Penanganan Batuk Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Manda Malia Ubra11 2014 037

Penanganan Batuk pada Anak

Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum dimana prevalensinya dijumpai pada sekitar 15 % pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa. Satu dari sepuluh pasien yang berkunjung ke praktek dokter setiap tahunnya memiliki keluhan utama batuk. Batuk dapat menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan menurunkan kwalitas hidup. Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan : mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

Refleks BatukRefleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medula oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.

Tabel 1 : Komponen Refleks Batuk

Penyebab BatukBatuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.

Tabel 2 : beberapa penyebab batuk

Mekanisme Terjadinya BatukPada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : Fase iritasiIritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. Fase inspirasiPada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. Fase kompresiFase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka. Fase ekspirasi/ekspulsiPada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

Gambar 1 : keempat fase batuk

Gambar 2 : Diagram gambaran aliran dan perubahan tekanan subglotis selama fase inspirasi fase kompresi dan fase ekspirasi baruk

Jenis-Jenis BatukBatuk berdasarkan waktu 1. AkutAkut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh.Jangka waktunya kurang dari tiga minggu dan terjadi karenairitasi, bakteri, virus,penyempitan saluran nafas atas.2. SubakutSubakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikansubakutbilabatuksudah3-8minggu.Terjadikarena gangguan pada epitel.3. KronisKronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan penyempitan saluran nafas atas danterjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, TBC, gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi kronis, sampa ikanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis harus diperiksakan ke dokteruntuk memastikan penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu.Berdasarkan sebabnya1. Batuk berdahakBatuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan.2. Batuk keringBatuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk.Batuk inimengganggukenyamanan, bila batuknyaterlalukerasakandapatmemecahkanpembuluhdarahpada mata.3. Batuk yang khas Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkanpita suara radang dan suara parau. Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbulsekali-sekali,kadangsepertihanyaberdehem.Pada TBC batuk bisa disertai bercak darah segar. Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnyabatuk. Batuk karena penyakit jantung lemah, darahyang terbendungdi paru-paru, menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah padaparu-paru ini yang merangsang timbulnya batuk. Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidaksembuh. Batuknya tidak tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuksemakin tambah. Batuk karena kemasukan benda asing, padasaat saluran pernafasanberusaha mengeluarkan benda asing makaakan menimbulkan batuk

Penatalaksanaan BatukPenatalaksanaan batuk yang paling baik ialah pemberian obat spesifik terhadap etiologinya. Tiga bentuk penatalaksanaan batuk ialah : Tanpa pemberian obatPenderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya tidak perlu obat. Pengobatan spesifikPengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk. Pengobatan simptomatikDiberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan komplikasi.

Pengobatan SpesifikApabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnostik yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya.Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya : Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan kortikosteroid.Postnasal dripkarena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi antihistamin dekongestan ;postnasal dripkarena alergi atau rhinitis nonalergi ditanggulangi dengan menghindari lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi antihistamin - dekongestan.Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan kepala, modifikasi diet, antasid dan simetidin. Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik diberikan pada pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung kongestif dengan digoksin dan furosemid.Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti reseksi paru pada kanker paru, polipektomi, menghilangkan rambut dari saluran telinga luar.

Pengobatan SimptomatikPengobatan simptomatik diberikan apabila : Penyebab batuk yang pasti tidak diketahui, sehingga pengobatan spesifik dan definitif tidak dapat diberikan, dan/atau Batuk tidak berfungsi baik dan komplikasinya membahayakan penderita.

Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada tiga jenis menurut kategori farmakologik, yaitu antitusif, ekspektorans dan mukolitik.

AntitusifSecara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan non narkotik. Antitusif yang bekerja di periferObat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran napas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran napas.Obat-obat anestesiObat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol dan garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di pharing; tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas bawah.LidokainObat anestesiyang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemakaian anestesi topikal, yaitu : Risiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi Peningkatan tahanan jalan napas sesudah inhalasi zatanestesi Risiko terjadinya efek toksis sistemik, termasuk aritmia dan kejang terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.DemulcentObat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna,tetapi karena aman dan memberikan perbaikansubyektif obat ini banyak dipakai.

Antitusif yang bekerja sentralObat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk. Dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.

Golongan narkotikOpiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan anti diare. Di antara alkaloid ini morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta efek adiksi.Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif; di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi kelenjarmukosa bronkus dan aktivitas silia; terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.

KodeinObat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang paling sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20 60 mg atau 40 160 mg per hari biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan ketergantungan. Di samping itu obat ini sangat sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat napas dan pembersihan mukosilier.Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak besar dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi, palpitasi, gatal-gatal, banyak keringat dan agitasi.HidrokodonMerupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek antitusif yang serupa dengan kodein. Efek samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan kekeringan mukosa. Obat ini tidak lebih unggul dari kodein.Derivat morfin dan kodein yang lain seperti hidromorfon mempunyai efek an titusif. Tetapi obat ini mempunyai efek adiksi yang lebih besar dan tidak lebih unggul dibandingkan dengan kodein.Antitusif nonnarkotikDekstrometorfanObat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan, sering digunakan sebagai antitusif nonnarkotik. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4 8 jam. Dosis dewasa 10 20 mg, setiap 4 jam, anak-anak umur 6 11 tahun 5 -10 mg- sedangkan anal( umur 2 6 tahun dosisnya 2,5 5 mg setiap 4 jam.

Butamirat sitratObat golongan antitusif nonnarkotik yang baru diperkenalkan ini bekerja secara sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi (dikutip dari 12). Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf pusat. Dalam penelitian uji klinik, obat ini mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein dalam menekan batuk. Butamiratsitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpaefek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas vital (KV) dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3 x 15 ml dan untuk anak-anak umur 6 - 8 tahun 2 x 10 ml, sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2 x 15 ml.

NoskapinNoskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk golongan alkaloid opiat. Efektivitas dalam menekan battik sebanding dengan kodein. Kadang-kadang memberikan efek samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut dan konjungtivitis.Dosis dewasa 15-30 mg setiap 4- 6 jam, dosis tunggal 60mg aman dalam menekan batuk paroksismal. Anak (berumur 2 -12 tahun dosisnya 7,5 - 15 mg setiap 3 - 4 jam dan tidak melebihi 60 mg per hari.

DifenhidraminObat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulutdan hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik, karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Juga harus hati-hati bila digunakan bersama obat antikolinergik lain, penekan saraf pusat atau perangsang susunan saraf pusat. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50mg/hari, sedangkan untuk anak 2 - 5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg/hari.

Retensi cairan yang patologis di jalan napas disebut mukostasis. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinetik dikelompokkan atas beberapa golongan. Pada tabel 3 dapat dilihat penggolongan obat mukokinetik.

Tabel 3 : Penggolongan obat mukokinetik

1. Diluent (cairan)Air : adalah diluent yang utama, berguna untuk mengencerkan cairan sputum. Cairan elektrolit: Larutan garam faal, merupakan larutan yang paling sesuai untuk nebulisasi dan cairan lavage. Larutan garam hipotonik digunakan pada pasien yang memerlukan diet garam. Larutan garam hipertonik bersifat lebih iritan sehingga menimbulkan batuk. Karena sifatnya yang hipertonik, larutan ini merangsang pengeluaran cairan dari mukosa saluran napas sehingga digunakan untuk merangsang pengeluaran sputum pada penderita batuk yang tidak produktif.

2. SurfaktanObat ini bekerja pada permukaan mukus dan menurunkan daya lengket mukus pada epitel. Biasanya obat ini dipakai sebagai inhalasi, untuk itu perlu dilarutkan dalam air atau larutan elektrolit lain. Sulit dibuktikan obat ini lebih baik daripada air atau larutan elektrolit saja pada terapi inhalasi.

3. MukolitikObat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus. Termasuk dalam golongan ini antara lain ialah golongan thiol dan enzim proteolitik Golongan ThiolObat ini memecah rantai disulfida mukoprotein, dengan akibat lisisnya mukus. Salah satu obat yang termasuk golongan ini adalah asetilsistein.AsetilsisteinAsetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L sistem, digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melaluikateter atau bronksokop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan menggigil jarang ditemukan. Efek toksis sistemik tidak lazim oleh karena obat dimetabolisme dengan cepat.Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2 - 3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2 - 20 ml larutan 10% setiap 2 - 6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1- 2 ml setiap jam. Bila diberikan sebagai aerosol hams dicampur dengan bronkodilator oleh karena ia mempunyai efek bronkokonstriksi.Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian aerosol sangat efektif dalam mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka waktu yang lama obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.Di samping bersifat mukolitik, N-asetilsistein juga mempunyai fungsi sebagai antioksidan. N-asetilsistein merupakan sumber glutathion, yaitu zat yang bersufat antioksidans. Pemberian N-asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh oksidan. Pada perokok, kerusakan saluran napas terjadi oleh karena zat-zat oksidans dalam asap rokok mempengaruhi keseimbangan oksidan dan antioksidan. Dengan demikian pemberian N-asetilsistein pada perokok dapat mencegah kerusakan parenkim paru terhadap efek oksidan dalan asap rokok, sehingga mencegah terjadinya emfisema. Obat ini juga mempunyai efek antioksidan terhadap toksisitas asetaminofen.Pada penderita Sindroma Gawat Napas Dewasa (ARDS) sering terjadi edema paru nonkardiak. Pada penderita ARDS kadar glutathion dalam plasma rendah. Pemberian N-asetilsistein intravena meningkatkan kadar glutathion dalam darah, sehingga memberikan perbaikan klinik, yaitu peningkatan oksigenisasi jaringan, membaiknya compliance paru dan berkurangnya edema paru.Penelitian pada penderita penyakit saluran napas akut dan kronik menunjukkan bahwa N-asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinikn pengobatan dengan N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan bromheksin. Enzim proteolitikEnzim protease seperti tripsin, kimotripsin, streptokinase, deoksiribonuklease dan streptodornase dapat menurunkan viskositas mukus. Enzim ini lebih efektif diberikan pada penderita dengan sputum yang purulen. Diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin dan kimotripsin mempunyai efek samping iritasi tenggorok dan mata, batuk, suara serak, batuk darah, bronkospasme, reaksi alergi umum dan metaplasi bronkus. Deoksisibonuklease efek sampingnya lebih kecil, tetapi efektivitasnya tidak melebihi asetilsistein.

4. BronkomukotropikObat golongan ini bekerja langsung merangsang kelenjar bronkus. Zat ini menginduksi pengeluaran seromucin sehingga meningkatkan mukokinesis. Umumnya obat-obat inhalasi yang mengencerkan mukus termasuk dalam golongan ini. Biasanya obat ini mempunyai aroma. Contoh obat ini adalah mentol, minyak kamper, balsem dan kayu putih.Vicks Vapo Rub mengandung berbagai minyak yang mudah menguap, adalah bronkomukotropik yang paling populer. Sulit dibuktikan bahwa obat ini efektif dalam membantu mengeluarkan sputum dan mengatasi batuk.

5. BronkorrheikIritasi permukaan saluran naps menyebabkan pengeluaran cairan. Saluran napas bereaksi terhadap zat-zat iritasi yang toksik, pada keadaan berat dapat terjadi edema paru. Iritasi yang lebih ringan dapat berfungsi sebagai pengobatan, yaitu merangsang pengeluaran cairan sehingga memperbaiki mukokinesis. Contoh obat golongan ini adalah larutan garam hipertonik.

6. EkspektoransEkspektorans adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan merangsang pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui : refleks vagal gaster stimulasi topikal dengan inhalasi zat perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus perangsangan medullaRefleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan persarafan vagal kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen. Termasuk ke dalam ekspektorans dengan mekanisme ini adalah: ammonium khlorida, kalium yodida, guaifenesin (gliseril guaiakolat), sitrat (natrium sitrat), ipekak.Kalium yodidaObat ini adalah ekspektorans yang sangat tua dan telah digunakan pada asma dan bronkitis kronik. Selain sebagai ekspektorans obat ini mempunyai efek menurunkan elastisitas mucus dan secara tidak langsung menurunkan viskositas mukus(3,6). Mempunyai efek samping angiodema, serum sickness, urtikaria, purpura trombotik trombositopenik dan periarteritis yang fatal. Merupakan kontraindikasi pada wanita hamil, masa laktasi dan pubertas. Dosis yang dianjurkan pada orang dewasa 300 650 mg, 3 4 kali sehari dan 60 250 mg, 4 kali sehari untuk anak-anak.Guaifenesin (gliseril guaiakolat)Selain berfungsi sebagai ekspektorans, obat ini juga memperbaiki pembersihan mukosilier. Obat ini jarang menunjukkan efek samping. Pada dosis besar dapat terjadi mual, muntah dan pusing. Dosis untuk dewasa biasanya adalah 200 400 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 24 g/hari. Anak-anak 611 tahun, 100 200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 1 2 g/hari, sedangkan untuk anak 2 5 tahun, 50 100 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 600 mg sehari.

7. MukoregulatorObat ini merupakan mukokinetik yang bekerja pada kelenjar mukus yaitu mengubah campuran mukoprotein sehingga sekret menjadi lebih encer, obat yang termasuk golongan ini adalah bromheksin dan S-karboksi metilsistein.BromheksinBromheksin adalah komponen alkaloid dari vasisin dan ambroksol adalah metabolitnya. Obat ini meningkatkan jumlah sputum dan menurunkan viskositasnya. Juga ia merangsang produksi surfaktan dan mungkin bermanfaat pada sindrom gawat napas neonatus. Ke-dua obat ini ditoleransi dengan balk, tetapi dapat menyebabkan rasa tidak enak di epigastrium dan mual. Harus hati-hati pada penderita tukak lambung. Dosis bromheksin biasanya 8 16 mg tiga kali sehari, sedangkan ambrokso145 60 mg sehari.Karbosistein (S-karboksi metilsistein)Obat ini adalah derivat sistem yang lain, juga bermanfaat menurunkan viskositas mukus. Dosis obat minum biasanya 750mg tiga kali sehari. Obat ini memberikan efek setelah diberikan 10 14 hari.

8. Mediator otonomStimulator yang paling poten untuk sekresi saluran napas adalah obat-obat kolinergik seperti asetilkolin dan metakolin. Kenyataannya obat ini sangat kuat sehingga menimbulkan banyak efek samping antara lain bronkospasme.Obat-obat simpatomimetik juga bisa merangsang pengeluaran sekret. Obat Beta 2 agonis juga menyebabkan bronkodilatasi dan merangsang pergerakan silia. Oleh karena itu manfaat obat ini dalam mekanisme pengeluaran sekret tidak diketahui dengan jelas.Mediator lain seperti histamin, bradikinin, dan yang lainnya juga bisa meningkatkan sekret saluran napas. Tetapi efek samping zat-zat ini sangat berat menyebabkan obat ini tidak digunakan sebagai mukokinetik. Sebaliknya antihistamin, antikolinergik dan obat penghambat simpatomimetik beta menghalangi efek mukokinetik.

KomplikasiKomplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan lemah, anoreksia, mual dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat, baik berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain.Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya henti jantung. Batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga.Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalahCough syncopeatauTussive syncope.Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama 10 detik.Cough syncopeterjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.

Tabel 4 : Komplikasi batuk

Kesimpulan Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berguna untuk membersihkan saluran trakeobronkial. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan berbagai efek yang tidak menguntungkan berupa penumpukan sekret yang berlebihan & atelektasis & gangguanpertukarangasdanlain-lain.Batukyangtidakefektifmungkinterjadikarenagangguan di saraf aferen & pusat batuk atau di saraf eferen yang ada. Batuk yang berlebihan akan terasamengganggu. Penyebab batukjuga sangatberagam,bisa karena iritan, mekanik, infeksi dan berbagai penyakit baik di paru maupun di luar paru. Keluhan batuk juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Daftar Pustaka

1. Somantri I. Sistem pernapasan. Dalam : Asuhan keperawatan pada pasien dgn gangguan sistem pernapasan. 2007. Jakarta : Salemba Medika. h 11-62. Djojodibroto D. Mekanisme pertahanan sistem pernapasan. Dalam : Respirologi (respiratory medicine). 2009. Jakarta : EGC. h 55-7.3. Staf pengajar deprtemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya. Obat saluran napas. Dalam : kumpulan kuliah farmakologi. Edisi 2. 2009. Jakarta : EGC. h 557-69.4. Guyton AC, Hall JE. Pernapasan. Dalam :Buku ajar fisiologi kedokteran. 2008. Jakarta : ECG. h 669-7215. Sylvia A, Wilson LM. Gangguan sistem pernaasan. Dalam : Patofisiologi. 2006. Jakarta : ECG. h 773-8156. Smucny J, Hueston W J. Cough. In : Common problems respiratory disorders. 2002. United States : McGraw-Hill Companies. h 3-20.7. Irwin RS, Madison JM. The diagnosis and treatment of cough. N Engl J Med 2000; 343: 1715-21.8. Ikawati, Zullies. Farmakoterapi penyakitsistem pernapasan. 2008. Yogyakarta : Pustaka Adipura. h 125-9.