Upload
wira-enny
View
413
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Refleksi Kasus KB
1/13
7/22/2019 Refleksi Kasus KB
2/13
A. Latar Belakang
Dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk di Negara ini
semakin bertambah.berdasarkan data dari BKKBN pusat, laju
pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,5% pertahun atau sekitar
3,5 juta jiwa. Dan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2012 telah
mencapai 245 juta jiwa. Angka ini sangatlah memprihatinkan bagi
Negara ini. Karena jika dibiarkan kelak akan terjadi peledakan
penduduk. Maka pemerintah menganjurkan kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk menjalankan progam KB. Karena progam ini sangatlah
penting untuk menekan pertumbuhan penduduk di Negara ini.
Selain KB, juga terdapat berbagai alat kontrasepsi lain dalam
pelaksanaan keluarga berencana seperti sterilisasi dan IUD. Kemudian,
bagaimanakah hukum dari berbagai alat kontrasepsi tersebut menurut
hukum Islam?
Oleh karena itu dalam makalah ini akandibahas mengenai bagaimana hukum KB, Sterilisasi, dan IUD dalam
syariat Islam.
B. Ringkasan Kasus
Ny. A dengan G0P4A0 post spontan diwajibkan memilih
menggunakan KB IUD atau MOW. Pada kasus ini perawat
menyarankan untuk sterilisasi. Bagaimana hokum MOW dalam islam?
C. Etika/ Legal Keperawatan
Beberapa kerangka model pembuatan keputusan etis keperawatan
dikembangkan dengan mengacu pada kerangka pembuatan kepurusan
etika medis (murphy dan murphy, 1976; Borody, 1981). Beberapa
kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan
(Benjamin dan Curtis, 1986; Aroskar, 1980), sementara model-model
7/22/2019 Refleksi Kasus KB
3/13
lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti yang
diajarkan di pendidikan keperawatan (Bergman, 1973; Curtin, 1987;
Jameton, 1984; Thompson dan Thompson, 1985).
Berikut ini merupakan contoh kerangka model pembuatan
keputusan:
1. Model Jameton yang ditulis oleh Fry:
a. Tahap 1, tinjau ulang situasi yang dihadapi
b. Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan
c. Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi
d. Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi
moral professional
e. Tahap 5, Identifikasi posisi moral dan keunikan individu
yang berlainan
f. Tahap 6, identifikasi konflik-konflik nilai agama bila ada
g. Tahap 7, gali siapa yang harus membuat keputusan
h. Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yang
diharapkan
i. Tahap 9,Tentukan tindakan dan laksanakan
j. Tahap 10, Evaluasi hasil dari keputusan/tindakan
2. Model keputusan bioetis ( Thompson & Thompson) keputusan
bioetik ;
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,
keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk
individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi
situasi.
c. Mengidentifikasi Issue etik.
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional.
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang
terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
7/22/2019 Refleksi Kasus KB
4/13
D. Refleksi Kasus
Landasan Hukum
1. Al-Quran
a. KB
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.(An-Nisa ayat 9)[1]
b. Sterilisasi dan IUD
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.(Al-Isra ayat 36)
2. Hadits
a. KB
Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli
warismu dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan
mereka menjadi beban tanggungan orang banyak. (Hadits
riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin Abi Waqqash
ra)
b. Sterilisasi dan IUD
Bersabda Rasulullah SAW, janganlah laki-laki melihat
aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan seorang
laki-laki dengan laki-laki lain di bawah sehelai selimut, dan
tidak pula seorang wanita dengan wanita lain di bawah satu
kain(selimut). (Hadits riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud,
dan Tirmidzi)[2]
Pandangan Ulama
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn17/22/2019 Refleksi Kasus KB
5/13
1. Mengenai permasalahan KB, kebanyakan ulama/sarjana
muslim sejak dahulu seperti Amr bin Ash (sahabat nabi),
Imam Syafii, dan Imam Ghazali sampai abad XX ini
seperti Dr. Muhammad Abd. Salam Madkur, dan Dr.
Mahmud Shalthoet, Rektor Universitas Al-Azhar
berpendapat bahwa Islam tidak melarang Keluarga
Berencana.[3]
2. Syekh Syalthut memberikan pendapat bahwa tidak
diizinkanya sterilisasi permanen, kecuali untuk alasan-
alasan serius menyangkut penyakit keturunan atau yang
mungkin menular.[4]
3. Dr. H. Ali Akbar yang dikenal mempunyai keahlian dalam
bidang (kedokteran dan agama) membuat kesimpulan
sebagai berikut, Maka saya berpihak kepada yang
mengharamkan pengguguran, juga mengharamkan
pemakaian spiral ini, karena sifatnya bukancontraseptif,
abortif[5]
ANALISIS
1. KB
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah resmi yang
dipakai di dalam lembaga-lembaga Negara kita seperti
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Keluarga Berencana juga mempunyai arti yang
sama dengan istilah Arab (pengaturanketurunan/kelahiran), bukan (Arab) atauBirthControl(Inggris), yang mempunyai arti pembatasan
kelahiran.
KB/family planningitu menitikberatkan pada
perencanaan, pengaturan, dan pertanggungan jawaban
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn57/22/2019 Refleksi Kasus KB
6/13
orang terhadap anggota-anggota keluarganya.
Sedangkan birth controlartinya pembatasan/penghapusan
kelahiran.
Sehubungan dengan KB, sebagian ulama membuat
suatu penegasan, bahwa terlarang memakai sesuatu yang
sama sekali menghentikan kehamilan, akan tetapi apabila
hanya memperlambat kehamilan untuk sementara waktu
dan tidak menghentikanya, maka tidaklah terlarang.[6]
Selanjutnya dasar kebolehan KB dilaksanakan
dalam Islam, beralasan dari keputusan konferensi besar
pengurus besar Syuriah Nahdlatul Ulama ke 1 di Jakarta
sebagai berikut:
Kalau dengan azl(mengeluarkan air mani di luar rahim)
atau dengan alat yang mencegah sampainya mani ke rahim
seperti kopacis/kondom, maka hukumnya makruh. Begitu
juga makruh hukumnya kalau dengan meminum obat untuk
menjarangkan kehamilan. Tetapi kalau dengan sesuatu
yang memutuskan kehamilan sama sekali, maka hukumnya
haram, kecuali kalau ada bahaya. Umpamanya saja karena
terlalu banyak melahirkan anak yang menurut pendapat
orang yang ahli tentang hal ini bisa menjadikan bahaya,
maka hukumnya boleh dengan jalan apa saja yang ada.
Keterangan dalam kitab Asnal Mathalib 186, Fatawi Ibnul
Ziyad 249, al-Bajuri II/93,Ahkamul FuqahaII/231:
E.
() Adapun al-azl (mengeluarkan air mani di luar rahim) adalah
makruh walaupun pihak wanita mengizinkan, baik sebagai
wanita merdeka maupun budak karena al-azl tersebut
merupakan cara memutuskan keturunan.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn67/22/2019 Refleksi Kasus KB
7/13
F. . .(
/(Demikian halnya wanita ynag mempergunakan sesuatu
(seperti alat kontrasepsi) yang dapat memperlambat
kehamilan. Hal ini hukumnya makruh. Sedang memutus
keturunan hukumnya haram. Dan ketika darurat maka sesuai
dengan kaidah fiqhiyah; jika ada dua bahaya saling
mengancam maka diwaspadai yang lebih besar bahayanya
dengan melaksanakan yang paling ringan bahayanya.[7]
2. Sterilisasi
Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita
dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat
menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan cara-
cara/alat-alat kontrasepsi lainya yang pada umumnya hanya
bertujuan menghindari/menjarangkan kehamilan untuk
sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi ini, sekalipun
secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa
dipulihkan lagi (reversable), tetapi para ahli kedokteran
mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau vas
ligation, dan sterilisasi pada wanita disebut tubektomi.
Sterilisasi baik untuk lelaki atau perempuan sama dengan
abortus, bisa berakibat kemandulan, sehinga yang
bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn77/22/2019 Refleksi Kasus KB
8/13
Sedangkan menurut islam, hukum sterilisasi pada
dasarnya haram(dilarang), karena ada beberapa hal yang
prinsipal, yaitu:
a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan
tetap. Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok
perkawinan menurut Islam, yakni: perkawinan lelaki
dan wanita selain bertujuan untuk mendapatkan
kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan di
akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah
yang diharapkan kelak menjadi anak yang saleh sebagai
penerus cita-citanya.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan
menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan
berfungsi(saluran mani/telur). Melihat aurat orang lain
(aurat besar). Pada prinsipnya Islam melarang orang
melihat aurat orang lain, meskipun sama jenis
kelaminya. Akan tetapi apabila suami istri dalam
keadaan yang sangat terpaksa (darurat), seperti untuk
menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu
terhadap anak keturunannya. Yang bakal lahir, atau
terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau
melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan oleh
Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang
menyatakan
Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang
dilarang.
3. Intra Uterine Device (IUD)
IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
pada wanita untuk menghalangi kehamilan dan dipasang 2
atau 3 hari sesudah haid, atau 3 bulan sesudah melahirkan
7/22/2019 Refleksi Kasus KB
9/13
dan pemasangannya harus dilakukan oleh tenaga yang telah
telatih, serta perlu adanya kontrol sesudah pemasangan.[8]
Sedangkan cara kerjanya yaitu IUD Andalan akan
mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi
pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar
tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur
yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim.[9]
Pandangan Islam tentang IUD
IUD menurut pandangan Islam fatwa hukum dari
ulama dan cendikiawan muslim di Indonesia dalam
Musyawarah ulama terbatas mengenai KB dipandang dari
hukum syariat islam pada bulan juni 1972 yang
memutuskan bahwa, pemakaian IUD dan sejenisnya tidak
dapat dibenarkan, selama masih ada obat-obat dan alat-
alatalain, karena untuk pemasanaganya atau pengontrolanya
harus dilakukan dengan melihat aurot besar wanita, hal ini
diharamkan dalam sariat islam, kecuali dalam keadaan
dorurot.[10]Kemudian musyawarah ulama nasional
tentang kependudukan, kesehatan, dan pembangunan
memutuskan antara lain penggunaan alat kontrasepsi
dalam rahim (IUD) dalam pelaksanaan KB dapat
dibenarkan jika pemasangan dan pengontrolanya dilakukan
oleh tenaga medis atau para medis wanita, atau jika
terpaksa dapat juga dilakukan oleh tenaga medis pria
dengan didampingi oleh suami atau wanita lain.
Menghadapi hal-hal tersebut, yang kesemuanya
masih bersifat subhat atau mutasyabihat artinya yang masih
belum jelas hukumnya, kita harus bersikap hati-hati selama
cara kerja IUD belum jelas. Sepenuhnya ditandai dengan
adanya perbedaan pendapat dikalangna ahli kedokteran
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn9http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn9http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn107/22/2019 Refleksi Kasus KB
10/13
yang tidak bisa dikompromikan hingga sekarang. Tentang
mekanisme IUD dan sifatnya apakah abortif atau
kontraseptif.[11]maka IUD sebagai alat kontraseptif tidak
digunakan oleh islam kecuali benar-benar dalam keadaan
darurat.
[1]Nazar Bakry,Problematika Pelaksanaan Fiqh
Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm.18
[2] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 38.[3] Nazar Bakry,Problematika Pelaksanaan, hlm. 17.
[4] Abd Al-Rahim Umran,Islam dan KB, (Jakarta: Lentera,
1997), hlm. 228.
[5] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 71.
[6]Ali yafie,Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan
Hidup, Asuransi hingga Ukhuwi, (Jakarta: Mizan, 1995),
hlm.189.
[7] M. Djamaluddin Miri,Ahkamul Fuqaha solusi
problematika actual hukum Islam, keputusan muktamar, munas
dan konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004M), (Surabaya:
LTNU Jawa timur, 2007), hllm. 278-279.
[8] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 70.
[9]http://www.tundakehamilan.com/product_iud.html, Rabu,
12 September 2012 pukul 17:03.
[10] Fide H. Isngadi, Penjelasan keputusan musyawarah ulama
terbatas mengenai keluarga berencana, (Malang: inspeksi
penerangan Kandepag, 1973), hlm. 19-24.
[11] Masjfuk Zuhdi,Masail, hlm. 74-75.
G. Solusi/ Tindak Lanjut
Solusi Keluarga berencana termasuk masalah yang kontroversional
sehingga tidak ditemukan bahasannya oleh imam-imam madzhab.
Secara umum, hingga kini di kalangan umat Islam masih ada dua kubu
antara yang membolehkan keluarga berencana dan yang menolak
keluarga berencana. Ada beberapa alasan dari para ulama yang
memperbolehkan keluarga berencana, diantaranya dari segi
kesehatanibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program keluarga
berencana juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui,
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn11http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref9http://www.tundakehamilan.com/product_iud.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref11http://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ulamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keluargahttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftn11http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref9http://www.tundakehamilan.com/product_iud.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2845731176684579410#_ftnref11http://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ulamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga7/22/2019 Refleksi Kasus KB
11/13
sejak1970, program keluarga berencana nasional telah meletakkan
dasar-dasar mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya,
tentu saja untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan
dengan masalah dan beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain
pihak, beberapa ulama berpendapat bahwa keluarga berencana
ituharam. Hal ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-Isra':31 yang
berbunyi:
Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.
(Qs. Al-Isra' 31)
Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan keluarga
berencana. Maka dari itu, kita harus mempelajari pengetahuan tentang
keluarga berencana dari beberapa sudut pandang sehingga bisa memberi
manfaat bagi masyarakat luas serta meyakinkan masyarakat tentang
hukum keluarga berencana. Rasulullah SAW sangat menganjurkan
umatnya untuk memiliki keturunanyang sangat banyak. Namun
tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu dididik
dengan baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia
yang shalih dan beriman. Contoh metode pencegah kehamilan yang
pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW adalah azl yakni
mengeluarkan air manidi luarvagina istri atau yang lazim disebut
sanggama terputus, namun tidak dilarang olehRasul. Dari Jabir berkata:
"Kami melakukan azl di masa Rasulullah SAW, dan Rasulmendengarnya tetapi tidak melarangnya (HR Muslim)". Sedangkan
metode di zaman ini yang tentunya belum pernah dilakukan di
zaman Rasulullah SAW membutuhkan kajian yang mendalam dan
melibatkan ahli medis dalammenentukan kebolehan atau
keharamannya. Kita mengenal keluarga berencana sebagai metode yang
dipakai untuk mencegah kehamilan. Hal tersebut yang paling sering
http://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaginahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulullah_SAWhttp://id.wikipedia.org/wiki/1970http://id.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_manihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaginahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasulullah_SAW7/22/2019 Refleksi Kasus KB
12/13
diperdebatkan dalam Islam. Hukum keluarga berencana dalam Islam
dilihat dari 2 pengertian:
1. Tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk membatasi
kelahiran, maka hukumnya haram. Islam tidak mengenal
pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyakhadits yang
mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak
bolehnya membunuh anak apalagi karena takut miskin atau tidak
mampu memberikan nafkah. Allah berfirman:
Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.
(Qs. Al-Isra' 31)
2. Tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk
mencegah kelahiran dengan berbagai cara dan sarana, maka
hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Berdasarkan
keputusan yang telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa
pil-pil untuk mencegah kehamilan tidak boleh dikonsumsi. Karena
Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan untuk hamba-Nya
sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak
jumlah umat.Rasulullah Shallallahu walaihi wa
sallam artinya:Nikahilah wanita yang banyak anak lagi
penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba dalambanyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat (dalam
riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat).
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak,
sehingga mereka beribadah kepada Allah, berjihad di jalan-Nya,
melindungi kaum muslimin dengan izin Allah, dan Allah akan
menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka. Maka wajib
untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak
http://id.wikipedia.org/wiki/Haditshttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadits7/22/2019 Refleksi Kasus KB
13/13
membolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika
dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti:
a. Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota
badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak
mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.
b. Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan
isteri keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang
mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu, seperti
setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia
merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik
dengan selayaknya.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi
dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa
dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman
sekarang, maka hal itu tidak boleh. Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana
diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu misalnya untuk menjaga
kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran, untuk menjaga
keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun
keluarga berencana bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi
dengan niat dan alasan yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa
mendidik anak, dan takut mengganggu pekerjaan orang tua. Dengan
kata lain, penilaian tentang keluarga berencana tergantung pada
individu masing-masing.