2
Pemeriksaan fisik dan Penunjang Pada pemeriksaan fisik pasien pada skenario didapatkan : 1. Nilai GCS 15 yang berarti kemungkinan tidak ada cedera atau terdapat cedera kepala ringan. 2. Nafas cepat dan dangkal yang dikarenakan pasien menderita tension pneumothorax sehingga pasien akan semakin sesak nafas karena hipoksia yang makin memberat yang disebabkan oleh fenomena “one way valve”. Hal ini juga terlihat dari respiratory rate pasien yang meningkat dari normal. Hipoksia akan membuat tubuh berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen, salah satunya adalah dengan memperbanyak intake oksigen ke tubuh melalui airway. Namun pada pasien dengan tension pneumothoraks hal ini akan semakin meningkatkan jumlah udara di cavum pleura, sehingga harus segera ditangani. 3. Tidak adanya suara tambahan seperti gurgling dan snoring menunjukan tidak adanya sumbatan pada saluran napas (airway) pasien. Namun tetap diperlukan inspeksi untuk memastikan ada tidaknya sumbatan di saluran napas pasien. 4. Takikardi yang disertai hipotensi merupakan tanda khas dari tension pneumothorax. Hipotensi dikarenakan adanya pengurangan aliran balik vena ke atrium kanan sehingga darah yang masuk ke ventrikel kanan lalu diantarkan ke paru-paru menjadi berkurang. Hal ini akan membuat jumlah darah yang dialirkan ke seluruh tubuh ikut berkurang. Jika sudah terjadi hipotensi maka akan merangsang saraf simpatis untuk mengkompensasi hipotensi, salah satunya adalah dengan terjadinya takikardi. 5. Terdapat jejas pada hemithorax kanan menunjukan bahwa pasien kemungkinan mengalami blunt trauma yang menyebabkan tension pneumothorax yang diderita. 6. Pergerakan dinding kanan tertinggal karena paru-paru kanan pasien kolaps sehingga pergerakan dinding dada sebelah kanan akan terlihat tertinggal.

Pemeriksaan fisik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abc

Citation preview

Pemeriksaan fisik dan Penunjang

Pada pemeriksaan fisik pasien pada skenario didapatkan : 1. Nilai GCS 15 yang berarti kemungkinan tidak ada cedera atau terdapat cedera kepala ringan.

2. Nafas cepat dan dangkal yang dikarenakan pasien menderita tension pneumothorax sehingga pasien akan semakin sesak nafas karena hipoksia yang makin memberat yang disebabkan oleh fenomena one way valve. Hal ini juga terlihat dari respiratory rate pasien yang meningkat dari normal. Hipoksia akan membuat tubuh berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen, salah satunya adalah dengan memperbanyak intake oksigen ke tubuh melalui airway. Namun pada pasien dengan tension pneumothoraks hal ini akan semakin meningkatkan jumlah udara di cavum pleura, sehingga harus segera ditangani.3. Tidak adanya suara tambahan seperti gurgling dan snoring menunjukan tidak adanya sumbatan pada saluran napas (airway) pasien. Namun tetap diperlukan inspeksi untuk memastikan ada tidaknya sumbatan di saluran napas pasien.4. Takikardi yang disertai hipotensi merupakan tanda khas dari tension pneumothorax. Hipotensi dikarenakan adanya pengurangan aliran balik vena ke atrium kanan sehingga darah yang masuk ke ventrikel kanan lalu diantarkan ke paru-paru menjadi berkurang. Hal ini akan membuat jumlah darah yang dialirkan ke seluruh tubuh ikut berkurang. Jika sudah terjadi hipotensi maka akan merangsang saraf simpatis untuk mengkompensasi hipotensi, salah satunya adalah dengan terjadinya takikardi.5. Terdapat jejas pada hemithorax kanan menunjukan bahwa pasien kemungkinan mengalami blunt trauma yang menyebabkan tension pneumothorax yang diderita. 6. Pergerakan dinding kanan tertinggal karena paru-paru kanan pasien kolaps sehingga pergerakan dinding dada sebelah kanan akan terlihat tertinggal.7. Pada perkusi terdengar suara hipersonor dikarenakan hanya adanya udara pada cavum pleura yang sekarang mengisi hemithorax kanan pasien.8. Pada auskultasi suara vesikuler menurun. Suara vesikuler merupakan suara yang didapatkan pada seluruh lapang paru normal ketika auskultasi. Paru-paru yang kolaps menyebabkan melemahnya suara vesikuler bahkan suara vesikuler bisa sampai tak terdengar.9. Emfisema subkutis menunjukan adanya udara yang mengisi lapisan subkutan pasien. Emfisema biasanya terlihat pada bagian dada, leher, dan wajah. Efisema subkutis ini sebenarnya tidak memerlukan penanganan. Jika faktor penyebab seperti tension pneumothorax telah teratasi maka akan hilang dengan sendirinya.10. Pada regio bahu kiri terdapat jejas, oedem, deformitas, nyeri tekan dan krepitasi yang memungkinkan adanya fraktur. Pada regio bahu yang paling sering mengalami fraktur adalah clavicula. Penanganan dokter di skenario telah tepat yaitu dengan melakukan bidai untuk imobilisasi. Hal ini untuk mencegah patahan clavicula melukai jaringan sekitarnya juga mengurangi nyeri pasien dan mempercepat penyembuhan tulang yang fraktur.

Pemeriksaan lanjutan berupa cek lab darah dan radiologi yang dilakukan dokter dilakukan untuk menegakan diagnosis, mencari trauma lain yang tidak terlihat, dan juga untuk evaluasi pasien. Cek lab darah yang dilakukan biasanya adalah arterial blood gas (ABG), pulse oximetry, dan cek cardiac marker.Pemeriksaan radiologi dapat berupa foto rontgen pada regio bahu kiri, untuk melihat derajat fraktur, dan foto thorax untuk melihat apakah tension pneumothorax telah teratasi dan untuk melihat kemungkinan trauma lain yang terjadi. Pemeriksaan radiologi menggunakan rule of two.

DafpusAmerican College of Surgeons Committee on Trauma (2008). Advanced Trauma Life Support for Doctors ATLS Student Course Manual 8 th. USA: American College of Surgeons.