Upload
marhama-fitriani
View
233
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Refarat Mata 'PDR'
Citation preview
LAPORAN KASUS
L IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Alamat : Perum. Bumi Daya Indah blok C5
Pekerjaan : PNS
No.Reg : 12457
Tempat pemeriksaan : Orbita
Tanggal pemeriksaan : 25 November 2011
Dokter pemeriksa : dr. HM
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
A. Keluhan utama : Penglihatan kabur pada kedua mata
B. Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 6 bulan yang lalu dan memberat 7 hari terakhir, secara perlahan-lahan.
Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air mata berlebih (-), rasa berpasir (-), rasa
mengganjal (-), nyeri (-), silau (-), gatal (-), sakit kepala (-). Riwayat DM (+), sejak ± 11
tahun yang lalu, tidak berobat teratur. Riwayat pemakaian insulin baru sejak 3 bulan yang
lalu. Nilai GDP rata-rata 100-200 mg/dl. Riwayat HT tidak ada, dengan tekanan darah
terakhir 120/70 mmHg. Riwayat menggunakan kacamata (+) sejak 6 bulan yang lalu,
ukuran kacamata tidak diketahui. Merokok (-), riwayat trauma (-)
1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
PEMERIKSAAN OD OS
Palpebra Normal Normal
Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)
Silia Normal Normal
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Muskular Ke segala arah Ke segala arah
BMD Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte(+)
Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
B. Palpasi
No PEMERIKSAAN OD OS
1
1
Tensi Okuler Tn Tn
2 Nyeri tekan (-) (-)
3 Massa tumor (-) (-)
4 Glandula preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
2
C. Tonometri
NCT ; 9,9
D. Visus
VOD : 20/60
VOS: 20/70
E. Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan.
F. Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
H. Penyinaran oblik
PENYINARAN
OBLIK
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Jernih Jernih
3
I. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
J. Slit lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), korea jernih, BMD kesan normal, Iris coklat, kripte
(+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesa normal, Iris coklat, kripte
(+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
K. Oftalmoskopi
FOD :
Refleks fundus (+), suram. Papil N II batas tegas, CDR 0,3, A/V : 1/2.
Makula: edema (+), hard eksudat (+).
Retina perifer : flame shaped hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+)
FOS :
Refleks fundus (+), suram. Papil N II batas tegas, CDR 0,3, A/V : 1/2.
Makula: edema (+), hard eksudat (+).
Retina perifer : flame shaped hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+)
4
Gambar 1. Foto fundus oculus pasien
L. Gonioskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
M. Pemeriksaan laboratorium
GDS: 495 mg/dL HbA1C : 11,8 %
IV. RESUME
Dialami sejak 6 bulan yang lalu dan memberat 7 hari terakhir, secara perlahan-
lahan. Mata merah (-), sekret (-), hiperlakrimasi (-), rasa berpasir (-), rasa mengganjal (-),
nyeri (-), fotofobia (-), gatal (-), cephalgia (-). Riwayat DM (+), sejak ± 11 tahun yang
lalu, tidak berobat teratur. Riwayat pemakaian insulin baru sejak 3 bulan yang lalu. Nilai
GDP rata-rata 100-200 mg/dl. Riwayat HT tidak ada, dengan tekanan darah terakhir
120/70 mmHg. Riwayat menggunakan kacamata (+) sejak 6 bulan yang lalu, ukuran
kacamata tidak diketahui,. Merokok (-), riwayat trauma (-)
Pada pemeriksaan fisis, dari inspeksi dan palpasi didapatkan kedua mata dalam
batas normal. VOD: 20/60, VOS: 20/70. Pada pemeriksaan Slit lamp didapatkan kedua
5
mata tampak normal. Pada pemeriksaan opthalmoskopi didapatkan FOD : Refleks fundus
(+), suram. Papil N II batas tegas, CDR 0,3, A/V : 1/2. Makula: edema (+), hard eksudat
(+). Retina perifer : flame shaped hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+), FOS : Refleks
fundus (+), suram. Papil N II batas tegas, CDR 0,3, A/V : 1/2. Makula: edema (+), hard
eksudat (+). Retina perifer : flame shaped hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+).
V. DIAGNOSIS
ODS RETINOPATI DIABAETIK PROLIFERATIF + EDEMA MAKULA DIABETIK
VI. TERAPI
Regulasi gula darah
OD Injeksi Avastin (anti VEGF)
OD Laser Photocoagulation
C. Tobrosan (Tobramysin + Dexamethasone) ED 6x1 tetes ODS
C,. LFX (Lefofloxacyn) EDMD 6x1 tetes ODS
Flamar (Na. Diclofenac) ED 3x1 tetes ODS
VII. DISKUSI
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami penglihatan kabur pada mata
kanan yang dialami sejak 6 bulan yang lalu dan memberat 7 hari terakhir, secara perlahan-
lahan. Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air mata berlebih (-), sakit kepala (-).
Riwayat DM (+), sejak ± 11 tahun yang lalu, tidak berobat teratur. Riwayat HT tidak ada,
dengan tekanan darah terakhir 120/70 mmHg. Riwayat menggunakan kacamata (+) sejak 6
bulan lalu, riwayat trauma (-). Riwayat pemakaian insulin sejak 3 bulan yang lalu.
Penglihatan kabur secara perlahan dapat kita DD dengan katarak,, glaucoma, retinopathy
diabetic dan retinopathy hipertensi.
Pada pemeriksaan fisis, dari inspeksi dan palpasi didapatkan kedua mata dalam batas
normal. Hal ini mungkin dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan suatu katarak.
VOD: 4/60, VOS: 20/60F. Dengan tekanan intraokuler yang normal seperti ini mungkin
glaucoma dapat disingkirkan.
6
Pada pemeriksaan Slit lamp didapatkan kedua mata tampak normal. Pada pemeriksaan
opthalmoskopi didapatkan FOD: Refleks fundus (+), suram. Papil N II batas tegas, CDR
0,3, A/V : 1/2. Makula: edema (+), hard eksudat (+). Retina perifer : flame shaped
hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+), sedangkan pada FOS : Refleks fundus (+), suram.
Papil N II batas tegas, CDR 0,3, A/V : 1/2. Makula: edema (+), hard eksudat (+). Retina
perifer : flame shaped hemorage (+), Blot dot (+), NVE (+).
Untuk diagnosis banding hipertensi diabetik dapat disingkirkan karena pasien tidak
mempunyai riwayat hipertensi dan dibuktikan dengan tekanan darah terakhir 120/80
mmHg.
Berdasarkan serangkaian hasil pemeriksaan di atas, maka dapat disimpulkan pasien
tersebut dapat didiagnosa dengan Retinopati Diabetik Proliferatif dan Edema Makula
Diabetik.
7
ODS RETINOPATI DIABETIK PROLIFERATIF
I. PENDAHULUAN
Retinopati diabetik adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes
mellitus. Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas
seperti poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas
penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan,
mata kabur, gatal dan disfungsi ereksi pada pria. Jika disertai keluhan khas, pemeriksaan
glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil
pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dL juga menjadi patokan untuk mendiagnosis
pasti suatu diabetes mellitus.1,2
Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia.
Kejadian ini tampaknya akan meningkat tidak hanya di kalangan orang dewasa tetapi
juga kalangan anak-anak. Diabetes menyebabkan komplikasi sistemik jangka panjang,
yang berdampak besar pada pasien dan masyarakat karena dapat mempengaruhi usia
produktif. Komplikasi diabetes meliputi abnormalitas kornea, glaukoma,
neovascularization iris, katarak, dan neuropati. Namun, yang paling umum dan paling
berpotensi membutakan dari komplikasi ini adalah diabetes retinopathy.2,3,4,5,6
Diabetes retinopati diklasifikasikan atas dua yaitu:4,5
a. Nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR) yang merupakan stadium awal dari
diabetic retinopathy. NPDR dikenal juga sebagai backround diabetic retinopathy
yang terbagi atas stadium mild, moderate, severe and very severe.
b. Proliferative diabetic retinopathy (PDR) yang ditandai dengan adanya
neovaskularisasi.
8
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, dan terdiri atas lapisan :1
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna, yang merupakan membrane ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga
lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiforrn luas, nerupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinaps sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel muller. Lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin
dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan
berwarna merah pada hipereremia.1
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral
masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1
Untuk melihat fungsi retina maka dapat dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti
tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan pandangan. Pemeriksaan objektif
adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG) dan visual evoked respons
(VER).1
9
III. EPIDEMIOLOGI
Retinopati Diabetik merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling penting.
Hal ini disebabkan karena insidennya cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita
diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan.1
Retinopati Diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering dijumpai
terutama di Negara barat. Di Amerika Serikat terdapat kebutaan 5.000 orang per tahun
akibat retinopati diabetes, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan nomor 4 dari
seluruh penyebab kebutaan. Sekitar 700.000 orang Amerika telah didiagnosis proliferative
diabetic retinopathy (PDR dengan kejadian tahunan 65.000 dan sekitar 500.000 orang
dengan edema makula yang signifikan (CSME) dengan kejadian tahunan 75.000. Sekitar 16
juta orang Amerika menderita diabetes, dengan 50% dari mereka bahkan tidak menyadari
bahwa mereka memilikinya. Dari jumlah tersebut, hanya satu setengah persen menerima
perawatan mata yang tepat. Jadi, tidak mengherankan bahwa retinopati diabetes adalah
penyebab utama kebutaan baru pada orang berusia 25-74 tahun di Amerika Serikat. Sekitar
8.000 mata menjadi buta karena diabetes tahunan. Dengan meningkatnya durasi diabetes,
atau dengan bertambahnya usia sejak onset diabetes, ada risiko yang lebih tinggi
berkembang menjadi retinopati diabetes dan komplikasi retinopati diabetes, termasuk edema
makula diabetes atau diabetes retinopati proliferatif.1,3
IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Kehilangan visus pada pasien retinopati diabetes berkaitan erat dengan hal berikut:3,5
1. Macular edema (capillary leakage)
2. Macular ischemia (capillary oclusion)
3. Kelanjutan dari ischemic induced neovascularization.
Mekanisme yang tepat dengan yang menyebabkan retinopati diabetes masih belum jelas,
tetapi beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskannya antara lain:
1. Trombosit dan viskositas darah.5
Beberapa kelainan hematologi pada diabetes, seperti agregasi eritrosit meningkat,
10
menurun deformabilitas RBC, meningkatkan agregasi trombosit, dan adhesi, predisposisi
sirkulasi lamban, kerusakan endotel, dan kapiler occlusion. Fokus ini menyebabkan iskemia
retina, yang pada gilirannya, memberikan kontribusi pada perkembangan retinopati
diabetes.5
2. Aldosa reduktase dan faktor vasoproliferative.5
Pada dasarnya, diabetes mellitus (DM) menyebabkan metabolisme glukosa abnormal
sebagai akibat dari tingkat penurunan atau aktivitas insulin. Peningkatan kadar glukosa
darah yang diperkirakan memiliki efek struktural dan fisiologis pada kapiler retina
menyebabkan mereka untuk menjadi fungsional dan anatomi tidak kompeten.5
Peningkatan terus-menerus kadar glukosa darah ke dalam jalur reduktase aldosa di
jaringan tertentu, yang mengubah gula menjadi alkohol (misalnya glukosa menjadi sorbitol,
galaktosa menjadi dulcitol).3 Pericytes intramural kapiler retina tampaknya menjadi sangat
dipengaruhi oleh tingkat peningkatan glukosa karena konten reduktase tinggi aldosa,
akhirnya menyebabkan hilangnya fungsi utamanya yaitu autoregulasi kapiler retina.
Kehilangan fungsi pericytes menyebabkan kelemahan outpouching saccular dari dinding
kapiler.3,5 Microaneurysms ini adalah tanda-tanda awal terdeteksi retinopati DM. Pecahnya
microaneurysms (MA) mengakibatkan pendarahan retina baik dangkal (perdarahan
berbentuk api/flame shaped hemorage) atau di lapisan lebih lebih dalam (blot dot hemorage
dan titik perdarahan). 3,5,6
Peningkatan permeabilitas pembuluh ini menyebabkan kebocoran bahan cairan dan
protein, yang secara klinis muncul sebagai penebalan retina dan eksudat. Jika
pembengkakan dan pengeluaran yang akan terjadi dengan melibatkan makula, suatu
penurunan visus sentral mungkin dialami. Macular Edema adalah penyebab paling umum
kehilangan penglihatan pada pasien dengan retinopati diabetes nonproliferative (NPDR).
Namun, tidak hanya dilihat hanya pada pasien dengan NPDR, tetapi juga dapat mempersulit
kasus diabetes retinopati proliferasi (PDR).7
Selama penyakit ini berlangsung, akhirnya penyumbatan kapiler retina terjadi,
menyebabkan hipoksia dan berujung pada infark. Infark lapisan serabut saraf menyebabkan
pembentukan bintik wol kapas (cotton woll spots).3,7
11
Hipoksia retina yang lebih luas akan memicu mekanisme kompensasi mata untuk
menyediakan oksigen yang cukup untuk jaringan. Kaliber kelainan vena, seperti manik-
manik vena, loop, dan pelebaran, menandakan peningkatan hipoksia dan hampir selalu
terlihat berbatasan bidang nonperfusion kapiler. Abnormalitas mikrovaskuler Intraretinal
(IRMA) merupakan pertumbuhan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) atau proliferasi
sel endotel dari pembuluh darah yang sudah ada dalam jaringan retina yang berfungsi
sebagai shunts ke daerah yang tdk ada perfusinya.3,5
Peningkatan retina yang iskemik memicu produksi faktor vasoproliferative, seperti
vascular endothelial growth factors (VEGF), yang merangsang pembentukan pembuluh
darah baru. Matriks ekstraseluler pertama dipecah oleh protease, dan pembuluh darah baru
yang timbul terutama dari venula menembus retina membatasi membran internal dan
membentuk jaringan kapiler antara permukaan dalam retina dan permukaan hyaloid
posterior.3,8
Neovascularization umumnya terlihat di perbatasan retina yang tidak diperfusi dan yang
diperfusi. Oleh karena itu paling sering terjadi di sepanjang vascular arcade dan pada saraf
optik. Pembuluh darah baru menembus dan tumbuh di sepanjang permukaan retina dan
permukaan hyaloid posterior. Namun, neovascularization ini sangat rapuh dan sangat
permeable sehingga mudah terganggu oleh traksi vitreous yang menyebabkan perdarahan ke
rongga vitreous atau ruang preretinal (subhyaloid beading).7,9 Pembuluh darah baru ini
awalnya berhubungan dengan sejumlah kecil pembentukan jaringan fibroglial. Namun,
karena densitasnya meningkat sehingga membentuk jaringan fibrotik. Dengan adanya
kontraksi vitreous, sehingga menyebabkan traksi. Traksi ini dapat menyebabkan edema
retina, heterotropia retina, dan retinal detachment.3,5,10,11
12
Gambar 2. Mekanisme edema macula5
(dikutip dari kepustakaan 4
V. GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis bergantung pada luas, tempat kelainan, dan beratnya kelainan. Umumnya
berupa penurunan tajam penglihatan yang berlangsung perlahan-lahan.
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana pada retina
ditemukan:
1. Microaneurisms, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang teletak dekat pembuluh darah terutama polus
posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini tidak terlihat. Microaneurisms merupakan
kelainan diabetes mellitus dini pada mata.3,6,7,9,10
2. Perdarahan yang dapat berbentuk titik(blot dot hemorage), garis, dan bercak yang
biasanya terletak dekat mikroaneurism.3,9,10
3. Dilatasi pembuluh darah dengan lumen ireguler (sousage appearance), ireguler dan
berkelok-kelok (venous beading).3,7,9,10,11
4. Hard exudates merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina.3,5,6,7,9,10,11
5. Cotton wool patches merupakan gambaran dari daerah retina yang iskemik akibat tidak
adanya perfusi ke daerah tersebut.3,6,9,10,11,12,13
6. Neovascularization atau adanya pembentukan pembuluh darah baru. Neovascularication
ini mudah pecah dan menyebabkan subhyaloid bleeding, retinal bleeding, dan vitreus
bleeding.3,5
13
Pembuluh darah baru dibagi menjadi 3 stage yaitu:5
a. Pembuluh darah kecil dan halus dengan jaringan fibrosa yang minimal.
b. Pembuluh darah baru yang lebih besar dan lebar dengan peningkatan komponen
fibrosa.
c. Pembuluh darah baru berkurang, dengan meninggalkan sisa-sisa proliferasi
fibrovaskuler sepanjang hyaloids posterior.
Berdasarkan formasinya, pembuluh darah baru digolongkan atas : 7
Neovascularization of the disc (NVD), jika pembuluh darah baru muncul pada
optic disc.
Neovascularization elsewhere (NVE), jika pembuluh darah baru muncul pada
lokasi lain.
7. Edema retina dengan ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama daerah
macula sehingga sangat menggangu tajam penglihatan pasien.2,7
High Risk PDR ditetapkan berdasarkan 1 dari gejala berikut : 5
NVD ringan dengan vitreous hemorrhage.
NVD moderate sampai berat dengan atau tanpa vitreous hemorrhage (≥ standar
10A, ¼ - 1/3 area disc dari NVD)
Moderate(1/2 disc area) dari NVE with Vitreous hemorrhage.
Atau kombonasi dari 3 gejala berikut:5
Munculnya pendaharahan vitreus dan preretinal
Munculnya pembuluh darah baru
Lokasi dari pembuluh darah baru yang dekat dari optic disc
ukuran moderate dan severe dari pembuluh darah baru.
14
VI. GAMBARAN FUNDUSKOPI
Gambar 3. Moderate neovascularization elsewhere (NVE) dengan preretinal hemorrhage5
(dikutip dari kepustakaan 4)
Ganbar 4. Neovascularization of the disc (NVD) dengan sedikit pendarahan vitreus5(dikutip
dari kepustakaa
15
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pada diabetes retinopati perlu dikontrol kadar glukosa dan hemoglobin A1c (HbA1c).2,3
2. Radiologi
Flourescein angiography adalah pemeriksaan tambahan dalam mendiagnosis retinopati
diabetic yang dapat menunjukkan area dari retina yang iskemik dan bentuk formasi dari
pembuluh darah baru. Dapat terlihat microaneurisms, blot and dot hemorrhages,
nonperfusion areas, IRMAs, dan neovascularization.2,8
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Retinopati Diabetik Non Proliferasi (NPDR) 4,7
Perubahan mikrovaskuler pada NPDR terbatas pada retina dan tidak meluas melewati
membran limitan interna. Karakteristiknya meliputi microaneurisms, adanya daerah yang
tidak ada perfusi kapiler, infark nerve fiber layer (NFL), intaretinal microvasculer
abnormalities (IRMA), blot dot intraretinal hemorrhage, edema retina, hard eksudat, serta
dilatasi dan beading dari vena retina (sousage appearence). NPDR mengurangi tajam
penglihatan melalui 2 mekanisme yaitu:4
a. Peningkatan permeabilitas vaskuler dari retina, yang berujung pada edema macula.
b. Perbedaan derajat penyumbatan kapiler intraretina, yang berujung pada iskemik
macula.
16
Gambar 5. Venous beading pada NPDR5
(dikutip dari kepustakaan 4)
2. Retinopati Hipertensi 5
Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Hipertensi memberikan kelainan pada retina yaitu
dengan adanya arteri yang besarnya tidak teratur , eksudat pada retina, edema retina, dan
pendarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum, atau
setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing, atau sklerose
pembuluh darah.5
Suatu episode akut hipertensi dapat menyebabkan focal intraretinal periarteolar
transudates(FIPTs). FIPTs terletak pada precapillary level yang lebih dalam, lebih kecil, dan
sedikit lebih putih dari cotton wool spots yang behubungan dengan ischemia pada kapiler
superficial. Pada suatu hipertensi retinopati yang kronik terlihat pula microaneurisms,
IRMAs, blot hemorrhage, hard exudates, venous beading, and new retinal vessel.5
Hipertensi retinopati dapat bekomplikasi menjadi branch retinal artery
occlusion(BRAO), branch retinal vein occlusion(BRVO), central retinal vein
occlusion(CRVO), dan retinal artery macroaneurism.5
17
Gambar 6. Focal intraretinal periarteolar transudates(FIPTs) pada hipertensi retinopati5
(dikutip dari kepustakaan 4)
IX. TERAPI
1. Perawatan Medis
Glukosa kontrol: Kontrol Diabetes dan Komplikasi Trial (DCCT) telah menemukan
bahwa kontrol glukosa intensif pada pasien dengan diabetes mellitus tergantung insulin
(IDDM) mengalami penurunan kejadian dan perkembangan retinopathy diabetes.
Meskipun tidak ada uji klinis yang sama untuk pasien dengan diabetes mellitus non-
insulin-dependent (NIDDM) ada, mungkin logis untuk berasumsi bahwa prinsip-prinsip
yang sama juga berlaku. Bahkan, American Diabetes Association (ADA) telah
menyarankan bahwa semua penderita diabetes (NIDDM dan IDDM) harus berusaha
untuk menjaga tingkat hemoglobin glikosilasi kurang dari 7% untuk mencegah atau
paling tidak untuk meminimalkan komplikasi jangka panjang DM, termasuk DM
retinopathy.5
Early treatment of diabetic retinopathy study (ETDRS) menemukan bahwa aspirin
650 mg setiap hari tidak menawarkan manfaat dalam mencegah perkembangan
retinopati DM, Dalam uji klinis fase III, suntikan intravitreal dari hialuronidase yg
berhubung dgn domba (Vitrase) telah terbukti aman dan memiliki khasiat yang
sederhana untuk pembersihan perdarahan vitreous yang berat. Lebih dari 70% dari
18
subyek dalam studi ini menderita diabetes, dan etiologi yang paling sering dari
perdarahan vitreous adalah proliferasi diabetes retinopathy. Saat ini, obat diberikan
dalam mata dengan suntikan intravitreal. Intravitreal triamsinolon digunakan dalam
pengobatan edema makula diabetes. Sebuah Retinopati Diabetic terbaru Clinical
Research Network (DRCR.net) percobaan klinis menunjukkan bahwa, meskipun ada
beberapa pengurangan edema makula terjadi setelah triamsinolon intravitreal, efek ini
tidak begitu baik. Selain itu, triamsinolon intravitreal memiliki beberapa efek samping,
termasuk respon steroid dengan meningkatkan tekanan intraokular dan katarak.5
Baru-baru ini, bevacizumab intarvitreal (Avastin) dan ranibizumab (Lucentis) telah
digunakan untuk mengobati perdarahan vitreous. Obat ini merupakan antibodi dan
fragmen antibodi VEGF. Keduanya dapat membantu mengurangi edema makula dan
juga neovascularization dari disk atau retina. Kombinasi beberapa obat di atas dengan
fokus laser sedang diselidiki dalam percobaan klinis DRCR.net.5
2. Perawatan Bedah
Munculnya photocoagulation laser pada tahun 1960 dan awal 1970-an memberikan
modalitas pengobatan noninvasif, yang memiliki tingkat komplikasi yang relatif rendah
dan tingkat keberhasilan yang signifikan.3,14,15
Panretinal photocoagulation (PRP) adalah modalitas terapi dari perawatan diabetes
retinopati proliferasi (PDR).8 Mekanisme kerja dari PRP belum diketahu secara pasti.
Satu teori mengemukakan bahwa dengan menghancurkan retina yang hipoksia mungkin
menurunkan produksi faktor vasoproliferative, seperti VEGF yang pada akhirnya,
mengurangi tingkat neovascularization. Teori lain adalah bahwa PRP memungkinkan
peningkatan difusi oksigen dari choroid itu sehingga melengkapi sirkulasi retina.3,5,7,14,15
Vitrectomy dapat diperlukan dalam kasus-kasus perdarahan vitreous yang sudah lama
terbentuk (dimana visualisasi dari status kutub posterior terlalu sulit), ablasi retina
tractional, dan dikombinasikan ablasi retina tractional dan rhegmatogenous. indikasi
umum lainnya termasuk pembentukan membran epiretinal. Retinopati Diabetic
Vitrectomy Studi (DRVS) telah merekomendasikan bahwa vitrectomy disarankan untuk
mata dengan perdarahan vitreous yang gagal dibersihkan secara spontan dalam waktu 6
bulan. Bila pengobatan tertunda, pemantauan status segmen posterior oleh USG wajib
19
dilakukan untuk melihat tanda-tanda detasemen makula.3,5,7,10
Cryotherapy menjadi modalitas terapi lainnya karena photocoagulation laser tidak
dapat dilakukan di hadapan media buram, seperti dalam kasus katarak dan pendarahan
vitreous.3
3.Diet
Makanan sehat dan seimbang sangat penting untuk semua individu dan khususnya
penting bagi individu dengan diabetes. Diet seimbang bisa membantu untuk mencapai
berat badan yang terkontrol dan control gula darah. Untuk itu, juga dapat membantu
mengurangi komplikasi diabetes.2,3,5,11
IX. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi penting yang dapat disebabkan oleh proliferative diabetic
retinopathy yaitu:
- Tractional retinal detachment yang dapat mengakibatkan kebutaan atau severe
visual loss (SVL).5,8
- Rubeosis iridis (neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan sumbatan
pada bilik mata depan sehingga berujung pada glaucoma sekunder sudut
tertutup).6
X.PROGNOSIS
Prognosis penglihatan tergantung dari tipe dan beratnya retinopati. Pada proliferative
diabetic retinopathy memiliki harapan penglihatan yang buruk. Adanya PDR biasanya
mencerminkan status generalisata dari pasien. Diabetes retinopati berhubungan dengan
penyakit kardiovaskuler, dalam hal ini menyebabkan peningkatan resiko serangan
jantung dan stroke. Komplikasi ginjal dan mikrovaskuler dapat muncul dalam jangka
waktu yang lebih singkat.5,9
Retinopati Diabetes Study (DRS) telah menemukan bahwa panretinal
photocoagulant (PRP) cukup mengurangi risiko kehilangan penglihatan berat (<5 / 200)
oleh lebih dari 50% kasus.3,5
20
XI. PENCEGAHAN
1. Aktivitas fisik, mempertahankan gaya hidup sehat baik dengan latihan teratur adalah
penting bagi semua individu, terutama bagi individu dengan diabetes. Olahraga dapat
membantu menjaga berat badan dan penyerapan glukosa perifer. Hal ini dapat membantu
untuk mengurangi komplikasi diabetes dan retinopati diabetes.2,11,13
2. Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective
Diabetes Study (Inggris-PDS) dalam uji klinis yang dilakukan secara acak menunjukkan
pentingnya kontrol glukosa secara ketat yang akan mengurangi insiden dan
perkembangan komplikasi diabetes termasuk retinopati diabetes untuk baik diabetes tipe
1 dan tipe 2.2,11,13
XII. KESIMPULAN
Retinopati Diabetik Proliferatif (PDR) merupakan suatu kelainan retina yang disebabkan
oleh komplikasi mikrovaskuler dari penyakit diabetes mellitus. Umumnya pasien datang dengan
keluhan penglihatannya kabur secara perlahan-lahan. PDR dapat dibedakan dengan NPDR
(Retinopati Diabetik Non Proliferasi) berdasarkan pemeriksaan opthalmoskopi dimana pada
PDR dapat ditemukan adanya pembuluh darah baru yang terbentuk (neovascularization)
sedangkan pada NPDR belum terbentuk. Untuk membedakannya dengan retinopati hipertensi,
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik retinopati hipertensi akan didapatkan riwayat hipertensi
yang tidak mendapatkan penanganan yang adekuat dan tekanan darah yang tidak terkontrol.
Adapun gambaran funduskopi yang bisa didapatkan pada PDR berupa microaneurisms, blot dot
hemorrhage, hard exudates, cotton wool spots, NVE (neovascularization elsewhere)/NVD
(neovascularization of the disc), sousage appearance, venous beading, flame shaped
hemorrhage, macula edema, retinal edema, subhyaloid hemorrhage, vitreous beading, dan dapat
berkomplikasi menjadi tractional retinal detachment dan rubeosis iridis.
Panretinal photocoagulant (PRP) merupakan modalitas terapi yang dapat ditawarkan.
PRP bekerja dengan mematikan daerah retina yang iskemik sehingga menurunkan produksi
vascular endothelial growth factors (VEGF) yang berakibat mencegat terjadinya vaskuler-
vaskuler baru. Pemberian avastin intravitreal dapat dikombinasikan dengan PRP mengingat
bahwa avastin merupakn antibody dari VEGF yang juga bertujuan untuk menekan
21
neovascularization. Vitrectomy juga dapat dipikirkan jika terjadi pendarahan vitreus yang tidak
dapat diserap dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan.
Selain daripada itu, diperlukan juga control gula darah yang baik melalui diet yang
adekuat, obat hipoglikemic oral (OHO) ataupun suntikan insulin dan aktivitas fisik yang dapat
memperbaiki penyerapan glukosa di perifer. Jadi, dapat disimpulkan bahwa proliferative diabetic
retinopathy merupakan kelainan pada mata akibat komplikasi microvascular dari diabetes
mellitus yang memerlukan penanganan yang komprehensif, mulai dari penanganan DM dan PDR
sampai pada pencegahan komplikasi seperti retinal detachment yang dapat menyebabkan
kebutaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Retinopati Diabetes Melitus. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 9-10, 218-23.
2. Gustaviani R, Soegondo S. Sindrom metabolik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III edisi IV. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, editor.. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. 1871-3
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1898/1/rodiah.pdf
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina dan Tumor Intrakranial. Dalam : Oftalmologi
Umum. Jakarta : Widya Medika ; 2000. 211-9
5. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Retinal Vascular Disease. In: Retina and Vitreous.
Singapore: American Academy of Opthalmology; 2008. 107-31.
6. Lang GK. Vascular Disorder. In: Ophtalmology A Short Textbook. Germany: Thieme;
2000. 314-8.
7. Olver J, Cassidy L. Diabetic Retinopathy Classification and Typical Lessions. In:
Opthalmology at A Glance. USA: Blackwell Science; 2005. 90-3.
8. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. General Medical Disorder and The Eye. In: ABC of
Eyes. England: BMJ Books; 2004. 69-70.
9. Ming AL, Constable IJ. Ocular Manifestations of Systemic Dieseases.In: Color Atlas of
Opthalmology. 81-5.
10. James B, Chew C, Bron A. Penyakit vascular Retina. Dalam: Oftalmologi edisi
kesembilan. Jakarta. Erlangga : 2004. 129-36
11. Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi
IV. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, editor.. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. 1911-5
12. http://www.f-buzz.com/2008/09/09/penyakit-mata-retinopati-diabetes/
13. http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/mata/retinopati-diabetik.html
14. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16DeteksiDiniKebutaan95.pdf/
16DeteksiDiniKebutaan95.html
15. http://www.news-medical.net/news/20091229/9/indonesian.aspx
23