6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim penghujan di negara Republik Indonesia yang beriklim tropis, sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk. Nyamuk merupakan serangga yang banyak kita jumpai di sekitar kita. Habitatnya juga beragam, mulai yang hidup di rawa-rawa hingga yang hidup di dalam rumah. Populasi nyamuk yang sangat tinggi, terlebih di daerah tropis yang relatif banyak mendapatkan curah hujan sehingga, menyediakan tempat berkembangbiak bagi mereka. Nyamuk merupakan salah satu serangga penting yang harus diwaspadai karena dapat menginfeksi manusia dengan gigitannya, dan melalui gigiran inilah nyamuk menimbulkan berbagai macam penyakit. Selain bintik merah dan rasa gatal yang ditimbulkan di kulit, juga karena kemampuan mereka sebagai transmitter dari banyak penyakit (Arthropoda borne disease) (Mortimer, 1998). Salah satu genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan adalah Culex yang merupakan spesies dari family Culicidae, tibus Culini, genus 1

tugas akhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas akhir

Citation preview

BAB 4

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Musim penghujan di negara Republik Indonesia yang beriklim tropis, sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk. Nyamuk merupakan serangga yang banyak kita jumpai di sekitar kita. Habitatnya juga beragam, mulai yang hidup di rawa-rawa hingga yang hidup di dalam rumah. Populasi nyamuk yang sangat tinggi, terlebih di daerah tropis yang relatif banyak mendapatkan curah hujan sehingga, menyediakan tempat berkembangbiak bagi mereka.

Nyamuk merupakan salah satu serangga penting yang harus diwaspadai karena dapat menginfeksi manusia dengan gigitannya, dan melalui gigiran inilah nyamuk menimbulkan berbagai macam penyakit. Selain bintik merah dan rasa gatal yang ditimbulkan di kulit, juga karena kemampuan mereka sebagai transmitter dari banyak penyakit (Arthropoda borne disease) (Mortimer, 1998). Salah satu genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan adalah Culex yang merupakan spesies dari family Culicidae, tibus Culini, genus Culex, dan merupakan vektor dari penyakit-penyakit seperti Filariasis (penyakit kaki gajah), Chikungunya, japanese B Encephalitis, St. Louis Encephalitis, Western Eguine Encephalomyelitis dan california encephalomyelitis (baskoro dkk,2005)Keadaan geografis indonesia tampaknya sangat cocok untuk keberlangsungan daur hidup dan survival banyak spesies nyamuk dengan variasi spesies dan bionomik. Pada saat musim penghujan, dapat dijumpai banyak genangan air di berbagai tempat. Saat-saat seperti itulah nyamuk mendapatkan tempat yang nyaman untuk bertelur dan berkembang biak. Sementara indonesia mencatat angka 4% berarti sekitar 6 juta orang seudah terinfeksi penyakit karena nyamuk dan 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk tertular karena nyamuk. Filariasis (kaki gajah) diperkiraan lebih dari 8000 penderita berada di indonesia (Pos kota, 2006). Sedangakan di Yogyakarta paling tidak 400 warga kabupaten Bantul dan 58 warga Kuncen, kota Yogyakarta yang terserah Chikungunya (Kompas, 2003). Saat inipun daerah Jawa timur merupakan daerah endemis Filariasis, terutama di daerah Malang. Penyebaran Filariasis sebelumnya hanya di tujuh kecamatan, yaitu Donomulyo, Poncokusumo, Bantur, Gondanglegi, Gedangan, Pujon, dan kepanjen saat ini, persebaran penyakit itu merambah hingga ke kecamatan lain yaitu Sumbermanjing Wetan, Karangploso, Ngajum, Dau dan Kromengan (Suryo, 2005). Tindakan preventif terhadap penyebaran nyamuk ini merupakan hal terpenting untuk memutuskan rantai penularan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Dalam rangka pemberantasan vektor penyakit tersebut, usaha yang telah dilakukan yaitu penggunaan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, penggunaan Abate sebagai larvasida, dan repellant untuk mencegah gigitan nyamuk.

Penggunaan insektisida organik sintetik sayangnya tidak disertai dengan perhatian terhadap efek samping yang bisa terjadi. Penggunaan dosis yang subletal merangsang terjadinya adaptasi diri serangan terhadap insektisida. Sifat ini akan diturunkan ke generasi berikutnya sehingga timbul populasi baru yang resisten terhadap suatu jenis insektisida (Herms, 1996).

Resistensi vektor terhadapat insektisida terus meluas dan mempengaruhi program kontrol penyakit di beberapa negara. Selama tahun 1971-1980 terjadi peningkatan resistensi hingga 265% terhadap spesies Arthropoda, yaitu dari 313 menjadi 829 spesies. Perkembangan tingkat resistensi ini terjadi pada semua kelompok insektisida (DDT, organofosfat, karbamat, fumigant, dan lainnya)seperti yang dilaporkan Georghiou dan Mellon. Lebih-lebih paling sedikit 89 spesies dari nyamuk (Diptera: Culicidae) yang dilaporkan menjadi resisten terhadap satu atau lebih jenis Insektisida (Salmah, 2005). Selain terjadinya resisten ternyata ada beberapa insektisida yang memiliki efek toksik pada manusia (Herms, 1996).Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian terlihat mengarah kepada penggunaan bahan-bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia dan lingkungan, serta sumbernya tersedia di alam dalam jumlah besar. Berbagai jenis tumbuhan berfungsi sebagai sumber hayati yang penting bagi manusia, diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai insektisida.

Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Adapaun kandungan kimia dari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu alkanoid, saponin, dan flavonoid (Surya,2008). Saponin merupakan golongan senyawa triterpenoid yang dapat digunakan sebagai insektisida (Surya,2008). Dari uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk membuktikan efek pembunuh nyamuk (metode elektrik) dari air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sehingga dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa air perasan buah belimbing wuluh memiliki efek insektisida.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berpotensi sebagai insektisida terhadap nyamuk Culex Sp dengan metode elektrik?1.3Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Untuk membuktikan potensi air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai insektisida terhadapat nyamuk Culex Sp dengan metode elektrik.1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah nyamuk mati pada tiap konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).2. Untuk mengetahui jumlah nyamuk mati pada tiap waktu dari air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai insektisida terhadapat nyamuk Culex Sp dengan metode elektrik2. Sebagai sumbangan informasi dan ilmu yang dapat digunakan untuk dasar penelitian lebih lanjut mengenai air perasan buah belimbing wuluh sebagaiinsektisida nyamuk.3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal usaha peningkatan kesehatan masyarakat.

4. Memperdayakan tanaman-tanaman tradisional yang ada di indonesia sebagai tanaman yang berguna bagi kesehatan.

1PAGE 4