed knob, berfungsi untuk menggerakkan meja
mikroskop maju mundur.
e. Specimen holder x-axis feed knob, berfungsi untuk menggerakkan meja
mikroskop kekanan dan kekiri.
f. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek
agar tidak mudah bergeser.8
g. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.8
h. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.8
i. Makrometer (pemutar kasar)/ Coarseadjustmen knob, berfungsi untuk
menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat.
j. Mikrometer(pemutar halus)/ Fine adjustmen knob, pengatur ini berfungsi
untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya
lebih kecil daripada makrometer.
k. Filter holder, berfungsi sebagai sumber cahaya pada mikroskop dengan
cahaya listrik.
V. Cara Menggunakan
Dalam menggunakan mikroskop diperlukan kehati-hatian, ketidak cerobohan, ketelitian,
dan pengamatan yang fokus. Dimulai dari tahap persiapan.
1. Tahap persiapan
a. Membawa mikroskop dengan benar, dengan cara tangan kanan memegang
mikroskop sedangkan tangan kiri menyangga bagian bawah kaki mikroskop.
b. Meletakkan mikroskop dengan benar, yaitu di tempat yang datar.9
c. Mengambil posisi pengamatan yang benar. Hal ini diperlukan terutama jika
menggunakan mikroskop yang sumber cahayanya berasal dari cahaya
matahari atau cahaya lampu, untuk menghasilkan bayangan yang jelas.8
2. Tahap pelaksanaan
a. Nyalakan mikroskop dengan menghubungkannya pada sumber listrik.
b. Gunakan lensa objektif dengan pembesaran yang paling kecil dahulu, jangan
menggunakan yang terlau besar (100x) sebab bisa terjadi goresan antara lensa
okuler dengan kaca objek.
c. Letak meja objek berada pada posisi terendah dahulu.
10
d. Letakkan objek pengamatan pada meja objek. Bila diperlukan kita dapat
mengeser meja objek kekanan, kiri, maju, dan mundur dengan memutar
Specimen holder y-axis feed knob dan Specimen holder x-axis feed knob.
Maupun menaik turunkan secara meja objek secara besar dan halus dengan
memutar coarseadjustmen knob dan fine adjustmen knob.
e. Cari fokus pada objek pengamatan hingga tampak jelas oleh mata, dan kita
juga dapat mengatur besarnya intensitas cahaya.
VI. Pembentukan Bayangan
Sifat bayangan pada mikroskop ditentukan pada dua lensa, yaitu lensa objektif dan lensa
okuler. Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara
garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat
maya, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat
bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir
mempunyai sifat lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai
sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar.
Intensitas Cahaya
Intensitas berasal dari bahasa latin yaitu intentio yang berarti ukuran kekuatan, keadaan
tingkatan atau ukuran intensnya. Pengertian Intensitas cahaya adalah banyak fluks cahaya
yang menembus bidang per satuan sudut ruang. Satuan intensitas cahaya adalah "kandela"
(disingkat cd).10 Intensitas berpengaruh terhadap pembesaran dan differensiasi sel. Dalam
pemakaian mikroskop, intesitas cahaya disesuaikan dengan objek yang dilihat serta
kenyamanan mata kita sehingga diperoleh pembesaran yang terbaik.
Pembesaran
Tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan dari benda yang
dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbgai faktor, diantaranya titik
fokus kedua lensa( objektif f1 dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak(t) lensa objektif
terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata normal (Sn).3 Kemampuan
pembesaran mikroskop juga dipengaruhi oleh kemampuan lensa dan panjang gelombang
sumber yang digunakan. Bila panjang gelombang cahaya yang digunakan semakin kecil,
11
maka kemampuan mikroskop semakin baik. Untuk memperoleh pembesaran mikroskop yang
maksimal, maka bayangan lensa objektif harus tepat berada di titik fokus lensa okuler.
Daya Pisah
Pengertian daya pisah suatu mikroskop, yaitu kemampuan memperlihatkan bagian
renik dalam obyek secara terpisah dan jelas. Pada umumnya orang tidak mampu memisahkan
obyek yang jaraknya kurang dari 0,1 mm. Dengan menggunakan mikroskop, terbukalah
kemungkinan untuk membedakan dua buah obyek yang letaknya sangat berdekatan yang
dengan mata bugil kelihatan seakan-akan satu obyek saja.
Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak menjadi satu. Perbesaran
akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik.5 Semakin kecil daya pisah
lensa, semakin baik kemampuan lensa untuk memisahkan 2 buah titik. Daya pisah
bergantung pula pada indeks bias, apertur numerik, dan panjang gelombang cahaya yang
digunakan.
VII. Sel Kulit
Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, dengan berat sekitar 16% dari berat
badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m2 yang
terpapar dengan dunia luar. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari
ektoderm dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm.
Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Batas dermis
dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papila saling mengunci dengan
tonjolan epidermis yang disebut epidermal ridges. 11
Lapisan luar kulit relatif kedap air, yang mencegah penguapan air secara berlebihan dan
memungkinkan berlangsungnya kehidupan di bumi. Kulit berfungsi sebagai organ reseptor
yang selalu berhubungan dengan lingkungan dan melindungi organisme dari cedera benturan
dan gesekan. Melanin yaitu suatu pigmen yang dihasilkan dan disimpan di sel-sel epidermis,
menyediakan perlindungan yang lebih besar terhadap sinar ultraviolet matahari.12
12
Gambar 9. Lapisan Kulit
Sumber : http://aneka-tips-cantik.blogspot.com/2011/05/lapisan-kulit-wajah.html
a. Lapisan Epidermis
Lapisan kulit epidermis terdiri dari banyak lapisan sel keratinosit yang selalu aktif
melakukan regenerasi dengan proses selama 28 hari. Lapisan paling dalam membentuk
pigmen (melanosit) dan pada lapisan kulit paling luar terdapat jaringan tanduk.
b. Lapisan Dermis
Lapisan ini terdiri banyak serat kolagen dan elastin yang menunjang kekenyalan kulit. Di
antaranya banyak terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak, akar rambut, ujung-unjung saraf
perasa dan pembuluh darah kapiler.
c. Lapisan Hypodermis (subcutis)
Lapisan ini paling banyak terjadi dari lapisan/ jaringan lemak.
Cara Membuat Sediaan (Preparat)
1. Membuat Preparat Tanpa Penyayatan
Untuk membuat preparat basah tanpa penyayatan , misalnya pada waktu pengamatan
mikroorganisme yang ada dalam air. Caranya : air yang akan diamati, diambil dengan pipet
tetes dan tempatnya pada kaca obyektif dan tutup dengan kaca penutup, amati dengan
mikroskop.
2. Membuat Preparat dengan Penyayatan
13
Membuat preparat pada organ tubuh organisme, misalnya penampang daun, batang, akar,
otot dan lain-lain. Caranya: menyayat organ setipis mungkin, untuk membuat sayatan yang
baik dan tipis dengan alat yang disebut mikrotom, tetapi bila tidak mempunyai mikrotom
dapat dengan menggunakan silet yang tajam.
Untuk membuat sediaan kerokan kulit, sedikit kerokan pada epidermis akan mengangkat
skuama dari permukaan kulit yang dicurigai. Skuama tadi ditempatkan pada kaca mikroskop,
ditetesi dengan kalium hidroksida (KOH) 10%, dan ditutup dengan kaca penutup. Sesudah
didiamkan beberapa menit guna melarutkan membran sel epidermis, sediaan siap diperiksa.
Pemeriksaan ini bisa dibantu dengan menambahkan tinta Parker Quink apabila dicurigai
adanya infeksi oleh Malassezia (penyebab pitiriasis versikolor). Preparat dari kerokan
digunakan sebagai alat bantu diagnostik oleh beberapa dermatolog untuk sitodiagnostik pada
lepuhan-lepuhan yang dicurigai disebabkan oleh virus dan pemfigus, dengan menggunakan
‘preparat Tzank’, yang bisa diperiksa langsung di klinik.12
Penutup
Kesimpulan
Karena keterbatasan mata kita dalam melihat objek yang sangat kecil menjadikan
penemuan mikoskop dan perkembangannya dirasa sangat bermanfaat bagi kehidupan. Kita
perlu tahu apa bagian-bagian dari mikroskop, manfaat mikroskop, faktor-faktor, serta yang
terpenting bagaimana kita dapat menggunakan mikroskop khususnya mikroskop cahaya
dengan benar. Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat, atau mengenali benda-benda
renik yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya. Mikroskop dapat juga digunakan
untuk pemeriksaan laboratorium, contohnya saja pada pemeriksaan kerokan kulit yang
menggunakan KOH 10%. Oleh karena itu hipotesis kami dimana mikroskop digunakan untuk
melihat benda-benda berukuran mikro dapat diterima.
14
Daftar Pustaka
1. Sacher RA, McPerson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan, laboratorium. 11st ed.
Jakarta: EGC; 2004.
2. Utami HP. Mengenal cahaya dan optik. Bandung: Ganeca Exact; 2007.h.66-72.
3. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Cetakan ke-7. Jakarta: EGC; 2003.h.180-200.
4. Giancoli DC. Fisika. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2001.h.344-6.
5. Anonim. Mikroskop dan penggunaanya. 2009 Mar 23 [cities 2012 Agustus 31].
Available from URL: http://web.ipb.ac.i d. Materi/mikroskop.html .
6. Volk WA, Wheeler MF. Mikrobiologi dasar. Jakarta: Erlangga; 2002.
7. Ellyfathin. 16 Febuari 2011. Diunduh dari
http://ellyfathin.wordpress.com/laporan-instrumen-mikroskop/, 2 Agustus 2012.
8. Arisworo D, Yusa, Sutresna N. Ilmu pengetahuan alam (fisika, biologi, kimia).
Bandung: Grafindo Media Pratama; 2006.h.175-6.
9. Saktiyono. IPA biologi jilid 1. Jakarta: ESIS; 2006.h.12.
10. Anonim. Pengertian intensitas. 2011 Feb 12 [cities 2011 Agustus 2]. Available from
URL: http://id.shvoong.com/exact-sciences-pengertian-intensitas.
11. Dwikarya M. Merawat kulit dan wajah. Jakarta: Kawan Pustaka; 2004.
12. Brown RG, Burns T. Lectures notes on dermatology. Jakarta: Erlangga; 2005.
15