Upload
kinanti-devi-ii
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengantar Ilmu Pendidikan
Citation preview
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
" DAMPAK EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK "
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
DEVI ALVIONITA (140210103060)
KINANTI DEVI (140210402001)
MOCH. AINUN NAJIB A. (140210402016)
HELMI BANURISMAN (140210402089)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi perkembangan kecerdasan
anak. Dalam lingkungan keluarga anak menghabiskan waktu dalam masa perkembangan.
Pengaruh lingkungan rumah ini berkaitan pula denga dengan masalah ekonomi keluarga . Dengan
ekonomi keluarga yang memadai seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar
yang lebih baik. Mulai dari alat tulis hingga pemilihan sekolah dan sebaliknya dengan sosial
ekonomi yang kurang memadai seseorang juga kurang mendapatkan fasilitas belajar yang baik
dan nutrisi yang baik pula.
Tidak hanya itu , biasanya pihak sekolah (pendidikan) tidak memberi keringanan biaya untuk
orang miskin atau berpenghasilan rendah. Jadi orang yang keadaan ekonominya kurang biasanya
mendapat tekanan untuk memenuhi semua kebutuhan anak yang semakin hari semakin berat
untuk dipenuhi.
Itulah sebabnya lingkungan keluarga merupakan faktor yang terpenting bagi perkembangan
anak. Pada saat ini , semakin banyak keluarga yang ekonomi rendah makin terlindas. Seharusnya
pemerintah harus memikirkan bagaimana cara untuk memberi kesempatan bagi orang miskin
untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
B. RUMUSAN MASALAH
Menurut latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana peran lingkungan keluarga bagi anak ?
2. Bagaimana pengaruh keadaan ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak ?
3. Bagaimana solusi menghadapi keadaan ekonomi keluarga yang tidak stabil ?
C. TUJUAN
Dalam tulisan ini tentang “ Pengaruh lingkungan keluarga dan Dampak ekonomi keluarga
terhadap pendidikan anak “ peran lingkungan keluarga terhadap anak. Adapun, lingkungan
keluarga sangat erat hubungannya dengan mental anak dalam memperoleh pendidikan.
Selain itu, keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap proses belajar anak.
Proses belajar anak akan terganggu jika fasilitas tidak terpenuhi secara maksimal. Tidak dapat
disalahkan bahwa keluarga ekonomi rendah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan yang
diperlukan oleh anak. Hal tersebut mempunyai banyak faktor. Dan terkadang anak yang berasal
dari keluarga yang berkecukupanpun mempunyai kendala dalam memperoleh pendidikan.
Tulisan ini juga akan membahas dampak keadaan ekonomi keluarga dalam pendidikan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Lingkungan
Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak, khususnya
lingkungan keluarga. Peran lingkungan keluarga dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik
lingkungan pra kelahiran maupun pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri
khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi
setiap manusia. Pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah
seperti budaya, norma, emosional dan sebagainya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada
pemikiran dan perlakuan keluarga dan lingkungan.
Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar batasan – batasan kemampuan dan potensi
genetik seseorang dan berperan dalam menyiapkan fasilitas - fasilitas atau bahkan menghambat
seseorang dari pertumbuhan. Lingkungan jika dihadapkan dengan genetic adalah faktor luar yang
berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang baik faktor – faktor
lingkungan pra kelahiran maupun pasca kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan
ekonomi, dan lingkungan social. Lingkungan sosial mencakup lingkungan keluarga, sekolah,
mazhab dan sebagainya. Lingkungan social manusia adalah faktor penting dalam pembentukan
kejiwaan dan norma social seseorang dalam masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah wadah utama dan agen pertama pensosialisasian kultur di
setiap lapisan masyarakat. Keluarga juga sebagai media pertama yang
memancarkan kultur kepada anak-anak sebab keluarga adalah dunia yang pertama
kali menyentuh kegidupan anak-anak, keluarga merupakan dunia inspirasi bagi
anak-anak. Anggota keluarga termasuk anak kecil mendapatkan pelajaran berbagai
hal yang ada dalam keluarga, tanpa disadari bahwa apa yang terjadi dalam
keluarga memberikan pengaruh sangat besar bagi kehidupan mereka, Ayah dan
ibu sebagai orang dewas dalam keluarga berperan sangat penting dalam membuat
sistem dalam keluarga, ia membuat aturan disiplin, mentransmit nilai-nilai baik
positif ataupun negative kepada anak, sehingga akan membentuk perilaku anak
sebagai anggota keluarga.
Kebanyakan anak yang berprestasi di sekolah sampai lulus studi hingga
bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang dapat mendorong anak-
anak mencapai keberhasilan, sedangkan anak-anak yang prestasi belajar di
sekolahnya kurang baik bahkan drop out dari sekolah lebih besar dikarenakan
lingkung keluarga, maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab dan
peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik
dan berkualitas.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai –
nilai, keyakinan – keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Faktor
genetic dan lingkungan secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa
menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing – masing
saling memiliki andil dalam pembentukan pendidikan dan kepribadian seseorang
sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lain harus
dipertekankan lebih keras.
Kedua orang tua memiliki tugas yang di adapkan anaknya dimana mereka
harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa
kehidupannya memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan
dipenuhi kebutuhan – kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak
yang riang dan gembira serta tidak malas dalam proses pendidikan/ belajar. Untuk
mwujudkan kepribadian anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki
pengetahuan yang berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan
pertumbuhan anak. Dengan demikian kedua orang tua dalam menghadapi anaknya
baik dalam berfikir atau memberi hukuman, akan bersikap sesuai dengan tolak
ukur yang telah ditentukan.
2. Pengaruh keluarga terhadap pendidikan disekolah
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada hubungan erat antara
keluarga dan sekolah. Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pada
pendidikan disekolah.
Beriyamin S. Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan
faktor-faktor luar sekolah yang telah secara luas berpengaruh terhadap siswa.
Siswa-siswa hidup di kelas pada suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar
waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah
mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan
beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian
terhadap tugas yang merupakan dasar terhadap pekerjaan di sekolah. Dari uraian
ini dapat diketahui lebih lanjut bahwa kecakapan-kecakapan dan kebiasaan di
rumah merupakan dasar bagi studi anak di sekolah.
Suasana keluarga yang bahagia akan mempengaruhi masa depan anak baik
di sekolah maupun di masyarakat, dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam
lingkung keluarga kelak (Sikun Pribadi, 1981, p. 67). Dari kutipan ini dapat
diketahui bahwa suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi kehidupan di
sekolah.
Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa pendidikan
dalam keluarga yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang
ditentukan oleh (1) rasa aman, (2) rasa otonomi, (3) rasa inisiatif. Rasa aman ini
merupakan periode perkembangan pertama dalam perkembangan anak. Perasaan
aman ini perlu diciptakan, sehingga anak merasakan hidupnya aman dalam
kehidupan keluarga.
Rasa aman yang tertanam ini akan menimbulkan dari dalam diri anak suatu
kepercayaan pada diri sendini. Anak yang gagal mengembangkan rasa percaya diri
ini akan menimbulkan suatu kegelisahan hidup, ia merasa tidak disayangi, dan
tidak mampu menyayangi.
Fase perkembangan yang kedua adalah rasa otonomi (sense of autonomy)
yang terjadi pada waktu anak berumur 2 sampai 3 tahun. Orang tua harus
membimbing anak dengan bijaksana agar anak dapat mengembangkan kesadaran,
bahwa ia adalah pribadi yang berharga, yang dapat berdiri sendiri dan dengan
caranya sendiri ia dapat memecahkan persoalan yang ia hadapi. Kegagalan
pembentukan rasa otonomi, suatu sikap percaya pada diri sendiri dan dapat berdiri
sendiri akan menyebabkan anak selalu tergantung hidupnya pada orang lain.
Setelah ia memasuki bangku sekolah ia selalu harus dikawal oleh orang tuanya. Ia
selalu tidak percaya diri sendiri untuk menghadapi persoalan yang dihadapi di
sekolah.
Pada fase perkembangan ketiga disebut perkembangan rasa inisiatip (sense
of initiative) yaitu pada umur 4 sampai 6 tahun. Anak harus dibiasakan untuk
mengatasi hambatan-hambatan dalam lingkungan keluarga. Sebab dengan
dibiasakan menangani masalah hidupnya maka anak akan mengembangkan
inisiastipnya dan daya kreatifnya dalam rangka menghadapi tantangan hidupnya.
Jika orang tua selalu membantu dan bahkan melarang anaknya untuk mengerjakan
sesuatu hal maka inisiatif dan daya kreasi anak akan lemah dan akan
mempengaruhi hidup anak dalam belajar di sekolah.
3. Pengaruh latar belakang keluanga terhadap hasil belajar di sekolah :
Menurut John Simmons dan Leigh Alexander (1983) latar belakang
keluarga biasanya berkaitan dengan status sosial ekonomi keluarga. Status sosial
ekonomi ini biasanya mempergunakan indikator pendidikan keluarga, pekerjaan
dan penghasilan orang tua. Beberapa penelitian juga memasukkan indikator-
indikator lain seperti harapan siswa, harapan keluarga, harapan masyarakat
setempat terhadap hasil belajar anak serta sikap mereka terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian yang dilaksanakan di India, Chile, Iran, dan Thailand yang
dilaporkan oleh Thorndike menjelaskan bahwa latar belakang keluarga itu dapat
menjelaskan perubahan prestasi belajar antara 1,5% sampai 8,7%. Jika dikontrol
dengan indikator-indikator yang berasal dari sekolah seperti kualitas pengajaran,
fasilitas sekolah, jumlah siswa dalam kelas dan sebagainya, hasil test menunjukkan
sumbangan latar belakang keluarga itu tidak signifikan.
B. Keadaan ekonomi keluarga
Keluarga merupakan social pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi
tumbuh kembangnya anak. Secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka
bersama keluarganya yang berkecukupan , sehingga kebutuhan yang diperlukan.
Dalam kenyataan kehidupan sehari –sehari tidak semua keluarga dapat memenuhi
gambaran yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, social dan budanya masyarakat akan
berpengaruh kehidupan sebuah keluarga. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dari
kantor sampai larut malam tanpa memikirkan anak akan mempengaruhi psikis anak.
Kondisi yang demikian ini akan menyababkan komonikasi dan interaksi antara sesame
anggota keluarga. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar
dan rapuh. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu
interpersonal dalam keluarga.
Dalam kaitannya dalam permasalahan anak, rintangan perkembangan remaja
menuju kedewasaan itu di tentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi anak pada
waktu kecil di lingkungan rumah tangga dan masyarakat. Jika seseorang individu di masa
kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan bisa menyebabkan
timbulnya kelainan-kelainan berupa tingkah laku yang aneh seperti kenakalan remaja ,
narkoba dan lain-lain. Dan dari situlah anak akan malas untuk belajar dan sekolah.
Status sosial ekonomi keluarga,
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan
anak misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil
yang yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia mempunyai
kesempatan lebih luas untuk memperoleh macam-macam kecakapan yang dalam
memperblemnya dibutuhkan alat misalnya seseorang yang berbakat seni musik tidak
dapat mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat musiknya.
C. Kondisi Pendidikan kita
Dalam proses permintaan dan pemberdayaan pendidikan, mengambil peran
sebagai subyek bukanlah sesuatu yang mudah dalam kondisi pendidikan kita yang sangat
birokratis dan sentralis. Kemunafikan bahkan kejahatan dalam praktik pendidikan kita
dilihat dari hal – hal yang dianggap kecil dan sederhana.
Akan tetapi, sesungguhnya berimplikasi besar lagi kesejahteraan warga Negara,
khususnya warga miskin dan warga terpencil. Tidak terpenuhinya akses pendidikan bagi
warga termajinalkan ini merupakan penghianatan dan pelanggaran terbesar terhadap
konstitusi Negara. Bagaimana tidak seorang anak usia SMP harus berangkat sekolah
pukul 4 pagi karena jarak yang terlalu jauh antara lokasi sekolah dengan tempat
tinggalnya.
Komersialisasi lembaga pendidikan yang berdampak pada tingginya biaya
pendidikan, membuat warga miskin tidak lagi bisa menjangkau seperti uang gedung,
laboratorium, uang seragam dan biaya – biaya lainnya yang tidak realistis. Sementara
birokrat pendidikan dan guru – guru mumpunyai kcenderungan hanya berorientasi
mengejar karir hingga pekerjaan mulai yang diembankan sebatas melaksanakan tugas
harian semata. Yang berakibat keberpihakan pada kualitas output siswa menjadi lemah
dan terabaikan.
Apabila praktik – praktik pungutan yang ada disekolah – sekolah dibiarkan dan
tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyak anak – anak yang tidak bersekolah karena
tidak mampu menjangkau biaya sekolah yang tinggi. Dan hanya anak – anak orang kaya
saja yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat bawah sampai tingkat yang tinggi.
Akibat dari itu semua, negeri ini akan dihuni golongan kaya dan terdidik yang akan
membentuk kelas tersendiri dalam masyarakat. Di lain pihak akan terdapat keluarga
miskin dan tidak terdidik yang merupakan golongan terbesar dinegeri ini, yang akan
menjadikan kesenjangan sosial.
D. Dampak Keadaan ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku – buku dan lain - lain. Fasilitas
belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga tersebut berkecukupan dan mempunyai
banyak uang.
Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,
sehingga kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak akan terganggu. Akibat yang
lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman –
temannya yang lain. Hal ini pasti mengganggu belajar anak Bahkan mungkin anak harus
membantu orang tuanya mencari nafkah walaupun sebenarnya anak belum saatnya
bekerja. Hal yang seperti ini juga akan mengganggu belajar anak walaupun tidak dapat
dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu
menderita.
Akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk
baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar karena kegiatannya dalam
belajar dan berusaha. Semua hasilnya akan menjadi buah keberhasilan dalam kesabaran
dan kerendahan hati dalam menerima cobaan hidupnya.
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, pendidikan yang salah dapat membawa
akibat tidak baik bagi perkembangan anak. Salah satunya pendidikan yang salah dari
keluarga kaya adalah orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan
anak. Anak hanya bersenang – senang dan berfoya – foya, akibatnya anak kurang dapat
memusatkan perhatiannya kepada belajar, hal tersebut juga dapat mengganggu belajar
anak. Selain itu hal yang dapat mengganggu belajar anak adalah sikap ketidakadilan orang
tua terhadap anak. Ketidak adilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa
perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi
anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada
orang tuanya dan akan merasa iri dengan saudaranya. Dalam hubungan ini biasanya anak
akan melakukan protes terhadap orang tuannya dalam bentuk hasil belajar yang buruk
Hal yang juga dapat mempengaruhi belajar anak dalam keluarga kaya adalah
orang tua sering sibuk bekerja di kantor hingga larut malam, sehingga hanya
menyerahkan anak sepenuhnya pada pembantu dan mungkin pembantu yang tidak
memiliki pendidikan yang tinggi hanya membiarkan anak melakukan kegiatan sesuka
hatinya. Anak hanya senang bermain main dan bersenang – senang dan tidak
menghiraukan belajarnya. Anak bertindak sedemikian rupa karena merasa tidak memiliki
perhatian lebih dari orang tuannya. Walaupun dalam keluarga kaya anak memiliki
fasilitas yang lengkap seperti buku, alat tulis, tempat belajar, penerangan dan lain – lain
bahkan orang tua memilihkan sekolah yang berkualitas bagi anak mereka. Tapi semua itu
percuma apabila anak kurang perhatian dari orang tuanya. Anak malas belajar dan
akhirnya nilainya jatuh. Dan ketika nilai jatuh orang tua hanya bisa memarahi anak karena
tidak belajar.
E. Solusi Mengatasi Keterbatasan ekonomi pada Peserta Didik
Pemerintah melalui KEMENDIKNAS telah memfasilitasi peserta didik yang
memiliki keterbatasan ekonomi agar dapat melanjutkan pendidikan. Berikut ini beberapa
fasilitas yang diberikan pemerintah:
1. BSM (Bantuan Siswa Miskin)
2. Wajib belajar 9 tahun
3. BOS
4. Bidik Misi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia.
Pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti
budaya, norma, emosional dan sebagainya. Suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi
kehidupan di sekolah. Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa
pendidikan dalam keluarga yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang
ditentukan oleh (1) rasa aman, (2) rasa otonomi, (3) rasa inisiatif.
2. Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak
misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil yang
yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia mempunyai kesempatan
lebih luas untuk memperoleh macam-macam kecakapan yang dalam memperblemnya
dibutuhkan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Slaketa,Drs.2003. “ Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya “ PT. Asdi mahastya :
Jakarta
Samba, Sujono. 2007. “ Lebih baik tidak sekolah “. LKiS Pelangi Askara: Yogyakarta
Ibrahim, anwar. “ Pengaruh tingkat ekonomi terhadap emosi anak.” http://www.pendidikan
bangsa.blogspot.com
INDONESIA: “ Faktor – faktor belajar peserta didik.” dalam http://www.google.com
Saleh lapadi.2007.” Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.” Kutipan
dari http://www.kompas.com