Refleksi Kasus KB

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    1/13

  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    2/13

    A. Latar Belakang

    Dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk di Negara ini

    semakin bertambah.berdasarkan data dari BKKBN pusat, laju

    pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,5% pertahun atau sekitar

    3,5 juta jiwa. Dan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2012 telah

    mencapai 245 juta jiwa. Angka ini sangatlah memprihatinkan bagi

    Negara ini. Karena jika dibiarkan kelak akan terjadi peledakan

    penduduk. Maka pemerintah menganjurkan kepada seluruh masyarakat

    Indonesia untuk menjalankan progam KB. Karena progam ini sangatlah

    penting untuk menekan pertumbuhan penduduk di Negara ini.

    Selain KB, juga terdapat berbagai alat kontrasepsi lain dalam

    pelaksanaan keluarga berencana seperti sterilisasi dan IUD. Kemudian,

    bagaimanakah hukum dari berbagai alat kontrasepsi tersebut menurut

    hukum Islam?

    Oleh karena itu dalam makalah ini akandibahas mengenai bagaimana hukum KB, Sterilisasi, dan IUD dalam

    syariat Islam.

    B. Ringkasan Kasus

    Ny. A dengan G0P4A0 post spontan diwajibkan memilih

    menggunakan KB IUD atau MOW. Pada kasus ini perawat

    menyarankan untuk sterilisasi. Bagaimana hokum MOW dalam islam?

    C. Etika/ Legal Keperawatan

    Beberapa kerangka model pembuatan keputusan etis keperawatan

    dikembangkan dengan mengacu pada kerangka pembuatan kepurusan

    etika medis (murphy dan murphy, 1976; Borody, 1981). Beberapa

    kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan

    (Benjamin dan Curtis, 1986; Aroskar, 1980), sementara model-model

  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    3/13

    lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti yang

    diajarkan di pendidikan keperawatan (Bergman, 1973; Curtin, 1987;

    Jameton, 1984; Thompson dan Thompson, 1985).

    Berikut ini merupakan contoh kerangka model pembuatan

    keputusan:

    1. Model Jameton yang ditulis oleh Fry:

    a. Tahap 1, tinjau ulang situasi yang dihadapi

    b. Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan

    c. Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi

    d. Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi

    moral professional

    e. Tahap 5, Identifikasi posisi moral dan keunikan individu

    yang berlainan

    f. Tahap 6, identifikasi konflik-konflik nilai agama bila ada

    g. Tahap 7, gali siapa yang harus membuat keputusan

    h. Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yang

    diharapkan

    i. Tahap 9,Tentukan tindakan dan laksanakan

    j. Tahap 10, Evaluasi hasil dari keputusan/tindakan

    2. Model keputusan bioetis ( Thompson & Thompson) keputusan

    bioetik ;

    a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,

    keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk

    individual.

    b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi

    situasi.

    c. Mengidentifikasi Issue etik.

    d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional.

    e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang

    terkait.

    f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    4/13

    D. Refleksi Kasus

    Landasan Hukum

    1. Al-Quran

    a. KB

    Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

    seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

    yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

    (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka

    bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

    mengucapkan Perkataan yang benar.(An-Nisa ayat 9)[1]

    b. Sterilisasi dan IUD

    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

    mempunyai pengetahuan tentangnya.(Al-Isra ayat 36)

    2. Hadits

    a. KB

    Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli

    warismu dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan

    mereka menjadi beban tanggungan orang banyak. (Hadits

    riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin Abi Waqqash

    ra)

    b. Sterilisasi dan IUD

    Bersabda Rasulullah SAW, janganlah laki-laki melihat

    aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan seorang

    laki-laki dengan laki-laki lain di bawah sehelai selimut, dan

    tidak pula seorang wanita dengan wanita lain di bawah satu

    kain(selimut). (Hadits riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud,

    dan Tirmidzi)[2]

    Pandangan Ulama

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn1
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    5/13

    1. Mengenai permasalahan KB, kebanyakan ulama/sarjana

    muslim sejak dahulu seperti Amr bin Ash (sahabat nabi),

    Imam Syafii, dan Imam Ghazali sampai abad XX ini

    seperti Dr. Muhammad Abd. Salam Madkur, dan Dr.

    Mahmud Shalthoet, Rektor Universitas Al-Azhar

    berpendapat bahwa Islam tidak melarang Keluarga

    Berencana.[3]

    2. Syekh Syalthut memberikan pendapat bahwa tidak

    diizinkanya sterilisasi permanen, kecuali untuk alasan-

    alasan serius menyangkut penyakit keturunan atau yang

    mungkin menular.[4]

    3. Dr. H. Ali Akbar yang dikenal mempunyai keahlian dalam

    bidang (kedokteran dan agama) membuat kesimpulan

    sebagai berikut, Maka saya berpihak kepada yang

    mengharamkan pengguguran, juga mengharamkan

    pemakaian spiral ini, karena sifatnya bukancontraseptif,

    abortif[5]

    ANALISIS

    1. KB

    Keluarga Berencana (KB) adalah istilah resmi yang

    dipakai di dalam lembaga-lembaga Negara kita seperti

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN).

    Keluarga Berencana juga mempunyai arti yang

    sama dengan istilah Arab (pengaturanketurunan/kelahiran), bukan (Arab) atauBirthControl(Inggris), yang mempunyai arti pembatasan

    kelahiran.

    KB/family planningitu menitikberatkan pada

    perencanaan, pengaturan, dan pertanggungan jawaban

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn5
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    6/13

    orang terhadap anggota-anggota keluarganya.

    Sedangkan birth controlartinya pembatasan/penghapusan

    kelahiran.

    Sehubungan dengan KB, sebagian ulama membuat

    suatu penegasan, bahwa terlarang memakai sesuatu yang

    sama sekali menghentikan kehamilan, akan tetapi apabila

    hanya memperlambat kehamilan untuk sementara waktu

    dan tidak menghentikanya, maka tidaklah terlarang.[6]

    Selanjutnya dasar kebolehan KB dilaksanakan

    dalam Islam, beralasan dari keputusan konferensi besar

    pengurus besar Syuriah Nahdlatul Ulama ke 1 di Jakarta

    sebagai berikut:

    Kalau dengan azl(mengeluarkan air mani di luar rahim)

    atau dengan alat yang mencegah sampainya mani ke rahim

    seperti kopacis/kondom, maka hukumnya makruh. Begitu

    juga makruh hukumnya kalau dengan meminum obat untuk

    menjarangkan kehamilan. Tetapi kalau dengan sesuatu

    yang memutuskan kehamilan sama sekali, maka hukumnya

    haram, kecuali kalau ada bahaya. Umpamanya saja karena

    terlalu banyak melahirkan anak yang menurut pendapat

    orang yang ahli tentang hal ini bisa menjadikan bahaya,

    maka hukumnya boleh dengan jalan apa saja yang ada.

    Keterangan dalam kitab Asnal Mathalib 186, Fatawi Ibnul

    Ziyad 249, al-Bajuri II/93,Ahkamul FuqahaII/231:

    E.

    () Adapun al-azl (mengeluarkan air mani di luar rahim) adalah

    makruh walaupun pihak wanita mengizinkan, baik sebagai

    wanita merdeka maupun budak karena al-azl tersebut

    merupakan cara memutuskan keturunan.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn6
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    7/13

    F. . .(

    /(Demikian halnya wanita ynag mempergunakan sesuatu

    (seperti alat kontrasepsi) yang dapat memperlambat

    kehamilan. Hal ini hukumnya makruh. Sedang memutus

    keturunan hukumnya haram. Dan ketika darurat maka sesuai

    dengan kaidah fiqhiyah; jika ada dua bahaya saling

    mengancam maka diwaspadai yang lebih besar bahayanya

    dengan melaksanakan yang paling ringan bahayanya.[7]

    2. Sterilisasi

    Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita

    dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat

    menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan cara-

    cara/alat-alat kontrasepsi lainya yang pada umumnya hanya

    bertujuan menghindari/menjarangkan kehamilan untuk

    sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi ini, sekalipun

    secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa

    dipulihkan lagi (reversable), tetapi para ahli kedokteran

    mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.

    Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau vas

    ligation, dan sterilisasi pada wanita disebut tubektomi.

    Sterilisasi baik untuk lelaki atau perempuan sama dengan

    abortus, bisa berakibat kemandulan, sehinga yang

    bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn7
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    8/13

    Sedangkan menurut islam, hukum sterilisasi pada

    dasarnya haram(dilarang), karena ada beberapa hal yang

    prinsipal, yaitu:

    a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan

    tetap. Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok

    perkawinan menurut Islam, yakni: perkawinan lelaki

    dan wanita selain bertujuan untuk mendapatkan

    kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan di

    akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah

    yang diharapkan kelak menjadi anak yang saleh sebagai

    penerus cita-citanya.

    b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan

    menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan

    berfungsi(saluran mani/telur). Melihat aurat orang lain

    (aurat besar). Pada prinsipnya Islam melarang orang

    melihat aurat orang lain, meskipun sama jenis

    kelaminya. Akan tetapi apabila suami istri dalam

    keadaan yang sangat terpaksa (darurat), seperti untuk

    menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu

    terhadap anak keturunannya. Yang bakal lahir, atau

    terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau

    melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan oleh

    Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang

    menyatakan

    Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang

    dilarang.

    3. Intra Uterine Device (IUD)

    IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang

    pada wanita untuk menghalangi kehamilan dan dipasang 2

    atau 3 hari sesudah haid, atau 3 bulan sesudah melahirkan

  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    9/13

    dan pemasangannya harus dilakukan oleh tenaga yang telah

    telatih, serta perlu adanya kontrol sesudah pemasangan.[8]

    Sedangkan cara kerjanya yaitu IUD Andalan akan

    mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi

    pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar

    tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur

    yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim.[9]

    Pandangan Islam tentang IUD

    IUD menurut pandangan Islam fatwa hukum dari

    ulama dan cendikiawan muslim di Indonesia dalam

    Musyawarah ulama terbatas mengenai KB dipandang dari

    hukum syariat islam pada bulan juni 1972 yang

    memutuskan bahwa, pemakaian IUD dan sejenisnya tidak

    dapat dibenarkan, selama masih ada obat-obat dan alat-

    alatalain, karena untuk pemasanaganya atau pengontrolanya

    harus dilakukan dengan melihat aurot besar wanita, hal ini

    diharamkan dalam sariat islam, kecuali dalam keadaan

    dorurot.[10]Kemudian musyawarah ulama nasional

    tentang kependudukan, kesehatan, dan pembangunan

    memutuskan antara lain penggunaan alat kontrasepsi

    dalam rahim (IUD) dalam pelaksanaan KB dapat

    dibenarkan jika pemasangan dan pengontrolanya dilakukan

    oleh tenaga medis atau para medis wanita, atau jika

    terpaksa dapat juga dilakukan oleh tenaga medis pria

    dengan didampingi oleh suami atau wanita lain.

    Menghadapi hal-hal tersebut, yang kesemuanya

    masih bersifat subhat atau mutasyabihat artinya yang masih

    belum jelas hukumnya, kita harus bersikap hati-hati selama

    cara kerja IUD belum jelas. Sepenuhnya ditandai dengan

    adanya perbedaan pendapat dikalangna ahli kedokteran

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn9http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn9http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn10
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    10/13

    yang tidak bisa dikompromikan hingga sekarang. Tentang

    mekanisme IUD dan sifatnya apakah abortif atau

    kontraseptif.[11]maka IUD sebagai alat kontraseptif tidak

    digunakan oleh islam kecuali benar-benar dalam keadaan

    darurat.

    [1]Nazar Bakry,Problematika Pelaksanaan Fiqh

    Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm.18

    [2] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 38.[3] Nazar Bakry,Problematika Pelaksanaan, hlm. 17.

    [4] Abd Al-Rahim Umran,Islam dan KB, (Jakarta: Lentera,

    1997), hlm. 228.

    [5] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 71.

    [6]Ali yafie,Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan

    Hidup, Asuransi hingga Ukhuwi, (Jakarta: Mizan, 1995),

    hlm.189.

    [7] M. Djamaluddin Miri,Ahkamul Fuqaha solusi

    problematika actual hukum Islam, keputusan muktamar, munas

    dan konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004M), (Surabaya:

    LTNU Jawa timur, 2007), hllm. 278-279.

    [8] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 70.

    [9]http://www.tundakehamilan.com/product_iud.html, Rabu,

    12 September 2012 pukul 17:03.

    [10] Fide H. Isngadi, Penjelasan keputusan musyawarah ulama

    terbatas mengenai keluarga berencana, (Malang: inspeksi

    penerangan Kandepag, 1973), hlm. 19-24.

    [11] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 74-75.

    G. Solusi/ Tindak Lanjut

    Solusi Keluarga berencana termasuk masalah yang kontroversional

    sehingga tidak ditemukan bahasannya oleh imam-imam madzhab.

    Secara umum, hingga kini di kalangan umat Islam masih ada dua kubu

    antara yang membolehkan keluarga berencana dan yang menolak

    keluarga berencana. Ada beberapa alasan dari para ulama yang

    memperbolehkan keluarga berencana, diantaranya dari segi

    kesehatanibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program keluarga

    berencana juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui,

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn11http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref9http://www.tundakehamilan.com/product_iud.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref11http://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ulamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keluargahttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn11http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref9http://www.tundakehamilan.com/product_iud.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref11http://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ulamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    11/13

    sejak1970, program keluarga berencana nasional telah meletakkan

    dasar-dasar mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya,

    tentu saja untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan

    dengan masalah dan beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain

    pihak, beberapa ulama berpendapat bahwa keluarga berencana

    ituharam. Hal ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-Isra':31 yang

    berbunyi:

    Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.

    Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.

    (Qs. Al-Isra' 31)

    Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan keluarga

    berencana. Maka dari itu, kita harus mempelajari pengetahuan tentang

    keluarga berencana dari beberapa sudut pandang sehingga bisa memberi

    manfaat bagi masyarakat luas serta meyakinkan masyarakat tentang

    hukum keluarga berencana. Rasulullah SAW sangat menganjurkan

    umatnya untuk memiliki keturunanyang sangat banyak. Namun

    tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu dididik

    dengan baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia

    yang shalih dan beriman. Contoh metode pencegah kehamilan yang

    pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW adalah azl yakni

    mengeluarkan air manidi luarvagina istri atau yang lazim disebut

    sanggama terputus, namun tidak dilarang olehRasul. Dari Jabir berkata:

    "Kami melakukan azl di masa Rasulullah SAW, dan Rasulmendengarnya tetapi tidak melarangnya (HR Muslim)". Sedangkan

    metode di zaman ini yang tentunya belum pernah dilakukan di

    zaman Rasulullah SAW membutuhkan kajian yang mendalam dan

    melibatkan ahli medis dalammenentukan kebolehan atau

    keharamannya. Kita mengenal keluarga berencana sebagai metode yang

    dipakai untuk mencegah kehamilan. Hal tersebut yang paling sering

    http://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaginahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulullah_SAWhttp://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaginahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulullah_SAW
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    12/13

    diperdebatkan dalam Islam. Hukum keluarga berencana dalam Islam

    dilihat dari 2 pengertian:

    1. Tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran)

    Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk membatasi

    kelahiran, maka hukumnya haram. Islam tidak mengenal

    pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyakhadits yang

    mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak

    bolehnya membunuh anak apalagi karena takut miskin atau tidak

    mampu memberikan nafkah. Allah berfirman:

    Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.

    Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.

    (Qs. Al-Isra' 31)

    2. Tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran)

    Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk

    mencegah kelahiran dengan berbagai cara dan sarana, maka

    hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Berdasarkan

    keputusan yang telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa

    pil-pil untuk mencegah kehamilan tidak boleh dikonsumsi. Karena

    Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan untuk hamba-Nya

    sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak

    jumlah umat.Rasulullah Shallallahu walaihi wa

    sallam artinya:Nikahilah wanita yang banyak anak lagi

    penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba dalambanyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat (dalam

    riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat).

    Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak,

    sehingga mereka beribadah kepada Allah, berjihad di jalan-Nya,

    melindungi kaum muslimin dengan izin Allah, dan Allah akan

    menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka. Maka wajib

    untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak

    http://id.wikipedia.org/wiki/Haditshttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadits
  • 7/22/2019 Refleksi Kasus KB

    13/13

    membolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika

    dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti:

    a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota

    badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak

    mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.

    b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan

    isteri keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang

    mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu, seperti

    setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia

    merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik

    dengan selayaknya.

    Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi

    dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa

    dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman

    sekarang, maka hal itu tidak boleh. Berdasarkan penjelasan yang telah

    dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana

    diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu misalnya untuk menjaga

    kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran, untuk menjaga

    keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun

    keluarga berencana bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi

    dengan niat dan alasan yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa

    mendidik anak, dan takut mengganggu pekerjaan orang tua. Dengan

    kata lain, penilaian tentang keluarga berencana tergantung pada

    individu masing-masing.