Upload
amirahyusnidar
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sken 1
Citation preview
5/20/2018 sekanario 1
1/48
LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin
LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin
LO..I.II Memahami dan Mempelajari Biokimia Insulin
LI.II Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus
LO.II.I Memahami dan Mempelajari Definisi Diabetes Melitus
LO.II.II Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Diabetes Melitus
LO.II.III Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Diabetes Melitus
LI.III Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Diabetes Melitus Tipe II
LI.IV Memahami dan Mempelajari Retinopati Diabetik
LO.IV.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Retinopati Diabetik
LO.IV.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Retinopati Diabetik
LO.IV.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Retinopati Diabetik
LO.IV.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Retinopati Diabetik
LO.IV.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Retinopati Diabetik
LO.IV.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Retinopati Diabetik
LO.IV.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Retinopati Diabetik
LO.IV.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Retinopati Diabetik
LI.V Memahami dan Mempelajari Makanan Yang Halal dan Baik Menurut Islam
LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin
LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin
Peranan insulin
Efek pada karbohidrat
5/20/2018 sekanario 1
2/48
Insulin memilik 4 efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan menigkatkan penyimpanan
karbohidrat :
oInsulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel. Beberapa jaringan yang tidak bergantungpada insulin untuk meyerap glukosa yaitu otak,otot yang aktif dan hati
oInsulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa baik di otot maupun dihati
o
Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambatpenguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan menurunkan penguraianglukosa dalam hati
oInsulin menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis,
perubahan asam amino menjadi glukosa di hati.Insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan penyerapan glukosa dari
darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel., secara simultan menghambat mekanisme yang
digunakan oleh hati untuk mengeluarkan glukosa baru dalam darah. Insulin adalah satu satunya
hormon yang menurunkan kadar glukosa darah.
Efek pada lemakInsulin efeknya menurunkan kadar asam lemak darah dan membentuk simpanan trigliserida :
o
Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa. Glukosa berfungsisebagai prekursor untuk pembentukan assm lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untukmembentuk trigliserida.
oInsulin meningkatkan enzim enzim yang mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari turunan
glukosa
oInsulin meningkatkan masuknya asam asam lemak dari daeah ke dalam se jaringan adiposa.
oInsulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), sehingga terjadi penurunan pengeluaran asam
lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah.
Efek pada protein
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein :
oInsulin mendorong transportasi aktif asam asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menghasilkan bahan pembangununtuk sintesis protein dalam sel.
oInsulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein dengan
merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel.
oInsulin menghambat penguraian protein.
oFaktor yang mempengaruhi sekresi insulin
Peningkatan kadar glukosa darah, seperti setelah penyerapan makanan,secara langsung merangsang
sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel beta. Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah di bawahnormal, seperti pada puasa, secara langsung menghambat sekrresi insulin. Selain konsentrasi
glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam mengatur sekresi insulin :
Peningkatan kadar asam amino plasma,setelah memakan makanan tinggi protein, secara
langsung merangsang sel beta untuk meningkatkan sekresi insulin. Melalui mekanisme umpanbalik negatif, peningkatan insulin tersebut meningkatkan masuknya asam asam amino tersebut kedalam sel,sehingga kadar asam amino dalam darah menurun sementara sintesis protein meningkat.
Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respons terhadapadanya makanan, terutama gastric inhibitory peptide, merangsang sekresi insulin pankreas selain
memiliki efek regulatorik langsung pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini, sekresi insulinmeningkat secara feedforward atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang
meningkatkan kadar glukosa darah dan asam amino dalam darah.
5/20/2018 sekanario 1
3/48
Sistem saraf otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulau pulau langerhans
dipersyarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis dan simpatis. Peningkatan aktivitas parasimpatis
yang terjadi sebagai respons terhadap makanan dalam saluran pencernaan merangsangpengerluaran insulin. Sebaliknya, stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan
menghambat sekresi insulin, penurunan insulin meningkatkan kadar glukosa darah, suatu respons
yang sesuai untuk keadaan keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatis yaitu, stress danolahraga.
LO..I.II Memahami dan Mempelajari Biokimia Insulin
Sel-sel beta pankreas mempunyaisejumlah besar pengangkut glukosa (GLUT-2) yang memungkinkan terjadinya ambilan glukosa
dengan kecepatan yang sebanding dengan nilai kisaran fisiologis konsentrasi glukosa dalam darah.
Begitu berada di dalam sel, glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat oleh glukokinase.
Langkah ini menjadi penentu kecepatan metabolisme glukosa di sel beta dan dianggap sebagaimekanisme utama untuk mendeteksi glukosa dna menyesuaikan jumlah insulin yang disekresikan
dengan kadar glukosa darah. Glukosa-6fosfatase selanjutnya dioksidasi untuk membentuk
adenosine trifosfat (ATP) yang menghambat kanal kalium yang peka-ATP di sel. Penutupan kanalkalium akan mendepolarisasikan membrane sel sehingga akan membuka kanal natrium bergerbang
voltase, yang sensitive terhadap perubahan voltase membrane. Keadaan ini akan menimbulkan
aliran masuk kalsium yang merangsang penggabungan vesikel yang berisi insulin denganmembrane sel dan sekresi insulin ke dalam cairan ekstrasel melalui eksositosis.
5/20/2018 sekanario 1
4/48
LI.II Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus
LO.II.I Memahami dan Mempelajari Definisi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin,kerja insulin,atau kedua-duanya.LO.II.II Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Diabetes Melitus
1.Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel beta,
umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
Melalui proses imunologikBentuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung insulin, biasanya
disebut sebagai juvenile onset diabetes. Hal ini disebabkan karena adanya destruksi sel betapankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas bervariasi, kadang-kadang cepat pada
suatu individu dan kadang-kadang lambat pada individu yang lain.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah terjadi ketoasidosis. Pada diabetes tipe ini
terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Sebagai marker terjadinya
destruksi sel beta pankreas adalah autoantibodi sel pulau langerhans dan atau aoutoantibodi insulin
dan autoantibodi asam glutamate dekarboksilase sekitar 85-90 % terdeteksi pada diabet tipe ini.
Diabetes melitus autoimun ini terjadi akibat pengaruh genetik dan faktor lingkungan.b. Idiopatik
Terdapat beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak diketahui. Hanya beberapa pasien yangdiketahui mengalami insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya ketoasidosis tetapi bukan
dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh individu asal afrika dan asia. DM
tipe 1 merupakan bentuk DM parah yang sangat lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang
kandang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang nonobesitas dan mereka yang berusialanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma
meningkat dan selsel pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Karam, 2002). Gejala penderita DM tipe1 termasuk peningkatan ekskresi urin poliuria), rasa haus (polidipsia), lapar, berat badan turun,
pandangan terganggu, lelah, dan gejala ini dapat terjadi sewaktuwaktu (tibatiba) (WHO, 2008).2.Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus (bervariasi mulai dari
predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin)
Pada penderita Diabet Mellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa
glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnyakemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin ( reseptor insulinsudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin padarangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset diabetes mellitus tipe ini perlahan lahan
karena itu gejalanya tidak terlihat ( asimtomatik ). Adanya resistensi yang terjadi perlahan lahanakan mengakibatkan pula kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan berkurang. Oleh karena itu,
5/20/2018 sekanario 1
5/48
diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi karena
ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat antibiotik oral.
DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa.Sirkulasi insulin endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara relatif tidakmencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin, merupakan faktor risiko
yang biasa terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe 2 bertubuh gemuk.Selain terjadinya penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel pankreas terhadap glukosa (Karam, 2002). Gejala DM tipe 2 mirip dengan tipe 1, hanya dengan
gejala yang samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadangkadang komplikasi dapat
terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan anakanak yang obesitas.
3.Diabetes Melitus Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta (MODY Maturity Onset Diabetes of the Young): Kromosom
12, HNF-1 Kromosom 7, glukokinase Kromosom 20,HNF-4 Kromosom 13, insulin
promoter factor Kromosom `17, HNF-1 Kromosom 2, Neuro D1 DNA Mitokondria
Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A, leprechaunism, Sindrom Rabson Medenhall,diabetes lipoatropik
Penyakit Eksokrin Pankreas (suatu kelenjar yang mengeluarkan hasil produksinya melalui
pembuluh), yaitu : Pankreatitis (radang pada pankreas) Trauma/pankreatektomi (pankreas telah
diangkat)Neoplasma Fibrosis kistik Hemokromatosis Pankreatopati Fibro kalkulus (adanya
jaringan ikat dan batu pada pankreas)
Endokrinopati : Akromegali (terlampau banyak hormon pertumbuhan) Sindrom cushing
(terlampau banyak produksi kortikosteroid dalam tubuh) Feokromositma (tumor anbak ginjal)
Hipertiroidisme Somasostatinoma Aldostreroma
Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa
Infeksi : Rubella Kongenital
Sebab imunologi yang jarang : antibodi, antiiinsulin (tubuh menhasilkan zat anti terhadap insulin
sehingga insulin tidak dapat bekerja memasukkan glugosa ke dalam sel)
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
turner, sindrom Wolframs.
4.Diabetes Melitus Gestasional
DM ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang
belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar gula yang tinggi ketika hamil
dikatakan menderita DM gestationalPada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selamamasa kehamilan. Artinya kondisi intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,
biasanya pada semester kedua dan ketiga dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah
melahirkan. Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal(sekitar waktu melahirkan) dan sang ibu memiliki resiko untuk menderita penyakit DM yang lebihbesar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes tipe ini merupakan intoleransi
karbohidrat akibat terjadinya hiperglikemia dengan berbagai keparahan dengan serangan atau
pengenalan awal selama masa kehamilan.
Pada wanita hamil, jumlah hormon estrogen yang dimiliki lebih banyak daripada wanita normalkarena plasenta juga menghasilkan estrogen yang bekerja secara simpatis sehingga secara tidak
langsung menghambat pengeluaran insulin (sehingga terjadi resistensi insulin), mengakibatkan
5/20/2018 sekanario 1
6/48
aktivasi glukagon untuk memecah glikogen yang menyebabkan kadar gula darah pada wanita hamil
meningkat. Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk menghasilkan insulin
sebanyak 3 kali dari normal. DM gestational terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat danmenggunakan seluruh insulin yang digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak
dihantarkan ke jaringan untuk dirubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam darah
yang disebut dengan hiperglikemia (Anonim, 2009). Faktor risiko nya adalah usia tua, etnik,obesitas, multiparitas,riwayat keluarga dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes
gestational terjadi pada 35% wanita hamil (Anonim, 2009). Mekanisme DM gestational belumdiketahui secara pasti. Seseorang diakatakan menderita Diabetes Melitus Gestasional apabila 2atau lebih nilai berikutr ditemukan atau dilampaui sesudah pemberian 75 g glukosa oral
Puasa 105 mg/dl
1 jam 190 mg/dl
2 jam 165 mg/dl
3 jam 145 mg/dl
5.PraDiabetes
Pradiabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang menjadi DM tipe 2. Penyakit ini
ditandai dengan naiknya KGD melebihi normal tetapi belum cukup tinggi untuk dikatakan DM. DiAmerika Serikat 57 juta orang menderita pradiabetes. Penelitian belakangan ini menunjukkan
bahwa beberapa kerusakan jangka panjang khususnya pada jantung dan sistem sirkulasi,
kemungkinan sudah terjadi pada pradiabetes, untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan dietnutrisi dan latihan fisik (Anonim, 2009).
Klasifiaksi DM menurut WHO tahun 1985 :1.Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Pada jenis ini terdapat reaksi auto imun yang disebabkan karena pandangan pada sel beta
pankreasyang disebut ICA (Islet Cell Antobody). Reaksi ini dapat menimbulkan kerusakan pda sel
beta.2.Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
3.
Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM)Diabetes ini disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai defisiensi protein yang kronik yangberlangsung dalam jangka waktu yang lama.
1.Diabetes Gestasional
2.Diabetes tipe lainDiebetes ini berhubungan dengan keadaan atau siindroma ini:
Penyakit pankreas
Penyakit hormonal
Kanker
Sindrom genetik tertentu
Sirosis hepatis
Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :70) antara lain :1.Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA
(Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung
ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadikarena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di
pankreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.
2.Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2
5/20/2018 sekanario 1
7/48
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat
hiperglikemik selama stres.3.Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena
penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal, alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptorinsulin, sindrom genetik tertentu.4.Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.
5.Gestational Diabetes Melitus ( GDM )Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta
persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal.Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka
mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin padasel sehingga mengurangi aktivitas insulin.
5/20/2018 sekanario 1
8/48
LO.II.III Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Diabetes Melitus
5/20/2018 sekanario 1
9/48
LI.III Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus Tipe II
LO.III.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes tipe II adalah Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin DependentDiabetes
Mellitus[NIDDM]), terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin.LO.III.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe II
Etiologi
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel ? dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ? tidak mampu mengimbangi resistensiinsulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama
bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ? pankreas mengalami desensitisasi terhadap
glukosa
Epidemiologi
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderitaDiabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat,
dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4%
dari populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama tipe 2) terjadi dinegara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari
tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan Western-style yang tidak sehat. Di
Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417
responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5%
mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak
terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, danlebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan
angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %,
sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal
yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnyaaktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.
LO.III.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 3001200 mg/dl.
5/20/2018 sekanario 1
10/48
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh
darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml ), akantimbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan
sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbulpolidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah
astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalanmembran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Patogenesis DM tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin, yaitu :
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptorkhusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel
resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan
demikian insuliin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa olehjaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini ter-jadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankanpada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Pada DM
tipe II, kelainan terletak di beberapa tempat : Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup, tetapi
5/20/2018 sekanario 1
11/48
terdapat keterlambatan, sehingga glukosa sudah diabsorpsi masuk darah tapi insulin belum
memadai, Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000 30.000); pada obesitas
bahkan hanya sekitar 20.000,Jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulintidak efektif, Terdapat kelainan di pasca reseptor, sehingga proses glikolisis intra seluler
terganggu,Adanya kelainan campuran di antara no 1,2,3 dan 4. Pada DM Tipe 2 jumlah insulin
normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan selkurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Padakeadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan meningkat.Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin.
Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan4. Faktor keturunan (herediter)
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin abnormal dan
resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga fase normalitas. Pertama glukosa
plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi urin karena kadar insulin meningkat. Kedua,resistensi insulin cenderung menurun sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa bentuk hiperglikemia. Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal,
malah mungkin banyak, tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian,pada DM tipe 2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan : Baik pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam
darah melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.
LO.III.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II
Poliuri (banyak kencing)Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Polidipsi (banyak minum)Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Polipagi (banyak makan)Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehinggauntuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
5/20/2018 sekanario 1
12/48
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus.
Mata kaburHal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosasarbitol fruktasi) yang disebabkan karenainsufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
LO.III.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik lengkap, termasuk :1.Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang
2.Tanda neuropati
3.Mata ( visus, lensa mata dan retina )
4.Gigi dan mulut5.Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan kuku.
6.
Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan pemeriksaan
neurologis7.Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
8.Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan penunjang, termasuk :
1.Glukosa darah sewaktu
cek GDS2.Kadar glukosa darah puasa
3.Tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Untuk mengetahui adanya risiko DM atau tidak perlu digunakan pemeriksaan dengan salah satu
faktor risiko untuk DM, yaitu :
kelompok usia ( > 45 tahun )
5/20/2018 sekanario 1
13/48
usia lebih muda, dengan IMT (indeks masa tubuh) > 23 (kg/m2)} yang disertai factor risiko :
otekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
oturunan pertama dari orangtua dengan DM
oriwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
oriwayat DM pada kehamilan
o
dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dlopernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu).
4.Test benedict
5.Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents, danamonium hidroxida pekat
Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak ditangani.
Zat zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuh karena glukosatidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh melakukan
mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam asetattersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak.
LO 4.7 Diagnosis & diagnosis banding
Diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya
atas glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkanadalah pemeriksaan glukosa dengan enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk
memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa dilakukan di laboratorium klinik terpecaya.
Walaupun demikian sesuai kondisi stempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood),
vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuaipembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperika glukosa darah kapiler.
Pemeriksaan Penyaring
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan
pada pasien yang menunjukkan gejal/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang punya resiko DM. Serangkaian uji diagnostikakan dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk
memastikan diagnosis definitif.Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah
satu resiko DM sebagai berikut:
a) Usia >45 tahun.
b)
Berat badan lebih : BBR> 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.c) Hipertensi ( 140/90 mmHg).
d) Riwayat DM da;am garis ketunan.
e) Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi >4000 gram.f) Kolestrol HDL 35 mg/dl dan atau triglisera 250 mg/dl.
Catatan: Untuk kelompok resiko tinggi hasil pemeriksaan penyaringnya negatif, pemeriksaan
penyaaring ulangan dilakukan tiap tahun; sedangkan bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa
5/20/2018 sekanario 1
14/48
faktor resiko, pemeriksaan penyaringnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pemeriksaan penyaring
yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk umumnya (mass screening) tidak dianjurkan
karena disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada.Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain
(genral check up) adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut
sangat dianjurkan. Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT, dan GDPT,sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPTmerupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahunkemudian 1/3 kelompok TGT akan
berkembang menjadi DM, 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainnya akan tetap normal. Adanya TGT sering
berkaitan dengan insulin. Pada kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggidibanding kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan
dislipidemia. Peran aktif pada pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat
ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan primer dan sekunder dapat segera diterapkan.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ataukadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
standar.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
ukan DM elum pasti DM M
adar glukosa darah
waktu
lasma vena 110 10-199 200
arah kapiler 90 0-199 200
adar glukosa darah puasa lasma vena 110 10-125 126
arah kapiler 90 0-109 110
Langkah Untuk Menegakkan Diagnosis Diabetes Melitus dan Gangguan Toleransi Glukosa
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas berupa poliuria, polidipsia,
polifagia dan penrunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yangmungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu
200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas
DM, hasi pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup untuk
menegakan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angkaabnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
pada hari yang lain, atau dari tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah
pasca pembebanan 200 mg/dl.
5/20/2018 sekanario 1
15/48
GDP 126
5/20/2018 sekanario 1
16/48
LO.III.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II
1. GOLONGAN SULFONILUREA
MEKANISME KERJA.
Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretstogues, kerjanya merangsang sekresi insulin
dari granul sel-sel Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-
sensitive K channel pada membrane sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membrane dankeadaan ini akan membuka kanal Ca. dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-
sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang
ekuivalen dengan peptida C. kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.
FARMAKOKINETIK.
Berbagai sulfonylurea mempunyai sifat kinetic berbeda, tetapi absorpsi melalui saluran cernacukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi. Untuk mencapai
kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%-99% terikat protein plasma terutama
albumin; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid. Masa paruhdan metabolisme sulfonylurea generasi I sangat bervariasi. Masa paruh asetoheksamin pendek
tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama
dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya sediaaan ini diberikan dengan dosis terbagi. Sekitar10% dari metabolitnya diekskresi melalui empedu dan keluar bersama tinja. Klorpropamid dalam
darah terikat albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam, efeknya masih terlihat beberapa hari
setelah obet dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20% diekskresi utuh di urin. Mula
kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah sekitar 91-96% tolbutamidterikat protein plasma, dan di hepar di ubah menjadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui
ginjal.
Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain; efeknya pada glukosa darah belum nyata untuk
beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam, di hepar di ubah menjadi p-karboksitolazamid, 4-hidroksimetitolazamid dan senyawa lain, yang diantaranya memiliki sifat
hipoglikemik cukup kuat.
Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100 kali lebih besar dari
generasi I. Meski masa paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung12-24 jam, sering cukup diberikan 1 kali sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini,
memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.
Glibizid, absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat protein plasma,
potensinya 100 kali lebih kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengansulfonilurea lain, metabolismenya di hepar, menjadi metabolit yang tidak aktif, sekitar 10%diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh.
Gliburid (glibenklamid) potensinya 200 x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.
Metabolismrnya di ahepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25% metabolitnya diekskresi
melalui urun, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dansekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama 1,5 tahun.
5/20/2018 sekanario 1
17/48
Karena semua sulfonilurea di metabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak
boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.
EFEK SAMPING.
Insidens efek samping generasi I sekitar 4%, insidensnya lebih rendah lagi untuk generasi II.
Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.reaksi ini lebih sering terjadi pada pasienusia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang menggunakan sediaan dengan
masa kerja panjang. Efek samping lain,reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare,
gejala hematologi, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya.
Gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat bersama
makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gejala sususnan saraf pusat berupa vertigo,bingung, atraksia dan sebagainya. Gejala hematologik al. Leukopenia dan agranulositosis. Efek
samping lain gejala hipotiroidisme, ikterus obstruktuf, yang bersifat sementara dan lebih sering
timbul akibat klorpropamid (0,4%). Berkuarngnya toleransi terhadap alkohol juga telah dilaporkan
pada pemakaian tolbutamid dan klorpropamid.
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak makan cukup ataudengan gangguan fungsi hepar dan/atau ginjal. Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua
disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang.
Selain itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tandaakut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma.
Penurunan kecepatan ekskresi klo, propamid dapat meningkatkan hipoglikemia.
INDIKASI.
Memilih sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi. Yang
menentukan bukanlah umur pasien waktu terapi dimulai, tetapi usia pasien waktu penyakit DMmulai timbul. Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai timbul
pada usia diatas 40 tahun. Sebelum menentukan keharusan penggunaan sulfonilurea, selalu harusdipertimbangkan kemungkinan mengatasi hiperglikemia dengan hanya mengatur diet serta
mengurangi berat badan pasien.
Kegagalan pasien dengan salah satu derivat sulfonilurea, mungkin juga disebabkan oleh perubahanfarmakokinetik obat, misal penghancuran yang terlalu cepat. Obat hasil terapi yang baik tidak dapat
dipertahankan dengan dosis 0.5 g klorpropamid, 0.75 g tolazamid, sebaiknya dosis jangan ditambah
lagi.
Selama terapi, pemeriksaan fisik dan laboratorium harus tetap dilakukan secara teratur. Pada
keadaan yang gawat seperti stres, komplikasi, infeksi dan pembedahan, insulin tetap merupakanterapi standar.
1.1. MEGLITINID
Repaglinid dan nateglinid
Merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur
kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang
ATP-independent di sel pankreas.
5/20/2018 sekanario 1
18/48
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa
paruhnya 1 jam, karena harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolisme
utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di ginjal. Pada pasiendengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati. Efek samping
utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.
1.2. BIGUANID
Sebenarnya dikenal 3 golongan ADO dari golongan biguanid : fenformin, buformin, dan
metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis
laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin.
MEKANISME KERJA.
Biguanid tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkanhipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa dihepar dan menungkatkan sensitivitas
jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel
(AMP-activated protein kinase). Meski masih kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa
hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis.Preparat ini tidak mempunyai efek yang berarti pada sekresi glukagon, kortisol, hormon
pertumbuhan, dan somatostatin.
Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada pasien
diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belumjelas pula; pada orang nondiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar
glukosa darah.
Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma,
ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam.
Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan (maintenance dose) 3 x 500 mg, dosismaksimal 2,5 g. Obat diminum pada waktu makan. Pasien DM yang tidak memberikan respondengan sulfonilurea dapat diatasi dengan metformin, atau dapat pula diberikan sebagai terapi
kombinasi dengan insulin atau sulfonylurea.
EFEK SAMPING.
Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami : mual; muntah, diare serta kecap logam
(metalic taste); tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang. Padabeberapa pasien yang mutlak bergantung insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan
ketosis yang tidak disertai dengan hiperglikemia (starvation ketosis). Hal ini harus dibedakan
dengan ketosis karena defisiensi insulin.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem kardiovaskular, pemberian biguanid dapat
menimbulkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal ini dapat mengganggukeseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.
INDIKASI.
Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan digunakan pada terapi
diabetes dewasa.
5/20/2018 sekanario 1
19/48
Dari berbagai derivat biguanid, data fenformin yang paling banyak terkumpul tetapi sediaan ini kini
dilarang dipasarkan di Indonesia karena bahaya asidosis laktat yang mungkin ditimbulkannya. Di
Eropa fenformin digantikan dengan metformin yang kerjanya serupa fenformin tetapi diduga lebihsedikit menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin ialah 1-3 gram sehari dibagi dalam 2 atau 3
kali pemberian.
KONTRA INDIKASI.
Biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dengan uremia dan penyakit jantung kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik. Pada
pasien yang akan diberi zat kontras intravena atau yang akan di operasi, pemberian obat inisebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam, biguanid baru boleh diberikan dengan
catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk mencegah terbentuknya laktat yang
berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat asidosis laktat. Insidens asidosis akibat metformin
kurang dari 0.1 kasus per 1000patient-years, dan mortalitasnyalebih rendah lagi.
2. GOLONGAN TIAZOLIDINEDION
MEKANISME KERJA.
Tiazolidinedion merupakan agonist potent dan selektif PPAR, mengaktifkan PPAR membentuk
kompleks PPAR-RXR dan terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adiposa PPAR mengurangi
keluarnya asam lemak menuju ke otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin.
Pendapat lain, aktivasi hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah adiponektin.Senyawa ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang
merangsang transport glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak. Jadi agar obat dapat
bekerja harus tersedia insulin.
Selain itu glitazon juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak bebas diplasma dan remodelingjaringan adipose.
Pioglitazon dan rosiglitazon dapat menurunkan HBA1c (1,0-1,5%) dan berkecenderungan
meningkatkan HDL, sedang efeknya pada trigliserid dan LDL bervariasi.
Pada pemberian oral absorpsi tidak dipengaruhi makanan, berlangsung 2 jam.metabolismenya di
hepar, oleh sitokrom P-450 rosiglitazon dimetabolisme oleh isozim 2C8, sedangkan pioglitazon
oleh 2C8 & 3A4. meski demikian, penggunaan rosiglitazon 4 mg 2 x sehari bersama nifedipin ataukontrasepsi oral (etinil estradiol + noretindron) yang juga dimetabolisme isozim 3A4 tidak
menujukkan efek klinik negatif yang berarti.
Ekskresinya melalui ginjal, keduanyadapat diberikan pada insufisiensi renal, tetapi
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi hepar (ALT>2,5 x nilai normal). Meski laporan
hepatotoksik baru ada pada troglitazon, FDA menganjurkan agar pada awal dan setiap 2 bulansekali selama 12 bulan pertama penggunaan kedua preparat diatas dianjurkan pemeriksaan tes
fungsi hepar. Penelitian population pharmacokinetic, menunjukkan bahwa usia tidak
mempengaruhi kinetiknya.
5/20/2018 sekanario 1
20/48
Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respons dengan diet & latihan fisik,
sebagai monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons pada obat
hipoglikemik lain (sulfonilurea, metformin) atau insulin.
Dosis awal rosiglitazon 4 mg, bila dalam 3-4 minggu kontrol glisemia belum adekuat, dosisditingkatkan 8mg/hari, sedangkan pioglitazon dosis awal 15-30mg bila kontrol glisemia belum
adekuat, dosis dapat ditingkatkan sampai 45 mg. Efek klinis maksimalnya tercapai setelahpenggunaan 6-12 minggu.
EFEK SAMPING.
Efek samping antara lain, peningkatan berat badan, edema, menambah volume plasma dan
memperburuk gagal jantung kongestif. Edema sering terjadi pada penggunaannya bersama insulin.Kecuali penyakit hepar, tidak dianjurkan pada gagal jantung kelas 3 dan 4 menurut klasifikasi New
York Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan monoterapi jarang terjadi.
3. PENGHAMBAT ENZIM -GLIKOSIDASE
MEKANISME KERJA.Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida (starch), dekstrin, dan disakarida di
intestin. Dengan menghambat kerja enzim -glikosidase di brush border intestin, dapat mencegahpeningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.
Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek sampinghipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang
glukosa postprandialnya sangat tinggi. Di klinik sering digunakan bersama antidiabetik oral lain
dan/atau insulin.
Obat ini diberikan pada waktu mulai makan; dan absorpsi buruk.
Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba, dan miglitol suatu derivat deseksinojirimisin, secara kompetitif juga menghambat glukoamilase dan sukrase, tetapi efeknya pada -
amilase pankreas lemah. Kedua preparat dapat menurunkan glukosa plasma postprandial pada DM
tipe 1 & 2, dan pada DM tipe 2 dengan hiperglisemia yang hebat dapat menurunkan HbA1c secarabermakna. Pada pasien DM dengan hiperglisemia ringan sampai sedang, hanya dapat mengatasi
hiperglisemia sekitar 30%-50% dibandingkan antidiabetik oral lainnya (dinilai dengan pemeriksaan
HbA1c).
EFEK SAMPING.
Efek samping yang bersifat dose-dependent antara lain: malabsorpsi, flatulen, diare, dan abdominal
bloating. Untuk mengurangi efek samping ini sebaiknya dosis dititrasi, mulai dosis awal 25 mg
pada saat mulai makan untuk selama 4-8 minggu sampai dosis maksimal 75mg setiap tepatsebelum makan. Dosis yang lebih kecil dapat diberikan dengan makanan kecil (snack). Akarbose
paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat, mengandung polisakarida, dengan
sedikit kandungan glukosa dan sukrosa. Bila akarbose diberikan bersama insulin, atau dengangolongan sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik
daripada pemberian sukrose, polisakarida atau maltosa.
OBAT HIPERGLIKEMIK
5/20/2018 sekanario 1
21/48
1.GLUKAGON
MEKANISME KERJA.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hepar dengan jalan merangsang enzim adenilsiklase
dalam pembentukan siklik AMP, kemudian siklik AMP ini mengaktifkan fosforilase, suatu enzim
penting untuk glikogenolisis. Efek glukagon ini hanya terbatas pada hepar saja dan tidak dapatdihambat dengan pemberian adrenoreseptor . Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis. Efek
ini mungkin sekali disebabkan oleh menyusutnya simpanan glikogen dalam hepar, karena dengan
berkurangnya glikogen dalam hepar proses deaminasi dan transaminasi menjadi lebih aktif. Dengan
meningkatnya proses tersebut maka pembentukan kalori juga makin besar. Ternyata efekkalorigenik glukagon hanya dapat timbul bila ada tiroksin dan adrenokortikosteroid.
Sekresi glukagon pankreas meninggi dalam keadaan hipoglikemia dan menurun dalam keadaan
hiperglikemia. Sebagian besar glukagon endigen mengalami metabolisme di hati.
INDIKASI.
Glukagon terutama digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang ditimbulkan oleh insulin.Hormon tersebut dapat diberikan secara IV, IM atau SK dengan dosis 1 mg. Bila dalam 20 menit
setelah pemberian glukagon SK pasien koma hipoglikemik tetapi tidak sadar, maka glukosa IVharus segera diberikan karena mungkin sekali glikogen dalam hepar telah habis atau telah terjadi
kerusakan otak yang menetap.
Glukagon HCl tersedia dalam ampul berisi bubuk 1 dan 10mg.
2.DIAZOKSID
Obat ini memperlihatkan efek hiperglikemia bila diberikan oral dan efek antihipertensi bila
diberikan IV. Sediaan ini meningkatkan kadar glukosa sesuai besarnya dosis dengan menghambatlangsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat penggunaan glukosa dan perifer dan
merangsang langsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat penggunaan glukosa diperifer dan merangsang pembentukan glukosa dalam hepar. Diazoksid digunakan padahiperinsulinisme misalnya pada insulinoma atau hipoglikemia yang sensitif terhadap leusin.
Diazoksid 90% terikat plasma protein dalam darah. Masa paruh bentuk oral 24-36 jam, tetapi
mungkin memanjang pada takar lajak atau pada apsien dengan kerusakan dengan kerusakan fungsi
ginjal. Karena masa paruh yang panjang, diperlukan pengamatan jangka panjang. Takar lajak dapatmenyebabkan hiperglikemia berat, kadang-kadang disertai ketoasidosis atau koma hiperosmolar
tanpa ketosis.
Meskipun diazoksid termasuk golongan tiazid, obat ini meretensi air dan natrium. Diuretik tiazid
meninggikan efek hiperglikemi dan hiperurisemi obat ini. Diazoksid oral menimbulkan potensiasi
efek obat antihipertensi lain, meskipun bila obat ini digunakan sendiri efeknya tidak kuat. Efekhiperglikemi diazoksid dilawan oleh obat penghambat adrenoreseptor . Diazoksid dapat
menimbulkan iritasi saluran cerna, trombositopeni dan netropeni. Diazoksid bersifat teratogenik
pada hewan (kelainan kardiovaskular dan tulang), juga menyebabkan degenerasi sel pankreasfetus sehingga obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
Dosis pada orang dewasa adalah 3-8 mg/kgBB/hari, sedangkan pada anak kecil 8-15
mg/kgBB/hari. Obat ini diberikan dalam dosis terbagi 2-3 x sehari.
5/20/2018 sekanario 1
22/48
TERAPI INSULIN
KLASIFIKASI INSULIN
nis sediaan ufer ula kerja uncak (jam) asa kerja
am)
ombinasi
engan (jam)
erja cepategular solube
ristal)
ispro
osfat
,1-0,7
,25
,5-4
,5-1,5
-8
-5
emua jenis
nte
erja sedang
PH (isophan)ente
osfatsetat
-2-2
-12-12
-24-24
egularenilente
erja panjang
rotamin zincltralente
largin
osfat asetat -6-6
-5
-20-18
-24
-360-36
-24
egular
INDIKASI dan TUJUAN.
Insulin subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi hanya
dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM pascapankreaktomi atau DM dengan kehamilan,
DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan operasi (DMtipe 1 dan 2). Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja untuk
menormalkan glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolisme, dan yang terakhir
inilah umumnya yang suka dicapai. Keadaan mendekati normoglisemia dicapai pada DM
dengan multipel dosis harian insulin atau dengan infusion pump therapy, yang tujuannya mencapaiglukosa darah puasa antara 90-120 mg/dL (5-6,7 mM), glukosa 2 jam postprandial kurang dari 150
mg/dL (8,3 mM). Pada pasien yang kurang disiplin atau kurang patuh terhadap terapi, mungkinperlu dicapai nilai glukosa darah puasa yang lebih tinggi (140 mg/dL atau 7,8 mM) danpostprandial 200 sampai 250 mg/dL atau11,1-13,9 mM.
EFEK SAMPING.
Hipoglikemia, merupakan efek samping paling sering terjadi dan trjadi akibat dosis insulin yang
terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau
karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, misal insufisiensi
adrenal atau pituitary, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.
Reaksi alergi dan resistensi, kadang-kadang reaksi ini terjadi akibat adanya bekuan atau terjadinyadenaturasi preparat insulin, atau kontaminan, atau akibat pasien sensitif terhadap senyawa yang
ditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn2+, protamin, fenol,dll). Reaksi
alergi lokal sering terjadi akibat IgE atau resistensi akibat timbulnya antibodi IgG.
Lipoartrofi dan lipohipertrofi. Lipoartrofi jaringan lemak subkutan ditempat suntikan dapat timbulakibat variant respon imun terhadap insulin; sedangkan lipohipertrofi dimana terjadi penumpukan
lemak subkutan terjadi akibat efek lipogenik insulin yang kadarnya tinggi pada daerah tempat
5/20/2018 sekanario 1
23/48
suntikan. Hal ini diduga akibat adanya kontaminan dalam preparat insulin, dan reaksi lebih jarang
terjadi pada penggunaan insulin, dan reaksi lebih jarang terjadi pada penggunaan insulin yang lebih
murni. Pada kenyataannya lipohipertrofi lebih sering terjadi dengan human insulin apabila pasienyang menyuntikan sendiri pada tempat yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya
absorpsi insulin yang kurang baik atau tidak teratur.
LO.III.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
Penyulit akut
o Ketoasidosis diabetik
o Hiperosmolar non ketotik
o Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi terutama pada usia lanjut yang harus dihindari, karena mengingatkonsekuensinya yang harus dihindari, yang dapat fatal atau menyebabkan kemunduran mental
bermakna pada pasien. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak
keringat, gemetar, rasa lapar.)dan gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurunsampai koma).
Penyulit Menahun
1. Makroangiopati
o Pembuluh darah jantung
o Pembuluh darah tepi
o Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati
o
Pembuluh darah kapiler retina mata
o Pembuluh darah kapiler ginjal.
3. Neuropati
Menjelaskan Kompilikasi Diabetes Melitus
Komplikasi DM:
o Gangguan Integritas Kulit
o Retinopati
o Gagal ginjal
o
Aterosklerosiso Infark miokard
o Stroke
o Koma
o Kematian
5/20/2018 sekanario 1
24/48
LO.III.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Diabetes Melitus Tipe II
Prognosis pada pasien dengan diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh tingkat pengendalianpenyakit mereka. Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan peningkatan resiko komplikasi
mikrovaskuler, seperti yang di tunjukkan dalam Diabetes Control and Complication Trial (DCCT)
pada individu dengan diabetes tipe 1 dan United Kingdom Prospective Diabetes Study ( UKPDS)
pada orang dengan tipe 2 diabetes.
LI.IV Memahami dan Mempelajari Retinopati Diabetik
LO.IV.I Memahami dan Mempelajari Definisi Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah kerusakan progresif pembuluh darah di retina yang disebabkan olehkadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Sebagai komplikasi umum dari diabetes mellitus, penyakit
ini dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan lainnya. Retinopati diabetik terjadi
dalam berbagai bentuk, termasuk retinopati non-proliferatif, makulopati diabetik dan retinopati
proliferatif.
Retinopati non-proliferatif terjadi pada tahap awal penyakit. Kapiler kecil di retina dapat melemah
atau hancur, darah bocor yang kemudian membentuk titik-titik seperti perdarahan. Makulopati
dapat berkembang ketika akumulasi cairan di bagian tengah retina (makula) menyebabkan
penebalan jaringan, pembengkakan (edema makula) dan perdarahan yang luas, menyebabkanpenglihatan kabur, terdistorsi atau berkurang.
5/20/2018 sekanario 1
25/48
Pada tahap selanjutnya, karena arteri tidak berfungsi dengan baik untuk membawa oksigen ke sel-
sel mata, sel-sel retina menjadi iskemik (kekurangan oksigen). Berikutnya, pembuluh-pembuluh
darah baru yang lemah tumbuh (neovaskularisasi). Pertumbuhan pembuluh darah abnormal dapatmenyebabkan bintik-bintik (floater), hemoragi vitreous atau glaukoma. Akhirnya, pembuluh darah
ekstra terus tumbuh, yang juga terus bocor, bekas luka dapat membentuk, dan retina dapat
melepaskan diri dari membran di belakang mata, menyebabkan kebutaan.
LO.IV.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Retinopati Diabetik
. EpidemiologiDiabetes adalah penyakit yang umum terjadi pada negara maju dan menjadi masalah terbesar di
seluruh dunia. Insidens diabetes telah meningkat secara dramatis pada dekade terakhir ini dan
diperkirakan akan meningkat duakali lipat pada dekade berikutnya. Meningkatnya prevalensidiabetes, mengakibatkan meningkat pula komplikasi jangka panjang dari diabetes seperti retinopati,
nefropati, dan neuropati, yang mempunyai dampak besar terhadap
pasien maupun masyarakat.(2)
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasaantara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami
kebutaan dibanding nondiabetes.Resiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat
sejalan dengan lamanya diabetes.Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopatidiabetik hanya ditemukan pada
5/20/2018 sekanario 1
26/48
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor dan sel saraf.Kesehatan dan
aktivitas metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan kapiler retina.Kapiler retina
membentuk jaringan yang menyebar ke seluruh permukaan retina kecuali suatu daerah yangdisebut fovea.Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetik terletak pada kapiler retina
tersebut.Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit,
membrana basalis dan sel endotel.Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yang terdapatpada membrana sel yang terletak diantara keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlahsel perisit dan sel endotel retina adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan
tersebut mencapai 20:1. Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler, mengatur
kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barrier dan transportasi kapiler sertamengendalikan proliferasi endotel.Membran basalis berfungsi sebagai barrier dengan
mempertahankan permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan
erat satu sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari membran basalis membentuk
barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul kecil termasuk bahankontras flouresensi yang digunakan untuk diagnosis penyakit kapiler retina.
1
Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari penebalan membrane
basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel, dimana pada keadaan lanjut, perbandingan antarasel endotel dan sel perisit mencapai 10:1. Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses
dasar yang terjadi di tingkat kapiler yaitu (1) pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, (3) penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi pembuluh darah
baru (neovascular) dan jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi dari jaringan fibrous kapiler danjaringan vitreus. Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan
kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah.1,6
Retinopati diabetik merupakan mikroangiopati okuler akibat gangguan metabolik yangmempengaruhi tiga proses biokimiawi yang berkaitan dengan hiperglikemia yaitu jalur poliol,
glikasi non-enzimatik dan protein kinase C.(1,2)
Jalur Poliol
Hiperglikemik yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan serta akumulasi daripoliol, yaitu suatu senyawa gula dan alkohol, dalam jaringan termasuk di lensa dan saraf optik.
Salah satu sifat dari senyawa poliol adalah tidak dapat melewati membrane basalis sehingga akan
tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Senyawa poliol menyebabkan peningkatantekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel.
(1,2)
Glikasi Nonenzimatik
Glikasi non enzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang terjadi selamahiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi
membentuk radikal bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel.(1,2)
Protein Kinase C
Protein Kinase C diketahui memiliki pengaruh terhadap permeabilitas vaskular, kontraktilitas,
sintesis membrane basalis dan proliferasi sel vaskular.Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKCdi retina dan sel endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yaitu
suatu regulator PKC, dari glukosa.(1,2)
Tabel 3. Hipotesis Mengenai Mekanisme Retinopati Diabetik(1)
ekanisme ara Kerja erapi
ldose reduktase eningkatkan produksi sorbitol,
enyebabkan kerusakan sel.
ldose reduktase
hibitor
5/20/2018 sekanario 1
27/48
flamasi eningkatkan perlekatan leukosit pada
dotel kapiler, hipoksia, kebocoran,ema macula.
spirin
rotein Kinase C engaktifkan VEGF, diaktifkan olehAG pada hiperglikemia.
hibitor terhadap-Isoform
ekanisme ara Kerja erapiitrit Oxide Synthase eningkatkan produksi radikal bebas,
eningkatkan VEGF.mioguanidin
enghambat ekspresi
en
enyebabkan hambatan terhadap jalur
etabolisme sel.
elum ada
poptosis sel perisit
an sel endotel kapiler
tina
enurunan aliran darah ke retina,
eningkatkan hipoksia.
elum ada
EGF eningkat pada hipoksia retina,
enimbulkan kebocoran , edema makula,eovaskular.
otokoagulasi
anretinal
EDF enghambat neovaskularisasi, menurunada hiperglikemia.
duksi produksiEDF oleh genEDF
H dan IGF-I erangsang neovaskularisasi. ipofisektomi, GH-
ceptor blocker,
creotide
PKC= protein kinase C; VEGF= vascular endothel growth factor; DAG= diacylglycerol; ROS=
reactive oxygen species; AGE= advanced glycation end-product; PEDF= pigment-epithelium-
derived factor; GF= growth factor; IGF-I= insulin-like growth factor I.1
ambar 5 : Oklusi Mikrovaskular pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)
Sebagai hasil dari perubahan mikrovaskular tersebut adalah terjadinya oklusi mikrovaskular yangmenyebabkan hipoksia retina.Hilangnya perfusi (nonperfussion) akibat oklusi dan penumpukan
leukosit kemudian menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua
komponen darah.Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasmamelalui endotel yang rusak.Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot.Efek dari hipoksia
retina yaitu arteriovenous shunt.A-V shunt berkaitan dengan oklusi kapiler dari arterioles dan
http://3.bp.blogspot.com/-MECrq5GIoo0/Tt9i4LpSWjI/AAAAAAAADEo/DF_sADLDXGE/s1600/New+Picture+(5).png5/20/2018 sekanario 1
28/48
venules. Inilah yang disebut dengan Intraretinal microvascular abnormalities (IRMA).Selain itu,
dapat ditemukan dot hemorrhage dan vena yang seperti manik-manik.10
ambar 6 : Akibat dari Iskemik Retina pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)
ambar 7 :Intraretinal Microvascular Abnormalities (IRMA), berlokasi di retina superficialrdekatan dengan area non perfusi.
ikutip dari kepustakaan 10)
Hilangnya sel perisit pada hiperglikemia menyebabkan antara lain terganggunya fungsi barrier,
kelemahan dinding kapiler serta meningkatnya tekanan intraluminer kapiler. Kelemahan fisik daridinding kapiler menyebabkan terbentuknya saccular pada dinding pembuluh darah yang dikenaldengan mikroaneurisma yang kemudian bisa menyebabkan kebocoran atau menjadi
thrombus.Konsekuensi dari meningkatnya permeabilitas vaskular Hal ini adalah rusaknya barrier
darah-retina sehingga terjadi kebocoran plasma ke dalam retina yang menimbulkan edemamacula.Edema ini dapat bersifat difus ataupun local.Edema ini tampak sebagai retina yang menebal
dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona eksudat kuning
http://2.bp.blogspot.com/-RrNEeeOw3PY/Tt9kKybZ2sI/AAAAAAAADE4/M2Df4_3NBRQ/s1600/New+Picture+(7).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-uKwCp1Y59gU/Tt9jkfBfeHI/AAAAAAAADEw/oL_o16ifb08/s1600/New+Picture+(6).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-RrNEeeOw3PY/Tt9kKybZ2sI/AAAAAAAADE4/M2Df4_3NBRQ/s1600/New+Picture+(7).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-uKwCp1Y59gU/Tt9jkfBfeHI/AAAAAAAADEw/oL_o16ifb08/s1600/New+Picture+(6).png5/20/2018 sekanario 1
29/48
kaya lemak bentuk bundar (hard exudates) di sekitar mikroaneurisma dan paling sering berpusat di
bagian temporal makula.10
Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik (dothemorrhage) atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson
berorientasi vertical.Perdarahan terjadi akibat kebocoran eritrosit, eksudat terjadi akibat kebocorandan deposisi lipoprotein plasma, sedangkan edema terjadi akibat kebocoran cairan plasma.10,11
ambar 8 : Akibat dari Peningkatan Permeabilitas Vaskular pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)
Pada retina yang iskemik, faktor angiogenik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan
insulin-like growth factor-1 (IGF-1)diproduksi.Faktor-faktor ini menyebabkan pembentukan
pembuluh darah baru pada area preretina dan nervus optik (PDR) serta iris (rubeosisiridis).Neovaskularisasi dapat terjadi pada diskus (NVD) atau dimana saja (NVE).
(10)
ambar 9 : Lokasi NVD dan NVE
http://2.bp.blogspot.com/-LxujpxbXpfE/Tt9lXM5gjXI/AAAAAAAADFM/5TL5ed_n7PI/s1600/New+Picture+(9).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-msVAwg2yLYg/Tt9knLUc-bI/AAAAAAAADFA/82oJ08sGp9E/s1600/New+Picture+(8).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-LxujpxbXpfE/Tt9lXM5gjXI/AAAAAAAADFM/5TL5ed_n7PI/s1600/New+Picture+(9).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-msVAwg2yLYg/Tt9knLUc-bI/AAAAAAAADFA/82oJ08sGp9E/s1600/New+Picture+(8).png5/20/2018 sekanario 1
30/48
ikutip dari kepustakaan 10)
Pembuluh darah baru yang terbentuk hanya terdiri dari satu lapisan sel endotel tanpa sel perisit dan
membrane basalis sehingga bersifat sangat rapuh dan mudah mengalami perdarahan.Pembuluhdarah baru tersebut sangat berbahaya karena bertumbuhnya secara abnormal keluar dari retina dan
meluas sampai ke vitreus, menyebabkan perdarahan disana dan dapat menimbulkan kebutaan.Perdarahan ke dalam vitreus akan menghalangi transmisi cahaya ke dalam mata dan memberipenampakan berupa bercak warna merah, abu-abu, atau hitam pada lapangan penglihatan. Apabila
perdarahan terus berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina. Oleh karena
retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri dari beberapa lapisan sel saja, maka sikatriks dan
jaringan fibrosis yang terjadi dapat menarik retina sampai terlepas sehingga terjadi ablasioretina.
(3,10,11)
Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil pemeriksaan funduskopi.Pemeriksaan dengan
fundal fluorescein angiography (FFA) merupakan metode diagnosis yang paling dipercaya.Namun
dalam klinik, pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat digunakan untuk skrining.Ada banyakklasifikasi retinopati diabetik yang dibuat oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi didasarkan atas
beratnya perubahan mikrovaskular retina dan atau tidak adanya pembentukan pembuluh darah barudi retina.
(1)
Tabel 1 : Klasifikasi Retinopati Diabetik1,8,9
ahap eskripsi
idak ada
tinopati
idak ada tanda-tanda abnormal yang ditemukan pada retina.
englihatan normal.
akulopati ksudat dan perdarahan dalam area macula, dan/atau bukti edema
tina, dan/atau bukti iskemia retina. Penglihatan mungkin
erkurang; mengancam penglihatan.
raproliferatif ukti oklusi (cotton wool spot). Vena menjadi ireguler dan mungkin
rlihat membentuk lingkaran. Penglihatan normal.roliferatif erubahan oklusi menyebabkan pelepasan substansi vasoproliferatif
ari retina yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah baru di
mpeng optik (NVD) atau di tempat lain pada retina (NVE).
englihatan normal, mengancam penglihatan.
ahap eskripsi
anjut erubahan proliferatif dapat menyebabkan perdarahan ke dalam
itreus atau antara vitreus dan retina. Retina juga dapat tertarik dari
itel pigmen di bawahnya oleh proliferasi fibrosa yang berkaitanengan pertumbuhan pembuluh darah baru. Penglihatan berkurang,
ring akut dengan perdarahan vitreus; mengancam penglihatan.
Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research Group (ETDRS) membagi retinopatidiabetik atas nonproliferatif dan proliferatif.Retinopati diabetik digolongkan ke dalam retinopati
diabetik non proliferatif (RDNP) apabila hanya ditemukan perubahan mikrovaskular dalam
retina.Neovaskuler merupakan tanda khas retinopati diabetik proliferatif.1
Tabel 2 : Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS1,8,9
etinopati Diabetik Non-Proliferatif
. etinopati nonproliferatif minimal : terdapat 1 tanda berupa dilatasi vena,
5/20/2018 sekanario 1
31/48
ikroaneurisma, perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras.
. etinopati nonproliferatif ringan sampai sedang : terdapat 1 tanda berupa
ilatasi vena derajat ringan, perdarahan, eksudar keras, eksudat lunak atau
MA.
. etinopati nonproliferatif berat : terdapat 1 tanda berupa perdarahan dan
ikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMAada 1 kuadran.
. etinopati nonproliferatif sangat berat : ditemukan 2 tanda pada retinopati non
roliferative berat.
etinopati Diabetik Proliferatif
. etinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi) : bila ditemukan minimal
danya neovaskular pada diskus (NVD) yang mencakup daerah diskus,
) perdarahan vitreus. Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus
ptikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahn,erupakan dua gambaran yang paling sering ditemukan pada retinopati
roliferatif dengan resiko tinggi.
ambar 4 : Funduskopi pada NPDR. Mikroneurisma, hemorrhages intraretina (kepala panah
rbuka), hard exudates merupakan deposit lipid pada retina (panah), cotton-wool spots
enandakan infark serabut saraf dan eksudat halus (kepala panah hitam). (Dikutip dari
pustakaan 7)
http://4.bp.blogspot.com/--5cKaP4K44Q/Tt9h93iM9vI/AAAAAAAADEY/Ln7jK4BeMHo/s1600/New+Picture+(3).png5/20/2018 sekanario 1
32/48
ambar 5 : Funduskopi pada PDR. Tanda panah menunjukkan adanya preretinalovascularisation (Dikutip dari kepustakaan 7)
LO.IV.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik biasanya asimtomatis untuk jangka waktu yang lama. Hanya pada stadium
akhir dengan adanya keterlibatan macular atau hemorrhages vitreus maka pasien akan menderitakegagalan visual dan buta mendadak. Gejala klinis retinopati diabetik proliferatif dibedakan
menjadi dua yaitu gejala subjektif dan gejala obyektif.1,2,11
-
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :Kesulitan membaca
Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
Penglihatan ganda
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mataMelihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip-
Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan bentuk
berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.
Mikroaneurisma terletak pada lapisan nuclear dalam dan merupakan lesi awal yang dapat dideteksisecara klinis. Mikroaneurisma berupa titik merah yang bulat dan kecil, awalnya tampak pada
temporal dari fovea. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak
dekat mikroaneurisma dipolus posterior.
http://2.bp.blogspot.com/--RatSRTSjTo/Tt9ibqXPjVI/AAAAAAAADEg/5Jd6pmVoNZ0/s1600/New+Picture+(4).png5/20/2018 sekanario 1
33/48
ambar 10 : Mikroaneurisma dan hemorrhagespada backround diabetic retinopathy
ikutip dari kepustakaan 10)
ambar 11 :FA menunjukkan titik hiperlusen yang menunjukkan mikroaneurisma non-trombosis.ikutip dari kepustakaan 10)
Perubahan pembuluh darah berupa dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan
berkelok-kelok sepertisausage-like.
http://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-irZMNiWV-E8/Tt9mx2afkSI/AAAAAAAADFg/0k1NYZGQbnw/s1600/New+Picture+(11).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-irZMNiWV-E8/Tt9mx2afkSI/AAAAAAAADFg/0k1NYZGQbnw/s1600/New+Picture+(11).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).png5/20/2018 sekanario 1
34/48
ambar 12: Dilatasi Vena
ikutip dari kepustakaan 10)
Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannyakhusus yaituiregular, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat
ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu.
Gambar 13 :Hard Exudates
(Dikutip dari kepustakaan 10)
http://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-HecjhCw4VNU/Tt9nw_bCCOI/AAAAAAAADFw/q_alleKP4w8/s1600/New+Picture+(13).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-HecjhCw4VNU/Tt9nw_bCCOI/AAAAAAAADFw/q_alleKP4w8/s1600/New+Picture+(13).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).png5/20/2018 sekanario 1
35/48
ambar 14 : FAHard Exudates menunjukkan hipofluoresens.
ikutip dari kepustakaan 10)
Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada
pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih.
Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.
ambar 15 :Cotton Wool Spotspada oftalmologi dan FAikutip dari kepustakaan 10)
Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula (macula
edema) sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan. Edema retina awalnya terjadi antaralapisan pleksiform luar dan lapisan nucleus dalam.
Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya terletak dipermukaan
jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok, dalam, berkelompok dan ireguler. Mula
mula terletak dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal kemudian ke badankaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina,
perdarahan subhialoid (preretinal) maupun perdarahan badan kaca.
http://3.bp.blogspot.com/-3jcj1sunFEI/Tt9pw20PQCI/AAAAAAAADGI/SzX-AWltQtA/s1600/New+Picture+(15).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-wEAJdbxP5A8/Tt9omhj5iWI/AAAAAAAADF8/otWGn1lUmmU/s1600/New+Picture+(14).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-3jcj1sunFEI/Tt9pw20PQCI/AAAAAAAADGI/SzX-AWltQtA/s1600/New+Picture+(15).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-wEAJdbxP5A8/Tt9omhj5iWI/AAAAAAAADF8/otWGn1lUmmU/s1600/New+Picture+(14).png5/20/2018 sekanario 1
36/48
ambar 16 : NVDsevere dan NVEsevereikutip dari kepustakaan 10)
ambar 17 : Retinopati Diabetik Resiko tinggi yang disertai perdarahan vitreus
ikutip dari kepustakaan 10)
Perbedaan antara NPDR dan PDR1,5,7,10
PDR DR
ikroaneurisma (+) ikroaneurisma (+)
erdarahan intraretina (+) erdarahan intraretina (+)
ard eksudat (+) ard eksudat (+)
http://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-kgMb0ylzs6U/Tt9q_cwvt5I/AAAAAAAADGY/2u98UH1WUmE/s1600/New+Picture+(17).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-kgMb0ylzs6U/Tt9q_cwvt5I/AAAAAAAADGY/2u98UH1WUmE/s1600/New+Picture+(17).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).png5/20/2018 sekanario 1
37/48
edem retina(+) edem retina (+)
otton Wool Spots (+) otton Wool Spots (+)
MA (+) MA(+)
eovaskularisasi (-) eovaskularisasi (+)
erdarahan Vitreous (-) erdarahan Vitreous (+)
elepasan retina secara traksi (-) elepasan retina secara traksi (+)IX. DiagnosisRetinopati diabetik dan berbagai stadiumnya didiagnosis berdasarkan pemeriksaan stereoskopikfundus dengan dilatasi pupil.Oftalmoskopi dan foto funduskopi merupakan gold standard bagi
penyakit ini.Angiografi Fluoresens(FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser
diindikasikan. FA diberikan dengan cara menyuntikkan zat fluorresens secara intravena dankemudian zat tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di fundus.
ambar 18 : Neovaskularisasi retina perifer lebih terlihat jelas dengan angiography daripada
nduskopi.
LO.IV.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Retinopati Diabetik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:1. Indirect of Thalamoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa dapat dilihat dengan alat
indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midirasil.2.Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus, retina dan pembuluh
darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.
3.Foto Fluorescein Angiografi
Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain ditetes medriasil,akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus epitel pigmen retina,
aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFAjuga berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan Khoroid.
4.Foto Koagulasi Laser
Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan jaringan, tujuannya
merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya pembuluh darah,melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek dll.
http://2.bp.blogspot.com/-YtjGhFjbzNo/Tt9rT4YgD9I/AAAAAAAADGg/11LtHNnseTo/s1600/New+Picture+(18).png5/20/2018 sekanario 1
38/48
5.Operasi Vitreoretina,Vitrektomi
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat
pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca yangakan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasio-retina.
Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat
yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan adanya tarikanretina dapat dihindarkan.
Diagnosis BandingDiagnosis banding harus menyingkirkan penyakit vascular retina lainnya, adalah hipertensiveretinopathy.
1,2
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada
populasi yang menderita hipertensi.Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada
kurun ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit ginjal.Tanda-tanda pada retinayang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau
nicking arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape, cotton-wool
spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopatiini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.(13)
Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophtalmology(9,,13)
tadium arakteristik
tadium 0 iada perubahan, a:v = 2:3
tadium I enyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi.
tadium II enyempitan yang jelas dengan kelainan fokal:, Copper wire
teries, Silver wire arteries, Banking sign, Salus sign
tadium III tadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
tadium IV tadium III + papilledema
ambar 20 :A. Funduskopi mata kiri pasien,25 tahun, dengan renal hipertensi memperlihatkan
hite-cotton wool spot, deep focal intraretina periarteriolar transudat (FIPTs), B. Angiogramempelihatkan area non-perfusi. (Dikutip dari kepustakaan9 )
etinopati eskripsi sosiasi sistemik
http://2.bp.blogspot.com/-Ynldlrf0jsU/Tt9vHvDQaQI/AAAAAAAADHM/1aFLWNPXfCM/s1600/New+Picture+(23).png5/20/2018 sekanario 1
39/48
Berdasarka
n
penelitian,telah
dibuat
suatu tabelklasifikasi
retinopati
hipertensitergantung
dari berat
ringannya
tanda-tanda yang
kelihatan pada retina.(13)
Gambar 2.Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal
arterioler (panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada
arterioles (panah putih) (B). (dikutip dari kepustakaan 13)
Gambar 3.Moderate Hypertensive Retinopathy.AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot
(panah hitam) (A).Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih)
(B). (dikutip dari kepustakaan 13)
Gambar 4. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) danpapiledema. (dikutip dari kepustakaan 13)
ild atu atau lebih dari tanda berikut :
enyempitan arteioler menyeluruh atau
kal, AV nicking, dinding arterioler
bih padat (silver-wire)
sosiasi ringan dengan
enyakit stroke, penyakit
ntung koroner dan mortalitas
ardiovaskuler
oderate etinopati mild dengan satu atau lebihnda berikut :
erdarahan retina (blot, dot atau flame-
ape), microaneurysme, cotton-wool,
ard exudates
sosiasi berat denganenyakit stroke, gagal jantung,
sfungsi renal dan mortalitas
ardiovaskuler
ccelerated anda-tanda retinopati moderate
engan edema papil : dapat disertai
engan kebutaan
sosiasi berat dengan
ortalitas dan gagal ginjal
5/20/2018 sekanario 1
40/48
Karakteristik utama pada diabetik retinopati yaitu perubahan parenkim dan vaskuler retina dimana
pada retina ditemukan mikroaneurismata, perdarahannya dalam bentuk bercak dan titik serta edema
sirsinata, adanya edema retina dan gangguan fungsi makula serta vaskularisasi retina dan badankaca.. Sehingga dengan pemeriksaan laboratorium lengkap, funduskopi dan Angiografi fluorescein
akan ditemukan kelainan-kelainan pada retinopati diabetik yang berbeda dengan retinopati
hipertensif diantaranya pada retinopati hipertensif tidak ada mikroaneurisma.Kelainan makula:pada retinopati hipertensif makula menjadi star-shaped, sedangkan pada retinopati diabetikmengalami edema.Kapiler pada retinopati hipertensif menip