48
LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin LO..I.II Memahami dan Mempelajari Biokimia Insulin LI.II Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus LO.II.I Memahami dan Mempelajari Definisi Diabetes Melitus LO.II.II Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Diabetes Melitus LO.II.III Memahami dan Mempelajari Patofi siologi Diabetes Melitus LI.III Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus Tipe II LO.III.I Memahami dan Mempelajari Defis inisi Di abetes Melit us Tipe II LO.III.II Memahami dan Mempelajari Eti ologi dan Epidemiologi Diabetes Melit us Tipe II LO.III.III Memahami dan Mempel ajari Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II LO.III.IV Memahami dan Mempel ajari Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II LO.III.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II LO.III.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II LO.III.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II LO.III.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Diabetes Melitus Tipe II LI.IV Memahami dan Mempelajari Retinopati Diabetik LO.IV.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Retinopati Diabetik LO.IV.II Memahami dan Mempelajari Eti ologi dan Epidemiologi Retinopati Diabetik LO.IV.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Retinopati Diabetik LO.IV.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Retinopati Diabetik LO.IV.V Memahami dan Mempelajari Diagnosi s Retinopati Diabetik LO.IV.VI Memahami dan Mempel ajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Retinopati Diabetik LO.IV.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Retinopati Diabetik LO.IV.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Retinopati Diabetik LI.V Memahami dan Mempelajari Makanan Yang Halal dan Baik Menurut Islam LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin Peranan insulin  Efek pada karbohidrat

sekanario 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sken 1

Citation preview

  • 5/20/2018 sekanario 1

    1/48

    LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin

    LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin

    LO..I.II Memahami dan Mempelajari Biokimia Insulin

    LI.II Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus

    LO.II.I Memahami dan Mempelajari Definisi Diabetes Melitus

    LO.II.II Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Diabetes Melitus

    LO.II.III Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Diabetes Melitus

    LI.III Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Diabetes Melitus Tipe II

    LI.IV Memahami dan Mempelajari Retinopati Diabetik

    LO.IV.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Retinopati Diabetik

    LO.IV.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Retinopati Diabetik

    LO.IV.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Retinopati Diabetik

    LO.IV.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Retinopati Diabetik

    LO.IV.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Retinopati Diabetik

    LO.IV.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Retinopati Diabetik

    LO.IV.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Retinopati Diabetik

    LO.IV.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Retinopati Diabetik

    LI.V Memahami dan Mempelajari Makanan Yang Halal dan Baik Menurut Islam

    LI.I Memahami dan Mempelajari Insulin

    LO.I.I Memahami dan Mempelajari Fisiologi Insulin

    Peranan insulin

    Efek pada karbohidrat

  • 5/20/2018 sekanario 1

    2/48

    Insulin memilik 4 efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan menigkatkan penyimpanan

    karbohidrat :

    oInsulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel. Beberapa jaringan yang tidak bergantungpada insulin untuk meyerap glukosa yaitu otak,otot yang aktif dan hati

    oInsulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa baik di otot maupun dihati

    o

    Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambatpenguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan menurunkan penguraianglukosa dalam hati

    oInsulin menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis,

    perubahan asam amino menjadi glukosa di hati.Insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan penyerapan glukosa dari

    darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel., secara simultan menghambat mekanisme yang

    digunakan oleh hati untuk mengeluarkan glukosa baru dalam darah. Insulin adalah satu satunya

    hormon yang menurunkan kadar glukosa darah.

    Efek pada lemakInsulin efeknya menurunkan kadar asam lemak darah dan membentuk simpanan trigliserida :

    o

    Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa. Glukosa berfungsisebagai prekursor untuk pembentukan assm lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untukmembentuk trigliserida.

    oInsulin meningkatkan enzim enzim yang mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari turunan

    glukosa

    oInsulin meningkatkan masuknya asam asam lemak dari daeah ke dalam se jaringan adiposa.

    oInsulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), sehingga terjadi penurunan pengeluaran asam

    lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah.

    Efek pada protein

    Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein :

    oInsulin mendorong transportasi aktif asam asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan

    lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menghasilkan bahan pembangununtuk sintesis protein dalam sel.

    oInsulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein dengan

    merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel.

    oInsulin menghambat penguraian protein.

    oFaktor yang mempengaruhi sekresi insulin

    Peningkatan kadar glukosa darah, seperti setelah penyerapan makanan,secara langsung merangsang

    sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel beta. Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah di bawahnormal, seperti pada puasa, secara langsung menghambat sekrresi insulin. Selain konsentrasi

    glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam mengatur sekresi insulin :

    Peningkatan kadar asam amino plasma,setelah memakan makanan tinggi protein, secara

    langsung merangsang sel beta untuk meningkatkan sekresi insulin. Melalui mekanisme umpanbalik negatif, peningkatan insulin tersebut meningkatkan masuknya asam asam amino tersebut kedalam sel,sehingga kadar asam amino dalam darah menurun sementara sintesis protein meningkat.

    Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respons terhadapadanya makanan, terutama gastric inhibitory peptide, merangsang sekresi insulin pankreas selain

    memiliki efek regulatorik langsung pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini, sekresi insulinmeningkat secara feedforward atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang

    meningkatkan kadar glukosa darah dan asam amino dalam darah.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    3/48

    Sistem saraf otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulau pulau langerhans

    dipersyarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis dan simpatis. Peningkatan aktivitas parasimpatis

    yang terjadi sebagai respons terhadap makanan dalam saluran pencernaan merangsangpengerluaran insulin. Sebaliknya, stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan

    menghambat sekresi insulin, penurunan insulin meningkatkan kadar glukosa darah, suatu respons

    yang sesuai untuk keadaan keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatis yaitu, stress danolahraga.

    LO..I.II Memahami dan Mempelajari Biokimia Insulin

    Sel-sel beta pankreas mempunyaisejumlah besar pengangkut glukosa (GLUT-2) yang memungkinkan terjadinya ambilan glukosa

    dengan kecepatan yang sebanding dengan nilai kisaran fisiologis konsentrasi glukosa dalam darah.

    Begitu berada di dalam sel, glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat oleh glukokinase.

    Langkah ini menjadi penentu kecepatan metabolisme glukosa di sel beta dan dianggap sebagaimekanisme utama untuk mendeteksi glukosa dna menyesuaikan jumlah insulin yang disekresikan

    dengan kadar glukosa darah. Glukosa-6fosfatase selanjutnya dioksidasi untuk membentuk

    adenosine trifosfat (ATP) yang menghambat kanal kalium yang peka-ATP di sel. Penutupan kanalkalium akan mendepolarisasikan membrane sel sehingga akan membuka kanal natrium bergerbang

    voltase, yang sensitive terhadap perubahan voltase membrane. Keadaan ini akan menimbulkan

    aliran masuk kalsium yang merangsang penggabungan vesikel yang berisi insulin denganmembrane sel dan sekresi insulin ke dalam cairan ekstrasel melalui eksositosis.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    4/48

    LI.II Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus

    LO.II.I Memahami dan Mempelajari Definisi Diabetes Melitus

    Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes mellitus merupakan suatu

    kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

    sekresi insulin,kerja insulin,atau kedua-duanya.LO.II.II Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Diabetes Melitus

    1.Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel beta,

    umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)

    Melalui proses imunologikBentuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung insulin, biasanya

    disebut sebagai juvenile onset diabetes. Hal ini disebabkan karena adanya destruksi sel betapankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas bervariasi, kadang-kadang cepat pada

    suatu individu dan kadang-kadang lambat pada individu yang lain.

    Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah terjadi ketoasidosis. Pada diabetes tipe ini

    terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Sebagai marker terjadinya

    destruksi sel beta pankreas adalah autoantibodi sel pulau langerhans dan atau aoutoantibodi insulin

    dan autoantibodi asam glutamate dekarboksilase sekitar 85-90 % terdeteksi pada diabet tipe ini.

    Diabetes melitus autoimun ini terjadi akibat pengaruh genetik dan faktor lingkungan.b. Idiopatik

    Terdapat beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak diketahui. Hanya beberapa pasien yangdiketahui mengalami insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya ketoasidosis tetapi bukan

    dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh individu asal afrika dan asia. DM

    tipe 1 merupakan bentuk DM parah yang sangat lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang

    kandang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang nonobesitas dan mereka yang berusialanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan

    katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma

    meningkat dan selsel pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu

    diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, menurunkan

    hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Karam, 2002). Gejala penderita DM tipe1 termasuk peningkatan ekskresi urin poliuria), rasa haus (polidipsia), lapar, berat badan turun,

    pandangan terganggu, lelah, dan gejala ini dapat terjadi sewaktuwaktu (tibatiba) (WHO, 2008).2.Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus (bervariasi mulai dari

    predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan

    sekresi insulin bersama resistensi insulin)

    Pada penderita Diabet Mellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa

    glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnyakemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

    menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin ( reseptor insulinsudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan

    defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin padarangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

    mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset diabetes mellitus tipe ini perlahan lahan

    karena itu gejalanya tidak terlihat ( asimtomatik ). Adanya resistensi yang terjadi perlahan lahanakan mengakibatkan pula kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan berkurang. Oleh karena itu,

  • 5/20/2018 sekanario 1

    5/48

    diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi karena

    ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat antibiotik oral.

    DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa.Sirkulasi insulin endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara relatif tidakmencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin, merupakan faktor risiko

    yang biasa terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe 2 bertubuh gemuk.Selain terjadinya penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel pankreas terhadap glukosa (Karam, 2002). Gejala DM tipe 2 mirip dengan tipe 1, hanya dengan

    gejala yang samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadangkadang komplikasi dapat

    terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan anakanak yang obesitas.

    3.Diabetes Melitus Tipe Lain

    Defek genetik fungsi sel beta (MODY Maturity Onset Diabetes of the Young): Kromosom

    12, HNF-1 Kromosom 7, glukokinase Kromosom 20,HNF-4 Kromosom 13, insulin

    promoter factor Kromosom `17, HNF-1 Kromosom 2, Neuro D1 DNA Mitokondria

    Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A, leprechaunism, Sindrom Rabson Medenhall,diabetes lipoatropik

    Penyakit Eksokrin Pankreas (suatu kelenjar yang mengeluarkan hasil produksinya melalui

    pembuluh), yaitu : Pankreatitis (radang pada pankreas) Trauma/pankreatektomi (pankreas telah

    diangkat)Neoplasma Fibrosis kistik Hemokromatosis Pankreatopati Fibro kalkulus (adanya

    jaringan ikat dan batu pada pankreas)

    Endokrinopati : Akromegali (terlampau banyak hormon pertumbuhan) Sindrom cushing

    (terlampau banyak produksi kortikosteroid dalam tubuh) Feokromositma (tumor anbak ginjal)

    Hipertiroidisme Somasostatinoma Aldostreroma

    Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,

    diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa

    Infeksi : Rubella Kongenital

    Sebab imunologi yang jarang : antibodi, antiiinsulin (tubuh menhasilkan zat anti terhadap insulin

    sehingga insulin tidak dapat bekerja memasukkan glugosa ke dalam sel)

    Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom

    turner, sindrom Wolframs.

    4.Diabetes Melitus Gestasional

    DM ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang

    belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar gula yang tinggi ketika hamil

    dikatakan menderita DM gestationalPada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selamamasa kehamilan. Artinya kondisi intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,

    biasanya pada semester kedua dan ketiga dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah

    melahirkan. Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal(sekitar waktu melahirkan) dan sang ibu memiliki resiko untuk menderita penyakit DM yang lebihbesar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes tipe ini merupakan intoleransi

    karbohidrat akibat terjadinya hiperglikemia dengan berbagai keparahan dengan serangan atau

    pengenalan awal selama masa kehamilan.

    Pada wanita hamil, jumlah hormon estrogen yang dimiliki lebih banyak daripada wanita normalkarena plasenta juga menghasilkan estrogen yang bekerja secara simpatis sehingga secara tidak

    langsung menghambat pengeluaran insulin (sehingga terjadi resistensi insulin), mengakibatkan

  • 5/20/2018 sekanario 1

    6/48

    aktivasi glukagon untuk memecah glikogen yang menyebabkan kadar gula darah pada wanita hamil

    meningkat. Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk menghasilkan insulin

    sebanyak 3 kali dari normal. DM gestational terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat danmenggunakan seluruh insulin yang digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak

    dihantarkan ke jaringan untuk dirubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam darah

    yang disebut dengan hiperglikemia (Anonim, 2009). Faktor risiko nya adalah usia tua, etnik,obesitas, multiparitas,riwayat keluarga dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes

    gestational terjadi pada 35% wanita hamil (Anonim, 2009). Mekanisme DM gestational belumdiketahui secara pasti. Seseorang diakatakan menderita Diabetes Melitus Gestasional apabila 2atau lebih nilai berikutr ditemukan atau dilampaui sesudah pemberian 75 g glukosa oral

    Puasa 105 mg/dl

    1 jam 190 mg/dl

    2 jam 165 mg/dl

    3 jam 145 mg/dl

    5.PraDiabetes

    Pradiabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang menjadi DM tipe 2. Penyakit ini

    ditandai dengan naiknya KGD melebihi normal tetapi belum cukup tinggi untuk dikatakan DM. DiAmerika Serikat 57 juta orang menderita pradiabetes. Penelitian belakangan ini menunjukkan

    bahwa beberapa kerusakan jangka panjang khususnya pada jantung dan sistem sirkulasi,

    kemungkinan sudah terjadi pada pradiabetes, untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan dietnutrisi dan latihan fisik (Anonim, 2009).

    Klasifiaksi DM menurut WHO tahun 1985 :1.Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

    Pada jenis ini terdapat reaksi auto imun yang disebabkan karena pandangan pada sel beta

    pankreasyang disebut ICA (Islet Cell Antobody). Reaksi ini dapat menimbulkan kerusakan pda sel

    beta.2.Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

    3.

    Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM)Diabetes ini disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai defisiensi protein yang kronik yangberlangsung dalam jangka waktu yang lama.

    1.Diabetes Gestasional

    2.Diabetes tipe lainDiebetes ini berhubungan dengan keadaan atau siindroma ini:

    Penyakit pankreas

    Penyakit hormonal

    Kanker

    Sindrom genetik tertentu

    Sirosis hepatis

    Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :70) antara lain :1.Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1

    Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA

    (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung

    ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadikarena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di

    pankreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.

    2.Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2

  • 5/20/2018 sekanario 1

    7/48

    Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan

    penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat

    hiperglikemik selama stres.3.Diabetes melitus tipe lain

    DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena

    penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal, alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptorinsulin, sindrom genetik tertentu.4.Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)

    Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.

    5.Gestational Diabetes Melitus ( GDM )Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan

    metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta

    persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin

    meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal.Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka

    mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,

    progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin padasel sehingga mengurangi aktivitas insulin.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    8/48

    LO.II.III Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Diabetes Melitus

  • 5/20/2018 sekanario 1

    9/48

    LI.III Memahami dan Mempelajari Diabetes Melitus Tipe II

    LO.III.I Memahami dan Mempelajari Defisinisi Diabetes Melitus Tipe II

    Diabetes tipe II adalah Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin DependentDiabetes

    Mellitus[NIDDM]), terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau

    akibat penurunan jumlah produksi insulin.LO.III.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe II

    Etiologi

    Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung

    Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel ? dan resistensi insulin. Resistensi insulin

    adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer

    dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ? tidak mampu mengimbangi resistensiinsulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari

    berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama

    bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ? pankreas mengalami desensitisasi terhadap

    glukosa

    Epidemiologi

    Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderitaDiabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat,

    dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4%

    dari populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama tipe 2) terjadi dinegara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari

    tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan Western-style yang tidak sehat. Di

    Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417

    responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5%

    mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak

    terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, danlebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan

    angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %,

    sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal

    yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnyaaktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

    LO.III.III Memahami dan Mempelajari Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II

    Diabetes Melitus

    Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama

    akibat kurangnya insulin berikut:

    1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi

    glukosa darah setinggi 3001200 mg/dl.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    10/48

    2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya

    metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh

    darah.

    3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

    Pasien pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa

    plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang

    melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml ), akantimbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.

    Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan

    sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbulpolidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan

    protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah

    astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang

    disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan

    karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalanmembran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

    Patogenesis DM tipe II

    Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin, yaitu :

    resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptorkhusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel

    resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan

    demikian insuliin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa olehjaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus

    terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu,

    keadaan ini ter-jadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankanpada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan

    kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Pada DM

    tipe II, kelainan terletak di beberapa tempat : Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup, tetapi

  • 5/20/2018 sekanario 1

    11/48

    terdapat keterlambatan, sehingga glukosa sudah diabsorpsi masuk darah tapi insulin belum

    memadai, Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000 30.000); pada obesitas

    bahkan hanya sekitar 20.000,Jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulintidak efektif, Terdapat kelainan di pasca reseptor, sehingga proses glikolisis intra seluler

    terganggu,Adanya kelainan campuran di antara no 1,2,3 dan 4. Pada DM Tipe 2 jumlah insulin

    normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan selkurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Padakeadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)

    banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan

    sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan meningkat.Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2

    disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut

    resistensi insulin.

    Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)

    2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

    3. Kurang gerak badan4. Faktor keturunan (herediter)

    Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin abnormal dan

    resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga fase normalitas. Pertama glukosa

    plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi urin karena kadar insulin meningkat. Kedua,resistensi insulin cenderung menurun sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak

    intoleransi glukosa bentuk hiperglikemia. Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal,

    malah mungkin banyak, tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian,pada DM tipe 2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau normal.

    Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya tidak begitu

    jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan : Baik pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam

    darah melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.

    LO.III.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II

    Poliuri (banyak kencing)Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap

    ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan

    dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

    Polidipsi (banyak minum)Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,

    sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

    Polipagi (banyak makan)Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehinggauntuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja

    makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

    Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama

    mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus

    merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh

  • 5/20/2018 sekanario 1

    12/48

    termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak

    makan akan tetap kurus.

    Mata kaburHal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosasarbitol fruktasi) yang disebabkan karenainsufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan

    pembentukan katarak.

    LO.III.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan fisik lengkap, termasuk :1.Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang

    2.Tanda neuropati

    3.Mata ( visus, lensa mata dan retina )

    4.Gigi dan mulut5.Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan kuku.

    6.

    Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan pemeriksaan

    neurologis7.Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain

    8.Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop

    Pemeriksaan penunjang, termasuk :

    1.Glukosa darah sewaktu

    cek GDS2.Kadar glukosa darah puasa

    3.Tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar

    Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

    Untuk mengetahui adanya risiko DM atau tidak perlu digunakan pemeriksaan dengan salah satu

    faktor risiko untuk DM, yaitu :

    kelompok usia ( > 45 tahun )

  • 5/20/2018 sekanario 1

    13/48

    usia lebih muda, dengan IMT (indeks masa tubuh) > 23 (kg/m2)} yang disertai factor risiko :

    otekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)

    oturunan pertama dari orangtua dengan DM

    oriwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram

    oriwayat DM pada kehamilan

    o

    dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dlopernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu).

    4.Test benedict

    5.Rothera test

    Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents, danamonium hidroxida pekat

    Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang

    mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak ditangani.

    Zat zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuh karena glukosatidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh melakukan

    mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam asetattersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak.

    LO 4.7 Diagnosis & diagnosis banding

    Diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya

    atas glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang

    diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkanadalah pemeriksaan glukosa dengan enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk

    memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa dilakukan di laboratorium klinik terpecaya.

    Walaupun demikian sesuai kondisi stempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood),

    vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuaipembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperika glukosa darah kapiler.

    Pemeriksaan Penyaring

    Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan

    pada pasien yang menunjukkan gejal/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk

    mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang punya resiko DM. Serangkaian uji diagnostikakan dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk

    memastikan diagnosis definitif.Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah

    satu resiko DM sebagai berikut:

    a) Usia >45 tahun.

    b)

    Berat badan lebih : BBR> 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.c) Hipertensi ( 140/90 mmHg).

    d) Riwayat DM da;am garis ketunan.

    e) Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi >4000 gram.f) Kolestrol HDL 35 mg/dl dan atau triglisera 250 mg/dl.

    Catatan: Untuk kelompok resiko tinggi hasil pemeriksaan penyaringnya negatif, pemeriksaan

    penyaaring ulangan dilakukan tiap tahun; sedangkan bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa

  • 5/20/2018 sekanario 1

    14/48

    faktor resiko, pemeriksaan penyaringnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pemeriksaan penyaring

    yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk umumnya (mass screening) tidak dianjurkan

    karena disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada.Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain

    (genral check up) adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut

    sangat dianjurkan. Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT, dan GDPT,sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPTmerupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahunkemudian 1/3 kelompok TGT akan

    berkembang menjadi DM, 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainnya akan tetap normal. Adanya TGT sering

    berkaitan dengan insulin. Pada kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggidibanding kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan

    dislipidemia. Peran aktif pada pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat

    ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan primer dan sekunder dapat segera diterapkan.

    Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ataukadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)

    standar.

    Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

    ukan DM elum pasti DM M

    adar glukosa darah

    waktu

    lasma vena 110 10-199 200

    arah kapiler 90 0-199 200

    adar glukosa darah puasa lasma vena 110 10-125 126

    arah kapiler 90 0-109 110

    Langkah Untuk Menegakkan Diagnosis Diabetes Melitus dan Gangguan Toleransi Glukosa

    Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas berupa poliuria, polidipsia,

    polifagia dan penrunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yangmungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi

    pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu

    200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas

    DM, hasi pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup untuk

    menegakan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angkaabnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl

    pada hari yang lain, atau dari tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah

    pasca pembebanan 200 mg/dl.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    15/48

    GDP 126

  • 5/20/2018 sekanario 1

    16/48

    LO.III.VI Memahami dan Mempelajari Penatalaksanaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II

    1. GOLONGAN SULFONILUREA

    MEKANISME KERJA.

    Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretstogues, kerjanya merangsang sekresi insulin

    dari granul sel-sel Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-

    sensitive K channel pada membrane sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membrane dankeadaan ini akan membuka kanal Ca. dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-

    sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang

    ekuivalen dengan peptida C. kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

    Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.

    FARMAKOKINETIK.

    Berbagai sulfonylurea mempunyai sifat kinetic berbeda, tetapi absorpsi melalui saluran cernacukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi. Untuk mencapai

    kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%-99% terikat protein plasma terutama

    albumin; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid. Masa paruhdan metabolisme sulfonylurea generasi I sangat bervariasi. Masa paruh asetoheksamin pendek

    tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama

    dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya sediaaan ini diberikan dengan dosis terbagi. Sekitar10% dari metabolitnya diekskresi melalui empedu dan keluar bersama tinja. Klorpropamid dalam

    darah terikat albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam, efeknya masih terlihat beberapa hari

    setelah obet dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20% diekskresi utuh di urin. Mula

    kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah sekitar 91-96% tolbutamidterikat protein plasma, dan di hepar di ubah menjadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui

    ginjal.

    Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain; efeknya pada glukosa darah belum nyata untuk

    beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam, di hepar di ubah menjadi p-karboksitolazamid, 4-hidroksimetitolazamid dan senyawa lain, yang diantaranya memiliki sifat

    hipoglikemik cukup kuat.

    Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100 kali lebih besar dari

    generasi I. Meski masa paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung12-24 jam, sering cukup diberikan 1 kali sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini,

    memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.

    Glibizid, absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat protein plasma,

    potensinya 100 kali lebih kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengansulfonilurea lain, metabolismenya di hepar, menjadi metabolit yang tidak aktif, sekitar 10%diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh.

    Gliburid (glibenklamid) potensinya 200 x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.

    Metabolismrnya di ahepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25% metabolitnya diekskresi

    melalui urun, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dansekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama 1,5 tahun.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    17/48

    Karena semua sulfonilurea di metabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak

    boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.

    EFEK SAMPING.

    Insidens efek samping generasi I sekitar 4%, insidensnya lebih rendah lagi untuk generasi II.

    Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.reaksi ini lebih sering terjadi pada pasienusia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang menggunakan sediaan dengan

    masa kerja panjang. Efek samping lain,reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare,

    gejala hematologi, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya.

    Gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat bersama

    makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gejala sususnan saraf pusat berupa vertigo,bingung, atraksia dan sebagainya. Gejala hematologik al. Leukopenia dan agranulositosis. Efek

    samping lain gejala hipotiroidisme, ikterus obstruktuf, yang bersifat sementara dan lebih sering

    timbul akibat klorpropamid (0,4%). Berkuarngnya toleransi terhadap alkohol juga telah dilaporkan

    pada pemakaian tolbutamid dan klorpropamid.

    Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak makan cukup ataudengan gangguan fungsi hepar dan/atau ginjal. Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua

    disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang.

    Selain itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tandaakut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma.

    Penurunan kecepatan ekskresi klo, propamid dapat meningkatkan hipoglikemia.

    INDIKASI.

    Memilih sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi. Yang

    menentukan bukanlah umur pasien waktu terapi dimulai, tetapi usia pasien waktu penyakit DMmulai timbul. Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai timbul

    pada usia diatas 40 tahun. Sebelum menentukan keharusan penggunaan sulfonilurea, selalu harusdipertimbangkan kemungkinan mengatasi hiperglikemia dengan hanya mengatur diet serta

    mengurangi berat badan pasien.

    Kegagalan pasien dengan salah satu derivat sulfonilurea, mungkin juga disebabkan oleh perubahanfarmakokinetik obat, misal penghancuran yang terlalu cepat. Obat hasil terapi yang baik tidak dapat

    dipertahankan dengan dosis 0.5 g klorpropamid, 0.75 g tolazamid, sebaiknya dosis jangan ditambah

    lagi.

    Selama terapi, pemeriksaan fisik dan laboratorium harus tetap dilakukan secara teratur. Pada

    keadaan yang gawat seperti stres, komplikasi, infeksi dan pembedahan, insulin tetap merupakanterapi standar.

    1.1. MEGLITINID

    Repaglinid dan nateglinid

    Merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur

    kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang

    ATP-independent di sel pankreas.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    18/48

    Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa

    paruhnya 1 jam, karena harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolisme

    utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di ginjal. Pada pasiendengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati. Efek samping

    utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.

    1.2. BIGUANID

    Sebenarnya dikenal 3 golongan ADO dari golongan biguanid : fenformin, buformin, dan

    metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis

    laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin.

    MEKANISME KERJA.

    Biguanid tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkanhipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa dihepar dan menungkatkan sensitivitas

    jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel

    (AMP-activated protein kinase). Meski masih kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa

    hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis.Preparat ini tidak mempunyai efek yang berarti pada sekresi glukagon, kortisol, hormon

    pertumbuhan, dan somatostatin.

    Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada pasien

    diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belumjelas pula; pada orang nondiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar

    glukosa darah.

    Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma,

    ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam.

    Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan (maintenance dose) 3 x 500 mg, dosismaksimal 2,5 g. Obat diminum pada waktu makan. Pasien DM yang tidak memberikan respondengan sulfonilurea dapat diatasi dengan metformin, atau dapat pula diberikan sebagai terapi

    kombinasi dengan insulin atau sulfonylurea.

    EFEK SAMPING.

    Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami : mual; muntah, diare serta kecap logam

    (metalic taste); tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang. Padabeberapa pasien yang mutlak bergantung insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan

    ketosis yang tidak disertai dengan hiperglikemia (starvation ketosis). Hal ini harus dibedakan

    dengan ketosis karena defisiensi insulin.

    Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem kardiovaskular, pemberian biguanid dapat

    menimbulkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal ini dapat mengganggukeseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.

    INDIKASI.

    Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan digunakan pada terapi

    diabetes dewasa.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    19/48

    Dari berbagai derivat biguanid, data fenformin yang paling banyak terkumpul tetapi sediaan ini kini

    dilarang dipasarkan di Indonesia karena bahaya asidosis laktat yang mungkin ditimbulkannya. Di

    Eropa fenformin digantikan dengan metformin yang kerjanya serupa fenformin tetapi diduga lebihsedikit menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin ialah 1-3 gram sehari dibagi dalam 2 atau 3

    kali pemberian.

    KONTRA INDIKASI.

    Biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal

    dengan uremia dan penyakit jantung kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik. Pada

    pasien yang akan diberi zat kontras intravena atau yang akan di operasi, pemberian obat inisebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam, biguanid baru boleh diberikan dengan

    catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk mencegah terbentuknya laktat yang

    berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat asidosis laktat. Insidens asidosis akibat metformin

    kurang dari 0.1 kasus per 1000patient-years, dan mortalitasnyalebih rendah lagi.

    2. GOLONGAN TIAZOLIDINEDION

    MEKANISME KERJA.

    Tiazolidinedion merupakan agonist potent dan selektif PPAR, mengaktifkan PPAR membentuk

    kompleks PPAR-RXR dan terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adiposa PPAR mengurangi

    keluarnya asam lemak menuju ke otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin.

    Pendapat lain, aktivasi hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah adiponektin.Senyawa ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang

    merangsang transport glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak. Jadi agar obat dapat

    bekerja harus tersedia insulin.

    Selain itu glitazon juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak bebas diplasma dan remodelingjaringan adipose.

    Pioglitazon dan rosiglitazon dapat menurunkan HBA1c (1,0-1,5%) dan berkecenderungan

    meningkatkan HDL, sedang efeknya pada trigliserid dan LDL bervariasi.

    Pada pemberian oral absorpsi tidak dipengaruhi makanan, berlangsung 2 jam.metabolismenya di

    hepar, oleh sitokrom P-450 rosiglitazon dimetabolisme oleh isozim 2C8, sedangkan pioglitazon

    oleh 2C8 & 3A4. meski demikian, penggunaan rosiglitazon 4 mg 2 x sehari bersama nifedipin ataukontrasepsi oral (etinil estradiol + noretindron) yang juga dimetabolisme isozim 3A4 tidak

    menujukkan efek klinik negatif yang berarti.

    Ekskresinya melalui ginjal, keduanyadapat diberikan pada insufisiensi renal, tetapi

    dikontraindikasikan pada gangguan fungsi hepar (ALT>2,5 x nilai normal). Meski laporan

    hepatotoksik baru ada pada troglitazon, FDA menganjurkan agar pada awal dan setiap 2 bulansekali selama 12 bulan pertama penggunaan kedua preparat diatas dianjurkan pemeriksaan tes

    fungsi hepar. Penelitian population pharmacokinetic, menunjukkan bahwa usia tidak

    mempengaruhi kinetiknya.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    20/48

    Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respons dengan diet & latihan fisik,

    sebagai monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons pada obat

    hipoglikemik lain (sulfonilurea, metformin) atau insulin.

    Dosis awal rosiglitazon 4 mg, bila dalam 3-4 minggu kontrol glisemia belum adekuat, dosisditingkatkan 8mg/hari, sedangkan pioglitazon dosis awal 15-30mg bila kontrol glisemia belum

    adekuat, dosis dapat ditingkatkan sampai 45 mg. Efek klinis maksimalnya tercapai setelahpenggunaan 6-12 minggu.

    EFEK SAMPING.

    Efek samping antara lain, peningkatan berat badan, edema, menambah volume plasma dan

    memperburuk gagal jantung kongestif. Edema sering terjadi pada penggunaannya bersama insulin.Kecuali penyakit hepar, tidak dianjurkan pada gagal jantung kelas 3 dan 4 menurut klasifikasi New

    York Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan monoterapi jarang terjadi.

    3. PENGHAMBAT ENZIM -GLIKOSIDASE

    MEKANISME KERJA.Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida (starch), dekstrin, dan disakarida di

    intestin. Dengan menghambat kerja enzim -glikosidase di brush border intestin, dapat mencegahpeningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.

    Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek sampinghipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang

    glukosa postprandialnya sangat tinggi. Di klinik sering digunakan bersama antidiabetik oral lain

    dan/atau insulin.

    Obat ini diberikan pada waktu mulai makan; dan absorpsi buruk.

    Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba, dan miglitol suatu derivat deseksinojirimisin, secara kompetitif juga menghambat glukoamilase dan sukrase, tetapi efeknya pada -

    amilase pankreas lemah. Kedua preparat dapat menurunkan glukosa plasma postprandial pada DM

    tipe 1 & 2, dan pada DM tipe 2 dengan hiperglisemia yang hebat dapat menurunkan HbA1c secarabermakna. Pada pasien DM dengan hiperglisemia ringan sampai sedang, hanya dapat mengatasi

    hiperglisemia sekitar 30%-50% dibandingkan antidiabetik oral lainnya (dinilai dengan pemeriksaan

    HbA1c).

    EFEK SAMPING.

    Efek samping yang bersifat dose-dependent antara lain: malabsorpsi, flatulen, diare, dan abdominal

    bloating. Untuk mengurangi efek samping ini sebaiknya dosis dititrasi, mulai dosis awal 25 mg

    pada saat mulai makan untuk selama 4-8 minggu sampai dosis maksimal 75mg setiap tepatsebelum makan. Dosis yang lebih kecil dapat diberikan dengan makanan kecil (snack). Akarbose

    paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat, mengandung polisakarida, dengan

    sedikit kandungan glukosa dan sukrosa. Bila akarbose diberikan bersama insulin, atau dengangolongan sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik

    daripada pemberian sukrose, polisakarida atau maltosa.

    OBAT HIPERGLIKEMIK

  • 5/20/2018 sekanario 1

    21/48

    1.GLUKAGON

    MEKANISME KERJA.

    Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hepar dengan jalan merangsang enzim adenilsiklase

    dalam pembentukan siklik AMP, kemudian siklik AMP ini mengaktifkan fosforilase, suatu enzim

    penting untuk glikogenolisis. Efek glukagon ini hanya terbatas pada hepar saja dan tidak dapatdihambat dengan pemberian adrenoreseptor . Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis. Efek

    ini mungkin sekali disebabkan oleh menyusutnya simpanan glikogen dalam hepar, karena dengan

    berkurangnya glikogen dalam hepar proses deaminasi dan transaminasi menjadi lebih aktif. Dengan

    meningkatnya proses tersebut maka pembentukan kalori juga makin besar. Ternyata efekkalorigenik glukagon hanya dapat timbul bila ada tiroksin dan adrenokortikosteroid.

    Sekresi glukagon pankreas meninggi dalam keadaan hipoglikemia dan menurun dalam keadaan

    hiperglikemia. Sebagian besar glukagon endigen mengalami metabolisme di hati.

    INDIKASI.

    Glukagon terutama digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang ditimbulkan oleh insulin.Hormon tersebut dapat diberikan secara IV, IM atau SK dengan dosis 1 mg. Bila dalam 20 menit

    setelah pemberian glukagon SK pasien koma hipoglikemik tetapi tidak sadar, maka glukosa IVharus segera diberikan karena mungkin sekali glikogen dalam hepar telah habis atau telah terjadi

    kerusakan otak yang menetap.

    Glukagon HCl tersedia dalam ampul berisi bubuk 1 dan 10mg.

    2.DIAZOKSID

    Obat ini memperlihatkan efek hiperglikemia bila diberikan oral dan efek antihipertensi bila

    diberikan IV. Sediaan ini meningkatkan kadar glukosa sesuai besarnya dosis dengan menghambatlangsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat penggunaan glukosa dan perifer dan

    merangsang langsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat penggunaan glukosa diperifer dan merangsang pembentukan glukosa dalam hepar. Diazoksid digunakan padahiperinsulinisme misalnya pada insulinoma atau hipoglikemia yang sensitif terhadap leusin.

    Diazoksid 90% terikat plasma protein dalam darah. Masa paruh bentuk oral 24-36 jam, tetapi

    mungkin memanjang pada takar lajak atau pada apsien dengan kerusakan dengan kerusakan fungsi

    ginjal. Karena masa paruh yang panjang, diperlukan pengamatan jangka panjang. Takar lajak dapatmenyebabkan hiperglikemia berat, kadang-kadang disertai ketoasidosis atau koma hiperosmolar

    tanpa ketosis.

    Meskipun diazoksid termasuk golongan tiazid, obat ini meretensi air dan natrium. Diuretik tiazid

    meninggikan efek hiperglikemi dan hiperurisemi obat ini. Diazoksid oral menimbulkan potensiasi

    efek obat antihipertensi lain, meskipun bila obat ini digunakan sendiri efeknya tidak kuat. Efekhiperglikemi diazoksid dilawan oleh obat penghambat adrenoreseptor . Diazoksid dapat

    menimbulkan iritasi saluran cerna, trombositopeni dan netropeni. Diazoksid bersifat teratogenik

    pada hewan (kelainan kardiovaskular dan tulang), juga menyebabkan degenerasi sel pankreasfetus sehingga obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil.

    Dosis pada orang dewasa adalah 3-8 mg/kgBB/hari, sedangkan pada anak kecil 8-15

    mg/kgBB/hari. Obat ini diberikan dalam dosis terbagi 2-3 x sehari.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    22/48

    TERAPI INSULIN

    KLASIFIKASI INSULIN

    nis sediaan ufer ula kerja uncak (jam) asa kerja

    am)

    ombinasi

    engan (jam)

    erja cepategular solube

    ristal)

    ispro

    osfat

    ,1-0,7

    ,25

    ,5-4

    ,5-1,5

    -8

    -5

    emua jenis

    nte

    erja sedang

    PH (isophan)ente

    osfatsetat

    -2-2

    -12-12

    -24-24

    egularenilente

    erja panjang

    rotamin zincltralente

    largin

    osfat asetat -6-6

    -5

    -20-18

    -24

    -360-36

    -24

    egular

    INDIKASI dan TUJUAN.

    Insulin subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi hanya

    dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM pascapankreaktomi atau DM dengan kehamilan,

    DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan operasi (DMtipe 1 dan 2). Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja untuk

    menormalkan glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolisme, dan yang terakhir

    inilah umumnya yang suka dicapai. Keadaan mendekati normoglisemia dicapai pada DM

    dengan multipel dosis harian insulin atau dengan infusion pump therapy, yang tujuannya mencapaiglukosa darah puasa antara 90-120 mg/dL (5-6,7 mM), glukosa 2 jam postprandial kurang dari 150

    mg/dL (8,3 mM). Pada pasien yang kurang disiplin atau kurang patuh terhadap terapi, mungkinperlu dicapai nilai glukosa darah puasa yang lebih tinggi (140 mg/dL atau 7,8 mM) danpostprandial 200 sampai 250 mg/dL atau11,1-13,9 mM.

    EFEK SAMPING.

    Hipoglikemia, merupakan efek samping paling sering terjadi dan trjadi akibat dosis insulin yang

    terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau

    karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, misal insufisiensi

    adrenal atau pituitary, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.

    Reaksi alergi dan resistensi, kadang-kadang reaksi ini terjadi akibat adanya bekuan atau terjadinyadenaturasi preparat insulin, atau kontaminan, atau akibat pasien sensitif terhadap senyawa yang

    ditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn2+, protamin, fenol,dll). Reaksi

    alergi lokal sering terjadi akibat IgE atau resistensi akibat timbulnya antibodi IgG.

    Lipoartrofi dan lipohipertrofi. Lipoartrofi jaringan lemak subkutan ditempat suntikan dapat timbulakibat variant respon imun terhadap insulin; sedangkan lipohipertrofi dimana terjadi penumpukan

    lemak subkutan terjadi akibat efek lipogenik insulin yang kadarnya tinggi pada daerah tempat

  • 5/20/2018 sekanario 1

    23/48

    suntikan. Hal ini diduga akibat adanya kontaminan dalam preparat insulin, dan reaksi lebih jarang

    terjadi pada penggunaan insulin, dan reaksi lebih jarang terjadi pada penggunaan insulin yang lebih

    murni. Pada kenyataannya lipohipertrofi lebih sering terjadi dengan human insulin apabila pasienyang menyuntikan sendiri pada tempat yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya

    absorpsi insulin yang kurang baik atau tidak teratur.

    LO.III.VII Memahami dan Mempelajari Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

    Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.

    Penyulit akut

    o Ketoasidosis diabetik

    o Hiperosmolar non ketotik

    o Hipoglikemia

    Hipoglikemia terjadi terutama pada usia lanjut yang harus dihindari, karena mengingatkonsekuensinya yang harus dihindari, yang dapat fatal atau menyebabkan kemunduran mental

    bermakna pada pasien. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak

    keringat, gemetar, rasa lapar.)dan gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurunsampai koma).

    Penyulit Menahun

    1. Makroangiopati

    o Pembuluh darah jantung

    o Pembuluh darah tepi

    o Pembuluh darah otak

    2. Mikroangiopati

    o

    Pembuluh darah kapiler retina mata

    o Pembuluh darah kapiler ginjal.

    3. Neuropati

    Menjelaskan Kompilikasi Diabetes Melitus

    Komplikasi DM:

    o Gangguan Integritas Kulit

    o Retinopati

    o Gagal ginjal

    o

    Aterosklerosiso Infark miokard

    o Stroke

    o Koma

    o Kematian

  • 5/20/2018 sekanario 1

    24/48

    LO.III.VIII Memahami dan Mempelajari Prognosis Diabetes Melitus Tipe II

    Prognosis pada pasien dengan diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh tingkat pengendalianpenyakit mereka. Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan peningkatan resiko komplikasi

    mikrovaskuler, seperti yang di tunjukkan dalam Diabetes Control and Complication Trial (DCCT)

    pada individu dengan diabetes tipe 1 dan United Kingdom Prospective Diabetes Study ( UKPDS)

    pada orang dengan tipe 2 diabetes.

    LI.IV Memahami dan Mempelajari Retinopati Diabetik

    LO.IV.I Memahami dan Mempelajari Definisi Retinopati Diabetik

    Retinopati diabetik adalah kerusakan progresif pembuluh darah di retina yang disebabkan olehkadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Sebagai komplikasi umum dari diabetes mellitus, penyakit

    ini dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan lainnya. Retinopati diabetik terjadi

    dalam berbagai bentuk, termasuk retinopati non-proliferatif, makulopati diabetik dan retinopati

    proliferatif.

    Retinopati non-proliferatif terjadi pada tahap awal penyakit. Kapiler kecil di retina dapat melemah

    atau hancur, darah bocor yang kemudian membentuk titik-titik seperti perdarahan. Makulopati

    dapat berkembang ketika akumulasi cairan di bagian tengah retina (makula) menyebabkan

    penebalan jaringan, pembengkakan (edema makula) dan perdarahan yang luas, menyebabkanpenglihatan kabur, terdistorsi atau berkurang.

  • 5/20/2018 sekanario 1

    25/48

    Pada tahap selanjutnya, karena arteri tidak berfungsi dengan baik untuk membawa oksigen ke sel-

    sel mata, sel-sel retina menjadi iskemik (kekurangan oksigen). Berikutnya, pembuluh-pembuluh

    darah baru yang lemah tumbuh (neovaskularisasi). Pertumbuhan pembuluh darah abnormal dapatmenyebabkan bintik-bintik (floater), hemoragi vitreous atau glaukoma. Akhirnya, pembuluh darah

    ekstra terus tumbuh, yang juga terus bocor, bekas luka dapat membentuk, dan retina dapat

    melepaskan diri dari membran di belakang mata, menyebabkan kebutaan.

    LO.IV.II Memahami dan Mempelajari Etiologi dan Epidemiologi Retinopati Diabetik

    . EpidemiologiDiabetes adalah penyakit yang umum terjadi pada negara maju dan menjadi masalah terbesar di

    seluruh dunia. Insidens diabetes telah meningkat secara dramatis pada dekade terakhir ini dan

    diperkirakan akan meningkat duakali lipat pada dekade berikutnya. Meningkatnya prevalensidiabetes, mengakibatkan meningkat pula komplikasi jangka panjang dari diabetes seperti retinopati,

    nefropati, dan neuropati, yang mempunyai dampak besar terhadap

    pasien maupun masyarakat.(2)

    Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasaantara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami

    kebutaan dibanding nondiabetes.Resiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat

    sejalan dengan lamanya diabetes.Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopatidiabetik hanya ditemukan pada

  • 5/20/2018 sekanario 1

    26/48

    Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor dan sel saraf.Kesehatan dan

    aktivitas metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan kapiler retina.Kapiler retina

    membentuk jaringan yang menyebar ke seluruh permukaan retina kecuali suatu daerah yangdisebut fovea.Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetik terletak pada kapiler retina

    tersebut.Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit,

    membrana basalis dan sel endotel.Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yang terdapatpada membrana sel yang terletak diantara keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlahsel perisit dan sel endotel retina adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan

    tersebut mencapai 20:1. Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler, mengatur

    kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barrier dan transportasi kapiler sertamengendalikan proliferasi endotel.Membran basalis berfungsi sebagai barrier dengan

    mempertahankan permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan

    erat satu sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari membran basalis membentuk

    barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul kecil termasuk bahankontras flouresensi yang digunakan untuk diagnosis penyakit kapiler retina.

    1

    Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari penebalan membrane

    basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel, dimana pada keadaan lanjut, perbandingan antarasel endotel dan sel perisit mencapai 10:1. Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses

    dasar yang terjadi di tingkat kapiler yaitu (1) pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan

    permeabilitas pembuluh darah, (3) penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi pembuluh darah

    baru (neovascular) dan jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi dari jaringan fibrous kapiler danjaringan vitreus. Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan

    kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah.1,6

    Retinopati diabetik merupakan mikroangiopati okuler akibat gangguan metabolik yangmempengaruhi tiga proses biokimiawi yang berkaitan dengan hiperglikemia yaitu jalur poliol,

    glikasi non-enzimatik dan protein kinase C.(1,2)

    Jalur Poliol

    Hiperglikemik yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan serta akumulasi daripoliol, yaitu suatu senyawa gula dan alkohol, dalam jaringan termasuk di lensa dan saraf optik.

    Salah satu sifat dari senyawa poliol adalah tidak dapat melewati membrane basalis sehingga akan

    tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Senyawa poliol menyebabkan peningkatantekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel.

    (1,2)

    Glikasi Nonenzimatik

    Glikasi non enzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang terjadi selamahiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi

    membentuk radikal bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel.(1,2)

    Protein Kinase C

    Protein Kinase C diketahui memiliki pengaruh terhadap permeabilitas vaskular, kontraktilitas,

    sintesis membrane basalis dan proliferasi sel vaskular.Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKCdi retina dan sel endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yaitu

    suatu regulator PKC, dari glukosa.(1,2)

    Tabel 3. Hipotesis Mengenai Mekanisme Retinopati Diabetik(1)

    ekanisme ara Kerja erapi

    ldose reduktase eningkatkan produksi sorbitol,

    enyebabkan kerusakan sel.

    ldose reduktase

    hibitor

  • 5/20/2018 sekanario 1

    27/48

    flamasi eningkatkan perlekatan leukosit pada

    dotel kapiler, hipoksia, kebocoran,ema macula.

    spirin

    rotein Kinase C engaktifkan VEGF, diaktifkan olehAG pada hiperglikemia.

    hibitor terhadap-Isoform

    ekanisme ara Kerja erapiitrit Oxide Synthase eningkatkan produksi radikal bebas,

    eningkatkan VEGF.mioguanidin

    enghambat ekspresi

    en

    enyebabkan hambatan terhadap jalur

    etabolisme sel.

    elum ada

    poptosis sel perisit

    an sel endotel kapiler

    tina

    enurunan aliran darah ke retina,

    eningkatkan hipoksia.

    elum ada

    EGF eningkat pada hipoksia retina,

    enimbulkan kebocoran , edema makula,eovaskular.

    otokoagulasi

    anretinal

    EDF enghambat neovaskularisasi, menurunada hiperglikemia.

    duksi produksiEDF oleh genEDF

    H dan IGF-I erangsang neovaskularisasi. ipofisektomi, GH-

    ceptor blocker,

    creotide

    PKC= protein kinase C; VEGF= vascular endothel growth factor; DAG= diacylglycerol; ROS=

    reactive oxygen species; AGE= advanced glycation end-product; PEDF= pigment-epithelium-

    derived factor; GF= growth factor; IGF-I= insulin-like growth factor I.1

    ambar 5 : Oklusi Mikrovaskular pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)

    Sebagai hasil dari perubahan mikrovaskular tersebut adalah terjadinya oklusi mikrovaskular yangmenyebabkan hipoksia retina.Hilangnya perfusi (nonperfussion) akibat oklusi dan penumpukan

    leukosit kemudian menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua

    komponen darah.Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasmamelalui endotel yang rusak.Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot.Efek dari hipoksia

    retina yaitu arteriovenous shunt.A-V shunt berkaitan dengan oklusi kapiler dari arterioles dan

    http://3.bp.blogspot.com/-MECrq5GIoo0/Tt9i4LpSWjI/AAAAAAAADEo/DF_sADLDXGE/s1600/New+Picture+(5).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    28/48

    venules. Inilah yang disebut dengan Intraretinal microvascular abnormalities (IRMA).Selain itu,

    dapat ditemukan dot hemorrhage dan vena yang seperti manik-manik.10

    ambar 6 : Akibat dari Iskemik Retina pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)

    ambar 7 :Intraretinal Microvascular Abnormalities (IRMA), berlokasi di retina superficialrdekatan dengan area non perfusi.

    ikutip dari kepustakaan 10)

    Hilangnya sel perisit pada hiperglikemia menyebabkan antara lain terganggunya fungsi barrier,

    kelemahan dinding kapiler serta meningkatnya tekanan intraluminer kapiler. Kelemahan fisik daridinding kapiler menyebabkan terbentuknya saccular pada dinding pembuluh darah yang dikenaldengan mikroaneurisma yang kemudian bisa menyebabkan kebocoran atau menjadi

    thrombus.Konsekuensi dari meningkatnya permeabilitas vaskular Hal ini adalah rusaknya barrier

    darah-retina sehingga terjadi kebocoran plasma ke dalam retina yang menimbulkan edemamacula.Edema ini dapat bersifat difus ataupun local.Edema ini tampak sebagai retina yang menebal

    dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona eksudat kuning

    http://2.bp.blogspot.com/-RrNEeeOw3PY/Tt9kKybZ2sI/AAAAAAAADE4/M2Df4_3NBRQ/s1600/New+Picture+(7).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-uKwCp1Y59gU/Tt9jkfBfeHI/AAAAAAAADEw/oL_o16ifb08/s1600/New+Picture+(6).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-RrNEeeOw3PY/Tt9kKybZ2sI/AAAAAAAADE4/M2Df4_3NBRQ/s1600/New+Picture+(7).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-uKwCp1Y59gU/Tt9jkfBfeHI/AAAAAAAADEw/oL_o16ifb08/s1600/New+Picture+(6).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    29/48

    kaya lemak bentuk bundar (hard exudates) di sekitar mikroaneurisma dan paling sering berpusat di

    bagian temporal makula.10

    Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik (dothemorrhage) atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson

    berorientasi vertical.Perdarahan terjadi akibat kebocoran eritrosit, eksudat terjadi akibat kebocorandan deposisi lipoprotein plasma, sedangkan edema terjadi akibat kebocoran cairan plasma.10,11

    ambar 8 : Akibat dari Peningkatan Permeabilitas Vaskular pada Retinopati Diabetikikutip dari kepustakaan 10)

    Pada retina yang iskemik, faktor angiogenik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan

    insulin-like growth factor-1 (IGF-1)diproduksi.Faktor-faktor ini menyebabkan pembentukan

    pembuluh darah baru pada area preretina dan nervus optik (PDR) serta iris (rubeosisiridis).Neovaskularisasi dapat terjadi pada diskus (NVD) atau dimana saja (NVE).

    (10)

    ambar 9 : Lokasi NVD dan NVE

    http://2.bp.blogspot.com/-LxujpxbXpfE/Tt9lXM5gjXI/AAAAAAAADFM/5TL5ed_n7PI/s1600/New+Picture+(9).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-msVAwg2yLYg/Tt9knLUc-bI/AAAAAAAADFA/82oJ08sGp9E/s1600/New+Picture+(8).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-LxujpxbXpfE/Tt9lXM5gjXI/AAAAAAAADFM/5TL5ed_n7PI/s1600/New+Picture+(9).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-msVAwg2yLYg/Tt9knLUc-bI/AAAAAAAADFA/82oJ08sGp9E/s1600/New+Picture+(8).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    30/48

    ikutip dari kepustakaan 10)

    Pembuluh darah baru yang terbentuk hanya terdiri dari satu lapisan sel endotel tanpa sel perisit dan

    membrane basalis sehingga bersifat sangat rapuh dan mudah mengalami perdarahan.Pembuluhdarah baru tersebut sangat berbahaya karena bertumbuhnya secara abnormal keluar dari retina dan

    meluas sampai ke vitreus, menyebabkan perdarahan disana dan dapat menimbulkan kebutaan.Perdarahan ke dalam vitreus akan menghalangi transmisi cahaya ke dalam mata dan memberipenampakan berupa bercak warna merah, abu-abu, atau hitam pada lapangan penglihatan. Apabila

    perdarahan terus berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina. Oleh karena

    retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri dari beberapa lapisan sel saja, maka sikatriks dan

    jaringan fibrosis yang terjadi dapat menarik retina sampai terlepas sehingga terjadi ablasioretina.

    (3,10,11)

    Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil pemeriksaan funduskopi.Pemeriksaan dengan

    fundal fluorescein angiography (FFA) merupakan metode diagnosis yang paling dipercaya.Namun

    dalam klinik, pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat digunakan untuk skrining.Ada banyakklasifikasi retinopati diabetik yang dibuat oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi didasarkan atas

    beratnya perubahan mikrovaskular retina dan atau tidak adanya pembentukan pembuluh darah barudi retina.

    (1)

    Tabel 1 : Klasifikasi Retinopati Diabetik1,8,9

    ahap eskripsi

    idak ada

    tinopati

    idak ada tanda-tanda abnormal yang ditemukan pada retina.

    englihatan normal.

    akulopati ksudat dan perdarahan dalam area macula, dan/atau bukti edema

    tina, dan/atau bukti iskemia retina. Penglihatan mungkin

    erkurang; mengancam penglihatan.

    raproliferatif ukti oklusi (cotton wool spot). Vena menjadi ireguler dan mungkin

    rlihat membentuk lingkaran. Penglihatan normal.roliferatif erubahan oklusi menyebabkan pelepasan substansi vasoproliferatif

    ari retina yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah baru di

    mpeng optik (NVD) atau di tempat lain pada retina (NVE).

    englihatan normal, mengancam penglihatan.

    ahap eskripsi

    anjut erubahan proliferatif dapat menyebabkan perdarahan ke dalam

    itreus atau antara vitreus dan retina. Retina juga dapat tertarik dari

    itel pigmen di bawahnya oleh proliferasi fibrosa yang berkaitanengan pertumbuhan pembuluh darah baru. Penglihatan berkurang,

    ring akut dengan perdarahan vitreus; mengancam penglihatan.

    Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research Group (ETDRS) membagi retinopatidiabetik atas nonproliferatif dan proliferatif.Retinopati diabetik digolongkan ke dalam retinopati

    diabetik non proliferatif (RDNP) apabila hanya ditemukan perubahan mikrovaskular dalam

    retina.Neovaskuler merupakan tanda khas retinopati diabetik proliferatif.1

    Tabel 2 : Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS1,8,9

    etinopati Diabetik Non-Proliferatif

    . etinopati nonproliferatif minimal : terdapat 1 tanda berupa dilatasi vena,

  • 5/20/2018 sekanario 1

    31/48

    ikroaneurisma, perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras.

    . etinopati nonproliferatif ringan sampai sedang : terdapat 1 tanda berupa

    ilatasi vena derajat ringan, perdarahan, eksudar keras, eksudat lunak atau

    MA.

    . etinopati nonproliferatif berat : terdapat 1 tanda berupa perdarahan dan

    ikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMAada 1 kuadran.

    . etinopati nonproliferatif sangat berat : ditemukan 2 tanda pada retinopati non

    roliferative berat.

    etinopati Diabetik Proliferatif

    . etinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi) : bila ditemukan minimal

    danya neovaskular pada diskus (NVD) yang mencakup daerah diskus,

    ) perdarahan vitreus. Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus

    ptikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahn,erupakan dua gambaran yang paling sering ditemukan pada retinopati

    roliferatif dengan resiko tinggi.

    ambar 4 : Funduskopi pada NPDR. Mikroneurisma, hemorrhages intraretina (kepala panah

    rbuka), hard exudates merupakan deposit lipid pada retina (panah), cotton-wool spots

    enandakan infark serabut saraf dan eksudat halus (kepala panah hitam). (Dikutip dari

    pustakaan 7)

    http://4.bp.blogspot.com/--5cKaP4K44Q/Tt9h93iM9vI/AAAAAAAADEY/Ln7jK4BeMHo/s1600/New+Picture+(3).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    32/48

    ambar 5 : Funduskopi pada PDR. Tanda panah menunjukkan adanya preretinalovascularisation (Dikutip dari kepustakaan 7)

    LO.IV.IV Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinis Retinopati Diabetik

    Retinopati diabetik biasanya asimtomatis untuk jangka waktu yang lama. Hanya pada stadium

    akhir dengan adanya keterlibatan macular atau hemorrhages vitreus maka pasien akan menderitakegagalan visual dan buta mendadak. Gejala klinis retinopati diabetik proliferatif dibedakan

    menjadi dua yaitu gejala subjektif dan gejala obyektif.1,2,11

    -

    Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :Kesulitan membaca

    Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula

    Penglihatan ganda

    Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mataMelihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus

    Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip-

    Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan bentuk

    berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.

    Mikroaneurisma terletak pada lapisan nuclear dalam dan merupakan lesi awal yang dapat dideteksisecara klinis. Mikroaneurisma berupa titik merah yang bulat dan kecil, awalnya tampak pada

    temporal dari fovea. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak

    dekat mikroaneurisma dipolus posterior.

    http://2.bp.blogspot.com/--RatSRTSjTo/Tt9ibqXPjVI/AAAAAAAADEg/5Jd6pmVoNZ0/s1600/New+Picture+(4).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    33/48

    ambar 10 : Mikroaneurisma dan hemorrhagespada backround diabetic retinopathy

    ikutip dari kepustakaan 10)

    ambar 11 :FA menunjukkan titik hiperlusen yang menunjukkan mikroaneurisma non-trombosis.ikutip dari kepustakaan 10)

    Perubahan pembuluh darah berupa dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan

    berkelok-kelok sepertisausage-like.

    http://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-irZMNiWV-E8/Tt9mx2afkSI/AAAAAAAADFg/0k1NYZGQbnw/s1600/New+Picture+(11).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-irZMNiWV-E8/Tt9mx2afkSI/AAAAAAAADFg/0k1NYZGQbnw/s1600/New+Picture+(11).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-SAa2syyFE34/Tt9mQZbDnGI/AAAAAAAADFY/qjfBJNqa7ss/s1600/New+Picture+(10).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    34/48

    ambar 12: Dilatasi Vena

    ikutip dari kepustakaan 10)

    Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannyakhusus yaituiregular, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat

    ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu.

    Gambar 13 :Hard Exudates

    (Dikutip dari kepustakaan 10)

    http://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-HecjhCw4VNU/Tt9nw_bCCOI/AAAAAAAADFw/q_alleKP4w8/s1600/New+Picture+(13).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-HecjhCw4VNU/Tt9nw_bCCOI/AAAAAAAADFw/q_alleKP4w8/s1600/New+Picture+(13).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-05U53KNRFEo/Tt9nch85MnI/AAAAAAAADFo/wcvCsGaPK4k/s1600/New+Picture+(12).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    35/48

    ambar 14 : FAHard Exudates menunjukkan hipofluoresens.

    ikutip dari kepustakaan 10)

    Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada

    pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih.

    Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.

    ambar 15 :Cotton Wool Spotspada oftalmologi dan FAikutip dari kepustakaan 10)

    Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula (macula

    edema) sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan. Edema retina awalnya terjadi antaralapisan pleksiform luar dan lapisan nucleus dalam.

    Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya terletak dipermukaan

    jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok, dalam, berkelompok dan ireguler. Mula

    mula terletak dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal kemudian ke badankaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina,

    perdarahan subhialoid (preretinal) maupun perdarahan badan kaca.

    http://3.bp.blogspot.com/-3jcj1sunFEI/Tt9pw20PQCI/AAAAAAAADGI/SzX-AWltQtA/s1600/New+Picture+(15).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-wEAJdbxP5A8/Tt9omhj5iWI/AAAAAAAADF8/otWGn1lUmmU/s1600/New+Picture+(14).pnghttp://3.bp.blogspot.com/-3jcj1sunFEI/Tt9pw20PQCI/AAAAAAAADGI/SzX-AWltQtA/s1600/New+Picture+(15).pnghttp://1.bp.blogspot.com/-wEAJdbxP5A8/Tt9omhj5iWI/AAAAAAAADF8/otWGn1lUmmU/s1600/New+Picture+(14).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    36/48

    ambar 16 : NVDsevere dan NVEsevereikutip dari kepustakaan 10)

    ambar 17 : Retinopati Diabetik Resiko tinggi yang disertai perdarahan vitreus

    ikutip dari kepustakaan 10)

    Perbedaan antara NPDR dan PDR1,5,7,10

    PDR DR

    ikroaneurisma (+) ikroaneurisma (+)

    erdarahan intraretina (+) erdarahan intraretina (+)

    ard eksudat (+) ard eksudat (+)

    http://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-kgMb0ylzs6U/Tt9q_cwvt5I/AAAAAAAADGY/2u98UH1WUmE/s1600/New+Picture+(17).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-kgMb0ylzs6U/Tt9q_cwvt5I/AAAAAAAADGY/2u98UH1WUmE/s1600/New+Picture+(17).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-ZinI8S5aOY4/Tt9qZ5R0_FI/AAAAAAAADGQ/zG0Rbktr8Y0/s1600/New+Picture+(16).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    37/48

    edem retina(+) edem retina (+)

    otton Wool Spots (+) otton Wool Spots (+)

    MA (+) MA(+)

    eovaskularisasi (-) eovaskularisasi (+)

    erdarahan Vitreous (-) erdarahan Vitreous (+)

    elepasan retina secara traksi (-) elepasan retina secara traksi (+)IX. DiagnosisRetinopati diabetik dan berbagai stadiumnya didiagnosis berdasarkan pemeriksaan stereoskopikfundus dengan dilatasi pupil.Oftalmoskopi dan foto funduskopi merupakan gold standard bagi

    penyakit ini.Angiografi Fluoresens(FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser

    diindikasikan. FA diberikan dengan cara menyuntikkan zat fluorresens secara intravena dankemudian zat tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di fundus.

    ambar 18 : Neovaskularisasi retina perifer lebih terlihat jelas dengan angiography daripada

    nduskopi.

    LO.IV.V Memahami dan Mempelajari Diagnosis Retinopati Diabetik

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:1. Indirect of Thalamoskop

    Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa dapat dilihat dengan alat

    indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midirasil.2.Foto fundus

    Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus, retina dan pembuluh

    darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.

    3.Foto Fluorescein Angiografi

    Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain ditetes medriasil,akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus epitel pigmen retina,

    aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFAjuga berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan Khoroid.

    4.Foto Koagulasi Laser

    Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan jaringan, tujuannya

    merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya pembuluh darah,melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek dll.

    http://2.bp.blogspot.com/-YtjGhFjbzNo/Tt9rT4YgD9I/AAAAAAAADGg/11LtHNnseTo/s1600/New+Picture+(18).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    38/48

    5.Operasi Vitreoretina,Vitrektomi

    Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat

    pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca yangakan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasio-retina.

    Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat

    yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan adanya tarikanretina dapat dihindarkan.

    Diagnosis BandingDiagnosis banding harus menyingkirkan penyakit vascular retina lainnya, adalah hipertensiveretinopathy.

    1,2

    Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada

    populasi yang menderita hipertensi.Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada

    kurun ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit ginjal.Tanda-tanda pada retinayang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau

    nicking arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape, cotton-wool

    spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopatiini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.(13)

    Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophtalmology(9,,13)

    tadium arakteristik

    tadium 0 iada perubahan, a:v = 2:3

    tadium I enyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi.

    tadium II enyempitan yang jelas dengan kelainan fokal:, Copper wire

    teries, Silver wire arteries, Banking sign, Salus sign

    tadium III tadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat

    tadium IV tadium III + papilledema

    ambar 20 :A. Funduskopi mata kiri pasien,25 tahun, dengan renal hipertensi memperlihatkan

    hite-cotton wool spot, deep focal intraretina periarteriolar transudat (FIPTs), B. Angiogramempelihatkan area non-perfusi. (Dikutip dari kepustakaan9 )

    etinopati eskripsi sosiasi sistemik

    http://2.bp.blogspot.com/-Ynldlrf0jsU/Tt9vHvDQaQI/AAAAAAAADHM/1aFLWNPXfCM/s1600/New+Picture+(23).png
  • 5/20/2018 sekanario 1

    39/48

    Berdasarka

    n

    penelitian,telah

    dibuat

    suatu tabelklasifikasi

    retinopati

    hipertensitergantung

    dari berat

    ringannya

    tanda-tanda yang

    kelihatan pada retina.(13)

    Gambar 2.Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal

    arterioler (panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada

    arterioles (panah putih) (B). (dikutip dari kepustakaan 13)

    Gambar 3.Moderate Hypertensive Retinopathy.AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot

    (panah hitam) (A).Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih)

    (B). (dikutip dari kepustakaan 13)

    Gambar 4. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) danpapiledema. (dikutip dari kepustakaan 13)

    ild atu atau lebih dari tanda berikut :

    enyempitan arteioler menyeluruh atau

    kal, AV nicking, dinding arterioler

    bih padat (silver-wire)

    sosiasi ringan dengan

    enyakit stroke, penyakit

    ntung koroner dan mortalitas

    ardiovaskuler

    oderate etinopati mild dengan satu atau lebihnda berikut :

    erdarahan retina (blot, dot atau flame-

    ape), microaneurysme, cotton-wool,

    ard exudates

    sosiasi berat denganenyakit stroke, gagal jantung,

    sfungsi renal dan mortalitas

    ardiovaskuler

    ccelerated anda-tanda retinopati moderate

    engan edema papil : dapat disertai

    engan kebutaan

    sosiasi berat dengan

    ortalitas dan gagal ginjal

  • 5/20/2018 sekanario 1

    40/48

    Karakteristik utama pada diabetik retinopati yaitu perubahan parenkim dan vaskuler retina dimana

    pada retina ditemukan mikroaneurismata, perdarahannya dalam bentuk bercak dan titik serta edema

    sirsinata, adanya edema retina dan gangguan fungsi makula serta vaskularisasi retina dan badankaca.. Sehingga dengan pemeriksaan laboratorium lengkap, funduskopi dan Angiografi fluorescein

    akan ditemukan kelainan-kelainan pada retinopati diabetik yang berbeda dengan retinopati

    hipertensif diantaranya pada retinopati hipertensif tidak ada mikroaneurisma.Kelainan makula:pada retinopati hipertensif makula menjadi star-shaped, sedangkan pada retinopati diabetikmengalami edema.Kapiler pada retinopati hipertensif menip