35
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918-1919, pada saat itu di dunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik yang bermula di negara Spanyol dan dikenal dengan flu (Spanish flu). Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit flu babi ini ditularkan dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987). Sementara itu, di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat. Setelah itu, virus menghilang untuk sementara waktu sampai muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian menyebar ke Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Sejak itu dengan cepat penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain. Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di daerah meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh dunia KKP KELAS I MEDAN Page 1

Spanish flu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medical doc

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918-1919, pada

saat itu di dunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik yang

bermula di negara Spanyol dan dikenal dengan flu (Spanish flu). Para ahli

kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit flu babi ini ditularkan dari

manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan

terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada

permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987). Sementara itu, di Eropa influensa

babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara Cekoslovakia, Inggris dan

Jerman Barat. Setelah itu, virus menghilang untuk sementara waktu sampai

muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian menyebar ke

Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Sejak itu dengan cepat

penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain.

Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di

daerah meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh

dunia termasuk Inggris dan bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini

menyerang salah seorang masyarakat di pulau Luzon filiphina, Asia sebagai

Benua terbesar di dunia dan di isi oleh berbagai Negara berkembang tidak terlepas

dari keganasan virus ini. Benua Asia merupakan salah satu wilayah yang terserang

wabah flu babi pada tahun 2009.

Data jumlah kumulatif flu H1N1 di 168 negara adalah 182.166 kasus positif

flu babi (H1N1) dengan angka kematian 18.449 orang yang tersebar di semua

benua. Sedangkan jumlah kumulatif flu babi (H1N1) di Indonesia sampai dengan

23 Agustus 2009 sebanyak 1.005 orang dengan 5 orang diantaranya meninggal

dunia.

KKP KELAS I MEDAN Page 1

Tabel angka kematian flu babi (H1N1) berdasarkan region menurut WHO tahun

2009

Region Deaths

WHO Regional Office for Africa 168

WHO Regional Office for Americas At least 8533

WHO Regional Office for Eastern

Mediterranean

1019

WHO Regional Office for Europe At least 4879

WHO Regional Office for South-East

Asia

1992

WHO Regional Office for Western

pacific

1858

Total At least 18.449

Berdasarkan data tabel di atas angka kematian tertinggi flu babi (H1N1)

terdapat pada regional Amerika dengan jumlah 8533 orang, diikuti secara

berturut-turut oleh regional Eropa (4879 orang), Asia tenggara (1992 orang),

pasifik barat (1858 orang), mediterranean timur (1019 orang) dan angka kematian

terendah terdapat pada regional Afrika dengan jumlah 168 orang.

KKP KELAS I MEDAN Page 2

WHO Reg

ional Office

for Afri

ca

WHO Reg

ional Office

for Ameri

cas

WHO Reg

ional Office

for East

em M

edite

rranea

n

WHO Reg

ional Office

for Euro

pe

WHO Reg

ional Office

for South-Ea

st Asia

WHO Reg

ional Office

for West

em paci

fic0

1000

2000

3000

4000

5000

Deaths

Deaths

KKP KELAS I MEDAN Page 3

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari 33 keseluruhan

provinsi di Indonesia telah terdeteksi 25 provinsi yang menderita flu babi (H1N1).

Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat di karenakan Virus ini

tidak hanya menyebar dari Hewan ke orang (zoonosis) tapi juga dari orang ke

orang serta frekuensi kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000

penduduk meninggal akibat penyakit ini maka penulis merasa perlu adanya

makalah yang membahas lebih lanjut mengenai Virus Flu Babi (H1N1).

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit swine

influenza (H1N1) dipintu masuk Negara.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan mengenali penyakit swine influenza H1N1 di pintu

masuk Negara.

2. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah terhadap pencegahan swine

influenza H1N1 di pintu masuk Negara.

1.3 Manfaat

Bagi Penyusun :

1. Dapat menyelesaiakan Tugas Individu yang di berikan Oleh Dosen

Pengajar

2. Dapat menjadi tambahan literatur dalam peningkatan kajian dan

pengetahuanmengenai Penyakit Flu Babi sebagai penyakit menular yang

berbahaya dan dibawa oleh penumpang internasional

3. Menjadi bahan pembelajaran dalam penyusunan makalah

4. Dapat menentukan langkah-langkah apabila menemukan sesorang yang di

curiga terinfeksi penyakit flu babi

KKP KELAS I MEDAN Page 4

Bagi Pembaca :

1. Diharapkan dapat menjadi informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan

mengenai penyakit flu babi dan cara pencegahnnya

2. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah yang

harus diambil jika menemukan seseorang yang dicurigai terinfeksi flu babi

3. Di harapkan dapat menjadi refrensi dalam penyusunan makalah ataupun

laporan

yang berhubungan dengan Penyakit Flu Babi maupun unsur-unsur terkait

di dalamnya

KKP KELAS I MEDAN Page 5

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyakit Flu Babi

Flu babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang

di sebabkan oleh virus influenza A.penyakit ini sering di sebut sebagai flu baru

H1N1 atau Flu meksiko di karenakan penyakit ini mulai mewabah dan

menimbulkan gajala pandemik sejak tahun 2009 bersumber di daerah

Meksiko,penyakit ini kemudian menyerang dari manusia ke manusia yang pada

awalnya bersifat zoonosis.

Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang dikenal sebagai

swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi.Dan

penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam

waktu satu minggu. Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika Serikat,

Meksiko, Kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan

sebagian Asia Timur.

Seperti layaknya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-

ubah.Babi dapat ditulari oleh virus flu burung, flu babi, maupun virus influenza

yang berasal dari manusia.Apabila virus influenza yang berasal dari beberapa

spesies (unggas dan manusia) menginfeksi babi, didalam tubuh babi virus-virus

tersebut dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe baru. Flu

babi disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A. Pada saat ini paling tidak

ada empat subtipe dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu H1N1, H1N2,

H3N2, dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan flu

babi adalah H1N1 (Cahyono, 2009 dan Dermawan, 2009).

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama

berupa adaptasi.Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak

ada perubahan struktur virus.Pola kedua berupa penyusunan ulang

virus.Berdasarkan pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan flu babi, flu

unggas, dan flu manusia. Jika menyimak penjelasan beberapa peneliti di Amerika

Serikat, ada kemungkinan kejadian ini berupa penyusunan ulang virus

KKP KELAS I MEDAN Page 6

(Dermawan, 2009 : 13). Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu

masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel selaput

lendir atau epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu

unggas masuk ke reptor alfa 2,3 sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor

itu sehingga virus dengan mudah masuk ke dalam sel babi.Di dalam sel babi,

virus-virus tersebut bereplikasi.

Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran

material genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenik drift. Masing-masing

virus memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu

adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen tersebut bisa

bertukar antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk “anak” virus dengan sifat

yang berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan ulang itu menghasilkan virus

dengan struktur luar sama dengan “induknya”, yaitu virus flu babi (karena itu

virus ini tetap disebut subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari

fragmen virus flu manusia dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material

genetik, kemungkinan pula terjadi antigenetik shift, yaitu fragmen-fragmen yang

ada saling bermutasi. Bila ini yang terjadi,“anak” virus memiliki material genetic

yang lebih kompleks. Bila antigenetic shift dan antigenetik drift terjadi di dalam

kasus flu babi, ini merupakan perubahan yang sempurna.WHO akhirnya

mengumumkan namanya flu baru H1N1 mengingat bahwa hampir semua kasus

pada manusia berasal dari manusia,bukan lagi dari babi.penularan dari manusia ini

di sebabkan karena perubahan sifat virus yang mempunyai kemampuan menular

dari manusia ke manusia .sementara itu,banyak Negara melaporkan penurunan

perdagangan produksi babi secara signifikan.

Fase – Fase Pandemi

Fase Inter Pandemi

Fase 1 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Suatu subtipe

virus influenza yang telah menyebabkan infeksi pada manusia bisa saja terdapat

pada hewan. jika virus ini terdapat pada hewan, resiko infeksi atau penyakit pada

manusia akan rendah.

KKP KELAS I MEDAN Page 7

Fase 2 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Namun suatu

subtipe virus influensa pada hewan yang bersirkulasi memiliki resiko

menumbulkan penyakit pada manusia.

Fase Waspada Pandemi

Fase 3: infeksi pada manusia bisa disebabkan oleh subtipe baru, tetapi tidak bisa

menyebar dari manusia ke manusia, atau setidaknya ada kejadian langka adanya

penyebaran pada kontak yang erat.

Fase 4 : adanya kluster kecil, dengan penularan terbatas manusia ke manusia,

tetapi penyebaran sangat terlokalisir memberi kesan bahwa virus kurang

beradaptasi dengan manusia.

Fase 5 : adanya kluster besar, dengan penularan manusia ke manusia yang

penyebarannya masih terlokalisasi, menunjukkan bahwa virus menjadi semakin

lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin belum sepenuhnya

berbahaya (adanya resiko pandemi yang cukup besar)

Fase Pandemi

Fase 6: pandemi Influenza: adanya peningkatan dan penularan berkelanjutan

pada populasi umum.

2.2 Epidemiologi

Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak

moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan

mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Kekebalan

maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah

infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.

Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai

kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia,

demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A.

H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum

ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara (WEBBY et al., 2000;

KKP KELAS I MEDAN Page 8

ROTA et al., 2000; LANDOLT et al., 2003), tetapi pernah juga sub tipe H4N6

diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada (KARASIN et al., 2000).

Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya

pada babi.

Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di

Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal

manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.

Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat

melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di

Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan

kemungkinan Inggris telah dilaporkan.

Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada

bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan

akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus

influensa patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influensa babi

(ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991). Setelah diselidiki ternyata pasien

tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil

pengujian HI pada orang yang datang pada pameran babi tersebut menunjukkan

sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu

babi. Walaupun disini tidak terjadi wabah penyakit, namun terdapat petunjuk

adanya penularan virus (WELLS et al., 1991)

2.3. Penyebab Flu Babi

Flu babi disebabkan oleh influenza virus dimana virus ini terdiri atas

banyak jenis virus flu.Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan

bermutasi untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi.

Virus influenza yang menyebabkan flu babi disebut H1N1 2009

dkarenakan virus ini pertamakali di temukan pada tahun 2009 di Meksiko. Secara

umum Ada tiga jenis utama dari virus flu yakni influenza A, B, dan C.

Virus flu babi masuk dalam kelas influenza tipe A yakni Virus H1N1 telah

menyebabkan wabah flu tahunan pada manusia dan pada tahun 2009 mengalami

KKP KELAS I MEDAN Page 9

pandemi disebabkan adanya variasi dalam virus H1N1 biasa.Hal ini secara khusus

disebut H1N1 2009 atau flu babi. Strain ini yang sebelumnya telah ditemukan

pada babi atau manusia diketahui membawa campuran gen dari flu pada

manusia,swine flu (flu babi) dan flu burung (flu burung)

Virus influenza mempunyai tata nama tertentu dalam pembagiannya

misalnyaVarian Jika terdeteksi disebut dengan tambahan "v". Misalnya, jika

H3N2 virus variasi terdeteksi di seseorang, itu akan disebut "H3N2v" virus.

Tatanama ini disusun pada 6 Januari 2012 dalam upaya menekan morbiditas dan

kematian mingguan yang dilaporkan dari pusat untuk upaya pencegahan dan

control penyakit (1-4).

Virus flu babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala

seperti demam, batuk (menggonggong), keluar cairan dari hidung atau mata,

bersin, kesulitan bernapas, mata merah dan berair dan tidak nafsu

makan.Beberapa babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tamda-tanda

suspect, selain itu virus ini di temukan jarang membunuh babi dan kebanyakan

wabah terjadi selama musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu

musiman pada manusia

Lebih lanjut, babi rentan terhadap tiga jenis flu sebagaimana di paparkan

sebelumnya sepert flu burung, flu manusia dan flu babi. Hewan-hewan ini

mungkin terinfeksi dengan virus dari spesies yang berbeda sekaligus. Setelah ini

terjadi, virus berpotensi untuk membuat variasi baru yang dapat menyebar

dengan mudah dari orang ke orang. Ketika hal ini terjadi untuk strain influenza

dapat menimbulkan antigenik shift dalam tubuh babi.Antigenic shift

memungkinkan munculnya mutasi pada virus dan ketika menyerang manusia

yang tidak pernah terinfeksi sebelumnya di karenakan tidak adanya informasi zat

imun hal inilah yang menyebabkan pandemik pada tahun 2009 karena adanya

varian virus baru yang dapat di tularkan dari orang ke orang dalam jangka waktu

yang cepat dimana WHO melaporkan hingga tahun 2010 pada bulan februari telah

membunuh 15.921 di seluruh dunia namun pada 10 agusutus 2010 WHO

menyatakan penurunan pandemik di karenakan mulai adanya vaksinasi yang

menyebabkan penurunan prevalensi kasus Flu Babi.

KKP KELAS I MEDAN Page 10

2.4. Transmisi Penyakit Flu Babi

Masa inkubasi virus H1N1 3 sampai 5 hari meski ada pula yang

menyebutkan 2-3 hari (namun rata-rata 1-7 hari). Gejala klinis yang tampak,

antara lain suhu tubuh mencapai 41 derajat celcius sampai 41,5 derajat celcius,

gangguan pernafasan berupa batuk, bersin, susah bernafas, radang hidung, sekret

hidung berlebih dan pneumonia (8). Babi tertular biasanya malas bergerak, saling

bertumpuk, demam (sampai 41,5oC), rhinitis, sekret hidung berlebihan, bersin,

radang selaput mata (konjungtivitis) dan kehilangan berat badan, batuk hebat,

frekuensi nafas tinggi, susah bernafas, dan pernafasan abdominal. Beberapa

berkembang menjadi bronkopenumonia dan akhirnya mati. Tingkat kefatalan

kasus kurang dari 1% (11)

Masa laten virus H1N1 adalah 3-5 hari (7). Periode Infeksi pasien positif

flu babi adalah sehari sebelum munculnya gejala sampai dengan 7 hari setelah

muncul gejala

2.5 Cara Penularan Virus Flu Babi

Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak

moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan

mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka.Penyakit

bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan Kekebalan maternal

KKP KELAS I MEDAN Page 11

dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi,

kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi inter

spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara

spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2

yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2

merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang

mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi

yang terkena pneumonia di Canada

Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang

terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi

hewan.. Pertanian intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi

yang dibesarkan dalam jarak yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer

langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh babi, menyentuh hidung, atau

melalui lendir kering. Transmisi udara melalui aerosol yang dihasilkan oleh babi

batuk atau bersin juga merupakan sarana penting infeksi.Virus ini biasanya

menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam

beberapa hari.

KKP KELAS I MEDAN Page 12

Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya

pada babi.Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa

dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe

asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim

dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka

dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah

KKP KELAS I MEDAN Page 13

penyakit di Inggris.Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy

dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.

Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada

bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan

akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus

influensa patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influenza

babi.Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi

pameran babi. Sementara itu, hasil pengujian HI pada orang yang datang pada

pameran babi tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%)

mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi

wabah penyakit, namun terdapat petunjuk adanya penularan virus

2.6. Manifestasi Klinis

Gejala penderita flu babi, hampir sama dengan penderita influenza biasa.

Sehingga di diagnosa kemungkinan flu babi bila didapatkan gangguan pernafasan

berat yang tiba-tiba, disertai minimal dua tanda berikut, yaitu: demam, batuk,

nyeri menelan, nyeri-nyeri seluruh badan, sakit kepala, demam dan mengiggil,

mual dan muntah. Lama sakit berkisar 4 – 6 hari. Pada anak-anak akan didapatkan

gejala yang lebih berat yaitu sulit bernafas, pernafasan cepat, kebiruan, dehidrasi,

gangguan kesadaran dan tidak bisa tenang.

2.7 Cara Pengobatan Flu Babi

Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit influensa.Hanya saja

pengobatan dengan antibiotika seperti dengan penisilin, sulfadimidin atau

mungkin antibiotik yang berspektrum luas dapat menghadang infeksi bakteri

dalam mencegah infeksi sekunder.Pemerintah Amerika mengatakan dua obat yang

biasa digunakan untuk mengobati flu, Tamiflu dan Relenza, tampaknya efektif

dalam mengatasi kasus-kasus yang terjadi sejauh ini. Belum jelas keefektifan

vaksin flu yang kini ada dalam melindungi manusia dari virus baru ini, karena

secara genetik berbeda dengan jenis flu lain. Ilmuwan Amerika telah

KKP KELAS I MEDAN Page 14

mengembangkan satu vaksin baru, namun diperlukan waktu untuk

menyempurnakannya dan juga memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi permintaan.

Perlakuan dapat menekan gejala klinis batuk dan anoreksia.Penyembuhan

dilakukan secara simptomatis dan pengobatan dengan antimikrobial untuk

mencegah terjadinya infeksi sekunder.Babi harus dipelihara dalam keadaan

sanitasi yang baik, kondisi kandang yang memadai dan eradikasi cacing askaris

dan cacing paru-paru.Desinfektan dapat digunakan untuk melindungi hewan dari

serangan kutu. Pada kasus-kasus penyakit yang dilakukan eradikasi, juga harus

dilaksanakan pengurangan populasi dan restocking.

2.8 Pencegahan Flu Babi

Pencegahan penyakit infeksi influenza A rH1N1 pada manusia harus

melibatkan pencegahan infeksi pada babi dan unggas. Banyak ahli menyarankan

untuk melakukan imunisasi babi terhadap infeksi virus influenza A H1N1

sehingga jumlah virus yang beredar pada babi berkurang dan penularan ke

manusia juga menurun. Hal yang sama juga diharapkan jika unggas diimunisasi.

Imunisasi Babi

Dahulu banyak para ahli tidak setuju untuk mengimunisasi babi agar tidak

menularkan virus influenza kepada manusia. Kemudian imunisasi babi dianggap

perlu, karena dapat mengurangi replikasi virus sehingga babi tidak sakitdan virus

KKP KELAS I MEDAN Page 15

tidak menyebar ke populasi manusia. Masalah yang selalu dihadapi dalam

mengimunisasi babi adalah mutasi drift dan mutasi shift pada gen virus, sehingga

vaksin kurang efektif untuk mencegah penyakit. Selain itu, babi umur muda masih

memiliki antibodi maternal yang diperoleh dari induknya yang mendapat

imunisasi, sehingga efikasi vaksin menjadi rendah. Dengan demikian, virus masih

tetap dapat eredar di dalam populasi babi. Vaksin influenza babi yang ada saat ini

adalah vaksin virus utuh mati yang dicampur adjuvan. Virus yang digunakan

diperbanyak di dalam telor bebek yang berembrio. Vaksin tersebut mampu

merangsang munculnya IgG titer tinggi di dalam serum dan paru, sehingga dapat

mengurangi timbulnyagejala klinis. Antibodi terhadap protein H tampak paling

protektif. Perlindungan terhadap infeksi tidak seluruhnya dapat dihambat, tetapi

multiplikasi virus dapat dikurangi. Karena adanya varian virus baru yang

menginfeksi babi maka Departemen Pertanian Amerika Serikat menyarankan

untuk menambahkan komponen virus baru, agar vaksin memberikan efikasi yang

lebih tinggi, tetapi harga vaksin akan menjadi lebih mahal dan waktu yang

dibutuhkan untuk uji klinis akan lama. Untungnya, perlindungan silang yang

diberikan oleh vaksin terhadap berbagai varian antigenik virus influenza lebih luas

pada babi dibandingkan dengan vaksin influenza pada manusia. Saat ini, vaksin

virus hidup yang dimodifikasi untuk babi tidak ada. Jenis vaksin tersebut

sebenarnya mempunyai keuntungan, karena dapat meningkatkan rangsangan

imunitas seluler, terutama ditujukan terhadap protein NP yang sangat dilindungi,

sehingga lebih memberikan imunitas heterosubtipik. Penggunaan jenis vaksin

hidup harus berhati-hati

karena dapat terjadi reassortment dengan galur virus liar. Ada berbagai jenis

vaksin lain, misalnya vaksin dengan menggunakan vektor seperti virus vaksinia,

baculovirus, alphavirus, dan adenovirus yang sekarang sedang dipelajari. Vaksin

DNA juga sekarang sedang dipelajari. Vaksin ini tampaknya cukup

menguntungkan karena tidak menggunakan virus hidup, tetapi dapat

menghasilkan protein virus dengan konformasi yang normal. Vaksin ini dapat

merangsang imunitas humoral maupun seluler dalam jangka waktu yang sangat

panjang.

KKP KELAS I MEDAN Page 16

Imunisasi Unggas

Unggas, terutama burung air dapat diinfeksi berbagai subtipe virus

influenza, jadi tanpa memandang subtipe H dan N. Strategi mengawasi infeksi

influenza pada unggas liar sampai saat ini belum ada. Karena virus influenza

selalu beredar pada unggas liar, maka tujuan utama pengawasan adalah untuk

mengurangi paparan virus terhadap peternakan unggas dan babi. Imunisasi ternak

unggas pada prinsipnya sama dengan imunisasi pada mamalia yaitu pada manusia

dan babi. Antibodi terhadap protein H sangat penting untuk perlindungan terhadap

infeksi virus. Vaksin pada unggas mempunyai perlindungan silang yang lebih luas

terhadap berbagai variasi antigenik virus influenza dibandingkan vaksin influenza

untuk manusia. Selain itu, virus influenza liar yang menginfeksi unggas hanya

sedikit mengalami mutasi drift, sehingga perubahan struktur protein sangat jarang,

walaupun pernah dilaporkan mutasi drift pada virus influenza yang menginfeksi

ternak di Meksiko.

Imunisasi pada Manusia

Imunisasi pada manusia sangat penting untuk mencegah agar tidak

menderita penyakit virus influenza rH1N1, tetapi vaksin tersebut sampai saat ini

belum ada. Pemerintah Amerika Serikat sekarang sedang berusaha untuk

membuat vaksin yang mengandung virus rH1N1.18 Vaksin virus influenza yang

ada walaupun sudah mengandung komponen virus influenza H1N1 musiman pada

manusia, kurang efektif untuk mencegah penyakit virus influenza rH1N1.

Meskipun demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa vaksin masih dapat

digunakan untuk meringankan gejala penyakit, karena masih memiliki beberapa

persamaan epitop antigenik padaprotein H maupun protein N.18

Kemoprofolaksis Antivirus

Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan

menggunakan oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis

antivirus setelah pajanan adalah 10 hari sesudah terpajan virus influenza A

rH1N1. Indikasi pemberian kemoprofilaksis pasca pajanan adalah bila

KKP KELAS I MEDAN Page 17

mengadakan kontak erat dengan kasus confirmed, probable, dan suspect penderita

rH1N1 dalam masa infeksius. Masa infeksius seseorang yang terinfeksi virus

rH1N1 diperkirakan sama dengan yang diamati pada infeksi virus influenza A

musiman. Dari studi yang dilakukan pada infeksi influenza musiman, penderita

dapat menularkan penyakit mulai satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7

hari sesudah menjadi sakit. Anak-anak terutama bayi yang masih muda

mempunyai kecenderungan untuk infeksius dalam waktu yang lebih panjang.

Sebagai pegangan, masa infeksius adalah satu hari sebelum munculnya gejala

sampai 7 hari setelah munculnya gejala. Bila kontak dengan penderita terjadi lebih

dari 7 hari dari saat munculnya penyakit, maka pemberian profilaksis tidak perlu.

Untuk profilaksis sebelum terpajan, antivirus diberikan selama terpajan dan

diteruskan 10 hari setelah terpajan terakhir dengan penderita rH1N1 dalam masa

infeksius. Oseltamivir dapat juga digunakan untuk profilaksis pada anak yang

berumur kurang dari 1 tahun.

Kemoprofilaksis antivirus setelah terpapar penderita infeksi virus rH1N1

menggunakan oseltamivir atau zanamivir dapat dipertimbangkan untuk:

1. Orang yang mengadakan kontak erat dengan kasus (confirmed, probable, dan

suspect) yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi influenza.

2. Petugas perawatan, petugas kesehatan masyarakat, orang yang menemukan

kasus pertama yang tidak menggunakan alat proteksi terpapar dengan penderita

influenza rH1N1 (confirmed, probable, suspect) dalam masa infeksius.

Kemoprofilaksis antivirus sebelum terpapar harus digunakan seperlunya dan

harus dikonsultasikan kepada petugas kesehatan yang berwenang. Untuk petugas

yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi (petugas keperawatan,

petugas kesehatan masyarakat, petugas terdepan di masyarakat) harus

menggunakan alat pelindung diri atau melakukan tugas secara bergantian.

1. Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan

sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan

setelah memegang sesuatu yang kotor.

KKP KELAS I MEDAN Page 18

2. Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi agar tidak tertular.

3. Lakukan pola hidup sehat sepeti makan makanan gizi seimbang, tidur cukup,

dan olahraga.

4. Tidak ada bukti flu babi menular lewat konsumsi daging binatang yang

terjangkit. Namun, daging itu harus dimasak matang, suhu 70C akan

membunuh virus itu.

5. Bagi peternak sebaiknya sering membersihkan alat-alat peternakan yang di

gunakan dan menggunakan masker saat berada di area peternakan.

Dinas Kesehatan Provinsi

1. Memberikan/meneruskan informasi-informasi kepada Dinas Kesehatan

Kab/Kota

2. Menghimbau Dinkes kab/kota untuk melaksanakan peningkatan surveilans

Influensa like illness dan Pneumonia di Puskesmas dan Rumah sakit serta

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

3. Menghimbau Dinkes Kab/Kota untuk mencermati adanya kluster ILI,

Pneumonia dan kematian akibat Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya

4. Berkoordinasi dengan kantor kesehatan Pelabuhan setempat dalam

mengantisipasi masuknya Wsine Flu ke Indonesia

5. Mulai mempersiapkan posko KLB jika diperlukan sesuai dengan

perkembangan penyebaran penyakit.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

1. Kantor kesehatan pelabuhan (KKP) agar melakukan

a. Screening demam terhadap penumpang dan awak kapal/pesawat yang

datang langsung maupun tidak langsung dari negara terjangkit Swine Flu

b. Membagikan Health Alert Card (HAC)

Apabila ditemukan panas, maka dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

KKP KELAS I MEDAN Page 19

a. Pemeriksaan di klinik KKP

b. Di karantina oleh KKP sesuai dengan prosedur

c. Dirawat di Rumah Sakit rujukan

2. Dinas Kesehatan Pprovinsi dan Kab/Kota agar melakukan hal-hal sebagai berikut

a. Surveilans intensif terhadap kasus ILI dan Pneumonia

b. Mengkoordinir kesiapan pelayanan kesehatan di daerah dan unit

kesehatan lain terkait

KKP KELAS I MEDAN Page 20

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Swine influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat

menular, disebabkan oleh virus influenza yang termasuk dalam

orthomyxovirus. Virus ini berasal dari meksiko dan telah menjadi

pandemic di berbagai negara dunia.

Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang biasanya

menyerang binatang babi. Dan penyakit ini dengan sangat cepat menyebar

ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu minggu. Virus ini banyak

menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Amerika

Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan sebagian Asia Timur.

2. Untuk Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik udara maupun Laut

a. Segera mengaktifkan Thermal Scanner atau alat pendeteksi suhu

lainnya

b. Segera mengaktifkan petugas KKP dalam rangka pemantauan kepada

setiap penumpang yang datang dari luar negeri

c. Segera membagikan Health Alert Card (HAC) untuk memantau

penumpang terutama yang datang dari daerah terjangkit

d. Menyimpan daftar nama penumpang terutama yang berasal atau

pernah berkunjung ke negara/area terjangkit dalam 7 hari terakhir

untuk kepentingan penyelidikan Epidemiologi/ pelacakan kasus dan

pengetahuan

KKP KELAS I MEDAN Page 21

3. Fase – Fase Pandemi

Fase Inter Pandemi

Fase 1 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Suatu

subtipe virus influenza yang telah menyebabkan infeksi pada manusia bisa

saja terdapat pada hewan. jika virus ini terdapat pada hewan, resiko infeksi

atau penyakit pada manusia akan rendah.

Fase 2 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Namun

suatu subtipe virus influensa pada hewan yang bersirkulasi memiliki

resiko menumbulkan penyakit pada manusia.

Fase Waspada Pandemi

Fase 3 : infeksi pada manusia bisa disebabkan oleh subtipe baru, tetapi

tidak bisa menyebar dari manusia ke manusia, atau setidaknya ada

kejadian langka adanya penyebaran pada kontak yang erat.

Fase 4 : adanya kluster kecil, dengan penularan terbatas manusia ke

manusia, tetapi penyebaran sangat terlokalisir memberi kesan bahwa virus

kurang beradaptasi dengan manusia.

Fase 5 : adanya kluster besar, dengan penularan manusia ke manusia yang

penyebarannya masih terlokalisasi, menunjukkan bahwa virus menjadi

semakin lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin belum

sepenuhnya berbahaya (adanya resiko pandemi yang cukup besar)

Fase Pandemi

Fase 6: pandemi Influenza: adanya peningkatan dan penularan

berkelanjutan pada populasi umum.

KKP KELAS I MEDAN Page 22

3.2. Saran

A. Untuk masyarakat

1. Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata, sebaiknya

berkonsultasi dengan dokter.

2. Penggunaan masker bagi masyarakat setempat maupun turis pendatang

diwilayah terjangkit.

3. Bila ada mengalami gejala demam dan gangguan pernafasan setelah

kembali dari negara atau wilayah yang wabah Avian Influenza H7N9,

segera konsultasikan ke dokter dan ceritkan perjalanan sebelumnya.

4. Selalu cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan dan setelah

melakukan kegiatan di luar.

B. Untuk KKP

1. KKP harus selalu waspada dan siap dalam mengantisipasi masuknya

penyakit flu babi ke Indonesia terutama di pintu masuk negara

(bandara,pelabuhan, dan perbatasan negara) dengan membuat langkah-

langkah, kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan dalam mencegah

masuknya flu babi ke Indonesia serta penanggulangannya

2. KKP hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam membantu

mendeteksi secara dini seseorang yang telah terinfeksi flu babi

KKP KELAS I MEDAN Page 23

DAFTAR PUSTAKA

1. Ananya Mandall.april.Pengertian Virus flu Babi. http://www.news-

medical.net/health/What-is-swine-flu-(Indonesian).aspx.08/04/2013

2. BBC.01/2013.Flu Babi. http://www.bbc.co.uk.08/04/2013

3. Farida Kumalasari.11/2011.Epidemiologi swine influenza(Flu Babi).

http://epidemiologiunsri.blogspot.com.08/04/2013

4. Shvoong.02/08/2011,PengertianFluBabi.http://id.shvoong.com.08/04/2013

5. By [email protected]

KKP KELAS I MEDAN Page 24