17
STUDY KASUS MANUAL PLASENTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian bayi mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per 100 ribu kelahiran. Padahal di tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270 dari per 100 ribu kelahiran. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup ( Siti Fadilah Supari, 2009). Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan angka kematian ibu di Provinsi DIY sebesar 105/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil Susenas sebelumnya, yaitu sebesar 110/100.000 kelahiran hidup (Dinkes DIY, 2005). Jumlah kematian ibu yang terlaporkan dari pencatatan dan pelaporan melalui dinas kesehatan tahun 2007 dilaporkan sebesar 34 kasus kematian dengan perincian kematian pada ibu hamil sebanyak 3 kasus, kematian ibu bersalin 16 dan kematian ibu nifas sebanyak 15 kasus (Dinkes DIY, 2008). Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Provinsi D.I.Yogyakarta sampai dengan tahun 2007 lebih rendah dari pada target angka nasional. Hasil pelaporan yang disampaikan melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di propinsi DIY sebanyak 317 bayi dengan jumlah

Study Kasus Manual Plasenta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

med

Citation preview

Page 1: Study Kasus Manual Plasenta

STUDY KASUS MANUAL PLASENTA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAngka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.Angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian bayi mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per 100 ribu kelahiran. Padahal di tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270 dari per 100 ribu kelahiran. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup ( Siti Fadilah Supari, 2009). Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan angka kematian ibu di Provinsi DIY sebesar 105/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil Susenas sebelumnya, yaitu sebesar 110/100.000 kelahiran hidup (Dinkes DIY, 2005).Jumlah kematian ibu yang terlaporkan dari pencatatan dan pelaporan melalui dinas kesehatan tahun 2007 dilaporkan sebesar 34 kasus kematian dengan perincian kematian pada ibu hamil sebanyak 3 kasus, kematian ibu bersalin 16 dan kematian ibu nifas sebanyak 15 kasus (Dinkes DIY, 2008). Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Provinsi D.I.Yogyakarta sampai dengan tahun 2007 lebih rendah dari pada target angka nasional. Hasil pelaporan yang disampaikan melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di propinsi DIY sebanyak 317 bayi dengan jumlah kematian bayi terbanyak di kabupaten Kulon Progo (107 kematian bayi) dan terendah di kota yogyakarta (15 kematian bayi) (Dinkes DIY, 2007).Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua

Page 2: Study Kasus Manual Plasenta

sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana Asuhan kebidanan pada Ny. T G1P0A0 hamil 39 minggu dengan Manual Plasenta dan ruftur perinium derajat I di puskesmas Mergangsang.B. Ruang lingkupRuang lingkup study kasus ini mencakup asuhan kebidanan ibu Bersalin Ny. T di Puskesmas Mergangsang.C. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMampu memahami secara menyeluruh tentang Manual Plasenta dan ruftur perinium derajat I serta cara pengeluaran manual pasenta dan penanganan rupture perinium derajat I.2. Tujuan khusus 1. Mampu memahami yang dimaksud dengan manual plasenta.2. Mengetahui indikasi manual plasenta3. Mengetahui langkah-langkah manual plasentaD. Manfaat1. Bagi PenulisDapat mengaplikasikan teori dan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di lapangan praktek dan dapat memberikan asuhan secara komprehensif pada ibu bersalin dengan dengan ketuban pecah dini dan ruftur perinium derajat II.2. Bagi Institusi PendidikanHasil laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi kontribusi tambahan berupa informasi, pengetahuan dan sumbangan pikiran sebagai bahan referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kebidanan. Serta sebagai bahan rujukan 3 Bagi KlinikHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsi data pelengkap guna meningkatkan pelayanan asuhan maternal neonatal essensial dan komprehensif, dalam rangka usaha penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN1 Pengertian PersalinanMenurut Manuaba (1998), Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Ujiningtyas,S. 2009. Hal 1). Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Ujiningtyas,S. 2009. Hal 1).Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik

Page 3: Study Kasus Manual Plasenta

berikut ini:a. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postterm.b. Mempunyai inset yang spontan, bukan karena induksic. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun partus lama.d. Janin tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior pelvis.e. Terlaksana tanpa bantuan artifisial.f. Tidak terdapat komplikasi.g. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.B. Plasenta Manual Menurut buku asuhan persalinan normal revisi 2007:1. Pengertian Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.2. Penatalaksanaan plasenta manual a. Persiapan 1) Pasang set dan cairan infus 2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan 3) Lakukan anestesi verbal/analgesia per rectal 4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri 1) Pastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong 2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva 3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat 4) Setelah mencapai bukaan servikk, minta seseorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri. 5) Sambil menahan fundus uteri. Masukkan tangan dalam hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. 6) Bentakan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat). c. Melepas plasenta dari dinding uterus 1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling .2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus. d. Mengeluarkan plasenta 1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertingga.

Page 4: Study Kasus Manual Plasenta

2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah). 3) Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan .e. Pencegahan infeksi pasca tindakan 1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan 2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit 3) Cuci tangan 4) Keringkan tangan dengan handuk bersih f. Pemantauan pasca tindakan 1) Periksa kembali tanda vital ibu 2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan 3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan 4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai 5) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung .C. Ruftur Perinium1. DevinisiRobekan yang terjadi pada perinium sewaktu perslinan baik akibat episiotomi maupun tidak. Berikut adalah klasifikasi derajat laserasi perineum :Tabel 2.3Derajat laserasi Diskripsi laserasi perineum.Robekan derajat satu Hanya mengenai kulit.Robekan derajat dua Mengenai kulit dan otot, bisa kecil atau ekstensif.Robekan derajat tiga Mengenai kulit, otot, dan melebar ke sfingter ani.Sultan (2002) membagi lagi menjadi :3a : Robekan parsial sfingter ani mengenai kurang dari 50% ketebalannya3b : Robekan komplet sfingter ani3c :Sfingter interna juga robek.Robakan derajat empat Mengenai kulit, otot dan melebar sampai sfingter ani dan mukosa rektum.(chapman, 2002, hal 446)2. Tujuan Penjahitan Perlukaan Perineum/ Episiotomi ialah : 1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetap hasil dari pertumbuhan jaringannya.2. Untuk menghentikan perdarahan.3. Tekhnik penginjeksianLidocaine 1% adalah cairan anastesi yang dianjurkan untuk penjahitan episiotomi dan laserasi setelah kelahiran. Lidocaine 2% tidak dianjurkan oleh karena terlalu tinggi konsentrasinya dan bisa menimbulkan nekrosis jaringan. Lidocaine dengan epinephrin tidak

Page 5: Study Kasus Manual Plasenta

dianjurkan juga karena akan memperlambat penyerapan lidocaine dan akan memperpanjang efek kerjanya. Tak satupun dari kedua efek tersebut diperlukan bagi penjahitan episiotomi atau laserasi.Ukuran dan panjang jarum serta banyaknya obat anastesi yang diperlukan akan bergantung pada laserasinya. Sebuah jarum yang berukuran22 dengan panjang3-4 cm sudah cukup untuk menginjeksikan anastesi ke dalam luka episiotomi, perluasan laserasi akibat episiotomi, atau robekan vagina. Akan tetapi, jarum yang berukuran lebih kecil hendaknya dipakai pula untuk laserasi yang lebih kecil di daerah yang lebih peka. Sebagai contoh, jarum yang berukuran 25, panjang 2-3 cm akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk menganastesi perlukaan klitoris. Bidan hendaknya menggunakan kebijakan klinis dalam menentukan jarum mana yang harus dipakai.Teknik Penginjeksian Anestesi Adalah :1. Jelaskan kepada ibu apa yang hendak dilakukan dan bantulah ia agar rileks.2. Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitan akan masuk atau keluar.3. Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesi tersebut sambil menarik jarum ketitik dimana jarum masuk.4. Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana anda merencanakan akan membuat jahitan.5. Ulangi proses pemasukan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil menarik jarum hingga seluruh daerah yang kemungkinan akan merasa sakit sudah dianastesi ( PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003:Hal 178-179).

BAB IIITINJAUAN KASUS

3.1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu BersalinTanggal masuk : 10 juni 2011Tanggal/ Jam pengkajian : 10 juni 2011/ 03.00 wibPengkaji : Eka RianaTempat : Puskesmas Mergangsan

1. PENGUMPULAN DATAA. Data subyektif (S)1. Identitas Klien SuamiNama : Ny. Tri Kristianingsih Tn. WinartoUmur :30 tahun 33 TahunAgama :Islam IslamSuku/bangsa :Jawa JawaPekerjaan :wiraswasta Swasta (sopir)Alamat rumah : Mrican UH VII/366 Rt 25 Rw 09 Yogyakarta

Page 6: Study Kasus Manual Plasenta

1. Data Subjektifa. Alasan PeriksaIbu datang karena keluhan mules-mules sejak tanggal 10 Juni 2011 pukul 01.00 wib, ada pengeluaran darah lendir sejak pukul 02.00 wib, ada pengeluaran air merembes sejak jam 02.00 wib.b. Riwayat Kehamilan SekarangIbu merasa hamil 9 bulan, HPHT 4 September 2010, TP : 11 Juni 2011 usia kehamilan 39 minggu 6 hari. Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Mergangsang dan Dokter Kandungan. Selama hamil ibu mengkonsumsi tablet Fe, B1 dan B6. Ibu merasakan pergerakan janin pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu sampai saat ini. Tidak ada penyulit kehamilan ini.c. Riwayat psikososialIbu tenangd. Riwayat NutrisiPola terakhir makan pukul 20.00 wib dengan porsi satu piring sedang, jenis nasi, sayur dan lauk pauk.e. Riwayat EliminasiBAK : Frekuens± 8x/ hari, warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan.BAB : Frekuensi 1x/hari, terakhir pukul 23.00 wib, tidak ada keluhan.f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:No. TanggalPersalinan TempatPersalinan UsiaKehamilan JenisPersalinan Penolong Penyulit/masalah Anak KetHamil Bersalin Nifas JK BB TB 1 2001 Klinik aterm normal Bidan - - - Laki-laki 3000g 49 cm sehat2 Yang ini

II. Data Objektif1. Keadaan umum : Baik2. Kesadaran : Composmentis3. Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHgNadi : 82x/mRespirasi : 22x/mSuhu : 36,2 ºC4. BB sebelum hamil : 47 kg, BB sekarang : 59 kg, TB : 164cm. 5. Pemeriksaan Fisik1. KepalaRambut : Warna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.Muka : Tidak ada oedem, tidak ada kloasma gravidarum.Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak ikterik.Hidung : Tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran.Telinga : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran, bersih, fungsi

Page 7: Study Kasus Manual Plasenta

pendengaran baik. Mulut : Bibir lembab, warna kemerahan, tidak ada stomatis, tidak ada gigi karies, tidak ada gigi palsu.Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran tyroid, refleks menelan baik.2. DadaParu-paru : pergerakan nafas simetris, bunyi pernafasan vesikuler.Jantung : Bunyi jantung normal, irama teraturPayudara : bentuk dan ukuran simetris dan puting susu kurang menonjol, kolostrum ada, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.3. Abdomen Tidak ada luka operasi, linie nigra ada, ada strie, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.Palpasi :Leopold I : TFU :3 jari di bawah px( 33 cm)Fundus teraba bokongLeopold II : Kiri teraba bagian-bagian kecil janinkanan teraba punggungLeopold III : Bagian terendah teraba kepalaLeopold IV : 4/5 bagian sudah masuk PAPDenyut jantung janin (+) 138 x/menit, teraturTBBJ : 3255 gramHis 3-4 x/10 menit, lamanya 25-30 detik, kuat.4). Anogenitaliaa. Vulva : show ada, tidak ada lesi, tidak ada varises, tidak ada oedem.b. Anus : tidak ada haemoroid, tidak ada varises.c. Pemeriksaan dalam pukul 03.00 wib:Dinding vagina licin Portio lunak,tipis ᴓ 2 cm, ketuban (-), presentasi kepala, kepala Hodge II. 5) ExtremitasEkstremitas atas : tidak ada oedem, tidak ada kepucatan pada kuku, turgor baik, reflek baikEkstremitas bawah : tidak ada oedem, tidak ada kepucatan pada kuku, turgor baik, tidak ada varises, refleks baik.III. AssessmentIbu G2P1A0M0 hamil 39 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala, berada dalam proses persalinan kala I fase laten. Keadaan ibu dan anak baik.IV. Planning1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan bahwa janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dan merasa senang. 2. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda akan melahirkan, seperti ada dorongan untuk meneran. 3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi pernafasan pada saat mules, menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut: ibu mengerti dan dapat mengikuti yang telah diajarkan. 4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kekiri.

Page 8: Study Kasus Manual Plasenta

5. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri : mengusap punggung ibu dengan lembut.6. Memberikan ibu makan dan minum pada saat mulesnya berkurang : ibu minum teh manis, air putih dan makan nasi porsi sedang, sayur,lauk pauk dan buah.7. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil dan tidak menahan jika ingin kencing: ibu mengikuti yang dianjurkan8. Menganjurkan pada keluarga untuk menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi: keluarga menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.9. Mempersiapkan peralatan dan obat-obatan esensial yang diperlukan selama proses persalinan : peralatan dan obat-obatan siap pakai.10. Memonitor TD dan suhu tiap 4 jam sekali : hasil pada partograf11. Memonitor DJJ, nadi, kontraksi tiap 30 menit pada kala I fase aktif : hasil pada partograf12. Mengobservasi perubahan serviks dan penurunan kepala janin 4 jam sekali : hasil pada partograf.13. Memonitor cairan yang masuk14. Mencatat hasil temuan pada partograf.CATATAN PERKEMBANGANTgl/Jam Catatan Perkembangan10/6/201107.00 wib

Page 9: Study Kasus Manual Plasenta

10/6/201107.50 wibKALA III. Data subjektif- Ibu mengatakan mulesnya semakin sering- Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran- Ibu ingin BABII. Data Objektif1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. 2. Anogenitalia : Vulva dan spingter ani membuka3. Pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, ᴓ lengkap(10 cm), ketuban(-), presentasi kepala, tidak ada molage, tidak teraba bagian-bagian kecil-kecil janin, kepala H III.III. AssessmentIbu G2P1 berada dalam proses persalinan kala II. Keadaan ibu dan anak baik.

Page 10: Study Kasus Manual Plasenta

IV. Planning1. Memastikan tanda gejala kala II2. Memeriksa DJJ dan memastikan janin dalam keadaan baik : DJJ 142x/m3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik : ibu mengerti dan merasa senang.4. Memeriksa kelengkapan alat dan obat-obatan untuk menolong persalinan.5. Memakai alat perlindungan diri.6. Membantu ibu mencari posisi yang nyaman saat meneran: ibu memilih posisi setengah duduk.7. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan dan semangat pada ibu : keluarga memberikan semangat pada ibu.8. Mengajarkan dan membimbing ibu untuk meneran saat ibu merasa ada keinginan untuk meneran: ibu dapat melakukannya dengan baik dan ibu meneran saat kontraksi.9. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.10. Menganjurkan ibu untuk istirahat jika kontraksinya berkurang.11. Memberi ibu minum disaat ibu istirahat : ibu minum teh manis.12. Menilai DJJ setiap 5 menit.13. Saat kepala bayi 5-6 cm di vulva, meletakkan handuk bersih diatas perut ibu.14. Meletakkan underpad dibawah bokong ibu.15. Memdekatkan set partus dan membukanya.16. Memakai sarung tangan steril 17. Menahan perinium dengan tangan kanan dan tangan kiri menahan kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu kuat.18. Memeriksa ada tidaknya belitan tali pusat: tidak ada belitan tali pusat.19. Menjepit tali pusatdengan klem dari arah pusat bayi, mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem 2cm dari klem yang pertama.20. Memotong tali pusat diantara dua klem dan tangan kiri melindungi perut bayi dari guntingan.“Bayi lahir spontan tanggal 10 Juni 2011 pukul 07.50 wib, Anak laki-laki hidup, A/S: 9/10, BB: 3400gr, PB: 49, LK: 33 cm, LD: 32 cm, kelainan (-)”.

1-6-201107.50 wib

Page 11: Study Kasus Manual Plasenta

10/6/201108.05 wib

10/6/201108.20 wib KALA III

I. Data Subjektif- ibu merasa senang karena bayinya telah lahir dengan selamat.- Ibu merasa lelah setelah melahirkan.- Ibu mengatakan perutnya masih teras mules.II. Data ObjektifKeadaan umum : baikTFU : 1 jari di bawah pusatKontraksi uterus : BaikKandung Kemih : Tidak PenuhPerdarahan : ± 50 ccIII. AssesmentIbu P2 A0M0 berada dalam proses persalinan kala III. Keadaan ibu dan anak baikIV. Planning1. Memastikan lagi bahwa tidak ada janin ke dua: Tidak ada janin ke dua.2. Melakukan manajement aktif kala III :a. Memberikan injeksi oksitosi 10 iu pada 1/3 paha bagian luar.b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali : Plasenta belum lahir (08.05)c. Injeksi aksotosin ke 2 (10 IU) IMd. Melakukan penegangan tali pusan terkendali sambil masase fundus uteri oleh dokter kandungan.e. Melakukan manual plasenta:Plasenta lahir lengkap, pukul 08.20 wibf. Melakukan masase fundus uteri 15 kali selama 15 detik setelah plasenta lahir : kontraksi uterus baik.g. Dilakukan pemasangan IUD Post Plasentah. Melakukan injeksi methergin 0,2 mg (IM).

Page 12: Study Kasus Manual Plasenta

3. Memeriksa kelegkapan plasenta :a. plasenta lengkap dan segar.b. Panjang : 20 cmc. Lebar : 18 cmd. Tebal : 2 cme. Berat : 400 grf. Insersi tali pusan : marginalisg. Panjang tali pusat: 50 cm4. memeriksa laserasi jalan lahir : perinium rufture derajad I.5. mengobservasi perdarahan, TFU, kontraksi uterus, dan kandung kemih selama 2 jam setelah melahirkan.

23-12-09KALA IVI. Data Subjektifibu mengatakan perutnya masih terasa mulesII. Data Objektifa. Keadaan umum : Baikb. Kontraksi uterus : Baikc. Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat.d. Perdarahan : ± 50 cce. Kandung kemih : tidak penuhIII. AssesmentIbu P2A0M0 berada dalam proses persalinan kala IV.IV. Planninga. menyiapkan peralatan heating : alat sudah siapb. Melakukan penjahitan perineum satu-satu. c. Membereskan peralatan bekas pakai dan merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.d. Membersihkan ibu dan membantu ibu memakai pakaian bersih dan pembalut : ibu sudah memakai baju, kain, pembalut dan celana dalam.e. Mengajarkan ibu masase fundus uteri. : ibu mengerti dan dapat melakukannya.f. Menganjurkan ibu untuk istirahat : ibu istirahat.g. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini : ibu baring miring kekiri.h. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum seperti biasa: ibu mengerti.i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya: ibu bersedia.j. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan bayinya.k. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan perineum/ daerah bekas jahitan. : ibu mengerti.l. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas : ibu mengertim. Mengobservasi, TFU, Kontraksi uterus, perdarahan, dan kandung kemih selama 2 jam.n. Melengkapi partograf.o. Terapi : Amoxilin : 3x 500 g, Asam mefenamat 3x 500 g, sf 1x1 tab, betadhin dan kassa untuk perawatan perinium.

Page 13: Study Kasus Manual Plasenta