21
BAB 3 HASIL Tabel 3.1: data deyut nadi dan tekanan darah MHS COBA PEMERIKSA DENYUT NADI TEKANAN SISTOLIK (Palpasi ) TEKANAN SISTOLIK (Auskult asi) TEKANAN DIASTOLI K (Auskult asi) MC 1 (Yudh is) A. Velda 81 denyut /m 110 mmHg 110 mmHg 70 mmHg B. Rika 73 denyut /m 100 mmHg 110 mmHg 70 mmHg C. Maya 77 denyut /m 110 mmHg 110 mmHg 70 mmHg D. Nihal 77 denyut /m 90 mmHg 110 mmHg 70 mmHg Grafik 3.1: data deyut nadi dan tekanan darah

Tekanan Darah

  • Upload
    rika

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tek

Citation preview

BAB 3HASIL

Tabel 3.1: data deyut nadi dan tekanan darahMHSCOBAPEMERIKSADENYUT NADITEKANAN SISTOLIK (Palpasi)TEKANAN SISTOLIK (Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK (Auskultasi)

MC 1(Yudhis)A. Velda81 denyut/m110 mmHg110 mmHg70 mmHg

B. Rika73 denyut/m100 mmHg110 mmHg70 mmHg

C. Maya77 denyut/m110 mmHg110 mmHg70 mmHg

D. Nihal77 denyut/m90 mmHg110 mmHg70 mmHg

Grafik 3.1: data deyut nadi dan tekanan darah

Tabel 3.2: data posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darahPOSISITUBUHDENYUT NADITEKANAN SISTOLIK(Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK(Auskultasi)

BERBARING TERLENTANG77 denyut/m120 mmHg80 mmHg

80 denyut/m120 mmHg80 mmHg

73 denyut/m120 mmHg70 mmHg

Mean = 76,7 denyut/mMean = 120 mmHgMean = 76,7 mmHg

DUDUK88 denyut/m110 mmHg70 mmHg

84 denyut/m110 mmHg70 mmHg

85 denyut/m120 mmHg70 mmHg

Mean = 85,6 denyut/mMean = 113,3 mmHgMean = 70 mmHg

BERDIRI90 denyut/m150 mmHg90 mmHg

88 denyut/m150 mmHg90 mmHg

83 denyut/m140 mmHg90 mmHg

Mean = 87 denyut/mMean = 146,7 mmHgMean = 90 mmHg

Grafik 3.2: data posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah

Tabel 3.3: pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darahWAKTUDENYUTNADITEKANAN SISTOLIK(Auskultasi)TEKANAN DIASTOLIK(Auskultasi)

PRALATIHAN1. 81 denyut/menit110 mmHg70 mmHg

2. 73 denyut/menit110 mmHg70 mmHg

3. 77 denyut/menit110 mmHg70 mmHg

Mean: 77 denyut/menitMean: 110 mmHgMean: 70 mmHg

PASCALTHMenitKe 1117 denyut/menit120 mmHg80 mmHg

MenitKe 382 denyut/menit110 mmHg70 mmHg

MenitKe 570 denyut/menit110 mmHg70 mmHg

Grafik 3.3: pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil4.1.1 Pengukuran Denyut Nadi dan Tekanan Darah Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor - faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu palpasi dan auskultasi.2 Namun, pada praktikum ini pengukuran denyut nadi hanya di lakukan dengan metode palpasi. Metode palpasi dilakukan dengan cara meraba arteri radialis pada pergelangan tangan dengan menggunakan 3 jari yaitu jari II,III dan IV.Menurut data hasil praktikum pengukuran denyut nadi yang dilakukan 7 kali pengukuran pada 1 mahasiswa coba, memperoleh hasil yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh faktor human error ketidaktepatan pada saat meghitung denyut nadi setiap menit merupakan salah satu faktor penyebab berbedanya data yang diperoleh, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan cara merata-rata hasil yang diperoleh. Maka frekuensi deyut nadi setelah 7 kali pengukuran menunjukan rata-rata denyut nadinya 71 denyut/menit dengan irama yang teratur. Denyut nadi normal yaitu berkisar 60-100 denyut/menit.Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh aliran darah pada setiap satuan luas dan dinding pembuluh darah, yang biasanya dinyatakan dalam mililiter air raksa (mmHg). Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. 1. Metode Langsung (Direct Method)Metode langsung yaitu metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukan ke pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan yara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus.32. Metode Tidak Langsung (Inderct Method)Metode tidak langsung menggunakan Sphygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat di ukur dengan dua cara yaitu palpasi dan auskultasi.

a. PalpasiUntuk cara palpasi, pemeriksaan dilakukan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan parsial dari manset yang dipompa, beberapa saat kemudian tak akan teraba lagi. Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan. pemeriksaan dengan cara palpasi hanya bisa untuk tekanan sistolik saja, karena desakan pertama yang terdengar bukan bunyi denyut jantung tapi merupakan desakan aliran darah (debit darah) yang turbulen saat manset dikempiskan secara perlahan. Disamping itu metode ini pun kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah.3

b. Askultasi

Gambar 4 Metode Auskultasi3

Pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik dan diastolik atau yang lebih dikenal sebagai Korotkoff I &IV. Untuk membantu dalam mendengarkan bunyi korotkoff digunakan stethoscope.3Pada praktikum, kami melakukan pengukuran tekanan darah dengan metode tidak langsung yaitu dengan cara palpasi dan auskultasi. Menurut data hasil pengamatan, pengukuran tekanan darah sistole yang diukur dengan cara palpasi adalah 105,7 mmHg. Pada saat pengukuran tekanan darah dengan menggunakan cara auskultasi, rata-rata tekanan sistolenya yakni 120 mmHg , sedangkan rata-rata tekanan diastolenya adalah 80,71 mmHg. Pada data diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa coba memiliki tekanan darah normal.

4.1.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan DarahPada percobaan kedua dilakukan pengukuran denyut nadi, tekanan sistolik dan tekanan diastolic dengan variable bebas berupa variasi posisi tubuh yaitu berbaring terlentang, duduk dan berdiri. Secara teoritis, posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, hal dikarenakan pada saat berbaring aliran darah mengalir secara horizontal sehingga denyut nadi dan tekanan darah cenderung lebih rendah. Sedangkan pada saat duduk atau berdiri aliran darah cenderung melawan gravitasi bumi, sehingga jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah.3 Karena jantung bekerja lebih keras maka denyut nadi semakin bertambah cepat dan tekanan darah meningkat. Teori ini dibuktikan pada hasil pengamatan bahwa rata-rata denyut nadi pada saat duduk dan berdiri lebih besar dari pada saat berbaring terlentang. Namun, terjadi ketidaksesuaian teori dengan hasil pengamatan tekanan darah dengan perlakuan posisi tubuh yang cenderung tidak setabil. Hal ini dapat dakarenakan adanya kesalahan dalam pengukuran atau tidak stabilnya kondisi tubuh mahasiswa coba.

4.1.3 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan DarahPada percobaan ketiga dilakukan perlakuan pada mahasiswa coba 3 (MC3) berupa latihan fisik. Latihan fisik dilakukan dalam bentuk naik turun bangku. Aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan irama metronom 20 kali per menit selama dua menit dan frekuensi 80. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan yang terlihat pada jumlah denyut nadi per menit yang dilakukan dengan cara palpasi pada arteri radialis sinistra dan tekanan darah dengan cara auskultasi menggunakan sphygmomanometer pada lengan kanan. Sebelum melakukan latihan fisik, MC3 diistirahatkan terlebih dahulu selama dua menit dan diukur tekanan darah dan denyut nadinya sebanyak 3 kali yang dilakukan oleh 3 orang yang berbeda. Setelah latihan fisik dilakukan, MC3 diukur denyut nadi dan tekanan darahnya pada menit pertama, ketiga, kelima dan ke tujuh. Pada pra latihan, rata-rata tekanan darah terukur sebesar 130/73.33 mmHg. Pada pasca latihan, melalui data yang kami dapat, dapat dilihat bahwa pada menit pertama terjadi peningkatan denyut nadi dan tekanan sistolik namun terjadi penurunan pada tekanan diastolik. Sedangkan, pada menit ke tiga terjadi penurunan denyut nadi dan tekanan sistolik namun terjadi kenaikan tekanan diastolik. Pada menit ke lima, tekanan sistolik dan diastolik meningkat. Dan terakhir, pada menit ke tujuh, semua aspek mengalami penurunan.Secara teoritis, orang yang melakukan latihan fisik akan mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bergantung pada aktivitas serta kebiasaan berolahraga yang biasa dilakukan. Pada olahraga yang memerlukan stamina, dan konsistensi (irama), tekanan darah akan meningkat dengan stabil dan bertahap. Latihan ini mampu meningkatkan fungsi kerja jantung dan kualitas pembuluh darah misalkan pada latihan kardiovaskular dan aerobik. Ada beberapa kondisi yang terjadi ketika latihan fisik dilakukan. Kapasitas transport oksigen yang meningkat, hal ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan energi ATP yang tersimpan di otot. Sehingga resistensi kelelahan otot akan terjadi. Faktor hormone yang dilepaskan selama latihan fisik juga ikut berpengaruh seperti dopamine, adrenalin, serotonin dan lain-lain. Faktor hormon dipengaruhi kontraksi otot, dan kurangnya suplai oksigen pada jaringan. Kontraksi otot akan berpengaruh pada vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.4 Sedangkan hormon akan mempengaruhi proses homeostasis cairan dalam tubuh, seperti pengurangan jumlah urine karena eksresi keringat yang terus menerus akibat latihan fisik yang dilakukan.5Ketika seseorang melakukan latihan fisik, peningkatan kerja pompa jantung oleh vasokonstriksi pembuluh darah (luas penampang pembuluh darah berkurang, tekanan meningkat) dan kebutuhan jaringan tubuh terhadap oksigen (kadar Hb tetap) akan menyebabkan jantung memompa lebih dari keadaan normal, frekuensi meningkat, tekanan darah juga ikut meningkat.6Keadaan ini hanya bersifat sementara, karena tubuh sendiri berusaha untuk mempertahankan keadaan homeostasisnya dengan sekresi hormon tertentu. Pada seseorang dengan riwayat rutin melakukan olahraga, homeostasis akan terjadi lebih cepat karena respon tubuh terhadap perubahan juga lebih cepat. Sedangkan pada orang jarang olahraga, keadaan kelelahan akan berlangsung lebih lama dari orang yang pertama. Pada mahasiswa coba ketiga, proses peningkatan denyut nadi dan tekanan darah hanya terjadi pada menit pertama, sedangkan proses homeostasisnya berjalan cukup cepat dan normal karena aktifitas yang dilakukan pun juga tidak terlalu berat yaitu hanya dilakukan selama dua menit dengan intensitas ringan. Pada menit selanjutnya, semuanya telah kembali pada rentang yang normal.

4.2Diskusi Jawaban Pertanyaan1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah!Jawab : Tekanan darah atau blood pressure adalah tenaga yang dikeluarkan oleh darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dengan mmHg.7

2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?Jawab : Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada siku bagian dalam, arteri carotiscommunis pada leher, dan arteri temporalis.8

3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara auskultasi! (dari segi : konsep teori sarana prosedur hasil). Jawab :NoPerbandingan dalam SegiPalpasiAuskultasi

1.Konsep teoriPada cara palpasi pengukuran tekanan darah dilakukan pada arteri radialis dextra dan hanya dapat mengukur tekanan sistolik.Pada cara auskultasi pengukuran tekanan darah dilakukan pada arteri brachialis dextra, dan dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolic.

2.Alat Sphygmomanometer (tensimeter) dan menggunakan ujung jari ke II, III, dan IV.Sphygmomanometer (tensimeter) dan stethoscope,

3.Prosedur Lengan kanan diletakkandisisi tubuh dengankedudukan volar. Manset sphygmomanometerdipasang pada lengan ataskanan, 3 cm di atas fossacubiti. Raba dan rasakan denyut arteri radialis dextra. Udara dipompa ke dalam manset sampai denyut arteri radialis dextra tak teraba. Pompakan terus udara ke dalam manset sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyurt arteri radialis dextra tak teraba. Udara dalam manset dikeluarkan secara perlahan.

Lengan kanan diletakkan disisi tubuh dengan kedudukan volar Letak arteri brachialis dextra dirasakan dengan cara palpasi pada area fossa cubiti lalu stethoscope diletakkan di atas arteri brachialis dextra tersebut. Udara dipompa ke dalam manset,hingga suara bising arteri brahialis hilang. Pompakan terus udara ke manset sampai tinggi Hg pada manometer 20 mmHg lebih tinggi dari titik diamana suara bising arteri brachialis dextra hilang. Udara dalam manset dikeluarkan secara pelan dan berkesinambungan, maka akan terdengar suara bising dan lihat tinggi Hg pada manometer, didapat tekanan sistolik, an setelah diturunkan lagi suara bising hilang, didapatkan tekanan diastolik.

4.Hasil Hasil data perhitungan yang didapat kurang lengkap dan akurat karean hanya mendapatkan tekanan sistolik saja, Hasil data perhitungan yang didapat lengkap dn akurat karena mendapatkan tekanan sitolik dan diastolik.

4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan ?Jawab: Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan atas kanan karena pada lokasi itulah arteri brachialis terdengar lebih jelas daripada arteri brachialis kiri. Hal ini disebabkan karena arteri brachialis kanan letaknya berjauhan dengan jantung, sedangkan arteri brachialis kiri letaknya berdekatan dengan jantung. Sehingga karena letak arteri brachialis kanan yang berjauhan dengan jantung, suara bising dari jantung tidak terlalu terdengar melalui stethoscope.9

5.Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik!Jawab :Pertama, manset dipompa dengan udara melebihi tekanan sistolik. Tekanan yang tinggi pada manset diteruskan menuju jaringan pada lengan dan menekan arteri dibawah manset, sehingga mencegah aliran darah menuju arteri. Kemudian, udara pada manset secara perlahan dikeluarkan. Hal ini menyebabkan tekanan pada manset dan arteri menurun. Saat tekanan pada manset berada pada bawah tekanan sistolik, arteri mulai membuka dan memungkinkan adanya aliran darah secara singkat. Pada interval ini, aliran darah melalui arteri terjadi sangat cepat karena ruang terbuka yang kecil dan perbedaan tekanan besar pada saat terbuka. Aliran darah yang cepat tersebut turbulen dan menghasilkan getaran yang dapat terdengar melalui stethoscope. Suara ini merupakan penanda tekanan sistolik.Selama tekanan dalam manset diturunkan, terdengar suara bising melalui stethoscope. Ketika tekanan pada manset mencapai tekanan diastolik, suara bising tersebut berhenti, dikarenakan aliran darah kontinu dan nun turbulen pada arteri yang terbuka. Tekanan darah diastolik ditandai dengan hilangnya suara bising tersebut.106. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah ?Jawab : Ya, pemasangan manset yang tidak tepat (terlalu longgar atau terlalu ketat) mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah.1. Jika manset terlalu longgarApabila manset terlalu longgar, arteri tetap menggelembung dengan darah dan aliran darah berjalan dengan normal sehingga tidak terjadi pancaran darah yang dapat menyebab kan turbulensi. Sehingga, tidak adanya turbulensi atau melemahnya turbulensi menghasilkan bunyi yang lemah atau bahkan tidak ada bunyi yang terdengar dalam stethoscope. Selain itu longgarnya manset menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi, hal ini mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak valid. 2. Jika manset terlalu ketatManset yang dipasang terlalu ketat menyebabkan arteri tertutup sebagian atau bahkan tertutup total sebelum pemompaan, hal ini menyebabkan tekanan yang diberikan sphygmomanometer tidak maksimal..Sehingga sebelum pemompaan, arteti telah mendapat tekanan. Hal ini mengakibatkan tekanan darah lebih rendah dari seharusnya.9 7. Jelaskan yang anda ketahui baroreceptor!Jawab :Tekanan darah cenderung lebih rendah ketika pengukuran darah dilakukan pada saat seseorang berdiri daripada saat duduk, kemudian dengan berbaring terlentang, dan tekanan darah paling tinggi terjadi terjadi saat berbaring terlentang dengan menyilangkan kedua kaki.11 Perubahan yang terjadi pada fase sistol signifikan secara statistik kecuali peralihan dari posisi terlentang ke posisi terlentang dengan kedua kak disilangkan.8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post exercise (setelah latihan)? (Jelaskan!)Jawab :Secara teoritis reaksi biokimia, hormon dan saraf yang berubah dalam pembuluh darah setelah latihan fisik akan menyebabkan relaksasi pembuluh darah (vasodilatasi) dalam waktu yang lama.12 Pada waktu post exercise, tubuh akan merespon untuk mengembalikan tekanan darah pada fase normalnya. Tapi yang terjadi adalah tekanan darah akan berada sedikit di bawah normal yang bisa berlangsung hingga beberapa jam untuk kembali ke tekanan darah normalnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh vasodilatasi yang terjadi pada tubuh oleh pelepasan hormon relaksasi sebagai usaha tubuh untuk berada dalam keadaan homeostasis. Semakin tubuh dilatih untuk menerima stimulus tersebut (latihan rutin), maka recovery blood vessels juga akan semakin cepat. Oleh sebab itu, pada umumnya, ketika dalam kondisi normal seorang atlet memiliki tekanan darah 110/70 mmHg, artinya ia sudah terbiasa dengan post exercise, sehingga ketika tekanan darahnya meningkat saat latihan fisik, vasodilatasi yang terjadi akan semakin cepat dan fase recovery juga akan semakin cepat daripada orang yang bukan atlet. Seseorang yang melakukan latihan fisik, tekanan sistol nya akan meningkat secara signifikan. Tapi, secara normal perubahan yang terjadi pada diastolik tidak lebih dari 5-10 mmHg. Jika lebih dari itu, dapat diperkirakan bahwa ada kelainan pada arteri koroner jantung.13

BAB 5DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Translated by Brahm U Pendit. Jakarta, EGC. 2003: hal 563-565. 2. Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition. McGraw-Hill. 3. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta, EGC, 2002. hal. 562 -579.4. Stephen Seiler. 2008. EXERCISE PHYSIOLOGY(revised). The Methods and Mechanisms Underlying Performance5. Winchester, P. K. and W. J. Gonyea. 2002.Regional injury and terminal differentiation of satellite cells in stretched avian slow tonic muscle. Dev. Biol.6. Wong, T. S. and F. W. Booth. 2005. Protein metabolism in rat gastrocnemius muscle after stimulated chronic concentric exercise. J. Appl. Physiol. 7. Ronny, Setiawan & Sari Fatimah. Fisiologi Kardiovaskular : Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta, EGC. 2008: hal 26.8. Aziz & Musrifatul. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta, EGC. 2005. Hal 8.9. Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta, EGC. 1996. Hal.196. 10. Vander, Arthur J. Human Phisiology : The Mechanisms of BodyFunction. USA, McGraw-Hill, Inc. 1994. pp.431-432.11. Eser I1, Khorshid L, Gnes UY, Demir Y. 2007. The effect of different body positions on blood pressure. J Clin Nurs. 16(1):137-40.12. Kelley, G. A., and Kelley, K. S. (2000). Progressive resistance exercise and resting blood pressure: A meta-analysis of randomized controlled trials. Hypertension, 35, 838-843.13. Jari A. Laukkanen, Sudhir Kurl, Riitta Salonen, Timo A. Lakka, Rainer Rauramaa, Jukka T. Salonen. 2004. Systolic Blood Pressure During Recovery From Exercise and the Risk of Acute Myocardial Infarction in Middle-Aged Men. the American Heart Association. p.1.