31
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTHORAX A. PENGERTIAN Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (Slamet Surdjono, 2001 : 939) Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006). Pneumotorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam kantong pkeura sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera.(Robbins dkk,2007) B. ETIOLOGI Pneumotoraks dapat terjadi bila terjadi rupture pada dinding paru,yang menyebabkan udara keluar dari paru dan masuk kedalam rongga pleura.Pneumotoraks juga dapat terjadi bila terdapat tusukan pada dinding dada sehingga udara luar masuk kedalam rongga pleura.pnemotorak terjadi secara tiba-tiba (misalnya pada laki-laki kurus yang menderita sindroma marfan) sebagai akibat trauma dada,barotraumas pada paru,penyakit paru seperti emfisema,infeksi akut,infeksi kronis (TBC) kerusakan paru akibat kistik fibrosis,kanker,katamenial pneumotoraks (yang disebabkan oleh endometriosis pada dinding paru (Mansjoer,2000). C. KLASIFIKASI

Pneumothorax.2014

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTHORAXA. PENGERTIANPneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (Slamet Surdjono, 2001 : 939)Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).Pneumotorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam kantong pkeura sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera.(Robbins dkk,2007)

B. ETIOLOGI Pneumotoraks dapat terjadi bila terjadi rupture pada dinding paru,yang menyebabkan udara keluar dari paru dan masuk kedalam rongga pleura.Pneumotoraks juga dapat terjadi bila terdapat tusukan pada dinding dada sehingga udara luar masuk kedalam rongga pleura.pnemotorak terjadi secara tiba-tiba (misalnya pada laki-laki kurus yang menderita sindroma marfan) sebagai akibat trauma dada,barotraumas pada paru,penyakit paru seperti emfisema,infeksi akut,infeksi kronis (TBC) kerusakan paru akibat kistik fibrosis,kanker,katamenial pneumotoraks (yang disebabkan oleh endometriosis pada dinding paru (Mansjoer,2000).

C. KLASIFIKASIKlasifikasi pneumothoraks berdasarkan penyebabnya dibagi sebagai berikut :

1. Pneumothoraks SpontanPneumothoraks spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab yang jelas.

2. Pneumothoraks Spontan Primer (PSP)Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisis yang berat tetapi justru terjadu pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.

3. Pneumothoraks Spontan Sekunder (PSS)Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi karena komplikasi dari penyakit paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan,tuberkulosis paru, PPOK, asma bronkial dsb). Pneumotoraks spontan sekunder

4. Pneumothoraks traumatikPneumothoraks traumatik adalah pneumothoraks yang terjadi akibat suatu penetrasi kedalam rongga pleura karena luka tusuk atau luka tembak atau tusukan.Pneumothoraks traumatik juga ada 2 jenis yaitu :a) Pneumothoraks traumatik bukan iatragenikAdalah pneumothoraks yang terjadi karena jelas kecelakaan misalnya jajar dinding dada terbuka / tertutup.

b) Pneumothoraks traumatik iatragenikAdalah pneumothoraks yang terjadi akibat tindakan medis. Penumothoraks jenis ini masih dibedakan menjadi 2. pneumothoraks traumatik iatragenik aksidental dan pneumothoraks traumatik iatrogenik arti fisial (deliberate)

5. Pneumotoraks karena tekananTerjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-parumengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.

D. PATOFLOWDIAGRAMPneumothorax Spontan SekunderAkibat pecahnya bleb useralis atau bulla pleura dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang mendasarnya misalnya PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru.

Robekan kantong udara dekatPleura useralis

Kerusakan apeks paru

Iscemia atau distensi lebih besar pada olveoliakibat tekanan pleura

Bulla pada satu atau dua orang

Pecah

PneumothoraxSpontan Skunder

Berhubungandengan penyakit paru yangmendasarnya, misalnya :-PPOK-Asma Bronkial-Pneumonia-Tumor paru

PreumotoraxSpontan Primer(Penyebabnyabelum diketahui)

Pneumothorax

E. MANIFESTASI KLINIK1. Sesak nafas2. Nyeri3. Batuk-batuk4. Nafas tersengal-sengal5. Diaphoresis

F. KOMPLIKASI1. Atelektasis2. Infeksi3. Edema pulmonary4. Emboli paru 5. Efusi pleura6. Empyema7. Emfisema8. Penebalan pleura

G. PENANGANANPenatalaksanaan pneumotoraks tergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami, derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi saat pelaksanaan pengobatan yang meliputi :

i. . Tindakan DekompresiMembuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara: a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukkan jarum ke rongga pleura melalui tranfusion set.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil : Menggunakan pipa Water Sealed Drainage (WSD).Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara trokar atau dengan bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis axial tengah atau garis axial belakang. Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya, ujung selang plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melelui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut. Pengisapan kontinu (continous suction).Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetap positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Pencabutan drainApabila paru telah mengembang maksimal dan tekana intrapleura sudah negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, drain dapat dicabut.c. Tindakan bedahPembukaan dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang menyebabkan terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut dijahit,d. Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortikasi.Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.

2. Penatalaksanaan Tambahana. Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya, yaitu: Terhadap proses TB paru, diberi OAT Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita dibei obat laksatif ringan, dengan tujuan agar saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan terlalu keras.b. Istirahat total` Klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk, bersin terlalu keras dan mengejan.H. PENGKAJIAN1. Anamnesisa. Identitas klien b. Keluhan utamaSesak napas, nyeri disisi dada yang sakit c. RPSKeluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri da dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.Perlu dikaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada (tertembus peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)d. RPDApakah klien pernah menderita TB paru dimana sering terjadi pada pneumotoraks spontan.e. RPKApakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dll.f. PsikososialMeliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana prilaku klien pada tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

2. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing) InspeksiPeningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat. PalpasiTaktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga bisa saja normal atau melebar. PerkusiSuara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung terdorong ke arahthoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi. AuskultasiSuara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.

b. B2 (Blood)Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.

c. B3 (Brain)Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.

d. B4 (Bladder)Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.

e. B5 (Bowel)Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

f. B6 (Bone)Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.

3. Diagnosa Keperawatan a) Pola napas tak efektif b/d : Gangguan ekspansi paru sekunder terhadap: akumulasi cairan(hidrotoraks/hemotoraks) / udara(pneumotoraks) dalam rongga pleura, luka dada menghisap (sucking chest wound), flail chestb) Kerusakan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar-kapiler, edema pulmonal, emboli paru Hipoventilasi, retensi CO2.c) Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu) berhubungan dengan adanya peradangan parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa panas.d) Nyeri (akut) b/d cedera parenkim parue) Ansietas/ketakutan b/d krisis situasional

I. RENCANA TINDDAKAN

No DxIntervensiRasional

1Beri penjelasan pada pasien tentang penyebab sesakBeri posisi semi fowler.

Beri terapi oksigen sesuai kebutuhanMonitor TTV klienUntuk menambah pengetahuan pada pasienMemaksimalkan ekspansi paruUntuk mengurangi sesak

untuk mendeteksi secara dini ketidak normalan dan untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien

2Pantau status pernafasan tiap 8 jam , pantau TTV tiap 4 jam, dan pantau analisa gas darah juga foto rongen

Pertahankan posisi semi fowler atau fowler

Berikan terapi oksigen tambahan sesuai anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darahUntuk mengidentifikasi kemajuan kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

Untuk memaksimnalkan ekspansi paru

Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernafasan dengan menyediakan lebih banyak oksigen

3Kaji terhadap adanya nyeri (lokasi, durasi)

Berikan posisi semi fowler atau nyaman terhadap letak selang dada.

Monitor letak selang dan sistem draenage

Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhannya.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.Untuk mengevaluasi derajat nyeri

Posisi yang menekan dan tidak nyaman dapat menumbuhkan rasa nyeri klien.

Letak selang yang menekan jaringan luka dapat menimbulkan nyeri.

Untuk menjaga resiko cidera

Analgesik dapat meningkatkan nilai ambang nyeri pada susunan syaraf pusat tanpa menekan kesadaran.

4Berikan analgesik sesuai anjuran untuk mengatasi nyeri, konsultasi kedokter jika analgesik tidak efektif

Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman dengan cahaya yang redup dan menciptakan lingkungan yang tenangKonsultasi pada dokter jika nyeri makin memburuk

Bantu pasien dalam ber ambulasi sesuai dengan kebutuhannyaAnalgetik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri

Tindakan ini akan meningkatkan relaksasi

Hal tersebut bisa menjadi tanda komplikasi

Untuk menjaga tidak terjadi cidera

5Tetap dampingi pasien atau meminta keluarga untuk mendampingi

Pertahankan pendekatan yang tenang dan percaya diri

Batasi pengunjung

Berikan penkes pada pasien dan keluarga mengenai penyakitAnsietas akan berkurang

Untuk memotifasi klien

Memberikan kenyamanan karena pengunjung dapat menimbulkan stres

Agar klien tidak cemas dengan kondisinya

J. BEDAH KASUS / BEDAH DOKUMENASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AN.A DENGAN PNEUMOTORAKS DEXTRADI RUANG PICU MHJS

A. Identitas Pasien : Nama: An. A Umur: 16th, alamattgl MRS: 13 November 2013No. MR: 2814Dx.medis: Pneumothorax spontan post pemasangan WSDB. Riwayat Penyakit1. Keluhan utamaSesak napas, nyeri dada sebelah kanan, batuk, pusing.2. Riwayat penyakit sekarang Tiga jam yang lalu klien mendadak mengeluh sesak napas dan semakin lama semakin berat, disertai nyeri dada seperti tertusuk pada sisi dada sebelah kanan, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Tidak ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti tertembus peluru, ledakan, trauma tumpul dada akibat kecelakaan lalu lintas maupun tusukan benda tajam langsung menembus pleura. Karena keluhan sesak napas dirasakan semakin berat, klien dibawa keluarga ke Mayapada Hospital jakarta selatan, disarankan rawat inap untuk dilakukan tindakan pemasangan selang WSD. Klien masuk Ruang PICU pada jam 17.00 WIB.

3. Riwayat penyakit dahuluKlien memiliki riwayat asma akut.4. Riwayat penyakit keluargaTidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien baik pneumotoraks ataupun TB paru5. Riwayat kebiasaan sehari-hari Klian adalah seorang pelajar.C. Pemeriksaan FisikKeadaan umumTampak sakit berat dan sesak napas, KU sangat lemah, kesadaran Compos Mentis, GCS 15, TB .... cm, BB ....kg.TTV : TD .... mmHg, RR ... x/mnt, N... x/mnt, T ... C Dada dan pernapasanb. Inspeksi Klien tampak sesak napas, keringat dingin, wajah tampak pucat, nyeri dada saat bernapas dan gelisah Bentuk dada kanan lebih cembung Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal Penggunaan otot bantu napas tambahan Pola napas cepat dan dangkalc. Palpasi Taktil fremitus getaran menurun di dada kanand. Perkusi Hipersonor di dada kanane. Auskultasi Suara napas menghilang di dada kananD. Pola Pemenuhan Kebutuhan (nutrisi, eliminasi, tidur & istirahat, aktifitas & latihan, personal hygiene)E. Prosedur Diagnostik1. Laboratorium 2. Radiologi Foto thoraks AP-Lat tanggal 13-11-13 jam 13.28 WIB : pneumothorax disertai kolap paru kanan. Foto thoraks AP-Lat tanggal 13-11-13 jam 16.28 WIB : sudah tidak nampak pneumothorax kanan, terdapat tube di sela iga 5-6F. Pengobatan IVFD :Aminofusin L600 500ml/24jam: Kaen 1B + Kcl 10 Meq/lolf / 8 jam fosmicyn3x500 mg IV Kalmethasone3x10 mg Farmadol3x 1 gr Oksigen 2 lpm Inhalasi 4x/hari: Ventolin 1 ampul + Flexotide 1 ampul + Nacl Data post pemasangan WSD Terpasang selang WSD di IC 4-5 mid axila kanan Adanya luka 1 cm dengan jahitan matras mengelilingi selang WSD Selang WSD disambung dengan selang penghubung ke botol WSD Undulasi Positif Tampak gelembung udara keluar dari ujung selang dalam botol WSD saat ekspirasi dan batuk Tak ada tanda krepitasi pada kulit disekitar selang WSDJ. Analisa data NoDataEtiologiMasalah

1DS: Klien mengeluh sesak napas, bernapas terasa berat, susah untuk melakukan pernapasan dan nyeri dada kanan saat bernapasDO: Klien tampak sesak napas, keringat dingin, nyeri dada kanan saat bernapas dan gelisah Bentuk dada kanan lebih cembung Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal Penggunaan otot bantu napas tambahan Pola napas cepat dan dangkal TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C Palpasi:getaran menurun di dada kanan Perkusi: hipersonor di dada kanan Auskultasi: suara napas menghilang di dada kanan Radiologi:foto thorax kolaps pada paru kananPenurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumothoraxPola napas tidak efektif

2DS: -Px mengatakan terpasang selang di dada kananDO: Adanya luka 1 cm dengan jahitan mengelilingi selang WSD Terpasang selang WSD di IC 4-5 dihubungkan dengan selang penyambung ke botol WSDTindakan invasif sekunder pemasangan selang WSDRisti infeksi dan trauma pernapasan

K. Prioritas Masalaha. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumothoraxb. Risti infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder pemasangan selang WSD

L. Rencana intervensi

NoHari / tglDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensi

1Rabu13-11-1317.00Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumotoraks, ditandai dengan :DS: Klien mengeluh sesak napas, bernapas terasa berat, susah untuk melakukan pernapasan dan nyeri dada kanan saat bernapasDO: Klien tampak sesak napas, keringat dingin, nyeri dada kanan saat bernapas dan gelisah Bentuk dada kanan lebih cembung Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal Penggunaan otot bantu napas tambahan Pola napas cepat dan dangkal TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C Palpasi:getaran menurun disisi paru yang sakit Perkusi: hipersonor disisi paru yang sakit Auskultasi: suara napas menghilang disisi paru yang sakit Radiologi:foto thorax gambaran pneumotoraks kanan, paru kolaps

Dalam waktu ... x 24 jam setelah diberikan intervensi pola napas kembali efektif dengan kreteria evaluasi: Keluhan sesak napas berkurang, ringan, tidak nyeri saat melakukan pernapasan Tak tampak sesak napas dan nyeri saat melakukan pernapasan Bentuk dada simetris Gerakan dada saat bernapas simetris Tidak menggunakan otot bantu pernapasan Pola napas normal TTV dbn Palpasi getaran simetris Perkusi sonor simetris Auskultasi vesikuler simetris Radiologi: Paru yang kolaps sudah ekspansi1. Identifikasi faktor penyebab kolaps: trauma, infeksi komplikasi mekanik pernapasan.2. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi3. Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk4. Observasi TTV5. Lakukan IPPA tiap 1-2 jam6. Memberikan oksigen tambahan nasal kanule 2 lpm7. Kolaborasi untuk tindakan dekompresi dengan pemasangan selang WSD

2Rabu13-11-1318.00Risti infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder pemasangan selang WSD ditandai dengan:DS:Px mengatakan terpasang selang didada kananDO: Adanya luka 1 cm dengan jahitan mengelilingi selang WSD Terpasang selang WSD di IC 5-6 dihubungkan dengan selang penyambung ke botol WSD

Dalam waktu ... x 24 jam setelah diberikan intervensi risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi dengan kreteria evaluasi : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka TTV dalam batas normal Tidak ada pus didalam selang Kepatenan sistem drainage WSD dalam kondisi baik Luka sembuh tanpa komplikasi

1. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi2. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka, TTV, keluhan sesak napas dan nyeri saat bernapas3. Anjurkan klien untuk memegang selang bila ingin merubah posisi 4. Jaga personal hygiene, alat tenun dan lingkungan5. Berikan asupan nutrisi yang adekuat6. Lakukan perawatan WSD setiap hari7. Pantau kepatenan sistem drainage setiap hari8. Kolaborasi medis untuk pemberian obat antibiotika

M. Implementasi KeperawatanNoHari / tglDxImplementasi

1Rabu13-11-1317.00I1. Mengidentifikasi faktor penyebab kolaps: trauma, keganasan, infeksi komplikasi mekanik pernapasan.2. Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi3. Membaringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk4. Mengukur TTV tiap..... jam5. Melakukan IPPA tiap ..... jam6. Memberikan oksigen tambahan nasal kanule 2 lpm7. Asistensi dalam pelaksanaan tindakan dekompresi pemasangan selang WSD (persiapan alat, pasien, ruang tindakan, membantu pelaksanaan dan evaluasi post pemasangan WSD)

4Rabu13-11-1317.00II1. Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi2. Mengobservasi keluhan sesak napas dan nyeri dada saat bernapas3. Menganjurkan klien untuk memegang selang bila ingin merubah posisi4. Menjaga personal hygiene, alat tenun dan lingkungan5. Memberikan diet TKTP6. Melakukan perawatan WSD setiap hari dengan teknik aseptik dan steril7. Memantau kepatenan sistem drainage setiap hari: Memperhatikan undulasi pada selang WSD Meletakkan botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh Mempertahankan agar ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2 cm dibawah air. Membersihkan/cuci botol bila terlihat kotor8. Memberikan obat antibiotika dan OAT sesuai program: Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Rimstar 2 x 2 tab oral

N. Catatan PerkembanganNoHari / tglDxPerkembangan

1Rabu13-11-1308.30IS: Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringanO: Tampak sesak napas dan nyeri saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan Terpasang selang WSD di IC 5-6 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol WSD Tampak undulasi pada selang Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat ekspirasi dan batuk Kecembungan dada kanan mulai berkurang Sudah mulai terlihat pergerakan dada kanan saat bernapas Tidak menggunakan otot bantu napas tambahan Tidak menggunakan oksigen tambahan Pola napas mulai teratur TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28 x/mnt, N 88 x/mnt, T 36 C Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: hipersonor diparu kanan sudah berkurang Auskultasi: sudah terdengar suara napas di paru kanan Klien tampak lebih tenang/rileks A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi no; 2,3,4,5 Cek foto thoraks AP-Lat posisi tegak Pantau kepatenan sistem drainage Observasi pengembangan paru K/P pasang suction continous

2Rabu13-11-1308.30IIS: Px mengatakan terpasang selang didada kananO: Luka bersih ditutup kasa steril TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28 x/mnt, N 88 x/mnt, T 36 C Tidak ada krepitasi disekitar selang Undulasi positif Botol WSD lebih rendah dari tubuh Ujung selang dalam botol WSD berada 2 cm dibawah batas airA: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadiP: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7 Observasi tanda-tanda infeksi pada luka Lakukan perawatan WSD setiap hari K/P mencuci botol dan ganti cairan dalam botol bila terlihat keruh

3Rabu20-4-1108.30IS: Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringanO: Klien tampak lebih tenang/rileks Tampak sesak napas dan nyeri saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol suction continous Tampak undulasi pada selang Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk Kecembungan dada kanan mulai berkurang Sudah mulai terlihat pergerakan dada kanan saat bernapas Pola napas mulai teratur TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: hipersonor diparu kanan sudah berkurang Auskultasi: sudah terdengar suara napas di paru kanan Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg Foto thoraks: ujung selang di IC 4-5 kananA: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi no; 2,3,4,5,6,7 Ajarkan latihan meniup

4Rabu20-4-1109.00IIS: Px mengatakan terpasang selang didada kananO: Tidak ada tanda trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril Tidak ada pus didalam selang Tidak ada krepitasi disekitar selang Undulasi positif Kepatenan sistem drainage WSD dalam kondisi baik TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 CA: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

5Kamis14-11-1308.30IS: Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas, bernapas ringanO: Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol suction continous Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg Undulasi positif Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk Bentuk dada simetris Pergerakan dada simetris saat bernapas Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: sonor diparu kanan Auskultasi: terdengar suara napas di paru kananA: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,5,6,7,8

6Kamis21-4-1109.00IIS: Px mengatakan terpasang selang didada kananO: Tidak ada trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril Selang WSD diklem TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 CA: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7,8

7Jumat15-11-1308.30IS: Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas, bernapas ringanO: Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C Terpasang selang WSD di IC 5-6 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol WSD Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg Undulasi positif Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk minimal Bentuk dada simetris Pergerakan dada simetris saat bernapas Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: sonor diparu kanan Auskultasi: terdengar suara napas di paru kananA: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,6 Klem WSD selama 24 jam Observasi keluhan sesak napas selama selang diklem, buka klem bila sesak napas Cek foto thorakx AP-Lat

8Jumat15-11-1309.00IIS: Px mengatakan terpasang selang didada kananO: Tidak ada trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril Selang WSD coba di klem TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 CA: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,7,8

9Jumat15-11-1308.30IS: Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas selama 24 jamO: Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C WSD di IC 5-6 midline axila kanan diklem Bentuk dada simetris Pergerakan dada simetris saat bernapas Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: sonor diparu kanan Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan Foto thoraks: paru yang kolaps mengembangA: Masalah pola napas tidak efektif teratasiP: Lanjutkan intervensi Kolaborasi medis untuk tindakan off WSD Observasi keluhan sesak napas, nyeri dada saat pernapasan selama 24 jam setelah WSD di off Observasi ekspansi paru Observasi TTV

11Jumat15-11-1308.30IS: Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas O: Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C Bentuk dada simetris Pergerakan dada simetris saat bernapas Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan Perkusi: sonor diparu kanan Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan WSD sudah di offA: Masalah pola napas tidak efektif teratasiP: Dischard Planning : Siapkan klien pindah ruangan