143
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (RPHJP KPHP) UNIT IV MERANTI TAHUN 2015 - 2024 PENINGGALAN 2014

PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

(RPHJP KPHP) UNIT IV MERANTI

TAHUN 2015 - 2024

PENINGGALAN

2014

Page 2: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan
Page 3: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan
Page 4: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

RINGKASAN EKSEKUTIF

KPHP Unit IV Meranti dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Musi Banyuasin nomor 6 tahun 2011 tentang Pembentukan

Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kabupaten Musi

Banyuasin. Selanjutnya Kementerian Kehutanan melalui Keputusan Menteri

Kehutanan No. 689/Menhut-VII/2012 tanggal 29 Nopember 2012 telah

menetapkan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Meranti

Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah seluas

252.267 ha yang terdiri dari Hutan Lindung (20.081 ha), Hutan Produksi Terbatas

(97.587 ha), dan Hutan Produksi (134.599 ha).

Berdasarkan hasil analisis spasial dengan berbasis Peta Perubahan

Peruntukan Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Selatan yaitu Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : SK. 822/Menhut-II/2013 tanggal 19 November 2013, maka

diketahui luas areal KPHP Unit IV Meranti adalah 244.162,33 Ha, yang menjadi

pedoman luasan Wilayah KPHP Unit IV Meranti saat ini.

KPHP Unit IV Meranti memiliki potensi yang sangat besar. Sepertiga

kawasan hutan di Kabupaten Musi Banyuasin berada di dalam unit kelola ini.

Seperlima wilayahnya diperuntukkan bagi perbaikan/pemulihan lingkungan

(restorasi ekosistem). Potensi kayu pada areal hutan tanaman mencapai 2,37

Juta m3/ha, sedangkan pada areal yang tidak dibebani ijin rata-rata sebesar

26,40 m3/ha. Potensi non kayu yang ada antara lain madu, jernang, rotan,

bambu, dan getah karet. Selain itu juga terdapat flora fauna yang dilindungi

seperti gajah, harimau sumatera, jelutung, kayu onglen, dll. Perizinan yang ada

terdiri dari 6 izin IUPHHK-HT/HTI, 1 izin IUPHHK-RE dan 6 ijin pinjam pakai

kawasan hutan.

Wilayah kelola KPHP Unit IV Meranti dibagi menjadi 3 resort dengan 5

blok tata hutan yang terdiri dari : (i) Blok HL - Pemanfaatan (16.325,20 ha), (ii)

Blok HP - Pemberdayaan (19.316,31 ha), (iii) Blok HP - Pemanfaatan HHK-HA

(50.153,73 ha), (iv) Blok HP - Pemanfaatan HHK-HT (142.267,51 ha), dan (v)

Blok HP - Perlindungan (16.099,58 ha). Wilayah tertentu KPHP Unit IV Meranti

direncanakan seluas 35.641,51 ha, yaitu pada Blok HL - Pemanfaatan seluas

16.325,20 ha dan Blok HP - Pemberdayaan seluas 19.316,31 ha. Penyusunan

ii | 2 0 1 4

Page 5: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tata Hutan KPHP Unit IV Meranti dilakukan menggunakan dasar Peta Perubahan

Peruntukan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan (SK.822/Menhut-II/2013).

Dalam kerangka operasionalisasi KPHP, Bupati Musi Banyuasin telah

mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) nomor 17 tahun 2013 tentang

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi KPHP Kabupaten Musi Banyuasin. Agar

pengelolaan KPHP Unit IV Meranti dapat berjalan pada arah yang benar,

mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien, maka disusunlah

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit IV Meranti

periode 2015-2024.

Dengan mempertimbangkan kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya

yang ada di KPHP Unit IV Meranti serta beragam kebijakan dan perencanaan di

tingkatan lebih tinggi (Nasional, Provinsi, dan Kabupaten) maka visi unit

pengelola ini dalam 10 tahun ke depan (2015 – 2024) adalah “KPHP Unit IV Meranti bersama masyarakat sebagai Penghasil dan Pengelola Hasil Hutan mewujudkan masyarakat mandiri dan hutan Lestari 2024” Untuk mencapai

visi ini maka misi yang akan dilakukan adalah (i) mengelola admistrasi dan

database yang lengkap, akurat dan update (ii) mengembangkan hasil (produksi)

(iii) melestarikan lingkungan hidup (ekologi) dan (iv) melestarikan sosial budaya

masyarakat setempat (v) meningkatkan kemandirian sosial-ekonomi

(kesejahteraan) masyarakat setempat.

Untuk mewujudkan visi dan misi KPHP Unit IV Meranti, disusun berbagai

kegiatan meliputi inventarisasi hutan berkala, pemanfaatan hutan di wilayah

tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan terhadap

wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan dan konservasi alam,

kordinasi dan sinkronisasi, rencana penyediaan dan kapasitas SDM, pendanaan,

sarana dan prasarana, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan,

serta pengembangan investasi. Untuk menjamin tercapainya target yang

diinginkan, maka dilaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Selain itu dilakukan juga pemantauan evaluasi dan pelaporan yang akan menjadi

instrumen penting untuk mengkoordinasikan, menyempurnakan dan

menyesuaikan kembali kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan.

iii | 2 0 1 4

Page 6: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan
Page 7: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ........................................................................................................................... i

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................................................... v

Daftar Tabel .................................................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................................................ xi

Daftar Lampiran ........................................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. I-1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. I-1

1.2 Tujuan Pengelolaan ....................................................................................................... I-3

1.3 Sasaran .......................................................................................................................... I-3

1.4 Ruang Lingkup .............................................................................................................. I-4

1.5 Batasan Pengertian ........................................................................................................ I-5

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP .................................................................. II-1 2.1 Risalah Wilayah KPH .................................................................................................. II-1

2.1.1 Letak ............................................................................................................................ II-1

2.1.2 Luas .............................................................................................................................. II-2

2.1.3 Batas ............................................................................................................................. II-2

2.1.4 Pembagian Blok/Zona .................................................................................................. II-3

2.1.5 Aksesibilitas Kawasan ................................................................................................. II-4

2.1.6 Sejarah Wilayah KPHP ................................................................................................ II-5

2.2 Potensi Wilayah KPH .................................................................................................. II-9

2.2.1 Penutupan Vegetasi ...................................................................................................... II-9

2.2.2 Potensi Kayu ................................................................................................................ II-9

2.2.3 Potensi Non Kayu ...................................................................................................... II-13

2.2.4 Keberadaan Flora dan Fauna Langka ......................................................................... II-14

2.2.5 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam ............................................................... II-16

2.3 Sosial Budaya ............................................................................................................. II-17

2.3.1 Kondisi Ekonomi Masyarakat .................................................................................... II-17

2.3.2 Kondisi Sosial Masyarakat ......................................................................................... II-20

2.3.3 Kondisi Budaya Masyarakat ...................................................................................... II-23

2.4. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ............................................... II-26

2.4.1 Ijin dan Pencadangan Pemanfaatan Hutan ................................................................. II-26

2.4.2 Ijin dan Pencadangan Penggunaan Kawasan Hutan ................................................... II-28

v | 2 0 1 4

Page 8: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

2.5 Posisi KPHP dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah ........................ II-29

2.5.1 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Nasional dan Pulau........ II-30

2.5.2 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Provinsi ......................... II-30

2.5.3 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Kabupaten .................................... II-31

2.5.4 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Pembangunan Daerah ..................................... II-31

2.6 Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan .................................................................. II-34

2.6.1 Isu Strategis ................................................................................................................ II-34

2.6.2 Kendala ...................................................................................................................... II-43

2.6.3 Permasalahan ............................................................................................................. II-43

BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ........................................... III-1 3.1 Visi ............................................................................................................................ III-5

3.2 Misi ............................................................................................................................ III-5

3.3 Tujuan ........................................................................................................................ III-6

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI .................................................................... IV-1 4.1. Analisa Data dan Informasi ........................................................................................ IV-1

4.1.1 Strength (Kekuatan) ................................................................................................... IV-1

4.1.2 Weakness (Kelemahan) .............................................................................................. IV-5

4.1.3 Opportunities (Peluang) ............................................................................................. IV-6

4.1.4 Threats (Ancaman) .................................................................................................... IV-7

4.1.5 Strategi dan Kegiatan yang Diusulkan ....................................................................... IV-8

4.2 Proyeksi Kondisi Wilayah ......................................................................................... IV-9

4.2.1 Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan ........................................................................... IV-9

4.2.2 Keberlanjutan Produksi/Ekonomi ............................................................................ IV-11

4.2.3 Keberlanjutan Sosial Budaya ................................................................................... IV-29

4.2.4 Keberlanjutan Kelembagaan .................................................................................... IV-21

BAB V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS ....................................................... V-1 5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Hutan dan Penataan Hutannya ................................... V-1

5.1.1 Rencana Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala .................................................... V-1

5.1.2 Rencana Penataan Hutan ............................................................................................. V-3

5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ................................................................ V-5

5.3 Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................................... V-6

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPHP yang telah ada ijin

Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan........................................................... V-7

5.4.1 Pembinaan terhadap pemegang ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan

Hutan ........................................................................................................................... V-7

vi | 2 0 1 4

Page 9: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

5.4.2 Pemantauan terhadap pemegang ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan

Hutan ........................................................................................................................... V-7

5.4.3 Bimbingan Teknis terhadap pemegang ijin Pemanfaatan dan Penggunaan kawasan

Hutan ........................................................................................................................... V-8

5.5 Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Ijin .................................................................. V-8

5.5.1 Rehabilitasi Hutan di Hutan Lindung untuk perdagangan Karbon ............................. V-9

5.5.2 Rehabilitasi Hutan untuk perlindungan satwa ............................................................. V-9

5.6 Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasidi Dalam Areal

yang Berijin ................................................................................................................. V-9

5.6.1 Pembinaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal yang berijin V-10

5.6.2. Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal yang berijin V-10

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ....................................V-10

5.7.1 Deliniasi kawasan perlindungan setempat .................................................................V-11

5.7.2 Upaya Perlindungan dan Pengawetan Flora dan Fauna yang Dilindungi ..................V-11

5.7.3 Upaya Konservasi HCVF ..........................................................................................V-12

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Ijin .........................V-13

5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait .............................V-14

5.9.1 Pelaksanaan koordinasi dengan instansi maupun pihak lain yang terkait ..................V-15

5.9.2 Pelaksanaan sinergi kegiatan ditingkat tapak .............................................................V-15

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM ............................................................V-17

5.10.1 Identifikasi dan pengusulan kebutuhan pegawai ........................................................V-17

5.10.2 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment) ...................................V-18

5.10.3 Pengembangan kapasitas personil..............................................................................V-18

5.11 Penyediaan Pendanaan ...............................................................................................V-19

5.11.1 Pembuatan Rencana Anggaran dan Kegiatan Rutin ...................................................V-19

5.11.2 Pembuatan Proposal Skema Sharing Pendanaan .......................................................V-19

5.11.3 Pembuatan Proposal Penjalinan Kerjasama Kegiatan dengan Pihak Ketiga.............V-21

5.11.4 Penyediaan Sarana dan Prasarana .............................................................................V-21

5.12 Pengembangan Database ...........................................................................................V-21

5.12.1 Pengadaan Peralatan Pendukung Database ...............................................................V-22

5.12.2 Pengembangan Sistem Database ...............................................................................V-22

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola ....................................................................................V-23

5.13.1. Penyesuaian wilayah kelola terhadap perubahan kawasan hutan atau RTRWP/K

terbaru..........................................................................................................................V-23

5.13.2 Penataan batas kawasan ..............................................................................................V-23

5.13.3 Rasionalisasi ...............................................................................................................V-23

5.13.4 Sosialisasi dan Implementasi program .......................................................................V-24

5.14 Review Rencana Pengelolaan ....................................................................................V-24

5.14.1 Penyusunan Rencana Strategis ....................................................................................V-24

vii | 2 0 1 4

Page 10: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

5.14.2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek ...........................................V-24

5.14.3 Penyusunan rencana Bisnis .........................................................................................V-24

5.14.4 Review Rencana pengelolaan ( RPHJP 2015 - 2024 ) ................................................V-25

5.14.5 Penyusunan Rencana Pengelolaan ( RPHJP 2025 - 2034 ) .........................................V-25

5.15 Pengembangan Investasi .............................................................................................V-25

5.15.1 Pengembangan Investasi pada produksi hasil hutan kayu cepat tumbuh daur pendekV-25

5.15.2 Pengembangan Investasi pada jasa Lingkungan/Wisata alam .....................................V-25

5.15.3 Penyiapan Menuju PPK BLUD ...................................................................................V-26

BAB VI. RENCANA PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIANVI-1 6.1. Rencana Pembinaan ................................................................................................... VI-1

6.2. Rencana Pengawasan ................................................................................................. VI-2

6.3. Rencana Pengendalian ............................................................................................... VI-3

BAB VII. RENCANA PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ....... VII-1 7.1. Rencana Pemantauan ................................................................................................ VII-1

7.2. Rencana Evaluasi ...................................................................................................... VII-2

7.3. Pelaporan................................................................................................................... VII-2

BAB VIII. PENUTUP ............................................................................................. VIII-1

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... P-1

viii | 2 0 1 4

Page 11: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rancangan Pembagian Blok KPHP Unit IV Meranti ................................................ II-4

Tabel 2.2 Luas PenutupanVegetasi di KPHP Unit IV Meranti.................................................. II-9

Tabel 2.3 Potensi Pohon Diameter 20 cm keatas di Areal KPHP Unit IV Meranti ................. II-10

Tabel 2.4 Realisasi tanaman IUPHHK-HT di Areal KPHP Unit IV Meranti ......................... II-11

Tabel 2.5 Kondisi Tutupan Lahan Wilayah Tertentu KPHP Unit IV Meranti ........................ II-12

Tabel 2.6 Potensi Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Unit IV Meranti ..................................... II-13

Tabel 2.7 Potensi Non Kayu di Areal KPHP Unit IV Meranti ................................................ II-13

Tabel 2.8 Potensi Flora di Areal KPHP Unit IV Meranti ........................................................ II-15

Tabel 2.9 Potensi Fauna di Areal KPHP Unit IV Meranti ....................................................... II-16

Tabel 2.10 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di Areal KPHP Unit IV Meranti ......... II-17

Tabel 2.11 Kondisi Tenaga Kerja di Kabupaten Musi Banyuasin ............................................. II-17

Tabel 2.12 Jumlah Sarana Perdagangan di Sekitar KPHP Unit IV Meranti .............................. II-18

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin ....................................... II-19

Tabel 2.14 Kondisi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin ................. II-19

Tabel 2.15 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sekitar Kawasan KPHP Unit IV Meranti ............ II-20

Tabel 2.16 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Sekitar Kawasan KPHP

Unit IV Meranti ....................................................................................................... II-21

Tabel 2.17 Jumlah Penderita Penyakit di Kecamatan Sekitar KPHP Unit IV Meranti ............. II-22

Tabel 2.18 Jumlah Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga di Kecamatan Sekitar KPHP Unit IV

Meranti .................................................................................................................... II-22

Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut ............................................... II-23

Tabel 2.20 Pemanfaatan Kawasan untuk IUPHHK di wilayah KPHP Unit IV Meranti ........... II-27

Tabel 2.21 IPPKH dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti ...................................................... II-28

Tabel 2.22 Arahan penggunaan kawasan berdasarkan RKTN ................................................. II-30

Tabel 2.23 Deforestasi dan Degradasi Lahan yang Terjadi di KPHP Unit IV Meranti

Tahun 2000 – 2011 .................................................................................................. II-34

Tabel 2.24 Tingkat Kekritisan Lahan di KPHP Unit IV Meranti .............................................. II-35

Tabel 2.25 Kasus Perambahan Hutan oleh Masyarakat di Wilayah Tertentu KPHP Unit IV

Meranti .................................................................................................................... II-40

Tabel 2.26 Lokasi Tumpang Tindih Perkebunan di Dalam Areal KPHP Unit IV Meranti ....... II-41

Tabel 3.1 Visi, Misi, danTujuan dari Parapihak bagi KPHP Unit IV Meranti ........................ III-2

Tabel 4.1 Nilai Tegakan Kayu ................................................................................................. IV-4

Tabel 4.2 Sebaran Lahan Kritis dan Sangat Kritis ................................................................. IV-11

Tabel 4.3 Proyeksi Arah Pemanfaatan Hutan dalam Blok IUPHHK .................................... IV-12

Tabel 4.4 Proyeksi Arah Pemanfaatan Wilayah Tertentu ...................................................... IV-13

ix | 2 0 1 4

Page 12: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Tabel 4.5 Proyeksi Produksi Kayu dari IUPHHK di KPHP Unit IV Meranti ....................... IV-14

Tabel 4.6 Proyeksi Produksi Rotan dari IUPHHK di KPHP Unit IV Meranti ...................... IV-15

Tabel 4.7 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja pada Kegiatan Pengusahaan Hutan

Di Kabupaten Musi Banyuasin .............................................................................. IV-19

Tabel 4.6 Daftar Stakeholders Dalam Pembangunan KPHP Unit IV Meranti ...................... IV-25

Tabel 4.7 Daftar Stakeholder Terkait Pembangunan KPHP Unit IV Meranti ...................... IV-24

Tabel 5.1 Waktu Pelaksanaan IHMB oleh Pemegang IUPHHK di Wilayah Kerja

KPHP Unit IV Meranti ............................................................................................. V-2

Tabel 5.2 Kesamaan Prinsip/Azas, Tujuan dan Kewajiban Pemegang Izin ............................V-13

Tabel 5.3 Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin ..................................................V-14

Tabel 5.4 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholders Terkait ..........................V-15

Tabel 5.5 Rencana Kebutuhan dan Pemenuhan SDM KPHP Unit IV Meranti .......................V-17

Tabel 5.6 Rencana Sumber Dana Operasional Kegiatan KPHP Unit IV Meranti ...................V-20

Tabel 5.7. Matriks RencanaKegiatan Pengelolaan KPHP Unit IV Meranti .............................V-27

Tabel 5.8. Tata Waktu Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHP Unit IV Meranti ......................V-32

Tabel 6.1 Matriks Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian ................................................ VI-3

x | 2 0 1 4

Page 13: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proporsi Luas Blok KPHP Unit IV Meranti .......................................................... II-4

Gambar 2.2 Posisi KPHP Unit IV Meranti dalam Perencanaan Pembangunan Daerah .......... II-31

Gambar 2.3 Peta Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan di KPHP

Unit IV Meranti ................................................................................................... II-39

Gambar 3.1 Tingkat Keterkaitan Visi dan Misi KPHP Unit IV Meranti dengan

Dokumen Perencanaan Lainnya ........................................................................... III-1

Gambar 4.1 Beberapa Landscape di Dalam Areal KPHP Unit IV Meranti ............................. IV-3

Gambar 4.2 Proyeksi Kontribusi KPHP Unit IV Meranti Terhadap Pendapatan Daerah ...... IV-16

Gambar 4.3 Proyeksi Proporsi KPHP Unit IV Meranti Terhadan Pendapatan Daerah ......... IV-16

Gambar 4.4 Grafik Proyeksi Kontribusi Sektor KehutananTerhadap

Kesejahteraan Masyarakat ................................................................................. IV-18

Gambar 4.5 Stakeholders dalam Pembangunan KPHP Unit IV Meranti .............................. IV-25

xi | 2 0 1 4

Page 14: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Wilayah KPHP Unit IV Meranti ...................................................................................... L-1

2. Peta Penutupan Lahan ............................................................................................................. L-2

3. Peta DAS .................................................................................................................................. L-3

4. Peta Aksesibilitas .................................................................................................................... L-4

5. Peta Tata Hutan ........................................................................................................................ L-5

6. Peta Wilayah Tertentu .............................................................................................................. L-6

7. Peta Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ...................................................................... L-7

8. Peta Ijin Penggunaan Kawasan Hutan ..................................................................................... L-8

9. Peta Tanah ................................................................................................................................ L-9

10. Peta Iklim .............................................................................................................................. L-10

11. Peta Geologi .......................................................................................................................... L-11

12. Peta Kelerangan .................................................................................................................... L-12

13. Peta Kekeritisan Lahan ......................................................................................................... L-13

14. Peta Arahan RKTN .............................................................................................................. L-14

15. Peta Moratorium ................................................................................................................... L-15

xii | 2 0 1 4

Page 15: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Kehutanan mengamanatkan untuk melakukan

perencanaan kehutanan yang mencakup kegiatan inventarisasi hutan,

pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan

wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan rencana kehutanan.

Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat propinsi,

kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Dalam konteks ini, unit

pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok

dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari, yang

dikenal dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Dari hasil analisa spasial terlihat adanya peningkatan luasan lahan kritis

pada kawasan hutan maupun DAS yang ada di KPH Meranti, demikian pula

adanya hotspot sebagai indikator adanya kebakaran hutan. Kebakaran hutan

maupun kondisi kritis pada DAS akan memberi efek domino pada

menurunnya kualitas lingkungan, penurunan hasil produktifitas maupun

penurunan tingkat kesejahteraan masarakat sekitar.

Sejalan dengan semangat desentralisasi, penyerahan kewenangan

pengelolaan kawasan hutan oleh pemerintah pusat kepada daerah dimulai

dengan dibentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) berdasarkan

Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) nomor P.6/Menhut-II/2009 tahun

2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH. KPH menjadi bagian dari

penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

Keberadaan KPH diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) nomor 61 tahun 2010 yang mengamanatkan bentuk

organisasi KPH sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),

ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda), dan bertanggung jawab kepada

Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Sebagai respon

yang positif, Pemerintahan Kabupaten Musi Banyuasin mengeluarkan

Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2011 tentang Pembentukan organisasi

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kabupaten Musi Banyuasin

dan Peraturan Bupati (Perbup) Musi Banyuasin nomor 17 tahun 2013 tentang I-1 | 2 0 1 4

Page 16: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi KPHP Kabupaten Musi Banyuasin

sebagai aturan pelaksana. Untuk menjalankan organisasi KPHP ini maka

Bupati Musi Banyuasin telah menunjuk Pejabat Kepala KPHP Unit IV Meranti

pada bulan Februari 2014.

Sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Musi

Banyuasin memiliki kawasan hutan seluas 50,3% (Dishut Muba 2013) yang

dikelola dalam dua KPHP yaitu KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis (LLM)

mewakili kondisi hutan rawa gambut dan KPHP Unit IV Meranti

menggambarkan kondisi hutan alam dataran yang luas. Sepertiga kawasan

hutan Musi Banyuasin berada dalam KPHP Unit IV Meranti (33,11%) yang

difungsikan untuk tujuan produksi dan lindung. Dengan kelerengan cenderung

datar dan landai sangat potensial memberikan manfaat ekonomi melalui kelola

produksi dan saat ini dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai bentuk

pengelolaan (hutan alam, hutan tanaman, restorasi ekosistem pertambangan

gas dan batubara). Selain itu didalam kawasan KPHP Unit IV Meranti

terdapat pemanfaatan hutan di hutan alam untuk tujuan perbaikan/pemulihan

ekosistem yang dikenal dengan IUPHHK-RE. Ijin konsesi ini cukup signifikan

karena mencapai luasan seperlima dari kawasan KPHP (20,54%).

Peran KPH sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau

di tingkat tapak harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara

lestari sesuai dengan fungsinya, sehingga KPH menjadi garda utama untuk

mewujudkan harmonisasi dan keseimbangan pemanfaatan hutan oleh

berbagai pihak. Dengan demikian, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagai “pemilik” sumberdaya hutan sesuai mandat Undang-undang akan

mendapatkan manfaatnya secara optimal. Agar tujuan tersebut dapat tercapai

maka disusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) di

KPHP Unit IV Meranti sebagai pedoman umum dalam upaya mewujudkan tata

kelola sumberdaya hutan baik dari aspek kelola ekonomi, kelola produksi,

kelola ekologi/lingkungan maupun kelola sosial yang utuh dalam keterpaduan

dan keselarasan.

I-2 | 2 0 1 4

Page 17: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

1.2 Tujuan Pengelolaan

Tujuan penyusunan RPHJP KPHP Unit IV Meranti secara umum untuk

memberikan pedoman dan acuan bagi seluruh kegiatan pengelolaan hutan

(pemanfaatan dan penggunaan) dalam jangka panjang (tahun 2015–2024).

Secara khusus ditujukan untuk meletakkan landasan / dasar bagi penyusunan

rencana pengelolaan hutan jangka pendek atau rencana kerja tahunan di

wilayah KPHP Unit IV Meranti selama 10 tahun ke depan.Sedangkan tujuan

pengelolaannya dalam kerangka:

a) Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan

pemerintah dan pemerintah daerah (PDRB dan Pajak)

b) Meningkatkan keuntungan usaha bagi perusahaan dan parapihak

(stakeholders) pemanfaat dan pengguna kawasan hutan

c) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup

d) Meningkatkan rasa kepedulian parapihak terhadap kelestarian hutan

e) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat

f) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja

bagi masyarakat setempat

g) Mengurangi tekanan (okupasi) terhadap kawasan hutan.

1.3 Sasaran

Sasaran Penyusunan RPHJP KPHP Unit IV Meranti adalah:

a) Menelaah kondisi terkini aspek ekologi, sosial, dan ekonomi KPHP Unit IV

Meranti sebagai dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan hutan

jangka pendek atau rencana kerja tahunan (RKT).

b) Merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam pengembangan KPHP Unit IV

Meranti agar kegiatan pengelolaannya memenuhi prinsip-prinsip

pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management–SFM).

c) Memilih strategi terbaik dan menjabarkannya dalam rencana tindak

pengelolaan agar kawasan hutan KPHP Unit IV Meranti dalam kurun

waktu 10 tahun yang akan datang (2015 – 2024) berada dalam kondisi

lebih baik yang tercermin antara lain :

• Rehabilitasi hutan mulai tahun 2015 dengan target 1000 ha per tahun I-3 | 2 0 1 4

Page 18: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

• Terbentuk kelembagaan yang jelas untuk penanganan konflik sehingga

dari konflik yang ada saat ini tercapai penyelesaian 4 konflik/tahun.

• Meminimumkan jumlah hotspot dengan penurunan jumlah hotspot rata-

rata 23 titik/tahun.

• Pengembangan jasa lingkungan antara lain peternakan lebah dan argo

wisata sebagai manfaat yang dari semakin baiknya kondisi hutan dan

lingkungan.

• Penyerapan tenaga kerja dari masarakat sekitar mencapai 5000 orang

pada tahun 2024.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian kegiatan dalam penyusunan RPHJP KPHP Unit

IV Meranti mengacu pada tugas dan fungsi KPHP sebagaimana diuraikan

dalam Pasal 9 (1) PP Nomor 6 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 61 Tahun 2010 yang meliputi:

a. penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi:

i. tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan;

ii. pemanfaatan hutan

iii. penggunaan kawasan hutan;

iv. rehabilitasi hutan dan reklamasi; dan

v. perlindungan hutan dan konservasi alam.

b. penjabaran kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota

bidang kehutanan untuk diimplementasikan;

c. pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta

pengendalian;

d. pelaksanaan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan

pengelolaan hutan di wilayahnya;

e. pembukaan peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan

pengelolaan hutan.

I-4 | 2 0 1 4

Page 19: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Dari sisi waktu, lingkup kajian mencakup wilayah KPHP Unit IV Meranti yang

akan dikelola untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun ke depan berlaku mulai dari

tahun 2015 sampai dengan tahun 2024.

Sistematika penyusunan dokumen RPHJP KPHP Unit IV Meranti meliputi

bahasan dalam format bab-bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, sasaran,

ruang lingkup, dan batasan pengertian.

Bab II Deskripsi Kawasan yang menguraikan risalah wilayah,

potensi wilayah, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat,

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, dan

posisi areal KPHP dalam tata ruang wilayah dan

pembangunan daerah, serta isu strategis, kendala, dan

permasalahan.

Bab III Memuat visi, misi, dan tujuan.

Bab IV Menjelaskan hasil analisa data dan informasi dan proyeksi

kondisi daerah.

Bab V Menguraikan rencana kegiatan strategis.

Bab VI Berisi rencana pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

BabVII Menggambarkan rencana pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan.

Bab VIII Penutup.

1.5 Batasan Pengertian

Pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam RPHJP KPHP Unit

IV Meranti adalah:

1) Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

2) Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

3) Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah. I-5 | 2 0 1 4

Page 20: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

4) Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,penggunaan

kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan

dan konservasi alam.

5) Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai tipe

ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya agar memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

6) Inventarisasi hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian

kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi

sumberdaya hutan dan lingkungannya secara lengkap.

7) Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan

pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam

kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan

dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan

nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka

pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh

manfaat yang lebih optimal dan lestari.

8) Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah Rencana

pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh)

tahun atau selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP.

9) Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana

Pengelolaan Hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan

operasional berbasis petak dan/atau blok.

10) Pemanfaatan hutan adalah kegiatan memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan

bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestariannya.

11) Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan memanfaatkan ruang tumbuh

sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat

ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.

I-6 | 2 0 1 4

Page 21: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

12) Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan

potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan

mengurangi fungsi utamanya.

13) Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan

dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak

lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

14) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk

memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu

dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

15) Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan

untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu

dengan batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu.

16) Wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan

kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan

pemanfaatannya berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan.

17) Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran daya-daya alam, penyakit, hama,

mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

18) Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok

kawasan hutan.

19) Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah

pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat

dikelola secara efisien dan lestari.

20) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP

adalah KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri

dari kawasan hutan produksi.

21) Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, yang selanjutnya

disebut KPHP, adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang

I-7 | 2 0 1 4

Page 22: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi, yang

dikelola Pemerintah Daerah.

22) Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHP

yang merupakan bagian dari wilayah KPHP yang dipimpin oleh Kepala

Resort KPHP dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHP.

23) Blok Pengelolaan pada wilayah KPHP adalah bagian dari wilayah KPHP

yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

pengelolaan.

24) Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung adalah blok yang difungsikan

sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan

pada kawasan hutan yang berfungsi HL.

25) Blok Perlindungan pada Hutan Produksi adalah blok yang difungsikan

sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta

direncanakan untuk tidak dimanfaatkan.

26) Blok Pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK pada Hutan Produksi adalah merupakan blok yang telah ada ijin pemanfaatan

kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan difungsikan sebagai

areal yang direncanakan untuk pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan

dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari

proses inventarisasi.

27) Blok Pemanfaatan HHK-HA pada Hutan Produksi merupakan blok yang

telah ada ijin pemanfaatan HHK-HA dan yang akan difungsikan sebagai

areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HA sesuai dengan

potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

28) Blok Pemanfaatan HHK-HT pada Hutan Produksi merupakan blok yang

telah ada ijin pemanfaatan HHK-HT dan yang akan difungsikan sebagai

areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan

potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

29) Blok Pemberdayaan Masyarakat pada Hutan Produksi merupakan blok

yang telah ada upaya pemberdayaan masyarakat (al: Kemitraan

Kehutanan dengan masyarakat ) dan yang direncanakan akan difungsikan

I-8 | 2 0 1 4

Page 23: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

sebagai areal upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi

kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

30) Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit

usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan

silvikultur yang sama.

31) Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang selanjutnya disebut IPPKH

adalah izin yang diberikan untuk menggunakan kawasan hutan bagi

kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah

fungsi dan peruntukan kawasan hutan.

32) Reklamasi hutan adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali

hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai

akibat penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal

sesuai dengan peruntukannya.

33) Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan

hutan rusak berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk

mengembalikan fungsi hutan.

34) IUPHHK-HA adalah ijin pemanfaatan hutan untuk tujuan utamanya

pengusahaan hasil hutan kayu pada hutan alam, termasuk tujuan

pemulihan/perbaikan (restorasi) lingkungan/ekosistem (IUPHHK-RE).

35) IUPHHK-HT adalah ijin pemanfaatan hutan untuk tujuan utamanya

pengusahaan hasil hutan kayu pada hutan tanaman.

I-9 | 2 0 1 4

Page 24: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP 2.1 Risalah Wilayah KPH

2.1.1 Letak

Merujuk pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

SK.689/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah KPHP Unit IV Meranti,

wilayah kerja KPHP Unit IV Meranti seluruhnya terletak dalam wilayah

Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatmn era Selatan. Berdasarkan hasil

analisis spasial, wilayah kerja KPHP Unit IV Meranti berada di dalam

7 wilayah kecamatan yaitu:

- Kecamatan Babat Supat

- Kecamatan Babat Toman

- Kecamatan Batang Hari Leko

- Kecamatan Bayung Lencir

- Kecamatan Lais

- Kecamatan Sanga Desa

- Kecamatan Tungkal Jaya

Berdasarkan letak geografis, wilayah KPHP Unit IV Meranti terletak

antara:

1o 55’ 37” sampai 2o 50’ 05” Lintang Selatan dan

103o 0’ 54” sampai 104o 10’ 15” Bujur Timur.

Berdasarkan kelompok hutan, Wilayah KPHP Unit IV Meranti termasuk

dalam bebarapa Kelompok Hutan yaitu:

Kelompok Hutan Meranti Sungai Merah, Meranti Sungai Bayat, Meranti

Sungai Kapas, Meranti Sungai Batang, Meranti Sungai Jernih.

Kelompok Hutan Meranti Hulu Sungai Kapas, Meranti hulu Sungai Batang

(Dishut Prov. Sumsel, 2009).

Kelompok Hutan Meranti Lubuk Buah

Kelompok Hutan Register Guci,Buring dan Semandai.

II-1 | 2014

Page 25: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.1.2 Luas

Luas areal KPHP Unit IV Meranti adalah 252.267 ha (berdasarkan SK

Menteri Kehutanan Nomor SK. 689/Menhut-II/2012). Areal areal kerja tersebut

terdiri dari:

a. Hutan Lindung (HL) dengan luas sekitar 20.081ha (7,96%)

b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan luas sekitar 97.587ha (38,68%)

c. Hutan Produksi (HP) dengan luas sekitar 134.599 ha (53,36%).

Berdasarkan hasil analisis spasial terhadap lampiran Peta SK.

822/Menhut-II/2013 tanggal 19 November 2013 tentang Peta Perubahan

Peruntukan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan maka diketahui luas

areal KPHP Unit IV Meranti adalah 244.162,33 Ha. Adapun luas yang

digunakan sebagai dasar penyusunan tata hutan KPHP Unit IV Meranti adalah

berdasarkan SK.822/Menhut-II/2013.

2.1.3 Batas

Berdasarkan batas administrasi pemerintahan, batas-batas wilayah

kerja KPHP Unit IV Meranti meliputi:

Batas sebelah utara : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi dalam wilayah Provinsi Jambi

Batas sebelah timur : Kecamatan Bayung Lencir; dalam wilayah Kabupaten Musi Banyuasin

Batassebelah selatan : wilayah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan

Batas sebelah barat : wilayah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan dan wilayah Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.

II-2 | 2014

Page 26: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Berdasarkan batas administrasi kehutanan, batas-batas wilayah kerja

KPHP Unit IV Meranti meliputi:

2.1.4 Pembagian Blok/Zona

Berdasarkan hasil analisis data dan informasi, wilayah KPHP Unit IV

Meranti telah dirancang dalam blok dan petak. Jumlah blok yang ada

sebanyak 5 blok yang terdiri dari Blok Hutan Lindung (HL) Pemanfaatan pada

Wilayah Tertentu seluas 16.325,20 ha, Blok Hutan Produksi untuk

Pemanfaatan IUPHHK-HA (Hutan Alam) seluas 50.153,73 ha, Blok Hutan

Produksi untuk Pemanfaatan IUPHHK-HT (Hutan Tanaman) seluas

142.267,51 ha, Blok Hutan Produksi untuk Pemberdayaan pada Wilayah

Tertentu seluas 19.316,31 ha, Blok Hutan Produksi untuk Perlindungan seluas

16.099,58 ha (Tabel 2.1 dan Gambar 2.1).

Batas sebelah utara : wilayah Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Batas sebelah timur : Kecamatan Bayung Lencir; dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin, Suaka Margasatwa Dangku, KPHP Unit III Lalan

Batassebelah selatan : wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan

Batas sebelah barat : wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan dan wilayah Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

II-3 | 2014

Page 27: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.1 Rancangan pembagian blok KPHP Unit IV Meranti

Nama Blok Luas

(ha) (%) HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) 16.325,20 6,68 HP-Pemanfaatan HHK-HA 50.153,73 20,54 HP-Pemanfaatan HHK-HT 142.267,51 58,26 HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) 19.316,31 7,92 HP-Perlindungan 16.099,58 6,60

Jumlah 244.162,33 100,00 Sumber: Hasil Analisis

Gambar 2.1 Proporsi Luas Blok KPHP Unit IV Meranti Sumber: Hasil Analisis

2.1.5 Aksesibilitas Kawasan

Areal kerja KPHP Unit IV Meranti berada pada posisi yang sangat

strategis. Wilayah KPHP dapat dicapai dari berbagai arah. Transportasi yang

digunakan terutama berupa angkutan darat (jalan) namun pada sebagian

wilayah dapat menggunakan angkutan air (sungai).

Dari arah utara, wilayah konsesi restorasi ekosistem (PT. REKI) yang

berada dalam Kelompok Hutan Sungai Meranti–Sungai Kapas dapat dicapai

dari Provinsi Jambi, yaitu sekitar 80 km arah barat daya dari Kota Jambi

melewati jalan aspal trans Sumatera ke arah Muara Bulian dengan jarak ± 50

km, kemudian masuk jalan perkebunan kelapa sawit PT. Asiatic Persada,

berupa jalan yang telah diperkeras sejauh ± 35 km, dan sampai di base camp

KM. 35 PT Asialog, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dari Jambi. II-4 | 2014

Page 28: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Perjalanan selanjutnya melalui jalan eks logging PT. Asialog berupa jalan

tanah tanpa perkerasan dengan jarak sekitar 10 km mencapai areal Kelompok

Hutan Sungai Meranti–Sungai Kapas. Bekas jalan logging tersebut sulit

dilewati apabila hujan turun.

Dari arah selatan, dari ibukota Provinsi Sumatera Selatan, Palembang,

untuk mencapai kawasan KPHP Unit IV Meranti berjalan ke arah barat laut

dengan jarak sekitar 170 km. Desa Lubuk Bintialo dan Sako Suban yang

berada dalam areal KPHP, dapat ditempuh dari Palembang melalui Sekayu–

Mangun Jaya melalui jalan aspal dapat ditempuh menggunakan kendaraan

umum (bis, mobil travel) dengan waktu tempuh 5-6 jam. Dilanjutkan dari

Mangun Jaya ke Lubuk Bintialo melalui jalan aspal dan tanah (kondisi rusak)

menggunakan angkutan umum pedesaan atau ojek motor dengan waktu

tempuh 1-2 jam. Disamping perjalanan darat, dari Lubuk Bintialo ke Sako

Suban dapat pula ditempuh lewat jalur air, melalui Sungai Batanghari Leko–

Sungai Kapas menggunakan perahu/ketek dengan waktu tempuh 3-4 jam.

Dari arah timur, Desa Lubuk Bintialo dan Sako Suban dapat dicapai.

dari kota Palembang menuju Simpang Gas (arah ke Bayung Lencir dan arah

Jambi) melalui jalan aspal trans Sumatera lintas timur menggunakan

kendaraan umum (bis, mobil travel) dengan waktu tempuh 5-6 jam.

Selanjutnya dari Simpang Gas ke Lubuk Bintialo melalui jalan berbatu dan

tanah (gravel road) sekitar 60 km yang dibangun oleh perusahaan minyak dan

gas ConocoPhillips Grissik Ltd. menggunakan angkutan umum pedesaan atau

ojek motor dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.

2.1.6 Sejarah Wilayah KPHP

Wilayah KPHP Unit IV Meranti terdiri dari bebarapa Kelompok Hutan

yaitu :

Kelompok Hutan Meranti Sungai Merah, Meranti Sungai Bayat, Maranti

Sungai Kapas, Meranti Sungai Batang, Meranti Sungai Jernih.

Kelompok Hutan Meranti Hulu Sungai Kapas, Meranti hulu Sungai Batang

(Dishut Prov. Sumsel, 2009).

Kelompok Hutan Meranti Lubuk Buah

II-5 | 2014

Page 29: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Kelompok Hutan Register Guci,Buring dan Semandai.

Penunjukan Areal Hutan tersebut dimulai pada :

1. SK Menteri Pertanian No.925/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982

tentang Penunjukan areal hutan di wilayah Dati I Sumatera Selatan seluas

4.642.950 Ha yang dikenal dengan TGHK.

2. SK Menteri Kehutanan No.410/Kpts-II/1986 tanggal 29 Desember 1986

tentang Perubahan SK.No. 925/Kpts/Um/12/1982 dan luas Areal Hutan

diwilayah Provinsi Dati I Sumatera Selatan menjadi 5.214.652 Ha.

3. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No.5 Tahun 1994 tanggal 28

Februari 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera

Selatan seluas 5.011.700 Ha.

4. SK Menteri Kehutanan No.76/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang

Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Sumatera

Selatan seluas 4.416.837 Ha. Berdasarkan SK tersebut, luas Areal Hutan

di Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin seluas 2.609.925 Ha dengan

rincian :

Hutan Suaka Alam : 342.479 Ha

Hutan Lindung : 78.823 Ha

Hutan Produksi Terbatas : 89.396 Ha

Hutan Produksi : 580.521 Ha

Hutan Produksi Konversi : 297.443 Ha

5. Setelah pemekaran Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2002, luas

areal hutan di Kabupaten Musi Banyuasin menjadi seluas 1.426.596 Ha

dengan rincian :

Hutan Suaka Alam : 64.182 Ha

Hutan Lindung : 14.572 Ha

Hutan Produksi Terbatas : 89.396 Ha

Hutan Produksi : 519.638 Ha

Hutan Produksi Konversi : 144.701 Ha

II-6 | 2014

Page 30: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Areal hutan tersebut sebagian besar sudah diberikan izin kepada

beberapa perusahaan dalam rangka usaha pemanfaatan hasil hutan kayu

baik dalam bentuk hutan tanaman industri maupun hutan alam untuk restorasi

ekosistem (RE). Selain itu dengan adanya kebijakan yang memungkinkan

adanya penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan maka

pada sebagian kawasan KPHP Unit IV Meranti juga telah diterbitkan izin

penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan migas dan batubara.

Kondisi saat ini, pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu

untuk hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) adalah PT. Sentosa Bahagia

Bersama (PT. SBB), PT. Bumi Persada Permai I (BPP I), PT. Bumi Persada

Permai II (PT. BPP II), PT. Rimba Hutani Mas (PT. RHM), PT. Pakerin, dan

PT. Wahana Agro Mulia (PT. WAM). Sedangkan pemegang izin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu untuk restorasi ekosistem (IUPHHK-RE) adalah

PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (PT. REKI).

Areal PT. SBB sebelumnya adalah bekas Hak Pengusahaan Hutan

(HPH) yang sudah dicabut oleh Departemen Kehutanan yang terdiri dari Blok

Barat dan Tengah (Sungai Batanghari Leko, Sungai Kapas, Sungai Meranti),

Blok Utara dan Timur (Sungai Badak, Sungai Lalang, Sungai Bayat), dan Blok

Tenggara (Sungai Kedembo dan Sungai Dangku). Blok Barat dan Tengah

merupakan bekas HPH PT. Kodeco, setelah berakhir masa berlakunya

diberikan kepada PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP), selanjutnya diberikan

kepada PT. Inhutani V. Blok Utara dan Timur merupakan bekas HPH PT.

Wisma Lukita dan setelah berakhir masa berlakunya diberikan kepada PT.

Inhutani V. Blok Tenggara merupakan bekas HPH PT. Niti Remaja dan

setelah habis masa berlakunya diberikan kepada PT. Inhutani V. Pada

periode selanjutnya izin PT. Inhutani V ini seluruhnya dicabut (kembali ke

Departemen Kehutanan). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No.SK.249/Menhut-II/2009 diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu pada Hutan Tanaman Industri seluas ± 55.055 ha kepada PT.SBB

selama 60 tahun.

II-7 | 2014

Page 31: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Areal PT. BPP I sebelumnya adalah HPH PT. Niti Remaja dan PT.

Inhutani V. Pada periode selanjutnya izin ini seluruhnya dicabut (kembali ke

Departemen Kehutanan). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No.SK.337/Menhut-II/2004 diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman seluas ± 59.345

ha kepada PT.BPPI selama 60 tahun.

Areal PT. BPP II sebelumnya adalah HPH PT. Niti Remaja, PT.

Inhutani V, dan PT. Tuah Megow. Pada periode selanjutnya izin ini seluruhnya

dicabut (kembali ke Departemen Kehutanan). Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan No.SK.75/Menhut-II/2009 diberikan Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan

Tanaman seluas ± 24.050 ha kepada PT.BPP II selama 60 tahun.

Areal PT. RHM sebelumnya adalah HPH PT. Sentosa Jaya. Pada

periode selanjutnya izin perusahaan ini dicabut (kembali ke Departemen

Kehutanan). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.

90/Menhut-II/2007 diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada

Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman seluas ± 67.100 ha kepada

PT.RHM selama 60 tahun.

Areal PT. Pakerin sebelumnya adalah HPH PT. Sentosa Jaya. Pada

periode selanjutnya izin ini dicabut (kembali ke Departemen Kehutanan).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.226/Kpts-II/1998

diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman

Industri seluas ± 43.380 ha kepada PT.Pakerin selama 60 tahun.

Areal PT. WAM sebelumnya merupakan HPH PT. Padeco Jaya,

setelah habis masa izinnya diserahkan kepada PT. Inhutani V. Pada periode

selanjutnya izin ini dicabut (kembali ke Departemen Kehutanan). Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.252/Menhut-II/2009 diberikan Izin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri seluas ±

6.290 ha kepada PT.WAM selama 60 tahun.

Areal PT. REKI sebelumnya merupakan HPH PT. Padeco Jaya, setelah

habis masa izinnya diserahkan kepada PT. Inhutani V. Pada periode

selanjutnya izin ini dicabut (kembali ke Departemen Kehutanan). Berdasarkan

II-8 | 2014

Page 32: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.293/Menhut-II/2007 diberikan Izin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam seluas ± 52.170 ha

kepada PT.REKI selama 100 tahun.

2.2 Potensi Wilayah KPH 2.2.1 Penutupan Vegetasi

Hasil analisa citra (oleh BPKH Wil II Palembang, 2013) menunjukkan

bahwa penutupan vegetasi di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti sebagian

besar merupakan Hutan Lahan Kering Sekunder (39,32%), disusul Hutan

Tanaman (28,29%) dan Pertanian Lahan Kering Campur Semak (14,72%),

Semak Belukar (12,25%), Perkebunan (5,33%), Permukiman (0,05%).

Sisanya merupakan areal pertambangan (0,04%). Terlihat bahwa penutupan

vegetasi di areal KPHP Unit IV Meranti dalam bentuk hutan masih cukup baik

(sekitar 67,61%) bila dibandingkan dengan penutupan vegetasi dalam bentuk

non hutan (sekitar 32,39%) (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Luas Penutupan Vegetasi di KPHP Unit IV Meranti

No Penutupan Vegetasi Luas

(ha) (%)

1 Perkebunan 13.002,93 5,33

2 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 35.948,14 14,72

3 Hutan Tanaman 69.085,07 28,29

4 Semak Belukar 29.898,14 12,25

5 Hutan Lahan Kering Sekunder 95.999,54 39,32

6 Pertambangan 107,07 0,04

7 Pemukiman 121,43 0,05

Total 244.162,33 100,00 Sumber: BPKH Wilayah II Palembang, 2013

2.2.2 Potensi Kayu

Potensi kayu di areal KPHP Unit IV Meranti dapat bersumber dari hutan

produksi (HP), hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan lindung (HL). Hutan

produksi yang ada sebagian telah dikelola melalui pemberian izin

pengelolaan, terutama dalam bentuk IUPHHK - HT dan IUPHHK - RE.

II-9 | 2014

Page 33: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Disamping areal yang telah dibebani izin/hak, masih terdapat areal hutan yang

belum dibebani hak.

a. Potensi Kayu di Hutan Alam

Berdasarkan hasil survei inventarisasi hutan (oleh BPKH Wil II)

diketahui bahwa di kawasan Hutan Lindung (HL) dan Restorasi Ekosistem

(RE) sebagian areal berupa belukar dan sebagian lagi masih berhutan dengan

kerapatan jarang sampai sedang. Potensi semua jenis pohon berdiameter 20

cm ke atas paling besar ditemukan di kawasan hutan lindung dengan rata-rata

44,33 batang/ha, sedangkan di hutan produksi memiliki potensi yang paling

rendah dengan potensi rata-rata hanya 5,82 batang/ha (Tabel 2.3).

Potensi permudaan di areal HL, HP, dan HPT di luar Hutan Tanaman

(HT) dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti berdasarkan hasil inventarisasi

untuk tingkat semai (seedling) terdapat 130 jenis dengan jumlah rata-rata

61,56 batang/ha. Potensi permudaan tingkat pancang (sapling) terdapat 143

jenis dengan jumlah rata-rata sebanyak 68,96 batang/ha. Terdapat

permudaan tingkat tiang (poles) sebanyak 146 jenis dengan jumlah batang

rata-rata sebesar 57,07 batang/ha.

Tabel 2.3 Potensi Pohon Diameter 20 cm ke Atas di Areal KPHP Unit IV Meranti

No Fungsi Hutan

Potensi semua jenis pohon berdiameter 20 cm up

Jumlah batang (n/ha)

Volume (m3/ha)

1 Hutan Lindung 44,33 49,02

2 Hutan Produksi (HP) 5,82 3,77

3 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 22,64 22,64 Sumber: BPKH Wilayah II Palembang, 2013

b. Potensi Kayu di Hutan Tanaman

Potensi di areal Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas

(HPT) yang dikelola dalam bentuk Hutan Tanaman (HT) cukup bervariasi.

Terdapat 5 IUPHHK-HT yang aktif di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti.

Jenis pohon yang ditanam meliputi akasia, ekaliptus, jabon, sungkai, dan

karet. Luas penanaman yang sudah direalisasikan hingga tahun 2013

II-10 | 2014

Page 34: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

sebesar 30.091,68 ha. Sebagian besar berasal dari tanaman pokok (76,13%).

Berdasarkan hasil perhitungan, potensi kayu pada hutan tanaman di KPHP

Unit IV Meranti sekitar 2,37 juta m3(Tabel 2.4). PT. Rimba Hutani Mas hingga

kini belum melakukan kegiatan penanaman.

Tabel 2.4 Realisasi tanaman IUPHHK-HT di areal KPHP Unit IV Meranti

Perusahaan Realisasi Tanaman (ha) Luas

Total (ha)

Potensi Kayu Saat ini (m3) Pokok Kehidupan Unggulan

PT. Bumi Persada Permai I

3.808,32 1.832,3 1.832,3 7.472,92 590.136,49

PT. Rimba Hutani Mas

0 0 0 0 0

PT. Pakerin 4.691 0 0 4691 370.448,27 PT. Bumi Persada Permai II

202,67 2.127,81 1.389,7 3.720,18 293.782,61

PT.Sentosa Bahagia Bersama

13.443,46 0 0 13.443,46 1.061.630,04

PT. Wahana Agro Mulia

764,12 0 0 764,12 60.342,56

Jumlah 22.909,57 3.960,11 3.222 30.091,68 2.376.339,97 Keterangan: Pendekatan perhitungan potensi kayu menggunakan data hasil IHMB PT BPP I tahun 2010 = 78,97 m3/ha (Sumber: Laporan/Dokumen Perusahaan Konsesi, diolah)

c. Potensi Kayu di Wilayah Tertentu

Potensi kayu di areal yang belum dibebani hak di dalam areal KPHP

Unit IV Meranti cukup beragam. Berdasarkan hasil cek lapangan

(groundcheck) dari Tim Terpadu KPHP Unit IV Meranti yang terdiri dari

personil Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin, BPKH Wilayah II

Palembang, Balai Penelitian Kehutanan Palembang, LSM Wahana Bumi

Hijau, PT. Sentosa Bahagia Bersama (SBB), PT. Pakerin dan personil KPHP

Unit IV Meranti (2014) ditemukan adanya potensi jenis kayu hutan lahan

kering sekunder berupa jenis meranti dan rimba campuran, sedangkan hasil

hutan bukan kayu berupa jernang. Potensi pada penutupan lahan semak

belukar berupa jenis rimba campuran dengan diameter kurang dari 30 cm.

Dijumpai juga kayu akasia yang tidak produktif pada penutupan lahan hutan

tanaman (Tabel 2.5).

II-11 | 2014

Page 35: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.5 Kondisi Tutupan Lahan Wilayah Tertentu KPHP Unit IV Meranti No Penutupan

Lahan Luas (Ha) Jenis Keterangan

1 Hutan Lahan Kering Sekunder

9.848,51 Jenis meranti dan rimba campuran; HHBK: jernang

2 Hutan tanaman 788,45 Acacia mangium, tidak produktif

Ekspansi PT. WAM; PT. Pakerin

3 Perkebunan 9.581,01

Sawit, umur 7 - 15 tahun

PT.BSS,PT.Pinago, PT.MBI

4 Semak belukar 5.396,80

Jenis rimba campuran, didominasi pohon berdiameter < 30 cm

5 Pertanian Lahan Kering Campuran

9.843,80

Tanaman karet, sawit, tanaman buah-buahan dan tanaman pertanian.

Penduduk Lubuk Bintalo,Pangkalan Bulian,Sako Suban,Babat Supat

6 Pemukiman 121,43

Pemukiman penduduk Desa Lubuk Bintialo Desa Pangkalan Bulian, Babat Supat,Sako Suban

7 Pertambangan 30,95

Minyak dan gas Aktif

Jumlah 35.641,51

Sumber: Hasil groundcheck Tim Terpadu KPHP Unit IV Meranti, 2014

Berdasarkan hasil analisis spasial, diketahui bahwa total potensi kayu

di areal yang belum dibebani hak yang terdiri dari Blok HL-Pemanfaatan

(Wilayah Tertentu) 49,02 m3/ha, Blok HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu)

3,77 m3/ha. (Tabel 2.6).

II-12 | 2014

Page 36: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.6 Potensi Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Unit IV Meranti Tutupan Vegetasi Berdasarkan Blok Luas (ha) Potensi (m3)

HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) Moratorium 16.325,20 800261 Hutan Lahan Kering Sekunder 8.127,71 3984,20,30 Pertanian Lahan Kering Campuran 4.162,55 2040482 Hutan Tanaman, 94,12 4613,76 Semak Belukar 3.940,81 193178,5 HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) 19.316,31 72822,5 Hutan Lahan Kering Sekunder 1.720,80 6487,42 Pertanian Lahan Kering Campuran 5.672,25 21384,38 Hutan Tanaman, 694,33 2617,62 Semak Belukar 1.455,99 5489,08 Perkebunan 9.581,01 36120,41 Pertambangan 30,95 116,68 Pemukiman 121,43 457,79

Jumlah 35.641,51 873084

Ket: Pendekatan potensi kayu menggunakan hasil survey BPKH (potensi kayu untuk hutan lindung = 49,02 m3/ha; potensi kayu untuk hutan produksi = 3,77 m3/ha) Sumber: Hasil analisis spasial

2.2.3 Potensi Non Kayu

Berdasarkan laporan dan dokumen pemegang konsesi, potensi hasil

hutan non kayu yang diusahakan masyarakat terutama di areal restorasi

ekosistem meliputi madu hutan, jernang dan rotan (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Potensi Non Kayu di Areal KPHP Unit IV Meranti

No Jenis Lokasi

1 Madu Konsesi RE, HL Meranti Sungai Jernih

2 Jernang Konsesi RE, Blok HP-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) pada HP Meranti Hulu Sungai Kapas

3 Rotan Tersebar di kawasan HL, kawasan lindung pemegang izin

4 Bambu Tersebar di kawasan HL, kawasan lindung pemegang izin, pemukiman penduduk

5 Getah karet Tersebar di sekitar pemukiman penduduk

Sumber: Laporan/Dokumen Perusahaan Konsesi dan Hasil groundcheck Tim Terpadu KPHP Unit IV Meranti, 2014

II-13 | 2014

Page 37: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Survey atau groundcheck yang dilaksanakan oleh Tim Terpadu KPHP

Unit IV Meranti juga menemukan adanya potensi madu alam sialang di HL

Meranti Sungai Jernih. Madu alam/hutan pada umumnya diambil dari lebah

yang bersarang di pohon sialang.

Potensi jernang terdapat terutama di kawasan hutan alam (RE).

Berdasarkan hasil groundcheck ditemukan pula adanya potensi jernang di

areal Blok HP-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) pada HP Meranti Hulu Sungai

Kapas. Jernang tersebut telah diusahakan oleh masyarakat dan menjadi

sumber penghasilan tambahan.

Rotan yang dipungut adalah jenis rotan manau dan rotan getah. Rotan

manau dipungut dari dalam hutan sedangkan rotan getah pada umumnya

dipungut dari pinggir sungai. Rotan yang diproduksi rata-rata sekitar 2 truk per

bulan dan biasanya dijual dalam bentuk rotan mentah/basah.

2.2.4 Keberadaan Flora dan Fauna Langka

a. Keberadaan Flora Langka

Hasil inventarisasi vegetasi yang dilaksanakan oleh BPKH Wilayah II

Palembang menunjukkan tipe vegetasi di wilayah KPHP Unit IV Meranti

berupa belukar, kebun karet, kebun sawit, hutan dengan kerapatan jarang dan

sedang. Jenis pohon yang ditemukan di lokasi tersebut sebanyak 145 jenis.

Beberapa jenis pohon dominan di HP adalah Parkat, Menggiris,

Medang, Terap, Pulai, Putat, Merawan, Bernai, Petanang, dan Petaling. Flora

jenis pohon di dalam kawasan HPT umumnya didominasi oleh jenis Parkat,

Menggiris, Medang, Kelapung, Terap, Pulai, Meranti, Petanang, Kelat,

Kempas, dan Pasang. Jenis flora dalam kawasan HL didominasi oleh jenis

Terap, Kelapung, Medang, Menggiris, dan Parkat (Tabel 2.8).

II-14 | 2014

Page 38: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.8 Potensi Flora di areal KPHP Unit IV Meranti

No Fungsi Kawasan Penutupan vegetasi Jenis Dominan

1 Hutan Produksi (HP)

Belukar (Br)

- Parkat - Menggiris (Koompassia malaccensis Maing) - Medang (Litsea firma spp.) - Terap (Artocarpus spp.) - Pulai (Alstonia spp.).

Hutan Sekunder

(Hs)

- Putat (Barringtonia spp.) - Merawan (Hopea spp.) - Pulai (Alstonia sp.p) - Bernai - Petanang (Alstonia spp) - Petaling (Ochanostachys amentacea MAST)

2 Hutan Produksi Terbatas (HPT)

Belukar (Br)

- Parkat - Menggiris (Koompassia malaccensis Maing) - Medang (Litsea firma spp.) - Kelapung, Terap (Artocarpus spp.) - Pulai (Alstonia spp.)

Hutan sekunder

(Hs)

- Meranti (Shorea spp.) - Medang (Litsea firma) - Petanang (Alstonia spp.) - Kelat (Eugenia spp.) - Kempas (Koompassia malaccensis Maing) - Pasang (Quercus spp.)

3 Hutan Lindung (HL)

Belukar (Br)

- Terap (Artocarpus spp.) - Kelapung - Medang (Litsea firma) - Menggiris (Koompassia malaccensis Maing) - Parkat

Sumber: BPKH Wilayah II Palembang, diolah

Jenis-jenis flora terutama jenis pohon yang dilindungi secara terbatas

dan langka dalam skala lokal yang terdapat dalam kawasan KPHP Unit IV

Meranti meliputi jenis Jelutung (Dyera spp.), Surian (Toona spp.), Meranti

Damar (Shorea spp.), Bulian (Eusideroxylon zwageri) dan Tembesu (Fragaea

fragant) serta kayu Onglen.

b. Keberadaan Fauna Langka

Keanekaragaman fauna yang terbesar terdapat di areal restorasi

ekosistem (PT. REKI). Di areal ini ditemukan minimal sebanyak 380 spesies

yang terdiri atas 61 spesies kelas mamalia, 269 spesies kelas aves, 31

spesies kelas reptilia dan 19 spesies kelas amfibia. Di areal hutan restorasi

tersebut terdapat penyebaran spesies satwa liar endemik/langka/dilindungi

undang-undang (Tabel 2.9).

II-15 | 2014

Page 39: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.9 Potensi Fauna di areal KPHP Unit IV Meranti

No Kondisi Hutan Kelas Jumlah Spesies

1

Hutan produktif Mamalia 18 Aves 17 Reptilia 2

2 Hutan kurang produktif Mamalia 15

Aves 14

3

Hutan tidak Produktif Mamalia 8 Aves 11 Reptilia 1

Sumber: Laporan/Dokumen Perusahaan Konsesi, diolah

Di areal konsesi hutan tanaman (PT. Bumi Persada Permai) masih

terdapat beberapa jenis fauna yang dilindungi. Terdapat 6 jenis dari kelas

mamalia yang dilindungi, yaitu beruk, beruang madu, rusa, kancil, gajah dan

harimau sumatera. Selain mamalia yang dilindungi, juga terdapat kelas aves

yang dilindungi, yaitu elang putih, enggang, ayam hutan, dan raja udang serta

satu spesies reptilia yaitu ular kobra.

2.2.5 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Potensi jasa lingkungan mencakup jasa pemanfaatan air, pemanfaatan

untuk wisata alam dan estetika/keindahan serta kenyamanan.

Di kawasan konsesi (PT. SBB) terdapat kawasan lindung yang

berpotensi dikembangkan menjadi kawasan wisata berupa tegakan onglen

yang tergolong jenis pohon langka. Disamping sebagai kawasan wisata alam,

areal tegakan onglen tersebut juga memungkinkan untuk dikembangkan

menjadi kawasan hutan dengan nilai konservasi yang tinggi (High

Conservation Value Forest/HCVF). Dengan tingginya keanekaragaman

(biodiversity) yang ada di wilayah KPHP Unit IV Meranti khususnya pada

hutan alam maka sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam

bentuk/skema perdagangan karbon (Tabel 2.10).

II-16 | 2014

Page 40: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.10 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di Areal KPHP Unit IV Meranti

No Jenis Potensi Lokasi 1 Kayu langka (kayu Onglen) Konsesi HTI PT. SBB, dan PT. REKI

2 Hutan dengan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest/HCVF)

Konsesi HTI PT. SBB, dan PT. REKI

3 Karbon Hutan alam Sumber: Laporan/Dokumen Perusahaan Konsesi, diolah

2.3 Sosial Budaya

Deforestasi dan degradasi hutan dan lahan di wilayah KPHP Unit IV

Meranti memiliki keterkaitan dengan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat yang berada di sekitarnya. Secara ekonomi, sosial, dan budaya,

ketergantungan masyarakat sekitar areal tapak KPHP terhadap keberadaan

hutan masih cukup tinggi.

2.3.1 Kondisi Ekonomi Masyarakat

a. Kondisi Ketenaga kerjaan

Angkatan kerja yang menganggur di Kabupaten Musi Banyuasin pada

tahun 2012 sebesar 9.279 orang, lebih rendah dari tahun 2010 (15.620

orang). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2012 (sebesar

66,82%) juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 (sebesar

67,39%). Demikian juga tingkat pengangguran mengalami penurunan yang

signifikan selama tahun 2010 sampai 2012 (Tabel 2.11).

Tabel 2.11 Kondisi Tenaga Kerja di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Tingkat

Pengangguran Bekerja Menganggur 2010 245.101 15.620 67,39 5,99 2011 274.172 12.784 73,35 4,46 2012 258.055 9.279 66,82 3,47

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2013

II-17 | 2014

Page 41: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

b. Kondisi Sarana Prasarana Perekonomian

Sarana dan parasara perekonomian yang tersebar sampai tingkat desa

adalah koperasi. Jumlah koperasi di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin pada

tahun 2010 sebanyak 212 unit, terdiri dari 138 unit primer koperasi dan 74 unit

Koperasi Unit Desa (KUD). Jumlah anggota koperasi pada tahun 2010

sebanyak 52.498 orang, terdiri atas 37.202 orang anggota koperasi primer

dan 15.296 anggota KUD.

Sarana perdagangan cukup banyak terdapat di wilayah sekitar KPHP

Unit IV Meranti. Jumlah terbesar berada di Kecamatan Bayung Lencir yang

mencapai 1.104 buah mulai dari pasar umum, pasar desa, toko, kios, warung,

dan restoran. Jenis sarana perdagangan yang paling sedikit terdapat di

Kecamatan Batanghari Leko (Tabel 2.12).

Tabel 2.12 Jumlah Sarana Perdagangan di Sekitar KPHP Unit IV Meranti

Kecamatan Jenis Sarana Perdagangan

Pasar Umum

Pasar Desa Toko Kios Warung Restoran Jumlah

Batanghari Leko - 4 17 - 27 - 48 Sanga Desa - 3 24 - 38 - 65 Bayung Lencir 1 7 423 135 508 291 1.103 Babat Supat - 1 30 - 42 9 82 Tungkal Jaya - 1 41 37 6 85 Lais - 3 - 121 - 351 475 Babat Toman 1 3 34 30 140 10 218

Jumlah 2 22 569 286 792 667 2.076 Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2013

c. Kondisi Tingkat Kesejahteraan

Besaran garis kemiskinan di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun

2010 sebesar Rp. 275.807,- per kapita per bulan. Dari tahun 2010 sampai

2012 terjadi penurunan cukup signifikan persentase penduduk miskin di

Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 20,06% tahun 2010, turun

menjadi 18,29% tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Persentase jumlah penduduk miskin

pada tahun 2010 menduduki peringkat pertama di Provinsi Sumatera Selatan,

II-18 | 2014

Page 42: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

dan angka kemiskinan pada tahun 2012 juga masih lebih tinggi dari angka

tingkat provinsi (Tabel 2.13).

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun Jumlah Penduduk Miskin

Musi Banyuasin Sumatera Selatan (orang) (%) (orang) (%)

2010 113 400 20,06 1.125.730 15,47

2011 108 900 18,99 1.074.810 14,24

2012 106 900 18,29 1.057.030 13,78 Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2013

Nilai Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin

mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2010–2012 dari 71,81 menjadi

73,15. Namun nilai IPM ini masih berada dibawah nilai IPM tingkat Provinsi

(Tabel 2.14).

Tabel 2.14 Kondisi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun Nilai IPM

Musi Banyuasin Sumatera Selatan 2010 71,81 73,0 2011 72,44 73,4 2012 73,15 74,0

Sumber: BPS Musi Banyuasin dan Sumatera Selatan, 2012

Upah minimum pada tahun 2012 di Kabupaten Musi Banyuasin

sebesar Rp. 1.195.220 per bulan, sama dengan besaran upah minimum di

tingkat propinsi. Berdasarkan data statistik Provinsi Sumatera Selatan (2012),

kebutuhan hidup layak di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2010

sebesar Rp. 1.411.727,25 per bulan dan meningkat menjadi Rp. 1.565.588,44

per bulan pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan fakta bahwa besaran upah

minimum masih di bawah besaran kebutuhan hidup layak.

II-19 | 2014

Page 43: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.3.2 Kondisi Sosial Masyarakat

a. Kondisi Kependudukan

Wilayah KPHP Unit IV Meranti mencakup 4 kecamatan dalam

Kabupaten Musi Banyuasin. Jumlah penduduk di 4 kecamatan yang ada di

sekitar wilayah KPHP Unit IV Meranti, yaitu di Kecamatan Batanghari Leko,

Sanga Desa, Bayung Lencir dan Babat Supat pada tahun 2012 sebanyak

163.218 jiwa. Kepadatan penduduk di kecamatan sekitar kawasan KPHP Unit

IV Meranti berkisar 10–99 jiwa/km2. Kecamatan Bayung Lencir memiliki jumlah

penduduk paling banyak dan bahkan pada rangking tertinggi di tingkat

kabupaten, tetapi memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Laju

pertambahan penduduk di wilayah KPHP Unit IV Meranti berkisar 2–7 % atau

rata-rata 4%, lebih tinggi dari rata-rata tingkat kabupaten (Musi Banyuasin)

(Tabel 2.15).

Tabel 2.15 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sekitar Kawasan KPHP Unit IV Meranti

No Kecamatan Jumlah Desa

Jumlah Jiwa

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Kepadatan (jiwa/km2)

1 Batanghari Leko 16 22.100 2,38 10,48 2 Sanga Desa 19 31.400 2,12 99,05 3 Bayung Lencir 23 78.700 7,54 16,24 4 Babat Supat 16 34.900 3,96 68,29 5 Tungkal Jaya 16 42.300 3,92 51,51 6 Lais 15 54.300 2,54 71,87 7 Babat Toman 13 30.100 2,90 23,32 Jumlah 118 293.800 (rata-rata) 3,62 (rata-rata)

48,68 Kabupaten Musi

Banyuasin 592.4005 3,06 41,53

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2014

b. Kondisi Pendidikan

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di wilayah sekitar

KPHP Unit IV Meranti secara umum cukup memadai. Jumlah Sekolah Dasar

dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sebanyak 261 unit atau rata-rata 37 unit per

kecamatan. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SLTP/MTs) sebanyak 90 unit atau rata-rata 13 unit per kecamatan. Adapun

II-20 | 2014

Page 44: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (SMA/MA) sebanyak 40 unit

atau 6 unit per kecamatan (Tabel 2.16).

Tabel 2.16 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Sekitar Kawasan KPHP Unit IV Meranti

No Kecamatan SD/MI (Unit) SLTP/MTs (Unit) SMA/SMK/MA (Unit)

1 Batanghari Leko 21 10 2 2 Sanga Desa 41 13 6 3 Bayung Lencir 55 18 7 4 Babat Supat 32 15 7 5 Tungkal Jaya 24 10 5 6 Lais 43 17 6 7 Babat Toman 45 7 7

Jumlah 261 90 40 Rata-Rata 37 13 6

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2014

Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Musi Banyuasin untuk umur 7-12

tahun mencapai 97,69 dan umur 13-15 tahun sebesar 84,11. Namun APS

untuk umur 16-18 tahun baru mencapai 49,10. Angka Partisipasi Murni

(APM) SD/MI mencapai 100% dan SMP/MTs mencapai 94,84%. Namun

untuk SMA/MA baru tercapai 75,92%. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar

(APK) SD/MI sebesar 106,96%, dan SMP/MTs sebesar 109,36%. Tetapi

untuk tingkat SMA/MA baru mencapai 81,46%.

Jumlah perguruan tinggi sebanyak 5 unit, yaitu Politeknik Sekayu,

AKPER dan Sekolah Tinggi Swasta sebanyak tiga unit.

c. Kondisi Kesehatan

Fasilitas kesehatan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dapat

dikatakan memadai. Berdasarkan data statistik Provinsi Sumatera Selatan

(2012), di Musi Banyuasin terdapat 3 unit Rumah Sakit Umum (RSU) dengan

jumlah fasilitas tempat tidur 223 unit. Di tingkat kecamatan terdapat

Puskesmas sebanyak 25 unit dan Puskesmas Pembantu sebanyak 108 unit.

Disamping fasilitas tersebut, juga terdapat pusat pelayanan terpadu

(Posyandu) sebanyak 500 unit. Fasilitas kesehatan yang ada didukung

dengan jumlah tenaga kesehatan yang cukup. Terdapat 73 orang tenaga

medis (dokter), 374 orang tenaga keperawatan dan didukung 238 orang

tenaga non keperawatan serta 95 tenaga kesehatan lainnya. II-21 | 2014

Page 45: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Jenis penyakit yang sering diderita penduduk di sekitar areal KPHP Unit

IV Meranti adalah diare dengan 5.695 kasus dan malaria dengan 711 kasus.

Adapun kecamatan yang paling banyak terkena penyakit adalah Kecamatan

Tungkal, Batanghari Leko, dan Lais (Tabel 2.17).

Tabel 2.17 Jumlah Penderita Penyakit di Kecamatan Sekitar KPHP Unit IV Meranti

Kecamatan Jenis Penyakit

Pnemonia Diare TBC/BTA+ Malaria IMS DBD Jumlah

Batanghari Leko - 836 1 184 5 - 1.026 Sanga Desa - 183 6 466 2 1 658 Bayung Lencir - 524 35 23 - 46 628 Babat Supat - 425 11 2 - - 438 Tungkal Jaya - 2.229 - 16 7 - 2.252 Lais 5 814 42 8 3 3 875 Babat Toman - 684 19 12 4 3 722

Jumlah 5 5.695 114 711 21 53

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2014

Sarana air minum yang utama digunakan masyarakat di wilayah sekitar

KPHP Unit IV Meranti adalah sumur gali. Pembuangan air limbah rata-rata

sudah tersedia cukup banyak di masing-masing kecamatan, kecuali

kecamatan Babat Supat dan Tungkal Jaya. Jamban keluarga juga sudah

membudaya dan digunakan oleh banyak masyarakat di sekitar KPHP Unit IV

Meranti (Tabel 2.18).

Tabel 2.18 Jumlah Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga di Kecamatan Sekitar KPHP Unit IV Meranti

Kecamatan Jenis dan Jumlah Sarana

Sumur Pompa Tangan Air Hujan

Sumur Gali

Pembuangan Air Limbah

Jamban Keluarga Dangkal Dalam

Batanghari Leko

74 5 238 457 4.682 1.788

Sanga Desa 30 3 - 1.513 7.035 2.073

Bayung Lencir

59 5 20 8.707 4.438 15.399

Babat Supat 11 - - - - 3.049

Tungkal Jaya - - - - - 7 356

II-22 | 2014

Page 46: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Kecamatan Jenis dan Jumlah Sarana

Sumur Pompa Tangan Air Hujan

Sumur Gali

Pembuangan Air Limbah

Jamban Keluarga Dangkal Dalam

Lais 75 7 20 1 880 675 4.090

Babat Toman 100 10 129 5.298 3.350 3.393

Jumlah 349 30 407 15.975 20.180 25.702

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2014

d. Kondisi Keagamaan

Mayoritas penduduk (98,49%) di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin

beragama Islam, hanya sebagian kecil yang beragama lain (Tabel 2.19).

Tabel 2.19. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

No Agama Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Islam 581.402 99,89 2 Hindu 111 0,02 3 Kristen 165 0,03 4 Katholik 277 0,05 5 Budha 71 0,01

Jumlah 582.026 100,00

Sumber: BPS Musi Banyuasin, 2014

2.3.3 Kondisi Budaya Masyarakat

a. Kondisi Masyarakat Adat

Keberadaan masyarakat adat di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti

yang dapat diidentifikasi adalah masyarakat Suku Anak Dalam (SAD), dahulu

lebih dikenal dengan sebutan suku “Kubu”. Keberadaan masyarakat SAD

antara lain di desa Lubuk Bintialo dan di desa Sakosuban. Masyarakat SAD

hidup berkelompok, ada yang sudah menetap tetapi kebanyakan masih suka

berpindah-pindah tempat tinggal, oleh karena itu keberadaan masyarakat

SAD tidak tercatat dalam administrasi kependudukan tingkat desa. Satu

kelompok masyarakat SAD terdiri dari sekitar 40–80 kepala keluarga (KK).

II-23 | 2014

Page 47: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Di Lubuk Bintialo terdapat 2 kelompok SAD, satu kelompok di sebelah

hulu Camp 26 (eks camp PT. Inhutani V) dengan anggota lebih kurang 80 KK

dan satu kelompok di sebelah hilir Camp 26 dengan anggota sekitar 40 KK. Di

Sakosuban terdapat satu kelompok dengan jumlah sebanyak 40 KK.

Beberapa KK SAD ada yang sudah memiliki kebun karet, meskipun sumber

penghasilannya masih sangat tergantung pada hasil hutan. Sementara itu

beberapa remaja SAD sudah ada yang memiliki sepeda motor, sehingga

mereka sudah bersosialisasi dengan penduduk sekitarnya. Lokasi pemukiman

mereka pada umumnya jauh dari lokasi pemukiman atau perkampungan

masyarakat biasa. Masyarakat SAD juga tidak bisa hidup membaur dengan

masyarakat desa, karena memiliki kepercayaan dan adat istiadat yang

berbeda.

Alasan yang menyebabkan berpindahnya SAD adalah adat yang masih

dipegang dan diterapkan. Salah satu adat SAD yang masih dilakukan, adalah

”melangu”. Yaitu pergi meninggalkan rumah atau tempat tinggalnya apabila

ada salah satu anggota keluarga meninggal dunia. Adapun alasan prinsip

yang lain sehingga SAD sering berpindah-pindah tempat tinggal adalah mata

pencaharian mereka berladang atau menanam padi, mencari dan memungut

hasil hutan, sehingga mereka sangat tergantung pada keberadaan hutan dan

hasil hutan.

Masyarakat SAD pada umumnya masih menganut kepercayaan

animisme. Mereka melakukan pemujaan atau penyembahan terhadap benda-

benda, seperti pohon, batu dan tempat yang dianggap memiliki kekuatan

ghaib. Pada hari tertentu di bulan Zulhijjah, masyarakat SAD berkumpul untuk

melakukan ritual di suatu tempat yang disebut “batin”. Mereka membawa

berbagai jenis makanan dan melakukan upacara yang dipimpin oleh ketua

adat. Selain “batin” masyarakat SAD juga memiliki upacara adat yang lain,

seperti upacara adat pernikahan dan upacara adat kematian. Upacara pesta

perkawinan yang disebut ”gawe”. “Gawe” dilaksanakan di rumah orang tua

temanten putri karena mereka menganut sistem matrilineal atau garis

keturunan ibu. Hal yang khusus pada upacara “gawe” tersebut adalah

makanan yang disajikan, seperti nasi, harus dari hasil menanam sendiri.

II-24 | 2014

Page 48: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Pernikahan dianggap tidak sah apabila nasi yang disajikan dimasak dari beras

yang dibeli dari pasar atau dari toko.

Pembinaan masyarakat SAD telah dilakukan antara lain oleh Dinas

Sosial. Program yang dilaksanakan adalah pemukiman menetap dan program

pendidikan bagi anak-anak SAD serta pelayanan kesehatan. Program

tersebut dipandang tidak berhasil karena masyarakat SAD pindah

meninggalkan pemukiman. Demikian pula sekolahan yang dibangun,

pembelajaran terpaksa harus berhenti karena tidak ada gurunya.

b. Kondisi Budaya dan Tata Nilai Hutan

Budaya masyarakat Musi Banyuasin tidak dapat dipisahkan dari

kebudayaan dan tradisi yang telah lama dilaksanakan dan sejarah panjang

suku/bangsa Melayu. Kebudayaan Melayu tersebut berinteraksi dengan

agama yang dianutnya, sehingga dapat dikatakan budaya yang berkembang

adalah Melayu Islam.

Motto Kabupaten Musi Banyuasin “Serasan Sekate” dapat

diterjemahkan bahwa masyarakat Musi Banyuasin selalu mengutamakan

kerukunan dan tetap memegang teguh azas musyawarah untuk mufakat yang

dijiwai semangat gotong royong. Masyarakat Musi Banyuasin mengutamakan

kebersamaan dibanding sikap individual dan menunjukkan pula bahwa

masyarakat memegang prinsip-prinsip demokrasi.

Budaya dan tata nilai dalam masyarakat terkait dengan hutan dan

kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHP Unit IV Meranti telah

berkembang sejak lama. Sebagai contoh, dapat dilihat dalam hasil

pengamatan dan FGD Tim Fakultas kehutanan UGM di desa Pangkalan

Bulian dan Lubuk Bintialo yang dilaksanakan tahun 2013. Pada awal

keberadaan Desa Pangkalan Bulian ataupun Lubuk Bintialo terdapat

ketentuan hukum adat yang mengatur dengan ketat arahan fungsi hutan, yaitu

hutan larangan, hutan belukar/ladang berpindah, atau peruntukan lainnya

menurut adat lokal. Kondisi sekarang ini hutan adat, telah berubah fungsi oleh

kesepakatan yang bersifat eksternal, berasal dari kebijakan pemerintah.

Walaupun demikian, kelembagaan adat ini tidak sepenuhnya hilang, akan

tetapi masih diakui dan disepakati sebagai warisan budaya. II-25 | 2014

Page 49: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.4 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Di dalam wilayah kerja KPHP Unit IV Meranti terdapat berbagai usaha

kehutanan baik dalam bentuk pemanfaatan hutan maupun penggunaan

kawasan hutan. Pemanfaatan hutan berupa hutan tanaman (IUPHHK-HT)

dan restorasi ekosistem (IUPHHK-HA). Sedangkan penggunaan kawasan

hutan dalam bentuk bentuk Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk

kegiatan pertambangan gas dan batubara.

2.4.1 Izin dan Pencadangan Pemanfaatan Hutan

Jumlah perusahaan pemegang IUPHHK-HT sebanyak 6 perusahaan

dan satu perusahaan IUPHHK-HA. Areal yang telah dibebani hak untuk usaha

kehutanan seluas 307.390 ha (luas berdasarkan SK Menteri Kehutanan),

terdiri dari 255.220 ha untuk IUPHHK-HT dan 52.170 ha IUPHHK-HA. Namun

areal konsesi tersebut tidak seluruhnya masuk dalam wilayah KPHP Unit IV

Meranti. Total areal yang berada dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti seluas

208,315 ha (Tabel 2.20). Berdasarkan perhitungan berbasis SK Menteri

Kehutanan, luas KPHP Unit IV Meranti seluas 252.267 ha, di dalam wilayah

KPHP Unit IV Meranti masih terdapat areal seluas 35.642 Ha yang belum

dibebani izin.

II-26 | 2014

Page 50: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.20 Pemanfaatan kawasan untuk IUPHHK di Wilayah KPHP Unit IV Meranti

No Perusahaan Nomor SK Tanggal SK Luas

Masuk dalam

areal KPHP Jenis tanaman

pokok Status

(ha) (ha) (%)

IUPHHK-HT

1 PT. Bumi Persada Permai I 337/Menhut-II/2004 7 September 2004 59.345 38.187 18,33 - Acacia sp.

- Eucalyptus IUPHHK-HT, Aktif

2 PT. Rimba Hutani Mas 90/Menhut-II/2007 22 Maret 2007 67.100 12.131 5,83 - Acacia sp. - Eucalyptus

IUPHHK-HT, Aktif

3 PT. Pakerin 226/Kpts-II/1998 27 Februari 1998 43.380 23.375 11,22 - Acacia

mangium IUPHHK-HT, Tidak Aktif

4 PT. Bumi Persada Permai II 79/Menhut-II/2009 5 Maret 2009 24.050 24.283 11,66

- Acacia sp. - Eucalyptus - Sungkai - Jabon

IUPHHK-HT, Aktif

5 PT. Sentosa Bahagia Bersama 249/Menhut-II/2009 24 April 2009 55.055 53.639 25,75 - Acacia sp.

- Karet IUPHHK-HT, Aktif

6 PT. Wahana Agro Mulia 252/Menhut-II/2009 6 Mei 2009 6.290 6.547 3,14 - Acacia mangium - Karet

IUPHHK-HT, Aktif

IUPHHK-HA

7 Restorasi Eko Sistem Indonesia 293/Menhut-II/2007 28 Agustus

2007 52.170 50.153 24,07 - Kayu alam IUPHHK-HA, Aktif

Total 307.390 208,315 100,00

Sumber: Laporan/Dokumen Perusahaan Konsesi, diolah

II-27 | 2014

Page 51: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.4.2 Ijin dan Pencadangan Penggunaan Kawasan Hutan

Di dalam Kawasan KPHP Unit IV Meranti terdapat juga usaha non

kehutanan dalam bentuk Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Jumlah

pemegang IPPKH sebanyak 14 unit izin usaha dengan total luas areal izin

pinjam pakai 25.246,07 ha. Penggunaan kawasan izin pinjam pakai sebagian

besar (99%) untuk pertambangan batubara dan sarana pendukungnya dan

sisanya (1%) untuk pertambangan gas dan fasilitas pendukungnya (Tabel

2.21).

Tabel 2.21 IPPKH dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti

No Nama Perusahaan Luas (Ha) Tahun Ijin

Masa Berlaku

(thn) Kegiatan

Tahap Eksploitasi

1 PT.Seleraya Merangin Dua 47,98 Februari

2014 19

Minyak Bumi 47,98 - - 2 Conoco Phillips

(Grisssik), Ltd 48,59 Agustus

2013 10 Jalan Inspeksi (Jalan Gas

Suban - Dayung) 3 ConocoPhillips

(Grissik), Ltd 75,88 Januari

2012 11 Pengembangan Lapangan

Gas Suban Tahap 2 4 Conoco Phillips

(Grisssik), Ltd 13,70 Februari

2013 5 Sumur Gas Suban 13 dan

14 Penambahan sumur gas Suban tahap 2

5 ConocoPhillips (Grissik), Ltd

212,59 Februari 2014

9 Pengembangan Lapangan Gas Suban Tahap 1

6 ConocoPhillips (Grissik), Ltd

30,33 Februari 2014

9 Pengembangan Lapangan Gas Sumpal

Tambang Gas 381,09 Tahap Eksplorasi 1 PT. Sentosa Kurnia

Bahagia 5.500,00 Juli 2010 4 Eksplorasi Tambang

Batubara 2 PT. Mensa Bara Bumi 1.477 Januari

2012 2 Eksplorasi Tambang

Batubara 3 PT. Persada Makmur

Jaya 2.088,00 Mei 2012 2 Eksplorasi Tambang

Batubara 4 PT. Lais Coal Mine 1.763,00 Juni 2012 2 Eksplorasi Tambang

Batubara 5 PT. Andalan Satria

Abadi 4.000,00 Maret 2013 2 Eksplorasi Tambang

Batubara 6 PT. Duta Alam

Ekapratama 4.000,00 Maret 2013 21 bln Eksplorasi Tambang

Batubara 7 PT. Duta Alam Jaya 4.000,00 Maret 2013 20 bln Eksplorasi Tambang

Batubara 8 PT. Muba Coal Mine 1.989,00 Februari

2013 1 Eksplorasi Tambang

Batubara Tambang Batubara 24.817,00 Jumlah 25.246,07

Sumber: BPKH Wilayah II, 2013

II-28 | 2014

Page 52: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.5 Posisi KPHP dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah

2.5.1 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Nasional dan Pulau

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2013 tentang Tata

Ruang Pulau Sumatera, wilayah KPHP Unit IV Meranti merupakan wilayah

yang masuk kawasan yang strategis. Wilayah KPHP Unit IV Meranti

merupakan kawasan untuk pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan

hutan dengan prinsip berkelanjutan, kawasan berfungsi lindung/konservasi

dan rehabilitasi, pelestarian sistem tata air dan ekosistem alamiah,

peningkatan fungsi koridor ekosistem. Kawasan pengembangan pengelolaan

dan pemertahanan fungsi suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional

laut, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman wisata alam laut

(taman wisata perairan) meliputi Suaka Margasatwa Bentayan (Kabupaten

Musi Banyuasin), Suaka Margasatwa Dangku (Kabupaten Musi Banyuasin),

dan Suaka Margasatwa Padang Sugihan Kabupaten Banyuasin dan

Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Kawasan KPHP Unit IV Meranti juga masuk dalam kawasan untuk

pemertahanan, pelestarian, dan peningkatan fungsi koridor ekosistem.

Koridor Jambi-Bengkulu-Sumatera Selatan yang menghubungkan Taman

Nasional Kerinci Seblat dan Cagar Alam Bukit Kaba sebagai koridor satwa

burung, gajah, dan harimau. Koridor Jambi-Sumatera Selatan yang

menghubungkan Taman Nasional Berbak-Taman Nasional Sembilang

sebagai koridor satwa burung dan harimau.

Adapun arahan penggunaan kawasan dalam KPHP Unit IV Meranti

berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional, sekitar 85,5% areal

diarahkan untuk pengembangan usaha skala besar, untuk usaha kecil sekitar

8,2% dan sisanya diarahkan untuk rehabilitasi, hutan alam dan gambut serta

dilepaskan menjadi areal penggunaan lain (APL) (Tabel 2.22).

II-29 | 2014

Page 53: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 2.22 Arahan penggunaan kawasan berdasarkan RKTN

Arahan RKTN Luas

(ha) (%) HL_Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) 16.325,20 6,69

Arahan untuk HA dan Gambut 674,88 0,28 Arahan untuk Rehabilitasi 11.542,47 4,73 Arahan untuk Usaha Skala Besar 3.068,66 1,26 Arahan untul Usaha Skala Kecil 1.039,19 0,43

HP_Pemanfaatan IUPHHK-HA 50.153,73 20,54 Arahan untuk Usaha Skala Besar 50.153,73 20,54

HP_Pemanfaatan IUPHHK-HT 142.267,51 58,27 Arahan untuk Rehabilitasi 379,97 0,16 Arahan usaha skala Besar 137.834,74 56,45 Arahan usaha Skala Kecil 4.052,79 1,66

HP_Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) 19.316,31 7,91 Arahan untuk Rehabilitasi 2.868,89 1,17 Arahan untuk Skala Besar 1.934,52 0,79 Arahan usaha Skala Kecil 14.512,90 5,94

HP_Perlindungan 16.099,58 6,59 Arahan untuk Rehabilitasi 453,44 0,19 Arahan usaha skala Besar 14.488,92 5,93 Arahan usaha Skala Kecil 1.157,21 0,47

Jumlah 244.162,33 100,00 Sumber: Hasil Analisis

2.5.2 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Provinsi

Posisi KPHP dalam perspektif tata ruang wilayah Provinsi Sumatera

Selatan sebagaimana digambarkan dalam Peta Perubahan Peruntukan

Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan tanggal 19 Nopember 2013,

secara umum kawasan hutan yang ada masih dipertahankan dan tidak

banyak mengalami perubahan. Sedikitnya perubahan penggunaan kawasan

tersebut mengingat berbagai fungsi strategis kawasan KPHP, baik untuk

fungsi ekonomi dan produksi hasil hutan yang berkelanjutan, maupun fungsi

perlindungan dan konservasi ekosistem.

Berdasarkan hasil analisis spasial, sebagian besar posisi areal KPHP

Unit IV Meranti dalam RTRWP Sumatera Selatan sebagai Hutan Produksi

(HP) Tetap sekitar 55,44% dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) sekitar

37,47%. Sisanya adalah Hutan Lindung (HL) dan Areal Tumpang Tindih

seperti areal perkebunan, pemukiman, dan pertanian.

II-30 | 2014

Page 54: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.5.3 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Analisis spasial yang dilakukan memperlihatkan bahwa sebagian besar

posisi areal KPHP Unit IV Meranti dalam RTRWK Musi Banyuasin juga

sebagai Hutan Produksi (HP) sekitar 50% dan Hutan Produksi Terbatas (HPT)

sekitar 38%. Sisanya adalah Hutan Lindung (HL), Areal Penggunaan Lain

(APL), dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK). Juga terdapat

selisih luasan KPHP Unit IV Meranti berdasarkan SK Menhut Nomor 822

Tahun 2013 dengan RTRWK Musi Banyuasin (draft).

2.5.4 Posisi Areal KPHP dalam Perspektif Pembangunan Daerah

Posisi areal KPHP Unit IV Meranti dalam perspektif perencanaan

pembangunan daerah dapat dilihat dari visi, misi, tujuan, sasaran, dan

kegiatan yang terkait dengan sektor kehutanan yang ada didalam dokumen

perencanaan daerah. Dokumen perencanaan yang terkait adalah Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Provinsi Sumatera Selatan, Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Kabupaten Musi Banyuasin, dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas

Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Posisi KPHP Unit IV Meranti dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

II-31 | 2014

Page 55: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

KPHP Unit IV Meranti memiliki peran penting dalam pembangunan

Provinsi Sumatera Selatan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Sumatera Selatan, subsektor kehutanan diharapkan dapat menunjang

pembangunan jangka panjang Provinsi Sumatera Selatan (2008-2025) melalui

peningkatan pemanfaatan sumber daya alam guna penyediaan sumberdaya

energi dan pangan yang berkelanjutan. Untuk menselaraskan visi dan misi

ditingkat provinsi maka Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan bervisi

“Hutan sebagai penyangga Kehidupan dan Sumber Kemakmuran Rakyat”.

Dengan demikian keberadaan KPHP Unit IV Meranti juga diharapkan dapat

mendukung pembangunan jangka menengah Sumatera Selatan sebagai

bagian dari upaya (i) Membangun pertanian terutama pangan dan perkebunan

berskala teknis dan ekonomis dengan infrastruktur yang cukup dan penerapan

teknologi tepat guna dan (ii) Membangun industri pengolahan dan manufaktur

yang berdaya saing global dengan menciptakan nilai tambah potensial yang

proporsional dengan memperkokoh kemitraan hulu-hilir, serta industri kecil,

menengah, dan besar.

KPHP Unit IV Meranti juga berperan besar dalam mendukung

keberhasilan pembangunan Kabupaten Musi Banyuasin. Dalam jangka

panjang (2005-2025) subsektor kehutanan ditujukan untuk perlindungan dan

konservasi sumberdaya alam maka pengembangannya yang diarahkan untuk

dapat bersinergi dengan sektor industri pengembangan hutan tanaman

industri. Dalam jangka menengah (tahun 2012–2017) sektor kehutanan diharapkan

dapat (i) memantapkan status, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan,

(ii) memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan rehabilitasi hutan /

lahan, (iii) menguatkan kelembagaan di bidang kehutanan.

Tujuan pembangunan kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012–2017 adalah:

- Meningkatnya kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan

prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari. - Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan hasil hutan. - Menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam

penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

II-32 | 2014

Page 56: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

- Meningkatkan Pengendalian Kerusakan Lingkungan. - Meningkatkan Produktivitas Kawasan Hutan dan terjaminya

kesejahteraan masyarakat. - Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur.

Sasaran yang akan dicapai adalah: - Terselesaikannya permasalahan proses penggunaan kawasan hutan,

tukar menukar kawasan hutan dan pinjam pakai kawasan hutan.

- Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan yang optimal secara

lestari dan revitalisasi industri kehutanan.

- Meningkatnya kualitas pengamanan hutan.

- Meningkatnya kualitas penanggulangan kebakaran hutan.

- Meningkatnya penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan.

Sebagai bagian dari sub-sektor kehutanan, KPHP Unit IV Meranti

diharapkan dapat menunjang pembangunan Kabupaten Musi Banyuasin. Sub

sektor kehutanan di Kabupaten Musi Banyuasin merupakan sektor basis.

Selain itu sebagai sub sektor kehutanan berkontribusi terhadap perekonomian

dengan menepati urutan ke-6 dari semua sub sektor dan urutan ke-3 pada

sektor pertanian.

Selain memberikan kontribusi bagi pencapaian pembangunan di

daerah, keberadaan KPHP Unit IV Meranti diharapkan juga berperan dalam

mewujudkan Visi Kementerian Kehutanan RI tahun 2010–2014 yaitu “Hutan

Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan” melalui

penyelarasan dan implementasi program-program.

II-33 | 2014

Page 57: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2.6 Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan

2.6.1 Isu Strategis

1. Ancaman

a. Deforestasi dan Degradasi Lahan

Deforestasi di areal KPHP Unit IV Meranti cukup tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari perubahan kawasan hutan yang terjadi selama ini. Degradasi lahan

di dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti juga menjadi ancaman serius

terhadap lingkungan yang penting. Perubahan tutupan lahan dari berhutan

menjadi non hutan cukup banyak terjadi (Tabel 2.23).

Tabel 2.23 Deforestasi dan Degradasi Lahan yang Terjadi di KPHP Unit IV Meranti Tahun 2000 - 2011

No Penutup Lahan 2000 2011

1 Tanah Terbuka Perkebunan 2 Pertanian Lahan Kering Campur Semak Perkebunan 3 Pertanian Lahan Kering Campur Semak Tanah Terbuka 4 Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 5 Hutan Lahan Kering Sekunder Tanah Terbuka 6 Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur Semak 7 Hutan Tanaman Semak Belukar 8 Semak Belukar Perkebunan 9 Semak Belukar Tanah Terbuka 10 Semak Belukar Perkebunan 11 Tanah Terbuka Pertanian Lahan Kering Campur Semak 12 Pertanian Lahan Kering Campur Semak Perkebunan

Sumber: Hasil analisis spasial (2013)

Hasil interpretasi citra di kawasan Hutan Lindung Meranti Sungai Merah

yang dilakukan oleh BPKH Wilayah II Palembang tahun 2011 menyebutkan

lahan seluas 7.590,751 ha perlu direhabilitasi. Sementara hasil penafsiran

Fakultas Kehutanan UGM terhadap citra Landsat tahun 2013 menyebutkan

bahwa sekitar 7.999,15 ha perlu direhabilitasi dan berdasarkan RTkRHL

BPDAS MUSI tahun 2011 menyebutkan sekitar 3.329 ha lahan pada kawasan

ini perlu direhabilitasi. Hasil studi secara spesifik di kawasan Hutan Lindung

dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti menunjukkan hasil bahwa sebagian

besar merupakan semak belukar. Hasil studi Fakultas Kehutanan UGM (2013)

terkait dengan penutupan lahan di kawasan Hutan Lindung Meranti Sungai

II-34 | 2014

Page 58: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Merah (Kadembah) menunjukkan bahwa tegakan hutan alam yang ada telah

terdegradasi. Penutupan lahan didominasi oleh semak belukar, tanaman karet

dan padang alang-alang.

b. Lahan Kritis

Ancaman lainnya yang perlu mendapat perhatian di areal KPHP Unit IV

Meranti adalah luas, sebaran, dan tingkat kekritisan. Terhadap areal yang

diklasifikasikan sebagai lahan sangat kritis dan kritis maka diperlukan adanya

pengutamaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi.

Secara keseluruhan, lahan dengan klasifikasi sangat kritis seluas

5.872,89 ha (2,41%). Wilayah ini tersebar pada Blok Pemanfaatan HHK-HA

(RE) seluas 277,16 ha atau 0,11%, Blok HP Pemanfaatan HHK-HT (5.019,50

ha atau 2,06%), Blok HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) seluas 228,04 ha

atau 0,09%, dan HP-Perlindungan (349,19 ha atau 0,14%).

Sedangkan lahan dengan klasifikasi kritis berjumlah 11.294,03 ha

(4,63%). Lahan kritis ini terdapat di Blok HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu)

seluas 90,17 ha atau 0,04%, dan Blok HP-Pemanfaatan HHK-HT seluas

7.904,38 ha atau 3,24%, Blok HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) seluas

2.549,60 ha atau 1,04%, dan HP-Perlindungan (749,88 ha atau 0,31%).

(Tabel 2.24)

Tabel 2.24 Tingkat Kekritisan Lahan di KPHP Unit IV Meranti

Tingkat Kekeritisan Lahan Luas (ha) (%)

Agak Kritis 1361,47 0,56 Kritis 11294,03 4,63 Potensial Kritis 27094,57 11,10 Sangat Kritis 5872,89 2,41 Tidak Kritis 198539,36 81,31

Jumlah 244162,33 100,00 Sumber: Hasil analisis spasial (2014)

II-35 | 2014

Page 59: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

2. Tantangan

a. Pembentukan Hutan Normal dan Jangka Benah

Akibat belum beroperasinya beberapa izin konsesi pemanfaatan yang

telah diberikan pada areal KPHP Unit IV Meranti, target pencapaian kondisi

hutan normal menjadi terkendala. Hutan normal ini dapat menjadi salah satu

indikator kinerja terhadap pencapaian kelestarian produksi atau hasil. Dengan

demikian perencanaan penyusunan jangka benah bagi perusahaan

pemegang konsesi di areal KPHP Unit IV Meranti menjadi strategis untuk

dilakukan.

Monitoring terhadap rencana dan target dari setiap pemegang konsesi

pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan perlu diutamakan. Selain

itu evaluasi realisasi dari perencanaan di tingkat lapangan seperti yang

tercantum dalam dokumen RKU dan RKT perusahaan perlu ditindaklanjuti.

b. Realisasi Tanaman Unggulan dan Tanaman Kehidupan

Berdasarkan hasil inventarisasi dan analisis data dan informasi, fokus

dari pemegang izin konsesi pemanfaatan hutan lebih kepada pencapaian

target penanaman pada areal tanaman pokok (seluas 70% dari total areal

konsesi). Orientasi bisnis ini perlu juga diimbangi dengan pemenuhan

kewajiban perusahaan konsesi dalam hal penanaman jenis-jenis tanaman

unggulan dan tanaman kehidupan.

Dari data realisasi penanaman jenis-jenis tanaman unggulan dan

tanaman kehidupan, terlihat bahwa pencapaian rencana sesuai dengan

dokumen RKU dan RKT pemegang konsesi pemanfaatan hutan masih

rendah. Dengan demikian, isu strategis ini dapat menjadi salah satu kegiatan

utama KPHP Unit IV Meranti untuk 10 tahun ke depannya.

c. Kontribusi KPHP terhadap Daerah

Selama ini sumbangan subsektor kehutanan pada pendapatan Provinsi

Sumatera Selatan maupun Kabupaten Musi Banyuasin belum cukup

signifikan. Antara pendapatan dan pengeluaran di sektor kehutanan masih

belum berimbang. Sumbangan ini umumnya berupa pajak dan kontribusi II-36 | 2014

Page 60: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

pada PDRB. Potensi kontribusi KPHP Unit IV Meranti cukup besar mengingat

sepertiga (1/3) dari luas kawasan hutan di Kabupaten Musi Banyuasin berada

di dalam areal KPHP Unit IV Meranti.

Sumber utama pemasukan di subsektor kehutanan berasal dari pajak

Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Iuran Hasil Hutan (IHH). Pada tahun

2012, total besaran PSDH/IHH adalah Rp. 36,477 milyar, jumlah ini dibagi

untuk Nasional (Pusat), Provinsi, dan Kabupaten dengan porsi tertentu. Ke

depan, sumber pemasukan ini diharapkan dapat semakin meningkat dan

signifikan yang berasal dari KPHP Unit IV Meranti.

d. Peran KPHP terhadap Kesejahteraan Rakyat

Peran subsektor kehutanan dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat saat ini semakin menurun, setelah sempat “booming” pengelolaan

hutan dengan skema Hak Pengusahaan Hutan di awal tahun 1970an hingga

1990an. Peningkatan peran inilah yang sedang didorong kembali melalui

sistem KPHP dengan beragam skema pemanfaatan hutan. seperti hutan

tanaman, hutan tanaman rakyat, hutan desa, dan Kemitraan Kehutanan

dengan Masyarakat.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan KPHP Unit IV

Meranti dapat diukur dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat

melalui pemberdayaan masyarakat dengan Kemitraan Kehutanan. Selain itu

dilakukan juga dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja dan penciptaan

lapangan kerja baru. Salah satu upaya untuk percepatan peningkatan

kesejahteraan masyarakat adalah dengan membuka seluas mungkin peluang

masyarakat dalam memanfaatkan hutan.

3. Gangguan

a. Kerawanan Kebakaran Lahan dan Hutan

Kebakaran lahan dan hutan menjadi salah satu gangguan serius dalam

areal KPHP Unit IV Meranti. Terdapat beberapa bagian wilayah yang telah

diberikan izin untuk melakukan pengusahaan hutan tetapi belum melakukan

aktifitas di lapangan. Dengan demikian pengawasan belum dilakukan dan

II-37 | 2014

Page 61: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

menyebabkan tidak adanya kontrol terhadap penggunaan api liar oleh pihak

lain serta terbukanya akses akibat tidak adanya pengawasan pada areal

tersebut.

Selain kegiatan pemanfaatan hutan belum berjalan optimal,

penggunaan kawasan hutan untuk tujuan non kehutanan seperti eksplorasi

serta eksploitasi gas dan batubara juga berdampak pada peningkatan potensi

kerawanan kebakaran lahan dan hutan. Meningkatnya penggunaan akses di

dalam areal KPHP Unit IV Meranti untuk kepentingan penambangan ini perlu

dimonitoring dengan lebih baik.

Karena kebakaran lahan dan hutan dapat menghabiskan sumberdaya

alam didalam hutan, maka pencegahan kebakaran lahan dan hutan menjadi

sangat penting. Resiko terjadinya kebakaran lahan dan hutan dapat dicermati

dari Peta Kerawanan Kebakaran Lahan dan Hutan yang telah disusun

sebelumnya oleh South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP)

tahun 2007 (Gambar 2.3). Data tersebut perlu dilakukan update peta

kerawanan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan keadaan KPHP Unit IV

Meranti, termasuk luasan yang ada saat ini.

II-38 | 2014

Page 62: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Gambar 2.3 Peta Tingkat Kerawanan Kebakaran Lahan dan Hutan diKPHP Unit IV Meranti

II-39 | 2014

Page 63: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

b. Perambahan Hutan dan Lahan

Perambahan hutan dan lahan di dalam areal KPHP Unit IV Meranti

menjadi isu yang sangat penting. Perambahan hutan dan lahan umumnya

dilakukan untuk kegiatan berkebun atau bertani. Sebagian areal juga dibuka

untuk wilayah pemukiman penduduk. Perambahan hutan dan lahan umumnya

dilakukan oleh masyarakat pada kawasan yang berfungsi hutan produksi

maupun hutan lindung.

Hasil Inventarisasi Dinas Kehutanan Kab.Musi Banyuasin pada bulan

April-Juni 2014 menjumpai adanya masyarakat yang telah mengelola Hutan

Lindung Meranti Sungai Jernih (Tabel 2.25).

Tabel 2.25 Kasus Perambahan Hutan oleh Masyarakat di Wilayah Tertentu KPHP Unit IV Meranti

No Lokasi Tanaman Jml Jiwa

Tahun Mengelola

Asal Penduduk ( Jiwa ) Karet

(Ha) Sawit (Ha)

1 HL Meranti Sungai Jernih

227 0 108 2005 Mura 17

2 HL Meranti Sungai Jernih

0 4 1 2000 Jawa 55

3 HL Meranti Sungai Jernih

497 0 158 2011 - 2013 Babat Toman

2

4 HL Meranti Sungai Jernih

0 4 1 2008 Batanghari Leko

160

Sekayu 2 Lahat 2 OKU 1 Sul-Sel 21 Pagar Alam 1 Bayung Lencir

6

Jumlah 724 8 267 - - 267 Sumber: Hasil Inventarisasi Dishut Muba, 2014

Berdasarkan analisis data dan informasi, diketahui juga adanya

sebaran pemukiman yang berada di dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti

seluas 174,81 ha. Pemukiman tersebut berada di Blok HL-Pemanfaatan

seluas 3,06 ha, Blok HP-Pemanfaatan HHK-HT seluas 34,75 ha, dan Blok

HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) 136,99 ha. Apabila dilihat dari status

lahan maka pemukiman ini tersebar di beberapa perusahaan konsesi, wilayah

moratorium, dan wilayah yang belum dibebani izin (Tabel 2.26). II-40 | 2014

Page 64: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

c. Pembalakan Liar

Tumpang tindih izin pemanfaatan kawasan hutan di dalam kawasan

KPHP Unit IV Meranti juga terjadi oleh pihak perusahaan perkebunan sawit.

Pada beberapa kasus, kondisi ini terjadi akibat adanya perbedaan luasan dan

status kawasan dari berbagai pihak terkait yang memiliki kepentingan dan

mengeluarkan perizinan pengolahan/pengusahaan hutan dan lahan pada

lokasi tersebut.

Berdasarkan hasil analisis, dikatahui bahwa tumpang tindih paling

banyak terjadi di Blok HP-Pemberdayaan (wilayah tertentu) (3.494,24 ha atau

60,34%) dan Blok HP-Pemanfaatan HHK-HT (2.178,33 ha atau 37,62%)

(Tabel 2.26).

Tabel 2.26 Lokasi Tumpang Tindih Perkebunan di dalam areal KPHP Unit IV Meranti

No Nama Kebun Berdasarkan Blok Nama Ijin

Luas (ha) (%)

HL_Pemanfaatan 1 Pelangi Inti Pertiwi Moratorium 46,59 0,80 HP_Pemanfaatan

IUPHHK-HT

2 Berkat Sawit Sejati PT.Bumi Persada Permai 843,00 14,56 3 Berkat Sawit Sejati PT.Pakerin 245,64 4,24 4 Bumi Serasan Sawit Brkh. PT. Rimba Hutani Mas 3,78 0,07 5 Bumi Serasan Sawit Brkh. PT.Pakerin 47,66 0,82 6 Dwi Resa Usaha-Bth Lk PT.Sentosa Bahagia Bersama 34,83 0,60 7 Mitra Ogan-2 PT.Pakerin 28,61 0,49 8 Mitra Ogan-2 PT.Sentosa Bahagia Bersama 26,63 0,46 9 Mitra Ogan-3 PT.Pakerin 6,56 0,11 10 Pelangi Inti Pertiwi PT.Pakerin 339,56 5,86 11 Pinago Utama PT.Pakerin 514,33 8,88 12 Pinago Utama PT.Sentosa Bahagia Bersama 0,00 0,00 13 Sari Persada Raya PT.Pakerin 87,74 1,52 HP_Pemberdayaan

(Wilayah Tertentu)

14 Berkat Sawit Sejati Tidak dibebani izin 2.286,16 39,48 15 Bumi Serasan Sawit Brkh. Tidak dibebani izin 4,97 0,09 16 Pelangi Inti Pertiwi Tidak dibebani izin 41,69 0,72 17 Pinago Utama Tidak dibebani izin 1.125,75 19,44 18 Sari Persada Raya Tidak dibebani izin 35,66 0,62 HP_Perlindungan

19 Berkat Sawit Sejati PT.Bumi Persada Permai 5,79 0,10 20 Bumi Serasan Sawit PT.Bumi Persada Permai 7,67 0,13

II-41 | 2014

Page 65: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

No Nama Kebun Berdasarkan Blok Nama Ijin

Luas (ha) (%)

Berkah. 21 Mitra Ogan-2 PT.Sentosa Bahagia Bersama 8,23 0,14 22 Musi Banyuasin Indah PT.Sentosa Bahagia Bersama 0,00 0,00 23 Pinago Utama PT.Sentosa Bahagia Bersama 6,08 0,10 24 Sari Persada Raya PT.Bumi Persada Permai 44,12 0,76

Jumlah 5.791,06 100,00 Sumber: Hasil analisis spasial

4. Peluang

a. Kerjasama Pendanaan dengan Pihak Ketiga

Lembaga yang dilahirkan sebagai KPHP Model di Indonesia, sebagian

pendanaan saat ini masih bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) melalui Kementerian Kehutanan. Selain itu sebagai sebuah

institusi yang dibentuk dengan Peraturan Daerah (Perda), sumber pendanaan

kegiatan KPHP Unit IV Meranti mulai tahun 2015 akan dianggarkan dari

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Musi Banyuasin.

Namun demikian, sangat dimungkinkan bagi KPHP Unit IV Meranti

untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kesamaan

visi, misi, dan tujuan. Potensi pendanaan ke depan dapat diperoleh dari hasil

kerjasama dengan pihak donor (baik dalam maupun luar negeri) yang

kegiatannya fokus pada sektor kehutanan, lingkungan hidup maupun

pengembangan kapasitas. Saat ini banyak tercatat lembaga donor luar negeri

maupun organisasi non pemerintah yang melakukan aktifitas bantuan

kegiatan dan pengembangan kapasitas di Kabupaten Musi Banyuasin.

b. Kerjasama Pengelolaan dengan Pihak Ketiga

Dalam melakukan kegiatannya, KPHP Unit IV Meranti dapat melakukan

kerjasama saling menguntungkan dengan pihak ketiga untuk mengelola areal

Wilayah Tertentu (WT). Dengan luasan yang cukup siginifikan, kerjasama

dalam berbagai skema tentunya dapat meningkatkan kinerja dan

mempercepat pencapaian tujuan KPHP ke depannya.

II-42 | 2014

Page 66: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Landasan hukum kerjasama pengelolaan areal yang belum dibebani

hak/izin ini telah disediakan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri

Kehutanan yang mengatur tatacara kemitraan KPHP dengan masyarakat

(Permenhut No. 39/2014) dan kemitraan KPHP dengan perusahaan

(Permenhut No. 47/2014).

2.6.2 Kendala

1. Keterbatasan Kuantitas dan Kualitas SDM

Ketersediaan sumberdaya manusia berupa staf teknis maupun umum

menjadi permasalahan. Hingga saat ini selain Kepala KPHP Unit IV Meranti,

belum ada pegawai tetap (PNS) lainnya termasuk Kepala Resort dan Kepala

Sub Bagian Umum serta Kepala Sub Bagian Keuangan.

Untuk kegiatan operasional lapangan saat ini Kepala KPHP baru

dibantu oleh 5 orang. Kompetensi teknis staf adalah lulusan Sekolah

Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dengan status dikontrak untuk jangka

waktu terbatas. Setelah 6 bulan maka kontrak perlu diperbaharui lagi.

2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran kegiatan KPHP

Unit IV Meranti di tingkat tapak masih sangat terbatas. Sarana dan prasarana

yang tersedia baru memenuhi sebagian kebutuhan untuk kantor KPHP seperti

1 unit mobil, 2 unit motor, dan 1 unit kantor beserta seperangkat peralatan

kerja kantor. Adapun dukungan sarana dan prasarana untuk tingkat resort

belum terpenuhi.

2.6.3 Permasalahan

1. Kepastian Batas Kawasan

Kepastian batas kawasan merupakan salah satu prasyarat bagi

kelancaran kegiatan di KPHP Unit IV Meranti. Terdapat perbedaan batas

kawasan yang tercantum pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

822 Tahun 2013 dengan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

II-43 | 2014

Page 67: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Provinsi Sumatera Selatan maupun RTRW Kabupaten Musi Banyuasin yang

ada saat ini.

Selain perbedaan batas, dari hasil analisis spasial diketahui adanya

beberapa perubahan status lahan (land status). Adanya perbedaan batas ini

membuka peluang terjadinya konflik karena adanya tumpang tindih

pengelolaan kawasan hutan

Perbedaan batas juga menimbulkan kendala bagi kegiatan di KPHP

Unit IV Meranti mulai dari perencanaan lebih detil, operasional hingga

penyelesaian konflik yang terjadi.

2. Sinergisitas Pihak antara Pemanfaat Hutan & Pengguna Kawasan

Hutan

Addendum Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 2001

memungkinkan adanya izin penggunaan kawasan hutan (IPPKH) untuk tujuan

pertambangan, berupa izin eksplorasi dan eksploitasi. Dalam beberapa

kasus, koordinasi antara pihak pemanfaat kawasan hutan (seperti IUPHH

untuk Hutan Tanaman) dengan izin usaha tambang untuk eksplorasi kurang

berjalan dengan baik. Pihak pemanfaat kawasan sering tidak mendapatkan

informasi yang cukup tentang rencana dan lokasi kegiatan eksplorasi yang

biasanya dalam skala luas. Sementara pihak pengguna kawasan untuk

eksplorasi dibatasi waktu kegiatannya dalam hitungan beberapa bulan.

3. Komitmen Pemegang Ijin.

Berdasarkan hasil analisis data dan informasi terhadap pengelolaan

lahan, terdapat beberapa wilayah hutan yang sudah diberikan izin, namun

tidak dilakukan pengelolaan secara efektif oleh pemegang izin. Kegiatan

operasional dalam pembangunan hutan seperti pembukaan wilayah hutan,

pembinaan tegakan, pemeliharaan dan produksi tidak terlihat.

Akibat tidak adanya kegiatan di tingkat lapangan, maka pengawasan

terhadap gangguan hutan juga menjadi tidak optimal. Akibatnya akses bagi

pihak lain menjadi lebih terbuka sehingga potensi terjadinya penebangan liar,

perambahan hutan dan lahan, serta kebakaran lahan dan hutan semakin

II-44 | 2014

Page 68: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

tinggi. Potensi konflik dengan penduduk pendatang juga akan semakin

meningkat pada masa mendatang.

Kurangnya komitmen dari pemegang izin ini selain menimbulkan

persoalan dengan penurunan kualitas lingkungan hidup, juga mengakibatkan

pencapaian hasil hutan berupa kayu dan non kayu menjadi tidak optimal

(berdasarkan Rencana Kerja Umum dan Rencana Kerja Tahunan).

Pencapaian target hutan normal juga menjadi tertunda.

Selain itu, komitmen pemegang izin pengguna kawasan KPHP Unit IV

Meranti dalam melakukan kegiatan reklamasi juga masih belum optimal.

Realisasi penanaman untuk reklamasi selama ini belum mencapai target yang

tercantum dalam rencana usaha tambang. Kondisi ini membuat upaya untuk

mempercepat pengurangan deforestasi dan degradasi menjadi terkendala.

II-45 | 2014

Page 69: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

Peran KPH sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di

tingkat tapak harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari

sesuai dengan fungsinya. Agar peran ini dapat dilakukan dengan baik, maka Visi,

Misi, dan Tujuan RPHJP KPHP Unit IV Meranti disusun dengan memperhatikan

berbagai pertimbangan. Selain mempertimbangkan kebutuhan pembangunan

kehutanan di daerah (kabupaten dan provinsi), juga memperhatikan kepentingan

Nasional (pusat). Oleh karena itu dokumen perencanaan ini diselaraskan dengan

dokumen perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang di berbagai

tingkatan.

Selain itu penentuan visi dan misi perencanaan jangka panjang ini juga

berdasarkan pada kondisi masa lalu dan masa sekarang (existing), dengan

melakukan analisis (prediksi/proyeksi) untuk memperkirakan kondisi dimasa

mendatang. Visi, Misi, dan Tujuan yang disusun diupayakan untuk realistis sehingga

dapat dioperasikan pada tingkat tapak (wilayah KPHP Unit IV Meranti). Diharapkan

dengan adanya perencanaan yang lebih baik akan memudahkan intervensi dalam

percepatan pencapaian tujuan pengelolaan hutan yang lestari (ideal). Selain itu visi,

misi, dan tujuan memiliki keterkaitan dengan rencana kegiatan. Pada tingkat

perencanaan, keterkaitan antar dokumen dapat digambarkan pada Gambar 3.1 dan

Tabel 3.1.

Gambar 3.1 Tingkat keterkaitan Visi dan Misi KPHP Unit IV Meranti dengan dokumen perencanaan

lainnya

III-1 | 2014

Page 70: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Tabel 3.1 Visi, Misi, dan Tujuan dari parapihak bagi KPHP Unit IV Meranti

Tingkatan Instansi

Terkait Dokumen Visi

Misi

(yang terkait)

Tujuan

(yang terkait)

Pusat Kementerian

Kehutanan

Renstra Hutan Lestari Untuk

Kesejahteraan

Masyarakat Yang

Berkeadilan

1) Memantapkan kepastian status

kawasan hutan serta kualitas data

dan informasi kehutanan

2) Meningkatkan Pengelolaan Hutan

Produksi Lestari (PHPL)

3) Memantapkan penyelenggaraan

perlindungan dan konservasi

sumberdaya alam

4) Memelihara dan meningkatkan

fungsi dan daya dukung daerah

aliran sungai (DAS).

1) Meningkatkan kepastian kawasan hutan

sebagai dasar penyiapan prakondisi

pengelolaan sumberdaya hutan secara

lestari.

2) Meningkatkan optimalisasi pengelolaan

hutan produksi.

3) Menurunkan gangguan keamanan hutan

dan hasil hutan dalam penyelenggaraan

perlindungan dan konservasi

sumberdaya alam

4) Meningkatkan kondisi, fungsi dan daya

dukung daerah aliran sungai (DAS),

sehingga dapat mengurangi resiko

bencana alam, dan dikelola secara

berkelanjutan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

III-2 | 2014

Page 71: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Provinsi

Sumatera

Selatan

Pemerintah

Provinsi

RPJMD Provinsi Sumatera

Selatan Sejahtera

dan Terdepan

Bersama Masyarakat

Cerdas dan

Berbudaya

Membangun pertanian(termasuk

kehutanan) terutama pangan dan

perkebunan berskala teknis dan

ekonomis dengan infrastruktur yang

cukup dan penerapan teknologi tepat

guna.

Mewujudkan daerah lumbung energi

nasional dimana daerah bijak dalam

mengelola dan memanfaatkan sumberdaya

alam energi, air, hutan dan lain-lain bagi

kesejahteraan masyarakat.

Dinas

Kehutanan

Renstra Hutan sebagai

penyangga

kehidupan dan

sumber kemakmuran

rakyat

1) Tercapainya produktivitas dan

peningkatan kualitas pengelolaan

Daerah Aliran Sungai dan

konservasi sumberdaya hutan dan

lahan berkelanjutan.

2) Mendayagunakan sumberdaya

hutan secara optimal, adil dan

bertanggung jawab dengan

melibatkan peran aktif masyarakat

untuk mewujudkan Sumatera

Selatan sebagai lumbung kayu 8

juta m3

3) Menguatkan kelembagaan dalam

penyelenggaraan pengelolaan

kawasan hutan

1) Meningkatnya produktifitas sumber

daya hutan dan lahan yang

berkelanjutan.

2) Meningkatkan rehabilitasi hutan

3) Meningkatkan perlindungan dan

pengamanan sumberdaya hutan.

4) Menyusun kebijakan dan perencanaan

bidang kehutanan.

III-3 | 2014

Page 72: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Kabupaten

Musi

Banyuasin

Pemerintah

Kabupaten

RPJMD Penguatan Ekonomi

kerakyatan,

Religius, Mandiri,

Adil dan Terdepan

Maju Bersama 2017

(PERMATA MUBA

2017)

Meningkatkan pemerataan

pembangunan berkelanjutan yang

berkeadilan dan berwawasan

lingkungan.

1) Memantapkan fungsi, kepastian

kawasan dan pelestarian hutan dalam

pembangunan wilayah,

mengoptimalkan pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya hutan secara

lestari

2) mengoptimalkan kegiatan rehabilitasi

Dinas

Kehutanan

Renstra Pengelolaan hutan

lestari untuk

kesejahteraan

masyarakat

1) Memantapkan status, pengelolaan

dan pemanfaatan kawasan hutan

2) MemantapkanPenyelenggaraan

perlindungan dan rehabilitasi hutan

/ lahan

3) Menguatkan kelembagaan di

bidang Kehutanan

1) Meningkatkan pengelolaan dan

pemanfaatan hutan dan hasil hutan.

2) Menurunkan gangguan keamanan hutan

dan hasil hutan dalam penyelenggaraan

perlindungan dan konservasi

sumberdaya alam.

3) Meningkatkan Pengendalian Kerusakan

Lingkungan

4) Meningkatkan Produktivitas Kawasan

Hutan dan terjaminya kesejahteraan

masyarakat

Sumber: Dokumen Perencanaan di tingkat Nasional, Provinsi Sumatera Selatan, dan Kabupaten Musi Banyuasin (diolah)

III-4 | 2014

Page 73: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

3.1 Visi

Berdasarkan hasil kajian dan analisis data dan informasi yang berkaitan

maka ditetapkan Visi KPHP Unit IV Meranti (tahun 2015-2024) adalah:

“KPHP Unit IV Meranti bersama masyarakat sebagai Penghasil dan Pengelola Hasil Hutan mewujudkan masyarakat mandiri dan hutan Lestari 2024”

Visi dapat dijelaskan sebagai berikut :

• KPHP Unit IV Meranti bersama masyarakat diartikan kegiatan KPHP Unit

IV Meranti melibatkan peran serta masyarakat

• Penghasil dan Pengelola Hasil Hutan dimaksudkan perannya bukan hanya

sebagai pengasil hasil hutan namun juga pengelola hasil hutan sebagai

peningkatan nilai tambah.

• Masyarakat mandiri diartikan bahwa masyarakat yang sejahtera sebagai

salah satu tujuan dari pengelolaan KPHP Unit IV Meranti,

• Hutan Lestari berarti seluruh usaha yang dilakukan harus tetap

memperhatikan kelestarian hutan dan kelestarian sosial budaya masyarakat.

3.2 Misi

Untuk mewujudkan Visi KPHP Unit IV Meranti maka ditetapkan Misi KPHP

Unit IV Meranti (tahun 2015-2024) yaitu:

1) Mengelola administrasi dan database yang lengkap, akurat dan update

2) Mengoptimalkan pengelolaan hasil hutan secara efektif, efisien, transparan

dan akuntabel untuk kesinambungan kegiatan.

3) Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong

partisipasi masarakat dalam pengelola dan pelestarian lingkungan hidup

(ekologi)

4) Melestarikan sosial budaya masyarakat setempat

5) Meningkatkan kemandirian sosial-ekonomi (kesejahteraan) masyarakat

setempat.

III-5 | 2014

Page 74: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Misi ini merupakan upaya untuk mencapai kelestarian dan kemandirian

masyarakat dengan perpaduan antara pengelolaan hasil, lingkungan hidup, dan

sosial budaya.

3.3 Tujuan

Untuk mencapai Visi dan Misi KPHP Unit IV Meranti maka disusun Tujuan

KPHP Unit IV Meranti (tahun 2015-2024) yaitu:

1) Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan pemerintah

dan pemerintah daerah (PDRB dan Pajak)

2) Meningkatkan keuntungan usaha bagi perusahaan dan parapihak

(stakeholders) pemanfaat dan pengguna kawasan hutan

3) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup

4) Meningkatkan rasa kepedulian parapihak terhadap kelestarian hutan

5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat

6) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja bagi

masyarakat setempat

7) Mengurangi tekanan (okupasi) terhadap kawasan hutan.

Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuannya maka perlu dilakukan berbagai

kegiatan yang mendukung dan memiliki keterkaitan yang erat.

III-6 | 2014

Page 75: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1 Analisa Data dan Informasi

Berdasarkan Deskripsi Kawasan yang telah diuraikan terdahulu maka dapat

dilihat faktor-faktor kekuatan/potensi yang dimiliki (Strength), maupun

kelemahan yang ada (Weakness), begitu pula adanya peluang (Opportunities)

serta ancaman yang mungkin timbul (Threats).

4.1.1 Strength (Kekuatan)

1. Potensi Fisik Wilayah

Selain lahan yang luas dapat pula kita lihat keunggulan yang ada pada

potensi fisik antara lain :

a. Jenis Tanah

Jenis tanah di KPHP Unit IV Meranti didominasi tanah Aluvial Podmerkun

Podcokun paling banyak berada di Blok HP-Pemanfaatan HHK-HT yaitu

44,26%.

b. Ketinggian

Ketinggian 25–75 m terdapat di Blok HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu)

dan sebagian besar Blok HP-Pemanfaatan HHK-HT, Blok HP-

Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) dan Blok HP-Perlindungan. Blok HP-

Pemanfaatan HHK-HA didominasi oleh ketinggian 50–100 m.

c. Geologi

Kondisi geologi di KPHP Unit IV Meranti didominasi oleh batu pasir batu

lumpur dan batubara (Blok HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu), Blok HP

Pemanfaatan HHK-HT, Blok HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu), dan

Blok HP-Perlindungan. Batu lumpur dan batu pasir mendominasi wilayah di

Blok HP-Pemanfaatan HHK-HA.

d. Kelerengan

Kelererengan di KPHP Unit IV Meranti datar hingga landai. Kelerengan

datar berada di Blok HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) dan Blok HP-IV- 1 | 2 0 1 4

Page 76: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Pemanfaatan HHK-HA, kelerengan datar dan landai berada di Blok HP-

Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemberdayaan (Wilayah Tertentu), dan Blok

HP-Perlindungan.

e. Penutupan Vegetasi

Sebagian besar area didominasi penutupan vegetasi hutan lahan kering

sekunder sebanyak 45,58%. Penutupan vegetasi berupa hutan tanaman

mencapai 27,90% dan pertanian lahan kering campuran sebesar 15,73%.

f. Bentang Alam

Bentang alam ditandai dengan petak-petak tanah yang tersebar atau

ekosistemnya yang saling berinteraksi. Saat ini sudah ada sebagian

informasi tentang bentang lahan di wilayah KPHP Unit IV Meranti. Salah

satunya hasil dari kajian Tim Ekologika (2014) untuk Penilaian Nilai

Konservasi Tinggi (NKT) di Blo -Pemanfaatan HHK-HT, yaitu pada areal

IUPHHK-HT PT. Bumi Persada Permai (BPP) dan PT. Rimba Hutani Mas

(RHM). Lanskap kajian untuk penilaian NKT dalam konsesi BPP telah

ditetapkan menggunakan kombinasi dari pendekatan ekologi dan hidrologi

(Gambar 4.1).

IV- 2 | 2 0 1 4

Page 77: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Sumber: Ekologika, 2014

Gambar 4.1 Beberapa Landscape di Dalam Areal KPHP Unit IV Meranti

IV- 3 | 2 0 1 4

Page 78: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

2. Potensi Hutan

a. Jenis dan Volume Tegakan Hutan

Potensi Hutan di KPHP Unit IV Meranti pada IUPHHK-HT dan IUPHHK-HA

saat ini umumnya terdiri dari jenis Akasia, Ekaliptus, Sungkai, Karet, dan

Kayu Alam. Luas tegakan hutannya yang sudah ditanaman saat ini adalah

31.368 ha dari rencana 163.932 ha. Sedangkan volume tegakannya yang

berhasil ditanam saat ini mencapai 2.264.757 m3 dari rencana 11.835.895

m3. Dengan demikian realisasi penanaman baru mencapai 19,13 %.

b. Flora dan Fauna

Di hutan tanaman, potensi flora dan fauna yang ada dapat diwakili dari hasil

kajian terbaru oleh Tim Ekologika tahun 2014 untuk PT. BPP. Sedangkan

untuk potensi flora dan fauna di hutan alam dapat dilihat dari hasil temuan

PT. Restorasi Ekosistem.

c. Potensi Non Kayu

Potensi non kayu yang utama di wilayah KPHP Unit IV Meranti diantaranya

rotan, madu, jernang, bambu tersebar hampir di semua kawasan

lindung/HCVF perusahaan konsesi pemanfaatan hutan. Adapun getah

karet dan buah sawit umumnya berada di wilayah yang didiami dan

diusahakan oleh masyarakat.

3. Nilai Tegakan Hutan

a. Nilai Tegakan Kayu

Dengan total luas 244.162 ha nilai tegakan hutan dalam bentuk kayu cukup

besar dapat dilihat pada rincian berikut ini :

Tabel 4.1 Nilai Tegakan Kayu Area/Blok Volume

Tegakan (m3) Jenis Tegakan

HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu)

800.261 meranti dan rimba campuran

HP-Pemanfaatan HHK-HA 3.621.099 meranti, rimba campuran, dan kayu alam HP-Pemanfaatan HHK-HT 516.530 akasia, ekaliptus, karet, dan jabon Blok HP Pemberdayaan (Wilayah Tertentu)

63.583 karet dan sawit

Blok HP Perlindungan 360.406 meranti, rimba campuran dan kayu alam

IV- 4 | 2 0 1 4

Page 79: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

b. Nilai Tegakan Non Kayu

Dari berbagai tegakan non kayu yang nilainya dianggap sangat berarti

oleh masyarakat sekitar adalah rotan, madu, jernang, dan bambu.

Adapun bagi perusahaan pemegang konsesi IUPHHK terutama

IUPHHK-HA yang ada di KPHP Unit IV Meranti, nilai tegakan non kayu

yang paling strategis adalah jasa lingkungan dan perdagangan karbon.

4.1.2 Weakness (Kelemahan)

1. Keterbatasan SDM, sarana dan Prasarana

Saat ini KPHP Unit IV Meranti dipimpin oleh Kepala KPHP dengan

klasifikasi tingkat eselonisasi setara Eselon IIIa, ditunjang dengan beberapa

staf dengan status pegawai kontrak. Sementara untuk sarana dan

prasarana juga masih terbatas. Diharapkan dalam 3 tahun ke depan

seluruh sarana dan prasarana untuk pengelolaan KPHP telah lengkap.

Sarana dan prasarana juga disertai dengan petunjuk penggunaan (manual)

dan petunjuk keselamatan kerja serta dilengkapi dengan program-program

pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair).

2. Perbedaan Batas Wilayah

Adanya perbedaan batas wilayah seperti telah diuraikan pada Bab II,

kondisi tersebut akan memicu timbulnya konflik di masyarakat maupun

antar pengelola sehingga dapat mengganggu produksi maupun keamanan

masyarakat.

3. Wilayah RPH Terlalu Luas.

Dalam masa prakondisi wilayah KPHP Unit IV Meranti seluas sekitar

81.000 ha dikelola dengan 3 (tiga) RPH. Luas kelola tersebut terlalu luas

apabila dikelola dalam level RPH dengan sumberdaya yang sangat terbatas

yaitu seorang KRPH dengan dua orang staf. Oleh karena itu perlu

diusulkan rasionalisasi wilayah kelola.

IV- 5 | 2 0 1 4

Page 80: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

4.1.3 Opportunities (Peluang)

Peluang yang ada sangat memungkinkan upaya-upaya optimasilasi

pengelolaan hutan maupun pengembangan bisnisnya. Faktor-faktor yang

menjadi peluang tersebut antara lain :

1. Tingkat Aksesibilitas Wilayah KPH

Tingkat aksesibilitas pada Blok HL Pemanfaatan Wilayah tertentu adalah

sedang. Adapun untuk aksesibilitas pada Blok HP - Pemanfaatan HHK-HA,

Blok - HP Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemberdayaan (Wilayah Tertentu),

dan Blok HP - Perlindungan terbagi menjadi sedang dan tinggi.

2. Potensi Pendukung Ekonomi Sekitar Wilayah KPH

a. Industri Kehutanan Sekitar Wilayah

Di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sampai dengan akhir tahun 2010

terdapat 38 unit industri pengolahan hasil hutan kayu, terdiri dari 37 unit

industri kayu gergajian dan satu unit industri veneer/kayu lapis. Industri

kayu gergajian tersebar dalam wilayah 7 (tujuh) kecamatan, dan paling

banyak terdapat di Kecamatan Bayung Lencir. Industri veneer dan kayu

lapis dengan kapasitas sekitar 2.000 m3/tahun juga berlokasi di Kecamatan

Bayung Lencir.

Kebutuhan bahan baku kayu untuk memasok seluruh industri ini sesuai

kapasitasnya sekitar 130.000 m3/tahun. Industri yang ada mampu

menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 1.228 orang.

b. Peluang Ekonomi yang Bisa Dikembangkan

Berdasarkan data statistik, ada beberapa jenis kegiatan ekonomi yang

berkembang dan menciptakan lapangan kerja serta menambah pendapatan

masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis kegiatan tersebut

diantaranya anyaman bambu dan rotan, kerajinan rotan, souvenir dan

ukiran kayu, anyaman dari tanaman, dan daur ulang kertas.

c. Keberadaan Lembaga Ekonomi Pendukung Kawasan

Kelembagaan ekonomi sebagai pendukung kawasan belum terlihat tumbuh

di sekitar wilayah KPHP Unit IV Meranti. Dengan demikian hal ini menjadi

IV- 6 | 2 0 1 4

Page 81: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

salah satu tantangan bagi KPHP Unit IV Meranti dalam upaya memberikan

kontribusinya terhadap pengelolaan ekonomi masyarakat sekitarnya.

d. Keberadaan Perkebunan dan usaha masyarakat lainnya dalam wilayah

tertentu.

Dalam Wilayah Tertentu terdapat 9.581 Ha perkebunan dan seluas 9.844

Ha pertanian lahan kering campur, ini adalah merupakan peluang untuk

dapat dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan pola Kemitraan

Kehutanan antara KPHP Unit IV Meranti dengan Masyarakat dan atau

Pihak BUMN/BUMD/BUMS.

3. Keberadaan Kelembagaan Masyarakat

Keberadaan lembaga masyarakat yang ada di desa-desa di dalam dan

sekitar areal KPHP Unit IV Meranti umumnya lembaga yang bersifat formal

seperti Badan Perwakilan Desa (BPD). Peran kelembagaan masyarakat

lainnya masih ada namun terlihat tidak terlalu menonjol, seperti lembaga

adat.

4.1.4 Threats (Ancaman)

1. Perkembangan Demografi Sekitar Kawasan

Secara demografi, kepadatan penduduk yang berada pada KPHP Unit IV

Meranti paling besar berada di Kecamatan Sanga Desa, Babat Supat, dan

Lais. Namun secara luasan, Kecamatan Batanghari Leko dan Bayung

Lencir lebih banyak berada dalam administrasi KPHP.

2. Pola Hubungan Sosial Masyarakat dengan Hutan

Jumlah desa di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 196 desa dan 27

desa (14%) berada pada kawasan KPHP Unit IV Meranti. Berarti ada desa

di Kabupaten Muba yang pola hubungan sosial-ekonomi-budaya

dipengaruhi oleh keberadaan hutan disekitarnya. Pengaruh tersebut dapat

bersifat langsung maupun tidak langsung.

3. Pola Penguasaan Lahan oleh Masyarakat

Penguasaan Lahan oleh Masyarakat yang berada di dalam maupun di

sekitar kawasan secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua pola.

Pola pertama masyarakat yang cenderung menguasai lahan untuk IV- 7 | 2 0 1 4

Page 82: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

pemenuhan kebutuhan ekonomi kehidupan yang lebih banyak dilakukan

oleh penduduk asli/lokal secara turun temurun. Pola yang kedua adalah

masyarakat yang cenderung untuk menguasi lahan lebih dari motif ekonomi

sehari-hari, hal umumnya terlihat pada masyarakat pendatang.

4. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Merujuk pada hasil analisis, diketahui bahwa luas wilayah KPHP Unit IV

Meranti yang masuk dalam klasifikasi sangat kritis 7.557 ha atau 3,20%.

Adapun luasan areal kritis sejumlah 3.927 ha (1,66%). Wilayah terluas masuk

dalam kategori potensial kritis sebanyak 114.482 ha atau mencapai 48,45%.

4.1.5 Strategi dan Kegiatan yang Diusulkan

Analisa terhadap kekuatan yang dimiliki, kelemahan yang ada, peluang

maupun ancaman, maka untuk mencapai tujuan dibentuknya KPHP unit IV

Meranti kami usulkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Kepastian batas wilayah/kawasan.

b. Kecukupan SDM dengan kompetensi yang memadai

c. Kecukupan sarana dan prasana

d. Rasionalisasi kelembagaan

e. Evaluasi pengelolaan dan para pemegang ijin

f. Regulasi Pola Kemitraan

g. Perlindungan hutan

h. Pemberdayaan masyarakat

i. Pengembangan potensi jasa lingkungan dan wisata alam.

Kegiatan strategis yang akan dilakukan diuraikan pada Bab V.

IV- 8 | 2 0 1 4

Page 83: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah

Proyeksi pengelolaan kawasan KPHP Unit IV Meranti disusun

berdasarkan hasil analisis atas kondisi awal KPHP (existing condition),

memperhatikan visi dan misi, strategi pencapaian, sasaran pengelolaan KPHP

dan mempertimbangkan kebijakan serta arahan pembangunan kehutanan baik

pada level daerah maupun nasional.

4.2.1 Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan

Proyeksi keberlanjutan ekologi/lingkungan di KPHP Unit IV Meranti adalah

hutan dikelola sesuai prinsip kelestarian ekologi, meliputi :

1. Deforestasi dan Degradasi Lahan

Deforestasi dan degradasi lahan antara lain disebabkan oleh Pembalakan

kayu, perambahan dan tumpang tindih kawasan dan kebakaran lahan

hutan.

2. Reforestasi, Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan

Reforestasi, Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan ditujukan mengembalikan

sedemikian rupa sehingga fungsi Kawasan Hutan bisa optimal melalui pola

pelibatan masyarakat yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan dengan

jenis tanaman MPTS dan Tanaman Unggulan Lokal.

1. Proyeksi Deforestasi dan Degradasi Lahan

a. Pembalakan Kayu

Berdasarkan data perubahan tutupan lahan tahun 2000 - 2011 terjadi

degradasi lahan sebesar 5.820 ha atau 529 ha per tahun. Apabila

diasumsikan terjadi pola yang sama maka luas degradasi lahan sampai

dengan 2014 adalah 7.500 ha.

Mulai tahun 2015 akan dilakukan rehabilitasi lahan sebesar 1.000 ha per

tahun dan setiap tahun akan meningkat dengan dilaksanakannya

pengamanan hutan secara terpadu dengan para pihak pengelola yang

terkait. Dengan demikian diproyeksikan dalam 10 tahun ke depan

degradasi lahan dapat diminimalkan.

IV- 9 | 2 0 1 4

Page 84: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

b. Perambahan dan Tumpang Tindih Kawasan

Selama periode tahun 2000-2011 terjadi degradasi hutan tanaman menjadi

semak belukar seluas 109 ha atau 10 ha per tahun. Berdasarkan proyeksi

maka di tahun 2024 akan terjadi proses deforestasi lahan dari semak

belukar menjadi penutupan lahan pertanian lahan kering campur semak.

Proses deforestasi ini berpotensi terjadinya konflik lahan.

Total konflik lahan adalah 34 kasus/lokasi (4 kasus perambahan, 6 kasus

pemukiman, 24 kasus tumpang tindih). Dengan rata-rata 4 kasus per tahun

target penyelesaian konflik selama 10 tahun ke depan akan tercapai, bila

telah dilengkapi kelembagaan yang jelas.

Penyelesaian konflik akan berdampak pula terhadap peningkatan kinerja

produksi kayu, karena akan meningkatkan jaminan dan kepastian status

lahan (clear and clean).

c. Kebakaran Lahan dan Hutan

Salah satu indikasi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan dan hutan

adalah jumlah hotspot. Berdasarkan analisis data dan informasi pada

periode 2000–2013 rata-rata terdapat hotspot 73 titik per tahun dan

diperkirakan pada tahun 2024 akan terdapat 134 titik hotspot.

Dalam periode 2015–2024 diharapkan jumlah hotspot yang muncul di

wilayah KPHP Unit IV Meranti dapat menurun menjadi rata-rata di bawah

23 titik per tahunnya. Berarti perlu menekan terjadinya penurunan 50 titik

hotspot setiap tahunnya dari kondisi sekarang.

2. Proyeksi Reforestasi, Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan

Reforestasi, rehabilitasi, dan reklamasi lahan yang terjadi dapat

dianalisa dan diperkirakan dari perubahan tutupan lahan yang terjadi dalam

jangka waktu tertentu. Berdasarkan hasil analisis spasial temporal, selama

periode tahun 2000–2011 telah terjadi perubahan tutupan lahan seluas

19.050 ha di areal KPHP Unit IV Meranti, atau rata-rata 1.732 ha per tahun.

Perubahan terbesar terjadi dari tutupan lahan semak belukar menjadi

perkebunan, hal ini mengambarkan juga kinerja perusahaan pemegang

IUPHHK-HT yang telah melakukan penanaman dalam skala besar selama

IV- 10 | 2 0 1 4

Page 85: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

10 tahun terakhir ini. Namun kontribusi reklamasi yang telah dilakukan oleh

perusahaan pemegang konsesi IPPKH untuk gas dan batubara belum

signifikan.

Secara keseluruhan, lahan dengan klasifikasi sangat kritis seluas

5.873 ha (2,41%), sedangkan lahan kritis seluas 11.294 ha (4,63 %)

sehingga total keseluruhan 17.167 ha . Penyebarannya disajikan berikut

ini :

Tabel 4.2 Sebaran Lahan Kritis dan Sangat Kritis Area Luas (ha) % Luas (ha) %

SANGAT KRITIS KRITIS Blok HP - Pemanfaatan HHK-HT

5.019 85,47 - -

Blok HP - Pemanfaatan HHK-HA (RE)

277 4,72 - -

Blok HP - Perlindungan 348 5,93 750 6,64 Blok HP - Pemberdayaan 228 3,88 2.550 22,57 Blok - HL Pemanfaatan - - 90 0,80 Blok HL - Pemanfaatan HHK-HT

- - 7.904 69,99

Sumber: Hasil analisis

Dari pengamatan di lapangan, kondisi kritisnya lahan lebih banyak

disebabkan dari aktiftas IUPHHK-HT untuk pembukaan lahan, aktifitas

penggunaan hutan dan aktifitas masyarakat yang memanfaatkan hutan

secara ilegal. Untuk mengatasi hal ini akan diprogramkan secara intensif

mengenai monitoring dan evaluasi terhadap pemegang ijin pemanfatan

maupun penggunaan kawasan hutan, sedangkan dengan masyarakat

akan dilakukan pendekatan-pendekatan sosial sehingga masyarakat pada

akhirnya menjadi mitra dalam membangun hutan.

4.2.2 Keberlanjutan Produksi/Ekonomi

1. Proyeksi Pola Pemanfaatan Hutan

Proyeksi dalam 10 tahun ke depan, pola pemanfaatan hutan di

wilayah KPHP Unit Meranti untuk skema IUPHHK-HT akan cenderung pada

optimalisasi rencana penanaman tanaman pokok, tanaman unggulan dan

tanaman kehidupan, sehingga tercapai kondisi hutan yang lestari dalam

bentuk terjadinya hutan normal dengan beragam strata umur tanaman.

IV- 11 | 2 0 1 4

Page 86: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Dengan demikian diproyeksikan pada 10 tahun ke depan lahan seluas

134.438 ha terbentuk tegakan kayu hutan tanaman untuk IUPHHK-HT

yang terdiri dari 70% tanaman pokok, 10% tanaman unggulan dan 5%

tanaman kehidupan.

Selain itu diproyeksikan pula adanya pemanfaatan hasil hutan bukan

kayu dengan pola restorasi ekosistem di hutan alam seluas 50.153 ha.

Jumlah ini merupakan 24,07% dari total luasan pemanfaatan hasil hutan

kayu di wilayah KPHP Unit IV Meranti.

Proyeksi untuk Wilayah Tertentu dengan melibatkan masyarakat dan

pihak ketiga lainnya adalah pemanfaatan hasil hutan bukan kayu berupa

getah dan buah sawit seluas 9.581 Ha dan peningkatan produktifitas

tanaman campuran seluas 9.844 Ha.

2. Proyeksi Pola Pemanfaatan Kawasan Hutan

Proyeksi 10 tahun ke depan pada pola penggunaan kawasan hutan,

masih akan ada pengajuan ijin untuk ekplorasi tambang batubara namun

belum terlalu signifikan, sedangkan pengajuan ijin eksploitasi gas

cenderung stabil. Orientasi ke depan lebih ditujukan pada upaya

mendorong kewajiban pemegang IPPKH untuk melakukan reklamasi. Areal

yang diarahkan untuk kegiatan rehabilitasi (termasuk reklamasi) seluas

48.478 ha atau 25,19%.

Tabel 4.3 Proyeksi Arah Pemanfaatan Hutan dalam Blok HHK Arahan pada areal IUPHHK Luas

(ha) (%) HP - Pemanfaatan HHK-HA 50.153 26,06

Arahan untuk Usaha Skala Besar 50.153 26,06 HP- Pemanfaatan HHK-HT 142.267 73,94

Arahan untuk Rehabilitasi 379,97 0,20 Arahan untuk Usaha Skala Besar 137.834,74 71,63 Arahan untuk Usaha Skala Kecil 4.052,79 2,11

Jumlah 192.420 100,00 Sumber: Hasil analisis

3. Proyeksi Pola Pemanfaatan Wilayah Tertentu

Pola pemanfaatan wilayah tertentu mendasarkan pada Peraturan

Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang

Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan

IV- 12 | 2 0 1 4

Page 87: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi. Pada wilayah KPHP Unit IV Meranti ada beberapa areal

yang belum dibebani izin seluas 35.642 ha sehingga dapat diperuntukkan

sebagai pemanfaatan wilayah tertentu (Blok HL-Pemanfaatan dan Blok HP-

Pemberdayaan). Dalam operasionalnya mengacu Peraturan Menteri

Kehutanan RI Nomor P.47/Menhut-II/2013 tentang pedoman, kriteria dan

standar pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada KPHL dan KPHP.

Berdasarkan arahan RKTN, pengelolaan wilayah tertentu pada Blok

HL -Pemanfaatan diproyeksikan pada pemanfaatan hutan bagi usaha skala

besar dan usaha skala kecil, sedangkan pada Blok HP-Pemberdayaan

disamping kegiatan konservasi dan rehabilitasi , juga akan lebih mengarah

pada kegiatan usaha skala besar dan kecil, rincian dapat dilihat pada Tabel

4.4.

Tabel 4.4 Proyeksi Arah Pemanfaatan Wilayah Tertentu Arahan RKTN pada areal

Wilayah Tertentu Luas

(ha) (%) HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) 16.325,20 45,79

Arahan untuk HA dan Gambut 674,88 1,89 Arahan untuk Rehabilitasi 11.542,47 32,38 Arahan Usaha Skala Besar 3.068,66 8,61 Arahan Usaha Skala Kecil 1.039,19 2,91

HP-Pemberdayaan (Wilayah Tertentu) 19.316 54,30 Arahan untuk Rehabilitasi 2.868,89 8,05 Arahan usaha Skala Besar 1.934,52 5,43 Arahan usaha Skala Kecil 14.512,90 40,72

Jumlah 35.641,52 100.00 Sumber: Hasil analisis

4. Proyeksi Produksi Kayu

Pada tahun 2013 kinerja penanaman lahan konsesi untuk tanaman

pokok, tanaman unggulan, dan tanaman kehidupan baru mencapai 36.187

ha atau 22,75% dari target yang diharapkan, dengan produksi Kayu

mencapai 396.057 m3 atau 25,84% dari potensi yang dapat dicapai.

Pada tahun 2024 dengan asumsi ada peningkatan kinerja 3 kali

(300%) dari kondisi sekarang, maka akan tercapai luas pemanfaatan hasil

hutan kayu dari hutan tanaman sebesar 172.126 ha dengan volume kayu

sebesar 1.067.622 m3 (71,48% dari rencana optimal). Dengan demikian

proyeksi dalam 10 tahun ke depan ada peningkatan luas penanaman

IV- 13 | 2 0 1 4

Page 88: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

seluas 135.939 ha atau 13,594 ha per tahun. Produksi kayu diperkirakan

ada peningkatan sebesar 671.565 m3 atau 67.157 m3 per tahun (Tabel

4.5).

Tabel 4.5 Proyeksi Produksi Kayu dari IUPHHK di KPHP Unit IV Meranti

Ijin Usaha

Target Optimal 2034

Realisasi 2010 – 2013

Proyeksi 2024

Luas (ha)

Volume (m3) Luas (ha) Volume

(m3) Luas (ha) Volume (m3)

IUPHHK-HT PT. Bumi Persada Permai I 38.187 502.540 7.472 510.136 22.419 250.808 PT. Rimba Hutani Mas 12.130 159.630 - - - - PT. Pakerin 23.375 307.615 4.691 370.488 14.073 157.441 PT. Bumi Persada Permai II 24.283 319.564 3.720 293.782 11.161 124.858

PT.Sentosa Bahagia Bersama 53.639 705.889 13.443 1.061.630 40.330 451.193

PT. Wahana Agro Mulia 6.547 86.158 764 60.342 2.292 25.646 IUPHHK-HA Restorasi Ekosistem Indonesia 50.153 18.287

Jumlah 208.314 2.081.396 36.187,28 396.057 172.126 1.067.622 Persentase 100,00 100,00 17,37 19,03 82,63 74,16

Ket: Diasumsikan potensi kayu di hutan alam = 72,2 m3/ha ; potensi kayu di hutan tanaman = 78,97 m3/ha (IHMB PT BPP, 2010); total areal yang dapat ditanam = 85% (tanaman pokok 70%, tanaman unggulan 10%, dan tanaman kehidupan 5%); rotasi = 6 tahun; kayu dari hutan alam untuk tujuan restorasi ekosistem tidak ditebang Sumber: Hasil Analisis

5. Proyeksi Produksi Non Kayu

Produksi non kayu dari kawasan KPHP Unit IV Meranti diperkirakan

bersumber dari rotan, getah (karet dan jelutung), madu,jernang,dan ikan.

Saat ini sebagian besar hasil hutan non kayu seperti ikan, rotan dan getah

jelutung masih diambil dari sumber daya yang disediakan secara alami dari

dalam kawasan. Namun untuk getah karet diperoleh dari pemanfaatan

hasil penanaman yang telah dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Pada saat ini produksi non kayu yang cukup signifikan di dalam

kawasan KPHP Unit IV Meranti adalah rotan. Demikian juga di tingkat

Kabupaten Musi Banyuasin dengan potensi rotan sekitar 97.166 batang

atau 685 ton. Produksi rotan saat ini diperkirakan sekitar 26,336 batang

atau sekitar 186 ton setiap tahunnya.

Apabila diperkirakan terdapat sekitar 10 batang rotan pada kawasan

yang masuk dalam Blok HL-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu), Blok HP -

Pemanfaatan HHK-HA, dan Blok HP-Perlindungan dengan total luas IV- 14 | 2 0 1 4

Page 89: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

101.895 ha, maka dapat diproyeksikan produksi rotan sebanyak 1.018.950

batang atau 7.500 ton. Dengan kata lain proyeksi rotan sebesar 101.895

batang atau 750 ton per tahunnya (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Proyeksi Produksi Rotan dari IUPHHK di KPHP Unit IV Meranti Lokasi Jumlah Proyeksi Produksi Per Tahun

(2015-2024) (Batang) (Ton) (Batang) (Ton)

KPHP UNIT IV Meranti 1.018.950 7.500 101.895 750 Sumber: Hasil Analisis

Ke depan produksi non kayu akan mulai mengarah pada jasa

lingkungan dan perdagangan karbon. Saat ini sedang disusun penentuan

rencana kegiatan untuk daerah yang masuk dalam kelompok high

conservation value for forest (HCVF) oleh Tim Ekologika untuk sebagian ijin

konsesi milik mitra Perusahaan APP (Sinar Mas Group) seperti PT. BPP

dan PT. RHM. Pada daerah yang sekarang dikenakan status “moratorium”

pembukaan lahan maka salah satu bentuk kegiatannya bisa mengarah

pada jasa lingkungan dan perdagangan karbon.

6. Proyeksi Kontribusi Terhadap Pendapatan Daerah

Kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Kabupaten Musi Banyuasin periode 2005–2013 secara

nominal cenderung meningkat. Tahun 2005 dengan kontribusi sekitar Rp.

48 milyar meningkat mencapai Rp. 1.666 milyar di tahun 2013. Proyeksi

kontribusi sektor kehutanan tetap akan meningkat dalam periode tahun

2015–2024 sehingga akhir tahun 2024 mencapai Rp. 3.315 milyar (Gambar

4.2).

IV- 15 | 2 0 1 4

Page 90: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Gambar 4.2 Proyeksi Kontribusi KPHP Unit IV Meranti Terhadap

Pendapatan Daerah (Sumber: Hasil Analisis)

Gambar 4.3 Proyeksi Proporsi KPHP Unit IV Meranti Terhadap

Pendapatan Daerah (Sumber: Hasil Analisis)

Namun apabila dibandingkan proporsinya terhadap total PDRB pada

periode yang sama (2005–2013) terjadi penurunan persentase. Pada

tahun 2005 kontribusi sektor kehutanan 9,5% dan pada tahun 2013

menurun menjadi 8,81%. Hasil proyeksi juga menunjukkan adanya

kecenderungan penurunan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB bila

IV- 16 | 2 0 1 4

Page 91: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

dilihat dari persentase dan dibandingkan dengan proporsi sektor lainnya.

Diperkirakan pada tahun 2023 kontribusinya menjadi 9,15% (Gambar 4.3).

Agar kontribusi sektor kehutanan dapat meningkat sesuai harapan,

maka diperlukan adanya intervensi dari parapihak yang mengelola sektor

kehutanan. Dengan demikian dimasa mendatang kontribusi sektor

kehutanan mengalami peningkatan tidak hanya dari sisi nominalnya, namun

juga dari sisi persentase.

7. Proyeksi Kontribusi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Kontribusi sektor kehutanan terhadap kesejahteraan masyarakat

dapat dilihat dari besaran kemampuan meningkatkan pendapatan dan

menyerap tenaga kerja atau menciptakan lapangan kerja. Melalui

pendekatan analisis Tabel Input-Output (I-O) dan Sistem Neraca Sosial

Ekonomi (SNSE) maka besaran kontribusi sektor kehutanan dapat

diperkirakan secara kuantitatif.

a. Proyeksi Kontribusi terhadap Peningkatan Pendapatan

Berdasarkan data dan informasi yang ada, diproyeksikan bahwa

meningkatnya anggaran di sektor kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin

(melalui Dishut Muba) akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan

masyarakat di Musi Banyuasin, terutama akan dirasakan oleh masyarakat

sekitar kawasan hutan.

Proyeksi ini menggunakan dasar dari hasil penelitian Ulya dan

Yunardy (2006) yang menunjukkan income multipler sebesar 1,2615 dan

labor multiplier sebesar 1,2817 untuk sektor kehutanan. Di tahun 2008

dengan pengeluaran Pemkab Muba di sektor kehutanan sebesar Rp. 5,54

milyar telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah

sekitar Rp. 6,99 milyar. Dengan demikian pada tahun 2023 diperkirakan

akan ada peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Musi

Banyuasin sebesar Rp. 31,34 milyar per tahun (Gambar 4.4).

Dengan luasan kawasan hutan KPHP Unit IV Meranti sebesar 33,11%

dari total kawasan hutan di Kabupaten Musi Banyuasin maka diprediksikan

kontribusi KPHP Unit IV Meranti terhadap peningkatan pendapatan

IV- 17 | 2 0 1 4

Page 92: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

masyarakat sekitarnya sebesar Rp. 1,038 milyar pada tahun akhir tahun

2024.

Gambar 4.4 Grafik Proyeksi Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Sumber: Hasil Analisis)

b. Proyeksi Kontribusi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil analisis pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang

terserap dari kegiatan pengelolaan hutan di Kabupaten Musi Banyuasin

mencapai 32.093 orang pada kegiatan di sektor kehutanan (perusahaan

konsesi) dan industri kehutanan (termasuk pabrik/industri yang berada di

luar Kabupaten Muba). Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan dapat

menyerap 55.426 orang tenaga kerja dengan asumsi proyeksi luas

pengusahaan dan produksi kayu dapat dicapai (Tabel 4.7).

Dengan luasan kawasan hutan 1/3 dari luas kawasan hutan

Kabupaten Muba dan diasumsikan 70% dari kegiatan sektor kehutanan

tersebut menggunakan tenaga sekitar hutan dan 30% kayu yang dihasilkan

diproses di sekitar lokasi maka kontribusi KPHP Unit IV Meranti terhadap

penyerapan tenaga kerja pada tahun 2024 sebanyak 11.530 orang.

IV- 18 | 2 0 1 4

Page 93: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tabel 4.7 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja pada Kegiatan Pengusahaan Hutan di Kabupaten Musi Banyuasin

Penyerapan Tenaga Kerja

Tahun Keterangan 2013 2023

Sektor Kehutanan 23.816 45.487 Menggunakan data proyeksi peningkatan luas tahun 2023 dan standar 0,4 TK/ha

Industri Kehutanan

8.276 9.940 Menggunakan proyeksi produksi kayu tahun 2023 dan 107 m3/TK

Jumlah 32.093 55.426 Dampak kegiatan pengelolaan hutan Sumber: Hasil Analisis

4.2.3 Keberlanjutan Sosial Budaya

Keberlanjutan sosial budaya dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat

pada pengelolaan hutan secara efektif dan optimal dalam bentuk kelompok-

kelompok ataupun organisasi masyarakat yang berperan aktif sebagai mitra

dalam pengelolaan KPHP. Kelompok ataupun organisasi diutamakan berbadan

hukum (misalnya koperasi) dan telah mendapatkan penyuluhan, pendidikan

dan latihan dalam pengelolaan KPHP Model sehingga peran dan kontribusi

masyarakat dapat diidentifikasi dan dideskripsikan dengan jelas. Demikian pula

manfaat yang diperoleh dan dampak positif, baik bagi masyarakat maupun bagi

pengelolaan KPHP Model Meranti dapat diuraikan dengan jelas.

1. Proyeksi Dinamika Perubahan Sosial

Dinamika perubahan sosial masyarakat di sekitar areal KPHP Unit IV

Meranti terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dalam memandang

kepemilikan lahan dalam kawasan hutan (konflik), terdiri dari beberapa kondisi

yaitu :

a. Mata Pencaharian Pokok

Potensi konflik di lapangan umumnya menyangkut mata pencaharian

pokok, hal ini terjadi karena adanya kepentingan kebutuhan lahan untuk

wilayah pertanian kebun karet dan sawit masyarakat yang menjadi mata

pencaharian masyarakat sebagai petani. Diperkirakan konflik kepemilikan

lahan di dalam kawasan sebagai sumber mata pencaharian pokok tetap akan

IV- 19 | 2 0 1 4

Page 94: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

mendominasi dinamika perubahan sosial di wilayah sekitar KPHP Unit IV

Meranti.

Potensi konflik lainnya adalah adanya berbagai tuntutan sarana dan

prasarana, peluang kesempatan kerja dan juga pengelolaan serta komitmen

perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan. Penangan potensi

konflik beserta dinamika perubahan sosial ini perlu dikelola secara profesional,

proporsional dan mufakat untuk meminimalkan munculnya konflik di lapangan.

b. Kelembagaan Sosial

Dibukanya peluang kemitraan antara Pengelola KPHP dengan Kelompok

Masyarakat sebagai pihak ketiga akan berimplikasi pada terbuka peluang

terbentuknya kelembagaan sosial dimana masyarakat sepakat untuk

berhimpun. Dalam periode 2015–2024 diproyeksikan akan tumbuh lembaga

pemberdayaan yang formal sebanyak 10 lembaga atau 2 lembaga per tahun.

2. Proyeksi Dinamika Budaya

a. Masyarakat Adat

Ke depan, kelompok masyarakat adat yang ada di sekitar kawasan KPHP

Unit IV Meranti akan dapat berperan dengan adanya rencana penyusunan

nilai konservasi penting (NKT atau HCVF) di dalam areal KPHP. Salah satu

fokus pengelolaan NKT adalah mengkonservasi / melindungi tradisi

masyarakat adat yang ada dan masih berlaku di sekitar kawasan hutan.

b. Kearifan Lokal

Selain masyarakat adat, kegiatan pengelolaan NKT juga ditujukan untuk

melindungi kearifan lokal yang ada dan masih berlaku dalam tata nilai sosial

budaya masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lahan. Dengan demikian

diproyeksikan perkembangan budaya di sekitar KPHP Unit IV Meranti akan

tetap terpelihara dan terjaga.

Dalam periode 2015–2024 diproyeksikan akan tumbuh lembaga

kebudayaan (adat) yang formal sebanyak 5 lembaga atau 1 lembaga per

tahunnya.

IV- 20 | 2 0 1 4

Page 95: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

4.2.4. Keberlanjutan Kelembagaan

1. Proyeksi Kelembagaan dan Kebutuhan Sumberdaya

Merujuk pada Permendagri 61 Tahun 2010 maka KPHP Unit IV

Meranti memenuhi kriteria untuk menjadi KPHP Tipe A. Proyeksi

keberlanjutan kelembagaan dan sumberdaya akan fokus dan

memprioritaskan pada upaya dalam pemenuhan sumberdaya.

Untuk mencapai hasil yang optimal diusulkan Struktur organisasi bisa

terdiri dari 1 kepala KPHP, 1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 2 Kepala

Seksi, dan 3 Kepala Resort yang membawahi masing-masing wilayah

resort, serta beberapa Pejabat Fungsional.

Dengan asumsi setiap kepala sub bagian atau kepala seksi

memerlukan 3 orang staf dan setiap kepala resort dengan 2 staf maka

diperlukan jumlah 18 orang struktural dan 15 orang diharapkan merupakan

tenaga teknis dengan latar belakang ilmu kehutanan. Tenaga Fungsional

diperlukan untuk pengamanan dari kelompok Polhut serta kelompok

pengembangan dan penelitian.

Sejalan dengan itu diproyeksikan juga upaya pemenuhan peralatan

berupa sarana dan prasarana pendukung bagi beroperasinya KPHP secara

baik. Orientasi ke depan adalah prioritas pada pembangunan infrastruktur

kantor resort beserta peralatan pendukungnya (komputer, printer) serta

penyediaan sarana transportasi (mobil, motor, speed boat) secara

bertahap. Sampai saat ini sebagian sarana dan prasarana untuk

mendukung pengelolaan KPHP telah difasilitasi oleh Kementerian

Kehutanan. Diharapkan dalam 3 tahun ke depan seluruh sarana dan

prasarana untuk pengelolaan KPHP telah lengkap. Sarana dan prasarana

juga disertai dengan petunjuk penggunaan (manual) dan petunjuk

keselamatan kerja serta dilengkapi dengan program-program pemeliharaan

dan perbaikan (maintenance and repair).

Dengan demikian diproyeksikan dalam 10 tahun ke depan struktur

organisasi KPHP Unit IV Meranti sudah ada dan terisi sesuai dengan

kebutuhan (tupoksinya). Demikian juga diproyeksikan sarana prasarana

IV- 21 | 2 0 1 4

Page 96: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

yang ada sudah dapat memenuhi standar minimal untuk pengelolaan unit

kerja KPHP Unit IV Meranti.

2. Proyeksi Perencanaan yang Memadai

Kegiatan pengelolaan hutan dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti

diproyeksikan didukung dengan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Pendek/Rencana Tahunan yang memadai. KPHP memiliki Rencana

Tahunan yang relevan dengan kemampuan dan kondisi hutan serta

memenuhi persyaratan, serta Rencana Strategis untuk jangka 5 tahun

yang sinkron dengan perencanaan pembangunan daerah.

Dalam 10 tahun ke depan diproyeksikan telah tersusun perencanaan

untuk jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka pendek (Rencana

tahunan) yang terintegrasi dengan perencanaan sektor dan/atau bidang

lainnya yang terkait secara horisontal maupun vertikal.

3. Proyeksi Tata Batas Definitif

Diproyeksikan pada akhir RPHJP tahun 2024, tata batas kawasan

KPHP Unit IV Meranti, tata batas fungsi hutan, tata batas perizinan unit-unit

IUPHHK dan IPPKH diharapkan sudah definitif. Demikian pula penataan

areal kerja ke dalam blok dan petak-petak sudah terealisir pada akhir

RPHJP periode 2015–2024.

Fokus tata batas oleh KPHP adalah pada penataan kawasan yang

belum dibebani ijin atau pada wilayah tertentu, dan diproyeksikan tata batas

luar telah selesai pada akhir 2017, sedangkan tahun 2024 seluruh areal

IUPHHK dan IPPKH sudah ditata batas di dalam areal izinnya (tata batas

dalam).

Dalam penataan pada areal IUPHHK dan IPPKH, peran KPHP Unit IV

Meranti adalah memberikan dukungan dan koordinasi.

4. Proyeksi Dampak Pengelolaan Hutan

Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang tepat dampak negatif

pengelolaan hutan dapat diminimalkan. Dengan penerapan teknik-teknik

ramah lingkungan pada seluruh kegiatan pengelolaan hutan, dampak

IV- 22 | 2 0 1 4

Page 97: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

negatif akibat pengelolaan kawasan hutan diproyeksikan lebih kecil dari

kondisi saat ini. Diproyeksikan pada masa 10 tahun mendatang telah

tersedia sistem monitoring dan evaluasi dampak pengelolaan KPHP yang

terpadu dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sehingga dampak

negatif pengelolaan hutan dapat ditekan hingga 5% dari sebelumnya.

5. Proyeksi Dukungan Litbang Dalam Pengelolaan KPHP

Proyeksi dalam 10 tahun ke depan, melalui kerjasama dengan

stakeholders tersedia hasil penelitian dan pengembangan untuk

mendukung pengelolaan KPHP Unit IV Meranti. Penelitian dan

pengembangan mencakup seluruh aspek dalam Pengelolaan KPHP,

diutamakan berkaitan dengan HHBK, jasa lingkungan dan

konservasi/lingkungan, peningkatan pendapatan ataupun pengembangan

investasi KPHP serta penelitian terkait dengan sosial kemasyarakatan.

Diproyeksikan minimal 5 (lima) judul penelitian yang terkait dengan

areal KPHP Unit IV Meranti dapat dihasilkan tiap tahun atau 50 judul

penelitian dalam 10 tahun ke depan.

6. Proyeksi Peran Serta Stakeholders

Peran serta stakeholders ke depan diperkirakan akan mendapat

prioritas. Hal ini dilakukan agar potensi dari KPHP Unit IV Meranti menjadi

hasil yang optimal dengan berbagi peran. Dukungan para pihak akan

memudahkan pencapaian target dan mempercepat penyelesaian masalah

dan kendala yang dihadapi.

Secara garis besar maka peran serta stakeholders dapat

dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu stakeholders kelola produksi, kelola

ekologi, kelola sosial ekonomi, dan kelola kelembagaan. Stakehoders yang

berkaitan dengan tata kelola KPHP Unit IV Meranti ditampilkan pada Tabel

4.7 dan Gambar 4.5.

IV- 23 | 2 0 1 4

Page 98: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tabel 4.7 Daftar Stakeholders Terkait Pembangunan KPHP Unit IV Meranti No Stakeholders 1 Kementerian Kehutanan 2 UPT Kementerian Kehutanan (BPKH, BKSDA, BPPHP, BPTH, BLK, BPDAS) 3 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan 4 Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin 5 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan 6 Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian Pengembangan Kabupaten Musi

Banyuasin 7 Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan 8 Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Musi Banyuasin 9 Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan 10 Dinas Perhubungan Kabupaten Musi Banyuasin 11 Badan Kepegawaian dan Diklat Provinsi Sumatera Selatan 12 Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Musi Banyuasin 13 Pemerintahan Kecamatan Sekitar KPHP Unit IV Meranti (7 Kecamatan) 14 Pemerintahan Desa Sekitar KPHP Unit IV Meranti (27 Desa) 15 Kepolisian Kabupaten Musi Banyuasin 16 TNI Kabupaten Musi Banyuasin 17 Pihak Swasta Industri hulu dan hilir bidang kehutanan 18 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lokal, Nasional, Internasional

Sumber: Hasil Analisis

Diproyeksikan adanya koordinasi dan/atau kerjasama dengan masing-

masing/secara bersamaan dengan stakeholders minimal 1 kali dalam setiap

tahun atau 10 kali dalam periode 2015–2024.

IV- 24 | 2 0 1 4

Page 99: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Gambar 4.5 Stakeholders dalam Pembangunan KPHP Unit IV Meranti

IV- 25 | 2 0 1 4

Page 100: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Hutan dan Penataan Hutannya

Rencana kegiatan inventarisasi dilakukan secara berkala mencakup

penataan hutan dan inventarisasi sumber daya hutan di dalam wilayah yang

telah dibebani izin/hak maupun di luar areal yang dibebani izin/hak. Kegiatan

inventarisasi di KPHP Unit IV Meranti dilakukan setiap 2 tahun sekali dengan

tujuan :

a. Untuk mengetahui potensi dan kondisi sosial di wilayah kelola

b. Sebagai bahan dan informasi dalam mengambil kebijakan dalam wilayah

kelolanya sehingga tercapai sinkronisasi penataan hutan dengan

pemegang izin

5.1.1 Rencana Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala

Inventarisasi hutan menyeluruh berkala (IHMB) dilakukan untuk

mengetahui kondisi potensi atau sediaan tegakan (timber standing stock)

pada hutan alam dan kondisi potensi / sediaan tegakan tanaman pokok pada

hutan tanaman secara berkala pada tegakan hutan yang sama. Hasil-hasil

kegiatan IHMB merupakan bahan dasar penyusunan Rencana Kerja Usaha

(RKUPHHK-HT, RKUPHHK-RE, dll.) sepuluh tahunan, terutama dalam

menyusun rencana pengaturan hasil untuk mewujudkan pengelolaan hutan

produksi lestari (sustainable forest management). Selain itu dapat berfungsi

juga sebagai bahan pemantauan dan evaluasi kelestarian sediaan tegakan

hutan di areal RKUPHHK-HT, RKUPHHK-RE, dll. Dengan melihat

perbandingan hasil IHMB pertama dan IHMB sepuluh tahun berikutnya dapat

diketahui kecenderungan (trend) potensi/sediaan tegakan, yang selanjutnya

dapat menjadi bahan dalam penilaian kinerja pengelolaan hutan.

Pedoman kegiatan IHMB adalah Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P. 33/Menhut-II/2009 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor P.5/Menhut-II/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kehutanan No. P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan

V-1 | 2014

Page 101: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Menyeluruh Berkala (IHMB) pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada

Hutan Produksi. Pelaksanaan IHMB di areal IUPHHK menjadi tanggung jawab

pemegang izin IUPHHK dan dilakukan minimal setahun sebelum berakhirnya

masa RKU. Rincian pelaksanaan IHMB untuk pemegang IUPHHK sebagai

berikut :

Tabel 5.1 Waktu Pelaksanaan IHMB oleh Pemegang IUPHHK di Wilayah Kerja KPHP Unit IV Meranti

No IUPHHK Nama Perusahaan Pelaksanaan IHMB

1 IUPHHK-HT PT. Wahana Agro Mulia Sudah dilaksanakan 2014

2 IUPHHK-HA PT. REKI Tahun 2016

3 IUPHHK-HT PT. Pakerin Tahun 2017

4 IUPHHK-HT PT. Sentosa Bahagia Bersama Tahun 2018

5 IUPHHK-HT PT. Bumi Persada Permai Tahun 2018

6 IUPHHK-HT PT. Wahana Agro Mulia Tahun 2019

7 IUPHHK-HT PT. Rimba Hutani Mas Belum ada data

Kegiatan IHMB di luar areal yang telah dibebani izin direncanakan

dilaksanakan oleh KPHP Unit IV Meranti. Ruang lingkup kegiatan

inventarisasi meliputi :

a. Inventarisasi potensi kayu secara berkala

b. Inventarisasi struktur dan komposisi permudaan

c. Inventarisasi satwa secara berkala

d. Inventarisasi non - kayu

e. Inventarisasi jasa lingkungan secara berkala

f. Inventarisasi sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar secara berkala

g. Inventarisasi rawan konflik.

h. Penerbitan buku “BIODIVERSITY” (Keanekaragaman hayati flora dan

fauna), sebagai upaya mensosialisasikan kondisi dan potensi yang ada di

wilayah KPHP, serta menjadi materi referensi bagi pembelajaran maupun

pengembangan potensi bisnis. Penerbitan buku ini direncanakan akan

dilakukan setiap tahun dengan melakukan update data kondisi di wilayah

KPHP secara berkelanjutan, sehingga tujuan mensosialisasikan ke

masyarakat serta menjadi bahan referensi dapat tercapai. V-2 | 2014

Page 102: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti 5.1.2 Rencana Penataan Hutan

Penataan batas wilayah hutan KPHP Unit IV Meranti ditujukan untuk

memperoleh kepastian kawasan, dan menghindari tumpang tindih dan konflik

dengan pihak lain atas hak pengelolaan suatu areal hutan. Penataan hutan

mencakup kegiatan tata batas luar kawasan KPHP Unit IV Meranti dan batas

fungsi kawasan hutan yang ada di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti.

Disamping itu direncanakan pula untuk melakukan tata batas blok, baik

IUPHHK maupun IPPKH serta penataan areal kerja ke dalam petak-petak.

a) Penataan batas luar kawasan KPHP

Kegiatan penataan batas luar kawasan hutan KPHP Unit IV Meranti

mencakup pembuatan peta trayek batas, pemancangan batas sementara,

pengumuman hasil pemancangan batas sementara, inventarisasi, identifikasi

dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga, pembuatan dan penandatanganan

berita acara tata batas sementara dan peta lampiran tata batas, pemasangan

tanda batas dan pengukuran batas, pemetaan hasil penataan batas,

pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas dan peta tata batas.

Pelaksanaan tata batas luar kawasan KPHP Unit IV Meranti dilaksanakan oleh

Panitia Tata Batas Kawasan Hutan yang dibentuk oleh Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan dengan ketua Kepala

Balai Pemantapan Kawasan Hutan.

b) Penataan batas fungsi

Berdasarkan fungsi wilayah KPHP Unit IV Meranti memiliki fungsi Hutan

Lindung (HL Meranti Sungai Jernih) dengan luas sekitar 16.325 ha, Hutan

Produksi Terbatas (HPT) dengan luas sekitar 97.588 ha, dan Hutan Produksi

(HP) dengan luas sekitar 134.597 Ha. Hasil groundcheck yang dilaksanakan

oleh Tim Terpadu KPHP Meranti menunjukkan adanya tumpang tindih

pemanfaatan yaitu dengan adanya ekspansi tanaman ke dalam areal hutan

lindung Meranti Sungai Jernih.

Kegiatan teknis pelaksanaan penataan batas fungsi hutan meliputi

pembuatan peta trayek batas, pengukuran batas dan pemasangan tanda

batas, pemetaan hasil penataan batas dan pembuatan serta

V-3 | 2014

Page 103: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

penandatanganan berita acara tata batas dan peta tata batas. Kegiatan

tersebut akan dilaksanakan oleh Panitia Tata Batas Kawasan Hutan yang

dibentuk oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan atas nama Menteri

Kehutanan dengan ketua Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan.

c) Tata batas perizinan bidang kehutanan

Di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti terdapat 7 (tujuh) IUPHHK

dengan luas sebesar 213.555 ha (berdasarkan SK Menhut) , terdiri 6 (enam)

IUPHHK-HT dan 1 (satu) IUPHHK-HA. Panjang batas unit pengelolaan

berdasarkan data RKU sekitar 670 km, panjang batas tersebut belum

termasuk batas IUPPHK-HT PT. Rimba Hutani Mas (RHM). Batas unit

pengelolaan atau tata batas perizinan pada masing-masing unit belum temu

gelang.

Selain izin pemanfaatan, di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti terdapat

juga 14 (empat belas) IPPKH yang didominasi untuk pertambangan batubara.

Luas total area IPPKH sebesar 26.019,51 ha, sementara panjang batasnya

belum ada data.

Penataan batas perizinan menjadi tanggung jawab para pemegang izin.

Pengelola KPHP berperan mendorong dan mendampingi para pemegang izin

untuk mengajukan dan melaksanakan tata batas. Khusus untuk pemegang

IPPKH dengan masa berlaku izin kurang dari 5 (lima) tahun, diusahakan untuk

segera melaksanakan tata batas. Direncanakan pada akhir RPHJP tahun

2024, seluruh batas perizinan telah selesai ditata dan definitif.

d) Penataan areal kerja

Penataan areal kerja ke dalam blok dan petak-petak disesuaikan dengan

kondisi biofisik, tujuan pengelolaan, dan tindakan teknis kehutanan yang

diterapkan. Petak merupakan unit pengelolaan terkecil, menjadi satu unit

administrasi dan penerapan tindakan teknis kehutanan (silvikultur) yang sama.

Penataan areal kerja di dalam areal yang dibebani izin/hak atau di dalam

unit IUPHHK, baik IUPHHK-HT maupun IUPHHK-HA menjadi tanggung jawab

para pemegang IUPHHK dan secara umum kegiatan tersebut telah

dilaksanakan. Penataan areal kerja di luar areal yang dibebani izin/hak

V-4 | 2014

Page 104: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

menjadi tanggung jawab Pengelola KPHP dan telah direncanakan di atas

peta. Pelaksanaan pembuatan batas-batas blok dan batas-batas petak akan

dilaksanakan simultan dengan kegiatan inventarisasi hutan. Kegiatan teknis

penataan areal kerja mencakup kegiatan pengukuran, perintisan batas,

pemancangan tanda batas (batas blok, batas petak) dan pemetaan.

Panjang batas blok dan batas petak sementara belum dilakukan

perhitungan (di atas peta). Direncanakan sampai akhir 2019 penataan areal

kerja di areal yang tidak dibebani izin/hak dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti

selesai dilaksanakan.

5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu merupakan wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya. Wilayah ini berada

di luar areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan dengan luas areal

seluas 35.642 ha yang meliputi Blok HL–Pemanfaatan dan Blok HP–Pemberdayaan.

Kegiatan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu bertujuan agar terkelolanya

wilayah-wilayah di luar izin serta peningkatan produktivitas KPH secara mandiri.

Memperhatikan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.39 /Menhut-II/2013 tentang

pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan dan

P.47/MENHUT-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di

Wilayah Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi, maka pengelola KPHP akan menyusun rencana

pengelolaan/pemanfaatan yang lebih spesifik. Selanjutnya diusulkan untuk disahkan

oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan rencana tersebut KPHP dapat

menawarkan pengelolaannya kepada masyarakat ataupun investor atau bekerjasama

dengan pihak lain (BUMD, BUMN dan BUMS).

Direncanakan pada tahun 2015, pengelola KPHP Unit IV Meranti telah selesai

menyusun rencana yang lebih detail untuk wilayah tertentu dengan ruang lingkup

meliputi :

a. Penanaman berbagai jenis MPTS (Multi Purpose Trees Species) antara lain

durian, petai, karet, kemiri, rambutan, mangga, Tanaman Unggulan Lokal

(TUL) yaitu onglen, bambang lanang, merbau, sungkai, tembesu, meranti,

petanang, serta kayu produksi daur pendek untuk jenis jabon, sengon,

akasia, gaharu dan kayu Afrika.

V-5 | 2014

Page 105: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

b. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat

c. Pembentukan dan pemeliharaan zona konservasi dan pendidikan.

d. Fasilitasi izin kemitraan pengelolaan hutan dengan masyarakat berbasis

kearifan lokal.

e. Membangun kerjasama dengan pihak ketiga (investor) dalam pengelolaan

dan pemanfaatan hutan.

f. Pembangunan sumber benih di Blok HL-Pemanfaatan dengan luas 5 ha

sebagai unit usaha terdiri dari benih tanaman MPTS, TUL dan kayu

produksi daur pendek.

5.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk pelibatan masyarakat dalam

pengelolaan hutan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat dan

peningkatan ekonomi masyarakat. Langkah awal dalam pemberdayaan adalah

memberikan kepercayaan bahwa masyarakat memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Masyarakat di wilayah KPHP Unit IV Meranti memiliki modal

dasar untuk untuk keberdayaan sebagaimana motto Kabupaten Musi Banyuasin

“Serasan Sekate”, yang berarti bahwa masyarakat Musi Banyuasin selalu

mengutamakan kerukunan dan tetap memegang teguh azas musyawarah untuk

mufakat yang dijiwai semangat gotong royong. Masyarakat juga mendukung

sepenuhnya program pengelolaan hutan, dengan berpartisipasi secara aktif

dalam pengelolaan hutan.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan KPHP Unit IV

Meranti dilaksanakan dalam berbagai bentuk atau program/kegiatan yaitu :

1) Penyusunan rencana dan regulasi tentang kemitraan kehutanan ;

2) Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan hutan untuk

kegiatan rehabilitasi, reklamasi, dan penanaman penanaman pada usaha

bisnis di Blok HP-Pemanfaatan (Wilayah Tertentu) dengan target minimal

sekitar 70% kebutuhan tenaga kerja lapangan menggunakan tenaga kerja

lokal.

V-6 | 2014

Page 106: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

3) Pembentukan kelompok masyarakat pengelola hutan (KMPH) sebagai

sarana kemitraan kehutanan dengan masyarakat;

4) Pembinaan kelembagaan masyarakat pengelola hutan sebagi penyediaan

akses usaha kehutanan;

5) Pendidikan dan pelatihan masyarakat pengelola hutan sebagai sarana

pengembangan ekonomi produktif lainnya;

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP yang telah ada Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Kegiatan pembinaan dan pemantauan pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan pada areal yang berizin bertujuan agar pelaksanaan

pemanfaatan dan pengunaan kawasan hutan di wilayah berizin sesuai dengan

perencanaan dan peraturan yang berlaku.

5.4.1 Pembinaan terhadap pemegang izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan

Hutan

Kegiatan pembinaan dan pemantauan IUPHHK dilaksanakan secara

periodik berkordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin,

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, instansi kehutanan dan instansi

lain yang terkait. Pembinaan dilaksanakan pada seluruh aspek

pemanfaatan/pengelolaan hutan.

Kegiatan pembinaan di area IPPKH dilaksanakan berdasarkan hasil

monitoring dan evaluasi. Pembinaan berupa rekomendasi terhadap kewajiban-

kewajiban yang belum dilaksanakan, kewajiban-kewajiban yang dilaksanakan

tetapi belum berhasil dengan baik.

5.4.2 Pemantauan terhadap pemegang izin Pemanfaatan dan Penggunaan

Kawasan Hutan

Pelaksanaan pemantauan direncanakan minimal 1 (satu) kali dalam satu

tahun, dilaksanakan baik melalui analisis terhadap laporan pemanfaatan hutan

dan data pendukung lainnya dan atau melalui pengamatan dan pemeriksaan

langsung di lokasi masing-masing pemegang IUPHHK.

V-7 | 2014

Page 107: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Monitoring penggunaan kawasan hutan oleh para pemegang IPPKH di

dalam areal kerja KPHP Unit IV Meranti akan dilaksanakan secara periodik.

Monitoring ditujukan untuk mengendalikan pemenuhan kewajiban yang

tercantum pada persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan, dispensasi

penggunaan kawasan hutan, perjanjian pinjam pakai kawasan hutan dan izin

pinjam pakai kawasan hutan yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan. Dengan

demikian penggunaan kawasan hutan dilakukan secara efektif untuk mencapai

sasaran-sasaran yang ditetapkan dengan meminimalkan dampak negatif yang

diakibatkan oleh kegiatan penggunaan kawasan.

Pelaksanaan pemantauan (monitoring) penggunaan kawasan

dilaksanakan baik melalui analisis terhadap laporan penggunaan kawasan

hutan dan data pendukung lainnya atau melalui pemeriksaan lapangan.

Monitoring dilaksanakan oleh tim terpadu, terdiri dari KPHP Unit IV Meranti,

Dinas Kehutanan Kabupaten, Dinas Pertambangan Kabupaten, Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten dengan Ketua Kepala Dinas Kehutanan

Kabupaten.

5.4.3 Bimbingan Teknis terhadap pemegang izin Pemanfaatan dan Penggunaan

kawasan hutan.

Disamping kegiatan yang telah diuraikan diatas terdapat juga kegiatan

berupa bimbingan teknis, seperti dalam kegiatan penanaman untuk rehabilitasi

atau reklamasi lahan bekas tambang yang memerlukan teknik-teknik

penanaman yang khusus mengingat kepadatan tanah yang tinggi, bantuan

teknis dalam perlindungan hutan serta dalam pemeliharaan batas-batas area

IPPKH.

5.5 Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin

Areal di luar izin dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti seluas 35.642 ha.

terdiri dari hutan produksi (HP) dan hutan lindung (HL). Rehabilitasi pada areal

ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan fungsi ekologis dan ekonomi.

Berdasarkan hasil groundcheck yang dilaksanakan oleh Tim Terpadu KPHP

Meranti, terdiri dari berbagai tipe vegetasi, yaitu hutan lahan kering sekunder,

semak belukar, hutan tanaman, pertanian lahan kering campur semak,

V-8 | 2014

Page 108: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

perkebunan (sawit), pemukiman dan pertambangan. Khusus di hutan lindung,

data hasil interpretasi citra landsat terdapat sekitar 3.941 ha berupa semak

belukar di dalam areal Hutan Lindung Meranti Sungai Merah dan Meranti

Sungai Jernih. Sementara itu di areal yang masuk dalam fungsi hutan produksi,

tegakan yang ada didominasi semak dan tidak produktif, sehingga kegiatan

rehabilitasi hutan perlu dilaksanakan.

5.5.1 Rehabilitasi Hutan di Hutan Lindung untuk perdagangan karbon

Pada areal semak belukar, penerapan tehnik silvikultur pengkayaan

(enrichment planting) dipandang tepat dan ramah lingkungan. Tanaman yang

akan ditanam sebaiknya jenis Multi Purpose Tree Species (MPTS) diusahakan

jenis lokal (indigenous), berdaur panjang dan bernilai ekonomi tinggi, misalnya

durian, duku, manggis, cempedak, nangka, matoa, rambutan, dan sialang

untuk peternakan lebah. Jenis tanaman pengayaan tidak ditebang setelah

ditanam karena status kawasannya adalah hutan lindung. Hasil tanaman di

masa mendatang dapat dimanfaatkan untuk penghasil hasil hutan non kayu,

seperti untuk sumber benih, penghasil buah-buahan, kawasan wisata alam dan

penghasilan madu hutan. Semua jenis tanaman tersebut di atas dapat

meningkatkan penyerapan emisi karbon sehingga dapat dilakukan untuk

pemanfaatan karbon (misalnya : REDD+).

5.5.2 Rehabilitasi hutan untuk perlindungan satwa.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan berbagai pengayaan

tanaman sebagaimana diuraikan di atas, maka secara langsung maupun tidak

langsung telah menjadi perlindungan habitat satwa didalamnya.

5.6 Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di Dalam Areal yang Berizin

Kegiatan ini bertujuan agar pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan

di wilayah izin lahan sesuai dengan perencanaan dan peraturan yang berlaku.

Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi di dalam areal IUPHHK difokuskan

untuk meningkatkan luas areal tanaman produktif. Direncanakan sampai

dengan akhir RPHJP telah dapat dibangun areal hutan tanaman produktif

V-9 | 2014

Page 109: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

seluas 113.717 ha dengan volume kayu sebesar 1.067.622 m3 (71,48% dari

rencana optimal).

5.6.1 Pembinaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di Dalam Areal yang

Berizin

Pembinaan dalam areal IPPKH dilaksanakan pada seluruh aspek kegiatan

rehabilitasi, reklamasi dan revegetasi yang diarahkan untuk keberhasilan

penanaman sehingga mampu memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang

rusak. Reklamasi hutan merupakan tindakan untuk memperbaiki atau

memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi

secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Selain itu di areal pertambangan

ada kegiatan revegetasi, yaitu kegiatan untuk memperbaiki dan memulihkan

vegetasi yang rusak melalui penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas

pertambangan.

5.6.2 Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di Dalam Areal yang

Berizin

Pelaksanaan pemantauan secara terpadu oleh tim dari berbagai instansi

kehutanan daerah di areal IUPHHK maupun IPPKH direncanakan minimal 1

(satu) kali dalam satu tahun, dilaksanakan melalui analisis terhadap laporan

realisasi kegiatan penanaman dan data pendukung lainnya dan atau melalui

pengamatan dan pemeriksaan langsung di lokasi masing-masing.

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Kegiatan penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam

mencakup kegiatan deliniasi kawasan perlindungan setempat, upaya

perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi dan pengelolaan

kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi (HCVF). Tujuan kegiatan ini

adalah :

a. Untuk menjamin kawasan hutan berfungsi optimal secara ekologis

b. Pencegahan kerusakan dan pengamanan kawasan.

c. Mengkoservasi hutan gambut

d. Mengkonservasi biodiversity (Flora dan fauna )

V-10 | 2014

Page 110: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

e. Mengkonservasi areal yang termasuk pada areal yang bernilai konservasi

tinggi (HCVF ).

5.7.1 Deliniasi Kawasan Perlindungan Setempat

Deliniasi kawasan perlindungan setempat (KPS) mencakup areal

sempadan sungai, areal sekitar mata air, areal dengan kelerengan curam

(>40%) dan areal dengan fungsi perlindungan khusus. Deliniasi kawasan

perlindungan setempat telah dilaksanakan secara kasar, terutama untuk areal

sempadan sungai. Luas total KPS pada RPHJP 2015–2024 sekitar 16.100 ha

atau 6,8% dari luas wilayah KPHP Unit IV Meranti.

Identifikasi dan deliniasi KPS lainnya direncanakan akan dilaksanakan

secara simultan dengan kegiatan inventarisasi hutan. KPS selanjutnya

dipetakan dan diberi tanda batas di lapangan.

5.7.2 Upaya Perlindungan dan Pengawetan Flora dan Fauna yang Dilindungi

Di dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti terdapat berbagai spesies flora

dan fauna/satwa langka dan dilindungi. Kawasan KPHP masuk dalam kawasan

untuk pemertahanan, pelestarian, dan peningkatan fungsi koridor ekosistem,

merupakan lintasan atau koridor satwa burung, gajah, dan harimau.

Memperhatikan hal tersebut direncanakan adanya kawasan perlindungan

setempat (sekitar 16.100 ha) dan blok hutan lindung seluas 16.325 ha.

Rencana perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi

mencakup identifikasi, inventarisasi dan pencatatan serta pendokumentasian.

Identifikasi dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.

Inventarisasi direncanakan akan dilaksanakan secara khusus melalui kegiatan

penelitian dengan berbagai pihak yang mencakup juga daerah jelajah (home

range) bagi satwa mamalia yang dilindungi. Langkah pengelolaan selanjutnya

adalah sosialiasi kepada seluruh fihak, terutama kepada masyarakat.

Pemasangan tanda-tanda peringatan terkait dengan keberadaan satwa dan

pemasangan papan peringatan atau larangan untuk berburu satwa yang

dilindungi.

V-11 | 2014

Page 111: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti 5.7.3 Upaya Konservasi HCVF

Pengelolaan HCVF merupakan salah satu prinsip (prinsip ke 9)

pengelolaan hutan lestari yang dikeluarkan oleh Forest Stewardship Council

(FSC). Secara keseluruhan ada enam tipe HCVF, yaitu HCVF yang secara

umum terkait dengan aspek keanekaragaman hayati (HCVF 1, 2 dan 3), aspek

jasa lingkungan (HCVF 4) dan aspek sosial-budaya (HCVF 5 dan 6).

Berdasarkan data pada Bab II maka dalam pengelolaan KPHP Unit IV Meranti

kemungkinan yang sangat relevan adalah tipe HCVF 1.

HCVF 1 merupakan kawasan dalam hutan produksi yang mempunyai

tingkat keanekaragaman tinggi. HCVF 1 yang dimaksud adalah kawasan atau

manajemen dalam hutan produksi dengan kriteria sebagai berikut:

HCVF 1.1: Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan konservasi.

HCVF 1.2: Terdapat spesies yang hampir punah. Menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup setiap individu dari spesies terancam punah.

HCVF 1.3: Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi.

HCVF 1.4: Kawasan yang merupakan habitat yang digunakan secara temporer oleh spesies atau sekumpulan spesies.

Langkah-langkah penetapan atau penunjukan kawasan HCVF meliputi

identifikasi dan deliniasi kawasan, inventarisasi flora dan fauna dalam kawasan

yang dideliniasi, pencatatan dan dokumentasi, tata batas kawasan HCVF dan

dilanjutkan dengan penetapan oleh KKPH.

Kegiatan perlindungan hutan dan pengawetan alam mencakup kegiatan

pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pencegahan dan

penanggulangan penebangan liar (illegal logging), pencegahan dan

penanggulangan perambahan hutan, pencegahan dan penanggulangan hama

dan penyakit, perburuan satwa serta tindakan-tindakan lain yang merusak

hutan dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pelaksanaan

perlindungan hutan dan pengawetan alam di dalam areal IUPHHK dan IPPKH

menjadi tanggung jawab para pemegang izin.

V-12 | 2014

Page 112: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dilakukan

adalah pemetaan wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan, penyadartahuan

masyarakat, pemantauan/deteksi dini, pemadaman dini, mendorong

peningkatan pelaksanaan kewajiban pengendalian kebakaran lahan dan hutan

perusahaan pemegang izin secara reguler, serta penyelesaian konflik

terintegrasi dengan kelola ekonomi dan kelola sosial budaya.

5.8 Penyelenggaraan Kordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin

Berpedoman pada UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, UU

Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan UU Nomor 4 tahun

2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, para pemegang izin baik

IUPHHK maupun IPPKH memiliki kesamaan dalam prinsip/azas, tujuan dan

kewajiban sebagai berikut :

Tabel 5.2 Kesamaan Prinsip/azas, tujuan dan Kewajiban Pemegang Izin Kesamaan dalam prinsip/azas

1. manfaat, keadilan, keseimbangan dan pemerataan 2. keberpihakan pada kepentingan bangsa; kerakyatan 3. transparan, akuntabilitas; keterpaduan; partisipatif 4. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Kesamaan dalam tujuan 1. sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan

dan berkelanjutan 2. menciptakan lapangan kerja 3. tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup 4. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah,

dan negara

Kesamaan kewajiban 1. melaksanakan kegiatan reklamasi/rehabilitasi 2. melaksanakan analisis dampak lingkungan (AMDAL) 3. melaksanakan kegiatan-kegiatan pasca operasi; pasca

tambang atau pasca panen 4. melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat

Di dalam kawasan KPHP Unit IV Meranti terdapat IUPHHK sebanyak 7

(tujuh) unit dan IPPKH sebanyak 14 (empat belas) unit dalam bidang

pertambangan batubara, minyak dan gas.

Kegiatan penyelenggaraan kordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin

bertujuan untuk :

V-13 | 2014

Page 113: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

a. Menyerasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan pemanfaatan dan

pengunaan lahan dengan pengelolaan KPHP secara umum dan secara

khusus.

b. Saling bertukar informasi dan pengalaman.

Pada RPHJP 2015–2024 Pengelola KPHP Unit IV Meranti melaksanakan

kordinasi dan sinkronisasi seluruh pelaksanaan kegiatan dengan uraian

sebagai berikut :

Tabel 5.3 Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin

No Kegiatan Unit Kordinasi

1 Koordinasi secara rutin dengan pemegang izin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan

7 unit IUPHHK dan 14

unit IPPKH

2 Sosialisasi dan sinkroninasi kegiatan antar

pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan secara rutin

7 unit IUPHHK dan 14

unit IPPKH

3 Pembentukan forum bagi pemegang izin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan

Pemegang izin

4 Sosialisasi dan implementasiperaturan dan

perundangan yang terkait pemanfaatan dan

penggunaan hutan

Pemegang izin IUPHHK,

IPPKH dan instansi

terkait

5 Koordinasi dengan pemegang izin untuk

pengembangan tanaman bioenergi dan pangan

Pemegang izin IUPHHK,

IPPKH dan instansi

terkait

5.9 Kordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Kegiatan pengelolaan tidak hanya kegiatan teknis kehutanan saja, tetapi

mencakup pula kegiatan-kegiatan yang terkait dengan perekonomian,

lingkungan dan sosial serta pengembangan dan pembangunan wilayah secara

umum. Kordinasi serta sinergi dengan instansi dan stakeholders terkait sangat

diperlukan karena bertujuan untuk menyerasikan dan mengintegrasikan semua

kegiatan agar sejalan dengan tujuan dan pengembangan daerah.

V-14 | 2014

Page 114: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti 5.9.1 Pelaksanaan kordinasi dengan instansi maupun pihak lain yang terkait

Ruang lingkup kordinasi dengan instansi tersebut direncanakan sesuai

uraian berikut ini.

Tabel 5.4 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholders Terkait

No Instansi Dan Stakeholder Terkait

Ruang Lingkup Kordinasi

Lembaga/instansi pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Provinsi Sumatera Selatan 1 Pemda Kabupaten Kordinasi dalam kegiatan teknis kehutanan,

antara lain kegiatan tatabatas kawasan hutan dengan pembentukan Panitia Tatabatas.

2 BAPPEDA Penyusunan rencana jangka panjang, jangka menengah (Renstra) dan rencana kerja agar selaras dengan perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten.

3 Dinas Kehutanan Inventarisasi hutan dan tatabatas kawasan hutan, pemantauan, pelaporan, dan dukungan SDM.

4 Dinas Pertambangan

Pemantauan dan pembinaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi yang merupakan kewajiban para pemegang IPPKH

5 Badan Lingkungan Hidup Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi. Evaluasi dampak yang diakibatkan kegiatan pengelolaan hutan dan kegiatan lainnya (pertambangan)

6 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Pengembangan pariwisata alam yang mencakup kegiatan survey calon lokasi wisata, penetapan lokasi wisata dan kegiatan promosi lokasi wisata.

7 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pemantauan dan pembinaan industri pengolahan hasil hutan; Kordinasi perizinan pendirian industri pengolahan hasil hutan (kayu) dan pengembangan industri pengolahan hasil hutan non kayu, serta pemasarannya

8 Dinas Pekerjaan Umum

Pengembangan akses; terutama jalan darat yang ada saat ini dan pengembangan jalan hutan yang telah dibangun dan dipelihara para pemegang izin menjadi jalan umum (public roads) penghubung antar desa

Unit pelaksana teknis ( UPT) Kementerian Kehutanan

1 Balai Pengukuhan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah II Palembang

Kegiatan tatabatas kawasan KPHP Unit IV Meranti, tatabatas fungsi hutan di kawasan KPHP dan kegiatan inventarisasi hutan

V-15 | 2014

Page 115: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

2 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi

Penanganan dan pemantauan lahan kritis (rehabilitasi), reklamasi oleh pemegang IPPKH dan pemantauan dampak , pengelolaan hasil rehabilitasi yang telah diserahkan pemegang IPPKH, serta fasilitasi kelompok pengelolaan hutan kemasyarakatan, hutan desa atau kemitraan.

3 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan

Pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa (SM) Dangku dan kordinasi penanganan apabila terjadi kasus yang terkait dengan satwa langka dan dilindungi.

4 Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah V Palembang

Pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan produksi. Pelatihan ataupun kompetensi SDM terkait dengan tenaga teknis (GANIS) kegiatan produksi.

5 Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang

Penelitian dan pengembangan jenis-jenis tanaman produktifitas yang bernilai ekonomi tinggi atau bernilai konservasi tinggi serta hasil hutan non kayu. Tehnik-tehnik ramah lingkungan dana tehnik yang terbaik sesuai kondisi setempat (best practice).

Kementerian Kehutanan :

1 Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan

Sinkronisasi pelaksanaan program/kegiatan kehutanan nasional dengan kegiatan pengelolaan KPHP melalui UPT Kementerian Kehutanan terkait yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

2 Direktorat Jenderal Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial (PDASPS)

3 Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan

4 Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK)

5 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

5.9.2 Pelaksanaan sinergi kegiatan ditingkat tapak.

Agar program-program yang telah ditetapkan berhasil sesuai dngan

harapan maka kordinasi dan sinergi juga harus dilakukan sampai pada tingkat

tapak, karena tingkat tapak bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Keberhasilan mensinergikan di tingkat tapak akan berdampak langsung pada

keberhasilan implementasi program di lapangan.

V-16 | 2014

Page 116: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Kegiatan pelaksanaan sinergi di tingkat tapak dapat dilakuakn dalam

betuk :

a. Rapat kordinasi dengan kecamatan, UPTD instansi terkait, desa dan

perangakatnya serta pemuka masarakat.

b. Sosialisasi rencana pelaksanaan program.

c. Memfasilitasi pembentukan kelompok masyarakat pengelola hutan dan

kelembagaannya.

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Seluruh kegiatan pengelolaan hutan dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti

akan mencapai hasil sesuai harapan apabila didukung organisasi serta SDM

yang memadai baik dalam jumlah maupun kompetensinya. Tujuan kegiatan

penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM adalah agar fungsi pengelolaan

berjalan dengan baik sehingga tercapai hasil sesuai dengan harapan.

Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM terdiri dari : identifikasi dan

pengusulan kebutuhan pegawai, Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training need

assessment) serta pengembangan kapasitas.

5.10.1 Identifikasi dan pengusulan kebutuhan pegawai.

Jumlah dan kualifikasi SDM untuk mendukung seluruh kegiatan

pengelolaan hutan dalam wilayah KPHP Unit IV Meranti diperhitungkan

berdasarkan jenis dan volume pekerjaan serta aspek kewilayahan (teritorial).

Idealnya terdapat minimal 20 tenaga pengelola dengan rincian terlihat pada

Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Rencana Kebutuhan dan Pemenuhan SDM KPHP Unit IV Meranti

No Tugas / Pekerjaan Jumlah SDM

(orang)

Rencana Pemenuhan (tahun)

1 Kepala KPHP 1 2014 2 Kepala Bagian Tata Usaha 1 2014 3 Staf Tata Usaha: administrasi umum 1 2014 4 Staf Tata Usaha: keuangan 1 2014 5 Staf Tata Usaha: personalia 1 2014 6 Staf Tata Usaha: aset 1 2014 7 Kepala Seksi Perencanaan dan Produksi 1 2014 8 Kepala Urusan Perencanaan 1 2014

V-17 | 2014

Page 117: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

No Tugas / Pekerjaan Jumlah SDM

(orang)

Rencana Pemenuhan (tahun)

9 Kepala Urusan Inventarisasi Hutan 1 2014 10 Kepala Urusan Pengukuran dan Perpetaan 1 2014 11 Kepala Urusan Produksi 1 2015 12 Kepala Urusan Monitoring dan Evaluasi 1 2015 13 Staf inventarisasi hutan (timber cruising) 3 2014 14 Kepala Seksi Pembinaan dan Perlindungan Hutan 1 2014 15 Kepala Urusan Pembinaan Hutan 1 2015 16 Kepala Urusan Perlindungan Hutan 1 2015 17 Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat 1 2014 18 Kepala Urusan Rehabilitasi dan Reklamasi 1 2015 19 Kepala RPH 3 2014 20 Staf RPH (pengamanan hutan) 6 2015 Jumlah 29

Sumber: Hasil analisis

Kebutuhan tenaga baik dalam jumlah maupun kualifikasinya dapat

dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan dinamika perkembangan organisasi

dan aktivitas pengelolaan hutan.

5.10.2 Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training need assessment )

Untuk melakukan kegiatan pengelolaan hutan secara efektif dan efisien,

maka personil yang ditempatkan membutuhkan kompetensi teknis yang mutlak

dimiliki antara lain : pelatihan untuk tenaga teknis (Ganis) PHPL, Ganis

Perencanaan Hutan (Canhut), Ganis Pembinaan Hutan (Binhut), Ganis Timber

Cruising (TC) dan pelatihan untuk tenaga teknis lainnya.

5.10.3 Pengembangan kapasitas personil.

Selain pendidikan teknis maka dalam upaya pengembangan kapasitas

personil diperlukan kebutuhan sebagai berikut :

a. Pelatihan non teknis kehutanan

b. Pelatihan teknis lanjutan

c. Seminar, lokakarya, workshop yang terkait kehutanan maupun teknologi

baru.

V-18 | 2014

Page 118: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Kegiatan pengembangan kapasitas personil dapat dilaksanakan baik

secara internal maupun secara eksternal, dalam bentuk in house training

ataupun on the job training, dan magang baik yang dilaksanakan atau ditangani

oleh pengelola KPHP maupun mengundang pihak lain.

5.11 Penyediaan Pendanaan

Penyediaan pendanaan bertujuan agar dapat terselenggaranya realisasi

rencana pengelolaan. Kegiatan ini dimulai dengan pembuatan rencana

anggaran dan kegiatan rutin, pembuatan proposal skema sharing pendanaan,

serta pembuatan proposal penjalinan kerjasama dengan pihak ketiga tidak

mengikat.

5.11.1 Pembuatan Rencana Anggaran dan Kegiatan Rutin.

Sebagai panduan operasional bagi seluruh personil KPHP Unit IV Meranti,

maka target yang telah ditetapkan pada RPHJP dituangkan ke dalam Rencana

Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (Rencana Tahunan) sesuai target tahun

yang berjalan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek berisi kegiatan

masing unit terkait dilengkapi dengan anggaran serta sarana prasana yang

diperlukan mencakup rincian jenis kegiatan/pekerjaan, volume pekerjaan,

standar biaya, lokasi pelaksanaan dan target waktu pelaksanaan.

5.11.2 Pembuatan proposal skema sharing pendanaan.

Secara umum kegiatan KPHP Unit IV Meranti di bawah kordinasi

Pemerintah Kabupaten, namun dalam pengelolaan hutan sering ditemukan

kondisi yang memerlukan kebijakan maupun pendanaan yang lebih dari

Pemerintah Kabupaten. Untuk kondisi yang demikian maka diperlukan

dukungan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam kebijakan

maupun sharing pendanaan. Rencana skema sharing pendanaan terlihat pada

Tabel 5.6.

V-19 | 2014

Page 119: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tabel 5.6 Rencana Sumber Dana Operasional Kegiatan KPHP Unit IV Meranti

No Kegiatan Sumber Dana

Keterangan Pemerintah Alternatif 1 Organisasi KPHP APBD Biaya pegawai: gaji 2 Perencanaan: Penyusunan

Renstra, Rencana Kerja Tahunan APBD

3 Inventarisasi Berkala: tata batas luar kawasan, tatabatas fungsi, batas perizinan, Inventarisasi hutan (IHMB)

APBN Dana lain

Kordinasi BPKH II Palembang. Tatabatas perizinan dana pemegang izin

4 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

APBD/ APBN

5 Pemberdayaan Masyarakat APBD/ /APBN

Dana lain

APBN dari BPDASPS, kordinasi BPDAS Musi Dana lain: pemegang izin, NGO

6 Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada Area yang Dibebani Izin/Hak.

APBD/ APBN

Pelaksanaan terpadu: Pemkab, Pemprov dan Kementerian Kehutanan

7 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Area di Luar Izin.

APBD/ APBN

Dana lain

APBN dari BPDASPS, kordinasi BPDAS Musi Dana lain: pemegang IPPKH, pelaksanaan kewajiban

8 Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Area yang Dibebani Izin/Hak.

APBD /APBN

Pelaksanaan terpadu: Pemkab, Pemprov dan Kementerian Kehutanan

9 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

APBD/ APBN

Kordinasi BKSDA

10 Penyelenggaraan Kordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin

APBD Pelaksanaan terpadu: Pemkab, Pemprov dan Kementrian Kehutanan

11 Kordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

APBD Pelaksanaan terpadu: Pemkab, Pemprov dan Kementerian Kehutanan

12 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

APBD/ APBN

Kordinasi Pusdiklat Kehutanan, BDK

13 Pengembangan Database APBD/ APBN

Kementerian Kehutanan

14 Rasionalisasi Wilayah Kelola APBD 15 Review Rencana Pengelolaan APBD 16 Pengembangan Investasi. APBD/

APBN Dana lain

Dana penelitian: Balitbang Kehutanan; dana lain dari investor.

Sumber: Hasil analisis

V-20 | 2014

Page 120: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

5.11.3 Pembuatan proposal penjalinan kerjasama kegitan dengan pihak ketiga.

Mengacu pada Permendagri No 61 Tahun 2010 Tentang Pedoman

Organisasi dan Tata kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan

pengelolaan Hutan Produksi di daerah bahwa di dalam pengelolaan hutan

dimungkinkan untuk melakukan pembiayaan dengan dana sumber lain yang

sah dan tidak mengikat.

Saat ini cukup banyak para pihak yang peduli dan tertarik untuk berperan

serta dalam pengelolaan hutan lestari berupa organisasi dan lembaga Swadaya

Masyarakat yang mendapat dukungan pendanaan dari luar negeri.

Agar kerjasama yang dilakukan KPHP Unit IV Meranti mencapai sasaran

dan tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan dikemudian hari, maka

perlu dilakukan seleksi para pihak yang akan dipilih untuk melakukan

kerjasama pengelolaan hutan. Kerjasama harus dilakukan dengan konsep tidak

mengikat namun tetap saling menguntungkan.

5.11.4 Penyediaan sarana dan prasarana

Kegiatan ini bertujuan untuk menjalankan fungsi administrasi dan

mendukung operasional pengelolaan. Adapun bentuk kegiatannya adalah :

a. Pengadaan dan pembangunan kantor Resort sebanyak 3 unit.

b. Pengadaan perlengkapan kerja, kantor dan Lapangan, berupa furniture dan

perlengkapan administrasi lainnya.

c. Pengadaan sarana transportasi berupa mobil dan motor

d. Pengadaan sarana komunikasi berupa HT, RIC

e. Pembangunan Pos Pengamanan dan peredaran hasil hutan di 6 Lokasi

5.12 Pengembangan Database

Kegiatan pengembangan Database dilakukan dengan tujuan untuk

keberlangsungan kegiatan KPHP dan penguatan data informasi. Rencana

pengembangan database di KPHP Unit IV Meranti meliputi pengadaan

peralatan pendukung database serta pengembangan system database.

V-21 | 2014

Page 121: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

5.12.1 Pengadaan peralatan pendukung database.

Peralatan komputer yang ada saat ini terdiri dari 1 unit Desktop PC, 2

printer serta 1 unit Laptop. Agar pengembangan dan pemanfaatan Database

serta operasional KPHP Unit IV Meranti dapat berhasil optimal maka di dalam

usulan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek terdapat pengadaan

peralatan pendukung Database.

5.12.2 Pengembangan System Database

Dukungan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu sangat

mempengaruhi kualitas pengelolaan operasional KPHP maupun pengambilan

keputusan. Untuk mendukung hal tersebut maka tahap awal yang akan

dilakukan adalah sinkronisasi antara data yang telah ada dalam dokumentasi

dengan kondisi existing melalui inventarisasi hutan menyeluruh dan meng-

update kondisi terakhir tersebut pada File Data KPHP unit IV Meranti, dengan

menggunakan sarana Microsoft Office (Word, Excell) yang ada, tetapi belum

dalam bentuk Database.

Diharapkan pada masa mendatang KPHP unit IV Meranti dapat

mengembangkan data ke dalam database sehingga dapat diperoleh

keunggulan dalam penggunaan database antara lain :

a. Integrasi dan sinkronisasi data

b. Akurasi dan pencegahan duplikasi data.

c. Sebagai sarana untuk penambahan fasilitas apliksi-aplikasi lain seperti

pelaporan, perencanaan maupun pengambilan keputusan.

d. Memudahkan akses informasi bagi para pihak maupun masyarakat

e. Menunjang konsep transparansi pengelolaan.

V-22 | 2014

Page 122: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola bertujuan untuk memperbaiki strategi dan

pengembangan wilayah kelola sesuai dengan kondisi terkini. Kegiatan

Rasionalisasi wilayah kelola diuraikan berikut ini :

5.13.1 Penyesuaian wilayah kelola terhadap perubahan kawasan hutan

Saat ini terdapat perbedaan batas wilayah antara RTRW Kabupaten Musi

Banyuasin dan Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah KPHP Unit IV

Meranti yang berdasarkan SK.822/Menhut-II/2013. Dari hasil pencitraaan

terahir juga terdapat beberapa perubahan kawasan hutan. Perbedaan-

perbedaan batas ini memungkinkan peluang adanya konflik kepentingan dan

tumpang tindih status baik di tingkat lapangan maupun dalam skala

perencanaan serta perpetaan. Dengan adanya RTRWP/K definitif maka wilayah

KPHP Unit IV Meranti akan menyesuaikan dengan RTRWP/K definitif.

5.13.2 Penataan batas Kawasan

Setelah penyesuaian batas berdasarkan RTRWP/K definitif, maka di

lapangan perlu dilakukan penataan batas kembali sesuai kondisi terbaru.

5.13.3 Rasionalisasi

Saat ini luas wilayah kelola KPHP Unit IV Meranti adalah 244.162 Ha.

Dalam masa prakondisi pengelolaan dibagi ke dalam 3 (tiga) RPH yang

dikelola seorang KRPH dengan dua orang staf. Dengan dukungan personil

yang sangat terbatas tersebut rata-rata wilayah kelola adalah 81.387 ha.

Agar tercapai sasaran kelola sesuai harapan, maka diusulkan agar RPH

dapat ditingkatkan menjadi Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPHP)

dengan ruang lingkup tugas bersifat administratif untuk mengefektifkan jenjang

pengawasan dan kordinasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan.

Selanjutnya tiap-tiap BKPHP akan dibagi dalam RPH dengan kisaran luas

5.000–35.000 ha dengan memperhatikan fungsi hutan dan aksesibilitas. Tiap

RPH dipimpin oleh seorang KRPH yang dibantu 3–5 personil yang bertugas

sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah RPH.

V-23 | 2014

Page 123: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

5.13.4 Sosialisasi dan Implementasi Program

Dengan adanya rasionalisasi wilayah kelola tersebut diatas, maka perlu

dilakukan sosialisasi dan implementasi program kepada para pihak, agar tidak

terjadi kesalahan informasi yang pada akhirnya dapat memicu adanya konflik

maupun tidak tercapainya sasaran program.

5.14 Review Rencana Pengelolaan

Kegiatan ini bertujuan untuk penyesuaian rencana pengelolaan dengan

kondisi terkini antara rencana, tata kelola dan fakta lapangan. Rincian kegiatan

diuraikan berikut ini.

5.14.1 Penyusunan Rencana Strategis

Sebagai tindak lanjut penyusunan RPHJP maka disusun pula Rencana

Strategis yang menjadi dasar bagi penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan

Jangka Pendek. Ruang lingkup penyusunan rencana strategis ini adalah

rencana pengelolaan jangka menengah yang akan dilaksanakan pada tahun

2015 dan tahun 2019.

5.14.2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek

Berdasarkan Rencana strategis yang telah dibuat maka perlu disusun

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek sebagai pedoman dalam

pengelolaan operasional kegiatan KPHP Unit IV Meranti setiap tahun.

5.14.3 Penyusunan Rencana Bisnis

Selain menyusun r Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek, maka

untuk optimalisasi potensi sumber daya yang tersedia perlu disusun rencana

bisnis. Dengan adanya rencana bisnis ini maka akan tersajikan berbagai

rencana bisnis yang akan dilakukan di wilayah KPHP Unit IV Meranti.

V-24 | 2014

Page 124: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

5.14.4 Review Rencana Pengelolaan (RPHJP 2015 – 2024 )

Agar RPHJP dapat dipakai sebagai pedoman maka kondisinya harus

tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Untuk mencapai kondisi

tersebut maka setiap 5 tahun dilakukan Review dan hasil review tersebut

dijadikan bahan untuk mengupdate RPHJP.

5.14.5 Penyusunan Rencana Pengelolaan (RPHJP 2025 – 2034 )

Agar program dapat berkesinambungan maka 1 (satu) tahun sebelum

berakhir RPHJP periode 2015 – 2024, harus segera disusun RPHJP periode

berikutnya yaitu RPHJP 2025 – 2034.

5.15 Pengembangan Investasi

Pengembanagn Investasi bertujuan untuk percepatan pembangunan dan

meningkatkan aspek produksi kawasan dan sosial ekonomi.

5.15.1 Pengembangan Investasi pada produksi hasil hutan kayu cepat tumbuh (daur

pendek).

Sejalan dengan adanya pemanfaatan wilayah tertentu dengan melakukan

penaman kayu untuk jenis MPTS, TUL maupun kayu produksi berdaur

pendek, maka sebagai sinkronisasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

wilayah tertentu dapat pula dikembangkan pada kawasan berizin disesuaikan

dengan kondisi dan potensi yang ada dengan prioritas pada produksi hasil

hutan kayu cepat tumbuh (daur pendek)

5.15.2 Pengembangan Investasi pada Jasa Lingkungan/ Wisata Alam

Dengan makin baik kondisi lingkungan hutan ,kesadaran dan dukungan

masyarakat sekitar hutan, maka peluang untuk melakukan pengembangan

investasi pada jasa lingkungan / wisata alam semakin terbuka. Potensi yang

telah ada untuk berpeluang pada pengembangan investasi pada jasa

lingkungan/ wisata alam antara lain keberadaan tanaman-tanaman langka

(Onglen, Kulim, Meranti, Petanang, merbau, tembesu), koridor satwa, madu

sialang, keberadaan suku anak dalam.

V-25 | 2014

Page 125: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Selain itu pemanfaatan kawasan dapat juga mencakup kegiatan: kebun

buah-buahan unggul, budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias,

budidaya jamur, budidaya lebah madu, penangkaran satwa liar, rehabilitasi

satwa dan budidaya hijauan makanan ternak. Pemanfaatan jasa lingkungan

dapat mencakup kegiatan: pemanfaatan jasa aliran air (misalnya untuk

pembangkit listrik mikrohidro), pemanfaatan air (untuk industri air minum

kemasan), wisata alam, dan investasi terkait dengan carbon trade

(perdagangan karbon: penyerapan dan/atau penyimpanan karbon).

Pelaksanaan survey akan bekerjasama dengan pihak-pihak lain. Dari hasil

survey tersebut dapat disusun proposal rencana pengembangan investasi

yang spesifik. Apabila rencana investasi layak secara teknis (technicaly

feasible), menguntungkan dari aspek finansial/ekonomi (financial/economically

viable) serta dapat diterima oleh masyarakat dan tidak menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan (socio-environmentally acceptable), akan

dilanjutkan dengan pengajuan permohonan izin pemanfaatan yang sesuai.

5.15.3 Penyiapan Menuju PPK-BLUD

Organisasi KPHP Unit IV Meranti, kedepan akan terus berkembang.

Harapan bahwa KPHP Unit IV Meranti mampu untuk mandiri, harus didukung

melalui penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah (PPK BLUD).

Rencana Kegiatan KPHP Unit IV Meranti pada Tahun 2015 - 2024 selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 5.7.

V-26 | 2014

Page 126: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tabel 5.7 Matriks Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHP Unit IV Meranti

Fokus Kegiatan

Tujuan Bentuk Kegiatan

Pelaksana Waktu Lokasi Jumlah Dana *)

Sumber Dana *)

Para Pihak

I. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya

1. Untuk mengetahui potensi dan kondisi sosial wilayah kelola

2. Sebagai bahan dan informasi dalam mengambil kebijakan terhadap wilayah kelola

1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala

a. Inventarisasi potensi kayu berkala b. Inventarisasi struktur dan komposisi

permudaan c. inventarisasi satwa berkala d. inventarisasi non – kayu e. inventarisasi jasa lingkungan berkala f. inventarisasi sosial ekonomi budaya

masyarakat sekitar secara berkala g. Inventarisasi rawan konflik h. Penerbitan buku Biodiversity

(Keanekaragaman hayati flora dan fauna) KPHP

2, Penataan Hutan a. Penataan blok berkala b. Penataan petak berkala

KPHP bekerjasama dengan pemegang izin konsesi dan lembaga-lembaga penelitian/pendidikan.

Di mulai tahun 2015 dan dilakukan secara berkala Setiap 2 tahun sekali selama 10 tahun

Seluruh wilayah KPHP (semua Blok)

5 kali x 750.000.000 = 3.750.000.000,-

APBD /APBN/Pemegang Izin

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Pemegang izin Konsesi dan Kemitraan, Lembaga Donor

II. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu

1. Terkelolanya wilayah-wilayah di luar izin

2. Peningkatan produktivitas KPH secara mandiri

1. Penanaman berbagai jenis MPTS, TUL, kayu produksi daur pendek

2. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat

3. Pembentukan dan Pemeliharaan zona konservasi dan pendidikan

4. Fasilitasi izin kemitraan pengelolaan hutan dengan masyarakat berbasis kearifan lokal

5. Membangun kerjasama dengan investor (pihak ke-3) dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan hasil hutan serta HHBK.

6. Pembangunan Sumber Benih sebagai Unit Usaha.

KPHP dan atau bekerjasama dengan Pemda, Lembaga Donor, Perusahaan, Institutsi pendidikan dan lembaga lainnya yang memungkinkan

Dimulai tahun 2015 Setiap tahun selama 10 tahun

Blok HL_Pemanfaatan dan HP_Pemberdayaan Wilayah Tertentu HL_Pemanfaatan 5 Ha

35.642 ha x Rp. 2.500.000 = 89.103.775.000

APBD /APBN/Sumber Dana Lainnya APBN

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Pihak Ketiga (Perusahaan dan Kelompok Masyarakat) KPHP,Kemenhut ( BPPHP,BPTH,BPK )

V-27 | 2 0 1 4

Page 127: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Fokus Kegiatan

Tujuan Bentuk Kegiatan

Pelaksana Waktu Lokasi Jumlah Dana *)

Sumber Dana *)

Para Pihak

III. Pemberdayaan masyarakat

1. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan

2. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat

3. Peningkatan ekonomi masyarakat

1. Penyusunan rencana dan regulasi kemitraan

2. Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan hutan

3. Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan (KMPH)

4. Pembinaan kelembagaan masyarakat Pengelola Hutan

5. Pendidikan dan pelatihan Pengelola Hutan

KPHP dan Dishut Kab. Muba

Setiap tahun selama 10 tahun

Blok HP Pemberdayaan dan Blok HL Pemanfaatan

35.642 ha x Rp. 500.000 = 17.821.000.000

APBD /APBN

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Desa, LSM, Lembaga Donor

IV. Pembinaan dan Pemantauan (controlling) pada area KPHP yang telah ada izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan

Agar pelaksanaan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah izin lahan sesuai dengan perencanaan dan peraturan yang berlaku

1. Pelaksanaan pembinaan terhadap pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

2. Pelaksanaan Pemantauan (monev) terhadap pemegang izin dan penggunaan kawasan hutan

3. Bintek pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

KPHP, Dishutkab Muba, Dishut Sumsel, Kemenhut

2 kali setahunselama 10 tahun

Blok Pemanfaatan IUPHHK-HT dan HA dan Penggunaan Kawasan Hutan (IUPPKH)

208.519 ha x Rp. 20.000 = Rp. 4.170.380.000

APBD /APBN

KPHP, Dishutkab Muba, DishutprovSumsel, Kemenhut

V. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin

Untuk menjaga keseimbangan fungsi ekologis dan ekonomis

1. Pelaksanaan rehabilitasi hutan untuk perdagangan karbon (REDD+)

2. Pelaksanaan rehabilitasi hutan untuk perlindungan satwa

KPHP, IPPKH

Setiap tahun selama 10 tahun

Blok HL_ Pemanfaatan

16.325 ha x Rp. 300.000 =Rp.4.897.560.000

APBD /APBN/IUPPKH

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut

VI. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada area yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya.

Agar pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan di wilayah izin lahan sesuai dengan perencanaan dan peraturan yang berlaku

1. Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi terhadap pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

2. Pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi terhadap pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

KPHP, Dishutkab Muba, Dishut Sumsel, Kemenhut

1 kali setahun selama 10 tahun

Blok Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (IUPHHK dan IUPPKH)

208.519 ha x Rp. 10.000 = Rp. 2.085.190.000

APBD / APBN

KPHP, Dishutkab Muba,Dishutprov Sumsel, Kemenhut

V-28 | 2 0 1 4

Page 128: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Fokus Kegiatan

Tujuan Bentuk Kegiatan

Pelaksana Waktu Lokasi Jumlah Dana *)

Sumber Dana *)

Para Pihak

VII. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam

1. Untuk menjamin kawasan berfungsi optimal secara ekologis

2. Pencegahan kerusakan dan pengamanan kawasan

3. Mengkonservasi hutan gambut

4. Mengkonservasibiodiversity (flora dan fauna)

5. Mengkonservasi area yang termasuk pada area yang mempunyai nilai konservasi tinggi (Hight Conservation Value Forest)

1. Deliniasi Kawasan Perlindungan Setempat

2. Perlindungan dan Pengawetan Flora dan Fauna yang Dilindungi a. Pelaksanaan pencegahan

kerusakan hutan akibat kebakaran hutan

b. Pelaksanaan pengamanan hutan dari gangguan kegiatan perambahan hutan

c. Pelaksanaan pengamanan hutan dari gangguan kegiatan penebangan liar

d. Pemasangan papan informasi dan larangan

e. Pembentukan kader konservasi lokal

3. Upaya Konservasi HCVF a. Melakukan inventarisasi area yang

termasuk pada HCVF. b. Melakukan pelestarian dan

pemeliharaan melalui pengayaan dll pada area yang termasuk pada HCVF.

KPHP bekerja sama dengan pemegang izin konsesi dan Desa beserta masyarakat sekitar

Setiap tahun selama 10 tahun

Blok Perlindungan (Hutan Lindung, Kawasan Konservasi, Lahan Gambut, Kawasan HCVF)

16.100 ha x Rp. 30.000 = Rp.48.300.000.000

APBD / APBN / Dana Pihak Ketiga

KPHP, Dishutkab Muba, Pemegang Izin Konsesi dan Kemitraan, Lembaga Donor

VIII. Penyelenggaraan kordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin

1. Menyerasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan pemanfaatan dan penggunaan lahan dengan pengelolaan KHP secara umum dan khusus

2. Saling bertukar informasi dan pengalaman

1. Pelaksanaan kordinasi antar pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan secara rutin

2. Pelaksanaan sosialisasi dan sinkronisasi kegiatan antar pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan secara rutin

3. Pembentukan forum bagi para pemilik izin pemanfaatan dan penggunaan hutan

4. Sosialisasi dan implementasi peraturan dan perundangan yang terkain dengan pemanfaatan dan penggunaan hutan

KPHP,Dishutkab Muba, Dishut Sumsel, Kemhut

2 kali setahun selama 10 tahun

Blok Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (IUPHHK dan IPKH)

208.519 ha x Rp. 20.000 = Rp. 4.170.380.000

APBD / APBN / Dana Pihak Ketiga

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Pemegang Izin Konsesi dan Kemitraan

V-29 | 2 0 1 4

Page 129: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Fokus Kegiatan

Tujuan Bentuk Kegiatan

Pelaksana Waktu Lokasi Jumlah Dana *)

Sumber Dana *)

Para Pihak

IX. Kordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholders terkait

Menyerasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan agar sejalan dengan berbagai tujuan dan kepentingan pembangunan daerah

1. Pelaksanaan kordinasi pengelola KPHP Unit IV Meranti dengan instansi maupun pihak lain yang terkait pada semua tingkatan

2. Pelaksanaan sinergi kegiatan di tingkat tapak antar Pengelola KPHP Unit IV Meranti dengan Instansi maupun pihak lain yang terkait pada semua tingkatan

KPHP

24 kali setahun selama 10 tahun

Ibukota Kabupaten, Ibukota Provinsi, dan Pusat

Rp 5.000.000 x 24 kali x 10 tahun = Rp.1.200.000.000

APBD / APBN / Dana Pihak Ketiga

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Lembaga Donor

X. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM

Agar fungsi pengelolaan dapat berjalan dengan baik

1. Identifikasi dan pengusulan kebutuhan pegawai baik struktural, non struktural, maupun fungsional

2. Identifikasi kebutuhan pelatihan (training need assessment)

3. Pengembangan kapasitas personil melalui berbagai program pendidikan, pelatihan dan pembinaan

Dishutkab Muba bersama-sama KPHP

Setiap tahun selama 10 tahun

Seluruh Wilayah KPHP Unit IV Meranti

40 orang x Rp. 50.000.000 = Rp.2.000.000.000

APBD / APBN

Kemenhut, Dishutprov Sumsel, Dishut Kab Muba

XI. Penyediaan Pendanaan dan sarana prasarana

Terselenggarannya realisasi rencana pengelolaan

1. Pembuatan rencana anggaran dan kegiatan rutin kepada Pemda Muba dan Kemhut

2. Pembuatan proposal skema sharing pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten

3. Pembuatan proposal penjalinan kerjasama kegiatan dengan pihak ketiga tidak mengikat dan dapat saling menguntungkan

4. Pengadaan dan pembangunan kantor Resort

5. Pengadaan perlengkapan kerja kantor dan lapangan

6. Pengadaan sarana transportasi berupa mobil, motor .

7. Pengadaan sarana komunikasi 8. Pembangunan pos jaga dan

pengamanan

Dishutkab Muba bersama-sama KPHP

Setiap tahun selama 10 tahun

Seluruh Wilayah KPHP Unit IV Meranti

10 tahun x Rp. 150.000.000 = Rp.1.500.000.000

APBD / APBN / Sumber Lainnya

KPHP, Dishut kab Muba, Kemenhut

V-30 | 2 0 1 4

Page 130: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Fokus Kegiatan

Tujuan Bentuk Kegiatan

Pelaksana Waktu Lokasi Jumlah Dana *)

Sumber Dana *)

Para Pihak

XII. Pengembangan database

Untuk keberlangsungan kegiatan KPHP dan penguatan data informasi

1 Pengadaan peralatan pendukung database

2 Pengembangan sistem database

Dishutkab Muba bersama-sama KPHP

Setiap 2 tahun sekali selama 10 tahun

KPHP Unit IV Meranti meliputi Kantor Utama dan Resort resort

5 kali Rp. 300.000.000 =Rp.1.500.000.000,-

APBD / APBN /

KPHP, Dishutkab Muba, Kemenhut, Lembaga Donor

XIII. Rasionalisasi wilayah kelola

Untuk memperbaiki strategi dan pengembangan wilayah kelolasesuai dengan kondisi terkini

1. Penyesuaian wilayah kelola terhadap perubahan kawasan hutan atau RTRWP/K terbaru

2. Penataan batas kawasan 3. Rasionalisasi 4. Sosialisasi dan implementasi program

KPHP bekerjasama dengan kemhut dan pemegang izin konsesi

Setiap 5 tahun sekali selama 10 tahun

Seluruh Wilayah KPHP Unit IV Meranti

2 x Rp. 1.000.000 = Rp.2.000.000.000

KPHP, Dishutkab Muba, Dishutprov Sumsel, PemegangIzin Konsesi dan Kemitraan, Kemenhut

XIV. Review Rencana Pengelolaan

Penyesuaian rencana pengelolaan dengan kondisi terkini antara rencana, tata kelola dan fakta di lapangan

1. Penyusunan Rencana Strategis 2. Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan jangka pendek. 3. Penyusunan Rencana Bisnis 4. Review Rencana Pengelolaan

(RPHJP 2015-2024) 5. Penyusunan RPHJP 2025-2034

KPHP bekerjasama dengan tenaga ahli atau pihak ketiga

Setiap 5 tahun sekali selama 10 tahun

Seluruh Wilayah KPHP Unit IV Meranti

2 x Rp 500.000.000 = Rp.1.000.000.000

APBD / APBN /

KPHP, DishutkabMuba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Lembaga Donor

XV. Pengembangan investasi

Percepatan pembangunan dan meningkatkan aspek produksi kawasan dan sosial ekonomi

1. Pengembangan investasi pada produksi hasil hutan kayu cepat tumbuh (daur pendek)

2. Pengembangan investasi pada produksi hasil hutan bukan kayu

3. Pengembangan investasi pada jasa lingkungan/wisata alam

4. Penyiapan Menuju PPK-BLUD

Dishutkab Muba bersama-sama KPHP

Setiap tahun selama 10 tahun

Seluruh Wilayah KPHP Unit IV Meranti

10 x 2.500.000.000 = Rp. 25.000.000.000

APBD / APBN / Dana Pihak Ketiga

KPHP, DishutkabMuba, Dishutprov Sumsel, Kemenhut, Pihak Ketiga (Perusahaan dan Kelompok Masyarakat)

Keterangan *) jumlah dana dan sumber dana yang tercantum dalam RPHJP digunakan untuk perencanaan kegiatan dan bukan merupakan dokumen anggaran

V-31 | 2 0 1 4

Page 131: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Tabel 5.8. Tata Waktu Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHP Unit IV Meranti

Program W a k t u 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

1. Pembagian wilayah kelembagaan administrasi

2. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya

3. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu 4. Pemberdayaan masyarakat 5. Pembinaan dan Pemantauan

(controlling) pada area KPHP yang telah ada izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan

6. Penyelenggaraan rehabilitasi pada area di luar izin

7. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada area yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya.

8. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam

9. Penyelenggaraan kordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin

10. Kordinasi dan sinergi dengan instansi dan stekaholder terkait

11. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM

12. Penyediaan Pendanaan 13. Penyediaan sarana dan prasarana 14. Pengembangan database 15. Rasionalisasi wilayah kelola 16. Review Rencana Pengelolaan 17. Pengembangan investasi

V-32 | 2 0 1 4

Page 132: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

VI. RENCANA PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

Agar pengelolaan kegiatan dalam KPHP Unit IV Meranti dapat berjalan sesuai

rencana dan mencapai target maka diperlukan adanya rencana pembinaan,

pengawasan dan pengendalian. Pencapaian target ini dilakukan melalui pelaksanaan

kegiatan, dengan demikian fokus pembinaan, pengawasan, dan pelaporan ada pada

proses pelaksanaan kegiatan di tingkat tapak.

6.1. Rencana Pembinaan

Pembinaan yang diberikan dapat berupa pemberian pedoman,

bimbingan, pelatihan, arahan, dan atau supervisi. Kegiatan pembinaan oleh

KPHP Unit IV Meranti terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1) Pembinaan teknis pengelolaan hutan,

2) Pembinaan sosial kemasyarakatan,

3) Pembinaan kelembagaan.

Sasaran pembinaan yang dilakukan ditujukan pada :

1) Sumberdaya dan Personalia/karyawan internal KPH,

2) Pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan hutan,

dan

3) Masyarakat sebagai mitra pengelolaan hutan serta masyarakat yang ada di

sekitar hutan.

Pembinaan ini dilakukan secara berkala disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi. Dalam pelaksanaannya KPH dapat bekerjasama dengan

perguruan tinggi, Dinas kehutanan Provinsi dan Kabupaten, UPT-UPT

Kementerian Kehutanan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan

atau pihak pihak lain yang terkait dan tertarik di bidang ini.

Materi pembinaan meliputi materi teknis, kelembagaan, manajemen,

sosial, ekonomi, dan perlindungan. Muatan dan materi pembinaan secara

teknis adalah melakukan pendekatan terhadap kaidah-kaidah silvikultur/

budidaya tanaman hutan menurut ruang dan waktu pengelolaan. Muatan

secara kelembagaan adalah membentuk lembaga masyarakat antara lain

VI-1 | 2014

Page 133: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan (KMPH) yang mempunyai cara

pandang pengelolaan hutan lestari. Muatan Manajemen meliputi perilaku

organisasi dan kegiatan sesuai dengan regulasi dan teknis pengelolaan.

Selain itu diperlukan juga muatan pembinaan sosial yang mencakup

membangun opini, sistem sosial dan hubungan sosial secara harmonis.

Muatan pembinaan ekonomi antara lain dalam upaya pengokohan sumber

dan pembangunan ekonomi produktif berorientasi pada pemanfaatan

sumberdaya hutan lestari dan pembinaan perlindungan yang menjadikan

seluruh komponen ataupun parapihak menjadi mitra dalam penyelamatan

sumberdaya hutan.

Agar pembinaan berjalan secara efektif dan efisian, perlu pula didukung

dengan pembentukan kader pengelolaan hutan bersinergi dengan target

prioritas, antara lain Kader Konservasi, Kader Pengelola Sumber Daya Hutan

Lestari, Kader Penyuluh Swadaya, Kader Agroforestry, Kader Silvofishery,

Kader Silvopasteur dan Kader lain sesuai kondisi lokal spesifik KPHP Unit IV

Meranti.

6.2. Rencana Pengawasan

Agar kinerja internal KPHP Unit IV Meranti, mitra pemanfaatan dan

penggunaan hutan serta masyarakat dapat terlaksana secara efektif dan

efisien maka diperlukan adanya pengawasan. Strategi pengawasan dalam

pelaksanaan kegiatan perlu direncanakan dan dilakukan secara berjenjang

yaitu:

1) Pengawasan secara rutin adalah pengawasan terhadap adminsitrasi

pelaporan pengelolaan rutinitas bulanan.

2) Pengawasan secara formal dan menyeluruh dilakukan secara berkala

setiap semester (6 tahun).

3) Pengawasan secara khusus/Insidentil, dilakukan berdasarkan tingkat

kepentingan khusus dan terdapat kejadian hal luar biasa yang memerlukan

tingkat pengawasan secara khusus. Hasil pengawasan digunakan sebagai

bahan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan ke depan.

VI-2 | 2014

Page 134: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

6.3. Rencana Pengendalian

Pengendalian dilakukan melalui kegiatan pelaporan. Pengendalian

meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan

KPHP Unit IV Meranti. Kegiatan monitoring dilakukan agar hasil yang dicapai

dapat memenuhi atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Monitoring

dan evaluasi secara formal dilakukan secara berkala setiap semester (6

bulan). Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan monitoring dan

evaluasi secara khusus. Hasil pengendalian digunakan sebagai bahan

evaluasi perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan, dan/atau

perbaikan terhadap pengelolaan KPHP Unit IV Meranti di masa mendatang.

Tabel 6.1 Matriks Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian

Pokok bahasan

Uraian materi Objek/Mitra Skala waktu

Sasaran Pencapaian

Pembinaan Admistrasi/ Teknis/ manajemen

Rapat Rutin Parapihak dalam wilayah izin

Setiap bulan

Parapihak terlibat dalam pencapaian target dan sasaran pengelolaan.

Pembinaan Hutan Restrukturisasi kawasan dan Regenenerasi Tegakan

Setiap enam bulan

Terpelihara SDH dan terbangunnya potensi ekonomi kawasan

Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat

Penguatan kelembagaan dan peran aktif

Setiap enam bulan

Meningkatkanya partisifasi masyarakat dalam pembangunan hutan

Pemanfaatan hutan HHK,HHBK dan Jasa lingkungan

Setiap tiga bulan

Optimalisasi manfaat dan hasil hutan

Pengembangan IPTEK

Penelitian aspek potensial

Setiap satu tahun

Menggali potensi yang dapat dikelola

Pengendalian Administrasi/ Teknis/ Manajemen

Rapat rutin Parapihak dalam wilayah izin

Setiap tiga Bulan

Sinkronisasi dan harminisasi kegiatan

Pembinaan Hutan Restrukturisasi kawasan dan Regenenerasi Tegakan

Setiap enam bulan

Dinamika pembinaan tegakan pada kondisi yang ideal

Pemberdayaan dan kelembagaan Masyarakat

Penguatan kelembagaan dan peran aktif

Setiap enam bulan

Daya dukung masyarakat dalam pembangunan kawasan

Pemanfaatan Hutan HHK dan HHBK dan Jasa lingkungan

Setiap tiga bulan

Potensi pertumbuhan dan pemanfaatan sesuai dengan study yang dilakukan

Pengembangan IPTEK

Penelitian aspek potensial

Setiap satu tahun

Penemuan strategi nilai tambah kawasan.

Pengawasan Administrasi/ Teknis/ Manajemen

Rapat Rutin Parapihak dalam wilayah izin

Setiap empat Bulan

Adanya penyempurnaan kegiatan sesuai dengan target yang ditetapkan

VI-3 | 2014

Page 135: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

Pokok bahasan

Uraian materi Objek/Mitra Skala waktu

Sasaran Pencapaian

Pembinaan Hutan Restrukturisasi kawasan dan Regenenerasi Tegakan

Setiap enam bulan

Pembinaan hutan memiliki alur proses dan dinamika pertumbuhan yang optimal

Pemberdayaan dan Kelembagaan Masyarakat

Penguatan kelembagaan dan peran aktif

Setiap enam bulan

Terbentuknya kelembagaan masyarakat secara aktif

Pemanfaatan hutan HHK,HHBK dan Jasa lingkungan

Setiap tiga bulan

Memenuhi azas dan ktriteria legalitas dan konsep pengelolaan

Pengembangan IPTEK

Penelitian aspek potensial

Setiap satu tahun

Pengembangan IPTEK sesuai sengan visi dan misi pengelolaan

VI-4 | 2014

Page 136: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

VII. RENCANA PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan merupakan bagian penting untuk

mengkoordinasikan, menyempurnakan dan menyesuaikan kembali kegiatan-

kegiatan KPHP Unit IV Meranti dari perubahan-perubahan sementara yang

terjadi atau apabila dinilai adanya kelemahan dalam penyusunan

perencanaan dan proses pekerjaan. Melalui kegiatan pemantauan, evaluasi,

dan pelaporan maka setiap kendala dan inefesiensi yang terjadi dapat

segera dicarikan strategi dan langkah penyelesaiannya. Kegiatan ini penting

sebagai wahana pertanggungjawaban kegiatan serta institusi pengelolaan

sehingga kinerja organisasi dan kemajuan pembangunan KPHP Unit IV

Meranti di tingkat tapak bisa terukur secara baik dengan arah yang jelas.

7.1. Rencana Pemantauan

Upaya pemantauan dan pembinaan pada pengelolaan dan operasional

KPHP Unit IV Meranti dilakukan agar proses kegiatan sejalan dengan

rekomendasi dan perencanaan serta kebijakan organisasi yang telah disusun

dan disepakati. Kegiatan pemantauan dilakukan seiring dengan pelaksanaan

pekerjaan yang sedang berjalan. Prosedur pemantauan harus berdasarkan

instrumen yang jelas unsur-unsurnya serta kriteria dan capaian/tolok ukur

yang disepakati oleh manajemen sebagai standar baku yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Dalam konteks KPHP Unit IV Meranti, pemantauan tidak hanya pada

kegiatan yang bersifat terjadwal tetapi juga dilakukan terhadap aspek lainnya

yaitu dalam lingkup kegiatan pembinaan dan perlindungan kawasan hutan.

Kegiatan tersebut meliputi pemantauan kerawanan dan gangguan kerusakan

kawasan hutan, terjadinya pelanggaran hukum, pemberdayaan dan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan hutan dan aktivitas organisasi pengelolaan

mitra atau pemegang izin yang ada.

VII-1 | 2 0 1 4

Page 137: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

7.2. Rencana Evaluasi

Tindak lanjut hasil pemantauan dan pembinaan kegiatan di dalam

wilayah KPHP Unit IV Meranti adalah kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan

secara terjadwal dan menyeluruh dengan tujuan untuk mengukur kinerja

kegiatan dalam rentang kendali pengelolaan. Evaluasi dapat dilakukan dalam

tahapan kegiatan dengan hasil yang dapat terukur pada tahapan tersebut dan

pada saat setelah selesai suatu kegiatan.

Evaluasi kegiatan KPHP Unit IV Meranti melibatkan pihak perencana,

pelaksana, pemantau dan atau pihak independen. Keterlibatan pihak

independen dapat memberikan informasi hasil lebih obyektif, proporsional dan

adanya masukan atau upaya tindak lanjut yang lebih baik karena dinilai oleh

pihak yang berkompeten dalam hal audit. Harapannya hasil dari evaluasi ini

bisa dipertanggungjawabkan dan dapat di analisis secara menyeluruh

menurut tahapannya.

7.3. Rencana Pelaporan

Pelaporan hasil kegiatan KPHP Unit IV Meranti menjadi salah satu

bentuk pertanggungjawaban dan taat terhadap regulasi pengelolaan. Selain

itu pelaporan juga merupakan salah satu upaya dokumentasi kegiatan.

Pelaporan ditujukan kepada unit/instansi/lembaga di tingkat atasnya

dan pejabat yang berwenang serta pihak lain sesuai aturan yang berlaku.

Prosedur dan skema pelaporan disesuaikan dengan petunjuk teknis

berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan.

Penyajian laporan di KPHP Unit IV Meranti dikelompokkan dalam:

1) Laporan Rutin

Merupakan penyampaian pertanggungjawaban kemajuan pekerjaan di

KPHP Unit IV Meranti dalam periode tertentu. Laporan rutin ini meliputi

laporan bulanan, triwulan dan tahunan. Laporan rutin meliputi laporan

fisik maupun keuangan (biaya dan pendapatan). Laporan triwulan

merupakan penyampaian kegiatan dan pertanggungjawaban per tiga

bulan dan dibuat dalam waktu proses pekerjaan. Laporan tahunan

merupakan laporan akhir per tahun kegiatan. Laporan rutin di buat oleh

VII-2 | 2 0 1 4

Page 138: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

unit pelaksana kegiatan atau lembaga pengelolaKPHP Unit IV Meranti

yang diberikan wewenang penyusunan laporan.

2) Laporan Insidentil

Merupakan penyampaian laporan terhadap kemajuan kegiatan KPHP

Unit IV Meranti yang dievaluasi khusus berdasarkan pada kriteria dan

kepentingan yang bersifat mendesak dalam penyajian khusus.

Pelaporan insidentil obyeknya bisa didasarkan pada kegiatan rutin

maupun kegiatan yang bersifat tidak rutin (proyek). Proses

pelaksanaan dan pelaporan bersifat insidentil ini dilakukan oleh tim

auditor khusus.

3) Laporan atas Kegiatan Parsial dan Khusus.

Merupakan laporan kegiatan KPHP Unit IV Meranti yang harus dibuat

berdasarkan regulasi kegiatan bersifat tunggal atau parsial. Kegiatan ini

ditujukan khusus menurut sifat dan jenis ruang lingkupnya serta

mempunyai spesifikasi khusus antara lain kegiatan perekayasaan,

penelitian dan laporan kelembagaan sosial. Kaidah pelaporan

mempunyai aturan khusus sesuai dengan teknik dan metode penyajian

yang tidak hanya bersifat rutin, insidentil tetapi lebih pada pendekatan

teori dan metode studi yang dilakukan.

Keluaran (output) dan tindak lanjut dari laporan rutin, laporan insidentil

maupun laporan khusus tersebut adalah tersedianya dokumen pengelolaan

KPHP Unit IV Meranti yang erat kaitannya dengan proses penyempurnaan

dan optimalisasi organisasi untuk memenuhi tujuan dan maksud serta sasaran

pengelolaannya. Tindak lanjut yang dilakukan bisa dengan melakukan

reposisi kegiatan, pembinaan sumberdaya dan anggaran, adendum atau revisi

pekerjaan dengan terlebih dahulu melakukan penyempurnaan dokumen

perencanaan dan regulasi pemantauan serta evaluasi kembali terhadap

kegiatan KPHP Unit IV Meranti.

VII-3 | 2 0 1 4

Page 139: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Meranti

VIII. PENUTUP

Menilik besarnya peranan kawasan hutan dalam peningkatan kualitas

kehidupan maka diperlukan suatu pendekatan yang rasional di dalam

pengelolaannya. Pengelolaan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik

wilayah setempat akan dapat meningkatkan dan melestarikan fungsi produksi

dan lindung dari keberadaan KPHP di tingkat tapak.

Agar kegiatan awal pengelolaan hutan di KPHP Unit IV Meranti dapat

mencapai sasaran sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan adanya

rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP) sebagai panduan dalam

pelaksanaan operasional di tingkat lapangan. RPHJP ini menjadi perlu dan

penting karena mengintegrasikan semua tahapan kegiatan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengembangan kelembagaan, sampai dengan

pengawasan dan pengendalian.

Perencanaan ini bersifat jangka panjang sehingga berisi perencanaan

yang dibuat dalam skala makro dan kegiatan indikatif. Dengan demikian

masih diperlukan penjabaran lebih lanjut ke dalam rencana-rencana yang

lebih rinci dan dengan cakupan masa perencanaan yang lebih pendek. Selain

itu dimungkinkan adanya penyesuaian pada waktu pelaksanaannya baik

menyangkut substansi kegiatan maupun waktu pelaksanaannya. Yang utama

tentunya pencapaian hasil, output, dan outcome sesuai visi, misi, dan tujuan

yang telah ditetapkan sebagai cermin kinerja nyata dari pengelola KPHP

Unit IV Meranti.

VIII-1 | 2 0 1 4

Page 140: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2013. Sumatera Selatan Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin. 2014. Musi Banyuasin Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

Bumi Persada Permai. 2004. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Izin Usaha Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) PT. Bumi Persada Permai di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT.Pesona Belantara Persada. Sekayu.

Bumi Persada Permai. 2008. Revisi Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu HTI Pada HTI Dalam Hutan Tanaman Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun periode Tahun 2008 s/d 2017 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT.Bumi Persada Permai. Palembang.

Bumi Persada Permai. 2010. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu HTI Pada Hutan Tanaman Dalam Hutan Tanaman untuk Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun periode Tahun 2008 s/d 2017 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT.Bumi Persada Permai. Palembang.

Departemen Dalam Negeri. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah. Departemen Dalam Negeri. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Pemerintah No.P.6/Menhut-II/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.68/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

_________. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 230/Kpts-II/2003 tentang Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Departemen Kehutanan. Jakarta.

_________. 1995. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 70/Kpts-II/95 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan. Jakarta.

P-1 | 2 0 1 4

Page 141: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

_________. 1995. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 246/Kpts-II/96 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-II/95 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan. Jakarta.

_________. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 31/Kpts-II/2001 tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

. 2012. Keputusan Menteri Kehutanan No.689/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model (Unit IV) yang Terletak di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Seluas 252.267 hektar. Jakarta.

. 2012. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan No.P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan. Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Jakarta

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan 2008 – 2013. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin. 2013. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan 2012 – 2017. Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

Ekologika. 2014. Ikhtisar Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi PT. Bumi Persada Permai I Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (draft). Jakarta.

_________. 2014. Ikhtisar Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi PT. Bumi Persada Permai II Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (draft). Jakarta.

_________. 2014. Ikhtisar Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi PT. Rimba Hutani Mas Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (draft). Jakarta.

Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

_________. 2013. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

_________. 2012. Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kementerian Kehutanan. Jakarta.

_________. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kementerian Kehutanan. Jakarta.

P-2 | 2 0 1 4

Page 142: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan P.51/Menhut-II/2010tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun 2010 - 2014. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2010 Peraturan Menteri Kehutanan No.P42/Menhut-II/2010. Tentang Sistem Perencanaan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2010. Peraturan Kementerian Kehutanan No.49/Menhut-II/2010 tentang Rencana Kerja Kehutanan Tahun 2011. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2010. Peraturan Kementerian Kehutanan No.P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Peruasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam, IUPHHK Restorasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2011. Peraturan Kementerian Kehutanan no. 41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitas Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model.Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2011. Peraturan Kementerian Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

. 2011. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): Konsep, Peraturan Perundangan, dan Implementasi. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan. Jakarta.

. 2010. Peraturan-Peraturan Berkaitan Dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan. Jakarta.

. 2010. Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan.Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan. Jakarta.

Pakerin. 2009. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) untuk Jangka Waktu 10 (sepuluh) tahun Periode Tahun 2009 s/d 2018 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumtera Selatan. PT.Pakerin. Palembang.

Pemerintah RI. 1997. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

.2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/Kota. Departemen Kehutanan. Jakarta.

. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

P-3 | 2 0 1 4

Page 143: PENINGGALAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ...kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_MERANTI.pdf · wilayah berizin, rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)Unit IV Meranti

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Sumatera Selatan 2008-2025. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sumatera Selatan 2008-2013. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

. 2008. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan 2008-2013. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 6 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Musi Banyuasin. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

________. 2013. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 17 tahun 2013 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Musi Banyuasin. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

_________. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Musi Banyuasin 2008-2025. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

.2007. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin 2007-2012. Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin. Musi Banyuasin.

. 2008. Rencana pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Musi Banyuasin 2008-2013. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu.

Restorasi Ekosistem. 2009. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Periode 2008 – 2017 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT. Restorasi Ekosistem Indonesia. Palembang

Rimba Hutani Mas. 2006. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman PT.Rimba Hutani Mas di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT. Rimba Hutani Mas. Palembang.

Rimba Hutani Mas. 2008. RencanaUsaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu HTI Periode Tahun 2008 – 2017 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT. Rimba Hutani Mas. Palembang.

Sentosa Bahagia Bersama. 2011. Revisi Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri Untuk Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun Periode 2010 s/d 2019 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT. Sentosa Bahagia Bersama. Palembang.

P-4 | 2 0 1 4