Upload
atik
View
80
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
PERLAKUAN AKUNTANSI PROVISI, KOMISI DAN PENDAPATAN BUNGA
PADA LPD DESA CANGGU KECAMATAN KUTA UTARA
BADUNG
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan memainkan peranan penting dalam perekonomian.
Lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara unit yang surplus dengan
unit yang defisit. Lembaga keuangan juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
alokasi sumber daya dalam ekonomi moderen. Liberalisasi keuangan dan revolusi
teknologi juga telah meningkatkan tekanan kompetitif di antara lembaga
keuangan. Lembaga-lembaga keuangan diberi fleksibilitas untuk mengembangkan
strategi mereka sendiri agar tetap kompetitif. Kemajuan dalam teknologi telah
memungkinkan mereka untuk mengembangkan cara baru dan pengolahan yang
lebih efisien serta menciptakan produk dan model pelayanan baru yang lebih
inovatif.
Krisis yang melanda bangsa Indonesia sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pembangunan terutama dalam bidang ekonomi. Krisis tersebut
membuat keadaan ekonomi semakin terpuruk. Hal ini sangat dirasakan oleh
masyarakat pedesaan yang mata pencahariannya sebagian besar sebagai petani,
sehingga masyarakat sebagian besar memiliki tingkat pendapatan yang rendah
karena pertumbuhan dan perkembangan pertanian sangat tergolong rendah.
Daerah pedesaan adalah salah satu tujuan dari pembangunan nasional.
Pembangunan di bidang ekonomi dapat di mulai dari masyarakat pedesaan,
pertumbuhan ekonomi nasional tergantung pada setiap kondisi ekonomi pedesaan
yang terkandung pada suatu negara. Sebagaimana telah diketahui masalah yang
1
sangat umum dihadapi oleh masyarakat pedesaan adalah mereka tidak memiliki
modal untuk dapat mengembangkan usaha mereka.
Pemerintah Provinsi Bali pada akhirnya mengeluarkan Peraturan Daerah No.
8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa yang merupakan badan usaha
keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa. LPD
merupakan lembaga keuangan non bank yang berfungsi sebagai penghimpun,
penyalur dananya ke masyarakat. Kegiatan utama LPD yaitu sebagai penghimpun
dana dari masyarakat yang dilakukan dengan menerima simpanan dalam bentuk
tabungan, deposito maupun simpanan berjangka. Fungsi LPD sebagai penyalur
dana, hal ini diaplikasikan oleh LPD dalam bentuk pemberian kredit kepada
masyarakat. Dengan pemberian kredit tersebut diharapkan kegiatan usaha dapat
berjalan lancar dan berkembang. Kegiatan perkreditan merupakan kegiatan yang
sangat penting bagi suatu LPD, karena dari kredit tersebut pihak LPD memperoleh
pendapatan (bunga, provisi dan komisi, serta beban atas pinjaman yang
diberikan). Pinjaman yang diberikan kepada masyarakat mempunyai peranan yang
cukup tinggi, dari pinjaman diperoleh pendapatan bunga. Pendapatan LPD terdiri
dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan
operasional antara lain pendapatan bunga kredit dari lembaga keuangan.
Sedangkan pendapatan non operasional antara lain terdiri dari semua pendapatan
yang benar-benar telah diterima dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha
lembaga keuangan.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Bali, sampai dengan saat ini jumlah
LPD di seluruh Bali ± 1.418 unit. Khususnya di Kecamatan Kuta Utara jumlah
LPD sebanyak 52 unit.
2
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Canggu yang bertujuan untuk
membantu masyarakat desa dalam pemupukan modal untuk dikembangkan guna
meningkatkan usaha ekonomi mereka. Di samping itu, LPD Desa Canggu
bertujuan untuk melestarikan keberadaan desa adat di Provinsi Bali. Untuk dapat
mencapai hal tersebut, maka kegiatan utama dari LPD Desa Canggu adalah
sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Fungsi penghimpun
dana dari masyarakat yang dilakukan dengan menerima simpanan dalam bentuk
tabungan maupun deposito. Sedangkan fungsi penyalur dana masyarakat dengan
menyalurkan kredit kepada masyarakat.
Perlakuan akuntansi adalah standar yang memberikan landasan untuk
menentukan perlakuan akuntansi yang berpengaruh terhadap laporan keuangan.
Adapun tahapan perlakuan akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (IAI, 2009), yaitu (1) Pengakuan/Pencatatan merupakan proses
pembentukan suatu pos yang memenuhi suatu definisi unsur serta kriteria
pengakuan yang dikemukakan dalam neraca dan laporan laba rugi, (2)
Pengukuran/Penilaian merupakan proses pencatatan jumlah uang untuk mengakui
dan memasukan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba
rugi, (3) Penyajian/Pengungkapan dimaksudkan laporan keuangan harus
menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas
dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai
pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam pencatatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di LPD Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara Badung, diperoleh permasalahan mengenai laporan
keuangan. Terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan PSAK yaitu pada
pendapatan provisi, komisi dan pendapatan bunga langsung di catat tanpa
3
diamortisasi (ditangguhkan) terlebih dahulu. Dalam laporan pencatatan kredit
yang diberikan oleh LPD, tidak terdapat besarnya bunga kredit, sehingga hal
tersebut tidak sesuai dengan PSAK No. 31 Tahun 2009.
Kepercayaan masyarakat memang perlu dijaga, maka dari itu LPD Canggu
membuat informasi yang berguna bagi nasabah. Dengan adanya informasi
tersebut, masyarakat bisa memberikan kepercayaan pada LPD Canggu karena
keberhasilan dan kegagalannya sangat tergantung pada kepercayaan terhadap
pengembangan LPD Canggu. Penyajian dalam informasi keuangan harus
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam hal ini, LPD Canggu
diwajibkan untuk membuat dan melaporkan keuangannya agar para nasabah
sebagai pemilik dana pada LPD Canggu tersebut mengetahui perkembangan dan
keadaan keuangan sehingga menumbuhkan dan menjaga kepercayaan masyarakat
khususnya para nasabah LPD Canggu.
Konsep dasar dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu metode accrual
basis dan cash basis. Metode accrual basis yaitu pencatatan transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Sedangkan cash basis
merupakan sistem pengakuan pendapatan pada saat uang diterima.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian dilaksanakan dengan judul “Perlakuan
Akuntansi Provisi, Komisi dan Pendapatan Bunga Pada LPD Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara Badung”. Seperti penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh Ni Made Suariasih (2013) dengan judul “Perlakuan Akuntansi
Pendapatan Bunga, Provisi dan Komisi, Beban Bunga Serta Pengaruhnya
Terhadap Laporan Keuangan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat
4
Kaba-kaba di Tabanan”. Hal ini dibuktikan dengan menerapkan perlakuan
akuntansi diketahui bahwa penyajian/pengungkapan belum sesuai dengan PSAK.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Cahyani
(2013) dengan judul “Perlakuan Akuntansi Perbankan Pada Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Kesiman di Denpasar”. Hal ini dibuktikan dengan menerapkan
perlakuan akuntansi penyajian/pengungkapan belum sesuai dengan PSAK,
terdapat perubahan pada pos-pos dalam laporan keuangan. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian terdahulu memiliki
lokasi penelitian di LPD Desa Adat Kaba-kaba dan LPD Desa Kesiman,
sedangkan penelitian sekarang berlokasi di LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta
Utara Badung.
Berikut ini disajikan laporan keuangan neraca, laba rugi, dan data kredit
pada LPD Desa Canggu pada tahun 2013.
5
Tabel 1NERACA BULANAN
Nama LPD : Desa Canggu-BadungLaporan Akhir Bulan : Desember 2013AktivaNo. Pos-pos Jumlah
(dalam ribuan)1. Kas 739,3972. Antar Bank Aktiva:
a. Tabungan 19,985,841b. Deposito 7,500.000
3. Pinjaman:a. Pinjaman yang diberikan 62,231,406b. Cadangan piutang ragu-ragu (-) 1,460,015
4. Aktiva tetap dan inventaris:a. Harga perolehan 1,799,442b. Akumulasi penyusutan (-) 1,465,205
5. Rupa-rupa aktiva
Jumlah aktiva 89,330,866
PasivaNo. Pos-pos Jumlah
(dalam ribuan)1. Tabungan 49,605,7142. Simpanan berjangka 26,923,1503. Antar bank pasiva4. Pinjaman yang diterima5. Rupa-rupa pasiva 173,5486. Modal disetor: Modal dasar 18,0217. Cadangan umum
8. Laba/Rugia. Laba tahun berjalan 4,007,751b. Rugi tahun berjalan
Jumlah pasiva 89,330,866Sumber: LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, Badung
6
Tabel 2Daftar Perincian Laba Rugi
Nama LPD : Desa Canggu-BadungLaporan Akhir Bulan : Desember 2013
No. Rekening-rekening Jumlah(dalam ribuan)
A Pendapatan Operasional 11,533,0621. Hasil Bunga
a. Dari bank-bank lain: (1) Giro (2) Simpanan berjangka 281,833 (3) Pinjaman yang diberikan (4) Lainnya 902,452b. Dari pihak ketiga bukan bank (1) Pinjaman yang diberikan 8,772,698 (2) Lainnya 1,126,363
2. Pendapatan Operasional Lainnya 449,716
B Biaya Operasional 7,525,3111. Biaya Bunga
a. Kepada bank-bank lain (1) Simpanan berjangka (2) Pinjaman yang diterima (3) Lainnyab. Kepada pihak ketiga bukan bank (1) Simpanan berjangka 1,862,603 (2) Tabungan 2,301,254 (3) Lainnya 56,248
2. Biaya Tenaga Kerja 2,116,1993. Pemeliharaan dan Perbaikan 51,8564. Penyusutan
a. Aktiva Tetap dan Inventaris 280,000b. Piutang 279,821
5. Barang dan Jasa dari Pihak Ketiga 203,0946. Biaya Operasional Lainnya 374,236
C 1. Laba Operasional 4,007,7512. Rugi Operasional
D Pendapatan Non OperasionalE Biaya Non OperasionalF 1. Laba Non Operasional
2. Rugi Non OperasionalG 1. Laba Tahun Berjalan 4,007,751
2. Rugi Tahun BerjalanH 1. Laba Tahun Berlalu
2. Rugi Tahun LaluI Pajak Penghasilan
J 1. Jumlah Laba 4,007,7512. Jumlah Rugi
Sumber: LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, Badung
7
Tabel 3Realisasi Kredit
Nama LPD : Desa Canggu-BadungLaporan Akhir Bulan : Desember 2013
Bulan Jumlah Kredit (Rp)Januari 9,242,593,000Pebruari 9,304,294,000Maret 8,416,362,000April 5,516,665,000Mei 6,994,333,000Juni 3,954,278,000Juli 4,871,604,000Agustus 5,955,748,000September 4,014,350,000Oktober 4,350,537,000Nopember 2,108,019,000Desember 3,392,963,000
JumlahSumber: LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, Badung
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut.
“Bagaimanakah perlakuan akuntansi provisi, komisi dan pendapatan bunga pada
LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung”?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
“Untuk mengetahui perlakuan akuntansi provisi, komisi dan pendapatan bunga
pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung”.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pemecahan masalah dalam
penelitian ini sehingga dapat mengetahui perlakuan akuntansi provisi, komisi
8
dan pendapatan bunga pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara
Badung.
2. Bagi LPD, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pihak LPD yang mungkin dapat diterima dan digunakan
sebaagi bahan pertimbangan dalam melaksanakan kebijaksanaan selanjutnya.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan LPD guna
meningkatkan perekonomian masyarakat.
4. Bagi lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebaagi bahan
penambahan perpustakaan serta refrensi bagi mahasiswa yang akan meneliti
masalah yang sejenis.
D. Landasan Teori
1. Definisi Akuntansi
Menurut Ismail (2010: 2) akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam
melakukan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran yang hasil akhirnya
tercipta sebuah informasi seluruh aktivitas keuangan perusahaan. Sedangkan,
Kartikahadi (2012: 3) menyatakan akuntansi adalah suatu sistem informasi
keuangan yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang
relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah sebagai alat ukur yang memberikan informasi umumnya dalam ukuran
uang mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihak-pihak intern
maupun ekstern perusahaan dalam mengambil keputusan.
Sebagaimaan kelaziman suatu sistem, akuntansi mempunyai suatu tujuan
yang akan dicapai, yakni menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan.
Sebagai suatu sistem informasi keuangan, jelas informasi yang diproses dan
9
dilaporkan adalah yang bersifat keuangan. Sedangkan sifat dari informasinya
adalah relevan. Pengertian relevan harus dikaitkan dengan penerima laporan
(siapa), tujuannya (apa), tempat (di mana), dan waktu (bilamana). Relevansi
informasi berkaitan erat dengan kepentingan penerima laporan (Kartikahadi,
2012: 3).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dibuat oleh IAI selalu mengikuti
perkembangan International Accounting Standards Committee (IASC). Selain
mengikuti IAS, SAK juga mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha
yang ada di Indonesia sehingga diharapkan SAK yang diterbitkan dapat sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha di Indonesia juga sejalan dengan
Standar Akuntansi Internasional.
Perlakuan akuntansi merupakan standar atau pedoman proses pengakuan,
pencatatan, pengukuran, penilaian dan penyajian data-data keuangan suatu
perusahaan menurut akuntansi yang berterima umum. Menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan mengatur hal pokok yang
menjadi pedoman dalam perlakuan akuntansi, yaitu (Suariasih, 2013):
a. Pengakuan dan Pencatatan
Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi
definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dilakukan dengan menyatakan
pos tersebut ke dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan
mencantumkannya ke dalam neraca maupun laba rugi. Pencatatan
merupakan proses yang digunakan untuk menentukan suatu transaksi
keuangan dalam penyusunan laporan keuangan dan di catat dalam jurnal.
10
b. Pengukuran dan Penilaian
Pengukuran merupakan proses penetapan jumlah uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan
laba rugi. Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek
untuk menentukan makna ekonominya di masa lalu, sekarang dan
mendatang.
c. Pengungkapan dan Penyajian
Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari
pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah
akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk
statemen keuangan. Penyajian merupakan penetapan tentang cara-cara
melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statemen keuangan agar
elemen atau pos tersebut cukup informatif.
Untuk dapat menyediakan data seperti yang dimaksud dalam definisi
akuntansi, maka setiap transaksi perlu dicatat, digolongkan, diringkas, dan
kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Mulai dari kegiatan pencatatan
sampai dengan penyajian disebut proses akuntansi, dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 1Proses Akuntansi
11
Buku Jurnal NeracaLaporan laba rugiLaporan laba tidak dibagiLaporan perubahanPosisi keuangan
Bukti-bukti Pembukuan
Buku Besar
Buku Pembantu
Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi transaksi
secara kronologis. Tembusan bukti-bukti pembukuan dilakukan ke dalam
buku pembantu setiap terjadi transaksi. Setiap bulan atau periode yang lain,
buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke rekening-rekening dalam buku besar.
Setiap akhir periode dari buku besar disusun laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba tidak dibagi, dan laporan
perubahan posisi keuangan. Agar proses akuntansi dapat berjalan, diperlukan
suatu sistem akuntansi yang baik di dalamnya termasuk:
a. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari setiap
transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal.
b. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama.
Merupakan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi urut
tanggal terjadinya, sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti
pembukuan. Apabila suatu transaksi yang sama sering terjadi, biasanya
dibuatkan buku jurnal spesial yang khusus digunakan untuk mencatat
suatu jenis transaksi tertentu seperti jurnal pembelian, penjualan,
pengeluaran uang, penerimaan uang, dan lain-lain.
c. Rekening-rekening dan buku besar, catatan yang ada dalam buku jurnal
akan dipindahkan ke dalam rekening-rekening yang sesuai. Rekening-
rekening ini disusun menurut suatu susunan yang akan memudahkan
penyusunan laporan keuangan.
2. Provisi dan Komisi
Pendapatan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk
itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
12
penanaman modal (IAI, 2009). Pengertian lainnya, pendapatan adalah aliran
masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang
dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu.
Pendapatan provisi dan komisi merupakan salah satu unsur dari
pendapatan operasional dari suatu bank, provisi kredit merupakan sumber
pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat
kredit yang disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit langsung dibayarkan
oleh nasabah yang bersangkutan. Sedangkan komisi merupakan beban yang
diperhitungkan kepada nasabah bank yang mempergunakan jasa bank.
Komisi adalah imbalan atau jasa perantara yang diterima atau dibayar
atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasar. Sedangkan provisi
merupakana imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas
yang diberikan.
Provisi dan komisi berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan
diperlukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan akan
diamortisasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen kredit. Apabila
komitmen tersebut sebelum jangka waktunya, maka sisa komisi dan provisi
diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat penyelesaian komitmen
tersebut.
1. Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga yaitu pendapatan yang diterima bank dari kredit yang
dikeluarkan dan merupakan pendapatan utama yang diukur langsung pada saat
pencairan kredit dan untuk menentukan profitabiitas suatu lembaga keuangan.
Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada lembaga keuangan,
13
misalnya bunga kredit. Adapun komponen-komponen dalam menentukan
bunga kredit (Sudirman, 2013: 173), yaitu:
1) Total Biaya Dana (Cost Of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh
dana simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito.
2) Biaya Operasi
Dalam melakukan kgiatan, setiap bank membutuhkan berbagai sarana baik
berupa manusia maupun alat.
3) Cadangan Resiko Kredit Macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan. Hal
ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko
tidak dibayarkan.
4) Laba Yang Diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi, bank selalu ingin memperoleh laba yang
maksimal.
3. Kredit
Dalam bahasa latin, kredit disebut “credere” yang artinya percaya.
Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga
keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir,
2011: 102).
Pemberian kredit tanpa analisis akan sangat membahayakan. Jika salah
menganalisis, maka kredit yang diberikan sulit ditagih atau macet. Adapun
14
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit sebagai
berikut (Kasmir, 2011: 103).
1) Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima
kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
2) Kesepakatan, yaitu suatu perjanjian yang masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3) Jangka waktu, yaitu mencakup masa pengembalian kredit yang telah
diepakati baik berbentuk jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang.
4) Resiko, yaitu suatu akibat tertagihnya atau macetnya pemberian kredit
karena adanya suatu tenggang waktu. Semakin panjang suatu kredit,
maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.
5) Balas jasa, yaitu merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga.
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.
Biasanya kriteria penialain yang harus dilakukan oleh lembaga keuangan
untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan
dengan analisa 5C dan 4P. Adapun penjelasan untuk analisa 5C dan 4P kredit
(Sudirman, 2013: 50), yaitu:
1) Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat
dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat
15
dilihat dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang
pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Dari
sifat dan watak ini, dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan”
nasabah membayar.
1) Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah
dalam membayar kredit. Dari penilaian itu terlihat kemampuan
nasabah dalam mengelola bisnis. kemampuan ini dihubungkan
dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini
dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya”
dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Capacity sering juga
disebut dengan Capability.
2) Capital untuk melihat penggunaan modal, apakah efektif atau tidak,
dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca atau laporan laba rugi)
yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Analisa capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal
yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan
untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri
dan berapa modal pinjaman.
3) Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di
masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha
yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
16
4) Colleteral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan
kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5) Purpose, penggunaan kredit yang diterima oleh debitur atau peminjam
merupakan penggunaan kredit untuk tujuan pembangunan ekonomi
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Kredit tersebut
dapat digunakan debitur untuk investasi, modal kerja, dan konsumsi.
Penggunaan kredit oleh debitur merupakan dasar untuk melakukan
pemantauan oleh lembaga keuangan sehingga kelancaran angsuran
dan pelunasan dapat ditingkatkan.
6) Payment, pembayaran angsuran atau pelunasan kredit yang sesuai
dengan kemampuan debitur, ditulis oleh lembaga keuangan dalam
perjanjian kredit berdasarkan analisis yang matang sehingga bagi
bank tergambar suatu jumlah dan jangka waktu kredit yang tepat dan
kemudian dapat dilunasi oleh debitur. Pembayaran yang dilakukan
oleh debitur, mencakup jumlah angsuran pokok dan bunga, frekuensi
angsuran, sumber angsuran, dan cara penyetoran.
7) Profitability, debitur akan memperoleh manfaat atas kredit yang
diterimanya dari bank berupa nilai kredit atau dana untuk
meningkatkan usaha sehingga volume produksinya dapat
ditingkatkan yang pada akhirnya pengusaha memperoleh tambahan
keuntungan jika dibanding dengan sebelum memperoleh kredit.
17
Demikian juga lembaga keuangan akan memperoleh manfaat berupa
bunga kredit sebagai pendapatan.
8) Protection, keyakinan lembaga keuangan terhadap terkumpulnya
kembali kredit yang telah diberikan pada debitur sesuai dengan
perjanjian kredit dalam segala situasi karena adanya suatu
perlindungan dari pihak asuransi debitur, asuransi agunan, adanya
penjaminan, dan penanggung kredit. Untuk itu, lembaga keuangan
sangat mementingkan perlindungan karena memerlukan keamanan
dana yang diberikan pada debitur dan kemudian dana yang diterima
oleh debitur dapat kembali lagi ke lembaga keuangan sesuai dengan
perjanjian kredit.
5. Akuntansi Pendapatan dan Beban (PSAK No. 31 Tahun 2009)
a. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga
Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan dan beban
merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan
pengukuran tingkat rentabilitas. Kegiatan utamanya adalah memupuk
dana yang pada umumnya adalah berbunga (interest bearing) dan
menanamkannya dalam aktiva produktif (earning assets). Seperti pada
industri lainnya, selalu terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara
perolehan pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber
daya untuk menghasilkan pendapatan tersebut.
Pendapatan dan beban bunga diakui secara akrual (accrual basis)
kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang
non perfomiing. Pendapatan dari aktiva yang non perfomiing hanya
boleh diakui apabila pendapatan tersebut benar-benar telah diterima.
18
Pendapatan dari aktiva produktif non perfomiing yang belum diterima
tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam periode laporan dan harus
dilaporkan dalam komitmen dan kontijensi. Pendapatan bunga terdiri
atas pendapatan bunga dan pendapatan lain yang berkaitan langsung
dengan pemberian kredit, seperti provisi dan komisi.
b. Pengakuan Pendapatan dan Beban Atas Komisi dan Provisi
Komisi dan provisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan
diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan
diamortisasikan secara sistematis selama jangka waktu komitmen kredit.
Apabila komitmen tersebut diselesaikan sebelum jangka waktu, maka
sisa komisi dan provisi diakui sebagai pendapatan dan beban pada saat
penyelesaian komitemn tersebut. Diperlakukan sebagai pendapatan atau
beban yang ditangguhkan dan diamortisasikan secara sistematis selama
jangka waktu tertentu. Komisi dan provisi yang tidak berkaitan langsung
dengan kegiatan perkreditan, namun terkait dengan jangka waktu.
6. Laporan Keuangan
Dalam praktiknya, laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara
serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar
yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan
dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan (Kasmir, 2012: 6).
Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting disamping informasi lain, seperti informasi industri,
19
kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan
lainnya. Dikenal beberapa macam laporan keuangan (IAI, 2009), seperti:
a. Neraca, bank menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca
berdasarkan karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan
likuiditasnya.
b. Laporan laba rugi menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan
beban serta membedakan antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang
berasal dari kegiatan operasional dan non operasional. Laporan laba rugi
minimal mencakup pos-pos berikut.
1) Pendapatan
2) Laba rugi usaha
3) Beban pinjaman
4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlukan menggunakan metode ekuitas
5) Beban pajak
6) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
7) Pos luar biasa
8) Hak minoritas
9) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
a. Laporan perubahan ekuitas, menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva
bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
b. Laporan arus kas, melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasi menurut operasi, investasi, dan pendanaan.
20
c. Catatan atas laporan keuangan, disajikan secara sistematis, setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas yang perlu penjelasan
haruslah didukung dengan informasi yang dicantumkan dalam catatan atas
laporan keuangan tersebut.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubaahn posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Kasmir (2012: 10) menyatakan beberapa tujuan laporan
keuangan, yaitu:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya.
Dalam penyusunan laporan keuangan, didasarkan pada sifat laporan
keuangan itu sendiri. Laporan keuangan bersifat historis, artinya bahwa laporan
21
keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat
hingga masa sekarang. Misalnya laporan keuangan disusun berdasarkan data
satu aatu dua tahun atau beberapa tahun ke belakang. Kemudian, bersifat
menyeluruh maksudnya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakaiannya. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemaun untuk mempelajari
informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan
22
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
yang seharusnya atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Pemakaian harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antara
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peritiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode
perusahaan yang sama untuk perusahaan yang berbeda.
Asumsi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah
(Kartikahadi, 2012: 48) :
a. Dasar Akrual
Dasar akrual berarti sesuatu transaksi atau kejadian yang dibukukan
dan dilaporkan pada saat terjadinya dan mempunyai dampak atas sumber
daya dan kewajiban suatu entitas dan tidak semata-mata berdasarkan saat
terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas atau setara kas. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
kas, tetapi termasuk juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta
sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan. Suatu pembelian kredit harus segera dibukukan dan tidak
menunggu saat pelunasan. Begitu juga dengan penjualan kredit harus
segera dibukukan terjadinya penjualan tersebut dan hak atas piutang usaha
yang ditimbulkan. Dengan diaplikasikannya dasar akrual ini, maka neraca
23
dan laporan keuangan laba-rugi lebih akurat menggambarkan posisi
keuangan dan hasil usaha suatu entitas.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Atas dasar
asumsi kelangsungan usaha, maka dalam keadaan normal suatu aset tetap
lazimnya dilaporkan di neraca berdasarkan nilai buku, yaitu harga historis
dikurangi akumulasi penyusutan dan tidak dilaporkan berdasarkan nilai
pasar yang lebih tinggi pada tanggal laporan. Asumsi kelangsungan usaha
sangat penting mendasari penyajian wajar suatu laporan keuangan agar
tidak menyesatkan pengguna informasi tersaji, maka bagi penyusun
laporan keuangan maupun auditor harus selalu sadar dan waspada tentang
kelangsungan usaha suatu entitas, khususnya bila terjadi gejolak ekonomi
moneter, timbul fenomena atau kejadian yang mengancam industri tertentu
atau bahkan timbul indikator yang khusus mengancam entitas.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan disusun
berdasarkan berbagai tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan
pemilik dan menajemen perusahaan, dan memberikan informasi kepada
berbagai pihak yang sangat berkepentingan terhadap perusahaan. Artinya
pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun pihak ektern perusahaan.
Pihak yang paling berkepentingan tentunya pemilik usaha dan menajemen itu
sendiri. Sementara itu, pihak luar adalah mereka yang memiliki hubungan, baik
langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Masing-masing pihak
memiliki kepentingan tersendiri tergantung dari sudut mana kita
24
memandangnya. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
adalah (Kasmir, 2012: 25):
a. Pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta
dividen yang diperolehnya.
b. Manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.
c. Kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh
pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.
d. Pemerintah, untuk menilai kepatuhan perusahaan untuk membayar
kewajibannya kepada pemerintah.
e. Investor, untuk menilai prospek usaha tersebut ke depan, apakah mampu
memberikan dividen dan nilai saham seperti yang diinginkan.
7. LPD (Lembaga Perkreditan Desa)
LPD (Lembaga Perkreditan Desa) adalah salah satu lembaga desa yang
merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa
berupa uang atau surat-surat berharga lainnya. Tujuan dari didirikannya LPD di
dalam melaksanakan aktivitas usahanya untuk mencapai tujuan adalah (Perda
Provinsi Bali No. 3 Tahun 2007, pasal 7) :
a. Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan
yang terarah serta penyaluran modal efektif.
b. Menerima simpanan dari warga masyarakat desanya dalam bentuk
tabungan dan deposito/simpanan berjangka.
c. Memberikan pinjaman-pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat
produktif pada sektor pertanian, industri, perdagangan, dan usaha-usaha
lain yang dianggap perlu.
25
d. Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang di desa.
e. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan lainnya.
E. Publikasi Penelitian Terdahulu
Tabel 4Hasil Penelitian Terdahulu
Keterangan Ni Putu Eka Cahyani Ni Made Suariasih I Gede Adi Miarta Wijaya
Tahun 2013 2013 2014
Judul Perlakuan Akuntansi Perbankan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kesiman di Denpasar
Perlakuan Akuntansi Pendapatan Bunga, Provisi dan Komisi, Beban Bunga Serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Kaba-kaba di Tabanan
Perlakuan Akuntansi Provisi, Komisi dan pendapatan Bunga Pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung
Variabel Penelitian
- Laporan keuangan
- Kredit- Pendapatan
bunga
- Perlakuan akuntansi pendapatan bunga
- Perlakuan akuntansi pendapatan provisi dan komisi
- Perlakuan akuntansi beban bunga
- Laporan keuangan
- Perlakuan akuntansi
- Provisi dan komisi serta pendapatan bunga
- Laporan keuangan pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung
Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif deskriptif
Analisis data deskriptif komparatif
Analisis data kualitatif deskriptif komparatif
Hasil Penelitian
- Perlakuan akuntansi pengakuan dan pengukuran/penilaian sudah
- Perlakuan akuntansi pengakuan belum sesuai dengan PSAK No. 31 Tahun 2007 karena
Masih diteliti
26
sesuai dengan PSAK No. 31 Tahun 2009. Perlakuan akuntansi penyajian dan pengungkapan belum sesuai dengan PSAK No. 31 tahun 2009. terdapat perubahan dalam pos-pos dalam laporan keuangan.
belum mengakui pendapatan bunga.
- Perlakuan akuntansi penyajian/pengungkapan belum sesuai dengan PSAK No. 31 Tahun 2007, karena belum mengungkapkan pendapatan bunga yang harus diterima serta pendapatan provisi dan komisi yang ditangguhkan.
- Untuk beban bunga yang disajikan di LPD Desa Adat Kaba-kaba sudah sesuai dengan PSAK No. 31 Tahun 2007.
27
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2Perlakuan Akuntansi Provisi, Komisi dan Pendapatan Bunga
Pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung
Sumber: Data diolah
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan yang
merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun
buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak menajemen
dapat digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan
dan sebagai alat untuk mengendalikan jalannya perusahaan dan sebagai alat
28
Laporan Keuangan
Perlakuan Akuntansi Provisi, Komisi dan Pendapatan Bunga menurut SAK (PSAK No. 31 Tahun 2009)
Perlakuan Akuntansi Provisi, Komisi dan Pendapatan Bunga:- Pengakaun dan pencatatan- Pengukuran dan penilaian- Pengungkapan dan penyajian
Perlakuan Akuntansi Perbankan menurut LPD Desa Canggu Kecamatan kuta Utara Badung
Tidak sesuai SAK Sesuai SAK
DilanjutkanDikoreksi
laporaan keuangan dapat juga digunakan sebagai informasi kepada pihak-pihak
diluar perusahaan untuk tujuan yang berbeda-beda.
G. Metode Penelitian
1. Tempat dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara
Badung yang beralamat di Jalan Pantai Nelayan, Canggu. Objek penelitian
yang digunakan adalah laporan keuangan LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta
Utara Badung.
2. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Perlakuan akuntansi.
b. Provisi dan komisi serta pendapatan bunga.
c. Laporan keuangan pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara
Badung.
3. Definisi Operasional Variabel
a. Perlakuan akuntansi provisi, komisi dan pendapatan bunga merupakan
suatu pedoman atau langkah-langkah yang dikenakan terhadap proses
akuntansi yang meliputi pencatatan (pengakuan), pengukuran, dan
penyajian pada LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung.
b. Perlakuan pendapatan provisi dan komisi. Provisi adalah
penerimaan/pendapatan yang dipungut terhadap pinjaman dalam jangka
waktu tertentu. Sedangkan komisi adalah pembukuan atas penerimaan
pendapatan yang dipungut atau dibebankan kepada nasabah berkenaan
dengan jasa yang diberikan kepadanya.
29
c. Pendapatan bunga merupakan pendapatan yang diterima oleh LPD dari
kredit yang dikeluarkan kepada debitur yang diukur dan dinilai perbulan
menetap dari jumlah kreditnya.
d. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang
lazim dikenal adalah neraca, laporan rugi-laba, laporan arus kas, dan
laporan perubahan posisi keuangan.
e. LPD (Lembaga Perkreditan Desa) adalah salah satu lembaga desa yang
merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa
berupa uang atau surat-surat berharga lainnya.
2. Jenis Data
Jenis data berdasarkan sifatnya:
a. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan memerlukan
perhitungan lebih lanjut, seperti neraca, laporan SHU, harga perolehan
aktiva tetap dan perhitungan.
b. Data kualitatif adalah data yang berupa uraian-uraian atau keterangan-
keterangan mengenai akuntansi aktiva tetap yang tidak dapat dihitung
tetapi dapat melengkapi hasil penelitian, seperti sejarah perusahaan,
struktur organisasi yang berasal dari LPD Desa Canggu Kecamatan Kuta
Utara Badung.
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari pencatatan yang telah dilakukan oleh LPD Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara Badung terlebih dahulu dan data tersebut ada
hubungannya dengan penelitian ini, seperti laporan keuangan, sejarah
30
berdirinya LPD, dan struktur organisasi yang dimiliki LPD Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara Badung.
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menguji data yang dapat mendukung penelitian ialah:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian supaya data-data penelitian tersebut dapat
diamati oleh peneliti.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Metode pengupulan data dengan metode dokumenter adalah dengan
menelusuri data-data historis yang dimiliki oleh sebuah organisasi tertentu.
Sebagian besar data yang tersedia berupa surat, catatan harian, laporan dan
sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan
menganalisa data dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan
pendekatan kualitatif agar penulis dapat memberikan gambaran mengenai
penerapan akuntansi provisi, komisi dan pendapatan bunga yang dimiliki
31
perusahaan dan penyajiannya dalam laporan keuangan pada LPD Desa
Canggu Kecamatan Kuta Utara Badung.
32