107
1 PELUANG DAN TANTANGAN SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA JAMBI SKRIPSI MEGA KOMALA SARI NIM. EES 150751 PEMBIMBING: Dr. NOVI MUBYARTO, SE.,ME ADDIARRAHMAN, S.H.I.,M.S.I PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

PELUANG DAN TANTANGAN SERTIFIKASI HALAL PADA ...repository.uinjambi.ac.id/1569/1/Mega Komala Sari EES...1 PELUANG DAN TANTANGAN SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    PELUANG DAN TANTANGAN SERTIFIKASI HALAL PADA

    PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

    DI KOTA JAMBI

    SKRIPSI

    MEGA KOMALA SARI

    NIM. EES 150751

    PEMBIMBING:

    Dr. NOVI MUBYARTO, SE.,ME

    ADDIARRAHMAN, S.H.I.,M.S.I

    PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    MOTTO

    ⧫ ⧫ ❑⧫◆

    ❑⧫ ⧫⬧ ⧫

    ⬧ ◆

    ⧫➔⬧ ⧫

    ⧫⧫➔☺

    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

    haramkan apa-apa yang baik yang telah allah halalkan bagi kamu, dan

    janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya allah tidak menyukai

    orang-orang yang melampaui batas”. (QS Al-Ma’idah: (05): 87).1

    1 Asy-Syifa Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( semarang : Raja Publishing), hlm.106.

  • 6

    PERSEMBAHAN

    ◆❑▪ ▪

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-

    Nya yang telah memberikan ku kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini

    Ayah dan Ibuku

    Ku persembahkan skripsi ini untuk kedua orangtua ku tersayang ayah ku Hapni

    dan ibuku Riana dan Markona yang telah banyak berkorban. terimakasih telah

    mendidik, membina, membimbing, dan mendoakan ku dengan ketulusan hati sehingga

    dapat menempuh sekaligus menyelesaikan masa studi di UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi

    Saudaraku

    Terimakasih untuk kakak ku tersayang hendri irwansya, anton alexsandra, bambang,

    dan iwan serta ayukku Nita, arma, susi, meni, Yulis dan ratna. Yang telah

    mendoakan dan memberi semangat untukku.

    Terimakasih ponakan ku tersayang Marcel, Naufal, Aranty dan Aisyah yang telah

    memberikan semangat dalam mewujudkan cita-cita dan harapan bicik mu

    Terimakasih Bapak dan Ibu Guru (Ustadz dan Ustadzah)

    Yang selalu menjadi inspirasi ku memberi motivasi di saat aku terjatu, menawarkan

    harapan di saat aku terbangun mengingatkan di saat lupa, menasehati di saat salah

    dan mengapresiasi di saat benar semoga jasa-jasa bapak dan ibu guru dibalas oleh

    Allah SWT dengan keadaan husnul khatimah

    Adik dan sahabat-sahabat ku

    Widiastuti, indah, Nailis, dewi, wahyuni, mei dan kak hasan mereka slalu ada

    mendukungku

    Dewan pembimbing (demisioner 06)

    Dan segenap pengurus Asrama Ma’had Al-Jami’ah

    Yang slalu mewarnai kehidupanku susah, senang, dan sedih bersama

    Semoga kalian di berikan kebahagian dunia dan akhirat

    Aamiin Ya Rabbal’alamin

  • 7

    ABSTRAK

    Mega Komala Sari; EES150751; Peluang Dan Tantangan Sertifikasi Halal

    Pada Produk Makanan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jambi.

    Makanan halal menjadi bisnis yang menguntungkan tidak hanya

    dikalangan Negara-negara yang mayoritas muslim tetapi juga Negara-

    negara non muslim. Indonesia merupakan Negara dengan populasi muslim

    terbesar di dunia, meskipun demikian, Indonesia baru sebatas pasar dan

    belum menjadi pelaku, sedangkan industri makanan halal global dirajai

    oleh Thailand yang hanya memiliki persentase penduduk muslim sebesar 5

    persen dan telah mengukuhkan diri sebagai dapur halal dunia. Menurut

    perry, industri semacam tersebut adalah hasil dari dikembangkannya rantai

    pasok halal atau halal supply chain. Maksudnya adalah produksi barang

    atau jasa dari hulu hingga hilir memiliki standar dan sertifikasi halal. di

    Indonesia jumlah sertifikasi halal tidak sesuai dengan jumlah UMKM

    yang ada di Indonesia contoh di Kota Jambi. Menurut perkembangan

    jumlah UMKM di Kota Jambi sebesar 10.763. Sedangkan jumlah UMKM

    yang memiliki sertifikasi halal tersebut hanya sebesar 5 % dari Jumlah

    UMKM yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor

    penyebab produsen Usaha Mikro Kecil dan Menengah Makanan di Kota

    Jambi tidak memiliki Sertifikat Halal. Penelitian dilakukan dengan cara

    mengobservasi data sekunder dan melakukan wawancara ke pada UMKM

    yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan UMKM

    tidak memiliki sertifikat halal tersebut adalah memang tidak ada kemauan

    dari pemilik usaha tersebut, kepercayaan kepada allah Swt, bahwa rizki itu

    tidak kemana-mana, mengutamakan rasa pada produk untuk pemasaran,

    cukup dengan memiliki izin dinas kesehatan saja, tidak ada biaya, proses

    yang terlalu rumit dan lama, jangka waktu berlaku sertifikat halal yang

    singkat hanya 2 tahun. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa

    faktor penyebab yang paling dominan adalah kurangnya pemahaman dan

    kesadaran dari UMKM tersebut mengenai sertifikat halal itu sendiri.

    Kata Kunci: Peluang, Tantangan, Sertifikat Halal, Produk, UMKM.

  • 8

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt atas

    limpahan rahmat dan karuniaNya, yang mana dalam penulisan skripsi ini selalu

    diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang

    berjudul “Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal Pada Produk Makanan UMKM

    di Kota Jambi”. Tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan

    kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.

    Kemudian setelah melewati berbagai proses, tidak sedikit hambatan dan

    rintangan yang penulis hadapi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Bagi penulis menyelesaikan karya kecil ini merupakan suatu kebanggaan

    tersendiri, meskipun sepintas terlihat sangat jauh dari kata memuaskan. Pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Novi

    Mubyarto,.SE.,ME selaku Pembimbing Skripsi I dan Bapak

    Addiarrahman,S,H.I.,M,S.I selaku Pembimbing Skripsi 2 yang telah meluangkan

    waktunya untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

    Terimakasih pula kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis yaitu,

    kepada:

    1) Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.

    2) Bapak Prof. Dr. Subhan, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Islam UIN STS Jambi.

    3) Ibu Dr. Rafidah, SE.,M.EI., Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

    4) Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi

    Umum, Keuangan dan Perencanaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS

    Jambi.

    5) Ibu Dr. Halimah Dja'far, M.Fil.l, Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

    dan Kerjasama Luar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

    6) Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I Awal Habibah M.E.Sy, selaku Ketua dan

    Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

    UIN STS Jambi.

  • 9

    7) Bapak / Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan / karyawati Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

    8) Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun

    tidak langsung.

    Kemudian, terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh Civitas

    Akademik Ma’had Al-Jami’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi atas

    bimbingannya selama ini terkhusus kepada Ust. H. Abu Mansur Al-Maturidi Lc.,

    M.Hi, Ummi Shinta Wati MF, M.Pd, Ukhty Shelvy Annisah Nasution S.Pd,

    Ukhty Athaya Ulfah S.Pd terima kasih yang sedalam-dalamnya atas didikan

    mentalitasnya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tegar. Dan

    juga kepada sahabat-sahabat perjuangan Dewan Pembimbing (Demisioner 6)

    Ma’had Al-Jami’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, terima kasih untuk

    sharing nya dan semangatnya serta menjadi sahabat-sahabat terbaik ku, begitu

    juga kepada semua teman-teman senasib dan seperjuangan Indah Lestari, Nailis

    Sa’adah, Dessy Meisyah, serta anak-anak Akuntansic terima kasih atas

    motivasinya. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

    skripsi ini Ust. Andes Saputara S.E Sy, Ust. Suprapno, M.Pd.I Gustia dan lainnya

    yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih semuanya.

    Akhir kata, penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penyusunan

    skripsi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di

    kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal

    ‘alamin.

    Jambi, Agustus 2019

    Penulis

    Mega Komala Sari

    EES.150751

  • 10

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii

    NOTA DINAS ..................................................................................................... iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv

    MOTTO ............................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang……………………………………………………………... 1

    B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 12

    C. Batasan Masalah…………………………………………………………… 13

    D. Tujuan Penelitian .. ………………………………………………………... 13

    E. Kegunaan Penelitian……………………………………………………….. 15

    F. Kerangka Teori...... ………………………………………………………... 39

    G. Tinjauan Pustaka ... ………………………………………………………... 46

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ....................................................................... 48

    B. Pendekatan Penelitian……………………………………………………… 48

    C. Jenis dan Sumber Data……………………………………………………... 49

    D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..... 50

    E. Teknik Analisis Data………...……………………………………………... 53

    F. Sistematika Penulisan……………………………………………………..... 56

    G. Jadwal penelitian .. ………………………………………………………… 57

  • 11

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Singkat Kota Jambi ........................................................................ 59

    B. Letak Geografis ... ....................................................................................... 59

    C. Visi dan Misi Kota Jambi ............................................................................ 60

    D. Perkembangan UMKM di Kota Jambi ........................................................ 62

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Penyajian Data Umum ................................................................................. 65

    B. Peluang Dan Tantangan Sertifikasi Halal Produk Makanan UMKM Di Kota

    Jambi ................... ...................................................................................... 68

    C. Prosedur Memperoleh Sertifikat Halal Pada Produk Pangan ...................... 76

    D. Faktor Penyebab Produsen Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Makanan

    Tidak Memiliki Sertifikat Halal .................................................................. 83

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......... ....................................................................................... 88

    B. Saran .................... ....................................................................................... 89

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    CURICULUM VITAE

  • 12

    DAFTAR SINGKATAN

    UMKM : Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

    DISKOP : Dinas Koperasi

    BPS : Badan Pusat Statistik

    MUI : Majelis Ulama Indonesia

    USD : US Dolallar

    BI : Bank Indonesia

    ISEF : Indonesia Sharia Economic Festival

    PKL : Pedagang Kaki Lima

    RUU-JPH : Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

    MD : izin untuk usaha industri besar dan bersifat local

    LP-POM : Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika

    SJH : Sistem Jaminan Halal

    TQM : Total Quality Manajement

    LPE : Laju Pertumbuhan Ekonomi

    MEA : Masyarakat Ekonomi ASEAN

    ASEAN : Association of Southeast Asian Nations (Asosiasi Negara-negara

    Asia Tenggara)

    AHI : Auditor Halal Internal

  • 13

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 : Estimasi Populasi Muslim Dunia pada 2020

    Tabel 1.2 : Perkembangan UMKM di Kota Jambi Pertahun (2015-2018)

    Tabel 1.3 : Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omset

    Tabel 1. 4 : Kriteria UMKM Berdasarkan Jumlah Tenaga kerja

    Tabel 1.5 : Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1 : Instrumen Pengumpulan Data

    Tabel 2.2 : Jadwal Penelitian

  • 14

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran

    Gambar 4.1 : Proses Sertifikasi Halal yang di Lakukan LPPOM

  • 15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha yang mampu

    memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi

    secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses

    pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong

    pertumbuhan ekonomi dan berperan mewujudkan stabilitas nasional.

    Dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi

    ekonomi yang berkeadilan, salah satu kegiatan atau usaha yang sangat

    berpotensi untuk memberikan kontribusi ke arah tersebut adalah kegiatan

    ekonomi berskala kecil dan menengah yang jumlahnya sangat banyak dan

    tersebar di seluruh tanah air. Populasi muslim di seluruh dunia untuk saat

    ini sudah mendekati angka 2 miliyar dengan estimasi populasi muslim

    akan mencapai 2,049 milyar jiwa pada kurun waktu sekitar tahun 2020

    yang akan datang sebagaimana dijelaskan Pada Tabel 1.1 yang ada di

    bawah ini:2

    2 Kettani, Houssain. "2010 world muslim population." proceedings of the 8th Hawaii

    Internafional Conference on Arts and Humanifies. 2010. Hlm.51

  • 16

    Tabel 1.1

    Estimasi Populasi Muslim Dunia pada 2020

    Benua Populasi Muslim Jumlah Rasio

    (%) Muslim Muslim

    (%)

    Asia 4,737,480,856 30.68 1,453,601,910 70.94

    Africa 1,302,294,870 41.64 542,322,842 26.47

    Eropa 741,164,497 5.77 42,735,724 2.09

    Amerika 1,053,854,176 0.94 9,931,849 0.48

    Oseania 41,274,369 1.29 530,669 0.03

    World 7,876,068,770 26.02 2,049,122,995 100

    Sumber: Kettani (2010)

    Berdasarkan tabel 1.1 populasi muslim di seluruh dunia diperkirakan

    mencapai 2,049 milyar jiwa dengan populasi terbesar muslim di dunia berada

    pada benua Asia dengan persentase sebesar 70.94% dan di posisi kedua diikuti

    oleh benua Afrika dengan persentase sebesar 26.47%. Populasi muslim tumbuh

    secara berkala sebesar 1,75 % tiap tahunnya.

    Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah umat muslim semakin

    tumbuh dengan pesat tiap tahunnya. Permintaan konsumsi makanan halal

    meningkat secara pesat sejalan dengan ekspansi 2,1 miliar populasi muslim di

    seluruh dunia. Menurut Mariam perkembangan pasar halal di seluruh dunia

    adalah sekitar USD 2,1 triliun dan pada tahun 2011 diperkirakan bahwa

    perkembangan pasar untuk sektor makanan halal adalah USD 661 milyar3.

    Pasar halal tumbuh cepat dan meningkat sekitar 25% per tahun4. Makanan

    halal menjadi bisnis yang menguntungkan tidak hanya di kalangan negara-

    negara dengan mayoritas muslim tetapi juga negara-negara non-muslim.

    Dilihat dari perspektif Islam, konsep halal merupakan hal yang wajib bagi

    3 Hanzaee, Kambiz Heidarzadeh, and Mohammad Reza Ramezani. "Intention to halal

    products in the world markets." Interdisciplinary Journal of Research in Business 1.5 (2011): 1-7. 4 Izzuddin, Ahmad. "Pengaruh Label Halal, Kesadaran Halal dan Bahan Makanan

    terhadap Minat Beli Makanan Kuliner." Jurnal Penelitian IPTEKS 3.2 (2018):hml, 101.

  • 17

    seorang muslim. Halal berarti diperbolehkan atau diijinkan dalam agama Islam

    (Alquran Surat Albaqarah 168-169). Oleh sebab itu, muslim akan mencari

    produk untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran agama yang telah diterima. Hal

    ini ditandai dengan banyaknya permintaan produk halal yang sudah memiliki

    sertifikat Halal di dunia5.

    Sehingga secara global kesadaran akan pentingnya halal dan kualitas

    barang oleh konsumen muslim perlu ditingkatkan, sehingga menimbulkan

    persepsi baru tentang halal. Tidak lagi sebatas ajaran agama, millennials

    menganggap halal adalah gaya hidup sehat dan cool yang kian mengglobal.

    Terlihat dari banyaknya produsen (baik dari negara mayoritas maupun

    minoritas muslim) yang berlomba menghadirkan produk halal untuk memenuhi

    permintaan konsumen. Dari hasil State of the Global Islamic Economy Report

    yang dirilis oleh Dinar Standard dan Thomson Reuters memperkirakan bahwa

    potensi pasar sektor makanan dan gaya hidup halal global yang berkembang

    pesat dengan pengeluaran konsumen di angka $1.62 triliun pada tahun 2012

    diperkirakan akan mencapai $2.47 triliun pada tahun 2018 Produk halal sudah

    menjadi tren.

    Bahkan Indonesia memiliki impian jadi pusat produk halal dunia.

    Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini

    membuat Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia bagi produk- produk halal.

    5 AbuTalib, Mohamed Syazwan, and M. R. Mohd Johan. "Issues in halal packaging: a

    conceptual paper." International Business and Management 5.2 (2012): 94-98.

  • 18

    "Indonesia adalah pasar terbesar produk makanan, fashion halal di dunia,".6

    Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers

    Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City, Surabaya, Rabu

    (8/11/2017). Meskipun demikian, Indonesia baru sebatas pasar dan belum

    menjadi pelaku. Padahal, Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk

    memproduksi produk-produk halal yang dapat dikonsumsi di dalam negeri

    maupun diekspor. Industri halal global malah dirajai oleh sejumlah negara

    yang bukan negara dengan persentase penduduk muslim yang besar.

    Industri makanan halal global dirajai oleh Thailand yang hanya memiliki

    persentase penduduk muslim sebesar 5 persen. Thailand telah mengukuhkan

    diri sebagai dapur halal dunia. Sementara itu, Australia telah memproduksi

    dan mengekspor daging sapi halal. Korea Selatan yang terkenal dengan industri

    kecantikannya juga merajai industri kosmetik halal dunia. Adapun industri

    tekstil halal didominasi oleh China.

    Menurut Perry, industri semacam tersebut adalah hasil dari

    dikembangkannya rantai pasok halal atau halal supply chain. Maksudnya

    adalah, produksi barang atau jasa dari hulu hingga hilir memiliki standar dan

    sertifikasi halal. " Halal supply chain adalah jejaring, aktivitas ekonomi yang

    bisa memproduksi dan memenuhi berbagai kebutuhan produk dan jasa halal,"

    di Indonesia dalam mengembangkan rantai pasok halal, belajar dari

    pengalaman negara lain, perlu fokus pada sektor yang memiliki keunggulan

    6Sakina Rakhma Diah Setiawan "Negara Mana yang Rajai Industri Halal Dunia ",

    Artikel Surabaya, Kompas.com. html, (di akses 11 April 2019).

  • 19

    kompetitif. Dalam kasus Indonesia, sektor yang paling memiliki keunggulan

    daya saing adalah makanan halal. Oleh sebab itu, pengembangan rantai pasok

    halal perlu dipercepat. Rantai pasok halal ini pun harus terintegrasi, baik dari

    sisi usaha besar, menengah, maupun kecil termasuk pemberdayaan ekonomi

    pesantren dan kelompok-kelompok muslim lain. Indonesia perlu menyusun

    program dan melaksanakan program untuk membentuk halal Supply Chain

    supaya mampu untuk bersaing di produk- produk halal unggulan yang

    mendunia.

    Fakta empiris lain di Indonesia menunjukkan bahwa penduduk tanah air

    yang mayoritas muslim, wajar jika negara memproteksi atau melindungi umat

    Islam dari mengonsumsi makanan, obat-obatan dan kosmetika yang berasal

    dari jenis dan zat yang tidak halal7. Secara faktual, perlindungan terhadap

    konsumen telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 dengan

    penjelasan sebagaimana pasal 4 yang antara lain menyebutkan, bahwa

    konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

    mengonsumsi barang dan/atau jasa, serta berhak atas informasi yang benar,

    jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

    Artinya, dalam hal kehalalan suatu produk makanan, produsen

    berkewajiban menjamin kehalalan produknya. Bahkan di dalam pasal 8, yang

    antara lain mengatur larangan terhadap pelaku usaha agar tidak memproduksi

    dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

    7 Dr. Prima Aswirna. S.Si. Msc, Silvina Febriyanti, Msi.”Pengabdian Berbasis Kebijakan

    Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Produk Halal Bagi

    Pemuka Agama Islam Kota Padang”, Skripsi :Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat Kompetitif UIN Imam Bonjol Padang, (2018),hlm.4-7.

  • 20

    janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi

    penjualan barang dan/atau jasa tersebut, juga tidak boleh melanggar ketentuan

    berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan

    dalam label8.

    Seterusnya realita juga menunjukkan negara belum bisa memberikan

    jaminan kepastian kehalalan sebuah produk sesuai standar syariat islam. Itu

    sebabnya, untuk melayani hak-hak konsumen muslim sangat diperlukan

    regulasi yang jelas dan tegas, karena tidak semua umat muslim (baik sebagai

    konsumen maupun produsen) paham syariat islam mengenai standar halal atau

    tidak halal9. Hendaknya disetiap kota atau daerah yang ada di indonesia

    mengeluarkan regulasi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota

    Balikpapan.

    Mereka memandang perlu untuk mengeluarkan Fatwa tentang Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Syariah, untuk memberikan panduan

    kepada pelaku UMKM dan pemahaman kepada masyarakat agar kegiatan

    usaha UMKM diridhai Allah Swt, tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan

    baik dalam masyarakat maupun di alam semesta. Pengendalian kehalalan

    produk makanan baru sebatas pada persoalan kandungan bahan, lingkungan

    proses pengolahan, dan prosedur standar pengolahan. Bagaimana dengan cara

    memperoleh bahan pangan, jenis bahan pangan, atau cara penyembelihan jika

    bahan pangan tersebut adalah daging binatang belum mendapat perhatian.

    Tentu menjadi sebuah. keprihatianan, dan jika komoditas pangan yang beredar

    8 ibid 9 ibid

  • 21

    di tengah masyarakat belum terjamin kehalalannya maka umat Islam adalah

    pihak yang paling dirugikan.

    Dalam pandangan Islam, sertifikasi halal merupakan bagian dari etika

    bisnis Islam. Sistem ekonomi bisnis “dalam pandangan islam mempunyai

    pengawasan internal atau ketulusan yang ditimbulkan oleh iman didalam hati

    ummat muslim dan menjadikan pendamping untuknya. Ekonomi syariah

    bertujuan untuk manusia mencukupi kebutuhan hidupnya yang disyariatkan

    oleh Allah swt. Manusia membutuhkan hidup dengan pola kehidupan yang

    agamis sekaligus manusiawi sehingga ia bisa melaksanakan kewajibannya

    kepada Tuhan, diri dan keluarganya serta sesama manusia. Secara garis besar

    tuntunan mengenai permasalahan dalam bisnis Islam yaitu tidak

    memperbolehkan umat Islam “untuk bekerja mencari uang semena-mena dan

    dengan cara apapun seperti penipuan, curang, dan perbuatan haram lainnya

    Sedangkan dalam islam telah allah jelaskan dalam al-Qur’an mengenai

    larangan tersebut antaralain, yaitu salah satu nya didalam QS Al-Baqarah ayat

    :188.

    ◆ ❑➔⬧ ⬧◆❑

    ⧫ ⧫

    ❑➔◆ ◼

    ⧫ ❑➔→⧫ ⬧

    ◆❑

    ◆ ⧫❑☺◼➔⬧

    Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta

    sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

    (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

    supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

    orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu

    mengetahui”. 10

    Berdasarkan ayat tersebut orang Islam diperintahkan untuk tidak memakan

    harta sesamanya dengan secara batil. Husayn Syathah dan Shidiq Muhammad

    10 Asy-Syifa Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( semarang : Raja Publishing), hlm.112

  • 22

    alAmîn al-Dhâhir menjelaskan alasan etika dalam berbisnis sangat diperlukan

    yaitu: (1) Rusaknya moral yang makin merajalela pada perusahaan

    belakangan ini. (2) Kejadian di lapangan menjelaskan bahwa kuatnya

    pengembangan etika unggul dapat membawa nama baik perusahaan. Aplikasi

    dari“nilai moralitas dalam bisnis tersebut merupakan tanggung jawab bagi

    setiap pelaku bisnis. Pada umumnya etika sangat berpengaruh terhadap

    pelaku bisnis yang paling utama dalam hal kepribadian, tindakan dan

    perilaku. Bagi ummat Muslim nilai-nilai ini merupakan rangsangan dari

    keimanannya kepada Allah.11

    Jambi adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di

    bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di

    Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama provinsinya, selain

    Bengkulu, Daerah khusus Ibukota Jakarta, dan Gorontalo. Provinsi Jambi

    secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan

    dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Kondisi geografis yang cukup

    strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran

    provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam

    yang melimpah.

    Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung

    suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini. Masyarakat Jambi

    merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi,

    11 Saifullah, Muhammad. "Etika bisnis Islami dalam praktek bisnis Rasulullah."

    Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 19.1 (2011).

  • 23

    yakni Suku Melayu Jambi dan keturunan atau rumpun minang yang menjadi

    mayoritas (Kerinci, Tanjung Tebo, Kuamang, Sarolangun dan Suku Asli

    Anak Dalam, dan perantau dari Sumatra Barat) di Provinsi Jambi.

    Sejarah dan budaya merupakan bagian dari varian Rumpun

    Minangkabau. Adat dan budaya mereka dekat dengan budaya Minang.

    Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam yaitu sebesar

    94,27%, sedangkan selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen Protestam

    2,90%, Katolik 1,30%, Buddha 1,29%, Konghucu 0,12% dan sebagian kecil

    pemeluk agama Hindu 0,08%.12

    Imam Bastian, Kabid UMKM Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM

    Kota Jambi, Mengataka bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (UMKM) mengalami peningkatan setiap tahunnya.13 Hal ini karena

    masyarakat mencoba membuka usaha sendiri dengan modal yang mereka

    miliki. Berdasarkan data yang mencatat 10.763 UMKM yang ada pada tahun

    2018 dengan jenis usaha yang beragam, usaha yang di gelutinya mulai dari

    sektor kuliner, fashion, pendidikan, otomotif, agro, teknologi informasi,

    hingga pedagang kaki lima (PKL) dan ojek.:

    Berikut adalah tabel data perkembangan UMKM Kota Jambi.

    12 https://www.google.com/ tentang+jambi+wikipedia,akses 3 juni 2019. 13 Thomas Aquinus,” Tiap Tahun Jumlah UMKM di Jambi Meningkat Hingga Melebihi

    10 Ribu,”Trubus.id/diakses ( 08 nomvember 2018).html.

  • 24

    Tabel 1.214

    Perkembangan UMKM di Kota Jambi Pertahun (2015-2018)

    TAHUN

    JUMLAH

    UMKM

    RASIO

    100%

    JUMLAH SERTIFIKASI

    HALAL

    2015 10.545 0,14 15

    2016 10.704 0,54 58

    2017 10.763 3,11 335

    2018 10.763 5,0 539

    TOTAL 8,79 947

    Sumber : Dokumen Dinas Koperasi dan UMKM kota Jambi .

    Sebagaimana yang kita ketahui bahwa menurut keterangan data diatas

    adalah UMKM di Kota Jambi mengalami peningkatan setiap tahunnya

    sedangkan jumlah UMKM yang sudah memilki sertifkat halal hanya 5 %, dari

    jumlah UMKM yang ada. Pengusaha mikro dan kecil hingga saat ini masih

    kurang peduli terhadap jaminan kehalalan produknya, meskipun ada bantuan

    dalam proses sertifikasi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh pengamat

    produk halal yang juga mantan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, bahwa

    hampir semua industri menengah dan besar sudah mendapatkan sertifikasi

    halal, sementara kelompok usaha kecil masih sedikit yang telah tersertifikasi

    14 Dokumen Diskop UMKM”,Kota Jambi ,Indikator Urusan Umkm kota Jambi. (04

    november 2018.)

    .

  • 25

    halal.15 Hal ini membuat masyarakat menjadi khawatir terhadap produk yang

    diciptakan dan ditawarkan oleh Usaha Kecil dan menengah. Sementara

    himbauan dari pemerintah, berdasarkan Undang-Undang Jaminan produk

    Halal (RUU-JPH) Nomer 33, tahun 201416. Undang-undang tersebut dalam

    pasal 4 menyebutkan bahwa “Semua produk termasuk produk makanan dan

    farmasi harus tersertifikasi halal”. Berdasarkan kenyataan dengan himbauan

    diatas bahwa realisasi dari UUD tersebut belum sepenuhnya terlaksana.

    Sertifikat yang seharusnya dimiliki guna meyakinkan konsumen atas

    kebersihan dan kehalalan produk makanan itu diabaikan.

    Hal inilah yang membuat penulis ingin mengkaji Apakah faktor

    penyebab produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki

    sertifikat halal Berdasarkan penelitian terdahulu dari T. Maryati, R.syarief dan

    R. Hasbullah yang berjudul “Analisis Kendala Dalam Pengajuan Sertifikat

    Halal (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Makanan Beku

    di Jabotabek)”17 yang hasilnya adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah

    tidak memiliki fasilitas produksi yang layak dan berproduksi menggunakan

    mesin berteknologi sederhana. Izin edar MD merupakan faktor kendala bagi

    UMKM makanan beku mengajukan sertifikat halal.

    15 Dr. Prima Aswirna. S.Si. Msc, Silvina Febriyanti, Msi.”Pengabdian Berbasis

    Kebijakan Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Produk

    Halal Bagi Pemuka Agama Islam Kota Padang”, Skripsi :Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

    Kompetitif UIN Imam Bonjol Padang, (2018),hlm.4-7. 16 Pidato Kepala BPJPH Kemenag Sukoso, ”Mulai Oktober 2019 seluruh produk wajib

    bersertifikat halal Pada Seminar Dan Workhsop Tantangan Dan Peluang Industri Halal,” di

    selenggarakan oleh Universitas Mathalaul Anwar Serang (10 April 2019).html.

    https://www.antaranews.com, di akses 10 April 2019. 17 T.Maryati R,Syarief , R.Hasbullah,” Analisis Faktor Kendala dalam Pengajuan Sertifikat

    Halal. (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Makanan Beku di

    Jabodetabek).skripsi(Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2016). Di akses 05 mei 2018.

  • 26

    Tentunya setiap UMKM pasti mempunya kendala yang sama dan berbeda

    dalam mengajukan sertifikasi halal namun yang lebih penting di ketahui oleh

    pelaku usaha adalah sisi positif dari memiliki sertifikat tersebut agar menjadi

    motivasi untuk menjadi pelaku usaha yang baik dan sesuai syariat islam.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, menarik untuk dilanjutkan menjadi

    sebuah penelitian dengan judul : “Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal

    Pada Produk Makanan UMKM di Kota Jambi.”

    B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

    yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah:

    1. Bagaimana peluang dan tantangan sertifikasi halal pada produk

    makanan UMKM di Kota Jambi.?

    2. Bagaimana prosedur memperoleh sertifikat halal pada produk pangan?

    3. Apakah penyebab produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak

    memiliki sertifikat halal ?

    C. Batasan Masalah Batasan masalah dibuat untuk membantu penulis dalam

    menyelesaikan permasalahan dengan cara memilih tempat penelitian yang

    dianggap sesuai dengan yang diharapkan dan mengingat luasnya cakupan

    masalah pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, maka ruang lingkup

    permasalahan dalam penelitian ini di batasi, yakni yang dilihat Apakah

    penyebab usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) makanan tidak

  • 27

    memiliki sertifikat halal produknya di Kecamatan Telanai Pura,

    Kecamatan Kota Baru, dan kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

    D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Mengetahui peluang dan tantangan sertifikasi halal produk

    makanan UMKM di Kota Jambi.?

    b. Mengetahui prosedur memperoleh sertifikat halal pada produk

    pangan?

    c. Mengetahui penyebab produsen usaha kecil dan menengah

    makanan tidak memiliki Sertifikat Halal ?

    2. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan penelitian ini antara lain :

    a. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang mungkin akan

    dilakukan selanjutnya.

    b. Memberikan informasi kepada pelaku usaha dan pemerintah.

    c. Memberikan informasi terhadap permasalahan pelaku usaha untuk

    mengajukan sertifikasi halal kepada pihak yang bersangkutan.

  • 28

    Dengan tercapainya tujuan-tujuan penelitian tersebut, maka ada beberapa

    kegunaan (manfaat) yang dapat diambil antara lain :

    a. Penulis, penelitian ini sebagai studi awal dan menambah wawasan

    mengenai bagaimana proses pengajuan sertifikat halal atau label halal

    dalam produk.

    b. Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi

    para mahasiswa dalam penelitian selanjutnya dan menambah wawasan

    baru bagi mahasiswa ekonomi dalam praktik dunia bisnis.

    c. Pelaku Usaha, diharapkan dapat memotivasi kesadaran dan berguna

    bagi pelaku usaha untuk memiliki kepercayaan masyarakat dalam

    memasuki pasar global serta bertanggung jawab menggunakan

    sertifikat/label halal tersebut dengan sebaik-baiknya.

    d. Masyarakat, merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi

    kalangan akademisi dan praktisi didalam menunjang penelitian

    selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi

    peneliti yang lain.

    e. Pemerintah, penelitian ini sebagai salah satu media sosialisasi

    pemerintah kepada masyarakat/produsen dalam memberikan informasi

    dalam dunia bisnis.

  • 29

    E. Kerangka Teori Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah penulis uraikan dan

    Sebagai mana mestinya setiap penelitian memerlukan landasan teori yang

    berkaitan dan akan menunjang yang akan di teliti. Yaitu “Peluang dan

    Tantangan Sertifikasi Halal Produk Makanan UMKM di Kota Jambi.”

    Oleh sebab itu dalam pemecahan permasalahan yang tercantum dalam

    pokok masalah berikut ini di sajikan beberapa pokok telaah pustaka untuk

    memperoleh kerangka teori atau landasan yang berkenaan dengan

    penelitian.

    1) Peluang Peluang dalam bahasa inggris disebut dengan opportunity yaitu adalah

    kesempatan, sedangkan dalam kewirausahaan iyalah sebuah

    kesempatan yang harus dan bisa dimanfaatkan oleh seseorang pemilik

    bisnis atau wirausaha demi mendapatkan suatu tujuan tertentu yang

    dinginkan. 18 Menurut arif F. Hadiparanata peluang usaha merupakan

    sebuah resiko yang harus diambil dan di hadapi untuk mengelola dan

    mengatur segala urusan yang ada hubungannya dengan finansial.

    Menurut Thomas W. zimmerer peluang usaha merupakan sebuah

    terapan yang terdiri dari kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan

    masalah dan melihat kesempatan yang dihadapi setiap hari.

    18 http://www.dosenpendidikan,” 5 Pengertian Peluang Usaha Menurut Parah Ahli, Akses 5

    juni 2019

  • 30

    2). Tantangan Tantangan dalam KBBI yaitu, hal atau objek yang menggugah tekad untuk

    meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja

    lebih giat dan sebagainya).19 Indonesia merupakan pasar yang besar dan

    cukup diperhitungkan di negara ASEAN, dengan adanya MEA akan

    menjadikan tantangan bagi pelaku usaha di Indonesia karena dengan

    terbukanya pasar antara negara-negara ASEAN ini akan menambah

    persaingan yang cukup ketat.

    3). Sertifikasi halal

    Sertifikasi halal merupakan fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia

    (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk. Dikeluarkan melalui

    Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LP-POM) dan

    komisi fatwa telah berikhtiar untuk memberikan jaminan produk makanan

    halal bagi konsumen muslim melalui instrumen sertifikat halal.”20

    Sertifikat halal selain sebagai perlindungan konsumen dari berbagai

    macam makanan yang tidak layak sesuai syari’at islam khususnya

    indonesia yang mayoritas agama islam, juga mendorong kompetisi dan

    menjadi keunggulan,sertifikat halal saat ini menjadi salah satu poin untuk

    daya saing di perdagangan internasional.Tujuan pelaksanaan sertifikasi

    halal pada produk pangan, obat-obatan dan kosmetika adalah untuk

    memberikan kepastian kehalalan suatu produk sehingga dapat

    19 https://kbbi.web.id,akses. 6 april 2018. 20 Ramlan,nahrowi” Sertifikasi Halal Sebagai Penerapan Etika Bisnis Islami Dalam

    Upaya Perlindungan Bagi Konsumen Muslim.” Skripsi. (Fakultas Hukum Universitas

    Muhammadiyah Sumut ) 2018,hlm.147-148.

  • 31

    menentramkan batin yang mengkonsumsinya. Sertifikat halal ini dapat

    digunakan untuk pembuatan label halal.

    Komitmen Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka secara

    terus-menerus melakukan penelitian dan selanjutnya memberikan label

    halal terhadap berbagai jenis makanan, kosmetik dan daging olahan yang

    beredar di masyarakat dalam berbagai kemasan secara kontinu terus

    dilaksanakan dalam upaya memberikan kepastian status makanan yang

    akan dikonsumsi dan produk kosmetik yang akan dipakai.

    UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

    juga mengatur tentang kehalalan dalam Pasal 58 yang menyebutkan

    bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

    melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi,

    sertifikasi dan registrasi dalam rangka menjamin produk hewan yang

    aman, sehat, utuh dan halal. Kemudian dikenal ada Sistem Jaminan Halal

    (SJH) yaitu sebuah sistem yang mengelaborasi, menghubungkan,

    mengakomodasi dan mengintegrasikan konsep-konsep syariat Islam

    khususnya terkait dengan halal dan haram, etika usaha dan manajemen

    keseluruhan, prosedur dan mekanisme perencanaan serta implementasi

    dan evaluasinya pada suatu rangkaian produksi atau olahan bahan yang

    akan dikonsumsi umat Islam.

    Prinsip sistem jaminan halal pada dasarnya mengacu pada konsep

    Total Quality Manajement (TQM) yaitu sistem manajemen kualitas

  • 32

    terpadu yang menekankan pengendalian kualitas pada setiap lini. Sistem

    jaminan halal harus dipadukan dalam keseluruhan manajemen yang

    berpijak pada empat konsep dasar, yaitu komitmen yang kuat untuk

    memenuhi permintaan dan persyaratan konsumen, meningkatkan mutu

    produksi dengan harga yang terjangkau, produksi bebas dari kerja ulang

    serta bebas dari penolakan dan penyidikan.

    Oleh karena itu maka penting untuk memberikan label halal pada

    setiap kemasan makanan yang akan diproduksi agar kaum Muslim

    merasa aman mengkonsumsinya dan terbebas dari dosa. Pemberian label

    halal pada pangan yang dikemas bertujuan agar masyarakat memperoleh

    informasi yang benar dan jelas atas setiap produk pangan, baik

    menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan

    lain yang diperlukan. Khusus pencantuman label halal ditujukan untuk

    melindungi masyarakat yang beragama Islam agar terhindar dari produk

    makanan yang tidak halal.

    Dengan adanya labelisasi halal dapat dijadikan sebagai tanda yang

    memudahkan konsumen untuk memilih produk-produk pangan yang

    akan dikonsumsinya sesuai dengan keyakinan agama Islam yang

    dianutnya. Untuk mencapai hal tersebut perlu menekankan pada tiga

    aspek yaitu zero limit, zero defect dan zero risk. Dengan penekanan pada

    3 zero tersebut tidak boleh ada sedikit pun unsur haram, tidak boleh ada

    proses yang menimbulkan ketidak halalan produk dan tidak

    menimbulkan risiko dengan penerapannya.

  • 33

    Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan

    “tidak terikat”, secara etimolgis halâl berarti hal-hal yang boleh dan

    dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-

    ketentuan yang melarangnya.21 Atau diartikan segala sesuatu yang bebas

    dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Sedangkan tayyib berarti makanan

    yang tidak kotor atau rusak dari segi zatnya atau tercampur benda najis

    dengan pengertian baik. Dan makanan yang menyehatkan. Islam

    21 Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang

    Tidak Bersertifikat Halal,Journal Skripsi: Universitas Lampung, 2017.hlm.44

  • 34

    memberikan penjelasan mengenai persoalan-persoalan mana saja yang

    halal dan mana saja yang haram. Dalam masalah makanan, misalnya,

    pada dasarnya Islam menghalalkan semua jenis makanan dan minuman

    yang baik dan bergizi (al-thayyibât) dan mengharamkan semua jenis

    makanan dan minuman yang menjijikan (al-khabâ’its). Ketentuan

    tersebut kemudian diperinci lagi oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat

    173.

    ِ فََمِن اْضُطرَّ غَ َم َعلَْيُكُم اْلَمْيتَةَ َوالدََّم َولَْحَم اْلِخْنِزيِر َوَما أُِهلَّ بِِه ِلغَْيِر اَّللَّ ْيَر بَاغٍ َوال َعاٍد فاَل إِنََّما َحرَّ

    َ َغفُوٌر َرِحيمٌ . (١٧٣) إِثَْم َعلَْيِه إِنَّ اَّللَّ

    Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,

    darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)

    disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan

    terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya

    dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa

    baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

    Penyayang”. (QS.Al-Baqarah : 173)22

    Ayat tersebut menjelaskan secara tegas mengenai 4 (empat) jenis

    makanan yang haram dikonsumsi yaitu bangkai, darah, babi, dan

    binatang yang disembelih untuk selain Allah. Sementara itu, hanya ada 1

    (satu) jenis minuman yang diharamkan, yaitu khamar sperti dijelaskan

    oleh Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 90. Di luar itu, hadis-hadis

    Nabi Saw menambahkan beberapa jenis binatang yang haram dikonsumsi

    seperti biantang buasa yang bertaring, berkuku tajamm, binatanh yang

    hidup di dua alam (darat dan laut), potongan dari binatang yang masih

    hidup, dan sebagainya.

    22 Bukhara, Al-qur’an Tajwid dan Terjemah, Al-Baqarah: 172-173, (Bogor, Sygma, 2008)

    hlm. 154.

  • 35

    Sementara itu dalam “Panduan Sertifikat Halal” yang dikeluarkan

    oleh Departemen Agama, dijelaskan bahwa produk yang halal adalah

    produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam,

    antara lain:23

    1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi;

    2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-

    bahan yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran;

    3. Semua bahan yang bersal dari hewan yang disembelih menurut tata

    cara syariat Islam;

    4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan,

    tempat pengelolaan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk

    babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk

    babi dan/atau barang tidak halal lainnya terdahulu harus dibersihkan

    dengan tata cara syariat Islam; dan

    5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

    Maka, secara umum makanan dan minuman yang haram terdiri dari

    binatang, dan tumbuh-tumbuhan sebagai berikut:24

    1. Binatang: bangkai, darah, babi, dan hewasn yang disembelih dengan

    nama selain Allah (Q.S 2: 173). Hewan yang dihalalkan akan berubah

    statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur,

    jatuh tertanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk

    23 Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang Tidak Bersertifikat Halal, Journal Skripsi: Universitas Lampung, 2017.hlm.176 24 Ibid.hlm. 179

  • 36

    berhala (Q.S 5: 3), kecuali ikan dan belalang boleh dikonsumsi tanpa

    disembelih. Binatang yang dipandang jijik atau kotor menurut naluri

    manusia (Q.S 7: 157). Binatang dan burung buas yang bertaring dan

    memiliki cakar, binatang-bianatang yang oleh ajaran Islam

    diperintahkan membunuhnya seperti ular, gagak, tikus, anjing galak,

    dan burung elang dan sejenisnya, binatang-binatang yang dilarang

    membunuhnya seperti semut, lebah, burung hudhud, belatuk, hewan

    yang hidup di dua jenis alam seperti kodok, penyu dan buaya.

    2. Tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, dan buah-buahan boleh dimakan

    kecuali yang mendatangkan bahaya atau memabukan baik secara

    langsung maupun melalui proses. Maka semua jenis tumbuh-

    tumbuhan yang mengandung racun atau yang memabukan haram

    dimakan.

    3. Semua jenis minuman adalah halal kecuali minuman yang

    memabukan seperti arak dan yang dicampur dnegan benda-benda

    najis, baik sedikit maupun banyak. Keterangan produk halal

    sangatlah penting bagi warga negara Indonesia yang mayoritas

    penduduknya beragama Islam. Sudah seharusnya produk-produk

    yang diproduksi harus memiliki sertifikat halal dan/atau label halal

    pada kemasan produk tersebut, agar barang yang dijual kepada

    konsumen terkhususnya konsumen muslim aman untuk dikonsumsi.

    Dalam hal ini, bukan hanya konsumen muslim yang terlindungi, tapi

    juga bagi konsumen non muslim juga akan mendapatkan manfaatnya.

  • 37

    4.) Produk

    Dalam arti luas produk ialah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

    proses sehingga produk berkaitan erat dengan teknologi menurut Undang-

    Undang perlindungan konsumen pasal 1 angka 4 bahwa “ barang adalah

    setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak

    maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan,

    dipakai, atau dimanfaatkan oleh konsumen.”25

    Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

    diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan sehingga dapat

    memuaskan keinginan atau kebutuhan.26 Dari pengertian ini dapat

    disimpulkan bahwa hampir semua yang termasuk produksi adalah

    benda nyata yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Karena produk

    adalah benda ril, maka jenisnya cukup banyak. Secara garis besar

    jenis-jenis produk bisa kita perinci menjadi dua jenis, yaitu produk

    konsumsi dan produk industri. Produk konsumsi (consumer products)

    adalah barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir atau rumah

    tangga dengan maksud tidak untuk dibisniskan atau dijual lagi.

    Barang-barang yang termasuk jenis produk konsumsi ini antara lain

    sebagai berikut:

    a. Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods), yaitu barang yang

    umumnya sering kali dibeli, segera dan memerlukan usaha yang sangat

    25 Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang

    Tidak Bersertifikat Halal, Tesis: Universitas Lampung, 2017.hlm.15 26 M. Tohar.”Membuka Usaha Kecil.” Kanisius: Yogyakarta: hlm.23.

  • 38

    kecil untuk memilikinya, misalnya barang kelontong, baterai, dan

    sebagainya.

    b. Barang belanja (shopping goods), yaitu barang yang dalam proses

    pembelian dibeli oleh konsumen dengan cara membandingkan

    berdasarkan kesesuaian mutu, harga, dan model, misalnya pakaian,

    sepatu, sabun, dan lain sebagainya.

    c. Barang khusus (speaciality goods), yaitu barang yang memiliki ciri-

    ciri unik atau merk kas dimana kelompok konsumen berusaha untuk

    memiliki atau membelinya, misalnya mobil, kamera, dan lain

    sebagainya.

    d. Produk industri (business products), adalah barang yang akan menjadi

    begitu luas dipergunakan dalam program pengembangan pemasaran.

    Barang industri juga dapat dirinci lebih lanjut jenisnya antara lain

    sebagai berikut.

    a) Bahan mentah, yaitu barang yang akan menjadi bahan baku secara

    fisik untuk memproduksi produk lain, seperti hasil hutan, gandum,

    dan lain sebagainya.

    b) Bahan baku dan suku cadang pabrik, yaitu barang industri yang

    digunakan untuk suku cadang yang aktual bagi produk lain,

    misalnya mesin, pasir, dan lain sebagainya.

    c) Perbekalan operasional, yaitu barang kebutuhan sehari-hari bagi

    sektor industri, misalnya alat-alat kantor, dan lain-lain.

  • 39

    Produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai

    dengan syariat Islam, yaitu: (1) Tidak mengandung babi dan bahan yang

    berasal dari babi. (2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan

    seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan

    lain-lain. (3) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih

    menurut tata cara syariat Islam. (4) Semua tempat penyimpanan,

    penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak

    boleh digunakan untuk babi. (5) Semua makanan dan minuman yang tidak

    mengandung khamar.

    5). Usaha Mikro Kecil dan Menengah. a. Pengertian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

    Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

    Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,

    dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

    perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria

    usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil

    adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

    oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak

    perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau

    menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha

    menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

    sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.27

    27 Undang-Undang .No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, Pasal 1

  • 40

    Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang

    berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang

    bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

    yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

    tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yang

    memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU

    tersebut. Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan

    untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6

    adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan

    bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria

    sebagai berikut :

    1) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak

    Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

    dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.

    2) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan

    paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300

    juta hingga maksimum Rp.2.500.000,00, dan.

    3) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih

    lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.1 milyar hasil

    penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50

    milyar.19

  • 41

    Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah

    lembaga pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan

    Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja

    sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha mikro

    usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.

    Menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit

    usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5

    sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99

    orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang

    masuk dalam kategori usaha besar.28 Usaha mikro kecil dan menengah

    merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. masa

    depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan

    menengah untuk berkembang mandiri.

    Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di

    Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan

    kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha

    menengah. Pentingnya kedudukan usaha mikro kecil dan menengah

    dalam perekonomian nasional bukan saja karena jumlahnya yang

    banyak, melainkan juga dalam hal penerapan tenaga kerja. Disamping

    usaha mikro kecil dan menengah juga dapat menghasilkan devisa yang

    cukup besar melalui kegiatan ekspor komoditas tertentu dan

    memberikan kontribusi terhadap product Domestic Bruto (PDB).

    28 Dokumen Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesi, Profil Bisnis Usaha Mikro,

    Kecil, dan Menengah, (UMKM),2015.

  • 42

    Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat

    penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan

    terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya

    krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat

    mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya

    berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin terpuruk,

    sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan

    kegiatan usahanya.

    Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah

    terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang

    tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan

    utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku,

    serta dalam permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.29

    b. Kriteria UMKM

    Kriteria UMKM dikelompokan berdasarkan jumlah aset dan omset

    yang dimiliki masing-masing badan usaha sebagaimana rumusan

    undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, sedangkan

    pengelompokan berdasarkan jumlah karyawan yang terlibat dalam

    sebuah usaha tidak dirumuskan dalam undang-undang tersebut.

    Kriteria UMKM yang ditentukan berdasarkan aset dan omset yang

    dimiliki dapat dilihat di table.

    29 Ibid.

  • 43

    Tabel 1.3

    Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omset

    No Uraian Aset Omset

    1. Usaha mikro Maksimum

    Rp50 juta

    Maksimum

    Rp300 juta

    2. Usaha kecil >Rp50 – 500

    juta

    >Rp300 – 2,5

    milyar

    3. Usaha

    menengah

    >Rp500juta – 1

    milyar

    >Rp2,5milyar–

    50 milyar

    Sumber: BPS

    Tabel 1.4

    Kriteria UMKM Berdasarkan Jumlah Tenaga kerja

    No Kelompok UMKM Jumlah Tenaga kerja

    1. Usaha mikro Kurang dari 4 orang

    2. Usaha kecil 5 sampai dengan 19

    orang

    3. Usaha menengah 20 sampai dengan 99

    orang

    Sumber : BPS

    c. Ciri-ciri Umkm

  • 44

    UMKM tidak hanya berbeda dari aspek modal, omset, dan jumlah

    tenaga kerja. Perbedaan UMKM dengan usaha besar dapat pula

    dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang terdapat dalam UMKM itu

    sendiri. Menurut Saifuddin Sarief ciri-ciri usaha mikro yaitu :

    1. Belum melakukan menejemen/pencatatan keuangan, sekalipun

    yang sedehana atau masih sangat sedikit yang mampu membuat

    neraca usahanya.

    2. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat renda,

    umumnya tingkat SD, dan belum memiliki jiwa wirausaha yang

    memadai.

    3. Pada umumnya, tidak/belum mengenal perbankan, tetapi lebih

    mengenal renternir atau tengkulak.

    4. Umunya, tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas

    lainya, termasuk NPWP.

    5. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang

    dari 4 orang. Anggota dari suatu koperasi tertentu biasanya

    berskala mikro.

    6. Perputaran usaha umumnya cepat, mampu menyerap dana yang

    relatif besar. Dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan usahanya tetap

    berjalan, bahkan mampu berkembang karna biaya manajemenya

    relatif rendah.

    7. Pada umumnya, pelaku usaha mikro memiliki sifat tekun,

    sederhana, serta dapat menerima bimbingan.

  • 45

    Ciri-ciri usaha kecil yaitu :

    a) Pada umumnya, sudah melakukan pembukuan/manajemen

    keuangan. Walaupun masih sederhana, tetapi keuangan perusahaan

    sudah mulai dipisahkan dari keuangan keluarga dan sudah

    membuat neraca usaha.

    b) SDM nya sudah lebih maju dengan rata-rata pendidikan SMA dan

    sudah memiliki pengalaman usaha.

    c) Pada umumnya, sudah memiliki usaha dan persyaratan legalitas

    lainya termasuk NPWP.

    d) Sebagaian besar sudah berhubungan dengan perbankan, tetapi

    business planning, studi kelayakan, dan proposal kredit kepada

    bank sehingga masih sangat memerlukan jasa pendamping.

    Ciri-ciri usaha menengah yaitu :

    a) Pada umumnya, telah memiliki manajemen dan organisasi yang

    lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih, modren dengan pembagian

    tugas yang jelas antara bagian keuangan, pemasaran, dan produksi.

    b) Telahmelakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

    akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan pengauditan dan

    penilaian atau pemeriksaan, termasuk yang dilakukan oleh bank.

    c) Telah melakukan pengaturan atau pengelolaan dan menjadi

    onggota organisasi perburuhan.

    d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas.

    e) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

  • 46

    f) Belum memiliki akses ke perbankan tetapi sebagian sudah

    memiliki akses non bank.

    g) Tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas.30

    d. Karakteristik UMKM

    Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk

    dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah

    didapat serta sumber daya manusia yang besar merupakan variabel

    pendukung perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu

    dicermati beberapa hal seiring perkembangan usaha kecil rumahan

    seperti: perkembangan usaha harus diikuti dengan pengelolaan

    manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan meminimalkan

    kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang

    keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien

    dan efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan

    pembeda dari pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam

    mengelola usaha tersebut. Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan

    bahwa secara umum, sektor usaha memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    a) Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana

    dan cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi pembukuan

    standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit

    untuk menilai kerja usahanya.

    30 Budiarto, Rachmawan, et al. Pengembangan UMKM Antara Konseptual dan

    Pengalaman Praktis. UGM PRESS, 2018.

  • 47

    b) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang

    sangat tinggi.

    c) Modal terbatas.

    d) Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih

    sangat terbatas.

    e) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan

    untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisieni jangka

    panjang.

    f) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar

    sangat terbatas.

    g) Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah,

    mengingat keterbatasan salam sistem administrasinya. Untuk

    mendapatkan dana dipasar modal, sebuah perusahaan harus

    mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.

    Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya

    kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya

    masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama

    yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk

    mendapatkan solusi yang jelas.

    e. Asas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

    Menurut Pasal 2 dan 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang

    UMKM, menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah

    berasaskan pada:

  • 48

    1) Kekeluargaan

    2) Demokrasi ekonomi.

    3) Kebersamaan.

    4) Efisiensi berkeadilan.

    5) Berkelanjutan.

    6) Berwawasan lingkungan.

    7) Kemandirian.

    8) Keseimbangan kemajuan, dan

    9) Kesatuan ekonomi nasional.

    Adapun tujuan usaha mikro, kecil dan menengah ialah

    menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka

    membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi

    yang berkeadilan.

    f. Pendanaan dan Pembiayaan UMKM

    1. Aspek Pendanaan

    Berdasarkan pasal 8 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

    aspek pendanaan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat

    (1) huruf a ditujukan untuk :

    a) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM

    untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga

    keuangan bukan bank.

    b) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas

    jaringannya, sehingga dapat diakses oleh UMKM.

  • 49

    c) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara

    cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    d) Membantu para pelaku usaha mikro dan usaha kecil untuk

    mendapatkan pembiayaan dan jasa atau produk keuangan

    lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan

    bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional

    maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh

    pemerintah.

    2. Aspek Pembiayaan

    Sebagaimana pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

    aspek pembiayaan UMKM diatur :

    a) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan

    bagi Usaha Mikro dan Kecil.

    b) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan

    dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada

    Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman,

    penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

    c) Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan

    pembiayaan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil

    dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan

    pembiayaan lainnya.

  • 50

    d) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat

    memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan

    mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak

    mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil.

    e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dapat memberikan insentif

    dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan

    tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang

    sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepada dunia

    usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

    Kecil.31

    2. Perlindungan Konsumen

    Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

    kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

    Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

    telah memberikan perlindungan kepada konsumen muslim terkait

    dengan produk halal, yaitu terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) huruf h yang

    berbunyi bahwa “tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

    sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label”. Isi dari

    pasal tersebut telah jelas bahwa pelaku usaha harus mengikuti ketentuan

    yang ada sebelum memperdagangkan produknya kepasaran.32

    31 Dokumen Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesi, Profil Bisnis Usaha

    Mikro, Kecil, Dan Menengah, (UMKM),2015 32 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen,

    (Jakarta: Gramedia Pustaka Tama Cet II, 2001), 32-34.

  • 51

    Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

    tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

    orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

    Menurut Sri Handayani konsumen (sebagai alih bahasa dari consumen),

    secara harfiah berarti" seseorang yang membeli barang atau

    menggunakan jasa''; atau ''seseorang atau sesuatu perusahaan yang

    membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu'' juga ''sesuatu

    atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah

    barang", ada pula yang memberikan arti lain yaitu konsumen adalah

    ''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam berbagai

    perundang-undangan negara”. Az. Nasution juga menjelaskan beberapa

    batasan tentang konsumen, yakni:

    a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa

    digunakan untuk tujuan tertentu;

    b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang

    dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain

    atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

    c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan

    menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi

    kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan

    tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

    Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 undang-undang perlindungan

    konsumen (UUPK) pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai

  • 52

    barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

    kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup

    lain dan tidak untuk diperdagangkan”.33 Menurut Dewi, konsumen

    adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang

    dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

    para pembelian seorang konsumen dipenuhi atau bahkan dilebihi oleh

    sebuah produk. Jika harapan konsumen tersebut dipenuhi maka ia akan

    merasa puas, dan jika melebihi harapan konsumen, maka konsumen akan

    merasa senang.

    Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler dalam bukunya

    Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang

    membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

    Islam mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan

    hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, islam mengatur

    bagaimana manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang

    membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah

    mengatur jalan hidup manusia lewat AL-Qur’an dan AL-Hadist supaya

    manusia dijauhkan dari sifat yang hina karena perilaku konsumsinya.

    Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan

    Rasulullah SAW akan menjamin kehidupan manusia yang lebih

    sejahtera. Konsumsi yang islami selalu berpedoman pada ajaran islam.

    Diantara ajaran yang penting berkaitan dengan konsumsi, misalnya

    33 Ibid hlm.36

  • 53

    perlunya memperhatikan orang lain. Dalam berkonsumsi seorang

    muslim harus menyadari bahwa ia menjadi bagian dari masyarakat.

    Maka dalam berkonsumsi dituntut untuk saling menghargai dan

    menghormati keberadaan sesamanya.

    Bila keadaan menjadi kesadaran bersama maka akan terbangun

    kehidupan yang berkeadilan, terhindar dari kesenjangan sosial atau

    diskriminasi sosial. Hal ini diperjelas dalam QS An-Nisaa’ ayat :29

    ٍض يَأَيَُّها اَّلِذْيَن َءاَمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَْمَوا لَُكْم بَْينَُكْم بِاْلبِطِل إِالَّ أَْن تَُكو َن تِجَرةً َعْن تََرا

    ْنُكْم َواَل تَْقتُلُوا أَْنفَُسُكْم إِنَّ هللاَ َكا َن بُِكْم َرِحْيًما م ِ

    Artinya :”hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali

    dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama

    suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh didirmu.

    Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”. (QS An-

    Nisaa’ : 29).34

    Dalam hadist disampaikan bahwa setiap muslim wajib membagi

    makanan yang dimasaknya kepada tetangganya yang merasakan bau dari

    makanan tersebut. Selanjutnya juga diharamkan bagi seorang muslim

    hidup dalam keadaan serba berkelebihan sementara ada tetangganya yang

    menderita kelaparan. Hal ini adalah tujuan konsumsi itu sendiri, dimana

    seorang muslim akan lebih mempertimbangkan mashlahah dari pada

    utilitas. Pencapaian mashlahah merupakan tujuan dari syariat islam

    (maqashid syariah) yang tentu saja harus menjadi tujuan dari kegiatan

    konsumsi.

    34 Bukhara, Al-qur’an Tajwid dan Terjemah, An-nisaa’: 29, (Bogor, Sygma, 2008) hlm.83

  • 54

    F. Tinjaun Pustaka Dari beberapa literatur yang telah dikaji sebelumnya, peneliti

    menemukan banyak pembahasan yang berkenaan dengan sertifikat halal

    dan Tabel halal.

    Table 1.5

    Tinjauan Pustaka

    No Peneliti

    (Tahun)

    Alat Analisis Judul Hasil Penelitian

    1 KN.Sofyan

    Hasan

    (2014)

    Yuridis

    Normatif

    Kepastian hukum

    sertifikasi dan

    labelisasi halal

    produk pangan.

    Sertifikasi halal adalah fatwa

    tertulis MUI yang menyatakan

    kehalalan suatu produk pangan

    sesuai dengan syari’at islam

    bertujuan untuk memberikan

    kepastian hukum bagi yang

    mengkonsumsinya. Namun

    regulasi yang ada masih terkesan

    sektoral,parsial dan inkonsistensi

    serta tidak sistemik dan sertifikasi

    halal itu bukan merupakan suatu

    kewajiban (mendatory) bagi

    pelaku usaha, tetapi bersifat

    sukarela (voluntary).akibatnya

    sertifikat halal dan label halal

    belum mempunyai legitimasi

    hukum yang kuat, sehingga tidak

    menciptakan jaminan kepastian

  • 55

    35 KN.sofyan Hasan,” Kepastian Hukum Sertifikasi Dan Labelisasi Halal Produk

    Pangan.” Skripsi.(Fakultas HukumUniversitas Sriwijaya Palembang.2014). 36

    Panji Adam, ”Kedudukan sertifikasi halal dalam sistem hukum nasional sebagai upaya

    perlindungan konsumen dalam hukum islam.Skripsi.(Fakultas Syariah UNISBA.2017).

    hukum kehalalan produk

    pangan.35

    2 Panji Adam

    (2017)

    Yuridis

    Normatif

    Kedudukan

    sertifikasi halal

    dalam sistem

    hukum nasional

    sebagai upaya

    perlindungan

    konsumen dalam

    hukum islam.

    Kedudukan sertifikasi halal

    dalam sistem hukum Nasional di

    Indonesia mempunyai kedudukan

    yang sentral, karena sertifikasi

    halal termasuk dalam Undang-

    Undang Nomor 33 Tahun 2014

    tentang Jaminan Produk Halal

    yang secara sistem hukum

    merupakan bagian dari sistem

    hukum, yaitu substansi hukum

    yang mempunyai kekuatan hukum

    dan kepastian hukum serata

    bersifat imperatif.

    Dan hal ini sebagai upaya

    perlindungan konsumen dalam

    hukum Islam.

    Fatwa halal yang dihasilkan oleh

    MUI ditaati dan dipatuhi oleh

    pemerintah dan umat Islam.36

  • 56

    37

    T.Maryati R,Syarief , R.Hasbullah,” Analisis Faktor Kendala dalam Pengajuan

    Sertifikat Halal. (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Makanan Beku di

    Jabodetabek).skripsi(Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2016).

    3 T.Maryati

    R. Syarief

    R.Hasbullah

    (2016)

    Deskriptif

    kualitatif

    Analisis Faktor

    Kendala dalam

    Pengajuan

    Sertifikat Halal.

    (Studi Kasus:

    Pelaku Usaha

    Mikro, Kecil dan

    Menengah

    Makanan Beku di

    Jabodetabek)

    UMKM makanan beku di

    Jabodetabek adalah pelaku usaha

    mikro, tidak memiliki fasilitas

    produksi yang layak dan

    berproduksi menggunakan mesin

    berteknologi sederhana.Izin edar

    MD merupakan faktor kendala

    bagi para UMKM makanan beku

    mengajukan sertifikat halal.

    Strategi yang dapat

    direkomendasikan adalah

    pembinaan UMKM berproduksi

    yang baik secara intens dan

    birokrasi pengurusan MD

    dipermudah dan dipercepat.37

    4 Mulyaningrum

    dan Erik

    Syawal

    Alghifari

    (2018)

    Deskriptif

    Verifikatif.

    Perilaku

    masyarakat sunda

    muslim dalam

    mengonsumsi

    produk halal di kota

    bandung.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat

    diambil kesimpulan sebagai

    berikut:1)Pengetahuan

    masyarakat Sunda Muslim di

    Kota Bandung menunjukkan

    tingkat kualitas yang sangat

    tinggi.Sangat tingginya

    pengetahuan tersebut

    menunjukkan bahwa masyarakat

  • 57

    Sunda Muslim sangat memahami

    indikator-indikator produk haram

    terutama terkait dengan indikator

    dasar seperti haram memakan

    babi, darah, adanya unsur najis,

    mengonsumsi khamer, dan

    sejenisnya; 2) Perilaku

    masyarakat Sunda Muslim di

    Kota Bandung dalam

    mengkonsumsi produk halal dapat

    dilihat dari beberapa indicator

    berikut : (a) Seberapa sering

    mereka memeriksa komposisi

    bahan/ label halal, pada indikator

    ini hampir seluruh responden

    menjawab sering; (b)

    Mengonsumsi produk kemasan

    yang tidak mencantumkan label

    halal, pada indikator ini hampir

    seluruh responden menjawab

    jarang; (c) Makan dan minum di

    restoran yang tidak bersertifikasi

    halal, pada indikator ini hampir

    seluruh responden menjawab

    jarang; (d) Menggunakan produk

    kemasan dan makan di restoran

    yang diragukan kehalalannya,

  • 58

    38

    Mulyaningrum,Erik Syawal Alghifari,” Perilaku Masyarakat Sunda Muslim Dalam

    Mengonsumsi Produk Halal Di Kota Bandung.Skripsi( Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas

    Pasundan.2018).

    pada indikator ini hampir seluruh

    responden menjawab jarang; (e)

    Seberapa sering mereka

    mendorong, menginformasikan

    tentang produk halal dan

    mengajak orang lain untuk tidak

    menggunakan produk yang tak

    berlabel halal, pada indikator ini

    hampir seluruh responden

    menjawab sering; 3) Perilaku

    masyarakat Sunda Muslim di

    Kota Bandung secara signifikan

    dipengaruhi oleh tingkat

    pengetahuan tentang produk halal.

    Pengetahuan telah berkontribusi

    dalam membentuk tingkat

    pemahaman dasar bagi

    masyarakat Sunda Muslim

    tentang produk halal (Kasmawati,

    2014). Dasar pemahaman ini

    berpengaruh terhadap perilaku

    masyarakat Sunda Muslim.38

    5 Danang

    waskito

    (2015)

    kuantitatif Pengaruh

    Sertifikasi

    halal,Kesadaran

    Berdasarkan hasil analisis data

    dan pembahasan pada bab

    sebelumnya, Maka dapat diambil

  • 59

    halal, Dan Bahan

    Makanan Terhadap

    Minat beli Produk

    makanan halal

    (studi

    Pada mahasiswa

    Muslim di

    yogyakarta).

    kesimpulan sebagai berikut:

    1.Variabel Sertifikasi halal

    Berpengaruh positif terhadap

    minat beli. Hal Ini dapat dilihat

    dari hasil pengujian diperoleh

    nilai tingkat signifikansi 0.000,

    signifikansi lebih kecil dari 0,05

    (P

  • 60

    Sejauh ini dalam pengetahuan penulis belum ada yang melakukan

    penelitian ini dan belum menemukan kajian khusus objek dan judul yang

    sama yang mengangkat tentang Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal

    Produk Makan UMKM di Kota Jambi. Khususnya di kecamatan Telanai

    Pura, kecamatan danau telu, dan kecamatan Kota Baru Kota Jambi.

    Adapun perbedaannya dalam objek penelitian ini yakni Usaha Mikro Kecil

    39 Danang Waskito,“Pengaruh Sertifikat Halal, Kesadaran Halal, Dan Bahan Makanan

    Terhadap Minat Beli Produk Makanan Halal (Studi Pada Mahasiswa Muslim Di Yogyakarta),

    skripsi,(Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.2015)

    Secara Bersama-Sama

    berpengaruh positif terhadap

    minat beli. Hal ini dapat Dilihat

    dari hasil pengujian diperoleh

    dengan signifikansi sebesar 0,000,

    dengan nilai signifikansi lebih

    kecil dari 0,05 (P

  • 61

    dan Menengah yang belum dan sudah memiliki sertifikat halal produk

    makanannya. Dengan menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif

    melalui Analisis SWOT sehingga dapat mengetahui apakah penyebab

    produsen Usaha kecil dan Menengah makanan tidak memiliki sertifikat

    halal.

    G. Kerangka Pemikiran Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran

    dari penelitian yang di sintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah

    keperpustakaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian

    terdahulu maka kerangka pemikiran dalam penelitian adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 1.1

    UMKM SERTIFIKASI

    HALAL

    PELUANG

    TANTANGAN

  • 62

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil penelitian pada pelaku Usaha Mikro Kecil

    Menengah (UMKM) yang mempunyai produk makanan di kecamatan,

    Telanai Pura, Kota Baru dan Danau Teluk kota Jambi. Alasan penulis

    mengambil lokasi tersebut adalah bahwa jumlah usaha perdagangan yang

    paling banyak di Kecamatan Telanai pura, Kota Baru dan Danau Teluk

    kota Jambi. Lokasi tersebut memiliki kelompok usaha perdagangan

    makanan dan minuman (cincau, aneka minuman, cafe,roti, rumah makan,

    pempek dan makanan ringan). Mengingat kendala biaya dan tranportasi

    selain itu jarak tempat tinggal dengan lokasi mudah untuk dijangkau

    penulis. Selain itu penulis ingin kecamatan ini sebagai kawasan yang

    terjamin kehalalan dari produk makanan dan minumannya khususnya.

    2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

    penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau

    terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang

    terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis,

    sifat atau kombinasinya. Sesudah datanya lengkap kemudian dibuat

    kesimpulan.40 Alasan yang melatarbelakangi mengambil jenis penelitian

    deskriptif adalah untuk memberikan fakta-fakta atau kejadian-kejadian

    40 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2010), hlm. 3.

  • 63

    secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi atau daerah tertentu,

    yaitu untuk memberikan gambaran fakta kendala yang terjadi.

    Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

    filosofi postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

    yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

    adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan

    secara triagulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif/kualitatif,

    dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

    generalisasi.41 Untuk itu, dalam penelitian ini, permasalahan yang

    diangakat adalah tentang peluang dan tantangan sertifikasi halal produk

    makan UMKM di Kota Jambi dan berfokus pada faktor penyebab

    produsen kecil menengah makanan tidak memiliki sertifikat Halal.

    Teknik penentuan subjek adalah menggunakan purposive sampling.42

    Purposive sampling dilakukan dengan mengambil Usaha Mikro Kecil

    Menengah (UMKM) yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri

    spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Yakni UMKM yang sudah

    memiliki sertifikasi halal dan yang belum memiliki sertifikasi halal

    produknya, yang bertempat di kecamatan Telanai Pura, Danau teluk, dan

    Kota Baru Kota Jambi.

    3. Jenis Dan Sumber Data Secara umum jenis dan sumber data dapat diklasifikasikan menjadi

    dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

    41 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta

    2014), hlm. 9. 42 Nasution.s, metode reserch penelitian ilmiah (Jakarta : PT.Bumi Aksara 2007),hlmn.

  • 64

    pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang diperoleh secara langsung

    dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian atau keseluruhan data

    hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Data primer tidak diperoleh

    melalui sumber perantara atau pihak kedua dan seterusnya. Adapun data

    sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak

    langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara

    mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah

    diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.43

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu data

    primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung

    dari hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dari

    yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh

    dari dokumen-dokumen atau literatur-literatur kepustakaan seperti buku-

    buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

    4. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

    digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam mengumpulkan data

    agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Berkaitan dengan bagaimana

    data dalam penelitian ini diperoleh. Metode atau cara pengumpulan data

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    43Nasution. S, Metode Reserch Penelitian Ilmiah (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2007), hlm.

    34.

  • 65

    a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

    spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

    dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

    dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

    objek-objekalam yang lain.44 Observasi atau pengamatan langsung

    adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian

    langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang

    mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara

    jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.

    b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

    penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dengan responden.45 Adapun metode wawancara yang

    penulis gunakan adalah wawancara sistematis dan wawancara terarah.

    Wawancara sistematis adalah wawancara yang dilakukan dengan

    terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang

    apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara

    ini digunakan oleh peneliti sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari

    awal sampai akhir wawancara, kerena biasanya pedoman tersebut telah

    disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan daftar

    pertanyaan.

    44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,

    2013) hlm 145 45 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta, 2013,Kencana),hlm.

    132

  • 66

    Wawancara terarah adalah wawancara yang dilaksanakan secara

    bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok

    permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden yang telah

    dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti

    melakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung kepada

    pelaku usaha tersebut.

    c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

    yang digunakan untuk menelusuri historis. Dalam hal ini data yang

    peneliti gunakan adalah berasal dari buku-buku, dan Data lain yang

    bersumber dar