29
TEORI AKUNTANSI PT Panorama Transportasi Tbk Dan Entitas Anak Laporan Keuangan Konsilidasian Periode yang berakhir 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 Disusun Oleh : HELVI JUNITA ERC1C012078 RAHMAT SAIFUDDIN RRC1C013007 YOLANDA ERC1C012087 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS JAMBI

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

TEORI AKUNTANSI

PT Panorama Transportasi Tbk Dan Entitas Anak

Laporan Keuangan Konsilidasian

Periode yang berakhir 30 September 2014 dan 31 Desember 2013

Disusun Oleh :

H E LV I J U N I T A E R C 1 C 0 1 2 0 7 8

R A H M A T S A I F U D D I N R R C 1 C 0 1 3 0 0 7

Y O L A N D A E R C 1 C 0 1 2 0 8 7

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM REGULER MANDIRI

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2015

Page 2: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah serta nikmat diantaranya adalah nikmat sehat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  dengan ruang lingkup pembahasan “ SEMINAR AKUNATNSI SEKTOR PUBLIK “ Adapun makalah ini dibuat selain untuk mendapatkan nilai tugas tetapi juga agar dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai mata kuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik .

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat proposal ini tapi

dengan semangat dan kegigihan yang kami lakukan serta dorongan, arahan, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah   Seminar Akuntansi Sektor Publik sehingga kami mampu menyelesaikan proposal ini dengan baik.

Jambi ,16 Maret 2015

Penulis

Page 3: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jurnal 1 ”Analisis Perubahan Sistem penganggaran di Indonesia dan Pengaruhnya Pada Kinerja Inspektorat ProvinsiI Sulawesi Utara” .................................................................. 2

2.1.1 Penganggaran ............................................................................................................ 2

2.1.2 Fungsi Anggaran ....................................................................................................... 3

2.1.3 Perubahan Penganggaran di Indonesia ..................................................................... 4

2.1.4 Dasar Hukum Penyusunan Anggaran ....................................................................... 4

2.1.5 Kinerja ...................................................................................................................... 6

2.2 Jurnal II “Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Pusat (Studi pada Politeknik Negeri Padang)” ....................................................................................... 7

2.2.1 Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Pusat (Studi pada Politeknik Negeri Padang) ........................................................................................ 7

2.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................................... 9

2.2.3 Landasan Teori ......................................................................................................... 9

2.2.4 Proses Penyusunan Anggaran di Politenik Negeri Padang .................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 14

3.2 Saran .................................................................................................................................. 14

Daftar Pustaka

Page 4: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi keuangan sektor publik merupakan sistim informasi yang mengukur aktivitas pemerintah, memproses informasi menjadi laporan keuangan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pembuat keputusan.Laporan keuangan sektor Publik representasi terstruktur dari posisi keuangan akibat transaksi yang dilakukan. Tujuan laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.Maka, dalam makalah ini kami akan membahas tentang, ”Akuntansi Keuangan Sektor Publik”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana isu-isu penelitian akuntansi keuangan sektor publik? b. Bagaimana tujuan dan manfaat penelitian akuntansi keuangan sektor publik?c. Bagaimana metodologi yang digunakan dalam penelitian akuntansi keuangan sektor

publik ?d. Bagaimana temuan penelitian dan inteprestasi hasil penelitian ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Bagaimana isu-isu penelitian akuntansi keuangan sektor publik? b. Bagaimana tujuan dan manfaat penelitian akuntansi keuangan sektor publik?c. Bagaimana metodologi yang digunakan dalam penelitian akuntansi keuangan sektor

publik ?d. Bagaimana temuan penelitian dan inteprestasi hasil penelitian ?

Page 5: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Jurnal 1 ”Analisis Perubahan Sistem penganggaran di Indonesia dan Pengaruhnya Pada Kinerja Inspektorat ProvinsiI Sulawesi Utara”

2.1.1 Anggaran

Munandar (2007:1) menyatakan anggaran sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan (unit moneter), dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang. Sedangkan, anggaran menurut Mardiasmo (2009:61) merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.

Sistem anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting systems) saat ini telah menjadi penganggaran yang telah dirubah dan digunakan. Sistem ini dianggap lebih maju daripada sistem anggaran berbasis tradisional. Penganggaran berbasis kinerja berorientasi bagaimana para pemimpin mendayagunakan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Dalam sistem ini, para pemimpin tidak hanya mendasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi di sistem penganggaran tradisional, tetapi anggaran juga didasarkan kepada tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.

Pengembangan kompetensi sumberdaya aparatur dibidang pengawasan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis kinerja pengawas dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah melalui pendidikan teknis pengawasan yang harus dilakukan secara sistematis, agar dapat meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan, keahlian, penguasaan aturan, pengalaman dan tanggung jawab.

Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan badan pengawasan daerah yang secara langsung terkena dampak dari terjadinya perubahan sistem penganggaran tersebut, sehingga itulah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai perubahan sistem penganggaran yang terjadi serta pengaruhnya pada kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.

2.1.2 Fungsi Anggaran

Page 6: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Mardiasmo (2009: 63-66) menguraikan beberapa fungsi anggaran sektor publik, sebagai berikut:

1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool) Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian (Control Tool) Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan terhadap publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan – pemborosan pengeluaran.

3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai Alat Politik (Political Tool) Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas – prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut.

5. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination And Communication Tool)Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.

6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool) Anggaran merupakan wujud komitmen dari budgetholder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

7. Anggaran sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool) Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan staffnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organsisasi yang telah ditetapkan.

8. Anggaran sebagai Alat untuk menciptakan ruang publik (public sphere) Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/ DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Jenis-Jenis Anggaran Sektor PublikNordiawan dan Hertianti (2010:71-72) mengklasifikasi anggaran sektor publik, menjadi berikut:

1. Anggaran Operasional dan Anggaran Modal

2. Anggaran Berdasarkan Pengesahan

3. Anggaran Dana Umum vs Anggaran Dana Khusus

4. Anggaran Tetap vs Anggaran Fleksibel

5. Anggaran Eksekutif vs Anggaran Legislatif

Page 7: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

2.1.3 Perubahan Penganggaran di Indonesia

Metamorfosis penganggaran adalah perubahan dari Line Item Budgeting atau tradisional memakai cara incremental dalam pengalokasian anggarannya menjadi penganggaran berdasarkan kinerja. Perubahan inilah yang paling mendasar berupa perubahan pola pikir. Semula penyusunan anggaran masih berkutat pada bagaimana merinci program dalam kegiatan dan biayanya sehingga terbentuk alokasi anggaran secara menyeluruh atas program. Sistem penganggaran yang baru memberi fokus pada hasil, bagaimanapun cara melaksanakan kegiatan tersebut. Pola pikir seperti inilah yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2.1.4 Dasar Hukum Penyusunan Anggaran

1. Undang – Undang

a. UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara b. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negarac. UU Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangand. UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung

Jawab Keuangan Negarae. UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasionalf. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerahg. UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

2. Peraturan Pemerintah

a. PP Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

b. PP Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

c. PP Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah

3. Peraturan Dan Keputusan Presiden

a. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

b. Perpres Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

Page 8: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

c. Keppres Nomor 72 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

d. Perpres Nomor 105 Tahun 2007 Tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Anggaran 2008

4. Peraturan Menteri Keuangan

a. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 20 /PB/2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Melalui Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran

b. Permenkeu Nomor 51 /PMK.02/2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.02/2013 Tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur Biay a, Dan Indeksasi Dalam Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementrian Negara / Lembaga

c. Permenkeu Nomor 52 /PMK.02/2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.02/2013 Tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri

a. Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

b. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

c. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahPerkembangan Sistem Penganggaran di IndonesiaPenerapan di negara kita, sebelum sistem Anggaran berbasis kinerja dilaksanakan, ada sistem penganggaran lain yang pernah digunakan yaitu sistem anggaran berdasarkan tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisis rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, tetapi lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dan tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolak ukur keberhasilannya hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja, namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistem anggaran berbasis kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan yang

Page 9: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

diberikan.Sistem anggaran berbasis kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap -tiap program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri merupakan perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja (seperti yang terjadi pada sistem anggaran berbasis tradisional), tetapi juga didasarkan pada tujuan/ rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif.

2.1.5 Kinerja

Mahsun (2012:25) mendefinisikan Kinerja (performance) sebagai gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Pengukuran Kinerja Sektor Publik Nordiawan dan Hertianti (2010:157-158) menyatakan bahwa pengukuran kinerja sektor public digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan.Hubungan Perubahan Sistem Penganggaran dengan Kinerja Sektor Publik Pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran visi dan misi serta strategi dari instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian sasaran/target dari kinerja yang telah ditetapkan dan diukur menggunakan indikator (outcome) yaitu ukuran yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan suatu program atau indikator keluaran (output) yaitu ukuran barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dari kebijakan. Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) diperlukan upaya-upaya perubahan.

Page 10: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Lubis (2009) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten deli serdang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian oleh Lubis dengan penelitian yang penulis buat ini memiliki persamaan yakni melakukan penelitian mengenai pengaruh sistem penganggaran terhadap kinerja, dan perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti di atas hanya meneliti pada kondisi statis dimana diterapkannya sebuah sistem penganggaran, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada saat terjadi perubahan sistem penganggaran.

Nurcahyani (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial. Penelitian oleh Mawei dengan penelitian yang penulis buat ini memiliki persamaan yakni penelitian ini juga melakukan analisis tentang pengaruh yang terjadi pada kinerja karyawan, dan perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti di atas melihat pengaruh yang diberikan oleh suatu fase penganggaran, sedangkan peneliti melihat pengaruh yang diberikan oleh karena suatu perubahan yang terjadi pada sistem penganggaran

2.2 Jurnal II “Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Pusat (Studi pada Politeknik Negeri Padang)”

2.2.1 Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Pusat (Studi pada Politeknik Negeri Padang)

Dengan keluarnya UU No. 17 Tahun 2003 menuntut perubahan sistem penganggaran dari traditional budgetmenjadi penganggaran berbasis kinerja. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan beberapa peraturan pemerintah lainnya digunakan sebagai dasar petunjuk pelaksanaan anggaran. Undang-undang dan peraturan ini mengharuskan digunakannya sistem penganggaran yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu perubahan dari sistem dual budgetingmenjadi unified budgeting, penganggaran dengan basis input menjadi penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting system), dan penganggaran dengan kerangka pengeluaran berjangka menengah.Sistem ini menggantikan sistem penganggaran tradisional ( traditional budgeting system) yang mempunyai banyak kelemahan, karena adanya tumpang tindih biaya sehingga berdampak pada inefisiensi anggaran.

Penyusunan anggaran berbasis kinerja mempunyai konsekuensi menitikberatkan pada aspek manajemen strategik dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran untuk optimalisasi output yang dihasilkan dari suatu input (biaya) tertentu. Penyusunan anggaran dengan berbasis kinerja harus berdasarkan pertimbangan beban kerja dan unit costsetiap kegiatan karena orientasi tidak hanya pada outputsaja tetapi juga outcome, benefitdan impactsehingga setiap satker harus menetapkan tujuan yang jelas terlebih dahulu.

Page 11: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Pengalokasian dana yang efektif mengandung arti bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan stratejik yang dimuat dalam dokumen perencanaan stratejik. Sedangkan, pengalokasian dana yang efisien mengandung arti bahwa pencapaian sasaran dan tujuan stratejik tersebut telah menggunakan sumber daya yang paling minimal dengan tetap mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran yang efektif dan efisien tersebut dapat diwujudkan dengan penerapan performance-based budgetingdalam penyusunan anggaran pemerintah. Performance-based budgeting, seperti yang dinyatakan Robinson dan Last (2009), bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengeluaran publik dengan mengaitkan pendanaan organisasi sektor publik dengan hasil yang dicapai dengan penggunaan informasi kinerja secara sistematik. Sejalan dengan pengertian dan tujuannya, persyaratan mendasar dalam penerapan bentuk sederhana dari penganggaran berbasis kinerja,menurut Robinson dan Last (2009), diantaranya adalah adanya informasi mengenai tujuan dan hasil dari pengeluaran pemerintah dalam bentuk indikator kinerja kunci dan terdapat proses penyusunan anggaran yang dirancang untuk memfasilitasi penggunaan informasi tersebut. Jadi, suatu pemerintah dapat dikatakan telah menerapkan bentuk sederhana dari penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) jika telah menetapkan indikator kinerja untuk mengukur hasil dari pengeluaran anggaran yang dilakukan dan menggunakan indikator tersebut dalam proses atau mekanisme penyusunan anggaran. Hal ini, seperti yang dinyatakan Hou (2010), menunjukkan bahwa desain dari performance-based budgetingdidasarkan pada pemikiran bahwa memasukan ukuran kinerja dalam anggaran akan mempermudah pemantauan terhadap program untuk melihat seberapa baik pemerintah telah mencapai outcomeyang dijanjikan dan diinginkan. Senada dengan Robinson dan Last, Rasul (2003) menyatakan persyaratan yang diperlukan untuk menjamin penerapan penganggaran berbasis kinerja antara lain adalah kejelasan sasaran strategis, pengembangan dan ketersediaan indikator kinerja, adanya keterkaitan yang jelas antara sasaran strategis dengan indikator kinerjanya serta laporan akuntabilitas kinerja yang menekankan pada outcome. Di Indonesia, berbagai peraturan dan pedoman telah diterbitkan terkait dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) pada pemerintah. Termasuk yang diatur di dalamnya adalah pencantuman indikator kinerja dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran serta penggunaan indikator kinerja tersebut dalam proses penyusunan anggaran pemerintah. Dokumen-dokumen tersebut meliputi Rencana Strategis yang tergambar dalam Renstra pada satuan kerja (satker). Keselarasan antar dokumen-dokumen perencanaan tersebut dapat dilihat dari keselarasan indikator kinerja yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut. Pada satker, indikator kinerja yang dimuat dalam Renja satker haruslah mendukung pencapaian indikator kinerja yang termuat dalam Renstra satker. Dan selanjutnya, indikator kinerja Renja tersebut harus didukung oleh indikator kinerja yang dimuat dalam RKA-KL (Rencana Kerja Anggaran Kementerian Kelembagaan). Adanya keselarasan indikator kinerja ini secara logis akan dapat mengaitkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai yang dicantumkan dalam dokumen perencanaan strategis (Renstra) dengan kegiatan-kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh satker. Walaupun anggaran berbasis kinerja telah lama dilaksanakan di Indonesia, namun pada kenyataannya pengelolaan keuangan ini masih belum terlaksana secara maksimal. ini dapat dibuktikan bahwa laporan keuangan pemerintah pusat belum mendapatkan opini yang baik yaitu WTP (wajar tanpa pengecualian) Hal ini terjadi akibat beberapa faktor dan penyebab, salah satunya terkait dengan anggaran berbasis kinerja. Kondisi ini ditunjukkan oleh belum didukungnya tujuan dan sasaran dalam dokumen perencanaan jangka menengah oleh dokumen perencanaan tahunan. Misalnya, antara dokumen Rencana Strategis (Renstra) dengan Rencana Kerja (Renja) dimana sasaran yang ada di Renstra belum didukung oleh program dan kegiatan yang ada di Renja. Kondisi sekarang ini masih ada satker yang menyusun anggaran lebih memberikan perhatian kepada input (input based). Hal ini bisa terlihat dari format dokumen anggaran yang disusun secara line-item. Begitu juga halnya pada saat pelaksanaan anggaran masih ada satker yang berfikir bagaimana menghabiskan anggaran yang tersedia lebih menjadi tujuan daripada pencapaian target

Page 12: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

kinerja yang telah disepakati dalam dokumen anggaran. Segala upaya dilakukan untuk menghabiskan dana yang tersedia dalam anggaran, terutama pada akhir tahun anggaran, masih merupakan fenomena yang sering ditemukan hampir pada semua instansi pemerintah yang ada di Indonesia. Namun, kondisi ini belum menyentuh masalah penggunaan indikator kinerja pada dokumen anggaran.Penelitian ini mencoba melakukan studi mengenai penerapan penganggaran berbasis kinerja pada pemerintah pusat kasus pada salah satu satker di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Politeknik Negeri Padang. Peneliti akan meninjaunya dari persyaratan penetapan dan penggunaan indikator kinerja dalam proses penyusunan anggaran (APBN) dan faktor-faktor yang menyebabkan tidak berjalannya penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) tersebut. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada yaitu menganalisis anggaran pada pemerintah daerah sedangkan disini penulis membahas analisis anggarannya pada pemerintah pusat.

2.2.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian yang akan dibahas adalah:

a. Apakah penerapan penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) pada Politeknik Negeri Padang telah berjalan sesuai dengan konsep penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) dalam hal persyaratan penggunaan indikator kinerja dalam proses penyusunan anggaran.

b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan belum berjalannya penganggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) pada Politeknik Negeri Padang.

2.2.3 Landasan Teori

Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian, berdasarkan The National Committee on Governmental Accounting (NCGA)yang saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB) definisi anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, anggaran negara meliputi :

a. rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanjab. gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk pembangunan c. alat pengendaliand. instrumen politik e. disusun dalam periode tertentuPerencanaan dan penyusunan anggaran di Indonesia

didasarkan pada :1. UUD 19452. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara3. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara 4. UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional 5. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) 7. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 Tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dalam UUD 1945 Amandemen ke-4 pada Pasal 23 ayat (1) dijelaskan bahwa APBN

Page 13: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam Pasal 23 ayat (2) dijelaskan bahwa RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pandangan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD). Sedangkan, Pasal 23 ayat (3) menyatakan bahwa apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan oleh Presiden, maka Pemerintah harus menjalankan APBN tahun yang sebelumnya. Dalam UU No. 17 tahun 2003 pada Pasal 14 dijelaskan beberapa hal sebagai berikut :

2.2.4 Proses Penyusunan Anggaran di Politenik Negeri Padang

Dalam peraturan menteri keuangan dinyatakan bahwa penerapan penganggaran berbasis kinerja harus memenuhi 8 (delapan) tahapan yaitu :

a. penetapan sasaran strategisb. penetapan outcome, program, output, dan kegiatanc. penetapan indikator kinerja utama program dan indikator kinerja kegiatand. penetapan standar biayae. penghitungan kebutuhan anggaranf. pelaksanaan kegiatan dan pembelanjaang. pertanggung jawabanh. pengukuran dan evaluasi kinerja. Dari tata cara penerapan penganggaran berbasis

kinerja di atas, dapat dianalisis bagaimana penerapan anggaran berbasis kinerja di PNP yaitu : a. Penyusunan Renstra Politeknik telah disinergikan dengan Renstra Departemen

Pendidikan Nasional yang sekarang menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Renstra telah dijabarkan visi, misi, tujuan, kebijakan, program, berikut hasil yang akan diharapkan dan kegiatan beserta keluaran yang diharapkan.

b. Penetapan outcome, program, output dan kegiatan. Dari penelusuran dokumen DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) dapat dilihat secara rinci indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan Ditjen Dikti. Ditjen Dikti sudah menetapkan indikator terhadap program dan kegiatan yang dapat dilihat dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) KL yang dibuat setiap awal pengusulan anggaran, namun outcome kegiatan baru dibuatkan pada akhir tahun waktu pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

c. Penetapan indikator kinerja utama program dan indikator kinerja kegiatan. Penulis melihat bahwa dalam Renstra PNP sudah dijelaskan indikator utama untuk setiap program namun untuk indikator kinerja kegiatan belum terlihat dengan jelas.

d. Penetapan standar biaya Penetapan standar biaya ini secara umum telah dilaksanakan secara terpusat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Standar ini dituangkan dalam dokumen standar biaya umum (SBU). SBU hanya memuat standar biaya yang bersifat umum saja seperti penetapan uang harian, lumpsum, penginapan, honor dan gaji pegawai. Sedangkan untuk kegiatan praktek mahasiswa dan kegiatan lainnya belum ditetapkan dengan jelas oleh Dikti, makanya pada saat ini pertengahan tahun 2012 Dikti sudah mencoba untuk membuat penetapan standar biaya ini yang nantinya akan dituangkan melalui dokumen standar biaya khusus (SBK).

Page 14: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

e. Penghitungan kebutuhan anggaran Pada sistem Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), anggaran yang diperoleh oleh Politeknik Negeri Padang sudah ditetapkan platfomnya dari Dikti saja. Dari platfom inilah nantinya akan disusun program dan kegiatan yang akan diusulkan oleh Politeknik Negeri Padang. Hal ini terkadang menjadi kendala bagi PNP ketika usulan dari setiap jurusan yang banyak namun tidak terealisasi seperti yang diharapkan sehingga menimbulkan ketidakpuasan suatu jurusan. Disini penulis melihat penganggaran berbasis kinerja belum secara sempurna diterapkan pada pemerintah pusat, yang mana seharusnya kebutuhan anggaran diperoleh harus berdasarkan kinerjanya.

f. Pelaksanaan kegiatan dan pembelanjaan Setelah proses penganggaran selesai maka Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran. Dokumen ini adalah dasar pelaksanaan anggaran belanja satuan kerja yang bersangkutan dan pembayaran oleh Kuasa Bendahara Umum Negara. Dokumen pelaksanaan anggaran dituangkan dengan dokumen DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang memuat tentang Uraian fungsi/sub fungsi, Programdan sasaran program, Rincian kegiatan/sub kegiatan, Jenis belanja, Kelompok MAK, Rencana dana, Perkiraan penerimaan kementerian/Lembaga. Dengan adanya DIPA, pengguna anggaran maupun kuasa pengguna anggaran di tiap Kementerian/Lembaga baru bisa menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada di dalam DIPA.

g. Pertanggungjawaban Penggunaan dana terkait erat dengan pertanggungjawaban. Hal ini merupakan suatu keharusan karenadana yang bersumber dari APBN iniadalah uang rakyat sehingga pengelolaannya harus benar dan jujur sehingga dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada masyarakat. Apalagi pada saat ini tuntutan yang besar dari masyarakat agar pemerintah bisa mengelola uang rakyat secara transparan dan akuntabel, sehingga pertanggungjawaban harus jelas. Proses pertanggungjawaban anggaran diawali dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah. Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, pertama; relevan, yang berarti informasi harus memilikifeedback value, predictive value, tepat waktu dan lengkap; keduaandal, yang berarti informasi harus memiliki karakteristik penyajian jujur, veriability, netralitas; ketigadapat dibandingkan, berarti laporan keuangan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lain dan keempatdapat dipahami, berarti bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.Dalam rangka memenuhi kriteria kualitatif laporan keuangan tersebut di atas, pemerintah pusat berusaha memanfaatkan teknologi informasi dengan mengembangkan sebuah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Politeknik Negeri Padang sudah menggunakan SAPP di tingkat satuan kerja yaitu sistem akuntansi instansi (SAI). SAI akan menghasilkan Laporan Keuangan satuan kerja yang kemudian digabung secara berjenjang ke tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). LKPP diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan

Page 15: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Republik Indonesia (BPK-RI) selanjutnya diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wujud pertanggungjawabananggaran kepada wakil rakyat Indonesia.

h. Pengukuran dan evaluasi kinerja Untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja setiap satker, maka semenjak tahun 2001 sudah diwajibkan satker membuat LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Awal tahun 2001 LAKIP untuk pertama kalinya dibuat sudah dinyatakan bahwa kedepannya, penganggaran yangdibuat dan diusulkan akan dinilai dari LAKIP ini. Namun hal ini belum terlaksana dengan baik dengan berbagai kendala. Hal ini dapat dilihat bahwa LAKIP baru sekedar laporan yang dikirimkan setiap tahunnya. LAKIP ini terus mengalami perkembangan dan perubahan sehingga kalau diihat sudahmengalami penyempurnaan setiap tahunnya. Dalam LAKIP sudah digambarkan mengenai Renstra secara detail dan terkait dengan Rencana Kinerja Tahunan, Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Pengukuran Pencapaian Sasaran setiap tahunnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Performance Based BudgettingDari hasil analisis data ditemukanbeberapa hal yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan performance basedbudgetingpada PNP, yaitu penganggaran kegiatan yang belum berdasarkan skala prioritas dan keterbatasan dana serta belum terincinya indikator kinerja untuk kegiatan yang terlaksana. Penganggaran belum berdasarkan skala prioritasMelihat banyaknya usulan dari jurusan/program studi yang ada di PNP, namun belum menyusun anggaran berdasarkan skala prioritas dan keterbatasan sumber dana menyebabkan usulan dari jurusan/prodi tidak dapat terpenuhi semuanya. Hal ini akhirnya yang membuat penyusunan anggaran berdasarkan skala prioritas terabaikan. Keterbatasan Dana Keterbatasan dana merupakan salah satu penyebab tidak berjalannya performance based budgetingpada PNP. Keterbatasan dana tersebut menyebabkan tidak adanya jaminan bahwa program dan/atau kegiatan yang telah dirumuskan untuk mencapai target kinerja tertentu dapat dilaksanakan karena tidak tersedianya dana untuk melaksanakan program dan/atau kegiatan tersebut. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa ketersediaan dana merupakan prakondisi yang harus ada dalam mengimplementasikan performance based budgeting. Suatu entitas pemerintah tidak dapat menerapkanperformance based budgetingapabila tidak memiliki keleluasaan dalam merencanakan kinerjanya sesuai dengan visi dan amanah yang diemban. Salah satu faktor yang dominan yang menghambat keleluasaan tersebut adalah keterbatasan dana sehingga tidak ada jaminan bahwa kinerja yang akan direncanakan akan dapat dicapai. Ini sejalan dengan yang diungkapkan Hou (2010) yang melaksanakan penelitian mengenai pengaruh kondisi perekonomian terhadap implementasi performance based budgeting pada negara-negara bagian di Amerika Serikat. Hasil penelitian Hou menunjukkan bahwa pada saat kondisi ekonomi sedang baik atau booming dimana pendapatan atau sumber dana pemerintah melimpah, performance based budgetingmenjadi alat tawar (bargaining tool) yang bisanya digunakan oleh instansi pemerintah dalam mengajukan permintaan anggaran. Pada kondisi ini performance based budgeting memainkan peran yang besar dalam proses penganggaran. Sebaliknya, pada saat resesi ekonomi dimana pendapatan pemerintah menurun, kinerja bukanmerupakan pertimbangan yang utama dalam memutuskan pengurangan anggaran sehingga penerapan performance based budgeting berada demikian, dapat disimpulkan performance based budgeting baru dapat diterapkan apabila sumber dana tersedia secara cukup sehingga tidak menjadi hambatan atau constraindalam proses pengambilan keputusan alokasi

Page 16: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

anggaran. Belum lengkapnya ukuran indikator kinerja yang terlaksana Salah satua ktivitas utama dalam performance based budgetingadalah tersedianya data untuk indikator kinerja dan membuat keputusan mengenai penganggarannya sesuai target kinerja yang ditetapkan. Karena hal ini akan bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang berbaga iprogram yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Perolehan dan penyajian data kuantitatif juga akan menjelaskan bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan dapat dicapai.

Page 17: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi keuangan sektor publik merupakan sistim informasi yang mengukur aktivitas pemerintah, memproses informasi menjadi laporan keuangan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pembuat keputusan. Tujuan laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.

Sedangkan anggaran sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan (unit moneter), dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.

3.2 Saran

Diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan menjadi lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. BPFE, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.

Lubis, Hijrani. 2009. Analisis Pengaruh Pemberlakuan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/9284/1/10E00096.pdf. Tanggal Akses: 06 Juli 2014. Hal.i.

Mahsun. 2012. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama,Cetakan Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi , Edisi 3. Penerbit PT. Salemba 4, Jakarta.

Munandar, M. 2007. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi kedua. BPFE, Yogyakarta.

Nordiawan, Deddi. Hertianti Ayuningtyas, 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi kedua. Salemba Empat, Jakarta.

Nurcahyani, Kunwaviyah. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/23124/1/SKRIPSI_FULL_TEXT.PDF. Tanggal Akses: 06 Juli 2014. Hal. i.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D,Alfabeta, Bandung.

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 24-35

Contoh Kasus

Page 19: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN.docx

Penyelesaiannya