Upload
nj-mandiri
View
16.571
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
model pembelajaran inquiry
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu system yang saling
berkaitan.Sistaem tersebut terdiri dari komponen – komponen antara lain :
Guru, Siswa, dan Fasilitas belajar.Tanpa adanya komponen – komponen
tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru
sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
agar mudah di terima oleh siswa.Untuk itu guru memerlukan strategi
mengajar melalui model pembelajaran yang tepat sebagai sarana untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.Keberhasilan seorang guru dapat diukur
melalui nilai prestasi siswa yang meningkat setelah proses pembelajaran.
Rendahnya prestasi belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya
menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus
menerus tanpa menggunakan alat bantumengajar seperti media
pengajaranakan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang
bersangkutan.Hal itu di karenakan kemampuan siswa dalam menerima materi
yang tidak sama dalam satu kelas.Informasi akan menarik jika guru
menggunakan model pembelajaran Inquiry, karena dalam pembelajaran
Inquiry guru betugas sebagai Konselor dalam proses belajar mengajar, serta
siswa beerusaha mengoptimalisasikan kemampuannya untuk belajar mandiri
dalam mencari informasi untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Berdasarkan informasi dari kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
kecamatan Besuki kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam
mata pelajaran Biologi masih rendah sehingga terjadi kesalahan –
kesalahandalam mengerjakan soal – soal.Kesalahanyang dilakukan siswa
dalam menjawab soal merupakan indikator kesulitan siswa, kemungkinan
juga dari model atau metode pembelajaran yang digunakan guru selama ini
dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan aktivitas siswa sehingga
1
siswa cenderung pasif dan hanya bergantung pada penjelasan guru.Dari
pengalaman belajar siswa yang cenderung pasif mengakibatkan kemampuan
kognitif siswa sangat rendah sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai
ketentuan belajar.
Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas VII MTS. AL –
HIKMAH Besuki, bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih
menggunakan metode ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang
adanya komunikasi antara guru dan siswa sehingga keaktifan siswa sangat
kurang. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Inquiry
yang mana dalam proses pembelajaran Inquiry siswa dapat mengembangkan
ke kreatifannya untuk mencari informasi melalui penelitian dan percobaan
dalam memecahkan permasalahan dalam materi pembelajaran biologi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba
mengangkat penelitian yang di fokuskan pada model pembelajaran Inquiry
pada mata pelajaran biologi kelas VII pokok bahasan “EKOSISTEM” tahun
pelajaran 2011 – 2012 dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka agar
penelitian ini lebih terarah, terlabih dahulu akan merumuskan masalah yang
menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, masalah adalah sesuatu
yang masih berupa problema yang perlu dicari pemecahannya yakni sevagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam
proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 – 2012.
2. Adakah pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap
aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi kelas VII
MTs. AL – HIKMAH Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
pelajaran 2011 – 2012.
2
3. Adakah pengaruh pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL –
HIKMAH Besuki pada pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
pelajaran 2011 – 2012.
1.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi tentang variabel maupun
konsep – konsep secara spesifik sehingga definisi tersebut dapat diamati oleh
si peneliti maupun orang lainyang ingin menguji kembali. Dengan demikian
definisi operasional variabel berfungsi untuk menghindari salah penafsiran
dan perbedaan pendapat tentang judul Skripsi.
Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Model pembelajaran inquiry terbimbing
2. Aktivitas belajar
3. Hasil belajar
1.3.1 Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Inquiry terbimbing merupakan model pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa yang mana dalam proses pembelajaran siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam memecahkan permasalahan yang telah ditentukan
oleh guru dalam pembelajaran inquiry terbimbing ini guru berpegang
penuh dalam membimbing proses pembelajaran dari awal pembelajaran
sampai akhir pembelajaran.
1.3.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Kegiatan atau aktivitas yang diteliti yaitu
membaca, menulis, mendengarkan , bertanya, merespon.
1.3.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai berkat usaha yang di
tunjukkan dengan adanya perubahan yang mengarah pada penguasaan,
pengeluaran, kecakapan dan kebiasaan sehingga menimbulkan tingkah
laku yang progresif berkat pengalaman dan latihan.
3
Dalam penelitian ini yang dimaksud nilai adalah ketuntasan belajar
siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat diukur dengan Kriteria ketuntasan
Minimal ( KKM ) yang mana dalam penelitian ini KKM yang ditentukan
adalah 70 Model pembelajaran Inquiry dikatakan mampu meningkatkan
aktiviatas dan hasil belajar siswa apabila dalam penelitian tindakan kelas,
pada kelas VII MTS. AL – Hikmah Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM
“ siswa mapu memperoleh nilai diatas KKM yang sudah ditentukan oleh
guru.
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian ada maksud dan tujuan tertentu dimana tujuan
itulah terfokus dalam suatu penelitian. Menurut Kartini Kartono berpendapat
bahwa penelitian bertujuan untuk menentukan, mengembangkan dan
mengakaji kebenaran suatu penelitian ( 1996 ; 20 )
Sesuai dengan permasalahan yang ada maka menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui bagaimana model pembelajaran Inquiry terbimbing
pada mata pelajaran biologi materi pokok “ EKOSISTEM “ kelas VII
MTs. AL – HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012.
2. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry
terbimbing terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
biologi materi pokok “ EKSISTEM “ kelas VII MTs. AL –
HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012.
3. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry
terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi
materi pokok “ EKOSISTEM “ MT. Al – HIKMAH Besuki tahun
ajaran 2011 – 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini
adalah :
4
1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah
pendidikan.
b. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.
2. Bagi Lembaga Sekolah / Guru.
a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran Inquiry yang mampu menarik motivasi
siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Hasil penelitian dapat di jadikan sarana untuk menyusun
kebijaksanaan baru dalam strategi belajar mengajar di masa
yang akan datang.
c. Merangsang motivasi guru untuk lebih menekankan
keberhasilan proses pembelajaran dari pada hanya sekedar
nilai akhir belajar siswa tanpa di sertai pencapaiankompetensi
dasar yang seharusnya di kuasai.
3. Bagi Siswa
a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang di sampaikan
guru.
b. Langkah – langkah pembelajaran yang di terapkan dapat
mendorong penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat.
c. Presentasi keberhasilan belajar siswa meningkat.
4. Bagi Institusi
a. Program peningkatan kualitas kinerja guru.
b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras denagn
misi – misi sekolah.
5. Bagi masyarakat / Pendidikan Secara Umum
a. Hasil penelitian ini sebagai sarana umtuk memberikan
dorongan bagi putra bagi putra – putrinya agar lebih giat
belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
b. Hasil penelitian ini dapat diajadikan acuan dalam memecahkan
problema pendidikan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Teori
Teori merupakan hal yang mutlak di perlukan dalam setiap penelitian,
sebab dengan mendasarkan diri pada teori yang konkrit dan relevan dalam
masalah penelitian, maka unsur – unsur penelitian dapat diuraikandengan
jelas sehingga akan memudahkan dalam pembuktian hipotesisnya. Selain itu
pemakaian teori akan dapat memberikan petunjuk dalam pelaksanaan
kerjasama dan yang dimaksud teori adalah suatu konsep dan definisi yang
saling berhubungan dan dapat digunakan sebagai daar untuk menjelaskan dan
meramalkan kejadian – kejadian atas peristiwa yang saling berhubungan.
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL )
2.2.1.1 Pengertian CTL
Pembelajaran kontextual merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan isi materi dengan keadaan dunia nyata.
Dengan model pembelajaran ini diterapkan dapat meningkatkan
memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini karena siswa dapat
menghubungkan pengetahuan yang di peroleh di kelas dan
penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga,
sebagai warga masyarakat, dan nantinya sebagai tenaga kerja
( Suyanto, 2002 ; 2 ).
Landasan filosofi pengembangan CTL adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontrusikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Hal ini dilandasi filosofi bahwa
pengetahuan tidak dapat di pisah – pisahkan menjadi fakta – fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang
6
di gagas oleh jhon dewey pada awal abad 20 yang lalu ( Nurhadi,
2002 ; 26 ).
Pembelajaran konstektual dalam terjemahan dari contextual
teaching and learning ( CTL ) memiliki dua peranan dalam pendidikan
yaitu sebagai filosofipendidikan dan sebagai rangkaian kesatuan
strategi pendidikan. Bowling Green University, Johnson ( 2002 )
menjelaskan bahwa “ CTL adalah sistem yang holistik, yang terdiri
dari interrelasi bagian – bagian yang memberikan dampak pada di
terima suatu bagian yang mendalam ( Jhonson, 2002 ; 24 ). Penerapan
CTL dalam pembelajaran dilaksanakan dengan siswa belajar dan
memahami konsep – konsep pelajaran melalui masalah ( problem )
yang disajikan melalui alat peraga, memahami konsepnya kemudian
mengaplikasikannya.
2.2.1.2 Karakteristik dan Komponen CTL
Nurhadi ( 2002 : 20 ) menjelaskan bahwa karakteristik
pembelajaran berbasis CTL adalah : ( 1 ) kerjasama, ( 2 ) saling
menunjang , ( 3 ) menyenangkan tidak membosankan, ( 4 ) belajar
dengan bergairah, ( 5 ) pembelajaran terintegrasi ( 6 ) menggunakan
berbagai sumber ( 7 ) siswa aktif ( 8 ) sharing dengan teman, ( 9 )
siswa kritis dan guru kreatif, ( 10 ) dinding kelas dan lorong – lorong
penuh dengan hasil kerja siswa, peta – peta, gambar, artikel, humor
dan lain sebagainya, ( 11 ) laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, dan karangan
siswa dan lain – lain.
Karakteristik pembelajaran konstektual adalah :
1. Pembelajaran bermakna
2. Adanya keterkaitan yang kuat antar materi yang di pelajari dengan
dunia nyata.
3. Siswa bersikap kritis dan guru kreatif dan inovatif, dan
4. Penilaian menggunakan authentic assessment.
7
Secara khusus, Nurhadi, ( 2002 ; 10 ) menyatakan bahwa
ada tujuan komponen utama CTL, yaitu :
a. Kontruktivisme ( contructivism )
b. Menemukan ( Inquiry )
c. Bertanya ( Questioning )
d. Masyarakat belajar ( Learning Community )
e. Pemodelan ( Modeling )
f. Refleksi ( Reflection )
g. Penilaian yang sebenarnya ( Aunthentic Assessment )
2.2.1.3 Penerapan CTL dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran kontextual memungkinkan terjadinya
lima bentuk belajaryang penting, yaitu mengaitkan ( relating ),
mengalami ( exprinencing ), menerapkan ( applaying ), bekerjasama
( cooperating ), dan mentransfer ( transferring ).
1. Mengaitkan adalah Strategi yang paling hebat dan
merupakan inti konstrutivisme. Guru menggunakan konsep
ini ketika ia mengaitkan konsep materi baru dengan materi
yang sudah di kenal siswa.
2. Mengalami. Merupakan inti belajar kontektual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman maupun dengan pengetahuan sebelumnya.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat
memotivasi dengan memberikan latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan signifikan. Sebaliknya siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan.
8
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam – macam
pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hafalan.
2.2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning)
1. Kelebihan CTL
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
Artinya siswa di tuntut untuk dapat menagkap
hubungan antara penaglaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata.hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsioanal,
akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aluran
konstruktivisme, dimana seorang siswa di tuntun
uentuk menemukan pengetahuannya sendiri.
2. Kelemahan CTL
a. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena
dalam model pembelajaran CTL guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Dalam
pembelajaran ini, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau “ Penguasa “ yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing
siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap berkembangnya.
9
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan
mengajak siswa agar menyadari dengan sadar
menggunakan strategi – strategi mereka sndiri
untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya
guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang di terapkannya.
2.2 Dasar Pandangan Teori Tentang Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
2.2.2 Pengertian Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki dorongan
untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang
alam sekitar disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir
kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal
segal sesuatu melalui indra penglihatan, pendengaran, pengecapan dan
indra – indra lainnya. Hingga dewasa keingin tahuan manusia secara
terus – menerus berkembang dengan menggunakan otak dan
pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna
( meaning full ) manakala didasari oleh keingin tahuan itu. Didasari
inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan model
pembelajaran Inquiry dikembangkan
Inquiry secara harfiah berarti penyelidikan. Carind dan
Sund ( Mulyase, E., 2005 ; 108 ) meyatakan bahwa “ Inquiry Is The
Process Of Muestigi Ting a Probleme “ artinya bahwa Inquiry adalah
proses penyelidikan suatu masalah. Menurut Kuslan dan Stone
( Wartono, 1996 ; 29 ) mendefinisikan Inquiry sebagai pengajaran
dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa. Peristiwa ilmiah
dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Sanjaya ( 2008 ; 196 )
menyatakan Inquiry berasal dari kata To Inquire yang berarti ikut
10
serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan.
Mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan
bahwa Inquiry ini bertujuan untuk memberi cara bagi siswa untuk
mwmbangun kecakapan – kecakapan intelektual ( kecakpan berfikir )
terkait dengan proses – proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi
tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara – cara
untuk menbantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Pembelajaran inquiry terbimbing adalah model
pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah pada suatu diskusi.
Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap – tahap pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing
ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep – konsep
pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas –
tugas yang relevan untuk diselesaikan baik diskusi kelompok maupun
secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik
suatu kesimpulan secara mandiri.
2.2.2.1 Ciri – cirri Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Selanjutnya Sanjaya ( 2008 ; 19 ) menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang menjadi cirri utama model pembelajaran Inquiry,
yaitu:
1. Model pembelajaran Inquiry terbimbing ini menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan masalah. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukam
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri
11
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang di
pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri ( self blief ).
3. Tujuan penggunaan model Inquiry adalah mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental,
akibatnya dalam pembelajaran Inquiry siswa tidak hanya di
tuntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya.
2.2.2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Sanjaya ( 2008 ; 202 ) menyatakan bahwa pembelajaran
Inquiry mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
2.2.2.2.1 Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.
Hal yang di lakukan dalam orientasi ini adalah :
1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang di
harapkan dapat di capai oleh siswa.
2. Menjelaskan pokok – pokok kegiatan yang harus di
lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
Hal ini di lakukan dalam rangka memberikan
memotivasi belajar siswa.
2.2.2.2.2 Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka – teki.
Persoalan yang di sajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk memecahkan teka – teki itu. Teka – teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabanya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran Inquiry,
12
oleh karna itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
2.2.2.2.3 Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang
tepat di lakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak ( berhipotesis ) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahan yang di kaji.
2.2.2.2.4 Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menyaring
informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang di
ajukan. Dalam pembelajaran Inquiry, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berfikirnya.
2.2.2.2.5 Menguji Hipotesis atau melakukan pengamatan
Menguji hipotesis menentukan jawaban yang di
anggap di terima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan datanya. Menguji
hipotesis juga mengembangkan kemampuan berfikir
rasional. Artinya kebenaran jawaban yang di berikan bukan
hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus di dukung
oleh data yang di temukan dan dapat di pertanggung
jawabkan.
13
2.2.2.2.6 Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang di peroleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.
Dalam mengembangkan sikap Inquiry di kelas guru mempunyai
peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap
yaitu :
1.) Tahap problem solving atau tugas ; 2.) Tahap pengeluaran kelompok ; 3.)
Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai
instruk dapat memberikan kemudahan dalam bekerja kelompok, melakukan
intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
2.2.3 Macam – Macam / Tingakatan Inquiry
Model pembelajaran inquiry terbagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya
bimbingan yang di berikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis
pembelajaran tersebut adalah :
2.2.3.1 Inquiry Terbimbing ( Guided Inquiry Approuch )
Pembelajaran inquiry terbimbing adalah model
pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah
pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap – tahap
pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing ini
siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep –
konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan
pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
14
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
2.2.3.2 Inquiry Bebas ( free inquiry approach )
Pada umumnya pembelajaran inquiry bebas ini di
gunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan
pembelajaran inquiry. Karena dalam inquiry bebas ini
menempatkan siswa seolah – olah ilmuwan sungguhan.
Siswa di beri kebebasan menentukan permasalahan untuk di
selidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
mandiri, merancang prosedur atau langkah – langkah yang di
perlukan.
2.2.3.3 Inquiry Bebas Yang Di modifikasikan ( modified free inquiry
approach )
Dalam pembelajaran inquiry jenis ini membatasi
memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu
secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun apabila ada siswa yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan
dapat di berikan secara tidak langsung dengan memberikan
contoh – contoh yang relevan dengan permasalahan yang di
hadapi, atau melalui siswa dengan kelompok lain.
2.2.4 Tujuan pembelajaran Inquiry Terbimbing
Metode pembelajaran inquiry disamping mengantarkan
siswa pada tujuan intruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga
memberikan tujuan ringan ( nutrunan effect ) sebagai berikut :
1) Memperoleh keterampilan untuk memperoses secara ilmiah.
2) Lebih berkembangnya daya kreaktifitas anak
3) Belajar secara mandiri
4) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang
menerimanya secara sensitif ( Gulo, 2002 ;101 )
5) Lebih memahami hal – hal yang mendua
15
2.2.5 Peranan Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inquiry
mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para siswa antara
lain sebagai berikut :
1) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa
2) Membuat konsep dari siswa bertambah dengan penemuan –
penemuan yang di perolehnya
3) Memilki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas
penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif
para siswa.
4) Penemuan – penemuan yang di peroleh siswa dapat menjamin
kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5) Tidak menjadikan guru satu – satunya sebagai sumber belajar.
2.2.6 Syarat kegiatan Pembelajaran Inquiry
Kondisi – kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inquiry adalah :
1) Aspek social didalam kelas dan suasana terbuka yang
mengundang siswa berdiskusi.
2) Berfokus pada hipotesis
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi
2.2.7 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang
banyak di anjurkan, karena memilki keunggulan di antaranya ;
1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor
secara seimbang sehingga pembelajaran ini dianggap jauh
lebih bermakna.
2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang di anggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
16
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkata adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata – rata.
Disamping memilki keunggulan, pembelajaran ini memiliki
kelemahan diantaranya :
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyelesaikannya dengan waktu yang di tentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
ini tampaknya akan sulit di implementasikan.
2.3 Dasar Pandangan Teori Tentang Aktivitas Belajar
2.3.1 Aktivitas
Menurut Anton M. Mulyono ( 2001 ; 26 ), aktivitas artinya “
kegiatan atau keaktifan “ jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan – kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan
suatu aktivitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiata yang di
lakukan baik secara jasmani dan rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan slah satu indicator adanya keinginan siswa
untuk belajar.
2.3.2 Aktivitas Belajar
Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi ( guru dan siswa ) dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Aktivitas yang di maksudkan disni penerapannya
adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dlam proses
17
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Seperti yang
dikemukakan oleh Rochman Nata Wijaya dalam Depdiknas ( 2005 ;
31 ), belajar aktif adalah keaktivan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang
paling mendasar yang di tuntut dalam proses pembelajaran adalah
keaktivan siswa “. Keaktivan siswa dalam proses belajar akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun
dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
melibatkan kemampuan semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
2.4 Dasar Pandangan Teori Tentang Mata Pelajaran Biologi
2.4.1 Pengertian Biologi
2.4.1.1 Pengertian Ilmu Biologi
Berdasarkan etimologi biologi berasal dari dua kata
yaitu bios artinya hidup dan logos artinya ilmu dari dua kata
tersebut pengertian biologi yaitu “ biologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang semua makhluk hidup di muka bumi
( manusia, hewan, tumbuhan, jamur, ganggang / alga, bakteri,
dan virus “.
Dari pendapat diatas dapat penulis simpilkan bahwa
mata pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang di ajarkan
untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan atas dimana pada
dasarnya pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa
dengan berbagai kemampuan tentang cara “ mengetahui “
dan cara “ mengerjakan “ yang dapat membantu siswa untuk
memahami alam sekitar secara mendalam.
18
2.4.1.2 Tujuan
Pengajaran biologi mempunyai tujuan dalam proses
pembelajaran bagis siswa yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
2. Kebanggaan nasional dan kebesaran serta kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Memahami konsep – konsep biologi dan saling
keterkaitan.
4. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari.
5. Mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk
memperolehkonsep – konsep biologi dan
menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah.
6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk
menghasilkan karya tecknologi sederhana yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia.
2.4.1.3 Fungsi
Pengajaran biologi berfungsi menanamkan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan
keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta menguasai konsep
biologi untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
2.4.2 Materi Pokok EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oelh
hubungan timbale balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem merupakan penggabungan dari stiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi timbale balik antara organisme
19
dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan an organisme.
2.4.2.1 Komponen Pembentuk Ekosistem
Komponen – komponen pembentuk Ekosistem adalah :
1. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah
komponen fisik dan kimia yang merupakan medium
atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup.
Komponen abiotik dapat berupa bahan organik,
senyawa an organik, dan faktor yang mempengaruhi
distribusi organisme yaitu :
1. Suhu. Proses biologi di pengaruhi suhu. Mamalia
dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperature dan tubuhnya.
2. Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi
organism
3. Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi
kesetimbangan air dalam organisme melalui
osmosis
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya
mempengaruhi fotosintesis.
5. Tanah dan Batu. Beberapa karakteristiktanah
yang meliputi struktur fisik, PH, dan komposisi
mineral penyebaran organisme berdasarkan pada
kandungan sumber makananya di tanah.
6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka
waktu lama dalam suatu area.
2. Biotik
20
Biotik adalah istilah yang biasanya
digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup
( organisme ). Komponen biotic adalah suatu
komponen yang menyusu suatu ekosistem selain
komponen abiotik ( tidak bernyawa ).
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup di bedakan
menjadi tiga macam yaitu :
1. Heterotof / konsumen
Komponen heterotof terdiri dari organisme
yang memanfaatkan bahan – bahan organic yang
disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.
Yang tergolong heterotof adalah manusia hewan,
jamur, dan mikroba.
2. Pengurai / decomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme
yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati.
2.4.2.2 Ketergantungan
Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antara
komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.
1. Antar komponen biotik
a. Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi
melalui rantai makanan
b. Jaring – jaring makanan yaitu raintai – rantai
makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring
– jaring
2.4.2.3 Antar komponen biotik dan abiotik
Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
dpat terjadi melalui siklus materi. Seperti
1. Siklus karbon
21
2. Siklus air
3. Siklus nitrogen
4. Siklus sulfur
2.4.3 Dasar Pandangan Teori Tentang Hasil Belajar
Asal kata hasil usaha adalah dari prestasi yang menurut Ws.
Wingkel adalah : “ bukti usaha yang di capai karena adanya
pengalaman dan latihan “ ( 1994 ; 161 ). Sedangkan pengertian belajar
menurut James Whi Haber yang kemudian dikutip Wasty Soetomo
adalah “ proses dimana tingkah laku yang timbul atau mengalami
perubahan karena adanya latihan atau pengalaman “ ( 1991 ; 99 ).
Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah hasil dari bukti usaha seseorang dalam
proses pembelajaran baik berupa latihan ataupun pengalaman.
2.4.3.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang di capai oleh siswa merupakan
interaksi dari berbagai factor yang saling mempengaruhi baik
dari dalam ( faktor internal ) dari siswa itu.
Wasty Soemanto, mengemukakan pendapatnya faktor –
faktor prestasi belajar dapat di golongkan menjadi tiga
macam yaitu :
a. Faktor – faktor stimulasi belajar adalah hal diluar
individu yang merangsang individu untuk
menyadarkan reaksi atau perubahan belajar
b. Faktor – faktor metode belajar adalah metode belajar
yang dipakai oleh pelajar karena di pengaruhi oleh
metode mengajar yang digunakan guru
c. Faktor – faktor individu meliputi :
“ Kematangan usia, jenis kelamin,
pengalaman kapasitas mental, kondisi kesehatan
22
jasmani dan rohani, serta motivasi ( 1990 ; 107-
115 ).
2.4.3.2 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian adalah belajar penting dalam proses belajar
mengajar dan merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah
program kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan dan di
laksanakan itu sudah berhasil atau tidak.
Dalam pelaksanaan penelitian itu tentu di perlukan
informasi atau data kuantitatif yang di peroleh melalui
kegiatan yang disebut pengukuran dengan menggunakan alat
ukur, seperti : Tes tulis, tes lisan atau tes perbuatan
Dalam bukunya Suhartini Ari Kunto menjelaskan
sebagai berikut : “ penilaian pendidikan adalah kegiatan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan tempat
penilaian di sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran
mengadakan penilaian dengan maksud usaha yang di lakukan
melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah
di umpamakan sebagai tempat mengelola sesuatu dan calon
siswa di umpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan
dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil bahan yang
sudah siap digunakan. Dalam motivasi yang menggunakan
teckhnologi maka tempat pengelolaan itu disebut informasi,
jika di gambarkan dalam bentuk diagram akan terliahat
sebagai berikut :
23
Input transformasi output
Umpan balik
a. Input adalah siswa yang belum memasuki sekolah di
nilai lebih dahulu kemampuannya untuk mengetahui
apakah ia mampu mengikuti pelajaran selamjutnya.
b. Transformasi adalah sekolah yang bertugas mengolah
bahan mentah ( calon siswa ) menjadi bahan jadi
( lulusan yang memiliki unsur – unsur antara lain :
Guru dan personal lainnya
Bahan pelajaran
Metode mengajar dan system evaluasi
Sarana penunjang
Sistem administrasi
c. Out put adalah lulusan dari sekolah itu yang
sebelumnya mengalami penilaian untuk dapat lulus
atau tidak.
d. Umpan balik adalah senjata informasi yang dapat di
pakai sebagai acuan untuk memperbaiki keadaan
selanjutnya.
Penilaian adalah serangakaian kegiatan untuk
memperoleh menganalisis dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar siswa yang di lakukan sistematis
dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan ( Direktorat Dik
menum, 1994 ; 2 ).
Penilaian sebaiknya bersifat relatif artinya
diantara siswa yang ada didalam kelas. Siapakah yang
telah berhasil menyerap paling banyak pengetahuan yang
di ajarkan oleh guru dan siapa yang terampil berfikir
didalam memutuskan masalah biologi atau ilmiah. Di
dalam penilaian guru sudah memberikan standart Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang mana KKM tersebut
24
dijadikan acuan dalam proses penilaian hasil belajar
siswa.
2.4.3.3 KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal )
KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) adalah criteria
paling rendah untuk menyatakanpeserta didik mencapai
ketuntasan. KKM harus di tetapkan diawal tahun ajaran oleh
satuan pendidikan berdasrkan hasil musyawarah guru mata
pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan
pendidikan yang memiliki karakteristik yang hamper sama.
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
2.4.3.4 Fungsi KKM
Di dalam penilaian KKM memiliki beberapa fungsi
untuk pemberian kriteria ketuntasan belajar siswa, agar dalam
penilaian mudah bagi guru untuk menentukan siswa yang
sudah mencapai indikator belajar atau tidak . Fungsi tersebut
antara lain :
1. Sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai
kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi
Dasar ( KD ) suatu mata pelajaran atau Standart
Kompetensi ( SK )
2. Sebagai acuan peserta didik untuk mempersiapkan
diri dalam mengikuti pembelajaran
3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai
dengan SK / KD – nya
4. Sebagai slah satu instrumen dalam melakukan
evaluasi belajar
25
5. Sebagai kontrak peda gogik anatara pendidik peserta
didik dan masyarakat ( khususnya orang tua dan wali
murid )
2.4.3.5 Tahapan Penetapan KKM
Seperti pada uraian diatas bahwa penetapan KKM di
lakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
Adapun langkah dan penetapan KKM antara lain :
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata
pelajaran dengan mempertimbangakan tiga aspek
criteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, intake
peserta didik. Hasil penetapan KKM indicator
berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok
guru mata pelajaran di sahkan oleh kepala sekolah
untuk dijadikan patokan guru didalam penilaian
3. KKM yang ditetapkan di sosialisasikan kepada
pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu peserta
didik, orang tua dan dinas pendidikan
4. KKM dicantumkan dalam laporan hasil belajar atau
rapor pada saat hasil penilaian di alporkan kepada
orang / wali peserta didik.
2.5 Keterkaitan Antara Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Aktivitas dan
Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Biologi.
Telah diketahui bahwa model pembelajaran inquiry merupakan model
pembelajaran yang menekankan kepada aktivtas siswa secara maksimal untuk
mencari menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam pembelajaran inquiry siswa di ajarkan untuk mandiri
dan siswa di latih untuk aktif mengikuti proses pembelajaran.
26
Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang paling mendasar
yang di tuntut dalam proses pembelajaran inquiry akan menyebabkan
interaksi tinggi antara guru dengan siswa ataupun siwa itu sendiri. Hal ini
mangakibatkan suasan kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing –
masing siswa dapat melibatkannya semaksimal mungkin.
Sanjaya ( 2008 ; 196 ) menyatakan bahwa “ seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang di pertanyakan, sehingga di harapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri ( self belief )
Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa pengaruh
model pembelajaran inquiry terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa adalah
sebagai berikut :
“ Semakin kreatif guru mata pelajaran biologi dalam memberikan
pertanyaan atau permasalahan yang harus di pecahkan siswa dalam proses
pembelajaran maka semakin baik pula aktivitas dan hasil belajar siswa “.
Dalam materi pokok Ekosistem siswa memerlukan pengetahuan dan
pengalaman dalam mengenali atau mengetahui ekosistem dan kegiatan –
kegiatannya. Maka dengan pembelajaran inquiry guru harus memberikan
kebebasan siswa untuk mencari informasi, menemukan dan memecahkan
permasalahan atau pertanyaan dari guru sehingga terciptalah suasana belajar
yang aktif sehingga siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan
siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan siswa mencapai hasil
belajar yang lebih efektif.
2.6 Hipotesa Penelitian
Hipotesa sangat perlu yaitu memberi arah bagi peneliti dan merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Dalam suatu penelitian hipotesa haruslah di rumuskan
dengan jelas sesuai dengan syarat – syarat tertentu.
Winarno Surahmad menyatakan “ hipotesa adalah sebuah kesimpulan
sementara yang belum final dan untuk mencapai kesimpulan diadakan
27
penggolongan secara cermat, maka akan didapatkan suatu kesimpulan yang
menerima atau menolak suatau hipotesa yang telah di ajukan
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hipotesis tindakan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan aktivitas
belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
mata pelajaran biologi poko bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
pelajaran 2011 / 2012.
2. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan hasil
belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
Materi pelajaran Biologi pokok bahasan “ EKOSISTEM “
tahun pelajaran 2011 / 2012.
28
BAB III
MODEL PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan
kualitatif. Adapun ciri – ciri pendekatan kualitatif menurut Sudjana (dalam
Wahyuningsih, 2006.20 ) yaitu : ( 1 ) menggunakan lingkungan alamiyah sumber
data langsung ; ( 2 ) bersikap deskriptif analitis ; ( 3 ) lebih menekankan proses
daripada hasil ; ( 4 ) analisa data bersifat induktif , karena penelitian tidak dimulai
dari deduktif teori tetapi dari lapangan yakni fakta empiris ; ( 5) menggu nakan
makna. Ciri tersebut diperkuat oleh oleh pendapat Meong( dalam Fahmi, 2006 :
27 ) bahwa penelitian ini juga sesuai dengan karakteristik penelitian kuali tatif.
Karakteristik yang dimaksud adalah : ( 1 ) menggunakan latar belakang ala miah
seperti apa adanya di lapangan; ( 2 ) penelitian sebagai instrumen utama,
maksudnya disamping pengumpulan data dan menganalisis data, peneliti terlibat
langsung dalam proses penelitian ; ( 3 ) hasil penelitian bersifat deskriptif ; ( 4 )
desain bersifat sementara ; serta ( 5 ) batas permasalahan ditentukan fokus peneli
tian.
Rancangan penelitian yang dipandang sesuai dengan tujuan peneli
tian adalah rancangan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Karena menurut Hobri
( 2006 ) penelitian tindakan kelas adalah penelitian atau kajian secara sistematis
dan terencana dilakukan oleh oleh peniliti dan praktis ( dalam hal ini guru ) untuk
memperbaiki penbelajaran dengan jalan mengadakan perbaikan atau perubahan
dan mempelajari akibat yang ditimbulkan.
Jenis penelitian tindakan ini termasuk penelitian tindakan kelas .
Penelitian ini dikatakan penelitian tindakan kelas dari awal sampai berakhirnya
penelitian. Rancangan pembelajaran yang digunakan berdasarkan dari model pene
litian Hopkins, yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk
spiral yang terdiri dari empat fase ( PGSM , 1998 : 8 ) yaitu fase perencanaan
( planning ) ; tindakan ( action ) ; pengamatan ( observation ) ; dan refleksi ( reflec
tion ) ; Penelitian ini berorientasi pada pengkajian masalah – masalah praktis yang
29
dihadapi guru dalam kelas, dan hasilnya dapat diaplikasikan oleh guru sendiri
dalam rangka memperbaiki pemanfaatan belajar mengajar yang dihadapi.
3.2 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah lokasi yang dijadikan tempat untuk dilak
sanakannya penelitian. Sebagai mana dikatakan Hadi ( dalam fFahmi, 2006 : 28 )
bahwa daerah penelitian merupakan suatu tempat atau lokasi objek penelitian dila
kukan .
Model penentuan lokasi penelitian yang digunakan dalam peneliti
an adalah purposive sampling area , yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau
lokasi penelitian yang didasarkan pada pertimbangan tertentu . Adapun lokasiyang
ditentukan adalah dalam penelitian dalah MTs. AL – HIKMAH yang berlo kasi di
jalan Adipodai No.36 Besuki Kabupaten Situbondo. Pertimbangan yang didasari
peneliti memilih tempat penelitian tersebut karena selama ini sekolah ter sebut
hanya terpaku pada proses pembelajarn dengan model ceramah yang mana guru
yang berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa sulit untuk
mencapai indikator pembelajaran serta sekolah tersebut masih belum pernah dia
dakan penelitian tentang tentang model pembelajaran inquiry dalam rangka peni
ngkatan mutu belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran biologi.
3.3 Kehadiran Peneliti
Konsekuensi dari pemilihan jenis penelitian tindakan kelas dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memuat kehadiran peneliti di lokasi
penelitian mutlak diperlukan. Menurut Nasution ( dalam Sugiyono , 2005 : 60 )
menyatakan bahwa :
“ Dalam penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasan ialah bahwa; segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti masalah, fokus, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti, Segala sesuatu perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang tidak pasti dan tidak
jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu – satu
nya yang dapat mencapai “ .
30
Penelitian bertindak sebagai instrumen utama dan pemberi tinda
kan di lapangan. Peneliti sebagai instrumen dimaksudkan sebagai pewawancara
dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti mewawancarai subjek peneliti
dengan berpedoman pada hasil pekerjaan siswa . Peneliti sebagi pengamat yaitu
meneliti mengamati aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Kedudukan pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat
dan menyajikan bahan jar serta motivator kegiatan pembelajaran selama peneli
tian dilakukan , serta pada pembelajaran model inquiry penilit bertindak sebagi
konselor dalam proses diskusi yang dilakukan siswa. Disamping pembentukan
tindakan, peneliti juga bertindak sebagai pengamat, pengumpul data, penganalisis
data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Kehadirabn peneliti dilokasi sebnyak
tiga kali secara terbuka, maksudnya statussebagai peneliti dantujuan kegiatan pene
liti diketahui oleh siswa.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yangdiperlukan dalampenelitian ini terdiridari dua macam
data yaitu :
1. Data berupa dokumen , meliputi :
a. Jawaban siswa dalam menyelesaikan soal
b. Respon siswa untuk masing – masing penyelesaian tugas atau konsep
yang diberikan dalam model pembelajaran .
2. Data berupa non dokumenter, meliputi :
a. Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah an guru mata
pelajaran.
b. Hasil wawancara peneliti dengan siswa yang menjadi subjek
penelitian.
c. Hasil observasi dan mengenai kegiatan pembelajaran baik berkenaan
dengan peneliti maupun yang berkenaan dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Sumber data dan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa
31
kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki Tahun ajaran 2011 / 2012.
Model yang digunakan untuk menentukan subjek alat penlitian ini
adalah dengan menggunakan tekhnik penelitian sample. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VII MTs. AL –HIKMAH Besuki, salah
satu pertimbangannya adalah siswa kelas tersebut mempunyai rata –
rata tingkat kemampuan afektif, kognitif , dan psikomotor yang tidak
jauh berbeda.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksud untuk memperoleh bahan – bahan ya
ng relevan dan akurat, dimana model yang digunakan memiliki ciri yang bebeda –
beda . Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih, 2006 : 22 ), model pengumpulan
data adalah cara yang diguanakan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun mo
del yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Metode Test
Model test adalah satu cara pengumpulan data yang berupa
angka atau nilai hasil belajar dengan tekhnik pengukuran. Pada penelitian
ini tekhnik pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengunakan test.
Seperti yang dikemukakn oleh Abdul ( 2003 : 09 ) yaitu dalam proses hasil
belajar siswa kita menggunakan tekhnik atau model test, oleh karena itu
dalam penelitian menngunakan alat penialain yang berupa test.
Adapun jenis test digolongkan menjadi dua yaitu tes tulis dan test
lisan.Test tulis terdiri dari test pilihan ganda dan tes uraian. Definisi tes
pilihan gandan dan uraian adalah sebagai berikut :
1. Pilihan ganda adalah test yang terdiri dari beberapa soal yang
dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban
uyang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar
2. Uraian merupakan bentuk test yang terdiri dari suatu
pertanyaan atau perintah yang memrlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata – kata yang relatif
panjang .
32
Test ini diberikan apada siswa dengan maksud mengukur sejauh
mana hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inquiry.
Test yang dilakukan Setelah kegiatan pemeblajaran, dengan menggunakan
soal test obyektif ( pilihan ganda ) dan essay ( uraian ), serta di konsultasi
kan dengan guru bidang studi. Sehingga dapat menunjukkan tingkat keter
capaian tujuan tujuan pemeblajaran. Hasil dari test tersebut dapat diguna
kan sebagai acuan dalam mewawancarai subyek penelitian.
3.5.2 Metode Wawancara
Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih , 2006 : 22 ) menyatakan
bahwa wawancara atau interview dalam sebuah dialog yang dilakukanoleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara . Dalam pe
laksanaannya wawancara dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Wawancara bebas, dimana wawancara bebas menyatakan apa
saja tetapi juga mengikat akan data yang dikumpulkan.
2. Wawancara terpimpin , dimana wawncara dilakukan
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci seperti yang dimaksud dalam wawncara
terstruktur.
3. Wawancara bebas terpimpin, yang merupakan kombinasi
antara wawancara bebas dan terpimpin.
Sanapiah faisal ( DALAM Sugiyono, 2005 : 76 ) mengemukakan
ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif yaitu :
1. Menetapkan kepada siap wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara
33
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi hasil tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas terpimpin , karena pewawancara membawa pedoman
dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung.Wawancara
dilaksanakan setelahdiadakan test. Wawancara dilakukan dengan pedoman
pada pekerjaan siswa yang berupa tugas pengajuan soal dan test hasil
belajar. Data yang akan diperoleh ada lah data tanggapan guru dan siswa
tentang proses dan hasil pembelajaran yang te lah dilak sanakan.
3.5.3 Metode Observasi
Model observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatanperhatian terhadap suatu objek menggunakan alat indera yaitu
pengamatan secara langsung . Observasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
1. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan instrument pengamatan.
2. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat
dengan tidak menggunakan pedoman instrument pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
sistematis dengan pedoman yang sudah disiapkan ( lampiran ). Untuk
mempermudah mengumpulkan data , penelitian ini akan dibantu oleh se
orang observasi yang sudah mendapat kepercayaan dari peneliti dan guru
pada saat pengambilan data. Pedoman yang akan digunakan pada saat ob
servasi antara lain :
34
1. Pedoman observasi yaitu berisikan tentang peraturan atau
tata tertib dalam melaksanakan observasi.
2. Panduan pengamatan yaitu berisikan tentang tata cara
pemberian nilai terntum dalam criteria atau kategori
penilaian.
3. Lembar pengamatan.
3.5.4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan model penunjang dari model
observasi dan wawancara. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlaku (sugiyono,2005:82). Dokumentasibiasanya
berbentuk tulisan,gambar,atau karya-karya monumental dari seseorang.
teknik pe ngumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang dipe roleh melalui dokumen-dokumen.
Jadi dengan model documenter kita dapat mengumpulkan
data dengan melihat beberapa dokumen sebagai bahan informasi tamba
han atau bukti otentik sebagai penunjang dalam pengumpulan data sebu
ah penelitian.
Adapun data dokumen – dokumen yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah keadaan siswa MTs. AL- HIKMAH , keadaan fisik
dan fasilitas MTs. AL – HIKMAH dan data lain yang berhubungan deng
an objek yang diteliti.
3.6 Tekhnik Analisis Data
Data penelitian terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Data penelitian terkumpul terdiri dari test, hasil wawan
cara, hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan data yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah :
35
1. persentasi ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran dicari
dengan rumus.
n
P = x 100 %
N
keterangan: p= persentase ketuntasan hasil belajar siswa
n= jumlah siswa yang tuntas belajar
N= jumlah seluruh siswa
2. Hasil analisis data digunakan untuk menentukan langkah-langkah
penelitian berikutnya. Jika test siswa tidak mencapai ketetapan klasikal
( nilai test merupakan hasil evaluasi akhir atau test akhir dari bahan ajar
yang diberikan ), maka penelitian akan dilanjutkan atau diteruskan ke
siklus kedua dengan materi atau bahan ajar yang sejenis. jika pada siklus
kedua hasil test siswa tidak mencapai ketuntasan klasikal, maka
penelitian akan masuk pada siklus ketiga dan begitu seterusnya sehingga
siswa dapat mencapai ketuntasan klasikal.
1. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut:
a. daya serap individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar
apabila telah mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimal 100
b. Daya serap klasikal jika satu kelas dikatakan tuntas apabila
terdapat skor minimal mencapai≥ 85 % siswa yang telah
mencapai skor dari atau sama dengan 70 dari skor maksimal.
Langkah analisis hasil observasi diawali dengan menghitung
jumlah skor hasil
observasi pada masing-masing siswa, kemudian menggolongkan
kedalam kategorisasi yang telah ditentukan, untuk menghitung jumlah
skor digunakan pedoman sebagai berikut :
n
P = x 100 %
M
36
Keterangan : P = Presentase skor yang di capai
n = Skor yang diperoleh peserta didik
m = Skor maksimal
Pengelompokan kategori aktivitas belajar siswa secara
individu menggunakan kriteria pengelompokan menurut Sukandi ( 199 :
100 ) adalah sebagai berikut :
Tabel Kategori Penilaian Kreativitas Siswa
Presantase Kriteria
Pa ≥ 80
70 ≤ Pa < 80
60 ≤ Pa < 70
Pa < 60
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Tidak aktif
Observasi terhadap kegiatan guru berupaya memberikan
pemafaatan mengenai kemampuan guru dalam menerapkan setiap
langkah dalam penerapan pembelajaran inquiry. Lembar observasi yang
digunakan dijabarkan pada tampilan. Hasil observasi tidak dianalisa
melainkan hanya untuk mengetahui langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
Dengan pengelompokan kategori menurut ( Sukardi ,
1999 : 100 ) adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Kategori Penialain Kreativitas Siswa
Presantase Kriteria
P ≥ 90 %
80 % ≤ P < 90 %
65 % ≤ P < 80%
50% ≤ P < 65%
P < 50%
sangat aktif
aktif
cukup aktif
kurang
sangat kurang
37
Data hasil test yang dianalisis secara statistic deskriptif,
dengan pengujian menggunakan table distribusi frekuensi. Hasil
dari statistik deskriptif kemudian dideskripsikan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan informasi yang menyeluruh
mengenai hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa berupa aspek
kognitif.
3.7 Pengecakan Keabsahan Data
Menurut Sugiono ( 2005 : 121 ) dalam uji keabsahan dalam
penelitian kualitatif
meliputi : ( 1 ) uji kredibilitas data ; ( 2 ) uji transferability ; ( 3 ) uji
depenabiliti ; ( 4 ) uji konfermabiliti. Agar diperoleh temuan dan interprestasi
yang abash maka perlu diuji kredibilitas data atau kepercayaan kepada data.
Menurut Sugiono ( 2005 : 22 ) dalam menguji sebuah keabsahan sebuah
penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
1. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatn berarti berarti peneliti kembali
kelapangan melakukan pengamatan, mengobservasi kembali dengan
sumber data yang telah ditemui maupun degan yang baru. Hal tersebut
dilakukan oleh peneliti apabila dalam pelaksanaan tindakan pada
siklus satu tidak tercapai sehingga sehingga diperlukan perbaikan
yang menuntut peneliti untuk hadir kembali pada siklus II.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
tiga cara tringulasi yatu :
38
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui dari beberapa sumber. Data yang
diperoleh dari berbagai sumber tersebut tidak dapat
disamaratakan seperti didalam penelitian kuantitatif tetapi
dideskripsikan , Maka pandangan yang sama dan yang
berbeda terhadap data yang dianilisis oleh peneliti
sehingga menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesempatan ( member chek ) dari berbagai
sumber data.
b. Triangulasi Data
Triangulasi data berfungsi untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumberyang sam dengan tekhnik berbeda.
Triangulasi data ini bertujuan untuk mencari kebenaran
data dari berbagai sumber yang memiliki perbedaan
pendapat sehingga dapat disimpulkan informasi yang benar.
c. Triangulasi Waktu
Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data.
Dalam rangka pengujian kredibilitas dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara ,
observasi, atau tekhnik lain dalam waktu dan situasi yang
berbeda.
d. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi merupakan adanya pendukung
untuk membuktikan data yang diperoleh oleh peneliti yang
merupakan salah satu pendukung yang akan digunakan oleh
peneliti dalam proses pembelajaran yang didukung oleh
foto atau dokumentasi.
39
e. Member Chek
Member chek merupakan proses pengecekan data
yang diperoleh peneliti kepada pemberi data . Member chek
bertujuan untuk mengetahui sumber data seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data.
3.8 Tahap – Tahap Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan pada pemapatran sebelumnya bahwa
penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Langkah – langkah dan prosedur
penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart ( dalam Fahmi , 2006 : 32 ) berupa suatu siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan ( planning ); pemberian tindakan ( action ); pengamatan
( observation ); dan refleksi ( reflection ) yang membentuk siklus demi siklus
sampai tuntas penelitian, sehingga dapat diperoleh data yang dapt
disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan peneliti. Pada penelitian ini
direncanakan menggunakan satu siklus dengan rincian dua kali pertemuan ,
jika pertemuan pertama dan kedua sudah mencapai ketuntasan maka
pelaksanaan siklus dihentikan, jika sebaliknya maka penelitian ini akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.8.1 Tindakan Pendahuluan atau Pra Siklus
Sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan siklus terlebih
dahulu dilakukan tindakan pra siklus atau tindakan pendahuluan
agar peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa serta mencapai
hasil penelitian yang maksimal. Tindakan pendahuluan atau pra
siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
1. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk meneliti
atau mengadakan penelitian di kelas VII MTs. AL –
HIKMAH Besuki Kabupaten Situbondo.
40
2. Mewawancarai langsung dengan kepala sekolah, TU,
guru mata pelajarn biologi serta mengumpulkan data
menegnai hasil belajar siswa sebelumnya.
3. Observasi awal kelas dalam hal ini peneliti menyusuri
langsung tentang metode atau model pembelajaran yang
digunakan selama ini , serta aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan metode atau
model yang diterapkan guru selama ini.
Menurut tim pelatih peroyek PGSM (1999:7), keempat fase dalam
satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan sebuah spiral PTK, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
41
Rencana
Refleksi
Observasi/Tindakan
Rencana Perbaikan
Observasi/Tindakan
Refleksi
Rencana Perbaikan
Refleksi
Obsevasi/Tindakan
3.8.2 Pelaksanaan Siklus
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan satu siklus , jika pada
siklus pertam sudah tercapai tujuan penelitian yaitu dalam proses
pembelajarn inquiry mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa , maka pelaksanaan siklus dihentikan sampai satu siklus
saja.Tetapi jika sebaliknya maka dilakukan siklus selanjutnya dengan
mengoptimalkan kerja tim peneliti agar tujuan yang diharapkan
tercapai. Silus dalam penelitian ini bersifat fleksibel dan tidak dibatasi
, maksudnya dalam pelaksanan siklus akan berakhir jika tujuan sudah
tercapai dan jika belu tercapai maka berlaku siklus kedua dan ketiga.
1. Siklus I
Tahap – tahap yang akan dilaksanakan pada siklus I dalam
penelitian ini mengacu pada skema spiral penelitian tindakan kelas
dengan mengunakan empat fase yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi
1. Perencanaan ( planning )
Tahap ini merupakan tahap perecanaan dari segala
sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut :
1. Menyusun silabus dan rencana proses
pembelajaran ( RPP ) atas metri yang akan
diajarkan menggunakan model pembeljaran
Inquiry.
2. Menyiapkan materi plajaran dan hala – hal yang
berhubungan dengan tugas – tugas yang harus
dilakukan oleh siswa.
3. Menyusun lembar kerja siswa.
4. Menyusun daftar kelompok siswa
42
5. Menyusu pertanyaan atau permasalahan yang
akan dikaji oleh siswa dengan kelompok masing
– masing.
6. Menyusun soal test uraian yang diberikan pada
siswa secara individu di akhir pelaksanaan
tindakan untuk memperoleh data tentang
kemampuan siswa dalam memahami materi
yang di pelajari.
7. Menyiapkan lembar observasi ang dilakukan
pada saat pelaksanaan pembelajarn yaitu pada
saat diskusi kelompok .
8. Menyusun jadwal presentasi dari tiap – tiap
kelompok yang tersaji dalam lampiran.
2. Pelaksanaan atau tindakan ( action )
Pada pelaksanaan tindakan ini , diawali dengan
kegiatan belajarn
mengajar dengan menyampaikan indicator hasil belajar,
memberikan motivasi pada siswa agar mempelajari
materi pelajaran lembar kerja siswa yang telah
diberikan. Kegiatan selanjutnya guru menerapkan
model pembelajaran inquiry . Pada kegiatan ini peneliti
menerapkan model pembelajaran contextual teaching
and learning tipe inquiry di MTs. AL – HIKMAH
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
1. Siswa dikelompokkan kedalam lima kelompok
dan beranggotakan 6 siswa
2. Masing – masing kelompok diberi tugas untuk
berdiskusi tentang materi ekosistem , pada
tahap ini siswa ditugaskan untuk
43
mengidentifikasi masalah atau pertanyaan dari
peneliti.
3. Setelah dirasa cukup masing – masing
kelompok mendiskusikan untuk membuat
hipotesis dari masalah atau pertanyaan yang
sudah dibagikan kepada tiap – tiap kelompok
dengan cara tiap anggota keompok membuat
hipotesis sendiri – sendiri kemudian hipotesis
tersebut dikumpulkan kepada kelompok nya .
4. Dari hipotesis tersebut , setiap kelompok
melakukan penelitian dengan cara
mengumpulkan informs baik dari buku , refrensi
maupun dari lingkungan yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman
5. Setelah mendapatkan informasi masing –
masing kelompok memberikan hasil dari
penelitian tentang hipoesa masalah dan
menyimpulkan jawaban dari permasalahan yang
diteliti.
6. Setiap perwakilah kelompok mengumpulkan
lembar penelitian atau jawaban dari
permasalahan
7. Setiap kelompo maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil darai peelitian terhadap
pemecahan masalah secara bergantian.
8. Guru memberikan evaluasi akhirberupa test
dengan soal uraian yang di bagikan kepada tiap
siswa.
9. Peutup atau kesimpulan , guru dan siswa
bersama – sama memberikan kesimpulan
44
terhadap materi yang telah di pelajari dengan
menerapkan model pembelajaran inquiry.
3. Pengamatan ( observation )
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk
mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pemberian tindakan. Dalam hal ini yang
diamati adalah kgiatan guru ( peneliti ) dan kegiatan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
kegiatan pelaksanaan observasi peneliti guru bidang
studi dan dua observer yang bertujuan untuk
mengamati peneliti . Kegiatan ini dilakukan secara
konpherensif dengan memanfaatkan pedoman
observasi.
4. Refleksi ( reflection )
Refleksi merupaak kegiatan menganalisa,
memahami, menjelaskan, menyimpulkan hasil
pengamatan kegiatan ini sebagai upaya untuk
memahami dan memakai proses dan hasil yang dicapai
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Hasil yan
diperoleh dari kegiatan refleksi ini merupakan
informasi tantang apa yanga telah terjadi dan apa yang
perlu dilakukan selanjutnya yang dapat dijadikan dasar
dalam melakukan perencanaan berikutnya. Hasil dari
refleksi digunakan peneliti sebagai diskusi balikan
untuk merencanakan mengadakan perbaikan pada
pelaksnaan tindakan berikutnya. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap refleksi ini yaitu menganalisis ,
menjelaskan dan mengumpulkan hasil – hasil dari
observasi danhasil test siswa yang digunakan untuk
mengetahui apakah dengan penggunaan model
45
pembelajaran inquiry dapat meningkatakan aktivitas
dan hasil belajar siswa pad siklus I.
Berdasarkan hasil tindakan yang disertai observasi
dan refleksi maka peneliti dapat mengetahui kelemahan
dan kekuarangan kegiatan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada
siklus ke II. Tindakan siklus ke II dilakukan apabila
dalam siklus I belum terjadi peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa yang diharapkan. Tindakan siklus II
ini sebagai usaha perbaikan pada siklus I.
5. Pengembangan Desain
Pada tahap ini peneliti banyak menjelaskan tentang
pendekatan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran
penelitian, data dan sumber data yang diinginkan oleh
penelitian, pengumpulan data , model analisis data dan
pengecekan keabsahan.
6. Penelitian Sebenarnya
Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada
penelitian kualitatif deskriptif, karena peneliti harus
berusaha mendeskripsikan tentang peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran inquiry dengan rancangan penelitian
tindakan kelas.
3.9 Jadwal Penelitian
Agar pelaksanan penelitian dapa selesai dengan rencana dan waktu yang
telah ditentukan maka peneliti membuat sebuah jadwal penelitian sebagai
pedoman dalam penelitian .
46
No
.KEGIATAN
Waktu
AgustusSeptembe
rOktober
Nopembe
rDesember
12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pendaftaran Skripsi x x x
2.Penentuan
Pembimbingx x
3.Bimbingan Pertama (
Bab I )x
4.Bimbingan Bab II &
IIIx
5.Bimbingan Bab I , II,
III dan IPx x
6. Ujian Kompherensip x x
7. Penelitian x x x
8.Bimibngan Bab IV
dan Vx x
9.Persiapan Ujian dan
Abstrakx
10
.Ujian Akhir Skripsi x x
47
48