188

t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan
Page 2: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

= ::t-fl

KEMENTERIAII KEHUTANAN

SEKRETARIAT JENDERAL

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : SK.19/MENHUT-II/REG.III/2014

TENTANG

PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KESATUAN PENGELOLMN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL BERAU BAMTPROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERIODE TAHUN 2015 - 2024

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

Mengingat

c.

d.

a.

b.

f.

1.

bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

SK.649lMenhut-Il/2010 tanggal 22 November 2010 Telah ditetapkan

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat Di

Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur;

bahwa berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah

Nomor 6 tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, Kepala Kesatuan Pengelolaan

Hutan (KPH) wajib menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Panjang (RPHJP) KPH untuk disahkan oleh Menteri Kehutanan atau

pejabat yang ditunjuk ;

bahwa sesuai Pasal 4 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.46lMenhut-Il/2013, terhadap usulan RPHIP KPH dilakukan veriflkasi

dan validasi oleh tim penilai dalam rangka pengesahan;

bahwa sesuai Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.46lMenhut-ll/2013, dalam hal verifikasi dan validasi RPHJP KPH

Lindung/Produksi memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau

lebih, dan tidak terdapat hal substansial yang perlu diklarifikasi, maka

RPHJP KPH memenuhi ketentuan untuk disahkan;

bahwa dari hasil veriflkasi dan validasi, RPHJP KPH Berau Barat

diperoleh nilai 81,05 (Delapan Puluh Satu Koma Nol Lima) dan tidak

terdapat hal substansial yang perlu diklarifikasi;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf (a) sampai

dengan huruf (e), perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan

tentang Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat Provinsi

Kalimantan Timur Periode Tahun 2015 - 2024

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

Undang-Undang Nomor 4l Tahun 1999 tentang Kehutanan,

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

Page 3: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

3.

4.

5,

7,

8,

9.

11.

12,

13.

14,

10.

2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang;

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang PerencanaanKehutanan;

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3Tahun 2008;

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional;

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentangPembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH);

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P,6/Menhut-IIl20!0 tentangNorma , Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP);

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P,33/Menhut-IIl20t2;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42lMenhut-Il/2010 tentangSistem Perencanaan Kehutanan;

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49lMenhut-Il/2011 tentangRencana Kehutanan Tingkat Nasional (RlffN) Tahun 2011 - 2030;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.1/Menhut-II|1}LZ tentangPedoman Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46lMenhut-Il/2013 tentangTata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

Kesatuan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47lMenhut-Il/z013 tentangPedoman, Kriteria, dan Standar Pemanfaatan Hutan di WilayahTertentu pada Kesatuan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi;

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.649/Menhut-II/2010Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi

Model Berau Barat Di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur;Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.674lMenhut-II/2011 tentangPenetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) danKesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Kalimantan

Timur

15.

16,

L7.

Page 4: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

r

1, surat Kepala Pusat Pengendalian pembangunan Kehutanan RegionalIII Kalimantan Nomor uN,43/Reg.3-tlz0t4 Tanggat 3 oktober 2014tentang Penilaian, Klarifikasi dan Verifikasi Dokumen RpHJp KpHpModel Berau Barat

2. Hasil verifikasi dan validasi tim penilai atas usulan RpHJp KpHp ModelBerau Barat tanggal 17 Oktober 2014

MEMUTUSKAN :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENGESAHANRENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUANPENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL BERAU BARATPROVINSI TGLIMANTAN TIMUR PERIODE TAHUN 2015 - 2024

Mengesahkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka panjang (RPHJp)

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di provinsi

Kalimantan Timur Periode Tahun 2015 - 2024;Rincian RPHJP KPHP Model Berau Barat di provinsi Kalimantan TimurPeriode 2015 - 2024 sebagaimana tertuang dalam lampiran Keputusan ini,dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan;RPHJP tersebut pada amar KESATU berfungsi sebagai dasar untukmenyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka pendek KpHp Model BerauBarat

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Memperhatikan

Menetapkan

KESATU

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

Ditetapkan di : Jakarta

Pada Tanggal : 2l Oktober 2014An, MENTERI KEHUTANAN

KEPA1A PUSAT PENGENDALIAN

PEMBANGUNAN KEHUTANAN

REGIONAL III

Dr. Ir. I Nyoman Yuliarsana, M.Agr.Sc.NrP. 19560721 198203 1 002

Tembusan disampaikan Kepada Yth:1, Menteri Kehutanan

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan3. Direktur Jenderal/Kepala Badan Lingkup Kementerian Kehutanan4. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur5, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Berau6. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Model Berau Barat

Page 5: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan
Page 6: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

LEMBAR PET{GESAHAI{

TATA HUTAI{ DA$ REncAl{A pEHGELoLAAN nirnr*KESATUAI{ PENGELO1AAN HUTAil PRODUTGT (KPHP)

HODEL BERAU BARAT (Ul{rT XIr)PROVIilSI KALIIIIAIITAI{ TIMUR

(PERTODE 2015 - m24)

Dibuat dan Digandakan Oleh :

Mengehhui :

ntan Timur

NIP. 19580403 19qU/ 1 003 Disahkan oteh

-TrffPfl957050

Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan

Regional III - Kalimantan

Yuliarsana, M.Agr.Sc. p

Kehutanan

"

NrP. 1956072L t98203 1 002

198503 1 020

Page 7: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Kata Pengantar

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

i

KATA PENGANTAR

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan sebuah unit wilayah kelola, institusi

pengelola dan unit perencanaan pengelolaan hutan di tingkat tapak, dibentuk dengan

tujuan agar dapat dicapai pengelolaan hutan lestari.

Pembangunan KPHP Model Berau Barat (Unit XII) merupakan wujud komitmen dari

Pemerintah Kabupaten Berau dan Pemerintah Pusat dalam mewujudkan pembangunan

KPH di Kabupaten Berau dalam rangka pengelolaan hutan lestari.

Penyusunan Tata Hutan dan Rencana pengelolaan merupakan salah satu prasyarat

keberhasilan pembangunan KPH dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari secara

efisien dan efektif.

Dokumen Rencana Pengelolaan KPHP Model Berau Barat ini berisikan gambaran kondisi

Biogeofisik, Sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta rencana

kegiatan yang akan dilakasanakan oleh KPHP Model Berau Barat untuk jangka waktu 10

tahun (2015-2024) dalam rangka merealisasikan Visi yang telah ditetapkan yaitu :

”Menjadi Pengelola Hutan Lestari yang Profesional, Mandiri dan Mampu

Berkontribusi Untuk Pembangunan Daerah dan Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat “

Dengan selesainya penyusunan dokumen ini, diucapkan terimah kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik secara materil maupun pemikiran dan motivasi.

Semoga dokumen ini dapat diimplementasikan guna memberikan arahan pelaksanaan

tugas dan fungsi KPHP Model Berau Barat dalam melaksanakan pengelolaan kawasan

hutan, kelembagaan dan investasi kehutanan yang pada akhirnya dapat berkontribusi

terhadap keberhasilan pembangunan kehutanan di Indonesia khususnya pada skala

Kabupaten Berau.

Berau, 20 Oktober 2014

Kepala KPHP Model Berau Barat

Hamzah, S.Hut, M.Si

NIP. 19730823 200212 1 009

Page 8: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

I. PENDAHULUAN I-1

A. LATAR BELAKANG I-1

B. MAKSUD DAN TUJUAN I-2

C. SASARAN I-2

D. RUANG LINGKUP I-2

E. BATASAN PENGERTIAN I-3

II. DESKRIPSI KAWASAN II-1

A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BERAU II-1

1. Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Berau II-1

2. Luas Kawasan Hutan II-2

3. Pembagian Wilayah KPH Kabupaten Berau II-2

B. RISALAH WILAYAH KPHP MODEL BERAU BARAT II-3

1. Letak Geografis, Administrasi, Fungsi Kawasan Hutan dan Batas Wilayah II-3

2. Sejarah Pengelolaan II-5

3. Pembagian Wilayah Berdasarkan Izin Pemanfaatan Penggunaan

Kawasan Hutan

II-7

4. Pembagian Blok II-8

5. Informasi Geofisik Kawasan II-13

C. POTENSI SUMBER DAYA HUTAN II-15

1. Penutupan Vegetasi II-15

2. Potensi Kayu II-16

3. Potensi Non Kayu II-22

4. Potensi Jasa Lingkungan II-24

5. Potensi Wisata Alam II-25

6. Potensi Karbon II-26

7. Flora dan Fauna Dilindungi II-29

D. INFORMASI SOSIAL, KEPENDUDUKAN, EKONOMI DAN BUDAYA II-33

1. Kependudukan II-33

2. Tingkat Pendidikan II-36

3. Mata Pencaharian II-37

4. Kesehatan II-41

5. Kelestarian SDA II-41

6. Budaya dan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat II-42

7. Kelembagaan dalam Kampung II-42

8. Kelembagaan Antara Kampung II-43

E. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN II-47

1. Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Kayu II-47

2. Penggunaan Kawasan Hutan II-49

3. Kegiatan Lain-Lain II50

Page 9: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

iv

PEMANFAATAN MAUPUN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN V-15

1. Pembinaan dan Pemantuan Izin Pemanfaatan Hutan V-15

2. Pembinaan dan Pemantuan Izin Penggunaan Kawasan Hutan V-15

E. PENYELENGGARAAN REHABILITASI PADA AREAL DILUAR IZIN V-16

F. PEMBINAAN DAN PEMANTUAN (CONTROLLING) PELAKSANAAN REHABILITASI

DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN

PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA

V-19

1. Pembinaan dan Pemantuan RHL pada Pemanfaatan Hutan (IUPHHK-

HA/HT)

V-19

2. Pembinaan dan Pemantuan RHL pada Penggunaan Kawasan Hutan V-19

G. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM V-20

1. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan V-20

2. Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam V-21

H. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR PEMEGANG

IZIN

V-24

I. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDERS TERKAIT V-26

J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM V-30

1. Penyediaan SDM V-30

2. Peningkatan Kapasitas Aparatur V-31

K. SARANA DAN PRASARANA V-33

L. PENYEDIAAN PENDANAAN V-35

1. Pendanaan APBN V-35

2. Pendanaan APBD Provinsi V-36

3. Pendanaan APBD Kabupaten Berau V-36

4. Pendanaan Mitra Lain V-37

5. Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP V-38

M. PENGEMBANGAN DATA BASE V-39

N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA V-39

O. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN (MINIMAL 5 TAHUN SEKALI) V-40

P. PENGEMBANGAN INVESTASI V-43

1. Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Terpadu V-43

2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) V-44

3. Pengembangan Wisata Alam V-45

4. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan V-47

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN VI-1

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN VII-1

A. MONITORING DAN EVALUASI VII-1

B. PELAPORAN VII-5

C. REVIEW RENCANA KELOLA VII-6

VIII. PENUTUP VIII-1

IX. LAMPIRAN-LAMPIRAN IX-1

Page 10: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

iii

F. KONDISI POSISI KPHL/KPHP DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN

PEMBANGUNAN WILAYAH

II-52

1. Perspektif Tata Ruang Wilayah II-52

2. Perspektif Pembangunan Daerah II-53

G. INFRASTRUKTUR II-56

1. Sarana Jalan II-56

2. Sarana Transportasi II-57

3. Kelistrikan II-58

4. Sarana Telekomonikasi II-58

H. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN II-59

1. Isu Strategis II-59

2. Kendala dan Permasalahan II-61

III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN III-1

A. VISI III-1

B.

C.

MISI

TUJUAN PENGELOLAAN

III-2

III-3

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI IV-1

A. KONDISI YANG DIINGINKAN IV-1

B. ANALISIS PROYEKSI KEDEPAN DAN INPUT KEGIATAN DAN PERAN SERTA

KONSTRIBUSI KPHP MODEL BERAU BARAT

IV-2

1. Inventarisasi, Tata Hutan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan IV-2

2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (PHHK) IV-3

3. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Jasa Lingkungan IV-4

C. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM PENGELOLAAN

KPHP

IV-13

V. RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN V-1

A. INVENTARISASI BERKALA DAN PENATAAN HUTAN V-1

1. Inventarisasi Berkala V-1

2. Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat V-4

3. Penataan Batas Blok Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat V-5

B. PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU V-7

1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu V-7

2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) V-8

3. Pengembangan Wisata Alam V-8

4. Pengembangan Program Karbon (REDD+) V-9

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT V-11

1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial V-11

2. Kemitraan Dalam Pengelolaan Wilayah Tertentu

(KPH dengan Masyarakat)

V-12

3. Fasilitasi Kemitraan antara Masyarakat dengan Pemegang Izin V-13

4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat V-14

D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PADA AREAL IZIN

Page 11: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

v

DAFTAR TABEL

No Tabel Nama Halaman

Tabel II-1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau per

Kecamatan II-1

Tabel II-2 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Berau II-2

Tabel II-3 Pembagian Wilayah KPH Di Kabupaten Berau II-2

Tabel II-4 Cakupan Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau

Barat

II-3

Tabel II-5 Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi

Kawasan Hutan

II-4

Tabel II-6 Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi

Kawasan Hutan

II-4

Tabel II-7 Batas-Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat II-5

Tabel II-8 Pembagian Wilayah KPHP Model Berau Barat Berdasarkan Ijin

Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

II-8

Tabel II-9 Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Pada Wilayah KPHP

Model Berau Barat

II-9

Tabel II-10 Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Berdasarkan Nama

Blok dan Fungsi Kawasan Hutan

II-10

Tabel II-11 Pembagian Blok Pada IUPHHK-HA/HT II-11

Tabel II-12 Pembagian Blok Pada Tiap IUPHHK-HA/HT II-12

Tabel II-13 Wilayah Tertentu Berdasarkan Pembagian Blok KPHP Model Berau

Barat

II-12

Tabel II-14 Rangkuman Unsur-Unsur Iklim di Kabupaten Berau – KPHP Model

Berau Barat

II-13

Tabel II-15 Jenis Tanah dalam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat II-14

Tabel II-16 Kondisi Topografi-Kelas Kelerengan Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat

II-14

Tabel II-17 Nama-Nama Sungai di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat II-15

Tabel II-18 Gambaran Detail Tentang Tipe Tutupan Lahan Di Wilayah Kelola

KPHP Model Berau Barat

II-16

Tabel II-19 Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi

(Primer Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil IHMB

IUPHHK-HA

II-17

Tabel II-20 Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi

(Primer Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil Inventarisasi

Ground Truthing

II-19

Tabel II-21 Potensi Pohon Berdasarkan RKUIUPHHK-HA (IHMB) Per Hektar II-21

Tabel II-22 Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing II-22

Tabel II-23 Keberadaan HHBK dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat II-23

Tabel II-24 Nilai Biomassa dan Karbon Untuk Masing-Masing kelas Tutupan

Lahan

II-27

Tabel II-25 Perbedaan Stok Karbon di Kabupaten Berau Dengan Kelas Tutupan

Lahan Pada Empat Klasifikasi Waktu

II-27

Tabel II-26 Nilai Stok Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk

Masing-Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010

II-28

Tabel II-27 Nilai Emisis Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk

Masing-Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010

II-28

Tabel II- 28 Tabel Keberadaan Fauna di Wilayah KPHP Model berau Barat II-29

Page 12: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

vi

Tabel II-29 Jenis Binatang Yang Dilindungi Berdasarkan Peraturan II-32

Tabel II-30 Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat II-33

Tabel II-31 Profil kependudukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat II-34

Tabel II-32 Kondisi Pendapatan Rumah Tangga dan Akses Pendidikan Di Wilayah

KPHP Model Berau Barat

II-35

Tabel II-33 Hubungan Antara Masyarakat Dengan Hutan Dan Sumberdaya

Hutan Di Wilayah KPHP Model Berau Barat

II-36

Tabel II-34 Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kelola KPHP Model Berau

Barat

II-37

Tabel II-35 Ketersediaan lahan pertanian pangan masyarakat sekitar wilayah

kelola KPHP Model Berau Barat

II-38

Tabel II-36 Mata Pencarian Pada Kampung-Kampung Yang Ada Di Wilayah KPHP

Model Berau Barat

II-38

Tabel II-37 Ketersediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dalam wilayah

kelola KPHP Model Berau Barat

II-41

Tabel II-38 Daftar IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT Pada KPHP Model Berau Barat II-47

Tabel II-39 Etat Luas, JPT dan Rencana Produksi IUPHHK-HA selama 10 tahun

pada Wilayah KPHP Model Berau Barat

II-48

Tabel II-40 Daftar Ijin Pertambangan Dalam KPHP Model Berau Barat II-49

Tabel II-41 Perubahan Fungsi Kawasan dalam KPHP Model Berau Barat

Berdasarkan Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun

2009

II-54

Tabel II-42 Status Jalan di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat II-56

Tabel II-43 Aksessibilitas Jalan Pada Masing-Masing Kampung II-57

Tabel II-44 Sumber Listrik Berdasarkan Kampung II-58

Tabel II-45 Sarana Komunikasi Berdasarkan Kampung II-59

Tabel IV-1 Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Berau Barat IV-14

Tabel V-1 Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat

V-2

Tabel V-2 Prioritas Tata Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat V-5

Tabel V-3 Prioritas Tata Batas Blok pada Wilayah Kelola KPHP Model Berau

Barat

V-6

Tabel V-4 Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat

V-7

Tabel V-5 Prioritas Pengembangan Wisata Alam Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat V-9

Tabel V-6 Prioritas Perhutanan Sosial pada Wilayah Tertentu KPHP Model

Berau Barat

V-11

Tabel V-7 Prioritas Kegiatan Kemitraan antara masyarakat dengan KPH pada

Blok Pemanfaatan masing-masing Wilayah Tertentu

V-12

Tabel V-8 Prioritas Fasilitasi Kegiatan Kemitraan anatara Pemegang Ijin dengan

Masyarakat

V-13

Tabel V-9 Kondisi Prioritas Penanganan RHL Berdasarkan Fungsi Kawasan

Hutan DAS Berau

V-17

Tabel V-10 Kondisi Tingkat Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat V-17

Tabel V-11 Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan dilaksanakan pada

Wilayah Tertentu.

V-18

Tabel V-12 Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat

V-22

Tabel V-13 Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi KPHP Model Berau Barat V-24

Page 13: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

vii

dengan Pemegang Ijin

Tabel V-14 Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholders pada

Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat

V-26

Tabel V-15 Kondisi SDM pada KPHP Model Berau Barat V-30

Tabel V-16 Prioritas Rencana Pemenuhan SDM KPHP Model Berau Barat V-30

Tabel V-17 Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Berau Barat V-32

Tabel V-18 Prioritas Pemenuhan Sarana Prasarana dan Peralatan KPHP Model

Berau Barat

V-33

Tabel V-19 Skema Penyediaan Pendanan APBN Untuk Pembangunan KPHP

Model Berau Barat

V-35

Tabel V-20 Skema Penyediaan Pendanan APBD Provinsi Untuk Pembangunan

KPHP Model Berau Barat V-36

Tabel V-21 Skema Penyediaan Pendanan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan

KPHP Model Berau Barat

V-36

Tabel V-22 Skema Penyediaan Pendanan Mitra Lain Untuk Pembangunan

KPHP Model Berau Barat

V-37

Tabel V-23 Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi melalui Pengelolaan

Hasil Hutan Kayu Terpadu.

V-43

Tabel V-24

Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP

Model Berau Barat

V-44

Tabel V-25 Pertimbangan Penentuan Lokasi Pengembangan Investasi Bisnis

Wisata Alam Pada KPHP Model Berau Bara

V-46

Tabel V-26 Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis Pada KPHP Model

Berau Barat

V-48

Tabel VI-1 Beberapa pengertian tentang koordinasi, sinergi, integrasi dan

Sinkronisasi

VI-3

Tabel VI-2 Matrik Proses Rencana Pembinaan – Pengawasan Dan Pengendalian

(BINWASDAL)

VI-5

Tabel VII-1 Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Pemantauan Setiap

Triwulan Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP

Model Berau Barat 2015 s/d 2024

VII-3

Tabel VII-2 Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Evaluasi Tahunan

Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model

Berau Barat 2015 s/d 2024

VII-4

Page 14: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Nama Halaman

Gambar V-1 Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP-Model Berau Barat 2015-2024 V-41

Gambar VI-1 Alur pikir Pembinaan dan Wasdal VI-1

Gambar VI-2 Proses pelaksanaan BIN-WASDAL dalam Rencana Pengelolaan KPHP Model

Berau Barat

VI-4

Gambar VI-3 Keterkaitan aspek-aspek BINWASDAL Pengelolaan KPHP Model Berau Barat VI-4

Page 15: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Nama Halaman

Lampiran 1 Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model

Berau Barat Periode 2015 - 2024

Lampiran 2 Peta Tematik KPHP Model Berau Barat

Page 16: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab I. Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

I-1

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang

dapat dikelola secara efisien dan lestari. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dibangun

institusi pengelola yang profesional pada tingkat tapak yang bertanggungjawab

melaksanakan tugas dan fungsi dari organisasi sebagai berikut; Pertama, menyelenggarakan

pengelolaan hutan yang meliputi; tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi dan

perlindungan hutan dan konservasi alam. Kedua, menjabarkan kebijakan kehutanan nasional,

provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan. Ketiga,

melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian. Keempat,

melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di

wilayahnya. Kelima, membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan

pengelolaan hutan.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Berau Barat (Unit XII) yang ada di

Kabupaten Berau Kalimantan Timur. KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu KPH

yang didorong untuk menjadi KPH yang operasional sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Penetapan Wilayah KPHP Berau Barat Sebagai KPH Model oleh Menteri Kehutanan, melalui

surat Nomor : SK.649/Menhut-II/2010, Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau

Kalimantan Timur, yang luasnya 775.539 Ha. Kemudian disesuaikan dengan Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di

Provinsi Kalimantan Timur sehingga luas KPHP Model Berau Barat adalah 786.021 Ha yang

terdiri dari Hutan Lindung seluas 234.305 Ha; Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 431,506

Ha; dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 114,210 Ha.

Terbentuknya KPHP Model Berau Barat diharapkan lebih mendorong implementasi

desentralisasi yang nyata, optimalisasi akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan

sebagai salah satu jalan resolusi konflik, kemudahan dan kepastian investasi, tertanganinya

wilayah tertentu yang belum ada pengelolanya yaitu areal yang belum dibebani izin, serta

upaya untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi dan perlindungan hutan pada kawasan

hutan yang ada di Kabupaten Berau.

Tata hutan dan rencana pengelolaan merupakan salah satu tahapan dan instrumen penting

untuk menjamin terlaksananya tugas dan fungsi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan

pengelolaan hutan secara efektif dan efisien. Dengan demikian perlu dilaksanakan tata

hutan dan penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) KPHP Model Berau Barat,

Page 17: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab I. Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

I-2

sebagaimana petunjuk teknis yang telah diatur oleh Kementerian kehutanan melalui

Peraturan Direktur Jendral Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14

Maret 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP).

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan RPJP dimaksudkan agar pembangunan KPHP Model Berau Barat dilaksanakan

secara sistematis dan terarah sehingga pengelolaan dapat lebih efisien dan efektif.

Sedangkankan tujuannya adalah sebagai acuan KPHP Model Berau Barat dalam melakukan

kegiatan pengelolaan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam kurun waktu 10 (sepuluh)

tahun.

C. SASARAN

Sasaran Penyusunan RPJP ini adalah adanya RPJP dalam waktu 10 tahun pada wilayah KPHP

Model Berau Barat yang sesuai dengan kondisi tapak, visi dan misi pembangunan kehutanan

baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan

hutan secara lestari.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini adalah sebagai berikut :

1. Penggambaran rencana kegiatan inventarisasi biogeofisik kawasan dan kondisi sosial

budaya masyarakat yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat yang akan

dilakukan secara berkala.

2. Mendeskripsikan dengan lengkap kawasan KPHP Model Berau Barat, baik yang

berkaitan dengan risalah wilayah, potensi, kondisi sosial ekonomi dan budaya, posisi

KPHP dalam perspektif tata ruang dan pembangunan daerah serta hal-hal yang terkait

dengan isu-isu strategis, kendala dan permasalahan dalam pengelolaan wilayah KPHP

Model Berau Barat.

3. Menyampaikan Visi dan Misi pengelolaan hutan pada KPHP Model Berau Barat untuk

jangka waktu 10 tahun ke depan (2015-2024)

4. Melakukan analisis kondisi beserta isu-isu utama terkait wilayah KPHP Model Berau

Barat saat ini dan proyeksinya ke depan, khususnya untuk jangka waktu 10 tahun

5. Menguraikan secara komprehensif strategi dan rencana pengelolaan atas wilayah KPHP

Model Berau Barat, baik berkaitan dengan teknis operasional KPH, tata hubungan

kerja/koordinasi dengan institusi lainnya

6. Menguraikan rancangan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas seluruh Izin

pemanfaatan hutan dan pengguna kawasan hutan yang berada di dalam wilayah KPHP

Model Berau Barat agar dapat diperoleh sinergitas program kegiatan.

Page 18: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab I. Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

I-3

7. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang izin, serta koordinasi dan

sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.

8. Rencana penyediaan sarana prasarana dan SDM baik kuantitas maupun kompetensi

untuk pengembangan KPHP Model Berau Barat

9. Pembangunan dan pengembangan database KPHP Model Berau Barat

10. Rasionalisasi Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat

11. Review Rencana pengelolaan KPHP Model Berau Barat

12. Menyusun dan merumuskan rencana pengembangan invstasi.bisnis pada KPHP Model

Berau Barat

13. Merumuskan sistem pemantauan dan evaluasi atas rencana pengelolaan serta

rancangan pembinaan KPHP Model Berau Barat (butir 4. dan 5.), guna menjamin

terimplementasikannya rencana kelola yang telah disusun.

E. BATASAN PENGERTIAN

Dalam rangka lebih memahami dokumen Rencana Pengelolaan Hutan dalam wilayah KPHP

Model Berau Barat, maka perlu diuraikan beberapa batasan pengertian sebagai berikut :

1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

2. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana

pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.

3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan

pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang

terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-

besarnya bagi masyarakat secara lestari.

4. Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian kegiatan

pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumberdaya hutan dan

lingkungannya secara lengkap.

5. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada KPH yang memuat semua aspek

pengelolaan hutan dalam kurun waktu jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan

hasil tata hutan dan rencana kehutanan dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan

nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan

hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.

6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada

tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah

pembangunan KPHL dan KPHP.

7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan Hutan

berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau

blok.

Page 19: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab I. Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

I-4

8. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta

memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk

kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

9. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan

diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

10. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,

kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,

kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga

hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,

investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

11. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan, dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan

peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

12. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan

vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

13. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi

pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya sehingga pemerintah perlu

menugaskan Kepala KPH untuk memanfaatkannya.

14. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan

peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

15. Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas

wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.

16. KPH Model, adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju

situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak. KPHP Model Berau Barat

memang merupakan KPH yang pertama dari rencana pembangunan 4 (empat) KPH di

Kabupaten Berau, dimana digunakan sebagai media pembelajaran dan sekaligus contoh

unit pengelolaan hutan di tingkat tapak.

17. KPHP Model Berau Barat, adalah merupakan salah satu KPH yang ada di kabupaten

Berau yang ditetapkan sebagai KPHP Model berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan

Nomor : SK.649/Menhut-II/2010, Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau

Kalimantan Timur adalah 786.021 ha

18. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan KPHP yang

merupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL

dan KPHP dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHL dan KPHP.

19. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah bagian dari wilayah KPHL dan

KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

pengelolaan.

20. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha

pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang sama.

Page 20: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab I. Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

I-5

21. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang

kehutanan.

22. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas dan

badan. Pelaksana teknis dimaksudkan melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang. UPTD memiliki wilayah kerja di satu

atau beberapa daerah kabupaten/kota.

Page 21: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-1

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN

A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BERAU

1. Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Berau

Kabupaten Berau yang terletak di Bagian Utara Propinsi Kalimantan Timur mempunyai luas

wilayah 34.127 Km2 dengan jumlah penduduk 193.931 jiwa berada di daerah tropis dengan

posisi geografis 1 LU da 6 9 BT de ga batas wilayah Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Malinau, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Kutai Timur. Kabupaten Berau terdiri dari 13 kecamatan, 95 desa dan 7

kelurahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk seperti pada Tabel II-1

sebagai berikut :

Tabel II-1 . Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau per Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Kelay

Talisayan

Tabalar

Biduk-Biduk

Pulau Derawan

Maratua

Sambaliung

Tanjung Redeb

Gunung Tabur

Segah

Teluk Bayur

Biatan

Batu Putih

6.134,60

1.798,00

2.373,45

3.002,99

3.858,96

4.118,80

2.403,86

23,76

1.987,02

5.166,40

175,70

1.432,04

1.651,42

4.601

10.877

5.257

5.238

9.298

3.183

25.574

68.717

16.051

9.302

22.887

5.535

7.411

Total 34.127,00 193.931

Sumber : BPS 2013

Sebagai daerah tropis yang dekat dengan garis khatulistiwa daerah ini memiliki curah hujan

yang tinggi dengan hari hujan merata sepanjang tahun. Suhu udara di daerah ini sangat

tinggi dengan tingkat penyinaran matahari yang banyak sepanjang tahun. Curah hujan

cenderung merata sepanjang tahun, berkisar antara 100-300 mm perbulan. Curah hujan

terendah terjadi pada Bulan November sebanyak 56,3 mm. Curah hujan terbesar terjadi

pada Bulan Desember sebesar 343,8 mm. Sedangkan hari hujan cenderung merata

sepanjang tahun berkisar antara 13 sampai 25 hari tiap bulannya. Temperatur udara rata-

rata berkisar antara 26 sampai dengan 27 oC . Temperatur udara tertinggi terjadi pada Bulan

Mei 33,60 oC, sedangkan suhu terendah terjadi pada Bulan Januari 22,10 oC. Kelembaban

udara di Kabupaten Berau selama tahun 2003 berkisar antara 80–89% perbulannya.

Sedangkan lama penyinaran matahari antara 21 sampai 66 setiap bulannya.

Page 22: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-2

2. Luas Kawasan Hutan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret

tahun 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Kalimantan Timur, luas

kawasan hutan yang ada di Kabupaten Berau berdasarkan fungsinya disajikan pada pada

tabel II-2 berikut :

Tabel II- 2 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Berau

No. Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) %

1. Hutan Produksi Tetap (HP) 626.875,22 28.60

2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 676.188,25 30.86

3. Hutan Lindung (HL) 360.356,79 16.45

4. Areal Penggunaan Lain (APL) 527.870,77 24.09

Jumlah 2.191.291,04 100,00

Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2011

3. Pembagian Wilayah KPH Kabupaten Berau

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang

Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur, Wilayah Kabupaten Berau di bagi

menjadi 4 Wilayah KPHP yaitu sebagai berikut :

Tabel II-3. Pembagian Wilayah KPH Di Kabupaten Berau

No. Fungsi Kawasan Luas (ha)

Unit XII Unit XIV Unit XV Unit XVI

1. Hutan Lindung (HL) 251.357 - 69.487 48.358

2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 431.506 133.149 130.548 2.545

3. Hutan Produksi Tetap (HP) 103.139 189.290 162.194 142.277

Jumlah 786.021 322.439 362.229 193.180

Sumber : Lampiran SK. 674/Menhut-II/2011 (Kementrian Kehutanan, 2011)

Pembagian fungsi kawasan hutan pada masing-masing KPH pada tabel II-3 di atas masih

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret

tahun 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Kalimantan Timur, yang pada

saat itu berlaku. Dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor : Sk.942/menhut-Il/2013 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 79/KPTS-II/2001, Tanggal 15 Maret 2001 Tentang Penunjukan Kawasan

Hutan Dan Perairan Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Seluas 14.651.553 ha (Empat

Belas Juta Enam Ratus Lima Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Tiga Hektar), terjadi

beberapa perubahan sehingga harus disesuaikan lagi. Selanjutnya penamaan KPHP tersebut

Page 23: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-3

adalah KPHP Model Berau Barat (unit XII), KPHP Berau Utara (Unit XIV ), KPHP Berau Tengah

(Unit XV ), KPHP Berau Pantai (Unit XVI).

B. RISALAH WILAYAH KPHP MODEL BERAU BARAT

1. Letak Geografis, Administrasi, Fungsi Kawasan hutan dan Batas Wilayah

a. Letak Geografis dan Administrasi

Secara geografis KPHP Model Berau Barat sebagai salah satu dari 4 KPHP yang dicadangkan

di Kabupaten Berau terletak antara 116o BT – 119o BT dan antara 1o LT – 2o LU. “e ara administrasi pemerintahan terletak dalam 4 wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan

dari 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Berau, yaitu : Kecamatan Segah, Kecamatan Kelay,

Kecamatan Sambaliung dan Kecamatan Gunung Tabur. Secara rinci disajikan dalam Tabel II-4

berikut :

Tabel II-4. Cakupan Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat

No. Kecamatan Kampung Luas

Ha (%) 1. Kelay Terdiri dari 11 Kampung (Long Beliu, Muara Lesan, Lesan

Dayak, Sidobangen, Merapun, Long Duhung, Long Keluh, Long

Lancim, Long Pelai, Long Sului dan Merasa

469.963,54

(59,79)

2. Segah Terdiri dari 10 Kampung (Siduung Baru, Pandan Sari, Harapan

Jaya, Tepian Buah, Punan Malinau, Long Ayan, Punan

Mahakam, long Laai, Punan Segah dan Long Ayap

295.287,74

(37,57)

3. Sambaliung Terdiri dari 3 Kampung (Tumbit Dayak, Long Lanuk dan

Nyapah Indah

10.078,83

(1,28)

4. Teluk Bayur Terdiri dari 4 Kampung (Tumbit Melayu, Labanan Jaya,

Labanan Makarti, Bukit Makmur

10.690,89

(1,36)

Total 786.021,00

(100%)

Sumber: Hasil Analisis Peta Adminidtrasi (Bappeda, 2005).

Dari Tabel II-4 di atas dapat dinyatakan bahwa sebagian besar (> 90%) wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat terletak dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Kelay dan Segah.

Secara hidrologis wilayah kelola KPHP Model Berau Barat diapit oleh 2 (dua) Sub-DAS besar,

yaitu Kelay (Selatan) dan Segah (Utara), yang selanjutnya bersatu ke dalam DAS Berau yang

mengalir sekitar ± 40 Km ke arah Laut Sulawesi. Ke-2 sungai utama Segah dan Kelay

membentuk kawasan tangkapan air seluas ± 15.000 Mm2, atau sekitar 62% total areal

Kabupaten Berau.

b. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan

Luas Wilayah KPHP Model Berau Barat didasarkan Penetapan Wilayah KPHP Berau Barat

Sebagai KPH Model oleh Meteri Kehutanan, melaui surat Nomor : SK.649/Menhut-II/2010,

Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau Kalimantan Timur yaitu luasnya 775.539

Page 24: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-4

Ha. Kemudian disesuaikan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011

Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur sehingga Luas KPHP Model

Berau Barat adalah 768.021 Ha.

Pada penyusunan dokumen rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang Penetapan

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur, karena lebih sesuai dengan kondisi aktual

lapangan dan Draf RTRWK Kabupaten Berau. Dengan demikian Luas KPHP Model Berau

Barat yang dipakai adalah 768.021 Ha

Pada Awalnya Fungsi Kawasan KPHP Model Berau Barat didasarkan pada Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : 79/Kpts-II/2001 Tentang Peta Penunjukan Kawasan hutan Perairan

Kalimantan Timur, sehingga fungsinya Wilayah KPHP Model Berau Barat adalah sebagai

berikut :

Tabel II-5. Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi Kawasan Hutan

No. Fungsi Kawasan Hutan Luas

Ha %

1. Hutan Lindung (HL) 251.375,51 31,98

2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 431.506, 00 54,90

3. Hutan Produksi (HP) 103.139,49 13,12

Luas Keseluruhan 786.021,00 100

Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2011

Dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor : Sk.942/menhut-Il/2013 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanait

Nomor 79/KPTS-II/2001, Tanggal 15 Maret 2001 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan

Perairan Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Seluas 14.651.553 ha (Empat Belas Juta Enam

Ratus Lima Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Tiga Hektar), fungsi Kawasan Hutan pada

KPHP Model Berau Barat berubah menjadi sebagai berikut :

Tabel II-6. Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi Kawasan Hutan

No Fungsi Kawasan Hutan Luas

Ha %

1 Hutan Lindung (HL) 250.652,07 31,89

2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 413.564,45 52,61

3 Hutan Produksi (HP) 99.752,58 12,69

4 Hutan Produksi Konversi (HPK) 917,66 0,12

5 Areal Penggunaan Lain (APL) 19.973,64 2,54

6 Tubuh Air 1.160,60 0,15

Jumlah 786.021,00 100

Sumber: Analisis Peta Spasial Lampiran SK Menteri Kehutanan Nomor: sk.942/menhut-II/2013

Page 25: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-5

Dari Tabel II-6 di atas, ternyata bahwa wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terletak

dalam lebih kurang sepertiga dari kawasan hutan di Kabupaten Berau. Selanjutnya dari

fungsi hutan sebagian besar wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terletak dalam HPT dan

HL. Dengan demikian sebagian besar (> 80%) dari wilayah kelola KPHP Model Berau Barat

terdiri dari kawasan hutan dengan kondisi topografi yang berat (HL dan HPT), dengan

kelerengan > 40%. Sehingga dalam pengelolaanya ke depan harus benar-benar

mempertimbangkan resiko lingkungan yang ditimbulkan. Juga adanya fakta bahwa wilayah

kelola tersebut juga termasuk kedalam 2 Sub-DAS besar di Kabupaten Berau, yaitu Sub-DAS

Kelay dan Sub-DAS Segah. Kondisi fisik lapangan tersebut ditambah lagi dengan posisinya

dari ketinggiannya di atas muka laut terletak dari kisaran 500-1.000 meter. Sehingga wilayah

kelola tersebut terletak di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Kombinasi kondisi fisik

tersebut merupakan hal yang benar-benar harus mendapatkan perhatian dan pertimbangan

dalam pengelolaan sumberdaya yang terdapat di dalamnya.

c. Batas Wilayah

Secara fisik di lapangan batas wilayah kelola KPHP Model Berau Barat sebagian besar

merupakan batas alam berupa sungai dan batas buatan tetap berupa jalan. Patok batas

fungsi hutan dan wilayah administrasi pemerintahan. Secara rinci disajikan dalam Tabel II-7

dibawah :

Tabel II-7. Batas-Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Perbatasan Wilayah Panjang (m)

1 Utara Batas Adminidtrasi Kabupaten (Berau-Bulungan) 149.401,53

2 Barat Batas Administrasi Kabupaten (Berau-Malinau) 35.715,53

3 Selatan Batas Administrasi Kabupaten (Berau-Kutim) 145.835,44

4 Timur Batas Areal Penggunaan Lain/Batas Kawasan Hutan (Perkebunan

dan Pemukiman masyarakat) 329.167,19

IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Sambarata) 15.637,45

Panjang Total 675.757,14

Sumber : Hasil Analisis Peta Adminidtrasi (Bappeda, 2005) dan Peta Pemanfataatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

(Dinas Kehutanan, 2013)

Dari Tabel II-7 di atas ternyata bahwa batas wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terdiri

sebagian besar adalah batas buatan dan berbatasan dengan perkebunan dan pemukiman

masyarakat, ini menggambarkan bahwa prioritas penyelesaian tata batas adalah perbatasan

wilayah timur, untuk menjamin kepastian kawasan hutan, sebaliknya untuk wilayah utara,

barat dan selatan yang merupakan batas administrasi pada umumnya adalah punggung

gunung, sehingga aksessibilitasnya relatif sulit.

2. Sejarah Pengelolaan

Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan wilayah yang sejarah pengelolaannya relatif

dinamis dan berkembang. Berbagai kegiatan pengelolaan baik pemanfaatan, penggunaan

Page 26: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-6

kawasan serta model-model pengelolaan yang berbasis masyarakat serta proyek-projek

percontohan pernah dilakukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat baik pada Hutan

Produksi maupun Hutan Lindung.

a. Sejarah Pengelolaan Hutan Produksi

Sejak tahun 1970-an Kawasan Hutan Produksi yang ada pada wilayah KPHP Model Berau

Barat sudah dikelola melalui Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang pada saat itu di sebut

dengan Izin Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Seiring dengan

perubahan kebijakan beberapa HPH mengalami Likuidasi kemudian di pecah menjadi

beberapa HPH dengan manajemen-manajemen terpisah seperti yang terjadi pada HPH PT.

Alas Helau. pada tahun 1980-an PT. Alas Helau mulai beroperasi dengan areal seluas ±

300.000 Ha. Kemudian pada tahun 1998/1999 pada saat dimulainya reformasi di sektor

kehutanan PT. Alas Helau berhenti beroperasi dan dilikuidasi pada tahun 2001 PT. Alas Helau

dilikuidasi oleh pemerintah kepada 5 perusahaan yang baru, yaitu : PT. Karya Lestari, PT.

Mahardhika Insan Mulya, PT. Wana Bhakti Persada, PT. Amindo dan PT. Aditya.

Dari luas 534.645,49 Ha Kawasan Hutan Produksi yang ada pada wilayah KPHP Model

Berau Barat, jika dilihat dari sejarah pengelolaannya semuanya merupakan wilayah bekas

izin Pemanfataan Hasil Hutan Kayu sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini wilayah KPHP Model

Berau Barat yang masih dikelola oleh IUPHHK-HA/HT, sedangkan sisanya seluas 46.978,86 Ha

merupakan areal bebas izin

b. Sejarah Pengelolaan Hutan lindung.

Kawasan Hutan Lindung, merupakan bagian dari wilayah KPHP Model Berau Barat yang

pengelolaannya belum maksimal, sampai dengan saat ini luasan wilayah yang pernah

dikelola relatif kecil yaitu seluas 12.000 Ha (5%) yang dikenal dengan Hutan Lindung Sungai

Lesan (HLSL).

Kawasan HLSL merupakan eks areal PT. Alas Helau yang beroperasi sejak tahun 1980-an,

yang kemudian Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 79/Kpts-III/2001 tanggal

15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi

Kalimantan Timur, ditetapkan sebagai Areal Penggunaan Lain (APL).

Sehubungan dengan pentingnya fungsi areal tersebut sebagai daerah penyangga dan

keanekaragaman hayati maka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3

tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau tahun (2001-2011)

ditetapkan kawasan Hutan Lindung; dan saat ini, dalam Draf Tata Ruang Wilayah Kalimantan

Timur juga tetap dipertahankan sebagai Hutan Lindung.

Pada tahun 2004 dibentuk Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan melalui Surat

Keputusan Bupati No. 251 tahun 2004 tanggal 7 Oktober 2004 yang bertujuan untuk

mengkoordinasikan kepentingan perencanaan dan program antar berbagai pihak yang

Page 27: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-7

terkait dengan Hutan Lindung Sungai Lesan, melakukan pengelolaan untuk kepentingan

pelestarian Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan, melakukan monitoring dan evaluasi

pengelolaan Hutan Lindung Sungai Lesan. Sampai saat ini, kawasan tersebut masih dikelola

melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah dan kelompok-kelompok

masyarakat.

c. Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan dengan Status Khusus (KHDTK)

Kawasan Hutan Dengan Status khusus (KHDTK) yang ada di Wilayah KPHP Model Berau Barat

adalah merupakan salah satu aset negara yang harus dipertahankan dan dimanfaatkan

secara optimal.

Keberadaan KHDTK berawal dari Kerjasama anatara Pemerintah Indonesia dengan

Pemerintah Perancis yang ditandatangi pada tahun 1989 untuk melakukan penelitian

tentang silvikutur di konsesi Labanan yang selanjutnya disebut Proyek STREK (Silvicultural

Techniques for the Regeneration of logged over Rain Forest in East Kalimantan) yang

bertujuan untuk mencari keseimbangan yang tepat antara keuntungan produksi dan

manfaat bagi lingkungan melalui pengukuran riap pohon setiap tahunnya. Sebagai tindak

lanjut dari Proyek STREK, pada tahun 1996-2001, Pemerintah Indonesia melakukan

kerjasama dengan Uni Eropa melalui Berau Forest Management Project (BFMP) bertujuan

untuk proyek percontohan Pengelolaan Hutan lestari di tingkat operasional di konsesi

Inhutani I Labanan (136.000 Ha) dengan mendorong Sertifikasi PHPL, pelaksanaan

Pembalakan ramah Lingkungan (RIL), Siptop (sistem Informasi Tofografi Pohon, Penelitian

PLOT STREK) yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan areal konsensi PT. Inhutani I

Unit Labanan seluas ± 142.691 Ha sebagai areal penelitian dan kegiatan operasional Berau

Forest Management Project (BFMP) sebagai program Kerjasama Departemen Kehutanan dan

Perkebunan dengan Uni Eropa melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

866/Kpts-II/1999 tanggal 13 Oktober 1999.

Guna menjamin kepastian hukum dan keberadaan Plot Penelitian STREK dan keberlanjutan

penelitian-penelitian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.121/Menhut-

II/2007, tanggal 2 April 2007 kawasan tersebut ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Dengan

Tujuan Khusus (KHDTK) seluas ± 7.900 Ha untuk Hutan Penelitian Labanan yang dikelola Balai

Besar Dipterocarpacea dan di keluarkan dari areal PT. Inhutani I Labanan, yang kemudian

ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan Nomor : SK.64/Menhut-II/2012,

tanggal 3 Februari 2012.

3. Pembagian Wilayah Berdasarkan Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Berdasarkan Keberadaan izin pemanfaatan dan Penggunaan kawasan hutan maka wilayah

kelola KPHP Model Berau Barat terbagi menjadi 4 kelompok besar yaitu : Bagian wilayah Izin

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam (IUPHHK-HA), Bagian Wilayah Pemanfaatan

Page 28: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-8

Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) dan Bagian wilayah kelola yang tidak

atau belum ada izin pemanfaatannya (Wilayah Tertentu), secara garis besarnya dapat dilihat

pada Tabel II-8 berikut :

Tabel II-8. Pembagian Wilayah KPHP Model Berau Barat Berdasarkan Izin Pemanfaatan

dan Penggunaan Kawasan Hutan

No. Bagian Wilayah Luas

(ha) (%)

1. Wilayah izin Pemanfaatan Hutan Alam (IUPHHK-HA) 478.914,44 60,94

2. Wilayah Izin Pemanfaatan Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) 15.430,66 1,96

Wilayah Izin Perkebunan Sawit (Perubahan fungsi Kawasan jadi

APL)

2.740,64 0,35

3. Wilaya Tanpa Izin 288.935.26 36,75

Jumlah 786.021,00 100,00

Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat (2013)

4. Pembagian Blok

Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH dengan persamaan

karakteristik biogeofisik (potensi, penutupan lahan, bentang alam, dll.) bersifat relatif

permanen, yang ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen.

Pembagian blok pada Wilayah KPHP Model Berau Barat mengacu pada Peraturan Mentri

Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010, khususnya Pasal 6 (2) dan Peraturan Direktur

Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/Vii-Wp3h/2012,Tanggal : 14 Mei 2012 Tentang

Petunjuk Teknis Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP),

bahwa Pembagian Blok harus memperhatikan: a). karakteristik biofisik lapangan; b). kondisi

sosial ekonomi masyarakat sekitar; c). potensi sumberdaya alam; dan d). keberadaan hak-

hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Selanjutnya

pembagian blok harus memperhatian dan mengacu pada peta arahan RKTN/RKTP/RKTK,

fungsi kawasan, izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan.

Berdasarkan kondisi yang ada pada KPHP Model Berau Barat, maka pembagian Blok

diklasifikasikan berdasarkan Wiayah yaitu Wilayah Tanpa Izin Pemanfaatan dan Kelompok

Wilayah Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT)

a. Pembagian Blok Pada Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan

Dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat terdapat Kawasan Hutan yang belum di bebani

hak/izin Pemanfaatan atau penggunaan kawasan kawasan. Pembagian Blok Pada Wilayah

Tanpa izin pengelolaan tersebut, sangat tergantung dengan skema rencana kegiatan yang

akan dilaksanakan pada wilayah tersebut sesuai dengan fungsi kawasan, kondisi biofisik,

sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta peraturan perundangan yang berlaku.

Page 29: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-9

Berdasarkan arahan dalam Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor:

P.5/VII-WP3H/2012,Tanggal: 14 Mei 2012 Tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan Dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)

Dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP), maka Blok Pada Wilayah Tanpa Izin

Pengelolaan pada KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :

Tabel II-9. Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Pada Wilayah KPHP Model

Berau Barat

No Nama Blok Luas (ha)

A Pada WT Hutan Lindung

1 Blok Inti 160.334,83

2 Blok Pemanfaatan-HL 80.331,39

3 Blok Khusus -

Jumlah A 240.666,22

B Pada WT (HPT, HP, HPK, APL)

1 Blok Perlindungan 2.679,12

2 Blok Pemanfaatn Kawasan, HHBK dan Jasa lingkungan 8.040,98

3 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (PHHK-HA) 19.531,16

4 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -Hutan Tanaman (PHHK-HT) 2.886,82

5 Blok Pemberdayaan Masyarakat 7.335,41

6 Blok Khusus-KHDTK 7.689,32

Jumlah B 48.162,82

C Tubuh Air 103,23

Jumlah Total (A+B+C) 288.935,26

Sumber : Hasil Analisis Data KPHP Model Berau Barat

Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan pada KPHP Model Berau Barat berdasarkan

Nama Blok dan Fungsi Kawasan hutan secara rinci dapat digambarkan pada Tabel II-10

berikut :

Page 30: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-10

Tabel II-10. Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Berdasarkan Nama Blok

dan Fungsi Kawasan Hutan

No Nama Blok Fungsi Kawasan Hutan

Jumlah HL HPT HP HPK APL

1 Blok Inti (Blok I-HL) 160.334,82 - - - - 160.334,82

a. Blok I-HL 1 74.718,85 - - - - 74.718,85

b. Blok I-HL 2 8.069,64 - - - - 8.069,64

c. Blok I-HL 3 13.785,06 - - - - 13.785,06

d. Blok I-HL 4 37.751,75 - - - - 37.751,75

e. Blok I-HL 5 21.195,48 - - - - 21.195,48

f. Blok I-HL 6 4.788,06 - - - - 4.788,06

g. Blok I-HL 7 25,99 - - - - 25,99

2 Blok Pemanfaatan

(Blok P-HL) 80.331,39

- - - - 80.331,39

a. Blok P-HL 1 13.792,16 - - - - 13.792,16

b. Blok P-HL 2 38.713,78 - - - - 38.713,78

c. Blok P-HL 3 7.743,00 - - - - 7.743,00

d. Blok P-HL 4 14.549,55 - - - - 14.549,55

e. Blok P-HL 5 5.532,90 - - - - 5.532,90

3 Blok Perlindungan - 2.384,10 - - - 2.384,10

4

Blok Pemanfaatan

Kawasan dan Jasa

lingkungan, HHBK

(Blok PJH)

- 7.496,61 - 537,92 6,45 8.040,98

a. Blok PJH 1- Kelay - 1.429,81 - - - 1.429,81

b. Blok PJH 2-KLSL

- 537,921 6,45 544,37

c. Blok PJH 3- Segah

6.066,80 - - - 6.066,80

5 Blok Pemanfaatan

HHK-HA (PHHK-HA) - 19.531,16 - - - 19.531,16

a. Blok PHHK-HA 1 -

Merapun. - 2.619,69 - - - 2.619,69

b. Blok PHHK-HA 2 -

Long Gie - 16.911,47

- - - 16.911,47

6 Blok Pemanfaatan

HHK-HT - 2.753,66 133,16 - - 2.886,82

Blok PHHK-HT

Merapun - 2.753,66 133,16

- - 2.886,82

7 Blok Pemberdayaan

Masyarakat (Blok PM) - 3.043,46 2.209,62 917,66 1.164,67 7.335,41

a. Blok PM 1 –Segah - 1792,93 - - 238,21 2.031,14

b. Blok PM 2 –Labanan - - 182,42 237,18 492,296 911,89

c. Blok PM 3–Merasa - - 69,21 680,49 175,64 925,34

d. Blok PM 4-Long Beliu - - 1.177,12 -

1.177,12

e. Blok PM 5-Lesan - - 698,54 -

698,54

f. Blok PM 6-KLSL - - 342,02 - 55,25 397,28

g. Blok PM 7-Long

Duhung 989,08 1,76

- 203,26 1.194,11

8 Blok Khusus (BK) - - 7687,46 - 1,86 7.689,32

Blok BK-KHDTK

Labanan - - 7.689,32

- - 7.689,32

9 Tubuh Air - - - - - 103.23

Jumlah 240.666,21 35.242,57 10.291,69 1.455,58 1.172,98 288.935,26

Sumber : Hasil Analisis Data KPHP Model Berau Barat

Page 31: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-11

b. Pembagian Blok Pada Wilayah Izin Pemanfaatan Hutan (IUPHHK-HA/HT)

Pembagian blok pengelolaan pada wilayah yang telah di bebani Izin pemanfaatan kawasan

hutan didasarkan pada perencanaan kerja yang telah disusun oleh pemegang izin.

Pembagian Blok IUPHHK-HA, mengacu pada Recana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil hutan

Kayu-Hutan Alam (RKUPHHK-HA/HT) yang disusun berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan

Menyeluruh Berkala (IHMB) dari masing-masing Pemegang IUPHHK-HA untuk jangka waktu

10 Tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka Blok Pengelolaan Wilayah KPHP Model Berau

Barat pada Wilayah yang sudah di bebani IUPHHK-HA di bagi menjadi 3 Blok yaitu :

1) Blok Areal Produksi Efektif

Areal Produksi Efektif (APE) merupakan areal dari IUPHHK-HA yang efektif untuk kegiatan

produksi yang ditentukan berdasarkan hasil pengurangan dari luas areal IUPHHK-HA dengan

kawasan lindung dan Areal yang tidak efektif untuk produksi.

2) Blok Areal Kawasan Lindung

Merupakan bagian Areal dari IUPHHK-HA yang berfungsi sebagai kawasan perlindungan yang

terdiri dari : sempadan sungai, kelerengan >40%, mata air, berbatu, buffer zone Hutan

Lindung.

3) Blok Areal tidak Efektif untuk Produksi

Merupakan bagian areal IUPHHK-HA yang tidak efektif untuk produksi yang terdiri dari :

kebun benih, Areal Perlindungan plasma Nutfah (APPN), Petak Ukur Permanen (PUP),

Sarpras dan Badan Sungai.

Secara rinci hasil pembagian blok dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat pada

Wilayah IUPHHK-HA/HT adalah sebagai berikut:

Tabel II-11. Pembagian Blok Pada IUPHHK-HA/HT

No. Pembagian Blok Luas

Ha %

1. Areal Kawasan Lindung 41.356 8,5

2. Areal tidak efektif untuk produksi 29.210 6,0

3. Areal efektif untuk produksi 413.692 85,5

Jumlah 484.258 100

Sumber : Hasil Analisis Data RKU-IUPHHKA (2013)

Pembagian blok pada zona IUPHHK-HA tersebut diatas merupakan rangkuman data dari 8

IUPHHK-HA yang tersedia, antara lain PT Aditya Kirana Mandiri, PT. Amindo Wana Perkasa,

PT. Inhutani I unit Labanan, PT. Karya Lestari, PT Marhardika Insan Mulia, PT. Wana Bhakti

Persada Utama, PT. Utama Damai Indah Timber dan PT. Aquila Silva, sedangkan IUPHHK-HT

adalah PT. Belantara Pusaka, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel II-12 berkut :

Page 32: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-12

Tabel II-12. Pembagian Blok Pada Tiap IUPHHK-HA/HT

No Nama Perusahaan

Pembagian Areal

Jumlah

(Ha) Kawasan

Lindung

Tidak

Efektif

Produksi

Efektif

Produksi

1 PT Aditya Kirana Mandiri 6.306,00 1.333,00 35.061,00 42.700,00

2 PT. Wana Bhakti Persada Utama 2.275,00 2.998,00 39.132,00 44.405,00

3 PT Amindo Wana Persada 6.528,00 1.552,00 35.600,00 43.680,00

4 PT Mardhika Insan Mulia 2.801,00 2.764,00 40.515,00 46.080,00

5 PT Inhutani Unit I Labanan 3.499,00 5.637,00 129.074,00 138.210,00

6 PT Utama Damai Indah Timber 6.670,00 6.860,00 35.720,00 49.250,00

7 PT. Karya Lestari 2.358,00 6.591,00 40.074,00 49.023,00

8 PT. Aquila Silva 9.357,00 1.362,00 44.581,00 55.300,00

9 PT. Belantara Pusaka 1.562,00 113,00 13.935,00 15.610,00

Jumlah 41.356,00 29.210,00 413.692,00 484.258,00

Sumber : Hasil Analisis Data RKU-IUPHHK-HA/HT (2013) , belum dipotong dengan batas KPHP MBB

Tabel II-12 di atas mengindikasikan bahwa lebih kurang 14,5% (kawasan lindung dan areal

yang tidak efektif untuk tujuan produksi) dari Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan

bagian dari unit manajemen yang tidak dapat dijadikan areal produksi atau harus disisihkan

bagi tujuan perlindungan dan konservasi, Sedangkan areal yang masih efektif untuk produksi

masih menacapai 85,5 %.

c. Wilayah Tertentu

Wilayah merupakan wilayah hutan yang situsi dan kondisinya belum menarik bagi pihak

ketiga untuk pengembangan pemanfaatnnya berada diluar izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan. Dengan mempertimbakan aspek efektifitas dan efisiensi

pengelolaan dan pemanfaatan yang akan dilakukan KPHP Model Berau Barat, maka

ditetapkan Wilayah Tertentu pada Wilayah KPHP Model Barat sebagai berikut :

Tabel II-13. Wilayah Tertentu Berdasarkan Pembagian Blok KPHP Model Berau Barat

No Nama Blok Luas (ha)

1 Blok Pemanfaatan pada HL 80.331,39

2 Blok Pemanfaatan Kawasan, HHBK dan Jasa lingkungan 8.040,98

3 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (PHHK-HA) 19.531,16

4 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -Hutan Tanaman (PHHK-HT) 2.886,82

Jumlah 110.790,35

Sumber : Analisis data Base KPHP Model Berau Barat

Page 33: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-13

5. Informasi Geofisik Kawasan

a. Iklim

Kabupaten Berau secara geografis terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga

memiliki iklim tropis, dengan ciri: memiliki curah hujan tinggi, sebaran hujan yang merata

sepanjang tahun dan penyinaran matahari yang merata sepanjang tahun sehingga

temperatur yang tinggi sepanjang tahun. Tinggi curah hujan yang hampir merata dalam

setiap tahunnya berkisar antara 105,9 - 493 mm3 per bulan, dengan curah hujan terendah

(105 mm3 perbulan) terjadi pada bulan September. Sedangkan curah hujan tertinggi

(493,1 mm3 perbulan) terjadi pada bulan Januari. Selanjutnya jumlah hari hujan cenderung

merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 1 sampai 26 hari tiap bulannya. Tabel II-14

rangkuman unsur utama iklim di Kabupaten Berau (wilayah kelola KPHP Model Berau Barat).

Tabel II-14. Rangkuman Unsur-Unsur Iklim di Kabupaten Berau – KPHP Model Berau Barat

No. Bulan

Curah Hujan Temperatur (o C) Kelembaban

Intensitas Hari

Hujan Maksm. Minimum Maksm. Minimum

1. Januari 493,1 26 33,6 21,6 98 72

2. Pebruari 170,8 23 33,6 21,2 98 66

3. Maret 170,3 19 34,4 22 98 60

4. April 263,6 20 35,4 22 100 58

5. Mei 247,6 21 35,4 22,6 98 61

6. Juni 427,3 22 34,8 22,7 98 59

7. Juli 259,4 21 35,4 22,4 98 61

8. Agustus 141 17 34,6 22,4 100 57

9. September 105,9 15 35,6 21,4 98 50

10. Oktober 159,9 14 35,6 21,2 100 50

11. Nopember 235,8 23 35 21,8 100 57

12. Desember 190,2 25 35,2 22,2 100 58

Rataan 238,74 20,50 34,88 21,96 98,83 59,08

Sumber : BPS, 2013

Kondisi unsur-unsur iklim di Kabupaten Berau sebagaimana dikemukakan dalam Tabel II-14

di atas, menunjukkan intensitas curah hujan rataan juga kelembaban cukup tinggi. Kondisi

iklim yang demikian disatu sisi merupakan faktor pertumbuhan pohon yang baik, tetapi disisi

lain harus mendapat perhatian dalam pengelolaan hutan, khususnya pemanenan hasil hutan

kayu. Kondisi curah hujan yang tinggi dengan tingkat kelerengan yang relatif curam

mengharuskan diterapkannya teknologi Reduced Impact Logging (RIL).

b. Tanah dan Geologi

Sebagai gambaran jenis tanah yang ada dalam wilayah Kabupaten Berau berikut disajikan

jenis tanah dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat seluas 786.021 Ha (± 30% total

kawasan hutan). Tabel II-15 berikut menyajikan jenis tanah dari KPHP Model Berau Barat :

Page 34: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-14

Tabel II-15. Jenis Tanah dalam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat

No. Jenis Tanah Luas

Ha %

1. Entisol basah 29.318,58 3,73

2. Inceptisol kering 445.535,10 56,68

3. Ultisol 310.006,68 39,44

4. Tubuh Air 1.160,60 0,15

Jumlah 786.021,00 100

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2010

Tanah merupakan media pertumbuhan pohon tanaman, merupakan faktor pertumbuhan

pohon-tanaman karena dalam tanah tersedia unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan

tanaman. Berkaitan dengan pertumbuhan pohon-tanaman, tanah juga merupakan salah satu

unsur dari kualitas tapak (site quality) disamping faktor yang lain : kelerengan dan kondisi

iklim. Dari uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa kondisi iklim di Kabupaten Berau

sangat kondusif bagi pertumbuhan pohon-vegetasi. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa keragaman jenis pohon penyusun tegakan di Kabupaten Berau juga lebih kaya jenis.

Indikator tentang peran atau pengaruh kualitas tanah (tingkat kesuburan) terhadap

pertumbuhan vegetasi-tegakan hutan adalah besarnya riap tegakan hutan. Namun demikian

saat i i belu tersedia data da i for asi ya g ukup e adai te ta g besar ya riap pohon/tegakan hutan alam produksi di Kalimantan dan Kabupaten Berau khususnya.

c. Topografi dan Hidrologi

Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng

dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan

perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Khususnya dalam wilayah kelola

KPHP Model Berau Barat, yang secara administrasi pemerintahan terletak dalam wilayah

kecamatan khususnya Kecamatan Kelay dan Segah yang secara fisiografi terletak didaerah

perbukitan, dengan kelerengan yang relatif berat. Hal ini diperkuat dengan kondisi faktual

bahwa dari fungsi hutan, sebagian besar wilayah kelola KPHP tersebut terbagi HPT dan HL.

Gambaran kondisi topografi wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dapat dilihat pada Tabel

II-16 berikut :

Tabel II-16. Kondisi Topografi-Kelas Kelerengan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat

No. Kelas Kelerengan Luas

Ha %

1. Datar ( 0 – 2 ) % 6.894,56 0,88

2. Landai ( 2 – 15 ) % 40.122,26 5,10

3. Acak curam ( 15 – 40 ) % 160.303,51 20,39

4. Sangat curam ( > 40 ) % 578.700,67 73,62

Jumlah 786.021,00 100,00

Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat, 2013

Page 35: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-15

Dari Tabel II-16 di atas jelaslah bahwa sebagian besar (>90%) wilayah kelola KPHP Model

Berau Barat terdiri dari kawasan hutan dengan kelerengan berat. Implikasi dari kondisi ini,

kembali bahwa dalam pengelolaan-pemanfaatan sumberdaya hutan alam produksi harus

benar-benar diperhatikan resiko lingkungan yang akan timbul (erosi-banjir, dlsb). Sehingga

penerapan sistem pemanenan dengan RIL sangat diajurkan.

Sebagaimana dikemukakan bahwa wilayah kelola tersebut terletak dan diapit oleh 2 Sub DAS

besar di Berau yaitu Sub-DAS Kelay dan Sub-DAS Segah. Kembali pengelolaan sumberdaya

hutan harus mempertimbangkan keberadaan kedua Sub-DAS tersebut. Kerusakan DAS

merupakan indikator pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) tidak menerapkan prinsip dan

kaidah-kaidah kelestarian. Keberadaan kedua Sub-DAS sangat bermanfaat bagi masyarakat

sekitar disamping kebutuhan air bersih juga sebagai sarana transportasi. Tabel II-17 berikut

menyajikan nama-nama sungai dalam wilayah kelola KPHP Model:

Tabel II-17. Nama-Nama Sungai di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat

No. Sub DAS Nama Sungai Panjang

(Km)

1. Sub DAS Kelay

Sungai Kelay 254

Sungai Gie 49

Sungai Lesan 64

2. Sub DAS Segah

Sungai Segah 152

Sungai Malinau 58

Sungai Pura 72

Sungai Siagung 38

Sungai Siduung 83

Jumlah panjang 740

Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat

Panjang sungai yang ada dalam wilayah kelola KPHP Model adalah mencapai 38% dari

seluruh sungai yang ada di wilayah Kabupaten Berau. Dengan demikian kesalahan dalam

pemanfaatan SDH tanpa memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian akan mengakibatkan

rusaknya-merosotnya kualitas Sub-DAS dan selanjutnya akan berakibat timbulnya bencana

alam (sebagai resiko lingkungan).

C. POTENSI SUMBER DAYA HUTAN

1. Penutupan Vegetasi

Wilayah KPHP Model Berau Barat sebagian besar merupakan Kawasan Hutan Produksi

Terbatas (HPT) dan Kawasan Hutan Lindung (HL) sehingga sebagian besar wilayah memiliki

aksesbilitas rendah maka sebagian besar masih merupakan areal hutan primer, diikuti

sekunder bekas tebangan (logged-over areas) dan juga semak belukar bekas perladangan

masyarakat (terutama di sekitar pemukiman penduduk).

Page 36: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-16

Gambaran yang lebih detil terkait dengan tipe tutupan hutan ataupun vegetasi serta

penggunaan lahan lainnya di lokasi KPH-Model Berau Barat dapat dilihat dalam Tabel II-18

sebagai berikut:

Tabel II-18. Gambaran Detail Tentang Tipe Tutupan Lahan Di Wilayah Kelola KPHP Model

Berau Barat

No. Tutupan Lahan (Landcover) Luas

Ha %

I. Hutan :

1. Hutan lahan kering primer 445.909,61 56,729

2. Hutan lahan kering sekunder 319.438,99 40,638

3. Hutan rawa sekunder 550,26 0,070

Jumlah hutan (I) 765.898,86 97,436

II. Non Hutan :

1. Semak/belukar rawa 3.343,23 0,426

2. Pemukiman 15,70 0,002

3. Transmigrasi 1.130,10 0,144

4. Perkebunan 313,92 0,040

5. Pertanian 243,29 0,031

6. Pertanian lahan kering campur semak 5.258,13 0,670

7. Sawah 47,09 0,006

8. Semak/belukar 9.676,50 1,234

9. Tanah terbuka 94,18 0,012

Jumlah Non Hutan (II) 20.122,14 2,564

Jumlah Besar 786.021,00 100,000

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Berau 2011

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel II-18, Tutupan lahan Wilayah KPHP Model Berau-Barat

sebagian besar adalah hutan yaitu 97%, yang terdiri dari Hutan Lahan Kering Primer, Hutan

lahan Kering Sekunder dan Hutan rawa sekunder. Sedangkan sisanya sekitar 2,5%

merupakan areal bukan hutan yang terdiri dari semak belukar, pemukiman, transimigrasi,

perkebuan, pertanian dan tanah terbuka.

2. Potensi kayu

Sebagaimana dikemukakan bahwa 97% Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan areal

berhutan yang terdiri dari 57% hutan primer dan 40% hutan sekunder. Ini menggambarkan

potensi kayu yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat masih relatif tinggi. Hutan primer

pada umumnya berada pada kawasan Hutan Lindung sedangkan Hutan Sekunder sebagian

besar berada pada Kawasan Hutan produksi yang 80% merupakan areal yang telah dibebani

izin Pemanfataan Hasil Hutan kayu (IUPHHK-HA/HT).

Page 37: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-17

a. Keberadaan jenis.

Wilayah KPHP Model Berau Barat didominasi oleh ekosistem hutan lembab tropis (tropical

rain forest ecosystem). Komposisi vegetasi penyusun tegakan hutan dalam ekosistem lembab

tropis didominasi oleh famili Dipterocarpaceae.

1) Keberadaan Jenis Berdasakan RKU IUPHHK-HA (IHMB)

Berdasarkan Dokumen RKU dan ITSP IUPHHK-HA, kehadiran/komposisi jenis kayu

berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-19 berikut :

Tabel II-19. Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi (Primer

dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil IHMB IUPHHK-HA

No. Kelompok Jenis Nama Ilmiah

Keterangan

I. K. Yang dilindungi : Jumlah pohon Dia eter≥

Banggeris Koompassia exelsa = 3-17 batang/Hektar

Cempedak

Durian Durio zibethinus

Elai

Jelutung Dyera costulata

Kapul Baccaurea spp

Keledang

Langsat

Mangga

Manggis

Nangka

Petai

Ranbutan

Tengkawang Shorea pinanga

Ulin Eusideroxylon zwageri

II. Kayu Meranti-an Jumlah pohon Dia eter≥

Bangkirai Shorea leavis = 185 –282 batang /Hektar

Cangal Hopea sangkal

Gerunggang Cratoxylon sp

Jelutung Dyera costulata

Kapur Dryobalanops aromatic

Kenari Canarium vulgare

Keruing Dipterocarpus sp

Majau Shorea spp

Marsolok Shorea platyclados

Meranti Shorea sp

Marsawa Anisoptera spp

Nyatoh Palaqium sp

Palapi Tarrietia sp

Pulai Alstonia spp.

Resak Vatica sp

III. Kayu Rimba Campuran Jumlah pohon Dia eter≥

Asam-asam Trioma spp = 134-323 batang/Hektar

Banitan Polythia glauca Boerl.

Bintangur Bischofia javanica

Binuang Octomeles sumatrana

Page 38: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-18

No. Kelompok Jenis Nama Ilmiah

Keterangan

Darah-Darah Myristica spp

Jabon Anthocephalus cadamba

Jambu-Jambu Syzygium sp

Kayu Bawang Scorodocarpus

borneensis Becc

Kayu Kacang Parkia spp

Kempas Koompassia malaccensis

Keranji Dialium indum

Laban Vitex pubescens

Mahang Macaranga javanica

Mata Kucing Shorea laevifolia

Medang Litsea forrugenia

Nyerakat Hopea dryobalanoides

Pelawan Tristaniopsis sp.

Pisang-Pisang Kandelia candell Druce

Putat Barringtonia sp

Rambutan Nephelium mutabile

Semangkok Scaphium macropodum

Sepetir Sindora sp

Simpur Dillinea sp

Singkuang Dracontomelon spp

Terap Artocarpus sp

IV. Kayu Indah : Jumlah pohon Dia eter≥

Agathis Agathis sp = 7-47 Batang/Hektar

Anggi Sindora spp

Arau

Bungur Lagerstroemia sp.

Kayu Arang Diospyros spp

Pasang Quercus sundaica

Rengas Melanorrhea wallichii

Sindur Sindora bruggemanni

Sungkai

Pasang Quercus sundaica

Rengas Melanorrhea wallichii

Trembesu

Sumber :Analisisi RKU- IUPHHK-HA diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat

Dari data Tabel II-19 di atas, jumlah species pohon dilindungi 15 jenis dengan rata-rata

kehadiran 3-17 batang per hektar, kelompok jenis meranti sebanyak 30 species dengan rata-

rata kehadiran 185-282 pohon per hektar, kelompok jenis rimbah campuran sebanyak 25

species dengan rata-rata kehadiran 134-323 pohon per hektar, sedangkan kelompok jenis

kayu indah sebanyak 12 species dengan rata-rata kehadiran 7-47 pohon per hektar

2) Keberadaan Jenis Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing

Berdasarkan data Inventarisasi Ground Truthing yang dilakukan oleh GIZ-Forclime taun 2012,

dengan jumlah 79 petak contoh tersebar di seluruh wilayah KPH, , kehadiran dan kelimpahan

jenis kayu berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-20 sebagai

berikut :

Page 39: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-19

Tabel II-20. Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi (Primer

Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil Inventarisasi Ground Truthing

NO Kelompok Jenis Nama Latin N/ha>10cm N/ha 50cm

up

I. Kayu dilindungi

Kapul Baccaurea spp. 0,70

Durian Hutan Durio spp. 0,65 0,03

Lahung 0,07 0,07

Lai 0,43

Matahari 0,03 0,03

Jelutung Dyera spp. 0,79 0,13

Ulin Eusideroxilon zwageri 4,35 0,16

Banggris Koompassia excelsa 3,06 0,43

Jumlah 10,07 0,86

II. Kayu Meranti

Agatis Agathis borneensis 0,85 0,07

Pulai Alstonia spp. 0,07 0,07

Keruing Dipterocarpus spp. 11,17 1,87

Kapur Dryobalanops spp. 11,20 0,62

Kayu Batu Homalium spp. 3,28 0,16

Balam Palaquium spp. 0,06

Getah 0,29 0,03

Nyatoh 1,61 0,23

Kayu Bawang Scorodocarpus borneensis 0,10 0,03

Bangkirai Shorea spp. 11,41 1,94

Marsolo 0,07 0,07

Damar 0,29 0,03

Majau 0,52 0,03

Meranti Batu 0,58 0,13

Meranti Kuning 8,03 0,33

Meranti Merah 169,63 10,10

Meranti Putih 32,11 0,76

Tengkawang 0,13 0,13

Resak Vatica spp. 0,59 0,03

Jumlah 252,00 16,64

III. Kayu Rimba Campuran

Jabon Antocephalos spp. 0,44 0,03

Cempedak Artocarpus spp. 0,47

Keledang 0,06

Sukun 0,06

Terap 0,99

Mantau Calophyllum spp. 0,42

Medang Cinnamomum spp. 0,16 0,03

Kayu Lilin Dialium spp. 0,19

Jambu-Jambu Eugenia spp. 17,39 1,18

Rengas Gluta spp. 2,99 0,07

Darah-Darah Gymnacranthera spp. 9,88 0,13

Kempas Koompassia spp. 0,71 0,20

Mahang Macaranga spp. 0,06

Benuang Octomeles spp. 2,49 0,03

Palem Nibung Oncosperma spp. 0,06

Page 40: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-20

NO Kelompok Jenis Nama Latin N/ha>10cm N/ha 50cm

up

Sengon Paraserianthes falcataria 0,43

Kacang Parkia spp. 6,70 0,13

Sanampetan Polyalthia spp. 7,98 0,07

Bayur Pterospermum spp. 0,47

Kepayang Scaphium spp. 0,06

Ketapang Terminalia spp. 0,29 0,03

Jumlah 52,34 1,91

IV. Kayu Indah

Kayu Arang Diospyros spp. 6,59 0,07

Kayu Hitam 6,64 0,20

Kayu Malam 5,42 0,16

Singkuang Dracontomelon spp. 0,03 0,03

Kayu Asam Mangifera spp. 0,54

Mangga Hutan 0,13

Jati Peronema canesens 0,06

Pasang Quercus spp. 3,15 0,07

Anggi Sindora spp. 0,26 0,07

Sepetir 0,91 0,13

Jumlah 23,72 0,72

V. Jenis lain

Belimbing Averrhoa spp. 0,43

Setai Baccaurea spp. 0,13

Mata Kucing Dimocarpus spp. 0,13

Beringin Ficus spp 1,02 0,16

Nyawai 0,41

Manggis Hutan Garcinia spp. 0,48

Langsat Hutan Lansium spp. 0,16 0,03

Makaranga Macaranga spp. 4,97 0,03

Abung Nephelium spp. 0,06

Rambutan Hutan 0,19

Empilung Ochanostachys amentacea 0,06

Kemenyan Styrax spp. 0,06

Jenis lain belum diidentifikasi 166,35 1,51

Jumlah 174,47 1,74

Total

Kelompok Komersial

(K

Meranti+KRC+Kayu

Indah)

328,1 19,3

Total Batang/ha 512,60 21,87

Sumber : Hasil Inventarisasi Ground Truthing

Dari data Tabel II-20 di atas, ternyata bahwa dengan jumlah 66 species pohon yang

diidentifikasi di dalam inventarisasi . Rataan jumlah individu per hektar dari kelompok

Meranti jauh lebih banyak dibanding dengan kelompok jenis yang lain , yaitu 49,2% dari

semua individu dengan diameter>10cm dan 76,1% dari semua individu dengan diameter>

50cm .

Page 41: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-21

b. Besaran Potensi

Penafsiran Potensi kayu pada Wilayah KPHP Model Berau Barat dilakukan melalui 2

Pendekatan, yaitu untuk wilayah yang telah dibebani Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

(IUPHHK-HA/HT) potensi kayu ditentukan dengan menggunakan Dokumen RKU dan hasil

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) serta Invetarisasi Hutan Sebelum

Penebangan (ITSP) yang telah dilaksanakan oleh IUPHHK. Sedangkan untuk areal Wilayah

Tertentu (belum dibebani izin) dilakukan pengukuran dengan Plot Sampling.

1) Potensi Kayu Berdasarkan RKU IUPHHK-HA (IHMB)

Berdasarkan Analisis data RKU berbasis IHMB dari beberapa IUPHHK-HA yang ada di

Wilayah KPHP Model Berau Barat yaitu PT. UDIT (Utama Damai Indah Timber), PT. KL (Karya

Lestari), PT. SLJ IV (Sumalindo Lestari Jaya IV),PT.AWP (Amindo Wahana Persada),PT. AS (Aquila

Silva),PT.AKM (Aditya Kirana Mandiri), PT. MIM( Mardhika Insan Mulia) diperoleh Rataan potensi

Kayu Per hektar pada tiap kelompok jenis sebagai berikut :

Tabel II-21. Potensi Pohon Berdasarkan RKU IUPHHK-HA (IHMB) Per Hektar

Kelompok Jenis

Kayu

Kelas Diameter Jumlah

10 - <20 20 - <30 30 - <40 40 UP 50 UP Total 10 cm UP

N V N V N V N V N V N V

PT. UDIT

Kel. Meranti 119 13,35 47 17,39 5 4,43 19 52,34 9 40,84 189 87,51

Rimba Campuran 159 16,00 43 14,98 5 5,07 17 40,38 7 24,13 225 76,42

Kayu Indah 4 0,40 2 0,73 0 0,48 3 11,37 2 8,50 10 12,98

Grand Total 282 29,75 91 33,10 11 9,99 39 104,08 17 73,47 423 176,91

PT.KL

Kel. Meranti 196 10,73 42 10,65 8 6,68 22 77,16 14 61,90 268 105,22

Rimba Campuran 250 13,18 55 11,41 7 4,57 12 27,41 6 19,61 323 56,57

Kayu Indah 34 2,04 9 1,90 1 0,81 3 7,46 2 6,15 47 12,21

Grand Total 480 25,96 105 23,96 16 12,06 36 112,03 22 87,66 638 174,00

PT. SLJ IV

Kel. Meranti 4 0,42 5 1,62 6 4,95 6 7,69 9 32,34 20 47,02

Rimba Campuran 7 0,94 7 1,94 7 4,80 4 5,41 4 12,34 25 25,43

Kayu Indah 1 0,11 1 0,25 2 1,33 2 2,11 2 5,13 6 8,93

Kayu Dilindungi 1 0,07 1 0,15 0 0,50 0 0,64 1 3,75 2 5,11

Grand Total 13 1,54 13 3,96 14 11,58 12 15,85 16 53,56 53 86,49

PT. AWP

Kel. Meranti 144 18,44 24 9,21 9 7,52 8 10,78 12 48,84 185 45,95

Rimba Campuran 150 24,65 37 17,18 11 10,41 10 14,14 7 18,81 208 66,38

Kayu Indah 11 1,65 4 1,46 1 0,70 1 1,27 1 2,96 16 5,08

Kayu Dilindungi 10 1,47 3 1,21 1 0,67 1 0,96 2 11,27 15 4,31

Grand Total 315 46,20 68 29,07 22 19,30 19 27,15 22 81,88 424 121,72

PT.AS

Kel. Meranti - - 56 21,00 8 6,54 18 39,37 9 26,26 272 66,92

Rimba Campuran - - 31 9,72 5 3,88 11 20,76 5 14,53 153 34,37

Kayu Indah - - 2 0,50 0 0,31 1 1,48 0 0,93 8 2,29

Grand Total - - 88 31,23 13 10,73 29 61,61 15 41,71 433 103,57

PT. AKKM

Kel. Meranti - - 34 13,68 25 18,35 10 29,90 6 24,60 258 61,93

Rimba Campuran - - 19 6,18 13 7,67 3 5,29 1 3,38 156 19,14

Kayu Indah - - 2 0,66 1 0,65 0 0,40 0 0,27 11 1,71

Grand Total - - 55 20,52 38 26,68 13 35,58 8 28,25 425 82,78

Page 42: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-22

Kelompok Jenis

Kayu

Kelas Diameter Jumlah

10 - <20 20 - <30 30 - <40 40 UP 50 UP Total 10 cm UP

N V N V N V N V N V N V

PT.MIM

Kel. Meranti - - 39 14,70 30 21,80 20 59,63 12 47,03 282 96,14

Rimba Campuran - - 20 6,10 12 7,36 5 7,98 2 3,97 134 21,43

Kayu Indah - - 3 0,97 2 1,24 1 1,95 0 1,40 21 4,16

Grand Total - - 62 21,77 44 30,40 27 69,56 14 52,40 438 121,73

Sumber :Analisisi RKU- IUPHHK-HA diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat

Berdasarkan tabel diatas tergambar bahwa volume pohon hasil IHMB dari IUPHHK-HA

berkisar antara 86,49 - 178 m3/ha ( Diameter 10 cm up), sedangkan untuk 50 cm up

berkisar antara 28, 25 - 87,66 m3/ha

2) Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing

Berdasarkan data Inventarisasi Ground Truthing yang dilakukan oleh GIZ-Forclime taun 2012,

dengan jumlah 79 petak contoh tersebar di seluruh wilayah KPH, , kehadiran dan kelimpahan

jenis kayu berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-22 yang

berikut :

Tabel II-22. Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing

No Kelompok

Jenis

Kelas Diamater (cm)

10 >20 20 > 30 30> 40 40 > 50 50 Up Jumlah

N V N V N V N V N V N V

1 Kelompok

Meranti 168,4 13,4 36,3 11,7 21,1 15,6 9,6 13,8 16,6 72,9 252,1 127,4

2 Kel. Rimba

Campuran 172,9 30,2 30,9 14,3 13,4 14,1 6,0 12,1 3,6 18,2 226,7 79,1

3 Kel, Kayu

Indah 17,2 2,2 3,7 1,7 1,5 1,6 0,6 1,4 0,7 3,5 23,7 10,4

4 Kel. Kayu

dilindungi 6,4 0,9 1,6 0,7 0,8 0,9 0,3 0,6 0,9 8,5 10,1 11,5

Jumlah 364,9 36,8 72,5 28,4 36,8 32,2 16,5 27,9 21,9 103,0 512,6 228,3

Sumber : Analisisis Hasil Inventarisasi Ground Truthing oleh GIZ-Forclime (2012)

Berdasarkan Tabel II-22 , tergambar bahwa Jumlah Volume pohon yang komersial (selain

yang dilindungi dan pohon yang tidak teridentifikasi jenisnya/jenis lain dalam dokumen

aslinya dimasukkan dalam kelompok rimba campuran) adalah rataan 95,5 m³/ha untuk

diameter 50 cm up. Rataan Jumlah Volume kelompok Meranti adalah 73 m³/ha, hasil

tersebut menggambarkan bahwa Wilayah KPHP Model Berau Barat masih potensial untuk

dikelola melalui pemanfaatan hasil hutan kayu.

3. Potensi Non Kayu

Pemanfaatan SDH, khususnya hutan alam lembab tropis (Tropical Rain Forest = TRF) yang

telah berlangsung sejak tahun 1970, pada dasarnya berfokus pada pemanfaatan hasil hutan

kayu (HHK). Fakta juga memberikan pelajaran bahwa sampai saat ini pun pengelolaan SDH

Page 43: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-23

dalam skala besar de ga siste ko trak-ko sesi juga belu berhasil ewujudka pengelolaan SDH secara lestari (Sustainable Forest Management = SFM).

Belajar dari pengalaman pengelolaan SDH dan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK) tersebut

maka telah dirumuskan kembali paradigma pembangunan kehutanan. Salah satu perubahan

ya g seda g da aka dike ba gka adalah perubaha dari timber based oriented

e jadi resources based oriented . De ga de ikia “DH tidak ha ya dipa da g sebagai ha ya pe ghasil kayu, tetapi a pu e ghasilka berbagai fu gsi da a faat ya g lai ,

antara lain Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), juga jasa lingkungan hutan.

Keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam kawasan hutan justru memiliki nilai yang penting

bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Karena itu dengan pelaksanaan IHMB yang

dilakukan oleh para pemegang IUPHHK-HA, diharapkan pendataan tentang potensi HHBK

akan tersedia lebih baik.

Pada wilayah KPHP Model Berau saat ini belum dilakukan inventarisasi potensi secara

menyeluruh terhadap HHBK. Akan tetapi berdasarkan hasil inventarisasi kehadiran yang

dilakukan oleh IUPHHK-HA yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat dan pemanfaatan

yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat, maka dapat digambarkan

keberadaan HHBK meliputi : rotan, bambu, damar, madu, buah tengkawang, getah gaharu,

buah-buahan, tanaman obat-obatan, buah kapul, sarang semut, hewan buruan (babi, rusa,

burung dll), sarang burung walet.

Secara historis sosiologis keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sangat erat dengan

hidup dan kehidupan masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar hutan. Sehingga

keberadaan HHBK berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat sekitar hutan, baik

dalam aspek ekonomi, sosial dan budayanya.

Jika dilihat dari kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat selama ini, HHBK

yang ditemukan dimanfaatkan masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel II-23. Keberadaan HHBK dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat

No. Nama HHBK Pemanfaatan

1. Buah-buahan hutan antara lain: durian, cempedak,

mata kucing, langsat, dan lain-lain.

dikonsumsi dan dijual

2. Pohon/Tumbuhan Obat, antara lain: pasak bumi,

akar kuning, getah pohon upas, pohon yus

pengobatan tradisional, obat kuat, anti racun

dan racun

3.

Rotan antara lain: sega, semambu, dan lain-lain.

kerajinan, dijual, tali-temali/ gelang-gelang

4. Bambu/rebung bambu.

kontruksi pondok, tikar, peralatan rumah tangga,

anyaman,kandang, lemang, dan lain-lain

Page 44: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-24

No. Nama HHBK Pemanfaatan

5. Gaharu di jual

6. Getah Damar yaitu damar pohon meranti dempul perahu

7. Madu dan pada Pohon Madu (Banggeris, Kapur

dan Meranti) .

dikonsumsi dan dijual

8. Hewan Buruan, antara lain: babi, payau, pelanduk,

landak, dan lain sebagainya.

dikonsumsi dan dijual

9. Tanaman Sayur antara lain: tanaman Paku, Umbut

Palma. Daun Sang/Nius untuk Kerajinan rumah

tangga (seraung, tikar) dijual.

Dikonsumsi

10. Sarang burung wallet Dijual

11. Anggrek Hiasan

Sumber : Analisis beberapa hasil penelitian

Sampai saat ini belum ada pengelolaan HHBK dalam rangka tujuan komersial yang dikemas

dalam bentuk usaha kerajianan seperti indutri rumah tangga (home industry). Dengan

demikian masih diperlukan inventarisasi potensi HHBK dan pengembangan HHBK di wilayah

KPHP Model Berau Barat. Data dan informasi jumlah potensi terkait dengan HHBK secara

berkala akan dipenuhi melalui kegiatan inventarisasi yang akan dimulai tahun 2015.

4. Potensi Jasa Lingkungan

Sebagaimana dikemukakan bahwa jasa lingkungan hutan (forest environmental services) juga

merupakan potensi SDH yang perlu digali dan dimanfaatkan ke depan. SDH sebagai

gabungan produk proses biologis berupa berbagai jenis vegetasi dan kondisi tapak yang

bervariasi, dalam kondisi tertentu-spesifik dapat menghasilkan apa yang disebut sebagai

estetika-pa ora a ya g e arik. Keberadaan kekayaan keanekaragaman hayati

(biodiversitas) juga merupakan potensi jasa lingkungan yang dapat dikembangkan ke depan.

Misalnya keberadaan KHDTK dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat juga merupakan

pote si jasa li gku ga keil u-pe getahua . Kabupate Berau terke al dengan potensi

ekowisata yang cukup potensial (keberadaan Pulau Derawan; dll) apabila disinergikan

de ga pote si jasa li gku ga ya g lai dapat dike ba gka wisata-wisata : wisata alam

(eco-tourism), wisata pendidikan dan penelitian (keilmu-pengetahuan) dan lain sebagainya.

Keberadaan Hutan Lindung (HL) yang terletak dalam 2 Sub-DAS besar di wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat (Sub-DAS Kelay dan Segah) juga menyimpan potensi jasa lingkungan

berupa konservasi terhadap tanah dan air (KTA). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan

penyediaan sumber air bersih bagi masyarakat di wilayah Sub-DAS tersebut. Dan beberapa

potensi air terjun dimanfaatkan untuk tenaga mikrohidro yang menghasilkan listrik untuk

penerangan dan pemanfaatan lain seperti di Kampung Long Keluh. Desa Long Keluh yang

berpenduduk 50 Kepala Keluarga memanfaatkan salah satu aliran sungainya sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), yang saat ini sudah dapat dinikmati. PLTMH

di Kampung Long Keluh, Kecamatan Kelay, memiliki kapasitas tenaga 24 ribu Watt, saat ini

sudah beroperasi. Kapasitas PLTMH Long Keluh itu dialirkan ke-50 rumah penduduk, sekolah

Page 45: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-25

dan gereja. Satu rumah mendapatkan daya sebesar 2 Ampere atau 450 Watt. Dengan daya

sebesar itu, warga disana mampu menghidupkan televisi dan kulkas berdaya listrik kecil.

Di sadari, dalam upaya peningkatan dan pengembangan jasa lingkungan di Kabupaten Berau

secara umum, belum gencar dikembangkan khususnya pada landskap hutan dan

keberadaannya masih diperlukan perencanaan yang baik dan terarah. Dimana pemanfaatan

jasa lingkungan, seperti wisata alam di Kabupaten Berau saat ini masih terfokus pada wisata

bahari yang menjadi andalan seperti Kepulauan Derawan dengan eksotisme ekosistemnya,

sementara jasa lingkungan dengan landskap hutan yang juga menyimpan potensi besar

masih jauh tertinggal.

5. Potensi Wisata Alam

Wisata alam merupakan potensi jasa lingkungan hutan yang ke depan mempunyai nilai

ekonomi yang perlu dikembangkan. Dengan demikian pendataan terhadap potensi jasa

lingkungan ini dan sebaran spasialnya perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan

inventarisasi hutan. Namun demikian sampai saat ini belum banyak mendapatkan perhatian.

Fungsi estetika dari sumberdaya hutan merupakan salah satu potensi ekowisata yang perlu

di-identifikasi dan di-inventarisir dalam pelaksanaan inventarisasi hutan ke depan.

Pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, data dan informasi tentang potensi wisata

alam belum banyak terungkap, akan tetapi berdasarkan Studi kelayakan pengembangan

Wisata pada Kawasan hutan Lindung Sungai Lesan yang juga termasuk wilayah KPHP Model

Berau Barat yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Lembaga

Bina Swadaya, cukup memberikan gambaran bahwa potensi pengembangan wisata di

kawasan KPHP Model Berau Barat cukup tinggi. Berdasarkan potensi yang dapat

dikembangkan adalah :

a. Wisata alam

1) Kondisi hutan Dipterocarpaceae yang relatif sehat dan baik kondisinya, baik berupa hutan

primer maupun sekunder, menyimpan kekayaan pohon-pohon berbagai jenis dengan

diameter yang besar (> 1 m) merupakan salah satu pemandangan yang mulai langka.

2) Wisata sungai dengan pemandangan alam asri dan indah dengan berbagai jenis primata

seperti bekantan, monyet dan lutung serta berbagai jenis burung

3) Disekitar kawasan terdapat wisata petualangan menyelusuri sungai, memasuki goa-goa

pegunungan karst, gua-gua burung walet, air telaga dari gua dan air terjun.

b. Wisata budaya

Keberadaan masyarakat asli berau/banua dan dayak, dalam bentuk seni seperti tari-tarian,

kerajinan dan budaya kehidupan sehari-hari merupakan potensi yang dapat dikembangkan

sebagi bagian dari wisata, antara lain :

Page 46: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-26

1) Seni tari-tarian seperti : Tari Ngelayang (tari tunggal yang dilakukan oleh satu orang), Jeak

(nyanyi berkeliling dan dilakukan oleh banyak orang), Pantun Dayak dan Balas Pantun,

Tari Nguai (tari menyambut tamu dan dilakukan oleh banyak orang), Mangamping (pesta

saat padi mulai berbuah), Jepin yakni kesenian berupa menyanyi dengah diiringi oleh

musik Gambus. Musik Gambus adalah jenis musik yang dimainkan dengan menggunakan

alat tiup, gesek, dan gendang.

2) Kerajinan tangan seperti beledak, seraung (topi bundar), kebo (ransel dari rotan),

ganggang parang, lap (penggantipayung),locong (pisau raut), tombak dibuat masih untuk

memenuhi kebutuhansendiri.

3) Budaya kehidupan sehari-hari seperti Budaya gotong royong, memanen madu,

perladangan berpinda, menanan, acara perkawinan dan kelahiran anak.

c. Wisata pendidikan

Keberadaan hutan yang masih relatif baik, kearifan lokal serta KHDTK merupakan peluang

untuk pengembangan wisata berbasis ke ilmuan/pendidikan.

Dalam rangka pengembangan wisata di Wilayah KPHP Model Berau Barat, masih diperlukan

informasi dan data yang cukup banyak meliputi keberadaan potensi, aksesibilitas,

imfrastruktur, sarana dan prasarana yang ada. Serta diperlukan integrasi dengan potensi-

potensi wisata yang sudah berkembang seperti yang berada dikepulauan Derawan dan

Maratua sebagi bagian paket bersama.

6. Potensi karbon

Salah satu pertimbangan pembangunan KPHP Model Berau Barat adalah Program Karbon

Hutan Berau (Berau Forest Carbon Program - BFCP). Dengan demikian wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat akan menjadi lokasi uji coba program tersebut, sehingga pengukuran dan

penyerapan karbon menjadi bagian penting dari misi yang diemban oleh KPHP Model Berau

Barat. Oleh karenanya perhitungan jumlah karbon yang tersimpan (carbon stock) dan

terserap (carbon sink) oleh keberadaan tegakan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model

Berau Barat menjadi penting untuk mendapat perhatian dalam pengelolaannya ke depan.

Metode perhitungan karbon telah banyak dikembangkan oleh beberapa lembaga yang

berkaitan dengan program REDD+ melalui pembangunan program Measurement Reporting

and Verification (MRV). Program MRV berdasarkan pada estimasi emisi historis supaya dapat

menetapkan Reference Emission Level (REL). Untuk KPH Berau Barat, pada tahun 2014 sudah

ditetapkan nilai referensi secara umum: berikut gambaran jumlah dan perbedaan stok dan

emisi karbon di dari 1990 ke 2010 dan ramalan untuk tahun 2020.

Page 47: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-27

Tabel II-24. Nilai Biomassa dan Karbon Untuk Masing-Masing kelas Tutupan Lahan

No Klasifikasi Tutupan Lahan Biomass Value

t ha-1

Carbon Value

t ha-1

CO2 equivalent

t ha-1

1 Semak 47,44 23,72 87,05

2 Perkebunan 139,00 69,50 255,10

3 Area terbuka 0,00 0,00 0,00

4 Hutan Daratan Rendah (Primer) 470,07 235,04 862,60

5 Hutan Daratan Rendah (Sekunder) 276,60 138,30 507,56

6 Hutan Perbukitan (Primer) 334,39 167,19 613,59

7 Hutan Perbukitan (Sekunder) 193,85 96,92 355,70

8 Hutan Pegunungan Rendah (Primer) 425,59 212,79 780,94

9 Hutan Pegunungan Rendah (Sekunder) 268,34 134,17 492,40

10 Hutan Pegunungan (Primer) 304,35 152,18 558,50

11 Hutan Pegunungan (Sekunder) 191,92 95,96 352,17

Sumber: FORCLIME, 2014

Berdasarkan analisis dan perhitungan yang dilakukan oleh RSS (2013) sebagai konsultan dari

program Forclime, diperoleh Stok Karbon di Kabupaten Berau untuk priode tahun 1990-

2010 sebagai berikut :

Tabel II-25. Perbedaan Stok Karbon di Kabupaten Berau Dengan Kelas Tutupan Lahan Pada

Empat Klasifikasi Waktu

Land Cover Carbon Stock (t C)

1990 2000 2005 2010

Shrubs, shifting cultivation,

smallholder agriculture, grassland

985.741 2.517.105 2.182.635 2.690.831

Plantation 8.238 119.696 520.866 1.770.439

Bare area 0 0 0 0

Mining 0 0 0

Lowland forest 174.969.849 155.661.848 125.163.297 115.696.810

Secondary lowland forest 18.980.697 25.506.610 35.879.471 37.350.965

Hill and submontane forest 50.810.380 49.742.484 48.366.766 47.609.194

Sencondary hill and submontane

forest

1.107.078 1.640.862 2.424.251 2.835.525

Lower montane forest 7.898.086 7.880.965 7.881.520 7.881.520

Sencondary lower montane forest 9.008 18.053 18.644 19.840

upper montane forest 300.251 300.251 300.251 300.251

Secondary upper montane forest 1.036 1.036 1.036 1.036

Mangrove 8.872.092 8.330.969 7.265.157 6.976.245

Secondary mangrove 14.921 50.364 192.498 384.361

Sum 263.957.377 240.770.242 230.196.393 223.517.017

Sumber : RSS, 2011

Berdasarkan Stok Karbon Skala Kabupaten dihitung Stok Karbon pada skala KPHP Model

Berau Barat, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 48: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-28

Tabel II-26. Nilai Stok Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk Masing-

Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010

Klasifikasi Tutupan Lahan Tahun (Mt-C) Perbedaan

1990 2000 2005 2010 1990-2010

Semak 0,028 0,126 0,158 0,193 0,165

Perkebunan 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006

Area terbuka 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Hutan Daratan Rendah (Primer) 56,448 51,103 45,698 43,797 -12,651

Hutan Daratan Rendah

(Sekunder)

2,937 5,315 8,071 8,954 6,018

Hutan Perbukitan (Primer) 38,380 37,885 37,003 36,332 -2,048

Hutan Perbukitan (Sekunder) 0,112 0,359 0,858 1,207 1,095

Hutan Pegunungan Rendah

(Primer)

7,601 7,584 7,585 7,585 -0,017

Hutan Pegunungan Rendah

(Sekunder)

0,009 0,018 0,019 0,020 0,011

Hutan Pegunungan (Primer) 0,300 0,300 0,300 0,300 0,000

Hutan Pegunungan (Sekunder) 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000

Jumlah 105,816 102,692 99,700 98,395 -7,422

Sumber : FORCLIME, 2014

Pada Tabel II-26, tergambar bahwa jumlah stok karbon di wilayah KPH pada tahun 1990

sebesar kira-kira 106 Mt (= 106 juta ton) kemudian perlahan-lahan menurun sampai pada

tahun 2010 menjadi kira-kira 98 Mt C atau berkurang sekitar 7% .

Tabel II-27. Nilai Emisi Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk Masing-

Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010

Kalsifikasi Tutupan Lahan Emisi (Mt co2)

1990-2000 2000-2005 2005-2010 1990-2010 Rata2/tahun

Semak -0,359 -0,119 -0,127 -0,605 -0,030

Perkebunan 0,000 -0,023 0,001 -0,022 -0,001

Area terbuka 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Hutan Daratan Rendah

(Primer)

19,617 19,835 6,978 46,430 2,321

Hutan Daratan Rendah

(Sekunder)

-8,731 -10,114 -3,240 -22,085 -1,104

Hutan Perbukitan (Primer) 1,816 3,239 2,461 7,517 0,376

Hutan Perbukitan

(Sekunder)

-0,908 -1,831 -1,279 -4,018 -0,201

Hutan Pegunungan Rendah

(Primer)

0,063 -0,002 0,000 0,061 0,003

Hutan Pegunungan Rendah

(Sekunder)

-0,033 -0,002 -0,004 -0,040 -0,002

Hutan Pegunungan (Primer) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Hutan Pegunungan

(Sekunder)

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Jumlah 11,465 10,984 4,789 27,237 1,362

Sumber : FORCLIME, 2014

Page 49: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-29

Berdasarkan tabel II-27, tergambar bahwa pada periode 10 tahun dari 1990-2000 emisi lebih

rendah secara signifikan (11,46 Mt CO2) dibandingkan dengan periode 10 tahun 2000-2010

(15,77 Mt CO2). Demikian terlihat bahwa tren emisi cendrung meningkatkan emisi . Secara

keseluruhan pada periode 1990-2010 emisi pada skala KPHP Model Berau Barat sekitar

27.24 Mt CO2 atau sekitar 1,36 Mt CO2 per tahun.

7. Flora dan Fauna Dilindungi

a. Flora

Berdasarkan dokumen RKU dan ITSP IUPHHK-HA dalam KPHP Model Berau Barat beberapa

Spesies flora yang dilindungi yang dapat diidentifikasi dari beberapa IUPHHK-HA di KPHP

Model Berau Barat adalah bangeris (Compasia excels); tengkawang (Shorea stenoptera),

pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) dan durian (Durio zibethinus). Hutan tropika basah yang

didominasi jenis meranti merah, meranti kuning, meranti putih, keruing, bengkirai, nyatoh,

jenis-jenis tersebut tersebar di KPHP Model Berau Barat ini. Adapun untuk jenis semak

belukar yang mendominasi adalah kiriyuh (Eupathorium odoratum), alang-alang (Imperata

cylindrical), gelagah (Saccaharum sp) dan paku resam (Gleicheria linearis)

b. Fauna

Sebagaimana halnya dengan kekayaan flora, ekosistem hutan lembab tropis juga

menyimpan berbagai jenis fauna yang meliputi klas : Mamalia, Reptilia dan Aves.

Berdasarkan konvensi internasional (IUCN–CITES), beberapa jenis di antaranya telah

termasuk kedalam jenis yang dilindungi dan terancam punah. Berbeda dengan flora, data

dan informasi tentang fauna masih sangat terbatas. Dalam kegiatan inventarisasi hutan yang

dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK-HA, data dan informasi tentang potensi fauna belum

merupakan kebutuhan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. Dengan

diterapkannya standar (kriteria dan indikator) pengelolaan hutan alam produksi, terutama

standar dari Forest Stewardship Council (FSC), ketersediaan data dan informasi tentang

keanekaragaman hayati (biodiversity-Flora dan fauna) menjadi keharusan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Nature Conservacy di Kawasan Hutan

Lindung Sungai Lesan yang merupakan salah satu bagian wilayah KPHP Model Berau Barat

Tercatat beberapa jenis satwa yang berhasil diidentifikasi yaitu 24 jenis mamalia termasuk

primata, 65 jenis burung burung, dan 4 jenis reptile sebagaima tergambar pada Tabel II-28

berikut :

Tabel II-28. Tabel Keberadaan Fauna di Wilayah KPHP Model berau Barat

Nama Lokal Nama Latin

A Klas Mamalia

1. Payau Cervus unicolor

2. Kancil (Planduk) Tragulus javanicus

3. Tegalung luwak Paradoxurus hermaphroditus

Page 50: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-30

Nama Lokal Nama Latin

4. Tupai raksasa Ratufa affinis

5. Kijang kuning Muntiacus atherodus

6. Kijang muncak Muntiacus muntjak

7. Plain pygmy squirrel Exiiliurus exilis

8. Landak Hystrix brachyuran

9. Babi berjenggot Sus barbatus

10. Orangutan Pongo pygmaeus morio

11. Kelawat Hylobates muelleri

12. Lutung merah) Presbytis rubicunda

13. Lutung kelabu Presbytis cristata

14. Bekantan Nasalis larvatus

15. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis

16. Tegalung Malaya Viverra tangalunga

17. Black eared pygmy squirrel Nannosciurus melanotis

18. Beruang madu Helarctos malayanus

19. Berang berang Aonyx cinerea

20. Beruk Macaca nemestrina

21. Musang galling Paguma larvata

22. Bajing ekor pendek Sundasiurus lowii

23. Trenggiling Manis javanica

24. Tupai tercat Tupaia picta

B Klas Burung

1. Bangau storm Ciconia stormi

2. Elang ikan kecil Ichthyophaga humilis

3. Elang ikan kepala kelabu Ichthyophaga ichtyaetus

4. Elang alap besra Acipiter virgatus

5. Puyuh hitam Melanoperdix nigra

6. Puyuh senggayan Rollulus rouloul

7. Sempindan biru Lophura ignita

8. Kuau raja Argusianus argus

9. Kuau raja Argusianus argus

10. Pergam kelabu Duckula pikeringi

11. Delimukan Zamrud Chalcophaps indica

12. Tuwur asia Eudynamys scolopacea

13. Kadalan kembang Phaenicophaeus javanicus

14. Kadalan birah Phaenicophaeus curvirostris

15. Tokhtor sunda Carpococyx radiceus

16. Bubut besar Centropus sinensis

17. Kukuk beluk Strix leptogrammica

18. Luntur kasumba Harpactes kasumba

19. Luntur tunggir coklat Harpactes orrhophaeus

20. Raja udang meninting Alcedo meninting

21. Pekaka Emas Pelargopsis capensis

22. Cekaka cina Halcyon pielata

23. Kangkareng hitam Anthrococerus malayanus

24. Rangkong gading Bucerus vigil

25. Takur warna warni Megalaima mystacopanus

26. Takur leher hitam Megelaima eximia

27. Pemandu lebah asia Indicator archipelagicus

Page 51: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-31

Nama Lokal Nama Latin

28. Pelatuk Rafles Meiglyptes tritis

29. Pelatuk ayam Dryocopus javensis

30. Caladi belacan Dendrocopos canicapillus

31. Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus

32. Paok kepala biru Pitta baudii

33. Paok delima Pitta granatina

34. Paok hijau Pitta sordid

35. Kipasan kemiri Lalage nigra

36. Cica daun kecil Chloropsis cyanopogon

37. Cica sakit tubuh Pycnonotus melanoleucos

38. Cucak kelabu Pygnonotus squamatus

39. Cucak rumbai tungging Pycnonotus eutilotus

40. Merbah cerukruk Pycnonotus goiavier

41. Empuloh irang Alophoixus phaeochepalus

42. Berinji kelabu Hypsipetes flavala

43. Srigunting keladi Dicurus aeneus

44. Srigunting batu Dicurus paradiseus

45. Kacembung gadung Irena puella

46. Gagak hutan Cervus enca

47. Pelanduk dada putih Thricastoma rostratum

48. Pelanduk asia Malacocincla abboti

49. Cica kopi melayu Pamatorhinus montanus

50. Berencet Kalimantan Ptilocicha leucogrammica

51. Tepus kepala kelabu Stachyris poliocephala

52. Ciur air pongpong Macronous ptilosus

53. Kucica kampong Copsychus saularis pluto

54. Kucica hutan Copsychus malabaricus

55. Kucica ekor kuning Trichixos pyrrhopygus

56. Meninting cegar Enicurus ruficapillus

57. Ciung batu kecil Myiophoneus glaucinus

58. Anis sisik Zoothera dauma

59. Cikrak muda Seicercus grammiceps

60. Kerakbasi ramai Acrocephalus stentoreus

61. Kipasan belang Rhipidura javanica

62. Sariwang asia Tersiphone paradise

63. Perling kumbang Aplonis payanensis

64. Tiong emas Gracula religiosa

65. Pijantung kampong Archnothera crassirostis

C Klas Reftil

1. Biawak Varanus salvator

2. Ular Cobra -

3. Ular daun -

4. Ular sawa Python reticulatus

Sumber : TNC 2006

Selanjutnya seperti halnya dengan flora, dalam perlindungan keanekaragaman hayati,

Departemen Kehutanan telah menetapkan pula beberapa jenis binatang yang perlu

Page 52: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-32

dilindungi karena : kelangkaannya atau termasuk fauna yang terancam punah. Tabel II-29

berikut menyajikan jenis fauna yang dilindungi :

Tabel II-29. Jenis Binatang Yang Dilindungi Berdasarkan Peraturan

No. Klas – Nama Indonesia Nama Ilmiah Keterangan

A. Mamalia

1. Macan Dahan Neofelis nebulosa -

2. Beruang Madu Helarctor malayanus Ada diwilayah KPH

3. Landak Hystrux brachyuran Ada diwilayah KPH

4. Kera Macaca fascicularis Ada diwilayah KPH

5. Bekantan Nasalis lavartus Ada diwilayah KPH

6. Beruk Macaca nemestrina Ada diwilayah KPH

7. Orang Utan Pongo pygmaeus Ada diwilayah KPH

8. Kukang Nycticebus coucang -

9. Lutung Presbytis hosei Ada diwilayah KPH

10. Kelasi Presbytis rubicund -

11. Trenggiling Manis javanicus Ada diwilayah KPH

12. Owa Hylobates mulleri -

13. Rusa sambar Cervus unicolor Ada diwilayah KPH

14. Kijang Mutiacus muntjak Ada diwilayah KPH

15. Kucing hutan Felis bengalensis Ada diwilayah KPH

B. Reptilia

16. Biawak Varanus salvator Ada diwilayah KPH

17. Buaya Crocodilus porosus -

18. Ular sanca Varanus salvator -

C. Burung

19. Pecuk ular Anhinga melanogaster -

20. Cucak rawa Pycnonotus zeylanicus Ada diwilayah KPH

21. Elang bondol Haliatus Indus Ada diwilayah KPH

22. Rangkong Badak Buceros rhinoceros -

23. Rangkong Gading Buceros vigil Ada diwilayah KPH

24. Tiong Emas Gracula regiosa Ada diwilayah KPH

Sumber : PP Nomor 7 Tahun 1999

Dari data dalam Tabel II-29 di atas, terdapat beberapa jenis fauna yang termasuk kategori

perlu dilindungi atau terancam punah. Dengan demikian perlindungan terhadap keberadaan

kekayaan keanekaragaman hayati tersebut harus menjadi perhatian dalam pengelelolaan

KPHP Model Berau Barat.

Page 53: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-33

D. INFORMASI SOSIAL, KEPENDUDUKAN, EKONOMI DAN BUDAYA

Secara administrasi Wilayah KPHP Model Berau Barat berada di 4 Kecamatan, 29 Kampung,

nama kecamatan dan kampung tersebut dapat diihat pada tabel II-30 berikut :

Tabel II-30. Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat

No. Kecamatan Nama Kampung

1. Kelay 11 Kampung (Long Beliu, Muara Lesan, Lesan Dayak, Sidobangen, Merapun,

Long Duhung, Long Keluh, Long Lancim, Long Pelai, Long Sului dan Merasa)

2. Segah 11 Kampung (Siduung baru, Pandan Sari, Harapan Jaya, Tepian Buah, Punan

Malinau, Long Ayan, Punan Mahakam, long Laai, Punan Segah, Batu Rajang

dan Long Ayap)

3. Sambaliung 3 Kampung (Tumbit Dayak, Long Lanuk dan Nyapah Indah)

4. Teluk Bayur 4 Kampung (Tumbit Melayu, Labanan Jaya, Labanan Makarti, Bukit Makmur)

Total 4 Kecamatan (29 kampung)

Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat

Dari 29 kampung tersebut, Pemukiman masyarakat yang berada langsung dalam Wilayah

KPHP Model Berau Barat sebanyak 11 kampung yaitu : Long Duhung, Long Beliu, Long

Keluh, Long Lancim, Long Pelai, Long Sului, Siduung Baru, Batu Rajang, Bukit Makmur,

Pandan Sari, Punan Mahakam.

1. Kependudukan

Umumnya desa-desa di Kalimantan Timur, dan hal serupa juga terjadi di Kabupaten Berau,

desa-desa masih banyak yang bercirikan, antara lain (1). Masih banyak desa yang belum

definitif di Kabupaten (hanya bersifat dusun); (2). Batas desa di lapangan juga tidak

keseluruhannya jelas atau telah tersepakati dengan desa/kampung tetangganya; dan (3).

Banyak penduduk yang tidak tercatat secara adminsitratif di desa, sehingga menyebabkan

perihal kependudukan terkadang tidak tersedia data yang rinci.

Secara khusus Program Forclime pada akhir tahun 2012 melakukan studi mengenai database

sosial dan ekonomi diwilayah di Kabupaten Berau pada wilayah Demonstration Activity di

Kabupaten Berau, dimana areal DA tersebut masuk kedalam wilayah kelola KPHP Berau

Barat, sehingga data mengenai situasi kependudukan di wilayah kelola KPHP Berau Barat

sudah tersedia cukup detail. Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dan desa yang ada di

wilayah KPHP Berau Barat tersaji dalam Tabel II-31 berikut ini :

Page 54: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-34

Tabel II-31. Profil kependudukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat

Desa Popul-

asi

Jumlah

Rumah

Tangga

Rerata

Jumlah

Kel/Rumah

Tangga

Rerata

Jumlah

Keluarga

% Pria

Kepala

Keluarga

Keseimbangan

Gender (%

wanita)

Struktur

Usia (%

< 17

years)

Kecamatan Segah

Long Ayap 147 57 1.00 3.79 100% 55% 15%

Long Ayan 531 128 1.16 5.00 100% 51% 60%

Punan

Malinau

682 150 1.11 4.95 100% 51% 48%

Gunungsari 1,726 392 1.25 4.28 87% 43% 48%

Bukit Makmur 985 211 1.26 4.85 100% 45% 64%

Tepian Buah 697 162 1.79 4.62 91% 49% 46%

Long Oking 141 53 1.06 3.50 100% 47% 41%

Long Paai 276 83 1.61 5.97 100% 49% 26%

Kecamatan Kelay

Merasa 734 181 1.61 5.97 97% 45% 42%

Long Beliu 892 276 1.27 5.00 95% 46% 74%

Long Keluh 155 34 1.15 4.65 100% 47% 47%

Long Pelay 100 22 1.00 4.50 95% 46% 61%

Long Lamcin 122 26 1.16 5.16 100% 50% 52%

Kecamatan Sambaliung

Tumbit Dayak 1,206 289 1.16 4.55 98% 49% 56%

Kecamatan Teluk Bayur

Labanan Jaya 1778 429 1.16 4.32 91% 47% 56%

Labanan

Makarti

1119 355 1.24 4.16 73% 43% 62%

Sumber : survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012

Berdasarkan data yang disajikan di atas, terlihat bahwa secara umum wilayah KPHP Model

Berau Barat relatif lengang atau tidak mengalami tekanan penduduk yang tinggi. Meskipun

demikian pada wilayah-wilayah di sekitar pemukiman dipertimbangkan penting untuk tetap

mendapatkan perhatian, karena pada umumnya segala aktivitas ekonomi penduduk

terkonsentrasi pada daerah-daerah dekat pemukiman. Begitu juga tekanan populasi tidak

terlihat sebagai penyebab utama dari kerentanan.

Populasi umum di KPHP Berau Barat secara proporsi sangat muda, dimana lebih dari 63%

populasi berusia di bawah 30 tahun. Dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan yang relative

tinggi dan rata-rata berbagai keluarga berimplikasi terhadap tekanan populasi pada

sumberdaya lahan ke depan akan sangat pelik, terutama mengingat rendahnya tingkat lahan

produktif yang dimiliki oleh masing-masing keluarga. Secara keseluruhan, rata-rata

pendapatan rumah tangga di penduduk diwilayah sekitar KPHP Model Berau Barat sungguh

tinggi, utamanya karena tingginya potensi pendapatan dari kegiatan non-perladangan di

kabupaten seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Begitu pula tingkat

kemiskinan relative rendah di wilayah KPH ini, dimana 20-30% rumah tangga dianggap

sebagai keluarga iski . Na u , keba yaka desa di wilayah KPH ini dianggap rentan

kemiskinan akibat ketiadaan intervensi tertentu utamanya karena ketergantungan mereka

terhadap sumber daya alam dan keterisolasian geografis. Berikut gambaran detail mengenai

Page 55: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-35

kondisi pendapatan rumah tangga dan akses pendidikan di wilayah KPHP Model Berau Barat,

yang tersaji dalam Tabel II-32 berikut ini :

Tabel II-32. Kondisi Pendapatan Rumah Tangga dan Akses Pendidikan Di Wilayah KPHP

Model Berau Barat

Desa

Rerata

Pendapatan

Bulanan

%

Rumah

< 40 m2

% Rumah

Dibawah

Standar

Jumlah

asset >

IDR

500,000

% Rumah

Tangga

dg Akses

Listrik

Terbatas

Konsumsi

Protein

<2/week

Pendidikan

Dasar atau

dibawah

Kecamatan Segah

Long Ayap 839,286 100% 0% 7% 100% 100% 93%

Long Ayan 955,263 37% 11% 5% 100% 95% 37%

Punan

Malinau

968,553 16% 0% 5% 100% 79% 32%

Gunungsari 3,800,813 20% 35% 13% 55% 38% 28%

Bukit

Makmur

3,429,220 26% 38% 10% 100% 73% 31%

Tepian Buah 5,004,657 21% 24% 6% 35% 33% 3%

Long Oking 468,241 78% 6% 67% 100% 100% 89%

Long Paai 1,357,157 6% 12% 18% 100% 94% 47%

Kecamatan Kelay

Merasa 1,217,799 6% 11% 8% 39% 81% 14%

Long Beliu 6,814,592 11% 27% 8% 100% 57% 16%

Long Keluh 2,913,300 45% 70% 10% 100% 60% 65%

Long Pelay 2,991,419 40% 30% 30% 100% 30% 65%

Long Lamcin 5,808,991 21% 26% 47% 100% 42% 42%

Kecamatan Sambaliung

Tumbit

Dayak

1,666,651 27% 18% 24% 8% 39% 19%

Kecamatan Teluk Bayur

Labanan

Jaya

3,228,334 11% 17% 11% 5% 33% 11%

Labanan

Makarti

2,480,763 13% 16% 16% 4% 49% 33%

Sumber : survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012

Salah satu tantangan terberat yang dihadapi oleh keluarga di setiap desa yang disurvei

adalah ketidakmampuan menciptakan atau membangun kesejahteraan akibat rendahnya

pendapatan dan tingkat pengeluaran yang cukup tinggi. Meskipun hal ini bukan menjadi

penyebab utama dari kemiskinan, namun hal in menjadi penghalang utama dalam

membangun ketahanan dan pengurangan kerentanan di wilayah KPH. Ketidakmampuan

untuk membangun dan memanfaatkan kekayaan sangat membatasi kemampuan rumah

tangga untuk mengadopsi strategi mata pencaharian baru dan merespon perubahan. Tabel

hubungan antara masyarakat dengan hutan dan sumberdaya hutan di Wilayah KPHP Model

Berau Barat, tergambar dalam tabel II-33, berikut ini :

Page 56: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-36

Tabel II-33. Hubungan Antara Masyarakat Dengan Hutan Dan Sumberdaya Hutan Di

Wilayah KPHP Model Berau Barat

Desa

Rumah

Tangga yg

Mendapat

Keuntunga

n dari

Kehutanan

Penget

ahuan

Pengg

unaan

Hutan

Keterbatasa

n Akses

pada Jasa

Penyuluhan

Penjuala

n Kayu

secara

Komersi

al

Kayu

Penggunaa

n Rumah

Tangga

Penggunaa

n Hutan

untuk

Kayu Bakar

Penggunaa

n HHBK

Kecamatan Segah

Long Ayap 36% 29% 100% 0% 79% 100% 11%

Long Ayan 63% 47% 83% 11% 79% 100% 7%

Punan Malinau 68% 63% 78% 0% 95% 100% 0%

Gunungsari 28% 20% 80% 8% 33% 60% 15%

Bakit Makmur 33% 41% 26% 23% 38% 95% 9%

Tepian Buah 24% 32% 52% 6% 24% 56% 22%

Long Oking 67% 61% 94% 0% 94% 100% 11%

Long Paai 47% 47% 53% 0% 76% 88% 14%

Kecamatan Kelay

Merasa 97% 22% 58% 3% 44% 94% 34%

Long Beliu 97% 5% 43% 0% 32% 73% 16%

Long Keluh 90% 25% 5% 0% 55% 95% 15%

Long Pelay 100% 5% 10% 0% 55% 70% 36%

Long Lamcin 100% 0% 47% 0% 47% 63% 19%

Kecamatan Sambaliung

Tumbit Dayak 100% 29% 8% 3% 24% 76% 0%

Kecamatan Teluk Bayur

Labanan Jaya 78% 36% 23% 1% 17% 46% 3%

Labanan

Makarti

62% 33% 36% 7% 31% 31% 20%

Sumber: survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012

2. Tingkat Pendidikan

Dalam kaitannya dengan pengelolaan KPHP Model kedepan, tingkat pendidikan masyarakat

merupakan faktor penting terhadap pemahaman tentang peran hutan dan kehutanan dalam

hidup dan kehidupannya ke depan. Juga berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja yang

dibutuhkan dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPH. Dalam hal pendidikan

terdapat 2 (dua) faktor utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu sejauh mana

pendidikan telah menjadi kebutuhan masyarakat ? Dan seberapa besar peran pemerintah

dalam pelaksanaan program pendidikan bagi masyarakat ?

Dari data statistik terlihat bahwa terdapat peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang

pendidikan, hal ini bisa dilihat dari terus bertambahnya jumlah sekolah dan jumlah murid di

sekolah-sekolah dari SD sampai SLTA. Jumlah sekolah SD Negeri pada tahun 2007 sebanyak

148 unit sekolah yang tersebar di 13 kecamatan. Sedangkan jumlah guru untuk tingkat SD

negeri sebanyak 1.413 orang guru dengan jumlah murid sebanyak 20.960 orang murid.

Namun demikian perkembangan tersebut masih terpusat di kecamatan-kecamatan yang

dekat dengan ibukota kabupaten (Tanjung Redeb).Dengan demikian tingkat pendidikan

masyarakat yang jauh dari ibukota dapat dinyatakan masih rendah. Tabel II-35 berikut

Page 57: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-37

memberikan penjelasan tentang tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan dalam wilayah

kelola KPHP Model yaitu yang sebagian besar masih didominasi oleh tingkat pendidikan SD.

Tabel II-34. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kelola KPHP Model Berau Barat

No. Kecamatan Tk.Pddk Jmlh.Sklh. Jmlh.Guru Jmlh.

Murid

Rasio

Gru:Mrd %

1. Kelay TK 2 2 29 14,5

SD 13 71 779 10,97 84%

SLTP 3 16 121 7,57

SLTA - - - -

Jumlah 18 89 929

2. Sambaliung TK 17 63 665 10,54

SD 29 254 2.847 11,21 66%

SLTP 4 47 611 13

SLTA 6 25 163 6,52

Jumlah 56 389 4286

3. Segah TK 3 9 76 8,44

SD 10 88 1.077 12,24 80%

SLTP 2 22 193 8,77

SLTA - - - -

Jumlah 15 119 1346

4. Teluk Bayur TK 5 23 246 10,7

SD 12 134 2.269 16,23 63%

SLTP 3 57 624 10,95

SLTA 15 35 490 14

Jumlah 35 249 3629 73%

Sumber : BPS Berau 2013

Dari Tabel II-34 di atas ternyata sebagian besar (>70%) tingkat pendidikan masyarakat sekitar

wilayah kelola KPHP Model Berau Barat masih rendah, yaitu tingkat Sekolah dasar.

3. Mata pencaharian :

Data statistik dari Kantor Statistik sebagian besar masyarakat (terutama di daerah pedesaan)

memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian, terutama pertanian lahan kering

(perladangan lahan kering) yang menujukkan peningkatan. Dalam perkembangan berikutnya

usaha perkebunan juga menunjukkan peningkatan juga. Khususnya untuk pertanian pangan,

terdapat 2 (dua) sumber produksi padi, yaitu berasal dari pertanian lahan basah (sawah) dan

pertanian lahan kering (perladangan). Untuk mendapatkan gambaran tentang sumber mata

pencaharian masyarakat disekitar wilayah kelola KPHP Model Berau Barat utamanya

pertanian pangan, Tabel II-35 berikut menyajikan ketersediaan lahan pertanian pangan

masyarakat.

Page 58: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-38

Tabel II-35. Ketersediaan lahan pertanian pangan masyarakat sekitar wilayah kelola KPHP-

Model Berau Barat.

No. Kecamatan

Lahan Basah (Sawah) Lahan Kering (Ladang) Ladang Sawah

Luas

panen (Ha)

Produksi

(ton)

Luas panen

(Ha)

Produksi

(ton) (%) (%)

1. Kelay - - 1.127 2.784 0 33.98%

2. Sambaliung 824 3.194 868 2.144 56,87% 26,17%

3. Segah 119 461 1.083 2.675 8,21% 32,65%

4. Teluk Bayur 506 1.962 239 1.477 34,92% 7,20%

Jumlah 1.449 5.617 3.317 9.080 100% 100%

Sumber : BPS Berau 2013

Tabel II-35 di atas menjelaskan bahwa lahan kering masih merupakan bagian penting sebagai

sumber mata pencaharian masyarakat di tiga kecamatan dalam wilayah kelola KPHP Model

Berau Barat. Hanya masyarakat Kecamatan Sambaliung yang memiliki lahan basah (sawah)

sebagai lahan usaha tanaman pangan. Secara lebih spesifik mata pencarian pada kampung-

kampung yang ada di Wilayah KPHP Model Berau Barat dapat tergambar pada beberapa

kampung dalam Tabel II-36 sebagai berikut :

Tabel II-36. Mata Pencarian Pada Kampung-Kampung Yang Ada Di Wilayah KPHP Model

Berau Barat

No Kecamatan/

Kampung

Penduduk Mata Pencarian

a. Kecamatan Segah

1. Long Ayan Dayak Gaai (penduduk asli)

Pendatang dari Sulawesi, Jawa,

NTT

Petani lading

berburu, memungut hasil memungut hutan,

mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,

berdagang kecil dan hasil perkebunan seperti

kakau

2. Long Ayap Dayak Punan (penduduk asli),

pendatang dari bebrbagai daerah Petani lading

berburu, memungut hasil memungut hutan,

mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,

berdagang kecil ,

3. Long Laai Dayak Gaai, pendatang dari

Bulungan, Timur, Banjar, Palopo

(sulawesi)

Petani lading

berburu, memungut hasil memungut hutan,

mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,

berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,

babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang

hijau

4. Long Pay Punan, pendatang dari Jawa,

Bulungan, Timur, banjar, Palopo

dan Bugis (Sulawesi)

Petani lading

berburu, memungut hasil memungut hutan,

mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,

berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,

babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang

hijau

5. Long Oking Punan, pendatang dari berbagai

daerah Petani lading

berburu, memungut hasil memungut hutan,

Page 59: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-39

No Kecamatan/

Kampung

Penduduk Mata Pencarian

mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,

berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,

babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang

hijau

6. Pandan Sari Mayoritas Timor, Dayak, Jawa,

Bugis, Berau, banjar Pekerjaan untuk mendapatkan uang : petani ,

karyawan swasta, PNS, tukang kayu,tukang batu,dll

7. Batu Rajang Dayak kenyah,

Banjar,Timor,Manado,Jawa,

Cina,Toraja

Pengrajin kayu, pencari (gaharu,rotan,buah-

buahan, sarang burung, pasak bumi)

8. Tepian Buah Dayak

kenyah,Bugis,Jawa,Banjar,Batak Pencari (kayu, bamboo,rotan,gaharu,buah-

buahan,tanaman obat), berburu,tukang batu

9. Gunung Sari,Harapan

Jaya,Punan Malinau

Berau,Bugis,Batak,Batak,Banjar,D

ayak

kenyah,Jawa,Sunda,Melayu,Lomb

ok,Madura,Timor

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

petani,nelayan,tukang

kayu,buruh,pengusaha,aparat

kampung,wiraswasta,PNS,karyawan

swasta,TNI/Porli, dll. Memungut hasil hutan

seperti rotan,gaharu,buah-buahan serta batu

gunung.

b. Kecamatan Kelay

1. Muara Lesan suku Berau, suku Dayak Gaae,

pendatang dari berbagai

wilayah di Kalimantan dan

wilayah Indonesia

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

pelayanan jasa transportasi sungai, berkebun,

pegawai, bekerja pada iuphhk-ha,

perkebunan sawit

2. Lesan Dayak suku Dayak Ga ae pe duduk asli),

Dayak Kenyah - Lesan Dayak:

Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan

berburu

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

berkebun, pertanian (sayuran, palawija),

berburu

3. Sido bangen Jawa, Sulawesi, NTT Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

perkebunan, pertanian (sayur, palawija),

pelayanan jasa (usaha dagang, transportasi

darat), karyawan IUPHHK-HT

4. Marapun suku Dayak Lebu (penduduk

asli), Dayak

Kenyah, Kutai, pendatang dari

Sulawesi, Jawa, NTT

Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan

berburu

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

memetik sarang burung walet, mencari ikan,

pelayanan jasa warung sembako, berburu

5. Long Beliu Suku Dayak Punan (penduduk

asli),

Dayak Kenyah, Pendatang dari

luar/karyawan preusahaann

HPH

Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan

berburu

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

mencari emas, mencari gaharu, pelayanan

jasa trasportasi sungai, menjual hasil

pertanian (beras, sayuran,

palawija)/perkebunan, mencari ikan,

pelayanan jasa rumah makan/warung

sembako, karyawan IUPHHK-HA

6. Long Sului, Long Dayak Punan (penduduk asli), Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan

Page 60: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-40

No Kecamatan/

Kampung

Penduduk Mata Pencarian

Lamcin, Long Pelay,

Long Keluh, Long

Duhung

berburu

Pekerjaan untuk mendapatkan uang : mencari

emas, mencari gaharu, memanen madu,

menangkap ikan dan pelayanan jasa

tranportasi sungai (untuk pencari gaharu,

petugas pemerintah dan swasta)

7. Merasa Dayak kenyah(mayoritas),

Jawa,Timor,Bugis,Toraja,Banja

r,Batak,Bali.

Pekerjaan untuk mendapatkan uang :

petani,karyawan swasta,PNS. Memungut hasil

hutan seperti kayu (meranti,ulin),

madu,damar,rotan buah-buahan,gaharu,hewan

buruan,tanaman obat,batu gunung.

c. Kecamatan Teluk Bayur

1. Tumbit Melayu Berau,Bugis,Dayak,Jawa,

Sunda berkebun, bertani, Memungut hasil hutan seperti

kayu, madu,damar,rotan buah-

buahan,gaharu,hewan buruan,tanaman obat,batu

gunung.

2. Labanan Jaya,

Labanan

Makmur,Labanan

Makarti

Mayoritas Jawa

(Transmigran/keturuanan

transmigran), selain itu ada

Bugis,Madura,Lombok,Sunda,

Dayak,Berau

Pekerjaan untuk mendapatkan uang : berkebun,

petani,karyawan swasta,PNS,pedagang,dll.

Memungut hasil hutan seperti kayu

(meranti,ulin,marsolo,bengkirai,resak

kruwing,laban,sengon,akasia),

gaharu,madu,rotan,damar,bambu,hewan buruan.

d. Kecamatan Sambaliung

1. Tumbit Dayak,

Long Lanuk

Mayoritas Dayak Gaai,

Jawa,Bugis,Banjar,Madura,Ti

mor

Berkebun, Bertani, Memungut hasil hutan

seperti rotan,damar,karet,gaharu,madu serta

berburu hewan.

Sumber : Analisis berbagai data survei

Berdasarkan Tabel II-36 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga ketergantungan

masyarakat dengan Sumber daya alam yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat,

yaitu :

1) Ketergantungan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Bentuk pemanfaatan SDA hutan dan sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

sandang, pangan dan papan; Pangan seperti ikan, binatang buruan, buah, sayur;

Papan/sandang seperti kayu, rotan. Pemanfaatan sumber daya alam sungai merupakan

sumber pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari yang penting, teristimewa bagi kampung-

kampung di bagian hulu.

2) Ketergantungan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai)

Bentuk Pemanfaatan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai); gaharu, sarang burung

walet, emas, madu. Pemanfaatan SDA sungai dan hutan untuk memperoleh

pendapatan/uang tunai untuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah DAS

Kelay dan Segah masih sangat tinggi dan menjadi pilihan utama.

Page 61: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-41

3) Ketergantungan terhadap fungsi Lahan dan sungai untuk sarana dan prasarana

pemanfaatan SDA berdasarkan fungsinya: sungai sebagai sarana transportasi; lahan untuk

pemukiman, pertanian/perkebunan dan hutan sebagai daerah tangkapan air. yang

membahas bagaimana masyarakat memanfaatkan lahan untuk perladangan dengan sistim

ladang berpindah (gilir balik) dangan waktu rotasi 3-5 tahun. Untuk lahan perkebunan dalam

pengembangannya mulai diperkenalkan tanaman produksi seperti cokelat dengan teknik

budi daya yang tepat terutama bagi kampung-kampung dibagian hulu sungai Kelay. Untuk

sungai dalam fungsinya sebagai sebagai jalur transportasi baik sebagai sarana penghubung

antar kampung dalam membangun komunikasi dengan menggunakan perahu ketinting atau

long boat juga merupakan sumber pendapatan melalui pelayanan jasa transportasi.

Sedangkan fungsi hutan sebagai daerah tangkapan air telah dimanfaatkan oleh masyarakat

kampung Long Sului dan Long Keluh (dalam perencanaan) dimana digunakan sebagai sumber

air dan mikrohidro

4. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oleh karenanya masalah

kesehatan merupakan bagian penting program pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan

oleh Pemda. Kabupaten Berau berupa pembangunan fasilitas kesehatan terus ditingkatkan.

Untuk mendapatkan gambaran tentang fasilitas dasar pelayanan kesehatan kepada

masyarakat (Puskemas Pembantu) yang tersedia di kecamatan dalam wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat, Tabel II-37 menyajikan ketersediaan fasilitas tersebut.

Tabel II-37. Ketersediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dalam wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat.

No. Kecamatan RS PKS-Indk PKS-Pmbt Apotik Toko Obat

1. Kelay - 1 11 - -

2. Sambaliung - 1 26 1 1

3. Segah - 1 8 - -

4. Teluk Bayur - 2 6 - 2

Jumlah - 5 51 1 3

Sumber : BPS Berau 2013

Data tersebut dalam Tabel II-37 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar fasilitas

kesehatan dalam kecamatan dalam wilayah kelola KPHP Model masih relatif sederhana

(berupa Puskemas Pembantu).

5. Kelestarian SDA :

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan (pengelolaan) sumberdaya alam yang tersedia,

Pemda. Kabupaten Berau memiliki program-program yang mengindikasikan adanya

pengakuan dan upaya pelestarian keberadaanya. Program tersebut antara lain : a). Program

Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam, b). Program Rehabilitasi dan Pemulihan

Page 62: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-42

Cadangan Sumberdaya Alam, c). Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan

Lingkungan Hidup dan d). Program Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan.

Dari gambaran mata pencaharian penduduk-masyarakat sebagaimana dikemukakan

terdahulu, bahwa pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan,

peternakan) merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar (± 40%) dari masyarakat

di Kebupaten Berau. Sektor pertanian (dalam arti luas) tersebut merupakan sektor yang

memerlukan sumberdaya lahan (basah dan/atau kering). Dengan demikian keberadaan

sumberdaya hutan akan sangat diperlukan oleh mereka. Di sisi lain masyarakat menganggap

hutan sebagai : a). tempat tinggal dan melakukan aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat

secara kolektif dan b). disamping sebagai sumber kehidupan, hutan juga dipandang sebagai

su ber kebudayaa adat asyarakat.

6. Budaya dan pengelolaan hutan oleh masyarakat

Dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat sebagian besar desa-desa yang berada di

dalamnya masih memberlakukan sistem dan budaya adat sesuai dengan kelompok etnis

masing-masing dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Diantara mereka adalah dari suku

Dayak Gaai, Kenyah, Lebo dan Punan.

Masyarakat tradisional masih sangat tergantung dari sumberdaya hutan dan oleh karenanya

secara umum masih menginginkan keberlangsungan keberadaan hutan. Bagi masyarakat

tradisional hutan adalah penghidupan dan juga kehidupan. Sebagai penghidupan, artinya

hutan sebagai sumber kebutuhan pokok dan ekonomi masyarakat, seperti kayu dan berbagai

produk non kayu (nabati dan hewani) serta juga lahan pertanian dengan tujuan utama untuk

dijual ataupun menghasilkan pendapatan. Sedangkan sebagai kehidupan, artinya merupakan

ruang dimana keseluruhan kegiatan keseharian dan tradisi yang berkembang menjadi bagian

yang integral, seperti aktivitas budaya dan berbagai ritual adat istiadat hingga struktur dan

fungsi sosial yang terbentuk berdasarkan dinamika biofisik lingkungan hutan.

7. Kelembagaan dalam Kampung

Secara umum pada setiap kampung yang ada di Wilayah KPHP model berau Barat memeiliki

kelembagaan lampung yang sama yaitu Lembaga Pemerintah Desa (Kepala Kampung dan

Kepengurusannya), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), BPK (Badan Perwakilan

Kampung), Koperasi, Lembaga Adat, Karang taruna. PKK (Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga) lembaga-lembaga tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pengambilan keputusan kampung serta menjadi mediator jika terjadi konflik dan gangguan

keamanan di wilayah kampung masing-masing.

8. Kelembagaan Antara Kampung

Dalam rangka mengintegrasikan pengelolaan kawasan antara kampung, dengan di dampingi

oleh Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan Pemerintah daerah, pada Wilayah KPHP

Page 63: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-43

Model Berau Barat terdapat 3 Lembaga masyarakat yang bersifat lintas Kampung yang

mempunyai peran penting dalam menitegrasikan komitmen pengelolaan sumber daya alam

oleh masyarakat antara kampung, swasta, LSM serta KPHP Model Berau barat , Yaitu :

1) Forum Kampung Hulu Kelay

Pada tanggal 2 Juli 2003, perwakilan masyarakat dari 6 (enam) kampung hulu Kelay yakni

kampung Long Suluy, Long Lamcin, Long Pelay, Long Boy, Long Beliu dan Long Duhung

bersepakat membuat perhimpunan. Mereka bersepakat mendirikan sebuah organisasi lokal

yang diberi nama Forum Kampung Hulu Kelay (FK Hulu Kelay). FK Hulu Kelay berkedudukan

di kampung Long Duhung, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Keberadaan FK Hulu Kelay membuka peluang bagi masyarakat untuk menghimpun

kebersamaan. FK Hulu Kelay adalah wadah pemersatu untuk menghidupkan kembali

semangat Pe’khau sebuah warisan nilai persatuan dari tradisi masyarakat Dayak Punan di

masa lalu. Hal tersebut tertuang dalam deklarasi Suluy (2005), tekad masyarakat untuk

melestarikan sumberdaya alam, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan

mengembangkan adat budaya masyarakat hulu Kelay.

Visi FK Hulu Kelay : Melestarikan Sumberdaya Alam Untuk Kesejahteraan Masyarakat,

sedagkan Misi FK Hulu Kelay : Mendorong upaya perluasan kawasan yang dilindungi serta

upaya pelestarian kawasan Daerah Aliran Sungai Kelay. Memastikan peran serta dan hak

masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam hulu kelay secara

lestari dan berkelanjutan. Berupaya untuk membangun dan mengembangkan usaha

ekonomi masyarakat Hulu Kelay. Berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

Hulu Kelay.

Dalam menjalankan tugasnya FK Hulu Kelay memegang beberapa prinsip yakni : Persamaan

hak laki-laki dan perempuan, terbuka menerima masukan, saran dan kritikan yang

membangun dari semua pihak untuk kemajuan bersama; Mengutamakan musyawarah

dalam memecahkan masalah atau mencari jalan keluar bersama; Membangun hubungan

kerjasama dengan semua pihak dalam upaya memajukan masyarakat Hulu Kelay; Tidak

mengambil alih peran, fungsi dan kewenangan pemerintah kampung; Tidak mengikuti salah

satu partai politik dan atau organisasi politik lainnya.

Ada 3 pilar peran utama yang diharapkan dari FK Hulu Kelay. Pertama, Peran sebagai

pendorong dan penyelenggara proses kegiatan (fasilitasi): Menyelenggarakan/mengadakan

pertemuan-pertemuan, musyawarah dalam mencari jalan keluar serta menyikapi masalah-

masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat kampung; Menyelenggarakan/mengadakan

kegiatan yang bersifat mendorong partisipasi masyarakat dalam membangun dan

memajukan kehidupan masyarakat. Kedua, Peran sebagai penghubung (Koordinasi)

Melakukan dan membangun hubungan kerja sama antar kampung Hulu Kelay; Melakukan

Page 64: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-44

dan membangun hubungan kerjasama dalam upaya memajukan kehidupan masyarakat Hulu

Kelay dengan pemerintah, swasta, LSM, dan pihak lainnya yang sejalan dengan Visi Misi FK

Hulu Kelay. Dan yang Ketiga, Peran sebagai pembela aspirasi dan hak masyarakat (advokasi);

Menampung, menyalurkan aspirasi masyarakat Hulu Kelay kepada para pihak; Melakukan

pembelaan hak-hak masyarakat Hulu Kelay atas pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi,

dan sosial budaya.

Dalam menjalankan visi dan misinya FK Hulu Kelay melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :

Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, kampanye dan pengembangan berbagai aspek

yang bermanfaat bagi masyarakat dan sumber daya alam; Menyelenggarakan kegiatan

pendampingan serta menjalin hubungan kemitraan dengan komunitas masyarakat dan pihak

lainnya dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan; Melakukan penggalangan dan pengembangan kerjasama yang bersifat

kemitraan dengan berbagai pihak, yang peduli dan berkepentingan terhadap upaya

pelestarian sumberdaya alam, serta peningkatan peran, penguatan kapasitas, partisipasi

masyarakat Hulu Kelay dalam berbagai aspek; Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain

yang sejalan dengan visi dan misi Forum Kampung Hulu Kelay.

2) Badan Pengelola Segah (BP-Segah)

Keberadaan BP-Segah merupakan rangkaian dari penyelesaaiaan konflik antara masyarakat 5

kampung Kecamatan Segah dengan PT. Sumalindo Lestari jaya IV terjadi pada 1999, konflik

tersebut disebabkan oleh kekecewaan masyarakat terhadap kinerja PT. Sumalindo Lestari

Jaya IV atas beberapa hal yaitu : Tidak ada masyarakat 5 kampung Kecamatan Segah yang

dipekerjakan oleh Managemen PT. Sumalindo lestari Jaya IV; Tidak adanya pembagian

keuntungan/kontribusi PT. Lestari Jaya IV kepada 5 kampung Kecamatan Segah, sehingga

masyarakat tidak merasakan kontribusi keberadaan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV; Terjadinya

Kerusakan Lingkungan akibat kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh PT. Sumalindo Lestari

IV antara lain tejadinya kerusakan pohon-pohon yang dilindungi masyarakat, tergusurnya

kuburan masyarakat, tertutupnya sungai yang menjadi sumber air masyarakat. Berawal dari

kekecewaan tersebut, kemudian masyarakat melakukan demo besar-besaran menghentikan

kegiatan yang dilakukan oleh PT. Sumalindo Lestari Jaya IV pada 1999. Sejak itu kegiatan

perusahaan menjadi stop selama priode tahun 2000 s/d 2003.

Proses Penyelesaian konflik antara masyarakat 5 Kampung dengan PT. Sumalindo Lestari

Jaya IV, dimulai pada tahun 2003 melalui berbagai perundingan kedua belah pihak yang

difasilitasi oleh salah satu lembaga Internasional The Nature Conservancy (TNC) dan

Pemerintah daerah, yaitu Dinas Kehutanan dan Kecamatan Segah. Dari serangkaian

pertemuan yang dilakukan diproleh beberapa kesepakatan yang kemudian ditandatangani

pada tanggal 1 Juni 2004 dalam bentuk MoU antara PT. Sumalindo Lestari Jaya IV,

mayarakat 5 Kampung Kecamatan Segah dan TNC yang disaksikan oleh Bupati Berau dan

Guber ur Kali a ta Ti ur de ga a a Progra Ke itraa Pe ge ba ga Model

Page 65: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-45

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Melalui Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya

Ala di Ke a ata “egah .

Salah satu poin dalam MoU tersebut dijelaskan tentang keberadaan Badan Pengelola, yang

dibentuk berdasarkan musyawarah oleh semua pihak yang terkait, yang berperan

menentukan kawasan dan model pengelolaannya, sebagai mediator dalam penyelesaian

permasalahan antara pihak yang terkait, sebagai penghubung antara masyarakat dengan PT.

Sumalaindo Lestari Jaya IV serta memonitoring kegiatan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan

Masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut dibentuklah Badan Pengelola yang selanjutnya disebut dengan

Badan Pengelola Segah (BP-Segah) yang merupkan refresentatif dari masyarakat 5 Kampung

Kecamatan Segah ( Kampung Long Laai, Long Ayap, Long Ayan, Long Pay dan Long Oking), PT.

Sumalindo Lestari Jaya, TNC dan Pemkab Berau. sebagai wadah untuk mengkomunikasikan

setiap permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan konflik, sebagai wadah untuk

program-program yang dilakukan secara bersama serta berperan untuk melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan.

3) Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan

Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan (BP-HLSL) merupakan lembaga yang di bentuk

khusus pengelolaan kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan. Di bentuk Berdasarkan SK Bupati

No. 251 Tahun 2004, Tanggal 7 Oktober 2004, Kemudian dalam rangka persiapan

pengelolaan kawasan oleh BP-HLSL maka dibentuk Pokja berdasarkan SK Ketua Badan

Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan Nomor : 032/kpts/BP-SL/III/2006, Tanggal 10 Maret

2006) yang beranggotakan unsur Pemerintah Kabupaten Berau (Dishut, Bappeda, Bapelda,

Kecamatan), Pemerintah Propinsi (KSDA) dan Unsur Masyarakat 4 Kampung (Lesan Dayak,

Merapun, Muara Lesan dan Sidobangen)

BP-HLSL berfungsi Sebagai wadah koordinasi dan konsultasi antar instansi terkait

(Pemerintah Kabupaten Berau) dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,

Pengusaha dan Masyarakat; Pusat informasi dan program terkait dengan pelestarian Hutan

Lindung Sungai Lesan; Penggalangan dana dalam rangka pengelolaan Hutan Lindung Sungai

Lesan. Sedangkan tugasnya adalah mengkoordinasikan kepentingan perencanaan dan

program antar berbagai pihak yang terkait dengan Hutan Lindung Sungai Lesan; melakukan

pengelolaan untuk kepentingan pelestarian Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan;

melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan Hutan Lindung Sungai Lesan.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya BP-HLSL telah menetapkan visi dan misi

yaitu Visi ya adalah Terwujud ya Kelestarian Hutan Lindung Sungai Lesan sebagai Habitat

Orangutan dan mampu memberikan manfaat sebesar-besar ya kesejahteraa asyarakat sedangkan misinya adalah Mempertahankan Fungsi Hutan Lindung Sungai Lesan sebagai

Page 66: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-46

daerah tangkapan air dan habitat Orangutan serta daerah perlindungan flora dan fauna

lainnya; Meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan ;

Mengembangkan pola pengelolaan yang partisipatif dan kolaboratif

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh BP-HLSL adalah Penguatan Status Kawasan

(Pemantapan dan Penetapan); Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM dalam rangka

pelestarian HLSL; Pengembangan pola Pengelolaan Kawasan Lindung yang partisipatif dan

kolaboratif : Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat; Monitoring dan evaluasi kondisi

sosial, ekonomi dan ekologi di Kawasan Lindung Sungai Lesan; Pengembangan Sistem

Pendanaan; Penyiapan infrastruktur dan sarana pendukung

Dalam rangka mengoptimalkan peran para pihak dalam melakukan pengelolaan kawasan

hutan yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat keberadaan lembaga-lemabaga lintas

kampung tersebut mempunyai potensi sebagai mitra pngelolaan, terutama terkait dengan

pengawasan dan pengendaliaan, penyusunan rencana pengelolaan yang terintegrasi serta

pengembangan ekonomi masyarakat.

Page 67: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-47

E. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

1. Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Kayu

Izin Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat terdiri dari IUPHHK-HA

sebanyak 12 Unit Manajemen dengan seluas 478.904 Ha dan IUPHHK-HT sebanyak 2 Unit

Manajemen seluas 15.610 Ha. Dengan demikian luas keseluruhan Izin Pemanfaatan Hasil

Hutan adalah 502.013 Ha. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel II-38 berikut :

Tabel II-38. Daftar IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT Pada KPHP Model Berau Barat

No. Nama Perusahaan SK IUPHHK

Luas

Dalam

SK

Luas Dalam

KPH

ha (ha)

A IUPHHK-HA

1. PT. Amindo Wana Persada SK Menhut- No: 940/Kpts-VI/1999 43.680 46.344,33

2. PT. Aditya Kirana Mandiri SK Menhut-No:862/Kpts - VI/1999 42.700 37.522,03

3. PT. Wana Bhakti Persada

Utama

SK Menhut- No:864/Kpts - VI/1999 44.402 44.267,20

4. PT. Mardhika Insan Mulia SK Menhut- No:1003/Kpts_IV/1999 46.080

34.682,08

5. PT. Karya Lestari SK Menhut- No:SK.846/Kpts-IV/1999 49.123 47.889,38

6. PT. Inhutani I Unit

Labanan I

SK Menhut- No:SK.484/Menhut-II/2006 138.210 128.662,02

7. Sumalindo Lestari Jaya IV SK Menhut- No:SK.582/Menhut-II/2009 63.550 61.131,81

8. PT. Utama Damai Indah

Timber

SK Menhut-No:SK.52/Menhut-II/2005 49.250 5.905,67

9. Aqulia Silva SK Menhut- No:SK.549/Menut-II/2009 55.300 55.202

10. PT. Gunung Gajah SK Menhut- No:261/kpts-II/1997 81.000 8.309,11

11. PT.Inhutani UMH Segah

Hulu

SK Menhut- No : SK.44/menhut-II/2006 54.230 8.988

12

PT. Hutani Kalimantan

Abadi Permai

SK No. 323/Menhut-II/2009 tgl 29-06-2009 35.400 1,24

Jumlah A 702.925 478.904

B IUPHHK-HT

1. PT. Belantara Pusaka SK Menhut No.439/Kpts-II/2006 15.610 15.428,63

2. PT. Acacia Andalan Utama SK No. 620/Menhut-II/2010 tgl 04-11-2010 21.965 2,03

Jumlah B 37.575 15.430, 66

JUMLAH (A +B) 740.500 494.334,64

Sumber : Analisisi Data BPKH 2013 dan Data Base KPHP Model Berau Barat 2014

Dari Tabel II-38 diatas tergambar bahwa tidak semua IUPHHK-HA arealnya secara

keseluruhan masuk dalam Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, hal ini disebabkan

beberapa areal IUPHHK-HA merupakan lintas kabupaten seperti PT. Acacia Andalan Utama

dan PT. Gunung Gajah berada pada lintas Kabupaten Berau dan Kutai Timur. sedangkan PT.

Inhutani UMH Segah Hulu berada pada lintas Kabupaten Berau dengan Bulungan. Selain

Page 68: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-48

karena Berada pada lintas kabupaten beberapa Areal IUPHHK-HA terpisahkan oleh Sub DAS

seperti PT. Utama Damai Indah Timber dipisahkan oleh Sub DAS Kelay.

Izin Pemanfaatan Hutan pada KPHP Model Berau Barat, semua berada pada Kawasan Hutan

Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku. Dengan Hutan Produksi (HP/HPT) yang ada pada Wilayah Kelola

KPHP Model Berau Barat seluas 534.645,49 Ha maka 94 % (503.013 Ha) dari total Hutan

Produksi tersebut sudah dibebani Izin Pemanfaatan atau 64% dari luas total Wilayah KPHP

Model Berau Barat.

Pada IUPHHK-HA/HT mempunyai Jatah Tebang Tahunan (JPT) /Annual Allowable Cut (AAC)

yang berbeda-beda tergantung dari potensi kayu dan luas areal masing-masing IUPHHK-

HA/HT. JPT pada IUPHHK-HA/HT dietapkan setiap 10 Tahun sekali melalui Kegiatan

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang kemudian dituangkan dalam Rencana

Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKU-PHHK). Sedangakn untuk Rencana Produksi

Tahunan ditentukan berdasarkan Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP) dengan

intensitas 100% yang selanjutnya ditetapkan dalam dokumen RKT.

Berdasarkan Dokumen RKUPHHK dari IUPHHHK-HA yang ada di Wilayah KPHP Model Berau

Barat, maka JPT dari masing-masing IUPHHK-HA yang akan melakukan penebangan/produksi

di Wilayah KPHP Model Berau Barat sampai dengan 10 Tahun (2015-2024) adalah sebagai

berikut :

Tabel II-39. Etat Luas, JPT dan Rencana Produksi IUPHHK-HA selama 10 tahun pada

Wilayah KPHP Model Berau Barat

No IUPHHK-HA Etat Luas JPT Rencana Produksi 10 tahun

Proyeksi

Pendapatan Negara

ha/Tahun M3/tahun Luas (Ha) Vol. (m3) (Rp/10 Th)

1. PT. Aditya Kirana Mandiri 1.158,00 24.726,54 12.959,00 181.175,64 54.774.476.000,00

2. PT. Amindo Wana Perkasa 1.186,00 42.559,00 13.160,00 445.520,00 88.486.605.000,00

3. PT. Karya Lestari 1.333,00 61.609,00 12.500,00 583.650,00 148.601.510.000,00

4. PT. Mardhika Insan Mulia 1.236,00 52.605,00 12.232,00 629.012,00 111.467.009.000,00

5. PT. Wana Bhakti Persada

Utama

1.301,77 69.613,13 12.732,00 838.798,40 300.987.740.000,00

6. PT. Inhutani I Labanan 3.742,90 151.623,60 36.600,00 1.443.106,90 528.737.518.770,00

7. PT. Sumalindo Lestari Jaya IV 1.364,33 59.706,13 13.334,00 476.380,00 -

Jumlah 11.322,00 462.442,40 113.517,00 4.597.642,94 1.233.054.858.770,00

Rata/Tahun 1.132,20 46.244,24 11.351,70 459.764,29 123.305.485.877,00

Sumber : RKU IUPHHK-HA

Dari data pada Tabel II-39 di atas, luas tebangan rataan per tahun IUPHHK-HA yang aktif

adalah seluas 11.322,00 Ha dengan rataan volume tebangan sebesar 462.442,40 M3 per

tahun. Sedangkan proyeksi luas tebangan selama 10 tahun adalah 462.422,40 ha dengan

volume sebesar 4.168.900,94 M3 dari volume tersebut diperkirakan mampu

Page 69: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-49

menyumbangkan pendapatan negara sebesar kurang lebih 123 milliar rupiah per tahun dari

PSDH dan DR serta PBB, selanjutnya akan distribusikan ke daerah sebagai dana perimbangan.

(berdasarkan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah

Pusat Dan Pemerintah Daerah).

2. Penggunaan Kawasan Hutan

Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Penggunaan Kawasan Hutan terdiri dari Kegiatan

Pertambangan, Menara Telekomunikasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Mikorohydro).

Akan tetapi yang dominan adalah Izin Usaha Pertambangan. Luas Izin Usaha Pertambagan

yang ada pada Wilayah KPHP Model Barat adalah 49.221,04 Ha. Secara rinci dapat dilihat

pada Tabel II-40 berikut :

Tabel II-40. Daftar Izin Pertambangan Dalam KPHP Model Berau Barat

No. Nama Perusahaan Sk Perizinan

Pertambangan

Luas dlm SK

(ha)

Luas dlm KPH

(ha)

1. PT. Berau Coal PKP2B 118.000,00 28.082,27

2. PT. Bara Jaya Perkasa SK Bupati No. 44 tahun 2009 1.368,00 1.360,41

3. PT. Berau Bara Abadi SK Bupati No. 319 tahun 2009 2.378,00 2.122,75

4. PT. Berau Prima Mulia SK Bupati No. 169 tahun 2008 4.004,00 1.103,46

5. PT. Berkat Buana Coal SK Bupati No. 256 tahun 2010 2.089,00 2.078,32

6. PT. Bumi Raya Interasia SK Bupati No. 43 tahun 2009 1.837,00 1.821,38

7. PT. Cahaya Sakti Abadi SK Bupati No. 665 tahun 2008 4.984,00 4.867,94

8. PT. Hamparan Anugrah

Abadi Blok I,II SK Bupati No. 650 tahun 2008 2.000,00 3.862,45

9. PT. Kaltim Jaya Bara SK Bupati No. 466 tahun 2009 5.000,00 303,20

10. PT. Pratama Sumber Bumi

Bara Blok Labanan SK Bupati No. 320 tahun 2009 4.000,00 3.618,85

Total 149.407,3 49.221,04

Sumber : Dinas Kehutanan 2011

Dari Tabel II-40 Tergambar bahwa hampir 50% dari izin usaha pertambangan adalah PKP2B

(izin pemerintah Pusat) sedangkan sisanya adalah Izin yang dikeluarkan oleh Bupati dalam

bentuk kuasa pertambangan (KP). Juga tergambar bahwa tidak semua izin usaha

pertambangan secara utuh masuk dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat. Hal ini

disebabkan izin pertambangan tidak semuanya berada dalam kawasan hutan.

Izin usaha pertambangan yang berada pada KPHP Model Berau Barat secara keseluruhan

berada dalam Kawasan hutan produksi dan overlap dengan IUPHHK-HA PT. Inhutani I

Labanan. Ini artinya dari luasan 499.221,04 Ha, yang bisa diberikan izin pinjam pakai adalah

10% dari luas efektif Produksi PT. Inhutani I Labanan (129.074 Ha) atau seluas 12.907 Ha.

Page 70: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-50

3. Kegiatan Lain-Lain

Selain kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu dan penggunaan kawasan Hutan, di Wilayah

KPHP Model Berau Barat juga dikembangkan berbagai program-program dalam rangka

pengelolaan hutan lestari melalui perbaikan tata kelola dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat, diantaranya adalah kegiatan yang terkait dengan pengurangan emisi dari

degradasi dan deforestasi (REDD).

a. Program Karbon Hutan Berau (PKHB)

Program Karbon Hutan Berau adalah suatu program kemitraan antara Pemerintah

Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur, Kementrian Kehutanan, berbagai lembaga

pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat serta lembaga donor, untuk bersama-

sama mengembangkan program percontohan pengurangan emisi karbon dari deforestasi

dan degradasi hutan dan peningkatan stok karbon melalui kegiatan: pengelolaan hutan

secara lestari, konservasi hutan, rehabilitasi hutan.

Visi PKHB adalah Terwujudnya Kabupaten Berau sebagai model pembangunan berbasis

pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang rendah emisi. sedangkan tujuan Strategis

dari PKHB adalah :

Peningkatan dan penyempurnaan perencanaan, terutama terkait dengan penataan ruang,

penatagunaan lahan, dan proses perizinan pemanfaatan ruang pada tingkat kabupaten.

Pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon sekitar 10 juta ton CO2 selama periode

lima tahun ke depan atau berkurang sedikitnya 10% dari BAU (Bussines As Usual),

khususnya dari sektor kehutanan dan perubahan lahan.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat bagi 5.000 orang masyarakat yang bertempat

tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

Perlindungan ekosistem yang bernilai tinggi, keanekaragaman hayati dan fungsi daerah

aliran sungai di sedikitnya pada 400.000 Ha daerah aliran Sungai Kelay dan Segah serta

pada habitat orang utan Kalimantan.

Peningkatan kapasitas lembaga publik dan para pemangku kepentingan, terutama dalam

aspek sumber daya manusia dan keberlanjutan pendanaannya.

Pembelajaran atas pelaksanaan tahap percontohan REDD+ berskala kabupaten, baik ke

level nasional maupun internasional.

PKHB akan menggunakan dua pendekatan. Pertama, Penguatan Kondisi Pemungkin akan

mencakup beberapa strategi yang meliputi: Penyempurnaan rencana tata ruang dan

pemanfaatan lahan; Perbaikan tata kelola sektor kehutanan; Pelibatan para pemangku

kepentingan; Peningkatan kesejahteraan masyarakat; Pengembangan mekanisme

pendanaan berkelanjutan dan pembagian manfaat yang adil; Berperan serta dalam

pengembangan sistem yang terukur, dapat dilaporkan, dan dapat diverifikasi bagi

perhitungan pengurangan emisi di tingkat nasional. Kedua Strategi Investasi Berbasis Tapak

Page 71: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-51

akan mencakup: Perbaikan tata kelola hutan produksi pada paling sedikit areal seluas

650.000 Ha dengan potensi pengurangan emisi sebesar 3 juta ton CO2 selama lima tahun ke

depan; Perbaikan tata kelola hutan lindung pada paling sedikit areal seluas 100.000 Ha dan

pengurangan emisi serta penambahan stok karbon dengan potensi sebesar 2 juta ton CO2

selama lima tahun ke depan; Perbaikan perencanaan tata guna lahan dan tata kelola

perkebunan kelapa sawit pada paling sedikit areal seluas 20.000 Ha dengan potensi

pengurangan emisi sebesar 7 juta ton CO2 selama lima tahun ke depan; Perbaikan

perencanaan tata guna lahan dan tata kelola kawasan mangrove.

Keterkaitan antara PKHB dan KPHP Model Berau Barat, sangat kuat, meskipun PKHB berbasis

Kabupaten, akan tetapi lokasi aktifitas program-program PHKB lebih banyak di lakukan di

wilayah KPHP Model Berau Barat terutama pada Sub DAS Segah dan Kelay. Dengan demikian

diharapkan antara PKHB dan KPHP Model Berau Barat dapat berintegrasi dalam

mengoptimalkan pengelolaan hutan secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

b. Forclime Program

Forclime (Forest and Climate change) program merupakan kerjasama antara Pemerintah

Indonesia dengan Pemerintah Republik Jerman untuk kegiatan Demonstration Activity

REDD. Forclime program bertujuan mengimplementasikan strategi untuk konservasi hutan

dan pengelolaan hutan yang lestari, yang akan menghasilkan pengurangan emisi dari sektor

kehutanan dan sektor terkait, serta memperbaiki taraf hidup masyarakat .

Kabupaten Berau Bersama dengan Kabupaten Malinau dan Kapuas Hulu, merupakan tiga

kabupaten yang akan menjadi lokus kegiatan Forclime program di Indoneisa. Secara spesifik

untuk Kabupaten Berau lokasi DA nya adalah PT. Sumalindo Lestari IV dan PT. Inhutani I

Labanan yang areal IUPHHK-HA yang berada pada wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

Secara garis besar Forclime program terdiri dari dua kerjasama yaitu Kerjasama Financial

(FC-Modul) dan Kerjasama Teknis (TC-Modul). Kerjasama Financial akan Mengembangkan

kegiatan percontohan (Demonstration Activities) implementasi REDD+ dengan pendekatan

Wilayah Kabupaten (Berau, Malinau dan Kapuas Hulu) sedangkan Kerjasama Teknis akan

mendukung Kementerian kehutanan dalam mengembangkan kebijakan, Strategi,

Kelembagaan kususnya yang terkait dengan Pembentukan KPH dan REDD serta

implementasi i isiatif Ja tu g Kali a ta Heart Of Borneo/HoB.

Program Forclime akan berdurasi 7 tahun, dengan sistim pendanaan On Budget On Treasury

(OBOnT) untuk kerjasama finansial, melalui Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan,

kemudian dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Berau melalui dana

Perbantuan. Sedangkan kerjasama teknis menggunakan sistim pendanaan Of Budget of

Treasury (OBOT), pelaksanaaannya oleh GIZ.

Page 72: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-52

Forclime program dan KPHP Model Berau Barat mempunyai visi dan misi program yang

sejalan dengan demikian diharapkan keberadaan program tersebut dapat berkontribusi

dalam mengoptimalkan peran KPH sebagai pengelola wilayah ditingkat tapak. Demikian

sebaliknya KPHP Model Berau Barat dapat memberikan dukungan terhadap keberhasilan

visi dan misi Forclime program.

F. KONDISI POSISI KPHL/KPHP DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN

PEMBANGUNAN DAERAH

1. Perspektif Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan UU No. 24/1992 jo UU No. 26/2007, Tata Ruang Wilayah merupakan upaya

atau kegiatan pengaturan ruang berdasarkan berbagai fungsi dan kepentingan tertentu,

dalam rangka menetapkan peluang dan batasan bagi kegiatan pembangunan. Dengan

demikian hasil Tata Ruang Wilayah (RTW) merupakan dasar dan panduan bagi perencanaan

pembangunan. Sehingga dapat diwujudkannya pemanfaatan sumberdaya dan distribusinya

secara efisien dan mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan

masyarakat dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan fisik bahkan dapat

ditingkatkan bagi pembangunan berkelanjutan.

Dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan instrumen akses para

pemangku kepentingan dalam pembangunan terhadap keberadaan dan pemanfaatan

sumberdaya yang tersedia melalui sistem yang transparan dalam pembangunan berbasis

SDA. Sehingga ketika RTRW tidak mampu mengarahkan dan mengontrol pemanfaatan

sumberdaya (lack of enforcement), akan terjadi suatu kondisi dimana interaksi aktor atau

jaringan (network), politik atau kepentingan, pelaksana kebijakan dan pelaku usaha lebih

dominan (web of power da e jadi ko trol terselubu g dala distribusi a faat sumberdaya hutan atau lahan. Oleh karenanya disamping sebagai panduan pembangunan,

RTRW sebagai hasil sebuah proses yang transparan yang mencerminkan keterwakilan

kepentingan para pihak pembangunan, RTRW sebagai produk sebuah proses dalam

pembangunan harus mampu menjadi dasar rule of the game dalam pembangunan dan

harus mampu menjadi instrumen pengontrol dan pengendalian alokasi dan pemanfaatan

SDA yang tersedia.

Dalam kaitannya dengan pembangunan dan pengembangan KPH, RTRW merupakan dasar

penetapan wilayah kelola KPHP/L di daerah, sebagai bentuk peran Pemerintah Daerah

(Pemprov-Pemkab) sebagaimana telah diperankan oleh Pemerintah Kabupaten Berau. Oleh

karenanya dalam perspektif Tata Ruang Wilayah, keberadaan KPHP Model Berau Barat

sebagai organisasi pengelolaan sumberdaya hutan ditingkat tapak yang dibangun

berdasarkan komitmen Pemerintah Daerah dan bersifat spesifik lokal, mempunyai posisi

strategis karena :

Page 73: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-53

• Keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan dapat mengoptimalisasikan

akses masyarakat terhadap hutan dan lahan sebagai bagian dari proses perencanaan Tata

Ruang Wilayah di daerah.

• Sebagai organisasi tingkat tapak, keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan

mampu mengenali secara detail potensi dan masalah-kendala dalam pengelolaan-

pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan di wilayahnya. Hal demikian akan merupakan

kondisi-prakondisi yang diperlukan dalam penyelenggaraan resolusi konflik. Dengan

demikian proses Tata Ruang Wilayah dapat dilaksanakan pada kondisi dan situasi yang

bersih dari konfik.

• Sebagai organisasi tingkat tapak, keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan

dapat membangun komunikasi rutin dan inten dengan masyarakat-para pihak setempat,

sehingga mampu menggali potensi sesuai kebutuhan lokal. Dengan demikian proses

RTRW dapat diselenggarakan berdasarkan aspirasi para pemangku kepentingan

(partisipatif).

• Keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan dapat berperan sebagai

jembatan komunikasi dan mediasi antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan lokal

(sebagai salah satu fungsi KPH). Dengan demikian keberadaan organisasi KPH dapat

berperan mendorong terselenggaranya proses RTRW yang lebih aspiratif-obyektif dan

rasional.

Dengan ditetapkannya KPHP Model Berau Barat sebagai model pembangunan dan

pengembangan KPH di Kabupaten Berau melalui peran-perannya di atas, sehingga dengan

beroperasinya KPHP Model tersebut diharapkan dapat berperan kedepan sebagai instrumen

dan bagian dari proses penyelenggaraan RTRW yang lebih transparan, aspiratif dan

partisipatif. Dengan demikian diharapkan hasil proses RTRW tersebut sebagai dokumen legal,

mendapatkan akseptabilitas dan aplikabilitas secara lebih luas. Lebih lanjut, produk RTRW

tersebut dapat dipergu aka sebagai dasar da pa dua dala pere a aa pembangunan daerah berbasis pemanfaatan SDA berkelanjutan di Kabupaten Berau ke

depan.

2. Perspektif Pembangunan Daerah

Sebagaimana halnya dengan daerah lain, dimana dalam era otonomi daerah (desentralisasi),

Kabupaten Berau yang memiliki sumberdaya alam yang potensial, baik yang dapat

diperbaharui dan yang tidak terbaharui, berdasarkan pelaksanaan pembangunan daerah

dengan pemanfaatan SDA yang tersedia. Dibanding dengan Kabupaten lain di Kalimantan

Timur, Kabupaten Berau memiliki sumberdaya hutan yang relatif masih utuh, yang terbebas

dari bencana alam berupa kebakaran hutan (forest fire). Dari luas 2.191.291 Ha daratan

wilayah pemerintahan Kabupaten Berau, sebagian besar (64%) atau seluas berupa kawasan

hutan.

Page 74: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-54

Dengan Visi pembangunan daerah ”Menjadikan Kabupaten Berau sebagai daerah unggulan

dibida g agribis is da tujua wisata a diri da riligius e uju asyarakat sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan kehutanan masih signifikan bagi pencapaian Visi

pembangunan tersebut. Untuk dapat mewujudkan pembangunan dan pengembangan

agribisnis dan tujuan wisata di Kabupaten Berau, yang membutuhkan sumberdaya lahan dan

sumberdaya hutan (yang kaya akan keanekaragaman hayati) memiliki peran dan diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan proporsional.

“u berdaya huta da sektor kehuta a de ga de ikia e pu yai pera a se tral dalam rangka mewujudkan Visi pembangunan daerah di atas. Disatu sisi Sektor Kehutanan

harus mampu mewujudkan Visi pembangunan kehutanan di daerah ini, yaitu Terwujudnya

Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sumber Daya Hutan Secara Efisien Dan

Lestari , disisi lai sektor kehuta a juga dihadapka de ga di a ika pembangunan

sektor berbasis laha ya g lai yaitu : sektor perkebunan dan pertambangan. Fenomena ini

tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau, tetapi terjadi hampir disemua kabupaten di

Kalimantan Timur. Sebagai konsekuensi dari semangat desentralisasi dan reformasi dalam

sistem pembangunan nasional dan daerah. Dengan kawasan Areal untuk Penggunaan Lain

(APL) seluas 527.870,77 Ha (24,09%) dari total kawasan hutan Kabupaten Berau,

dii dikasika tidak a pu e a pu g di a ika arah pe ba gu a daerah saat i i, terutama pembangunan yang berbasis lahan (land based development).

Berdasarkan Draf Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kaltim Usulan Perubahan Tahun

2009 beberapa wilayah KPHP Model Barat diusulkan perubahan fungsi menjadi Areal

penggunaan lain (APL) dan Hutan Produksi Konversi (HPK) dan Hutan Lindung (HL), usulan

perubahan tersebut antara lain untuk kepentingan pengembangan perkampungan dan

perkebunan serta kepentingan kelestarian lingkungan guna menunjang kepentingan

pembangunan daerah.

Tabel II-41. Perubahan Fungsi Kawasan dalam KPHP Model Berau Barat Berdasarkan

Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun 2009

No. Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Luas (Ha)

1. Hutan Produksi (HP) menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) 15.135,00

2. Hutan Produksi (HP) menjadi Hutan produksi Konversi (HPK) 4.205,00

3. Areal Penggunaan lain (APL) Menjadi Hutan Lindung (HL) 11.084,12

Jumlah 30.424,12

Sumber : Analisis Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun 2009

Berdasarkan Tabel II-41, tersebut tergambar bahwa Pemerintah Kabupaten Berau

berkomitmen untuk menjamin keseimbangan pembanguan antar sektor, perubahan fungsi

kawasan yang diusulkan dalam rangka mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan

kondisinya di lapangan.

Page 75: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-55

Berdasarkan akumulasi pengalaman dalam pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan

sumberdaya hutan selama lebih dari 4 dasawarsa, ternyata pengelolaan hutan ditingkat unit

manajemen-tingkat tapak masih belum mampu mewujudkan pengelolaan sumberdaya

hutan secara lestari. Hal tersebut terjadi karena tugas dan tanggungjawab Pemerintah pusat

dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan hutan di tingkat unit pengelolaan masih sangat

lemah, karena penjabaran tugas dan tanggungjawab pemerintahan lebih pada bidang

administrasi urusan pemerintahan daripada langsung mengelola sumberdaya hutan di

lapangan (DKN, 2009).

Dari uraian di atas, maka dalam perspektif pembangunan daerah, khususnya dalam

pembangunan kehutanan, pembangunan dan pengembangan KPHP Model Berau Barat

diharapkan dapat berperan sebagai salah satu be tuk dese tralisasi ya g yata riil da operasional di lapangan. Bentuk peran keberadaan KPHP Model Berau Barat tersebut antara

lain :

a. Fungsi pengelolaan hutan merupakan perangkat untuk membangun hutan lestari dengan

mendekatkannya kepada penyelenggara pemerintahan di daerah, oleh karena itu

implementasinya menggunakan falsafah desentralisasi penyelenggaraan pengelolaan

namun dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria atau syarat-syarat menuju suatu

pengelolaan hutan yang benar.

b. Sesuai amanat peraturan perundangan bahwa, kelembagaan/organisasi KPH merupakan

organisasi yang mempunyai tanggung jawab sangat besar, serta be ar-be ar menyelenggarakan pengelolaan yang sangat berbeda dengan penyelenggaraan

pe gurusa , oleh kare a itu apabila e ggunakan pendekatan desentralisasi maka

kelembagaan/organisasi KPH harus berdiri sendiri dan berada langsung dibawah tanggung

jawab pimpinan daerah (Gubernur atau Bupati).

c. Demikian pula dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan (misalnya Gerhan), serta

implementasi perizinan yang berupa Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat dan

Hutan Desa, terdapat permasalahan, karena tidak ada yang memelihara hasil tanaman

maupun lemah dalam mempersiapkan lokasi dan masyarakat pesertanya.

d. Pembangunan KPH, sebagai perangkat pengelola di tingkat tapak/lapangan

(melaksanakan inventarisasi dan tata hutan lokasi-lokasi bagi pengembangan ekonomi,

perlindungan dan konservasi kawasan, menyusun data dan informasi dasar,

pemberdayaan masyarakat sebagai pengelola SDH mandiri serta mediasi masalah-

masalah yang terkait kepastian hak atas tanah).

e. Pembentukan KPH tersebut diarahkan untuk meningkatkan intensitas pengelolaan

kawasan hutan negara.

f. Terkait dengan usaha komersial kehutanan, juga terdapat biaya transaksi tinggi, karena

dalam pelaksanaan perencanaan, penetapan jatah produksi, administrasi, dll. Belum

didasarkan pada informasi lapangan secara akurat. Oleh karena itu keberadaan KPH

sangat penting dalam upaya memecahkan masalah-masalah tersebut.

Page 76: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-56

G. INFRASTRUKTUR

Ketersediaan infrastruktur merupakan masukan penting dalam operasional pengelolaan

huta di lapa ga , hal i i berkaita de ga ti gkat aksesibilitas ti gkat keterja gkaua kawasan hutan). Selanjutnya tingkat aksesibilitas akan mempengaruhi intensitas

pengelolaan, utama ya fu gsi pe gawasa . Fu gsi i i ya g a ti ya aka e jadi fu gsi penting yang harus diperankan oleh Kepala KPHP Model dalam pengelolaan wilayah kelola

yang mempunyai luasan yang cukup luas, 786.021 Ha. Sementara sebagian besar dari

wilayah kelola tersebut sudah terdapat izin pemanfaatan-pengelolaannya dalam bentuk

IUPHHK-HA (11 unit) dan IUPHHK-HT (1 unit). Dalam Kontek KPHP Model Berau Barat

beberapa infrastrukur yang perlu mendapat perhatian adalah sarana jalan, sarana

transfortasi, kelistrikan dan sarana telekomukikasi, sebagai bagian yang tidak bisa

terpisahkan dengan kegiatan pengelolaan hutan yang akan dilakukan.

1. Sarana Jalan

Jalan merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting dalam pengelolaan hutan dan

pembinaan kepada masyarakat. Wilayah KPHP Model Berau dapat diakses dengan

menggunakan jalan provinsi (Berau-Samarinda) dan jalan kabupaten (Tanjung Redeb-

Kecamatan Segah), sedangkan akses menuju desa-desa dan unit-unit pengelola pada

umumnya diakses dengan menggunakan jalan-jalan Logging. Berdasarkan statusnya maka

jalan-jalan yang melintasi KPHP Model Berau Barat dapat dilihat pada Tabel II-42 berikut :

Tabel II-42. Status Jalan di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat

No Status Jalan Panjang

(Meter) Keterangan

1 Jalan Provinsi 1.107.971,49

2 Jalan Kabupaten 39.562,53

3 Jalan Kecamatan/Kampung 1.247.296,28

4 Jalan Logging 1.905.436,44 Tergantung Kegiatan logging

Jumlah 4.300.266,73

Sumber : Analisis data jalan spasial Bappeda (2005)

Kondisi jalan provinsi dan kabupaten relatif baik sebagian besar sudah di aspal, akan tetapi

hanya dapat mennjangkau beberapa desa dan ibukota Kecamatan Kelay dan Segah.

Selebihnya menggunakan jalan-jalan logging yang kondisinya tergantung pemeliharaan yang

dilakukan oleh Perusahaan IUPHHK-HA.

`

Page 77: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-57

Tabel II-43. Aksessibilitas Jalan Pada Masing-Masing Kampung

No. Nama Kampung Aksesibilitas jalan

1. Merasa, Muara Lesan, Lesan Dayak, Long Beliu, Merapun,

Sido Bangen.

Jalan Provinsi + Jalan kampung

2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long

Keluh, Long Duhung, Long Ayan, Long Laai, Long

Pay/Punan Mahakam, Long Oking/Punan Segah, Long

Ayap. Batu Rajang, Punan Malinau

Jalan Kabupaten + Jalan logging

3. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tepian Buah, Gunung Sari,

Harapan Jaya, Tumbit Dayak, Long Lanuk, Tumbit Melayu,

Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan Makarti

Jalan Kabupaten

Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat

Beberapa unit pengelola yang dapat diakses dengan jalan provinsi dan jalan kabupaten yaitu

IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Labanan, PT. Mardhika Insan Mulia,) dan IUPHHK-HT (PT.

Belantara Pusaka). Terkait dengan infrastruktur jalan yang ada diwilayah KPHP Model Berau

Barat, keberadaan KPH harus dapat menjadi mediator antara perusahaan dengan

masyarakat pengguna jalan untuk menjamin kelancaran dan kondisi kelayakan jalan.

2. Sarana Transportasi

Dengan kondisi jalan darat yang belum berkembang dengan baik sebagaimana dikemukakan

di atas, maka masyarakat juga masih menggunakan alat transportasi dengan menggunakan

sungai. Hal ini juga dalam faktanya masyarakat pedalaman juga sebagian besar bertempat

tinggal di tepi sungai, tanah pertanian juga sebagian besar berada di tepi sungai (tanah

alluvial).

Aksesibilitas yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat terdiri dari dua yaitu melalui

jalan darat dan sungai. Tidak semua kampung dan unit pengelola dapat diakses dengan jalan

darat akan tetapi harus dibantu dengan transportasi sungai seperti lesan Dayak, Long

Lancim, long Sului, Long Pelay, Long keluh, Long Laai, sedangkan unit pengelola adalah PT.

Aditya Kirana Mandiri dan PT. Amindo Wana Perkasa.

Belum ada Sarana transportasi umum yang reguler baik lewat darat mapun lewat sungai ke

lokasi kampung dan unit pengelola yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat, akan tetapi

kendaraan charter baik mobil ataupun perahu milik masyarakat setiap saat tersedia, dengan

harga bervariasi sesuai dengan jarak tempuhnya. Selain menggunakan charter, masyarakat

biasa ikut dengan kendaraan-kendaraan pemegang IUPHHK-HA/HT, sebagai bagian dari

kegiatan pembinaan masyarakat.

Page 78: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-58

3. Kelistrikan

Infrastruktur listrik relatif terbatas, PLN baru menjangkau beberapa kampung yang berada di

sekitar ibu kota kabupaten dan kecamatan tertentu saja. Pada umumnya kampung yang ada

di wilayah KPHP Model Berau Barat belum terjangkau dengan PLN. Beberapa kampung

menggunakan listrik dari mesin kampung, Listrik dari mesin pribadi, solar cell dan

pembangkit listrik tenaga Air (Mikrohydro), lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II-44

sebagai berikut :

Tabel II-44. Sumber Listrik Berdasarkan Kampung

No. Nama Kampung Sumber Listrik

1. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tumbit Dayak, Tumbit Melayu,

Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan Makarti

PLN

2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long

Keluh, Long Duhung, Long Ayan, Long Laai, Long Pay, Long

Oking, Long Ayap , Lesan Dayak, Merasa, Muara Lesan, Long

Gie, Sido Bangen

mesin kampung, mesin pribadi, solar

cell

3. Long Duhung, Long Boy mesin kampung, mesin pribadi, solar

cell dan Pembangkit Listrik Tenaga Air

(Mikrohydro)

4. Merapun, Batu Rajang, Tepian Buah, Gunung Sari, Harapan

Jaya, Punan Malinau, Long Lanuk,

mesin kampung, mesin pribadi, solar

cell

Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat

Berdasarkan Tabel II-44, tergambar bahwa pada umumnya kampung telah memiliki mesin

lampu kampung, akan tetapi tidak semua dapat dioperasikan karena kesulitan BBM.

Kampung-kampung yang dapat menggunakan lampung kampung secara rutin adalah

kampung-kampung yang mendapatkan subsidi dari IUPHHK-HA/HT yang ada diwilayahnya.

Sedangkan yang tidak sulit untuk dioperasikan terus menerus dan biasanya hanya pada

acara-acara tertentu.

Disisi lain, penggunaan jasa lingkungan tertama air untuk pembangkit tenaga listrik masih

sangat rendah yaitu hanya ada pada dua kampung yaitu Long Boy dan Long Duhung. Kondisi

ini merupakan peluang dan tantangan bagi KPHP Model Berau Barat dalam mengoptimalkan

jasa lingkungan dalam mengatasi permasalahan kelistrikan.

4. Sarana Telekomunikasi

Dengan wilayah yang relatif luas, membuat infrastruktur komunikasi menjadi penting dalam

rangka efektifitas dan efisiensi pengelolaan di Wilayah KPHP Model Berau Barat.

Telpon/handpone sebagai sebagai sarana komunikasi yang paling efektif dan efisien selama

ini belum dapat menjangkau semua wilayah kampung dan kelola KPHP Model Berau Barat,

sehingga beberapa kampung masih harus menggunakan peralatan lain telpon satelit (relatif

Page 79: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-59

mahal) dan radio komunikasi. Berdasarkan alat komunikasi yang dapat dipergunakan maka

beberapa kampung dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel II-45. Sarana Komunikasi Berdasarkan Kampung.

No. Nama Kampung Alat Komunikasi

1. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tumbit dayak, Long

Gie/long beliu, Sidobangen, Merasa, Muara Lesan, long

ayan, Long Pay/punan mahakam.

Handphone, internet, radio komunikasi

(HT)

2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long

Keluh/boy, Long Duhung, long Laai, Long Oking/punan

segah, Long Ayap, Lesan Dayak, Long Duhung

telpon satelit, radio komunikasi (HT)

3. Merapun, Batu Rajang, Tepian Buah, Gunung Sari,

Harapan Jaya, Punan Malinau, Long Lanuk, Tumbit

Melayu, Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan

Makarti

Handpon

Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat

Dari tabel II-45, diatas tergambar bahwa sebagian besar dari wilayah KPHP Model Berau

Barat belum terjangkau dengan handpone, meskipun di beberapa tempat sudah dibangun

menara-menara telekomunikasi selluler.

H. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN

1. Isu Strategis

Seiring dengan pelaksanaan pembangunan, pertambahan jumlah penduduk dan

meningkatnya kebutuhan ruang untuk melakukan aktivitas, sumber daya hutan juga

mengalami tekanan yang cukup besar, sehingga menjadi perhatian berbagai pihak baik dari

dalam maupun luar negeri.

a. Degradasi dan deforestasi yang terus meningkat

Degradasi dan deforestasi merupakan salah satu isu disektor kehutanan yang akhir-akhir ini

menjadi perhatian berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Degradasi dan

deforestasi selalu dikaitkan dengan kegiatan perambahan hutan, illegal logging, konversi

kawasan hutan untuk penggunaan di luar sektor kehutanan serta pengelolaan hutan yang

tidak menjaga keseimbangan lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengurusan yang

dilakukan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah saat ini masih banyak bersifat pelayanan

administrasi perizinan dan tanggungjawab pada pengelolaan di tingkat tapak sangat lemah.

Pengelolaan lebih banyak diserahkan kepada pihak ketiga selaku Pemegang Izin

Pemanfaatan Hutan sementara pengawasan dan pengendalian tidak dilakukan dengan baik.

Hasil kajian penutupan lahan dan analisis perubahan penutupan lahan di Kabupaten Berau

secara umum oleh Romote Sensing Solution (RSS) tahun 2011 dengan mengunakan data

menggunakan latsat-%TM dan Latsat 7 ETM+ tingkat kabupaten 1:100.000; RapidEye

Page 80: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-60

skala 1 : 25.000 dan survey lapangan serta udara disebutkan bahwa dalam kurun waktu

antara tahun 1990 hingga 2010, besarnya defostestasi yang terjadi di Berau yaitu sebesar

126.149 ha sedangkan yang terdegradasi sebesar 70.477 ha. Hal tersebut menyebabkan

hilangnya stok karbon sebesar 40,4 juta ton karbon. (Forclime, 2014). Secara garis besar

degradasi dan deforestasi terjadi karena konversi hutan untuk kegiatan non kehutanan

seperti kebun, tambang, pertanian dan perkampungan, selain itu degradasi dan deforestasi

juga terjadi karena perambahan, illegal logging, kebakaran serta pengelolaah hutan oleh

pemegang izin (IUPHHK-HA/HT) belum sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian.

b. Belum optimalnya keterlibatan masyarkat dalam pengelolaan Kawasan Hutan secara

langsung

Secara umum wilayah KPHP Model Berau Barat relatif lengang atau tidak mengalami

tekanan penduduk yang tinggi. Meskipun demikian pada wilayah-wilayah di sekitar

pemukiman dipertimbangkan penting untuk tetap mendapatkan perhatian, karena pada

umumnya segala aktivitas ekonomi penduduk terkonsentrasi pada daerah-daerah dekat

pemukiman. Begitu juga tekanan populasi tidak terlihat sebagai penyebab utama dari

kerentanan.

Berdasarkan survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau Secara

keseluruhan, rata-rata pendapatan rumah tangga di penduduk diwilayah sekitar KPHP Model

Berau Barat cukup tinggi, utamanya karena tingginya potensi pendapatan dari kegiatan non-

perladangan di kabupaten seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Begitu pula

tingkat kemiskinan relative rendah di wilayah KPH ini, dimana 20-30% rumah tangga

dia ggap sebagai keluarga iski . Na u , keba yaka desa di wilayah KPH i i dia ggap rentan kemiskinan akibat ketiadaan intervensi tertentu utamanya karena ketergantungan

mereka terhadap sumber daya alam dan keterisolasian geografis (Forclime, 2012)

Pada kenyataanya keterlibatan masyarakat yang ada di sekitar dan di dalam kawasan hutan

masih relatif rendah hal ini disebabkan pengelolaan hutan selama ini belum memberikan

akses kepada masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan hutan baik keterlibatan dalam

izin pemanfaatan yang sudah ada maupun pengelolaan secara langsung melalui skema-

skema berbasis masyarakat seperti: Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan

(HKM), Hutan Desa, serta belum optimalnya pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK),

pemanfaatan jasa lingkungan dan pengembangan wisata alam. Sampai saat ini di Kabupaten

Berau belum ada Kawasan hutan yang dialokasikan untuk skema-skema Pengelolaan hutan

bersama masyarakat.

c. Belum optimalnya pemantapan kawasan dan penyelesaian tenurial masyarakat

Fungsi kawasan hutan yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat serta di Kabupaten

Berau pada umumnya masih pada tahap penunjukan kawasan (berdasarkan SK Menteri

Kehutanan Nomor 79/KPTS-II/2001, 15 Maret 2001, tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan

Page 81: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-61

Perairan Kalimantan Timur), belum ada tata batas dan pengukuhan baik batas fungsi

maupun batas luar KPH. Dilapangan masih terdapat ketidakpastian status dan fungsi

kawasan Sehingga masih terdapat overlap/ketidak-cocokan antara fungsi kawasan dengan

izin pengelolaan pemanfaatan dan penggunaan kawasan seperti keberadaan perkampungan,

perkebunan dan pertanian, di dalam kawasan Hutan Produksi dan wilayah IUPHHK-HA, serta

tumpang tindih antara Izin Pemanfaatan (IUPHHK) dengan Izin Pertambangan.

d. Belum optimalnya Pemanfaatan Dana DBH untuk pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (RHL)

Berdasarkan tingkat prioritas RHL, luas Wilayah DAS yang Sangat prioritas adalah 103.094,69

ha atau 0, 61 %., Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam

kualifikasi rendah yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. ( Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa kondisi DAS Berau Masih realtif baik. Tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model

Berau Barat relative rendah sebagian besar masih berstatus potensial dan agak kritis (BPDAS

Mahakam Berau (2009)

Berdasarkan kondisi tersebut diatas kinerja DAS Berau masih relative baik, sehingga kegiatan

RHL belum prioritas. Yang menjadi permasalahan adalah Kabupaten Berau merupakan salah

satu daerah penghasil Dana Reboisasi dan PSDH yang cukup besar, sampai dengan tahun

2011, jumlah Dana Bagi Hasil (DBH) Kehutanan yang ada di rekening Pemerintah Kabupaten

Berau mencapai sekitar 240 Miliyar. Pemerintah daerah sangat kesulitan dalam

menggunakan dana tersebut dikarenakan data dan informasi lokasi yang tidak akurat

sehingga perencanaan RHL yang tidak dapat dilaksanakan, selain itu keadaan lokasi juga

dibatasi oleh keberadaan konsesi Izin Pemanfaatan dan penggunaan kawasan Hutan.

2. Kendala dan Permasalahan

Pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak permasalahan yang merupakan prasyarat-

prasyarat pengelolaan hutan secara lestari yang belum dapat diselesaikan baik oleh

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi (RTRWP) sampai saat ini belum disahkan.

b. Data dan informasi Biofisik dan sosial budaya serta Spatial (keruangan) terkait dengan

sumberdaya alam hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat masih belum lengkap dan

belum sinkron pada berbagai tingkat pemerintahan (pusat, provinsi dan kabupaten )

serta belum tersedianya protokol pertukaran dan sinkronisasi data di berbagai tingkatan

c. Kapasitas kelembagaan KPHP Model Berau Barat masih sangat terbatas baik kapasitas

(kualitas dan kuantitas) sumberdaya manusia SDM, prasarana dan sarana, pendanaan

maupun bentuk struktur organisasi yang masih sangat sederhana.

d. Tata hubungan kerja, secara umum pembagian peran diantara stakeholder tidak berjalan

pada tataran implementasi. Keterlibatan institusi non kehutanan dan para pihak sangat

Page 82: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab II. Deskripsi Kawasan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

II-62

terbatas. Komunikasi antar instansi juga sangat minim baik di tingkat kabupaten/kota

maupun tingkat provinsi.

e. Rendahnya kinerja pelaksanaan dan implementasi Pengelolaan hutan secara lestari

(PHL) dari Pemegang izin Pemanfaatan Hasil hutan (IUPHHK-HA/HT) karena

kurangnya Komitmen, Kapsiatas SDM, prasarana dan sarana IUPHHK serta pengawasan

dan pembinaan dari Pemerintah baik pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah.

f. Rendahnya Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan Sumberdaya alam hutan, baik

keterlibatan dalam izin pemanfaatan yang sudah ada maupun pengelolaan secara

langsung melalui skema-skema berbasis masyarakat seperti: Hutan Tanaman Rakyat

(HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa, serta belum optimalnya pemanfaatan

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), pemanfaatan jasa lingkungan dan pengembangan

wisata alam.

g. Tata hubungan kerja dan pembagian peran diantara stakeholder dalam melaksanakan

berbagai program dan kegiatan seperti kegiatan SKPD, IUPHHK-HA/HT, Lembaga Non

Pemerintah (LSM), serta Kegiatan masyarakat belum terintegrasi dengan baik.

Page 83: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

III-1

BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN

A. VISI

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa, Kabupaten Berau yang memiliki

sumberdaya alam yang potensial, baik yang dapat diperbaharui dan yang tidak terbaharui,

disisi lain juga dihadapkan dengan berbagai isu-isu strategis, kendala dan permasalahan

dalam pengelolaannya.

Dengan Visi Pembangunan Daerah ”Menjadikan Kabupaten Berau sebagai daerah

unggulan dibidang agribisnis dan tujuan wisata mandiri dan religius menuju masyarakat

sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan kehutanan masih signifikan bagi pencapaian Visi

pembangunan tersebut. Untuk dapat mewujudkan pembangunan dan pengembangan

agribisnis dan tujuan wisata di Kabupaten Berau, yang membutuhkan sumberdaya lahan dan

sumberdaya hutan (yang kaya akan keanekaragaman hayati) memiliki peran dan diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan proporsional.

“u berdaya huta da sektor kehuta a de ga de ikia e pu yai pera a se tral dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Daerah di atas. Disatu sisi sektor kehutanan

harus mampu mewujudkan Visi Pembangunan Kehutanan di daerah ini, yaitu Terwujudnya

Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sumber Daya Hutan Secara Efisien Dan

Lestari , disisi lai sektor kehuta a juga dihadapka de ga dinamika pembangunan sektor

berbasis lahan yang lainnnya, yaitu: sektor perkebunan dan pertambangan. Fenomena ini

tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau, tetapi terjadi hampir di semua kabupaten di

Kalimantan Timur. Sebagai konsekuensi dari semangat desentralisasi dan reformasi dalam

sistem pembangunan nasional dan daerah. Dengan kawasan Areal untuk Penggunaan Lain

(APL) seluas 527.870,77 Ha (24,09%) dari total kawasan hutan Kabupaten Berau,

dii dikasika tidak a pu e a pu g di a ika arah pe ba gu a daerah saat ini,

terutama pembangunan yang berbasis lahan (land based development).

KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah harus

dapat menterjemahkan dan mendukung kebijakan pembangunan daerah pada tingkat tapak

sehingga visi dan misi pembangunan daerah dan sektor kehutanan dapat terwujudkan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan visi pengelolaan KPHP Model Berau Barat

untuk jangka waktu 10 tahun (2015-2024) sebagai berikut :

”Menjadi Pengelola Hutan Lestari yang Profesional, Mandiri dan Mampu Berkontribusi

Untuk Pembangunan Daerah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat “

Visi tersebut diharapkan dapat merefleksikan beberapa cita-cita yang ingin dicapai di masa

depan khususnya dalam pembentukan KPHP Model yang pertama di Kabupaten Berau

tersebut, adapun makna diri visi tersebut adalah sebagai berikut :

Page 84: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

III-2

1. Pengelolaan kawasan hutan secara optimal, dimaksudkan sebagai upaya untuk

mendayagunakan sumberdaya hutan sesuai dengan fungsinya, baik hutan produksi

maupun hutan lindung sebagai modal pembangunan ekonomi daerah dan masyarakat

serta mengoptimalkan peran para pihak tertama masyarakat dalam pengelolaan kawasan

hutan.

2. Pengelolaan hutan lestari, dimaksudkan bahwa KPHP Model Berau Barat akan menjadi

pengelola ditingkat tapak harus dapat menjamin keseimbangan antara aspek ekonomi,

ekologi dan sosial.

3. Profesional , dimaksudkan bahwa kegiatan pengelolaan dilaksanakan sesuai dengan tugas

dan tanggungjawab, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta

pertimbangan dan kajian teknis secara ilmiah.

4. Mandiri, dimaksudkan bahwa pada akhirnya KPHP Model Berau Barat dapat melakukan

kegiatan pengelolaan secara sendiri tanpa ketergantungan SDM, Sarana Prasarana dan

Pendanaan dari pihak luar.

5. Berkontribusi pada Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan

bahwa pengelolaan kawasan hutan harus dapat meningkat pendapatan daerah

Kabupaten Berau melalui pengembangan investasi dan peningkatan ekonomi masyarakat

khususnya yang berada di sekitar dan di dalam kawasan hutan melalui optimalisasi

pengelolaan hutan serta kepastian akses dan hak kelola yang jelas.

B. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka perlu diwujudkan beberapa misi sebagai

berikut :

1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta batas wilayah KPHP Model Berau

Barat. Bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan

prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari.

2. Memantapkan data dan informasi biofisik, sosial dan spasial. Tujuannya sebagai dasar

dalam penyusunan perencanaan pengelolaan wilayah, monitoring dan evaluasi izin

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang ada pada wilayah KPHP Model

Berau Barat.

3. Memantapkan penyelenggaraan Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam.

Bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam dan

mengoptimalkan pelaksanaan konservasi sumberdaya alam.

4. Memantapkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan secara lestari (PHL) melalui

pembinaan pada pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

Tujuannya adalah menjamin penglelolaan hutan dapat dilakukan secara berkelanjutan

pada aspek produksi, lingkungan dan sosial.

Page 85: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

III-3

5. Memantapkan pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Bertujuan meningkatkan

kondisi, fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

6. Memantapkan peran dan partisipasi para pihak terutama masyarakat dalam pengelolaan

kawasan hutan. Tujuannya mengoptimalkan keterlibatan para pihak dalam pengelolaan

kawasan hutan secara sinerji dan terintegrasi.

7. Memantapkan kemandirian dalam pengelolaan hutan melalui pengembangan investasi

dan bisnis KPH. Tujuannya mengurangi ketergantungan pengelolaan hutan terhadap

pendanaan APBD dan APBN, sehingga bisa pengelolaan bisa berkelanjutan, serta

mengoptimalkan pendapat Negara dan Daerah serta masyarakat dalam pengelolaan

hutan.

8. Memantapkan kelembagaan KPHP Model Berau Barat, Bertujuan untuk peningkatan SDM,

sarana dan prasarana, pendanaan, standar operasional serta kejelasan tata hubungan

kerja baik secara vertikal maupun horizontal.

C. TuJuan Pengelolaan

Secara umum tujuan pengelolan KPHP Model Berau Berau telah tergambar dalam tujuan

dari masing –masing misi pengelolaan, secara spesifik tujuan pengelolaan KPHP Model Berau

Barat pada periode 2015-2024 adalah sebagai berikut :

1. Mendorong Kepastian Kawasan Hutan melalui Percepatan Pengukuhan Kawasan hutan

dan Menyelesaikan konflik-konflik tenurial antara masyarkat dengan pemagng izin

melalui pengembangan skema-skema kemitraan.

2. Mendorong dan membina Pemegang izin khusunya IUPHHK-HA/HT mendapatkan

sertifikasi PHPL dan FSC.

3. Meningkatkan Pendapatan masyarakat melalui Pengembangkan Skema-Skema Berbasis

masyarakat pada wilayah tanpa izin khusunya wilayah yang berbatasan langsung dengan

pemukiman.

4. Melaksanakan pengamanan dan perlindungan hutan melalui pemetaan wilayah Rawan

Kemanan Hutan, wilayah HCVF serta pengawasan dan monitoring berbasis masyarakat.

5. Pengembangan Investasi/Bisnis KPH melalui pemanfaatan Hasil Hutan kayu,

Pemanfaatan Limbah, Pngelolaan HHBK dan Jasling serta pengembangan Energi

Terbaharukan.

6. Mengembangkan program REDD+ berbasis KPH yang trintegrasi dengan Program Karbon

Hutan Berau (PKHB)

7. Memantapkan kelembagaan KPH melalui Pemantapan Data Base dan Rencana

Pengelolaa, pemenuhan SDM, Sarana dan Prasarana serta mendorong sistim keuangan

kelembagaan KPH melalui BLUD

Page 86: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-1

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

A. KONDISI YANG DIINGINKAN

Berdasarkan P.6/Menhut-II/2010, tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

Pengelolaan Hutan Pada KPHL dan KPHP, analisis dan proyeksi mencakup dua aspek penting

yaitu; a). analisis data dan informasi yang saat ini tersedia (baik data primer hasil dari

inventarisasi hutan dan penataan hutan, maupun data sekunder) dan b). proyeksi kondisi

wilayah KPH di masa yang akan datang.

Dengan dilaksanakan pengelolaan hutan dalam wilayah pengelolaan KPHP Model Berau

Barat oleh kelembagaan/organisasi yang telah dibentuk, diharapkan dapat dan mampu :

memperbaiki tata kelola hutan (forest governance), memperkecil laju degradasi hutan;

mempercepat rehabilitasi dan reforestasi, meningkatkan perlindungan dan pengamanan

hutan, meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan,

meningkatkan stabilitas supply hasil hutan dalam pemabangunan kehutanan.

Dengan telah ditetapkannya kawasan hutan seluas 786.021 Ha sebagai wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat dan organisasi pengelolanya, maka dengan lima fungsi pokok diharapkan

dapat diwujudkan Visi dan Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan dalam wilayah

tersebut. Sehingga diharapkan keberadaan KPH dapat memberikan kontribusi dalam

beberapa aspek pengelolaan hutan di tingkat tapak sebagai berikut :

1. Aspek Perencanaan Hutan, Ada data dan informasi yang akurat hasil dari inventarisasi

berkala sebagai acuan dalam tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan KPHP

Model Berau Barat.

2. Aspek Pengelolaan , semua wilayah KPHP Model Berau barat dilaksanakan secara lestari

efisien dan efektif sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian, baik yang ada pada izin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan maupun wilayah tertentu.

3. Aspek Pemanfaatan, Pemanfaatan Hasil Hutan baik dapat dimanfaatkan secara optimal

baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan yang

terintegarsi dengan izin pemanfaatan yang sudah ada.

4. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), Kegiatan RHL pada Wilayah KPHP Model Berau Barat

dapat dilaksanakan dengan baik dengan data dan informasi tingkat tapak yang akurat

dan kelembagaan yang berkesinambungan.

5. Perlindungan dan koservasi sumber daya alam, deteksi dini dan penanggulangan

berbagai gangguan terhadap SDH dapat dilakukan dengan lebih intensif.

6. Pengembangan Investasi, KPH dapat berperan sebagai pelaku investasi yang pada

akhirnya memberikan kontribusi terhadap pengehasilan negara secara berkelanjutan,

serta kemandirian bagi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan pengelolaan hutan.

Page 87: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-2

B. ANALISIS PROYEKSI KEDEPAN DAN INPUT KEGIATAN DAN PERAN SERTA KONTRIBUSI

KPHP MODEL BERAU BARAT

Pada kondisi yang spesifik dan variatif dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat,

kontribusi serta peran apa yang dapat dimainkan oleh KPH dalam merealisasikan-

mewujudkan Visi dan Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Dalam analisis peran

KPH u tuk ewujudka Visi da Misi tersebut dipergu aka pe dekata forward looki g approa h , ya g hasil ya disajika sebagai berikut:

1. Inventarisasi, Tata Hutan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan

Data dan informasi baik biogeofisik maupun data sosial budaya masyarakat yang ada di

sekitar hutan sangat penting dalam tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan KPHP

Model Berau Barat.

Kondisi faktual :

Pada KPHP Model Berau Barat terdapat wilayah tertentu, wilayah yang belum terdapat izin

pemanfaatannya yaitu pada kawasan hutan produksi seluas 35.724,20 ha dan Hutan lindung

seluas 250.672,22 ha. Data dan informasi pada areal tersebut relatif masih sangat terbatas

karena belum dilakukan inventarisasi secara menyeluruh dan terpadu.

Selanjutnya terdapat juga areal yang telah dibebani izin pemanfaatan yaitu 12 unit IUPHHK-

HA dan 2 unit IUPHHK-HT, areal-areal tersebut secara keseluruhan sudah dilakukan

Imventarisasi dan di tata oleh masing-masing pemegang izin. Permasalahannya adalah data

yang disajikan masih beriorentasi pada pemanfaatan kayu, data-data terkait HHBK dan jasa

lingkungan masih sangat terbatas sehingga masih perlu diinvetarisasi lebih lanjut.

Belum tersedianya data dan informasi yang cukup tentang kondisi dan potensi sumberdaya

hutan baik di hutan produksi dan hutan lindung tersebut yang meliputi data dan informasi :

HHK, HHBK dan jasa lingkungsn hutan, tidak dimungkinkan dapat disusunnya perencanaan

pengelolaan yang rasional dan komprehensif.

Prospek ke depan :

Dengan dapat disusunnya rencana pengelolaan yang rasional dan komprehensif wilayah

kelola, khususnya wilayah tertentu, berdasarkan data dan informasi yang komprehensif-

lengkap, akurat dan terbaharui, maka diharapkan kemandirian KPHP Model Berau Barat

dapat diwujudkan. Kemandirian dari aspek pendanaan dalam mengimplementasikan

rencana pengelolaan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh sebagaian besar KPH di

Indonesia.

Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Terdapat dua peran yang dapat dan harus dimainkan oleh KPH berkaitan dengan tersedianya

data dan informasi tentang sumberdaya hutan (yang obyektif dan komprehensif serta

terbaharui), yaitu : pertama, Merencanakan dan mendorong percepatan dilaksanakannya

Inventarisasi (yang benar dan komprehensif) pada kawasan tertentu dan kedua,

Page 88: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-3

Mengidentifikasi dan mengkoordinasikan data dan informasi yang telah di-inventarisir oleh

pemegang izin pemanfaatan (IHMB dan ITSP). Dari kedua peran tersebut dapatlah ke depan

dibangun dan dikembangkan Data Base dari sumberdaya hutan dalam wilayah kelola yang

terbarukan dari wilayah kelola sebagai dasar untuk melakukan revisi rencana pengelolaan

hutan yang telah disusun.

2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (PHHK)

Kondisi Aktual :

KPHP Model Berau Barat memeiliki luas Hutan Produksi yang cukup luas yaitu : HP seluas

103.139,49 ha dan HPT seluas 431.506, 00 ha serta HL seluas 251.375,51 ha yang sebagian

besar adalah LOA. Dari luasan hutan produksi (HP+HPT) tersebut, 95 % diantaranya telah

dikelola melaui izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT) yaitu oleh 12 Unit

IUPHHK-HA dan 2 Unit IUPHHK-HT. Sedangkan sisanya merupakan wilayah tertentu atau

wilayah tanpa izin yaitu seluas 35.724,20 ha.

Kondisi pengelolaan yang dilakukan oleh IUPHHK-HA/TH belum berjalan secara maksimal

baik dari aspek produksi, ekologi maupun sosial ekonomi masyarakat, dari 8 IUPHHK-HA

terdapat 4 Unit IUPHHK-HA belum dapat beroperasi secara lancar yaitu PT. Aquila Silva, PT.

Aditya Kirana Mandiri dan PT. Wahana Bhakti Abadi, dan PT. Amondo Wana Persada

sedangkan 1 unit IUPHHK-HT juga operasinya belum berjalan dengan baik.

Kinerja pengelolaan sumberdaya hutan sebagaimana disebutkan di atas dibuktikan dengan

sebagian besar IUPHHK-HA/HT belum memperoleh sertifikat PHL-VLK dengan predikat BAIK.

Kondisi demikian tidak boleh dan tidak bisa dibiarkan, karena mewujudkan pengelolaan

hutan secara lestari (PHL) merupakan kewajiban setiap pemegang izin pemanfaatan hutan.

Lebih lanjut kinerja pengelolaan hutan demikian akan berakibat merosotnya – menurunnya

peran sektor kehutanan dalam pembangunan (nasional dan daerah), terlebih dalam

kontribusinya dalam upaya penurunan emisi karbon dan meningkatkan stock karbon hutan

alam.

Prospek Kedepan :

Setelah pemekaran Provinsi KALTARA, Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah di

Kalimantan Timur yang memiliki kawasan hutan (alam) yang paling luas. Dengan demikian

Kabupaten Berau mempunyai posisi dan peran yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi dan khususnya di sektor kehutanan di Kalimantan Timur, termasuk dalam upaya

penurunan emisi karbon. Oleh karenanya terwujudnya pengelolaan multi fungsi sumberdaya

hutan secara lestari di Kabupaten Berau merupakan bagian penting dari keberadaan KPHP

Model Berau Barat.

Input Kegiatan dan Peran Serta Kontribusi KPH :

Untuk dapat mewujudkan pengelolaan secara lestari multi fungsi sumberdaya hutan di

Kabupaten Berau, keberadaan KPHP Model Berau Barat mempunyai peran yang sangat

Page 89: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-4

penting. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) serta pembinaan terhadap kinerja

setiap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT dalam penerapan 3 aspek pokok dari kaidah-prinsip

pengelolaan hutan secera lestari, yaitu : produksi-ekologi dan sodari KPHP Model Berau

Barat. MONEV tersebut dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga yang memiliki

kompetensi yang memadai, misalnya RAKI Fakultas Kehutanan UNMUL atau dengan The

Nature Conservancy (TNC).

3. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Jasa Lingkungan

Pemanfaatan SDH, khususnya hutan alam lembab tropis (Tropical Rain Forest = TRF) yang

telah berlangsung sejak tahun 1970an, pada dasarnya lebih difokuskan pada pemanfaatan

hasil hutan kayu (HHK). Fakta juga memberikan pelajaran bahwa sampai saat ini pun

pengelolaan SDH dalam skala besar de ga siste ko trak-ko sesi juga belu berhasil mewujudkan pengelolaan SDH secara lestari (Sustainable Forest Management = SFM). Disisi

lai su berdaya huta telah dike al sebagai su berdaya ala ya g e iliki ulti fu gsi-purpose . Oleh kare a ya telah dikembangkan paradigma baru dalam pembangunan

kehuta a ke depa , salah satu ya adalah perubaha dari timber based oriented e jadi resources based oriented . Belajar dari pengalaman pengelolaan SDH dan pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu (HHK) tersebut maka telah dirumuskan kembali paradigma pembangunan

kehutanan. Salah satu perubahan yang sedang dan akan dikembangkan adalah perubahan

dari timber based oriented e jadi resources based oriented

a. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Kondisi faktual :

Data dan informasi tentang potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dimiliki masih

sangat kurang baik secara kualiatas maupun kuantitasnya. Hal ini disebabkan karena dalam

kegiatan inventarisasi hutan yang dilaksanakan saat ini oleh para pemegang IUPHHK-HA

(baik IHMB maupun ITSP) masih berfokus pada hasil hutan kayu (HHK). Namun demikian

berdasarkan hasil pengamatan di masyarakat yang dilakukan oleh IUPHHK-HA yang ada di

wilayah KPHP Model Berau Barat, menunjukan bahwa pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

(HHBK) telah dilakukan oleh masyarakat sekitar-didalam kawasan hutn secara turun-

temurun. Berdasarkan pengalaman, terdapat beberapa jenis HHBK yang telah dimanfaatkan

oleh masyarakat, antara lain : rotan, bambu, damar, madu, buah tengkawang, getah gaharu,

buah-buahan (buah kapul, maritem, jenis-2 durian, dlsb) tanaman obat-obatan, sarang

semut, hewan buruan (babi, rusa, burung dll), sarang burung walet. Sampai saat ini belum

terdapat pemegang izin pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan hutan dalam wilayah kelola

KPHP Model Berau Barat. Hal demikian mengindikasikan bahwa pemanfaatan potensi

sumberdaya hutan belum intensif, sebagaimana diharapkan dalam perubahan paradigma

pembangunan kehutanan di atas (timber based menjadi resource based management).

Sehingga sumberdaya hutan belum dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan

Page 90: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-5

(ekonomi) secara nasional dan daerah secara maksimal. Tepatnya sumberdaya hutan dan

sektor kehutanan belum mampu berkontribusi secara maksimal dalam pendapatan negara

(PDB).

Prospek ke depan :

Dengan keberadaan KPHP Model Berau Barat sebagai institusi yang dibangun dengan

tupoksi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan di tingkat tapak. Pembinaan dan

pengawasan terhadap kinerja pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-HA/HT) oleh pemebang

izin, merupakan salah satu tupoksi dari KPHP Model Berau Barat, dengan demikian upaya

untuk mendorong – memfasilitasi dan bahkan bekerja sama (kolaborasi) dengan pemegang

izin untuk memanfaatkan HHBK dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah kelola KPHP

Model tersebut. Hal demkian merupakan salah satu upaya dan peran KPHP Model Berau

Barat untuk memaksimalkan pemanfaatan multi potensi sumberdaya hutan di wilayah

kelola wilayahnya.

Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Untuk dapat mewujudkan upaya pemanfaatan multi potensi sumberdaya hutan ke depan,

utamanya HHBK perlu didasarkan pada data dan informasi yang berkualitas. Oleh karenanya

peran yang dapat dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat adalah mendorong dan

bahkan mengharuskan dimasukannya keberadaan dan potensi dari HHBK dan jasa

lingkungan hutan sebagai bagian dari tujuan kegiatan inventarisasi hutan yang dilaksanakan

oleh setiap pemegang izin (IUPHHK-HA/HT). Termasuk pengamatan tentang kondisi

pemanfaatannya oleh masyarakat. Dengan demikian KPH dapat memetakan keberadaan dan

potensi HHBK dan jasa lingkungan hutan di wilayahnya, sehingga dapat disusun strategi dan

pola pemanfaatanya ke depan.

b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan di KPHP Model Berau Barat cukup besar, akan tetapi

belum ada data dan informasi yang lengkap dan akurat, beberapa potensi jasa lingkungan

yang dapat dikembangkan antara lain :

1) Pemanfaatan Potensi jasa Lingkungan untuk Wisata Alam

Wisata alam merupakan potensi jasa lingkungan hutan yang ke depan mempunyai nilai

ekonomi yang perlu dikembangkan. Dengan demikian pendataan terhadap potensi jasa

lingkungan ini dan sebaran spasialnya perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan

inventarisasi hutan. Namun demikian sampai saat ini belum banyak mendapatkan perhatian.

Fungsi estetika dari sumberdaya hutan merupakan salah satu potensi ekowisata yang perlu

di-identifikasi dan di-inventarisir dalam pelaksanaan inventarisasi hutan ke depan.

Kondisi faktual :

Pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, data dan informasi tentang potensi wisata

alam belum banyak terungkap, akan tetapi berdasarkan Studi kelayakan pengembangan

Page 91: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-6

Wisata pada Kawasan hutan Lindung Sungai Lesan yang juga termasuk wilayah KPHP Model

Berau Barat yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Lembaga

Bina Swadaya (2013), cukup memberikan gambaran bahwa potensi pengembangan wisata di

kawasan KPHP Model Berau Barat cukup tinggi. potensi wisata alam yang dapat

dikembangkan adalah : Kondisi hutan Dipterocarpaceae yang relatif sehat dan baik

kondisinya, baik berupa hutan primer maupun sekunder, menyimpan kekayaan pohon-

pohon berbagai jenis dengan diameter yang besar (> 1 m) merupakan salah satu

pemandangan yang mulai langka; Wisata sungai dengan pemandangan alam asri dan indah

dengan berbagai jenis primata seperti bekantan, monyet dan lutung serta berbagai jenis

burung; Disekitar kawasan terdapat wisata petualangan menyelusuri sungai, memasuki goa-

goa pegunungan karst, gua-gua burung walet, air telaga dari gua dan air terjun.

Selain kondisi alam, pengembangan wisata akam juga akan didukung oleh potensi budaya

masyarakat yang ada di sekitar Kawasan hutan seperti budaya tari-tarian, kerajinan tangan

serta budaya kehidupan sehari-hari.

Diwilayah KPHP Model Berau Barat, juga terdapat KHDTK yang sekarang dikembangkan

untuk penelitian dan pengembangan yang juga berpotensi dikembangkan wisata pendidikan

yang diintegrasikan dengan potensi-potensi yang lain.

Prospek ke depan :

Tersedianya data tentang potensi ekowisata dalam pengelolaan hutan alam produksi dan

pengembangan industri wisata dengan bersinergi dengan dinas terkait dan investor.

Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Dalam rangka pengembangan wisata di Wilayah KPHP Model Berau Barat, masih diperlukan

informasi dan data yang cukup banyak meliputi keberadaan potensi, aksesibilitas,

imfrastruktur, sarana dan prasarana yang ada. Serta diperlukan integrasi dengan potensi-

potensi wisata yang sudah berkembang seperti yang berada dikepulauan Derawan dan

Maratua sebagi bagian paket bersama.

2) Pemanfaatan Potensi Jasa Lingkungan Air

Keberadaan Hutan Lindung (HL) yang terletak dalam 2 Sub-DAS besar di wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat (Sub-DAS Kelay dan Segah) juga menyimpan potensi jasa lingkungan

berupa konservasi terhadap tanah dan air (KTNA). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan

penyediaan sumber air bersih bagi masyarakat di wilayah Sub-DAS tersebut.

Kondisi Faktual :

Pada beberapa tempat di wilayah KPHP Model Berau Barat, potensi air terjun dimanfaatkan

untuk tenaga mikrohidro yang menghasilkan listrik untuk penerangan dan pemanfaatan lain

seperti di Kampung Long Keluh. Desa Long Keluh yang berpenduduk 50 Kepala Keluarga

memanfaatkan salah satu aliran sungainya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

Page 92: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-7

(PLTMH), yang saat ini sudah dapat dinikmati. PLTMH di Kampung Long Keluh, Kecamatan

Kelay, memiliki kapasitas tenaga 24 ribu Watt, saat ini sudah beroperasi. Kapasitas PLTMH

Long Keluh itu dialirkan ke-50 rumah penduduk, sekolah dan gereja. Satu rumah

mendapatkan daya sebesar 2 Ampere atau 450 Watt. Dengan daya sebesar itu, warga disana

mampu menghidupkan televisi dan kulkas berdaya listrik kecil.

Prospek ke Depan :

Pemanfaatan jasa lingkungan air sebagai sumber air bersih dan tenaga pembangkit listrik

(PLTMH) untuk kepentingan masyarakat. Selain untuk penetingan masyarakat disekitar

hutan potensi air juga dapat untuk pengembangan air bersih dan tenaga listrik skala bisnis

(prospek jangka panjang)

Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Perlu ada inventarisasi potensi jasa lingkungan air yang akurat baik kuantitas maupun

kualitasnya serta pengembangan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan potensi air untuk

pengembangan Tenaga Pembangkit Listrik dan pengelolaan air bersih.

3) Pemanfaatan Potensi Jasa Lingkungan Karbon Hutan

Kabupaten Berau merupakan salah satu Kabupaten yang secara konsisten pengembangkan

program Karbon dalam rangka REDD+. Keberadaan KPHP Model Berau merupakan bagian

yang tidak dapat terpisahkan dengan Program Karbon Hutan Berau yang diinisisi oleh

Pemerintah Kabupaten Berau dengan berbagai pihak, sebagai pelaksana ditingkat tapak.

Kondisi faktual :

Sejak tahun 2009, Kabupaten Berau Merupakan salah satu daerah uji coba (demonstration

area=DA) Progaram Forclime yang merupakan kerjasama antara Indonesia dengan Jerman

melalui Kementerian Kehutanan, lokasi Kegiatannya pada PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan

PT. Inhutani I Labanan yang merupakan wilayah KPHP Model Berau Barat.

Berdasarkan hasil pengukuran stok karbon yang dilakukan oleh GIZ Forclime (2014) Jumlah

stok karbon di wilayah KPH sebesar kira-kira 106 Mt (= 106 juta ton) karbon pada tahun 1990,

kemudian menurun 7 % sampai dengan tahun 2010 menjadi kira-kira 98 Mt C. Error!

Reference source not found. memberikan gambaran tentang stok karbon pada 4 periode

waktu 1990, 2000, 2005, dan 2010. Sedangkan Emisi pada periode 10 tahun dari 1990-2000

emisi lebih rendah secara signifikan (11,46 Mt CO2) dibandingkan dengan periode 10 tahun

2000-2010 (15,77 Mt CO2). Secara keseluruhan pada periode 1990-2010 besar emisi di

wilayah KPHP Model Berau Barat sekitar 27.24 Mt CO2 sekitar 1,36 Mt CO2 per tahun.

Sejak tahun 2009, Kabupaten Berau Merupakan salah satu daerah uji coba (demonstration

area=DA) REDD+ melalui Progaram Forest climate Change (Forclime) yang merupakan

kerjasama antara Indonesia dengan Jerman melalui Kementerian Kehutanan, lokasi

Page 93: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-8

Kegiatannya pada PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan PT. Inhutani I Labanan yang merupakan

wilayah KPHP Model Berau Barat.

Prospek ke depan :

KPHP Model Berau merupakan institusi sebagai proponen utama dalam pengembangan

program REDD+ dan masuk dalam skema pasar perdagangan karbon, serta da a ko pe sasi karbo .

Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Perlu dilakukan perbaikan data base, analisis Driver REDD+, menyusun rencana kegiatan

penurunan deradasi dan deforestasi, peningkatan kapasitas para pihak serta membangun

MRV REDD+ pada skala KPH

4. Perlindungan dan Konservasi Alam

Perlindungan dan konservasi alam merupakan bagian penting dalam pengelolaan multifungsi

sumberdaya hutan, termasuk hutan produksi (HP) dan terlebih hutan lindung (HL). Hal ini

dapat dicermati dalam prosedur dan mekanisme penilaian (evaluasi) kinerja pemegang izin

pemanfaatan hutan (HHK), terdapat kriteria i dikator te ta g perli du ga da ko ser asi dala areal kerja ya.

Kondisi Aktual :

Data dan informasi terkait kawasan-kawasan lindung yang ada pada Wilayah KPHP Model

Berau Barat belum memadai. Melalui data RKU IUPHHK-HA/HT sudah dipetakan kawasan-

kawasan lindung yang ada di Wilayah izin pengelolaan, akan tetapi kawasan-kawasan

penting bagi kepentingan masyarakat yang ada disekitar hutan belum terpetakan. Demikian

juga kawasan-kawasan rawan keamanan hutan baik dari perambahan , illegal logging

maupun dari kebakaran hutan belum juga dipetakan dengan baik.

Masih terjadi perambahan pada Kawasan hutan untuk kegiatan-kegiatan diluar sektor

kehutanan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam dan di sekitar areal kerja. Berdasarkan

hasil analisis terhadap Wilayah pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat pada

Kawasan Hutan khususnya pada Areal konsesi PT. Inhutani I Labanan yang berada pada

KPHP Model Berau Barat, maka sampai dengan tahun 2013 luas areal yang dibuka oleh

masyarakat sekitar 20.000 ha kondisi ini jika tidak ditindak lanjuti tentunya akan terus

berlangsung.

Belum ada pengelolaan secara maksimal terhadap Kawasan-kawasan lindung yang ada pada

KPHP Model Berau Barat, baik hutan lindung maupun kawasan-kawasan lindung yang ada

pada izin Pemanfaatan Hasil hutan kayu (IUPHHK-HA/HT) berupa Areal Pelestarian Plasma

Nutfah (APPN) juga kawasan lindung (sempadan sungai dan kelerengan > 40%). Dalam

sejarah pengelolaah kawasan lindung, kawasan yang pernah dikelola adalah Kawasan

Lindung Sungai Lesan yang luas sekitar 10.000 ha, melalui kerjasama antara pemerintah

Page 94: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-9

Kabupaten, LSM dan Masyarakat Setempat melalui Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai

Lesan (BP-Lesan).

Kondisi pengelolaan kawasan lindung dan konservasi sebagaimana dikemukakan di atas,

akan berpengaruh terhadap upaya untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan

secara lestari, khususnya bagi pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-HA/HT). Selanjutnya

dala ko ser asi juga terdapat ke u gki ga dilaksa aka pe a faata se ara terbatas, dengan tetap berpedoman pada prinsip kelestarian (lestari produksi-ekonomi).

Prospek Kedepan :

Seperti halnya dengan HHBK dan jasa lingkungan hutan, keberadaan kawasan yang telah

ditetapkan sebagai kawasan perlindungan dan konservasi (didalam dan diluar areal kerja

pemegang izin), keberdaannya belum mendapat perhatian secara proporsional dan

komprehanesif. Sementara dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan multi

fungsi sumberdaya hutan secara lestari, maka pemanfaatan-pengelolaan kawasan lindung

da ko ser asi dapat juga e berika ko tribusi terhadap pe ba gu a eko o i lokal .

Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Dalam kaitannya dengan perlindungan – konservasi hutan, sebagaimana dikemukakan di

atas, maka sudah barang tentu perlu dilaksanakannya inventarisasi terhadap potensi

kawasan lindung dan kawasan konservasi. Oleh karenanya KPH memiliki peran untuk

mendorong dapat dikaksanakannya kegiatan tersebut, sebagai bagian dari tupoksi

pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang izin pemanfaatan. KPH selanjutnya dapat

berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pengelolaan potensi kawasan lindung dan

konservasi berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh melalui kegiatan

inventarisasi di atas.

5. Pengelolaan Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu merupakan wilayah yang ada pada dalam wilayah kelola KPH yang belum

ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan baik pada hutan lindung maupun

hutan produksi.

Kondisi Aktual :

Berdasarkan analisis yang dilakukan luas wilayah tanpa izin yang ada di KPHP Model Berau

Barat adalah seluas 288.937,26 ha , terdiri dari Hutan Lindung seluas 240.666,22 ha dan

hutan Produksi (HP/HPT) seluas 48.162,82 ha. De ga belu ada ya pe gelola kawasa tertentu ini, oleh karenanya belum tersedia data dan informasi yang cukup memadai

tentang kondisi Biogeo-fisik dan sosial budaya yang ada pada wilayah tersebut. Selanjutnya

setelah dilakukan pembagian blok maka wilayah tertentu atau yang akan dikelola oleh KPHP

Model Berau Barat adalah seluas 110.790,35 ha . Dengan tidak adanya pengelola, maka

kawasa huta i i erupaka areal ya g ope a ess , ya g berdasarka pe gala a ya g

Page 95: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-10

ada akan menjadi areal hutan yang rusak dan tidak produktif oleh kegiatan perambahan dan

pembalakan illegal.

Prospek Kedepan :

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, pada kawasan yang belum terdapat izin

pemanfaatanya, KPH berperan sebagai pengelolanya. Diharapkan ke depan kawasan-

kawasa huta ya g tidak bertua dalam wilayah kelola KPHP Model dapat dikelola

secara profesional dan lestari dengan pendekatan kolaborasi dan kemitraan dengan

berbagai pihak terutama masyarakat. Sebagaimana disampaikan bahwa dalam wilayah

kelola KPHP Model Berau Barat terdapat beberapa pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-

HA). Dengan demikian pengembangan pola pengelolaan secara kolaboratif dengan

memperan sertakan masyarakat merupakan pilihan yang perlu mendapat pertimbangan ke

depan. Dengan demikian diharapkan KPHP Model Berau Barat dapat menjadi salah satu

KPHP Model yang mampu mandiri di Kalimantan Timur.

Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Sehubungan dengan belum tersedianya data dan informasi yang memadai dari kawasan

tertentu dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, maka perlu secara khusus dilakukan

inventarisasi terhadap kondisi biogeo-fisik dan sosial budayanya. Sehingga dengan

tersedianya data dan informasi tersebut,maka dapat disusun rencana pengelolaannya

berdasarka ore busi ess ya g telah ditetapka . “eda g odel pe gelolaa ya kemungkinan dapat dikembangkan model Pengelolaan SDH berbasis masyarakat

(Community Based Forest Management). Dalam hal ini peran KPH, adalah menginisiasi dan

mengidentifikasi serta melakukan inventarisasi kondisi faktual kawasan hutan, menyusun

rencana pengelolaan dan rencana bisnis (business plan) masing-masing sub-wilayah tertentu

(blok atau zona) berdasarkan hasil inventarisasi.

6. Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu

Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya

dalam mendukung sistim penyanggah kehidupan tetap terjaga.

Kondisi Aktual :

Wilayah KPHP Model Berau barat termasuk dalam DAS Berau, berdasarkan tingkat prioritas

RHL, luas Wilayah DAS Berau yang Sangat prioritas adalah 103.094,69 ha atau 0, 61 %.,

Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam kualifikasi rendah

yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. ( Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kondisi DAS

Berau Masih realtif baik. (BPDAS Mahakam Berau (2009)

Tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model Berau Barat relative rendah sebagian besar masih

berstatus potensial (50%) dan agak kritis (47%). Dan jika dilihat dari, sebagian besar lahan-

Page 96: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-11

lahan tersebut berada pada wilayah izin, sebagaimana dalam Tabel V-10. Kondisi Tingkat

Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat

Berdasarkan analisis spasial Wilayah tertentu pada KPHP Model Berau Barat diperoleh

luasan areal Lahan Kritis yang potensiil untuk dilaksanakannya kegiatan penanaman seluas

2.320,67 ha sebagaimana Tabel V-11.Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan

dilaksanakan pada Wilayah Tertentu.

Prospek Kedepan :

Dengan dapat dilaksanakannya kegiatan RHL pada lahan-lahan kritis tersebut diharapkan

luas tutupan lahan kawasan tertentu akan meningkat. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi

upaya u tuk e yehatka -meningkatkan kondisi-kualitas DAS-“ub DA“ , tetapi juga aka bermanfaat bagi upaya untuk menurunkan emisi karbon sebagai program penting dan

strategis di Kalimantan Timur dan khususnya Kabupaten Berau yang telah ditetapkan

kabupate hijau gree distri t . “ela jut ya berbagai kegiata eko o i dapat dikembangkan melalui peran serta masyarakat disekitar dan didalam kawasan tertentu

tersebut.

Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Karena kawasan tertentu belum terdapat izin pemanfaatannya, maka KPHP Model Berau

Barat harus e ga bil pera sebagai pelaku-i isiator uta a dala pe gelolaa tersebut. Disisi lain, KPH juga memiliki tupoksi untuk menterjemahkan kebijakan pembangunan

nasional dan daerah, maka melibatkan dan memperan sertakan masyarakat sekitar dan di

dalam kawasan hutan dalam pengelolaan kawasan tertentu tersebut menjadi tugas KPH.

7. Pemberdayaan Masyarakat.

Secara administrasi Wilayah KPHP Model Berau Barat masuk dalam 4 Kecamatan yaitu

Kecamatan Kelay, Segah, Sambaliung dan Teluk Bayur dan terdiri 29 Kampung. Dari 29

Kapung tersebut setidaknya ada 10 Kampung yang pemukimannya berada di Wilayah KPHP

Model Berau Barat.

Kondisi Aktual :

Berdasarkan data statistik (2013) diperoleh informasi secara umum dari aspek sosial

sebagian besar (73%) masyarakat berpendidikan rendah (SD), sedangkan dari aspek ekonomi

sebagian memiliki sumber mata pencaharian sebagai petani (sebagian besar petani lahan

kering-ladang). Keberadaan hutan masih merupakan bagian dari hidup dan kehidupan

masyarakat diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat.

Beberapa bentuk ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan antara lain :

Pertama, Ketergantungan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan

dan papan; Pangan seperti ikan, binatang buruan, buah, sayur; Papan/sandang seperti kayu,

Page 97: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-12

rotan. Pemanfaatan sumber daya alam sungai merupakan sumber pemenuhan kebutuhan

pangan sehari-hari yang penting, teristimewa bagi kampung-kampung di bagian hulu. Kedua,

Ketergantungan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai) Bentuk Pemanfaatan untuk

memperoleh pendapatan (uang tunai); gaharu, sarang burung walet, emas, madu.

Pemanfaatan SDA sungai dan hutan untuk memperoleh pendapatan/uang tunai untuk

pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah DAS Kelay dan Segah masih sangat

tinggi dan menjadi pilihan utama. Ketiga, Ketergantungan terhadap fungsi Lahan dan sungai

untuk sarana dan prasarana seperti sungai sebagai sarana transportasi; lahan untuk

pemukiman, pertanian/perkebunan dan hutan sebagai daerah tangkapan air. Sedangkan

fungsi hutan sebagai daerah tangkapan air telah dimanfaatkan oleh masyarakat kampung

Long Sului dan Long Keluh (dalam perencanaan) dimana digunakan sebagai sumber air dan

mikrohidro. Dengan demikian keberadaan multi fungsi sumberdaya hutan (HP dan HL),

memiliki posisi dan peran yang strategis bagi hidup dan kehidupan masyarakat didalam dan

disekitar kawasan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat. Kerusakan dan

merosotnya kualitas sumberdaya hutan akan memiliki dampak yang serius bagi hidup dan

kebidupan masyarakat ke depan.

Prospek Kedepan :

Diharapkan dengan keberadaan KPHP Model Berau Barat mampu mentransformasikan

kebijakan pembangunan kehutanan (utamanya kebijakan tingkat daerah) bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan berbasis SDH dan lahan, melalui skema-

skema kemitraan dan perhutanan sosial.

Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Dengan posisi, peran dan kontribusi keberadaan hutan yang masih memiliki prospek

kedepa , aka perlu ada ya kebijaka ya g e proteksi keberadaa “DH. Ada ya ke e deru ga dari pe ba gu a berbasis laha ya g e desak keberadaa “DH di wilayah pedesaan. Peran KPH adalah melakukan inventarisasi kondisi faktual kawasan dan

SDH di wilayah kelola KPHP Model yang berbatasan dengan masyarakat pedesaan. Pada

saat yang sama menginventarisasi izin-izin pembangunan berbasis lahan yang ada. KPHP

Model harus berperan sebagai fasilitator dan mediator permasalahan SDH dan lahan.

8. Pengembangan Investasi dan Bisnis KPH

Kondisi Aktual :

Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat memiliki potensi sumber daya alam yang cukup

besar untuk pengembangan investasi dan bisnis KPH. Berdasarkan tata hutan dan

identifikasi potensi sumber daya hutan yang ada di KPHP Model Berau Barat, maka ada

beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk investasi dan bisnis KPHP Model Berau

Barat, Potensi Wilayah tertentu pada hutan produksi seluas 35.724,20 ha dan Hutan lindung

seluas 250.672,22 ha yang dapat di kembangkan untuk Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, HHBK

dan Jasa Lingkungan (Air, Karbon dan Wisata alam). Selain wilayah tertentu pada wilayah

KPHP Model Berau Barat sudah ada IUPHHK-HA sebanyak 12 Unit dan IUPHHK-HT sebanyak

Page 98: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-13

2 Unit, yang berpotensi sebagai mitra pengembangan investasi/bisnis. Dengan demikian

keberadaan dan upaya pelestarian keberadaan sumberdaya hutan dalam wilayah kelola

KPHP Model Berau Barat memiliki arti dan peran penting dalam memberikan kontribusi

dalam pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kehutanan nasional pada

umumnya.

Prospek Kedepan :

Diharapkan dengan keberadaan potensi dari multi fungsi sumberdaya hutan yang terdapat

dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dapat memberikan kontribusi bagi

pembangunan daerah khususnya, melalui peningkatan kinerja investasi yang telah ada (izin

pemanfaatan – IUPHHK-HA/HT) dan pengembangan bisnis pada kawasan hutan tertentu.

Pengembangan bisnis KPHP Model Berau Barat dapat dibagi kedalam beberapa klasifikasi

yaitu Pemanfaatan dan Pengelolaan Hasil Hutan Kayu termasik pengelolaan limbah kayu,

pengembangan HHBK pada skala industri dan biofarma untuk obat-obatan, penyediaan

benih dan bibit kayu dengan persemaian permanen serta pemanfaatan jasa lingkungan

melalui pengembangan wisata profesional dan perdagangan karbon.

Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :

Untuk dapat mewujudkan pengelolaan multifungsi hutan secara lestari, keberadaan KPHP

Model Berau Barat harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator serta mediator

terhadap para pihak terkait, baik pemerintah – masyarakat dan pelaku bisnis (perkayuan).

Pada saat yang bersamaan KPHP Model Berau Barat dapat berpera sebagai pelaku bis is –

wirausahawa khusus ya dala pe gelolaan kawasan hutan tertentu. Dalam rangka

implementasi pengembangan investasi bisnis maka perlu dilakukan kegiatan beberapa hal

yaitu Melakukan Feasibility Study (FS) dan menyusun Rencana Bisnis masing-masing potensi,

Penyiapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi &SDM) Penyiapan sarana dan Prasarana.

C. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM PENGELOLAAN KPHP

Dalam rangka menganalisis berbagai permasalahan dan kendala serta potensi terkait kondisi

KPHP Model Berau Barat dalam mencapai visi dan misi yang dinginkan, maka dilakukan

analisis SWOT yang merupakan analisis strategis terhadap lingkungan Internal yang

meliputi kekuatan (Strengthen) dan kelemahan (Weakness), lingkungan eksternal yang

meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) .

Keterkaitan antara hasil identifikasi analisis faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

eksternal dengan strategi-strategi yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel Analisis

SWOT berikut :

Page 99: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-14

Tabel IV-1. Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Berau Barat

Kekuatan (S)

1. KPHP Model Berau Barat

Memili kewenangan, tugas dan

fungsi yang telah diatur dalam

perundang-undangan

2. Kepastian pembiayaan dari

APBD

3. Kondisi Biogiofisik yang

strategis terhadap Kabupaten

Berau

4. Wilayah yang luas dengan

Potensi HHK, HHBK, Jasling

yang tinggi

5. Keberadaan Flora dan fauna

langkah dan endemik.

Kelemahan (W)

1. Kapasitas SDM dalam

pengelolaan hutan masih rendah

2. Sarana dan Prasarana masih

terbatas

3. Tata Hubungan Kerja dengan

stakehplders yang belum diatur.

4. Teknologi Pengembangan dan

pengelolaan HHBK masih

terbatas

5. Data dan Informasi Kehutanan

belum lengkap dan terintegrasi.

6. Lahan kritis yang belum

dirahbilitasi masih luas.

Peluang (O)

1. Komitmen dan Kebijakan

Pemerintah dalam Pengelolaan

Kawasan Hutan berbasis KPHP dan

KPHL

2. Pendanaan dari APBN dan

Pendanaan Lain beriorentasi

pembangunan KPH

3. Persepsi positif dan dukungan

masyarakat terhadap pengelolaan

hutan berbasis KPH

4. Adanya Izin Pemanfaatan Kayu

(IUPHHK-HA/HT) dan Penggunaan

Kawasan Hutan (Pertambangan)

dalam wialayh KPH

5. Dukungan dari Lembaga-Lembaga

Non Pemerintah (Internasional dan

Lokal)

Strategi menggunakan kekutan

untuk memanfaatkan peluang

(SO)

Strategi menanggulangi

kelemahan dg memanfaatkan

peluang (WO)

1. Optimalisasi pengelolaan dan

pemanfaatan Hutan oleh KPH,

terutama wilayah tertentu.

2. Mendorong Kemandirian KPH

melaui pengembangan

investasi dan bisnis KPH

1. Inventarisasi SDH Secara Berkala

2. Membangun Database KPH

3. Peningkatan dan penyediaan

Sarana prasarana

3. Penyediaan dan Peningkatan

Kapasitas SDM

4. Mendorong Koordinasi dan

Integarasi para

pihak/Satakeholders

5. Konvergensi Pendanaan APBN,

APBD dan Mitra Lain

6. Membangun Kemitraan dalam

pengelolaan HHK, HHBK dan

Jasling

Ancaman (T)

1. Laju deforestasi dan degradasi

yang cukup tinggi di Wilayah

KPHP Model Berau Barat akibat

perambahan dan illegal logging

2. Konflik lahan dan tekanan

terhadap kawasan.

3. Pemukiman Penduduk yang

tinggal di sekitar dan didalam

Wilayah KPH

4. Pelaksanaan Pengelolaan Hutan

Lestari oleh IUPHHK-HA/HT

belum optimal

5. Izin Pertambangan pada Wilayah

KPH (Pinjam Pakai)

Strategi menggunakan Kekuatan

untuk mengatasi ancaman

(ST)

Strategi memperkecil kelemahan

untuk mengatasi ancaman (WT)

1. Pemantapan kawasan hutan

untuk menjamin kepastian

pengelolaan hutan lestari

2. Monitoring, Evaluasi dan

Pembinaan Izin Pemanfatan

dan Penggunaan Kawasan

Hutan

3. Perlindungan dan Konservasi

keanekaragaman hayati dan

ekosisitim

1. Rasionalisasi luas KPHP Model

Berau Barat

2. Pemberdayaan dan Peningkatan

kemandirian masyarakat dalam

pengelolaan hutan

3. Sosialisasi Peraturan dan

kebijakan kehutanan

4. Mendorong dan fasilitasi

Kemitraan dalam penyelesaian

konflik tenurial.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Page 100: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab IV. Analisis dan Proyeksi

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

IV-15

Berdasarkan Berdasarkan Tabel Matrik analisis tersebut diatas maka ada beberapa strategi

yang harus mendapat perhatian dalam penyusunan program dan rencana kegiatan pada

KPHP Model Berau Barat yaitu :

1. Inventarisasi SDH Secara Berkala dan Pembangunan Data Base KPH

2. Peningkatan dan penyediaan Sarana prasarana Pengelolaan Hutan

3. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM KPH

4. Mendorong Koordinasi dan Integarasi para pihak/Satakeholders dalam pelaksanaan

pengelolaan hutan

5. Membangun Kemitraan dalam pengelolaan HHK, HHBK dan Jasling

6. Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan Hutan oleh KPH, terutama wilayah

tertentu.

7. Mendorong Kemandirian KPH melaui pengembangan investasi dan bisnis KPH

8. Pemantapan kawasan hutan untuk menjamin kepastian dalam pengelolaan Kawasan

Hutan

9. Monitoring, Evaluasi dan Pembinaan Izin Pemanfatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

10. Perlindungan dan Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosisitim

11. Rasionalisasi luas KPHP Model Berau Barat

12. Pemberdayaan dan Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan hutan

13. Sosialisasi Peraturan dan kebijakan kehutanan

14. Mendorong dan fasilitasi Kemitraan dalam penyelesaian konflik tenurial

15. Konvergensi Pendanaan APBN, APBD dan Mitra Lain

Page 101: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-1

BAB V. RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN

A. INVENTARISASI BERKALA DAN PENATAAN HUTAN

Tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan mencakup kegiatan

pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang

terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi

masyarakat secara lestari. Ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan dalam

rangka tata hutan dan pemantapan kawasan yaitu:

1. Inventarisasi Berkala

Kegiatan inventarisasi sangat penting dalam rangka mendukung rencana kegiatan KPHP

Model Berau Barat yang baik, benar dan terpecaya. Inventarisasi hutan dilakukan guna

mendapatkan data dan informasi tentang potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial

ekonomi, dan lain-lainnya. Oleh karenanya kegiatan inventarisasi akan dilakukan secara

berkala sesuai dengan kebutuhan pada tahapan pembentukan, pembangunan dan

pengembangan.

Kegiatan inventarisasi ini pada dasarnya telah diatur dalam petunjuk teknis yang diterbitkan

oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan, yang pada dasarnya

terdiri dari dua aspek utama, yaitu: Pertama. Aspek biofisik wilayah. Data yang dikumpulkan

meliputi: status, penggunaan dan penutupan lahan; jenis tanah dan kelerengan

lapangan/topografi; Iklim; hidrologi/tata air; bentang alam dan gejala-gejala alam; kondisi

sumberdaya manusia dan demografi; jenis potensi dan sebaran flora; jenis, populasi dan

habitat fauna; dan dikombinasikan dengan. Kedua. Aspek sosial, ekonomi dan budaya

masyarakat di wilayah KPH, dengan menggunakan sampling secara sengaja (purposive

sampling) dan meliputi pengambilan data serta informasi primer maupun sekunder, meliputi

antara lain yang terpenting: sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan di wilayah desa;

sistem dan struktur masyarakat; asal-usul masyarakat; ketergantungan masyarakat terhadap

hutan; data kependudukan, perekonomian dan juga keberadaan hak adat/ulayat serta adat

istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan pemasaran produk masyarakat, pendidikan (sapras

dan tingkat pendidikan); kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pelaksanaan inventarisasi pada wilayah KPHP Model Berau Barat dilakukan dengan dua

pendekatan yang didasarkan pada keberadaan izin Pemanfaatan. Pada areal yang sudah ada

Izin Pemanfaatannya (IUPHHK-HA/HT), inventarisasi dilakukan dengan kompilasi data Hasil

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang telah dilakukan oleh pemegang izin

pemanfaatan, sedangkan pada kawasan yang belum dibebani izin pemanfatan dilakukan

survei lapangan secara langsung.

Meskipun kegiatan inventarisasi telah dilakukan pada awal pembentukan KPH atau awal

penyusunan rencana Kelola ini, tetapi karena luasnya wilayah dan keterbatasan waktu dan

Page 102: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-2

SDM maka akurasi data masih rendah sehingga sangat memungkinkan untuk di-

update/direvisi dan diperbaiki data dan informasinya secara berkala sesuai dengan

kepentingan pengelolaan terutama pada Wilayah Tertentu (Wilayah Tanpa Izin) pada KPHP

Model Berau Barat. Dengan demikian secara khusus masih perlu dilakukan inventarisasi

lanjutan dan berkala yaitu : Aspek Biofisik ( Inventarisasi Potensi Kayu, Inventarisasi potensi

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan) dan Aspek Sosial

Budaya dan Ekonomi masyarakat .

a. Inventarisasi Potensi Kayu

Inentarisasi potensi kayu akan diprioritaskan pada wilayah tertentu yang berada pada blok

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (PHHK-HA) dan Blok Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu pada Hutan Tanaman. Lebih detail dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut :

Tabel V-1. Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Klas Pemanfaatan Lokasi Kegiatan Luas (ha)

1 Pemanfaatan

HHK-HA

Blok PHHK-HA 1 - Merapun 2.620

Blok PHHK-HA 2 - Long Gie 16.911

Jumlah A 19.531

2 Pemanfaatan

HHK-HT

Blok PHHK-HT Merapun 2.887

Jumlah B 2.887

Jumlah Total Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (A+B) 22.418

Inventarisasi potensi kayu dilakukan untuk mengetahui potensi kayu (m3/ha) pada setiap

tutupan lahan, sebagai dasar untuk penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan hasil

Hutan Kayu Alam (RKUPHHK-HA) dan sebagai acuan untuk melakukan kegiatan penanaman

pada Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman

(RKUPHHK-HT). Bentuk Kegiatan Inventarisasi Kayu yang akan dilaksanakan adalah sebagai

berikut :

1) Invetarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) ( dilaksanakan Per 10 tahun).

Kegiatan IHMB akan dilakukan pada wilayah tertentu Hutan Produksi pada Blok

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam dan Tanaman dengan Tujuan IHMB antara

lain:

a) Untuk mengetahui kondisi ketersediaan tegakan ( timber standing stock ) pada hutan

alam dan kondisi ketersediaan tegakan tanaman pokok pada hutan tanaman secara

berkala pada tegakan hutan yang sama.

b) Sebagai bahan dasar penyusunan RKUPHHK- KPHP sepuluh tahunan, khususnya dalam

menyusun rencana pengaturan hasil dalam mewujudkan pengelolaan hutan produksi

lestari (sustainable forest management).

c) Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di

areal IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT dan atau KPHP.

Page 103: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-3

Pelaksanaan Kegiatan IHMB secara teknis akan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor : P. 33/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan

Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan

Produksi. Serta peraturan-peraturan lain yang nantinya dianggap relevan.

2) Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP) (dilaksanakan per 1 tahun)

ITSP merupakan inventarisasi tindak lanjut dari kegiatan IHMB pada blok yang sudah tertata

sampai petak penebangan atau penanaman. ITSP dilaksanakan dengan tujuan menyusun

Risalah hutan dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi dengan diameter > 40 cm dan

pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar penyusunan Rencana

Kerja Tahunan (RKT) pada Wilayah Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam hal ini Wilayah

tertentu.

Pelaksanaan Kegiatan IHMB secara teknis akan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor : P. 11/Menhut-II/2009 Tentang Tentang Sistem Silvikultur

Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi dan Peraturan

Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.9/VI-BPHA/2009 tanggal 21 Agustus

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI),

serta peraturan-peraturan lain yang nantinya dianggap relevan.

b. Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu

Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu dilaksanakan pada seluruh Wilayah KPHP Model Berau

Barat. inventarisasi HHBK dilaksanakan untuk mengetahui potensi HHBK antara lain : jenis

HHBK, kuantitas dan kualitas serta pola pemanfatan dimasyarakat yang ada disekitar hutan.

Pada Priode Tahun 2015-2024, invetarisasi HHBK yang menjadi prioritas KPHP Model Berau

Barat adalah sebagai berkut :

1) Inventarisasi potensi jenis HHBK dan pola pemanfaatan oleh masyarakat akan dilaksankan

pada seluruh wilayah KPHP Model Berau Barat (Jangka Panjang).

2) Inventarisasi Khusus potensi Madu Alam, akan dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP

Model Berau Barat baik wilayah tertentu maupun pada wilayah izin (Jangka Pendek).

3) Inventarisasi potensi tanaman obat-obatan, akan diprioritaskan pada wilayah tertentu

yaitu pada Blok Pemanfaatan Penggunaan Kawasan, Jasling dan HHBK yaitu pada

Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan (Blok PJH 2-KLSL) dan pada Blok Khusus

(Blok BK-KHDTK Labanan).

c. Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan

Inventarisasi Jasa Lingkungan akan dilaksanakan secara berkala pada seluruh wilayah KPHP

Model Berau Barat, prioritas lokasi inventarisasi akan disesuaikan dengan potensi yang akan

dikembangkan. Prioritas Inventarisasi Jasa lingkungan Tahun 2015-2024 adalah sebagai

berkut :

Page 104: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-4

1) Inventarisasi Potensi Wisata, akan diproritaskan pada wilayah tertentu, yaitu Blok

Pemanfaatan Penggunaan Kawasan, Jasling dan HHBK yaitu pada Kawasan Hutan Lindung

Sungai Lesan (Blok PJH 2-KLSL) dan pada Blok Khusus (Blok BK-KHDTK Labanan).

2) Inventarisasi potensi Air untuk pengembangan sumber air bersih dan Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTMH) akan diprioritaskan pada wilayah yang berdekatan dengan

pemukiman masyarakat baik pada wilayah tertentu mapun pada wilayah izin.

3) Inventarisasi Potensi Karbon, akan dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Berau

Barat.

d. Inventarisasi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat

Inventarisasi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dilakukan dalam rangka ketersediaan

data-data/peta terkait dengan demografi, pola hubungan masyarakat dengan hutan,

keberadaan kelembagaan masyarakat, pola penguasaan lahan oleh masyarakat didalam dan

sekitar hutan, aksesibilitas, kegiatan ekonomi disekitar wilayah dan batas administrasi

pemerintah.

2. Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat

Masalah tata batas fungsi kawasan hutan menjadi sangat penting ketika intensitas

penggunaan kawasan hutan sudah tinggi. Terlebih dengan adanya desakan/tekanan

masyarakat akan lahan terus semakin tinggi, kepastian hukum tentang lahan menjadi sangat

penting. Sumber daya hutan dan ekosistemnya yang bersifat dinamik, dan pengelolaan

hutan juga berkembang sesuai dengan perkembangan hukum dan paradigma pembangunan

kehutanan, maka landasan hukum dan atau penentuan tata batas dengan seharusnya

menjadi dasar kegiatan pengelolaan.

Tata batas kawasan yang menyangkut posisi Pal Batas harus disepakati bersama oleh semua

pihak yang terlibat, termasuk masyarakat sekitar, sedang sebagai landasan dasar posisi tata

batas didasarkan pada peraturan pemerintah yang berwenang, serta disosialisasikan ke

semua pihak yang terlibat tersebut untuk menghindari konflik. Surat Keputusan Kepala

Daerah maupun Surat Keputusan Menteri merupakan acuan yang dapat dipatuhi bersama

sebagai instrumen pemerintah dalam pengelolaan dan manajemen fungsi kawasan.

Rekonstruksi batas kawasan dapat dilakukan setiap waktu tertentu, misalnya 5 (lima)/10

(sepuluh) tahun sekali untuk melakukan perluasan batas kawasan sesuai dengan proses

berlangsungnya kejadian alam yang dapat membahayakan masyarakat sekitar. Untuk

memastikan posisi tata batas digunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan dan

disepati bersama oleh semua pihak yang berkompeten, misalnya dengan menggunakan alat

GPS (Global Positioning System) dengan akurasi tinggi.

Tata batas kawasan tersebut sedapat mungkin dapat terlihat jelas di lapangan dan mudah

diakses dan diidentifikasi apabila digunakan sebagai acuan pengukuran petak ataupun

observasi batas kepemilikan. Rekonstruksi batas kawasan pengusahaan hutan yang

Page 105: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-5

dilaksanakan dengan GPS (Global Positioning System) dan harus dilengkapi dengan

pengecekan di lapangan. Batas alam yang mudah dikenali seperti sungai, lembah, gunung,

dan vegetasi dan tanda-tanda fisik buatan manusia seperti jalan, trail, pagar, dan batas tata

guna lahan dipergunakan sebagai acuan batas dengan pertimbangan tanda-tanda fisik

tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi termasuk jika harus dipasang pal batas. Namun

demikian, jalur dan pal batas memerlukan pemeliharaan dan pengamanan secara teratur

oleh petugas lapangan. Dengan demikian yang perlu dilakukan kegiatan ada :

a. Tata batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat

b. Sosialisasi Batas Luar Wilayah KPH terutama yang bersinggungan dengan masyarakat

c. Pemeliharaan Pal batas

d. Rekonstruksi batas wilayah KPH tiap 10 tahun sekali

Prioritas kegiatan Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat pada periode tahun

2015-2024 adalah sebagai berikut :

Tabel V-2. Prioritas Tata Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Perbatasan Wilayah Wilayah KPHP Model

Berau Barat

Panjang Tayek

(Km) Keterangan

1 Sebelah

Utara

Batas Administrasi Kabupaten

(Berau-Bulungan) 149, 40

2 Sebelah

Barat

Batas Administrasi Kabupaten

(Berau-Malinau) 35,72

3 Sebelah

Selatan

Batas Administrasi Kabupaten

(Berau-Kutim) 145,84

4

Sebelah

Timur

Batas Areal Penggunaan Lain/Batas Kawasan

Hutan (Perkebunan dan Pemukiman

masyarakat) 329.17

Prioritas Tahun

2015-2024

IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Sambarata) 15.64

Total Panjang 675,77

Berdasarkan Tabel V-2 di atas bahwa priorias Tata Batas Luar KPHP Model pada tahun

2015-2024 adalah Wilayah Sebelah Timur, yaitu areal yang berbatasan dengan Areal

Penggunaan Lain (APL) yang telah dibebani izin perkebunan dan pemukiman masyarakat

serta berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Inhutani I Sambarata, tujuannya adalah untuk

memastikan keamanan wilayah kelola terhadap pemanfaatan yang lain.

3. Penataan Batas Blok Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat

Penataan batas blok dilakukan untuk memberi kepastian pada kegiatan pemanfaatan yang

akan dilakukan sesui dengan bentuk pemanfaatan yang telah ditetapkan, penataan batas

blok akan diprioritaskan pada blok-blok yang akan dikelola secara intensif dan berbatasan

langsung dengan kepentingan pihak lain. Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Penandaan batas Blok Wilayah KPHP Model Berau Barat

Page 106: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-6

b. Sosialisasi Batas Blok terutama yang bersinggungan dengan masyarakat atau pihak lain

4. Pemeliharaan Pal batas

5. Rekonstruksi batas wilayah KPH tiap 10 tahun sekali

Prioritas kegiatan Tata Batas Blok Pemanfaatan pada periode tahun 2015-2024 adalah

sebagai berikut :

Tabel V-3. Prioritas Tata Batas Blok pada Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Nama Blok Luas

(ha)

Panjang

Batas Blok

(km)

Keterangan

1. Blok Inti (Blok I-HL) 160.334,82 433.90

a. Blok I-HL 1 74.718,85 172,76

b. Blok I-HL 2 8.069,64 43,11

c. Blok I-HL 3 13.785,06 44,38

d. Blok I-HL 4 37.751,75 65,51

e. Blok I-HL 5 21.195,48 86,96

f. Blok I-HL 6 4.788,06 18,95

g. Blok I-HL 7 25,99 2,23

2. Blok Pemanfaatan (Blok P-HL) 80.331,39 354.25

a. Blok P-HL 1 13.792,16 79,71

b. Blok P-HL 2 38.713,78 125.25

c. Blok P-HL 3 7.743,00 37,33

d. Blok P-HL 4 14.549,55 53,59

e. Blok P-HL 5 5.532,90 58,37 Prioritas 2015-2024

3. Blok Perlindungan 2.679,12 201,63

4. Blok Pemanfaatan Kawasan dan Jasa

lingkungan, HHBK (Blok PJH) 8.040,98 185,63

a. Blok PJH 1- Kelay 1.429,81 26,71

b. Blok PJH 2-KLSL 544,37 22,96 Prioritas 2015-2024

c. Blok PJH 2- Segah 6.066,80 135,96

5. Blok Pemanfaatan HHK-HA (PHHK-HA) 19.531,16 105,07

a. Blok PHHK-HA 1 -Merapun. 2.619,69 23,82 Prioritas 2015-2024

b. Blok PHHK-HA 2 -Long Gie 16.911,47 81,25 Prioritas 2015-2024

6. Blok Pemanfaatan HHK-HT 2.886,82 29,53

Blok PHHK-HT Merapun 2.886,82 29,53 Prioritas 2015-2024

7. Blok Pemberdayaan Masyarakat

(Blok PM) 7.335,41 297,95

a. Blok PM 1 -Segah 2.031,14 129,28

b. Blok PM 2 -Labanan 911,89 18,92

c. Blok PM 3–Merasa 925,34 24,56 Prioritas 2015-2024

d. Blok PM 4-Long Beliu 917,43 47,43 Prioritas 2015-2024

e. Blok PM 5-Lesan 698,54 13,83 Prioritas 2015-2024

f. Blok PM 6-KLSL 397,28 35,05 Prioritas 2015-2024

g. Blok PM 7-Long Duhung 1.453,79 27,61 Prioritas 2015-2024

8. Blok Khusus (BK) 7.689,32 37,02

Blok BK-KHDTK Labanan 7.689,32 37,02 Sudah Ditata Batas

Jumlah 288.829,03 1.720.03

Page 107: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-7

B. PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU

Wilayah tertentu merupakan areal yang belum dibebani hak/izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan. Luas Wilayah tertentu pada Wilayah KPHP Model Berau Barat

seluas 288.935,26 Ha (35%) terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas 240.666,21 Ha, Hutan

Produksi Terbatas (HPT) seluas 35.242,57 Ha dan Hutan Produksi (HP) seluas 10.291,69 Ha,

Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 1.455,58 ha, Areal Penggunaan Lain (APL) seluas

1.172,98 ha serta Tubuh Air seluas 106,23 ha terbagi dalam beberapa Kelompok hutan yang

terpisah dengan kondisi yang berbeda-beda. Baik kondisi biofisik maupun kondisi sosialnya

dan akses pengelolaan.

Berdasarkan pembagian blok masing-masing wilayah tertentu yang telah ditetapkan maka

bentuk pemanfataan yang akan dilakaukan pada wilayah tertentu adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu akan dilakukan dengan dua klas perusahaan yaitu

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Alam dan Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman, dengan lokasi

dan luasan sebagai berikut :

Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Kelola KPHP Model Berau

Barat.

No Klas Pemanfaatan Lokasi Kegiatan Luas (ha)

1 Pemanfaatan

HHK-HA

Blok PHHK-HA 1 –Merapun 2.619,69

Blok PHHK-HA 2 -Long Gie 16.911,47

Jumlah A 19.531,16

2 Pemanfaatan

HHK-HT

Blok PHHK-HT Merapun 2.886,82

Jumlah B 2.886,82

Jumlah Total Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (A+B) 22.417,98

Dalam rangka menjamin keberlanjutan produksi dalam pemanfataan hasil hutan kayu yang

dilaksanakan maka akan dilaksanakan sistim Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

untuk pemanfaatan Hutan Alam dengan sistim Pembalakan Ramah lingkungan (Reduce

impact Logging/RIL). Untuk Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman dilaksanakan dengan sistim

silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB). Sedangkan dalam rangka

pemberdayaan masyarakat setempat maka pelaksanaan kegiatan pemanfaatan baik

Pemanfaatan Hasil Hutan Alam maupun Pemanfaatan Hutan Tanaman dilaksanakan melalui

kemitraan dengan masyarakat setempat dan investasi yang profesional.

Page 108: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-8

Dalam mewujudkan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu tersebut maka perlu dilakukan beberapa

Kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusunan Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (RKUPHHK-

HA) dan Hutan Tanaman (RKUPHHK-HT) berdasarkan Hasil Inventarisasi menyeluruh

berkala (IHMB)

b. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan

Hutan Tanaman berdasarkan blok tahunan yang telah disusun.

c. Penyiapan Kelembagaan dan kemitraan dengan masyarakat serta investasi yang akan

menjadi bagian dalam pelaksanaan kegiatan.

d. Penyiapan sarana dan prasarana (Peralatan operasional) Pelaksanaan Kegiatan.

e. Melakukan Kegiatan Penebangan (Produksi Kayu) pada hutan Alam dan Hutan Tanaman

sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah ditetapkan.

f. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) akan dilaksanakan dengan dua pendekatan

yaitu; Pada wilayah yang sudah ada izinnya akan dilakukan melalui kemitraan antara

masyarakat dengan pemegang izin ( KPHP Model Berau Barat sebagai fasilitasi), sedangkan

pada wilayah tertentu akan dilaksanakan langsung oleh KPHP Model Berau Barat dengan

kemitraan dengan masyarakat.

Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengembangan hasil hutan bukan kayu

adalah sebagai berkut :

a. Melakukan Pemetaan Potensi dan Sebaran HHBK pada Wilayah KPHP Model Berau

Barat.

b. Menyusun Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan HHBK.

c. Penyiapan Kelembagaaan Pengelola (sarana prasarana, SDM dan peralatan)

d. Pengembangan jaringan pasar.

3. Pengembangan Wisata Alam.

KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki keanegaraman hayati

yang tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah,yang berpotensi bagi pengembangan

kepariwisataan, khususnya wisata alam. Potensi Obyek wisata alam yang ada pada Wilayah

KPHP Model Berau Barat, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian

budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang

secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan potensi obyek wisata alam ini

merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media

pendidikan dan pelestarian lingkungan.

Pengembangan Obyek wisata alam obyek wisata alam sangat erat kaitannya dengan

peningkatan produktifitas sumber daya hutan dalam konteks pembangunan ekonomi,

Page 109: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-9

sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan

aspek kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam

suatu sistem tata ruang wilayah.

Mempertimbangkan fungsi kawasan serta kondisi biofisik dan sosial budaya pada masing-

masing Wilayah Tertentu dan sesuai dengan Pembagian Blok yang telah dilakukan maka

prioritas pengembangan Wisata Alam dan Wisata Pendidikan pada Wilayah Tertentu KPHP

Model Berau Barat tahun 2015-2024 adalah sebagai beikut :

Tabel V-5. Prioritas Pengembangan Wisata Alam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Lokasi Kegiatan Luas (ha)

1 Blok BK-KHDTK Labanan 7.689,32

2 Blok PJH 2-KLSL (Kawasan Lindung Sungai Lesan) 544,37

3 Blok PM 6-KLSL (Kawasan lindung Sungai lesan) 397,28

4 Blok P-HL 5 (Kawasan lindung Sungai lesan) 5.532,90

Jumlah 14.163,87

Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wisata alam adalah

sebagai berikut :

a. Melakukan studi kelayakan/ Feasibilitiy Study (FS) Pengembangan Wisata

b. Menyusun Master Plan Pengembangan Wisata

c. Penyiapan Kelembagaaan pengelola (sarana prsarana, SDM dan SOP)

d. Pengembangan akses pasar

4. Pengembangan Program Karbon (REDD+)

REDD+ merupakan upaya pengurangan Emisi dari Degradasi dan Deforestasi serta upaya

mempertahankan dan meningkatkan stok karbon dari pengelolaan hutan secara lestari

(PHL), Konservasi serta Rehabilitasi. Upaya-upaya tersebut merupakan bagian dari

program-program yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Dalam rangka mengukur dan memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

KPHP Model Berau Barat merupakan bagian dari pengurangan emisi maka akan dilakukan

beberapa kegiatan sebagai berkut :

a. Analisisi Faktor Penyebab degradasi dan deforestasi Skala KPHP Model Berau Barat.

b. Menyusun REL Skala KPHP Model Berau Barat.

c. Menyusun desain penurunan emisi yang terintegrasi dengan rencana pengelolaan KPH

dan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

d. Membangun DA REDD+ skala pilot project pada wilayah KPHP Model Berau Barat

e. Menyusun dan uji coba system MRV REDD+ skala KPHP Model Berau Barat.

f. Membangun PIN/PDD pilot project REDD+ skala KPHP Model Berau Barat.

Page 110: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-10

g. Menyusun mekanisme pembagian manfaat dari pengembangan REDD+

h. Membangun Sistem Pengaman Sosial dan Lingkungan

Pengembangan program REDD+ akan dilaksanakan pada semua wilayah KPHP Model Berau

Barat termasuk yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, dengan

pendekatan dan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan

kawasan hutan.

Pada Wilayah Tertentu yang akan dikelola langsung oleh KPHP Model Berau Barat maka

strateginya adalah memastikan tata kelola yang dilakukan beriorentasi pada kelestarian.

Sedangkan pada wilayah yang ada izin pemanfaatnnya maka strateginya adalah mendorong

perbaikan tata kelola pada pemegang izin melalui monitoring, evaluasi dan pembinaan.

Page 111: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-11

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan peran dan keterlibatan

masyarakat dalam pengelolaan hutan baik secara langsung maupun tidak langsung guna

peningkatan kesejahteraan. Beberapa Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka

pemberdayaan adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial

Dalam upaya mendukung kebijakan prioritas pemebrdayaan ekonomi masyarakat di dalam

dan sekitar hutan, maka akan dikembangkan skema-skema berbasis masyarakat seperti

hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat. Beberapa lokasi

yang akan menjadi prioritas pengembangan skema perhutanan sosial di wilayah KPHP Model

Berau Barat adalah sebagai berikut :

Tabel V-6. Prioritas Perhutanan Sosial pada Wilayah Tertentu KPHP Model Berau Barat.

No Lokasi Luas

(ha) Kampung Skema Pengelolaan

1 Blok P-HL 2 6.475,28 Long Boy Hutan Desa (HD) untuk

Pemanfaatan Kawasan Hutan,

Hasil Bukan Kayu dan Jasa

Lingkungan (Pengembangan

Wisata Alam)

2 Blok PM 1 –Segah 2.031,14 Gunung Sari,

Harapan Jaya

Hutan Tanaman Rakyat (HTR-

Agroforestri) & Hutan Rakyat (HR)

3 Blok PM 2 –Labanan 911,89 Labanan Makarti,

Pandan sari

Hutan Tanaman Rakyat (HTR-

Agroforestri)& Hutan Rakyat (HR)

4 Blok PM 3–Merasa 925,34 Merasa Hutan Tanaman Rakyat (HTR-

Tanaman Gaharu)

5 Blok PM 4-Long Beliu 917,43

Long Beliu Hutan Tanaman Rakyat (HTR-

Tanaman Karet)

6 Blok PM 5-Lesan 698,54 Muara Lesan Hutan Tanaman Rakyat(HTR-

Gaharu)

7 Blok PM 6-KLSL 397,28 Muara lesan, lesan

Dayak, Merapun dan

Sidobangen.

HKM-Agrowisata untuk

menunjang pengembangan

wisata Alam

8 Blok PM 7-Long

Duhung

1.453,79 Long Duhung Hutan Tanaman Rakyat (HTR-

Gaharu)& Hutan Rakyat

Jumlah 13.810,70

Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema perhutanan

sosial atau PHBM maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Sosialisasi Skema Perhutanan Sosial

b. Pendampingan dan fasilitasi pelaksanaan verifikasi lokasi sampai penetapan

c. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)

d. Pendampingan Penyusunan rencana pengelolaan dan penetapan

e. Monitoring dan evaluasi

Page 112: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-12

2. Kemitraan dalam pengelolaan wilayah Tertentu (KPH dengan Masyarakat)

Dalam rangka pemebrdayaan masyarakat maka pemanfaatan yang akan dilakukan pada

wilayah tertentu akan dilaksanakan dengan kemitraan dengan masyarakat terutama

masyarakat yang administrasinya masuk pada wilayah tertentu terutama pada blok

pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam, Pemanfaatan hasil Hutan Kayu Pada Hutan

Tanaman , Pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan. Beberapa wilayah tertentu yang akan

dikembangkan kemitraan adalah sebagai berikut :

Tabel V-7. Prioritas Kegiatan Kemitraan antara masyarakat dengan KPH pada Blok

Pemanfaatan masing-masing Wilayah Tertentu.

No Nama Blok Luas Kampung Mitra Skema Pemanfaatan

1 Blok Pemanfaatan

(Blok P-HL) 80.331,39

HHBK dan Jasling

a. Blok P-HL 1 13.792,16 Merapun, Long Beliu HHBK dan Jasling

b. Blok P-HL 2 38.713,78 Long Keluh, Long

Pelay

HHBK dan Jasling

c. Blok P-HL 3 7.743,00 Long Sului HHBK dan Jasling

d. Blok P-HL 4 14.549,55 Long pay HHBK dan Jasling

e. Blok P-HL 5 5.532,90 Muara Lesan, Lesan

Dayak, Merapun ,

Sidobangen

Pengembangan Wisata dan

HHBK

2 Blok Pemanfaatan

Kawasan dan Jasa

lingkungan, HHBK

(Blok PJH)

8.040,98

a. Blok PJH 1- Kelay 1.429,81 Long Boy, Long Sului

b. Blok PJH 2-KLSL

544,37

Muara Lesan, Lesan

Dayak, Merapun ,

Sidobangen

Pengembangan Wisata Alam

dan HHBK

c. Blok PJH 2- Segah 6.066,80

Long laai, Long pay Pemanfaatan kawasan, HHBK

dan Jasling

3 Blok Pemanfaatan

HHK-HA (PHHK-HA) 19.531,16

a. Blok PHHK-HA 1 -

Merapun. 2.619,69

Merapun IUPHHK-HA Berbasis

Masyarakat

b. Blok PHHK-HA 2 -

Long Gie 16.911,47

Long Beliuh IUPHHK-HA Berbasis

Masyarakat

4 Blok Pemanfaatan

HHK-HT 2.886,82

Blok PHHK-HT

Merapun 2.886,82

Merapun IUPHHK-HT Berbasis

Masyarakat

5 Blok Khusus (BK) 7.689,32

Blok BK-KHDTK

Labanan

7.689,32 Balai Besar

Diptercarpacea,

kerjasama dengan

masyarakat kampung

Tumbit daya, Merasa,

Labanan Makmur

Pemanfaatan kawasan, HHBK

dan Jasling

Page 113: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-13

Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema Kemitraan

antara KPHP Model Berau Barat dengan masyarakat maka perlu dilakukan beberapa

kegiatan sebagai berikut :

a. Sosialisasi Rencana Pengelololaan dan kemitraan

b. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)

c. Membangun kesepakatan pengelolaan bersama (MOU)

d. Penyusunan rencana pengelolaan secara bersama-sama

e. Monitoring dan evaluasi secara bersama-sama

3. Fasilitasi Kemitraan antara masyarakat dengan pemegang izin.

Salah satu potensi pemberdayaan masyarakat pada wilayah KPHP Model Berau Barat adalah

kemitraan dengan pemegang izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Penggunaan Kawasan

Hutan, terutama dalam pemanfataan wilayah-wilayah konflik pemanfaatan (Konflik Tenurial),

pemanfaatan limbah kayu, pemanfaatan HHBK dan Pemanfaatan Jasa lingkungan.

Prioritas Kemitraan antara Pemegang Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dengan masyarakat

pada tahun 2015-2024 akan diprioritaskan pada beberapa lokasi sebagai beikut :

Tabel V-8 Prioritas Fasilitasi Kegiatan Kemitraan anatara Pemegang Izin dengan

Masyarakat.

No. IUPHHK-HA Skema Kemitraan Kampung Mitra

1. PT. Aditya Kirana Mandiri Pengelolaan Wilayah konflik seluas

200 ha.

Pemanfaatan HHBK dan Jasling (Air

Bersih dan PLTMH)

Long Duhung

Pengelolaan Wilayah konflik seluas

200 ha, HHBK dan Jasling (Air

Bersih dan PLTMH)

Long Keluh

2. PT. Amindo Wana Perkasa Pengembangan dan pengelolaan

HHBK, Jasling (air bersih)

Long Lamcin

3. PT. Karya Lestari Pengembangan dan pengelolaan

HHBK, Jasling (air bersih)

Long Beliu

4. PT. Mardhika Insan Mulia Pengembangan dan pengelolaan

HHBK, Jasling (air bersih)

Long Duhung dan Long Beliu

5. PT. Wana Bhakti Persada

Utama

Pengembangan dan pengelolaan

HHBK, Jasling (air bersih)

Long Beliu dan Long Keluh

6. PT. Inhutani I Labanan Pemanfaatan wilayah konflik 1000

ha

Batu Rajang,

Pemanfaatan Wilayah Konflik 2000

ha (Kiri Kanan Jalan poros Berau-

Samirnda)

Tumbit Dayak

Pemanfaatan Wilayah Konflik 2000

ha (Jalan Arah Tanjung Redeb-

Kecamatan Segah)

Gung Sari, Apau Indah, Labanan

Makarti, Tepian Buah

7. PT. Sumalindo Lestari Jaya

IV

Pengembangan dan pengelolaan

HHBK, Jasling (air bersih)

BP-Segah (5 Kampung)

Page 114: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-14

Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema Kemitraan

antara Pemegang izin dengan masyarakat maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai

berikut :

a. Sosialisasi Skema kemitraan kepada masyarakat dan pemegang izin

b. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)

c. Memfasilitasi kesepakatan pengelolaan bersama (MOU)

d. Pendampingan Penyusunan rencana pengelolaan secara bersama-sama

e. Monitoring dan evaluasi

4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan masyarakat

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan di Wilayah KPHP

Model Berau Barat telah dibentuk kelembagaan masyarakat antara kampung yaitu Forum

Kampung Hulu Kelay (FKHK) yang terdiri dari : Kampung Long Beliu, Kampung Long Duhung,

long Keluh, Long Pelai, Long Lamcim dan Long sului. Dan Badan Pengelola huluh Sungai

Segah (BP Segah) yang terdiri dari: long Ayap, Long Oking, Long laai dan Long Pay.

Kelembagaan-kelembagaan tersebut merupakan binaan KPHP Model Berau Barat yang

menjadi simpul-simpul peningkatan kapasitas untuk pemberdayaan masyarakat. Beberapa

bentuk kegiatan yang prioritas untuk peningkatan kapasitas adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan kapasitas Perencanaan pengelolaan sumber daya hutan

b. Peningkatan Kapasitas pengelolaan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

c. Peningkatan Kapasiatas Pengelolaan Jasa Lingkungan

d. Peningkatan Kapasitas Monitoring dan pemantauan terhadap izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan berbasis masyarakat

Page 115: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-15

D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PADA AREAL IZIN PEMANFAATAN

MAUPUN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

1. Pembinaan dan Pemantauan Izin Pemanfaatan Hutan

Pengawasan dan pengendalian terhadap pemegang izin dilaksanakan dalam rangka

menjamin terselenggaranya pemanfaatan hutan sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian

(aspek ekologi). Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pemegang izin; Melakukan

pembinaan pengelolaan hutan oleh pemegang izin; Menegakan regulasi kepada pemegang

izin.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam wilayah KPHP Model Berau Barat terdapat izin

Pemanfaatan Hutan Alam sebanyak 12 IUPHHK-HA dan Izin Pemanfaatan hutan Tanaman

sebanyak 1 IUPHHK-HT. Untuk itu perlu akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengawasan dan evalusai Izin

Pemanfaatan (IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT).

b. Melaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan TPTI pada

IUPHHK-HA (Perencanaan, Penebangan, Penatausahaan Hasil Hutan Kayu/PUHH,

Perlindungan hutan dan Pembinaan Hutan) secara berkala.

c. Melaksanaan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan THPB pada IUPHHK-HT

(Perencanaan, Penebangan, Penanaman, Penatausahaan hasil hutan Kayu/PUHH,

perlindungan hutan dan Pembinaan Hutan) secara berkala.

d. Memberikan arahan kebijakan pemanfaatan hutan kepada izin pemanfaatan.

e. Memberikan pertimbangan teknis terhadap rencana pemanfaatan hutan yang

dilaksanakan oleh pemegang izin.

f. Mendorong dan mendampingi sertifikasi PHPL pada izin pemanfaatan hasil hutan kayu

(IUPHHK-HA/HT) mandatory dan voluntary

g. Peningkatan kapasitas pemegang izin pemanfaatan hutan

h. Sosialisasi regulasi pengelolaan hutan

i. Implementasi SIPUHH online di wilayah KPHP Model Berau Barat

2. Pembinaan dan Pemantauan Izin Penggunaan Kawasan Hutan

Izin penggunaan kawasan hutan merupakan izin pemanfaatan kawasan hutan untuk

kegiatan-kegiatan di luar sektor kehutanan. Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat

teridentifikasi beberapa kegiatan penggunaan kawasan yaitu kegiatan pertambangan dan

telekomunikasi (tower), terhadap kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan pengawasan

dan pengendalian dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun Standar Oprasional Prosedur(SOP) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dan

izin penggunaan kawasan hutan.

Page 116: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-16

b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan izin penggunaan kawasan

hutan secara berkala.

c. Memberikan pertimbangan teknis terhadap pemegang izin penggunaan kawasan hutan.

d. Memberikan arahan kebijakan kepada pemegang izin penggunaan kawasan hutan.

Pembinaan dan Pemantauan Izin Penggunaan Kawasan Hutan akan diprioritaskan pada

kegiatan izin pinjam pakai baik dalam proses pengajuan pinjam pakai, pelaksanaan

kewajiban maupun pasca selesainya pelaksanaan kegiatan.

E. PENYELENGGARAAN REHABILITASI PADA AREAL DI LUAR IZIN.

Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya

dalam mendukung sistim penyanggah kehidupan tetap terjaga.

Dalam sistem perencanaan RHL, idealnya wilayah daerah aliran sungai (DAS) dijadikan

sebagai unit analisis, karena DAS merupakan unit hidrologis dalam satu kesatuan ekosistem

dengan batas alamiahnya, dan adanya interaksi antara bagian hulu dan hilir, serta

terdapatnya hubungan timbal balik antara manusia dan segala aktivitasnya, dengan

sumberdaya alam terutama tanah, vegetasi dan air yang berperan sebagai integrator di

dalam DAS tersebut. Karena peran dan fungsi air tersebut, maka DAS sangat tepat sebagai

dasar unit pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan

sumberdaya alam khususnya tanah, vegetasi dan air, dengan demikian pelaksanaan

Rehabulitasi Hutan dan lahan harus memperhatikan status dan Kinerja DAS.

Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi

penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang

ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci kuantitas, kualitas dan

kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS, Jadi salah satu karakteristik

DAS adalah adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur

hidrologi. Tingkat Kekritisan suatu DAS ditunjukan oleh menurunnya penutupan vegetasi

permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam

menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran

tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kekritisan DAS

ditunjukan dengan DAS Prioritas I, II dan III. DAS Prioritas I adalah DAS yang prioritas

pengelolaannya paling tinggi karena menunjukan kondisi DAS paling ” kritis atau tidak sehat Prioritas II adalah DA“ yang prioritas pengelolaannya sedang, sedangkan DAS prioritas

III dianggap kurang prioritas untuk ditangani karena kondisi biofisik dan soseknya masih

relative baik (tidak kritis) atau DAS tersebut dianggap masih seHat.

Page 117: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-17

Berdasarkan Pembagian Daerah Aliran Sungai kalimantan Timur KPHP Model Berau Barat

masuk dalam DAS Berau.

Tabel V-9. Kondisi Prioritas Penanganan RHL Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan DAS

Berau

No Prioritas RHL

Arahan Berdasarkan Fungsi Kawasan (ha) Jumlah

(ha) Kawsan

Budidaya

Fungsi

Lindung

Hutan

Konservasi

Hutan

Lindung

Hutan

Produksi

1 Prioritas I 70.215,59 9.610,28 23.268,83 103.094,69

2 Prioritas II 160.805,91 84,55 97.359,82 628.576,94 886.827,21

3 Tidak Prioritas 132.078,93 1.145,55 210.254,57 343.613,02 687.092,07

363.100,42 10.840,38 307.614,39 995.458,79 1.677.013,97

Sumber : RTk RHL-DAS Wilayah BPDAS Mahakam Berau (2009)

Berdasarkan table V-9 tergambar bahwa berdasarkan tingkat prioritas RHL, luas Wilayah DAS

yang Sangat prioritas adalah 103.094,69 ha atau 0, 61 %. (BPDAS Mahakam Berau (2009)

Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam kualifikasi rendah

yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. (Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kondisi DAS

Berau masih relatif baik).

Tabel V-10. Kondisi Tingkat Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat

No Tingkat Kritis Luas (ha) Jumlah

Wilayah Tanpa Izin Wilayah Izin Ha %

1 Sangat Kritis 45, 01 994,97 1.445,98 0,18

2 Kritis 12.583,38 2.589,90 15.173,29 3,90

3 Agak Kritis 83.679,57 305.744,14 389.423,71 49,60

4 Potensial Kritis 190.925,25 174.110,68 365.035,94 46,50

5 Tidak Kritis 3.158.60 10.825,15 13.983,75 1,78

Sumber : Analisis Data Spasial RTk RHL-DAS Wilayah BPDAS Mahakam Berau (2009)

Berdasarkan Tabel V.10, tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model Berau Barat relative

rendah sebagian besar masih berstatus potensial dan agak kritis. Dan jika dilihat dari,

sebagian besar lahan-lahan tersebut berada pada wilayah izin.

Berdasarkan Hasil identifikasi lokasi maka dapat disampaikan Areal potensial Untuk

Kegiatan RHL Pada Wilayah Tanpa izin di Wilayah KPHP Model Berau Barat adalah sebagai

Berikut :

Page 118: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-18

Tabel V-11. Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan dilaksanakan pada

Wilayah Tertentu.

No Lokasi/

Wilayah Kegiatan

Rencana Penanaman/ RHL 2015-2024

Potensi RHL

10 Tahun Keterangan

A Nama Blok (Pada HP/HPT)

Blok PM 6-KLSL 329,97

Dilaksanakan dengan Skema Kemitraan

dengan masyarakat melalui

pengembangan hutan tanaman.

Jumlah 329,97 rata 2 sekitar 330 ha/th

B Nama Blok (Pada HL)

Blok P-HL 3 1.257.63 Kiri-kanan jalan yang akan dipergunakan

untuk kooridor PT. Aquila Silva.

Blok P-HL 5 733.07 Akan dilaksanakan melalui kerjasama

dengan PT. Berau Coal (Izin Pinjam

Pakai) sebagai Lokasi kewajiban

Rehabilitasi DAS

Jumlah 1. 990,70

Jumlah Total 2.320,67 Rata-rata 230 ha/thn

Penyelenggaraan kegiatan RHL dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur perencanaan,

pengorganisasian/kelembagaan, pelaksanaan kegiatan serta pengawasan dan pengendalian.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1. Penyusunanan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi dan Lahan (RPRHL) dan Rencana

Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) serta restorasi hutan.

2. Pembentukan dan penyiapan lembaga pengelola RHL, peran dan fungsi para pihak

pelaksanaan RHL.

3. Melaksanakan kegiatan RHL melalui berbagai kegiatan seperti reboisasi, pemeliharaan,

pengayaan tanaman, penerapan teknis konservasi tanah secara vegetasi dan pembuatan

bangunan konservasi tanah secara sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif .

4. Membangun persemaian permanen untuk kebutuhan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan

restorasi hutan.

5. Pemantauan dan evaluasi kegiatan RHL secara berkala.

Page 119: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-19

F. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PELAKSANAAN REHABILITAASI DAN

REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN

KAWASAN HUTANNYA.

1. Pembinaan dan Pemantauan RHL pada Pemanfataan Hutan (IUPHHK-HA/HT)

Pembinaan dan pemantauan RHL pada wilayah izin Pemanfaatan Hutan, yang disesuaikan

dengan RKUIUPHHK dan RKT yang akan dilaksanakan. Pembinaan dan pemantauan RHL

untuk memastikan pelaksanaan penanaman yang merupakan kewajiban dari masing-masing

pemegang izin. Pembinaan dan Pemantauan RHL akan diprioritaskan pada 12 unit IUPHHK-

HA (PT. Karya Lestari , PT. Aditya Kirana Mandiri, PT. Wahana Bhakti Persada, PT. Amindo,

PT. Inhutani I Labanan, PT. Aquila Silva) dan 1 Unit IUPHHK-HA (PT. Belantara Pusaka).

Pembinaan san pemantauan secara berkala dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan

kewajiban IUPHHK-HA/HT dalam RKT. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

rangka pembinaan dan pemantauan RHL pada IUPHHK-HA/HT adalah sebagai berikut :

a. Pemetaan Wilayah Rencana RHL pada masing-masing Pemegang izin berdasarkan rencana

kerja usaha yang akan dilaksanakan

b. Menyusun Standar Pembinaan dan Pemantauan (SOP)

c. Melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan RHL

d. Sosialisasi kebijakan terkait pelaksanaan RHL.

2. Pembinaan dan Pemantauan RHL pada Penggunaan Kawasan Hutan.

Pembinaan dan pemantauan RHL pada penggunaan Kawasan Hutan akan diprioritaskan

pada Izin Pertambangan yang dilaksanakan melalui skema pinjam pakai yaitu sebanyak 10

unit izin Pertambangan dengan luas total 49.221,04 ha. Beberapa kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam rangka pembinaan dan pemantauan RHL pada penggunaan Kawasan

Hutan adalah sebagai berikut :

1. Pemetaan Wilayah Rencana RHL pada masing-masing Pemegang izin berdasarkan rencana

kegiatan penggunaan kawasan

2. Menyusun Standar Pembinaan dan Pemantauan (SOP)

3. Melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan RHL

4. Sosialisasi kebijakan terkait pelaksanaan RHL.

Page 120: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-20

G. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

1. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan

Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan

hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai

secara optimal dan lestari.

Prinsip perlindungan hutan adalah usaha mencegah dan membatasi kerusakan hutan,

kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,

daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertaHankan dan menjaga hak-hak negara,

masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, Hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan maka akan dilakukan beberapa kegiatan

prioritas sebagai berikut :

a. Identifikasi Faktor-Faktor yang menyebabkan Kerusakan Hutan, Kawasan Hutan dan

Hasil Hutan.

Sebelum dilakukan kegiatan perlindungan hutan terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi

faktor-faktor yang menyebakkan kerusakan hutan, baik faktor secara langsung maupun

faktor tidak langsung.

b. Identifikasi dan Pembuatan Peta Kawasan Rawan Keamanan Hutan

Identifikasi dan pemetaan kawasan rawan keamanan hutan akan dilakukan pada seluruh

wilayah KPHP Model Berau Barat baik yang berada pada Wilayah Izin pemanfaatan dan

penggunaan Kawasan maupun yang berada pada Wilayah tertentu yang merupakan suatu

bagian yang tidak dapat terpisahkan.

Identifikasi dan pemetaan kawasan yang berada pada wilayah izin pemanfatan dan

penggunaan kawasan hutan akan dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang izin.

Sedangkan pada wilayah tertentu akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model

Berau Barat. Keluaran dari kegiatan Identifikasi dan Pembuatan Peta Kawasan Rawan

Keamanan Hutan adalah adanya beberapa peta tematik terkait Kerawanan keamanan hutan

yang meliputi :

1) Peta Rawan Perambahan dan llegal Logging

2) Peta Rawan Bencana alam

3) Peta Rawan Kebakaran Hutan

Peta-peta tersebut akan dijadikan acuan bagi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan

pengamanan dan pemantauan terhadap lokasi-lokasi yang rawan keamanan hutan.

c. Sosialisasi Perundang-undangan Kehutanan

Page 121: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-21

Kegiatan sosialisasi perundang-undangan kehutanan akan dilaksanakan pada seluruh

wilayah KPHP Model Berau Barat dengan sasaran masyarakat yang berada disekitar dan di

dalam hutan serta pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang ada

pada wilayah KPHP Model Berau Barat.

Dalam rangka efektifitas maka kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan Perundang-undangan

Kehutanan akan dilakukan secara bersama-sama dan terintegrasi dengan kegiatan

pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Bentuk Kegiatan Sosialisasi

Perundang-undangan yang dilakuakn adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan penyululuhan kepada sasaran kegiatan

2) Pemasangan papan peringatan dan batas-batas kawasan hutan.

3) Brousur, Film dan distribusi peraturan perundang-undangan Kehutanan

4) Distribusi peta-peta kawasan hutan dan pemanfaatan dan penggunaan kawasan

d. Patroli Pengamanan Hutan

Kegiatan Patroli Pengamanan Sumberdaya Hutan akan dlaksanakan pada seluruh wilayah

KPHP Model Berau Barat baik wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaannya

maupun wilayah tertentu. Pada wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan

penggunaannya akan melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap kegiatan

pengamanan yang dilakukan oleh pemegang izin dan pada wilayah tertentu akan dilakukan

secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat.

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan peningkatan peran para pihak maka dilakukan

beberapa kegiatan sebagai berikut :

1) Penyusunan Standar Operasional Prosedur Pengamanan Hutan

2) Pembentukan Satuan Pengamanan Hutan

3) Pembentukan kelompok-kelompok pengamanan hutan di masyarakat

4) Patroli Pengamanan Gabungan

2. Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990

Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya bahwa Konservasi sumber

daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya

dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan

terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya

sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu

kehidupan manusia.

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

yang akan dilakukan meliputi :

Page 122: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-22

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis

yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan mutu kehidupan manusia. Dalam rangka mewujudkan kegiatan tersebut maka

diperlukan identifikasi kawasan–kawasan lindung dan pengaturan pengelolaannya. Dengan

demikian akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi /High concervation

Value Forest (HCVF).

Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi dilaksanakan pada

seluruh wilayah KPHP Model Berau Barat dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan

kriteria sebagai berikut :

Tabel V-12. Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

No Aspek Kriteria HCVF

1 Keanekaragaman Hayati

a. Kawasan yang mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayat yang Penting

b. Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika Ekologi Secara Alami

c. Kawasan yang Mempunyai Ekosistem Langka atau Terancam Punah

2 Jasa Lingkungan Kawasan yang Menyediakan Jasa-jasa lingkungan Alami

3 Sosial budaya

a. Kawasan yang Mempunyai Fungsi penting untuk Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Masyarakat Lokal

b. Kawasan yang Mempunyai Fungi Penting untuk Identitas Budaya

Tradisional Komunitas Lokal

Sumber : Pedoman HCVF 2009

Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :

Pendekatan Pertama yaitu Wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan

Kawasan hutan maka pelaksaannya akan dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang

izin sebagi bagian dari pembinaan dalam mendorong sertifikasi pengelolaan lestari,

terutama untuk perusahaan yang akan masuk dalam sertifikasi FSC (Forest Stewardship

Council), karena Konsep HCVF atau Hutan Bernilai Konservasi Tinggi sebagai prinsip

kesembilan dari standar pengelolaan hutan yang berkelanjutan oleh FSC. Dengan demikian

identifikasi dan pemetaan HCVF merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Dokumen

RKU dan AMDAL Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Pedekatan Kedua,

Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF pada Wilayah tertentu atau wilayah tanpa izin

pengelolaan. Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Berau

Barat, sebagian dari rencana pemanfaatan pada tiap-tiap wilayah tertentu.

2) Pengelolaan Kawasan Lindung/ Kawasan HCVF

Dalam rangka menjamin kelestarian kawasan-kawasan lindung/HCVF, maka perlu dilakukan

pengelolaan secara lestari. Kawasan HCVF yang berada pada Wilayah izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan pengelolaannya akan dilakukan oleh pemegang izin sebagai

Page 123: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-23

bagian dari rencana kegiatan pemanfaatan yang dilakukan, fungsi KPHP pada wilayah berizin

adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan. Sedangkan HCVF yang berada pada

wilayah tertentu akan dilakukan pengelolaan secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat.

Dalam rangka efektifitas pengelolaan Kawasan Lindung / HCVF maka akan dilakukan

beberapa kegiatan sebagai berikut :

a) Penyusunan Master Plan Pengelolaan HCVF (Khusus Wilayah Tertentu)

b) Menyusun standar pemanfaatan dan penggunaan kawasan HCVF

3) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan Lindung/HCVF

Dalam rangka menjamin kelestarian Kawsan Lindung/HCVF maka perlu dilakukan kegiatan

monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap pengelolaan yang telah dilakukan secara

berkala (minimal per tahun), Baik yang ada pada wilayah izin pemanfaatn dan penggunaan

kawasan maupun pada Wilayah tertentu.

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan

dengan menjaga keutuhan kawasan hutan agar tetap dalam keadaan asli. Sedangkan.

Pengawetan jenis tumbuhan dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis

tumbuhan dan satwa yang dilindungi untuk menghindari bahaya kepunahan.

c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan

ruang lingkup kegiatan sebagi berikut :

1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam yaitu dengan tetap menjaga

kelestarian fungsi kawasan.

2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, yaitu dengan memperhatikan kelangsungan

potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.

Page 124: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-24

H. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR PEMEGANG IZIN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun

2007 yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 yang

mengatur mengenai norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan hutan pada KPHL

dan KPHP, dijelaskan bahwa fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan

secara operasional diantaranya melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja

pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan

penggunaan kawasan hutan.

Ruang lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi kegiatan antara pemegang izin dengan KPHP

Model Berau Barat yang akan dilaksanakan pada beberapa aspek sebagai berkut :

Tabel V-13. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi KPHP Model Berau Barat dengan

Pemegang Izin

No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

1 Perencanaan Sinkronisasi data dan informasi hasil inventarisasi (Biofisik & Ekonomi

dan sosial budaya)

Kepastian batas kawasan & batas Wilayah Kelola

Integarasi rencana pengelolaan antara pemegang izin pemanfaatan

(RKU, AMDAL dan RKT), Izin Penggunaan Kawasan Hutan (Rencana

Kegiatan dan Izin Pinjam Pakai & AMDAL) dan Rencana Pengelolaan

KPHP Model berau Barat (RPJP).

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis

perencanaan pada pemegang izin yang akan dilaksanakan oleh KPHP

Model Berau Barat.

2 Pemanfaatan dan

Penggunaan Kawasan

Sinkronisasi data dan informasi pelaksanaan Pemanfaatan dan

penggunaan Kawasan Hutan

Sistim Silvikultur yang dipergunakan dalam pemanfaatan Hasil Hutan

kayu

Kemitraaan dalam pemanfaatan Hasil Hutan antara lain pemanfaatan

limbah, HHBK dan jasa lingkungan

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis

pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang akan dilaksanakan

oleh KPHP Model Berau Barat.

3 Perlindungan dan

Konservasi Sumber Daya

Alam

Sinkronisasi data dan informasi terkait pelaksanaan kegiatan

perlindungan hutan serta pengelolaan kawasan-kawasan lindung.

Pemetaan Kawasan lindung dan kawasan rawan keamanan hutan.

Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi

Sumber daya Alam

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan Perlindungan dan

konservasi Sumber Daya Alam oleh KPHP Model Berau Barat.

4 Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (RHL)

Sinkronisasi dan koordinasi terkait pelaksanaan kegiatan RHL yang

dilaksanakan oleh Pemegang izin

Page 125: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-25

No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan RHL

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan kegiatan RHL

oleh KPHP Model Berau Barat.

5 Pemberdayaan

masyarakat

Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakat antar pemegang izin dan KPHP Model Berau Barat.

Fasilitasi Kemitraaan dan integarasi program/ kegiatan dalam rangka

pemberdayaan masyarakat

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pemberdayaan masyarakat

oleh KPHP Model Berau Barat.

6 Pengembangan Investasi Sebagai penyedia data dan potensi pengembangan investasi dalam

KPHP Model Berau Barat.

Membangun Kemitraan dalam pemanfaatan Wilayah tertentu KPHP

Model Berau Barat

Membangun kemitraan dengan pemegang izin dalam pemanfaatan

Kawasan Hutan, HHBK dan Jasa lingkungan pada Izin pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT).

Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan sinkronisasi dan koordinasi maka perlu dibangun

tata hubungan kerja antara pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

dengan KPHP Model Berau Barat, Norma Standar dan Prosedur dan Kriteria (NSPK)

sinkonisasi dan koordinasi perlu dibangun melalui regulasi yang jelas.

Page 126: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-26

I. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDERS TERKAIT

Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Stakeholders terkait, merupakan salah satu

prasyarat keberhasilan KPHP Model Berau Barat dalam mewujudkan visi dan misi

pengelolaannya, mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan baik dari sisi SDM dan

Kelembagaan, Kewenangan serta Akses Pendanaan. Berdasarkan hasil analisis pemangku

kepentingan yang dilakukan okeh KPHP Model Berau Barat bekerjasama dengan GIZ

Forclime, teridentifikasi beberapa Stakeholders kunci yang ada di KPHP Model Berau Barat

sebagai berikut :

Tabel V-14. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholders pada Wilayah Kelola

KPHP Model Berau Barat.

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

1 Kemetenrian Kehutanan

a. Dirjen Planologi & BPKH

Wilayah IV Smarinda

data & informasi Status dan Fungsi Kawasan Hutan serta

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

Penetapan dan revisi Wilayah KPH

Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan Sarana

prasarana)

Inventarisasi, Tata Hutan & Penyusunan Rencana

Pengelolaan KPHP Model Berau Barat

Penetapan Wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Monitoring dan Pemantauan Izin Pinjam pakai Kawasan

Hutan.

Tata Batas dan Pengukuhan kawasan Hutan

Regulasi dan NSPK Pembangunan KPH

b. Dirjen Bina Usaha

Kehutanan & BP2HP

Samarinda

Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi pada wilayah

tertentu yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau

Barat

Penyusunan Rencana Bisnis KPH

Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan Sarana

prasarana

Regulasi dan NSPK Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi

Monitoring dan Pemantauan Izin Pemanfaatan Kawasan

Hutan

c. Dirjen RLPS & BPEDAS PS Penyusunan Rencana RHL Pada Wilayah KPH

Pengembangan Perhutanan Sosial (Hutan Desa, HKM)

Peningkatan SDM terkait RHL dan Perhutanan Sosial

Regulasi & NSPK Pelaksanaan RHL dan Perhutanan Sosial

d. PHKA &BKSDA Berau Pengelolaan Kawasan Lindung dan Keanekaragaman

hayati yang dilindungi

Pengamanan dan perlindungan hutan

Page 127: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-27

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

e. BP2SDM (Pusdiklat &SMK

Kehutanan)

Fasilitasi SDM KPH melalui Bhakti Sarjana Kehutanan

(Basarhut) dan SMK Kehutanan yang selanjutnya akan

menjadi Bhakti Rimbawan

Peningkatan SDM KPH (Pelatihan & Training)

Regulasi & NSPK SDM KPH

f. Biro Perencanaan

Kemeterian Kehutanan

Pengalokasi Anggaran DAK-Kehutanan untuk

Pembangunan KPH

Kegiatan Forclime Demnstrasi Activities REDD+ di Wilayah

KPHP Model Berau Barat (PT. Sumalindo Lestari Jaya IV &

PT. Inhutani I Labanan) melalui dana perbantuan ke Dinas

Kehutanan Kabupaten Berau

g. Pusat Pengendalian

Pembangunan Kehutanan

Regional III

Konvergensi Kegiatan & penganggaran pembangunan KPH

Pengesahan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP)

KPH

Fasilitasi penyelesaian konflik tenurial pada wilayah KPH

h. Balai Besar

Dopterocarpaceae

Samarinda

Data dan informasi terkait hasil-hasil penelitian pada

KHDTK Labanan

Pengelolaa Kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK)

Kemitraan pengamanan dan perlindungan hutan.

2 Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Timur

Validasi dan informasi Kehutanan

Pengalokasi Anggaran Dekonsentrasi Kehutanan untuk

Pembangunan KPH

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan

Kawasan hutan

3 Dinas Kehutanan Kabupaten

Berau

Data dan informasi Kehutanan

Pengalokasi Anggaran APBD Kehutanan untuk

Pembangunan KPH

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan

Kawasan hutan

Pelaksanaan RHL

Fasilitasi kelembagaan (SDM & Sarana prasarana)

Tata hubungan kerja dan sinkronisasi Tupoksi

4 Bappeda Kabupaten Berau Data dan informasi Penataan Ruang Kabupaten Berau

Pengalokasi Anggaran APBD & APBN untuk Pembangunan

KPH

5 BLH Kabupaten Berau Data dan informasi Pengelolaan Lingkungan (Dokumen

AMDAL Pemegang izin)

Pengelolaan kawasan lindung

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan

Kawasan hutan terkait aspek lingkungan.

6 Dinas Pertambangan Data dan informasi terkait izin pertambangan dan pinjam

Page 128: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-28

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

Kabupaten Berau pakai di Wilayah KPHP Model Berau Barat

Monitoring dan Evaluasi kegiatan pertambangan dan

pinjam pakai.

7 Badan Pertanahan Nasional

(BPN)

Data dan informasi terkait Status Hak milik pengelolaan

lahan yang ada pada kawasan hutan

Batas areal transmigrasi yang masuk dalam wilayah KPHP

Model Berau Barat.

Penyelesaian kasus-kasus tenurial pada wilayah KPHP

Model Berau Barat.

8 Polres (Polsek Kelay, Segah,

Teluk bayur dan Sambaliung)

Pengamanan dan perlindungan hutan

Penyelesaian konflik-konflik tenurial pada wilayah KPHP

Model Berau Barat.

9 Kecamatan (Kelay, Segah,

Teluk Bayur dan Sambaliung)

Pemberdayaan masyarakat kampung disekitar hutan

Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat dengan

pemagang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutan.

10 Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM/NGO)

antara lain : TNC, GIZ

Forclime, WWF, Cifor, Bestari,

OWT, Menapak, Kanopi,

Yakobi, Likos, Mata

Lingkungan, TBI, Bioma,

Pinjalin.

Data dan informasi melalui penelitian-penelitian

pengembangan pengelolaan kawasan hutan

Pendampingan dan peningkatan kapasitas pemegang izin

pemanfaatan hutan untuk sertifikasi

Pendampingan masyarakat dalam membangun kemitraan

pengelolaan kawasan hutan.

Pegembangan metode dan teknologi pengelolaan

kawasan hutan.

Pendampingan KPHP Berau Barat dalam peningkatan

kapasitas dan pengembangan pengelolaan kawasan hutan

11 Kelompok-kelompok

masyarakat dan lembaga

antara lain : Forum Kampung

Hulu Kelay (6 Kampung), BP-

Segah (4 Kampung), Lembaga

adat kampung.

Pemberdayaan masyarakat kampung disekitar hutan

Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat dengan

pemagang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutan

Membangun kemitraan antara pemegang izin dan KPHP

Model Berau Barat

Monitoring pengelolaan sumberdayaalam secara

partisipatif

Kegiatan koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder yang terkait dengan KPHP

Berau Barat untuk mensinegikan, mengintegrasi dan mengelaborasi program dan kegiatan

KPHP Model Berau Barat, sekaligus mengkomunikasi keberadaan, tugas, pokok dan fungsi

dari KPHP Berau Barat, karena itu perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Membangun Standar dan Mekanisme Koordinasi dan sinergi antar intar intansi dan

Stakeholders lain secara bersama-sama.

Page 129: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-29

2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi stakeholder yang melakukan kegiatan di wilayah

KPHP Model Berau Barat lebih detail termasuk kewenangannya terkait pembangunan

KPHP Model Berau Barat.

3. Melakukan integrasi program dan kegiatan dengan instansi dan Stakeholders terkait

4. Melakukan pengembangan program bersama .

Dalam rangka efektiftas pelaksanaan Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan

Stakeholder terkait maka perlu dibangun forum bersama antara stakeholder berdasarkan

simpul-simpul kegiatan yang kan dilaksanakan. Dalam Kontek Koordinasi dan Sinerji dengan

instansi dan stakeholder yang terkait telah dibentuk Foruk Komunikasi Tenurial KPHP Model

Berau Barat dan Forum PHMB.

Page 130: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-30

J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM

KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang baru dan merupakan lembaga persiapan

KPHP dalam bentuk SKPD, dengan demikian kondisi SDM masih sangat terbatas. Sampai

dengan tahun 2014 kondisi SDM yang ada di KPHP Model Berau Barat adalah sebagai

berikut :

Tabel V-15. Kondisi SDM pada KPHP Model Berau Barat.

No Jabatarn Jumlah Keteraangan

1 Kepala KPH 1 PNS

2 Polisi Kehutanan 1 PNS

3 Staf/Wasganil PHPL 4 PNS

4 Basarhut 2 Kontrak

5 SMK-Kehutanan 4 Kontrak

6 Honor KPH 2 Kontrak

7 Perbantuan TNC 1 Kontrak

8 Tenaga Perbantuan GIZ 3 Kontrak

Jumlah 18

Kondisi staf tersebut masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan rentang kendali dan

rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP Model Berau Barat, sehingga masih

dibutuhkan penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM

1. Penyediaan SDM

Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan aparatur/personil maka perlu dilakukan

penyusunan rencana SDM KPHP Model Berau Barat yang disesuaikan dengan beban kerja

dan jumlah aparatur yang dibutuhkan. Dan secara simultan dilakukan penambahan personil

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam rangka memastikan KPHP Model Berau Barat beroprasi secara maksimal maka

prioritas penyediaan SDM yang akan dilakukan pada priode 2015-2024 adalah sebagai

berikut :

Tabel V-16. Prioritas Rencana Pemenuhan SDM KPHP Model Berau Barat.

No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan

A Jabatan Strkutural

Kepala KPH 1 sudah ada

Kabag TU 1

Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD

Kepala RPH 2 RPH Kelay & RPH Segah

B Jabatan Fungsional

Page 131: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-31

No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan

Perencanaan Hutan

Wasganis Canhut 4 Masing-masing RP 2 orang, untuk pengawasan

perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan

rencana wilayah tertentu

Wasganis TC 4 Masing-masing RP 2 orang, untuk pengawasan

perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan

rencana wilayah tertentu

Pengukuran dan

Perpetaan (GIS)

2 Masing-masing RPH 1 orang

Perlindungan Hutan &

Konservasi SDA

a. Polisi Kehutanan 20 Masing-masing RPH 10 orang

b. PPNS Kehutanan 2 Masing-masing RPH 1 orang

c. PEH 2 Masing-masing RPH 1 orang

d. Pengendali konflik

tenurial

2 Masing-masing RPH 1 orang

e. Pengendali Kebakaran

Hutan

4 Masing-Masing RPH 2 orang

Pemanfaatan dan Monev

Perizinanan

a. Wasganis Pemanenan

Hutan

2 Masing-masing RPH 1 orang

b. Wasganis PKB 2 Masing-masing RPH 1 orang

RHL dan Perhutanan

Sosial

a. Pengelola Persemain 10

b. Pemberdayaan

masyarakat dan

penyuluhan

4 Masing-masing RPH 2 orang

c. Teknis HHBK 4 Masing-masing RPH 2 orang

C Kebutuhan Khusus

a. Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistem keuangan BLUD pada KPHP

Model Berau Barat

b. Pengelola Keuangan 4 Pengelola keuangan dan Pembantu Pengelola

Keuangan

Jumlah 83

2. Peningkatan Kapasitas Aparatur

Disamping pemenuhan kebutuhan jumlah aparatur, pengembangan aparatur juga perlu

dilakukan baik struktural maupun fungsional. Pendidikan dan latihan struktural tentunya

telah baku ditetapkan oleh Badan Diklat Daerah. Pendidikan teknis fungsional untuk tenaga

lapangan perlu dirancang untuk dapat difasilitasi agar penyelenggaraan pengelolaan hutan

Page 132: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-32

semakin berkualitas. Berbagai pendidikan dan latihan ini yang dibutuhkan diantaranya Diklat

perencanaan hutan, diklat polisi kehutanan, Diklat Pengawas Teknis Pengelolaan Hutan

Produksi Lestari (Wasganis PHPL) meliputi Wasganis Canhut (Perencanaan), Wasganis

Menhut (Pemanenan Hutan), Wasganis PKB (Penguji Kayu Bulat), Wasganis Binhut

(Pembinaan Hutan), Diklat Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Konservasi, Diklat

Penatausahaan Hasil Hutan Kayu, Diklat Pengolahan Hasil Hutan Kayu Dan Non Kayu, Diklat

Resolusi Dan Manjemen Konflik, Diklat GIS Dan Perpetaan Serta Lainnya.

Tabel V-17. Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Berau Barat.

No Uraian Diklat Jumlah Keterangan

A Diklat Struktural

1. Diklat Kepla KPH 1 sudah ada

2. Diklat Perencanaan Hutan 1

3. Diklat Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD

4. Diklat Kepala RPH 2 RPH Kelay & RPH Segah

B Jabatan Fungsional

Perencanaan Hutan

1. Diklat Perencanaan Hutan (Wasganis Canhut) 4 Masing-masing RP 2 orang,

2. Diklat Pengukuran dan Perpetaan (GIS) 2 Masing-masing RPH 1 orang

Perlindungan Hutan & Konservasi SDA

3. Diklat Polisi Kehutanan 20 Masing-masing RPH 10 orang

4. Diklat PPNS Kehutanan 2 Masing-masing RPH 1 orang

5. Diklat PEH 2 Masing-masing RPH 1 orang

6. Diklat Pengendali konflik tenurial 2 Masing-masing RPH 1 orang

7. Diklat Pengendali Kebakaran Hutan 4 Masing-Masing RPH 2 orang

Pemanfaatan dan Monev Perizinanan

1. Wasganis Pemanenan Hutan 2 Masing-masing RPH 1 orang

2. Wasganis PKB 2 Masing-masing RPH 1 orang

RHL dan Perhutanan Sosial

1. Pengelola Persemain 10

2. Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan 4 Masing-masing RPH 2 orang.

C Kebutuhan Khusus

1. Diklat Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistim keuangan BLUD

pada KPHP Model Berau Barat

2. Diklat Pengelola Keuangan 1

Page 133: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-33

c. Pengadaan dan Peningkatan SDM Lain

Dalam rangka pengelolaan Wilayah tertentu dan pengembangan rencana bisnis masih akan

diperlukan pengadaan tenaga dan peningkatan SDM sesuai dengan kebutuhan. Jumlah dan

spesipikasi SDM dalam rangka pengelolaan wilayah tertentu dan pengembangan bisnis KPH

akan terintegrasi dalam dokumen rencana bisnis yang akan disusun oleh KPHP Model Berau

Barat.

K. SARANA DAN PRASARANA

KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang baru terbentuk sehingga masih

membutuhkan sarana prasarana seperti; sarana prasarana perkantoran baik pada KPH, BDH

dan RPH, sarana kantor dan rumah dinas RPH. Sarana teknis seperti radio komunikasi,

kompas, GPS, theodolit, sarana pengamanan hutan (mobil patroli, borgol, tali, pakaian

kelengkapan polhut dan lainnya) Standarisasi sarana prasarana pada setiap RPH ini perlu

ditetapkan secara layak agar petugas lapangan yang bekerja di tengah hutan dapat

menyelenggarakan tugasnya dengan baik.

Prioritas Kebutuhan sarana dan Prasarana pada priode tahun 2015-2024 adalah sebagai

berkut :

Tabel V-18. Prioritas Pemenuhan Sarana Prasarana dan Peralatan KPHP Model

Berau Barat.

No Bentuk Kebutuhan Sapras dan

Peralatan Jumlah Keterangan

A Sarana Prasarana

1 Pembangunan Kantor KPH 1 Unit sudah ada

2 Pembangunan Kantor RPH 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah

3 Pembangunan Guest House 1 Unit Ibukota Kabupaten

4 Pembangunan Mess Pegawai 2 Unit RPH Kelay, RPH Segah

5 Pembangunan Pos Pengamanan 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah

6 Pengadaan Kendaraan Roda 4 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah

7 Pengadaan Kendaraan Roda 2 15 Unit RPH Kelay dan RPH Segah

8 Pengadaan Alat Transportasi Sungai 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah

9 Pengadaan Air Conditioner 8 Unit

10 Sarana Pemadam Kebakaran Hutan 1 Paket RPH Kelay dan RPH Segah

11 Sarana Kantor KPH 1 Paket sudah ada

12 Sarana Kantor RPH 2 Paket RPH Kelay dan RPH Segah

B Peralatan Kantor

1 Komputer 12 Unit sudah ada 4 unit

2 Notebook 12 Unit sudah ada 1 unit

3 Mesin Tik 3 Unit

Page 134: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-34

No Bentuk Kebutuhan Sapras dan

Peralatan Jumlah Keterangan

4 Printer A3 6 Unit sudah ada 1 unit

5 Printer 6 Unit sudah ada 1 unit

6 Scanner 6 Unit sudah ada 1 unit

7 Plotter 1 Unit sudah ada 1 unit

8 UPS/Stabilizer 12 Unit

9 Proyektor 3 Unit

10 Kamera Digital 3 unit

11 Kamera DSLR 3 Unit

12 Handycamp 3 Unit

13 Recorder 4 Unit

C Peralatan Kehutanan

1 GPS 10 Unit sudah ada 2 unit

2 Kompas 10 Unit

3 Klinometer 10 Unit

4 Phi Band 10 Unit

5 Meteran Roll 10 Unit

6 Laser Meter 10 Unit

7 Hagameter 10 Unit

8 Binokuler 6 Unit

9 Monokuler 6 Unit

10 Setphone 4 Unit

11 Radio Handy Talkie 3 Unit

12 Handy Talkie 12 Unit

13 Life Jacket (Pelampung) 15 Unit

14 Pelbet 10 Unit

15 Peralatan Polisi Kehutanan PM sesuai dengan kebutuhan

16 Peralatan Pengelolaan Hasil Hutan

Kayu dan Hasil Hutan Non Kayu

PM sesuai dengan kebutuhan

17 Peralatan Herbarium PM sesuai dengan kebutuhan

18 Dll PM sesuai kebutuhan

Dalam rangka pengelolaan Wilayah tertentu dan pengembangan rencana bisnis masih akan

diperlukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan. Jumlah dan

spesipikasi sarana dan prasarana dalam rangka pengelolaan wilayah tertentu dan

pengembangan bisnis KPH akan terintegrasi dalam dokumen rencana bisnis yang akan

disusun oleh KPHP Model Berau Barat.

Page 135: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-35

L. PENYEDIAN PENDANAAN.

Dalam Pembangunan KPH ketersediaan dana merupakan salah satu komponen yang penting

untuk mendapat perhatian. Dalam pembangunan KPHP Model Berau Barat beberapa

komponen yang terkait dengan pendanaan antara lain : Penyiapan sarana dan prasarana,

Pengembangan ADM, penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengembangan kegiatan

pengelolaan serta pengembangan investasi bisnis KPHP Model Berau Barat. Beberapa

Peluang Pendanaan Pemabangunan KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :

1. Pendanaan APBN

APBN merupakan sumber penyediaan dana yang cukup strategis dalam pembangunan KPH

termasuk KPHP Model Berau Barat. Pembangunan KPH merupakan prioritas nasional melelui

Kementerian kehutanan akan dialokasikan dana untuk pembangunan KPH. Salah satu wujud

komitmen Pemerintah dalam pembangunan KPH adalah mengeluarkan kebijakan khusus

terkait pemenuhan sarana sarana dan prasarana pada KPHP Model. Yaitu melalui Peraturan

Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor : P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi

Fasilitasi Sarana dan prasara Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan

Hutan Produksi Model. Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut)

Nomor : P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasara Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi Model disebutkan bahwa

fasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan KPHP Model diberikan oleh Pemerintah guna

mendorong beroperasinya KPHL dan KPHP di lapangan. Realisasi kebijakan tersebut melalui

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan pada tahun 2013, telah

diadakan penyediaan pendanaan APBN untuk sarana dan parasarana KPHP Berau Barat

berupa : Fasilitasi Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang, pengadaan Bangunan

Kantor, Kendaraan roda 2 dan roda 4 serta peralatan-peralatan kehutanan.

Beberapa skema pendanaan APBN yang memungkinkan untuk pembiayaan pembangunan

KPH adalah sebagi berikut :

Tabel V-19. Skema Penyediaan Pendanan APBN Untuk Pembangunan KPHP Model

Berau Barat

No Skema Keterangaan

1 APBN DIPA Kementrian Kehutanan

(BPKH, BP2HP, Pusdal Regional IV)

Dilaksanakan melalui UPT dari masing-masing Direktorat. Tahun

2013. KPHP Berau Barat telah dapat untuk meyediaan sarana

prasaran dan fasilitasi RPJP.

2 DAK-Kehutanan Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang tubuh APBD. Tahun

2014, pemerintah Kabupaten Berau dapat sebesar 1.8 Miliar

dan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat

3 Dana Perbantuan Dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah, di Kabupaten

Berau telah ada realisasi Dana Perbantuan melalui perogram

Forclime

Page 136: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-36

Skema-skema pendanan tersebut diharapkan tidak hanya membiayai pengadaan sarana dan

prasaran akan tetapi juga untuk operasional pengelolaan dan peningkatankapasitas SDM

KPHP Model Berau Barat.

2. Pendanaan APBD Provinsi

Pembiayaan pendanaan pembiayaan pembangunan KPHP Model Berau Barat dapat

dilakukan melalui APBD Provinsi Kaliamantan Timur, melalui beberapa skema sebagi

berikut :

Tabel V-20. Skema Penyediaan Pendanan APBD Provinsi Untuk Pembangunan

KPHP Model Berau Barat.

No Skema Keterangaan

1 APBD Provinsi Kaltim Murni Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan

Timur

2 APBD Provinsi Luncuran Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan

Kabupaten Berau/KPPHP Model Berau Barat.

3 Dana Dekonsentrasi Kehutanan Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan

Timur

3. Pendanaan APBD Kabupaten Berau

KPHP Model Berau Barat merupakan organisasi perangkat daerah, sehingga penganggaran

juga harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Berau. KPHP Model Berau Barat masih

merupakan bagian dari Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, sehingga pendanaannya masih

menempel pada Dinas Kehutanan Kabupaten Berau.

Tabel V-21. Skema Penyediaan Pendaan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan KPHP

Model Berau Barat.

No Skema Keterangaan

1. APBD Murni DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Berau dilaksanakan melalui

oleh KPHP Model Berau Barat.

2. DBH-DR Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang tubuh APBD.

Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Berau dapat sebesar 1.8

Miliar dan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat

Harapan kedepannya KPHP Model Berau Barat didorong menjadi SKPD sendiri /Satker

sehingga pendanannya lebih maksimal karena tidak tergantung dengan DIPA Dinas

Kehutanan Kabupaten Berau.

Page 137: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-37

4. Pendanaan Mitra Lain

Berdasarkan berbagai kegiatan yang dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai pihak

yang bekerja di wilayah KPHP Model Berau Barat terutama lembaga-lembaga Non

Pemerintah/LSM, baik lokal maupun Internasional. Beberapa Potensi Pendaan pelaksanaan

yang ada di KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :

Tabel V-22. Skema Penyediaan Pendanan Mitra Lain Untuk Pembangunan

KPHP Model Berau Barat.

No Skema Ruang Lingkup Penyediaan Pendanaan

1 Forclime TC-GIZ Peningkatan Kelembagaan KPH (organisasi, SDM, Rencana

Pengelolaan)

Pengembangan model-model pengelolaan berbasis KPH dan

mansyarakat.

2 Forclime FC-KFW Program Forclime (DA-REDD+)

3 GE-LAMA-I Kegiatan terkait Ekonomi hijau dan RAD-GRK

4 TNC Peningkatan Kapasitas KPH, Masyarakat dan IUPHHK-HA

Pendampingan Sertifikasi PHPL bagi IUPHHK-HA/HT

Memabangun desa model dalam pengelolaan sumber daya

alam secara lestari berbasis masyarakat.

Fasilitasi LSM untuk pengembangan desa model

Fasilitasi kegiatan kemitraan dengan KPH

5 TBI Fasilitasi dan pendampingan PHPL untuk IUPHHK-HA (sdh ada 4

unit IUPHHK-HA yang didampingi si wilayah KPHP Model Berau

Barat

6 TFCA Pendanaan untuk LSM dalam rangka pengembangan pengelolaan

secara lestari , KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu

menjadi prioritas wilayah kegiatan.

7 BP-REDD+/FREDDI Pengembangan program REDD+

8 Bank Dunia/FIP/FCPF

9 IUPHHK-HA/HT PMDH, CSR dan Kemitraan dengan masyarakat

10 Tambang/Izin Pinjam Pakai Pelaksanaan Rehabilitasu DAS untuk izin pinjam pakai

sudah ada kerjasama dengan PT. Berau Coal seluas 4.600

ha, pengelolaan dana CSR

Dalam rangka memaksimalkan pendanaan maka dilakukan koordinasi dan sinergi program

dan kegiatan antara KPHP Model Berau Barat dengan semua mitra yang bekerja dalam

wilayah KPHP model Berau Barat.

Page 138: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-38

5. Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP

Dalam rangka pembangunan KPHP Model Berau Barat secara mandiri, akan dikembangkan

invastasi berbasis KPH yang akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat,

sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian rencana pengembangan investasi/bisnis KPHP

Model Berau Barat. Kedepannya Pendanaan berbagai kegiatan yang akan dilaksankan oleh

KPHP Model Berau Barat dihasilkan dari pengembangan investasi KPH.

Page 139: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-39

M. PENGEMBANGAN DATABASE

Berdasarkan pengumpulan data dan informasi melalui kegiatan inventarisasi berkala maka

perlu dilakukan pembangunan database untuk mendukung pengelolaan KPHP Model Berau

Barat. Pembangunan data base ini terkait informasi biofisik, sosial budaya dan ekonomi

masyarakat, serta pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Data base ini disusun

secara sistematik dan berbasis komputerisasi internet dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengadaan Peralatan Pendukung Data Base

2. Pengelolaan data base bioGio-fisik, sosial ekonomi budaya, pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan

3. Pembangunan data base berbasis spasial

4. Penyusunan protokol dan mekanisme pertukaran data

5. Pembangunan sistem komputerisasi dan internet

N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA.

Rasionalisasi Wilayah KPHP Model Berau Barat sangat memungkinkan untuk dilakukan

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Perubahan fungsi Kawasaan Hutan

Berdasarkan Draf Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Berau, serta peta penunjukan

Kawasan hutan dan Perairan Kalimantan Timur beberapa wilayah kawasan hutan yang

berada pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat mengalami perubahan fungsi menjadi

Areal Penggunaan lain (APL) seluas 19.973,64 ha dan Hutan produksi Konversi (HPK) seluas

917,66 ha, ini artinya kawasan tersebut akan dikelola untuk kegiatan diluar sektor kehutanan

dan tidak menjadi tanggungjawab KPHP Model Berau Barat.

2. Rentang Kendali Pengelolaan dan Pengawasan

KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu KPH terluas yaitu 786,021 ha, ini akan

membutuhkan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai. Dengan

mempertimbangkan efektifitas pengelolaan akan diadakan evaluasi untuk rasionalisasi

kawasan wilayah kelola KPH. Terutama perubahan fungsi kawasan, ketersediaan Sumber

daya manusia dan sarana prasarana pengelolaan, serta keberadaan masyarakat didalam dan

disekitar kawasan hutan.

3. Konflik Tenurial

Keberadaan masyarakat yang secara turun temurun didalam dan sekitar kawasan hutan

perlu dipertimbangkan untuk evclave kawasan hutan, untuk memberikan kepastian status

kawasan terhadap wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dan masyarakat. Setidaknya ada

10 kampung yang pemukimannya berada dalam kawasan hutan KPHP Model Berau Barat.

Page 140: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-40

Demikian juga lahan-lahan transmigrasi yang beberapa lahan yang telah disertifikatkan

masuk dalam Kawasan Hutan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut akan dilakukan Rasionalisasi Wilayah KPHP

Model Berau Barat akan dilakukan 10 tahun sekali, melalui evaluasi efektifitas dan efisiensi

pengelolaan yang telah dilakukan.

O. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN (MINIMAL 5 TAHUN SEKALI)

Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat ini

berdurasi satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa itu dimungkinkan terjadi dinamika politik

dan sosial ekonomi yang menuntut peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan

dipertimbangkan rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya

bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi atas rencana

yang sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi menjadi

bagian penting dalam pertimbangan (lihat juga Gambar 5.1. sebelumnya). Review memang

bisa dilakukan: (a) Sebagai bagian dari tahapan tetap yang sudah direncanakan atau

diberikan kesempatan pada masa tertentu dari dokumen, meskipun tidak harus dilakukan;

akan tetapi juga bisa (b) Sebagai respon terhadap kecenderungan dari penurunan kualitas

dokumen akibat dari perkembangan yang tidak diduga sebelumnya atau tidak sesuai dengan

asumsi yang ditetapkan saat perencanaan dokumen ini disusun.

Metoda utama yang digunakan untuk review Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat

adalah Analisis Isi secara Kualitatif (Qualitative Content Analysis) terhadap dokumen

perencanaan pengelolaan KPH sendiri dan dokumen perencanaan daerah dan kehutanan

lainnya, dokumen-dokumen serta laporan-laporan terkait yang tersedia berkaitan dengan

hutan dan kehutanan, serta perubahan peraturan perundangan yang berlaku selama kurun

waktu 5 (lima) tahun terakhir, selanjutnya dikombinasikan dengan Analisis Kesenjangan

(Gap Analysis) berkaitan dengan implementasinya, observasi fakta lapangandan jika

diperlukan hasil interviews terhadap parapihak yang relevan terhadap lingkup dan tujuan

review. Adapun alur dari review ini secara sederhana disajikan sebagai berikut :

Page 141: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-41

Berdasarkan Gambar V.1. di atas, terdapat 4 (empat) aspek sebagai lingkup review, yaitu:

1. Substansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah sudah mencakup

keseluruhan informasi kondisi, permasalahan, kebutuhan dan bahkan tantangan yang

dihadapi secara lengkap dan terpercaya agar mampu untuk merealisasikan Visi dan Misi

pembangunan KPH tersebut;

2. Implementasi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang sejauh mana substansi yang

ada selama 5 tahuan pertama memungkinkan diimplementasikan dengan komitmen,

konsisten dan konsekwensi oleh seluruh jajaran KPH dan mendapat dukungan dari

institusi lainnya;

3. Relevansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang kesesuaian substansi dan

implementasi RK dengan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan daerah

lainnya, baik yang bersifat vertikal maupun horisontal, agar tercapai harmonisasi dalam

pencapaian tujuan pembangunan secara umum dan pembangunan kehutanan secara

khusus;

4. Adaptabilitas RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah substansi,

implementasi dan relevansi yang dimiliki RK yang ada bisa menyesuaikan diri (luwes)

terhadap segala kemungkinan perubahan atau dinamika politik, sosial dan ekonomi sejak

awal implementasi hingga akhir jangka waktu perencanaan nantinya.

Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada perubahan daripada

RK KPHP Model Berau Barat kecuali strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi

dan Misi yang telah ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan

dalam perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan (c)

Dilakukan revisi total terhadap dokumen ini sebagai RK KPHP Model Berau Barat,

RK KPHP-

Model

Berau Barat

2015-2024

Hasil dan

Kesimpulan

Review

Strateji Akselerasi

Modifikasi RK

Tahunan

Revisi Total RK

Qualitative

Content

Analysis dan

Gap Analysis

Reko-

mendasi

Opsi

1. Substansi 2. Implementasi

3. Relevansi 4. Adaptabilitas

RK KPHP Berau

Barat, KALTIM

2015-2024

Inputs

Gambar V-1. Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP-Model Berau Barat 2015-2024

Page 142: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-42

dikarenakan tidak mungkin dilanjutkan guna mencapai Visi dan Misi dengan substansi yang

ada, khususnya akibat perubahan eksternal yang mendasar (misal perubahan politik

kehutanan dan pemerintahan di pusat/daerah).

Beberapa hal yang akan menjadi prioritas dalam review rencana pengelolaan adalah sebagai

berkut :

a. Rencana Pengelolaan Wilayah Tertentu, terutama pada blok pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman (WT-HP1 dan WT-HP2) dan Pengembangan

Wisata Alam (HT-HP3, WT-HP4, WT-HL5).

b. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terutama

pengembangan madu dan tanaman obat-obatan.

c. Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan.

d. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu.

e. Rencana Pengembangan Investasi.

Page 143: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-43

P. PENGEMBANGAN INVESTASI

Berdasarkan identifikasi potensi sumber daya yang ada di KPHP Model Berau Barat, maka

beberapa klasifikasi potensi Bisnis yang akan dikembangkan dalam kurun waktu 10 Tahun

adalah sebagai berkut :

1. Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Terpadu

Penglolaan Hasil Hutan Terpadu merupakan upaya mengintegrasikan antara pemanfaatan

Hasil Hutan kayu yang ada di hulu dengan pengelolaan Hasil Hutan Kayu di Hilir melalui

pembangunan industri primer dan pengelolaan limbah kayu. Secara garis besar

pengembangan invastasi akan dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Tertentu

b. Pembangunan Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IPHHK)

c. Pemanfaatan Limbah Kayu

Gambaran Potensi Materail yang ada dan produk yang akan dihasilkan dapat dilihat pada

tabel berkut :

Tabel V-23. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi melalui Pengelolaan Hasil Hutan

Kayu Terpadu.

Klasifiksi

Pemanfaatan Potensi Material Produks

A. Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu

Wilayah Tertentu pada Hutan Produksi (WT-HP1 dan

WT-HP2) pada Blok PHHK-HA/HT seluas 22.417,98 ha

1. Kayu Log Hutan

Alam

2. Kayu Log Hutan

Tanaman

B. Pengelolaan Hasil

Hutan Kayu

1. Pemanfaatan HHK dari Wilayah Tertentu

2. 10 % Kewajiban IUPHHK-HA (7 Unit), IUPHHK_HT (1

Unit) untu kayu lokal

3. Pembukaan lahan Izin Penggunaan Kawasan

(Tambang) dalam Wilayah KPHP Model berau

Barat), ada 10 Unit Izin Tambang.

1. Kayu Gergajian

2. Playwood

3. Mebeler

4. Kerajinan

C. Pemanfaatan

Limbah Kayu

1. Limbah Pemanfaatan HHK dari Wilayah Tertentu

(IUPHHK-HA pada WT2)

2. Limbah Hasil Produksi IUPHHK-HA (7 Unit),

IUPHHK_HT (1 Unit)

3. Limbah Industri Primer Pengelolaan Hasil Hutan

Kayu (IPPHK) dan yang ada disekitar KPH

4. Limbah Pembukaan lahan Izin Penggunaan

Kawasan (Tambang) dalam Wilayah KPHP Model

berau Barat), ada 10 Unit Izin Tambang

1. Wood Pellet

2. Bioethanol/energi

3. Chips

Dalam rangka implementasi pengembangan perbenihan dan pembibitan dalam skala

investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun Master Plan/Rencana Bisnis

b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT untuk Wilayah Tertentu Berdasarkan IHMB

Page 144: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-44

c. Penyusunan rencanan Pembangunan Industri Primer Hasil Hutan

d. Kajian dan Penyusunan Rencana Pemanfaatn Limbah

e. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan sarana prasarana )

f. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.

2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat

ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan

hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK), melainkan juga manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK), karbon dan Ekowisata Produk-produk yang dihasilkan dari jenis tanaman HHBK

dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya untuk pangan (Food), energi

(Energy) dan obat-obatan termasuk kosmetika (Medicine).

Hasil Hutan Bukan kayu merupakan salah satu potensi yang ada di Wilayah KPHP Model

Berau Barat yang sampai saat ini belum dikelola dengan baik. HHBK memiliki potensi untuk

dikembangkan skala investasi/bisnis, jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu dengan

pengembangan teknologi dan hasil penelitian yang memadai. Dalam rangka pengembangan

HHBK untuk investasi/Bisnis, KPHP Model Berau Barat akan memprioritaskan pada

pengembangan Pengelolaan madu baik madu alam maupun madu budidaya dan

pengembangan dan pengelolaan tanaman, buah-buahan, daun serta jamur untuk penghasil

obat-obatan. Gambaran potensi pengembangan hal tersebut sebagai berikut :

Tabel V-24. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP Model

Berau Barat.

Klasifikasi

Pemanfaatan Potensi Material Produk

A. Pengelolaan Madu

Alam dan Budidaya

(Trigona)

1. Terdapat 15 Kampung di sekitar dan di dalam

wilayah KPHP Model Berau Barat sebagai penghasil

madu alam Apis dorsata dengan rata-rata produksi

pada musin panen raya mencapai 1-2 Ton/kampung,

dan saat ini yang dimanfaatkan oleh masyarakat

hanya madunya, sedangkan produk turunan lainnya

belum dimanfaatkan.

2. Berdasarkan hasil survei dan orientasi yang telah

dilakukan bekerjasama dengan GIZ Forclime,

Universitas Mulawarman potensi pengembangan

budidaya madu/Trigona pada Setiap Kampung di

wilayah KPHP Model Berau Barat cukup tinggi (Saat

ini sudah diujicoba pada 5 kampung).

1. Madu Alam yang

tersertifikasi

2. Madu Budidaya

Tersertifikasi

3. Obat-Obatan

(Propolis, beebread)

4. Lilin

B. Pengelolaan Hasil

Hutan Bukan Kayu

untuk obat-obatan

1. Beberapa Kampung yang ada di dalam dan sekitar

KPHP Model Berau Barat telah memanfaatkan

beberapa tanaman, buah-buahan, daun-daunan,

getah, Jamur untuk obat-obat tradisional

2. KPHP Model Berau Barat memiliki beberapa

1. Obat-Obatan Herbal

2. Kosmetik

Page 145: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-45

Klasifikasi

Pemanfaatan Potensi Material Produk

kawasan hutan yang mudah diakses baik dengan

jalan darat maupun sungai seperti WT_HP4

( KHDTK), WT-HL5 (Hutan Lindung Sungai Lesan),

serta beberapa IUPHHK-HA yang berbatasan

langsung dengan masyarakat.

Peningkatan pertambahan penduduk yang cukup pesat berdampak pada meningkatnya

kebutuhan masyarakat akan pangan, energi dan obat, sementara produk yang dihasilkan

dari tanaman HHBK selama ini belum dapat memenuhi baik kebutuhan sehari-hari maupun

penambahan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Dengan demikian ketiga manfaat HHBK

tersebut telah menjadi isu global yang cukup penting saat ini. Untuk menghadapi isu global

tersebut, maka tujuan dari Pengelolaan HHBK ini adalah meningkatkan produktivitas dan

nilai ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai sumber pangan, energi dan bahan

obat-obatan serta kosmetik.

Pendekatan yang akan ditempuh oleh KPHP Model Berau Barat untuk mencapai tujuan

tersebut adalah menjawab permasalahan yang ada melalui beberapa komponen riset dari

aspek hulu sampai hilir yaitu aspek budidaya (termasuk bioteknologi dan pemuliaan),

pengolahan dan sosial ekonomi serta kebijakan HHBK. Pengelolaan HHBK yang tepat

merupakan suatu sistem perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan

pemanfaatan/pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan

masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada peningkatan

pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula pada pemenuhan bahan

baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan, energi pedesaan dan industri farmasi.

3. Pengembangan Wisata Alam

Sebagaimanan dijelaskan sebelumnya bahwa KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu

daerah yang memiliki keanegaraman hayati yang tinggi berupa sumber daya alam yang

berlimpah,yang berpotensi bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.

Potensi Obyek wisata alam yang ada pada Wilayah KPHP Model Berau Barat, antara lain

berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan

bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang secara optimal untuk

kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan potensi obyek wisata alam ini merupakan sumber

daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan

pelestarian lingkungan.

Prioritas Wilayah KPHP Model Berau Barat yang akan dikembangkan Wisata Alam sekala

investasi /bisnis adalah Kawasan Lindung Sungai Lesan seluas 11.238,31 ha (khusunya Blok

Pemanfaatna) dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus /KHDTK Labanan dengan luas

areal 7.900 ha. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut :

Page 146: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-46

Tabel V-25. Pertimbangan Penentuan Lokasi Pengembangan Investasi Bisnis Wisata Alam

Pada KPHP Model Berau Bara

No Lokasi Pertimbangan Potensi Wilayah

1 Kawasan Lindung

Sungai Lesan

1. Keanekaragamaan flora dan fauna tinggi dan masih baik (termasuk

keberadaan orang utan dan macan dahan)

2. Akssesibilitas relatif mudah dan terjangkau

3. Budaya masyarakat disekitar kawasan beranekaragam (masih ada budaya

asli)

4. Dukungan dan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah terhadap

kelestarian kawasan cukup tinggi

5. Sudah ada beberapa sarana prasarana (Stasiun monitoring dan Guest house

6. Sudah pernah dikembangkan sebgai objek wisata dan penelitian (juara 3

nasional sapta pesona)

7. Potensi fisik hutan, sungai dan jeram menantang

2

KHDTK

1. Keanekaragamaan flora dan fauna tinggi dan masih baik (termasuk

keberadaan orang utan dan macan dahan)

2. Akssesibilitas relatif mudah dan terjangkau karena dilewati jalan provinsi

(Berau-Samarinda)

3. Budaya masyarakat disekitar kawasan beranekaragam (masih ada budaya

asli)

4. Dukungan dan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah terhadap

kelestarian kawasan cukup tinggi

5. Ada Plot Penelitian STREEK, hasil penggalan kerjasama Indonesia–Uni Eropa

(sudah langka di dunia) serta plot-plot lain yang dikembangkan oleh Balai

Besar Dipterocarpceae.

Disadari bahwa dalam pengembangan wisata alam akan dihadapkan dengan berbagai

kendala berkaitan erat dengan instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan

pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek wisata alam; Efektifitas

fungsi dan peran obyek wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; Kapasitas

institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan; dan

Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam. Sehubungan

dengan hal tersebut maka strategi pengembangan obyek wisata alam yang akan dilakukan

oleh KPHP Model Berau Barat meliputi pengembangan beberapa aspek sebagai berikut :

a. Aspek Perencanaan Pembangunan obyek wisata alam yang antara lain mencakup sistem

perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi

potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.

b. Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi, sebagai

mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan

organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.

c. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu : alat memenuhi

kebutuhan pariwisata alam; sebagai pengendalian dalam rangka memelihara

keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana dapat meningkatkan daya

dukung sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara optimal.

Page 147: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-47

d. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan

obyek wisata alam yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu

memanfaatkan potensi obyek wisata alam secara lestari.

e. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan obyek wisata

alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka

lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

f. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja sama dengan

berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.

g. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

h. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan sosial

ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi

bagi pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan

obyek wisata alam.

Dalam rangka mempercepat upaya pengembangan investasi wisata alam akan dilakukan

beberapa kegiatan-kegiatan awal sebagai berkut :

a. Penyusunan master plan /Rencana investasi pengembangan wisata alam.

b. Membangun sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat yang

ada, dalam rangka mendukung optimalisasi pengembangan obyek wisata alam.

c. Membangun sistim koordinasi dengan instansi-instasi pemerintah terkait dengan

kebijakan pengembangan wisata.

d. Penyiapan kelembagaan (organisasi, sarana-prasarana dan SDM).

4. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan

Sampai saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan dengan

meningkatnya eksploitasi hutan secara terus-menerus untuk memenuhi permintaan akan

kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembangunan hutan

tanaman sebagai penghasil kayu baik untuk industri, pertukangan, kayu energi dan lain-lain

harus ditingkaatkan baik dengan penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan

materi tanaman unggul hasil pemuliaan. Dengan menggunakan materi tanaman yang unggul

melalui kegiatan pembibitan yang baik akan dapat meningkatkan produktivitasnya dan mutu

tegakan yang dihasilkan.

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk penyediaan

materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas.

Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara morfologi, fisiologis dan genetic akan

sangat membantu keberhasilan tanaman di lapangan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan

cara generatif dan vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik perkecambahan dan

pemeliharaan bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit unggul. Teknik

Page 148: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

V-48

pembiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit yang memiliki

karakter unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari induknya sehingga

memiliki struktur genetik yang sama.

Potensi pengembangan perbenihan dan pembibitan skala investasi di Kabupaten Berau

khususnya Wilayah KPHP Model Berau Barat cukup tinggi, karena kebutuhan bibit untuk

kegiatan penanaman masih cukup besar. Asumsi-asumsi tersebut dapat digambarkan pada

tabel sebagi berikut :

Tabel V-26. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis Pada KPHP Model

Berau Barat.

Klasifiksi

Investasi Potensi Material Produks

Pengembangan

Perbenihan dan

Pembibitan

1. Pemenuhan Bibit Penanaman Wilayah Tertentu

(22.417,98 ha)

2. Penanaman Silvikultur TPTI dalam IUPHHK-HA (7

Unit), IUPHHK_HT (1 Unit)

3. Reklamasi Izin Penggunaan Kawasan (Tambang)

dalam Wilayah KPHP Model berau Barat )

4. Kebutuhan Bibit Skala Kabupaten untuk kegiatan

RHL

1. Benih dan Bibit

Hutan Alam

Sertifikasi

2. Benih dan Bibit

Hutan Tanaman

Serifikasi

3. Pengembangan

kultur jaringan

Dalam rangka implementasi pengembangan perbenihan dan pembibitan dalam skala

investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun Master Plan/Rencana Bisnis

b. Pembangunan Persemaian permanen Terpadu

c. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan sarana prasarna )

d. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.

Terkait dengan Penetapan Bisnis Model KPHP Model Berau, akan ditetapkan setelah

penyusnan master plan dan Bisnis Plan disusun sesuai dengan potensi yang akan

dikembangkan.

Page 149: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-1

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Perencanaan pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan dalam

pemanfaatan sumberdaya untuk tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian

kegiatan. Dengan demikian pembinaan, pengawasan dan pengendalian (BINWASDAL),

merupakan bagian dari siklus perencanaan. Dalam kaitannya dengan implementasi

rencana pengelolaan, tujuan dari BINWASDAL adalah untuk : a). Meningkatkan

kemampuan-kompetensi SDM; b). Menjaga adanya konsistensi pelaksanaan kegiatan

dengan tujuan yang ingin dicapai dan c). Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana

kegiatan dengan peraturan per-Uuan yang berkaitan dengan kegiatan.

Sebagaimana dikemukakan bahwa, wilayah pengelolaan KPHP-Model Berau Barat dari

aspek fungsi hutan terdiri dari : a). Hutan produksi tetap (HP); b). Hutan Produksi

Terbatas (HPT); c). Hutan Lindung (HL), selanjutnya dari aspek pemanfaatan terdiri dari

: a). Sub wilayah yang telah terdaat izin pemanfaatan (IUPHHK-Hutan alam dan hutan

tanaman serta Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan b). Sub Wilayah

yang belum dan tidak ada izin pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi logisnya, maka

secara substansial rencana pengelolaan wilayah kelola KPHP-Model Berau Barat

tersebut harus mempertimbangkan atau memperhatikan keberadaan dari Rencana

Pengelolaan dari sub-wilayah yang telah ada, yaitu bagi sub wilayah yang telah

terdapat izin pemanfaatannya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

FUNGSI POKOK DARI KPH Berdasarkan PP : Menyelenggarakan pengelolaan hutan Fungsi Manajemen Menjabarkan kebijakan Nasional, Provinsi dan Kab/Kota Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC Melaksanakan Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya Membuka peluang investasi.

P

O

A

C

Ditransformasikan

Terwujudnya pengelolaan kawasan hutan untuk optimalisasi ekonomi

dengan komitmen tinggi guna tetap mempertahankan daya dukungnya

bagi kesinambungan pembangunan di Kabupaten Berau

Implementasi Renklola Pembinaan dan WASDAL

Pengelolaan Wilayah Kelola yang telah terdapat izin pemanfaatan (IUPHHK-Ha/Ht)

Pengelolaan Wilayah Kelola yang belum terdapat izin pemanfaatan (HL + Kws.TT)

ANJANG

WILAYAH KELOL ImpA KPHP-MODEL BERAU

BARAT

Gambar VI-1. Alur pikir Pembinaan dan Wasdal

Rencana terdiri dari rencana

bagian dari wilayah kelola yang

terdapat izin peman faatan

(IUPHHK-Ha/Ht; KHDTK,.)

Rencana dari kawasan tertentu

Tujuan dari BINWASDAL pada dasarnya adalah dapat dicapainya tujuan dari Rencana Pengelolaan KPH P-Model Berau Barat Secara substansial pelaksa naan BINWASDAL meliputi aspek-aspek : koordinasi – si nergi – integrasi dan sinkro nisasi

Page 150: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-2

Secara umum, pembinaan perlu dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi

suatu program atau kegiatan yang telah direncanakan dengan tujuan untuk

meningkatkan kinerja sebuah organisasi atau lembaga atau untuk meningkatkan

kemampuan atau kompetensi sumberdaya manusia (SDM) dalam organisasi atau

lembaga tersebut. Sebagai tolok ukur pembinaan dapat berupa peraturan – kebijakan

atau dapat berupa norma – standar – prosedur dan kriteria (NSPK). Sedangkan

WASDAL dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi suatu program atau

kegiatan yang telah direncanakan dengan tujuan dapat terjaminnya konsisten

penerapan prosedur dan mekanisme (juklak dan atau juknis) untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna

untuk memperoleh hasil yang baik (Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1936: 134). Pembinaan dapat pula diartikan sebagai suatu

proses yang bertujuan untuk dapat menimbulkan perubahan, kemajuan, peningkatan,

pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu

(Menurut Thoha, 1989). Sedangkan pengawasan adalah memperhatikan baik-baik,

dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali

memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi

(Dalam kamus bahasa Indonesia). Atau menurut seminar ICW pertanggal 30 Agustus

1970, pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah suatu

pelaksaan pekerjaan/kegiatan itu dilaksanakan sesuai dengan rencana, aturan-aturan

dan tujuan yang telah di tetapkan. Selanjutnya pengendalian adalah segala usaha atau

kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan

dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang

dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijaksanaan yang

berlaku. Dengan rumusan yang lebih singkat di nyatakan bahwa "Pengendalian adalah

segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang

sedang dilaksanakan dapat berjalan dengan se estinya”.

Dalam melaksanakan BIN-WASDAL terdapat beberapa aspek dan kaidah – prinsip yang

perlu dan harus dipertimbangkan atau diacu yaitu : a). koordinasi; b). sinergi; c).

integrasi dan d). sinkronisasi. Tabel VI-1 berikut menyajikan beberapa definisi atau

pengertian berkaitan dengan aspek – kaidah di atas.

Page 151: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-3

Tabel VI-1. Beberapa pengertian tentang koordinasi, sinergi, integrasi dan

Sinkronisasi

No. Jenis Kata Pengertian

1 Koordinasi Koordinasi adalah mengarahkan kegiatan seluruh unit dengan tujuan

memberikan sumbangan yang maksimal unutk tercapainya tujuan

tertentu,

Kegiatan koordinasi sangat perlu di lakukan hal itu bertujuan agar

terciptanya : harmonisasi – kesatuan arah (terarah) – terintegrasi dan

tersinkronisasinya kegiatan

2 Sinergi Bersinergi artinya melakukan kegiatan atau operasi gabungan untuk

mencapai tujuan bersama,

Mengnyinergikan adalah menggiatkan

3 Integrasi Adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan

organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang

sulit untuk melakukan ini,

Adalah satunya kata dengan perbuatan,

Indikator Perilaku:

Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik

Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai (values)

dan keyakinannya

Bertindak berdasarkan nilai (values) meskipun sulit untuk

melakukan itu

Bertindak berdasarkan nilai (values) walaupun ada resiko

atau biaya yang cukup besar

4 Sinkronisasi Menyinkronkan berarti menyertakan dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing,

Penyesuaian antara bunyi (suara) dengan sikap mulut atau mimik

(dengan sikap mulut harus diperhatikan)

Selanjutnya berdasarkan BAB VIII, Pasal 31 dari P.06/2010, pembinaan, pengendalian

dan pengawasan dalam pengelolaan KPH meliputi aspek-aspek :

Penyelenggaraan tata hutan dan penyusun an rencana pengelolaan hutan,

Pemanfaatan hutan,

Penggunaan kawasan hutan,

Rehabilitasi dan reklamasi hutan dan

Perlindungan hutan oleh KPHL dan KPHP

Dari alur pikir pelaksanaan BIN-WASDAL (Gambar VI-1) di atas dan lingkup

pelaksanaannya selanjutnya Gambar VI-2 dan VI-3 berikut menyajikan proses

pelaksanaan penilaian (audit).

Page 152: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-4

TUJUAN

PENGE

LOLAAN

+ Sumberdaya

Sdm-Tek-Sis

BIN-WAS-DAL

Koordinasi – Sinergi – Integritas - Sinkronisasi

Wilayah + Izin Wilayah tanpa izin

Gambar VI-2. Proses pelaksanaan BIN-WASDAL dalam Rencana Pengelolaan

KPHP Model Berau Barat

PEMBINAAN PENGAWASAN PENGENDALIAN

Koordinasi Sinergi Sinkronisasi Integrasi

Sasaran BINWASDAL (berdarakan P.06/2010, Bab VIII Pasal

31) :

a. Tata hutan dan renlola; b.pemanfaatan hutan; c.

penggunaan kawasan hutan; d. Rehabilitasi dan reklamasi

serta e. Perlindungan Hutan

Pelaksanaan BINWASDAL

Gambar VI-3. Keterkaitan aspek-aspek BINWASDAL Pengelolaan

KPHP-Model Berau Barat

Sistem BIN –

WASDAL yg

telah berla-

ku (pst-drh)

Kebijakan

(peraturan,

per-UUan)

Juklak dan

juknis

Konsep – kai

dah-2

Aspek Renlola apa yang perlu di Binwasdal : Penyelenggaraan tata hutan dan penyusun an rencana pengelolaan hutan,

Pemanfaatan hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan reklamasi hutan dan Perlindungan hutan oleh KPHL dan KPHP.

Page 153: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-5

Pembangunan KPH sebagai perwujudan amanah UU No. 41/1999 memiliki 4 fungsi

pokok yaitu: a). Menyelenggarakan pengelolaan hutan, b). Menjabarkan kebijakan

Nasional, Provinsi dan Kab/Kota, c). Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC

dan d). Melaksanakan Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya.

Dengan demikian KPHP-Model Berau Barat memiliki tugas dan fungsi yang secara

umum dapat diklasifikasikan kedalam 3 bentuk, yaitu : a). Sebagai pemangku wilayah

kelola dengan fungsi produksi (P) dan lindung (L) dan KHDTK, KPH-P mempunyai tugas

mendorong (melalui fungsi BINWASDAL) terwujudnya pengelolaan hutan secara lestari

yang didukung dengan hasil-hasil-hasil penelitian yang relevan; b). Sebagai pengelola

kawasan hutan tertentu, KPHP-Model mempunyai tugas untuk melaksanakan semua

fungsi manajemen (PAOC) dalam mengelola kawasan tersebut dan c). Sebagai wakil

pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kabupaten Berau, KPH-P Model mempunyai

tugas menginternalisasikan program-program pembangunan daerah dalam program

dan kegiatan pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan tersebut.

Selanjutnya Tabel VI-2 berikut menyajikan peran BINWASDAL KPHP-Model dalam

mengelola wilayah kelola dengan kondisi yang beragam (berdasarkan fungsi hutan dan

bentuk pemanfaatannya.

Page 154: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

88

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan KPHP-Model Berau Barat

Tabel VI-2. Matrik Proses Rencana Pembinaan – Pengawasan Dan Pengendalian (BINWASDAL)

No. Obyek Binwasdal Wilyh

Kelola

Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)

Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan

1.

Penyelenggaraan tata hutan dan

penyusun an rencana

pengelolaan hutan

Pembinaan : proses yang bertu

juan untuk dapat menimbulkan

perubahan, kemajuan, pening-,

katan pertumbuhan,

Pengawasan : suatu kegiatan

untuk memperoleh kepastian

apakah suatu pelaksaan pekerja

an/ kegiatan itu dilaksanakan

sesuai dengan rencana, aturan-

aturan dan tujuan yang telah di

tetapkan.

Pengendalian : segala usaha

atau kegiatan untuk menjamin

dan mengarahkan agar pekerja

an yang sedang dilaksanakan

dapat berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan

atau hasil yang dikehendaki

a.

Mendorong dan

memfasilitasi pelaksana

an tatabatas dan pemeli

ha rian batas serta penga

manan areal kerja secara

kolabo ratif antar

IUPHHK-Ha dan secara

partisipatif dengan

masyarakat

Fasilitasi komunikasi

dan membangun jeja ring

(networking) de ngan

IUPHHK-Ha

Penyusunan rencana

pengelolaan hutan harus

didasarkan pada hasil pe-

nataan areal yang clear-

clean,

Dalam pengaturan hasil

(perhitungan etat-AAC)

didasarkan pada kaidah

kelestarian hasil dan ber

dasarkan hasil IHMB (rasi

onal).

Sosialisasi penerapan

kebijakan tata hutan

(kompartemeni sasi)

dan pengaturan hasil

(perhitungan etat –AAC)

Sosialisasi dasar dan

cara perhi tungan

etat/AAC berdasarkan

IT SP/IHMB dan

PUP

Wilayah kelola a, ada

lah bagian wilayah kelola

yang telah terdapat izin

pemanfaat an, yaitu : 12

unit IUPH HK-HA dan 1

unit IUPH HK-HT

b.

Faslitasi pelaksanaan

tatabatas dan pemeliha

raan batas serta penga

manan areal kerja secara

kolaboratif dengan masya

rakat

Penataan batas areal hu

tan tertentu (baik di HL

dan HP) dan areal KHDTK

harus dilaksanakan agar

benar-2 clear-clean, dan

dibangun zonasi-2

Rencana pengelolaan

areal hutan tertentu ha-

rus melibatkan peran dan

potensi masyarakat,

Rencana pengelolaan a-

real KHDTK harus berda-

sarkan kepentingan pem

Sosialisasi penerapan

kebijakan tata hutan

(kompartemeni sasi)

dan pengaturan hasil

(perhitungan etat –AAC)

Sosialisasi dasar dan

cara pembuatan PUP

serta perhi tungan riap

Perumusan rencana

penelitian secara kom

prehensif mendukung

kebijakan dan

Wilayah kelola b, ada

lah bagian wilayah ke

lola yang belum terda

pat izin pemanfaatan,

yaitu : hutan lindung

dan kawasan hutan ter

tentu (dalam hutan HL

dan HP)

Page 155: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-89

No. Obyek Binwasdal Wilyh

Kelola

Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)

Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan

bangunan kehutanan

daerah

terwujudnya PHL-SFM

2.

Pemanfaatan hutan :

Pemanfaatan hutan adalah

kegiatan untuk memanfaatkan

kawasan hutn, memanfaatkan jasa

lingkungan, memanfaatkan hasil

hutan kayu dan bukan kayu serta

memungut hasil hutan kayu dan

bukan kayu secara optimal dan adil

untuk kesejahteraan masyarakat

dengan tetap menjaga

Elestariannya

a.

Mendorong penerapan

kebijakan dan prinsip-kai

dah2 berkaitan dengan :

pengaturan hasil (perhi-

tungan etat); dampak ling

kungan dan kerusakan

tegakan dalam pemanen

an

Pemanfaatan potensi

tidak melebihi daya du-

kung (besarnya riap tegak

an hutan)

Pemanfaatan hutan-ha

sil hutan kayu di lapang

an harus menerapkan

sistem pemanenan RIL,

Pembinaan tegakan hu

tan pasca pembalakan ha

rus dilaksanakan berdasar

kan sistem silvikultur

yang berlaku (TPTI-THPB)

Sosialisasi penerapan

kebijakan regulasi hasil

dan konsep pemanen

an ramah lingkungan

(RIL)

Sosialisasi penerapan

kebijakan pembinaan

tegakan hutan pasca

pemanenan (sistem

silvikultur TPTI

Wilayah kelola a, ada

lah bagian wilayah kelola

yang telah terdapat izin

pemanfaat an, yaitu : 12

unit IUPH HK-HA dan 1

unit IUPH HK-HT

3. Penggunaan kawasan hutan

adalah kegiatan untuk

memanfaatkanruang tumbuh

sehingga diperoleh manfaat

lingkungan,manfaat sosial dan

manfaat ekonomi secara optimal

dengantidak mengurangi fungsi

utamanya.

b.

.

Mendorong penerapan

kebijakan dan prinsip-kai

dah2 berkaitan dengan :

penggunaan kawasan

sebagaimana tercantum

dalam PP. No.6/2007

(jenis dan pola pengguna

an kawasan hutan)

Pemanfaatan areal hu

tan tertentu harus dida

sarkan pada fungsi pokok

nya, bisa HHK, HHNK dan

jasa lingkungan dengan te

tap berdasarkan kaidah-

prinsip kelestarian dan

kesejahteraan masyarakt,

Pemanfaatan potensi

hutan HHK dan HHNK-

jasa lingkungan pada

Sosialisasi dan penerap

an pola dan konsep pe-

ngelolaan hutan berbasis

masyarakat,

Wilayah kelola b, ada

lah bagian wilayah ke lola

yang belum terda pat izin

pemanfaatan, yaitu :

hutan lindung dan

kawasan hutan ter tentu

(dalam hutan HL dan HP)

Page 156: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-90

No. Obyek Binwasdal Wilyh

Kelola

Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)

Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan

kawasan hutan tertentu

harus di dasarkan pada

fungsi hu tan (HL dan HP)

Untuk KHDTK pemanfa-

atannya harus berdasar

kan prinsip keilmiahan

4.

Rehabilitasi dan reklamasi hutan

a.

.

Mendorong penerapan

kebijakan dan pelaksana

an kewajiban pemegang

izin dalam pembinaan te-

gakan hutan pasca pema-

nenan dan areal yang ti-

dak produktif serta tanah

kosong dalam areal kerja

nya.

Pembinaan tegakan pas

ca pemanenan dilaksana

kan dengan menerapkan

juknis sistem silvikultur

TPTI dan/atau modifika

sinya (tanaman pengaya

an-enrichment planning),

Rehabilitasi lahan tidak

produktif (kanan-kiri ja-

lan; tanah kosong)

Penanaman pengayaan

dan rehabilitasi dilaksana

kan dengan mengguna-

kan bibit dari jenis unggul

an lokal.

Fasilitasi dalam pema

haman dan pene rapan

kebijakan berkaitan de-

ngan pembinaan hutan

bekas tebangan (sistem

silvikultur TPTI dan turun

annya) kepada pemegang

IUPHHK-HA khususnya

Wilayah kelola a, ada

lah bagian wilayah kelola

yang telah terdapat izin

pemanfaat an, yaitu : 12

unit IUPH HK-HA dan 1

unit IUPH HK-HT

b.

Mendorong pemanfaat

an dan penggunaan ka-

wasan hutan dapat dilak

sanakan secara optimal

sesuai dengan tujuan

Penyusunan rencana

rehabilitasi dan pengelo

laannya pada areal yang

terde grasi berdasarkan

hasil pemetaannya baik

Fasilitasi dalam pema

haman dan penerapan

kebijakan berkaitan de-

ngan rehabi;itasi lahan

dan hutan serta reklama-

Wilayah kelola b, ada

lah bagian wilayah ke lola

yang belum terda pat izin

pemanfaatan, yaitu :

hutan lindung dan

Page 157: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-91

No. Obyek Binwasdal Wilyh

Kelola

Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)

Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan

yang telah ditetapkan di HP ataupun HL

Rehabilitasi kawasan-

lahan hutan yang terde-

grasi dan pengelolaan nya

dilakukan dengan meli-

batkan masyarakat lokal

si kepada pihk terkait.

kawasan hutan ter tentu

(dalam hutan HL dan HP)

5.

Perlindungan dan konservasi

hutan

a

Mendorong penerapan

kebijkan dan kewajiban

untuk melaksanakan per

lindungan dan konservasi

Pemetaan dan penanda

an dilapangan serta pe-

nyusunan rencana perlin

dungan hutan pada areal

yang rawan dari ganggu

Sosialisasi kebijakan

tentang perlindungan

hutan dan penerapan

nya kepada pemegang

IUPHHK-HT

Wilayah kelola a, ada

lah bagian wilayah kelola

yang telah terdapat izin

pemanfaat an, yaitu : 12

di areal kerja kepada

pemegang IUPHHK-

HA/HT

an (alami dan non-alami),

Pemetaan dan penanda

an di lapangan serta pe-

nyusunan rencana penge

lolaan areal konservasi

dalam areal kerja yang

telah ditetap kan (misal

nya : APPN, ka wasan lin

dung, koridor satwa),

Sosialisasi kebijakan

tentang konservasi hutan

dan penerapannya kepa-

da pemegang izin

IUPHHK-HA/HT

unit IUPH HK-HA dan 1

unit IUPH HK-HT

b.

Mendorong dilaksana

kannya perlindungan dan

konservasi pada kawasan

tidak terdapat izin peman

faatan (baik di HL dan HP)

Pemetaan dan penanda

an dilapangan serta pe-

nyusunan rencana perlin

dungan hutan pada ba

gian areal yang rawan

dari ganggu an (alami dan

Sosialisasi dan penerap

an kebijakan tentang per

lindungan dan konser vasi

hutan

Wilayah kelola b, ada

lah bagian wilayah ke lola

yang belum terda pat izin

pemanfaatan, yaitu :

hutan lindung dan

kawasan hutan ter tentu

Page 158: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VI-92

No. Obyek Binwasdal Wilyh

Kelola

Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)

Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan

non-alami),

Pemetaan dan penanda

an di lapangan areal kon

servasi dalam kawasan

tertentu serta penyusun

an rencana penge lolaan

nya.

(dalam hutan HL dan HP)

Page 159: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-1

BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN

PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan elemen penting dalam kerangka perencanaan, termasuk

dalam konteks KPHP Model Berau Barat, karena memungkinkan beberapa hal positif yaitu: (a)

Menjamin bahwa program kegiatan yang dijalankan berjalan sebagaimana rencana yang telah

ditetapkan; (b) Menjaga agar perencanaan mampu beradaptasi dengan perkembangan,

dinamika dan tantangan yang mungkin saja berubah selama implementasi-nya; (c) Mendapatkan

solusi atas permasalahan dan/atau kendala yang dihadapi; (d) Mengidentifikasi adanya

kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rangka efektifitas dan efisiensi rencana; (e) Memberikan

gambaran capaian kinerja sehingga dapat dikenakan rewards atau punishments terhadap para

implementors/pelaksana.

Meskipun demikian ada perbedaan mendasar antara monitoring/pemantauan dan evaluasi, yang

selanjutnya akan memberi konsekwensi terhadap kerangka dari sistem perencanaan KPHP

Model Berau Barat secara keseluruhan serta tentu juga tahapan yang harus dilalui oleh masing-

masing elemen, yaitu :

(1) Pemantauan (Monitoring), adalah kegiatan yang dilakukan guna mengawal rencana yang

telah ditetapkan dengan cara meninjau kemajuan (dan capaian) berkala (biasanya setiap

triwulan) terhadap Rencana Pengelolaan Hutan Tahunan yang merupakan penjabaran dari

Rencana Jangka Panjang atau dokumen Rencana Pengelolaan ini. Rencana Pengelolaan

Tahunan ini dilaksanakan melalui Rencana Operasional dari individu penanggung jawab

implementasi. Oleh karenanya dipandang penting untuk menetapkan output atau target

dan indikator capaian berjalan dari setiap program kegiatan yang dirumuskan. Monitoring

dilakukan secara internal manajemen daripada KPHP Model Berau Barat;

(2) Penilaian/Evaluasi (Evaluation), berbeda dengan pemantauan dimaksudkan sebagai

penilaian kinerja yang dilakukan pada setiap akhir suatu masa/durasi perencanaan, dalam

hal ini adalah setiap akhir tahun (jangka pendek) dan setiap akhir dasawarsa akhir dari

dokumen ini (jangka panjang). Oleh karenanya ada peluang dilakukannya review dokumen

pada perencanaan ini, maka evaluasi juga dapat dijadikan dasar bagi penetapan keputusan

menurut rencana pada tengah dasawarsa (lima tahun). Evaluasi untuk KPHP Model Berau

Barat diharapkan bisa dilakukan oleh pihak yang independen, apakah konsultan ataukah

unit lain dalam lingkup Dinas Kehutanan Berau ataupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Berau.

Page 160: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-2

Adapun kerangka dasar dari pemantauan dan evaluasi rencana kelola KPHP Model Berau

Barat disajikan pada diagram di bawah (Gambar VII-1) sedangkan uraian dari masing-

masing elemen pada bagian berikut.

Gambar VII-1 Kerangka Sistem Monitoring dan Evaluasi Rencana Pengelolaan KPHP Model

Berau Barat 2015-2024

Pemantauan (Monitoring)

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu monitoring rencana kelola KPHP Model Berau

Barat, khususnya untuk rencana kelola jangka pendek (tahunan) dilakukan setiap triwulan

oleh unit-unit yang ada di dalam kelembagaan KPHP sendiri.

Guna pelaksanaan monitoring implementasi rencana kelola hutan di wilayah KPHP Model

Berau Barat dikembangkan matriks yang pada dasarnya umum digunakan dalam

perencanaan lainnya, sebagai berikut:

Kolom 1. : Nomor Kegiatan/Sub-Kegiatan yang telah ditetapkan;

Kolom 2. : Kegiatan/Sub-Kegiatan yang Dijalankan;

Kolom 3 dan 4 : Institusi/Aktor Penanggung Jawab Implementasi; dan Institusi

Pen-dukung

Rencana Kelola

Jangka Panjang

(10 tahun) 2015-2024

KPHP Model Berau

Barat;

Rencana kelola

Jangka pendek/

Tahunan

(Jika Diperlukan)

Rencana Stratejik

(5 tahun) Kelola KPHP

Model Berau Barat

Evaluasi Akhir Rencana Kelola

KPHP Model Berau Barat

Review Rencana

Kelola KPHP

Model Berau

Barat

Evaluasi KPHP Tahun 1 s/d 20

Monitoring

Triwulan 1.

Monitoring

Triwulan 2.

Monitoring

Triwulan 3.

Monitoring

Triwulan 4.

Page 161: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-3

Kolom 5 : Jangka Waktu Implementasi Rencana kegiatan/sub-kegiatan

yang telah ditetapkan dalam perencanaan;

Kolom 6 : Indikator Capaian Kegiatan/Sub-Kegiatan yang telah

ditetapkan;

Kolom 7 : Target hingga pada saat pemantauan (jika ada/diperlukan);

Pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan, jadi bulan ke-3;

bulan ke-6; bulan ke-9; dan bulan ke-12 (dalam hal ini hanya

bisa dilakukan pada rencana detil tahunan);

Kolom 8; 9; 10 : Capaian dari implementasi, terbagi atas 3 (tiga) tingkatan

sesuai dengan deviasinya, yaitu: A= jika yang dicapai sesuai

dengan target yang ditetapkan; B= Jika yang dicapai tidak

sesuai dengan yang ditargetkan, akan tetapi masih bisa

dilaksanakan dengan berbagai upaya tindak lanjut; dan C= Jika

yang direncanakan sama sekali tidak bisa dilakukan dan

mungkin memerlukan perubahan rencana);

Kolom 11 : Upaya tindak lanjut yang akan dapat/harus dijalankan dalam

rangka melaksanakan rencana kegiatan sesuai dengan

kebutuhan dari hasil pemantauan yang dilakukan;

Kolom 12. : Keterangan, memberikan ruang terhadap hal-hal yang belum

bisa diakomodir dalam kolom 1-9 terdahulu, tetapi penting

untuk diketahui.

Tabel VII-1. Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Pemantauan Setiap Triwulan

Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat

2015 s/d 2024

Triwulan: Zona: Blok:

No Kegiatan/

Sub-Kegiatan

Institusi Jangka

Waktu Indikator

Target

s/d

Monitor

Capaian Tindak

Lanjut Keterangan

PJ SH A B C

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1.

.

.

.

dst

Keterangan: PJ= Penanggung Jawab; SH= Parapihak Terkait

Page 162: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-4

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dilakukan tiap tahun selama jangka waktu perencanaan jangka panjang. Indikator yang

digunakan tentu saja tergantung pada apa yang dikembangkan dalam rencana kelola. Secara

umum digunakan indikator output, meskipun secara teoritik bisa terbagi menjadi 3 (tiga) macam,

yaitu :

(1) Indikator Inputs, yaitu Indikator yang digunakan untuk mengukur jumlah sumber daya

seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan

untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya dapat dianalisis

apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang

ditetapkan. Seperti misalnya

(2) Indikator Proses, yaitu Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan

yang terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk menilai

kemajuan suatu kegiatan, apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang

terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan

lingkup dan sifat kegiatan instansi.

(3) Indikator Output, yaitu Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran

indikator Keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun

produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah

tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin

menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi dapat

mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi

masyarakat.

Tabel VII-2. Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Evaluasi Tahunan Pelaksanaan

Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat 2015 s/d 2024

No. Kegiatan/

Sub-Kegiatan

Institusi Indikator Capaian

(T - 1)

Target

(T)

Capaian

(T)

Kinerja dan

Masalah

Rekomen-

dasi PJ SH

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1.

.

.

.

dst

Page 163: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-5

B. Pelaporan

Dengan status saat ini sebagai UPT Dinas Kehutanan, kepala KPHP Model Berau Barat memiliki

kewajiban untuk menyampaikan seluruh perencanaan dan juga hasil monitoring dan evaluasi

implementasi kegiatan dalam perencanaan secara reguler kepada (Kepala) Dinas Kehutanan

selaku atasannya. Seandainya nantinya Permendagri No. 61 Tahun 2010 yang menempatkan

KPH sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang independen, maka pelaporan akan

disampaikan langsung kepada Kepala Daerah atau dalam hal ini adalah kepada Bupati Berau.

Pelaporan hasil perencanaan serta hasil monitoring dan evaluasi implementasinya dilakukan

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Sebagai KPH Model, maka pelaporan juga harus dilakukan kepada Pemerintah Pusat c.q.

Kementrian Kehutanan, dikarenakan sangat penting bagi pembelajaran dan juga dikarenakan

sebagaian dari pembiayaan implementasi KPHP Model Berau Barat diperoleh dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pelaporan ini tentu saja dilakukan secara berjenjang,

dimana Kepala KPHP Model Berau Barat menyampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan, dan

selanjutnya akan dilanjutkan oleh Kepala Dinas Kehutanan kepada Bupati setempat dan juga

Kementrian Kehutanan.

Disamping yang bersifat reguler, pelaporan juga dilakukan dalam konteks insidentil, yaitu

sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pengguna (users) terutama pada saat-saat khusus

(misal ada bencana alam), baik diminta ataupun tidak.

Model Sistimatika Pelaporan Akhir (Final Report) yang dikembangkan adalah sebagai berikut :

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Hasil yang Diharapkan

1.4. Metodologi

BAB II RENCANA PENGELOLAAN KPH

2.1. Ringkasa Rencana Jangka Panjang

2.2. Visi dan Misi Rencana Jangka Pendek

2.3. Tujuan dan Sasaran

Page 164: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-6

BAB III HASIL DAN ANALISIS PEMANTAUAN

3.1. Kemajuan Triwulan I

3.2. Kemajuan Triwulan II

3.3. Kemajuan Triwulan III

BAB IV HASIL DAN ANALISIS EVALUASI TAHUNAN

4.1. Kondisi Awal

4.2. Capaian Akhir Tahun

4.3. Analisis dan Kesimpulan Capaian Kinerja

4.4. Rekomendasi Tindak Lanjut

BAB V. PENUTUP

RUJUKAN

LAMPIRAN

Model sistematika pelaporan diatas untuk memberikan arahan mengenai sistematika pelaporan

kegiatan agar adanya konsistensi dalam tiap periode pelaporan sehingga memudahkan dalam

monitoring dan evaluasi, namun demikian dapat dikembangkan atau modifikasi, seperti misalnya

penambahan atau pengurangan item, yang disesuaikan dengan kebutuhan saat pelaporan,

seperti saat terdapat hal yang dinilai urgent atau penting untuk dilaporkan pada saat itu.

C. Review Rencana Kelola

Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat ini berdurasi

satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa itu dimungkinkan terjadi dinamika politik dan sosial

ekonomi yang menuntut peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan

dipertimbangkan rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya

bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi atas rencana yang

sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi menjadi bagian

penting dalam pertimbangan (lihat juga Gambar 7.1. sebelumnya).Review memang bisa

dilakukan: (a) Sebagai bagian dari tahapan tetap yang sudah direncanakan atau diberikan

kesempatan pada masa tertentu dari dokumen, meskipun tidak harus dilakukan; akan tetapi juga

bisa (b) Sebagai respon terhadap kecenderungan dari penurunan kualitas dokumen akibat dari

perkembangan yang tidak diduga sebelumnya atau tidak sesuai dengan asumsi yang ditetapkan

saat perencanaan dokumen ini disusun.

Metoda utama yang digunakan untuk review Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat adalah

Analisis Isi secara Kualitatif (Qualitative Content Analysis) terhadap dokumen perencanaan

pengelolaan KPH sendiri dan dokumen perencanaan daerah dan kehutanan lainnya, dokumen-

dokumen serta laporan-laporan terkait yang tersedia berkaitan dengan hutan dan kehutanan,

serta perubahan peraturan perundangan yang berlaku selama kurun waktu 5 (lima) tahun

Page 165: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-7

terakhir, selanjutnya dikombinasikan dengan Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) berkaitan

dengan implementasinya, observasi fakta lapangandan jika diperlukan hasil interviews terhadap

parapihak yang relevan terhadap lingkup dan tujuan review. Adapun alur dari review ini secara

sederhana disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan Gambar VII-2 di atas, terdapat 4 (empat) aspek sebagai lingkup review, yaitu:

(1) Substansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah sudah mencakup

keseluruhan informasi kondisi, permasalahan, kebutuhan dan bahkan tantangan yang

dihadapi secara lengkap dan terpercaya agar mampu untuk merealisasikan Visi dan Misi

pembangunan KPH tersebut;

(2) Implementasi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang sejauh mana substansi yang

ada selama 5 tahuan pertama memungkinkan diimplementasikan dengan komitmen,

konsisten dan konsekwensi oleh seluruh jajaran KPH dan mendapat dukungan dari institusi

lainnya;

(3) Relevansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang kesesuaian substansi dan

implementasi RK dengan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan daerah

lainnya, baik yang bersifat vertikal maupun horisontal, agar tercapai harmonisasi dalam

pencapaian tujuan pembangunan secara umum dan pembangunan kehutanan secara

khusus;

(4) Adaptabilitas RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah substansi, implementasi

dan relevansi yang dimiliki RK yang ada bisa menyesuaikan diri (luwes) terhadap segala

RK KPHP

Model

Berau Barat

2015-2024

Hasil dan

Kesimpulan

Review

Strateji Akselerasi

Modifikasi RK

Tahunan

Revisi Total RK

Qualitative

Content

Analysis dan

Gap Analysis

Reko-

mendasi

Opsi

1. Substansi 2. Implementasi

3. Relevansi 4. Adaptabilitas

RK KPHP Berau

Barat, KALTIM

2015-2024

Inputs

Gambar VII-2. Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP Model Berau Barat 2015-2024

Page 166: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat

VII-8

kemungkinan perubahan atau dinamika politik, sosial dan ekonomi sejak awal

implementasi hingga akhir jangka waktu perencanaan nantinya.

Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada perubahan daripada RK

KPHP Model Berau Barat kecuali strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi dan Misi

yang telah ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan dalam

perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan (c) Dilakukan

revisi total terhadap dokumen ini sebagai RK KPHP Model Berau Barat, dikarenakan tidak

mungkin dilanjutkan guna mencapai Visi dan Misi dengan substansi yang ada, khususnya akibat

perubahan eksternal yang mendasar (misal perbahan politik kehutanan dan pemerintahan di

pusat/daerah).

Page 167: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VIII. Penutup

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VIII-1

BAB VIII. PENUTUP

A. Pra Kondisi

Sebagaimana dikemukakan bahwa Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat secara fisik terdiri

dari tiga fungsi hutan, yaitu: a). Hutan Produksi Tetap (HP); b). Hutan Produksi Terbatas (HPT)

dan c). Hutan Lindung (HL). Selanjutnya berdasarkan pemanfaatannya, terdiri dari empat

kategori, yaitu : a). Kawasan dengan izin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) hutan alam (12

unit); b). Kawasan dengan izin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) hutan tanaman (2 unit);

c). Izin pengelolaan untuk tujuan khusus (KHDTK – Hutan Penelitian) dan d).Kawasan hutan

bagian dari wilayah kelola yang belum terdapat izin pemanfaatan (kawasan hutan tertentu).

Terbentuknya KPHP Model Berau Barat dengan luas ± 786.021 Ha diharapkan pengelolaan

sumberdaya hutan di tingkat tapak dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan intensif. Dengan

demikian percepatan pencapaian pengelolaan hutan secara lestari dapat diwujudkan. Dengan

sistem dan model kelembagaan pengelola KPHP Model Berau Barat dalam bentuk UPTD, sebagai

bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Berau, pada dasarnya merupakan salah satu bentuk

dese tralisasi kehuta a ke daerah dala pe gelolaa huta produksi HP da huta li du g (HL). Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Berau berkaitan dengan pembangunan KPHP

Model, dibuktikan dengan Surat Bupati kepada Menteri Kehutanan yaitu Surat Nomor:

522.101/672/DKB.II, tanggal 23 September 2010, prihal usulan Penetapan Kesatuan Pengolahan

Hutan (KPH) Berau Barat sebagai KPHP Model hutan produksi (KPHP Model).

Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan sebagai

bagian pokok dari pembangunan sektor kehutanan di Kabupaten Berau masih dihadapkan pada

banyak permasalahan bagi upaya untuk mewujudkan pengelolaan secara lestari. Masalah dan

kendala yang dihadapi tersebut secara umum dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

a. Dengan belum adanya penataan batas secara fisik dilapangan terhadap batas fungsi kawasan

hutan (berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 79/Kpts-II/2001, tanggal 21 Maret 2001,

tentang kawasan hutan dan perairan Propinsi Kalimantan Timur), sehingga terdapat tumpang

tindih pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di lapangan,

b. Masih belum jelasnya hak-hak masyarakat lokal dan aksesnya terhadap areal hutan,

merupakan masalah yang sampai saat ini belum bisa dicarikan jalan keluarnya (solusi),

c. Masih belum jelasnya batas adminstrasi wilayah pemerintahan, dari tingkat Desa sampai ke

ti gkat Ke a ata , e gaki atka ti ul ya ko flik laha di lapa ga a tar pe a gku kepentingan,

d. Dinamika dan perkembangan pembangunan, khususnya pembangunan berbasis lahan (land

based development), antara lain : perkebunan dan pertambangan, mengakibatkan terjadinya

peru aha -alih fu gsi kawasa huta . Ke e deru ga i i didoro g oleh salah satu ya

Page 168: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VIII. Penutup

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VIII-2

adalah progra per epata pe a gu a juta hektar sawit se agai salah satu upaya Pemerintah Daerah untuk mengurangi ketergantungan pembangunan pada sumberdaya

alam yang tidak terbaharui (minyak dan gas bumi serta batubara),

e. Terdapat beberapa unit pengelolaan hutan yang tidak dapat aktif lagi, sebagai dampak dari

krisis ekonomi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, hal ini mengakibatkan timbulnya

kawasa - huta ya g se ara defa to tidak ada lagi ya g e gelola. “ehi gga se ara fisik e jadi su erdaya ya g ter uka agi siapapu tidak ertua ,

f. Ketersediaan sumberdaya manusia (SDM), baik jumlah (kuantitas) maupun tingkat

kemampuannya (kualitas – kompetensi) yang kurang mencukupi-memadai untuk memenuhi

struktur kelembagaan yang ada,

g. Adanya dualisme kelembagaan pelayanan publik di bidang kehutanan (adanya UPTD-Provinsi

yang di Kabupaten Berau), hal demikian mengakibatkan ketidak efisienan dan efektifan

penyelenggaraan pembangunan sektor kehutanandi daerah,

h. Adanya perbedaan persepsi terhadap tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) KPH oleh lembaga-

lembaga terkait dengan sektor kehutanan, terutama sekali berkaitan dengan pembagian

kewenangan.

Dari masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya hutan alam sebagai bagian

dari pembangunan kehutanan di Kabupaten Berau sebagaimana di-ihtisarkan diatas, maka untuk

dapat diopersinalkannya perencanaan pengelolaan KPHP Model Berau Barat, diperlukan

beberapa prakondisi sebagai faktor pemungkin bagi tercapainya pengelolaan hutan secara

lestari, yang secara rinci disampaikan sebagai berikut :

1. Kepastian dan Kemantapan Status Kawasan Hutan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa secara fisik dan pemanfaatannya, wilayah kelola KPHP

Model Berau Barat terdiri dari HP dan HPT yang dilelola dengan sistem IUPHHK-HA/HT, KHDTK

yang dikelola untuk tujuan penelitian dan HL serta kawasan tertentu (belum terdapat

pemanfaatannya). Untuk dapat berlangsungnya pengelolaan sumberdaya hutan tersebut sesuai

dengan tujuan pengelolaannya secara berkelanjutan, maka jaminan kepastian keberadaan

kawasan hutan tersebut jangka panjang merupakan prasyarat utama. Hal ini harus merupakan

komitmen kebijakan Pemerintah Kabupaten Berau dalam jangka panjang berkaitan juga dengan

upaya mewujudkan Visi pembangunan daerah, terutama sekali dalam kebijakan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW-K Berau).

2. Tetap Adanya Dukungan Politik Dari Pemerintah (Eksekutif dan Legislatif)

Berdasarkan progress pembangunan KPHP Model Berau Barat, mulai dari pengusulan (oleh

Bupati) sampai penetapannya (oleh Menteri Kehutanan) hanya dalam jangka waktu selama 2

tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua belah pihak, baik pemerintah pusat (kementerian

Page 169: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VIII. Penutup

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VIII-3

Kehutanan) dan khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Berau memiliki komitmen yang kuat

untuk mewujudkan KPHP Model, sebagai wahana pembelajaran (lesson learned) yang akan

diacu bagi pembangunan dan pengembangan KPH di seluruh fungsi kawasan hutan di Indonesia

ke depan. Dengan demikian dapat dijaminnya konsistensi Pemerintah Daerah (eksekutif dan

legislatif) Kabupaten Berau dalam memegang teguh komitmennya terhadap pengembangan

KPHP Model ke depan merupakan kondisi yang harus diupayakan.

3. Terbangunnya Kesepahaman Para Pihak Terkait Terhadap Keberadaan Kphp Model dan

Tupoksinya

Pelaksanaan pembangunan daerah yang sedang dan yang akan dilaksanakan ke depan adalah

pembangunan yang multi demensi dan multi sektoral, termasuk di dalamnya sektor kehutanan.

Pembangunan KPH sebagai amanah UU No. 41/1999, tentang Kehutanan, merupakan salah satu

reformasi dan reformulasi kebijakan pemerintah (Kementerian kehutanan) untuk dapat

mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan yang multi fungsi. Dengan dibangunnya KPH-P/K/L

diharapkan pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan secara lestari akan di tingkat tapak

dapat diwujudkan.

Sebagai kebijakan baru dibidang kehutanan, sudah barang tentu masih perlu upaya-upaya secara

intensif dan bertahap untuk meng-komunikasikan atau mensosialisasikannya, baik kedalam dan

keluar sektor kehuta a . De ga de ikia dapat di a gu kesepaha a terhadap ide dasar,

proses pe e tuka , tugas da ta ggu g jawa , wewe a g-pera da tujua akhir dibangunnya KPH-P/K/L sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan multi fungsi sumberdaya

hutan secara lestari.

4. Terbangunnya Database (Data/Informasi) yang Memadai Tentang Kondisi Sumberdaya

Hutan dan Kinerja Pengelolaannya dalam Wilayah Kelola

Salah satu kelemahan yang mendasar dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia adalah

persoalan ketersediaan data/informasi yang lengkap, memiliki akurasi yang memadai dan

terbaharui. Dalam pengelolaan data-informasi (data and information management) harus

diupayaka data memiliki cakupan dalam dimensi keruangan-spasial (keseluruhan wilayah dan

isu) dan demensi keterkinian (seri waktu dari tahun ke tahun). Untuk mengantisipasi

perkembangan – dinamika sumberdaya hutan juga bentuk dan kinerja pemanfaatannya, maka

data da i for asi ya g diku pulka dapat terus di-update dari waktu ke waktu se ara periodik).

Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat e iliki keraga a ekosiste huta alam (nature

forest) dan hutan tanaman (man made forest) dan keaneka ragaman hayati (KEHATI), terutama

di hutan alam primer. Ketersediaan data dan informasi tentang potensi kawasan dan kinerja

pengelolaannya, sangat diperlukan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sumberdaya

Page 170: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VIII. Penutup

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VIII-4

hutan yang multi fungsi tersebut secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat sebagai

tujuan akhir pembangunan daerah Kabupaten Berau.

5. Terbangunnya Sistem Koordinasi Dengan Unit Pengelolaan di Wilayah Kelola KPHP Model

dan Para Pihak Terkait (Termasuk Masyarakat).

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa dibangunnya KPHP/K/L memiliki 4 fungsi

pokok : a). Menyelenggarakan pengelolaan hutan, b). Menjabarkan kebijakan Nasional, Provinsi

dan Kab/Kota, c). Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC dan d). Melaksanakan

Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya. Dengan demikian KPHP Model

Berau Barat memiliki tugas dan fungsi yang secara umum dapat diklasifikasikan kedalam 3 arah,

yaitu : a). Sebagai pemangku wilayah kelola dengan fungsi produksi (P) dan lindung (L) dan

KHDTK, KPH-P mempunyai tugas mendorong (melalui fungsi BINWASDAL) terwujudnya

pengelolaan hutan secara lestari yang didukung dengan hasil-hasil-hasil yang relevan; b). Sebagai

pengelola kawasan hutan tertentu, KPHP Model mempunyai tugas untuk melaksanakan semua

fungsi manajemen (PAOC) dan c). Sebagai wakil pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Kabupaten Berau, KPH-P Model mempunyai tugas menginternalisasikan program-program

pembangunan daerah dalam pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan tersebut. Untuk dapat

melaksanakan ketiga tugas-fungsi tersebut, terbangunnya sistem koordinasi menjadi kunci atau

prakondisi bagi keberhasilan tugas-tugas pokok tersebut.

Pra-kondisi yang dikemukakan di atas pada dasarnya hanya yang dipertimbangkan bena

(significant), sehingga masih dapat/dimungkinkan untuk dilengkapi. Hal ini sangat dipengaruhi

oleh adanya dinamika lingkungan sosial, kebijakan pemerintah (Kementerian Kehutanan dan

Pemerintan Daerah).

B. Antisipasi Ke Depan

Perkembangan dan dinamika pembangunan ekonomi di era otonomi yang berbasis pemanfaatan

sumberdaya sumberdaya alam (terbaharui dan tidak), khususnya sumberdaya lahan (termasuk

lahan hutan) pada pemanfaatan sumberdaya lahan hutan merupakan salah satu ke dala agi upaya untuk mewujudkan pembangunan kehutanan berkelanjutan (sustainable forestry

development). Hampir seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten di Kalimantan Timur telah

eletakka pe a gu a agri is is da agroi dustri se agai salah satu esin pembangunan

ekonomi ke depan.

Guna mengantisipasi dinamika yang dikemukakan di atas, maka untuk mengawal

operasionalisasi Rencana Pengelolaan KPHP Model Berau Barat yang masih relatif umum ini

perlu untuk dijabarkan lebih detil kedalam rencana operasional atau Rencana Kerja Tahunan.

Beberapa catatan penting terkait dengan antisipasi ke depan adalam sebagai berikut:

Page 171: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

Bab VIII. Penutup

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat

VIII-5

1. Memantau dan Mengkaji Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Berbasis Pemanfaatan

SDA, Khususnya Dalam Kaitannya Dengan Pemanfaatan Lahan Hutan Untuk Pembangunan

Sektor Non-Kehuta a (Progra ”Agribis is” da ”Agroi distri” Serta Perta ba ga )

Dengan aspirasi dan semangat Otonomi Daerah, pemanfaatan lahan – kawasan untuk

kepentingan pengembangan pembangunan ekonomi sektor non-kehutanan (terutama

perke u a da perta a ga , erupaka a a a agi kelestaria ke eradaa kawasa hutan. Melalui perubahan RTRWP/K dimungkinkan adanya perubahan fungsi atau alih fungsi

hutan (konversi) menjadi kawasan non kehutanan merupakan kecenderungan yang terjadi di

banyak daerah saat ini. Maka pencermatan proses dan substansi perubahan RTRWP/K menjadi

penting untuk dilaksanakan ke depan.

2. Memantau Perkembangan Kebijakan Kehutanan Nasional dan Khususnya Terkait KPH.

Dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan kebijakan kehutanan dan terlebih terkait

dengan pembentukan/ pembangunan KPH, maka dengan dukungan lembaga-institusi

independen (Perguruan Tinggi dan LSM) sebaiknya perlu dilakukan pemantauan dan mengkaji

serta menganalisisnya kebijakan pusat maupun daerah. Hasil dari pemantauan dan analisisi

disampaikan dalam pertemuan koordinasi dan konsultasi dengan para pihak terkait dengan

pengelolaan KPH-P Model Berau Barat.

3. Melaksanakan Program-Program Kegiatan Dalam Rencana Pengelolaan Yang Bersifat

Mendesak dan Mengupayakan Pelaksanaannya Secara Multipihak.

Dengan mempertimbangkan belum tersedianya berbagai instrumen dan dasar legal yang

diperlukan, maka guna meminimalisir risiko, perlu dipilih program yang memang menjadi

prioritas dan/atau mendesak untuk dilaksanakan. Tentu saja akan sangat penting untuk memilih

program yang memungkinkan dilaksanakan, dan memperoleh dukungan dari berbagai pihak agar

legitimasi juga menjadi besar.

Page 172: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

A. INVENTARISASI BERKALA DAN

PENATAAN HUTAN

1 Inventarisasi Berkala

a. Inventarisasi Potensi Kayu Blok PHHK-HA 1

Merapun,

Blok PHHK-HA 2

Long Gie,

Blok PHHK-HT

Merapun

22.418 Ha Dokumen IHMB Per 10

Tahun

Dokumen ITSP Per tahun

b. Inventarisasi Potensi Hasil

Hutan Bukan Kayu

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

768.021 Ha

Dokumen Potensi HHBK

Dokumen Potensi Madu

Alam

Dokumen Potensi

Tanaman Obat

c. Inventarisasi Potensi Jasa

Lingkungan

Blok PJH 2-KLSL

dan Blok BK-

KHDTK Labanan

1 Blok / Tahun Dokumen Potensi Jasa

Lingkungan

d. Inventarisasi Sosial Ekonomi

Budaya

29 Kampung 5 Kampung /

Tahun

Dokumen Sosial Ekonomi

Budaya

2 Tata Batas Luar Wilayah KPHP

Model Berau Barat

Batas Luar

Sebelah Timur

329,17 km Terlaksananya tata batas

luar wilayah KPHP Model

Berau Barat

a. Tata batas Luar Wilayah KPHP

Model Berau Barat

Batas Luar

Sebelah Timur

329,17 km Dokumen Tata Batas Luar

Wilayah KPHP Model

Berau Barat

b. Sosialisasi Batas Luar Wilayah

KPH terutama yang

bersinggungan dengan

masyarakat

29 Kampung 3 Kampung /

Tahun

Laporan sosialisasi batas

luar setiap tahun

c. Pemeliharaan Pal batas Batas Luar

Sebelah Timur

329,17 km Laporan Hasil

Pemeliharaan Pal Batas

setiap 5 Tahun

d. Rekonstruksi batas wilayah

KPH tiap 10 tahun sekali

Batas Luar

Sebelah Timur

329,17 km Dokumen dan Peta Hasil

Rekonstruksi Batas Luar

Page 173: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

3 Penataan Batas Blok Pada

Wilayah KPHP Model Berau

Barat

Blok P-HL 5, Blok

PJH 2 KLSL, Blok

PHHK-HA, Blok

PHHK-HT, Blok

PM 3-7

364,41 km Terlaksananya Penataan

Batas Blok pada KPHP

Model Berau Barat

a. Penandaan batas Blok Wilayah

KPHP Model Berau Barat

Blok P-HL 5, Blok

PJH 2 KLSL, Blok

PHHK-HA, Blok

PHHK-HT, Blok

PM 3-7

364,41 km Dokumen Penandaan

Batas Blok

b. Sosialisasi Batas Blok terutama

yang bersinggungan dengan

masyarakat atau pihak lain

Kampung Sekitar

Blok P-HL 5, Blok

PJH 2 KLSL, Blok

PHHK-HA, Blok

PHHK-HT, Blok

PM 3-7

2 Kampung/

Tahun

Laporan Hasil Sosialisasi

Batas Blok Setiap Tahun

c. Pemeliharaan Pal batas Blok P-HL 5, Blok

PJH 2 KLSL, Blok

PHHK-HA, Blok

PHHK-HT, Blok

PM 3-7

364,41 km Laporan Hasil

Pemeliharaan Pal Batas

d. Rekonstruksi batas wilayah

KPH tiap 10 tahun sekali

Blok P-HL 5, Blok

PJH 2 KLSL, Blok

PHHK-HA, Blok

PHHK-HT, Blok

PM 3-7

364,41 km Dokumen Rekonstruksi

batas blok

Page 174: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

B PEMANFAATAN KAWASAN

HUTAN PADA WILAYAH

TERTENTU

1 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Terimplementasinya

Pemanfaatan HHK-HA dan

HHK-HT di KPHP Model

Berau Barat

a. Penyusunan Rencana Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

pada Hutan Alam (RKUPHHK-

HA) dan Hutan Tanaman

(RKUPHHK-HT) berdasarkan

Hasil Inventarisasi menyeluruh

berkala (IHMB)

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Dokumen RKUPHHK-HA

Dokumen RKUPHHK-HT

b. Penyusunan Rencana Kerja

Tahunan Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu pada Hutan Alam

dan Hutan Tanaman

berdasarkan blok tahunan

yang telah disusun

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Dokumen RKTPHHK-HA

Dokumen RKTPHHK-HT

c. Penyiapan Kelembagaan dan

kemitraan dengan masyarakat

serta investasi yang akan

menjadi bagian dalam

pelaksanaan kegiatan

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha 3 (Tiga) Dokumen

Kesepakatan Kemitraan

pada masing –masing

kampung dan kegiatan

d. Penyiapan sarana dan

prasarana (Peralatan

operasional) Pelaksanaan

Kegiatan.

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Adanya Sarana dan

Prasarana Operasional

e. Melakukan Kegiatan

Penebangan (Produksi Kayu)

pada hutan Alam dan Hutan

Tanaman sesuai dengan

Rencana Kerja Tahunan (RKT)

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Dokumen Hasil

Penebangan

Page 175: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

yang telah ditetapkan

f. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Laporan Evaluasi Tahunan

2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan

Kayu

Seluruh Wilayah

KPHP

768.021 Ha Terimplementasinya

Pemanfaatan Hasil Hutan

Bukan Kayu di wilayah

KPHP Model Berau Barat

dalam skala bisnis

a. Melakukan Pemetaan

Potensi dan Sebaran HHBK

pada Wilayah KPHP Model

Berau Barat.

Seluruh Wilayah

KPHP

768.021 Ha Dokumen dan peta

Sebaran Potensi HHBK

b. Menyusun Rencana

Pemanfaatan dan

Pengembangan HHBK

Seluruh Wilayah

KPHP

768.021 Ha Minimal 3 Dokumen

Rencana Pemanfaatan

HHBK Potensial

c. Penyiapan Kelembagaan

Pengelola (sarana prasarana,

SDM dan peralatan)

Seluruh Wilayah

KPHP

768.021 Ha Adanya SDM Dan Sarana

Dan Prasarana Penunjang

Sesuai Dengan Kebutuhan

d. Pengembangan jaringan

pasar

Adanya Pasar yang pasti

untuk Produk HHBK

3 Pengembangan Wisata Alam. Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha Implementasi Wisata

Alam dalam skala bisnis

a. Melakukan studi kelayakan/

Feasibilitiy Study (FS)

Pengembangan Wisata

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

2, Blok PM 6, Blok

P-HL 5

14.163,87 Ha Dokumen FS

Pengembangan Wisata

b. Menyusun Master Plan

Pengembangan Wisata

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

2, Blok PM 6, Blok

P-HL 5,

14.163,87 Ha Dokumen Master Plan

Pengembangan Wisata

Page 176: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

c. Penyiapan Kelembagaaan

pengelola (sarana prsarana,

SDM dan SOP)

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

2, Blok PM 6, Blok

P-HL 5,

14.163,87 Ha

Adanya Kelembagaan

Pengelola Wisata

d. Pengembangan akses pasar Ada pasar yang jelas bagi

wisata alam KPH

4 Pengembangan Program Karbon

(REDD+)

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Implementasi Program

REDD+ pada Skala KPHP

Model Berau Barat

a. Analisis Faktor Penyebab

degradasi dan deforestasi

Skala KPHP Model Berau Barat

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen Faktor-Faktor

Degradasi dan deforestasi

Skala KPH

b. Menyusun REL Skala KPHP

Model Berau Barat

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha

Dokumen REL KPHP

Model Berau Barat

c. Menyusun desain penurunan

emisi yang terintegrasi dengan

rencana pengelolaan KPH dan

izin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen Desain rencana

pengurangan emisi skala

KPH

d. Membangun DA REDD+ skala

pilot project

Wilayah KPHP

Berau Barat

786.021 Ha Adanya pembangunan DA

REDD+ pada wilayah

KPHP Model Berau Barat

e. Menyusun dan uji coba system

MRV REDD+ skala KPHP Model

Berau Barat

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen standar MRV

yang disepakati dan telah

diujicobakaDokumen

f. Membangun PIN/PDD pilot

project REDD+ skala KPHP

Model Berau Barat

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen PDD REDD+

Skala KPH

g. Menyusun mekanisme

pembagian manfaat dari

pengembangan REDD+

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen Standar

Pembagian manfaat yang

disepakati

h. Membangun Sistem Penga-

man Sosial dan Lingkungan

Seluruh Wilayah

KPHP Berau Barat

786.021 Ha Dokumen sistem penga-

man sosial dan lingkungan

Page 177: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1 Pengembangan Skema

Perhutanan Sosial

8 Lokasi (15

Kampung)

13.810,7 Ha Terimplentasinya skema

perhutanan sosial di KPHP

Model Berau Barat

a. Sosialisasi Skema

Perhutanan Sosial

15 Kampung 5 Kampung

/Tahun

Laporan Sosialisasi

Masing-masing Kampung

b. Pendampingan dan fasilitasi

pelaksanaan verifikasi lokasi

sampai penetapan

8 Lokasi 13.810,7 Ha SK Penetapan Tiap Lokasi

c. Penyiapan kelembagaan

masyarakat (Organisasi,

SDM, sarana prasarana)

8 Lokasi 13.810,7 Ha Adanya kelembagaan,

SDM, dan sarana

prasarana penunjang

pada tiap lokasi

d. Pendampingan Penyusunan

rencana pengelolaan dan

penetapan

8 Lokasi 13.810,7 Ha Dokumen Rencana

Pengelolaan pada masing-

masing lokasi

e. Monitoring dan evaluasi

8 Lokasi 13.810,7 Ha Laporan Evaluasi Tiap

Tahun

2 Kemitraan Pengelolaan Wilayah

Tertentu (KPH dengan

Masyarakat

12 Lokasi (14

Kampung)

118.479,67 Ha Terimplementasinya

Kemitraan Pengelolaan

KPH dengan Masyarakat

a. Sosialisasi Rencana

Pengelololaan dan

kemitraan

14 Kampung 4 kampung/Tahun Laporan Sosialisasi

b. Penyiapan kelembagaan

masyarakat (Organisasi,

SDM, sarana prasarana)

12 Lokasi 118.479,67 Ha Terbentuknya 12

Kelembagaaan

c. Membangun kesepakatan

pengelolaan bersama (MOU)

12 Lokasi 118.479,67 Ha Dokumen Kesepakatan

Bersama

d. Penyusunan rencana

pengelolaan secara

bersama-sama

12 Lokasi 118.479,67 Ha Dokumen Rencana

Pengelolan

e. Monitoring dan evaluasi

secara bersama-sama

12 Lokasi 118.479,67 Ha Laporan Evaluasi Tahunan

3 Fasilitasi Kemitraan Antara

Pemegang Izin dengan

7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

Implementasi

Pengelolaan Kemitraan

Page 178: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

Masyarakat antara Pemegang Izin dan

Masyarakat

a. Sosialisasi Skema kemitraan

kepada masyarakat dan

pemegang izin

7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

2 IUPHHK-HA dan

4 Kampung /

Tahun

Laporan Sosialisasi Skema

Kemitraan

b. Penyiapan kelembagaan

masyarakat (Organisasi,

SDM, sarana prasarana)

7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

Minimal 1

Kelembagaan / 2

Tahun

Adanya 7 kelembagaan

kemitraan yang terbentuk

dengan SDM dan sarana

prasarana yang memadai

c. Memfasilitasi kesepakatan

pengelolaan bersama (MOU)

7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

Minimal 1 MoU/ 2

Tahun

Dokumen Kesepakatan

Pengelolaan Kemitraan

d. Pendampingan Penyusunan

rencana pengelolaan secara

bersama-sama

7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

Minimal 1

Dokumen / 2

Tahun

Dokumen Rencana

Pengelolaan Kemitraan

e. Monitoring dan evaluasi 7 IUPHHK_HA dan

11 Kampung

1 Kali / Tahun Laporan Evaluasi Tahunan

4 Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan Masyarakat

Forum Kampung

Hulu Kelay, BP

Segah, dll

a. Peningkatan kapasitas

Perencanaan pengelolaan

sumber daya hutan

Forum Kampung

Hulu Kelay, BP

Segah, dll

Minimal 2 Kali

Pelatihan dalam 3

Tahun

Masyarakat mampu

menyusun perencanaan

secara mandiri

b. Peningkatan Kapasitas

pengelolaan Hasil Hutan

Kayu dan Hasil Hutan Bukan

Kayu (HHBK)

Forum Kampung

Hulu Kelay, BP

Segah, dll

Minimal 4 Kali

Pelatihan dalam 8

Tahun

Masyarakat Mampu

Mengelola Produk Hasil

Hutan Bukan Kayu

c. Peningkatan Kapasitas

Pengelolaan Jasa Lingkungan

Forum Kampung

Hulu Kelay, BP

Segah, dll

Minimal 4 Kali

Training dalam 8

Tahun

Adanya peningkatan

kapasitas dalam

pengelolaan jasa

lingkungan yang telah ada

d. Peningkatan Kapasitas

Monitoring dan pemantauan

terhadap izin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan

hutan

Forum Kampung

Hulu Kelay, BP

Segah, dll

Minimal 3 Kali

Training dalam 5

Tahun

Masyarakat mampu

memonitoring dan

memantau izin

pemanfaatan dan

penggunaan kawasan

Page 179: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

yang ada secara mandiri

D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN

(CONTROLING) IZIN

PEMANFAATN DA N

PENGGUNAAN KAWASAN

HUTAN

1 Pembinaan dan Pemantauan Izin

Pemanfaatan Hutan

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Terlaksananya kegiatan

pembinaan dan

pemantauan izin

pemanfaatan hutan

a. Menyusun Standar

Operasional Prosedur (SOP)

pengawasan dan evalusai

Izin Pemanfaatan (IUPHHK-

HA dan IUPHHK-HT)

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

1 Kali Dokumen SOP IUPHHK-HA

dan IUPHHK-HT

b. Melaksanaan pemantauan

dan evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan TPTI

pada IUPHHK-HA

(Perencanaan, Penebangan,

Penatausahaan Hasil Hutan

Kayu/PUHH, Perlindungan

hutan dan Pembinaan

Hutan) secara berkala.

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Setiap tahun Laporan Pemantaun dan

Evaluasi Kegiatan TPTI

c. Melaksanaan pembinaan

dan pengendalian

pelaksanaan THPB pada

IUPHHK-HT (Perencanaan,

Penebangan, Penanaman,

Penatausahaan hasil hutan

Kayu/PUHH, perlindungan

hutan dan Pembinaan

Hutan) secara berkala.

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Setiap tahun Laporan Pembinaan dan

Pengendalian THPB pada

IUPHHK-HT

d. Memberikan arahan

kebijakan pemanfaatan

hutan kepada izin

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Minimal 2 kali /

tahun

Page 180: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

pemanfaatan.

e. Memberikan pertimbangan

teknis terhadap rencana

pemanfaatan hutan yang

dilaksanakan oleh pemegang

izin.

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Minimal 3

Kali/Tahun

f. Mendorong dan

mendampingi sertifikasi

PHPL pada izin pemanfaatan

hasil hutan kayu (IUPHHK-

HA/HT) mandatory dan

voluntary

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

Minimal 1

Sertifikat PHPL / 2

Tahun

7 IUPHHK-HA sertifikat

PHPL dan 1 IUPHHK_HT

sertifikat voluntary

g. Peningkatan kapasitas

pemegang izin pemanfaatan

hutan

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

3 kali

training/tahun

Adanya peningkatan

kapasitas teknis Pengelola

IUPPHHK-HA dan IUPHHK-

HT

h. Sosialisasi regulasi

pengelolaan hutan

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

2 Kali/Tahun Pengelola IUPPHHK-HA

dan IUPHHK-HT

mengetahui kebijakan

pengelolaan hutan yang

terupdate

i. Implementasi SIPUHH online

di wilayah KPHP Model

Berau Barat

7 IUPHHK-HA dan

1 IUPHHK-HT

implementasi pada 7

IUPHHK-HA

2 Pembinaan dan Pemantauan Izin

Penggunaan Kawasan Hutan

10 Izin

Penggunaan

Kawasan

Terlaksananya pembinaan

dan pemantuan izin

penggunaan kawasan

hutan

a. Menyusun Standar Oprasional

Prosedur(SOP) pelaksanaan

pemantauan dan evaluasi dan

izin penggunaan kawasan hutan.

10 Izin

Penggunaan

Kawasan

Minimal 1 Dok SOP

b. Melaksanakan pemantauan

dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan izin penggunaan

kawasan hutan secara berkala

10 Izin

Penggunaan

Kawasan

1 Kali/Tahun Laporan Evaluasi Tahunan

Page 181: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

c. Memberikan pertimbangan

teknis terhadap pemegang izin

penggunaan kawasan hutan

10 Izin

Penggunaan

Kawasan

1 kali/tahun Dokumen Pertimbangan

Teknis

d. Memberikan arahan kebijakan

kepada pemegang izin

penggunaan kawasan hutan

10 Izin

Penggunaan

Kawasan

2 kali/tahun

E. PENYELENGGARAAN RHL PADA

AREAL DILUAR IZIN

1 Penyusunanan Rencana

Pengelolaan Rehabilitasi dan

Lahan (RPRHL) dan Rencana

Tahunan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (RHL) serta restorasi

hutan.

Blok PM 6-KLSL,

Blok P-HL 3, Blok

P-HL 5

2.320,67Ha

2 Dokumen RPRHL dan 10

Dokumen RTRHL

2 Pembentukan dan penyiapan

lembaga pengelola RHL, peran

dan fungsi para pihak

pelaksanaan RHL.

Blok PM 6-KLSL,

Blok P-HL 3, Blok

P-HL 5

Minimal 2

Lembaga

Adanya kelembagaan

yang terbentuk untuk

melaksanakan kegiatan

RHL

3 Melaksanakan kegiatan RHL

melalui berbagai kegiatan seperti

reboisasi, pemeliharaan,

pengayaan tanaman, penerapan

teknis konservasi tanah secara

vegetasi dan pembuatan

bangunan konservasi tanah

secara sipil teknis pada lahan

kritis dan tidak produktif

Blok PM 6-KLSL,

Blok P-HL 3, Blok

P-HL 5

2.320,67Ha

Terlaksananya kegiatan

RHL sesuai dengan

dokumen RPRHL

4 Membangun persemaian

permanen untuk kebutuhan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan

restorasi hutan

Blok PM 6-KLSL,

Blok P-HL 3, Blok

P-HL 5

Minimal 2

Persemaian

Permanen

Adanya persemaian

permanen untuk

memenuhi kebutuhan

RHL dan Restorasi Hutan

5 Pemantauan dan evaluasi

kegiatan RHL secara berkala

Blok PM 6-KLSL,

Blok P-HL 3, Blok

P-HL 5

Minimal 1

kali/tahun

Laporan Evaluasi RHL

Tahunan

F. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN

RHL PADA AREAL YANG SUDAH

Page 182: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

ADA IZIN PEMANFATAN DAN

PENGGUNAAN KAWASAN

HUTAN

1. Pembinaan dan Pemantauan RHL

Pada Izin Pemanfaatan Hutan

(IUPHHK-HA/HT)

12 unit IUPHHK-

HA dan 1 unit

IUPHHK-HT

Terlaksananya Pembinaan

dan Pemantauan RHL

pada Izin Pemanfaatan

Hutan

a. Pemetaan Wilayah Rencana

RHL pada masing-masing

Pemegang izin berdasarkan

rencana kerja usaha yang

akan dilaksanakan

12 unit IUPHHK-

HA dan 1 unit

IUPHHK-HT

1 Kali 1 Dokumen

b. Menyusun Standar

Pembinaan dan

Pemantauan (SOP)

12 unit IUPHHK-

HA dan 1 unit

IUPHHK-HT

1 Kali 1 Dokumen

c. Melakukan pembinaan

teknis terhadap

pelaksanaan RHL

12 unit IUPHHK-

HA dan 1 unit

IUPHHK-HT

Minimal 1 Kali/ 2

Tahun

Dokumen Pertimbangan

Teknis RHL pada wilayah

izin

d. Sosialisasi kebijakan terkait

pelaksanaan RHL

12 unit IUPHHK-

HA dan 1 unit

IUPHHK-HT

Minimal 1 Kali / 2

Tahun

Terinformasikannya

kebijakan RHL pada

wilayah izin pemanfaatan

hutan

2 Pembinaan dan Pemantuan RHL

pada Penggunaan Kawasan

Hutan

10 Izin

Pertambangan

49.221,04 Ha Terlaksananya pembinaan

dan pemantauan RHL

pada izin penggunaan

kawasan hutan

a. Pemetaan Wilayah Rencana

RHL pada masing-masing

Pemegang izin berdasarkan

rencana kerja usaha yang

akan dilaksanakan

10 Izin

Pertambangan

49.221,04 Ha 1 Dokumen

b. Menyusun Standar

Pembinaan dan

Pemantauan (SOP)

10 Izin

Pertambangan

1 kali 1 Dokumen

c. Melakukan pembinaan

teknis terhadap

10 Izin

Pertambangan

Minimal 1

kali/tahun

Laporan Pembinaan RHL

pada wilayah Izin

Page 183: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

pelaksanaan RHL Pertambangan

d. Sosialisasi kebijakan terkait

pelaksanaan RHL

10 Izin

Pertambangan

Minimal 1

Kali/Tahun

Terinformasikannya

kebijakan RHL pada

wilayah izin

pertambangan

G. PENYELENGGARAAN

PERLINDUNGAN HUTAN DAN

KONSERVASI ALAM

1 Penyelenggaraan Perlindungan

Hutan

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

786.021 Ha Terlaksananya kegiatan

perlindungan hutan di

seluruh wilayah KPHP

Model Berau Barat

a. Identifikasi Faktor-Faktor yang

menyebabkan Kerusakan Hutan,

Kawasan Hutan dan Hasil Hutan.

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

1 Dokumen

/Tahun

Minimal 3 Dokumen

b. Identifikasi dan Pembuatan

Peta Kawasan Rawan Keamanan

Hutan

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

1 Dokumen

/Tahun

Dokumen Peta Rawan

Perambahan, Ilegal

Loging, Bencana Alam,

Kebakaran Hutan

c. Sosialisasi Perundang-

undangan Kehutanan

29 Kampung Setiap Tahun Penyuluhan, Papan

Peringatan, Brosur dan

Film Perundang-undangan

Kehutanan

d. Patroli Pengamanan Hutan Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Setiap Tahun Dokumen SOP, Satuan

Terbentuknya Satuan

Pengamanan Hutan dan

Kelompok Masyarakat

Pengaman Hutan

2 Penyelenggaraan konservasi

Sumber Daya Alam

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Terselenggaranya

program konservasi

sumberdaya alam di

seluruh wilayah

a. Perlindungan sistem

penyangga kehidupan

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

786.021 Ha Dokumen dan Peta

Kawasan Lindung dan

HCVF KPHP Berau Barat,

Terlaksananya

Page 184: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

Pengelolaan Kawasan

Lindung dan Kawasan

HCVF

b. Pengawetan keanekaragaman

jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya.

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

786.021 Ha Minimal 2 Kawasan

Pengawetan

Keanekaragaman Jenis

Tumbuhan dan Satwa

c. Pemanfaatan secara lestari

sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

786.021 Ha

H. PENYELENGGARAAN

KOORDINASI DAN SINKRONISASI

ANTAR PEMEGANG IZIN

Terbangunnya Koordinasi

dam Sinkronisasi antara

pemegang izin dan KPHP

Model Berau Barat

I. KOORDINASI DAN SINERGI

DENGAN INSTANSI DAN

STAKEHOLDER TERKAIT

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Terbangunnya sinergitas

dengan stakeholder

terkait dalam wilayah

KPHP Model Berau Barat

1 Membangun Standar dan

Mekanisme Koordinasi dan

sinergi antar intar intansi dan

Stakeholders lain secara

bersama-sama.

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Adanya standard an

mekanisme koordinasi

dan sinergi antar instansi

dan stakeholder lain

secara bersama-sama

2 Melakukan identifikasi dan

inventarisasi stakeholder yang

melakukan kegiatan di wilayah

KPHP Model Berau Barat lebih

detail termasuk kewenangannya

terkait pembangunan KPHP

Model Berau Barat

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Minimal 1 Dokumen yang

ter-update tiap 2 tahun

3 Melakukan integrasi program

dan kegiatan dengan instansi dan

Stakeholders terkait

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Setiap tahun Adanya integrasi program

dengan setiap

stakeholder terkait

Melakukan pengembangan

program bersama

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Setiap tahun Adanya program bersama

dengan stakeholder

Page 185: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

Berau Barat terkait

J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN

KAPASITAS SDM

1 Penyediaan SDM Kelembagaan

KPHP

83 Orang Terpenuhinya SDM pada

wilayah KPHP Model

Berau Barat

2 Peningkatan Kapasitas Aparatur Adanya peningkatan SDM

sesuai dengan kebutuhan

K. SARANA DAN PRASARANA Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Terpenuhinya kebutuhan

sarana dan prasarana

L. PENYEDIAAN PENDANAAN Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Adanya pendanaan yang

berkelanjutan

M. PENGEMBANGAN DATA BASE Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

1 Pengadaan Peralatan pendukung

Data Base

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

1 Set Perangkat

Pendukung

2 Pengelolaan Data base Biofisik

dan Sosial Ekonomi dan Budaya

masyarakat

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Setiap tahun ter-

update

Adanya dokumen kondisi

biofisik dan sosial

ekonomi budaya

masyarakat

3 Pembangunan Data Base

Berbasis Spasial

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Setiap tahun ter-

update

Adanya data biofisik dan

sosial ekonomi budaya

dalam bentuk data spasial

4 Penyusunan Protokol dan

Mekanisme Pertukaran data

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Satu kali Dokumen standar

Protokol dan Mekanisme

Penyusunan

5 Membangun sistem

komputerisasi dan internet.

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

1 Set Perangkat Lunak

6 Implementasi Sistem Informasi

Kehutanan

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Terlaksananya sistem

informasi kehutanan skala

KPH yang terintegrasi

Page 186: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

dengan kabupaten dan

pemerintah pusat

N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA

O. REVIEW RENCANA

PENGELOLAAN

P. PENGEMBANGAN INVESTASI

1 Pengelolaan Hasil Hutan Kayu

Terpadu

a. Menyusun Master

Plan/Rencana Bisnis

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Dokumen Master Plan

b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT

untuk Wilayah Tertentu

Berdasarkan IHMB

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Dokumen RKUPHHK-

HA/HT

c. Penyusunan rencana

Pembangunan Industri Primer

Hasil Hutan

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Minimal 1 Dokumen

d. Kajian dan Penyusunan

Rencana Pemanfaatn Limbah

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Minimal 1 Dokumen Hasil

Studi

e. Penyiapan dan pemantapan

Kelembagaan Bisnis (Organisasi,

SDM dan sarana prasarna )

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

Pemanfaatan

HHK-HT

22.417,98 Ha Terbentuknya

Kelembagaan Bisnis KPHP

Model Berau Barat

f. Monitoring dan Evaluasi secara

berkala.

Blok

Pemanfaatan

HHK-HA, Blok

22.417,98 Ha Laporan Monitoring dan

Evaluasi

Page 187: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

Pemanfaatan

HHK-HT

2 Pengelolaan Hasil Hutan Bukan

Kayu

Seluruh Wilayah

KPHP Model

Berau Barat

Domestifikasi produk

hhbk unggulan

3 Pengembangan Wisata Alam Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha Terelaksananya investasi

bisnis wisata alam

a. Penyusunan master plan

/Rencana investasi

pengembangan wisata alam

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha 1 Dokumen Master Plan

Wisata Alam

b. Membangun sistem kemitraan

dengan pihak swasta, lembaga

swadaya masyarakat yang ada,

dalam rangka mendukung

optimalisasi pengembangan

obyek wisata alam.

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha Adanya mekanisme

kemitraan yang disepakati

c. Membangun sistim koordinasi

dengan instansi-instasi

pemerintah terkait dengan

kebijakan pengembangan wisata.

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha Adanya standar

pelaksanaan koordinasi

yang disepakati

d. Penyiapan kelembagaan

(organisasi, sarana-prasarana

dan SDM)

Blok BK-KHDTK

Labanan, Blok PJH

Blok P-HL 5, Blok

2, Blok PM 6,

14.163,87 Ha Terbentuknya

Kelembagaan Pengelola

Wisata dengan SDM yang

memadai

4 Pengambangan Perbenihan dan

Pembibitan

RPH Kelay dan

RPH Segah

2 Unit Persemaian

Permanen

Adanya persemaian di

KPHP Model Berau Barat

a. Menyusun Master

Plan/Rencana Bisnis

RPH Kelay dan

RPH Segah

2 Dokumen

master plan bisnis

KPHP Model Berau

Barat

Adanya Dokumen master

plan bisnis KPHP Model

Berau Barat

b. Pembangunan Persemaian

permanen Terpadu

RPH Kelay dan

RPH Segah

2 Unit Persemaian

Permanen

Adanya persemaian

permanen

c. Penyiapan dan pemantapan RPH Kelay dan 2 Kelembagaan Terbentuknya

Page 188: t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/RPHJP/1496043784... · DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA V-19 1. Pembinaan dan Pemantuan

NO PROGRAM / KEGIATAN

TARGET / INDIKATOR WAKTU

LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024

Kelembagaan Bisnis (Organisasi,

SDM dan sarana prasarna )

RPH Segah kelembagaan persemaian

yang SDM memadai

d. Monitoring dan Evaluasi

secara berkala.

RPH Kelay dan

RPH Segah

Sekali setahun Laporan Hasil Evaluasi