Upload
pauline
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
obs
Citation preview
BAB I
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama Pasien : Ny. EN
- Usia : 29 tahun
- Pekerjaan : Swasta
- Pendidikan terakhir : SMA
- Alamat : Salatiga
- Agama : Islam
- Masuk RS :12 Desember 2013 pukul 20.00 wib
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : G3P1A1 Hamil 40 minggu +2 hari datang dengan air
ketuban sedikit dan lewat dari HPL. Pasien merasakan kencang – kencang
(+) namun jarang dan tidak teratur. Belum ada rembesan air ketuban (-)
HPHT : 04 Maret 2013.
HPL : 11 Desember 2013
Umur kehamilan: 40+2 minggu
Riwayat pijat perut (-), riwayat hubungan suami istri (-), riwayat trauma
(-), BAB (+) normal, BAK normal, anyang-anyangan (+), warna BAK
kekuningan jernih (+), nyeri punggung belakang (-), demam (-), nyeri
perut bawah (-).
RPD: Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), asma (-)
RPK: Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), asma (-)
1
Riw. Obstetri: hamil ketiga, melahirkan satu kali, pernah keguguran satu
kali.
Riw.Ginekologi: keputihan (+), kista ovarium (-), myoma uteri (-), operasi
kandungan (-).
Riw. KB: (+) suntik 3 bulan.
Riw.menarkhe: usia 13 tahun, teratur, siklus 28 hari, lamanya 7 hari, 2-3x
ganti pembalut/hari, dismenore (-).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : T : 120/80 mmHg
RR : 16 x/menit
N : 72 x/menit, reguler.
S : 36,5 O C
Status Gizi : Cukup
1. Kulit : Hiperpigmentasi (-), Ikterik (-), turgor baik
2. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala : Bentuk dalam batas normal,
simetris.
- Rambut : Warna hitam, distribusi merata,
tidak rontok
2
- Nyeri Tekan : (-)
3. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)
- Konjunctiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+)
4. Pemeriksaan Telinga : nyeri tekan (-/-), discharge (-)
5. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-),
epistaksis (-), deviasi septum (-)
6. Pemeriksaan Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, epistaksis
posterior (-)
7. Pemeriksaan Leher
- Trakea : Deviasi trakea (-)
- Kelenjar Tiroid : Membesar (-)
- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
- JVP : Tidak meningkat
8. Pemeriksaan Dada : simetris, spider naevi (-), pembesaran
kelenjar limfe aksila (-), payudara
simetris, areola hiperpigmentasi, tidak
terdapat benjolan di payudara, tidak
ada retraksi, papilla mamae menonjol.
3
Paru-paru Dx/sn:
inspeksi: simetris (+), sikatrik (-), ketinggalan gerak (-), retraksi dada
(-).
Palpasi: Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), suara paru dx=sn.
Perkusi: sonor +/+
Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)
9. Pemeriksaan Abdomen
- DBN
10. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior Inferior
Edema - / - - / -
Clubing finger - / - - / -
Eritem palmaris - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Akral Hangat Hangat
4
D. PEMERIKSAAN OBSTETRI
- Leopod 1 : TFU 3 jari di bawah proc. xypoideus, 32 cm, bagian teratas
teraba bokong.
- Leopod 2 : janin tunggal, memanjang, teraba tahanan memanjang di sebelah
kiri kesan PUKI.
- Leopod 3 : presentasi kepala
- Leopod 4 : divergen
- DJJ : 134x/menit HIS: Jarang.
- TBJ : 3255 gram
- VT: vulva/uretra tenang, dinding vagina licin, portio tebal lunak, posisi di
depan, pembukaan 1 cm, kulit ketuban (+), air ketuban (+), STLD (-).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG: janin tunggal memanjang. Preskep, DJJ (+), gerakan (+), placenta di
fundus, air ketuban kurang.
- Lab:
- - Hasil - - hasil
- AL - 10,0 - AT - 255
- AE - 4,05 - MCV - 83,0
- HB - 11,9 - MCH - 29,4
- HMT - 33,6 - MCHC - 35,5
- HbsAg (-)
- Golongan darah A
- Protein urin (-)
5
F. DIAGNOSIS
G3P1A1 Hamil 40+2 minggu BDP
G. PENATALAKSANAAN
Tanggal 13/12/13
Pukul 21.00 WIB
Pasang Balon Kateter (+)
Tanggal 14/12/13
Pukul 08.00 WIB
VT = pembukaan serviks 4cm, portio lunak, KK (+), kepala masih diatas, STLD (+)
Dilakukan induksi piton pertama (+)
Pukul 12.00 WIB
Dilakukan induksi piton kedua (+) Kencang – kencang tidak bertambah, DJJ = 145x/menit, gerak janin (+)
Pukul 17.00 WIB
Dilakukan induksi piton ketiga + gastrul ¼ tab pervaginam (+)
Tanggal 15/12/13
Pukul 11.30 WIB
Dilakukan induksi piton keempat (+)
Pukul 15.00 WIB
Tidak ada kemajuan pembukaan 3 – 4 cm. Dilakukan SC
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partus Tak Maju
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak
maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat
turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu
atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah
panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
selama 2 jam terakhir.
B. Penyebab Partus Tak Maju
Penyebab partus tak maju yaitu :
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul
ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk
melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan
kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang
7
menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase.
Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan
persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan
< 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu
tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan
lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari
pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin
melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit
dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar
atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi
sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu
karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran
lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi
selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan
molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada
kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan
tindakan operasi).
8
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala
abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang
abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan
pada kelahiran ini).
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior
dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.
1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah
antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan
kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul
sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal
kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan
dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran
pervaginam, lebih sering pada primigravida.
2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen
cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga
tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan
9
lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di
bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin
tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,
sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi
bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan
otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi
sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu
merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena
ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat
besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka
karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral,
seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak
ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait
dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada
primigravida.
c. Abnormalitas pada janin
10
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :
Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu
yang lebar dan kembar siam.
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis
vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.
C. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju
1. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna
oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada
pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang
menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
2. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena
kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat
terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan
terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis
dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya,
jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa
11
kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa
dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).
3. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu
dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju
yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu
berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin
akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,
segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan
mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen
bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau
berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada
nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio
caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.
4. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian
kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan
tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan
sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga
terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula.
12
Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),
vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada
diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan
yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara
yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
5. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang
abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus
partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
1. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar
atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang
paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada
kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat
13
terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium,
terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.
2. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan
pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi
intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok
dan kematian pada maternal.
D. Tanda Partus tak maju
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)
syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Partus tak maju merupakan suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar
paksi selama 2 jam terakhir. Partus tak maju ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Penyebab partus tak maju yaitu :
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk
melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi
dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan
janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk
mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek,
kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan
molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi
disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding
dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan
akan menimbulkan komplikasi obstetri.
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior
dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.
c. Abnormalitas pada janin
15
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Komplikasi persalinan yang terjadi pada partus tak maju
1. Ketuban pecah dini
2. Pembukaan serviks yang abnormal
3. Bahaya ruptur uterus
4. Fistula
5. Sepsis puerferalis
Pengaruh partus tak maju pada bayi
1. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
2. Kematian Janin
Tanda partus tak maju
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)
syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Partus tak maju merupakan suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar
paksi selama 2 jam terakhir.
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan tanda dehidrasi dan
Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering), demam, nyeri abdomen, syok
(nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok
dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Mose, Johanes. C., Alamsyah, Mohammad. 2011. Persalinan Lama. Jakarta: P.T
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetric Williams. Jakarta: EGC
18