Click here to load reader
Upload
sophia-ip
View
218
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum Minyak Atsiri topik acara Sirup dari Rempah-rempah
Citation preview
ACARA I (TEKNOLOGI PENGOLAHAN SIRUP REMPAH)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam acara I “Teknologi Pengolahan Sirup
Rempah” adalah
a. Bagaimana proses pembuatan sirup dari rempah-rempah ?
b. Berapa total fenol dan kadar antioksidan sirup rempah-rempah ?
3. Tujuan
Tujuan dari acara I “Teknologi Pengolahan Sirup Rempah” adalah
a. Untuk mengetahui proses pembuatan sirup dari rempah-rempah
b. Untuk mengetahui total fenol dan kadar antioksidan sirup rempah-
rempah
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jahe (Zingeber officinale Rose.) termasuk salah satu komoditas
pertanian berupa tanaman rempah yang mempunyai nilai sosial dan ekonomi
cukup tinggi. Menurut Rukmana (2001), produk jahe yang diperdagangkan di
pasaran dunia antara lain adalah jahe segar, asinan jahe, jahe kering, minyak
jahe, bubuk jahe, dan oleoresin jahe. Disamping itu, jahe dibutuhkan sebagai
bahan baku industri makanan dan minuman serta obat-obatan. Berdasarkan
ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, tanaman jahe dibedakan menjadi 3
jenis yakni jahe merah, jahe emprit dan jahe gajah. Pada praktikum ini, yang
akan diukur kadar fenol dan senyawa antioksidannya adalah jahe merah dan
jahe emprit.
Menurut Febriyanti (2014), jahe memiliki aktivitas yang sangat tinggi.
Senyawa jahe yang bersifat antioksidan diantaranya adalah gingerol, shogaol,
dan zingeron yang memiliki aktifitas antioksidan lebih tinggi dari vitamin E,
serta berperan sebagai anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik dan
kardiotonik. Komponen fenol dalam oleoresin jahe tersebut, selain
memberikan rasa pedas khas jahe, juga berperan sebagai antioksidan alami.
Komponen-komponen fenol seperti 6- gingerol dan 6-shogaol dikenal
memiliki aktivitas antioksidan cukup.
Purnomo (2010) menyatakan bahwa kandungan total fenol pada jahe
merah adalah 23,87 mg/g sedangkan kadar antioksidannya menurut Malani
(2014) adalah 77,65%. Sedangkan pada jahe emprit, kadar antioksidan dan
total fenolnya ialah 88,61% dan 60,97 ppm (Febriyanti, 2014). Kadar total
fenol memiliki korelasi dengan aktivitas antioksidan. Disebutkan dalam
Malani (2014), senyawa fenol berkontribusi secara langsung terhadap aktivitas
antioksidan karena senyawa fenol sendiri merupakan senyawa yang bersifat
antioksidan. Jadi, semakin banyak kadar fenol maka aktivitas antioksidannya
akan semakin tinggi.
Dalam praktikum ini, pada analisa total fenol ditambahkan larutan
folin ciocalteau dan Na2CO3 alkali 2%. Kedua larutan ini berfungsi sebagai
peragen. Semakin banyak jumlah gugus hidroksil fenolik maka semakin besar
konsentrasi komponen fenol yang terdeteksi (Malangngi, 2012).
Uji Scavenger atau sering disebut dengan Uji perendaman warna
radikal bebas DPPH merupakan uji untuk menentukan aktivitas antioksidan
dalam sampel yang akan diujikan dengan melihat kemampuannya dalam
menangkal radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Ketika radikal
DPPH bereaksi dengan suatu senyawa antioksidan yang dapat mendonorkan
atom hidrogen, ia akan tereduksi menjadi DPPH-H. Penambahan DPPH pada
uji ini dikarenakan DPPH dapat bereaksi dengan suatu senyawa antioksidan
sehingga digunakan sebagai parameter kadar antioksidan dalam sampel
(Septiana, 2013). Prinsip dari uji ini adalah adanya donasi atom hidrogen dari
substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non radikal
difenilpikrilhidrazin yang akan ditunjukkan oleh perubahan warna (Hartanto,
2012)
Gambar 1.1 Struktur Molekul DPPH Sebelum dan Setelah Menerima Donor
Atom H (Hartanto, 2012)
Prosedur kerja dalam uji ini adalah mula-mula ekstrak dipersiapkan
dan dilarutkan dengan metanol, yang dalam praktikum ini menggunakan 4,9
ml metanol. Setelah itu campuran larutan tersebut dicampur dengan 1 ml
DPPH 0,3 mM. Campuran lalu divortex dan dibiarkan selama 30 menit
sebelum absorbansinya diukur pada panjang gelombang 517 nm. Penurunan
absobansi menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menangkap radikal
DPPH. Menurut Hartanto (2012), pemilihan penggunaan metanol yang
bersifat lebih polar dibandingkan dengan etanol sebagai pelarut diharapkan
lebih dapat mempertahankan kestabilan DPPH. Perubahan warna yang akan
terjadi adalah perubahan dari larutan yang berwarna ungu menjadi berwarna
kuning
Kelebihan dari metode DPPH adalah secara teknis simpel dilakukan,
dapat dikerjakan dengan cepat dan hanya membutuhkan spektrofotometer UV-
Vis. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah radikal DPPH hanya dapat
dilarutkan dalam media organik (terutama media alkoholik), tidak pada media
aqueous sehingga membatasi kemampuannya dalam penentuan peran
antioksidan hidrofilik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil antioksidan selama pengujian
ini adalah jenis jahe, perbedaan kondisi lingkungan seperti iklim, tempat
tumbuh, kondisi penyimpanan setelah panen dan umur simpan. Senyawa
antioksidan pada jahe dapat mengalami kerusakan yang dipengaruhi oleh
adanya suhu, oksigen, pH dan cahaya sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan aktivitas antioksidan